terapi holistik sebagai model penanganan skizofrenia

advertisement
TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN
SKIZOFRENIA
(Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta)
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi
oleh
Kristiana Puspita Wulandari
1511409034
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
1
TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN
SKIZOFRENIA
(Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta)
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi
oleh
Kristiana Puspita Wulandari
1511409034
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jangan khawatir bila anda tidak diakui, tetapi berusahalah supaya anda layak
diakui (Abraham Lincoln).
Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi. Tapi jika kamu menyerah semuanya
selesai (Penulis).
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak Siswopranoto, ibu Anna Yuli Yudari, adik Septiana Pranakristi
Nugraheni, dan mas Roni Erwanto.
2. Almamater psikologi UNNES.
3. Skizofrenia di seluruh Indonesia.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur tanpa henti dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan pertolongan-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Terapi
Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia (Studi Kasus di Griya Pemulihan
Siloam Yogyakarta)” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan bantuan dan peran serta
dari berbagai pihak. Oleh kerena itu penulis mengucapkan terimakasih dengan
setulus hati kepada:
1. Drs. Hardjono, M.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si selaku ketua Jurusan Psikologi.
3. Liftiah, S.Psi., M.Si selaku penguji utama yang telah memberikan masukan,
arahan serta kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi.
4. Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi sampai
terselesaikannya skripsi ini.
5. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi sampai
terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang menginspirasi dan berguna bagi masa depan penulis.
7. Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, terutama kak Ngisty
Nalle, kak Alfred Abanat dan eyang Sariman. Pasien GPSY yang telah
v
berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama KM dan
keluarga serta AD dan keluarga.
8. Kedua orang tua yang tidak pernah lelah berjuang untuk masa depan penulis,
bapak Siswopranoto dan ibu Anna Yuli, serta adik Septiana Nugraheni yang
selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Mas Roni Erwanto yang selalu siap sedia meluangkan waktu dan tenaga untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat kos Al-Khasanah yang telah menjadi keluarga kedua bagi
penulis, terutama Endah, Kristi, Ika, Titik, Eka.
11. Teman-teman
seperjuangan
psikologi
2009,
terimakasih
untuk
kebersamaannya selama ini. Empat Sehat Lima Sempurna; Rahmatika, Yusri,
Anistya, dan Danang kalian itu “sesuatu banget”.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan
semua pihak pada umumnya .
Semarang, 7 Januari 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Wulandari, Kristiana Puspita. 2014. Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan
Skizofrenia (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta). Skripsi,
Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen
Pembimbing: Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si dan Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi.,
M.Si.
Kata kunci: Terapi Holistik, Skizofrenia
Terapi Holistik merupakan terapi yang digunakan untuk menangani
skizofrenia. Terapi Holistik yang dikembangkan di GPSY ini menangani
skizofrenia secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan secara medis,
fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Penanganan skizofrenia tersebut
memiliki prosentase kekambuhan lebih kecil dibandingkan prevalensi
kekambuhan skizofrenia dengan penanganan menggunakan model terapi lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan skizofrenia dengan
menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi
kasus eksplanatoris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi (catatan lapangan), dan dokumentasi. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan tahapan-tahapan yang telah disusun melalui rancangan
penelitian yaitu: (1) melakukan tinjauan lapangan untuk menggali fenomena
penelitian; (2) penyusunan rancangan penelitian berdasarkan teori dan metode
yang tepat; (3) melakukan penelitian partisipan di lapangan; dan (4) pembuatan
laporan penelitian.
Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Terapi Holistik dalam
menangani skizofrenia terdiri dari beberapa jenis terapi, berupa; Terapi Medis,
Terapi Rohani, Terapi Sosial, Home Care, Home Visit dan Konseling Keluarga.
(2) Terapi Holistik mampu memulihkan skizofrenia karena memiliki faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemulihan skizofrenia, yaitu meningkatkan kesadaran
diri (self awareness), self suggestion dan resiliensi, ketrampilan sosial,
kebermaknaan hidup (meaningfulness of life), dan dukungan keluarga. Saran yang
diajukan berdasarkan hasil penelitian yaitu: (1) RSJ dan panti rehabilitasi
diharapkan dapat melakukan penanganan secara komprehensif terhadap gangguan
jiwa skizofrenia; (2) Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan berupa
motivasi, semangat, penerimaan keluarga dan bantuan kepada pasien pasca
perawatan sehingga terjadinya kekambuhan dapat diminimalkan; (3) Masyarakat
diharapkan tidak mendiskriminasikan gangguan jiwa skizofrenia dan memberikan
kesempatan serta ruang sosial bagi gangguan jiwa skizofrenia untuk dapat
mengaktualisasikan diri melalui keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan sosial
masyarakat.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PENGESAHAN ................................................................................................. ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10
1.4 Kontribusi Penelitian .................................................................................. 10
1.4.1 Secara Teoritis .......................................................................................... 10
1.4.2 Secara Praktis ........................................................................................... 10
BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif Teori ......................................................................................... 12
viii
2.1.1 Skizofrenia ............................................................................................... 12
2.1.1.1 Pengertian Skizofremia ......................................................................... 12
2.1.1.2 Epidemiologi .......................................................................................... 14
2.1.1.3 Mekanisme Terjadinya Skizofrenia ........................................................ 15
2.1.1.4 Gejala Klinis Skizofrenia ...................................................................... 25
2.1.1.5 Pedoman Diagnosis Skizofrenia ............................................................ 29
2.1.1.6 Klasifikasi Skizofrenia ........................................................................... 31
2.1.1.7 Perjalanan Penyakit............................................................................... 38
2.1.1.8 Prognosis ............................................................................................... 39
2.1.2 Terapi Holistik ....................................................................................... 41
2.1.2.1 Pengertian Konsep Holistik Dalam Penanganan Gangguan Jiwa........ 41
2.1.2.2 Pengertian Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) ............................................................................................................... 42
2.1.2.3 Model Penanganan Skizofrenia ............................................................. 42
2.1.2.4 Penerapan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) ............................................................................................................... 43
2.1.2.5 Alur Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Terapi Holistik di Griya
Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................. 45
2.1.2.6 Tahapan Dalam Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) ............................................................................................................... 46
2.2 Kajian Pustaka ........................................................................................... 47
2.3 Dinamika Psikologis .................................................................................. 49
ix
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................. 53
3.2 Unit Analisis ........................................................ 56
3.3 Sumber Data ............................................................................................... 58
3.3.1 Narasumber Utama .................................................................................. 58
3.3.2 Narasumber Sekunder .............................................................................. 58
3.4 Metode dan Pengumpul Data ...................................................................... 61
3.4.1 Wawancara ............................................................................................... 61
3.4.2 Observasi .................................................................................................. 63
3.4.3 Catatan Lapangan ..................................................................................... 66
3.4.4 Dokumentasi ............................................................................................. 67
3.4.4.1 Rekaman (Video Dokumenter) .............................................................. 68
3.4.4.2 Lembar Assesment Pasien ..................................................................... 68
3.5 Analisis Data ............................................................................................... 68
3.5.1 Reduksi Data ............................................................................................ 69
3.5.1.1 Identifikasi Satuan (Unit) ....................................................................... 69
3.5.1.2 Koding .................................................................................................... 69
3.5.2 Kategorisasi ............................................................................................... 70
3.5.3 Sintesisasi .................................................................................................. 70
3.6 Keabsahan Data ........................................................................................... 71
3.6.1 Derajat Kepercayaan ................................................................................. 72
3.6.2 Kateralihan ................................................................................................ 73
3.6.3 Kabergantungan ........................................................................................ 74
x
3.6.4 Kapastian................................................................................................... 75
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian ........................................................................................ 76
4.1.1 Sejarah Pendirian Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ........... 76
4.1.2 Latar Belakang .......................................................................................... .76
4.1.3 Visi dan Misi ............................................................................................ .77
4.1.4 Gambaran Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ....................... .77
4.1.5 Lembaga Kerjasama ................................................................................. .80
4.1.6 Gambaran Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ....... .80
4.1.7 Jadual Kegiatan Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) .............................................................................................................. .81
4.2 Proses Penelitian ....................................................................................... 83
4.2.1 Tinjauan Lapangan Pra-Penelitian ........................................................... 83
4.2.2 Pembuatan Rancangan Penelitian ............................................................ 85
4.2.3 Penelitian di Lapangan ............................................................................. 86
4.2.3.1 Wawancara ........................................................................................... 89
4.2.3.2 Observasi .............................................................................................. 94
4.2.3.3 Tes Psikologi ......................................................................................... 95
4.2.3.4 Dokumentasi ......................................................................................... 96
4.2.4 Penyusunan Laporan dan Penyempurnaan Laporan ................................ 96
4.3 Koding ......................................................................................................... 97
4.4 Temuan Penelitian ...................................................................................... 99
4.4.1 Identitas Narasumber ................................................................................ 99
xi
4.4.1.1 Narasumber Utama ................................................................................ 99
4.4.1.2 Narasumber Sekunder ............................................................................ 100
4.4.2 Paparan Hasil Penelitian .......................................................................... 104
4.4.2.1 Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) .......... 104
4.4.2.1.1 Pengertian Terapi Holistik .................................................................. 104
4.4.2.1.2 Prosedure Penerimaan dan Perawataan Pasien di Griya Pemulihan
Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................................... 105
4.4.2.1.3 Prosedure Pelaksanaan Terapi Holistik............................................... 109
4.4.2.1.4 Teknik-Teknik Terapi Holistik ........................................................... 111
4.4.2.2 Kondisi Pasien Sebelum Dilakukan Terapi Holistik .............................. 131
4.4.2.2.1 Kondisi KM Sebelum Dilakukan Terapi Holistik .............................. 134
4.4.2.2.2 Kondisi AD Sebelum Dilakukan Terapi Holistik ............................... 136
4.4.2.3 Kondisi Pasien Setelah Dilakukan Terapi Holistik ............................... 138
4.4.2.3.1 Kondisi Pasien (KM) Setelah Dilakukan Terapi Holistik................... 140
4.4.2.3.2 Kondisi (AD) Setelah Dilakukan Terapi Holistik ............................... 144
4.4.2.4 Effek Psikologis Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia .......... 147
4.4.2.4.1 Effek Psikologis Terapi Medis............................................................ 147
4.4.2.4.2 Effek Psikologis Terapi Rohani .......................................................... 159
4.4.2.4.3 Effek Psikologis Terapi Sosial ............................................................ 161
4.4.2.4.4 Effek Psikologis Home Care .............................................................. 176
4.4.2.4.5 Effek Psikologis Home Visit dan Konseling Keluarga ....................... 186
4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit ................................................................. 198
4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM ....................................................... 198
xii
4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit AD ........................................................ 200
4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi ................................................................................ 206
4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM ...................................................................... 206
4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD ...................................................................... 209
4.4.2.7 Dinamika Pemulihan Skizofrenia Dengan Menggunakan Terapi Holistik
…………………………………………………………………………………213
4.4.2.7.1 Dinamika Pemulihan pada KM ........................................................... 213
4.4.2.7.2 Dinamika Pemulihan pada AD ........................................................... 227
4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien (AD) dan Keluarga Mantan Pasien Mengenai
Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia .............................. 247
4.4.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Terapi
Holistik
Dalam Menangani
Skizofrenia………………. ................................................................................... 251
4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ................. 251
4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ............... 252
4.5 Pembahasan.................................................................................................. 254
4.5.1 Terapi Medis ............................................................................................. 257
4.5.1.1 Obat-obatan ........................................................................................... 257
4.5.1.2 Konseling dan Ceramah Kesehatan....................................................... 258
4.5.1.1 Teori dan Praktek Kebersihan ............................................................... 259
4.5.2 Terapi Rohani............................................................................................ 261
4.5.3 Terapi Sosial ............................................................................................. 263
4.5.3.1 Pelatihan Ketrampilan Sosial ................................................................ 263
4.5.3.2 Kegiatan Aktivitas Kelompok ................................................................. 264
xiii
4.5.3.3 Pelatihan Ketrampilan Kerja ................................................................. 265
4.5.3.4 Pengenalan Lingkungan ........................................................................ 267
4.5.4 Home Care ................................................................................................ 268
4.5.4.1 Kebermaknaan Hidup ............................................................................ 268
4.5.4.2 Membangun Hubungan Kepercayaan ................................................... 269
4.5.4.3 Mengontrol dan Membentuk Perilaku Melalui Pemberian Reward dan
Punishment ......................................................................................................... 271
4.5.5 Home Visit dan Konseling Keluarga ........................................................ 272
4.5.5.1 Perubahan Sikap Keluarga ................................................................... 272
4.5.5.2 Persiapan dan Perencanaan Masa Depan Pasien ................................ 274
4.5.6 Pembahasan Secara Umum ....................................................................... 275
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 284
5.1.1 Terapi Holistik ......................................................................................... 284
5.1.2 Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ....................................... 285
5.2 Saran ........................................................................................................... 285
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 288
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Teori-Teori Somatogenesis Tentang Penyebab Skizofrenia .............. 17
Tabel 2.2 Prognosis Skizofrenia ........................................................................ 40
Tabel 3.1 Unit Analisis Penelitian ..................................................................... 57
Tabel 3.2 Ikhtisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............. 71
Tabel 4.1 Jumlah Pasien Skizofrenia di GPSY .................................................. 81
Tabel 4.2 Jadual Kegiatan GPSY ....................................................................... 82
Tabel 4.3 Kondisi KM Sebelum dilakukan Terapi Holistik .............................. 136
Tabel 4.4 Kondisi AD Sebelum dilakukan Terapi Holistik ............................... 138
Tabel 4.5 Perkembangan KM ........................................................................... 142
Tabel 4.6 Kondisi KM Setelah dilakukan Terapi Holistik................................. 144
Tabel 4.7 Kondisi AD Setelah dilakukan Terapi Holistik ................................. 146
Tabel 4.8 Prognosis KM .................................................................................... 200
Tabel 4.9 Prognosis AD ..................................................................................... 206
Tabel 4.10 Dinamika Pemulihan KM ................................................................ 226
Tabel 4.11 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “mekanisme terjadinya
skizofrenia” pada AD ......................................................................................... .245
Tabel 4.12 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya
skizofrenia” pada AD ......................................................................................... .246
Tabel 4.13 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “prognosis buruk” pada
AD ...................................................................................................................... .247
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 50
Bagan 4.1 Alur Penerimaan dan Perawatan Pasien ........................................... .105
Bagan 4.2 Genogram KM .................................................................................. 196
Bagan 4.3 Genogram AD ................................................................................... 202
Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM ......................................................... 213
Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD .......................................................... 227
Bagan 4.6 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ............... 283
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Interview Guide ............................................................................. 291
Lampiran 2 Transkip Hasil Wawancara (Verbatime) ....................................... 293
Lampiran 3 Pedoman Obseravasi ..................................................................... 401
Lampiran 4 Catatan Lapangan .......................................................................... 403
Lampiran 5 Gambar Hasil Tes Grafis ............................................................... 422
Lampiran 6 Analisis Hasil Tes Grafis ............................................................... 423
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 430
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Maslim, 2003:46).
Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yaitu retak atau pecah (split), dan
“frenia” yaitu jiwa. Artinya seseorang yang menderita skizofrenia adalah orang
yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian atau splitting of
personality (Hawari, 2001:xi). Skizofrenia adalah penyakit yang meliputi
predisposisi genetik yang diaktifkan oleh
faktor-faktor intrapsikis dan
interpersonal (Robbin, dalam Arif 2006:5).
Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan
yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala
negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya
keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar serta
terganggunya relasi personal (Strauss et al, dalam Arif 2006:3). Tampak bahwa
gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat pada kemampuan individu
dalam hal berpikir dan memecahkan masalah, penurunan fungsi ataupun
ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, terhambat produktivitasnya dan
nyaris terputus relasi sosialnya dengan orang lain. Gangguan jiwa jenis ini dapat
terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis
1
2
kelamin laki-laki dan onset untuk laki-laki adalah 15-35 tahun, sedangkan pada
perempuan kebanyakan penampakan gejala antara usia 25-35 tahun (Kaplan dan
Sadock, 1991:702).
Prognosis untuk gangguan jiwa skizofrenia pada umumnya kurang begitu
menggembirakan, sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya
dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut).
Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung
memburuk. Sekitar 50% berada di antaranya ditandai dengan kekambuhan
periodik dan ketidakmampuan berfungsi secara efektif (Harris, dalam Arif
2006:4). Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di
Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa Indonesia adalah
penderita skizofrenia. Hal ini dikemukakan oleh dr. Dardi Sosrosumihardjo, Sp.
Kj dari Kedokteran Jiwa FKUI/RSCM (Arif, 2006:3-4). Tingginya masalah
tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang besar apabila dibandingkan dengan masalah
kesehatan lainnya yang ada di masyarakat .
Setiap tahunnya 35% penderita skizofrenia mengalami kekambuhan, dari
penderita skizofrenia yang diobati 20–40% belum menunjukan hasil yang
memuaskan. Diantara penderita skizofrenia 20–50% melakukan percobaan bunuh
diri, dan 10% diantaranya berhasil (mati karena bunuh diri). Angka kematian
skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya dan
penyakit skizofrenia cenderung menjadi kronis (Hawari, 2003:5).
