TUGAS BACA DAN RANGKUMAN Bab 2 Model Tradisional Dan Bab 3 Manajemen Publik Baru Buku OWEN E.HUGHES Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KTIA Dosen Pengasuh Dr. Roy V. Salomo, M.Sos., Sc. Disusun oleh : IBNU ABBAS NPM : 1106129165 PROGRAM PASCA SARJANA ILMU ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN FISIP UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2011 Bab 2 Model Tradisional Untuk Aministrsi Publik OWEN E.HUGHES 1. Pendahuluan Model tradisional dapat dikarakteristikan sebagai: administrasi di bawah kontrol formal kepemimpinan politik, didasarkan atas model birokrasi yang sangat hierarkis, pegawai tetap, pejabat netral, termotivasi hanya oleh kepentingan publik, melayani semua partai pemerintah secara seimbang, dan tidak menyumbang pada kebijakan tetapi hanya menjalankan kebijakan yang diputuskan oleh politisi tersebut. Model tradisional administrasi publik sekarang telah diganti dengan beberapa alasan. Model tradisional cenderung kaku dan birokratis, didasarkan atas proses ketimbang hasil, dan menetapkan prosedur untuk diikuti ketimbang berfokus pada hasil. Dari fokus pada prosedur, struktur dan jaminan formal, pemerintah menjadi lebih berkepentingan terhadap hasil dan kurang mempersoalkan cara yang digunakan. Pemimpin politik tidak sabar dengan birokrasi mereka dan menuntut respon yang cepat dan fleksibel, dan bukan karakteristik prosedur kaku dan formal dari model tradisional. Akibatnya, prosedur internal pemerintah diganti secara radikal. 2. Administrasi Awal Model tradisional administrasi publik dimulai sejak pertengahan abad ke sembilan belas. Sistem administrasi awal bersifat ‘pribadi’ yang didasarkan pada loyalitas kepada individu tertentu seperti raja, dan tidak bersifat ‘formal’, yang didasarkan atas legalitas dan loyalitas kepada organisasi dan negara. Praktek awal sering menyebabkan korupsi atau penyalahgunaan jabatan untuk keuntungan pribadi, meski ada ide bahwa ini adalah ciri administrasi yang tidak diharapkan yang berasal dari model tradisional. Merupakan hal umum bagi perekrutan pegawai oleh negara berupa nepotisme, bergantung pada teman atau keluarga untuk mendapatkan pekerjaan, atau menyogok pejabat; yaitu membayar untuk menjadi petugas pajak atau bea cukai, dan kemudian membebankannya kepada pelanggan, untuk mengganti uang sogokan dan untuk mendapat keuntungan. Akhirnya, masalah bentuk administrasi awal mengarah pada perubahan di akhir abad ke Sembilan belas dan reformasi yang dikaitkan dengan model administrasi tadisional. 3. Reformasi abad ke sembilanbelas Meski model tradisional saat ini diserang karena terlalu birokratis dan secara teknis tidak efisien, tetapi model ini sendiri merupakan perbaikan terhadap bentuk administrasi sebelumnya. Ada dua landasan teori utama bagi model tradisional administrasi publik. Pertama, model administrasi birokratik, dan kedua, konvensi akuntabilitas dan hubungan antara kepemimpinan politik dan administrasi. 4. Teori Max Weber tentang birokrasi Prinsip teoritis yang paling penting dari model tradisional administrasi adalah teori Weber tentang birokrasi. Dalam menyusun dasar teorinya, Weber berpendapat bahwa ada tiga tipe wewenang/otoritas: karismatik – permintaan pimpinan yang luar biasa; tradisional – seperti wewenang kepala suku; dan wewenang rasional/legal yang berbeda dengan bentuk-bentuk wewenang yang irasional dan di luar hukum. Bentuk wewenang rasional/legal adalah bentuk yang paling efisien dan membentuk dasar bagi teori birokrasi. Weber menetapkan enam prinsip sistem birokrasi modern yang berasal dari ide wewenang rasional/legal. Prinsip-prinsip birokrasi berakar dalam masyarakat, tetapi mereka mewakili kemajuan substansial pada administrasi awal. Prinsip Weber pertama berarti bahwa wewenang berasal dari hukum dan dari aturan-aturan yang dibuat menurut hukum. Prinsip kedua adalah hierarki, adalah