1 Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis(Cinnamomum

advertisement
Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis(Cinnamomum Burmanii) Terhadap
Jumlah CD4, dan Interferon Gamma Pada Mencit BALB/c yang Diinfeksi
Bakteri Salmonella enteritidis
The Effect Of The Immunostimulator Of Cinnamon (Cinnamommum Burmanii)
Ethanol Extract on CD4 and Gamma Interferon in BALB/c Mice Infected By
Salmonella enteritidis
Rr. Dian Anggraini Puspitasari*, Pratiwi Trisunuwati, Sri Murwani
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
*[email protected]
ABSTRAK
Ekstrak etanol kayu manis (C. burmanii) memiliki kandungan sinamaldehid, yang
mampu meningkatkan sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek
imunostimulator ekstrak etanol kayu manis (C. burmanii) pada mencit BALB/c yang
diinfeksi bakteri S. enteritidis. Penelitian menggunakan true experimental design, post test
control design only, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis
menggunakan one way ANOVA dengan korelasi regresi α=0,05. Mencit BALB/c dibagi
menjadi enam kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif dan dosis
terapimasing-masing yaitu 50mg/kg BB, 100mg/kg BB, 150mg/kg BB dan 200mg/kg BB,
pada hari terakhir pelakuan mencit BALB/c diinfeksi bakteri S.enteritidis dosis 0,25 ml x 108
CFU/ml untuk melihat reaksi sistem imun. Parameter yang diamati adalah jumlah TCD4 dan
IFN-γ dengan teknik penghitungan flowcytometry. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat
peningkatan jumlah sel T CD4 yang mengekspresikan IFN-γ semakin besar dosis ekstrak
etanol kayu manis sebagai perlakuan pada penelitian ini semakin tinggi pula peningkatan sel
T CD4 dan sel T CD4 yang mengekspresikan IFN-γ. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol kayu manis (C. burmanii) memiliki
efek imunostimulator.
Kata kunci : C.burmanii, Mencit BALB/c, T CD4, IFN-γ, S.enteritidis.
ABSTRACT
Cinnamon (C. Burmanii) ethanol extract has cynamaldehyde content which had
potentially increase against imun respon. The object of the research were to prove the effect
of C. burmanii against. S.enteritidis infected mouse (BALB/c). The research was true
experimental design,post test control design only, with RAL (Randomized Compleate
Design). Data were analyzed using one way ANOVA. Mouse (BALB/c) divided in to
treatment groups which are negative control, positive control, and therapy dose. Each group
treated with 50 mg/kg body weight,100 mg/kg body weight,150 mg/kg body weight, and 200
mg/kg body weight. The last day treatment, mouse (BALB/c) is infected with S.enteritidis
bacterium at dose 0,25 ml x 108CFU/ml per oral. To observe parameters were T CD4 and
IFN-γ number with flowcytometry calculation technique. Result indicates that increase the
number of T CD4 cells an T CD4 cell express IFN-γ. More heiger dose of treatments would
be increase the number of T CD4 cells and ensure the expression of IFN-γ by T CD4 cells.
With P (0,05). That was ensure concluded that C. Burmanii has the immunostimulator effect.
Key words : C.burmanii, BALB/c mice, T CD4, IFN-γ, S. enteritidis.
1
PENDAHULUAN
Imunomodulator adalah substansi yang
mempengaruhi sistem imun. Secara umum
ada
dua
kategori
imunomodulator
berdasarkan efeknya yaitu imunosupresan
dan
imunostimulator.
Imunomodulator
mempunyai
kemampuan
untuk
meningkatkan
respon
imun
atau
perlindungan terhadap patogen atau tumor.
Imunostimulator adalah bahan yang dapat
meningkatkan kerja komponan-komponen
sistem imun. Sistem imun terdiri atas
imunitas
nonspesifik
dan
spesifik.