3
Meskipun skizofrenia tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun
kelompok akan menghambat kehidupan penderitannya sehingga mereka tidak
produktif dan tidak efisien serta tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam
kehidupan sehari-harinya, di rumah, di sekolah atau di kampus. Seseorang yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia akan mengalami ketidakmampuan
berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari (Hawari, 2003:7). Oleh
karena itu gangguan jiwa, khususnya skizofrenia harus mendapatkan penanganan
yang tepat supaya mereka dapat mengembalikan fungsi perannya dalam menjalani
kehidupan sehingga mereka dapat dikatakan sehat atau pulih kembali.
Hawari
(2003:96)
mengungkapkan
bahwa
penanganan
terhadap
skizofrenia harus dilakukan secara holistik. Pengertian holistik menekankan pada
pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan antara bagian-bagiannya. Konsep
penanganan holistik menurut Hawari yaitu penanganan secara
menyeluruh
(komprehensif) pada seluruh aspek kehidupan pasien meliputi aspek fisik, psikis,
religius dan sosialnya. Penanganan secara holistik pada gangguan jiwa skizofrenia
tersebut terdiri dari psikofarmaka, psikoterapi, terapi psikososial dan terapi
psikoreligius. Konsep holistik menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan adalah bahwa manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh meliputi unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukasi) dan
“sosial” (sosio-kultural).
4
Hal ini menjelaskan bahwa penanganan terhadap skizofrenia tidak sematamata dengan obat saja, tetapi juga disertai dengan penanganan lain yang berkaitan
dengan unsur religius sebagai kekuatan spiritual yang menjadi pelindung serta
ketenangan jiwanya dan juga penanganan secara psikososial dan keluarga karena
pada dasarnya pemicu atau faktor pencetus utama munculnya gangguan
skizofrenia ke permukaan adalah karena stressor psikososial, apabila lingkungan
sosialnya
tidak
kondusif,
maka
resiko
terganggunya
perkembangan
jiwa/kepribadian kearah yang tidak sehat akan semakin besar (Hawari, 2003:30).
Skizofrenia bukan hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja oleh karena itu
untuk mengembalikan kesembuhan skizofrenia kita terlebih dahulu harus
memperhatikan kesemua unsur tersebut sehingga dapat diberikan penanganan
yang memadai dan komprehensif (menyeluruh) dan tidak parsial (terpenggalpenggal atau sebagian-bagian) (Hawari, 2003:40).
Wijaya (2010) menyatakan bahwa ketersediaan pelayananan kesehatan
holistik merupakan salah satu faktor yang berperan dan bermakna secara
signifikan dalam mencegah terjadinya kekambuhan. Hal ini dikarenakan
gangguan jiwa timbul karena banyak faktor, meliputi faktor biologi, psikologis
dan sosiokultural, belum ada yang mengemukakan faktor tunggal sebagai
penyebab terjadinya kekambuhan skizofrenia. Hasil penelitian Wijaya (2010)
mengungkapkan bahwa semakin sulit atau tidak adanya pelayanan kesehatan
holistik yang diterima oleh pasien skizofrenia, semakin besar kemungkinan
terjadinya kekambuhan sedangkan semakin banyak layanan secara holistik yang
tersedia, semakin sedikit terjadinya resiko kekambuhan.
5
Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) merupakan panti rehabilitasi
gangguan jiwa yang menerapkan model penanganan skizofrenia secara holistik.
Adapun alasan pemilihan GPSY sebagai tempat penelitian gangguan jiwa yang
holistik yaitu karena GPSY menggunakan pendekatan (medis, fisiologis,
psikologis, religiusitas, sosial ekonomi dan keluarga) dalam menangani
skizofrenia. Penanganan skizofrenia yang dilakukan secara holistik di GPSY atau
yang diberi nama “Terapi Holistik” berasal dari pengertian holistik yaitu utuh
dan menyeluruh, asumsi dasar dari penanganan holistik mengungkapkan bahwa
manusia adalah suatu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan
perbagian yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis, spiritual dan sosiokultural
semuanya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterkaitan
diantara bagian-bagiannya sehingga apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya.
Terapi Holistik terdiri dari 3 sub bagian yaitu: Terapi Medis, Terapi
Rohani serta Terapi Sosial. Secara garis besar kegiatan Terapi Holistik di GPSY
dapat digambarkan sebagai berikut; Terapi Medis meliputi: pemeriksaan rutin,
pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kesehatan, konseling
kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi
dan olahraga; Terapi Rohani meliputi: doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk,
pemutaran film rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani,
permainan musik rohani; dan Terapi Sosial meliputi: diskusi kelompok, terapi
kerja (waserda, penjualan bensin, perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan
kerja, pengenalan lingkungan dan refresing.
6
Terapi Holistik di GPSY tidak dibatasi hanya pada terapi medis, rohani
dan sosial tetapi penerapan Terapi Holistik ini juga dikembangkan dalam pola
hubungan sehari-hari antara pasien dengan pasien dan pasien dengan mentor yang
dikemas dalam konsep tempat rehabilitasi berbasis “home care“ yaitu
membentuk pola interaksi kekeluargaan dengan membatasi jumlah pasien
skizofrenia yang dirawat hanya maksimal 30 orang dalam satu periode, aktivitas
keseharian yang berlangsung di dalam GPSY membentuk keterikatan emosional
diantara sesama penghuninya seperti ikatan yang terbentuk dalam sebuah
keluarga, selain itu juga dilakukan home visit dan konseling keluarga untuk
keefektifan dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan
meminimalkan tingkat kekambuhan pasien pasca pulang dari GPSY.
Terapi Holistik dalam proses pelaksaanannya memiliki 4 tahapan yang
meliputi: 4 bulan masa sosialisasi, 4 bulan masa terapi, 4 bulan masa persiapan
pulang, 1 minggu masa cuti, 3 bulan masa terapi lanjutan, 3 bulan masa
bimbingan/home visit, namun waktu dalam setiap tahapan relative berbeda antara
masing-masing pasien, hal ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
Penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY memiliki perbedaan
dengan penanganan skizofrenia yang dilakukan di RSJ dan panti rehabilitasi
gangguan jiwa lainnya, hal ini diungkapkan oleh Sicilia (43 tahun) salah satu
pasien di GPSY yang merupakan pasien rujukan dari RSJ Grhasia Yogyakarta dan
beberapa panti rehabilitasi gangguan jiwa. Subyek telah mengalami sakit dan
menjalani perawatan selama 8 tahun serta mengalami kekambuhan sebanyak 11
kali, karena kekambuhan itu ia kembali dipulangkan ke RSJ Grhasia sebanyak 5
7
kali dan sempat mendapat perawatan di beberapa rehabilitasi mental sebelum pada
akhirnya Sisilia dirawat ke GPSY pada Maret 2011 hingga sekarang Juli 2012, dia
sudah dinyatakan kooperatif dan dalam waktu 3 bulan kedepan sudah
diperbolehkan kembali pulang.
“Pada saat di RSJ aku diperlakukan seperti orang sakit, memakai
seragam, tidur di bangsal dan juga perawatnya galak-galak.
Kegiatan sehari-hari hanya bengong dan minum obat, akhirnya aku
dipulangkan tapi di rumah keluarga aku malah menjauhi akhirnya
aku kumat lagi, pas masuk Siloam aku benar-benar seperti tinggal
dirumah yang jauh lebih nyaman dan aku merasa dihargai dan
dibutuhkan disitu, aku merasa berharga sekarang karena ternyata
aku masih bermanfaat, keluarga ku juga sering menjenguk aku dan
lebih pengertian, tidak marah-marah lagi sama aku, kalo dulu di
RSJ jarang dijenguk keluarga si mbak.”
Pemicu utama kekambuhan Sicilia adalah datang dari keluarga, lebih
lanjut ibu Ngisty menjelaskan bahwa kehidupan keluarga yang penuh tekanan
membuat Sicilia kehilangan aktualisasi dirinya dan tidak dihargai keluarganya
oleh karena itu selain sistem “home care” yang diterapkan disini kami juga
melakukan pendekatan kepada keluarga melalui home visit dan konseling
keluarga karena tidak ada artinya apabila hanya menangani pasien tanpa ada
penanganan dalam keluarganya, itu akan memicu terjadi kekambuhan kembali
setelah pasien selesai menjalani perawatan dan dipulangkan kerumah. Hal ini
kembali lagi kepada pengertian dan konsep dasar dari Terapi Holistik itu sendiri
yaitu bahwa memang untuk menyembuhkan seseorang tidak bisa mengobati
hanya dari satu aspek saja tetapi harus dilakukan secara holistik mencakup
berbagai aspek kehidupan pasien.
Penanganan skizofrenia dengan Terapi Holistik yang dilakukan GPSY
memiliki angka kekambuhan sekitar 15%-20% setiap tahunnya. Hasil wawancara
8
yang dilakukan kepada ibu Ngisty selaku mentor GPSY diperoleh keterangan
bahwa sejak awal berdirinya tahun 2000 sampai 2012, GPSY menangani 110
pasien dan hanya 20 pasien yang mengalami kekambuhan setelah 1 tahun pertama
dipulangkan. Kekambuhan ini rata-rata disebabkan oleh keluarga yang tidak
menaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh GPSY selama proses konseling
keluarga, namun kekambuhan ini hanya terjadi sebanyak 1-2 kali saja karena
setelah terjadi kekambuhan yang pertama akan dilakukan penanganan ulang
terhadap keluarga pasien dan biasanya setelah terjadinya kekambuhan yang
pertama keluarga akan lebih menaati serta menjaga kondisi pasien secara lebih
baik untuk mencegah timbulnya kekambuhan kembali.
Prosentase kekambuhan skizofrenia secara umum dengan menggunakan
model terapi lainnya adalah sekitar 35-80% setiap tahunnya. Hal ini diungkapkan
oleh Hawari (2003:5) bahwa setiap tahunnya 35% pasien skizofrenia mengalami
kekambuhan. Harris (dalam Arif 2006:4) menyatakan bahwa 50% pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi
secara efektif. Widodo (2003) menerangkan bahwa setelah menjalani perawatan
pasien dengan diagnosa skizofrenia mengalami kekambuhan sebesar 50% pada
tahun pertama dan mencapai 100% pada tahun kelima. Lebih lanjut, Aji (2010)
menambahkan bahwa insiden kekambuhan pasien skizofrenia adalah berkisar
50%-80% setelah satu episode psikotik setiap tahunnya jika tidak diterapi.
Tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di GPSY pasca perawatan dengan
menggunakan Terapi Holistik memiliki prevalensi lebih kecil bila dibandingkan
dengan prosentase tingkat kekambuhan skizofrenia secara umum dengan
9
menggunakan model terapi lainnya, meskipun hanya dalam waktu perawatan yang
relatif singkat yaitu sekitar 6 bulan s.d 1,5 tahun, namun Terapi Holistik sebagai
model penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dirasa mampu dan efektif
dalam menangani gangguan jiwa skizofrenia yaitu dengan mengembalikan
kesehatan pasien secara utuh dan menyeluruh mencakup setiap aspek kehidupan
sehingga sepulangnya dari perawatan pasien dapat menjalani hidupnya dengan
lebih optimal serta terjadinya kekambuhan dapat dicegah.
Paparan data-data diatas mendasari pentingnya dilakukan penelitian ini,
yaitu supaya diperoleh suatu ilmu mengenai penanganan skizofrenia yang holistik
sehingga melalui penanganan skizofrenia secara holistik pemulihan terhadap
gangguan jiwa skizofrenia lebih mudah diupayakan dan prosentase terjadinya
kekambuhan pasca perawatan mampu diminimalkan.
1.2 Perumusan Masalah
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah yang bersumber pada
pengalaman peneliti atau pengetahuan yang diperolehnya melalui kajian ilmiah
atau kepustakaan lainnya (Moleong, 2007:93). Fokus penelitian mempunyai dua
macam tujuan, yang pertama yaitu untuk membatasi studi, dan yang kedua untuk
memenuhi kriteria inklusi–eksklusi atau memasukkan–mengeluarkan suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 2007:94). Penelitian ini
difokuskan pada penggalian berbagai informasi mengenai Terapi Holistik di Griya
Pemulihan Siloam Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan dengan Terapi Holistik
Sebagai Model Penanganan Skizofrenia dengan mengkaji:
10
Bagaimana model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi
Holistik yang dilakukan di GPSY?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi
Holistik yang dilakukan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta.
1.4 Kontribusi Penelitian
1.4.1
Secara Teoritis
1)
Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui tentang model
pengananan yang sesuai untuk gangguan jiwa skizofrenia dan dapat juga
digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
sejenis.
2)
Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis pada ilmu
pengetahuan khususnya psikologi klinis.
1.4.2
1)
Secara Praktis
Bagi mahasiswa dan peneliti
Melalui penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih dalam
tentang model penanganan skizofrenia secara holistik, sehingga bisa
digunakan sebagai referensi dan sebagai pedoman informasi atas
penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skizofrenia
dan model penanganannya.
11
2)
Bagi Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
dan untuk terus lebih memaksimalkan serta mengembangkan Terapi
Holistik.
3)
Bagi keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat diharapkan untuk tidak mendiskriminasikan
gangguan jiwa skizofrenia tetapi mampu ikut ambil bagian dan berperan
serta dalam menanggapi permasalahan gangguan jiwa skizofrenia secara
positif dengan memanfaatkan hasil penelitian ini. Peran serta keluarga dan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam membantu proses pemulihan
gangguan jiwa skizofrenia dan meminimalisirkan terjadinya kekambuhan
(relaps) setelah perawatan.
BAB 2
LANDASAN TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif Teoritik
Perspektif teori di dalam bab ini dibatasi melalui ruang lingkup permasalahan
yakni Skizofrenia dan Terapi Holistik.
2.1.1 Skizofrenia
2.1.1.1 Pengertian Skizofrenia
Maslim (2003:46) mendefinisikan skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia
pada umumnya ditandai oleh adanya penyimpangan yang fundamental pada karakteristik
dari pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul
(blunted).Kesadaran masih jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, meskipun akan terjadi kemundurun kognitif tertentu yang
akan berkembang kemudian.
Hawari (2003:xi) Skizofrenia berasal dari dua kata yaitu “Skizo” yang berarti
retak atau pecah (split) dan “frenia” yang artinya jiwa. Skizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang menyebabkan keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of
personality) pada penderitanya.
Ibrahim (2011:6) skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-kadang merasa
dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, terdapatnya waham, ganguan persepsi, afek
abnormal dan autisme. Kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak
terganggu.
12
13
Strauss et al, (dalam Arif 2006:3) menyatakan bahwa skizofrenia adalah
gangguan mental yang sangat berat yang ditandai dengan munculnya gejala-gejala positif
seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejalagejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya
keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya
relasi personal.
Carson dan Butcher (dalam Wiramihardja 2010:134) Skizofrenia merupakan
kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi
mengenai realitas, yang ditandai dengan adanya perilaku menarik diri dari interaksi
sosial, serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi.
Liftiah (2009:175) mendefinisikan skizofrenia sebagai sindrom klinis yang paling
membingungkan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling jelas
menggambarkan tentang sakit mental atau gila, gangguan jiwa ini menyentuh semua
aspek kehidupan penderita. Skizofrenia menyerang jati diri, memutuskan hubungan
antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide
yang salah, dan konsepsi yang tidak logis.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa skizofrenia merupakan salah satu
gangguan jiwa psikosis yang berdampak pada semua aspek kehidupan
meliputi
perubahan pada faktor genetik, fisik, psikis dan sosial budaya, sehingga menyebabkan
terjadinya keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) pada
penderitanya. Ditandai dengan munculnya penyimpangan yang fundamental berupa
gejala positif yang meliputi halusinasi, waham, gangguan kognitif dan persepsi, perilaku
aneh serta gejala negatif yang meliputi afek yang abnormal, tidak ada kemauan (apatis),
dan terganggunya relasi personal. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
14
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemudian akan terjadi
kemunduran kognitif tertentu.
2.1.1.2 Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar
dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari
sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu
hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan
Dr.
LS
Chandra,
SpKJ
dari
Sanatorium
Dharmawangsa
Jakarta
Selatan
(http://zulliesikawati.staff. ugm.ac.id /wp- content / uploads / schizophrenia.pdf).
Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal bila dibandingkan dengan
onset skizofrenia pada wanita yaitu pada saat usia 15 sampai 25 tahun sedangkan onset
pada wanita berkisar pada usia 25 sampai 35 tahun. Sekitar 90 persen pasien menjalani
pengobatan di usia antara 15 sampai 55 tahun, sedangkan onset skizofrenia pada usia
sebelum 10 tahun dan sesudah 50 tahun sangat jarang ditemui (Kaplan dan Sadock,
2010:702).
2.1.1.3 Mekanisme Terjadinya Skizofrenia
Menurut Hawari (2003 :11-19) mekanisme terjadinya skizofrenia meliputi
pendekatan organobiologik, psikodinamik, psikoreligius dan psikososial.
