Laporan Studi Pustaka (KPM 403) KAJIAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL OLEH STAKEHOLDERS DALAM PENGUATAN EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL ROMANNA TRYA DEBORA ARITONANG DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Romanna Trya Debora Aritonang NIM.I34110011 iii ABSTRAK ROMANNA TRYA DEBORA ARITONANG. Kajian pemanfaatan modal sosial oleh stakeholders dalam penguatan eksistensi pasar tradisional. Di bawah bimbingan SAHARUDDIN. Modal sosial adalah salah satu sarana penting bagi upaya memperkuat eksistensi pasar tradisional. Sebagai upaya untuk memperkuat eksistensi pasar tradisional keberadaan stakeholders menjadi penting, dimana masing-masing stakeholders mempunyai peran dan kepentingan tertentu dalam menjalankan sistem operasional pasar. Modal sosial para pihak yang terbentuk dari norma, kepercayaan, dan jaringan berpengaruh terhadap eksistensi pasar tradisional jika dimanfaatkan dengan optimal. Secara prinsip kekuatan modal sosial dan stakeholders menjadi faktor penting dari keberadaan pasar tradisional. Kata kunci: eksistensi pasar tradisional, pemanfaatan modal sosial, stakeholders. ABSTRACT ROMANNA TRYA DEBORA ARITONANG. The studies of social capital utilization by stakeholders in strengthening the existence of traditional markets. Guided by SAHARUDDIN. Social capital is one of the important means for strengthening the existence of traditional markets. In an effort to strengthen the existence of traditional markets presence of stakeholders are important, where each stakeholder has a role and a particular interest in running the operating system market. The social capital of the parties that form of norms, beliefs, and network influence on the existence of traditional markets if utilized optimally. In principle, the power of social capital and stakeholders is an important factor of the existence of traditional markets. Keywords: social capital utilization, stakeholders, the existence of traditional markets. iv KAJIAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL OLEH STAKEHOLDERS DALAM PENGUATAN EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL Oleh Romanna Trya Debora Aritonang I34110011 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Insititut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bawa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Romanna Trya Debora Aritonang Nomor Pokok : I34110011 Judul : Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr.Ir. Saharuddin, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : vi PRAKATA Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka yang berjudul “Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksisitensi Pasar Tradisional”. Penulis menyadari bahwa proses yang dilalui selama penyusunan laporan ini menjadi bagian dari perjalanan hidup yang memberikan makna pembelajaran mulai dari aspek pengetahun, sikap, dan perilaku penulis. Pada akhirnya laporan studi pustaka yang disusun tidak sekedar untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melainkan juga bermanfaat bagi setiap yang membaca. Penulis juga ingin berterimakasih kepada Bapak Dr.Ir. Saharuddin, MS, beliau yang sudah menyediakan waktu dan kesempatan untuk membimbing penulis selama proses penyusunan laporan ini. Penulis juga berterimakasih kepada keluarga yang dikasihi, Bapak R.Aritonang, Mama N. Siagian, Kakak yang terkasih Rosmauli Aritonang dan Rosida Aritonang, Abang ipar yang terkasih Alex Siallagan dan Enrico TN Dolok Saribu, serta keponakan yang terkasih Amel yang telah menyertakan penulis dalam doa mereka dan memberi dukungan baik secara finansial maupun non finansial. Terimakasih juga untuk keluarga besar Perwira 19 (Kosan Terkasih) terkhusus Ibu Widji atas kasih dan pengertiannya. Terimakasih juga untuk sahabat terkasih Raila Adnin, Dita Pratiwi, dan Fina Fatihur Riska, serta keluarga SKPM 48 yang menjadi patner diksusi serta memberi motivasi untuk menyelesaikan tulisan ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2014 Romanna Trya Debora Aritonang NIM.I34110011 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................... 4 1. Judul : Orientasi Pasar, Moderasi, Dinamika Lingkungan pada Efek Strategi Bersaing Terhadap Kinerja (studi pada Industri Kecil Menengah Tenun di Sulawesi Tenggara .................................................................................................................... 4 2. Judul : Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota Surakarta .................................... 5 3. Judul : Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) .................................................... 8 4. Judul : Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Berbasis Ekonomi Kerakyatan Di Kota Semarang........................................................................................................... 9 5. Judul : Evolusi Pasar: Dari Pasar Tertanam ke Pasar Tecerabut Perspektif Karl Polanyi .................................................................................................................... 11 6. Judul : Pengelolaan berbasis Musyawarah Untuk Mufakat ................................... 12 7. Judul : Strategi Pedagang Tradisional Menghadapi Persaingan dengan Retail Modern dan Preferensi Konsumen .......................................................................... 14 8. Judul : Analisis Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Di Kota Bogor ....................................................................................................................... 15 9. Judul : Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Optimalnya Fungsi Pasar Tradisional Lolowa Dan Pasar Tradisional Fatubenao Kecamatan Kota AtambuaKabupaten Belu ........................................................Error! Bookmark not defined. 10. Judul : Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penaggulangan Kemiskinan di Jawa Barat ........................................Error! Bookmark not defined. 11. Judul : Analisis Peran Berbagai Stakeholder dalam Menyongsong Era Pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang ........... Error! Bookmark not defined. RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 22 Analisis Stakeholders .................................................................................................. 22 Pemanfaatan Modal Sosial .......................................................................................... 23 Eksistensi Pasar Tradisional ........................................................................................ 25 Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional................................................................................................................... 26 SIMPULAN .................................................................................................................... 30 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 30 Kerangka Pemikiran Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Pasar Tradisional ....................................................................................... 31 Perumusan Masalah Penelitian Skripsi ....................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 34 LAMPIRAN.................................................................................................................... 36 viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Konsep 1 Tulisan Berdasarkan Studi Literatur ................................................... 2 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambaran Ringkas Pembahasan .................................................................. 31 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional ............................................ 33 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan yang bertambah mendorong masyarakat khususnya di pedesaan untuk menciptakan ruang transaksi yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhannya. Ruang transaksi ini pun disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu yang dijalankan dalam aktivitas tawar-menawar. Pada akhirnya terbentuklah pasar sebagai kelembagaan untuk menjalankan aktivitas tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ciri khas tampilan fisik mulai dari bangunan non-permanen hingga semi permanen hingga transaksi secara manual, memberi kesan sederhana dari pola pasar yang terbentuk sehingga digolongkan sebagai pasar tradisional. Beragam kebutuhan mulai dari yang pokok hingga pelengkap pun disediakan, melalui pemanfaatan hubungan yang dijalin dengan pemasok baik dari luar daerah maupun dari hasil potensi sumber daya alam yang terdapat di daerah itu sendiri. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki /dikeloa oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.1 Adapun keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional dilihat dari lokasinya yang strategis, keragaman barang yang ditawarkan, serta budaya tawar menawar yang memungkinkan kedekatan penjual dan pembeli dan menjadi keunikan pasar tradisional. Djau (2009) dalam Andriani dan Ali (2013) mengemukakan bahwa pasar tradisional memiliki potensi sebagai ikon daerah dengan alasan ekonomi dan sosial yang unik pada pasar tradisional sehingga diharapakan dapat tetap eksis keberadaannya. Namun, faktanya menurut data survei AC Nielsen tahun 2013, jumlah pasar tradisional atau pasar rakyat di Indonesia terus mengalami penurunan. (http://www. republika.com). Jika hal ini dibiarkan, maka akan berpengaruh pada keseimbangan pasar khususnya keberadaan para pedagang yang berpotensi akan kehilangan mata pencahariannya. Adapun penyebab yang dapat mempengaruhi keberadaan pasar tradisional dapat ditinjau dari isu atau penyebab secara internal dan eksternal. Penyebab secara internal diidentifikasi dari buruknya manajemen pasar, minimnya sarana, prasarana, bantuan modal yang tersedia bagi para pedagang sehingga berpengaruh pada kenyamanan dilapangan. Penyebab eksternal seperti hadirnya pasar modern yang semakin berkembang yang mempunyai startegi harga dan dinilai lebih memberikan kenyamanan bagi konsumen sehingga menjadi ancaman dari luar bagi keberadaan pasar (Lembaga Penelitian SMERU 2007) Berdasarkan isu yang terjadi di lapangan, adanya kontradiksi antara harapan dan realita yang terjadi mengindikasi terjadinya penurunan eksistensi pasar tradisional saat ini. Adanya isu internal dan eksternal yang mengancam, mengarahkan perlunya strategi dari para stakeholders untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Strategi yang diarahkan untuk mengelola pasar menjadi lebih baik akan berjalan jika mendapat dukungan semua pemangku kepentingan dengan menekankan peranannya secara personal dan kolektif. Keunikan yang menjadi ciri khas pasar tradisional tidak terlepas dari para penggerak atau stakeholders yang terlibat. Hubungan sosial yang terjalin dibangun atas dasar 1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 53/M-DAG/ PER/ 12/ 2008 tentang Pedoman Penataan dan pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 2 kepercayaan, norma, dan jaringan. Modal yang terbentuk secara alamiah inilah yang dijadikan sebagai modal sosial untuk menjalankan fungsi pasar agar tetap sesuai yang diharapakan. Kebijakan tentang konsep pasar tradisional yang seharusnya pun diatur dalam PP No. 112/ 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Optimalisasi modal sosial menjadi hal penting yang perlu diwujudnyatakan sebagai strategi untuk mengantisipasi penurunan eksistensi pasar. Berdasarkan penelitian Andriani (2013) ditegaskan terdapat korelasi positiv antara keadaan modal sosial dengan eksistensi pasar. Pada penelitian tersebut ditegaskan bahwa modal sosial dapat dijadikan strategi untuk menjaga eksistensi pasar. Namun, berdasarkan isu yang terdapat di lapangan digambarkan bahwa salah satu isu internal penyebab turunnnya eksitensi pasar adalah rendahnya kerjasama dan hal ini berarti adanya indikasi pemanfaatan modal sosial yang rendah. Oleh sebab itu penulis ingin mengkaji lebih dalam bagaimana modal sosial dimanfaatkan oleh stakeholders agar eksistensi pasar tetap terjaga. 1. 2. 3. 4. Tujuan Penulisan Mengidentifikasi konsep stakeholders. Mengidentifikasi konsep pemanfaatan modal sosial. Mengidentifikasi konsep eksistensi pasar tradisional Menganalisis kajian eksitensi pasar tradisional melalui pemanfaatan modal sosial oleh stakeholders. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur. Studi literatur adalah mencari referensi bacaan yang relevan terkait topik yang dibahas yaitu mengenai pasar tradisional, stakeholder yang terlibat, dan modal sosial. Literatur yang diperoleh berupa jurnal, skripsi, thesis, dan buku-buku penunjang lainnya. Kemudian penulis meringkas dan menganalisis literatur sehingga diperoleh konsep dari masing-masing literatur. Melalui pendekatan konsep yang ditegaskan oleh masing-masing literatur penulis mencoba merumuskan korelasi antar konsep dan membandingkan pembahasan dari literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Hasil tersebut kemudian di bahas dan dirangkum sesuai pandangan penulis. Pada akirnya dari hasil studi literatur ini penulis dapat membentuk kerangka teoritis baru sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Adapun konsep penulisan berdasarkan literatur yang dijadikan referensi yaitu: Tabel 1. Konsep 1 Tulisan Berdasarkan Studi Literatur Konsep Analisis Stakeholders Pemanfaatan modal sosial Eksistensi Pasar Tradisional 1 2 3 √ √ √ √ Urutan Literatur 4 5 6 7 8 √ √ √ √ √ 9 10 11 √ √ √ Keterangan judul literatur: 1. Orientasi Pasar, Moderasi, Dinamika Lingkungan pada Efek Strategi Bersaing Terhadap Kinerja (studi pada Industri Kecil Menengah Tenun di Sulawesi Tenggara. 