ide Weber yang paling dikenal. Hierarki ketat berarti bahwa wewenang rasional/legal dan kekuasaan dipelihara secara organisasional, bukan oleh semua individu tetapi oleh posisi/jabatan yang mereka pegang dalam hierarki. Beberapa fungsi tertentu dapat di delegasikan ke tingkat yang lebih rendah karena struktur hirarkhis berarti bahwa semua pejabat dapat bertindak dengan wewenang seluruh organisasi. Prinsip ketiga, organisasi adalah sesuatu dengan eksistensi terpisah dari kehidupan pribadi pegawainya. Prinsip keempat, administrasi adalah jabatan spesialis yang diperoleh seseorang melalui pelatihan. Prinsip kelima, bekerja pada birokrasi adalah pekerjaan penuh ketimbang kegiatan sekunder. Prinsip keenam, manajemen kantor adalah kegiatan yang dapat dipelajari yang mengikuti aturan-aturan umum. Aturan-aturan ini dijalankan dengan cara yang sama oleh siapapun yang memegang jabatan tersebut. Perbedaan utama dan kemajuan sistem Weber dapat dipahami melalui perbandingan dengan model administrasi sebelumnya. Perbedaan utama adalah penggantian administrasi pribadi dengan sistem formal yang didasarkan atas aturan-aturan. Organisasi dan aturannya lebih penting daripada individu di dalamnya. Sistem birokratik harus formal dalam operasionalnya dan dalam bagaimana ia bertindak terhadap kliennya. Jabatan pejabat Pejabat individu menempati tempat penting dalam teori Weber. Pemegang jabatan mengikuti pemeriksaan dan kursus pelatihan. Berbeda dengan bentuk administrasi sebelumnya, pemegang jabatan tidak dianggap sumber yang akan diekploitasi. Juga tidak membentuk hubungan dengan orang, loyalitas diberikan pada maksud-maksud formal dan fungsional. Pejabat adalah bagian elit dengan status yang lebih tinggi daripada warga negara biasa. Weber percaya rekrutmen berdasarkan merit (nilai tambah), bukan berdasarkan pemilihan atau nepotisme, ke dalam jabatan yang dipegang seumur hidup sebagai ganti untuk layanan berimbang. Bagian karir seumur hidup dan waktu penuh dari pegawai negeri adalah prinsip gaji tetap dan prospek peningkatan melalui struktur hirarki. Dua prinsip – model birokrasi dan jabatan pejabat – memiliki beberapa maksud khusus. Sistem formal menawarkan pada konsep Weber tentang ‘kemungkinan optimum untuk pelaksanaan melalui prinsip spesialisasi fungsi menurut pertimbangan obyektif’. Keputusan harus dibuat berdasarkan ‘aturan-aturan yang dapat dikalkulasi’ dan ‘tanpa melihat orang’. Tujuan umum adalah kepastian, formalitas dan efisiensi. Prinsip spesialisasi fungsi dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas; hierarki wewenang dan sistem aturan untuk memberi kepastian dalam keputusan; dan formalitas dalam sistem menunjukkan bahwa keputusan yang sama dapat diulang untuk situasi yang sama. Idenya adalah untuk menciptakan sistem dengan tingkat efisiensi teknis yang tertinggi. Ide Weber bahwa birokrasi adalah bentuk organisasi yang paling efisien yang diterapkan pada semua usaha. Model birokrasi formal dapat diterapkan untuk sektor publik dan swasta, tetapi ada sedikit keberatan apakan akan lebih siap dan lebih lama dilakukan dalam administrasi publik. 5. Wilson dan Kontrol Politik Kontrol politik dalam birokrasi tradisional Dalam model tradisional administrasi publik, aturan yang menghubungkan kepemimpinan politik dengan birokrasi sangat jelas. Woodrow Wilson berpendapat bahwa harus ada pemisahan politik yang ketat dari administrasi; pemisahan kebijakan dari tugas administratif untuk melakukannya. Wilson percaya bahwa keburukan sistem berasal dari hubungan masalah administratif dengan politik. Jika administrator bertindak dengan cara politik atau melanjutkan perannya dalam organisasi partai, maka korupsi akan terjadi dan keputusan subyektif dapat dipastikan. Pemisahan lingkungan politik, dimana kebijakan berasal, dari lingkungan administratif, dimana kebijakan dijalankan, dapat mengatasi berbagai