1. Organobiologik
Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja, namun
ada banyak faktor yang berperan serta terhadap munculnya gejala-gejala skizofrenia
antara lain: faktor genetik, virus, auto-antibody, malnutrisi (kekurangan gizi).
Sejauh mana peran genetik pada skizofrenia digambarkan pada penelitian berikut
:
15
a. Studi yang dilakukan terhadap keluarga menyebutkan bahwa pengaruh genetik pada
orang tua 5,6 %; saudara kandung 10,1 %; anak-anak 12,8 %; dan penduduk secara
keseluruhan 0,9 % (Gottesman and Shields, 1982).
b. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik (monozygote)
59,2 %, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote) adalah 15,2 %
(Kendler, 1983).
Gangguan perkembangan otak pada janin juga menjadi penyebab lain terjadinya
skizofrenia . Gangguan perkembangan otak janin ini disebabkan karena virus, malnutrisi
(kekurangan gizi), infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Perihal adakah hubungan antara faktor gen dengan gangguan perkembangan
otak janin, Hawari (2003:13) menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal,
namun apabila tidak disertai adanya faktor-faktor lain atau faktor epigenetik maka
skizofrenia tidak akan muncul. Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia baru
muncul apabila terjadi interaksi antara gen yang abnormal dengan:
1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan
otak janin;
2. Menurunya auto-immune yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
3. Berbagai macam komplikasi kandungan;
4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trisemester pertama kehamilan;
Interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada sebelumnya dengan faktor
epigenetic dapat memunculkan gejala skizofrenia. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik
tersebut, bila mengalami stessor
psikososial dalam kehidupannya, maka resikonya munculnya skizofrenia akan lebih besar
bila dibandingkan dengan orang
sebelumnya.
yang tidak memiliki adanya faktor epigenetik
16
Penderita skizofrenia mengalami perubahan atau gangguan pada system transmisi
sinyal penghantar saraf (neuro-transmitter) dan reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron)
dan interaksi neuro-kimia seperti dopamine dan serotonin, yang ternyata mempengaruhi
fungsi-fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif skizofrenia. Hawari
(2003:19) menyatakan bahwa pada penderita skizofrenia kronis ditemukan perubahan
pada anatomi otak yang diketahui dengan penelitian menggunakan CT Scan. Perubahan
anatomi otak tersebut berupa pelebaran lateral ventrikel, atrofi kortek bagian depan dan
atrofi otak kecil tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
Neale dan Haaga (dalam Arif 2006:26) mengungkapkan tentang teori-teori
somatogenesis tentang penyebab skizofrenia yang dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Teori-teori somatogenesis tentang penyebab skizofrenia
Teori-teori somatogenesis tentang penyebab skizofrenia
Genetik
Penelitian pada keluarga, kembar dan anak adopsi cenderung
menunjukan bahwa kerentaan pada skizofrenia ditransmisikan
secara genetik.
Biochemistry
Obat antipsikotik menghambat resptor dopamine, cenderung
menunjukan bahwa skizofrenia disebabkan oleh masalah dalam
system dopamine.
Neuroanatomy
Ketidaknormalan
otak
(missal
:
pembesaran
ventrikel)
ditemukan diantara pasien-pasien skizofrenia.
Setelah mengetahui perubahan-perubahan pada system transmisi saraf di sel-sel
susunan saraf pusat (otak) yang dapat menyebabkan gangguan skizofrenia maka para ahli
telah menemukan jenis obat yang dapat memperbaiki gangguan fungsi neuro-transmitter
yang mampu menghilangkan gejala-gejala positif maupun positif skizofrenia atau dengan
17
kata lain penderita skizofrenia dapat diobati dan disembuhkan (Hawari, 2003:19). Terapi
dengan obat-obat medis telah dilakukan dan dikembangkan oleh tenaga-tenaga kesehatan
dan memberikan hasil yang baik, obat-obatan medis yang diberikan kepada pasien
skizofrenia telah berhasil menghilangkan sebagian gejala skizofrenia khususnya gejala
positif pada sebagian besar pasien.
2. Psikodinamik
Hawari (2003 :20–24) menyatakan apabila seseorang jatuh sakit (menderita
skizofrenia) secara umum dan sederhana dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus:
I+SR
I = Individu, yaitu seseorang yang sudah mempunyai bakat-bakat tertentu, kepribadian
yang rentan (vulnerable personality) ataupun faktor genetik; yang kesemuanya itu
merupakan faktor presdiposisi yaitu kecenderungan untuk menjadi sakit.
S = Situasi, yaitu suatu kondisi yang menjadi tekanan mental bagi individu yang
bersangkutan, misal stressor psikososial.
R = Reaksi, yaitu respon dari individu yang bersangkutan setelah mengalami situasi yang
tidak mengenakan (tekanan mental) sehingga ia mengalami frustasi yang pada
gilirannya menjadi jatuh sakit.
Mekanisme terjadinya skizofrenia pada diri seseorang dari sudut pandang
psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori; yaitu teori homeostatis-deskriptif
(descriptive-homeostatic)
dan
fasilitatif-etiologik
(etiological-facilitative).Teori
homeostatis-deskriptif, menjelaskan secara deskriptif gambaran gejala-gejala dari suatu
gangguan jiwa yaitu penyebab terjadinya gangguan keseimbangan (balance) atau
homeostatic pada diri sesorang pada saat sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa
sedangkan teori fasilitatif-etiologik, menguraikan tentang faktor-faktor penyebab
18
(etiologi) munculnya suatu penyakit, bagaimana perjalanan penyakitnya dan penjelasan
mekanisme psikologis dari penyakit yang bersangkutan. Klein (1926) dalam Hawari
(2003:22) skizofrenia muncul karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-skizoid pada
perkembangan awal masa bayi.
Markam (2008:63-64) menyatakan tingkah laku abnormal menurut pandangan
psikodinamik disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi,
mekanisme defensif) yang mengganggu penyesuaian diri individu. Ini mengacu pada
teori Freud yang menyatakan bahwa, esensi pribadi seseorang bukan terletak pada apa
yang
ia
tampilkan
secara
sadar,
melainkan
apa
yang
tersembunyi
dalam
ketidaksadarannya dan menyebabkan seseorang tidak dapat beradaptasi dengan dunia
luar.
Freud (dalam Hawari 2003:23) terdapat 3 unsur psikologik yang terdapat pada
diri individu yaitu Id, Ego, dan Super-Ego. Id adalah bagian dari jiwa seseorang berupa
dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak manusia dilahirkan yang memerlukan
pemenuhan dan pemuasan segera. Unsur Id ini sifatnya vital, menuntut, dan mendesak
sebagai suatu mekanisme pertahan diri, sebagai contoh misalnya dorongan atau nafsu
makan, minum, seksual, agresivitas dan sejenisnya. Unsur Super-Ego sifatnya sebagai
“badan penyensor” memiliki nilai-nilai moral etika yang membedakan mana yang boleh
mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang
haram dan sejenisnya; atau dengan kata lain merupakan “hati nurani” manusia.
Sedangkan unsur Ego merupakan “badan pelaksana” yang menjalankan kebutuhan Id
setelah “disensor” dahulu oleh Super-Ego. Ego berfungsi sebagai eksekutif dari
kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur.
Uraian berikut akan menjadi menjadi ilustrasi mengenai peran masing-masing
unsur kejiwaan, sebagai contoh misalnya untuk memenuhi kebutuhan (Id) makanan/nafsu
19
makan (rasa lapar) maka seseorang akan melaksanakan kebutuhan itu (Ego) dengan jalan
membeli/memasak makanan dan tidak dengan cara mencuri, sebab (Super-Ego)
melarangnya. Dalam istilah agama Super-Ego dapat disamakan dengan Iman seseorang.
Apabila oleh suatu sebab Ego melakukan pencurian, maka Super-Ego akan
“menghukumnya” yaitu dalam bentuk perasaan bersalah dan berdosa. Sebagai kelanjutan
timbullah konflik internal antara Id, Ego, dan Super-Ego, dan manakala yang
bersangkutan tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut, pada gilirannya ia dapat jatuh
sakit.
3. Psikoreligius
Hawari
(2003:28-29) mengungkapkan bahwa agama berfungsi sebagai
pengendalian diri (self control) dimana fungsi ini akan memperkuat Ego dalam
memenuhi kebutuhan Id yang tidak bertentangan dengan Super-Ego. Hal ini berarti
kehidupan beragama seseorang merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam memandang sebab terjadinya skizofrenia.
Individu yang memiliki kehidupan beragama yang baik tidak akan melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, ini berarti tindakan-tindakan yang
dilakukannya adalah tindakan yang sejalan dengan kebaikan ataupun bukanlah tindakan
yang menyimpang. Hal ini menyebabkan individu terhindar dari konflik batin yang dapat
memicu timbulnya skizofrenia. Kehidupan agama yang lemah membuat seseorang tidak
mempunyai pengendalian diri dan kekuatan dalam menghadapi masalah (stressor) yang
muncul sehingga ketika dia mendapatkan sebuah masalah individu akan mudah
terguncang jiwanya dan ini dapat memicu terjadinya skizofrenia.
Pentingnya riwayat kehidupan beragama bagi penderita gangguan jiwa
dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock
(2010:425) yang menyatakan bahwa dalam
wawancara psikiatrik (anamnesa) perlu ditelusuri latar belakang keagamaannya untuk
20
mengetahui sejauh mana pengaruh agama dalam kehidupan penderita sebelum sakit.
Larson, 1992 (dalam Hawari 2003:28) juga menyatakan bahwa komitmen agama amat
penting dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan
seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.
Kehidupan beragama merupakan hal penting dalam diri individu, berdasarkan
uraian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagai makhluk beragama kita
mempunyai suatu kepercayaan kepada Tuhan yang menjadi pedoman hidup seseorang
dan menjadi kekuatan terbesar dalam hidup individu untuk terus bertahan hidup
menghadapi bermasalahan kehidupan. Kekuatan terbesar itu bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa yang mampu menyelesaikan segala masalah kehidupan. Prinsip keimanan yang
kuat inilah yang menjadi kekuatan seseorang untuk mempertahankan diri dari tekanan
psikis ataupun konflik batin sehingga invidu yang memiliki kehidupan beragama yang
baik akan lebih sulit jatuh sakit, mampu bertahan dalam mengatasi berbagai penderitaan
yang menimpanya, dan mampu bertindak dengan bijak dalam menghadapi permasalahan
hidupnya. Inilah yang menyebabkan seseorang dengan kehidupan beragama yang baik
dapat menekan faktor pemicu munculnya skizofrenia.
4. Psikososial
Sebagaimana rumusan yang telah diuraikan di muka yaitu faktor “S” (Situasi atau
kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang) dapat merupakan stressor psikososial.
Hawari (2003:30) menyatakan bahwa stressor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu
terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan
mental) yang timbul.
21
Kerentaan individu terhadap stressor psikososial ini berbeda-beda tergantung dari
tipe kepribadian, kondisi psikis, dan kondisi lingkungan masing-masing individu. Ada
atau tidaknya dukungan sosial ataupun dukungan keluarga yang diterima individu juga
berpengaruh terhadap ketahanan individu dalam menghadapi stressor psikososial. Tidak
semua individu mampu mengatasi dan melakukan stressor psikososial yang menimpanya,
ketidakmampuan inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan kejiwaan pada
diri individu yang dapat memicu munculnya berbagai gangguan kejiwaan dan salah
satunya adalah skizofrenia.
Kaplan dan Sadock (2003:708) mengungkapkan bahwa seseorang mungkin
memiliki suatu kerentangan spesifik yang dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan akan
menimbulkan stres. Skizofrenia adalah suatu penyakit dari otak yang dalam
perjalanannya dipengaruhi oleh stressor psikososial. Ketika individu sudah memiliki
suatu kelainan pada otak maka ia akan sangat rentang terhadap stressor psikososial. Ini
berarti bahwa faktor psikososial merupakan faktor penting yang dapat memicu
munculnya gejala skizofrenia ke permukaan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
faktor psikososial secara langsung dan kausatif berhubungan dengan perkembangan
perjalanan skizofrenia.
Perubahan-perubahan yang serba cepat (rapid sosial changes) sebagai
konsekuensi modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, telah mempengaruhi tata nilai kehidupan keluarga. Tidak semua orang
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan sosial tersebut yang pada gilirannya
yang bersangkutan dapat jatuh sakit. Pada sebagian orang perubahan-perubahan sosial
yang serba cepat akan menjadi stressor psikososial.
22
Gruenberg (dalam Markam, 2008:76) memberi nama “social breakdown
syndrome” sebagai istilah yang sesuai dengan “gangguan jiwa”, karena sebenarnya yang
menganggap seseorang terganggu adalah lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial seolah-olah bersifat menekan seseorang untuk bertindak diluar batas
kemampuannya, demi mendapat sesuatu yang dituntut oleh lingkungannya. Lingkungan
menuntut individu untuk menjadi “makhluk” yang taat norma dan mau tidak mau, bisa
ataupun tidak bisa harus bertindak sesuai norma yang berlaku untuk memenuhi kaidah
umum yang berlangsung dalam masyarakat.
Bila ia tidak berhasil maka ia akan
mendapat julukan yang serba negatif (labeling), yang akhirnya menyebabkan seseorang
tersebut terisolasi dari lingkungannya.
Hass
(dalam Markam 2008:77) menyebutkan bahwa menurut pendekatan
sosiokultural, penyebab perilaku abnormal antara lain adalah perubahan sosial,
kemiskinan, diskriminasi, pengangguran yang merupakan hal-hal yang sulit diatasi. Jadi
penyakit jiwa ialah manifestasi personal dari suatu penyakit dan stres dalam masyarakat.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat mengalami konflik kejiwaan
yang bersumber dari konflik internal (dunia dalam) dan konflik eksternal (dunia luar).
Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga orang
tersebut jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam. Manifestasi dari ketidakmampuan
individu dalam menyelesaikan konflik sosial ini adalah individu menjadi menarik diri
(withdrawn), melamun (day dreaming), hidup dalam dunianya sendiri yang lamakelamaan timbullah gejala-gejala berupa kelainan jiwa seperti halusinasi, waham (delusi)
dan lain sebagainya. Seseorang tidak lagi mampu menilai realitas (reality testing abilityRTA, terganggu) dan pemahaman diri (insight) buruk
munculnya skizofrenia (Hawari, 2003:40).
merupakan perjalanan awal
23
Sebagai kesimpulan akhir dapat dikemukakan bahwa mekanisme terjadinya
skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal tetapi mencakup kesemua aspek
kehidupan individu yang dipandang secara komprehensif dengan menggunakan suatu
pendekatan yang menyeluruh. Pendekatan tersebut mencakup pendekatan dari sudut
pandang organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial, sehingga
mekanisme terjadinya skizofrenia dapat dipahami secara lebih mendalam dan utuh tanpa
mengabaikan salah satu aspek. Lebih lanjut, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
skizofrenia maka dapat diberikan penanganan yang memadai dan komprehensif
(menyeluruh) dan tidak parsial (terpenggal-penggal) pada penderita skizofrenia sehingga
kesembuhan pasien skizofrenia dapat diupayakan dengan maksimal.
2.1.1.4 Gejala Klinis Skizofrenia
Pada tahun 1980 T.J. Crow membuat suatu klasifikasi pasien skizofrenia kedalam
tipe I yang didasarkan adanya gejala positif dan tipe II yang didasarkan dari gejala negatif
(defisit) sebagai berikut (Ibrahim 2011:22-31).
a. Gejala Positif
1. Halusinasi
Halusinansi yang muncul terdapat pada penderita skizofrenia tidak disertai
dengan adanya penurunan kesadaran. Halusinasi yang demikian hanya muncul pada
gangguan jiwa skizofrenia dan sangat jarang ditemukan pada gangguan jiwa lainnya.
Halusinasi ini berupa halusinasi pendengaran, dalam bentuk suara manusia, bunyi barangbarang atau siulan, terkadang juga ditemui halusinasi penciuman, halusinasi citarasa, atau
halusinasi singgungan. Penderita seolah-olah mencium wangi kembang dimanapun ia
berada, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia, bahkan ia seolah-olah
merasakan ada racun didalam makanannya.
2. Waham
24
Waham yang muncul berupa waham yang tidak logis sama sekali dan sangat
bizar (aneh). Umumnya waham tersebut muncul dalam bentuk waham kejar, waham
kebesaran, atau waham menyangkut diri sendiri. Karakteristik waham didominasi oleh
hal-hal pokok di luar pengawasan pikiran, perasaan, atau perilaku pasien. Waham ini
merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun, sehingga penderita skizofrenia
meyakini waham yang muncul sebagai sesuatu yang diyakini secara mutlak oleh dirinya.