Imunostimulator dapat mengaktivasi sistem
imun dengan berbagai cara seperti
meningkatkan jumlah aktivitas sel T, NKcell dan makrofag serta melepaskan
interferon dan interleukin (Rahardja, 2007).
Kedua sistem imun tersebut bekerja
sama dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat
bila fungsi sistem imun tubuh ditingkatkan.
Berbagai bahan asal tanaman dapat memacu
fungsi berbagai komponen sistem imun
nonspesifik (fagosit, sel NK) dan sistem
imun spesifik (proliferasi sel T, sel B yang
memproduksi antibodi) serta produksi
sitokin sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan
penyembuhan
berbagai
penyakit infeksi (Alamgir dan Udin, 2010).
Sel tujuan dari imunomodulator adalah
makrofag, granulosit, limfosit T dan B
karena
induktor
paraimunitas
ini
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.
Banyak tanaman obat yang telah diteliti
membuktikan adanya kerja imunostimulator,
sedangkan untuk imunosupresor masih
jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat
sebagai imunostimulator dengan maksud
menekan atau mengurangi infeksi virus dan
bakteri intraseluler, untuk mengatasi imuno
defisiensi
ataus
ebagai
perangsang
pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam
sistem imunitas (Blok and Mead,2003).
Infeksi bakteri intraseluler akan
memunculkan reaksi yaitu CD4 Th1 yang
mengaktifkan makrofag yang memproduksi
IFN-γ dan sel CD8 yang memacu
pembunuhan mikroba serta lisis sel yang
terinfeksi. CD4 memberikan respon terhadap
peptida antigen MHC-II untuk memproduksi
IFN-γ yang mengaktifkan makrofag untuk
menghancurkan mikroba. Sel CD4 naif
dapat berdiferensiasi menjadi sel Th1 yang
mengaktifkan
fagosit
untukmembunuh
mikroba (Brooks, 2010).
Penggunaan imunostimulator dalam
terapi sering mengalami hambatan, salah
satunya adalah mahalnya imunostimulator
yang tersedia dipasaran obat paten,
imunostimulator sering diimpor dari luar
negeri. Dalam kondisi seperti ini perlu
dipertimbangkan
untuk
mendapatkan
imunostimulator dari bahan alam yang
berharga murah dan efektif (Kusmardi,
2007).
Penggunaan
kemoterapi
dan
antibiotika untuk pengobatan terhadap
penyakit dan peningkatan sistem kekebalan
tubuh dapat memberikan dampak negatif,
seperti resistensi dan penurunan sistem imun
tubuh (imunosupresi). Sebagai contoh
levamisole yang digunakan sebagai anti
helminthiasis dan dapat meningkatkan sel T
pada manusia, ternyata pada hewan dengan
dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan
sistem imun (Kusmardi, 2007, Inonu, 2006).
Penggunaan herbal sebagai peningkat
sistem imun sedang dikembangkan untuk
hewan, penggunaan herbal dilakukan untuk
menekan penggunaan bahan kimia yang
dapat berpengaruh buruk bila digunakan
dalam jangka waktu yang panjang
(Sumaryono, 2002). Saat ini perlu digunakan
obat herbal yang mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh (Salomi et al., 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek imunostimulator ekstrak
etanol kayu manis (C.burmanii). Penelitian
menggunakan mencit BALB/c betina umur
6-7 minggu dengan berat badan sekitar 150200 gram. Mencit BALB/C betina telah
mendapatkan jaminan bebas patogen yaitu
dalam kondisi yang bebas dari paparan
patogen, tidak dalam keadaan estrus dan
tidak dalam keadaan bunting.