3 2. Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota Surakarta 3. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) 4. Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Berbasis Ekonomi Kerakyatan Di Kota Semarang 5. Evolusi Pasar: Dari Pasar Tertanam ke Pasar Tecerabut Perspektif Karl Polanyi 6. Pengelolaan Berbasis Musyawarah Untuk Mufakat 7. Strategi Pedagang Tradisional Menghadapi Persaingan dengan Retail Modern dan Preferensi Konsumen 8. Analisis Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Di Kota Bogor 9. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Optimalnya Fungsi Pasar Tradisional Lolowa Dan Pasar Tradisional Fatubenao Kecamatan Kota Atambua- Kabupaten Belu 10. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam penaggulangan Kemiskinan di Jawa Barat 11. Analisis Peran Berbagai Stakeholder dalam Menyongsong Era Pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang. 4 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal Unduh : Orientasi Pasar, Moderasi, Dinamika Lingkungan pada Efek Strategi Bersaing Terhadap Kinerja (studi pada Industri Kecil Menengah Tenun di Sulawesi Tenggara) : 2012 : Jurnal : Elektronik : Rosnawintang, Ubud Salim, Armanu, Mintarti Rahayu ::: Kendari dan Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari dan Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang : Jurnal Aplikasi Manajemen : Aplikasi Manajemen (10) Nomor 3; hal 459-471 : jurnaljam.ub.ac.id : 29 September 2014 Ringkasan Faktanya potensi Industri Kecil Menengah (IKM) belum menunjukkan kerja yang optimal. Selain itu kualitas produk yang mengalami penurunan juga menjadi penilaian yang memperburuk keadaan IKM. Penyebabnya dapat ditinjau dari personal sumber daya manusia yang terlibat didalamnya, seperti pendidikan dan akses. Sementara ditinjau dari sisi pengelolaanya yaitu masih lemahnya segmen pemasaran. Jika dijabarkan satu per satu, indikasi lemahnya pendidikan dilihat dari data kuantitatif yaitu sekitar 6% dari SDM di pabrik tenun Sultra yang mengenyam bangku pendidikan. Sementara untuk akses modal lebih banyak diperoleh dari diri sendiri dan juga keluarga, dari pemasaran distribusi produk yang dilakukan masih dalam lingkup lokal. Hal ini yang membuat peluang untuk mensosialisasikan produk masih minim ditambah lagi penggunaan tekonolgi yang masih sederhana. Melalui penelitian yang dilakukan, penulis ingin merumuskan solusi yang dapat meningkatkan kinerja melalui identifikasi orientasi pasar serta strategi bersaing yang diterapkan. Tidak hanya itu, faktor luar seperti lingkungan juga turut menjadi perhatian untuk dikaji karena berperan dalam penentuan strategi bersaing pasar. Pendekatan orientasi pasar dipilih karena menjadi indikator untuk melihat bagaimana strategi yang diterapkan untuk mempertahankan kinerja agar efektif. Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah para pengrajin tenun di Sulawesi Tenggara dengan menggunakkan metode struktural equation model. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa peningkatan kinerja yang dialami oleh para pengrajin dipengaruhi oleh dua aspek yaitu: 1. Aspek langsung (efektivitas orientasi pasar ) yang mengarah pada pelayanan kepada konsumen. Berdasarkan hasil analisis IKM tenun Sultra telah mengefektifkan orientasi pasarnya pada orientasi pelanggan yang diikuti dengan 5 2. koordinasi antar fungsi dan orientasi pesaing. Namun koordinasi antar fungsi dan pesaing masih perlu ditingkatkan. Aspek tidak langsung (penerapan strategi bersaing) yang disesuaikan dengan tingkat kompetisi lingkungan dan pada akhirnya startegi yang diterapkan adalah diferensiasi produk.Semakin efektif orientasi pasar maka akan semakin tepat dalam penentuan strategi dan peningkatan kinerja IKM. Adapun tingkat persaingan yang difokuskan dari responden adalah tingkat persaingan memperebutkan tenaga kerja trampil, membuat inovasi produk, dan penyaluran produk. Sedangkan pada tingkat persaingan harga, kualitas, dan mendapatkan bahan baku yang berkualitas kurang direspon oleh IKM tenun di Sultra. Analisis Konsep yang diperoleh berdasarkan tulisan ini adalah konsep orientasi pasar dalam peningkatan kualitas produk yang didagangkan. Adapun faktor sumber daya manusia mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan atau dipasarkan. Strategi mempertahankan usaha pasar yaitu dengan melihat pengaruh dari 2 aspek yaitu orientasi pasar dan moderasi lingkungan sebagai indikator eksistensi dari usaha yang dijalankan. Berdasarkan keadaan kedua aspek ini dapat ditentukan bagaimana upaya untuk mempertahankan pasar yang ada. Pasar pada tulisan ini bukan ditekankan pada wujud melainkan pada proses yang terjadi antara pelanggan dan IKM Tenun Sultra. Pada tulisan ini fokus sasaran penelitian adalah industri kecil menengah sehingga skala pasar bukan pasar tradisional, akan tetapi didalamnya terdapat proses pasar. Namun, pada penelitian ini belum digambarkan secara detail stakehoders yang terlibat dan maksud adri penyatan koordinasi antar fungsi yang dimaksud pada point aspek langsung. Adanya koordinasi seharusnya bisa dijadikan sebagai strategi mendasar untuk orientasi dan kinerja, sehingga jika tidak dijabarkan secara rinci maka dukungan konsep untuk peningkatan orientasi dan kinerja menjadi terbatas. Sementara itu koordinasi ini pada dasarnya bisa menggambarkan hubungan sosial dalam pasar terutama komunitas yang ada didalamnya. Seperti yang digambarkan pada bacaan Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Usaha, meskipun sama-sama membahas tentang strategi akan tetapi lebih rinci dijabarkan siapa saja aktor yang terlibat didalamnya dibacaan tersebut. Pada bacaan ini masih terbatas di hubungan karyawan dengan pembeli, tanpa membahas hubungan dengan pemerintah. 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama jurnal Vol (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Surakarta : 2013 : Jurnal : Elektronik : Maritfa Nika Andriani dan Mohammad Mukti Ali ::: Semarang : Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro : Teknik PWK : 2 (2); 252-269 : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk : 29 September 2014 6 Ringkasan Adanya fenomena pertambahan penduduk sejalan dengan meningkatnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat, sebagai konsekuensinya maka dibutuhkan penyedia barang/jasa yang lebih banyak lagi. Hal ini disebabkan oleh proses pembangunan yang juga berkembang sehingga kehadiran tempat untuk transaksi jual beli atau pasar yang dekat dengan tempat tinggal menjadi pilihan masyarakat. Disisi lain kepraktisan dan juga kenyamanan pasar menjadi harapan yang mempengaruhi daya beli konsumen. Kehadiran pasar modern pun menjadi jawaban atas harapan masyarakat tersebut. Pada dasarnya kehadiran pasar modern menjadi ancaman bagi pasar tradisional. Cikal bakal pasar tradisional yang identik dengan lingkungan yang tak beraturan, becek, dan tidak dilengkapi dengan pendingin udara menyebabkan daya tariknya berkurang. Namun, tak dipungkiri keunikan budaya tawar menawar yang masih berlaku menjadi pendorong bagi kalangan tertentu untuk tetap berbelanja di pasar tradisional. Hal inilah yang menjadi modal untuk membangun kepercayaan dan jaringan diantara para pedagang dan pembeli. Oleh karena itulah diperlukan perbaikan sarana dan prasarana agar dapat menyeimbangkan keadaan pasar dengan modal yang ada dan memastikan posisi pasar tradisional tidak akan tergantikan oleh pasar modern. Pertahanan pasar tradisional berhubungan dengan modal yang dimiliki oleh pasar untuk dapat eksis. Berdasarkan hal tersebutlah penulis ingin mengetahui kondisi eksistensi pasar Tradisional Surakarta, tepatnya membandingkan pasar Legi dan juga Mojosogo yang letaknya berdekatan dengan pasar modern, serta upaya yang dilakukan untuk menjaga eksistensi pasar dan peran modal sosial dalam menjaga eksistensi pasar. Melalui metode pra survei, survei, dan pasca survei, penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan data secara kuantitatif dan kualitatif dari sisi pedangan, pembeli, dan pemerintah. Penulis menguraikan bahwa eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan meningkat, stagnan atau sebaliknya mengalami kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya Adapun simpulan akhir dari penelitian ini ingin melihat posisi kedua pasar tersebut apakah dalam kondisi stagnasi, mengalami kemunduran, atau peningkatan. Analisis eksistensi pasar tradisional ditinjau dari tiga hal yakni: karakteristik pasar tradisional, persepsi pedagang, dan persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional. Tiga tahapan analisis yaitu: 1. Analisis eksistensi pasar tradisional: 1) karakteristik pasar tradisional (sarana dan prasarana pasar, segmen pasar yang terdiri dari beberapa sub variabel antara lain: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lokasi tempat tinggal, mata pencaharian, jenis barang kebutuhan, dan sarana transportasi, serta komoditas dan aktivitas pasar yang terdiri dari: ragam barang, kualitas barang, dan aktivitas pasar. 2) persepsi pedagang (perubahan pendapatan, jumlah pembeli, ragam barang, dan harga barang. 3) dan persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional (faktor kenyamanan, faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar. 2. Analisis kebijakan pemerintah terkait pasar tradisional: regulasi pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana pasar tradisional. 3. Analisis modal sosial sebagai upaya pedagang pasar untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional: norma antara pedangan terhadap pembeli, kepercayaan pedagang terhadap pembeli, pengaruh tawar menawar dalam membentuk jaringan. Diantara beberapa variabel penentu tersebut, modal sosial menjadi variabel kunci untuk menentukan eksistensi pasar. Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh yaitu 7 preferensi pedagang dan konsumen positiv terhadap jaringan loyal yang terbentuk akibat adanya proses tawar menawar dan berpengaruh pada kepercayaan dan kohesi modal sosial yang kuat. Kendatipun kondisi sarana dan prasarana tidak mendukung, tetapi jika modal sosial kuat maka akan dikatakan pasar memiliki modal sosial yang kuat untuk tetap eksis, begitu sebaliknya. Hasil lainnya menujukkan bahwa ada perbedaan arah eksistensi pasar yaitu pasar Legi yang stagnasi dan pasar Mojosogo yang cenderung menurun. Modal sosial yang terdapat dipasar Surakarta adalah kekuatan kepercayaan antara konsumen dengan pedagang. Hal ini dibentuk dengan adanya faktor kenyamanan,keamanan, harga barang yang beragam, kemudahan pencapaian, kualitas barang dan pelayanan selama berbelanja. Kepercayaan yang dibentuk ini seharusnya didukung oleh upaya pemerintah untuk pembangunan fasilitas, peningkatan kompetensi pedagang, dan pembinaan pasar sesuai PP No.112/2007. Hubungan yang terjalin serta merta difokuskan pada upaya anatara penjual dalam menciptakan kohesivitas untuk mempertahankan konsumennya. Analisis Pada tulisan ini ditemukan konsep eksistensi pasar tradisional yang digambarkan penulis dengan beberapa aspek. Tujuan penulis untuk mengetahui arah eksistensi pasar dengan analisis dari tiga aspek yaitu eksistensi pasar tradisional, kebijakan pemerintah setempat, dan modal sosial yang dimanfaatkan. Penulis juga menekankan modal sosial sebagai variabel kunci menentukan eksistensi pasar. Stakeholders yang dijabarkan juga sudah rinci, tetapi hanya melibatkan pedagang dan pembeli, dan pemerintah. Dilihat dari beberapa variabel yang ditentukan dapat ditentukan arah eksistensi pasar, sehingga dapat menjadi masukan bagi pengelola untuk melihat potensi perekembangan pasar Surakarta. Hanya saja, untuk mengaitkan pemanfaatan modal sosial yang ada, penulis hanya menggambarkan sisi horizontal, tidak seperti tulisan yang mengkaji modal sosial lainnya pada pasar yang menggambarkan hubungan secara vertikal. Pada tulisan ini modal sosial yang digambarkan terbatas pada konsep jaringan pada tawar-menawar. Cenderung melihat hubungan pedagang dan pembeli saja, tanpa menggambarkan hubungan stakeholders lainnya yang berpengaruh yaitu pemerintah dan pemasok. Tidak dijelaskan penetapan stakeholder yang diteliti sehingga penarikan kesimpulan pada pembahasan tidak ditunjukkan berapa dari berapa sumber data kualitatif menyampaikan pendapat yang sama. 8 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama jurnal Vol (edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) : 2013 : Jurnal : Elektronik : Mohammad Fajar Mustofa ::: Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universtitas Brawijaya : Jurnal Ilmiah : -; 2-18 : jimfeb.ub.ac.id : 29 September 2014 Ringkasan Perilaku usaha menujukkan adanya tujuan untuk mencapai keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya yang seminimal mungkin. Dalam rangka mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan strategi dengan pemanfaatan modal sosial yang ada. Modal sosial yang terdiri atas kepercayaan, jaringan, dan norma dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan dan pengembangan usaha. Potensi modal sosial yang mengandalkan hubungan sosial diantara pihak pihak yang berperan dalam kegiatan usaha menjadi kekuatan eksternal bagi para pelaku usaha, misalnya dapat membuka cabang baru hanya dengan memanfaatkan modal kedekatan dan kepercayaan dengan teman. Hal ini menegaskan bahwa modal sosial berperan dalam pengembangan usaha. Penulis bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh adanya modal sosial bagi pengembangan usaha pada komunitas PKL Jalan Veteran, Malang. Melalui metode observasi dan wawancara mendalam penulis bertujuan untuk mendapatkan data secara kualitatif agar dapat mengambarkan kondisi di lapangan. Adanya anggota dalam komunitas yang bersifat heterogen baik dari sisi barang yang digambarkan dan modal sosial yang dimiliki, penulis ingin melihat tingkat dominasi penerapan modal sosial yang dimiliki oleh masing-masing responden. Hasilnya, strategi untuk pengembangan usaha yang dijalankan adalah dengan memanfaatkan modal sosial yang ada yaitu kepercayaan, jaringan, dan norma. Dari hasil penelitian, penulis mengelompokkan modal sosial menjadi: 1. Kepercayaan pada proses pengembangan usaha terdiri dari beberapa tipe, antara lain kepercayaan atas perekrutan dan kinerja tenaga kerja, permodalan awal, hubungan kekerabatan, pembayaran rutin, pembayaran mundur, pemasok langganan, pengenalan merk usaha, langganan tetap, dan penitipan barang dagangan. 