3. Gangguan Pikiran Formal Positif
Gangguan Pikiran Formal berupa penggolongan asosiasi, yaitu berupa obliquely
related subject dimana ide-ide berpindah dari subjek ke subyek lainnya dan sama sekali
tidak ada hubungannya atau hubungannya sama sekali tidak tepat serta berupa frame of
reference yaitu berupa pengertian-pengertian yang tidak ada hubungannya sama sekali
namun disatukan secara indiosinkratik. Hal itu sama sekali tidak disadari oleh individu
yang menderita skizofrenia.
Pelonggaran asosiasi yang semakin berat akan menyebabkan terjadinya
inkoherensi, yaitu suatu percakapan yang tidak dapat dimengerti dan kemiskinan isi
pembicaraan. Pembicaraan yang secara kuantitas masih baik namun buruk secara
kualitas.Gejala lain yang dijumpai adalah neologisme, perseverasi, asosiasi suara
(clanging) dan hambat pikir (blocking).
4. Perilaku Aneh
Perilaku Aneh terdiri dari: perilaku stereotipik (hal ini merupakan pola
pengulangan pergerakan atau cara berjalan), stupor (tidak bergerak), kelainan makanan
(memakan sesuatu, tetapi biasanya tidak sampai habis), echopraksia (pergerakan yang
analog dengan echolalia, terdiri dari gerakan dan sikap yang palsu dari seorang pasien
skizofrenia), negativisme (Penolakan oleh seorang pasien untuk bekerja sama dengan
25
pemeriksa), gejala-gejala somatik,
mannerisme (melakukan pengulangan perbuatan
tertentu secara eksesif, biasannya dilakukan secara ritual seperti melakukan seremonial).
b. Gejala Negatif
1. Pendataran Afektif
Afek adalah reaksi emosi atau perasaan yang dikemukakan penderita dan dapat
diperiksa atau diamati oleh orang lain. Pendataran afektif merupakan penurunan reaksi
emosi seseorang yang terlihat dari; ekspresi wajah yang tidak berubah (Gejala-gejala
seperti mutisme, hambatan abnormal/ kesukaran bersuara, kepatuhan secara otomatis dan
fleksibelitas seperti lilin), penurunan spontanitas gerak (penderita skizofrenia menarik
diri dari kehidupan sosial dan bersikap egosentris, dengan berkurangnya pembicaraan
spontan atau gerakkan dan tidak adanya tingkah laku yang bertujuan, termasuk gerakan
yang kurang luwes atau kaku, merupakan tanda penurunan spontanitas gerak), hilangnya
gerakan ekspresif (pendataran afektif menimbulkan gambaran yang khas pada penderita
skizofrenia, dalam bentuk tampak seolah-olah kekakuan, kurang mobilitas), kontak mata
yang minim, non-responsivitas afektif (penderita skizofrenia dengan pendataran afektif
tampak kaku dalam penggambaran respon wajahnya, yang terlihat dalam bentuk
kurangnya respon gerakan, seperti misalnya, sukar tersenyum), afek yang tidak sesuai
(ekspresi afektif dikatakan sesuai apabila ekspresi afektif sesuai dengan pikirannya yang
dipikirkan, muncul sesuai dengan suara hati yang sedang disandangnya), tidak adanya
lagu suara (pada saat pembicaraan, intonasi tampak monoton).
2. Alogia
Alogia meliputi ; kemiskinan bicara (penderita skizofrenia yang terganggu
realitanya mempunyai gangguan dalam proses pikirnya), kemiskinan isi bicara (pikiran
yang tidak logis dan kemiskinan pikiran membuat isi bicara penderita skizofrenia menjadi
26
kacau dan sukar dimengerti), penghambatan (penghambatan/blocking adalah keadaan
dimana pikiran mendadak berhenti, seolah-olah berhadapan dengan sebuah tembok),
peningkatan latensi respon (penderita skizofrenia mungkin hanya bicara dan
menampilkan perilaku yang aneh, dalam pembicaraan penuh dengan kata-kata yang
kacau atau kasar yang merupakan respon terhadap halusinasi).
3. Tidak ada kemauan (apatis)
Tidak ada kemauan meliputi; berdandan dan higinis (terdapat hendaya dalam
fungsi rutin sehari-hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak
memperdulikan kerapian diri atau berpakaian /berdandan secara eksentrik) , Tidak tetap
dalam pekerjaan atau sekolah (penderita skizofrenia yang mengalami gangguan pada
penilaian realitas realitasnya akan mengakibatkan hendaya dalam fungsi personal dan
sosialnya), anergia fisik (tidak dapat mengambil keputusan, tidak bertindak dalam suatu
keadaan, kadang-kadang terdapat ketidakwajaran aktivitas psikomotor seperti berdiam
diri/immobilitas secara apatik yang bisa juga disebabkan karena penumpulan afektifitas
seolah-olah tampak seperti ketidakberdayaan, anhedonia-asosialitas (keadaan dimana
seseorang tidak dapat merasakan kesenangan atau kegembiraan dan terjadi penurunan
emosional terhadap lingkungan sekitarnya), minat dan aktifitas reaksional dan seksual
(individu yang menderita skizofrenia keinginan atau dorongan untuk itu sudah tidak ada
lagi).
Lebih lanjut, sikap apatis pada skizofrenia ini juga terlihat pada keintiman dan
keakraban (bersifat bermusuhan atau agresif yang dapat mengganggu keintiman dan
keakraban dalam pergaulan), hubungan dengan teman sebaya (anak-anak dan remaja
dengan skizofrenia cenderung memiliki riwayat pramorbid tentang adanya penolakan
sosial, hubungan dengan teman sebaya yang buruk, perilaku menarik diri dari gangguan
akademik dibanding mereka dengan skizofrenia onset dewasa), atensi (atensi merupakan
27
ikhtiar manusia
yang dikerjakannya dalam keadaan sadar, guna mencurahkan
tenaga/energi ke suatu objek tertentu dan hal ini disadari oleh individu itu sendiri (pada
penderita skizofrenia mereka kehilangan atensi), tidak memiliki atensi sosial (selalu
terdapat hendaya dalam berbagai fungsi rutin sehari-hari seperti dalam bidang pekerjaan
dan hubungan sosial) (Ibrahim 2001:22–30).
2.1.1.5 Pedoman Diagnosis Skizofrenia
Pedoman diagnosis gangguan jiwa menurut Maslim (dalam PPDGJ-III 2003: 4647) menyatakan bahwa sedikitnya harus ada satu gejala berikut ini yang amat jelas dan
dua gejala atau lebih bila gejala tersebut kurang jelas ataupun tidak menonjol, gejalagejala tersebut yaitu:
(a) “thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang terus berulang atau
bergema dalam kepala dan isi pikiran ulangan yang walaupun isinya
sama namun kualitasnya berbeda; atau “thought insertion or
withdrawal”: isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya
(insertion )atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan “thought broadcasting”: isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
(b) “delusion of control”: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence”: waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion
of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar (tentang „dirinya‟: secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus); “delusional perception”: pengalaman inderawi
yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh;
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas;
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole ide-ide berlebihan
28
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik: seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
(h) Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. (Maslim 2003:4647)
Gejala-gejala khas setidaknya telah berlangsung dalam kurun waktu satu bulan
atau lebih dan tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal serta harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour). Manifestasi dari munculnya
gejala-gejala tersebut adalah hilangnya minat, tidak ada tujuan hidup, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan menarik diri secara
sosial.
2.1.1.6 Klasifikasi Skizofrenia
Maslim (dalam PPDGJ-III 2003:48-51), skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau
kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi
dengan hal-hal sebagai berikut:
1. F20.0 Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid memenuhi semua kriteria umum diagnosis skizofrenia dan
ditambah dengan adanya halusinasi serta waham yang harus menonjol dan juga
terdapatnya gangguan afektif. Halusinasi dan waham tersebut berupa: (a) Halusinasi
yang berupa suara-suara yang berisikan ancaman terhadap pasien atau suara-suara yang
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi, seperti
29
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa; (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan
rasa, atau halusinasi yang bersifat seksual, dan halusinasi lainya yang berkenaan dengan
perasaan tubuh. Halusinasi visual tidak bersifat menonjol, tetapi kemungkinan halusinasi
ini tetap muncul; (c) Waham yang muncul dapat berupa semua jenis waham, akan tetapi
waham yang paling khas adalah waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejarkejar yang beraneka ragam. Kriteria berikutnya yaitu terdapat gangguan afektif berupa
dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik yang secara relatif tidak
nyata/menonjol.
Pasien skizofrenia paranoid adalah tipikal tegang, pencuriga, berhati-hati, tidak
ramah serta memiliki interaksi interpersonal yang kaku, formal dan sangat mendalam.
Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenia paranoid kadangkadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat di dalam situasi sosial.
Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap
intak. Arif (2006:20) mengungkapkan bahwa prognosa untuk skizofrenia paranoid lebih
baik, terutama dengan fungsi mencari nafkah dan kemampuan untuk hidup mandiri.
2. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan onset
biasanya mulai usia 15-25 tahun. Salah satu ciri khas yang terlihat, yaitu: pemalu dan
senang menyendiri (solitary), namun ciri khas tersebut belum mampu digunakan untuk
menentukan diagnosis, masih diperlukan beberapa kriteria lain yang dilakukan untuk
pendiagnosisan.
Diagnosis skizofrenia hebefrenik memerlukan waktu pengamatan selama 2 atau 3
bulan, hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil diagnosis yang meyakinkan dan untuk
memastikan adanya gambaran gejala khas yang merupakan ciri skizofrenia hebefrenik
30
yang muncul dan menetap pada diri invidu. Gambaran khas tersebut berupa: (a) Perilaku
yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa
tujuan dan hampa perasaan; (b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (selfsatisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases); (c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Kriteria lain yang muncul pada skizofrenia hebefrenik juga terdapatnya gangguan
afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir yang menonjol. Terdapat
halusinasi dan waham namun sifatnya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions
and hallucinations). Hilangnya dorongan berkehendak dan bertujuan, sehingga penderita
menunjukan perilaku yang tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empety of puspose).
Selanjutnya ciri yang berikutnya yaitu terdapat suatu preokupasi yang dangkal dan
bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
3. F20.3 Skizofrenia Katatonik
Diagnosis skizofrenia katatonik meliputi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia dan terdapat satu atau lebih gambaran klinis yang mendominasi. Gambaran
klinis pada skizofrenia katatonik meliputi: (a) stupor (terdapat pengurangan yang drastis
pada reaktivitas terhadap lingkungan, gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme
(tidak berbicara); (b) Gaduh gelisah (terlihat aktivitas motorik tak bertujuan yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal, perilaku ini terlihat menonjol); (c) Menampilkan
31
posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh
tertentu yang tidak wajar atau aneh); (d) Negativisme (bentuk perilaku perlawanan yang
tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau
pergerakkan kearah berlawanan yang
ditunjukan secara jelas);
(e)
Rigiditas
(mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan (g) Gejala-gejala lain seperti “command
automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata
serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia tidak bisa langsung didiagnosis sebagai skizofrenia
katatonik diperlukan bukti adanya gejala-gejala lain yang menjadi penyerta sehingga
diagnosis baru bisa ditegakkan. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik
bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh
penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan
pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Dibutuhkan pengawasan khusus terhadap pasien untuk menghindari terjadinya perilaku
spontan yang melukai karena perilaku yang muncul sering kali kurang tidak bisa
diprediksi.
Perawatan medis diperlukan karena untuk mengani adanya malnutrisi,
kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)
Skizofrenia tak terinci merupakan diagnosis yang diberikan kepada pasien yang
jelas memenuhi diagnosis umum skizofrenia akan tetapi tidak dapat dengan mudah
32
dimasukkan ke dalam salah satu tipe yang dikarenakan tidak memenuhi diagnosis yang
ditentutan pada skizofrenia tipe manapun. Skizofrenia dengan ciri tersebut oleh PPDGJ
diklasifikasikan sebagai skizofrenia tak terinci. Kriteria diagnostik skizofrenia tak terinci
menurut PPDGJ III yaitu: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid, Hebefrenik, atau Katatonik dan
juga tidak memenuhi kriteria untuk Skizofrenia Residual dan Depresi Pasca Skizofrenia.
5. F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis Depresi Pasca-skizofrenia hanya ditegakkan apabila: (a) Pasien telah
menderita skizofrenia (memenuhi kriteria diagnosis umum skizofrenia) selama 12 bulan
terakhir ; (b) Beberapa gejala Skizofrenia masih tetap ada, tetapi tidak lagi gambaran
klinis yang mendominasi; dan (c) terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan
menganggu dan memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif yang telah
nampak dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Pasien yang sudah tidak menunjukan diagnosis kriteria umum skizofrenia maka
pasien tersebut didiagnosis menjadi Episode Depresif (F32), namun apabila pasien
menunjukan gejala skizofrenia yang menonjol maka pasien tersebut digolongkan ke
dalam salah satu subtipe diagnosis skizofrenia yang sesuai.
6. F20.5 Skizofrenia Residual
Penegakkan diagnosis skizofrenia residual harus memenuhi semua gambaran
klinis dengan tujuan supaya diperoleh diagnosis yang pasti dan menyakinkan. Gambaran
klinis yang harus dipenuhi meliputi: (a) adanya gejala “negatif” dari skizofrenia yang
menonjol misalnya; perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul,
sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi
suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; (b) Sedikitnya ada
33
riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofenia; (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia; (d) Tidak
terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti yang terus-menerus adanya
gangguan skizofrenia tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang
cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan sosial,
perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah
sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal
tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
7. F20.6 Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit untuk dibuat suatu diagnostik yang
meyakinkan karena penegakakan diagnosis tergantung pada pemantapan perkembangan
yang berjalan perlahan dan progresif dari: (a) gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia
residual (F.20.5) tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari
episode psikotik; dan (b) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna dan bermanifestasi pada hilangannya minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tidak memiliki tujuan hidup, dan menarik diri secara sosial. Gangguan ini kurang
jelas gejala psikotiknya apabila dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Jarang
sekali terdapat waham dan halusinasi. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali, pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai
34
menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran
dan akhirnya menjadi pengangguran.
8. F20.8 Skizofrenia Lainnya
9. F20.9 Skizofrenia YTT.
2.1.1.7 Perjalanan Penyakit
Kaplan dan Sadock (2010:736-737) menyatakan tanda awal dari skizofrenia
adalah munculnya simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul
pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom pada fase
prodormal dalam kurun waktu yang relative singkat berkisar beberapa hari sampai
beberapa bulan. Onset pencetus adalah adanya perubahan sosial/ lingkungan yang
memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai
bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi.
Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu
lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan,namun yang terjadi
biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat
pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia
kambuh. Setelah episode psikotik lewat terkadang pasien menjadi depresi dan ini bisa
berlangsung seumur hidup. Seiring dengan berjalannya waktu maka akan memasuki fase
residual dimana simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada sedangkan simtom
negatif relative sulit hilang bahkan bertambah parah sehingga menimbulkan
ketidakmampuan secara sosial.
Hawari (2003:3-4) menyatakan bahwa seiring dengan kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan, anggapan tentang penyakit skizofrenia yang pada mulanya tidak dapat
disembuhkan kini anggapan ini berangsur-angsur hilang. Pada dasarnya skizofrenia
35
memenuhi kriteria yang dapat dibuktikan secara ilmiah (rasional) yaitu mengenai
mekanisme terjadinya skizofrenia, penegakan diagnosis penyakit (skizofrenia), oleh
karena itu penyakit tersebut dapat diobati dan dari hasil pengobatan ternyata dapat
dibuktikan keberhasilannya. Hal ini diartikan bahwa dengan dilakukan penanganan yang
baik pada penderita skizofrenia maka gangguan jiwa ini dapat disembuhkan atau dapat
diminimalkan terjadinya kekambuhannya.
2.1.1.8 Prognosis
Skizofrenia merupakan gangguan yang lebih kronis dan lebih melemahkan
daripada jenis gangguan mental lainnya. Hal ini diperkuat oleh McGlashan (dalam
Wiramihardja, 2010:149) yaitu bahwa harapan hidup orang-orang dengan skizofrenia
adalah 10 tahun lebih pendek daripada orang-orang tanpa gangguan skizofrenia.
Kaplan dan Sadock (2010:737) mengungkapkan bahwa dari beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan
psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20% pasien
dapat digambarkan memliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan
memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi
gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun hasil yang
ditunjukan kurang begitu bagus, namun skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan
penyakit yang buruk dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan dalah dari 10-60% dan perkiraan yang beralasan
adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan
yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan
40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh
hidupnya.
