Laporan Tugas Akhir

advertisement
 Laporan Tugas Akhir
2012
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mesin
Tetas
Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan
kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu
diperhatikan adalah temperatur dan kelembaban. Temperatur ideal untuk penetasan telur
adalah 370C – 390C, dan kelembaban untuk penetasan berkisar antara 60 – 70 %.
(Sumber: http://budidayanews.blogspot.com).
Pada penetasan tingkat sederhana, kelembaban dapat dijaga dengan mengisi air di
nampan secukupnya (tidak sampai penuh). Penggunaan air untuk menjaga kelembaban
mesin tetas, oleh karena itu selama penetasan harus diperhatikan stabilitas volume air.
Untuk memenuhi kebutuhan panas yang dibutuhkan pada mesin tetas, ada
beberapa cara yang digunakan antara lain menggunakan:

Lampu minyak

Lampu pijar

Sistem saluran air panas yang disirkulasikan dengan pipa air dalam inkubator

Elemen pemanas/heater, dan

Sumber pemanas lain yang bisa digunakan.
Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara,
yakni:

Cara alami

Cara buatan
2.1.1 Cara Alami
Cara ini merupakan cara yang paling praktis, ekonomis, dan menghasilkan indeks
tetas yang tinggi. Penetasannya terjadi secara alami, yaitu induk bebek yang mengerami
telur-telurnya. Kelemahannya, jumlah telur sangat terbatas dan harus bersamaan dengan
waktu mengeram ayam atau bebek. Menetaskan telur bebek dengan bantuan ayam hanya
mempunyai kapasitas 10 butir per satu ekor ayam. Jika menetaskan telur bebek itu sendiri
maksimal 15 butir per satu ekor bebek. Pengeraman dengan cara ini memerlukan waktu
28 hari, terhitung mulai saat telur pertama kali dierami.
4
Laporan Tugas Akhir
2012
2.1.2 Cara Buatan
Cara ini merupakan usaha penetasan dengan bantuan manusia yaitu menggunakan
alat penetas. Keistimewaannya, penetasan dapat dilakukan setiap saat dan dalam jumlah
yang banyak, tetapi pelaksanaannya memerlukan keterampilan khusus supaya bisa
menghasilkan angka tetas yang tinggi.
2.2 Penetasan
Penetasan telur bebek pada dasarnya sama dengan penetasan telur ayam, letak
perbedaannya adalah pada penetasan telur bebek diperlukan kelembaban udara sedikit
lebih tinggi dibanding pada penetasan telur ayam. Terutama pada minggu terakhir,
kelembaban pada penetasan telur bebek dinaikkan 5 – 10%. Selain itu, waktu yang
dibutuhkan untuk sampai menetas pun berbeda, telur ayam akan menetas setelah dierami
selama ±21 hari sedangkan telur bebek ±29 hari.
(sumber: http://budidayanews.blogspot.com)
2.2.1 Pedoman Penetasan
Berikut di bawah ini adalah beberapa pedoman penetasan agar didapatkan hasil
penetasan yang maksimal:
Alat penetas harus diletakkan pada tempat yang rata, tidak boleh terkena pancaran

sinar matahari secara langsung, tempat penetasan tidak banyak tertiup angin.
Ruangan tempat alat penetas harus bebas dari obat-obatan, alat penetasan sudah

disterilkan dengan desinfektan atau air kapur sebelum digunakan.
Lampu pijar sebagai sumber panas yang digunakan dinyalakan dan diatur lebih

dulu sampai panasnya sesuai dengan yang dibutuhkan dan cukup stabil. Sebaiknya
dalam rak penetasan ditaruh alat pengukur suhu atau thermometer.
Telur bebek yang akan ditetaskan harus dibilas/dibersihkan dengan air hangat

bersuhu sekitar 380C - 390C. Pembilasan/pembersihan harus merata ke seluruh
permukaan kulit telur, kemudian disusun dalam rak penetas setelah sebelumnya
dikeringkan.
Nampan berisi air untuk mengatur kelembaban dimasukkan ke dalam rak penetas.

Isi air dalam nampan jangan terlalu penuh dan setiap hari bisa ditambahkan air.
5
Laporan Tugas Akhir
2012
Akan
lebih baik alat penetas dilengkapi alat pengukur kelembaban sehingga dapat

diusahakan
kelembaban penetasan hari pertama sekitar70%. Mulai hari kedua dan
selanjutnya 60%.

Range temperatur yang diperlukan adalah antara 370C – 390C.