2. Jaringan terdiri dari: jaringan peluang pemasaran, peluang lapangan kerja, peluang usaha baru, perluasan usaha melalui cabang usaha, penetapan mitra usaha, dan penghematan biaya. 3. Norma terdiri dari: norma kesopanan, pembagian waktu kerja, pembagian kerja, setoran penjualan, pengelolaan produk, paguyuban, serta norma penguasaan lokasi. 9 Berdasarkan kajian dilapangan maka diperoleh hasil bahwa, stakeholders yang terlibat dalam komunitas PKL yaitu konsumen, teman, kerabat, pemasok, dan antarPKL. Adapun Efisiensi pengelolaan ditujukan dengan efisiensi modal sosial yang berperan, terdiri atas jaringan yang memberikan manfaat perluasan cabang usaha dengan pemanfaatan mitra dengan teman, dan jaringan ini yang paling didominasi untuk dikembangkan oleh pelaku usaha di komunitas PKL tersebut. Kemudian, dari sisi kepercayaan, pelaku usaha lebih mengutamakan kepercayaan terbangun dengan karyawannya, alasannya karena kinerja karyawan merupakan kekuatan internal yang dimiliki untuk keberlanjutan usaha dan berjalannya usaha. Selain itu modal norma juga menjadi modal untuk mengatur tindakan serta aturan main dalam proses usaha dimana yang mendominasi adalah norma penguasaan lokasi, artinya pelaku usaha harus menentukan aturan main yang bisa menguasai lokasi tidak hanya lingkungan internal tapi juga eksternal. Analisis Penulis mengklasifikasikan secara rinci strategi yang dijalankan untuk pengembangan usaha, yaitu dengan pemanfaatan modal sosial. Penulis juga merinci elemen-elemen modal sosial yang berlaku dan diterapkan di pasar dengan pendeskripsian secara rinci. Hal ini jika dibandingkan dengan literatur ketiga yang mempunyai konsep peran modal sosial lebih dalam dan terstruktur. Efisiensi pengelolaan yang dibentuk berdasarkan pada efisiensi sumberdaya manusia yang terlibat, tidak hanya menekankan pada salah satu pihak, seperti literatur keempat yaitu pada efisiensi kenyamanan konsumen, tetapi menekankan efisiensi karyawan juga. Pada tulisan ini metode sumber data lebih luas yaitu lingkup komunitas dan bukan strategi pemanfaatan kapasitas personal saja. Konteksnya berbeda lebih menekankan hubungan karyawan dengan pemilik usaha akan tetapi tidak menjurus pada distribusi pasar dan dinamika lingkungan. Adanya konsep manajemen pengelolaan hanya digambarkan hubungan antara konsumen, teman, kerabat,pemasok, dan antar PKL, tidak digambarkan hubungan pemerintah dengan pengelola yang merupakan salah satu pilar bagian dari komunitas pasar. Konsep yang kurang menonjol adalah strategi bersaing yang diterapkan untuk bisa bertahan layaknya pada bacaan orientasi pasar (literatur 1). 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama jurnal Vol (edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Berbasis Ekonomi Kerakyatan di Kota Semarang : Juli 2013 : Jurnal : Elektronik : Putri Agus Wijayanti ::: Semarang : Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang : Jurnal Paramita : 23 (Juli 2013); 167-178 : journal.unnes.ac.id : 1 Oktober 2014 10 Ringkasan Perbedaan kondisi pasar pada zaman kolonial dan saat ini menimbulkan spekulasi meskipun bukan orientasi kapitalis akan tetapi pengelolaan masa kolonial lebih baik dibandingkan masa kini. Padahal, jika ditinjau dari sisi pemberdayaan, zaman kolonial yang identik dengan sifat pemaksaan dan merugikan masyarakat dinilai lebih tegas untuk memperdayakan aturan yang ada. Hal ini terlihat dari pola pergantian pemimpin yang dianggap atau menganggap dirinya tidak mampu untuk mengelola pasar. Padahal, jika direfleksikan dengan masa kini, adanya kebebasan cenderung membuat aturan yang berlaku tidak lagi menjadi pondasi untuk eksistensi pasar. Skema ini terlihat pada kondisi pasar di Kota Semarang, yang juga merupakan pasar peninggalan zaman kolonial. Berdasarkan hal inilah penulis bertujuan untuk menganalisis kondisi pasar tradisional di Semarang dewasa ini dan menganalisis prototipe pasar yang efisien dan kuat untuk mengakomodasi wirausaha skala kecil di Semarang. Metode yang digunakan adalah historical research yaitu observasi tidak langsung untuk mengumpulkan informasi dan fakta terkait pasar tradisional zaman kolonial serta observasi dan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dan fakta pasar tradisional zaman kini. Kajian pengambilan data yaitu pasar Johar, Bulu, Peterongan, Karangayu, Jatingaleh, Banyumanik, dan Srondol. Berdasarkan deskripsi historis dipadukan dengan deskripsi pasar dewasa maka dihasilkan protoype pasar tradisional yang efektif dan kuat agar pedagang memiliki keberdayaan. Model partisipan stakeholders dapat dijadikan alternatif guna memberdayakan semua potensi pasar tradisional. Sehingga dari penelitian yang dilakukan sejak Juni-September 2011 diperoleh hasil bahwa prototipe yang menggambarkan kondisi efisien dan kuat dalam pengelolaan adalah yang berbasis kerakyatan dengan memanfaatkan model partisipasi stakeholder 3 pilar yaitu: 1. Pemerintah. Peran pemerintah yaitu dalam pembentukan dan pelaksana kebijakan untuk memperdayakan pasar secara fisik dan nonfisik. Kegiatan berupa pelatihan dan pendampingan sangat diperlukan untuk menjaga perilaku para pedagang. 2. Pedagang. Aspek yang dipengaruhi yaitu aspek perilaku (membekali keterampilan layanan), mutu barang, dan penataan barang serta perlindungan konsumen. 3. Kemitraan. Kemitraan diperlukan untuk mendukung potensi yang ada, pemberdayaan yang besifat fasilitatif sehingga pengelola lebih fokus ke masalah substantive. Aspek yang dipengaruhi yaitu parkir kendaraan, kebersihan, pemeliharaan, keamanan. Analisis Pada tulisan ini dijabarkan stakeholders yang terlibat dalam mendukung keberadaan pasar yang disedrhanakan dalam model partisipasi stakeholders. Adanya keberadaan dari satkeholder ini juga merupakan elemen yang berpengaruh dalam pengelolaan pasar. Adanya aspek dan peran dari masing-masing stakleholders yaitu pedagang, pemerintah, dan kemitraan dengan jelas dijabarkan untuk dijadikan indikator bagaimana pengelolaan pasar yang berjalan dewasa ini. Berbeda halnya dengan literatur yang menjelaskan pihak yang berpengaruh dalam keberdayaan pasar, konsumen dan pemasok tidak dimasukkan dalam model stakeholders ini. Artinya penelitian terbatas pada konsep pengelolaan yang seharusnya yaitu dengan pemanfaatan prinsip kerakyatan. Konsep pemberdayaan yang dijabarkan 11 sama halnya dengan konsep manajemen komunitas pada literatur ke-6, namun lebih diperdalam lagi pada bacaan tersebut. Pada dasarnya model partisipasi stakeholders yang dikembangkan memiliki basis yang sama yaitu pada kekuatan modal sosial. Walaupun penjeleasan tersebut dipandang dari sudut pandang tersirat. Pengelolaan yang digambarkan tidak sekedar pengelolaan manusia tetapi juga fisik yang dijabarkan pada peranan masing-masing stakeholders. Dibandingkan dengan literatur tiga yang membahas konsep yang sama, pada literatur ke empat lebih dipersempit dengan pemberian istilah “ekonomi kerakyatan”, yang berarti titik berat pada pemberdayaan pedagang dan juga konsumen pasar. Kelebihan tulisan ini, indikator setiap stakeholders jelas dipaparkan yang dapat menjadi penilaian terlaksana atau tidaknya prinsip ekonomi kerakyatan dalam pengelolaan pasar. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol (edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Evolusi Pasar: Dari Pasar Tertanam ke Pasar Tecerabut Perspektif Karl Polanyi : 2010 : Jurnal : Cetak : Rodemeus Ristyantoro : Febiana Rima Kainama, T. Sintak Gunawan, dan Kasdin Sihotang : Respons : Semarang : Unika Atma Jaya, Jakarta : Jurnal Etika Sosial : 15 (02) ; 219-250 :: 19 September 2014 Ringkasan Pasar memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. Keberadaan pasar adalah wadah manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan menekankan konsep Self-regulatingmarket. Adanya konsep distribusi merupakan sesuatu hal yang penting untuk mengetahui mekanisme alokasi sumberdaya atau jasa diantara pihak yang berkepentingan. Adanya relasi sosial yang terbangun di dalam pasar seharusnya dapat dilembagakan menjadi lembaga sosial. Hal ini disebabkan, pasar bukan merupakan mesin penghasil barang dan jasa namun ada hubungan sosial yang lebih mendasari aktivitas pasar. Hal inilah yang menjadi gamabran terjadinya disfungsi pasar era kini. Namun, pergeseran yang terjadi menurut Karl Polanyi adanya sistem pasar yang mulai memposisikan masyarakat hanya sebagai pelengkap pasar atau sederhananya tiada lagi hubungan sosial yang terbangun jikalau ada hanya sebatas hubungan transaksi harga. Pada akhirnya, bukan lagi pengaturan ekonomi yang tertanam dalam hubungan sosial namun kegiatan ekonomi yang tidak tertanam lagi pada relasi sosial. Penyesuaian pasar menjadi sistem yang mengatur dirinya sendiri dengan kekuasaan yang besar. Adanya praktik ini mengarah ke paham kapitalisme yang digerakkan oleh pemodal. Kesimpulannya, pasar tidak boleh mengatur manusia tetapi menjadi sarana manusia untuk mewujudkan kepentingan manusia, terutama hubungan diantara stakeholders yang terkait. 12 Analisis Pada tulisan ini lebih membahas mengenai pembuktian mengenai konsep pasar menurut Polanyi. Adanya konsep pasar yang erat budaya tawar menawar memposisikan pasar sebagai wadah untuk menjalin hubungan sosial di antara para pelakunya. Adanya prinsip yang perlu ditekankan dalam menjalankan aktivitas pasar merupakan cikal bakal yang perlu dipertahankan. Terlebih menghadapi tantangan eksternal, terutama kehadiran pasar modern yang memposisikan pasar bukan lagi sebagai objek sosial mealinkan sebagai alat kapitalis seseorang. Pergeseran paradigma atau pandangan maka akan berpengaruh pada kesimpulan yang dihasilkan. Terjadinya disfungsi pasar dapat menggambarkan lemahnya hubungan sosial yang dijalin, meskipun secara spesifik bagian mana dari modal sosial yang kurang dikuatkan tidak digambarkan. Pada dasarnya penulis ingin mengupas lebih dalam teori Polanyi sehingga lebih tepat untuk menjelaskan adanya pergeseran nilai pasar ketika modal sosial tidak dijalankan seimbang dan berpengaruh terhadap eksistensi pasar. Hanya saja tulisan ini masuk dalam kategori deskripsi, sehingga masih ditahap identifikasi sesuai kasus yang ada. 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Pengelolaan berbasis Musyawarah Untuk Mufakat : 2014 : Jurnal : Elektronik : Siti Fatimah Nurhayati ::: Surakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah : Sancall 2014 : Juli 2014; 89-95 : publikasiilmiah.ums.ac.id : 1 Oktober 2014 Ringkasan Latarbelakang tulisan ini adalah membahas tentang perubahan kondisi sosial ekonomi pasar terkait upaya revitalisasi yang dilakukan. Pembenahan yang selama ini fokus pada pembenahan fisik dipandang tidak cukup dalam pengelolaan pasar. Adanya kesenjangan antara peningkatan pembeli dengan pendapatan yang diterima menimbulkan indikasi pengelola pasar belum melaksanankan fungsinya sesuai Standard Operasional Procedure. Jika hal ini dibicarakan maka peluang konflik internal adalah akibat yang akan paling rentan muncul. Perlunya perlindungan pasar telah diatur dalam Peraturan Presiden No.112 tahun 2007, dimana potensi keunggulan bersaing alamiah yang dimiliki yaitu melalui proses tawar menawar tidak dimiliki pasar modern dan perlu dijaga eksistensinya. Adanya hubungan emosional disisi pedagang dan juga konsumen membuat interaksi yang dijalin semakin dekat. Pasar tradisional berdasarkan penelitian sebelumnya dinilai memiliki biaya transaksi yaitu proses tawar menawar yang juga merupakan modus interaksi sosial-budaya. Disini proses transaksi mempunyai peluang akan berkelanjutan berdasarkan interaksi sosial yang terjadi karena diantara keduanya menjadi saling kenal. 