Ibrahim (2011:46) secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
36
1. Usia pertama kali timbul (onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introved lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Tabel 2.2
Prognosis Skizofrenia
Prognosis Baik
Prognosis Buruk
Onset tua dan akut dengan faktor Onset muda dan onset insidious tanpa
pencetus jelas
faktor pencetus
Insight/tilikan baik
Insight/tilikan buruk
Riwayat
sosial
dan
pekerjaan Riwayat sosial dan pekerjaan yang
premorbid yang baik
buruk
Subtipe paranoid dan katatonik
Subtipe disorganisasi / nondiferensiasi
Menikah
Tidak menikah
Riwayat keluarga tidak ada
Riwayat keluarga Skizofrenia
Predominasi gejala positif
Predominasi gejala negatif
Respon pengobatan baik
Respon pengobatan buruk
Dukungan keluarga dan sosial baik
Dukungan keluarga dan sosial kurang
2.1.2 Terapi Holistik
2.1.2.1 Pengertian Konsep Holistik dalam Penanganan Gangguan Jiwa
Pandangan terapi Holistik pada gangguan jiwa skizofrenia menurut Hawari
(2003:96) adalah suatu bentuk terapi yang komprehensif (menyeluruh) dengan
37
menggunakan pendekatan secara organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan
psikososial serta metode yang manusiawi dan tidak mendiskriminasikan.
Neuman, 1994 (dalam Salbiah, 2006:35) menyatakan bahwa konsep dan
pengertian holistik dalam perawatan manusia yaitu memandang manusia (klien) sebagai
suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi dan berinteraksi secara
dinamis. Bagian-bagian tersebut meliputi fisiologis, psikologis,
sosiokultural dan spiritual sehingga manusia dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang
utuh.
Kozier, 1995 (dalam Salbiah, 2006:35) mengemukakan bahwa penanganan
holistik adalah dengan memandang semua kehidupan organisme sebagai interaksi.
Gangguan pada satu bagian akan mengganggu sistem secara keseluruhan, dengan kata
lain adanya gangguan pada salah satu bagian akan menimbulkan dampak pada
keseluruhan.
Salbiah (2006:34) mengungkapkan bahwa konsep holistik merupakan salah satu
konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya.
Erikson (dalam Marriner-Tomey, 1994) juga mengemukakan tentang holism,
yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang terdiri dari
banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Secara umum disimpulkan bahwa pengertian holistik dalam penanganan manusia
mengacu pada asumsi yang menyatakan bahwa suatu bentuk penanganan yang utuh dan
menyeluruh pada setiap aspek kehidupan manusia meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
Aspek-aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat
dipandang sebagai satu bagian secara parsial.
38
2.1.2.2 Pengertian Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Pengertian Terapi Holistik di GPSY yaitu konsep terapi yang memandang
manusia sebagai suatu kesatuan yang utuh meliputi aspek fisik, psikis dan sosial dimana
kesemua aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.1.2.3 Model Penanganan Skizofrenia
Hawari (2003:96) mengungkapkan bahwa terapi yang holistik untuk penanganan
gangguan jiwa skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (terapi dengan obat-obatan anti
skizofrenia), psikoterapi (psikoterapi individu dan psikoterapi keluarga), psikososial, dan
psikoreligius.
Kaplan dan Sadock (2010:738) menyatakan bahwa perawatan pada gangguan
jiwa skizofrenia meliputi terapi somatik (obat-obatan antipsikotik dan obat-obatan
penunjang),terapi psikososial (terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi
kelompok, dan terapi individual).
Halgin dan Whitbourne (2010:67) menjelaskan bahwa model-model penanganan
komprehensif (holistik) pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi treatmen biologis (obatobatan), treatmen psikologis (terapi kognitif perilaku-pelatihan ketrampilan sosial),
treatmen sosiokultural (pelatihan okupasi dan psikoedukasi bagi keluarga).
Wiramihardja (2005:174) menjabarkan mengenai pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam intervensi meliputi perlakukan biogis (obat-obatan); terapi-terapi
psikologi (terapi psikodinamis, perilaku, terapi kognitif); pendekatan sosial (terapi
interpersonal dan terapi keluarga).
Secara umum disimpulkan bahwa penanganan holistik yang digunakan dalam
penanganan skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (berkaitan dengan obat-obatan),
psikoterapi (individual dan kelompok), psikoreligius (kerohanian pasien) dan psikososial
(ketrampilan sosial dan pendekatan kekeluarga).
39
2.1.2.4 Penerapan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Secara garis besar kegiatan terapi Holistik di GPSY dapat digambarkan sebagai
berikut ;
1. Terapi Medis meliputi; pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan
praktek kesehatan, konseling kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan,
penggunaan ruang isolasi dan olahraga
2. Terapi Rohani meliputi; doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film
rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani, permainan musik
rohani dan;
3. Terapi Sosial meliputi; diskusi kelompok, terapi kerja (waserda, penjualan bensin,
perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan dan
refresing.
4. Home Visit (kunjungan keluarga) dan Konseling Keluarga, diberikan kepada keluarga
pasien dan keluarga mantan pasien pada saat proses bimbingan lanjut.
Terapi Holistik di GPSY tidak dibatasi hanya pada terapi medis, rohani dan
sosial tetapi penerapan Terapi Holistik ini juga dikembangkan dalam pola hubungan
sehari-hari antara pasien,
terapis dan mentor yang dikemas dalam konsep tempat
rehabilitasi berbasis “home care” yaitu dengan membatasi jumlah pasien skizofrenia
yang dirawat hanya makimal 30 orang dalam satu periode, ini dilakukan demi keefektifan
dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan meminimalkan tingkat
kekambuhan pasien pasca pulang dari tempat perawatan/rehabilitasi.
Home care merupakan suatu pola kehidupan panti yang dikemas dengan pola
kehidupan keluarga dengan menciptakan suasana di dalam suatu rumah tangga yang
harmonis, dimana semua pasien memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari suatu
keluarga seperti mentor dan terapis sebagai orang tua, pasien yang lebih tua sebagai
40
kakak yang melindungi adik-adiknya (pasien yang lebih muda). Kegiatan sehari-hari
yang dilakukan dipanti dilakukan secara bersama-sama antara mentor dan pasien,
sehingga terciptalah kehidupan di dalam panti seperti suatu rumah tangga yang dihuni
oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor, terapis dan pasien.
2.1.2.5 Alur Perawatan Pasien dengan Menggunakan Terapi Holistik di GPSY
1. Pendaftaran/Penerimaan Pasien
Pasien
dibawa
oleh
keluarga/kepolisisan/Rumah
Sakit/Lembaga
Keagamanan/Instansi lainnya.
2. Anamnesa
Proses wawancara guna mengetahui gambaran kondisi pasien sebelum pasien
dirawat di GPSY (riwayat masalah pasien secara fisik,mental dan sosial). Markam (2008
:112) anamnesa merupakan kegiatan menanyakan kepada pasien mengenai suatu
persoalan yang dialaminya, mengenai riwayat hidupnya.
3. Proses Terapi
Pelaksanaan dan penerapan Terapi Holistik kepada pasien.
4. Sosialisasi/Persiapan pulang
Pasien masuk tahap sosialisasi guna menghadapi masa proses kepulangan ke
keluarga dan lingkungannya, dengan demikian keluarga serta lingkungan kehidupan
pasien dapat mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran pasien kembali. Tahap ini
merupakan tahap sosialisasi dan adaptasi pasien dengan keluarga beserta lingkungannya
dan juga sebaliknya, sehingga ketika pasien sudah diperbolehkan untuk pulang keluarga
dan lingkungan kehidupan pasien sudah siap menerima kepulangan pasien.
5. Bimbingan Lanjut/Binjut
Pasien yang yang telah selesai mengikuti program terapi di panti rehabilitasi
Griya Pemulihan Siloam memperoleh bimbingan lanjut selama 3 bulan. Bimbingan
41
Lanjut ini berfungsi untuk mengontrol dan memonitoring keadaan/kondisi pasien beserta
lingkungan kehidupan pasien sepulangnya menjalani perawatan. Tahap ini bertujuan
untuk mengevaluasi apakah terjalin hubungan yang serasi dan “sehat” antara pasien,
keluarga dan lingkungan kehidupan pasien. Bagi yang berdomisili di Yogyakarta dan
sekitarnya akan memperoleh visit dari petugas panti rehabilitasi serta surat pembinaan.
Bagi pasien yang berdomisili diluar Yogyakarta bimbingan lanjut dilakukan via
surat/telp.
6. Terminasi
Terminasi adalah proses pemutusan hubungan kerja artinya hubungan kerja
antara pihak GPSY dan pihak pasien dianggap selesai.
2.1.2.6 Tahapan dalam Terapi Holistik di GPSY
1) 4 bulan masa sosialisasi: masa pengenalan pasien terhadap lingkungan, mentor,
psikiater, psikolog dan anggota-anggota yang berpartisipasi dalam proses terapi. Ini
masa awal untuk mengenali pasien secara lebih detail tentang masalah-masalah apa
yang harus diperbaiki dalam diri pasien serta obat apa yang sesuai.
2) 3 bulan masa terapi: meliputi terapi medis, terapi rohani, dan terapi sosial.
3) 4 bulan masa persiapan pulang: pasien dikembalikan kepada lingkungan masyarakat,
diisi dengan kegiatan sosial, yaitu jalan-jalan ke mall, pantai dan tempat wisata lainya
serta berbagai kegiatan outdoor yang bersinggungan dengan dunia luar.
4) 1 minggu masa cuti: pasien kembali ke keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan
tempat tinggal untuk kemudian dievalusi masalah-masalah apa yang perlu diperbaiki
dalam struktur sosial dan keluarganya.
5) 3 bulan terapi lanjutan: terapi yang dilakukan berdasarkan evaluasi dari masa cuti.
Pasien diajarkan keterampilan berwirausaha dan terjun langsung ke masyarakat.
42
6) 3 bulan masa bimbingan lanjutan: Pasien yang yang telah selesai mengikuti program
terapi di GPSY memperoleh bimbingan lanjut selama 3 bulan. Bagi yang berdomisili
di Yogyakarta dan sekitarnya akan memperoleh visit (kunjungan) dari petugas GPSY
serta surat pembinaan. Bagi pasien yang berdomisili diluar Yogyakarta bimbingan
lanjut dilakukan via surat/telp.
2.2 Kajian Pustaka
Berdasarkan tinjauan teoritik dan kepustakaan yang penulis lakukan dengan
membaca beberapa literatur, media, dan jurnal ilmiah. Belum ada penelitian sebelumnya
mengenai variabel dalam penelitian ini. Namun, banyak penelitian sebelumnya yang
relevan dengan kajian dalam penelitian ini dan menjadi referensi dalam penelitian ini
yaitu;
Penelitian Ayu (2012:70) mengenai hubungan antara resilisensi dengan
religiusitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang sangat
signifikan antara religiusitas dan resiliensi, religiusitas menciptakan self suggestion dan
kemudian meningkatkan resiliensi karena dengan adanya pemahaman mengenai
religiusitas sebagai landasan utma bagi individu dalam menemukan ketenangan diri dan
batin dalam situasi sulit, yang dimana ketenangan diri dan batin ini dapat memunculkan
suatu ketahanan diri (resiliensi) ditengah keadaan yang sulit.
Lebih lanjut, resiliensi mampu memulihkan skizofrenia, sesuai yang diungkapkan
oleh Pertiwi (2011:7) yang menyatakan bahwa resiliensi berperan penting dalam
mempertahankan diri supaya tidak terjadi relaps dan mempertahankan kepulihannya
selama menjalani rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi sekaligus menjadikan penderita
mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri sehingga
individu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan berbagai stressor yang
ada.
43
Penelitian Wakhid dkk (2013:46) mengenai penerapan terapi latihan ketrampilan
sosial pada klien isolasi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa latihan ketrampilan
sosial dapat meningkatkatkan kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial dan harga
diri rendah, terapi latihan ketrampilan sosial akan melatih klien dalam meningkatkan
hubungan dengan orang lain dengan cara memberikan pengetahuan serta kemampuan
bagaimana menjalani hubungan dengan orang lain yang akan meningkatkan kemampuan
untuk mencapai harga diri yang positif. Hal ini diakibatkan karena sebelum diberikan
terapi, klien merasa malu, minder dan tidak percaya diri untuk membina hubungan sosial
dengan lingkunganya sedangkan setelah diberikan terapi, didapatkan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan sosial klien.
Penelitian Nurdiana dkk (2007:9) tentang hubungan antara dukungan keluarga
dan frekuensi terjadinya relaps pada klien. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada
hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien
skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi maka
akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia.
Lebih lanjut, pentingnya peran dukungan keluarga dalam memulihkan kondisi
pasien skizofrenia pasca perawatan diperkuat melalui penelitian Ambari (2010:22) yaitu
mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien
skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia
pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa, semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin
tinggi pula keberfungsian sosial pasien dan sebaliknya semakin rendah dukungan
keluarga, semakin rendah pula keberfungsian sosial pasien skizofrenia pasca perawatan di
Rumah Sakit.
2.3 Dinamika Psikologis
44
Dinamika psikologis adalah kerangka pikir mengenai penelitian. Kerangka pikir
ini menjelaskan mengenai alur-alur teoritik dari penelitian. Dinamika psikologis dalam
penelitian ini akan dijelaskan melalui bagan berikut;
SKIZOFRENIA
ORGANOBIOLOGI
PSIKODINAMIK
K Faktor genetik
Virus
Auto-antibody
Malnutrisi
PSIKORELIGIUS
PSIKOSOSIA
Konflik/
Konflik/
L
Keluarga,
ketidakseimbanga
ketidakseimbanga
Hubungan
n antara Id, Ego,
n
Interpersona
antara
Nafsu,
dan Super-Ego
akhlak dan Iman
TERAPI HOLISTIK
l,
Lingkungan
HOME CARE
Terapi Medis
Terapi Rohani dan Psikologis
Terapi Sosial
Pemeriksaan
Pembinaan kerohanian, konseling rohani,
Pembinaan
psikiater & dokter,
ibadah,
ritual
konseling & terapi
pembinaan
keagamaan
psikologis
kelompok, pelatihan
kesehatan
pribadi/
lingkungan
dan
olahraga.
doa,
diskusi
dan
rohani,
terapi
(psikoanalisis, behavior, humanistik).
life skill , refresing
Mengurangi/menghilangkan
gejalagejala skizofrenia yang disebabkan oleh
faktor genetik, virus, auto-antibody,
malnutrisi.
Memperkuat struktur kepribadian,
mematangkan kepribadian (maturing
personality), memperkuat ego (ego
strength), meningkatkan self estem,
memulihkan kepercayaan diri (self
confidence), tercapainya kehidupan
yang bermanfaat (meaningfulness of
life).
Memperoleh ketenangan diri melalui
kedekatan
dengan
Tuhan
&
meningkatakan self control.
Mampu
beradaptasi
serta
berinteraksi dengan lingkungan sosial
& keluarga, memiliki life skill sebagai
modal bekerja.
Sembuh secara Medis
Sembuh
secara
Religius
family
edukasi,
terapi
keluarga,
pelatihan kecakapan
sosial.
Sembuh
&
Sosial
Psikis
Kambuh
sosial,
Tidak Kambuh
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
secara
45
Berdasarkan bagan dinamika psikologis dapat diperoleh mengenai alur teoritik
penelitian. Penelitian ini mengungkap mengenai perlakuan atau penanganan skizofrenia
yang ada di lapangan yaitu dengan menggunakan Terapi Holistik yang terdiri dari Terapi
Medis, Terapi Rohani dan Psikologis, Terapi Sosial, Home Care serta Home Visit dan
Konseling Keluarga.
Terapi Holistik dilandasi dengan empat macam pendekatan, yaitu pendekatan
secara medis (psikofarmaka), religius dan psikologis (psikoreligius dan psikoterapi), serta
sosial (psikososial). Ini sesuai dengan pendekatan yang digunakan untuk melihat
mekanisme terjadinya skizofrenia yaitu meliputi pendekatan secara organobiologik,
psikodinamik, psikoreligus dan psikososial. Dari ke-empat pendekatan ini diperoleh suatu
gambaran bahwa mekanisme terjadinya skizofrenia harus dilihat sebagai sesuatu kesatuan
yang utuh mencakup kesemua aspek kehidupan pasien. Oleh karena itu penanganan
terhadap skizofrenia juga harus dilakukan secara komprehensif meliputi kesemua aspek
kehidupan pasien.
Terapi Holistik terdiri dari sistem home care dan 3 terapi pokok, yaitu;
“Home Care” merupakan pola hubungan sehari-hari antara pasien dengan pasien dan
pasien dengan mentor
yang dikemas dengan pola kehidupan keluarga dengan
menciptakan suasana di dalam panti seperti suasana di dalam rumah yang harmonis,
dimana semua pasien memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari suatu keluarga
seperti mentor sebagai orang tua, pasien yang lebih tua sebagai kakak yang melindungi
adik-adiknya (pasien yang lebih muda). Kegiatan sehari-hari yang dilakukan dipanti
dilakukan secara bersama-sama antara mentor dan pasien, sehingga terciptalah kehidupan
di dalam panti seperti suatu rumah tangga yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada
sekat pemisah antara mentor dan pasien. Home care ini membatasi jumlah pasien
skizofrenia yang dirawat di panti hanya maksimal 30 orang dalam satu periode, ini
46
dilakukan demi keefektifan dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan
meminimalkan
tingkat
kekambuhan
pasien
pasca
pulang
dari
tempat
perawatan/rehabilitasi.
