Jurnal Ternak, Vol.02, No.01, Juni 2011

advertisement
Jurnal Ternak, Vol.04, No.02, Desember 2013
ISSN 2086 - 5201
27
PENGARUH BERAT TELUR TERHADAP DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG
Edy Susanto* dan Suliswanto*
*
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan, Jl.Veteran 53 A, Lamongan, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Juli sampai 27 Agustus 2013 di rumah
Bapak Andi Dwajayanto yang beralamat Desa Gajah Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berat telur
terhadap daya tetas dan berat tetas pada ayam kampung. Penelitian ini menggunakan
metode Eksperimental (Percobaan). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan Kelompok Berat telur (I, II dan III) sebagai perlakuan, dan masingmasing 3 kali. data dianalisis dengan analisi varian (anova) dengan bantuan program
SPSS versi 16.0. Materi yang digunakan adalah 45 butir telur ayam kampung yang dibagi
menjadi tiga kelompok berat, masing-masing adalah kelompok I (berat kecil = 37.38-39,49
gram), Kelompok II (Berat sedang = 40,20-45,92 gram) dan Kelompok III (berat besar =
46,41-49,46 gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan (P>0,05) berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung. Namun nilai ratarata tertinggi diperoleh dari kelompok II (berat sedang : 40,20 – 45,92 gram) yaitu sebesar
66,67%.
Kata Kunci : Berat Telur, Daya Tetas, Ayam Kampung
PENDAHULUAN
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah dipelihara dan dikembangkan
oleh masyarakat, terutama yang tinggal dipelosok-pelosok pedesaan. Ayam-ayam tersebut telah
beradaptasi dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana. Ternak unggas seperti
ayam dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Bila daging unggas tersebut dikonsumsi dalam
jumlah banyak dan ada unggas yang mati maka perlu ada populasi pengganti. Agar populasi yang
hilang akibat dikonsumsi maupun mati dapat tergantikan, penetasan telur merupakan tahapan
penting dalam peternakan unggas. Agar dapat mempertahankan populasi ayam, baik petelur
maupun pedaging, ditempuh dengan cara penetasan telur.
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan.
Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara membeli DOC ayam kampung langsung
dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk
menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan
mesin tetas. Telur yang dihasilkan induk ayam tidak semuanya berkualitas baik untuk ditetaskan.
Oleh karenanya, memilih telur yang akan ditetaskan merupakan hal yang sangat penting, karena
berpengaruh pada daya tetas dan anak ayam yang dihasilkan. Telur yang dhasilkan induk ayam
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu telur infertil dan fertil. Telur infertil disebut juga telur konsumsi
yang merupakan telur yang dihasilkan tanpa perkawinan. Telur ini tidak dapat menetas dan hanya
dipakai sebagai konsumsi rumah tangga. Sedangkan telur fertil yang disebut juga dengan telur
tetas yang dihasilkan oleh induk ayam yang telah dikawini oleh pejantannya. Jenis ini memiliki
daya tetas yang cukup tinggi.
Ayam kampung yang dipelihara secara ekstensif sangat rendah produksi telurnya (40-50
butir per tahun), telurnya kecil-kecil, ayam betina mempunyai sifat mengeram yang agak
lama/tinggi. Selama satu masa bertelur bisa menghasilkan telur antara 12-18 butir, berat per butir
telur sekitar 45-50 gram. Pertama kali bertelur ketika berumur sekitar 250 hari. Induk betina yang
kecil mampu mengerami 8-10 butir telur sedangkan induk betina besar dapat mengerami telur
sebanyak 15 butir (Sarwono, 1994).
Untuk menunjang perkembangan peternakan ayam kampung, selain pakan dan tata
laksana (manajemen), penyediaan bibit yang baik merupakan hal penting untuk mendapatkan
produksi yang maksimal dan kelangsungan usaha peternakan ayam kampung. Salah satu faktor
penting dalam keberhasilan penetasan adalah berat telur yang akan ditetaskan, oleh sebab itu
perlu diketahui lebih lanjut faktor berat telur tersebut dalam menunjang penetasan telur ayam
kampung (Rasyaf, 1995). Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian tentang
Pengaruh Berat Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Tetas pada Ayam Kampung.