13 Berdasarakan potensi tersebut penulis ingin mengkaji manajemen komunitas atau paguyuban sebagai upaya untuk mengetahui keterlibatan stakeholders sebagai pendekatan terhadap pemecahan persoalan yang ada dan pengembangan usaha. Hal ini disebabkan karena komunitaslah yang paling merasakan persoalan, mengerti permasalahan serta pemecahannya dengan prinsip musyawarah untuk mufakat. Peran dan fungsi dari paguyuban tersebut antara lain sebagai wadah untuk aspirasi pedagang dan kemudian menjembatani komunikasi antara pedagang dengan pengelola (dinas pasar ataupun lurah pasar), mempermudah distribusi informasi, wadah pengelolaan konflik internal pada level pasar dan pedagang, memfasilitasi kemudahan sistem peminjaman modal dari perbankan, serta menurunkan jumlah rentenir di pasar Hasilnya dengan memberikan contoh penerapan manajemen di Pasar Beringhajo, Yogayakarta. Konsep pasar yang sinergi dengan pasar modern, membuat keberlanjutan perdagangan di pasar tetap dapat bertahan. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan modal sosial yang dijalankan dalam pengaturan komunitasnya. Adapun kekuatan modal sosial yang dimakud yaitu: 1. Norma. Norma yang berlaku terdiri dari norma lokal yaitu budaya “pekewuh”. Norma lokal ini merupakan nilai sosial yang terbentuk secara indigenous bukan sebagai hasil dari intervensi. Norma eksternal atau nilai-nilai sosial yang ditanamkan oleh pengelola berupa filosofi “pasarku resik rejekiku apik” yang ditekankan oleh pengelola pasar untuk mendorong pedagang menjaga kenyamanan dan kebersihan pasar. Selain itu juga penanaman filosofi “SEMAR” yang merupakan singkatan dari Senyum, Eling dengan Yang Maha Kuasa, Manunggal diadakan paguyuban untuk persatuan, arahan dari pengelola pasar, dan ramah. 2. Kepercayan yang tinggi dibentuk melalui hadirnya paguyuban yang berkolaborasi yang bersifat formal maupun informal. Selain itu kepercayaan juga dibentuk dengan sesama pedagang, kepercayaan juga terbangun antara pedagang dengan supplier. 3. Jejaring terdiri atas 2 bagian yaitu jejaring briding dan jejaring bonding. Jejaring briding yaitu hubungan antara pedagang dengan pembeli atau supplier dari lintas suku, agama, dan daerah. Sementara, jejaring bonding atau kepaduan yang paling mudah di temukan di pasar tradisional kota yogyakarta adalah asosiasi pedagang atau paguyuban. Paguyuban ini aktif membangun kolaborasi yang tinggi baik dari anggota yang bersifat formal maupun informal. Analisis Tulisan ini bermanfaat karena mengkaji pengelolaan berbasis musyawarah, dimana konsep modal sosial sangat ditekankan. Konsep modal sosial yang membuat pasar ini berbeda dengan konsep modal sosial pada literatur lainnya adalah adanya temuan terdapatnya paguyuban di Pasar Beringhajo sebagai pemanfaatan dari modal sosial khususnya bagian jejaring. Berbeda dengan literatur sebelumnya yang hanya menekankan konsep jejering pada peristiwa tawar menawar, pada tulisan ini konsep jejaring dispesifikkan menjadi dua jenis yaitu bonding dan briding. Namun, kekurangan pada tulisan hanya menekankan point hubungan pedangan dan konsumen. Norma yang berlaku hanya dilingkup pedagang dan pengelola, belum dijabarkan norma atau regulasi yang mempengaruhi dari pemerintah. Kekurangan lainnya adalah penulis tidak menggambarkan secara jelas metode seperti apa yang digunakan untuk menjawab rumusan tujuan yang ingin dibahas. Namun, secara rinci penulis sudah mencoba menghubungkan relasi diantara aktor dalam pasar dan fungsi modal sosial didalamnya sebagai modal untuk keberlanjutan pasar. 14 Tulisan ini juga menekankan pola pengembangan usaha dengan memanfaatakan komunitas atau paguyuban yang ada. Berbeda dengan literatur ketiga yang menekankan konsep pengembagan sebagai upaya personal stakeholders yang terlibat. Pada literatur ini konsep pengembangan usaha dimanfaatkan melalui pengembangan komunitas atau paguyuban. Sehingga ruang lingkup modal sosial yang dimanfaatkan lebih ke stakeholders yang terlibat dalam paguyuban tersebut. 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Strategi Pedagang Tradisional Menghadapi Persaingan dengan Retail Modern dan Preferensi Konsumen : 2013 : Jurnal : Elektronik : Yenikas Sri Rahayu dan Bahtiar Fitanto ::: Malang : Fakultas Ekonomi Brawijaya : Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB : -; 1-10 : http://jimfeb.ub.ac.id : 1 Oktober 2014 Ringkasan Kehadiran pasar modern saat ini dianggap sebagai ancaman bagi pasar tradisional. Faktor kenyamanan konsumen menjadi alasan lainnya yang dapat menarik perhatian konsumen berpindah ke pasar modern yang lebih baik kondisinya. Hal ini melatarbelakangi diperlukannya startegi sebagai upaya pertahanan pedangan untuk keberlanjutan usahanya. Ketidakseimbangan keadaan akan membuat kerugian bagi kalangan pedangan di pasar tradisional. Oleh karena itulah penulis bertujuan ingin menganalisis startegi yang diterapkan pasar tradisional di Blitar untuk mengantisipasi fenomena sosial tersebut. Metode deskriptif pada pendekatan non statistik digunakan oleh penulis sehingga informasi terbatas pemberian gambaran secara tepat suatu keadaan dan fenomena yang terjadi di pasar yang diamati. Informasi diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan menggunakan kuesioner. Point yang dianalisis yang dilakukan oleh pihak pedagang. Hasil yang diperoleh yaitu diberlakukannya strategi diskriminasi harga oleh pedagang untuk menarik perhatian konsumen dengan penawaran harga yang lebih murah dibanding pasar modern. Diskriminasi umumnya ditujukan untuk konsumen rumah tangga dan pedagang warung. Kelemahannya, pedagang akan memperoleh harga yang berbeda untuk komoditas barang pabrik karena diperoleh melaui distributor atau agen, sementara ritel modern dapat memperoleh barang secara langsung. Selain itu sistem pembayaran mundur dan perlakuan khusus bagi pelanggan setia menjadi strategi lainnya untuk mempertahankan preferensi konsumen. 15 Analisis Pada tulisan ini penulis hanya menekankan pada startegi bersaing sebagai upaya untuk keberlanjutan pasar. Penulis juga hanya menggambarkan startegi dari sisi pedagang untuk mempertahankan konsumen. Modal sosial yang terjadi di pasar obejek penelitian tidak digambarkan secara spesifik dan hanya menjadi pendukung keterangan bahwa hal tersebut diperlukan. Dibandingkan dengan literatur 1, dinamika lingkungan lebih luas tidak hanya dari ekstrenal (pesaing) tetapi juga dinamika internal, dari aktor yang terlibat dalam aktivitas pasar itu sendiri. Konteks permasalahan yang digambarkan pada literatur ini dalam peningkatan kualitas berbeda dengan literatur pertama dan ketiga yang mempunyai konsep yang sama. Konteksnya lebih ke persaingan dengan ancaman produk ritel dan preferensi konsumen, sehingga strategi yang dijalankan adalah strategi persaingan harga bukan diarahkan kepada strategi pemanfaatan norma dan kepercayaan. Hal ini lebih mengarhkan bahwa penulis ingin mengkaji jaringan yang ada pedangan sebagai upaya untuk bertahan dalam persaingan yang ada yaitu melalui metode diskriminasi harga. 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Analisis Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Di Kota Bogor : 2008 : Skripsi : Elektronik : Dyah Arum Istiningtyas ::: Bogor : Fakultas Pertanian IPB ::: http://repository.ipb.ac.id : 7 November 2014 Ringkasan Adanya kebijakan otonomi telah mengarahkan kebijakan pembangunan Kota Bogor pada upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan potensinya pada sektor perdagangan dan jasa. Kebijakan pengembangan pasar tradisional yang dilaksanakan tersebut ternyata tidak berjalan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepentingan dan pengaruh dari stakeholders yang terlibat dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor, menganalisis penyebab dari belum berhasilnya kebijakan pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor, menganalisis rencana dan strategi pengembangan pasar tradisional yang tepat untuk Kota Bogor. Pemilihan responden untuk analisis PHA dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan memiliki pengaruh dalam pengambilan kebijakan baik langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini menggunakan tiga analisis. Analisis stakeholders dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlibatan, kepentingan dan pengaruh dari seluruh stakeholders yang terkait dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional. Analisis stakeholder terdiri dari stakeholder 16 utama, sekunder, dan eksternal. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui penyebab kegagalan kebijakan, apakah proses penyusunannya yang tidak tepat atau penerapannya yang tidak berjalan dengan baik. Analisis PHA digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan pasar tradisional yang tepat di Kota Bogor sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah. Adapun hasilnya yaitu: 1. Stakeholders yang memiliki pengaruh dan kepentingan tertinggi adalah Bapeda dan Disperindagkop sedangkan masyarakat pedagang dan UPTD memiliki kepentingan tinggi namun pengaruhnya rendah. Dispenda, DLHK dan DTKP memiliki kepentingan yang rendah dan pengaruh yang tinggi. Pengelola pasar swasta memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang rendah. 2. Tidak semua stakeholders yang berkepentingan dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional dilibatkan dalam proses perencanaan dan penerapan kebijakan. Sehingga adanya kegagalan dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional disebabkan karena tidak dilibatkannya seluruh stakeholders yang berkepentingan terhadap kebijakan ini. 3. Aspek yang paling penting dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional secara berurutan yaitu aspek ekonomi (menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan pedagang dan masyarakat dan meningkatkan PAD), aspek manajemen (penataan dan pembinaan PKL, meningkatkan manajemen pengelolaan pasar tradisional secara profesional, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan membentuk pasar tradisional menjadi usaha yang efisien) dan aspek teknis (peningkatan sarana dan prasarana pasar dan kondisi fisik pasar yang lebih bersih dan rapi), aspek sosial (terciptanya kondisi pasar yang aman, nyaman dan bersih bagi konsumen). Analisis Tulisan ini bermanfaat karena membahas tentang stakeholders dan upaya pengembangan pasar tradisional. Pada tulisan sangant jelas dibahas cara untuk mengetahui siapa saja stakeholders yang terlibat dan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan proses pengembangan pasar. Penempatan psosisi ini dikategorikan atas dasar tinggi rendahnya pengaruh dan kepentingan yang disesuaikan dengan sistem operasional pasar yang berjalan. Pada akhirnya stakeholders tersebut dikalisifikasikan atas beberapa kategori yaitu stakeholders utama, sekunder, dan eksternal. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat pihak yang seharusnya berkepentingan dan berpengaruh pada realitanya sama atau tidak dengan yang diharapkan. Kemudian dari sisi pengembangan, analisis deskriptif yang digunakan penulis menggambarkan secara spesifik pengembangan apa saja yang dibutuhkan oleh pasar. Mengingat perencanaan seharusnya melibatkan pihak pedagang yang merasakan secara langsung dampak pengembangan. Adapun hasilnya masih diperlukan pengembangan dari sisi sosial, teknis, manajemen, dan ekonomi. Aspek ekonomi dalam hal membuka lapangan pekerjaan, aspek manajemen dalam hal pengelolaan pasar secara profesional, dan aspek sosial teknis yang mencakup upaya peningkatan sarana dan prasarana untuk menciptakan kondisi yang nyaman dan aman bagi pengunjung ketika berbelanja. Aspek ini lebih luas dibanding dengan litetaratur sebelumnya yang juga mempunyai konsep pengembangan hanya sebatas pengembangan kualitas produk. 17 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Optimalnya Fungsi Pasar Tradisional Lolowa Dan Pasar Tradisional Fatubenao Kecamatan Kota Atambua- Kabupaten Belu : 2006 : Thesis : Elektronik : Victor M. Manek KIIK ::: Semarang : Universitas Dipenogoro ::: http://eprints.undip.ac.id : 7 November 2014 Ringkasan Pada akhir tahun 2004 pemerintah daerah telah berupaya untuk memindahkan sebagian pedagang dari pasar tersebut ke Pasar Lolowa dan Pasar Fatubenao (lokasi baru) yang merupakan wilayah pinggiran, Kecamatan Kota Atambua. Namun kedua pasar tersebut sampai saat ini masih belum dapat berfungsi dengan baik karena hampir tidak ada pedagang yang berminat untuk menempati pasar tersebut. Pedagang yang telah dipindahkan telah dipindahkan ke lokasi pasar yang baru kembali beraktivitas di Pasar Inpres Atambua. Penelitian ini yang bertujuan untuk mencari jawaban, faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pasar tradisional di lokasi baru dengan menyelidiki keterkaitannya dengan aspek kebijakan pemerintan (kesesuaian dengan produk tata ruang dan perda) aspek fisik keruangan (lokasi pasar, utilitasdan sarana pasar, kenyamanan pasar), dan aspek sosial ekonomi (keadaan sosial dan ekonomi). Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kualitatif akan menggunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk metode penelitian kuantitatif akan digunakan analisis faktor dan alat analisis kuantitatif lain seperti analisis jarak dan kesempatan terdekat, analisis indeks sentralitas, dan analisis potensi penduduk. Hasilnya yaitu tidak ada peruntukan fasilitas perdagangan di Kelurahan Lidak dan Fatubenao, pembangunan pasar yang baru tidak melalui studi kelayakan, pedagang bersedia dipindahkan asal tidak hanya sebagian, tetapi seluruhnya, tidak adanya pelibatan masyarakat dalam pembangunan pasar yang baru, produk tata ruang sudah tidak sesuai dengan perkembangan kota, aksesibilitas menuju dua pasar baru belum cukup baik, pasar baru dapat menampung pindahan pedagang dari Pasar Inpres Atambua dan tidak terdapatnya jalur angkutan kota ke Pasar Fatubenao. 18 Analisis Melalui tulisan ini diperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi optimalnya keberadaan pasar. Pada dasarnya kondisi yang tidak optimal akan berpengaruh pada keberlanjutan pasar dan berimplikasi pada eksistensi pasar. Penulis yang mencoba mengkaji dari beberapa aspek yaitu: aspek pemerintahan, aspek sosial ekonomi dan aspek fisik keruangan. Beberapa aspek ini dipilih berdasarkan kajian pada penelitian sebelumnya dan dinilai paling berpengaruh pada keberadaan pasar. Tulisan ini belum sudah relevan antara tujuan dan pembahasan. Rincian wilayah penelitian lengkap diuraikan dengan data pendukungnya. Mungkin pada analisis aspek, khusunya aspek sosial ketika penulis atau peneliti menemukan adanya kondisi yang tidak seimbang antara stakeholder dan masyarakat khususnya dalam bidang perencanaan pembangunan belum digambarkan bagaimana hubungan relasi sosial yang terjalin diantara masyarakat pada realitanya sehingga penulis dapat menyimpulkan keadaan yang demikian. 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penaggulangan Kemiskinan Jawa Barat : 2008 : Laporan Penelitian : Elektronik : Tjipto Atmoko, dkk ::: Semarang : Lembaga Penelitian Universitas Dipenogoro ::: pustaka.unpad.ac.id/wp.../ pemetaan_dan_pemanfaatan_modal_sosial.pdf : 12 November 2014 Ringkasan Berdasarkan data yang ada, Jawa Barat mengalami permasalahan krusial terkait dengan kesenjangan pembangunan, pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat. Oleh karena itu upaya pengentasan kemisikinan tersebut tidak hanya dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tetapi juga perluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan oleh keterediaan jejaring kerja (network) dan saling percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat. Aspek ini perlu diperluas karena menjadi bagian dari modal yang dimiliki oleh masyarakat untuk dimanfaatkan. Hubungan positif diantara masyarakat yang membentuk jaringan dan kepercayaan akan menjadi modal yang berpengaruh pada keberadaan masyarakat miskin agar menjadi sasaran dari kegiatan oleh pihak luar. Upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh stakeholders yang terlibat. 19 Adapun upaya untuk melihat potensi jejaring, kepercayaan yang merupakan bagian dari modal sosial menjadi latarbelakang peneliti untuk mengkaji konsep modal sosial yang ada di wilayah Jawa Barat dan mengakaji model dari konsep modal sosial tersebut. Adapun indikator yang digunakan yaitu : 1) kelompok dan jejearing kerja, 2) kepercayaan dan solidaritas, 3) aksi kolektif dan kerjasama, 4) Informasi dan Komunikasi, 5) Kohesi dan inklusivitas sosial, 6) pemberdayaan dan tindakan politik. Indikator dari bvariabel modal sosial tersebut dikaitkan dengan indikator untuk mengukur kemiskinan yaitu; perluasan akses ekonomi, sosial, kesehatan, dan aktualisasi diri. Hasil yag diperoleh dari penelitian tersebut adalah modal sosial yang ada, baik di kalangan masyarakat rural maupun urban masih dalam tahap bonding (sebagai pengikat saja), belum sebagai jembatan (bridging) yang menghubungkan seluruh potensi warga. Hal ini ditandai oleh: (a) Kelompok-kelompok yang terbentuk mayoritas berdasarkan persamaan baik karena kekerabatan, persamaan etnik, persamaan agama, persamaan strata ekonomi, dsb, [misalnya kelompok pengajian (persamaan agama), kelompok arisan (persamaan tempat tinggal) dan kelompok tani (persamaan pekerjaan)], serta memiliki ikatan yang kuat, disebabkan pertemuan diantara anggotanya yang cukup intens; (b) Kerjasama yang dilaksanakan terbatas pada komunitas yang sama; serta (c) Pendanaan dalam kelompok tersebut pada umumnya swadaya dari iuran anggota. Keterbatasan pada kelompok untuk memberdayakan anggotanya menjadi penghambat kapasitas modal sosial tidak dapat optimal untuk penganggulangan kemiskinan. Adapun informasi yang diterima untuk perluasan ekonomi, kesehatan, dan aktualiasi diri diperoleh dari teman, keluarga, dan tetangga. Sementara unutk bantuan secara ekonomi menagndalkan kelompok masyarakat yang srata ekonominya sama. Analisis Tulisan ini mengkaji secara detail bagaimana konsep modal sosial dapat diidentifikasi pada suatu wilayah. Indikator yang digunakan peneliti yaitu: 1) kelompok dan jejering kerja, 2) kepercayaan dan solidaritas, 3) aksi kolektif dan kerjasama, 4) Informasi dan Komunikasi, 5) kohesi dan inklusivitas sosial, 5) pemberdayaan dan tindakan politik. Indikator ini yang memberikan gambaran bagaimana kondisi di lapangan terkait modal sosial yang dimanfaatkan secara deskriptif. Bila dibandingkan dengan literatur lain yang memiliki konspe yang sama yaitu mengakaji modal sosial. Indikator pada penelitian ini lebih jelas diuraikan dan dibahas secara rinci pada bab pembahasan. Dimana muara akhir dari hasil alat ukur ini untuk melihat jairngan, kepercayaan, dan norma yang berlaku dimasyarakat khususnya dalam mengatasi kemiskinan. Melalui hasil penelitian juga dapat diketahui hal yang menyebabkan tidak optimalnya suatu penanggulangan kemiskinan akibat pengaruh pemanfaatan modal sosial yang masih lemah. 20 11. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Vol ( edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal unduh : Analisis Peran Berbagai Stakeholder dalam Menyongsong Era Pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang : 2012 : Jurnal : Elektronik : Hardiansyah Gusti ::: Pontianak : Fakultas Kehutanan UNTAN : Jurnal Eksos : 8 (03); 186-194 : http://reporsitory.polnep.ac.id/xmlui/handle/ 123456789/64 : 12 Desember 2014 Ringkasan Pengelolaan hasil hutan yang menimbulkan permasalah sosial, ekonomi, dan lingkungan mendorong pemerintah membentuk kebijakan. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan kebijakan KPH (Kawasan Pemangkuan Hutan). Kebijakan ini khususnya diberlakukan di daerah Kalimantan Barat dimana kebijakan ini dimaksudkan agar program pembangunan lebih mengarah pada persoalan yang dihadapi dan sesuai aspirasi masyarakat. Namun, tak sejalan dengan harapan dibentuknya kebijakan ini, pembangunan KPH tidak terlepas dari permasalahan seperti: belum dipahaminya dan belum sinerginya Peraturan Perundanganundangan yang yang terkait dalam pembentukan KPH, perbedaan kesiapan di masing-masing daerah, belum disepakatinya bentuk organisasi KPH dan sumberdaya manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis permasalahan dalam menyongsong pembangunan KPH Kabupaten Ketapang dan mengetahui peran antara pengelola KPH dengan stakeholder lain dalam pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang. Adapun metode yang digunakan adalah metode survei dengan tujuan untuk memperoleh faktafakta dari gejala permasalahan-permasalahan dalam menyongsong KPH. Adapun hasil yang diperoleh yaitu penulis menganalisis stakeholder yang terlibat berdasarkan beberapa aspek yaitu minat atau kepentingan stakeholder terhadap keberhasilan pembangunan KPH dan Power yaitu kekuasaan stakeholder untuk mempengaruhi atau membuat kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan KPH. Adapun klasifikasi stakeholders yang ditemukan dilapangan yaitu: 1. Subject: Subject adalah organisasi yang mempunyai minat besar namun memiliki kekuasaan yang rendah. subject adalah: LSM, pemegang ijin, Universitas, masyarakat yang pro KPH dan BPDAS Kalbar. 2. Players adalah mereka yang mempunyai minat besar dan kekuasaan yang besar. Dishut Propinsi Kalimantan Barat, Dishut Kabupaten Ketapang dan BPKH Kalbar. Kelompok ini mencakup Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, Bappeda Kabupaten Ketapang dan DPRD Ketapang. 3. Contest Setter adalah kelompok yang mencakup Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, Bappeda Kabupaten Ketapang dan DPRD Ketapang. 21 4. Crowd adalah mereka (Instansi/lembaga/masyarakat) yang mempunyai minat kecil dan kekuasaan yang kecil. Kurangnya partisipasi antar stakeholder terkait adalah hal lain yang menjadi kendala dalam pembangunan stakeholder. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah mendorong partisipasi semua pihak untuk menginformasikan mengenai KPH, melakukan koordinasi, kolaborasi yang pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan KPH serta mensinkronkan kegiatan yang terkait antar stakeholder dan bersosialisasi. Analisis Melalui tulisan ini diperoleh konsep analisis stakeholders yang dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu minat dan kekuatan. Keterhubungan keduanya untuk melihat penempatan posisi stakeholders yang dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu subject yaitu yang mempunyai minat besar dan kekuasaan rendah, players mempunyai minat dan kekuasaan yang besar, dan crowd mempunyai minat dan kekuasaan kecil. Hubungan diantara stakeholder berpengaruh dalam pembangunan dan berjalannya suatu kebijakan, oleh karena itu kurangnya partisipasi stakeholders akan menjadi kendala jika tidak diperhatikan. Identifikasi peran dari stakeholders adalah pendukung untuk melihat sejauh mana pengaruh yang diberikan untuk oleh masingmasing pihak dan menganalisis tingkat partisipasi yang telah diberikan. Jika dibandingkan dengan literatur lainnya yang membahas konsep stakeholders, terdapat perbedaan dalam pengkategorian stakeholders untuk melihat peran dan kepentingannya. Penulis belum memaparkan secara jelas ada atau tidaknya hubungan antara analisis stakeholders yang ditemukan dengan pelaksanaan peran dan partisipasi dari stakeholders yang terkait. Seharusnya penulis juga melakukan metode wawancara agar fakta yang diperoleh melalui survei juga didukung oleh pernyataan-pernyataan untuk melihat pandangan stakeholders terhadap hubungan yang terjalin dan partisipasi yang diberikan untuk menyongsong pembangunan KPH. 22 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Analisis Stakeholders Defenisi Stakeholders Menurut Gray et al (2001) dalam Iryanie (2009) stakeholders adalah “…..pihakpihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholders antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lain-lain.” Masih dalam Iryanie (2009), menurut Ghozali dan Chariri (2007) perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdersnya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Iryanie (2009) menyatakan bahwa pengaruh dari stakeholder ini yang akan mendukung keberadaan dari suatu perusahaan, karena makin besar kekuatan stakeholder maka makin besar kemampuan usaha untuk beradaptasi dari pengaruh atau anacama dari luar maupun dalam. Adanya keterlibatan stakeholders yang berkaitan dengan keberadaan suatu usaha maka diperlukan suatu proses identifikasi untuk mengetahui keterlibatan dari stakeholders sebagai upaya untuk mejaga keberadaan suatu usaha, baik skala usaha personal maupun publik seperti pasar tradisional. Adapun proses yang dilakukan dengan mengidentifikasi siapa saja stakeholders yang terlibat serta menganalisis peran serta kepentingannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Isningtyas (2008) bahwa analisis stakeholders dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlibatan, kepentingan dan pengaruh dari seluruh stakeholders yang terkait dalam kebijakan pengembangan pasar tradisional. Berdasarkan hasil penelitiannya tersebut, stakeholders dapat diartikan sebagai individu, kelompok atau lembaga yang kepentingannya dipengaruhi oleh isu atau pihak yang tindakannya secara kuat mempengaruhi isu. Identifikasi Peran dan Kepentingan Stakeholders Analisis stakeholders adalah sebuah proses sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi secara kualitatif untuk menentukan kepentingan siapa yang harus diperhitungkan ketika mengembangkan atau menerapkan suatu kebijakan atau program (Schmeer 2007 dalam Isningtyas 2008). Berdasarkan defenisi tersebut dapat stakeholders yang terdapat di lapagan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu: 1. Stakeholders utama, mempunyai pengaruh yang lemah terhadap lahirnya suatu kebijakan/keputusan tetapi kesejahteraan mereka sangat penting dipertimbangkan bagi pengambil kebijakan/keputusan. Dalam hal ini adalah masyarakat yang berada di sekitar areal yang akan dikembangkan serta pihak lain yang memanfaatkan wilayah tersebut. 2. Stakeholders sekunder (tingkat kedua), yaitu mereka yang mempengaruhi keputusan/kebijakan pada saat kebijakan dibuat (pembuat kebijakan) dan pihak yang terkait dengan implementasi kebijakan tersebut. Pada program pengembangan pasar tradisional ini, yang menjadi stakeholders sekunder adalah pihak pemerintah daerah atau pihak swasta. 3. Stakeholders eksternal, adalah individu atau grup yang dapat menggunakan pengaruhnya misalnya dengan melakukan lobi kepada pembuat keputusan. Yang digolongkan pada stakeholders eksternal adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerhati lingkungan. 