Tiga terapi pokok yang dilakukan di GPSY meliputi; Terapi Medis; pemeriksaan
rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kesehatan, konseling kesehatan
individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan olahraga;
Terapi Rohani dan Psikologis ; doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran
film rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani, permainan musik
rohani dan Terapi Sosial ; diskusi kelompok, terapi kerja (waserda, penjualan bensin,
perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan dan
refresing, serta Home Visit dan Konseling Keluarga, yaitu dengan melakukan
kunjungan ke keluarga untuk selanjutnya diberikan konseling.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
karena dapat mempengaruhi keefektifan suatu penelitian. Metode penelitian yang
digunakan harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang hendak dicapai.
Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode penelitian
ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pada bab ini akan dibahas metode yang digunakan dan langkah-langkah
yang akan ditempuh dalam penelitian, yakni meliputi jenis dan desain penelitian,
unit analisis, sumber data, metode dan alat pengumpul data, keabsahan data, dan
analisis data.
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Moleong (2007:2) menyatakan ada dua jenis penelitian yakni penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang
didasarkan perhitungan statistik, antara lain: perhitungan persentase, rata-rata, ci
kuadrat, dan sebagainya. Penelitian kuantitatif melibatkan angka, perhitungan dan
kuantitas; sedangkan Moleong (2007:6) mendefinisikan pendekatan kualitatif
sebagai suatu pendekatan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan metode alamiah.
47
48
Berdasarkan latar belakang fenomena yang akan diteliti dalam penelitian
ini yaitu mengenai Terapi Holistik sebagai model penanganan skizofrenia yang
dikembangkan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) maka penelitian
ini lebih tepat bila dikaji dengan menggunakan metode kualitatif.
Alasan pemilihan penggunaan metode kualitatif adalah agar pembaca lebih
mudah dan mengerti mengenai substansi dari penelitian ini, karena disajikan
dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami daripada menggunakan angkaangka sebab penelitian ini bertujuan mengungkap data secara mendalam
mengenai suatu fenomena. Artinya, penelitian ini lebih ditekankan pada hasil
berupa kualitas bukan kuantitas. Data dikumpulkan dari latar yang alami (natural
setting) sebagai sumber data langsung.
Williams (dalam Moleong, 2007:5) mengungkapkan bahwa penelitian
kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang
yang mempunyai perhatian ilmiah. Oleh karena itu, penelitian kualitatif ini
diarahkan pada latar dan karakteristik individu tersebut secara menyeluruh
sehingga individu atau organisasi dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan,
bukan dikategorikan ke dalam variabel atau hipotesis. Hasil penelitian diarahkan
dan ditekankan pada upaya memberi gambaran seobjektif dan sedetail mungkin
tentang keadaan yang sebenarnya dari objek studi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan studi kasus. Poerwandari (2001:65) menjelaskan bahwa studi kasus
merupakan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi
(bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak
49
sepenuhnya jelas. Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tipe studi kasus eksplanatoris, yaitu suatu studi kasus yang dilakukan memberikan
suatu penjelasan-penjelasan tandingan untuk rangkaian peristiwa yang sama dan
menunjukan bagaimana penjelasan semacam itu mungkin bisa diterapkan pada
situasi-situasi yang lain (Ying, 1995:6). Pendekatan eksplanatoris digunakan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, yaitu
tentang bagaimana model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi
Holistik yang dilakukan di GPSY.
Penelitian ini akan mengkaji sebuah kasus yakni kasus penanganan
skizofrenia menggunakan Terapi Holistik yang terdapat di Griya Pemulihan
Siloam Yogyakarta (GPSY). Kasus tersebut memiliki konteks natural dan tanpa
intervensi dari peneliti. Berdasarkan kasus tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menyoroti, menerangkan dan menginterpretasikan kasus tersebut sehingga akan
didapat penelitian yang lebih mendalam jika dihasilkan dalam hasil penelitian
yang berupa kata-kata apa adanya sesuai dengan yang diungkapkan dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya yang dilakukan oleh subjek. Lebih lanjut, latar dan
tujuan penelitian ini hanya dapat dilakukan melalui desain penelitian studi kasus.
Ringkasan mengenai paparan diatas, yaitu bahwa penelitian ini merupakan
jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus
eksplanatoris. Adapun kasus yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu mengenai
penanganan
skizofrenia
dengan
menggunakan
Terapi
dikembangkan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY).
Holistik
yang
50
3.2 Unit Analisis
Moleong (2007:224) unit analisis dalam penelitian kualitatif dimulai dari
asumsi bahwa suatu perilaku manusia tidak dapat terlepas dari konteksnya dan
erat kaitanya dengan faktor-faktor kontekstual. Maksud sampling dalam hal ini
adalah untuk menjaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber dan
bangunannya (constructions). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang
ada dalam ramuan konteks yang unik. Sampling juga bermaksud untuk menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh
sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang
digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sampling).
Lebih lanjut, Sugiyono (2010:54) menyatakan bahwa purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,
misalnya sampel yang diambil merupakan orang yang dianggap paling tau tentang
apa yang kita harapkan sehingga memudahkan peneliti untuk memahami
situasi/obyek yang diteliti dan memperoleh hasil yang diharapkan.
Saratos (dalam Poerwandari, 2001:53) prosedur penelitian kualitatif
memiliki beberapa karakteristik, karakteristik tersebut antara lain: a) tidak
diarahkan pada jumlah sampel yang besar, tetapi pada kasus-kasus tipikal sesuai
kekhususan masalah penelitian; b) pengambilan sampel tidak ditentukan secara
kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik
sampelnya; dan c) pengambilan sampel tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam
arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks.
51
Lebih lanjut, Moleong (2007:225) mengungkap penetapan sampel
besarnya dan strategi sampel, besarnya dan strategi sampling bergantung pada
penetapan satuan kajian (unit analisis). Unit analisis adalah informasi yang ingin
digali berdasarkan konteks penelitian yang telah ditentukan. Unit analisis
ditentukan berdasarkan fokus kajian yang digali dalam penelitian dan dibagi
berdasarkan aspek-aspek yang ingin digali sehingga membentuk sub unit analisis.
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu mengenai Terapi Holistik dalam
menangani skizofrenia yang digambarkan melalui tabel berikut:
Tabel 3.1
Unit Analisis Penelitian
Unit Analisis
Sub Unit
Analisis
Terapi
Holistik
Kondisi
pasien
Narasumber
Primer
Sumber Data
Sekunder
Sumber
Sumber
Wawancara
Observasi.
dalam
sebelum
informasi utama
informasi
menangani
dilakukan “Terapi
untuk mendapat
sebagai
skizofrenia.
Holistik”
jawaban
check
Prosedure
unit analisis dan
informasi
pelaksanaan
sub unit analisis
didapat
dari
“Terapi Holistik”
narasumber
dalam menangani
utama
dan
cross
atas
yang
dari
Wawancara,
Observasi
dan
Dokumentasi
skizofrenia
Kondisi
pasien
Wawancara
setelah dilakukan
Observasi
“Terapi Holistik”
Wawancara
dan
dan
Observasi
Prediksi
Wawancara
pemulihan pasien
Observasi
Keefektifan
Wawancara
“Terapi Holistik”
Observasi
dan
dan
menangani
skizofrenia
Tanggapan
Wawancara
dan
52
keluarga
dan
Observasi
lingkungan sosial
pasien
terhadap
model
penanganan
skizofrenia
melalui
“Terapi
Holistik”
3.3
Sumber Data
Berdasarkan pada fokus kajian penelitian yaitu Terapi Holistik Sebagai
Model Penanganan Skizofrenia, maka peneliti menentukan sumber data dari
penelitian ini yaitu narasumber utama dan narasumber sekunder. Narasumber
utama berfungsi sebagai tempat penggalian informasi yang utama. Narasumber
sekunder berfungsi sebagai crosscheck atas informasi yang didapatkan dari
narasumber utama.
Penentuan narasumber dilakukan setelah penulis melakukan studi
pendahuluan pada bulan Mei 2012. Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu
sebelum melakukan penelitian dalam rangka untuk mengetahui lebih jelas obyek
penelitian, gambaran situasi dan kondisi area penelitian, yaitu di Griya Pemulihan
Siloam Yogyakarta (GPSY). Pemilihan narasumber harus didasarkan pada kriteria
tertentu yang sesuai dengan unit analisis dan sub unit analisis.
3.3.1
Narasumber Utama
Narasumber utama merupakan sumber utama yang dianggap paling
mengetahui tentang unit analisis. Narasumber utama yaitu ibu Ngizthy Nalle yang
merupakan mentor sekaligus pengurus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
53
(GPSY) yang dianggap mengetahui tentang seluk beluk Terapi Holistik sehingga
dapat diperoleh informasi mengenai unit analisis.
3.3.2 Narasumber Sekunder
Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck atas informasi yang
didapatkan dari narasumber utama dan untuk menggali lebih jauh tentang unit
analisis, sehingga diperoleh hasil yang lebih mendalam serta komprehensif.
Pemilihan narasumber sekunder juga harus didasarkan pada kriteria. Narasumber
sekunder terdiri dari yaitu:
a) Dua orang mentor Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini
didasarkan kriteria bahwa mentor tersebut dianggap mengetahui tentang
penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan
di GPSY.
b) Satu orang pasien skizofrenia yang masih menjalani perawatan di Griya
Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini didasarkan pada kriteria bahwa
pasien dianggap orang yang sedang menjalani perawatan dengan Terapi
Holistik sehingga dapat memberikan informasi pada sub unit analisis terkaitan
Terapi Holistik dalam menangani pasien skizofrenia.
c) Satu orang mantan pasien skizofrenia yang telah pulih setelah selesai
menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik. Ini didasarkan
pada kriteria bahwa narasumber ini dianggap sebagai orang yang merasakan
secara langsung keefektifan Terapi Holistik sehingga dapat diperoleh
informasi mengenai keseluruhan sub unit analisis.
54
d) Satu anggota keluarga pasien dan keluarga mantan pasien yang sudah pulih
dengan Terapi Holistik. Anggota keluarga dapat memberikan informasi
tentang tanggapan mengenai manfaat Terapi Holistik yang diberikan kepada
pasien dan penanganan yang diberikan kepada keluarga sebagai bagian dari
Terapi Holistik.
e) Dua orang masyarakat lingkungan sekitar Griya Pemulihan Siloam
Yogyakarta (GPSY). Ini diharapkan dapat mewakili masyarakat sekitar
GPSY dalam memberikan tanggapan mengenai penanganan skizofrenia
dengan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY.
3.4 Metode dan Pengumpul Data
Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian yang akan menjadi awal untuk
keseluruhan proses penelitian. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat
dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang
menentukan keseluruhan skenarionya. Menurut Bogdan (dalam Moleong,
2007:164) mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang
mencirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti
dengan subyek didalam lingkungan subyek. Peranan peneliti yang merangkap
sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa peneliti adalah
instrumen penelitian yang utama, serta sebagai alat pengumpul data dalam suatu
penelitian (Moleong 2007:168).
55
Peneliti
merupakan
instrumen
penelitian
utama
dalam
proses
pengumpulan data penelitian kualitatif. Kondisi peneliti, pertanyaan yang
diajukan peneliti dan seberapa dalam hal dapat diungkap bergantung pada
peneliti. Terkait dengan hal tersebut, peneliti harus mempersiapkan dan
membekali diri dengan ilmu yang cukup agar dapat terjalin interaksi yang baik
antara peneliti dengan informan. Sehingga dapat diperoleh informasi yang
mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas. Pengumpulan
data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya sampai dengan tahapan
penarikan kesimpulan. Oleh karena itu dalam proses pengumpulan data
diperlukan metode yang benar untuk memperoleh data-data yang akurat, relevan
dan dapat dipercaya kebenarannya.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif harus diperoleh secara
lengkap, dalam dan akurat, oleh karena itu diperlukan penggunaan beberapa
macam teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Sebagai teknik pengumpulan data pelengkap dilakukan perekaman.
Alat perekam digunakan sebagai bukti adanya proses pencarian informasi sebagai
data penelitian, selain itu alat perekam dapat digunakan untuk membantu proses
pengolahan data dengan lebih mudah. Peneliti juga akan melakukan croscek data
terhadap keluarga, masyarakat sekitar GPSY dan masyarakat sekitar tempat
tinggal pasien.
Masing-masing teknik ini dapat dilakukan sendiri-sendiri, namun pada
kenyataan dilapangan akan dilakukan secara bersamaan dengan teknik lainnya.
56
Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Sehingga penggunaan beberapa macam teknik ini saling melengkapi dan
mengurangi kelemahan yang ditimbulkan. Berikut adalah penjelasan mengenai
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni
wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi:
3.4.1
Wawancara
Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004:63) menyatakan bahwa wawancara
adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
Menurut Lincoln dan Buba (dalam Moleong, 2007:186) tujuan dari wawancara itu
sendiri adalah untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Wawancara dilakukan oleh
dua pihak, yakni interviewer dan interviewee. Interviewer adalah orang yang
mengajukan pertanyaan. Interviewee adalah orang yang menjawab pertanyaan
yang diajukan.
Wawancara dijadikan sebagai alat pengumpul data yang utama dalam
penelitian
ini
menggunakan
wawancara
bebas
terpimpin/semi-structured
interviews. Menurut Rahayu dan Ardiani (2004:79) dalam wawancara bebas
terpimpin, pewawancara menggunakan interview guide/pedoman wawancara yang
dibuat berupa daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa kalimat-kalimat yang
permanen (mengikat). Interview guide yang dibuat diperlukan supaya jalan tanya
jawab diharapkan tidak menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan dalam
persiapan-persiapan yang seksama, namun catatan-catatan pokok/interview guide/
57
pedoman wawancara yang dibuat bersifat fleksible artinya masih memungkinkan
variasi-variasi pengajuan pertanyaan yang disesuaikan dengan selera situasi yang
ada.
Wawancara juga dilakukan secara mendalam dengan cara melakukan
wawancara secara berkala dan terus-menerus (continues) dalam kurun waktu yang
relatif lama. Melalui cara tersebut akan diperoleh data yang lebih lengkap dan
mendalam.Wawancara dilakukan kepada subyek penelitian dan narasumber
penelitian.
Wawancara dilakukan secara berkala dan berkelanjutan (continues).
Wawancara dilakukan terlebih dahulu kepada narasumber utama sebagai
penghasil informasi utama mengenai Terapi Holistik. Wawancara selanjutnya
dilakukan kepada narasumber sekunder yang berfungsi sebagai crosscheck serta
menguatkan informasi yang diperoleh.
Wawancara merupakan teknik pengumpul data yang berperan besar dalam
penelitian ini yaitu sebagai metode pengumpulan data utama untuk mendapatkan
informasi atau jawaban yang valid sesuai dengan fokus penelitian, oleh karena itu
wawancara harus dilakukan tatap muka secara langsung (face to face) dengan
narasumber penelitian.
Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dilakukan
untuk menggali data-data dan informasi yang berkaitan dengan unit analisis yaitu
mengenai Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, meliputi kondisi pasien
sebelum dilakukan Terapi Holistik, prosedur pelaksanaan Terapi Holistik dalam
menangani skizofrenia, kondisi pasien setelah dilakukan Terapi Holistik, prediksi
58
kekambuhan pasien, keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia,
dan tanggapan keluarga serta lingkungan masyarakat mengenai model
penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik.
3.4.2 Observasi
Observasi adalah pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang
suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-cheking atau
pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya
(Rahayu dan Ardani, 2004:1). Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2001:70).
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut. Patton (dalam Poerwandari, 2001:71) hasil observasi menjadi
data penting dalam suatu penelitian karena alasan berikut ini:
(1) Peneliti akan mendapatkan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai
konteks tentang suatu hal yang diteliti apakah ada atau terjadi;
(2) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada pembuktian, dengan berada pada situasi lingkungan nyata
kecenderungan untuk dipengaruhi akan berkurang;
(3) Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang kurang disadari oleh
partisipan maupun subyek penelitian;
59
(4) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena suatu hal tidak bisa diungkapkan oleh subyek penelitian dalam
wawancara;
(5) Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif
yang ditampilkan subyek penelitian atau pihak-pihak lain;
(6) Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersifat introspektif
terhadap penelitian yang dilakukannya.
Paparan diatas dijadikan alasan penggunaan metode observasi dalam
penelitian. Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak dapat
dikumpulkan melalui teknik pengumpul data lainnya. Beberapa hal yang tidak
dapat diungkap melalui metode lain antara lain:
(1) Tata laksana, penerapan serta tahapan teknik Terapi Holistik yang meliputi
tiga terapi pokok yaitu terapi medis, terapi rohani terapi sosial serta kegiatankegiatan yang berlangsung di GPSY;
(2) Kondisi mentor dan pasien, yaitu pola interaksi antara mentor dan pasien saat
berlangsungnya terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari di GPSY;
(3) Kondisi tempat dan setting penelitian meliputi lingkungan fisik baik di dalam
GPSY maupun lingkungan sekitar GPSY.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak kalah penting
dalam penelitian ini, observasi digunakan secara bersamaan dengan wawancara
dan dokumentasi yang tujuannya untuk memperkuat informasi yang diberikan
narasumber untuk selanjutnya di cross cek dengan kenyataan yang ada
60
dilapangan. Oleh karena itu observasi harus dipersiapkan secara matang agar
diperoleh data yang relevan, akurat dan efisien
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan, dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-sehari orang
yang dijadikan sumber data penelitian. Observasi dilakukan dengan cara peneliti
ikut melakukan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan
suka dukanya. Observasi partisipan memungkinkan untuk memperoleh data
secara lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang tampak.
