(Pericarp) Jambu Mete - Fakultas Kedokteran Hewan

advertisement
Uji Potensi Antimikroba Ekstrak Kulit Biji (Pericarp) Jambu Mete (Anacardium
Occidentale) dengan Pelarut Etanol Terhadap Bakteri Salmonella Enteritidis
SP-1-PKH secara In Vitro
In vitro Antimicrobial Potential Assay of Cashew (Anacardiumocidentale) Nut Shell
(Pericarp) Ethanolic Extracts Against Salmonella enteritidis SP-1-PKH
Alfan Chilmi Rosyadi, Sri Murwani, Pratiwi Trisunuwati
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Salmonella enteritidis merupakan bakteri penyebab food borne disease yang kini diduga mengalami
resistensi terhadap antibiotika. Kulit biji (pericarp) Jambu mete diduga memiki potensi antimikroba
karena mengandung asam anakardat, kardol, dan kardanol. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi ekstrak pericarp Jambu mete sebagai bahan antimikroba terhadap Salmonela
enteritidis SP-1-PKH. Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima
macam perlakuan konsentrasi ekstrak (10%, 15%, 20%, 25%, 30%). Metode yang dipakai adalah Uji
dilusi Tabung untuk mengamati Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).
Hasil selanjutnya dianalisis menggunakan uji non parametrik Kruskal wallis, uji post hoc, serta uji
korelasi dan regresi linier dengan α = 5% . Hasil penelitian menunjukan KHM tidak dapat diamati
karena warna ekstrak yang keruh sedangkan KBM adalah konsentrasi ekstrak 25%. Hasil Penelitian
ini menunjukkan Jumlah koloni Salmonella enteritidis yang tumbuh menurun seiring dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak pericarp Jambu mete, Hal ini membuktikan bahwa ekstrak
pericarp Jambu mete dengan pelarut etanol memiliki efek antimikroba terhadap Salmonella
enteritidis SP-1-PKH secara in vitro.
Kata kunci: Salmonella enteritidis, Kulit biji Jambu mete, Uji Dilusi Tabung, Antimikroba, ekstrak
etanol
ABSTRACT
Salmonella enteritidis is one of microorganism that caused foodborne disease and recently were
showed resistant to several antibiotics. The shell (pericarp) of cashew nut has a potency as
antimicrobial because the compounds such as anacardic acids, cardols, cardanols. The aim of this
research was to determine the potential of cashew nut shell as antimicrobial against Salmonella
enteritidis SP-1-PKH. This research was conducted in the June-September 2012 at Pharmacology
Laboratory of FKUB and Microbiology Laboratory of PKH UB. The experimental design that used in
this research was Completely Randomized Design (CRD) with five different concentrations of extract
(10%, 15%, 20%, 25%, 30%). The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) were assessed by tube dilution test method. Result analyzed by
non parametric test Kruskal Wallis, post hoc test, and correlation and regression test. The MIC was
not identified because of the color of the extract was turbid, whereas MBC was in the 25%
concentration.the result show that the number of colony of bacteria decreased along with increasing of
extract concentration. In conclusion, the extract of cashew nut shell has antimicrobial effect against
Salmonella enteritidis SP-1-PKH in vitro.
Keywords: Salmonella enteritidis, Chasew Nutshell, Tube Dilution Test, Antimicrobial, Ethanolic
extract
1
Jambu mete dapat digunakan sebagai
antimikroba
terhadap
Salmonella
enteritidis, karena itu perlu dilakukan uji
potensi antimikroba ekstrak pericarp
Jambu mete terhadap bakteri Salmonella
enteritidis secara in vitro, potensi
antimikroba akan di uji berdasarkan
dengan KHM KBM dan pertumbuhan
koloni
pada
pemberian
berbagai
konsentrasi ekstrak.
Pendahuluan
Salmonella enteritidis adalah salah
satu bakteri patogen penyebab food borne
disease yang berpotensi mengalami
resistensi terhadap antibiotika. Penelitian
yang dilakukan Noor et al (2006),
menunjukkan bahwa kepekaan isolat
Salmonella enteritidis dan Salmonella
hadar yang diisolasi dari karkas ayam di
salah satu pasar basah di
Indonesia
memiliki kecenderungan untuk resisten
terhadap amoksisilin dan tetrasiklin.