keburukan sistem. Ada tiga aspek utama kontrol politik dalam model administrasi tradisional. Pertama, ada hubungan yang jelas antara akuntabilitas dan tanggung jawab. Departemen memiliki dua peran pokok: untuk memberi masukan bagi pimpinan politik tentang perkembangan, pengkajian dan mengimplementasikan kebijakan, serta mengatur sumber dayanya sehingga kebijakan dapat diimplementasikan. Semua pegawai negeri secara teknis akuntabel melalui struktur hierarkis departemen kepada Kabinet dan masyarakat. Kedua, ada pemisahan yang tegas antara masalah kebijakan (secara formal merupakan bidang politisi) dan masalah administrasi (tugas layanan publik). Ketiga, administrasi dianggap tidak berpihak dan netral, yaitu secara pribadi tidak terkait dengan semua kebijakan dan keputusan yang dijalankan hanya atas nama menteri; dan tidak memihak dalam arti politik dan mampu melayani semua pimpinan politik secara seimbang. Meski teori pemisahan antara politik dan administrasi merupakan bagian utama model administrasi tradisional, tapi dianggap sebagai mitos, terutama yang berguna untuk menghindari tanggung jawab. Dalam kenyataan, kedua hal tersebut secara efektif ‘bergabung dengan politisi melakukan tugas administratif dan administrator memiliki tanggung jawab politik. Tentu saja hanya mitos untuk beranggapan bahwa politisi dan administrator dapat terpisah, tetapi struktur birokratik dibangun seakan-akan mitos tersebut merupakan kenyataan. 6. Taylor dan Administrasi Publik Di dalam sistem administrative Ada argumen antara pengikut manajemen ilmiah dan teori hubungan manusia yang akan dijelaskan sebagai berikut. Manajemen ilmiah Frederick Taylor dianggap yang menyusun manajemen ilmiah. Ada dua point pokok teori Taylor: standarisasi pekerjaan, yang berarti mencari ‘satu cara terbaik untuk bekerja’ dan ‘mengontrol secara luas dan intensif untuk memelihara semua standar tersebut’. Manajemen ilmiah terdiri dari (i) studi waktu-dan-gerakan untuk memutuskan standar pekerjaan; (ii) sistem upah-insentif yang merupakan modifikasi metode yang sudah ada; dan (iii) mengubah organisasi fungsional. Taylor tidak menemukan studi waktu-dan-gerak, tetapi menggunakannya lebih mendalam daripada pendahulunya. Ada sejumlah eksperimen menggunakan ukuran sekop, membawa pekerjaan lebih dekat dengan pekerja, mengurangi jumlah gerakan, semua dilakukan dengan stopwatch. Taylor menyarankan membayar pekerja dengan metode hasil kerja yang dimodifikasi, sehingga orang yang menghasilkan di atas standar yang terukur dibayar lebih besar, sedangkan kinerja di bawah standar dibayar lebih rendah. Menurut Taylor manajemen ilmiah dapat diterapkan pada sektor publik karena ‘rata-rata pegawai publik bekerja lebih sedikit daripada sepertiga sampai setengah pekerjaan harian yang baik. Manajemen ilmiah menawarkan cara operasionalisasi bentuk organisasi birokratik dalam pemerintahan. Ide ‘satu cara terbaik’ dan kontrol sistematik sesuai dengan hierarki, proses dan pola yang kaku. Standarisasi tugas dan menyesuaikan pegawai terhadap standar tersebut sempurna bagi model administrasi tradisional. Bahkan pengukuran kinerja dengan stopwatch adalah hal umum di organisasi dan cabang metode birokrasi publik besar. Hubungan manusia Fokus hubungan manusia adalah lebih pada konteks sosial pada pekerjaan. Pendiri teori hubungan manusia adalah Elton Mayo. Teori hubungan manusia memiliki arti penting dalam konteks publik dan berpengaruh dalam debat tentang manajerialisme. Teori hubungan manusia diterapkan pada tahap yang lebih besar dalam sektor publik. Organisasi-organisasi publik memiliki batasan kompetitif yang lebih sedikit daripada sektor swasta, terutama dalam mengenalkan hubungan manusia di era 1960-an dan 1970-an. Di luar kritik terhadap birokrasi publik yang merupakan pekerja yang diperlakukan terlalu baik dan hanya melakukan sedikit hal dibanding pekerja sektor