NGELMU BASA Oleh Siti Mulyani PENGERTIAN LINGUISTIK International Dictionary of the English Language •Alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan/ perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi , gestur,/ tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami Finochiaro •Sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu/ orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan iitu berkomunikasi/ berinteraksi Kridalaksana •Sistem lambang bunyi yang arbitrar yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri Carrol •Sistem bunyi dan dan urutan bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia SIFAT BAHASA Bahasa sebuah sistem • bukan sejumlah unsur yang terkumpul secara acak/ tidak beraturan. Unsur-unsur bahasa tersusun secara teratur sebagai pola-pola yang berulang, bersifat komplementer Bahasa sistematis • bersifat teratur dan dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan Bahasa sistemis • bukan sistem yang bersifat tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem, misalnya subsistem fonologi, gramatikal, dan leksikon Bahasa arbitrar • tidak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya Bahasa bersifat konvensional • Bahasa sebagai sistem lambang bunyi bahasa harus dipelajari dan disepakati LANJUTAN Bahasa bersifat produktif • sebagai sistem dari unsur-unsur yang bersifat terbatas dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya Bahasa bersifat unik • tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang membedakan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain walaupun ada sejumlah yang bersifat universal Bahasa bersifat variatif • karena bahasa digunakan oleh kelompok manusia yang berbeda-beda, untuk keperluan berbeda-beda, dalam bidang yang berbeda-beda, maka bahasa itu bervariasi Bahasa menunjukkan bangsa • bahasa lambang sosial budaya masyarakat pemakainya. Melalui bahasa sekelompok manusia yang berada dalam sistem sosial budaya tertentu itu mengidentifikasikan diri dan membentuk komunitas, serta bersesama Fungsi Bahasa Fungsi khusus Halliday (1973) Finochiaro (1977) 1) personal, 2) interpersonal, 3) direktif,4) referensial, 5) imajinatif 1) instrumental, 2) regulatori, 3) representasional 4) interaksional, 5) personal, 6) huristik, 7) imajinatif Blundell (1987): 1) informasional, atitudinal, dan aktif, 2) formula sosial, 3) pelumas komunikasi, 4) informasi kebahasaan Fungsi umum: alat komunikasi Brown dan Yule 1985): a. Transaksional: berkenaan dengan ekspresi isi b. Interaksional: ekspresi relasi sosial dan sikap personal Nababan (1984) 1) fungsi kebudayaan, 2) kemasyarakatan, 3) perorangan, 4) pendidikan Fungsi personal: bahasa merupakan alat untuk menyampaikan diri, menyatakan pribadi, ukurannya apakah yang dinyatakan berasal dari dirinya atau bukan (terkait dengan perasaan dan pikiran) Fungsi interpersonal: menyangkut hubungan antar penutur/ antar persona, diarahkan untuk membina/ menjalin hubungan sosial (penutur harus mengetahui dan memahami nilai-nilai dan karakteristik budaya yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan) Fungsi direktif: untuk mengatur orang lain yang diharapkan adalah dampak tindakan orang lain yang diharapkan (penutur harus menganalisis situasi, menginterpretasi dan memprediksi konteks sosial dan budaya yangberlaku) Fungsi referensial: untuk menampilkan suatu referen (benda yang disebut/ ditunjuk dengan menggunakan lambang bahasa) Fungsi Imajinatif: untuk menciptakan sesuatu dengan berimajinasi Fungsi instrumental: untuk mengatur lingkungan/ untuk menciptakan situasi/ peristiwa tertentu