Food borne disease adalah penyakit
yang muncul karena mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tercemar
mikroorganisme patogen. Studi yang
dilakukan oleh Olivera et al (2006)
menunjukkan
bahwa
Salmonella
enteritidis adalah serovar yang paling
banyak diisolasi dari kasus food borne
disease yang terjadi di Brazil. Timbulnya
resistensi Salmonella enteritidis terhadap
antibiotika
menyebabkan
perlunya
pencarian terhadap bahan antimikroba
alternatif, misalnya tanaman-tanaman obat
yang memiliki komponen bioaktif yang
dapat mudah didegradasi, aman dan
mempunyai efek samping yang lebih
sedikit (Prusti et al., 2008).
Materi dan Metode Penelitian
Ekstraksi Kulit Biji Jambu Mete
Metode ekstraksi yang digunakan
adalah maserasi dengan pelarut etanol.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
merendam masing-masing simplisia daun
kelor dan kulit biji mete selama 72 jam
dengan komposisi 100 gram simplisia
dalam 1 liter larutan etanol. Kemudian
dilakukan evaporasi untuk memisahkan
pelarut dengan hasil ekstraksi. Suhu yang
dipilih dalam proses evaporasi adalah 90
0
C.
Uji konfirmasi Salmonella enteritidis
Identifikasi yang dilakukan adalah
pewarnaan Gram dan pengujian biokimia.
Identifikasi dilakukan terhadap sampel SP1-PKH untuk memastikan sampel bakteri
tersebut adalah murni bakteri Salmonella
enteritidis.
Kulit biji (pericarp) Jambu mete
(Anacardium
occidentale)
yang
merupakan limbah buangan, mengandung
senyawa fenolik rantai panjang yaitu asam
anakardat, kardol dan kardanol. Pericarp
Jambu mete yang diekstraksi dengan
pelarut etanol 96% menghasilkan 90%
asam anarkadat, 10% kardol dan kardanol
(Simpen, 2009). Etanol adalah pelarut non
polar yang sering digunakan sebagai
pelarut ekstraksi untuk senyawa senyawa
non polar seperti halnya asam anakardat.
Etanol sering digunakan karena murah dan
mudah didapat serta tidak beracun.
Berdasarkan uraian diatas, besar
kemungkinan bahwa ekstrak pericarp
Uji Antimikroba Metode Dilusi Tabung
Uji
antimikroba
menggunkan
metode dilusi tabung memiliki dua
indikator untuk menunjukkan suatu bahan
memiliki potensi antimikroba, yaitu KHM
dan KBM (Dzen et al, 2003). Suspensi
bakteri yang diujikan pada metode dilusi
tabung memiliki konsentrasi 106 CFU/ml.
Pembuatan
suspensi
bakteri
pada
penelitian ini mengacu pada prosedur
Chaouce et. al (2012). Konsentrasi dilusi
tabung yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%
2
sebagaimana yang ditunjukkan pada
penelitian pendahuluan. Pengamatan nilai
KHM dilakukan dengan pengamatan
secara fisik terhadap tingkat kekeruhan
setiap tabung, sedangkan nilai KBM
diperoleh dari penghitungan jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada media padat
dengan ketentuan ≤ 0,1% OI.
Hasil dan Pembahasan
Uji potensi antimikroba ekstrak
etanol kulit biji jambu mete terhadap
bakteri
Salmonella
enteritidis
menggunakan metode dilusi tabung. Hasil
dari metode dilusi tabung adalah
penentuan nilai KHM dengan pengamatan
terhadap tingkat kekeruhan. Menurut Dzen
et al. (2003) penilaian KHM metode dilusi
dinilai
dengan
mengamati
tingkat
kekeruhan pada setiap tabung setelah
diinkubasi selama 24 jam
yang
ditunjukkan oleh warna tabung yang
jernih. Tingkat kekeruhan ini merupakan
tanda awal dari potensi antimikroba
ekstrak etanol kulit biji jambu mete
terhadap
bakteri
Salmonella
enteritidis
.
Gambar 1. Hasil uji dilusi tabung ekstrak
etanol kulit biji jambu mete
terhadap Salmonella enteritidis
Berdasarkan
pengamatan
kekeruhan, KHM tidak dapat ditentukan
karena warna ekstrak keruh. Seharusnya
penentuan KHM untuk ekstrak yang keruh
menggunakan metode lain seperti uji difusi
cakram, atau uji dilusi agar, akan tetapi
dalam penelitian ini tidak dilakukan uji
tersebut karena keterbatasan waktu.
Selanjutnya penanaman pada media padat.