swasta. Pihak luar menganggap sisi sosial pekerjaan sektor publik adalah semua hal yang penting, atau bahwa pekerja sektor publik hanya duduk dan hanya ‘berhubungan’ tanpa melakukan apapun. Mungkin manajemen hubungan manusia dapat lebih jauh dilakukan. Kelanjutan debat Beberapa argumen tentang manajemen dalam sektor publik adalah kelanjutan debat tentang manajemen ilmiah dan klaim yang bertentangan. Beberapa interpretasi ulang dibutuhkan, meski kelanjutan tradisi dua teori tersebut terus berlangsung. Taylorisme adalah pengaruh utama pada sektor publik dan sektor swasta. Taylor mempengaruhi rancangan pekerjaan. Modelnya yang kaku, birokratik dan hierarkis cocok untuk sektor publik dalam model administrasi tradisional. Sektor publik dan swasta juga menggunakan pemikiran hubungan manusia; jika membantu produktivitas untuk melihat pekerja sebagai makhluk sosial; ada hal yang diuntungkan melalui bimbingan, memperbaiki kondisi kerja, mendanai klub sosial, atau apapun yang dapat meningkatkan kedekatan pekerja dengan organisasi. Satu cara terbaik Model tradisional mengasumsikan ada ‘satu cara terbaik’ untuk melakukan administrasi dan melalui teori-teori birokrasi dan manajemen ilmiah, hal ini dapat dicapai. Model tradisional kaku dan birokratik, secara sempit dan sibuk berfokus pada struktur dan proses. Penunjukan berdasarkan merit, birokrasi formal, dan asumsi bahwa politik dan administrasi dapat dan harus dipisahkan adalah prinsip-prinsip sistem administratif , terutama bekerja dalam waktu stabilitas. Namun, ada beberapa kritik terhadap model tradisional, dengan teori dan praktek yang dipandang tidak lagi memadai bagi manajemen sektor publik. Model ini berjalan baik untuk waktu yang lama, tetapi masanya sudah lewat. 7. Masalah dengan model tradisional Bentuk administrasi tradisional memberi perbaikan besar terhadap apa yang terjadi sebelumnya, tetapi sekarang jenis birokrasi ini sudah tidak memadai. Sejak 1970-an, layanan publik menghadapi tiga masalah utama. Pertama, model kontrol politik tidak memadai dan tidak logis. Kedua, teori birokrasi tidak lagi memberikan efisiensi teknis seperti yang dianggap Weber. Birokrasi juga memiliki memiliki masalah sosial terutama kecenderungan ke arah yang tidak demokratis. Ketiga, birokrasi menghilangkan kebebasan dan tidak efisien dibandingkan pasar. Masalah kontrol politik Hubungan antara kepemimpinan politik dan birokrat sangat kompleks dan cair: hubungan ini tidak mencerminkan model logika Wilson yang formal dan linear. Politik tidak dapat dipisahkan dari administrasi. Ada dua alasan birokrasi tidak lagi dianggap efisien. Pertama, ada perbedaan dalam praktek dengan prinsip Weber, terutama sistem kepegawaian yang dibuat lebih kaku, lebih formal dan kurang elit dibanding yang dibentuk Weber dan berkurangnya efisiensi. Prinsip hierarki menghasilkan terlalu banyak tingkatan dengan masing-masing sub-tingkat dan berbagai batasan yang menghambat kemajuan. Skema pensiun dianggap terlalu besar. Orang yang tidak bisa bekerja, terus bekerja sampai pensiun. Prinsip senioritas digunakan untuk promosi. Ini tidak sesuai dengan pendapat Weber tentang efisiensi teknis. Jika promosi berdasarkan masa kerja, maka kepemimpinan menjadi tidak kompeten dan pekerja berbakat akan keluar. Kedua, ada teori baru tentang perilaku organisasi yang berpendapat bahwa model birokratik formal tidak lagi efisien dan efektif dibandingkan dengan bentuk manajemen yang lebih fleksibel. Struktur hierarki yang kaku dianggap membebani biaya dan keuntungan, serta membatasi kreativitas dan inovasi. Perilaku politik individu untuk naik dalam organisasi mengurangi efisiensi secara keseluruhan karena lebih banyak waktu yang diberikan untuk mengejar jabatan ketimbang melakukan pekerjaan. Kritik pilihan publik Ada dua alasan utama untuk mengurangi birokrasi pemerintah. Pertama, birokrasi pemerintah sangat membatasi