2
MATERI DAN METODE
Persiapan Hewan Model
Hewan coba berupa mencit BALB/c
berjenis kelamin betina berumur 6-7 minggu
dengan berat 25-30 gram, mendapatkan
jaminan bebas patogen dari Lab yang berada
di jember, tidak dalam kondisi estrus dan
tidak dalam kondisi bunting, diadaptasikan
selama 7 hari di Laboratorium Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA) Universitas Brawijaya,
tujuannya adalah untuk mengoptimalkan
kondisi tubuh terhadap lingkungan yang
baru. Pemberian pakan dan minum secara
adlibitum. Hewan coba mencit BALB/c,
terlebih dahulu diseleksi (usia, umur, berat
badan, kesehatan), hewan coba dibagi dalam
enam kelompok perlakuan. Setiap kelompok
perlakuan terdiri dari lima ekor mencit
BALB/c.
.
Pembuatan Ekstrak etanol kayu manis
Ekstrak etanol kayu manis didapatkan
dari Destimed Kp. Yang beralamat di
Cakung No. 1 Rt05/Rw03 Jatisari-Bekasi
dalam sedian ekstrak kering serbuk. Ekstrak
kayu manis dibuat dari kulit batang atau
ranting C. burmanii, suku Lauraceae,
mengandung minyak atsiri 2,5 % dan kadar
sinamaldehid
1,03%.
Dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 70%. Satu
bagian serbuk kering kulit kayu manis
dimasukan kedalam maserator, kemudian
ditambahkan 10 bagian etanol 70%.
Direndam selama 6 jam pertama sambil
sekali-sekali diaduk, kemudian didiamkan
selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan
cara disentrifuse. Proses penyarian diulangi
sekuranganya dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap
tekanan rendah sampai diperoleh ekstrak
kental. Rendeman yang diperoleh 30%.
Ekstrak
kental
ditimbang
kemudian
ditambahkan bahan pengisi 5% aerosil dan
65% amylum, setelah itu diaduk hingga
merata dan siap untuk dikeringkan selama 10
jam dengan metode freeze drying.
Ekstrak kering etanol kayu manis (C.
burmanii) yang didapatkan ditimbang sesuai
dosis perlakuan untuk diberikan kepada
mencit
BALB/c
secara
per
oral.
Penimbangan serbuk ekstrak etanol kayu
manis
dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi dan Imunologi Progam
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
Persiapan bakteri Salmonella Enteritidis
Bakteri S. enteritidis didapatkan dari
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan
Imunologi Progam Kedokteran Hewan
Universitas
Brawijaya
dengan
kode
0405/03/2013 (lampiran 2) yang telah diuji
kemurniannya di balai besar veteriner Wates
Yogyakarta. Selanjutnyadisesuaikan dengan
standart Mc Farland yaitu 0,5. Preparasi
bakteri S. enteritidis dilakukan di
Laboratorium Mikrobilogi dan Imunologi
Progam Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.
Pemberian Perlakuan
Setelah 7 hari adaptasi, mencit
BALB/c diberikan ekstrak etanol kering
kayu manis yang dicampurkan dengan
aquades steril sesuai dengan dosis kelompok
yaitu, 50mg/kg BB,100mg/kg BB,150mg/kg
BB, dan 200mg/kg BB.Infeksi bakteri
dengan tujuan mengetahui tingkat efektifitas
imunostimulator ekstrak etanol kayu manis
(C. burmanii) yang telah diberikan. Mencit
BALB/c diberi minum dan pakan standart
secara adlibitum pemberian pakan berupa
sedian berbentuk biskuit, bentuk ini
diharapkan agar tidak mencemari kandang,
karena pakan diletakan diatas anyaman
kawat pada kandang. Mencit dikelompokkan
dalam 6 kelompok secara acak dan diberi
perlakuan sesuai kelompoknya selama 14
hari dengan pembagian yaitu kelompok
kontrol
Euthanasi dan Pembedahan
Eutanasi pada mencit dilakukan
dengan cara dislokasi servicalis, dilakukan
3
ditambahkan 50μl antibodi ekstrak seluler
staning (anti interferon gamma), kemudian
dimasukan dalam kuvet flowcytometry
kemudian di running.
sehari setelah hari terakhir perlakuan yaitu
hari ke 22, sebelum dilakukan euthanasi.
