PERBANDINGAN VARIANSI TEMPERATUR SONIC ANEMOMETER DARI DERIVASI PERSAMAAN KECEPATAN SUARA DAN TERKOREKSI DENGAN PENGARUH CROSSWIND A.R. Wijaya Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung [email protected] ABSTRAK Pengujian derivasi persamaan temperatur sonik langsung dari penurunan persamaan umum kecepatan suara dan derivasi persamaan temperatur sonik dengan koreksi dari crosswind. Pengujian persamaan digunakan untuk menghitung nilai variansi dari masing-masing persamaan. Hasil pengujian dianalisis dan didapatkan hasil berupa perbedaan variansi temperatur berdasarkan Schotanus dan Liu berkisar antara 0-0.5 dengan nilai RMSE sebesar 0.07476 dengan koefisien determinasi (R-square) mendekati 1. Kata kunci: fluks apung, anemometer sonic, temmperatur sonik, variansi temperatur sonik. dari temperatur sonic. Jika temperatur 1. Pendahuluan sonic digunakan untuk perhitungan varians Schotanus et al. (1983) mengusulkan menggunakan anemometer sonik untuk menghitung variansi temperatur sonik dan fluks panas yang masuk akal dari daya apung fluks panas. Sejak itu, beberapa peneliti telah membahas kemungkinan derivasi temperatur menggunakan data sonik dan eksperimen telah untuk memverifikasi hasil (misalnya, Kaimal dan Businger, 1963; Kaimal dan Gaynor, 1991; Hignett, 1992). Perhitungan ini didasarkan pada pengukuran temperatur sepanjang sumbu vertikal anemometer sonik (misalnya, Kaijo Denki DAT-310 / A, Hanafusa et al., 1982). Jenis baru dari sonic anemometer menggunakan nilai ratarata sepanjang tiga sumbu sebagai output temperatur dari anemometer sonik dan fluks panas yang masuk akal dari fluks daya apung, persamaan yang diperoleh Schotanus et al. (1983) tidak hanya dapat digunakan sebagai alat. Liu et al. (2001) mengusulkan suatu persamaan baru untuk menghitung variasi temperatur sonik dengan mempetimbangkan pengaruh dari crosswind. Dalam makalah ini, akan dibandingkan hasil satu set persamaan baru Liu et al. (2001) dengan hasil persamaan Diharapkan Schotanus hasil ini et al. dapat (1983). menjadi pembanding kedua metode tersebut. Percobaan lapangan dilakukan selama 2 hari, 26 -27 September 2014, dilakukan di atap gedung Laboratorium Teknik X, 1 Institut Teknologi Bandung, Indonesia. kelembaban dan kecepatan yang normal Bidang ini ditutupi oleh permukaan kasar fluktuasi dengan ketinggan gedung sekitar 17 m dan anemometers ketinggan sonic anemometer berada pada sepanjang sumbu vertikal sehingga vn, posisi 2 m dari dasar permukaan atap adalah kecepatan angin horisontal u. gedung selama periode percobaan. sehingga variansi dari T, σTs, menurut adalah nol. sonik Kebanyakan mengukur suhu Schotanus et al. (1983): 2. Teori Dasar (3) Sedangkan Liu et al. (2001) mengusulkan dengan Gambar 1. Hubungan temperatur sonik dengan kecepatan mempertimbangkan pengaruh crosswind, suara Saat ini temperatur sonik berasal dari (4) waktu transit di sepanjang tiga sumbu yang diturunkan dari persamaan. Dengan, A = (A1 + A2 + A3)/3 dan B = (B1 + B2 Mengingat pengaruh crosswind, hubungan + antara suhu udara dan suhu sonic udara ditampilkan pada tabel 1. untuk satu jalur pengukuran B3)/3, untuk masing-masing nilainya dapat diperoleh sesuai dengan persamaan berikut dengan bagian rataan dan fluktuasi dari temperatur sonik (Ts) (misalnya, Schotanus et al., 1983; Kaimal dan Gaynor, 1991; Hignett, 1992): (1) dan Sumber: (2) Persamaan anemometer ini Sehingga variansi menurut Liu et al. menunjukkan sonik hanya bahwa mengukur (2001), σTc adalah: fluktuasi temperatur nyata, T', ketika 2 dalam makalah