Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PERTANIAN PADA PETANI SAYURAN FINA FATIHUR RIZKA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa studi pustaka yang berjudul “Pengaruh Media Massa terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Pertanian pada Petani Sayuran” benarbenar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia bertanggung jawab atas pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Fina Fatihur Rizka NIM.I34110014 iii ABSTRAK FINA FATIHUR RIZKA. Pengaruh media massa terhadap pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran. Di bawah bimbingan SUMARDJO. Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian masih harus ditingkatkan meskipun pada tahun 2014, pembangunan ekonomi pertanian telah mencapai peningkatan sebesar 5,17 persen. Pertanian mencakup banyak hal termasuk di dalamnya adalah hortikultura atau sayuran. Untuk terus meningkatkan pembangunan pertanian, pada tahun 2005 pemerintah membuat Visi dan Arah pembangunan Pertanian Jangka Panjang 20052025. Salah satu dari visi tersebut adalah “Mewujudkan Sistem Inovasi Pertanian”. Pada pelaksanaannya, penyebaran inovasi pertanian tidak berjalan dengan mudah. Inovasi yang diberikan kepada petani melalui penyuluh pertanian seringkali terkendala. Kendala tersebut antara lain adalah petani yang enggan menerapkan inovasi baru yang dibawa karena keraguan terhadap inovasi baru tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep adopsi inovasi, konsep pengambilan keputusan, fungsi media massa dan menganalisis peran media massa dalam pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran. Hasil dari tulisan ini adalah media merupakan salah satu solusi bagi para penyuluh untuk membantu mengenalkan inovasi baru kepada petani sayuran. Terdapat empat fungsi media massa yaitu memperluas wawasan atau cakrawala, memberikan informasi, persuasi, dan merubah sikap. Sedangkan terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan inovasi yaitu pengenalan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Fungsi media massa dapat membantu penyuluh dalam proses pengambilan keputusan inovasi yaitu pada tahap pengenalan. Kata kunci: media massa, pengambilan keputusan inovasi, petani sayuran iv ABSTRACT FINA FATIHUR RIZKA. The effect of the mass media to the decision-making in agricultural innovation for vegetable farmers. Supervised by SUMARDJO. Economic development in the agricultural sector still have to be increased although in 2014, economic development of agriculture has reached an increase of 5,17 percent. Agriculture includes a lot of things including the insides were horticulture or vegetables. To continue to increase the development agriculture in 2005 that governments create vision and the direction of agricultural development long-term 2005-2025. One of this vision is “realize agricultural innovative systems. In its practice, the spread of agriculture was not easy. The innovation that given by an counselor for farming often hampered by farmers. These barriers include farmers who refused to apply new innovations brought because of doubts over the new innovation. This paper aims to identify the concept of adoption of innovation, the concept of decision making, the function of the mass media and analyzes the role of mass media in the decisionmaking of agricultural innovations on vegetable farmers. The result of this writing is media is a solution for the counselors to help introduce new innovations to vegetable farmers. There are four functions of the mass media that is extending insight and the horizon, provide information, persuasion, and change attitudes. While there are five stages of the decision-making process is the introduction of innovation, persuasion , the decision, the implementation, and confirmation. The function of the mass media can help counselors in the decision-making process of innovation is on the introduction of the stage. Keywords: mass media, decision-making of innovation, vegetable farmers v PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PERTANIAN PADA PETANI SAYURAN Oleh FINA FATIHUR RIZKA I34110014 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Insititut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 vi LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Fina Fatihur Rizka Nomor Pokok : I34110014 Judul : Pengaruh Media Massa terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Pertanian pada Petani Sayuran dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : vii PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Media Massa terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Pertanian pada Petani Sayuran”. Meskipun seringkali penulis mengalami kesulitan, namun berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka ini dengan tepat waktu. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Syafiin dan Ibu Siti Munawaroh serta adik Alfinaskhi yang selalu memberikan dukungan baik secara materi maupun non materi dan doa kepada penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Raila Adnin, Dita Pratiwi, Romanna, dan seluruh teman SKPM 48, sebagai teman berdiskusi, serta Fatma Putri, Edo Rahardi dan seluruh teman IMPATA yang telah memotivasi baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis untuk menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2014 Fina Fatihur Rizka NIM. I34110014 viii DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Tulisan Metode Penulisan RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Jurnal 'Peranan Media Massa dalam Penyebaran informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung (The Mass media Role in Disseminating Agricultural Information to Vegetable Farmers in Lampung)’ (Sumaryo, 2006) 2. Jurnal ' Pengaruh Bahasa Booklet Pada Peningkatan Pengetahuan Peternak Sapi Perah tentang Inseminasi Buatan di Keluarahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang’ (Sriroso Satmoko dan Harini Tri Astuti, 2006) 3. Jurnal ' Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian Di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat’ (Mulyadi, A. Saleh dan F.N Suwanda, 2008) 4. Jurnal ‘Opini Publik Mengenai Peran Media Cetak Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura (Survei di Desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)’ (Idawati Pandia, 2009) 5. Jurnal ‘Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong’ (A.Saleh, 2006) 6. Jurnal ‘Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Maluku’ (Rahima Kaliky, Sunarru Samsi Hariyadi, Sri Peny Wastutiningsih , dan P. Wiryono Priyotamtomo, 2011) 7. Jurnal ‘Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari-Papua Barat’ (Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto, 2007) 8. Jurnal ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran di Provinsi Jawa Barat’ (Mariati Tamba dan Ma’mun Sarma, 2007) 9. Jurnal ‘Keadaan Sosial Ekonomi Petani Sayuran (Studi Kasus Di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah, Kota Ambon)’ (R.Milyaniza Sari, 2011) 10. Jurnal ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Pada Organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen’ (Lisana Widi Susanti, Sugihardjo, dan Suwarto, 2008) RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Adopsi Inovasi Pengambilan Keputusan Inovasi viii x x 1 2 2 2 3 5 7 9 11 12 14 15 17 19 25 26 ix Media Massa Media Massa dalam Adopsi Inovasi SIMPULAN Simpulan Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Kerangka Berpikir DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Riwayat Hidup 27 28 31 32 33 35 36 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Analisis 34 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Riwayat Hidup 36 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data BPS 2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2014 dibanding triwulan I2014 mencapai 2,47 persen dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 5,12 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013 tumbuh 5,17 persen. Masih menurut BPS 2014, pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pertanian.Meskipun demikian, pertumbuhan pada sektor pertanian masih di bawah sektor industri pengolahan. Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2014 sebesar 14,84 persen, sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 23,75 persen. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian (2005), terdapat lima peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional yaitu (a) sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sektor nonpertanian; (b) sebagai penghasil pangan bagi penduduk yang jumlahnya terus bertambah; (c) sebagai pemacu proses industrialisasi; (d) sebagai penyumbang devisa negara; (e) sebagai pasar bagi produk dan jasa sektor non-pemerintah. Untuk mencapai peningkatan pada sektor pertanian, pada tahun 2005 pemerintah telah membuat Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005-2025. Garis besar kebijakan yang akan dilakukan salah satunya adalah “Mewujudkan Sistem Inovasi Pertanian”. Sistem inovasi pertanian mengintegrasikan lembaga penelitian penghasil IPTEK dasar, lembaga pemerintah atau swasta sebagai pengganda IPTEK, lembaga penyuluhan sebagai fasilitator penyampaian IPTEK tersebut kepada petani. Sistem inovasi pertanian yang efisien akan mempercepat proses adopsi inovasi oleh petani sehingga muatan teknologi dalam produk pertanian makin meningkat dan daya saing menjadi kuat (Visi dan Arah pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005-2025). Pelaksanaanadopsi inovasi pertanian tidak selalu berjalan mudah. Pada beberapa tempat, terdapat penolakan terhadap pemberian inovasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian. Mengenai sulitnya penerimaan inovasi oleh masyarakat penulis setuju dengan pendapat Siti Sugiah Mugniesyah sebagai berikut: “…Peranan penyuluh pertanian dikatakan berhasil jika individu-individu petani mau menerima dan menerapkan alternatif inovasi pertanian yang paling tepat bagi usahatani mereka. Permasalahannya beragam teknologi pertanian yang diintroduksikan kepada masyarakat petani tidak selalu serta merta diterima dan diterapkan oleh mereka. Hal ini dimungkingkan, sebagaimana menurut Mosher, karena petani mempunyai cara belajarnya sendiri sebelum mereka sampai pada memilih dari sejumlah banyak pilihan (alternatif) teknologi yang mereka anggap tepat untuk digunakan dalam usahatani mereka. Menurut Rogers dan Shoemaker, keputusan individu-individu petani itu tidak terjadi secara instan, tapi melalui suatu proses yang terjadi dalam suatu waktu tertentu dan mencakup serangkaian aksi atau tindakan.” (Mugniesyah 2005) Permintaan produk pangan sayuran juga semakin meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk yang pesat, kondisi inilah yang tetap menjadikan usahatani sayuran sebagai alternatif usaha terfavorit dikalangan petani terutama petani kecil baik di perdesaan maupun di perkotaan.Ciri penting pada petani kecil adalah terbatasnya sumberdaya yang dimiliki, dimana pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang 2 lahan sempit yang terkadang disertai dengan ketidakpastian pengelolaannya, lahan yang dikelola sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak.Tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesehatan petani kecil relatif juga sangat rendah, mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi (Soekartawi1986 dikutip Sari 2011). Sarana produksi yang digunakan petani di sayuran di perdesaan relatif masih sederhana.Untuk meningkatkan produktivitas sayuran, diperlukan adanya inovasi yang dibawa oleh penyuluh. Media merupakan salah satu jawaban untuk permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian di lapang.Media berfungsi untuk menimbulkan keingintahuan sasaran agar paham dan mampu menilai baik buruknya inovasi yang diberikan (Patera1987).Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dilihat bagaimana pengaruh media massa terhadap pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran? Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep adopsi inovasi? 2. Bagaimana konsep pengambilan keputusan? 3. Bagaimana fungsi media massa? 4. Bagaimana pengaruh media massa terhadap pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran? Tujuan Tulisan Tujuan tulisan dengan judul Pengaruh Media Massa terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Pertanian pada Petani Sayuran, yaitu : (1) Merumuskankonsep adopsi inovasi. (2) Merumuskan konsep pengambilan keputusan. (3) Merumuskan fungsi media massa. (4) Menganalisis pengaruh media massa terhadap pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan bukubuku yang berkaitan dengan tema studi pustaka ini. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Studi pustaka ini mencakup pengaruh media massa terhadap pengambilan keputusan inovasi pertanian pada petani sayuran. Studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis ISSN Kota dan nama penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal diunduh : Peranan Media Massa dalam Penyebaran informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung (The Mass media Role in Disseminating Agricultural Information to Vegetable Farmers in Lampung) : 2006 : Jurnal : Elektronik : Sumaryo : 1858-2664 : Bogor, Institut Pertanian Bogor : Jurnal Penyuluhan : 2(4):16 – 22 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/downlo ad/2111/1142 : 25 September 2014 Ringkasan Pustaka Sebagai suatu media massa audio-visual moderen, televisi memiliki daya tarik luar biasa. Televisi mampu mengantarkan pesan-pesan kepada pemirsa di rumah atau di tempat lain secara langsung (Suhardi dkk 1996). Media massa sebagai media tayang, menghadirkan realitas sosial yang penting bagi manusia. Realita itu mungkin berupa perilaku, mode, bahkan sikap pada ideologi tertentu. Respon yang akan timbul tergantung pada kesiapan yang bersangkutan ketika menerima informasi dari televisi. Selain itu, kualitas informasi yang disiarkan televisi juga dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk memantau sampai sejauh mana informasi tersebut menimbulkan dampak positif pada kehidupan manusia, baik pada aspek moral maupun pada aspek lain. Populasi penelitian ini ialah 550 orang petani sayuran di Kecamatan Kemiling, Desa Sumber Agung, kota Bandar Lampung dan di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, di Kabupaten Lampung Barat. Sampel penelitian ini ialah 55 orang petani di dua desa tersebut. Besar sampel ini sama dengan sepuluh persen dari populasi yang ada. Dari 55 petani sayuran itu, 30 orang berasal dari desa Sumber Agung, kota Bandar Lampung dan 25 selebihnya dari desa Tanjung Raya, di kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini dirancang sebagai sebuah survei deskriptif. Peubah bebas yang diamati dalam penelitian ini ialah: tempat tinggal responden, kepemilikan media massa, aktivitas responden menonton televisi dan jenis acara televisi yang diminati oleh responden. Peubah tidak bebas penelitian ini ialah persepsi responden tentang peranan televisi dalam diseminasi informasi. Televisi dipilih menjadi kajian karena televisi merupakan salah satu media massa yang cukup populer di kalangan masyarakat. Indikator dari penelitian ini adalah kepemilikan media komunikasi, aktivitas mengikuti acara televisi, dan peranan televisi. Metode peneletian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan peubah bebas (tempat tinggal responden, kepemilikan media massa, aktivasi responden menonton televisi, dan jenis acara televisi yang diminati responden) dan peubah tidak bebas (persepsi responden tentang peranan televisi dalam diseminasi informasi). Hasil dan pembahasan: (1) Kepemilikan media komunikasi 4 Kepemilikan media komunikasi diukur dari banyaknya media yang dimiliki oleh petani baik media cetak maupun media elektronik. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan media di Kelurahan Sumber Agung ialah sedang, sedangkan di Desa Tanjung Raya rendah. (2) Aktvitas mengikuti acara televisi Aktivitas mengikuti acara televisi merupakan tingkat keseringan petani dalam melihat acara televisi terutama tentang informasi pertanian.Hasil menunjukkan bahwa aktivitas mengikuti acara televisi lebih banyak dilaksanakan oleh petani di Kelurahan Sumber Agung karena berdekatan dengan pusat informasi (Bandar Lampung). (3) Peranan Televisi Peranan televisi merupakan tingkah laku yang diwujudkan oleh televisi dalam penyebaran infomasi baik itu informasi pertanian maupun informasi yang lainnya, membantu petani berpartisipasi, dan mendidik petani agar memiliki keterampilan. Peranan televisi diketahui dari pemanfaatan media tersebut dalam mendapatkan informasi pertanian. Hasil menunjukkan bahwa peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian Kelurahan Sumber Agung termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terjadi karena baik petani di Kelurahan Sumber Agung maupun petani di Desa Tanjung Raya kurang tertarik untuk menyaksikan acara infomasi pertanian. Alasan umumnya karena siaran informasi pertanian tidak sesuai dengan waktu istirahat mereka. (4) Kepemilikan media komunikasi tidak ada hubungan dengan peranan televisi. Ini timbul karena acara yang ditonton oleh petani bukanlah acara informasi pertanian. (5) Aktivitas responden menonton televisi tidak berhubungan dengan persepsi responden tentang peranan televisi sebagai sumber informasi, dan (6) Terdapat hubungan jenis acara yang diminati responden dengan persepsi responden tentang peranan televisi sebagai sumber informasi pertanian. Media massa berperan sebagai agen pembaharu (agent of change) dalam pembangunan. Media massa mempercepat peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen. Kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan lambat laun akan hilang. Kontak antar budaya secara berangsur-angsur akan mengubah kebiasaan dan kepercayaan (Schramm dalam Depari dan McAndrew1991). Hasil penelitian Rogers dalam Depari & MacAndrew(1991) menunjukkan bahwa media massa berperan secara efektif dalam mengubah pendapat, sedangkan komunikasi antar pribadi umumnya efektif dalam mengubah sikap atau memperkuat nilai dan kepercayaan khalayak sasaran. Pesan-pesan yang bertentangan akan disaring khalayak melalui tingkat selektivitas mereka. Di dalam hubungannya, stasiun televisi menyiarkan acara-acara yang cukup beragam, mulai dari hiburan, olahraga, sampai ke informasi. Petani membutuhkan informasi pertanian untuk mendukung keberhasilan usahataninya. Karena itu, petani mengharapkan agar televisi dapat menyediakan informasi yang mereka butuhkan. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan media massa dan aktivitas petani menonton siaran televisi tidak berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian, sedangkan jenis siaran yang diminati petani berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian. Para petani di kedua desa itu, yang pendidikannya rendah, berharap banyak pada televisi sebagai sumber informasi usahatani. Akan tetapi, televisi yang beroperasi pada tataran umum dan populer itu, yang sangat sadar biaya, tidak mungkin memenuhi harapan segelintir petani akan informasi teknis, yang cukup 5 detil. Jadi ketidak sesuaian realita televisi yang mereka saksikan dengan harapan yang mereka pendam, solusinya perlu dicari pada media massa lain. Analisis Pustaka Media massa memiliki peran sebagai agen pembaharu dalam pembangunan. Hasil penelitian Rogers dalam Depari & MacAndrew (1991) menunjukkan bahwa media massa berperan secara efektif dalam mengubah pendapat, sedangkan komunikasi antar pribadi umumnya efektif dalam mengubah sikap atau memperkuat nilai dan kepercayaan khalayak sasaran. Penelitian di Lampung ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat peranan dan pemanfaatan televisi (salah satu media massa) dalam mendapatkan informasi pertanian bagi petani sayuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan media massa dan aktivitas petani menonton siaran televisi tidak berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian, sedangkan jenis siaran yang diminati petani berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa jenis siaran televisi yang lebih berperan dalam penyebaran informasi pertanian. Kelemahan dari jurnal ini adalah terdapat beberapa kalimat tidak berkesinambungan di dalam satu paragraf. 2 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : : : : : Diunduh : : : : Pengaruh Bahasa Booklet Pada Peningkatan Pengetahuan Peternak Sapi Perah tentang Inseminasi Buatan di Keluarahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. 2006 Jurnal Cetak dan Elektronik Sriroso Satmoko dan Harini Tri Astuti 1858-2664 Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Penyuluhan 02(3):09-21 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/download/21 84/1213 5 Desember 2014 Ringkasan Pustaka Media merupakan salah satu jawaban terhadap beberapa masalah yang dihadapi dalam penyuluhan atau pelatihan, serta adanya gagasan untuk mengembangkan media informasi untuk mendukung program penyuluhan, pelatihan dan pemahaman di masyarakat.Informasi tentang suatu masalah menjadi penting dan dapat menarik perhatian masyarakat, jika ada perkembangan informasi dan teknologi yang cepat, untuk mendiseminasikan hal tersebut ke dalam masyarakat, guna mempelajari ilmu dan teknologi baru. Pola pikir masyarakat yang sudah maju akan melihat bahwa adanya informasi, ilmu dan teknologi menjadi sangat penting untuk mengembangkan usaha. Informasi adalah unsur dasar dalam proses komunikasi antar manusia (Padmowihardjo 1997). Rahmatdalam Satmoko (1994) membagi efek komunikasi menjadi tiga, yaitu: efek kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek kognitif berkaitan dengan transmisi 6 pengetahuan, kepercayaan atau informasi. Efek afektif adalah perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yaitu pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku. Media booklet mampu menyebarkan informasi dalam waktu relatif singkat kepada banyak orang yang tempat tinggalnya berjauhan. Media booklet berfungsi untuk menimbulkan keinginan tahu sasaran agar paham dan mampu menilai baik buruknya inovasi yang diperkenalkan (Padmowihardjo 1997).Agar informasi dapat disampaikan secara lengkap dan efektif dibutuhkan perencanaan yang baik, salah satunya dengan penggunaan bahasa. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan berapa besar pengaruh bahasa media penyuluhan booklet pada peningkatan pengetahuan peternak sapi perah tentang inseminasi buatan. Untuk menyampaikan informasi secara lengkap dan efektif dibutuhkan perencanaan yang baik. Menurut van Den Ban dan Hawkins (1999), program tersebut meliputi: tujuan yang hendak dicapai, kelompok sasaran yang akan dibantu dengan pembentukan pendapat dan atau pengambilan keputusan, isi pesan penyuluhan, metode penyuluhan atau kombinasinya yang digunakan dan cara penggunaannya. Menurut Tarigan (1987), fungsi bahasa adalah sebagai sarana komunikasi. Komunikasi adalah proses transaksi dinamis yang memandatkan komunikator untuk (to code) berperilaku, verbal maupun nonverbal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa besar pengaruh bahasa media penyuluhan booklet pada peningkatan pengetahuan peternak sapi perah tentang inseminasi buatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati Kota Semarang (Arikunto 1993).Responden penelitian adalah anggota Kelompok Tani Ternak (KTT) Sapi Perah Sidomulyo di Kelurahan Nongkosawit. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang dipilih secara acak (purposive random sampling). Responden tersebut dikelompok-kan menjadi dua kelompok.Setiap kelompok terdiri atas 20 responden. Responden diberi pre-test untuk menentukan pengetahuan responden sebelum diberi perlakuan. Kemudian mereka diminta membaca booklet tentang inseminasi buatan selama 30 menit. Setelah itu mereka diberi post-test, untuk menentukan pengetahuan mereka setelah membaca booklet itu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh nyata antara media penyuluhan bookletberbahasa Jawa dengan booklet berbahasa Indonesia terhadap tingkat pengetahuan peternak sapi, namun media penyuluhan lain berbahasa Jawa memilikipengaruh yang lebih baik daripada bookletberbahasa Indonesia. Analisis Pustaka Media merupakan salah satu alternatif percepatan proses penyebaran informasi kepada masyarakat. Dalam penelitian ini, media yang digunakan adalah booklet.Tujuan penelitiannya adalah menentukan berapa besar pengaruh bahasa media penyuluhan booklet pada peningkatan pengetahuan peternak sapi perah tentang inseminasi buatan. Bahasa yang digunakan sebagai pembanding adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh nyata antara media penyuluhan booklet berbahasa Jawa dengan booklet berbahasa Indonesia terhadap tingkat pengetahuan peternak sapi. Media penyuluhan lain berbahasa Jawa memilikipengaruh yang lebih baik daripada booklet berbahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas responden menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan seharihari sehingga penerimaan informasi mengenai inseminasi buatan dalam booklet lebih cepat diterima. 7 Jurnal ini bermanfaat untuk menunjukkan bahwa media memiliki peran untuk menyampaikan informasi, yaitu tentang inseminasi buatan. Media akan lebih efektif untuk penyampaian informasi jika penggunaan bahasanya disesuaikan dengan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Kelemahan dari jurnal ini adalah tidak adanya tabel yang menunjukkan hasil dari penelitian tersebut. 3. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : : : : : Diunduh : : : : Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian Di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat 2008 Jurnal Cetak Mulyadi A. Saleh dan F.N Suwanda 1693-3699 Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan 06(02):66-79 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/downl oad/5669/4300 5 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Inovasi yang terus berkembang melalui Badan Litbang Pertanian maupun melalui program penelitian dan pengembangan masih dirasa sulit untuk diterapkan di tingkat petani. Hal ini disebabkan oleh proses diseminasi dan adopsi. Untuk mempercepat proses aplikasi tersebut di kalangan petani, Badan Litbang Pertanian membuat model percepatan diseminasi teknologi pertanian yang disebut dengan model Prima Tani. Prima Tani adalah program pembangunan pertanian berwawasan agribisnis berawal dari pedesaan dan berakhir di pedesaan. Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (Berlo 1960). Namun demikian, dalam kehidupan nyata proses komunikasi tidak hanya terbatas sampai diterimanya pesan oleh penerima, tetapi juga sampai pada kajian bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima. Berlo (1960) menyebutnya dengan model linear atau searah. Model komunikasi linear masih dianggap relevan, namun seringkali berujung dengan ketidakpuasan dan ketimpangan. Model komunikasi linear disebut juga dengan model SMCRE (source, message, channel, receiver dan effect). DeVito (1997) memberikan batasan definisi bahwa komunikasi mengacu pada suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi model Prima Tani usahatani padi di Desa Citarik Kabupaten Karawang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: penampilan atau profil petani di Desa Citarik Kabupaten Karawang menurut sejumlah karakteristik personal yang diamati, keragaan kelembagaan petani, keragaan aksessibilitas komunikasi petani, keragaan syarat mutlak dan syarat pelancar pembangunan pertanian petani, hubungan antara karakteristik personal petani sebagai faktor internal dengan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani, hubungan antara keragaan kelembagaan 8 tani, aksessibilitas komunikasi, syarat mutlak dan syarat pelancar pembangunan pertanian di Desa Citarik Kabupaten Karawang sebagai faktor eksternal dengan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani, hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan tingkat efektivitas komunikasi model Prima Tani usahatani padi di Desa Citarik Kabupaten Karawang, hubungan antara faktor internal dengan efektivitas komunikasi model Prima Tani usahatani padi, hubungan antara faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi model. Penelitian ini di desain sebagai survey deskriptif korelasional dengan 80 sampel (orang) yang diambil dari petani kooperator 20 persen dan nonkooperator 15 persen, dengan teknik cluster random sampling, di Desa Citarik Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Hasil penelitian: (1) Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Usahatani Padi Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator dimengerti, diterima dan dimanfaatkan oleh komunikan, sebaliknya komunikator mengerti dan menerima yang disampaikan oleh komunikasi dalam bentuk umpan balik. Hasil penelitian menunjukkan rataan skor untuk kognitif (pengetahuan) sebesar 3,07, untuk afektif (sikap) sebesar 3,50 dan untuk konatif (tindakan) sebesar 3,27. Maka dapat disimpulkan bahwa diseminasi dikatakan efektif, jika penerima paham, mengerti, mendukung,menerima Prima Tani, menyukai, antusias, sudah menerapkan dan puas karena sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sumber. (2) Hubungan Faktor Internal dengan Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Usahatani Padi Penelitian menunjukkan bahwasebagian besar faktor internal, seperti umur, tingkat pendidikan formal,tingkat pendidikan non-formal,pengalaman bertani, pendapatan rata-rata,status lahan, luas lahan garapan,orientasi usahatani dan status petani berhubungan sangat nyata dengan tingkat efektivitas komunikasi petani responden pada ranah kognitif dan konatif namun tidak dengan ranah afektif. (3) Hubungan Faktor Eksternal dengan Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Usahatani Padi Semakin tinggi faktor eksternal maka akan semakin tinggi pengetahuan efektivitas komunikasi model Prima Tani ranah kognitif atau pengetahuan. Hubungan faktor internal dengan pemanfaatan media komunikasi yang berhubungan sangat nyata adalah umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non-formal, pengalaman bertani, pendapatan dan status lahan dengan gelar teknologi pemanfaatan media komunikasi dan terdapat hubungan nyata antara faktor internal pada luas lahan garapan, orientasi usahatani dan status petani dengan gelar teknologi pemanfaatan media komunikasi. hubungan faktor internal terdapat hubungan sangat nyata antara tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non-formal, pengalaman bertani, pendapatan, luas lahan garapan dan orientasi usahatani dengan penyuluhan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan terdapat hubungan nyata antara umur, status lahan, status petani, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan penyuluhan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani. Analisis Pustaka Menyadari sulitnya penyebaran informasi kepada petani, Badan Litbang pertanian membuat percepatan diseminasi teknologi pertanian yang disebut dengan model Prima Tani. Prima Tani adalah program pembangunan pertanian berwawasan agribisnis berawal dari pedesaan dan berakhir di pedesaan. Model komunikasi Prima Tani dapat 9 digunakan sebagai media alternatif dalam penyebaran informasi karena model komunikasi ini sangat berkaitan dengan faktor internal dan eksternal masyarakat dalam proses pemanfaatannya. Jurnal ini bermanfaat untuk melihat efektivitas komunikasi model Prima Tani yang dapat dilihat melalui tiga indikator. Tiga indikator tersebut adalah tingkat pengetahuan (kognitif) petani tentang teknologi inovatif yang dikomunikasikan oleh penyuluh, sikap afektif petani terhadap teknologi tersebut, serta adanya perubahan tindakan (konatif) pada petani terhadap teknologi inovatif Prima Tani. Komentar untuk penulisan jurnal ini terdapat pada kalimat yang terlalu panjang. 4 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal : : : : : : Volume (edisi) Alamat URL : : Diunduh : : Opini Publik Mengenai Peran Media Cetak Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura(Survei di Desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo) 2009 Jurnal Elektronik Idawati Pandia 1411-139 Medan, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa 10 (01):43-54 https://rahmatproject.googlecode.com/files/jurnalpenelitia nkomunikasidanpembangunan.doc 25 September 2014 Ringkasan Pustaka Kabupaten Karo adalah kabupaten yang sangat didominasi oleh sektor pertanian yaitu sub sektor pertanian tanaman pangan dan palawija, sub sektor hortikultura, perkebunan, peternakan dan sebagian kecil perikanan darat (air tawar). Dengan melihat hal tersebut, sudah sepantasnya Kabupaten Karo memiliki corong yang kuat untuk mensosialisasikan kepada masyarakat melalui media massa, potensi wisata dan pertanian yang lebih luas dalam merencanakan dan mengelola sumber daya yang dimiliki dan untuk memberikan fasilitas dan dorongan yang lebih terarah pada perkembangan pembangunan kerakyatan. Berbicara tentang fungsi media massa,Wright(1959) membagi media komunikasi berdasarkan sifat dasar pemirsa, sifat dasar pengalaman komunikasi, dan sifat dasar pemberi informasi. Lasswell(1984) pakar komunikasi dan profesor hukum di Yale University mencatat ada tiga fungsi media massa yaitu pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain ketiga fungsi ini, Wright menambahkan fungsi keempat yakni hiburan Severin (2005). Media massa yang dimaksud disini adalah media massa cetak (printed mass media ). Berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak, kita harus terlebih dahulu memahami bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution) dan merupakan sub sistem dari kemasyarakatan dimana ia berada, bersama-sama dalam sub sistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara sendiri, melainkan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. 10 Bersama-sama dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, pers berada dalam keterikatan organisasi bernama negara. Karenanya eksistensi pers dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh falsafah negara dan sistem politik negara dimana pers itu hidup. Pers di negara mana dan dimasyarakat mana, ia berada sama-sama mempunyai fungsi universal yakni : (1) Memberikan Informasi ( to inform ) Menyiarkan informasi adalah tugas suratkabar yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli suratkabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya. (2) Mendidik ( to educate ) Sebagai sarana pendidikan massa ( mass education ), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. (3) Fungsi Menghibur ( to entertaint ) Hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi beritaberita berat ( hard news ) dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat-berat. (4) Mempengaruhi ( to influence ) Fungsi mempengaruhi, menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Secara implisit terdapat pada berita, sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. (5) Pengawasan ( social control ) Jika surat kabar benar melaksanakan tugas sosial kontrolnya, akan banyak tantangan yang harus dijawab dengan sikap yang berani dan bijaksana. Dalam suatu situasi, surat kabar bisa dihadapkan kepada dua alternatif, mati terhormat karena memang prinsip, atau hidup tidak terhormat disebabkan tidak mempunyai kepribadian. (Effendi dan Uchjana 1981) Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimanakah pemanfaatan media cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura, bagaimana opini publik mengenai peran media massa cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat tentang media massa cetak lokal dalam mensukseskan pembangunan bidang pertanian hortikultura. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi1983).Tegasnya penelitian deskriptif hanya memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Dari hasil penelitian terlihat bahwa masyarakat Karo, khususnya di lokasi yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini masih menggunakan media massa cetak khusus media cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura. Asumsi ini terlihat seperti yang tertera dalam tabel penulisan laporan ini. Media cetak juga dianggap sebagai salah satu faktor dalam mempercepat proses tranfusi informasi pembangunan khususnya bidang pertanian hortikultura. 11 Analisis Pustaka Media dianggap sebagai salah satu cara untuk mempercepat penyebaran informasi. Penelitian di daerah Karo ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemanfaatan media cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura, bagaimana opini publik mengenai peran media massa cetak lokal sebagai sumber informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat tentang media massa cetak lokal dalam mensukseskan pembangunan bidang pertanian hortikultura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media lokal yang paling berperan dalam penyebaran informasi pertanian di daerah Karo adalah media cetak. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pemerintah untuk menyebarkan informasi pertanian. Dengan adanya penelitian ini pemerintah dapat menyebarkan informasi pertanian kepada masyarakat dengan menggunakan media cetak. Jurnal ini sudah baik karena tujuan, metode, dan pembahasannya sudah berkesinambungan. 5. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : : : : : Diunduh : : : : Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong. 2006 Jurnal Elektronik A. Saleh 0126-0472 Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Media Peternakan 29(2):107-120 http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeternakan/art icle/viewFile/874/247 22 November 2014 Ringkasan Pustaka Penyuluhan peternakan merupakan pendidikan nonformal yang diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan peternakan. Masyarakat harus dilibatkan sebagai subyek pembangunan, sehingga perlu menjalani proses pembelajaran untuk mengetahui adanya kesempatan memperbaiki kehidupan. Asngari (2001) menyebutkan penyuluhan sebagai upaya memberdayakan sumber daya manusia, mendinamiskan diri sebagai aktor yang berupaya untuk lebih berdaya dan mampu berprestasi prima. Peningkatan pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan aksebilitas komunikasi memberikan kemudahan bagi para petani untuk mencari sumber informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) mengkaji adanya perubahan perilaku komunikasi, dalam arti tingkat penggunaan media massa oleh para peternak dalam memanfaatkan pesan penyuluhan sapi potong, (2) menganalisis tingkat partisipasi peternak dilihat dari peran-peran komunikasi yang mereka lakukan dalam jaringan komunikasi sapi potong. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei deskriptif korelasional, terhadap 125 sampel kepala keluarga peternak sapi potong yang terhimpun dalam dua kelompok peternak kategori maju dan dua kelompok kurang maju, yang berdomisili dan berusaha di tiga kabupaten yakni Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Kabupaten Sukohardjo Jawa 12 Tengah dan Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta. Penentuan kabupaten dan penentuan kelompok terpilih dilakukan secara purposif, didasarkan data tingkat kemajuan kelompok peternak dari kantor Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemanfaatan media massa di kelompok peternak tersebut cenderung telah berubah, yakni dominan terdedah televisi dan radio, yang bukan sepenuhnya dalam mendapatkan informasi teknologi sapi potong tetapi lebih untuk memperoleh berita dan hiburan, karena informasi teknis peternakan tidak disajikan. Perilaku aktif mencari informasi dan mengklarifikasi informasi sapi potong (melalui saluran kosmopolit) lebih tinggi pada peternak maju, yang ternyata berkorelasi sangat nyata dengan tingkat pendidikan peternak. Tingkat pendidikan peternak juga berkorelasi sangat nyata dengan kelas ekonomi, sehingga peternak berpendidikan lebih tinggi, kelas ekonominya cenderung tinggi dan cenderung membuat jejaring komunikasi sendiri, aktif mencari, mengklarifikasi dan memanfaatkan informasi sesuai kebutuhan. Analisis Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji adanya perubahan perilaku komunikasi, dalam arti tingkat penggunaan media massa oleh para peternak dalam memanfaatkan pesan penyuluhan sapi potong, dan untuk menganalisis tingkat partisipasi peternak dilihat dari peran-peran komunikasi yang mereka lakukan dalam jaringan komunikasi sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan televisi tidak terlalu berpengaruh terhadap informasi teknologi sapi potong karena tidak ada yang menayangkan berita tentang informasi teknologi sapi potong tersebut. Jurnal ini sudah cukup baik karena tujuan, metode, dan hasil saling berkesinambungan. 6. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis : : : : ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : Diunduh : : : : Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Maluku 2011 Jurnal Elektronik Rahima Kaliky , Sunarru Samsi Hariyadi , Sri Peny Wastutiningsih , P. Wiryono Priyotamtomo 1858-1226 Yogyakarta, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 08(02):151- 165 http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/II P07022011RahimaKaliky.pdf 5 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Salah satu upaya untuk membantu petani agar keluar dari permasalahan kemiskinan adalah memproduktifkan lahan dan meningkatkan produktivitas pertaniannya. Menurut Suryana (2005), permasalahan mendasar yang berkaitan dengan upaya menjadikan pertanian sebagai landasan bagi pembangunan ekonomi nasional diantaranya adalah proses difusi teknologi pertanian di tingkat petani. Berbicara tentang adopsi dan difusi teknologi pertanian tidak dapat dilepaskan dengan proses penyuluhan pertanian. Hal pokok yang dibicarakan dalam penyuluhan pertanian adalah penggabungan pengetahuan 13 dan keputusan sehingga faktor-faktor tanah, air, iklim dan modal dapat didayagunakan secara optimal.Penyuluhan pertanian memformulasikan dan mendiseminasikan pengetahuan dan mengajari petani untuk menjadi menejer di dalam usahanya sendiri. Dalam upaya membantu petani untuk mencapai tujuannya para penyuluh dapat memanfaatkan berbagai cara seperti dikemukakan oleh van den Ban dan Hawkins (1999) yaitu: memberi nasehat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu masalah; menambah kisaran alternatif yang dapat menjadi pilihannya; memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari masing-masing alternatif; membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting; membantunya dalam mengambil keputusan secara sistematis baik secara perorangan maupun berkelompok, membantunya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan; dan mendorongnya untuk tukar menukar informasi dengan rekan petani. Tingkat pendidikan penyuluh pertanian di Maluku masih didominasi setingkat SLTA. Rendahnya tingkat pendidikan berdampak padakinerja penyuluh, yang terlihat dari reratapenyuluh yang menyusun program penyuluhan pertanian hanya 37 persen dan dari persentasetersebut 52 persen dari penyuluh yang menyusun program penyuluhan ternyata tidak mengintegrasikan program penyuluhannya dengan program pembangunan pertanian yang ada di daerah tersebut. Terdapat 46,7 persen penyuluh kurang mampu dalam menyiapkan naskah penyuluhan dalam bentuk naskah siaran radio dan TV, sertamedia cetak. Pada tahun 2010 penyuluh di Maluku dapat menggunakan internet baru 13,7 persen. 80 persen penyuluh mengandalkan tabloid SinarTani sebagai sumber informasi teknologi pertanian. Analisis Pustaka Jurnal ini menganalisis bentuk-bentuk pendekatan penyuluhan yang biasa dilakukan penyuluh kepada masyarakat Maluku. Hasil menunjukkan bahwa penyuluh pertanian di Maluku umumnya tidak melakukan pendekatan massal guna menambah pengetahuan petani. Alasan yang dikemukakan oleh penyuluh terhadap hal tersebut karena keterbatasan kemampuan dan tidak adanya dana dan fasilitas lainnya. Sebagai gantinya, pendekatan menggunakan tabloid Sinar Tani sebagai media massa penyebar informasi pertanian. Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan metode acak sederhana.Metode ini dirasa kurang tepat digunakan dalam penelitian sosial. 14 7. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis : : : : ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : Diunduh : : : : Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari-Papua Barat 2007 Jurnal Elektronik Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto 1858-2664 Bogor, Institut Pertanian Bogor Jurnal Penyuluhan 3 (02) hal: 110-118 http://mfile.narotama.ac.id/files/umum/jurnalipb/prosesad opsiinovasipertaniansukupedalamanarfakdikabupatenman okwari.pdf 5 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka Penelitian yang dilakukan di provinsi Papua Barat ini meneliti tentang proses adopsi inovasi yang terjadi di masyarakat petani Pedalaman Arfak, kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani Arfak masih didominasi oleh pertanian tradisional (subsistens). Inovasi yang masuk cenderung diadopsi sementara kemudian ditinggalkan karena ditakutkan akan mengganggu sistem norma yang mereka anut. Hasil penelitian Boef et al.(1993) bahwa gagalnya masyarakat mengadopsi teknologi anjuran bukan disebabkan mereka konservatif, tetapi lebih dikarenakan rancang-bangun teknologi anjuran yang bersifat top-down sehingga tidak sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi dan ekologi masyarakat tani di daerah itu. Lebih jelasdiungkap oleh Susanto (1985), Fujisaka (1993), Pretty (1995), penyebab para petani menolak teknologi inovasi adalah Teknologi yang direkomendasikan seringkali tidak menjawab masalah yang dihadapi petani sasaran; Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan teknologi lokal yang sudah ada; Inovasi teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani karena kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, norma budaya, pranata sosial dan kebiasaan masyarakat setempat; Penerapan teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan yang diperoleh para petani sebagai adopter kurang memadai; Sistem dan strategi penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat, tidak informatif dan tidak dimengerti; Ketidak-pedulian petani terhadap tawaran teknologi baru, seringkali akibat pengalaman kurang baik di masa lalu dan telah merasa puas dengan apa yang dirasakan saat ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak empat distrik dengan menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan dan menguraikan fenomena yang diamati ketika melakukan pengujian hipotesa. Penelitian ini selain bersifat mengembangkan fenomena juga untuk menemukan fenomena penolakan adopsi inovasi. 