Fungsi representasional: untuk perujukan fakta keduniaan dan khasanah pengetahuan Fungsi huristik: untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dalam karya ilmiah nampak pada perumusan masalah Fungsi regulatori: bertugas untuk memelihara/ mengontrol keadaan/ peristiwa Fungsi informasional, attitudinal, dan aktif: fungsi bahasa yang didasarkan pada kenyataan bahwa sikap (attitude) terhadap sesuatu (perasaan/pendapat/penilaian) baru dapat ditentukan setelah seseorang mendapatkan informasi terlebih dahulu Fungsi formula sosial/ fungsi basa-basi: dimaksudkan untuk sekedar memantapkan hubungan sosial/ tidak mengandung makna dan maksud yang sebenarnya Fungsi pelumas komunikasi: untuk memperlancar komunikasi (Ah masak, Oh ya!) Fungsi informasi kebahasaan: untuk mengungkapkan bahasa itu sendiri Fungsi transaksional: fungsi bahasa yang paling penting adalah komunikasi, informasi; bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi proposional/ informasi faktual disebut bahasa transaksional utama Fungsi interaksional: untuk memantapkan dan memelihara hubungan sosial Fungsi kebudayaan, bahasa berfungsi sebagai: a, sarana perkembangan kebudayaan b. Jalur penerus kebudayaan c. Inventaris ciri-ciri kebudayaan Fungsi kemasyarakatan: ada dua golongan; a. Fungsi berdasarkan ruang lingkup: nasional dan daerah nasional: 1) lambang kebanggaan bangsa, 2) lambang identitas bangsa, 3) alat pemersatu aneka suku, 4) alat perhubngan antar daerah dan antar budaya daerah: 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang identitas daerah, 3) alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah Fungsi berdasarkan ruang lingkup pemakaian: suatu bahasa akan digunakan sebagai alat komunikasi yang lebih luas jika memegang kunci bagi bangsa lain. Fungsi perorangan: 1) fungsi instrumental, 2) fungsi menyuruh, 3) fungsi interaksional, 4) fungsi representasional/ kepribadian, 5) fungsi huristik/pemecahan masalah, dan 7) fungsi informatif Fungsi pendidikan: 1) fungsi integratif, 2) fungsi instrumental, 3) fungsi kultural, 4) fungsi penalaran Fuingsi integratif: sebagai alat yang membuat anak didik memiliki kesanggupan menjadi anggota masyarakat/ berfungsi mengintegrasikan diri dalam masyarakat Fungsi instrumental: untuk mendapatkan keuntungan material, memperoleh pekerjaan, ilmu pengetahuan, mendapatkan peluang-peluang ekonomi Fungsi kultural: untuk mengenal, mempelajari, mengapresiasi dan menghargai nilai-nilai budaya yang berwahanakan bahasa itu Fungsi penalaran: penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat berfikir dan bernalar b. SATUAN BAHASA Fon dan fonem: fon merupakan satuan bahasa yang dapat diucapkan dan didengar. Fonem bersifat abstrak yang direalisasikan menjadi fon dan mampu menunjukkan kontras makna Morf dan morfem: morf bentuk yang bersifat konkret dalam pelaksanaan bahasa dapat diidentifikasikan, diucapkan, dan dapat didengar. Morfem merupakan unsur pembentuk kata Kata: merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari satu morfem/lebih, atau satuan gramatikal terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas Frasa: satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdiiri dari subjek dan predikat Kalimat: ujaran yang berisi pikiran lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat Klausa: merupakan satuan gramatikal unsur pembentuk kalimat yang berstruktur predikatif Gugus kalimat: satuan-satuan bahasa yang lebih kecil dari paragraf karena gugus kalimat berada dalam paragraf Paragraf: sejumlah kalimat yang mengandung satu keutuhan isi sebagai bagian isi wacana Wacana: merupakan