1 WISATA PANTAI TINJAUAN EKOLOGI-EKONOMI (MK. Pengelolaan SDALH – smno.psdl.pdkl.ppsub2013) 1. Pengertian Wisata Pantai Pantai adalah perbatasan antara daratan dan laut, sedangkan laut adalah kumpulan air dalam jumlah banyak yang membagi daratan atas benua-benua dan pulau-pulau. Jadi, wisata pantai dapat diartikan sebagai wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam pantai beserta komponen pendukungnya, baik alami maupun buatan atau gabungan keduanya itu (Simond, 1978). Pantai merupakan “lokasi” yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di lokasi tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai. “Pesisir” adalah wilayah antara batas pasang tertinggi hingga batas air laut yang terendah pada saat surut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan zona yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan bagian dari pantai. “Ekosistem Pantai” merupakan ekosistem yang ada di perbatasan antara air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik dari ekosistem pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai; sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang. Hutan mangrove dapat berfungsi menahan abrasi air laut. Ekosistem pantai bermanfaat bagi kehidupan, terutama di daerah tropis pantai dapat dimanfaatkan sebagai : (1). Areal tambak garam, (2). Daerah pertanian pasang surut, (3). Wilayah perkebunan kelapa dan pisang, (4) Objek pariwisata, (5). Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai, dan lain-lain. (Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2143460-pantai-danekosistem-pantai/ #ixzz1U7TbKgoe). “Pesisir” merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami 2 yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Menurut Soegiarto (1976), definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, bagian kirinya maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti pengundulan hutan dan pencemaran. Menurut kesepakatan internasional, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah perairan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley et al., 1994). Dalam hal ini yang termasuk didalam sumberdaya wilayah pesisir adalah: (1). Hutan Bakau (mangrove), (2) Padang lamun (sea grass), dan (3) Terumbu Karang (coral reef). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota. Pertemuan antara ekosistem darat dan ekosistem laut dikenal sebagai “ekoton” dan mencerminkan adanya keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanya hubungan timbal-balik, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Hubungan seperti ini biasanya mencapai titik klimaks pada saat ekosistem mencapai kesetimbangan dan stabil. Kecenderungan meningkatnya keanekaragaman dan kepadatan di daerah pertemuan antar komunitas dikenal sebagai pengaruh tepi atau “edge effect”. 3 Ekosistem di wilayah pesisir. Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut. Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan kedua ekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas dan pasang surut merupakan faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem di wilayah tersebut. (Sumber: http://perikananunila.wordpress.com/2009/08/01/keterkaitan/ diakses 5/8/2011) Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu : 1. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif. 2. Permukaan laut, terdapatnya ombak dan angin sehingga permukaan tersebut memiliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif. 3. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olah raga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya. Menurut Simond (1978), pantai dapat dibagi menjadi berbagai wilayah, yaitu: 1. Beach, yaitu batas antara daratan dan lautan. Biasanya berupa pantai berpasir dan landai. 2. Dune, yaitu daerah yang lebih tinggi dari beach. Biasanya berupa hamparan pasir yang permukaannya bergelombang atau berubah secara perlahan karena aliran laut. 3. Coastal, yaitu daerah yang secara periodik digenangi air yang merupakan gabungan antara beach dan dune. 4 Unsur Wisata Pantai Wisata pantai melibatkan 3 unsur pokok, yaitu: a. Manusia, sebagai subyek pelaku, b. Tempat, sebagai obyek tujuan wisata, c. Waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktifitas wisata. Menurut Edward Inskeep (1991), ada lima unsure epenting yang melekat pada suatu obyek wisata, yaitu: 1. Daya tarik Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen. Daya tarik suatu obyek wisata agar dikunjungi wisatawan antara lain: Keindahan alam, seperti laut, pantai, danau, dan sebagainya; Iklim atau cuaca misalnya daerah beriklim tropis; Kebudayaan, sejarah, etnik/ kesukuan; dan Kemudahan pencapaian obyek wisata. Atau dapat juga gabungan dari beberapa komponen di atas. 2. Prasarana Wisata Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani mereka (wisatawan) selama perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan obyek wisatanya. Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari : a. Prasarana akomodasi Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting dalam kegiatan wisata. Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan biasanya dipakai untuk kebutuhan menginap, makan dan minum. Daerah wisata yang menyediakan tempat istirahat yang nyaman dan mempunyai nilai estetika tinggi, menu yang cocok, menarik, dan asli daerah tersebut merupakan salah satu yang menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu daerah wisata. b. Prasarana pendukung Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan digunakan untuk melayani mereka. Jumlah dan jenis prasarana pendukung ditentukan berdasarkan kebutuhan wisatawan. 5 3. Sarana Wisata Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu, selera pasar pun dapat menentukan tuntutan berbagai sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana pendukung lainnya. Tak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. 4. Infrastruktur Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti: sistim pengairan, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, serta sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya. 5. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya Lokasi wisata yang memiliki beragam obyek dan daya tarik wisata dapat mengundang banyak wistawan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya adalah sebagai berikut : a. Masyarakat Masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat di sekitar obyek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. b. Lingkungan Disamping masyarakat di sekitar obyek wisata, lingkungan alam di sekitar obyek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu-lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistim dari fauna dan flora di sekitar obyek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu obyek wisata. c. Budaya Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu obyek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak 6 boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi wisatawan yang berkunjung. (N. Raymond Frs, 2011, http://raymondfrans63.wordpress.com/ 2011/05/18/ pemahaman-wisata-pantai/#more-436). Menurut Costanza (1991) dari lintas disiplin ekonomi-ekologi dapat diartikan konsep yang mempunyai sifat normal dari suatu ilmu pasti dan mencoba untuk mengintergrasi dan mensintetis/.memadukan berbagai perbedaan pandangan ilmu pengetahuan. Satu cara adalah lebih fokus pada masalah daripada memakai alat pemikiran dan berbagai model untuk menyelesaikan semua dan mengindahkan batasan-batasan ilmu. Tidak ada satu ilmu yang dapat menentukan suatu keberlanjutan namun berbagai ilmu agar menciptakan keberlanjutan. Fokus dalam alat dan teknik sehingga kita dapat menghindari menjadi “seseorang dengan palu yang semuanya terlihat seperti paku”. Ekologi ekonomi dapat digunakan sebagai alat dari ekonomi konvensional dan ekologi sebagai penyempurnaan. Suatu keinginan alat ilmu baru dan model yang mungkin dapat digunakan dimana ekonomi dan ekologi dapat diaplikasikan secara bersama. 2. Konsep Ekonomi-Ekologi Ekonomi-ekologi adalah sebuah pendekatan baru dari berbagai bidang yang dipelajari. Ekonomi-ekologi mempelajari tentang hubungan antara ekosistem dan ekonomi dengan pengembangan lebih dalam. Hubungan ini adalah pusat dari masalah dan untuk membangun keberlanjutan masa depan (Costanza, 1991). Perbedaan dari pendekatan ekonomi dan ekologi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan antara “Conventional” Economics dan “Conventional” Ecology dengan Ecological Economics “Conventional” Economics Mekanik, Statik, Atomistik Pendek Maksimal 50 tahun 1 – 4 tahun umum Lokal ke Internasional “Conventional” Ecology Evolutionary, Atomistik Ecological Economics Segala waktu Segala waktu Lokal ke Regional Lokal ke Global Pandangan Spesies Hanya manusia Tidak hanya manusia Semua ekosistem termasuk manusia Tujuan Makro Pertumbuhan Ekonomi Nasional Kelangsungan spesies Keberlanjutan system ekonomi-ekologi Pandangan Dasar Pandangan Waktu Pandangan Ruang Tujuan Mikro Penting Penting Keuntungan maksimal Sumber : Costanza (1991) Dynamic, Systems, Evolutionary hidup Keberhasilan reproduksi maksimal Melihat dari sistem tujuan sosial dan budaya sehingga dapat mengurangi konflik 7 Wisata bahari ditinjau dari segi ekonomis, ialah kegiatan ekonomi wisata yang dilaksanakan akan memberi keuntungan/manfaat tidak hanya untuk jangka pendek akan tetapi memberi keuntungan untuk jangka panjang (berkelanjutan) tanpa meninggalkan prinsip konservatif dan/atau konservasi yang layak jual. Dari sisi ekologi, perlu menonjolkan keunikan alam yang dimiliki, infrastruktur yang menjamin keamanan wisatawan, adanya jaminan kelestarian alam (dijamin kegiatan wisatawan tidak mengganggu dan merusak ekosistem pantai), menghindari masstourism, adanya pertimbangan daya dukung lingkungan dan handling sampah pengunjung. 2. Definisi Pariwisata Pariwisata ialah berpergian atau berangkat atau melancong. Berdasarkan asal katanya wisata ialah bepergian atau melancong untuk bersenang-senang (Soekadijo, 1995). McIntosh (1972) mengartikan pariwisata ialah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan dan pengunjung lain. Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut Pandit (1990), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru 8 yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang komplek juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan dan cinderamata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. Menurut Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam (1979) rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang khas dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, keserasian, ketenangan dan kegairahan hidup, dimana rekreasi alam atau wisata alam adalah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berlandaskan atas prinsip kelestarian alam. 3. Pengertian Obyek dan Potensi Wisata Alam Obyek wisata alam adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1979) mengasumsikan obyek wisata adalah pembinaan terhadap kawasan beserta seluruh isinya maupun terhadap aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan. Kekayaan sumberdaya alam merupakan potensi obyek wisata alam yang terdiri dari unsure fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan. 4. Bentuk-Bentuk Pariwisata Menurut Wahab (1996), usaha pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor potensial dalam pengembangan ekonomi masyarakat, maka perlu ditinjau dari berbagai bentuk pariwisata yang dibagi menurut kategori di bawah ini : 1. Menurut jumlah orang yang bepergian, dapat dibedakan menjadi Pariwisata Individu dan Pariwisata Rombongan. 2. Menurut maksud bepergian, dapat dibedakan menjadi Pariwisata Rekreasi/Santai, Pariwisata Budaya, Pariwisata Pemulihan, Pariwisata Sport, dan Pariwisata Temu Wicara. 3. Menurut asal wisatawan dapat dibedakan menjadi wisatawan Domestik dan Internasional. 4. Menurut alat transportasi dibedakan menjadi Pariwisata Darat, Pariwisata Tirta, dan Pariwisata Dirgantara. 9 5. Menurut jangka waktu dibedakan menjadi pariwisata jangka pendek dan jangka panjang. 6. Menurut umur berdasarkan kebutuhan dan kebiasaan dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata dewasa. 7. Menurut jenis kelamin membatasi kegiatan wisata yang bisa (boleh dilakukan) oleh seseorang berdasarkan jenis kelamin maka dibedakan menjadi pariwisata pria dan pariwisata wanita. 8. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial dibedakan menjadi pariwisata taraf lux dan taraf menengah dan taraf jelata (rendah). 5. Ekowisata Ekowisata ialah bagian dari pariwisata alam. Pariwisata alam ialah pariwisata yang termasuk pengunaan konsumtif dan non-konsumtif dari kehidupan alami di lingkungan alam (WTO, 2001 dan Wood, 2002). Spillane (1987) menggambarkan kegiatan wisataalam/ekowisata sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Goodwin (1996) dan Boo (1992) dalam Gunawan (1997) membuat batasan bahwa perjalanan wisata alam yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan berkelanjutan, menterpadukan pelestarian dengan pembangunan ekonomi dan memberikan dana yang lebih banyak untuk taman, membuka pendidikan lingkungan bagi pengunjung. 6. Wisata Bahari Menurut Dahuri dkk (1999) ada dua macam kegiatan pokok yang dapat dikembangkan pada suatu kawasan maupun pulau-pulau kecil yaitu pengembangan wisata bahari dan budidaya laut. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara memadai. Pengembangan program pembangunan wisata bahari idealnya juga akan mengembangkan berbagai jenis lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Wisata bahari adalah kunjungan ke obyek wisata khusus untuk menyaksikan keindahan lautan (Suwantoro dkk, 2001). Kunjungan wisata ialah suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memnuhi hasrat ingin tahu. Kunjungan wisata bahari dapat juga berhubungan dengan kegiatan olahraga (missal selam), konvensi dan keperluan usaha lainnya. Tujuan dikembangkannya wisata bahari diharapkan dapat menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi masyarakat luas untuk menikmati keindahan, keunikan serta kenyamanan yang alamiah. Selain itu diharapkan kawasan wisata alam bisa menyediakan tempat bagi sarana pengembangan ilmu pengetahuan, memperluas kesempatan berusaha untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat serta menunjang usaha pemerintah dalam memajukan sektor pariwisata (Maryadi ,1998). 10 Seiring dengan dikembangkannya sektor pariwisata menjadi sektor pariwisata, seni dan budaya yang dimulai sejak awal Repelita VII sebenarnya merupakan suatu langkah yang strategis. Terbukti sektor pariwisata telah memberi kontribusi besar pada peningkatan laju pertumbuhan perekonomian nasional, terlebih pada kondisi krisis yang berkepanjangan seperti saat ini; dimana hampir semua sektor usaha mengalami kolaps. Sektor seni dan budaya masih mampu bertahan, sehingga ditetapkan sebagai sektor andalan dan unggulan dalam mengaktifkan roda perekonomian nasional dan penghasil devisa utama dan utamanya meningkatkan pendapatan asli daerah serta pendapatan masyarakat. Salah satu potensi andalan kawasan Selatan Jatim adalah potensi wisata alam yang tersebar merata mulai dari Pacitan sampai Banyuwangi. Keseluruhan jumlah potensi obyek wisata termasuk wisata bahari di Kawasan Selatan Jatim sekitar 60 lokasi dan Kabupaten Malang sebanyak 10 lokasi termasuk Pantai Sendang Biru. Pembangunan kawasan wisata pesisir/pedesaan pantai tidak dapat dilaksanakan hanya oleh masyarakat desa pantai sendiri. Untuk meningkatkan produktivitas desa pantai, setiap unit aktivitas produksi oleh nelayan dan petani ikan tidak akan terlepas dari lingkungan, baik untuk keperluan input produksi maupun untuk menjual hasilnya. Oleh karena itu untuk pengembangan wilayah pedesaan pantai/pesisir diperlukan (a) syarat pokok dan (b) faktor pelancar. Lima syarat pokok adalah : (1) Pasar untruk hasil berupa barang dan/atau jasa; (2) Teknologi yang selalu berubah; (3) Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal; (4) Perangsang produksi (khususnya ekonomi) bagi penduduk; (5) Sarana dan Prasarana transportasi. Faktor pelancarnya adalah : (1) Pendidikan pembangunan; (2) Kredit produksi; (3) Kegiatan kelompok usaha produktif; (4) Perbaikan/konservasi sumberdaya; dan (5) Perencanaan. Kendala pengelolaan lingkungan desa pantai adalah pada musim masyarakat nelayan kebanyakan tidak melaut, dengan alasan takut terhadap ombak yang besar dan menurunnya produksi perairan. Menurut Soedarmo dkk (1984) musim barat yang terjadi pada bulan Desember-Maret menyebabkan : (a) mengalirnya arus yang kuat dari barat ke timur; (b) bagian barat Indonesia curah hujannya tinggi, sehingga kadar garam menjadi rendah, angin sangat kencang dan ombak sangat besar; (c) ikan-ikan yang suka pada kadar garam toinggi akan bermigrasi ke timur ke lapisan bawah. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan perahu yang lebih baik dengan alat tangkap khusus untuk menangkap ikan-ikan yang mungkin berimigrasi vertikal ke lapisan bawah yang lebih dalam. Meningkatnya kegiatan wisata alam termasuk kegiatan wisata bahari ada kaitannya dengan perubahan pola hidup masyarakat, meningkatnya taraf kehidupan, adanya pertambahan waktu luang dan semakin meningkatnya fasilitas, sarana dan prasarana sehingga dapat menjangkau tempat-tempat dimanapun lokasi wisata berada. Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan di bidang rekreasi diperlukan usaha pengalian terhadap obyek-obyek wisata alam baru, yang belum dikelola dan punya potensi layak untuk dikembangkan, agar permintaan terhadap wisata alam dapat terpenuhi. 11 Kendala dalam pengembangan jasa wisata bahari pada umumnya bersumber dari sistem pendukung kepariwisataan yang belum optimal, antara lain : a. Keamanan yang tidak senantiasa terjamin serta pelayanan domestik yang kurang memuaskan, terutama bagi turis manca negara. Bertumbuhnya budaya wisata secara luas di masyarakat, membuat lingkungan pelayanan kepariwisataan kurang bersaing dibanding negaranegara tujuan wisata lainnya. b. Sumberdaya manusia pendukung sistem kepariwisataan yang masih terbatas c. Biaya transportasi domestik yang relatif mahal, membuat daya saing kepariwisataan nasional menjadi berkurang d. Pembangunan prasarana kepariwisataan yang tidak konsisten dengan kebutuhan. Dalam hal pembangunan hotel-hotel yang marak dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir adalah hotel-hotel berbintang lima. Padahal karakteristik turis mancanegara menunjukkan bahwa sebagian besar adalah pekerja kasar. Kawasan pesisir dan laut beserta segenap sumberdaya yang ada didalamnya memiliki nilai