Mencit ditimbang berat badannya untuk
mengetahui status kesehatan maupun gizi.
Setelah
euthanasi,
pembedahan
dilakukan dengan mengambil organ limpa
dan diambil peletnya kemudian ditambahkan
antibodi ekstraseluler staning IFN-γ dan CD4
untuk kemudian dilakukan pengujian dengan
teknik flowcytometry.
Perhitungan Sel Granulosit Dengan
Haemocytometer
Pelet yang sudah didapatkan dari
organ limpa diambil sebanyak 5μl
ditambahakan 95μl Trypan Blue dimasukan
dalam konikel 15 ml dan dihomogenkan
sehingga sel mati terwarnai dan sel hidup
dapat dihitung. Perhitungan untuk sel hidup
menggunakan
kamar hitung dalam
haemocytometer. Hasil
perhitungan sel
granulosit
digunakan
dalam
analisis
flowcytometry.
Pemerikasaan Flowcytometry
Pemeriksaan flowcytometry bertujuan
untuk menghitungCD4 dan IFN-γ dengan
metode flowcytometry.
Preparasi Limpa Untuk Pemeriksaan
Flowcytometry
Mencit disayat bagian abdomen sebelah
kiri dengan menggunakan gunting bedah,
kemudian dicari organ limpanya kemudian
diangkat,
kemudian
dibilas
dengan
menggunakan PBS sebanyak dua kali,
diletakan dalam cawan petri yang berisi 5 ml
PBS, digerus menggunakan pangkal spuit
disaring dengan
menggunakan
filter
milipore, dimasukan dalam tabung propilen,
disentrifugasi dengan kecepatan 2500rpm
selama 5 menit dengan suhu 40C kemudian
diambil peletnya setelah didapatkan pelet
Analisis Data
Analisis data jumlah CD4 dan IFN-γ
menggunakan analisis data one way ANOVA.
Bila hasil uji one way ANOVA menujukan
hasil yang signifikan yaitu adanya
peningkatan jumlah CD4 dan IFN-γ maka
dilanjutkan dengan uji post hoc test untuk
mengetahui signifikansi antar kelompok
perlakuan dengan α = 0.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekspresi CD4
Hasil
penelitian
ekspresi
CD4
menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak
etanol kayu manis (C.burmanii) memiliki
rata-rata yang meningkat dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif dan
kelompok kontrol positif.Tabel dan grafik
peningkatan jumlah CD4 dapat dilihat pada
tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tabel rata-rata Jumlah Sel CD4
Perlakuan
1
Ulangan (dalam satuan sel)
2
3
4
Rata-rata ± Std.Dev
Kontrol +
729968.75
816750
696687.5
809843.75
7,6x104 ± 59361,66a
Kontrol -
6182737.5
6086000
2190040
7032800
53,7x104 ± 2164118b
Perlakuan 1
10910375
7706400
10128000
9197825
948x104 ± 1377320bc
Perlakuan 2
9066125
10324125
9360625
10298250
976x104 ± 645211,1cd
Perlakuan 3
10760750
12928375
12249900
10865850
1170x104 ± 1062903d
Perlakuan 4
12614062.5
10863125
12505500
11248718.75
1180x104± 883520,8 d
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan, p = nilai signifikansi
4
Berdasarkan
uji
ANOVA
menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu
manis (C. burmanii) dapat meningkatkan
jumlah CD4 secara nyata (p< 0,05), rata-rata
antar dosis perlakuan cenderung meningkat
(Lampiran 1). Perhitungan dilanjutkan
dengan analisis post hoc dengan uji Tuckey
didapatkan hasil bahwa kelompok perlakuan
1, 2, 3, dan 4 dengan dosis 50, 100, 150,
sdan 200 mg/kg BB memiliki perbedaan
yang signifikan dibandingkan kelompok
kontrol negatif dan kelompok kontrol positif
(Lampiran 1). Kelompok kontrol (-) diberi
perlakuan pakan dan infeksi bakteri S.