Stainback (dalam Sugiyono, 2010:65) menyatakan “In participant
observation, the researcher observer what people do, listen to what they stay, and
participates in their activities”. Dalam observasi partisipan peneliti mengamati
apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti akan tinggal di
GPSY dan mengikuti aktivitas sehari-hari yang dilakukan di GPSY, disini peneliti
akan berperan sebagai mentor/terapis, dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan
secara tertutup. Artinya peneliti tidak memberitahukan kepada subjek dan juga
lingkungan sosial subjek mengenai adanya pengamatan ini, agar perilaku yang
tampak adalah perilaku yang apa adanya dan tidak dibuat-buat.
3.4.3
Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini dimaksudkan untuk mencatat hasil observasi dan
wawancara pada saat pengumpulan data dilapangan. Catatan lapangan dibuat
61
sesingkat mungkin kemudian setelah itu baru disempurnakan ketika peneliti sudah
selesai melakukan observasi dan wawancara di lapangan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kelalaian terhadap data yang diperoleh dilapangan yang dikarenakan
ingatan seseorang yang bersifat terbatas.
Bogdan dan Biklen (dalam Moleng, 2007:209) mendefinisikan catatan
lapangan sebagai suatu catatan tertulis tentang apa yang dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif. Catatan lapangan dilakukan dengan pencatatan tertulis/
coretan pada saat berada dilapangan yang penulisannya sangat dipersingkat
dengan menggunakan kata-kata kunci yang didasarkan atas hasil yang didapat dari
teknik lain yaitu observasi dan wawancara.
Catatan lapangan dibuat secara deskriptif dan diberi tanggal, waktu, lokasi
serta informasi-informasi dasar penting lainnya. Pencatatan tidak dilakukan
langsung pada saat di lapangan karena dapat mempengaruhi perilaku alamiah.
Moleong (2007:216) mengungkapkan tentang langkah-langkah penulisan cacatan
lapangan sebagai berikut :
(1) Pencatatan awal. Dilakukan sewaktu berada dilapangan yaitu hanya dengan
menuliskan kata-kata kunci pada buku nota, hal ini dilakukan untuk
mempersingkat waktu.
(2) Pembuatan catatan lapangan lengkap yang dilakukan setelah kembali dari
lapangan. Dilakukan dengan suasana yang tenang supaya tidak ada yang
terlewatkan sehingga diperoleh hasil catatan lapangan yang lengkap.
62
(3) Langkah ketiga yaitu apabila ada sewaktu kembali ke lapangan dan teringat
ada sesuatu yang belum dimasukkan maka segera hal itu dimasukkan.
Berdasarkan hal tersebut, catatan lapangan merupakan teknik pengumpul
data yang tidak kalah penting dilakukan dalam penelitian ini.
3.4.4
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan menunjang teknik
wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data. Dokumetasi dapat berupa
gambar, foto, rekaman, catatan lama atau data-data lain yang berhubungan dengan
penelitian. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.4.4.1 Rekaman (Video Dokumenter)
Peneliti menggunakan alat bantu camera digital Kodak yang digunakan
untuk memotret dan merekam objek penelitian. Objek tersebut adalah subjek dan
setting penelitian, kegiatan dan proses terapi, serta proses penelitian. Dokumentasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan pembuatan film dokumenter mengenai
proses penelitian, yakni pelaksanaan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam
Yogyakarta (GPSY).
3.4.4.2 Lembar Assesment Pasien
Dokumentasi di sini maksudnya adalah bukti tertulis berupa data yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dianalisis adalah lembar
assessment/pemeriksaan yang dilakukan psikiater dan mentor saat pasien masuk
ke GPSY.
63
3.5 Analisis Data
Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya adalah analisis data. Bogdan dan
Biklen (dalam Moleong, 2006:248) mendefinisikan analisis data penelitian
kualitatif sebagai:
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.
Analisa data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah
pengumpulan data. Data yang didapat dari latar penelitian merupakan data mentah
yang harus diolah supaya didapatkan suatu data yang siap disajikan menjadi hasil
dari suatu penelitian. Adapun proses analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi
data, sintesisasi, dan penyusunan hipotesis kerja.
3.5.1
Reduksi Data
3.5.1.1 Identifikasi Satuan (Unit)
Moleong (2007:288) menyatakan bahwa indentifikasi satuan yaitu
mengidentifikasikan satuan bagian terkecil yang ditemukan di dalam data-data
dan memiliki makna yang terkait dengan fokus dan masalah penelitian.
Identifikasi satuan diperoleh dari catatan lapangan dari hasil wawancara dan
observasi yang ditelaah kemudian dicari satuannya. Penelaahan dan pencarian
satuan dilakukan dengan cara mencari dan mengenali data berdasarkan kata-kata
kunci yang terkait dengan fokus kajian dan masalah penelitian. Setelah itu,
dilakukan identifikasi berdasarkan unit tersebut.
3.5.1.2 Koding
64
Moleong (2005:288) mengungkapkan langkah setelah diperoleh satuan
adalah dengan pembuatan koding. Pembuatan koding adalah pemberian kode pada
setiap “satuan” yang dimaksudkan untuk mempermudah penelusuran sumber data
pada masing-masing satuan. Pembuatan koding akan terlihat melalui indeks dan
format pencatatan lapangan, baik pada transkip hasil wawancara maupun transkip
hasil observasi.
Koding itu akan terlihat dari pemberian kode pada setiap transkip. Kode
tersebut berupa penulisan identitas narasumber, nomor halaman, tanggal
pelaksanan, dan pemberian kode pada judul pembicaraan tertentu.
3.5.2
Kategorisasi
Moleong (2005:288) menyatakan bahwa kategorisasi adalah sebuah upaya
yang dilakukan dengan cara melakukan pemilah-milahan pada setiap satuan yang
memiliki kaitan dengan tema dan kemudian dibuat menjadi kelompok-kelompok
yang memiliki kesamaan. Setiap kelompok didasarkan pada kategori tertentu
kemudian kategori tersebut diberi nama, nama pada setiap kategori ini disebut
label. Kategorisasi terlihat melalui kartu indeks. Proses kategorisasi adalah
mengelompokkan satuan-satuan yang memiliki kesamaan dan kaitan dengan tema
tertentu menjadi satu. Setelah semua dikelompokan, masing-masing kelompok
diberi label tema pada satuan tersebut. Kategorisasi dilakukan terus hingga semua
satuan masuk dalam masing-masing tema atau label yang tercantum di kartu
indeks.
3.5.3
Sintesisasi
65
Sintesisasi adalah proses mengkaitkan antara suatu kategori dengan
kategori lainya. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama atau
label lagi. Sintesisasi dilakukan setelah reduksi dan kategori data telah terlebih
dahulu diselesaikan. Proses sintesisasi dilakukan dengan melakukan perbandingan
antar kategori, seperti yang telah tercantum pada daftar kategori dan satuan
masing-masing di dalam kartu indeks. Perbandingan tersebut digunakan untuk
menyusun hipotesis atau teori yang berkaitan. Teori dapat dikembangkan
berdasarkan integrasi antara masing-masing kategori dan satuannya. Lebih lanjut,
berdasarkan isi dan integrasi dari setiap kategori dapat dibuat uraian, uraian ini
yang akan menjadi tema pokok teori yang dituliskan.
3.6 KEABSAHAN DATA
Keabsahan data merupakan derajat kepercayaan data dimana setiap
keadaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) Mendemonstrasikan nilai yang benar;
(2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan; dan
(3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Moleong (2007:324) mengungkapkan bahwa untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data diperlukan adanya teknik pemeriksaan yang didasarkan
pada sejumlah kriteria tertentu. Kriteria tersebut meliputi derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik
pemeriksaan sendiri-sendiri.
66
Keempat kriteria tersebut akan diperjelas dengan tabel sebagai berikut;
Tabel 3.2
Ikhtisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Kriteria
Teknik Pemeriksaan
Keteralihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kebergantungan
9. Audit kebergantungan
Kepastian
10. Audit kepastian
Kredibilitas (derajat kepercayaan)
3.6.1
Perpanjangan keikutsertaan
Ketekunan pengamatan
Triangulasi
Pengecekan sejawat
Kecukupan referensial
Kajian kasus negatif
Pengecekan anggota
Uraian rinci
Derajat Kepercayaan
Kriterium derajat kepercayaan merupakan konsep pengganti validitas
internal pada penelitian kuantitatif. Kriterium ini memiliki dua fungsi: pertama,
sebagai pelaksana inkuiri agar dicapai tingkat kepercayaan atas temuan penelitian
dan kedua, sebagai bukti atas kenyataan ganda pada penelitian yang dilakukan,
sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (Moleong, 2007:327).
Derajat kepercayaan diperoleh melalui beberapa macam teknik. Teknik tersebut
yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan
referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota (Moleong, 2007:327).
Derajat kepercayaan dalam penelitian ini menggunakan teknik: a)
perpanjangan keikutsertaan yaitu peneliti tinggal di lapangan penelitian (GPSY)
dalam waktu yang cukup panjang, sekitar 4 bulan terhitung dari bulan April s.d
67
Juli 2013 sampai semua data-data yang dibutuhkan dalam penelitian terpenuhi.
Hal ini bertujuan untuk menghindari distorsi sehingga data-data yang diperoleh
benar-benar data yang sesungguhnya tanpa adanya rekayasa dari subyek
penelitian; b) Ketekunan/keajegan pengamatan yaitu peneliti mengamati dan
mengumpulkan data-data penelitian yang menunjang dan relevan dengan Terapi
Holistik di GPSY sehingga dapat diperoleh data-data yang rinci, cermat dan
berkesinambungan mengenai Terapi Holistik; c) Triangulasi yaitu peneliti
melakukan wawancara terhadap narasumber utama yaitu NN mengenai Terapi
Holistik di GPSY, kemudian informasi yang diperoleh dari NN diperkuat dan
dilengkapi oleh informasi dari narasumber sekunder yaitu AA, SR, KM, DY, AD,
SY, AT dan MR sehingga data-data yang diperoleh benar-benar data yang
menggambarkan keadaan sesungguhnya dan dapat dipercaya; d) Kecukupan
referensial yaitu berupa adanya data pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti, dalam penelitian ini kecukupuan refensial berupa
foto-foto dan video dokumenter mengenai Terapi Holistik yang digunakan untuk
menangani skizofrenia di GPSY; e) Pengecekan anggota yaitu merupakan proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data sehingga penulisan
laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh sumber data atau informan, apabila
data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid.
Pengecekan anggota yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu memberikan
naskah hasil penelitian (skripsi) kepada pihak GPSY untuk terlebih dahulu
dikoreksi dan dievaluasi sebelum diserahkan kepada dosen pembimbing dan
diujikan dalam sidang skripsi.
68
3.6.2
Keteralihan
Keteralihan sering diartikan sebagai validitas eksternal pada penelitian
kuantitatif, yaitu mengenai sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam penelitian lain. Namun, keteralihan dan validitas eksternal
memiliki konsep yang berbeda. Konsep validitas menyatakan temuan penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi lain yang memiliki karakteristik yang sama.
Sedangkan keteralihan mengungkapkan temuan penelitian kualitatif tidak dapat
digeneralisasikan pada semua populasi (Moleong, 2007:327).
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa supaya hasil penelitian dapat dipahami
sehingga ada kemungkinan bagi peneliti lain untuk mengembangkan hasil
penelitian tersebut maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi
jalas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya
untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ke tempat lain (Sugiyono,
2010:130).
Berdasarkan konsep keteralihan tersebut, penelitian “Terapi Holistik
Sebagai Model Penanganan Skizofrenia” telah memenuhi syarat keteralihan
karena hasil penelitian ini telah memenuhi standar penulisan penelitian meliputi
kerincian dan kejelasan data, penulisan yang sistematis dan bukti penunjang
bahwa penelitian ini dapat dipercaya yang terdiri dari transkip hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi.
3.6.3
Kebergantungan
69
Kriterium kebergantungan adalah pengganti istilah reliabilitas dalam
penelitian kuantitatif. Reliabilitas pada penelitian kuantitatif ditunjukkan melalui
replikasi studi, artinya orang lain (peneliti lain) dapat mengulangi/mereplika
proses
penelitian
tersebut
(Moleong,
2007:325).
Pengujian
kriteium
kebergantungan dalam penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan bantuan
auditor yang independen atau adanya pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, meliputi proses bagaimana peneliti
mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan
peneliti, artinya peneliti harus mampu menunjukan “jejak aktivitas lapangannya”
sehingga penelitian tersebut memenuhi syarat kriterium kebergantungan
(Sugiyono, 2010:131).
Penelitian “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia” telah
memenuhi persyaratan kriterium kebergantungan dan memiliki reliabilitas sebagai
suatu penelitian karena selama proses awal pembuatan rancangan penelitian
sampai pada kesimpulan penelitian, aktivas penelitian yang dilakukan peneliti
dipantau dan dan dibimbing oleh dosen pembimbing sehingga setiap proses yang
dilakukan peneliti atas sepengetahuan dosen pembimbing, dengan demikian
penelitian ini benar-benar dilakukan dan hasil dari penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan.
3.6.4
Kepastian
Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas pada nonkualitatif.
Objektifitas pada peneltian kualitatif bergantung pada masing-masing orang,
70
artinya pengalaman subjektif seseorang yang disepakati beberapa orang, sudah
dapat dikatakan objektif. Menurut Scriven, 1971 (dalam Moleong, 2002:174)
objektivitas menandung unsur kualitas, artinya dikatakan objektif apabila dapat
dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Pengujian kriterium kepastian berarti
menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hal ini serupa
dengan pengujian pada kriterium kebergantungan.
Penelitian “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia”
memenuhi persyaratan kriterium kepastian karena penelitian ini benar-benar
dilakukan dan hasil dari penelitian ini diperoleh dari keseluruhan data-data yang
ditemukan dilapangan (GPSY) tanpa adanya manipulasi atau pengadaan data yang
merupakan rekayasa dari peneliti.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Setting Penelitian
4.1.1 Sejarah Pendirian Griya Pemulihan Yogyakarta (GPSY)
Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) didirikan pada tanggal 19
Februari 2001 dan memperoleh legalitas secara hukum tahun 2004 dan mengalami
perubahan tahun 2007. GPSY pertama kali melaksanakan kegiatan operasional di
kawasan Perumahan Sawit Sari, Jl. Pandega Asih 1 Nomor 5 Sleman. Pada tahun
2004 berpindah tempat di Dusun Janti, Banguntapang, Bantul. Tahun 2007
kembali lagi pindah dikarenakan gempa 26 Mei 2006, di kawasan Dusun
Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman
hingga saat ini November 2013.
4.1.2 Latar Belakang
a) Bertambah banyaknya penyandang masalah gangguan jiwa skizofrenia dari
segi kuantitas, kualitas dan jenis permasalahan.
b) Stigma dan diskriminasi terhadap ODS (Orang Dengan Skizofrenia).
c) Terbatasnya perolehan akses (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) bagi ODS
(Orang Dengan Skizofrenia) pasca menjalani perawatan.
d) Setiap manusia berhak untuk dapat hidup layak, tanpa terkecuali ODS (Orang
Dengan Skizofrenia).
71
72
e) Tanggung jawab bersama dalam membantu menolong orang dengan gangguan
jiwa terutama skizofrenia.
4.1.3 Visi dan Misi
Visi :
Menciptakan manusia yang mandiri, bermartabat, memiliki masa depan
dan berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat, serta mampu menolong dirinya
sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
Misi :
a) Menjangkau, mendampingi, membina dan merehabilitasi orang yang memiliki
gangguan kejiwaan.
b) Meningkatkan, mengembangkan, dan mengembalikan fungsi sosial ODS
(Orang Dengan Skizofrenia) di dalam masyarakat.
c) Merecovery kehidupan spiritual, psikososial, dan ekonomi.
d) Menghapus stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODS (Orang
Dengan Skizorenia).
4.1.4 Gambaran Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Yayasan Siloam merupakan tempat rehabilitasi mental dan sosial yang
dilaksanakan secara Holistic Integrate terhadap Orang Dengan Gangguan
Kejiwaan, Penyandang Masalah Sosial, Kecanduan Napza, Tuna Sosial
(Warga/Bekas Warga Binaan LP dan Eks WTS/Wanita rentan masalah
Psikososial). Siloam sendiri merupakan nama sebuah kolam di Yerusalem, yang
airnya dipercayai berkhasiat untuk menyembuhkan segala penyakit dan
73
permasalahan.