estetika yang terwujud didalam keindahan dan kenyamanan lingkungan. Karena itu, lingkungan pesisir dan laut dapat memberikan manfaat jasa wisata. Potensi kelautan yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan kepariwisataan antara lain adalah kawasan pantai, terumbu karang, rumput laut, kawasan mangrove, ikan-ikan hias dan biota lainnya. Sebagai gambaran, Indonesia memiliki luas kawasan terumbu karang sekitar 7.500 km2 yang umumnya terdapat di kawasan taman laut yang dihuni sekitar 263 jenis ikan laut, serta 4,25 juta ha kawasan bakau yang meliputi sekitar 27 % dari luas hutan bakau dunia. Obyek Wisata Pantai Ria Pulau Bawean Keindahan obyek wisata Pantai Ria di dusun Perapattunggal desa Dekatagung Sangkapura tergolong istimewa dengan panorama pantainya. Lokasi obyek wisata Pantai Ria kondisi pantainya sangat indah dipandang mata. Tetapi nampak disekeliling pantai tidak terawatt dan nampak kumuh. Obyek wisata Pantai Ria banyak dikunjungi oleh warga Bawean di saat harihari raya idul fitri, dan hari-hari libur sekolah. Sedangkan bagi orang luar Pulau Bawean, seperti dari Malaysia dan Singapore setiap datang dipastikan akan berkunjung tanpa melihat waktu. 12 Pantai Ria Pulau Bawean (Sumber: http://pulaubawean.blogspot.com/2009/06/obyek-wisata-pantai-ria-pulau-bawean.html diakses 2/8/2011) Kawasan wisata bahari ini selain diminati oleh turis lokal juga oleh turis dari mancanegara. Sebagai salah satu penunjang wisata bahari yang cukup diminati oleh turis antara lain adalah wisata bawah air atau selam. Selam sebagai salah satu sarana rekreasi sekaligus olahraga belum begitu memasyarakat di Indonesia, padahal di beberapa Negara, wisata bawah air ini menjadi salah satu andalan di dunia pariwisatanya. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang mempunyai potensi wisata bawah air yang cukup besar ternyata belum memanfaatkan kelebihan inj dengan baik. Padahal dengan posisi geografi yang strategis serta iklim tropis yang mempunyai curah hujan tidak terlalu tinggi, kegiatan selam ini di Indonesia praktis dapat dilakukan sepanjang tahun. Oleh karena itu untuk menunjang pariwisata, khususnya wisata bawah air perlu segera dilakukan inventarisasi kawasan bawah air yang layak jual sehingga dapat cukup dikenal di dunia internasional seperti Taman Laut Bunaken di Propinsi Sulawesi Utara maupun Taman Laut Bali Barat di Propinsi Bali. Daerah yang potensial menjadi daerah tujuan wisata dalam pengembangannya harus memperhatikan lima unsur pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata, yaitu : (1) Obyek dan daya tarik wisata Obyek wisata ialah sumberdaya alam, buatan dan budaya yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan (modifikasi dari Suwontoro, 2001) yang pada umumnya daya tarik wisata menurut Suwontoro dipengaruhi oleh : 13 a. Adanya sumber/obyek yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, dan bersih b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjungi c. Adanya cirri khusus yang bersifat langka d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir e. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahannya, seperti keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. f. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik yang tinggi karena memiliki nilai khusus alam bentuk atraksi kesenian, upacara adapt, nilai luhur yang terkandung dalam suatu karya manusia pada masa lampau. WBL : Wisata Bahari Lamongan Wisata Bahari Lamongan terletak di pesisir utara Pantai Jawa, tepatnya di kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan – Jawa Timur, Wisata Bahari Lamongan (WBL) menawarkan oase tersendiri bagi wisatawan. Berdiri sejak tahun 2004 sebagai hasil pengembangan objek wisata yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai Tanjung Kodok. Memadukan konsep wisata bahari dan dunia wisata dalam areal seluas 11 hektare, WBL siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop service mulai jam 08.30-16.30 WIB setiap harinya. Didukung pula dengan hadirnya 3 wahana baru setiap tahunnya. Daya tarik WBL ini tidak hanya terdapat pada fasilitasnya wisata yang lengkap disertai dengan pemandangan lepas panta Laut Jawa, tetapi juga sejarah yang terdapat didalalamnya . Pada tahin 1936, kapal penumpang Van Der Wijk tenggelam pada kedalaman 45 meter di pantai utara. Almarhum Buya Hamka pernah menimba inspirasi di daerah tersebut guna menulis roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk itu. Aneka fasilitas itu di antaranya adalah arena ketangkasan, insektarium, marina, kolam renang air tawar, kolam renang laut dengan pantai pasir putih buatan, bumper car, space shattel, kano, long boat, bumper boat, tagada, planet kaca, sarang bajak laut, arena pacuan kuda, dan sirkuit go kart. Tidak hanya itu, disediakan pula tempat belanja komplit khas Jatim berupa souvenir shop.Di sana tersedia produk unggulan, pasar ikan, buah dan sayur, serta pasar hidangan yang di buka mulai pukul 09.00 sampai 21.00 WIB. Daya tarik paling berharga terletak pada pemandangan lepas pantai ke laut jawa di utara WBL. Dan bisa diramal, daya tarik WBL makin memikat saat perluasan tahap kedua kawasan itu rampung. Rencananya, kawasan wisata Tanjung Kodok dan Goa Maharani disatukan dalam satu paket wisata bahari. Sebagai sarana penghubung, akan dibangun jaringan kereta gantung di Jawa Timur. Lokasi wisata WBL bisa di tempuh dengan kendaraan darat jenis apapun. Sebab, letaknya tepat di tepi jalan raya Deandles Desa Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. 14 Tepatnya satu jam perjalanan arah utara kota Lamongan setengah jam arah barat kota Surabaya . Sementara itu, sekitar enam kilometer arah barat terdapat pelabuhan.ikan Brondong yang dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan yang sangat di kenal di Jatim. Wisata bahari Lamongan (Sumber: http://zenylikeshinee.blogspot.com/2011/04/wisata-bahari-lamongan.htmldiakses 2/8/2011) (2). Prasarana Wisata Prasarana adalah kelengkapan awal sebelum (pra) sarana wisata dapat disediakan atau dikembangkan. Oleh karena itu prasarana wisata dapat dikatakan sebagai sumberdaya alam buatan yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya menuju daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah diharapkan lebih dominan kerena pemerintah daerah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti meningkatkan arus informasi, arus lalu liontas, ekonomi dan mobilitas penduduk yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Wisata Pantai Nongsa, Batam Pantai Nongsa merupakan pantai yang paling sering di kunjungi wisatawan di Batam. Pantai Nongsa, sebuah pantai yang berpasir putih dan berair jernih terletak di sebelah Timur Laut-nya Batam. Nama pantai ini diambil berdasarkan nama seorang tokoh Melayu yang pertama kali mengembangkan wilayah pantai ini. Pantai ini lebih dikenal dengan sebutan “Nongsa Tua” oleh masyarakat setempat. 