enteritidis memiliki rata-rata yang meningkat
dibandingkan rata-rata kelompok kontrol (+)
mencit yang hanya diberikan pakan, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mittrucker et al, 2000, bahwa Infeksi bakteri
pada mencit dapat menginduksi respon sel
Th1. Sebagian besar sel T CD4+ dan CD8+
akan teraktifasi setelah infeksi. Mencit
BALB/c kontrol (-) yang diberi infeksi
S.enteritidis mengalami peningkatan jumlah
CD4 dibandingkan kelompok kontrol (+)
yang diberi pakan standar saja.
Menurut Lehner (2001) pada umumnya
antigen yang masuk dalam tubuh baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungi,
prion dan viroid akan selalu memicu sistem
kekebalan tubuh dimulai dari pertahanan
tubuh
non
spesifik
dengan
cara
memusnahkan bakteri serta pertahanan tubuh
spesifik dengan membentuk pertahanan yang
lebih kompleks melalui produksi antibodi
ataupun dengan memproduksi berbagai
sitokin.
CD4 di dalam penelitian ini bekerja
sebagaI regulator dan fungsi efektor. Fungsi
regulator terutama dilakukan oleh salah satu
subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel
CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal
dengan nama sitokin (protein berberat
molekul rendah yang disekresikan oleh selsel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi
regulatornya. Sitokin dari sel CD4
mengendalikan
proses
imun
seperti
pembentukan imunoglobulin.
Ekspresi IFN-γ
Efek imunostimulator terhadap IFN-γ
juga menunjukkan peningkatan. Pemberian
ekstrak etanol kayu manis (C. burmanii)
pada perlakuan rata-rata dapat meningkat
dibandingkan dengan kelompok kontrol (-)
dan kelompok kontrol (+), hal ini sejalan
dengan hasil ekspresi CD4.
Tabel dan grafik peningkatan IFN-γ dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Tabel Rata-rata Jumlah Sel IFN-γ
Ulangan (dalam satuan sel)
Perlakuan
1
2
3
4
Rata-rata ± Std.Dev
Kontrol +
124608.75
163350.00
93187.50
138243.75
129847.50 ± 29236,47a
Kontrol -
671500.00
571200.00
806600.00
867300.00
729150.00 ± 133361,23b
Perlakuan 1
901475.00
807625.00
657000.00
841500.00
801900.00 ± 104102,72b
Perlakuan 2
937875.00
915562.50
1075350.00
999087.50
981968.75 ± 71570,847bc
Perlakuan 3
1025125.00
1158300.00
995100.00
722250.00
975193.75 ± 182936,99bc
Perlakuan 4
1216125.00
1210625.00
1047375.00
1010375.00
1121125.00 ± 107610,2 c
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan, p = nilai signifikansi
meningkat(Lampiran
2).
Perhitungan
dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan
uji Tuckey didapatkan hasil bahwa kelompok
perlakuan 1, 2, 3, dan 4 memiliki perbedaan
yang signifikan dibandingkan kelompok
kontrol (-) dan kelompok kontrol (+)
(Lampiran
2).
Pemberian
terapi
Berdasarkan
uji
ANOVA
menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu
manis (C. burmanii) dapat meningkatkan
jumlah IFN-γ secara nyata (p< 0,05), ratarata antar dosis perlakuan cenderung
5
menggunakan ekstrak etanol kayu manis
dapat meningkatkan jumlah IFN-γ. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oeh
Ramchandra, 2006 mengenai kandungan
sinamaldehid pada C. zeylanicum bark. yang
mampu meningkatkan respon
imun.
Kelompok kontrol (-) yang diberi infeksi S.
enteritidis
memiliki
rata-rata
lebih
meningkat dibandingkan rata-rata kelompok
kontrol (+) yang hanya diberikan pakan, hal
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Eckmann (2001) yang
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
jumlah IFN-γ pada hewan coba setelah
penginfeksian
bakteri
S.
enteritidis
dibandingkan dengan hewan normal tanpa
penginfeksian bakteri S. enteritidis.