23 Sementara menurut Wijayanti (2013) berdasarkan deskripsi historis dipadukan dengan deskripsi pasar dewasa maka dihasilkan protoype pasar tradisional yang efektif dan kuat agar pedagang memiliki keberdayaan. Model partisipan stakeholder dapat dijadikan alternatif guna memberdayakan semua potensi pasar tradisional. Prototipe yang menggambarkan kondisi efisien dan kuat dalam pengelolaan adalah yang berbasis kerakyatan dengan memanfaatkan model partisipasi stakeholder 3 pilar yaitu: 1. Pemerintah. Peran pemerintah yaitu dalam pembentukan dan pelaksana kebijakan untuk memperdayakan pasar secara fisik dan nonfisik. Kegiatan berupa pelatihan dan pendampingan sangat diperlukan untuk menjaga perilaku para pedagang. 2. Pedagang. Aspek yang dipengaruhi yaitu aspek perilaku (membekali keterampilan layanan), mutu barang, dan penataan barang serta perlindungan konsumen. 3. Kemitraan. Kemitraan diperlukan untuk mendukung potensi yang ada, pemberdayaan yang besifat fasilitatif sehingga pengelola lebih fokus ke masalah substantive. Aspek yang dipengaruhi yaitu parkir kendaraan, kebersihan, pemeliharaan, keamanan. Pemanfaatan Modal Sosial Elemen Modal Sosial Modal sosial dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh komunitas dan akan tumbuh berkembang jika digunakan bersama dan akan mengalami kemunduran jika tidak dilembagakan bersama (Lubis [tidak ada tahun]). Modal sosial akan tumbuh dan semakin berkembang kalau digunakan secara bersama dan sebaliknya akan mengalami kemunduran atau penurunan bahkan suatu kepunahan dan kematian kalau tidak digunakan atau dilembagakan secara bersama. Pada teori Putnam dalam Lubis (tidak ada tahun) juga menekankan bahwa modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaring kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Modal Sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dan antarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok. Modal sosial mencakup isnstitusi, relasi, atititude, dan nilai yang mengarahkan dan menggerakan interaksi-interaksi antar orang dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Menurut Lesser (2000) dalam Lubis (tidak ada tahun), modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi angota komunitas, menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, memungkinkan pencapaian bersama dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas Pada dasarnya kehadiran pasar tradisional diikuti dengan potensi modal didalamnya. Adapun modal yang mengikutinya adalah modal ekonomi dan modal sosial. Menurut Jati (2012) dalam Maziyah (2014), modal sosial yang tercipta dalam iklim perekonomian pasar tradisional yaitu kerjasama dan kepercayaan, adanya dimensi kerjasama dalam konteks pasar tradisional di indonesia sendiri mengajarkan bahwa kegiatan-kegiatan transaksi ekonomi tidak selalu memikirkan profitabilitas dan 24 keuntungan ekonomi semata, tetapi juga membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan terhadap sesama. Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan optimalisasi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama (http://bentangkemanusiaan.org). Bentuk Modal Sosial Modal sosial tidak berdiri tunggal melainkan terdiri atas bermacam entitas yang dibentuk atas dasar struktur sosial yang mengarahkan tindakan pelaku-pelaku tertentu dalam sebuah struktur. Hal ini digambarkan oleh adanya hubungan yang melekat di antara para pelaku dalam sebuah struktur. Hubungan ini yang menekankan bahwa sifat dari modal sosial produktif unutk mencapai tujuan tertentu dan dalam ketiadaannya maka tujuan tersebut tidak akan mungkin tercapai (Coleman, 1988: 98 dalam Lubis [tanpa tahun]). Modal sosial didasarkan pada dua nilai, yaitu primordiality berdasarkan nilai-nilai primordial, seperti suku, agama, ras, atau klik dan nilai ikatan civility adalah kebebasan, persamaan dan toleransi. Adapun bentuk modal sosial meurut Lubis [tidak ada tahun) yaitu: 1. Kepercayaan. Istilah ini berhubungan dengan kejujuran dan kerjasama yang ada di antara orang-orang dalam sebuah komunitas. Menurut Coleman (1990) sebuah komunitas manusia selalu perlu kepercayaan bersama (shared beliefs) sebagai “bahan bakar” penting bagi tindakan kolektif. 2. Norma. Norma ini kemudian diekspresikan dalam bentuk bahasa formal maupun informal sebagai semacam kebijakan, sehingga semua orang yang memiliki norma ini harus menyadari keberadaan dan isi kebijakan tersebut. Maka itu, norma hanya akan muncul jika ada komunikasi dan keberadaannya bergantung pada komunikasi yang reguler. 3. Jaringan. Pada teori Putnam dalam pemikiran dan teori tentang modal sosial, memang didasarkan pada kenyataan bahwa “jaringan antara manusia” adalah bagian terpenting dari sebuah komunitas. Bentuk modal sosial ini dapat diidentifikasi sejalan dengan indikator untuk mengukur modal sosial menurut Atmoko (2008) yaitu: 1) kelompok dan jejaring kerja, 2) kepercayaan dan solidaritas, 3) aksi kolektif dan kerjasama, 4) Informasi dan Komunikasi, 5) Kohesi dan inklusivitas sosial, 6) pemberdayaan dan tindakan politik. Sementara Berdasarkan hasil penelitian Mustofa (2013), pada modal sosial terdapat beberapa dimensi yang dapat dikaji yaitu kepercayaan, jaringan, dan norma. Adapun indikatornya yaitu: 1. Kepercayaan pada proses pengembangan usaha terdiri dari beberapa tipe, antara lain kepercayaan atas perekrutan dan kinerja tenaga kerja, permodalan awal, hubungan kekerabatan, pembayaran rutin, pembayaran mundur, pemasok langganan, pengenalan merk usaha, langganan tetap, dan penitipan barang dagangan. 2. Jaringan terdiri dari: jaringan peluang pemasaran, peluang lapangan kerja, peluang usaha baru, perluasan usaha melalui cabang usaha, penetapan mitra usaha, dan penghematan biaya. 25 3. Norma terdiri dari: norma kesopanan, pembagian waktu kerja, pembagian kerja, setoran penjualan, pengelolaan produk, paguyuban, serta norma penguasaan lokasi. Hubungan Sosial pada Pasar Tradisional Adanya hubungan sosial yang terjalin pada aktivitas pasar menurut Ristyantoro (2010) akan mempengaruhi pada munculnya pergeseran paradigma atau pandangan sehingga mengakibatkan terjadinya disfungsi pasar. Keadaan ini dapat menggambarkan lemahnya hubungan sosial yang dijalin kajian ini diperoleh berdasarkan pandangan Poralnyi yang menjelaskan adanya pergeseran nilai pasar ketika modal sosial tidak dijalankan seimbang dan berpengaruh terhadap eksistensi pasar. Konsep pasar yang sinergi dengan pasar modern, membuat keberlanjutan perdagangan di pasar tetap dapat bertahan. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan modal sosial yang dijalankan dalam pengaturan komunitasnya. Adapun kekuatan modal sosial yang dimaksud menurut Nurhayati (2014) yaitu: 1. Norma. Norma yang berlaku terdiri dari norma lokal yaitu budaya “pekewuh”. Norma lokal ini merupakan nilai sosial yang terbentuk secara indigenous bukan sebagai hasil dari intervensi. Norma eksternal atau nilai-nilai sosial yang ditanamkan oleh pengelola berupa Filosofi “pasarku resik rejekiku apik” yang ditekankan oleh pengelola pasar untuk mendorong pedagang menjaga kenyamanan dan kebersihan pasar. Selain itu juga penanaman filosofi “SEMAR” yang merupakan singkatan dari Senyum, Eling dengan Yang Maha Kuasa, Manunggal diadakan paguyuban untuk persatuan, Arahan dari pengelola pasar, dan Ramah. 2. Kepercayan yang tinggi dibentuk melalui hadirnya paguyuban yang berkolaborasi yang bersifat formal maupun informal. Selain itu kepercayaan juga dibentuk dengan sesama pedagang, kepercayaan juga terbangun antara pedagang dengan supplier. 3. Jejaring terdiri atas 2 bagian yaitu jejaring briding dan jejaring bonding. Jejaring briding yaitu hubungan antara pedagang dengan pembeli atau supplier dari lintas suku, agama, dan daerah. Sementara, jejaring bonding atau kepaduan yang paling mudah di temukan di pasar tradisional kota yogyakarta adalah asosiasi pedagang atau paguyuban. Tidak hanya hubungan sosial yang terjalin dalam peguyuban, tetapi pemerintah juga turut mempengaruhi secara positif kepercayaan, kohesivitas, altruisme, gotong royong, partisipasi, jaringan, kolaborasi sosial dalam sebuah komunitas, dalam hal ini komunitas pasar tradisional. Karena hubungan sosial pada umumnya akan tumbuh dan berkembang bukan saja karena adanya kesamaan tujuan dan kepentingan, melainkan pula karena adanya kebebasan menyatakan pendapat dan berorganisasi, terjalinnya relasi yang berkelanjutan, serta terpeliharanya komunikasi dan dialog yang efektif. Eksistensi Pasar Tradisional Menurut Andriani dan Ali (2013) eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan meningkat, stagnan atau sebaliknya mengalami kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Jika dikaitkan dengan keberadaan pasar eksistensi merupakan pembuktian akan hasil kerja (performa) di dalam suatu aktivitas pasar, dalam hal ini pasar tradisional. Adapun indikator yang indikator kelangsungan eksistensi pasar tradisional ditunjukkan dari keminatan atau kelebihsukaan (preference) konsumen dalam berbelanja (Andriani dan Ali 2013). 26 Lebih spesifik hal yang dapat dilihat untuk menganalisis kondisi pasar menurut Andriani dan Ali (2013) yaitu berdasarkan tiga aspek: eksistensi pasar tradisional dengan indikator: 1)karakteristik pasar tradisional (sarana dan prasarana pasar, segmen pasar yang terdiri dari beberapa sub variabel antara lain: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lokasi tempat tinggal, mata pencaharian, jenis barang kebutuhan, dan sarana transportasi, serta komoditas dan aktivitas pasar yang terdiri dari: ragam barang, kualitas barang, dan aktivitas pasar. 2) persepsi pedagang (perubahan pendapatan, jumlah pembeli, ragam barang, dan harga barang). 3) dan persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional (faktor kenyamanan, faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar). Selain analisis keminatan dan kondisi fisik keadaan pasar tradisional, hal lain yang diperlukan untuk menjaga keberadaan pasar tradisional adalah strategi. Pada dasarnya eksistensi berhubungan dengan gambaran strategi orientasi pasar dalam peningkatan kualitas produk yang didagangkan. Adapun faktor sumber daya manusia mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan atau dipasarkan. Menurut Rosnawintang (2012), strategi mempertahankan usaha pasar yaitu dengan melihat pengaruh dari 2 aspek yaitu orientasi pasar dan moderasi lingkungan. Berdasarkan keadaan kedua aspek ini dapat ditentukan bagaimana upaya untuk mempertahankan pasar yang ada atau keberlanjutan dari pasar. Hal ini penting untuk diperhatikan karena segmen konsumen akan menentukan permintaan akan produk yang didagangkan dan dapat menjadi performa kualitas bagi pedagang untuk menyesuaikan dengan permintaan. Adapun faktor yang mempengaruhi berjalannya strategi tersebut bergantung pada keadaan beberapa aspek yang akan menentukan optimal atau tidaknya fungsi pasar tradisional. Menurut Kiik (2006), aspek yang mempengaruhi keadaan optimal fungsi pasar yaitu aspek kebijakan pemerintahan (kesesuaian dengan produk tata ruang dan perda) aspek fisik keruangan (lokasi pasar, utilitas dan sarana pasar, kenyamanan pasar) dan aspek sosial ekonomi (keadaan sosial, potensi penduduk, hubungan pedagang dengan konsumen, sebaran fasilitas sosial) dan ekonomi ( daya beli masyarakat, harga sewa dan retribusi). Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan elemen mendasar untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Kehadiran pasar sebagai wadah untuk dapat saling bertransaksi untuk mendapatkan kebutuhan adalah potensi yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak yang bertransaksi. Adanya beragam wujud pasar dilihat dari kondisi fisiknya saat ini, membuka peluang kompetitif diantara pasar yang terbentuk. Pada akhirnya orang-orang yang terlibat didalamnya harus bertanggung jawab menjaga eksistensi pasar tersebut agar tetap berdaya. Salah satu wadah yang dimanfaatkan adalah pasar tradisional. Menurut Perda Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pasar, pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dengan fasilitas sederhana, dikelola dengan manajemen sederhana dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, atau pun tenda yang diisi oleh pedagang kecil, menengah dan koperasi dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Adapun ciri khas tawar menawar pada pasar tradisional merupakan gambaran hubungan sosial yang terjadi diantara pedagang dan pembeli. Hubungan sosial ini terjalin secara intens hingga akhirnya membuat hubungan kedekatan yang terjalin diantara kedua belah pihak dan berpengaruh terhadap keberadaan pasar. Namun, belakang ini tidak dipungkiri adanya tantangan baik dari dalam maupun dari luar 27 berpengaruh terhadap keberadaan pasar. Bukan hanya bermodalkan ragam barang yang ditawarkan akan tetapi kualitas hubungan orang-orang yang terlibat didalamnya akan berpengaruh terhadap keberadaan pasar. Adapun inidividu yang terlibat mulai dari pedagang, pembeli, pemerintah, dan swasta akan berperan sesuai kepentingannya masing-masing di pasar. Keterlibatan atas dasar kepentingan dan peran ini yang menghimpun mereka dalam status sebagai stakeholders. Iryanie (2009) menyatakan bahwa pengaruh dari stakeholders ini yang akan mendukung keberadaan dari suatu perusahaan, karena makin besar kekuatan stakeholder maka makin besar kemampuan usaha untuk beradaptasi dari pengaruh atau anacama dari luar maupun dalam. Sejalan dengan pandangan tersebut, pola hubungan yang dijalin oleh stakeholders tersebut akan membawa pengaruh dan disesuaikan dengan posisi atau kategorinya yaitu (Isningtyas 2008) : 1. Stakeholders utama, mempunyai pengaruh yang lemah terhadap lahirnya suatu kebijakan/keputusan tetapi kesejahteraan mereka sangat penting dipertimbangkan bagi pengambil kebijakan/keputusan. Dalam hal ini adalah masyarakat yang berada di sekitar areal yang akan dikembangkan serta pihak lain yang memanfaatkan wilayah tersebut. 