15 Wisata Pantai Nongsa, Batam (Sumber: http://infomenariks.blogspot.com/2010/10/jembatan-barelang-batam-jika-anda.html diakses 2/8/2011) (3). Sarana wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan yang diperlukan untuk melayani wisatawan dalam menikmati kunjungan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, rumah-makan dan sebagainya. Tentu saja semakin lengkap sarana wisata/fasilitas yang dapat diberikan oleh daerah tujuan wisata akan meningkatkan daya tarik obyek wisata. Wisata Pantai Taman Impian Jaya Ancol Beberapa fasilitas dan sarana wisata pantai yang dapat dinikamti di Taman Impian Jaya Ancol ini antara lain, Dufan, yang berisi berbagai jenis sarana permainan, Gelanggang Samudera dengan suasana alam terbuka, dimana kita bisa melihat laku binatang-binatang, baik binatang air, burung atau binatang hutan lainnya yang dinikmati di arena dan hutan buatan, Gelanggang Renang, Pantai, Pasar Seni, Tempat pemancingan, Kereta Gantung, Seaworld Indonesia dan masih banyak lagi fasilitas lain yang tentunya akan memberi kepuasan tersendiri bagi mereka yang berwisata ke Ancol. Tidak hanya tempat bermain, untuk melengkapi kebutuhan para wisatawan yang berkunjung ke Taman Impian Jaya Ancol, di tempat rekreasi ini juga di sediakan beberapa cottage, resor dan hotel berbintang. Tentu saja sarana-sarana ini dibangun untuk menjawab keinginan pengunjung yang ingin melewati suasana indah dan menyenangkan di Taman Impian Jaya Ancol. 16 Wisata pantai Jaya Ancol (Sumber: http://wisatatik.blogspot.com/2008/04/ancol-berwisata-sambil-menikmati.html diakses 2/8/2011) (4). Tatalaksana / infrastruktur Infrastruktur adalah situasi perangkat lunak dan keras yang mendukung sarana dan prasarana wisata, baik berupa sistem pengaturan maupun utilitas yang berada di atas tanah dan di bawah tanah, seperti : a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, system pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan dan restoran b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya sarana wisata yang memadai c. Sistem transportasi yang memadai demi kemudahan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata d. Sistem telekomunikasi yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan maupun mengirimkan informasi. e. Sistem keamanan. Objek Wisata Pantai Logending (Pantai Ayah) Terletak 11 km arah selatan gua Jatijajar tepatnya di desa Ayah Kecamatan Ayah. Terdapat Bumi perkemahan, Hutan wisata, Jalan di atas air dermaga dan wisata perahu serta dapat menikmati sea food di warung-warung atau belanja ikan segar yang dapat dibeli di TPI Ayah. Pantai Logending (Pantai Ayah). Ada pintu gerbang Nyi Roro Kidul indah memikat dan menarik menyongsong kedatangan Anda. Sebuah fenomena alam yang hanya dapat Anda saksikan di sini. Legenda Nyi Roro Kidul tidak dapat dipisahkan dari Pantai Selatan Laut Jawa. Hal ini 17 diperkuat lagi oleh beberapa peninggalan dan petilasannya yang konon ditinggalkannya di beberapa tempat, yang masih dapat kita saksikan saat ini. Keberadaan peninggalan-peninggalan inilah yang menyebabkan Pantai Selatan Jawa mempunyai daya magnit yang begitu kuat sehingga selalu mengundang wisatawan untk datang dan datang lagi. Salah satu dari pantai-pantai tersebut adalah Pantai Logending, yang terletak di Gombong Selatan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Pantai ini dapat dikatakan terlengkap dibandingkan pantai-pantai lain. Selain diapit oleh dua pegunungan yang membuat pemandangan indah, pantai ini juga menjadi lahan para nelayan untuk menunjang kehidupan rutinnya sehari-hari. Tiap hari puluhan jongkong berjejer di pantai itu, kecuali jongkong-jongkong yang melaut. Pemandangan seperti ini merupakan ciri khas dan spesifik pantai nelayan. Di pantai ini, juga terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) dan penangkaran ubur-ubur. Setelah menikmati keindahan Goa Petruk, perjalanan dapat dilakukan ke arah selatan dari Goa Petruk, anda akan sampai ke Pantai Logending untuk menikmati pemandangan laut atau berkemah di tepi pantai. Ada pintu gerbang Nyi Roro Kidul indah memikat dan menarik menyongsong kedatangan Anda. Sebuah fenomena alam yang hanya dapat Anda saksikan di sini. Obyek wisata yang paling menarik untuk diperhatikan adalah batu karang berbentuk pintu gerbang. Pintu gerbang penuh misteri ini adalah Pintu Gerbang Nyi Roro Kidul. Dari kejauhan, pintu gerbang yang memikat ini terlihat seperti seekor beruang yang sedang minum air laut. Keberadaan pintu gerbang yang satu-satunya itu, semakin mencuatkan nama Pantai Logending sebagai objek wisata di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Objek Wisata Pantai Logending (Pantai Ayah) (Sumber: http://hobihiburan.iklanmax.com/2011/02/14/objek-wisata-pantai-logending-pantaiayah.html diakses 2/8/2011) (5). Masyarakat dan lingkungan 18 Kesiapan masyarakat di daerah tujuan wisata sangat mendukung keberhasilan suatu daerah sebagai daerah tujuan wisata. Dengan terbinanya masyarakat sadar wisata akan terjadi interaksi yang saling menguntungkan antara masyarakat di daerah tujuan wisata dan wisatawan. Sehingga obyek wisata yang berupa sumberdaya alam, buatan dan budaya dapat bersdama-sama dipelihara demi keberlanjutan pembanguan pariwisata itu sendiri. (6). Konsep Pariwisata Bahari. Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan sematamata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut (Siti Nurisyah, 2001). Wisata sepeda Menyusuri pantai di Jogja (Pantai parangtritis – Pantai Depok) 19 (Sumber: http://sewasepedajogja.com/paket-tour-wisata-sepeda-menyusuripantai-di-jogja-pantai-parangtritis-pantai-depok/diakses 2/8/2011) Para wisatawan dapat menikmati keindahan pantai di Jogja dengan bersepeda. Ada beberapa paket wisata bersepeda, di antaranya paket wisata bersepeda menyusuri pantai. Lokasi wisata pantai yang kami tawarkan adalah wisata panati Parangtritis menuju pantai Depok. Adapun teknis wisata ini adalah start dari pantai Parangtritis bersepeda menyusuri jalan aspal disebelah utara pantai dengan hamparan lautan pasir dan gumuk pasir. Dari sini kita bisa melihat secara langsung indahnyadeburan ombak dan bukit pasir. Sampai di pantai Depok kita disuguhi pasar ikan dengan beraneka ragam retaurant atau rumah makan dengan menu spesial ikan laut. Biaya Paket tour wisata sepeda menyusuri Pantai Parangtritis – Pantai Depok: Harga Rp. 1.000.000,- (untuk 5 sepeda, termasuk guide dan biaya angkut). ------------------------------Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat ( 1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima factor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu : 1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu 2. Masyarakat; ekotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung kepada masyarakat. 20 3. Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki 4. Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Aspek Manajemen. Ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang. Orientasi pemanfaatan utama pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Cultural dan physical aspect merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Menurut Gunn (1993), suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil apabila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu : 1) mempertahankan kelestarian lingkungannya 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut 3) menjamin kepuasan pengunjung 4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya. Kemampuan daya dukung wisata untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung wisata bahari meliputi : 1). Daya dukung ekologis, dapat dimaknai sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan . 2). Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. 3) Daya dukung social. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan. 4) Daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan reakreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan. Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain karena adanya dorongan serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula ada sesuatu yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga mengarahkan perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu yang dinginkannya. Oleh karena itu perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada konsep ruang dan sirkulasi 21 serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi pengunjung untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud tersebut maka suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan : 1) Jarak atau rute yang praktis dimana semua objek dan elemen sepanjang rute terfasilitasi dan tergambarkan. Ruang sebagai tempat pergerakan manusia hendaknya menunjukkan keharmonisan dan terintegrasi antara satu dengan yang lainnya. 2) Kondisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan harus sesuai dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian kawasan wisata bahari yang dibuat bukan hanya mempertimbangkan objek dengan ruang saja tetapi juga objek dengan pengunjung. 3) Rangkaian unsur –unsur dalam ruang harus tertata dengan baik dan dalam suatu rangkaian yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung. Kaitannya dengan tapak yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari maka fungsi suatu tapak harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri. Ada tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tapak wisata bahari yaitu : 1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup profesionalisme dalam pengembangan kawasan pemilik, pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan sebagainya. 2) Kriteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional, keterpaduan dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung, otentik, kepuasan, estetika 3). Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco-desaign ethics, tempat–tempat kultural, xeriscape, proteksi sumberdaya alam, peraturan pemerintah dan sebagainya. Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi generasi mendatang. Ada lima faktor penting yang dianggap dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, yaitu: (1) ledakan penduduk, (2) krisis pangan , (3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui, (4) pengrusakan lingkungan hidup, dan (5) perang. Selanjutnya semakin dirasakan adanya tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan , dan panggilan kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dapat berkelanjutan di tengah keterbatasan dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang diibaratkan tersebut maka peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa mendatang. Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/ pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain bahwa pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika dapat terpenuhi dengan memelihara integritas cultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. 22 Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan local spesifik. Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya wisata karena memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya. Partisipasi masyarakatv lokal dapat menciptakan banyak peluang efektif dalam kegiatan pembangunan daerah, hal ini berarti memberi wewenang pada masyarakat sebagai pemeran social dan bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya, membuat keputusan dan melakukan control terhadap kegiatan–kegiatan yang mempengaruh kehidupan sesuai dengan kemampuannya. Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya hayati renewable maupun non-renewable sehingga dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan pesisir. Di Kawasan wisata Nusa Dua Bali, Kawasan reakreasi Mangrove sungai Buloh di Singapore, Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di Dunia. Selain di Bali di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat potensial bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan ekologis setempat disamping budaya yang khas serta sejarah masa lampau sebagai bangsa bahari dapat di racik sebagai aktraksi wisata bahari. Seperti halnya di beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang terlengkap dan terbaik didunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat dengan pola hidup,adat dan budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat. Jenis wisata bahari dengan memanfaatkan diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang serta kegiatan di bagian daratatnya berupa piknik olahraga pantai serta menikmati atmosfer laut dsbnya. Wisata Bahari Raja Ampat Papua Raja Ampat Papua adalah salah satu wisata bahari terbaik di Indonesia bahkan banyak yang mengatakannya terbaik di dunia. Kabupaten Raja Ampat letaknya terpencil di Papua Barat. Kawasan ini menyimpan sejuta keindahan bawah laut. Wisata bahari Raja Ampat dikenal sebagai salah satu dari 10 wisata menyelam terbaik di dunia. Obyek wisata ini terkenal dengan keindahan menawan yang laut. Laut yang didominasi biru, hijau, dan putih. Warna yang muncul karena pengaruh penyebaran terumbu karang di laut dangkal dan dalam. Papua Diving banyak dikunjungi oleh wisatawan penggemar diving yang berdiri selama berhari-hari dan bahkan sampai satu bulan untuk menelusuri kontur dari dasar laut Raja Ampat. Mereka tampaknya tidak ingin kembali ke negara mereka karena hal ini adalah "pulau surga yang tak lain di bumi". 23 Wisata bahari Raja Ampat Papua (Sumber: http://forum.vibizportal.com/showthread.php?t=23327 diakses 4/8/2011) Contoh lainnya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan Bandar bahari empat zaman, yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari. Selain sumberdaya fisik dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek budaya, sejarah menjadi salah satu atraksi yang dapat mendukung pengembangan kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik, yang tinggi yang dimiliki oleh wilayah pesisir. Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan yang baik serta informasi dan promosi maka kurang dikenal. 24 Pantai Sunda Kelapa (Sumber: http://ardova.wordpress.com/2011/02/26/pelautsenja-plesir-garis-pantai/diakses 4/8/2011) Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Sunda Kelapa hanyalah salah satu nama pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta. Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Selain itu, Pelabuhan Sunda Kelapa kini merupakan pelabuhan bongkar muat barang, utamanya kayu dari Pulau Kalimantan. Di sepanjang pelabuhan berjajar kapal-kapal phinisi atau Bugis Schooner dengan bentuk khas, meruncing pada salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Setiap hari tampak pemandangan para pekerja yang sibuk naik turun kapal untuk bongkar muat. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Salah satu yang sering dilakukan orang jika berjalan-jalan ke Sunda Kelapa ini adalah mengabadikan suasana pelabuhan tradisional mulai dari bersandarnya kapal hingga orang bongkar muat. Sunset di tempat ini terbilang cukup indah jika tidak tertutup awan. Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu. Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektar. 7. Pengertian pengunjung Wisatawan dan penduduk lokal menjadi faktor utama yang menentukan permintaan produk wisata. Biasanya kendala utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang. Wisatawan adalah orang yang memiliki waktu luang sementara dan sengaja mengunjungi suatu tempat yang jauh dari rumahnya, dengan tujuan untuk mencari pengalaman ”baru” yang tidak ditemukan dalam kegiatannya sehari-hari. Masyarakat lokal ialah pihak yang paling banyak akan menerima dampak dari kegiatan wisata yang dikembangkan. Sehingga aspirasi masyarakat setempat merupakan komponen permintaan yang penting untuk dipertimbangkan. Utamanya industri pariwisata seharusnya menjadi peluang bagi pemberdayaan sumberdaya lokal dan menjadi stimulant multiplier effects positif bagi perekonomian dan kemajuan masyarakat lokal. Wisatawan pengunjung Pantai Kelang 25 Pengunjung salah satu objek wisata bahari Pantai Kelang yang berada di Desa Naga Lawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) cukup banyak, terutama pada saat-saat haru libur sekolah. Misalnya pada hari Minggu (25/1) sekitar pukul 16.30 wib, ada ratusan pengunjung memadati lokasi pantai Kelang. Menurut Ketua Inkado Sergai Agus Tri Priyono SE,MSi, dalam kunjungannya ke Pantai Kelang, ada beberapa hal yang harus diperbaiki untuk lebih menarik minat pengunjung ke Pantai Kelang. Misalnya, layanan terhadap kebersihan lingkungan pantai dan keamanan pengunjung. Sarana transportasi menuju lokasi pantai Kelang dari Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan, dan dari Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu, menjadi sangat vital bagi para pengunjung; kerusakan badan jalan membuat kenderaan roda empat sukar untuk masuk ke lokasi pantai, sehingga pengunjung yang menggunakan mobil kesulitan dalam perjalannyannya. Wisata Pantai Kelang, Kabupaten Sergai. (Sumber: http://www.inimedanbung.com/node/1602 diakses 3/8/2011) Wisata Bahari Masih Jadi Andalan Jepara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara mengganggap wisata bahari masih menjadi tulang punggung perkembangan bisnis pariwisata di Bumi Kartini ini. Keberadaan Pantai Tirta Samudera Bandengan, Pantai Kartini, Pantai Benteng Protugis Keling, dan Pulau Karimunjawa dapat dimaksimalkan untuk menarik wisatawan. Menurut kepala Disparbud Jepara, wisata bahari menempati posisi pertama dalam menyumbang pendapatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara. Menurut catatan Disparbud, pendapatan di Pantai Kartini setahun sebesar Rp 485 juta, Pantai Bandengan Rp 512 juta, dan Pulau 26 Panjang Rp 11,5 juta. Sedangkan di Pulau Karimunjawa ada wisma wisata yang ditarget memberikan pemasukan sebesar Rp 30 juta dan kapal kaca sebesar Rp 11 juta. Obyek wisata Pantai Kartini masih mempunyai potensi wisata