Menurut, Abbas (1994). Senyawa
sinamaldehid
mempunyai
aktivitas
imunostimulator seperti pada Interferon
gamma yang menginduksi dan mengaktivasi
makrofag dan limfosit T. Aktivasi makrofag
akan mensekresi sitokin (IL-1, IL-6, IL-12
dan TNF-α) dan mengaktivasi sel T. Aktivasi
sel T tersebut mensekresi IFN-γ
yang
menginhibisi diferensiasi produksi antibodi
oleh sel B. Aktivitas IFN-γ yang mampu
memediasi respon imun seluler teraktivasi,
ketika respon imun humoral ditekan
produksinya. Senyawa sinamaldehid juga
dapat
memacu
proliferasi
limfosit,
meningkatkan
jumlah
sel
T
dan
meningkatkan aktivitas IL-2.
Trisunuwati, drh., MS
pembimbing pertama.
sebagai
dosen
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, AK., Litchman AH, Pober JS. 1994.
Cellular Immunology in: Cellular and
molecular
immunology,
2nd
ed.
Philadelphia: WB. Saunders Company
Alamgir, H., Udin,. 2010. Development of
highly sensitive immunosay to measure
HCG, aplication to malignancies. Cancer
Res. USA
Dubiab, Al, 2012. Cinnamon Handbook of
Herbs and Spices . New York : CRC
Press.
Baratawidjaja, K G. 2010. Imunologi Dasar.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Barnier, 1985. A source book of children
with developmental Disabilities. Paul H.
Brookes Publishing Co.: Baltimore
Benny,
and
Vanitha,
2004.
Imunnomodulatory and Antimicrobial
Effect of some Traditional China Medical
Herbs: Departement of Pharmacology,
Faculty of Medicine, National University
of singapore
Blok, and Mead, 2003. Immune system
effects of echinacea, ginseng, and
astragalus. Institute for Integrative Cancer
Care and Block Center for Integrative
Cancer Care, Evanston, Illinois 60201,
USA.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol kayu manis
(C.burmanii)
mempunyai
efek
imunnostimulator
berdasarkan
adanya
peningkatan jumlah CD4 dan IFN-γ pada
mencit BALB/c yang diinfeksi bakteri S.
enteritidis.
Brooks, G.F., Carroll KC., Butel JS., Morse
SA., Mi-etzner TA. Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s medical microbiology 25th ed.
Access Medicine: Mc-Graw Hill; 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Drh. Dahliatul Qosimah., Mkes dan
Dr. Sri Murwani , drh., MP yang telah
mengijinkan penulis mengikuti penelitian
payung ini kepada Prof. Dr. Pratiwi
Cowan, M.M., 1999. Plant Product as
Antimcrobial
Agent.
Clinical
Microbiology Reviews, p 564-582.
6
Cytopatol, 2009. III. Washington. D.C:
Georgetown University
School of
Medicine. Halaman 18
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Bogor.
Inonu, 2006. Kimia Farmasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hal. 255-268
Delcenserie, 2010. Efek Imunostimulator
Beberapa
Fraksi
Teripang
Lokal
(Phillophorus sp Terhadap Histology
Limpa Mencit Mus Muculus yang
diinfeksi Mycobacterium. Studi Biologi,
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi
Universitas
Airlangga,
Surabaya
Diane, 2008. Buku Ajar
Kedokteran.
Terjemahan
Setiawan. Jakarta :EGC
Kusmardi, 2007. Obat-obat penting khasiat,
penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya
Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo: hal. 193
Munusamy S., 2013. Aspek Teknis
Pengolahan Rempah-rempah Oleoresin
dan Minyak Rempah-rempah. Bogor :
BBHIP.
Fisiologi
Irawati
Ekaprasada, 2009. Ramuan Tradisional
Untuk Pengobatan Kanker.
