PUASA, HIKMAH DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN

advertisement
PUASA,
HIKMAH DAN MANFAATNYA
BAGI KESEHATAN *)
Tien R. Muchtadi
Yth.
Para sahabat yang kami muliakan
Assalamu’alaikum wr.wb.
Terlebih dahulu kami mohon maaf apabila ada yang kurang
berkenan atas penyampaian “kuliah” ini. Mohon tidak diartikan bahwa
kami bermaksud menggurui, namun semata-mata ingin berbagi untuk
menyimak dan mencermati arti “Puasa, Hikmah dan Manfaatnya
bagi Kesehatan” dalam bulan Suci Ramadhan ini.
Segala puji & syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat
berkumpul di malam hari ini dan tetap berada dalam nikmat iman dan
islam. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Bulan Ramadhan telah tiba dan kita bertemu kembali dengan
kewajiban berpuasa sebulan penuh. Di dalam ayat Al-Qur’an telah
diungkapkan bahwa puasa merupakan aktivitas ubudiyah agar
manusia mencapai derajat muttaqqin, seperti dinyatakan dalam surat
al-Baqarah : 183 ini :
*) Disampaikan pada Reuni Paspal 66 Bogor – 8 Agustus 2009
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.”
Sebagai bagian dari kehidupan ubudiyah umat manusia.
sebenarnya, puasa telah dilakukan sejak zaman Nabi Adam a.s.
Puasa yang dalam etimologi Arab disebut dengan shaumu yaitu
menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan tidur, menahan
berbicara, menahan makan ataupun minum dan sebagainnya yang
menurut terminologinya di lengkapi dengan waktunya yaitu sejak
terbit fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat.
Seiring dengan berkembangnya dunia kesehatan, terkuaklah
apa yang menjadi rahasia dibalik perintah puasa, yang ternyata
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Nabi SAW telah bersabda :
”Tiada tempat yang dibenci Allah dibandingkan perut yang dipadati
(kekenyangan), sekalipun dengan makanan yang halal.”
Dalam hadits ini Rasulullah SAW. mengatakan bahwa”Manusia
tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek daripada perut.
Cukuplah baginya beberapa suap makanan sekadar bisa menegakan
tulang punggungnya. Bila menuntut harus dipenuhi maka sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
pernapasan”.
Dalam sebuah hadits lain lebih spesifik Rasulullah saw.
menjelaskan dengan gamblang hubungan antara makanan dan
penyakit sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ad-Dailamy,
Rasulullah bersabda. ”Lambung (perut) manusia itu tempat segala
macam penyakit, sedangkan pencegahan adalah pokok dari segala
pengobatan. Berdasarkan hadits tersebut sangat jelas bahwa
makanan terutama porsinya sangat erat kaitannya dengan kesehatan
seseorang, bahkan hadits ini menjelaskan sekaligus memperingatkan
kepada kita bahwa perut yang di dalamnya berisi makanan adalah
2
sumber dari segala penyakit. Agar terhindar dari penyakit, kita
berhati-hati dan selalu menjaga makanan yang kita makan, jangan
sampai justru menimbulkan penyakit. Salah satu caranya adalah
dengan pencegahan atau berpuasa.
Benarkah berpuasa membuat seseorang mejadi semakin
sehat? Itulah pertanyaan yang selalu disampaikan banyak orang. Hal
itu dipertegas oleh sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh
Thabrani dari Abi Hurairah :
”Berpuasalah niscaya kamu sehat”
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa dengan puasa
seseorang akan menyedikitkan makan sehingga peluang terhindar
dari penyakit akan tinggi. Mengapa hal ini dapat terjadi? Menurut ilmu
kesehatan, kecenderungan semacam itu sejalan dengan proses
metabolisme tubuh pada saat melakukan ibadah puasa yang mampu
mengekang beberapa fungsi metabolisme sehingga efektivitas