2. Stakeholders sekunder (tingkat kedua), yaitu mereka yang mempengaruhi keputusan/kebijakan pada saat kebijakan dibuat (pembuat kebijakan) dan pihak yang terkait dengan implementasi kebijakan tersebut. Pada program pengembangan pasar tradisional ini, yang menjadi stakeholders sekunder adalah pihak pemerintah daerah atau pihak swasta. 3. Stakeholders eksternal, adalah individu atau grup yang dapat menggunakan pengaruhnya misalnya dengan melakukan lobi kepada pembuat keputusan. Yang digolongkan pada stakeholders eksternal adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerhati lingkungan. Peran-peran tersebut dijalankan tidak terlepas dari adanya intensitas pertemuan dan komunikasi yang terjalin dengan lainnya. Hal tersebut akan menggambarkan adanya nilai keyakinan yang dianut oleh stakeholders. Nilai keyakinan ini yang akan membentuk norma. Norma ini yang diperlukan untuk mengatur perilaku transaksi supaya dapat saling menguntungkan. Adanya norma yang diterapkan artinya kepercayaan sudah terbentuk diantara para pelaku atau stakeholders. Pada dasarnya hubungan sosial inilah yang menjadi potensi modal dalam pengembangan pasar, atau yang disebut sebagai modal sosial. Menurut Jati (2012) dalam Maziyah (2014), modal sosial yang tercipta dalam iklim perekonomian pasar tradisional yaitu kerjasama dan kepercayaan, adanya dimensi kerjasama dalam konteks pasar tradisional di indonesia sendiri mengajarkan bahwa kegiatan-kegiatan transaksi ekonomi tidak selalu memikirkan profitabilitas dan keuntungan ekonomi semata, tetapi juga membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan terhadap sesama. Kekuatan hubungan yang terjalin di antara stakeholders yang menjadi modal akan menentukan aktivitas pasar dan keberadaan pasar. Hal ini sejalan dengan laporan World Bank (2006) dalam Lubis (tidak ada tahun) bahwa ada bukti yang nyata bahwa perdagangan pada level makro dipengaruhi oleh modal sosial. Pada penelitian Andriani dan Ali (2013) pun diperoleh hasil bahwa modal sosial merupakan kunci utama dalam penguatan keberadaan pasar. Adapun elemen modal sosial berdasarkan Lubis (tidak ada tahun) yaitu norma, saling ketergentungna, kepercayaan, dan jaringan adalah elemenelemen yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kerjasama untuk mencapai hasil yang diinginkan yang mampu mengakomodasi kepentingan individu yang melakukan kerjasama maupun kelompok secara kolektif. 28 Modal sosial merupakan salah satu upaya yang dilakukan pedagang pasar untuk mempertahankan eksistensinya (Andriani dan Ali 2013). Modal sosial yang terdapat pada pasar pun dapat diidentifikasi sejalan dengan indikator untuk mengukur modal sosial menurut Atmoko (2008) yaitu: 1) kelompok dan jejaring kerja, 2) kepercayaan dan solidaritas, 3) aksi kolektif dan kerjasama, 4) informasi dan komunikasi, 5) kohesi dan inklusivitas sosial, 6) pemberdayaan dan tindakan politik. Adapun kekuatan modal sosial yang diukur tersebut akan mengidentifikasi bentuk dari modal sosial yang dijalankan seperti hasil penelitian Nurhayati (2014) pada salah satu pasar tradisional di Yogyakarta yaitu: 1. Norma. Norma yang berlaku terdiri dari norma lokal dan norma eksternal atau nilai-nilai sosial yang ditanamkan oleh pengelola seperti filosofi. 2. Kepercayan yang tinggi dibentuk melalui hadirnya paguyuban yang berkolaborasi yang bersifat formal maupun informal. Selain itu kepercayaan juga dibentuk dengan sesama pedagang, kepercayaan juga terbangun antara pedagang dengan supplier. 3. Jejaring terdiri atas 2 bagian yaitu jejaring briding dan jejaring bonding. Jejaring briding yaitu hubungan antara pedagang dengan pembeli atau supplier dari lintas suku, agama, dan daerah. Sementara, jejaring bonding atau kepaduan yang paling mudah di temukan di pasar tradisional kota yogyakarta adalah asosiasi pedagang atau paguyuban. Hal tersebut hanya contoh kecil dari pemanfaatan modal sosial di pasar tradisional, hal ini bergantung kembali kepada stakeholders yang terlibat didalamnya dan pola interaksi yang terjadi diantara stakeholders tersebut. Penilaian beberapa indikator yaitu dilihat dari sisi 1) karakteristik pasar tradisional (sarana dan prasarana pasar, segmen pasar yang terdiri dari beberapa sub variabel antara lain: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lokasi tempat tinggal, mata pencaharian, jenis barang kebutuhan, dan sarana transportasi, serta komoditas dan aktivitas pasar yang terdiri dari: ragam barang, kualitas barang, dan aktivitas pasar). 2) persepsi pedagang (perubahan pendapatan, jumlah pembeli, ragam barang, dan harga barang). 3) dan persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional (faktor kenyamanan,faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar) (Andriani dan Ali 2013). Adapun stakeholders yang terlibat pada pasar yang satu berbeda dengan pasar yang lainnya, demikian dengan kekuatan serta kinerja yang berjalan dalam aktivitas pasar. Setelah diidentifikasi siapa saja stakeholder yang terlibat kemudian lebih dalam lagi kita dapat mengetahui manfaat stakeholders untuk pasar melalui analisis stakeholders. Posisi antar stakeholders pun berbeda dilihat dari pendekatan peran dan kepentingannya. Identifikasi stakeholders yang terlibat dilihat dari sisi kepentingannya terdiri atas stakeholder utama, sekunder, dan eksternal. Salah satu pendekatan peran dari stakeholders adalah melalui pemanfaatan modal sosial yang terdapat di pasar tradisional. Adanya interaksi yang tinggi berdampak pada kohesivitas yang tinggi juga. Adanya modal sosial yaitu berupa norma, kepercayan, dan jaringan menjadi pendukung dari stabilitas keadaan pasar dan eksistensi pasar. Oleh karena itu peran dari stakeholder dalam pemanfaatan modal sosial tersebut perlu diperhatikan. Adapun idikator mengukur modal sosial yang dimanafaatkan oleh stakelholders yaitu: 1) kelompok dan jejaring kerja, 2) kepercayaan dan solidaritas, 3) aksi kolektif dan kerjasama, 4) Informasi dan Komunikasi, 5) Kohesi dan inklusivitas sosial, 6) pemberdayaan dan tindakan politik (Atmoko 2008). 29 Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kekuatan dari stakeholders dalam memanfaatkankan modal sosial akan berpengaruh pada eksistensi pasar (Andriani dan Ali 2013). Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan meningkat, stagnan atau sebaliknya mengalami kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Modal sosial yang dimanfaatkan akan terlihat dari beberapa aspek yaitu: 1. Karakteristik pasar tradisional (sarana dan prasarana pasar, segmen pasar yang terdiri dari beberapa sub variabel antara lain: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lokasi tempat tinggal, mata pencaharian, jenis barang kebutuhan, dan sarana transportasi, serta komoditas dan aktivitas pasar yang terdiri dari: ragam barang, kualitas barang, dan aktivitas pasar. 2. Persepsi pedagang (perubahan pendapatan, jumlah pembeli, ragam barang, dan harga barang. 3. Persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional (faktor kenyamanan,faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar. Aspek-aspek tersebut yang akan menjadi pilihan untuk melihat bagaimana kondisi keberadaan pasar tradisional terkini yang dipengaruhi dari kekuatan stakeholders dalam memanfaatkan modal sosial yang ada. Bukan hanya presepsi pedagang dan pengunjung, tetapi pemerintah juga turut mempengaruhi secara positif kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, partisipasi, jaringan, kolaborasi sosial dalam sebuah komunitas, dalam hal ini komunitas pasar tradisional. Pada umumnya hubungan sosial akan tumbuh dan berkembang bukan saja karena adanya kesamaan tujuan dan kepentingan, melainkan pula karena adanya kebebasan menyatakan pendapat dan berorganisasi, terjalinnya relasi yang berkelanjutan, serta terpeliharanya komunikasi dan dialog yang efektif untuk menguatkan keberadaan pasar tradisional.Secara ringkas, hubungan diantara ketiga konsep tersebut dapat digambarkan pada gambar dibawah ini: Stakeholders yang terlibat: pedagang, penjual, pemerintah, swasta Hubungan diantara stakeholders sebagai modal sosial:norma, kepercayaan, jaringan Kekuatan masing-masing stakeholders dalam memanfaatkan modal sosial untuk menguatkan keberadaan pasar Penentuan keadaan eksistensi pasar dipengaruhi kekuatan modal sosial yang dimanfaatkan Eksistensi pasar tradisional tetap terjaga dan kuat Gambar 1. Gambaran Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional 30 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Hubungan Modal sosial, Stakeholders, dan Pasar Tradisional Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat membutuhkan wadah untuk dapat saling bertransaksi demi mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan tersebutlah, untuk mempermudah proses transaksi masyarakat memanfaatkan lokasi khusus untuk menjadi tempat bertransaksi atau yang dikenal dengan pasar. Berdasarkan kelas mutunya, salah satu jenis pasar yang dikenal dan dibentuks masyarakat adalah pasar tradisional. Tampilan pasar tradisional yang erat dengan kesederhanaan karena terdiri atas bangunan permanen atau semi permanen berbentuk kios yang ditata sedemikian rupa agar menarik perhatian khalayak. Setiap daerah mempunyai penataan yang berbeda dan pengaturan yang berbeda sebagai dasar pembangunan pasar tradisional. Namun, secara umum ketentuan pendirian pasar sudah diatur dalam Peraturan Kementrian Perdagangan tahun 2012 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan,Toko Modern. Berdasarkan peraturan tersebut tergambarkan secara jelas bahwa adanya peran dari pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pasar sangat berpengaruh untuk menjaga stabilitas pasar agar keberadaannya tetap terjaga. Berdirinya pasar tradisional serta aktivitas yang berlangsung di dalamnya tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang mempunyai peran dan kepentingan. Adapun pihak-pihak tersebut dikenal dengan istilah stakeholders atau individu/kelompok yang terlibat dalam berjalannya fungsi pasar sesuai waktu operasional pasar dan mempunyai pengaruh terhadap keberadaan pasar. Kehadiran stakeholders setiap pasar pun berbeda. Secara deksriptif dapat digambarkan siapa saja stakeholders yang terlibat dalam suatu pasar tradisional. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi individu atau kelompok yang terlibat untuk menguatkan keberadaan pasar. Peran serta kepentingan berpengaruh terhadap posisi dari masing-masing pihak yang terlibat, hal ini pun tergantung dari sudut pandang dari satu pihak ke pihak lainnya. Berdasarkan penelitian terdahulu pengkategorian stakeholders hanya berdasarkan peran dan kepentingan terhadap kebijakan yang akan diberlakukan atau telah diberlakukan. Sementara untuk mengetahui peran dan kepentingan stakeholders lebih dalam maka hal yang perlu diidentifikasi adalah peran serta kepentingan para pelaku terhadap aktivitas dan keberadaan pasar. Berdasarkan identifikasi tersebut maka posisi dari pihak-pihak tersebut dapat diklasifikasikan ke beberapa bagian yaitu: 1. Stakeholders utama: posisi yang mempunyai peran dan kepentingan paling besar dan pengaruhnya nyata terhadap aktivitas dan keberadaan pasar, tetapi paling lemah pengaruhnya untuk kebijakan. Misalnya pihak konsumen, pedagang, pengelola. 2. Stakeholders sekunder: posisi yang mempunyai peran dan kepentingan lebih rendah dibandingkan stakeholder utama terhadap aktivitas dan keberadaan pasar, tetapi pengaruhnya paling kuat untuk kebijakan. Misalnya pihak pemerintah daerah setempat. 