Pembalikan telur selama penetasan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari, mulai
hari ke-3 sampai ke-25. 5 kali pemutaran sudah lebih dari baik untuk mencegah
embrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh sebab itu
jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1
hari
pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari
pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir
menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio
dalam telur yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi
penetasannya.
Pendinginan telur selama penetasan dilakukan setidaknya dua hari sekali dengan

membukakan pintu inkubator.
Pemeriksaan fertilitas telur selama penetasan dilakukan 3 kali: Pemeriksaan

pertama pada hari ke-3, pemeriksaan kedua pada hari ke-7, dan pemeriksaan
ketiga pada hari ke-14.
Setelah telur menetas, biarkan anak bebek yang bulunya masih basah berada

dalam alat penetas selama 24 jam sampai bulunya kering. Selanjutnya
dipindahkan ke kandang atau kotak anak bebek yang sudah dilengkapi pemanas.
2.2.2 Posisi Telur Pada Pemutaran
Syarat lain yang harus dilakukan selain kondisi temperatur dan kelembaban pada
saat penyimpanan dalam mesin tetas adalah telur-telur tersebut setelah 1 hari disimpan
harus diputar pagi dan sore. Hal tersebut penting untuk mencegah kuning telur tidak
sampai menyentuh kulit telur dan merusak embrio. Peletakan dalam rak telur dengan
posisi kurang lebih 40 º. Selanjutnya ubah posisi telur tersebut pada pagi, siang dan sore
hari dengan memutar telur agar permukaannya mendapatkan panas yang merata.
2.2.3 Pengeraman Telur
Pada tiga hari pertama setelah telur dimasukkan ke dalam mesin penetas, tidak
perlu dilakukan pendinginan dan pembalikan telur, cukup dengan mengamati kestabilan
6
Laporan Tugas Akhir
2012
di dalam inkubator saja. Temperatur ideal dalam mesin tetas adalah 370C temperatur
390C meski
telur dapat menetas pada temperatur antara 36 sampai dengan 40 derajat
celsius.
Untuk kontrol temperatur, posisi termometer adalah tepat dibagian atas telur (± 3
cm di bagian atas telur). Termometer tidak diletakkan di atas telur atau diluar bidang
penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Fluktuasi temperatur sebanyak 10F tidak
menjadi masalah tetapi pengontrolan temperatur secara berkala amat diperlukan untuk
menjaga agar temperatur tidak ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai
catatan: temperatur sekitar 40,50C untuk 30 menit dapat mematikan embrio di dalam telur
sedangkan temperatur penetasan pada 32,20C untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat
perkembangan embrio bahkan akan mematikan embrio di dalam telur.
Untuk menjaga kelembaban di dalam mesin tetas disimpan nampan yang diisi air
secukupnya (tidak sampai penuh), dan selama penetasan harus diperhatikan stabilitas
volume air. Kelembaban dapat dinaikkan dengan cara menambah air pada nampan yang
disimpan di bawah rak telur atau pada prinsipnya menaikkan kelembaban dapat dicapai
dengan
menambah
penampang
permukaan
airnya.
Kelembaban
yang
rendah
menyebabkan anak unggas sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan
berakibat anak unggas melekat/lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan
tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan calon anak unggas di dalam
telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur dapat dipecahkan
maka anak unggas tetap berada di dalam telur dan dapat mati tenggelam dalam cairan
telur itu sendiri.
2.3 Cara Mengetahui Fertilitas/Kesuburan Telur
Pengetesan fertilitas/kesuburan telur diperlukan untuk menentukan jumlah telur
yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus
diapkir karena tidak berguna dalam proses penetasan. Sehingga tempat yang ada dapat
dimanfaatkan untuk telur telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.
Tes fertilitas tidak akan mempengaruhi perkembangan embrio, malah sebaliknya
akan diketahui seberapa normal perkembangan embrio didalam telur tersebut telah
berkemban. Alat ini mudah dibuat dengan cara menempatkan balon lampu dalam sebuah
kotak atau silinder yang dapat terbuat dari segala macam jenis baik kayu ataupun paralon
3 inchi. Proses peneropongan/tes fertilitas telur dengan menggunakan lampu pijar dan
gambar hasil dari peneropongan disajikan pada Gambar 2.1 dan 2.2.