fungsionalnya semakin teratur.
Selama berpuasa sumber glukosa (gula) untuk keperluan
metabolisme dalam pencernaan tubuh berasal dari hati. Sebagian
besar (sekitar 80%) glukosa dimetabolisasi (dimanfaatkan) di jaringan
otak. Bagian terbesar kedua dimetabolisasi di jaringan-jaringan lain
yang tidak sensitif terhadap insulin, misalnya usus dan sel darah
merah. Sementara itu sisanya akan dimanfaatkan oleh jaringan otot
dan lemak. Metabolisme glukosa oleh jaringan otak akan
menghasilkan H2O dan CO2 sedangkan di jaringan yang lain
sebagian besar menghasilan asam laktat yang kemudian oleh hati
dimanfaatkan lagi untuk pembentukan glukosa dalam proses
glukoneogenesis.
Pengendalian fungsi hati dalam metabolisme sangat
bergantung pada hormon pankreas, insulin dan glikogen. Hormon
insulin bekerja menghambat pembentukan glukosa sedangkan
glikogen memacu pembentukan serta pelepasan glukosa. Sementara
itu pelepasan hormon pankreas dipengaruhi oleh kadar gula darah.
Apabila glukosa darah turun maka pelepasan insulin dihambat,
sedangkan pelepasan glikogen dipacu sehingga hati akan
meningkatkan glukoneogenesis dan melepaskan glukosanya ke
dalam darah.
3
Adanya peningkatan kortisol cenderung meningkatkan
pembentukan dan pelepasan glukosa oleh hati melalui pemacuan
sekresi glikogen. Adrenalin dan non adrenalin juga melakukan hal
yang sama dengan cara menghambat insulin. Secara serentak ketiga
hormon tersebut juga mampu menghambat penggunaan glukosa ke
jaringan tepi, terutama otot dan lemak. Baik kortisol maupun
adrenalin dan non adrenalin sangat tergantung pada aktivitas
susunan saraf pusat, terutama hipotalamus dan hipofisis. Sementara
itu pula kedua pusat tersebut sangat erat kaitannya dengan aktivitas
psikis atau kejiwaan manusia, misalnya emosi, motivasi dan proses
berpikir.
Studi yang dilakukan Nomani, et.al. (1989) menunjukan bahwa
dengan mengendalikan diet pada individu yang menjalankan ibadah
puasa ramadhon dengan pemberian diet tinggi karbohidrat pada 2
minggu pertama dan 2 minggu ke dua dengan diet tinggi lemak akan
meningkatkan urea darah dan menurunkan glukosa darah pada akhir
ramadhon. Pada hari ke-14 ternyata terjadi korelasi negatif antara
kadar urea darah dengan penggunaan sukrosa. Sedangkan pada hari
ke-28 didapatkan adanya korelasi negatif antara glukosa darah
dengan penggunaan tenaga.
Dengan menggunakan diet yang sama pada bulan ramadhon,
Hallak dan Nomani (1988) mendapatkan adanya penurunan berat
badan, kadar trigliserida dan LDL yang bermakna pada akhir
ramadhon. Sementara itu HDL meningkat tanpa disertai perubahan
kolesterol total yang berarti.
Berdasarkan kajian di atas, dapat dinyatakan bahwa dengan
melaksanakan puasa ramadhon berarti terjadi kegiatan melatih diri
untuk pengendalian yang secara fisik dapat mengurangi jumlah
makanan yang masuk ke dalam tubuh sehingga kerja beberapa
organ tubuh seperti hati, ginjal, lambung dan lain-lain terkurangi.
Dengan demikian dengan puasa dapat meningkatkan kesehatan fisik
dan mental seseorang.
Pertanyaan selanjutnya, puasa yang bagaimana yang bisa
membuat seseorang menjadi sehat ? puasa akan menyehatkan
tubuh jika dilakukan sesuai dengan syareat dan anjuran yang telah
diajarkan oleh Rasulullah, yaitu antara lain :

Pertama, menyegerakan berbuka yang merupakan sunah Rasul
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, ”Jika
berpuasa, Rasul tidak shalat magrib sebelum makan kurma atau
minum air”. Dari segi kesehatan, makanan yang manis seperti
4
kurma atau minuman air akan dapat memulihkan tenaga
sehingga kenikmatan berbuka benar-benar dapat dirasakan.

