33 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2008. Pengambilan sampel lumut dilakukan di dinding tembok bangunan-bangunan di daerah Surakarta secara random purposive. Pengambilan sampel meliputi lima kecamatan, yaitu kecamatan Jebres (kampus Universitas Sebelas Maret), kecamatan Banjarsari (Manahan), kecamatan Laweyan (Pajang), kecamatan Serengan (daerah Timuran) dan kecamatan Pasar Kliwon (Keraton Kasunanan Surakarta). Identifikasi dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta sedangkan proses ekstraksi dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan di Sub Laboratorium Biologi dan Sub Laboratorium Kimia Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Alat dan Bahan 1. Alat Gambar 7. Peta Lokasi Daerah Surakarta 34 B. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat untuk pengambilan sampel, ekstraksi dan analisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder. a. Pengambilan Sampel Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel tumbuhan lumut antara lain adalah handlens, lup (kaca pembesar), amplop, kantong plastik, pisau, buku, pensil dan bolpoint. b. Ektraksi Komponen Kandungan Kimia Metabolit Sekunder Alat-alat yang digunakan untuk proses ektraksi komponen kandungan kimia metabolit sekunder berupa seperangkat alat maserasi, yaitu : bejana dari kaca dan bermulut lebar, gelas ukur, pengaduk, corong, erlenmeyer, alumunium foil, plastik, kertas saring dan cawan porselen. c. Analisis Komoponen dan Golongan Kimia Metabolit Sekunder Alat-alat yang digunakan untuk menganalisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder adalah alat untuk KLT (plat silika gel GF254, bejana pengembang, alat penyemprot bercak, oven, pipa kapiler dan UV254 nm). 35 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa jenis tumbuhan lumut yang menempel pada dinding tembok yang terdapat di kota Surakarta. b. Ekstraksi Bahan kimia yang digunakan untuk mengekstrak komponen kandungan kimia metabolit sekunder adalah kloroform. c. Analisis Komponen dan Golongan Kimia Metabolit Sekunder Bahan untuk analisis komponen dan golongan kimia metabolit sekunder dalam penelitian ini adalah plat silika gel GF254 (E.Merck), fase gerak berupa kloroform : n-heksan (9:1 v/v), pereaksi semprot umum (serium (IV) sulfat) (pemanasan 110°C, 10-15 menit), ferri (III) klorida, dragendorf, vanilin asam-sulfat dan lieberman burchard. C. Cara Kerja 1. Inventarisasi, Koleksi dan Identifikasi Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan lumut dilakukan dengan cara menjelajah (survei) area, diutamakan pada tempat yang relatif ditumbuhi lebih banyak tumbuhan lumut (purposive random) dan memperhatikan faktor abiotiknya (kondisi lingkungan lembab) (Windadri, 2004). Koleksi lumut diperoleh melalui pengamatan lingkungan terutama di tempat-tempat yang lembab. Apabila ditemukan lumut yang sudah mempunyai generasi sporofit, diambil seluruh bagian lumut tersebut secukupnya. Apabila 36 ditemukan lumut yang menempel cukup kuat, maka contohnya diambil dengan cara disayat menggunakan pisau dan mengikutsertakan sedikit habitatnya. Handlens digunakan untuk pengamatan dan dipastikan bahwa lumut tersebut tidak tercampur dengan jenis lumut lainnya. Apabila ditemukan lumut campuran, lumut yang satu dengan lainnya dipisahkan dengan menggunakan pinset berujung runcing. Setelah itu masing-masing dimasukkan ke dalam kantong lumut atau kertas koran, setiap kantong diusahakan berisi satu jenis dan dilengkapi dengan nomor dan tanggal koleksi yang ditulis pada label kecil (Windadri, 2004). Pustaka rujukan identifikasi tumbuhan lumut adalah Hasan dan Ariyanti (2004), Damayanti (2006) dan Gradstein (2007). Tumbuhan lumut yang dikoleksi juga diidentifikasi berdasarkan berdasarkan spesimen dan foto. Identifikasi terutama berdasarkan pada ciri morfologi. Pengamatan daun dilakukan pembuatan preparat basah dengan cara lumut pada bagian pangkalnya dijepit dengan jarum atau pinset, kemudian daunnya dirontokkan dari atas ke bawah, sedangkan batangnya dibuang. Daun diratakan di atas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati dengan mikroskop (Hasan dan Ariyanti, 2004). 2. Penyiapan Sampel Masing-masing spesimen yang masih segar dikeringkan dengan diletakkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam, kemudian masing-masing simplisia ditimbang ± 100 g. 37 3. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Masing-masing simplisia dimaserasi menggunakan kloroform dengan volume 300 ml sebanyak dua kali selama 24 jam dan selanjutnya diuapkan sampai diperoleh ekstrak kering (Wahyuningsih et al., 2008). 4. Analisis Profil Kandungan Kimia Metabolit Sekunder Profil kandungan kimia ekstrak kloroform (CHCl3) dianalisis menggunakan metode kromatografi lapis tipis (Wahyuningsih et al., 2008). Masing-masing ekstrak kloroform ditotolkan pada lempeng KLT dengan fase diam silika gel GF254 dan dielusi dengan menggunakan fase gerak berupa kloroform- n-heksan (9:1 v/v) dalam bejana pengembang. Profil kandungan kimia masing-masing ekstrak kloroform dideteksi menggunakan sinar UV254 nm dan disemprot dengan pereaksi semprot umum (serium (IV) sulfat) untuk mendeteksi kandungan senyawa organik. Parameter yang diamati adalah komposisi (jenis-jenis) senyawa kimia tumbuhan lumut dan nilai Rf. Jenis senyawa penyusun diidentifikasi berdasarkan pada nilai Rf (Retardation Factor) yang terbentuk pada kromatogram. Pada kromatografi lapis tipis, derajat retensi dinyatakan sebagai Rf , yang dapat dirumuskan : Rf = Jarak gerakan zat terlarut Jarak gerakan pelarut 38 Di mana, jarak gerakan zat terlarut diukur sampai tengah-tengah bercak atau pada titik kerapatan maksimum dan jarak gerakan pelarut diukur sampai bidang batas pelarut (Gritter et al., 1991). 5. Analisis Golongan Kimia Metabolit Sekunder Spot-spot yang terbentuk dari hasil kromatografi lapis tipis (KLT) dideteksi menggunakan pereaksi semprot khusus ferri (III) klorida (untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik), dragendorf (untuk mengetahui kandungan senyawa alkaloid), vanilin asam-sulfat (untuk mengetahui terpenoid) dan lieberman burchard (untuk mengetahui kandungan senyawa triterpenoid/steroid). D. Analisis Data Data ciri morfologi dan jenis senyawa penyusun senyawa metabolit sekunder spesies-spesies tumbuhan lumut ditabulasi dalam bentuk biner (0 dan 1) dan dibuat dendogram. Setiap ciri morfologi dan jenis senyawa yang hadir diberi nilai 1, sedang ciri morfologi dan jenis senyawa yang tidak hadir diberi nilai 0. Dendogram dibuat secara numerik dengan metode pengelompokan koefisien asosiasi (Sneath dan Sokal, 1973), di mana tingkat persaman hargaharga koefisien assosiasi ditentukan dengan analisis klaster (Pielou, 1984). Model perhitungan ini tercakup dalam UPGMA (Unweighted Pair Group Method with Arithmatic Mean), yang dikomputasikan dalam program Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS) versi 1.80 (Yuniastuti et al., 2005).