7
Laporan Tugas Akhir
2012
Gambar 2.1 Tes fertilitas dengan lampu pijar
Gambar 2.2 Ciri-ciri telur fertil/tidak fertil
Cara menggunakannya adalah dengan menyalakan balon lampu kemudian
letakkan telur yang akan dilihat dengan cara menempelkan bagian bawah telur (bagian
yang lebih tajam dari telur) ke lubang dan melihat perkembangan yang ada di dalam telur.
Sebaiknya dilakukan pada ruangan yang gelap sehingga bagian dalam telur yang terkena
bias cahaya lampu dapat lebih jelas terlihat.
Peneropongan/tes fertilitas telur biasanya dilakukan setelah telur dimasukkan ke
dalam mesin penetas selama 1 -5 hari. Telur dengan kulit yang putih seperti telur ayam
kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur yang warna kulitnya coklat atau warna
lainnya. Pada saat test fertilitas, maka hanya telur yang ada bintik hitam dan jalur-jalur
darah yang halus yang akan terus di tetaskan. Telur-telur yang ada pita darahnya, tidak
ada perubahan (tetap tidak ada perkembangan) dan ada blok kehitaman disingkirkan
karena telur tersebut sudah mati atau tidak fertil.
Apabila pada saat peneropongan belum jelas perbedaan atau masih ragu antara
yang fertil dan tidak fertil maka telur tersebut dipisah (tapi masih dikembalikan ke mesin
tetas) dan diteropong ulang pada hari ke-7. Jika ternyata sudah tampak bedanya maka
yang fertil dilanjutkan dan yang tidak fertil dibuang/diapkir.
2.4 Mikrokontroller
Mikrokontroler terdiri dari mikroprosesor, timer dan counter, perangkat I/O dan
internal memori. Pada dasarnya mikrokontroller mempunyai fungsi yang sama dengan
mikroprosesor, yaitu untuk mengontrol kerja suatu sistem. Di dalam mikrokontroller
terdapat CPU, ALU, PC, SP, dan register lain yang terdapat pada mikroprosesor, tetapi
dengan penambahan perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, Counter,
dan rangkaian Clock.
Mikrokontroller didesain dengan instruksi-instruksi yang lebih luas dan 8 bit
instruksi digunakan untuk membaca data instruksi dari internal memori ke ALU. Banyak
8
Laporan Tugas Akhir
2012
instruksi yang digabung dengan pin-pin pada chip-nya. Pin tersebut adalah pin yang dapat
diprogram
yang mempunyai fungsi berbeda, tergantung pada kehendak programmernya.
Sedangkan mikroprosesor didesain sangat fleksibel dan mempunyai banyak byte
instruksi. Semua instruksi bekerja dalam sebuah konfigurasi perangkat keras yang
membutuhkan banyak ruang memori dan perangkat I/O untuk dihubungkan ke alamat
pin-pin bus data pada chip. Sedangkan besar aktifitas pada mikroprosesor bekerja dengan
kode instruksi dan data pada atau dari memori luar ke CPU.
2.4.1 Mikrokontroler AT89S52
Atmel AT89S52 adalah salah tipe mikrokontroler yang paling populer di
Indonesia terutama dikalangan mahasiswa teknik. Meskipun kecil, tatapi fasilitas yang
dimiliki memenuhi kriteria yang diinginkan, misalnya mahasiswa untuk menunjang
pembuatan tugas akhir, para penghobi dan profesional untuk menunjang proyek-proyek
yang sedang dikerjakannya, untuk kebutuhan industri dan rumah tangga diterapkan pada
peralatan-peralatan yang membutuhkan pengendalian. Gambar 2.3 berikut merupakan
rangkaian kontrol yang digunakan pada mesin penetas.
Gambar 2.3 Rangkaian kontrol mikrokontroler AT89S52
Berikut adalah fasilitas-fasilitas utama yang ada didalam IC mikrokontroler
AT89S52:
 Kompatibel dengan MCS®-51
 8 Kbytes In-System Programmable (ISP) Flash Memory mendukung pengisian
program yang cepat
 256 x 8-bit Internal RAM (Random Access Memory). Memory ini khususnya
menyimpan data-data variable, atau data sementara saat program berjalan.
9
Laporan Tugas Akhir
2012
 2K Bytes EEPROM dengan daya tahan hapus/tulis sekitar 100.000 kali (pada
AT89S52)
 32 pin I/O (Input/Output) yang dapat diprogram. 3 timer/counter-masing-masing
adalah 16 bit timer
 Antarmuka (Interface) Full Duplex UART Serial Channel yang mendukung
USART maupun UART
 Memiliki 8 sumber interupsi
 Ruang pengalamatan memory external untuk kode (program) sebesar 64 Kbytes
 Daya tahan siklus hapus/tulis 1000 kali
 Three-level Program Memory Lock. Low-power Idle and Power-down Modes
 Interup Recovery from Power-down Mode mempunyai Watchdog Timer
 Jangka tegangan pengoperasian 4.0V to 5.5V
 Pilihan pemakaian osilator yang lebar 0Hz-33Mhz
 Kemasan yang bebas timbal (Green – Pb/Halide/Free)
10
Download