Variasi genetika manusia memprediksi tanggapan terhadap ART Oleh: Liz Highleyman, hivandhepatitis.com, 4 April 2008 Banyak faktor yang mendukung tanggapan terhadap terapi antiretroviral (ART) sehingga menghasilkan pemulihan kekebalan yang baik, termasuk usia pasien, status penyakit sebelum pengobatan dan kepatuhan terhadap ART. Variasi genetik secara individu juga tampak berperan. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan lebih awal dalam jurnal Nature Medicine edisi 30 Maret 2008 dalam versi internet. Para peneliti mengamati variasi gen CCR5 yang mengendalikan pola koreseptor CCR5 pada permukaan sel CD4 pada kohort besar pasien HIV-positif. HIV memakai CCR5 atau koreseptor lain, misalnya CXCR4 untuk memasuki sel. Penghambat CCR5, misalnya maraviroc, bekerja dengan menghambat proses ini. Para peneliti juga menilai jumlah gen CCL3L1, yang menandai protein yang mengikat CCR5 dan menekan HIV. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variasi gen CCR5 dan CCL3L1 memprediksi penurunan sistem kekebalan yang lebih cepat di era sebelum ART. Dalam penelitian ini, para peneliti meneliti apakah gen yang sama juga mempengaruhi tanggapan kekebalan terhadap ART. Berdasarkan profil genetikanya, peserta digolongkan sebagai berisiko tinggi, sedang atau rendah. Ikatan koreseptor: Ikatan gp120 pada reseptor CD4 menyebabkan perubahan konformasi pada protein gp120. Perubahan ini memajan tempat ikatan koreseptor kemokin (CCR5 atau CXCR4). Penghambat CCR5 mencegah ikatan protein gp120 dan mencegah penularan HIV. Hasil • Variasi gen CCL3L1 dan genotipe CCR5 keduanya memiliki pola yang mempengaruhi kecepatan dan luasnya pemulihan CD4. • Hal ini terutama jelas apabila ART dimulai dengan jumlah CD4 di bawah 350. • Genotipe CCL3L1 dan CCR5 yang mendukung pemulihan CD4 adalah serupa dengan genotipe yang terkait dengan penurunan CD4 yang lebih rendah di era sebelum ART. • Peserta yang berisiko tinggi cenderung sehat setelah memulai ART, tetapi pemulihan kekebalan tersendat setelah dua tahun memakai ART. Kesimpulan “Variasi CCL3L1-CCR5 mempengaruhi patogenetika HIV akibat memakai ART, sehingga secara prospektif mungkin mampu mengenali orang yang memakai ART lebih awal yang lebih mungkin mengurangi kegagalan kekebalan walau mengalami penekanan dengan ART,” para peneliti menyimpulkan. Mereka mencatat bahwa karena variasi genetika yang serupa dikaitkan dengan penurunan CD4 akibat tidak memakai ART maupun pemulihan setelah memulai ART, hal tersebut memberi kesan bahwa “jalur genetika CCL3L1-CCR5 yang umum, mengatur keseimbangan antara proses patogenik dan perbaikan sejak awal penyakit.” Berdasarkan temuan mereka, penulis penelitian berpendapat bahwa karena pemulihan CD4 selama memakai ART adalah lebih peka terhadap jumlah CCL3L1 dibandingkan genotipe CCR5, analog CCL3L1“mungkin manjur untuk mendukung pemulihan kekebalan.” Tanggapan kekebalan yang kurang baik diamati pada orang yang berisiko tinggi dan bahkan pada yang berisiko menengah yang memulai ART dengan jumlah CD4 di bawah 350. Hal ini menambah bukti bahwa memulai ART lebih dini dengan jumlah CD4 lebih tinggi mungkin menghasilkan dampak jangka panjang yang lebih baik. Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Variasi genetika manusia memprediksi tanggapan terhadap ART Hasil ini juga memberi kesan bahwa di masa yang akan datang, tes genetika mungkin dikembangkan untuk memprediksi tanggapan terhadap pengobatan dan kemungkinkan merancang lebih jauh rejimen ARV yang khusus disesuaikan untuk pasien secara individu. Ringkasan: Human Genetic Variations Predict Response to Antiretroviral Therapy Sumber: SK Ahuja, H Kulkarni, G Catano, and others. CCL3L1-CCR5 genotype influences durability of immune recovery during antiretroviral therapy of HIV-1-infected individuals. Nature Medicine. March 30, 2008 [Epub ahead of print]. –2–