15 Hasil menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada proses adopsi inovasi. Pada tahap kesadaran pengetahuan,proses adopsi dapat berjalan baik (cepat) manakala ada pengaruh faktor kebutuhan belajar yang tinggi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah karakteristik sosial ekonomi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1987), pengetahuan “teknis” (psikomotor) yang paling diperlukan oleh seorang adopter yaitu cara pemakaian atau penggunaan suatu inovasi. Adopter harus mengetahui seberapa banyak inovasi itu dapat memberikan keamanan baginya, bagaimana cara menggunakan inovasi itu sebaik-baiknya. Ditambahkan Rogers dan Shoemaker, bahwa pengetahuan “prinsip” (afektif) adalah berkenanan dengan prinsip-prinsip berfungisnya suatu inovasi. Selanjutnya pada tahap persuasiffaktor yang mempengaruhi berjalannya adopsi inovasi adalah faktor kesesuaian inovasi dengan kebutuhan dan sosial budaya setempat. Mereka sulit mengadopsi inovasi yang tidak dibutuhkan dan tidak sesuai dengan teknologi lokal (kearifan tradisional) yang sudah mereka miliki sebelumnya. Pada tahap keputusan, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerimaatau menolak inovasi. Pada penelitian ini, saluran komunikasi yang masih aktif dilakukan kepada petani Arfak adalah menggunakan komunikasi vertikal (top down) yaitu dari Pemerintah, Kepala Suku, dan Pendeta. Pola komunikasi vertikal ini yang menjadi faktor penghambat pengadopsian inovasi. Analisis Pustaka Jurnal ini menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses adopsi inovasi. Pertanian di daerah Papua Barat masih subsisten dikarenakan sebagian besar masyarakat Papua Barat takut untuk menerima inovasi baru yang diberikan oleh pemerintah. Ketakutan tersebut dikarenakan kecurigaan masyarakat terhadap inovasi tersebut akan merusak norma atau tidak. Penelitian ini menghasilkan beberapa faktor penghambat proses adopsi ekonomi antara lain faktor ekonomi, faktor kesesuaian inovasi, dan faktor pola komunikasi yang vertikal. 8 Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran di Provinsi Jawa Barat 2007 Jurnal Elektronik : : : Mariati Tamba dan Ma’mun Sarma 1858-2664 Bogor, Institut Pertanian Bogor : : : Diunduh : Jurnal Penyuluhan 03(1):24-34 http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43 047/Mariati20Tamba.pdf?sequence=1 19 Desember 2014 Ringkasan Pustaka Penyuluhan seharusnya dapat memberi pelayanan informasi bagi masyarakat petani agar mereka dengan kemampuan mereka sendiri dapat terus melakukan pembangunan pertanian secara berkelanjutan. Namun terdapat masalah utama dalam pelayanan jasa dan informasi pertanian yaitu rendahnya tingkat kebutuhan petani terhadap berbagai informasi pertanian dan komitmen pemerintah dalam penyediaan informasi pertanian 16 bagi petani sayuran. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kebutuhan informasi pertanian untuk mendukung usaha sayuran dalam mengembangkan usahatani para petani di daerah Jawa Barat. Menurut Rogers (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga orang melangkah pada tahap sadar akan adanya suatu inovasi, yaitu: (1) pengalaman sebelumnya, (2) kebutuhan yang dirasakan, (3) keinovatifan, dan (4) nilai-nilai dari sistem sosial. Bradfors (1961) mengemukakan bahwa orang akan bisa kreatif dan produktif jika individu tersebut dilatih kesadarannya. Pendapat ini menunjukkan, bahwa ada hubungan antara tingkat kesadaran individu terhadap pentingnya informasi (kesadaran terhadap kebutuhan) dengan tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara penelitian menerangkan (explanatory research) dengan penelitian deskriptif (descriptive research). Objek penelitiannya adalah petani sayuran dengan unit analisis rumah tangga tani atau keluarga yang mempunyai mata pencaharian utama sayuran. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder, yang diperoleh dengan menggunakan pengamatan langsung, wawancara, indepth interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang menentukan tingkat kebutuhan informasi pertanian dari petani sayuran yaitu: (1) status sosial ekonomi petani, (2) tingkat kesadaran petani akan pentingnya informasi, (3) kemampuan petani untuk akses ke sumber informasi pertanian, (4) tingkat motivasi petani, (5) tingkat keinovatifan petani, dan (6) tingkat kebutuhan petani terhadap berbagai informasi pertanian. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) tingkat kesadaran petani sayuran akan pentingnya informasi umumnya masih rendah karena petani berkembang masih fokus pada kegiatan rutin usahatani dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya, sedangkan petani maju pesimis akan ketersediaan informasi yang dibutuhkan tersedia di wilayah atau desanya, (2) kemampuan petani dalam mengakses informasi, umumnya masih rendah dan kemampuan petani maju dalam mengakses informasi lebih tinggi dari petani berkembang, karena terkait dengan biaya yang dimiliki untuk akses ke sumber informasi, dan (3) secara keseluruhan baik petani maju maupun petani berkembang sama-sama membutuhkan berbagai informasi pertanian. Perbedaannya adalah dalam hal tingkat kebutuhan untuk masing-masing jenis informasi dan tingkat motivasi petani maju lebih tinggi dari petani berkembang. Analisis Pustaka Sebelum melakukan suatu penyuluhan atau pemberian inovasi kepada masyarakat, seharusnya penyuluh harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Terdapat banyak proses adopsi inovasi yang terhambat pelaksanaannya karena ketidaktahuan penyuluh terhadap kebutuhan tersebut. Menurut Rogers (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga orang melangkah pada tahap sadar akan adanya suatu inovasi, yaitu: Pengalaman sebelumnya; Kebutuhan yang dirasakan; Keinovatifan; dan Nilai-nilai dari sistem sosial. 17 9. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis ISSN Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL : : : : : : Diunduh : : : : Keadaan Sosial Ekonomi Petani Sayuran (Studi Kasus Di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah, Kota Ambon) 2011 Jurnal Elektronik R.Milyaniza Sari 1858-4322 Ambon, Universitas Pattimura Jurnal Budidaya Pertanian 7 (1):47-52 http://paparisa.unpatti.ac.id/paperrepo/ppr_iteminfo_lnk.p hp?id=31 3 Desember 2014 Ringkasan Pustaka Permintaan produk pangan sayuran juga makin meningkatseiring laju pertumbuhan penduduk yang pesat, kondisi inilah yang tetap menjadikan usahatani sayuran sebagai alternatif usaha terfavorit dikalangan petani terutama petani kecil baik di perdesaan maupun diperkotaan. Ciri penting pada petani kecil adalah terbatasnya sumberdaya yang dimiliki, dimana pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan sempit yang terkadang disertai dengan ketidakpastian pengelolaannya, lahan yang dikelola sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesehatan petani kecil relatif juga sangat rendah, mereka sering terjerat hutang dan tidakterjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi (Soekartawi 1986). Petani umumnya tumbuh dan dewasa dalam menjalankan usahataninya melalui proses belajar dari orang tua, kondisi maupun lingkungannya. Sebagaimana yang kita ketahui profesi petani sayuran biasanya dijalani baik sebagai profesi warisan, pilihan ataupun alternatif terakhir karena sempitnya peluang kerja pada bidang lain, karena itulah prilaku orang tua dan tradisi atau kebiasaan setempat dimana mereka berada, sangat berpengaruh dalam gerak usahatani mereka. Sebagai petani kecil dengan lingkungan sosial ekonomi yang dihadapi, mereka telah berbuat rasional dalam mencapai pendapatan yang maksimal dengan sumberdaya yang ada dan karena keterbatasan sumber-sumber yang dikuasai kebanyakan petani kecil termasuk didalamnya petani sayuran memilih alternatif teraman agar selamat dan tidak menanggung resiko (Hernanto 1991). Metode penelitian yang digunakan adalah metoda survei, informasi dan data diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan responden dipandu kuisioner. Objek penelitian adalah 40 KK petani sayuran yang diperoleh dengan pengambilan contoh sistematik pada lokasi Dusun Kembang Buton WaraDesa Batu Merah. Identitas umur responden terendah berumur 18 tahun dan tertinggi 68 tahun dengan sebaran umur responden adalah 18-24 tahun sebesar lima persen, 25-34 tahun sebesar 20 persen, 35-44 tahun sebesar 30 persen, 45-54 tahun sebesar 32,5 persen, 55-64 tahun sebesar 10 persen dan 65+ sebesar 2,5 persen. Presentasi ini menunjukan dominasi tingkat usia produktif pada kegiatan pengelolaan usahatani sayuran. Identitas pendidikan responden menurut tingkat pendidikan distribusinya adalah tidak bersekolah 12,5 persen, tidak tamat SD 37,5 persen, tamat SD 32,5 persen, tamat SMP 10 persen, 18 tamat SMU 5 persen dan sarjana 2,5 persen, dari sebaran ini menunjukan sebagian besar petani sayuran bertingkat pendidikan tidak tamat SD. Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk Dusun Kembang Buton Wara, diketahui; 85 persen petani sayuran merangkap pekerja serabutan, 10 persen pedagang, tiga persen pegawai swasta dan dua persen Pegawai Negeri Sipil dan pensiunan. Usahatani sayuran merupakan jenis usahayang telah lama dipraktekkan oleh penduduk Dusun Kembang Buton Wara secara turun-temurun hingga saat ini dan berperan sebagai sumber mata pencaharian ataupendapatan utama. Pelaksanaan usahatani sayuran di Dusun Wararata-rata cukup intensif dan kontinue hanya saja cara pembudidayaan dan teknologi yang diterapkan masih bersifat tradisional dan sederhana, ini terlihat dari minimnya penguasaan teknik budidaya dan peralatan pertanian yang dipakai. Pada pengelolaan lahan misalnya; rata-rata petani masih mengandalkan tenagakerja manusia dengan penggunaan peralatan yang sederhana dan terbatas pada cangkul, parang dan garu sedangkan pada pengaturan pengairan dominan menggunakan ember atau hitter dengan jarak angkut sumberair ke lahan relatif cukup jauh. Terbatasnya modal yang dimiliki petani sayuran merupakan masalah utama dalam usahanya memperluas dan mengembangkan usahatani sayuran mereka. Kekurangan modal pada usahatani sayuran biasanya disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan sosial. Beberapa diantara faktor tersebut yakni; tanah usahatani yang sempit, pendapatan yang rendah, tingkat teknologi yang rendah, tingkat manajemen petani yang rendah,kepadatan penduduk dan politicall will yang tidak memihak petani. Menurut Rompolemba et. al. (2010), usahatani sayuran merupakan usahatani intensif yang membutuhkan biaya produksi tergolong tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, oleh karena itupetani umumnya menanam jenis sayuran yang disesuaikan dengan ketersediaan biaya. Usahatani sayuran merupakan jenis usaha turun-temurun dan merupakan sumber mata pencaharian atau pendapatan utama dimana tingkat ketergantungan petani adalah sebesar 0,47 dan menyerap tenaga kerja cukup besar. Analisis Pustaka Jurnal yang ditulis oleh R. Mulyaniza Sari ini memiliki kekurangan tidak menyebutkan tujuan penelitian di dalam jurnalnya. Jurnal ini berisi tentang karakteristik dan keadaan sosial ekonomi petani sayuran yang ada di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah. Kekurangan lainnya dari jurnal ini adalah hasil dan pembahasan dalam jurnal tidak dipisah dengan sub-sub judul. Hal tersebut membuat pembahasan kurang spesifik. Namun jurnal ini berguna untuk mengetahui karakteristik petani sayuran. 19 10. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pusta Nama Penulis : : : : Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Alamat URL Diunduh : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Pada Organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen 2008 Jurnal Elektronik Lisana Widi Susanti, Ir. Sugihardjo, MS , Dr. Ir. Suwarto, Msi Solo, Universitas Sebelas Maret : : : : Jurnal Fakultas Pertanian UNS Agritext No 24 http://fp.uns.ac.id/jurnal/download.php?file=Agritex-4.pdf 4 Desember 2014 Ringkasan Pustaka Pertanian organik merupakan sebuah inovasi saat ini. Meskipun sebenarnya pertanian organik bukan hal baru karena sudah diterapkan oleh petani pendahulu. Petani menjadi bagian yangpenting dalam proses adopsi dan difusi inovasi. Hal ini dikarenakan petani adalah pihak yang mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang ada. Dalam proses pengambilan keputusan tentunya tidak hanya ditentukan oleh petani. Proses ini jugadipengaruhi oleh faktor-faktor di luar petani dan sifat dari inovasi itu sendiri. Hal itulah yang coba dikaji dalam penelitian ini. Termasuk seberapa besar pengaruh faktor-faktor, baik intern ataupun ekstern, mempengaruhi pengambilan keputusan petani terhadap suatu inovasi,yaitu budidaya padi organik. Tujuan penelitian ini antara lain : (1) Mengkaji pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. (2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. (3) Mengkaji seberapa jauh terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik. Adopsi, dalam proses penyuluhan,pada hakekatnya dapat diartikan sebagaiproses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap(affective), maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan,dan atau keterampilannya (Mardikanto et.al. 1996). Adopsi terhadap inovasi dipengaruhi oleh variabel kependudukan, karakteristik teknologi, sumber informasi, pengetahuan, kesadaran, sikap dan pengaruh kelompok. Adopsi terhadap inovasi merujuk kepada keputusan untuk menerapkan suatu inovasi dan terus menerus menggunakannya. Hal ini sebagaimana disampaikan Oladele (2005) dalam situs Agr.hr (2008). 20 Sifat inovasijuga akan menentukan kecepatan adopsi inovasi. Dikemukakan oleh Hanafi(1987), ada lima macam sifat inovasiyang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi, yaitu: 1. Keuntungan relatif, adalah tingkatan yang menunjukkan suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis, 2. Kompabilitas(keterhubungan inovasi dengan situasi klien), adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel, 3. Kompleksitas (kerumitan inovasi), adalah tingkat di mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan, 4. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi), adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, 5. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi), adalah tingkat di mana hasilhasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Penelitian ini dilaksanakan padabulan Maret 2008 di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo KabupatenSragen. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif . Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei. Pemilihan atau penetapan lokasipada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006). Proses pengambilan keputusan petani untuk mengadopsi inovasi dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dikaji dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas usahatani dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor ekstern yang dikaji dalam penelitian ini adalah lingkungan ekonomi, lingkungan sosialdan sifat inovasi. Proses pengambilan keputusan terdiri dari empat tahap yaitu pengenalan, persuasi,keputusan dan konfirmasi. 1. Pada tahap pengenalan ini dikaji pengetahuan petani mengenai budidaya padi organik melalui kelima tahap budidaya padi yaitu penyiapan benih, pengolahan lahan atau penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, panen dalam budidaya padi organik. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa petani responden di Desa Sukorejo sebagian besar, 23 petani (38,33%) mengetahui kelima tahap budidaya padi organik. 2. Tahap kedua dalam proses pengambilan keputusan adalah tahap persuasif. Setelah mengenal budidaya padi organik maka petani akan membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap budidaya padi organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani membentuk sikap berkenan terhadap budidaya padi organik. 3. Tahap selanjutnya adalah keputusan. Setelah membentuk sikap terhadap budidaya padi organik maka petani terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi dalam hal ini penerapan budidaya padi organik. Karena petani berkenan terhadap budidaya padi organik maka petani mengambil keputusan untuk menerapkan budidaya padi organik. 4. Setelah petani mengambil keputusan untuk menerapkan budidaya padi organik petani mencari penguat (konfirmasi) bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya, baik melalui pengalaman ataupun informasi dari sumber informasi yang ada. Sebagian besar petani terus menerapkan budidaya padi organik. Usaha petani responden Desa Sukorejo mencari informasi untuk menguatkan keputusan 21 sebagian besar masih rendah. Sebagian besar petani hanya mencari informasi dari satu sumber informasi saja, yaitu penyuluh atau tokoh masyarakat. Hubungan faktor internal dan eksternal petani dengan keputusan petani dalam penerapan pertanian organik: 1. Hubungan Umur Petani dengan Pengambilan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik: umur tidak mempengaruhi pengambilan keputusan. 2. Hubungan Pendidikan Petani dengan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik tingkat pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian organik. Menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Pendidikan formal dan pendidikan non formal petani Desa Sukorejo sebagian besar masih rendah. Pengetahuan dan pengalaman mereka dalam usahatani yang mereka peroleh dari pendidikan informal mampu mendorong mereka sehingga cepat dalam mengadopsi inovasi penerapan pertanian organik. 3. Hubungan Luas Lahan Usahatani dengan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik luas usahatani tidak mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan penerapan pertanian organik. 4. Hubungan Tingkat Pendapatan Petani dengan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik tingkat pendapatan petani tidak mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian organik. 5. Hubungan antara Lingkungan Sosial Petani dengan Keputusan Petanidalam Penerapan Pertanian Organik lingkungan sosial masyarakat Desa Sukorejo sangat mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian organik 6. Hubungan antara Lingkungan Ekonomi Petani dengan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik lingkungan ekonomi masyarakat Desa Sukorejo mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian organik. 7. Hubungan antara Sifat Inovasi dengan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Organik sifat inovasi tidak mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan penerapan pertanian organik di Desa Sukorejo. Menurut Hanafi (1987), ada lima macam sifat inovasi yang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi, yaitu: (a) keuntungan relatif; (b) kompabilitas (keterhubungan inovasi dengan situasi klien); (c) kompleksitas (kerumitan inovasi); (d) triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi); (e) observabilitas. Analisis Pustaka Jurnal ini meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan pengambilan keputusan oleh petani. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa tahapan pengambilan keputusan inovasi yaitu pengenalan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi. Tahapan ini berbeda dengan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi yang diungkapkan Rogers (1983) dalam Mugniesyah (2005) yang menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan ada lima langkah yaitu pengenalan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Adopsi Inovasi Adopsi, dalam proses penyuluhan, pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yangberupa: pengetahuan (cognitive), sikap(affective), maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan di sini mengandung arti tidaksekadar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaaninovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto et al.1996). Adopsi terhadap inovasi dipengaruhi oleh variabel kependudukan, karakteristik teknologi, sumber informasi, pengetahuan, kesadaran, sikap dan pengaruh kelompok. Adopsi terhadap inovasi merujuk kepada keputusan untuk menerapkan suatu inovasi dan terus menerus menggunakannya. Hal ini sebagaimana disampaikan Oladele (2005) dalam situs Agr.hr (2008). Sifat inovasijuga akan menentukan kecepatan adopsi inovasi. Dikemukakan oleh Hanafi(1987), ada lima macam sifat inovasiyang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi, yaitu: 1. Keuntungan relatif, adalah tingkatan yang menunjukkan suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis, 2. Kompabilitas(keterhubungan inovasi dengan situasi klien), adalah sejauhmana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel, 3. Kompleksitas (kerumitan inovasi), adalah tingkat di mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan, 4. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi), adalah suatu tingkat inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, 5. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi), adalah tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil penelitian Boef et al. (1993) bahwa gagalnya masyarakat mengadopsi teknologi anjuran bukan disebabkan mereka konservatif, tetapi lebih dikarenakan rancang-bangun teknologi anjuran yang bersifat top-down sehingga tidak sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi dan ekologi masyarakat tani di daerah itu. Lebih jelas diungkap oleh Susanto (1985), Fujisaka (1993), Pretty (1995), penyebab para petani menolak teknologi inovasi adalah: Teknologi yang direkomendasikan seringkali tidak menjawab masalah yang dihadapi petani sasaran; Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan teknologi lokal yang sudah ada; Inovasi teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani karena kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, norma budaya, pranata sosial dan kebiasaan masyarakat setempat; Penerapan teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan yang diperoleh para petani sebagai adopter kurang memadai; 26 Sistem dan strategi penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat, tidak informatif dan tidak dimengerti; Ketidak-pedulian petani terhadap tawaran teknologi baru, seringkali akibat pengalaman kurang baik di masa lalu dan telah merasa puas dengan apa yang dirasakan saat ini. Selain faktor yang menghambat proses adopsi inovasi, menurut Rogers (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga orang melangkah pada tahap sadar akan adanya suatu inovasi, yaitu: (1) pengalaman sebelumnya, (2) kebutuhan yang dirasakan, (3) keinovatifan, dan (4) nilai-nilai dari sistem sosial. Dari hasil penelitian Tamba dan Sarma (2007) faktor yang menentukan tingkat kebutuhan informasi pertanian dari petani yaitu: (1) status sosial ekonomi petani, (2) tingkat kesadaran petani akan pentingnya informasi, (3) kemampuan petani untuk akses ke sumber informasi pertanian, (4) tingkat motivasi petani, (5) tingkat keinovatifan petani, dan (6) tingkat kebutuhan petani terhadap berbagai informasi pertanian. Dari berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa proses mengadopsi inovasi di masyarakat seringkali terhambat. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor penghambat, salah satunya adalah kurangnya kesadaran akan kebutuhan informasi. Selain menjadi faktor penghambat, kebutuhan informasi juga menjadi faktor pendorong masyarakat untuk mengadopsi suatu inovasi. Faktor yang menentukan kebutuhan informasi tersebut antara lain status sosial ekonomi petani, tingkat kesadaran petani akan pentingnya informasi, kemampuan petani untuk akses ke sumber informasi pertanian, tingkat motivasi petani, tingkat keinovatifan petani dan tingkat kebutuhan petani terhadap berbagai informasi pertanian. Pengambilan Keputusan Inovasi Proses pengambilan keputusan petani untuk mengadopsi inovasi dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dikaji dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas usahatani dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor eksternyang dikaji dalam penelitian ini adalah lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan sifat inovasi. Proses pengambilan keputusan terdiri dari empat tahap yaitu pengenalan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mugniesyah (2005), proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yaitu: 1. Tahap pengenalan. Pada tahap ini individu mulai mengenal tentang adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana fungsi atau kegunaan dari inovasi tersebut. 