RANCANGAN PENELITIAN KEANEKARAGAMAN BRYOPHYTA BERDASAR MORFOLOGI DAN SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DI KECAMATAN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Lumut merupakan tumbuhan pertama yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak atau daerah dengan sedikit nutrisi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lumut dapat dilihat melalui ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekunder. Morfologi tumbuhan mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1986). Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga berfungsi untuk menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan tubuh tersebut. Selain itu morfologi harus pula dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam itu (Tjitrosoepomo, 1986). Keanekaragaman jenis lumut yang dilihat berdasarkan ciri kandungan senyawa metabolit sekunder dapat digunakan sebagai penjelasan atau untuk penegasan dalam mempelajari taksonomi tumbuhan dan ada kalanya dapat juga digunakan sebagai alat koreksi dalam usaha penataan suatu sistem klasifikasi (Sutarjadi, 1980). Takhtajan (1973) berpendapat pula bahwa hadir tidaknya metabolit sekunder yang khas, perbandingan ciri-ciri struktur dan lintas biosintesis senyawa tersebut dapat digunakan sebagai ciri taksonomi ketika ciri taksonomi yang lain sukar digunakan untuk pemindahan status taksonomi antara dua familia atau dua genus yang berhubungan. Penelitian kandungan senyawa kimia terhadap semua jenis lumut yang tumbuh di Indonesia, terlebih apabila dikaitkan dengan status taksonomi dan hubungan kekerabatannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peluang pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan lumut lebih lanjut di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja jenis-jenis tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar berdasarkan identifikasi ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekundernya? 2. Bagaimana profil dan golongan senyawa kimia dari komponen metabolit sekunder jenis-jenis tumbuhan lumut yang ada Kecamatan Karanganyar? 3. Bagaimana hubungan kekerabatan antar tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar berdasarkan ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekundernya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar berdasarkan identifikasi ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekundernya. 2. Mengetahui profil dan golongan senyawa kimia dari komponen metabolit sekunder jenis-jenis tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar. 3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar berdasarkan ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekundernya. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperkaya informasi taksonomi Bryophyta dengan menambahkan ciri morfologi dan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada tumbuhan lumut yang ada di Kecamatan Karanganyar. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan untuk pengembangan senyawa metabolit sekunder tumbuhan lumut dalam industri jamu ataupun obat. E. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat untuk pengambilan sampel, ekstraksi dan analisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder. a. Pengambilan Sampel Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel tumbuhan lumut antara lain adalah handlens, lup (kaca pembesar), amplop, kantong plastik, pisau, buku, pensil dan bolpoint. b. Ektraksi Komponen Kandungan Kimia Metabolit Sekunder Alat-alat yang digunakan untuk proses ektraksi komponen kandungan kimia metabolit sekunder berupa seperangkat alat maserasi, yaitu : bejana dari kaca dan bermulut lebar, gelas ukur, pengaduk, corong, erlenmeyer, alumunium foil, plastik, kertas saring dan cawan porselen. c. Analisis Komoponen dan Golongan Kimia Metabolit Sekunder Alat-alat yang digunakan untuk menganalisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder adalah alat untuk KLT (plat silika gel GF254, bejana pengembang, alat penyemprot bercak, oven, pipa kapiler dan UV254 nm). 