Kadar Bunuh Minimal Ekstrak etanol Kulit Biji Jambu Mete terhadap Salmonella enteritidis
Tabel Jumlah koloni S. enteritidis pada perlakuan beberapa macam konsentrasi
1
ekstrak etanol kulit biji (pericarp) Jambu mete
Konsentrasi
(%)
10
15
20
25
30
1
179
13
5
2
0
Jumlah Koloni Salmonella
enteritidis(CFU/plate)
2
3
4
169
178
163
13
18
13
3
4
3
1
1
1
0
0
0
Rata-rata (CFU/mL)
SD
+
172,25 x 103 + 7,63
14,25 x 103 + 2,5
3,75 x 103 + 0,95
*1,25 x 103 + 0,5
0
Ket. : * = KBM (Kadar Bunuh Minimal) dengan jumlah koloni ≤ 1,75 x 103
Kadar bunuh minimal merupakan
konsentrasi terendah yang memungkinkan
pertumbuhan koloni hanya < 0,1% dari
original inoculum (Baron et al, 1994).
0,1% dari OI dalam penelitian ini adalah
1,75 x 103 CFU/mL maka konsentrasi 25%
dengan jumlah rata-rata koloni 1,25 x103
adalah Kadar Bunuh Minimal dalam
penelitian ini.
Data pada konsentrasi 30% tidak
dapat dilakukan analisis uji statistika
karena nilainya nol. Nilai nol pada
konsentrasi 30% menunjukkan bahwa
ekstark pericarp Jambu mete dengan
3
pelatur
etanol
dapat
membunuh
Salmonella enteritidis SP-1-PKH.
Data jumlah koloni dalam penelitian
ini dianalisis menggunakan uji non
parametrik Kruskal-Wallis. Hasil uji
kruskal-wallis menunjukkan nilai Asymp.
Sig sebesar 0,003 (<0,05) yang dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
jumlah koloni yang bermakna minimal
pada satu pasang perlakuan konsentrasi
ekstrak pericarp Jambu mete. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa pemberian
konsentraasi ekstrak yang berbeda
memberikan pengaruh pada jumlah koloni
yang tumbuh secara signifikan pada galat
5%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan
bahwa seluruh perbandingan jumlah koloni
antar tiap perlakuan konsentrasi ekstrak
memiliki perbedaan yang signifikan.
Artinya setiap perubahan konsentrasi
ekstrak sebesar 5% memberikan pengaruh
yang berbeda secara nyata terhadap jumlah
koloni Salmonella enteritidis.
Selanjutnya dilakukan uji korelasi
untuk mengetahui besarnya korelasi
pemberian ekstrak pericarp Jambu mete
dengan pelarut etanol terhadap jumlah
koloni Salmonella enteritidis SP-1-PKH.
Besar koefisien korelasi (r) yang didapat
yaitu -0,812. Tanda negatif menunjukkan
arah korelasi negatif, yaitu bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin
berkurang jumlah koloni bakteri yang
tumbuh. Nilai -0,812 (mendekati -1)
menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang kuat antara konsentrasi ekstrak
dengan jumlah koloni yang tumbuh. Cara
kerja Asam anakardat sebagai antibakteri
diduga lebih banyak melui mekanisme
perusakan dinding sel bakteri (Kubo et al,
2003). Hal ini juga menjadi menunjukkan
penurunan pertumbuhan bakteri secara
signifikan seiring dengan bertambahnya
konsentrasi ekstrak pericarp Jambu mete.
Gambar 2 Grafik Regresi Linier pengaruh ekstrak pericarp Jambu Mete terhadap
pertimbuhan Salmonella enteritidis
7155X. Nilai R2 = 0,663 (66,3%) ini
berarti bahwa perlakuan konsentrasi
ekstrak
pericarp
jambu
mete
mempengaruhi sebesar 66,3% terhadap
Berdasarkan
regresi
linier
hubungan antara konsentrasi ekstrak
pericarp jambu mete dengan Jumlah
koloni Salmonella enteritidis dapat
dinyatakan dengan rumus Y = 18135 –
4
penurunan jumlah koloni Salmonella
enteritidis SP-1-PKH.
Ekstrak pericarp Jambu mete
dengan pelarut etanol telah diketahui
mengandung sebagian
besar asam
anakardat yaitu sebanyak lebih dari 70%
dari seluruh komponen bioaktif dalam
pericarp jambu mete kemudian ada 2025% kardol dan sisanya adalah kardanol
dan metil kardol (Kubo et al, 2003).
Ditinjau dari segi jumlah kandungan di
dalam ekstrak, besar kemungkinan bahwa
asam anakardat berperan paling besar
dalam mekanisme kerja antimikroba.
Menurut Kubo et al (2003), Asam
anakardat kardol dan kardanol memiliki
efek antibakteri dengan bekerja sebagai
surfaktan yang merusak dinding sel
bakteri.