kebebasan individu dan kekuasaan birokrasi harus dikurangi dengan nama ‘pilihan’. Kedua, ahli ekonomi pasar berpendapat bahwa model tradisional birokratik tidak memberikan strukur insentif dan imbalan yang sama dengan pasar. Oleh karena itu, struktur tersebut kurang efisien dibanding proses pasar. Pandangan ini mengarah pada perkembangan teori pilihan publik. Pilihan publik menganjurkan maksimalisasi pilihan oleh individu untuk kebebasan individu dan alasan efisiensi. Teori pilihan publik merupakan penerapan prinsip mikroekonomi di bidang politik dan sosial. Mengikuti prinsip-prinsip standar perilaku nasional, asumsi yang dibuat bahwa birokrat berusaha memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri, yaitu meningkatkan kekuasaannya, prestise dan jaminan, serta pendapatan dengan menggunakan struktur hierarki untuk tujuan mereka sendiri bukan tujuan organisasi. Model Weber bergantung pada birokrat yang termotivasi oleh ide melayani negara. Dari asumsi perilaku pilihan publik, motif tersebut tidak logis. Teori pilihan publik berpendapat bahwa ambisi individu dapat mengarah pada hasil yang tidak sesuai dengan kepentingan organisasi. Pandangan pilihan publik menjelaskan ‘politik kantor’ yang ada di semua birokrasi. Argumen bahwa individu birokrat bekerja untuk kepentingannya sendiri bukan kepentingan publik tidak dapat diabaikan. Individu yang mengejar keuntungan pribadi, dan birokrat yang memiliki jabatan cenderung menuntut lebih banyak sumber daya bagi unitnya. Model administrasi tradisional tidak menjelaskan politik kantor seperti ini. Argumen pilihan publik diarahkan pada mengurangi pemerintah dan mengurangi birokrasi, alternatifnya adalah struktur pasar. Salah satu hasil karya pilihan publik telah menghilangkan batasan antara sektor publik dan sektor swasta, dan berusaha mendefinisikan situasi dimana ketentuan publik dibenarkan. Meski ada kritik bahwa argumen pilihan publik tentang birokrasi kurang memiliki bukti, namun argumen tersebut telah berdampak pada pemerintah. Mungkin yang lebih penting adalah kenyataan bahwa teori tradisional administrasi publik tidak lagi bekerja dan tidak lagi relevan untuk mengatur masyarakat. Kesimpulan Model tradisional administrasi telah berhasil diterapkan oleh pemerintahan di seluruh dunia. Baik teori maupun praktek, model ini memiliki hal yang baik. Dibandingkan dengan bentuk sebelumnya yang penuh korupsi, model ini lebih efisien dan ide pelayanan profesional adalah perbaikan besar pada layanan amatir. Tetapi sekarang model tradisional tersebut dianggap sudah kuno. Birokrasi tradisional berkembang pada pembangunan industri; sistem dan teknologi cocok untuk era awal. Jika pegawai dianggap mesin, yang tidak dipercaya dengan tanggung jawab untuk membuat keputusan, maka model tradisional administrasi sangat tepat. Tetapi, sistem hirarki formal tidak lagi sesuai untuk sektor swasta maupun publik. Birokrasi yang dirancang pada awal abad tidak lagi berfungsi dengan perubahan yang sangat cepat, kaya informasi, masyarakat padat-ilmu dan ekonomi era 1990an. Model tradisional adalah reformasi terbesar pada masanya, tetapi dunia terus berubah. Dua pilar teori administrasi publik tidak lagi memadai dalam menggambarkan realitas pemerintah. Teori kontrol politik selalu problematik. Administrasi berarti mengikuti instruksi pihak lain, dan perlu ada metode teratur untuk memberikan dan menerima instruksi. Teori administrasi publik membutuhkan pemisahan yang jelas antara orang yang memberi instruksi dan orang yang menjalankannya. Pilar lain, teori birokrasi tidak lagi dipandang bentuk organisasi yang efisien dan efektif. Organisasi birokratik tidak lagi dianggap langkah terakhir dalam teori dan praktek tradisional. Teori ini bukan lagi satu-satunya cara terbaik untuk mengorganisir dan aspek yang tidak diharapkan seperti konsentrasi kekuasaan dan kurang kebebasan.