2. Tahap persuasi. Pada tahap ini individu membentuk sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi. 3. Tahap selanjutnya adalah keputusan. Pada tahap ini individu melakukan aktivitas-aktivitas yang akan membawanya kepada membuat suatu pilihan untuk memutuskan menerima atau menolak inovasi. 4. Tahap implementasi. Pada tahap ini individu melaksanakan dalam kehidupan nyata inovasi yang telah dia ambil. 5. Tahap terakhir adalah konfirmasi. Pada tahap ini individu mencari penguatan atau pengukuhan atas keputusan inovasi yang telah dibuatnya, akan tetapi dia dapat mengubah keputusannya yang terdahulu, jika dia diperkenalkan pada infromasi yang bertentangan dengan inovasi yang telah dia adopsi atau dia tolak sebelumnya. 27 Media Massa Salah satu faktor yang diharapkan dapat mempengaruhi laju adopsi adalah saluran komunikasi. Saluran komunikasi adalah cara-cara yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari sumber kepada penerima, yang dapat dibedakan ke dalam: (1) interpersonal, atau antar pribadi dan (2) media massa (Berlo 1960, Rogers dan Shoemaker 1971). Saluran media massa adalah semua alat-alat yang dapat mentrasmisikan pesan-pesan yang menggunakan media massa seperti radio, televisi, film, surat kabar, majalah dan sejenisnya; yang memungkinkan suatu sumber yang terdiri atas satu atau beberapa individu dapat mencapai sejumlah besar atau khalayak (Mugniesyah 2006). Pengaruh media massa sebagian besar tidak langsung (Klapper 1960, Oomkes 1986, Van Woerkum 1999), karena media massa sebagian besar melayani dengan cara membuat “agenda” untuk didiskusikan lebih lanjut di antara audiens. Jadi mereka dapat mempengaruhi tentang apayang dibicarakan orang, tetapi tentang bagaimanaorang berbicara merupakan sesuatau yang tergantung orang di mana para aktor masuk dan ikut membicarakannya (Leeuwis 2009). Berbicara tentang fungsi media massa,Wright(1959) membagi media komunikasi berdasarkan sifat dasar pemirsa, sifat dasar pengalaman komunikasi, dan sifat dasar pemberi informasi. Lasswell(1984),pakar komunikasi dan profesor hukum di Yale University mencatat ada tiga fungsi media massa, pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain ketiga fungsi ini, Wright menambahkan fungsi keempat yakni hiburan (Severin2005) Bersama-sama dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, pers (Media) berada dalam keterikatan organisasi bernama negara. Karenanya eksistensi pers dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh falsafah negara dan sistem politik negara dimana pers itu hidup. Pers di negara mana dan dimasyarakat mana, ia berada sama-sama mempunyai fungsi universal yakni : (1) Memberikan Informasi (to inform ) Menyiarkan informasi adalah tugas surat kabar yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya. (2) Mendidik ( to educate ) Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana (3) Fungsi Menghibur ( to entertaint ) Hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi beritaberita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat-berat. (4) Mempengaruhi (to influence) Fungsi mempengaruhi, menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Secara implisit terdapat pada berita, sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. (5) Pengawasan (social control) 28 Jika surat kabar benar melaksanakan tugas sosial kontrolnya, akan banyak tantangan yang harus dijawab dengan sikap yang berani dan bijaksana. Dalam suatu situasi, surat kabar bisa dihadapkan kepada dua alternatif, mati terhormat karena memang prinsip, atau hidup tidak terhormat disebabkan tidak mempunyai kepribadian (Effendi dan Uchjana 1981). Schramm mengemukakan berbagai hal yang dapat dilakukan oleh media massa yang meliputi: (1) memperluas wawasan atau cakrawala pemikiran, (2) memusatkan perhatian khalayak terhadap pesan komunikasi, (3) menumbuhkan aspirasi, (4) menciptakan suasana membangun, (5) mampu mengembangkan dialog tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah politik, (6) mengenalkan norma-norma sosial, (7) menumbuhkan minat atau selera, dan (8) merubah sikap. (Depari dan MacAndrews 1995) Media massa berperan sebagai agen pembaharu (agent of change) dalam pembangunan. Media massa mempercepat peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen. Kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan lambat laun akan hilang. Kontak antar budaya secara berangsur-angsur akan mengubah kebiasaan dan kepercayaan (Schramm dalam Depari dan McAndrew, 1991).Hasil penelitian Rogers (dalam Depari & MacAndrew, 1991) menunjukkan bahwa media massa berperan secara efektif dalam mengubah pendapat, sedangkan komunikasi antar pribadi umumnya efektif dalam mengubah sikap atau memperkuat nilai dan kepercayaan khalayak sasaran. Rahmat dalam Satmoko (1994) membagi efek komunikasi menjadi tiga, yaitu: efek kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek kognitif berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan atau informasi. Efek afektif adalah perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yaitu pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku. Mengacu kepada berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa media memiliki fungsi yang universal yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, mempengaruhi, dan pengawasan. Sedangkan dalam pembangunan, media massa berperan sebagai agen pembaharu. Media Massa dalam Adopsi Inovasi Rogers dan Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa teknologi yang senantiasa berubah merupakan sebagian dari konsep yang disebut inovasi (innovation). Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai baru oleh seseorang individu. Suatu inovasi senantiasa mencakup dua komponen, yaitu: (1) komponen gagasan (idea) dan (2) komponen objek (object), yakni material atau aspek fisik produk dari suatu gagasan (Mugniesyah 2005). Inovasi bukanlah hal yang mudah diterima oleh masyarakat. Hasil penelitian Boef et al. (1993) mengungkapkan bahwa gagalnya masyarakat mengadopsi teknologi anjuran bukan disebabkan mereka konservatif, tetapi lebih dikarenakan rancang-bangun teknologi anjuran yang bersifat top-down sehingga tidak sesuai dengan kondisi sosioekonomi dan ekologi masyarakat tani di daerah itu. Lebih jelas diungkap oleh Susanto (1985), Fujisaka (1993), Pretty (1995), penyebab para petani menolak teknologi inovasi adalah: (1) Teknologi yang direkomendasikan seringkali tidak menjawab masalah yang dihadapi petani sasaran; 29 (2) Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan teknologi lokal yang sudah ada; (3) Inovasi teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani karena kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, norma budaya, pranata sosial dan kebiasaan masyarakat setempat; (4) Penerapan teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan yang diperoleh para petani sebagai adopter kurang memadai; (5) Sistem dan strategi penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat, tidak informatif dan tidak dimengerti; (6) Ketidak-pedulian petani terhadap tawaran teknologi baru, seringkali akibat pengalaman kurang baik di masa lalu dan telah merasa puas dengan apa yang dirasakan saat ini. Selain faktor yang menghambat, terdapat faktor yang mempengaruhi orang melangkah pada tahap sadar akan adanya suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga orang melangkah pada tahap sadar akan adanya suatu inovasi, yaitu: (1) pengalaman sebelumnya, (2) kebutuhan yang dirasakan, (3) keinovatifan, dan (4) nilai-nilai dari sistem sosial. Proses pengambilan keputusan petani untuk mengadopsi inovasi dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dikajidalam penelitian ini adalah umur,pendidikan, luas usahatani dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor ekstern yang dikaji dalam penelitian ini adalah lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan sifat inovasi. Proses pengambilan keputusan terdiri dari empat tahap yaitu pengenalan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. (1) Pada tahap pengenalan ini dikaji pengetahuan petani mengenai budidaya padi organik melalui kelima tahap budidaya padi yaitu penyiapan benih, pengolahan lahan atau penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, panen dalam budidaya padi organik. (2) Tahap kedua dalam proses pengambilan keputusan adalah tahap persuasif. Setelah mengenal budidaya padi organik maka petani akan membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap budidaya padi organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani membentuk sikap berkenan terhadap budidaya padi organik. (3) Tahap selanjutnya adalah keputusan. Setelah membentuk sikap terhadap budidaya padi organik maka petani terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi dalam hal ini penerapan budidaya padi organik. Karena petani berkenan terhadap budidaya padi organik maka petani mengambil keputusan untuk menerapkan budidaya padi organik. (4) Setelah petani mengambil keputusan untuk menerapkan budidaya padi organik petani mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya, baik melalui pengalaman atau pun informasi dari sumber informasi yang ada. Sebagian besar petani terus menerapkan budidaya padi organik. Usaha petani responden Desa Sukorejo mencari informasi untuk menguatkan keputusan sebagian besar masih rendah. Sebagian besar petani hanya mencari informasi dari satu sumber informasi saja, yaitu penyuluh atau tokoh masyarakat (konfirmasi). Untuk membantu mempercepat pengambilan keputusan inovasi di kalangan masyarakat, media merupakan salah satu jawabannya. Menurut ( Effendi dan Uchjana 1981), fungsi media antara lain memberikan informasi, mendidik, menghibur, mempengaruhi, dan pengawasan. Sedangkan dalam pembangunan, media massa berperan sebagai agen pembaharu. 30 Mengacu dari berbagai literatur proses adopsi inovasi tidak selalu mudah diterima oleh masyarakat petani. masuknya inovasi baru terkadang menyebabkan masyarakat petani takut dan mencurigai inovasi tersebut akan merusak norma yang selama ini ada di lingkungan mereka. Selain itu, salah satu faktor penghambat lainnya adalah kurangnya kesadaran akan kebutuhan informasi pertanian. Media memiliki fungsi universal, salah satunya adalah fungsi memberikan informasi. Media berperan sebagai agen pembaharu dalam pembangunan. Media merupakan salah satu jawaban untuk mempercepat proses adopsi inovasi yang seringkali susah dilakukan di dalam suatu masyarakat, utamanya di kalangan petani. Beberapa contoh media massa antara lain televisi, radio, dan booklet. SIMPULAN Adopsi inovasi merupakan proses perubahan perilaku seseorang atau sekelompok orang yang telah menerima sesuatu yang baru. Inovasi adalah sesuatu yang dianggap baru oleh seseorang atau sekelompok orang. Adopsi adalah proses perubahan perilaku oleh seseorang atau sekelompok orang. Proses adopsi inovasi tidak selalu diterima oleh masyarakat petani. Masuknya inovasi baru terkadang menyebabkan masyarakat petani takut dan mencurigai inovasi tersebut akan merusak norma yang selama ini ada di lingkungan mereka. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain teknologi yang tidak menjawab permasalahan, teknologi yang sulit diterapkan, inovasi yang justru memunculkan masalah baru, teknologi yang membutuhkan biaya tinggi, sistem penyuluhan yang masih lemah, serta kurangnya kesadaran petani akan kebutuhan inovasi atau teknologi baru. Penyuluh akan dikatakan berhasil apabila petani mau menerapkan alternatif inovasi yang diberikan. Proses pengambilan keputusan inovasi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan, tahap persuasi, tahap keputusan, tahap implementasi, dan tahap konfirmasi. Tahap pengenalan yaitu tahap awal mengenalkan inovasi baru kepada seseorang atau sekelompok orang. Selanjutnya tahap persuasi adalah tahap seseorang merasa suka atau tidak suka. Selanjutnya tahap keputusan adalah tahapan seseorang sudah memutuskan untuk mengadopsi atau tidak inovasi tersebut. Tahap implementasi adalah penerapan dari inovasi tersebut, dan terakhir tahap konfirmasi adalah tahap seseorang mencari penguatan atas inovasi yang telah dilakukannya. Fungsi media massa adalah memperluas wawasan, memberikan informasi, persuasi, dan merubah sikap, sedangkan peran media massa dalam pembangunan adalah sebagai agen pembaharu. Media massa termasuk saluran komunikasi jarum suntik yaitu informasi yang dapat langsung menyebarkan berita secara luas. Penguatan media massa sebagian besar tidak langsung karena itulah media massa dapat digunakan untuk mempengaruhi. Media massa memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan inovasi karena media massa dapat digunakan untuk mengenalkan inovasi baru kepada petani membantu merubah sikap petani dari tidak mau mengadopsi menjadi mau. Profesi petani sayuran biasanya dijalani sebagai profesi warisan. Profesi warisan ini menjadikan tradisi budidaya mereka juga sebagai warisan. Petani sayuran seringkali melakukan usahatani dengan pengetahuan serta teknologi yang seadanya karena keterbatasan sumber-sumber yang dikuasai. Beberapa contoh media massa diantaranya adalah televisi, radio, dan booklet. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dari studi pustaka ini sebagai berikut : 1. Seberapa jauh hubungan keterlibatan petani sayuran pada proses pengambilan keputusan inovasi terhadap pengambilan keputusan adopsi? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan inovasi? 32 Kerangka Berpikir Pada keputusan adopsi inovasi, petani sayuran dapat memilih untuk melanjutkan mengadopsi, berhenti mengadopsi, menolak adopsi, dan mengadopsi kemudian. Adopsi inovasi ini dipengaruhi oleh proses pengambilan keputusan inovasi yang terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan, tahap persuasi, tahap keputusan, tahap implementasi dan tahap konfirmasi. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek atau objek yang dipandang baru oleh seseorang atau individu. Proses memasukkan suatu inovasi tidak selalu mudah. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain teknologi yang tidak menjawab permasalahan, teknologi yang sulit diterapkan, inovasi yang justru memunculkan masalah baru, teknologi yang membutuhkan biaya tinggi, sistem penyuluhan yang masih lemah, serta kurangnya kesadaran petani akan kebutuhan inovasi atau teknologi baru. Penyuluh dikatakan berhasil apabila petani mau menerapkan alternatif inovasi yang diberikan. Profesi petani sayuran biasanya dijalani baik sebagai profesi warisan, pilihan ataupun alternatif terakhir karena sempitnya peluang kerja pada bidang lain, karena itulah prilaku orang tua dan tradisi atau kebiasaan setempat dimana mereka berada, sangat berpengaruh dalam gerak usahatani mereka. Sebagai petani kecil dengan lingkungan sosial ekonomi yang dihadapi, mereka telah berbuat rasional dalam mencapai pendapatan yang maksimal dengan sumberdaya yang ada dan karena keterbatasan sumber-sumber yang dikuasai kebanyakan petani kecil termasuk di dalamnya petani sayuran memilih alternatif teraman agar selamat dan tidak menanggung resiko. Media memiliki fungsi seperti memperluas wawasan atau cakrawala, memberikan informasi, persuasi, dan merubah sikap. Media memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan inovasi. Selain media massa, faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan inovasi petani sayuran adalah faktor internal dan faktor eksternal petani sayuran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan inovasi petani sayuran terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari petani sayuran. Faktor internal tersebut antara lain umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan sosial yaitu seberapa tinggi dukungan dan pengaruh dari masyarakat sekitar dalam penggunaan inovasi serta lingkungan ekonomi yaitu tersedianya dana atau kredit usahatani, tersedianya sarana produksi dan peralatan usahatani, perkembangan teknologi pengolahan hasil, dan pemasaran hasil. Usulan kerangka analisis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi antara variabel X1(faktor internal) dengan indikator umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, dan pengalaman sebelumnya;variabel X2 (fungsi media massa) dengan indikator tingkat pengetahuan, kesesuaian informasi, kuatnya persuasi, dan perubahan sikap; variabel X3 (faktor eksternal) dengan indikator tingkat ekonomi dan dukungan sosial. Ketiga variabel tersebut (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap variabel Y1 (proses pengambilan keputusan inovasi) memiliki indikator tingkat pengenalan, tingkat persuasi, tingkat keputusan, tingkat implementasi, dan tingkat konfirmasi.Kemudian variabel Y1, akan mempengaruhi variabel Y2 (keputusan adopsi) dengan indikator adopsi, menolak, melanjutkan adopsi, berhenti adopsi, melanjutkan menolak, dan mengadopsi kemudian. 33 X1.Faktor internal yang mempengaruhi pengambilan keputusan: X1.1Umur X1.2 Tingkat Pendidikan X1.3 Tingkat Pendapatan X1.4 Luas Lahan X1.5 Pengalaman Sebelumnya X2.Fungsi Media Massa: X2.1Tingkat pengetahuan X2.2 Kesesuaian informasi X2.3 Kuatnya persuasi X2.4 Perubahan sikap Y1. Keterlibatan petani sayuran pada proses pengambilan keputusan inovasi petani sayuran: Y1.1 Tahap Pengenalan Y1.2 Tahap Persuasi Y1.3 Tahap Keputusan Y1.4 Tahap Implementasi Y1.5 Tahap Konfirmasi Y2 . Keputusan adopsi yang dilakukan oleh petani sayuran: Y2.1 Melanjutkan adopsi Y2.2 Berhenti adopsi Y2.3 Melanjutkan menolak adopsi Y2.4 Mengadopsi kemudian Ket: : mempengaruhi X3.Faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan: X3.1 Kekuatan ekonomi X3.2 Tingkat dukungan sosial Gambar 1. Kerangka Berpikir Pengambilan Keputusan Inovasi Petani Sayuran DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2014, 6 Agustus 2014. [internet]. [Dikutip 5 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/brsfile/pdb05agus14.pdf Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk Pedesaan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Kaliky R, Hariyadi SS, Wastutiningsih SP, Priyotamtomo PW.2011.Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Maluku. Dalam jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. [internet]. [Dikutip 5 Oktober 2014].08 (02): 151 – 165. http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/IIP07022011RahimaKalik y.pdf Mugniesyah SS. 2005. Proses Adopsi dan Pengambilan Keputusan Inovasi.MK DasarDasar Penyuluhan. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Mulyadi, Sugihen BG, Asngari PS, Djoko S. 2007. Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Dalam Jurnal Penyuluhan. [internet]. [Dikutip 5 Oktober 2014].3 (02) :110-118. Dapat diunduh dari: http://mfile.narotama.ac.id/files/umum/jurnalipb/prosesadopsiinovasipertaniansuk upedalamanarfakdikabupatenmanokwari.pdf Pandia I. 2009.Opini Publik Mengenai Peran Media Cetak Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura (Survei di Desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo). Dalam Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa. [internet]. [Dikutip 25 September 2014]. 10(01):43–54. Dapat diunduh dari: https://rahmatproject.googlecode.com/files/jurnalpenelitiankomunikasidanpemban gunan.doc Saleh A. 2006. Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong. Dalam Jurnal Media Peternakan. [internet]. [Dikutip 22 November 2014]. 29 (2)107 – 120. Dapat diunduh dari: http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeternakan/article/viewFile/874/247 Saleh MA. 2008. Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani Sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian Di Desa Citarik Kabupaten Karawang Jawa Barat. Dalam Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [Dikutip 5 Oktober 2014].06 (02) hal: 66-79. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/download/5669/4300 Sumaryo. 2006. Peranan Media Massa dalam Penyebaran informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung (The Mass media Role in Disseminating Agricultural Information to Vegetable Farmers in Lampung). Dalam Jurnal Penyuluhan. [internet]. [Dikutip 25 September 2014]. 2 (4) :16 – 22. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/download/2111/1142 Sari RM. 2011.Keadaan Sosial Ekonomi Petani Sayuran (Studi Kasus Di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah, Kota Ambon). Dalam jurnal Budidaya Pertanian. [internet]. [Dikutip 3 Desember 2014].7 (1) : 47-52. Dapat diunduh dari: http://paparisa.unpatti.ac.id/paperrepo/ppr_iteminfo_lnk.php?id=31 Satmoko S, Astutui HT. 2006. Pengaruh Bahasa Bookletpada peningkatan pengetahuan peternak sapi perah tentang inseminasi buatan di keluarahan nongkosawit, kecamatan gunungpati, kota Semarang. Dalam jurnal Penyuluhan. [internet]. [Dikutip 5 Desember 2014]. 02 (3) : 09- 21. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/download/2184/1213 35 Susanto LW, Sugihardjo, Suwanto. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Pada Organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Dalam jurnal Fakultas Pertanian UNS. [internet].[Dikutip 4 Desember 2014].Agritext nomor 24. Dapat diunduh dari http://fp.uns.ac.id/jurnal/download.php?file=Agritex-4.pdf. Tamba M, Sarma M. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran di Provinsi Jawa Barat. Dalam jurnal Penyuluhan. 03 (1) hal: 24 – 34. Jakarta (ID): Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN Riwayat Hidup Fina Fatihur Rizka dilahirkan di Magetan pada 9 November 1993 adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. Syafiin dan Dra. Siti Munawaroh. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK PSM Kedungguwo Sukomoro Magetan 1998-1999, MIN Kedungguwo Sukomoro Magetan 1999-2001, MIN Tawanganom Magetan 2001-2005. Pada masa Sekolah Menengah Pertama penulis bersekolah di SMPN 1 Magetan 2005-2008 dan pada masa Sekolah Menengah Atas penulis bersekolah di SMAN 1 Magetan 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis dinyatakan diterima sebagai mahasiswi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus.Pada tahun 2011-2012, penulis aktif sebagai anggota klub asrama Cybertron yang bergerak di bidang web dan anggota Koran Kampus IPB yang bergerak di bidang jurnalistik. Kecintaannya terhadap dunia media membuat penulis kembali menjadi sekretaris divisi jurnalistik di Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat 2012-2013. Setelah itu penulis aktif menjadi sekretaris di Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak di bidang musik terutama olah vokal yakni PSM IPB Agria Swara 2013-2014. Selain kegiatan di dalam kampus, penulis juga aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah IMPATA “Ikatan Mahasiswa Pelajar dan Alumni Magetan” sebagai ketua bidang internal 2014-2015. Penulis juga berpengalaman menjadi panitia di beberapa kegiatan seperti panitia Masa Perkenalan Departemen tahun 2012, Himasiera goes to Kompas 2013, panitia Canvasing IPB daerah Magetan dan Madiun pada tahun 2012, dan panitia Canvasing IPB daerah Magetan dan Ngawi pada tahun 2013. Kecintaan penulis pada dunia media dan lingkungan tinggal yang berada di daerah pertanian sayuran membuat penulis mengambil penelitian berjudul pengaruh media massa terhadap proses pengambilan keputusan inovasi petani sayuran.