satuan bahasa yang paling besar/ satuan bahasa terlengkap Linguistik: ilmu bahasa yang memenuhi syarat-syarat keilmuan Eksplisit secara konsisiten telah memenuhi kejelasan kriteria yang mendasari suatu penelitian dan penyusunan peristilahan Sistematis Telah memenuhi dan menerapkan secara konsisten prosedur standar dalam penelitian Telah menentukan kerangka deskriptif yang digunakan untuk menyesuaikan pandangan tentang data, dan Telah melakukan pengujian secara ketat terhadap hipotesa, perkiraan, atau pandangan tentang bahasa Objektif Memiliki sikap terbuka dalam analisis Memiliki sikap kritis dan mencurigai setiap hipotesa sampai dapat dibuktikan kebenarannya Berhati-hati terhadap prasangka-prasangka Berusaha sejauh mungkin memakai prosedur standar yang telah ditentukan TEORI-TEORI HASIL LINGUISTIK TELAH MEMENUHI ADANYA TIGA PRINSIP Tuntas •artinya dapat mencakup semua fakta Konsisten Sederhana •artinya tidak mengandung pernyataanpernyataan yang saling bertentangan •artinya disampaikan dalam pernyataanpernyataan yang lugas dan ekonomis Sikap linguistik sebagai ilmu Bersifat deskriptif dan bukan preskriptif (normatif: Merumuskan bersangkutan dengan kaidah bahasa adanya standar mutlak berdasarkan ciri mengenai betul salah atau sifat bahasa dalam bahasa dan itu sendiri dan bahwa tujuan analisis bukan bahasa bahasa ialah menyusun yang lain norma-norma pemakaian bahasa Memperlakukan bahasa sebagai sistem Memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis Objek kajian linguistik •bahasa dalam pengertian harafiah, bahasa ujaran •bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi secara wajar OBJEK KAJIAN LINGUISTIK Langage sistem bahasa pada umumnya, sistem bahasa manusia pada umumnya yang terdiri atas langue dan parole Langue sistem bahasa yang ada di dalam akal budi pemakai bahasa dalam kelompok sosial. Jadi merupakan totalitas fakta suatu bahasa Parole manifestasi dan realisasi fonis dan psikologis yang nyata dalam setiap pemakaian bahasa LINGUISTIK LINGUISTIK MIKRO Bidang Teoritis A. Umum 1. Teori Linguistik 2. Linguistik Deskriptif 3. Linguistik Historis Komparatif B. Bahasa Tertentu 1. Linguistik Deskriptif 2. Linguistik Historis Komparatif LINGUISTIK MAKRO Bidang Interdisipliner 1. Fonetik 2. Filsafat Bahasa 3. Psikolinguistik 4. Etnolinguistik 5. Sosiolinguistik 6. Dsb/ Bidang Terapan 1. Pengajaran Bahasa 2. Penerjemahan 3. Leksikografi 4. Fonetik Terapan 5. Sosiolinguistik Terapan 6. Pembinaan Bahasa 7. Grafologi 8. Linguistik Medis 9. dll LINGUISTIK LINGUISTIK MIKRO LINGUISTIK TEORITIS FONOLOGI MORFOLOGI SEMANTIK SINTAKSIS LEKSIKOLOGI Catatan: 1. Morfologi dan sintaksis sering disatubidangkan disebut dengan tatabahasa 2. Di samping itu ada cabang linguistik yang disebut morfofonologi dan morfosintaksis Pengertian Fonologi/ Widyaswara/ Phonology Cabang linguistik yang mempelajari sistem bunyi bahasa Bunyi bahasa/ ujaran ada Bunyi bahasa/ ujaran ada yang dapat membedakan yang tidak membedakan makna disebut makna disebut fon bunyi fonem:maujud abstrak yang konkret yang diartikulasikan direalisasikan menjadi fon terjadi pada aspek parole merupakan aspek langue yang diwadahi dalam yang diwadahi dalam subdisiplin fonetik subdisiplin fonemik PROSES MORFOLOGI Input Proses Output bentuk dasar + imbuhan Afiksasi Kata Jadian bentuk dasar Pengulangan Kata ulang bentuk dasar +bentuk dasar Pemajemukan Kata majemuk ater-ater (anuswara, a-, ka- ke-, sa-, dll) Imbuhan sisipan (-um-, -in-, -er-, dan –el-) panambang (-a, -i, -e, - en, -an, -na, -ana, -ane) wuwuhan bebarengan (rumaket/ tanrumaket: N- -i, N- -ake, d- -i, di- -ake) dwi