ini, perbedaan kondisi atmosfer belum dapat dijelaskan secara lanjut. (5) 3. Hasil dan Diskusi Gambar 3. (atas) variasi dan anomali dari Tc’ dan (bawah) variansi serta anomali Ts’ Gambar 2. Anomali temperatur terkoreksi dengan Dengan mempertimbangkan semua persamaan Liu et al. (2001) (atas) dan anomali kontribusi tiap suku, hasil kalkulasi dari temperatur sonic berdasarkan derivasi persamaan σTc dan dibandingkan dengan hasil σTs Schotanus et al. (1983) (bawah) ,seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 2 memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara Ts’ dan Tc’. Hal ini diluar dugaan, seperti yang telah dibahas oleh Liu (2001), bahwa Secara teoretis, perbedaan terdapat perbedaan signifikan antara σTs dan σTc setelah mempertimbangkan semua koreksi dari tiap suku di persamaan (5). besarnya perbedaan σTs dan σTc bergantung kepada perbedaan kondisi (dalam hal ini yang dimaksud adalah unik) dan sangat berganting pada kondisi atmosfer pada saat itu, seperti kelembapan, temperatur, dan kecepatan angin. Perbedaan kondisi Gambar 4. Perbedaan nilai σTs dan σTc atmosfer merupakan alasan yang utama Namun, seperti yang ditunjukkan pada yang dalam gambar 4, perbedaan nilai variansi justru pembahasan Liu dan Schotanus, namun mendekati nol. Berdasarkan pembahasan menjadi perbedaan 3 Liu (2001) bahwa terdapat banyak suku menggunakan koreksi crosswind dalam yang tidak dapat diabaikan, dalam kondisi perhitungan persamaan temperatur sonik. ini perlu diperhatikan karena terlihat bahwa tidak terjadi perbedaan signifikan 4. Kesimpulan dalam perhitungan nilai derivasi dari Berdasarkan kepada hasil Schotanus et al. persamaan tersebut. (1983) dan Liu et al. (2009) untuk menggunakan temperature derivasi sonic untuk menghitung nilai variansi temperatur dari fluks apung panas terukur, hasil dari persamaan tersebut diuji dan dibandingkan Gambar 5. Plot regresi (atas) dan residual (bawah) observasi. menggunakan Didapatkan data dari hasil pengolahan bahwa nilai perbedaan variansi dari σTs dan σTc regresi temperatur berdasarkan Schotanus dan Liu (Gambar 5. Atas) didapatkan dengan berkisar antara 0-0.5 dengan nilai RMSE model linear Polinomial orde-1: f(x) = sebesar p1*x + p2, dengan x dinormalisasikan determinasi (R-square) mendekati 1. Dengan menggunakan plot 0.07476 dengan koefisien dengan mean 15.69 dan standar deviasi 11.7, serta Koefisien terikat (dengan tingkat kepercayaan 95%): p1 = 11.77 (11.77, 11.78) p2 = 15.79 (15.78, 15.79) Serta dengan Goodness of fit; mencapai SSE sebesar 8.016, R-square mendekati 1, Adjusted R-square juga mendekati 1, serta dengan nilai RMSE adalah 0.07476. Dengan membandingkan persamaaan (3) dan (5) yang masing-masing berasal dari Schotanus et al. (1983) dan Liu et al. (2001) dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terpaut terlalu jauh dari galat yang dihasilkan. Serta, disarankan untuk tetap 4 DAFTAR PUSTAKA Liu, H., Peters, G. and Foken, T.: 2001, ‘New Equations For Sonic Temperature Variance And Buoyancy Heat Flux With An Omnidirectional Sonic Anemometer’, Boundary-Layer Meteorol. 56, 401–410. Kaimal, J. C. and Businger, J. A.: 1963, ‘A Continuous Wave Sonic Anemometer–Thermometer’, J.Appl. Meteorol. 2, 156–164. Kaimal, J. C. and Gaynor, J. E.: 1991, ‘Another Look at Sonic Thermometry’, Boundary-Layer Meteorol. 56, 401–410. Schotanus, P., Nieuwstadt, F. T. M. and De Bruin, H. A. R.: 1983, ‘Temperature Measurement with a Sonic Anemometer and its Application to Heat and Moisture Fluctuations’, Boundary-Layer Meteorol. 26, 81–93. 5