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa jenis tumbuhan lumut yang menempel pada dinding tembok yang terdapat di kota Surakarta. b. Ekstraksi Bahan kimia yang digunakan untuk mengekstrak komponen kandungan kimia metabolit sekunder adalah kloroform. c. Analisis Komponen dan Golongan Kimia Metabolit Sekunder Bahan untuk analisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder dalam penelitian ini adalah plat silika gel GF254 (E.Merck), fase gerak berupa kloroform : n-heksan (9:1 v/v), pereaksi semprot umum (serium (IV) sulfat) (pemanasan 110°C, 10-15 menit), ferri (III) klorida, dragendorf, vanilin asamsulfat dan lieberman burchard. F. Cara Kerja 1. Inventarisasi, Koleksi dan Identifikasi Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan lumut dilakukan dengan cara menjelajah (survei) area, diutamakan pada tempat yang relatif ditumbuhi lebih banyak tumbuhan lumut (purposive random) dan memperhatikan faktor abiotiknya (kondisi lingkungan lembab) (Windadri, 2004). Koleksi lumut diperoleh melalui pengamatan lingkungan terutama di tempattempat yang lembab. Apabila ditemukan lumut yang sudah mempunyai generasi sporofit, diambil seluruh bagian lumut tersebut secukupnya. Apabila ditemukan lumut yang menempel cukup kuat, maka contohnya diambil dengan cara disayat menggunakan pisau dan mengikutsertakan sedikit habitatnya. Handlens digunakan untuk pengamatan dan dipastikan bahwa lumut tersebut tidak tercampur dengan jenis lumut lainnya. Apabila ditemukan lumut campuran, lumut yang satu dengan lainnya dipisahkan dengan menggunakan pinset berujung runcing. Setelah itu masing-masing dimasukkan ke dalam kantong lumut atau kertas koran, setiap kantong diusahakan berisi satu jenis dan dilengkapi dengan nomor dan tanggal koleksi yang ditulis pada label kecil (Windadri, 2004).. Tumbuhan lumut yang dikoleksi juga diidentifikasi berdasarkan berdasarkan spesimen dan foto. Identifikasi terutama berdasarkan pada ciri morfologi. Pengamatan daun dilakukan pembuatan preparat basah dengan cara lumut pada bagian pangkalnya dijepit dengan jarum atau pinset, kemudian daunnya dirontokkan dari atas ke bawah, sedangkan batangnya dibuang. Daun diratakan di atas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati dengan mikroskop (Hasan dan Ariyanti, 2004). 2. Penyiapan Sampel Masing-masing spesimen yang masih segar dikeringkan dengan diletakkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam, kemudian masing-masing simplisia ditimbang ± 100g. 3. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Masing-masing simplisia dimaserasi menggunakan kloroform dengan volume 300 ml sebanyak dua kali selama 24 jam dan selanjutnya diuapkan sampai diperoleh ekstrak kering (Wahyuningsih et al., 2008). 4. Analisis Profil Kandungan Kimia Metabolit Sekunder Profil kandungan kimia ekstrak kloroform (CHCl3) dianalisis menggunakan metode kromatografi lapis tipis (Wahyuningsih et al., 2008). Masing-masing ekstrak kloroform ditotolkan pada lempeng KLT dengan fase diam silika gel GF254 dan dielusi dengan menggunakan fase gerak berupa kloroform- n-heksan (9:1 v/v) dalam bejana pengembang. Profil kandungan kimia masing-masing ekstrak kloroform dideteksi menggunakan sinar UV254 nm dan disemprot dengan pereaksi semprot umum (serium (IV) sulfat) untuk mendeteksi kandungan senyawa organik. Parameter yang diamati adalah komposisi (jenis-jenis) senyawa kimia tumbuhan lumut dan nilai Rf. Jenis senyawa penyusun diidentifikasi berdasarkan pada nilai Rf (Retardation Factor) yang terbentuk pada kromatogram. Pada kromatografi lapis tipis, derajat retensi dinyatakan sebagai Rf , yang dapat dirumuskan : Rf = Jarak gerakan zat terlarut Jarak gerakan pelarut Di mana, jarak gerakan zat terlarut diukur sampai tengah-tengah bercak atau pada titik kerapatan maksimum dan jarak gerakan pelarut diukur sampai bidang batas pelarut (Gritter et al., 1991). 5. Analisis Golongan Kimia Metabolit Sekunder Spot-spot yang terbentuk dari hasil kromatografi lapis tipis (KLT) dideteksi menggunakan pereaksi semprot khusus ferri (III) klorida (untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik), dragendorf (untuk mengetahui kandungan senyawa alkaloid), vanilin asam-sulfat (untuk mengetahui terpenoid) dan lieberman burchard (untuk mengetahui kandungan senyawa triterpenoid/steroid). 6. Analisis Data Data ciri morfologi dan jenis senyawa penyusun senyawa metabolit sekunder spesies-spesies tumbuhan lumut ditabulasi dalam bentuk biner (0 dan 1) dan dibuat dendogram. Setiap ciri morfologi dan jenis senyawa yang hadir diberi nilai 1, sedang ciri morfologi dan jenis senyawa yang tidak hadir diberi nilai 0. Dendogram dibuat secara numerik dengan metode pengelompokan koefisien asosiasi (Sneath dan Sokal, 1973), di mana tingkat persaman harga-harga koefisien assosiasi ditentukan dengan analisis klaster (Pielou, 1984). Model perhitungan ini tercakup dalam UPGMA (Unweighted Pair Group Method with Arithmatic Mean), yang dikomputasikan dalam program Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS) versi 1.80 (Yuniastuti et al., 2005).