purwa Pengulangan/ rangkep dwilingga dwiwasana Pemajemukan: wutuh/ tugel JINISING TEMBUNG Tembung aran •mratelakaken namaning barang/ kang kaanggep barang. Titikanipun: sumambung tembung dudu,/ sanes, ana/ wonten, boten saged sumambung tembung ora/ boten Tembung kriya •mratelakaken solah bawa/ tandang damel. • Titikanipun: sumambung tembung ora/ boten, anggenipun Tembung sifat •mratelakaken kaanan/ kawontenan/ watak satunggaling barang/bab. •Titikanipun: sumambung tembung langkung/ luwih, rada/ radi, paling, sanget Tembung katrangan Tembung sesulih •suka katrangan tembung sanesipun (aran, kriya, sifat, wilangan). Tuladha: badhe, boten, sampun, kantun, kemawon, pancen, saweg, saged, radi •dipunginakaken minangka sesulihing tiyang, barang, ingkang kaanggep barang •Tembung sesulih wonten kalih ; panuduh saha purus wonten tigaa. Purusa; utama purusa, madyama purusa , saha pratama purusa JINISING TEMBUNG Tembung wilangan Tembung panggandheng Tembung ancerancer • mratelakaken gunggunging barang • Kaginakaken kangge ngggandheng tembunngsetunggal kaliyan tembunng sanesipun, utawi klausa / ukara setunggla kaliyan klausa/ukara sanesipun • kangge ngancer-anceri papan/ ngancer-anceri tembung aran. Tuladha: kaliyan, dening, marang, kagem Tembung panyilah • kaginakaken nyilahaken/ mligekaken satunggaling patrap, barang/ salah satunggaling bab. Tuladha: si, sang, sri, ingkang, sing, para Tembung panyeru • saged nggambaraken wedharing raos remen, kaget, kuciwa, kagelan, sisah, gumun Widya ukara/ sintaksis Frasa Klausa Ukara Frasa pamoring tembung kang ngemu titikan Drajatipun ing antawisipun tembung saha klausa/ Kadadosan kalih dumunung ing tembung utawi sanginggiling langkung tembung nanging ing sangandhaping klausa Urut-urutaning tembung bpten kenging nglangkungi wasesa Limrahipun kadadosan saking kalih perangan; inti (ingkang dipunterangaken) kaliyan perangan atribut (perangan ingkang nerangaken Frasa Jinising perangan baku Frasa aran Frasa kriya Frasa kaanan Frasa wilangan peranganing Frasa katrangan Frasa sesulih Frasa ancer-ancer endosentris eksosentris Klausa rerangkening tembung ingkang sampun ngudhar satunggaling gagasan/ bab Ing basa lisan sabotenbotenipun wonten wasesa/ predikat Ing basa sinerat sabotenbotenipun kadadosan jejer/ subjek saha wasesa/ predikat Saged madeg dados ukara Ukara rerangkening tembung ingkang saged ngandaharaken satunggaling kekajengan jangkep satunggal bab Saged madeg piyambak Kadadosan saking satunggal utawi langkung Ing basa sinerat kawiwitan aksara murda kapungkasan tandha titik, koma, titik koma, tandha seru, utawi tanda pitaken Wonten laguning pocapan RANGKANING UKARA/ STRUKTUR KALIMAT BASA JAWA J–W • Anak kula nangis. • J W J- W–L • Pak Parman maos koran. • J W L J – W – Gg • Mbak Tutik pindhah omah. • J W Gg J–W–L– Gg • Bu Darma maringi putrane kembang gula. • J W L Gg J–W–P • Buku menika kaserat nalika wonten Sala. • J W P Semantik/ tata makna teorimakna, semantik dan referensi, dan ruang tipe makna. lingkupnya; Hubungan mempelajari antara tanda hubungan dengan makna, antara tandatanda hubungan antara makna linguistik dengan haldengan hal yang referen bersifat ditandai/ bidang studi langsung, namun dalam linguistik yang hubungan mempelajari tanda makna/ ilmu dengan yang tentang ditunjuk tidak bersifat makna/ arti langsung Jenis-jenis semantik dengan berbagai dasar prinsip-prinsip analisis relasi atau perubahan semantik, hubungan makna, kajian bentuk dan makna suatu terhadap makna.Dalam kata apat makna dapat setiap bahasa berubah dilakukan kita temukan karena dari berbagai kosa kata Sebab-sebab hal; jenis