27
Jurnal Ternak, Vol.04, No.02, Desember 2013
ISSN 2086 - 5201
28
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Juni sampai 27 Agustus 2013 di rumah Bapak
Andi Dwajayanto yang beralamat Desa Gajah Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan adalah 45 butir telur ayam kampung yang dibagi menjadi tiga
kelompok berat, masing-masing adalah kelompok I (berat kecil = 37.38-39,49 gram), Kelompok II
(Berat sedang = 40,20-45,92 gram) dan Kelompok III (berat besar = 46,41-49,46 gram), Mesin
tetas kapasitas 100 butir, timbangan analitik O-Hous kapasitas 300 gram, air hangat, kapas dan
alkohol 70%.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental (Percobaan). Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Kelompok Berat telur (I, II dan III)
sebagai perlakuan, dan masing-masing 3 kali. Desain dan jumlah sampel penelitian ini disajikan
pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Desain dan jumlah sampel penelitian
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
Kel. I (37,38 – 39,49 gr)
5 butir
5 butir
5 butir
Kel. II (40,20 – 45,92 gr)
5 butir
5 butir
5 butir
Kel. III (46,41 – 49,46 gr)
5 butir
5 butir
5 butir
Variabel Penelitian
1. Daya Tetas / Hatchtability adalah persentase DOC yang menetas dari sekelompok telur fertil
yang ditetaskan, dengan rumus daya tetas yaitu :
Daya tetas = Jumlah telur yang menetas x 100%
Jumlah telur yang fertil
Analisis Data
Data yang dihasilkan selanjutnya dianalisis menggunakan Anilisis Varians (ANOVA),
apabila terdapat perbedaan akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Yitnosumarto,
1991). Penghitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Berat Telur terhadap Daya Tetas
Hasil analisis varians (Lampiran 3) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
pengaruh yang siginifikan (P>0.05) berat telur terhadap daya tetas ayam kampung. Rata-rata daya
tetas tersebut ditampilkan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rata-rata pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
Kel. I (37,38 – 39,49 gr)
Kel. II (40,20 – 45,92 gr)
Kel. III (46,41 – 49,46 gr)
40
60
60
60
80
80
60
60
20
rata-rata (%)
53,33a
66,67 a
53,33 a
Keterangan. Subskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan
(P>0.05)
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa secara statistik kelompok berat telur yang berbeda
tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap daya tetas ayam kampung. Secara
statistik dibutuhkan sampel yang representatif untuk menghasilkan validitas dan presisi yang lebih
besar (Yitnosumarto, 1991). Pada penelitian ini sampel yang digunakan hanya 45 butir dimana
masing-masing kelompok berat – ulangan adalah hanya sebanyak 5 butir. Hal ini diduga
mempengaruhi hasil signifikansi data statistik yang diperoleh sehingga hasilnya tidak terdapat
perbedaan. Namun demikian nilai rata-rata daya tetas terbesar diperoleh dari kelompok II (berat
28
Jurnal Ternak, Vol.04, No.02, Desember 2013
ISSN 2086 - 5201
29
telur 40,20 – 45,92 gram). Perbandingan rata-rata masing-masing kelompok berat tersebut
disajikan pada gambar 1 berikut ini.
70
60
50
40
Kel. I (37,38-39,49 gr)
30
Kel. II (40,20-45,92 gr)
20
Kel. III (46,61-49,46)
10
0
daya tetas
Gambar 1. Grafik rata-rata daya tetas telur ayam kampung berdasarkan kelompok berat
telur yang berbeda
Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa peningkatan daya tetas terjadi pada kelompok
sedang (40,20 – 45,92 gr), sedangkan pada kelompok ringan (37,38 – 39,49 gram) dan besar
(46,41 – 49,46 gram) rata-rata daya tetas telur yang diperoleh relatif sama dan lebih rendah dari
kelompok sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2001) yang menyatakan bahwa
berat telur sangat mempengaruhi presentase daya tetas, dimana telur yang sangat ringan dan
sangat berat sulit untuk menetas, sebab telur yang terlalu ringan memiliki komposisi yang kurang,
sehingga emrio akan kekurangan nutrisi, sehingga embrio tidak dapat berkembang. Sebaliknya
telur yang terlalu berat memiliki pori-pori yang besar, sehingga penguapan akan lebih cepat terjadi
yang menyebabkan embrio akan mati sebelum menetas. Untuk meningkatkan presentase daya
tetas dan mengurangi variasi presentase daya tetas, perlu dilakukan seleksi berat telur dimana
berat telur yang baik untuk ditetaskan berkisar antara 40-45 g.
Fertilitas dan Daya Tetas Selama Proses Penetasan
Hasil pengamatan fertilitas telur ayam kampung selama proses penetasan disajikan pada
tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Hasil Candling selama proses penetasan
Candling keKelompok Berat
I (hari ke-7)
II (hari ke-18)
Kondisi
Kecil
Mati
Jumlah
5 butir
Kosong
10 butir
Fertil / hidup
8 butir
Sedang
9 butir
Besar
10 butir
Kecil
Infertil / Mati
0 butir
Sedang
2 butir
Besar
1 butir
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa kematian tertinggi embrio ayam kampung terjadi
pada 7 hari masa penetasan (candling I) hal ini terjadi karena pada masa tersebut merupakan fase
kritis pertama embrio (Amrin, 2008)
29
Jurnal Ternak, Vol.04, No.02, Desember 2013
ISSN 2086 - 5201
30
Hasil tabulasi perhitungan juga menunjukkan bahwa total daya tetas telur ayam kampung
pada penelitian ini hanya sebesar 57,78 %. Nilai tersebut merupakan daya tetas yang dibawah
standar. Menurut Rahayu (2005) bahwa daya tetas ayam kampung minimal mencapai 60%. Hal ini
diduga karena kondisi telur yang digunakan dalam penelitian ini bukan dari satu kelompok
budidaya yang di ambil dalam waktu yang sama sehingga daya tetasnya belum bisa maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan (P>0,05) berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung. Namun nilai rata-rata
tertinggi diperoleh dari kelompok II (berat sedang : 40,20 – 45,92 gram) yaitu sebesar 66,67%.
REFERENSI
Amrin, A. 2008. Faktor yang mempengaruhi daya tetas. http://Abduhamrin.blogspot.com
/2008/05/faktor-yang-mempengaruhi-daya-tetas. html. Diakses tanggal 13 Februari 2013.
Gunawan, H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan antara bobot telur
dan bobot tetas. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Rahayu, H.S. 2005. Kualitas telur tetas ayam kampung dengan waktu pengulangan inseminasi
buatan yang berbeda. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Rasyaf, M. 1995. Penggelolaan Produksi Telur. Cetakan ke IV. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1994. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yitnosumarto, S., 1991. Percobaan rancangan Analisis dan Interpretasinya. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
30
Download