berupa Kura-kura Ocean Park (KOP) yang segera dikembangkan prasarana penunjangnya. Pengunjung Wisata bahari Jepara (Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/gaya/2011/01/28/1052/WisataBahari-Masih-Jadi-Andalan-Jepara diakses 3/8/2011) Pengunjung Wisata Pantai Balekambang Pantai ini memiliki bentang karang sejauh 2.000 m dengan lebar sekitar 200 m. Pasir putih di sana membentang sepanjang 800 m dan dibatasi oleh 2 tebing di kanan kirinya. Di pantai ini terdapat 3 pulau kecil. Pulau-pulau ini terletak sekitar 100 m dari bibir pantai sehingga menimbulkan pesona yang lain dan membuatnya layak masuk dalam daftar tempat berlibur yang mengasyikkan. Ketiga pulau kecil itu masing-masing diberi nama. Pulaupulau kecil ini diberi nama Ismoyo, Anoman, dan Wisanggeni. Untuk sampai di pulau-pulau kecil ini, pengunjung bisa melewati jembatan selebar 1 m yang menghubungkan pantai ke Pulau Ismoyo dan Pulau Wisanggeni. Dari jembatan inilah Anda bisa dengan mudah menikmati dan menjelajahi keindahan yang ditawarkan pulau-pulau kecil itu. Tetapi sayangnya, jembatan yang utuh cuma jembatan yang menghubungkan pantai dengan Pulau Ismoyo. Di atas pulau Ismoyo inilah dibangun sebuah pura, sangat indah dan megah. Pura yang kemudian diberi nama Pura Ismoyo ini diresmikan pada Oktober 1985. Jika air sedang pasang, akan terlihat pulau yang dengan puranya yang indah mengambang di atas air. Itu pula yang membuat pantai ini kemudian diberi nama Balekambang. Di dalam pura ini ada berbagai acara upacara sakral Jalanidhi Puja digelar setiap tahunnya. Masyarakat setempat juga menggelar upacara adat tahunan seperti Suroan 27 yang menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara untuk menyaksikan dan mengikutinya. Untuk Mencapai Pantai Balekambang Para wisatawan dapat memilih jalur Malang-Gondanglegi dan kemudian dilanjutkan ke Kecamatan Bantur. Dari sini perjalanan dilanjutkan hingga ke Desa Srigonco. Wisatawan tidak akan mengalami kesulitan karena di setiap ruas jalan terdapat banyak rambu penunjuk arah menuju tempat ini. Pengunjung juga dapat melalui jalur alternatif Malang-Kepanjen, lurus sampai ke Kecamatan Pagak, kemudian berbelok ke kiri ke arah Kecamatan Bantur. Pantai Balekambang, Kabupaten Malang (Sumber: http://archopodho.wordpress.com/2011/05/22/wisata-pantai-balekamban/ diakses 3/8/2011) 28 DAFTAR PUSTAKA Beatley, T. 1994. Introduction to Coastal Zone Management. Island Press. ISBN 9781559632805 Boo, E. 1991. Eco-tourism: The potentials and pitfalls. Washington, DC: World Wildlife Fund. Choy, D.J.L. 1992. Life cycle models for Pacific Island destinations. Journal of Travel Research, 30(3), 26–31. Constanza, R. 1991. Ecological economics: the science and management of sustainability. Columbia University Press, New York. Dahuri R, J. Rais, P.G.Sapta, M.Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu. Dahuri, R. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan dan Iptek Terumbu Karang Indonesia. Jakarta, 22 - 23 Nopember 1999. Dahuri, R. 1999. Penggunaan Model Dinamik dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir secara Berkelanjutan. Jurnal Ekonomi Lingkungan. Mei' 99 Edisi-9. Edward Inskeep. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach . Publisher: John Wiley & Sons Inc. Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Goodwin, H., 1996. In Pursuit of Ecotourism. Biodiversity and Conservation 5, pp. 277–291. Gunawan, M. P. 1997. Pariwisata di Indonesia: Dulu, Kini dan yang akan Datang. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya. Institut Teknologi Bandung. Gunn, C. A. 1988. Tourism Planning, New York: Taylor & Francis Gunn, C.A. 1993. Tourism planning: Basics, Concepts and Cases. Washington DC, Francis and Taylor. Maryadi, 1998, Pengembangan Wisata di Pulau-Pulau Kecil : Prospek dan Tatangannya. Prosiding Lokakaraya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia, Jakarta. McIntosh, R. W. 1972. Tourism Principles, Practices, and Philosophies. Columbus, Ohio,, Grid, inc. Pendit, Nyoman S., 1999, Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: PT Pradnya Paramitha Simond, J. O. 1978. Eartscape, New York: McGraw Hill Book Company Siti Nurisyah, 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Bulettin Taman Dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2, 2000. Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor. Soekardijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai Systemic Linkage. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Spillane, J.J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius 29 Soegiarto, A., S. Birowo dan Sukarno. 1976. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan Sekitarnya. Lembaga Oseanologi Nasional – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Buku No. 3. 327 Halaman. Steele, P. 1993. The economics of ecotourism, In Focus, 9, 4-6 Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata.Yogyakarta: Andi. Thomas, P. 1990. Coastal and marine tourism: A conservation perspective. Paper presented at the symposium on Balancing Conservation and Economic Development. Honolulu, HA: May 25-31, 1990. Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Wahab, S. 1992, Manajemen Kepariwisataan, Jakarta: Pradnya Paramita Wahab, S. 1997, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Penerbit Angkasa Wahab, S. 1978. Tourism, development or imperilment: Economic and social effects of tourism. In Tourismus Entwicklung and Gefahrdung, (pp. 29-43). Starnberg: Tourismus. Wheat ,S. 1994. Tourism concern interview. In Focus 14:8-9 Wood, E.M. 2002. Ecotourism Principles Practices and Policies for ustainability. United Nation Environmental Program (UNEP) and the International Ecotourism Society (TIES) Paris. France. UNEP publication. World Tourism Organization (WTO). 2001. World Tourism Vision 2020 (World Tourist Organization, Madrid). World Tourism Organization WTO. 1996. Tourist Safety and Security: Practical Measures for Destinations. Madrid: World Tourism Organisation. World Tourism Organization WTO. 2002. The Economic Impact of Tourism on the Islands of Asia and the Pacific: A Report on the WTO International Conference on Tourism and Island Economies. Madrid: WTO.