Misalnya penelitian yang dilakukan
Kubo et al (2003), membuktikan bahwa
asam anakardat memiliki efek bakterisida
pada Staphylococcus aureus yang bekerja
sebagai surfaktan merusak dinding sel
bakteri. Telah terbukti secara In vitro
bahwa asam anakardat menghambat enzim
sulfhidril yaitu ATPase dan gliserol-3fosfat dehidrogenase dengan hambatan
yang bersifat reversible (Budiati, 2003).
Kubo et al (2003), juga melaporkan
bahwa asam anakardat menghambat
sintesis lipid pada dinding sel bakteri
dengan cara menghambat enzim gliserol-3fosfat
dehidrogenase.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Budiati dan
Ervina (2008), didapat hasil bahwa inti
salisilat dari asam anakardat berperan
sebagai
antibakteri
terhadap
Staphylococcus aureus, dengan lebih besar
peranan gugus OH fenolik dibanding
gugus –COOH.
Penelitian ini hanya membuktikan
bahwa ekstrak pericarp Jambu mete
memiliki potensi antimikroba terhadap
Salmonella enteritidis. Potensi ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui mekanisme antibakteri dari
ekstrak pericarp Jambu mete. Perlu juga
dilakukan penelitian lebih jauh apakah
asam anakardat, kardol, ataukah kardanol
yang paling berperan dalam mekanisme
kerja antibakteri atau kombinasi dari
ketiganya.
Penelitian
ini
dapat
membuktikan bahwa ekstrak pericarp
Jambu
mete
yang
di
ekstraksi
menggunakan metode ekstraksi dingin
menggunakan pelarut etanol memiliki efek
antimikroba
terhadap
Salmonella
enteritidis SP-1-PKH secara in vitro.
Kesimpulan
Ekstrak pericarp Jambu mete
dengan pelarut etanol memiliki potensi
antimikroba terhadap isolat Salmonella
enteritidis SP-1-PKH secara in vitro.
Kadar Hambat Minimum (KHM) dalam
penelitian ini tidak dapat ditentukan,
sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM)
ekstrak pericarp Jambu mete terhadap
Salmonella enteritidis adalahI konsentrasi
ekstrak 25%.
Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Sri Murwani, drh, MP sebagai ketua
payung penelitian atas bimbingan, fasilitas
laboratorium mikrobiologi PKHUB dan
terimakasih kepada drh. Dahaliatu
Qosimah
M.Kes
sebagai
dosen
pendamping penelitian.
Daftar Pustaka
Baron, S., J. Elenn, Balley, and Scott.
1994. Diagnostic Microbiology,
9th Edition. Newyork: Mosbyyear
Budiati, T. 2003. Peran Gugus-Gugus
Fungsi Asam Anakardat pada
Proses
Hambatan
Enzim
Sulfhidril. Disertasi. Universitas
Airlangga Surabaya
Budiati, T dan M. Ervina. 2008. Hubungan
Antara Struktur Asam Anakardat
Dan
Aktivitas
Antibakteri
Terhadap Staphylococcus Aureus.
Jurnal Obat Bahan Alam 7(1):
I08-1l4
5
Chaouce, T., F. Atik Bekkara, F.
Haddouchi, and Z. Boucherit.
2012. Antibacterial activity of
different
ekstract
of
Echiumpycnanthum pomel.USA:
JCPRC5 4(1):216-220
Dzen, S.M., Roekistiningsih, S. Santoso &
S. Winarsih. 2003. Bakteriologi
Medik.
Malang:
Bayumedia
Publising
Kubo, I., K. Nihei, and K. Tsujimoto.
2003. Antibacterial Action of
Anacardic Acid agains Metichilin
Resistant Staphilococcus aureus
(MRSA). J Agrie Food Chem 51:
7624-7628
Noor, S.M., M. Poeloengan, dan Andriani.
2006. Kepekaan Isolat Salmonella
Enteritidis Dan Salmonella Hadar
Yang Diisolasi Dari Daging Ayam
Terhadap Antibiotika. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Subang
Olivera, F.A., A. Brandelli, and E.C.
Tondo.
2006.
Antimicrobial
Resistance
In
Salmonella
Enteritidis From Foods Involved In
Human Salmonellosis Outbreaks In
Shothren
Brazil.
The
new
microbiologica 29 (1): 49-54
Prusti, A., S.R. Mishra, S. Sahoo and S.K.
Mishra.
2008.
Antibacterial
Activity in Some Indian Medical
Plants. Ethobotanical Leaflet. 12:
227-230
Simpen, I.N. 2009. Isolasi Cashew Nut
Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu
Mete (Anacardium Occidentale L)
Dan Kajian Beberapa Sifat FisikoKimianya. Jurnal Kimia 2 (2): 7176
6
Download