PDT. A. LETLORA S.Th, M.Min Puasa adalah aktifitas seseorang yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam konteks ini adalah aktifitas religius – religere – mengikat diri kembali kepada Allah. Maka puasa terarah pada tujuan utama dan bukan tujuan antara. Tujuan utama kepada Allah, tujuan antaranya ialah membatasi makan dan minum. Narasi ayat ini menunjukkan bahwa yang utama adalah Bapa yang berada ditempat tersembunyi. Puasa merupakan aktifitas ‘internal’ yang berdampak ‘eksternal’. Sehingga puasa memiliki tanggung jawab rohani – homeostatis linear – homeostatis sirkular. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28) Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16) Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8) Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16) Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13) Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2) Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17) Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7) -gemawarta. Sebagaimana banyak hal dalam syariat dimana arti rohaninya terkubur oleh penampakan lahir, demikian juga puasa sering merosot artinya. Bukannya ditujukan sebagai ekspresi pertobatan tetapi umat Israel menjadikannya sebagai tuntutan untuk memperoleh sesuatu (Yes.58:3) atau agar diperkenan Tuhan (Yes.58:5). Puasa sering merosot sekedar upacara ritual tanpa penyerahan diri kepada Tuhan (Za.7:5), dan menjadi perilaku yang munafik (Mat.16:6) demi untuk membenarkan diri sendiri (Luk.18:12). Dalam beberapa contoh dalam Perjanjian Lama, puasa dikaitkan dengan doa syafaat. Daud berdoa dan berpuasa untuk anaknya yang sakit (2 Samuel 12:16), meratap di hadapan Tuhan dalam permohonan yang sungguh-sungguh (ayat 21-22). Ester mendesak Mordekai dan orang-orang Yahudi untuk berpuasa bagi dia ketika dia berencana untuk menghadap suaminya sang raja (Ester 4:16) Jelah bahwa berpuasa dan syafaat berkaitan erat. Inti tindakan berpuasa adalah ‘ merendahkan diri ‘ dihadapan Allah ( Immamat 16 : 29 – 31). Maka puasa sekaligus menjadi pengakuan bahwa hidup memerlukan keterlibatan Allah. Dalam Perjanjian Baru ditemukan contoh-contoh doa dan puasa, namun tidak berkaitan dengan penyesalan atau pengakuan dosa. Nabiah Hanna “tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa” (Lukas 2:37). Dalam usia 84 tahun doa dan puasa merupakan bagian dari pelayanannya kepada Tuhan di Bait Suci sambil menantikan Juruselamat Israel yang dijanjikan. Juga dalam Perjanjian Baru, gereja Antiokia berpuasa dalam kaitan dengan ibadah mereka ketika Roh Kudus berbicara kepada mereka untuk mengutus Saulus dan Barnabas untuk pekerjaan Tuhan. Pada saat itu, mereka berdoa dan berpuasa, menumpangkan tangan atas kedua orang itu dan mengutus mereka. Jadi kita melihat contoh-contoh doa dan puasa ini sebagai bagian dari penyembahan kepada Allah dam mencari perkenan-Nya. Sama sekali tidak ada indikasi bahwa Tuhan lebih mungkin menjawab doa kalau dibarengi dehgan puasa. Sebaliknya puasa bersama dengan doa nampaknya menunjukkan kesungguhan dari orang-orang yang berdoa dan keadaan kritis yang sementara mereka hadapi. Puasa bukanlah alat untuk menentukan kemauan diri, sebaliknya menjadi bentuk kesediaan untuk mengalami perubahan. ( band. Kej. 17 : 1 ) Teologia puasa adalah teologia prioritas di mana orang-orang percaya diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka dalam ibadah yang terpusat dan intensif kepada Tuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan rohani. Ibadah ini dinyatakan dengan untuk sementara waktu menghindari hal-hal yang biasa seperti makan dan minum supaya dapat menikmati waktu yang tidak terganggu dengan Bapa kita. “Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus” (Ibrani 10:19), bukan berdasarkan puasa atau tidak berpuasa, dan ini adalah salah satu bagian yang paling menggembirakan dari hal-hal yang “lebih baik” yang kita miliki di dalam Kristus. Doa dan puasa tidak seharusnya menjadi beban atau kewajiban, namun merupakan perayaan akan kebaikan dan kemurahan Allah pada anak-anak-Nya. Maka ber- puasa adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Yes. 58:6-7: Membuka belenggu kelaliman. Memerdekakan orang yang teraniaya. Membagikan makanan bagi orang yang lapar. Memberi tumpangan bagi mereka yang miskin (homeless). Memberi pakaian kepada sesama yang tidak punya pakaian. Peduli terhadap masalah dan penderitaan saudara/sesama