yang tertentu dan makna, relasi maknanya jenis makna, berhubungan perubahan perubahan dengan maknapun makna, makna kosa bermacammaupun kata yang lain macam medan makna Kaidah Umum Hubungan antara tanda (kata/leksem)dengan referen bersifat arbitrer/ tidak ada hubungan wajib Secara sinkronik makna sebuah kata /leksem tidak berubah , secara diakronik kemungkinan berubah ada Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda maknanya Setiap bahasa memiliki sistem semantik yang berbeda dengan sistem semantik bahasa yang lain Makna setiap kata dalam suatu bahasa dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan luasnya bentuk tersebut Relasi makna Dalam setiap bahasa kita temukan kosa kata yang maknanya berhubungan dengan makna kosa kata yang lain. Hubungan makna ini mungkin menyangkut kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), ketercakupan makna, atau bisa hubungan yang lain. Sinonimi Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno , yaitu syn ‘dengan’ dan anoma ‘nama’. Sinonimi berarti nama lai untuk benda yang sama atau hal yang sama. Verhaar mendefinisikan sinonimi sebagai unngkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain Lambang/ kata adalah nama atau label dari sesuatu yang dilambangkannya. Penamaan: pemberian nama/ label terhadap sesuatu yang bersifat arbitrer dan konvensional Proses pemberian nama: 1. Peniruan bunyi; penamaan berdasarkan bunyi dari benda / sesuatu tersebut 2. Penyebutan bagian; penamaan sesuatu berdasarkan bagian dari sesuatu tersebut, ada dua macam pars pro toto (penyebutan bagian untuk keseluruhan: minta kopi di rumah makan) dan totem pro parte (penyebutan keseluruhan untuk bagian: HIJAU nganakake pentas wayang kulit) 3. Penyebutan sifat khas; terjadi transposisi makna dalam pemakaian (perubahan dari sifat menjadi benda), misalnya: si bongsor , lurik 4. Penemu dan pembuat; penamaan berdasarkan pembuat/ penemu ( appelativa) misal: mujair (petani bernama Mujair di Kediri), Volt (Volta/ sarjana fisika Italia), kodak / diesel/ciba/ aspirin – (pabrik dan merek dagang = nama benda) 5. Tempat asal; penamaan bedasarkan asal benda tersebut, misalnya: kenari (pulau Kenari di Afrika), sarden (pulau Sardenia di Italia), soto Kudus, nasi Padang 6. Bahan; penamaan berdasarkan nama bahan pokok benda itu, misalnya kaca mata, kaca spion, kaca jendela, bambu runcing 7. Keserupaan; penamaan berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu, misalnya sikil meja, sikil kursi, kepala kantor, kepala surat, kepala paku 8. Pemendekan; penamaan berdasarkan hasil penggabungan unsur-unsur dari beberapa kata, ABRI, KONI, rudal, pemda 9. Penamaan baru; nama/ istilah baru diadakan untuk menggantikan nama lama yang dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, kurang ilmiah, misalnya wisatawan turis/ pelancong, pramuwisma babu/ jongos Antonimi dan Oposisi Kata antonimi berasal dari anti ‘melawan’ dan onoma ‘nama’ (bahasa Yunani kuna). Secara harafiah antonim berarti nama lain untuk benda yang lain pula. Secara semantik antonim berarti ungkapan yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain, biasanya disebut lawan kata sebetulnya yang berkebalikan itu maknanya. Antonim tidak bersifat mutlak melainkan beroposisi, oposisi tercakup konsep betul-betul berlawanan sampai yang hanya bersifat kontras, sehingga oposisi maknanya dapat dibedakan menjadi oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial, oposisi majemuk Oposisi mutlak , dalam antonim yang mengandung oposisi makna secara mutlak misalnya mati dan urip, obah lan meneng Oposisi kutub, kata yang mempunyai