3. Stakeholders eksternal: posisi yang mempunyai peran dan kepentingan secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas dan keberadaan pasar, dan menggunakan pengaruh dari kebijakan yang diberlakukan. Misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat. 31 Identifikasi stakeholders ini pada dasarnya akan bermanfaat untuk mengetahui aktivitas yang berlangsung di pasar, aspek aspek yang berhubungan dengan pengelolaan pasar tradisional, serta keterlibatan dari masing-masing pihak disesuaikan dengan tingkat peran serta kepentingannya terutama pengaruhnya terhadap keberadaan pasar. Adapun aspek-aspek yang berkaitan dengan pihak-pihak tersebut dapat dianalisis berdasarkan hubungan yang terjalin diantara stakeholders dari intensitas komunikasi dan interaksi yang dijalani agar fungsi pasar tetap berjalan. Adapun hubungan yang terjalin dapat dianalisis pengaruhnya untuk apakah ada pengaruhnya untuk upaya penguatan keberadaan pasar. Pada dasarnya bentuk hubungan tersebutlah yang menjadi ciri khas dari pasar tradisional dan hubungan ini menjadi modal sosial yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga keberadaan pasar, karena pada dasarnya keberadaan pasar berhubungan dengan keberadaan dan hubungan orang-orang yang terlibat didalamnya. Berdasarkan hal tersebut dapat diidentifikasi apada setiap pasar tradisional memanfaatkan modal sosial yang dapat dilihat berdasarkan ada atau tidaknya kelompok dan jejaring kerja, tingkat kepercayaan dan solidaritas, aksi kolektif dan kerjasama yang dijalankan, kelancaran informasi dan komunikasi, tingkat kohesi dan inklusivitas sosial. Keadaan dari hubungan yang tergambarkan melalui identifikasi dari beberapa aspek tersebut akan menggambarkan bentuk dari modal sosial yang berlaku pada suatu pasar tradisional. Bentuk modal sosial yang dimaksud yaitu mulai dari norma yang berlaku baik dari norma lokal maupun norma eksternal, kepercayaan yang terjalin kuat atau lemah, dan jaringan yang terbentuk berkaitan dengan banyaknya jaringan yang ada serta pengaruhnya untuk keberadaan pasar. Kekuatan para stakeholders untuk memanfaatkan modal sosial ini yang akan berpengaruh pada eksistensi pasar dan penguasaannya terhadap pasar. Pada akhirnya berdasarkan kondisi kuat lemahnya pemanfaatan modal sosial oleh stakeholders akan disimpulkan keberadaan suatu pasar berada dalam kondisi stagnasi atau vakum, atau mengalami kemunduran, atau mengalami peningkatan. Disamping itu penilaian akan dilakukan berdasarkan persepsi pengunjung terhadap eksistensi pasar tradisional (faktor kenyamanan,faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar), persepsi pedagang (jumlah pembeli, ragam barang, harga barang), persepsi pemerintah (kondisi ketersediaan fasilitas, sarana, pembinaan). Meskipun demikian adanya pengaruh eksternal seperti aspek ekonomi, sosial, dan politik secara universal tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh terhadap eksistensi pasar. Kerangka Pemikiran Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh Stakeholders Dalam Penguatan Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi secara langsung. Adanya pasar tradisional diklasifikasikan berdasarkan mutu kelas tampilan pasar. Keberlanjutan pasar tradisional sebagai salah satu fasilitas umum yang mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya merupakan harapan dari setiap stakeholders yang terlibat didalamnya. Hal ini dipengaruhi oleh variabel stakeholders dan variabel modal sosial yang merupakan variabel terikat dengan keberadaan pasar. Adapun stakeholders mempunyai peran untuk dapat menentukan esksistensi pasar, terutama dalam memanfaatkan modal sosial yang ada. Stakeholders yang teridentifikasi kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan peran dan kepentingannya untuk melihat posisi stakholders bagi keberdayaan pasar 32 tradisional. Stakeholders terbagi atas beberapa jenis berdasarkan kepentingannya yaitu stakeholders utama, sekunder, dan eksternal. Hubungan antara stakeholders dapat mempengaruhi pemanfaatan modal sosial yang terdapat di pasar tradisional. Adapun hubungan tersebut akan berpengaruh untuk memberikan gambaran dari bentuk modal sosial yang terdapatt di suatu pasar tradisional. Hubungan tersebut dapat dapat dilihat dari pengaruh ada atau tidaknya kelompok dan jejaring kerja, tingkat kepercayaan dan solidaritas, ada atau tidaknya aksi kolektif dan kerjasama, kelancaran informasi dan komunikasi, tingkat kohesi dan inklusivitas sosial. Adanya respon positif dari keadaan modal sosial yang diukur berdasarkan indikator tersebut berpegerah terhadap bentuk modal sosial yang dimanfaatkan yaitu mulai dari norma yang berlaku baik norma lokal maupun eksternal, tingkat kepercayaan, dan jaringan yang terbentuk. Kekuatan modal sosial yang dimanfaatkan oleh stakeholders akan berpengaruh terhadap eksistensi pasar tradisional karena pada prinsipnya modal sosial dan stakeholders merupakan variabel terikat dari keberadaan pasar. Secara sederhananya keberadaan pasar bergantung dari keberadaan pihak-pihak atau keterlibatan para pelaku didalamnya. Keadaan modal sosial tersebut akan berpengaruh terhadap penguatan eksistensi pasar, terutama ketika telah diidentifikasi apakah pasar mengalami stagnasi, kemunduran, atau peningkatan berdasarkan penagrauh dari pemanfaatan modal sosial. Selain itu, manfaat dari modal sosial akan berpengaruh juga terhadap persepsi pengunjung, pedagang, dan pemerintah terhadap eksistensi pasar tradisional. Persepsi pedagang berkaitan dengan jumlah pembeli, ragam barang, dan harga barang. Persepsi pengunjung berkaitan dengan faktor kenyamanan, faktor keamanan, harga barang, ragam barang, kemudahan pencapaian, kualitas barang, dan pelayanan pasar. Presepsi pemerintah berkaitan dengan kondisi fasilitas, sarana, dan pembinaan. Walaupun demikian terdapat aspek yang mempengaruhi keadaan optimal fungsi pasar yaitu aspek kebijakan pemerintahan (kesesuaian dengan produk tata ruang dan perda) aspek fisik keruangan (lokasi pasar, utilitas dan sarana pasar, kenyamanan pasar, dan aspek sosial ekonomi keadaan sosial (potensi penduduk, hubungan pedagang dengan konsumen, sebaran fasilitas sosial) dan ekonomi (daya beli masyarakat, harga sewa dan retribusi). Hal ini perlu diperhatikan karena keberadaan pasar tradisional agar tetap eksis merupakan harapan dari setiap pihak yang terlibat di dalam aktivitas pasar. Adanya tantangan dari internal maupun eksternal dapat berpengaruh pada eksistensi pasar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut keberadaan stakeholders terutama dalam memanfaatkan modal sosial yang ada perlu dikaji akan berpengaruh atau tidak terhadap upaya untuk menjaga pengelolaan pasar tetap stabil dan menguatkan keberadaan pasar dalam menghadapi tantangan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengidentifikasi dan menganalisis peran dan kepentingan stakeholders, konsep modal sosial yang dibentuk dan hubungannya dengan stakeholders, serta pengaruhnya bagi penguatan eksistensi pasar jika dihubungkan dengan pemanfaatan modal sosial yang dimanfaatkan stakeholders yang digambarkan melalui kerangka pemikiran berikut: 33 Kekuatan modal modal sosial: - Adanya Norma - Adanya Kepercayaan - Terbentuknya Jaringan Ket: Mempengaruhi Stakeholders: - Identifikasi individu/kelompok di pasar - Pendekatan peran dan kepentingan: - Hubungan yang terjalin diantara stakeholder Pemanfaatan modal sosial: - Kelompok dan jejaring kerja - Kepercayaan dan solidaritas - Aksi kolektif dan kerjasama - Informasi dan komunikasi - Kohesi dan inklusivitas Eksistensi Pasar tradisional: Karakteristik pasar: - Prespesi pengunjung - Presepsi pedagang - Presepsi pemerintah Arah eksitensi: - Stagnasi - Kemunduran - Peningkatan Faktor pengaruh optimal fungsi pasar : - Aspek kebijakan pemerintah - Aspek fisik dan keruangan - Aspek sosial ekonomi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian Pemanfaatan Modal Sosial oleh stakeholders dalam Penguatan Eksistensi Pasar Tradisional Perumusan Masalah Penelitian Skripsi Pasar tradisional merupakan hal yang perlu diperhatikan keberadaannya karena masih menjadi sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Modal sosial adalah salah satu sarana penting untuk memperkuat eksistensi. Jika modal sosial dimanfaatkan optimal oleh stakeholders maka akan menjadi faktor penting untuk penguatan keberadaan pasar. Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran dan kepentingan stakeholders yang terlibat pada pasar Tradisional X? 2. Bagaimana konsep modal sosial yang dibentuk di Pasar Tradisonal X, dan hubungannya dengan peran dan kepentingan stakeholders? 3. Bagaimana eksistensi pasar tradisonal X dan hubungannya dengan pemanfaatan modal sosial oleh stakeholders? 34 DAFTAR PUSTAKA [Kemendag] Kementrian Perdagangan RI. 2012. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 53/M-DAG/ PER/ 12/ 2008 tentang Pedoman Penataan dan pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. [Internet]. [Dikutip 29 September 2014). Dapat diunduh dari: www.kemendag.go.id Andriani MN dan Ali MM. 2013. Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota Surakarta. Teknik PWK. [Internet]. [Dikutip 29 September 2014]. 2(2); 252-269. Dapat diunduh dari: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk. Atmoko T et al. 2008. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat. [Internet]. [Dikutip 12 November 2014]. Dapat diunduh dari: pustaka.unpad.ac.id/wp.pemetaan_dan_pemanfaatan_modal_sosial.pdf Hardiansyah G. 2012. Analisis Peran Berbagai Stakeholder dalam Menyongsong Era Pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang. Jurnal Eksos. [Internet]. [Dikutip 12 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://reporsitory.polnep.ac.id/xmlui/handle/123456789/64 Iryane E. 2009. Komitmen Stakeholder perusahaan terhadap kinerja sosial dan kinerja keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). [thesis]. [Internet]. [Dikutip 30 November 2014). Dapat diunduh dari: eprints.undip.ac.id Istiningtyas DA. 2008. Analisis Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional. [Internet]. [Dikutip 7 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id Jumlah pasar tradisional.... 2014 Oktober 2. Koran Republika. [Internet]. [Dikutip tanggal 7 November 2014]. Dapat diunduh dari: republika.co.id Kiik VM. 2006. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Optimalnya Fungsi Pasar Tradisional Lolowa Dan Pasar Tradisional Fatubenao Kecamatan Kota Atambua- Kabupaten Belu. [Internet]. [Dikutip 7 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id Lembaga Penelitian SMERU. 2007. Pasar Tradisional Di Era Persaingan Global. [Internet]. [Dikutip 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: www.smeru.or.id Lubis RH. [tidak ada tahun]. Pemahaman Konsep Modal Sosial. [Internet]. [Dikutip 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: www.lkps.or.id/index.php Mustofa MF. 2013 Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha Studi Kasus: Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal Ilmiah. [Internet]. [Dikutip tanggal 29 September 2014]. 2-18. Dapat diunduh dari: jimfeb.ub.ac.id Nurhayati SF. 2014. Pengelolaan berbasis Musyawarah Untuk Mufakat. Jurnal Sancall. 89-95. [Internet]. [Dikutip 1 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: publikasiilmiah.ums.ac.id Perda Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pasar. [Internet]. [Dikutip 2 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: siskum.kotabogor.go.id Rahayu YS dan Fitianto B. 2013. Strategi Pedagang Tradisional Menghadapi Persaingan dengan Retail Modern dan Preferensi Konsumen. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. [Internet]. [Dikutip 1 Oktober 2014]. 1-10. Dapat diunduh dari: http://jimfeb.ub.ac.id 35 Ristyantoro R. 2010. Evolusi Pasar: Dari Pasar Tertanam ke Pasar Tecerabut Perspektif Karl Polanyi. Jurnal Etika Sosial. 15 (02);219-250. Jakarta [ID]: Unika Atma Jaya Rosnawintang et al. 2012. Orientasi Pasar, Moderasi, Dinamika Lingkungan pada Efek Strategi Bersaing Terhadap Kinerja (studi pada Industri Kecil Menengah Tenun di Sulawesi Tenggara. Jurnal Aplikasi Manajemen. [Internet]. [Dikutip 29 September 2014]. 10 (3); hal 459-471. Dapat diunduh dari: jurnaljam.ub.ac.id Wijayanti PA. 2013. Model Pemberdayaan Pasar Tradisional Berbasis Ekonomi Kerakyatan Di Kota Semarang. Jurnal Paramita. [Internet]. [Dikutip tanggal 1 Oktober 2014]. 23;167-178. Dapat diunduh dari: journal.unnes. 36 LAMPIRAN Riwayat Hidup Penulis bernama Romanna Trya Debora Aritonang. Anak dari Drs. R. Aritonang dan N. Siagian yang lahir di Pontianak pada tanggal 27 Juli 1993. Penulis merupakan anak ketiga, memiliki dua saudari kandung yang bernama Rosmauli Aritonang dan Rosida Aritonang. Penulis merupakan mahasiswi perantau dari daerah Deli Serdang, Sumatera Utara. Di Bogor, penulis tinggal di rumah sewaan atau yang dikenal dengan istilah kosan, tepatnya di Jalan Perwira 19. Sepanjang perjalanan hidupnya, penulis telah mengikuti kegiatan akademis sejak tahun 1999 – 2005 yaitu sebagai murid di Sekolah Dasar Methodist Lubuk Pakam, tahun 2005 – 2008 sebagai murid Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lubuk Pakam, tahun 2008 – 2011 sebagai murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Pakam, dan tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswi Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor hingga saat ini. Di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis terdaftar sebagai mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti kegiatan akademis di kampus, penulis juga mengikuti kegiatan di luar non akademik yaitu kegiatan di bidang kerohanian, tepatnya pelayanan di Komisi Pelayanan Anak IPB. Komisi ini merupakan salah satu komisi yang menjadi bagian dari bidang pelayanan dari perkumpulan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Penulis mendapat tanggung jawab sebagai sekretaris selama priode satu tahun yaitu 2012-2013 mengerjakan tanggung jawab beserta rekan-rekan pengurus lainnya untuk memperlancar kegiatan pelayanan. Selain itu, penulis sejak Februari 2014 bergabung menjadi bagian dari tim di Green Tv IPB, tepatnya sebagai penulis naskah. 37