Penebar
Swadaya, Jakarta
Mittrucker, Davis, M.R., Quiqley, M.N.,
2000. valuation of Crude Extracts of
Cinnamomum tamala for Potential
Antibacterial Activity. Electronic Journal
of Biology. 2009. Vol.5(4): 75-79
Faix., and meriiana. 2009. Antibacterial
Properties
and
MajorBioactive
Components
of
Cinnamon
Stick
(Cinnamomum burmanii) : Activity
against Foodborne Pathogenic Bacteria. J
Agric Food Chem. 2007 jul 11;55(14) :
5484-90
Moreland, S. 2004, 3-Carbamoyl-4-aryl1,2,3,4-tetrahydro-6-methyl-5pyrimidinecarboxylic Acid Esters as
Orally Effective Antihypertensive Agents.
J. Med. Chem. 34, hal: 806 , California
Morimoto, T., Hara, Y., Kato, Y., Hiratsuka,
J., Yoshioka, T., Fujita, Y. & Yamda, Y.
1988. Berberine production by cultured
Coptis japonica cells in a one-stage
culture using medium with a high Copper
concentration. Agric. Biol. Chem. 52 (7):
1835-1836.
Gende, 2008. Pengaruh Jus Aloe vera
terhadap
kemampuan
fagositosis
makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi
Salmonella
typhimurium.
Hasil
Penelitian.
Lembaga
Penelitian
Universitas Negeri Semarang
Rahardja, 2007. Efek Imunomodulator
Ekstrak Daun Ketepeng Cina (cassia alata
l.) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag.
Gupta, GP., and Garris HK. 2008.
Arzneidrogen (Ein Kompendium fur
Pharmazeuten
Biologen
und
Chemiker)., B.I .
Manheim
:
Wissenschaftsverlag
Sumaryono, 2002. Cell mediated immune
respon. In: Sonnenwirth AC . Clinical
Laboratory Methods and diagnosis vol II,
St Louis, Mosby Company
Granot, 1998. Cell to cell Communication in
The Ovarian Follicle: Reproduction 13
Suppl: 4. Europeean Society for human
Reproduction Embrilogy.
Salomi,
Hernani, 1988. Penyulingan Minyak Dahan
dan Ranting Kayu Manis. Jurnal Bala
7
2011. Ramuan Tradisional
Pelangsing
Tubuh.Penebar
Swadaya :Depok
Rismunandar, 1995. Kayu Manis Budidaya
dan Pengolahan, Penebar Swadaya,
Jakarta. Siagian.
Rismunandar, 2011. Rempah- rempah
Komoditi Ekspor Indonesia. Bandung :
Sinar Baru.
Rismunandar, 1993. Managemen Penyakit
Infeksi : perkembangan baru Antibiotika
dan Imunostimulan. Simposium Mini
managemen Infeksi. Semarang.
Rusli, AK., dan Abdullah R, 1988. Komoditi
Kayu Manis di Sumatera Barat. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan.
Balai Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Bogor.
Shen., Groves, G.A., Forber, P.D., 2011.
Attracting AID to targets of somatic
hypermutation." J Exp Med 207(2): 405415.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/201
00870.
Suherlan, 1995 Suherlan, A. 1995. Uji
aktivitas antibakteri ekstrak kayu manis
(Cinnamomum burmanii (Nees) BI) .
Skriksi JF MIPA UNPAD.
.
Thomas, J. dan P.P., and Duethi. 2001.
Cinnamon Handbook of Herbs and
Spices. New York : CRCPress.
Yen C.G., Yeh T.C. and Chen J.Yen. 2004.
Protective Effect of Mesona procumbens
against tert-Butyl Hydroperoxide-Induced
Acute Hepatic Damage in Rats. J.
Agricultural and Food Chemistry.
52,4121-4127.
Yuniastuti Ari, 2008. Gizi dan Kesehatan.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
ACC Dosen Pembimbing :
8
Download