oposisi makna kutub pertentangan maknanya tidak mutlak melainkan bersifat gradasi kutub A (sugih, panas, seneng, adoh) batas kutub B (mlarat, adhem, susah, cedhak) Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya adalah kata-kata dari kelas adjektif. Oposisi hubungan; satuan lingual yang mempunyai oposisi relasional ini bersifat saling melengkapi, adanya suatu kata karena hadirnya kata lain yang menjadi oposisinya ( dodol – tuku). Oposisi hubungan dapat terjadi pada keta kerja dan dapat pula terjadi pada kata benda; maju-mundur, menehi-nampa, guru-murid, dokter-pasien Oposisi Hierarkial; makna satuan lingual yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Kosa kata yang mempunyai oposisi hierarkial ini biasanya berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, isi) nama satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan Misalnya: senti – meter, gram – ons Oposisi majemuk, satuan lingual yang mempunyai oposisi makna lebih dari satu satuan lingual Misalnya: lungguh - ngadeg, jengkeng, ndhodhok Homonimi, homofoni, homografi Homonimi berasal dari kata homo ‘sama’ dan onoma ‘nama’, homonimi: nama sama untuk benda atau hal lain Homonimi sebagai ungkapan yang bentuknya sama dengan ungkapan lain yang maknanya tidak sama Misalnya, bisa dalam bahasa Indonesia Kemungkinan penyebab adanya homonimi 1. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu berasal dari bahasa/ dialek yang berbeda . Misalnya, bisa (racun/ Indonesia) bisa (dapat / Jawa) 2. Bentuk-bentuk yang berhomonimi itu terjadi sebagai hasil proses morfologi. Misalnya, mengukur ( ukur, kukur) Beda homonimi, homofoni dan homografi ? Cari contoh LINGUISTIK KOMPARATIF ----KOMPARATIF MENUNJUKKAN PEMAKAIAN METODE/ TEKNIK YANG DIGUNAKAN DALAM KAJIANNYA Cabang linguistik yang menggunakan metode komparatif: Tipologi bahasa: kajian secara struktural, dimensi sinkronis, tujuan klasifikasi bahasa secara tipologi Linguistik kontrastif: kajian bahasa secara struktural, dimensi sinkronis, tujuan didaktis/ pengajaran bahasa Linguistik komparatif: kajian perubahan bahasa, dimensi diakronis, tujuan pengelompokkan bahasa berkerabat Metode komparatif dalam LHK; Identifikasi bentuk persamaan dan perbedaan Dasar korespondensi bunyi dan makna, dituntut penguasaan fonologi secara general dan fonologi khusus bahasa yang diteliti Merekonstruksi tahap awal perkembangan dasar bentuk yang diturunkan Menggunakan tiga /3 kriteria, yaitu non arbritrary/ tidak bebas/ tidak mana suka sehingga hasil pengelompokkan sama, exhaustive/lengkap, semua bahasa masuk dalam satu kelompok, dan uniqueness/ khas, tidak ada bahasa masuk dalam lebih dari satu kelompok LINGUISTIK ; SINKRONIS DAN DIAKRONIS Linguistik Sinkronis: Adalah linguistik yang memfokuskan kajian pada satu bahasa pada waktu tertentu dan mengabaikan aspek perubahan bahasa dari waktu ke waktu. Kajian sinkronis bisa juga dilakukan untuk suatau bahasa pada waktu terkini atau bisa juga untuk suatu bahasa pada waktu lampau Linguistik Sinkronis juga disebut Linguistik Deskriptif Linguistik Diakronis: Adalah linguistik yang memfokuskan kajian pada PERKEMBANGAN suatu bahasa dari waktu ke waktu. Jadi, studi diakronis bisa disamakan dengan studi sejarah (historis) Linguistik Diakronis juga disebut Linguistik Historis Komparatif Linguistik Diakronis dalam prosedur penelitiannya semestinya juga menerapkan prinsip-prinsip kajian sinkronis (deskriptif) karena pada dasarnya kajian perkembangan bahasa dari waktu ke waktu tidak lain adalah kajian sinkronis bahasa itu pada beberapa satuan waktu yang ditetapkan sebagai titik-titik perkembangan.