Kedua, mengakhirkan santap saur, juga merupakan sunah Rasul.
Hal ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan puasa tidak
terlalu lama yang pada akhirnya dapat menimbulkan
ketersiksaan bagi yang menjalankan.
Bagaimana ilmu kedokteran menjelaskan hal ini? Subhanallah,
Mahasuci Allah zat yang telah merancang segala ciptaannya dengan
amat sempurna.
Secara ilmiah manusia mempunyai dua sumber energi utama,
yaitu glukosa dan asam lemak bebas yang tersimpan dalam bentuk
glikogen dan trigliserida. Pada orang normal, kadar glukosa darahnya
selalu dipertahankan antara lain oleh hormon insulin pada kisaran 60120 mg. Glukosa ini sangat penting sebagai sumber energi utama
organ-organ penting seperti otak & jaringan saraf.
Dalam keadaan puasa, tidak ada makanan termasuk glukosa
yang masuk ke dalam tubuh. Karena itu yang terdapat di hati dengan
cara mengubah glikogen menjadi glukosa darah. Glikogen hati
ternyata hanya cukup memenuhi kebutuhan lebih kurang 12-16 jam.
Setelah glikogen dari hati habis, sumber glukosa darah diambil dari
pencernaan asam lemak bebas dari organ-organ lain.
Puasa yang dijalankan, adalah sekitar 13-14 jam hal ini tidak
akan mengganggu kesehatan. Bila kita menunda berbuka dan
mendahulukan makan sahur tentunya puasa bisa lebih 16 jam dan
hal ini sangat tidak baik bagi kesehatan.

Ketiga, tidak makan, minum yang berlebihan pada saat berbuka
sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Araaf ayat 31. ”..
makan dan minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang berlebihan. Berlebihan pada
saat buka puasa akan menjadikan sistem pencernaan tidak sehat
karena beban yang ditanggung terlalu berat secara tiba-tiba.

Keempat, melaksanakan puasa dengan penuh keikhlasan,
mengharap rido Allah SWT. Hal ini akan menimbulkan sikap
optimistis yang akan mempengaruhi sistem syaraf, sistem
hormon dan sistem imun untuk bekerja lebih baik sehingga
meningkatkan kesehatan kita.
5
Demikianlah yang dapat saya sampaikan semoga dengan
mengetahui hikmah dalam kesehatan dibalik diperintahkannya puasa
Ramadhan kita dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih
semangat, lebih khusyu dan lebih ikhlas dengan meluruskan niat
semata-mata untuk meraih ridho Allah SWT.
Mohon maaf lahir dan bathin,
Wabillahi taufiq walhidayah, Wassalamualaikum wr.wb
Sumber Pustaka :
1. Hallak, M.H. dan Nomani, M.Z. et,al. Am. Jur. Clin Nurt, 1989,
Body Weight Loss and Changes in Blood Lipid Level in
Normal Men on Hypocaloric Diets During Romadhon Fasting.
2. Nomani, M.Z. et,al. Am. Jur. Clin Nurt, 1989, Changes in Blood
Urea and Glucose and Their Assitiation with Energy
Containing Nutrients in Men on Hypocaloric Diets During
Romadhon Fasting.
3. Quraish Shihab, M., 1992, Membumikan Al-Qur’an, Mizan,
Bandung.
4. Wahjoetomo,H. 1997. Puasa dan Kesehatan. Gema Insani Press,
Jakarta
5. www.alsofwah.or.id
6. www.eramuslim.com
7. www.pesantrenvirtual.com
8. www.suaramerdeka.com
6
Download