Yayasan
Siloam
mempunyai
filsafah
bahwa
“Setiap
Permasalahan Selalu Ada Solusi, Karena Tuhan Beserta Kita”.
Peneliti memfokuskan penelitian di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) yang merupakan bagian dari Yayasan Siloam. GPSY khusus menangani
Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODKJ) yaitu lebih spesifiknya adalah
skizofrenia. GPSY beralamatkan di Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih,
Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman sekitar 2 km dari pasar Godean. GPSY
merupakan panti rehabilitasi mental yang khusus menangani skizofrenia dengan
mengusung konsep Holistic Integrate. Penangan terhadap pasien skizofrenia di
GPSY dilakukan dengan menggunakan Terapi Holistik yang dikemas secara unik
dan menarik.
Letak GPSY berada 2 km dari pasar Godean. Pada sekitar GPSY terdapat
beberapa pertokoan, Rumah Sakit, tempat laundry dan restaurant dengan akses
jalan raya beraspal. GPSY berdiri di atas tanah seluas 250 m 2 yang terdiri dari 3
bangunan induk yaitu satu buah bangunan kantor GPSY, satu bangunan untuk
asrama putra dan satu bangunan untuk asrama putri, meskipun banguan tersebut
saling terpisah namun terdapat satu pintu yang saling menghubungkan.
Bagian-bagian dalam bangunan GPSY meliputi asrama putri yang terdapat
satu buah kamar mandi, satu buah WC, satu buah ruang isolasi, kamar putri, ruang
ganti, dapur, tempat menyuci baju, ruang televisi dan sebuah ruang kegiatan.
Sedangkan pada asrama putra terdapat ruang tamu yang menajadi ruang tamu
utama, tiga buah kamar putra, 3 buah kamar mandi beserta WC, ruang makan,
74
ruang televisi, ruang medis, dapur , dua buah ruang isolasi, tempat menyuci baju
dan satu ruang penyimpanan barang.
Letak asrama putra berada di dalam rumah induk yang didalamnya
terdapat 6 kamar pasien dan mentor, masing-masing kamar terdiri dari 4 tempat
tidur. Bagian lain didalam asrama putra adalah terdapatnya ruang tamu, ruang
medis, 2 kamar mandi, ruang makan, dapur, tempat mencuci baju dan piring serta
di bagian belakang terdapat 2 ruang isolasi putra, tempat almari pasien putra dan
tempat menjemur pakaian.
Kantor GPSY terletak di depan asrama putri, kantor GPSY digunakan
untuk rapat pengurus, penyimpanan berkas-berkas, ruang kerja pengurus dan
mentor,
dan
segala
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
pencatatn
dan
pengadministrasian GPSY. Pada bagian depan GPSY terdapat taman berukuran
yang digunakan untuk bermain dan bersantai pasien, pada bagian sayap kanan
terdapat kebun berukuran 10 m2 yang digunakan untuk lahan pertanian pasien,
pada sayap kiri terdapat satu buah kolam berukuran 6x2 meter yang berisi ikan
lele sebagai kegiatan perikanan pasien dan 3 buah kandang sepasang ayam,
sepasang kalkun dan sepasang burung mutiara ini dikelola oleh pasien sebagai
kegiatan peternakan selain itu juga terdapat sebuah waserda. Pada bagian depan
GPSY terdapat gerobak bensin yang menjadi kegiatan wirausaha pasien putra dan
terdapat tempat penyimpanan peralatan-peralatan musik, olahraga, berbagai
macam alat-alat yang digunakan untuk pembuatan ketrampilan.
75
4.1.5
Lembaga Kerjasama
Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) membuat kerjasama dengan
interdisipliner profesi dan lembaga-lembaga (instansi) baik pemerintah maupun
swasta, nasional maupun internasional yang terkait. Interdisipliner profesi yang
terlibat meliputi psikolog, psikiater, rohaniawan, dokter, dan pekerja sosial.
Lembaga-lembaga (instansi) yang terlibat meliputi Pemerintah Daerah/
Provinsi/ Kabupaten/Kota Yogyakarta, Kementerian Sosial Republik Indonesia,
Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian Pendidikan,
Pemuda dan Olah Raga, Ikatan Pekerja Sosial Indonesia (IPSPI), Lembaga
Pendidikan Keterampilan, Lembaga Sosial Masyarakat (senafas), Asosiasi Jiwa
Sehat Indonesia,
Pengusaha (kuliner, handy craft, penjahit, dll), Lembaga
Koordinasi Kesejahteraan Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Media Massa (surat
kabar, tabloid) dan Media elektronik swasta, Laboratorium dan Rumah Sakit di
Yogyakarta, International Consortium for Social Development, Bandung College
of Social Welfare, Ministry of Social Affairs of The Republic of Indonesia.
4.1.6
Gambaran Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
GPSY membatasi jumlah pasien yang dirawat yaitu hanya sekitar 25-30
pasien, hal ini bertujuan supaya pasien mendapatkan perawatan secara lebih
intensif dan efektif. Jumlah pasien yang terbatas memungkinkan pihak GPSY
untuk dapat memberikan perhatian secara ekstra kepada semua pasien sehingga
setiap pasien bisa tertangani dengan baik dan maksimal. Kapasitas pasien laki laki
dibatasi sebanyak 15 orang dan pasien perempuan sebanyak 15 orang. Saat ini
76
jumlah pasien laki-laki di GPSY sebanyak 13 orang dan pasien perempuan
sebanyak 11 orang. Pasien yang dirawat di GPSY adalah pasien Skizofrenia
dengan berbagai tipe. Lebih lanjut, mengenai rincian jumlah pasien di GPSY
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Jumlah pasien skizofrenia di GPSY
Tipe
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Skizofrenia Paranoid
5
6
Skizofrenia Hebefrenik
1
1
Skizofren Katatonik
2
1
Skizofrenia Residual
3
3
Skizofrenia Tak Terinci
2
-
Jumlah
13
11
Tabel diatas menunjukan bahwa skizofrenia paranoid di GPSY jumlahnya
lebih banyak dibandingan skizofrenia dengan tipe lain. Perlakuan dan terapi yang
diberikan kepada pasien skizofrenia di GPSY adalah sama dalam hal jenis dan
bobot. Artinya semua pasien memiliki hak yang sama terhadap pelayanan yang
diberikan GPSY, tidak ada kelas VVIP maupun kelas VIP.
Kondisi pasien secara keseluruhan sudah kooperatif dalam menjalani
kegitan sehari-hari dan berbagai jenis terapi yang berlangsung di GPSY. Rata-rata
pasien mulai kooperatif setelah menjalani perawatan selama dua bulan dengan
menggunakan Terapi Holistik.
4.1.7
Jadual Kegiatan Pasien
(GPSY)
di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
77
Jadual
kegiatan
merupakan
rincian-rincian
kegiatan
terapi
yang
dilaksanakan di GPSY. Jadual kegiatan yang tertera merupakan jadual yang
diambil selama peneliti melakukan penelitian di GPSY selama tiga bulan
terhitung dari bulan April - Juni. Jadual kegiatan tersebut bersifat fleksibel artinya
dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan kondisi pasien atau tidak ada patokan
khusus yang mengikat namun tetap mengacu pada konsep Terapi Holistik yang
meliputi Terapi Pokok (Terapi Medis, Terapi Sosial, dan Terapi Rohani), Home
Care serta Home Visit dan Konseling Keluarga.
Tabel 4.2 Jadual Kegiatan GPSY
Waktu Pelaksanaan
05.30-06.00
06.00-07.00
07.00-07.30
Kegiatan
Doa Pagi
Mandi dan terapi kerja (piket, mencuci
baju, piring dan lain-lain).
Makan Pagi
Puasa
Pemeriksaan Rutin
Persiapan Ibadah
Ibadah
Kerja Bakti
Istirahat (snack)
Persiapan Terapi
Jalan-jalan dan olahraga
Terapi
Keterangan
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari (kecuali kamis)
Kamis
07.30-08.30
Senin-Jumat
08.30-09.00
Senin, Selasa, Kamis
09.00-10.00
Senin, Selasa, Kamis
09.30-10.00 *
Rabu
10.00-10.30
Setiap hari
10.30-11.00
Senin-Jumat
08.30-11.00*
Jumat
11.00-12.30
Senin-Jumat
Senin (Terapi Rohani), Selasa
(Terapi Medis), Rabu (Terapi
Sosial),
Kamis
(Terapi
Rohani), Jumat (Terapi Sosial)
12.30-13.30
Istirahat (makan siang)
Setiap hari
13.30-14.30
Terapi Siang (Evaluasi Terapi)
Senin-Jumat
14.30-16.00
Tidur Siang
Setiap hari
16.00-17.00
Mandi Sore
Setiap hari
17.00-18.00
Pendalaman Alkitab (PA)
Senin-Jumat
17.00-18.30*
Kebaktian Minggu
Minggu
18.00-19.00
Makan malam
Setiap hari
19.00-19.30
Terapi malam (Sharing-sharing)
Senin-Jumat
19.30-20.00
Doa malam
Setiap hari
20.00-21.00
Kegiatan Santai
Setiap hari
21.00- 05.30
Tidur Malam
Setiap hari
Hari Sabtu dan Minggu kegiatan terapi Libur (Acara bebas)
Home care diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di GPSY
Home Visit dan Konseling Keluarga bersifat fleksibel (tidak terjadual, menyesuaikan kebutuhan)
78
4.2 Proses Penelitian
Proses penelitian dibagi menjadi empat proses yaitu tinjauan lapangan prapenelitian, pembuatan rancangan penelitian, penelitian di lapangan, dan
penyusunan dan penyempurnaan laporan penelitian.
4.2.1 Tinjauan Lapangan Pra-Penelitian
Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan sebelum peneliti melakukan
penelitian di GPSY. Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakuakan pada bulan MeiJuni 2012. Tinjauan lapangan pra-penelitian ini dilakukan untuk menindaklanjuti
informasi yang diperoleh peneliti dari masyarakat mengenai GPSY dan kemudian
peneliti croscek di internet yaitu mengenai sebuah panti rehabilitasi yang
menangani skizofrenia dengan menggunakan konsep yang “tidak biasa”.
Tujuan dilakukannya tinjauan lapangan pra-penelitian adalah untuk
melihat gambaran dari GPSY secara langsung yang meliputi; kondisi GPSY,
penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY, dan memastikan bahwa
peneliti bisa melakukan penelitian skripsi di GPSY.
Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan dengan metode observasi dan
wawancara. Metode observasi digunakan untuk melihat dan mengamati kondisi
GPSY, mengenai bagaimana pasien yang dirawat di GPSY, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di GPSY, dan terapi-terapi yang digunakan untuk menangani
skizofrenia. Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal
mengenai penjelasan tentang apa yang terlihat pada saat observasi yaitu mengenai
konsdsi GPSY, kegiatan-kegiatan di GPSY, dan penjelasan awal mengenai terapiterapi yang dilakukan untuk menangani skizofrenia di GPSY.
79
Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada
tanggal 2 Mei 2012, 19 Mei 2013, 5 Juni 2013 dan 23 Juni 2013. Tinjauan
lapangan pra-penelitian yang pertama yaitu 2 Mei 2013 dilakukan untuk melihat
kondisi GPSY secara langsung dan ini merupakan pertama kali peneliti
berkunjung GPSY. Kedatangan peneliti disambut oleh mentor GPSY yaitu kak
Ngisty. Kak Ngisty memberikan gambaran GPSY secara umum meliputi kondisi
pasien yang dirawat dan proses penanganan pasien. Berdasarkan informasi awal
yang diperoleh pada tinjauan lapangan pra-penelitian peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi dengan mengangkat konsep model penanganan
skizofrenia yang dilakukan di GPSY.
Ketertarikan peneliti terhadap proses penanganan skizofrenia yang
dilakukan di GPSY dikarenakan sebelumnya peneliti telah melakukan tinjauan
pra-penelitian ke tiga panti rehabilitasi mental skizofrenia di Ungaran, Sukoharjo
dan Purworejo, selain itu peneliti telah melakukan magang di RSJ serta
mengamati langsung tentang proses penanganan yang dilakukan terhadap
gangguan jiwa khususnya skizofrenia dan dari hasil pengalaman serta informasi
yang diperoleh peneliti, GPSY merupakan panti rehabilitasi yang menangani
skizofrenia dengan menggunakan konsep yang “berbeda” melalui variasi-variasi
jenis terapi yang digunakan.
Pada tanggal 19 Mei 2012 peneliti kembali berkunjung GPSY untuk
menyampaikan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian di GPSY dengan
konsep menggali model penanganan skizofrenia yang dikembangkan oleh GPSY
dan dari tinjauan pra-penelitian pada tanggal 19 Mei 2012 dari pihak GPSY
80
mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian skripsi di GPSY. Pada tanggal 5
Juni 2013 dan 23 Juni 2013 peneliti kembali mengunjungi GPSY untuk
melakukan observasi dan wawancara secara lebih mendalam kepada kak Ngisty
selaku mentor di GPSY. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
model penanganan skizofrenia di GPSY sehingga diperoleh data-data awal yang
akan digunakan untuk membuat rancangan penelitian.
4.2.2 Pembuatan Rancangan Penelitian
Pembuatan rancangan penelitian merupakan tahap penting yang harus
dilakukan sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian bertujuan untuk
membuat arahan mengenai konsep penelitian. Rancangan penelitian dilakukan
setelah peneliti melakukan tinjuan pra-penelitian dan peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh dari tinjauan prapenelitian.
Pembuatan rancangan penelitian memerlukan waktu sekitar 10 bulan
terhitung dari bulan Juni 2012 s.d Mei 2013. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
rancangan penelitian antara lain penyusunan proposal penelitian, konsultasi dosen
pembimbing, seminar proposal, dan pengurusan izin penelitian. Selain itu
rancangan penelitian juga meliputi pembuatan alat bantu penelitian yakni
interview guide, dan alat tes psikologi (tes grafis). Hal ini dilakukan supaya ketika
peneliti melakukan penelitian, peneliti sudah mempunyai rancangan atau panduan
yang jelas mengenai apa yang menjadi fokus penelitian meliputi, tujuan, manfaat,
konsep, subjek, metode, dan rencana penelitian sehingga penelitian yang
dilakukan dapat terarah.
81
4.2.3 Penelitian di Lapangan
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan
Juni 2013. Proses penelitian dilakukan dengan penelitian partisipan, penelitian
partisipan melibatkan banyak partisipasi (peran) peneliti pada proses penelitian.
Penelitian partisipasi dilakukan dengan menjadi bagian dari apa yang diteliti atau
membaur dengan subyek penelitian dengan tujuan supaya diperoleh data yang
lebih mendalam dan akurat. Oleh karena itu selama proses penelitian, peneliti
tinggal di GPSY bersama pasien dan mentor. Hal ini dilakukan supaya data yang
diperoleh benar-benar data yang mendalam dan apa adanya sesuai kenyataan yang
terjadi di lapangan tanpa adanya faking good ataupun rekayasa setting penelitian
(setting penelitian tidak berjalan secara alamiah/natural).
Peneliti mulai terjun ke lapangan pada tanggal 8 April 2013. Kedatangan
peneliti disambut baik oleh mentor GPSY, pada saat datang peneliti menyerahkan
surat keterangan penelitian dari jurusan Psikologi UNNES dan proposal skripsi.
Peneliti diberikan arahan-arahan mengenai aturan-aturan yang diterapkan di
GPSY atau yang disebut dengan kontrak penelitian. Kontrak penelitian bersifat
lisan yang berupa kesepakatan-kesepakatan antara peneliti dan pihak GPSY
dengan tujuan supaya tercipta kenyamanan selama proses penelitian berlangsung.
Pihak GPSY memberikan kebebasan kepada peneliti untuk mengambil data-data
yang diperlukan dalam pembuatan skripsi dan pihak GPSY bersedia membantu
memberikan data-data apabila dibutuhkan. Selama melakukan penelitian peneliti
didampingi oleh mentor GPSY yang berperan sebagai mentor pendamping
penelitian yaitu kak Ngisty, tujuannya adalah
untuk memudahkan peneliti
82
menggali informasi-informasi yang berkaitan dengan GPSY dan sebagai tempat
sharing peneliti selama di GPSY.
Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan April sampai
dengan Juli. Selama proses penelitian peneliti tinggal dan menetap di asrama putri
GPSY bersama pasien dan satu orang kakak mentor. Peneliti diwajibkan
mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di GPSY dan peneliti diberi tanggung
jawab sama dengan mentor yaitu ikut membimbing, megikuti setiap kegiatan yang
diadakan di GPSY dan mengawasi serta menjaga pasien di asrama putri. Hal ini
dilakukan supaya pasien tidak merasa sedang diteliti sehingga proses penelitian
dapat berlangsung secara alamiah.
Proses penelitian berlangsung setiap hari dimulai dari pukul 05.30 WIB
sampai dengan pukul 20.00 WIB, yaitu dari ketika pasien mulai bangun tidur
sampai dengan pasien tidur malam. Peneliti mengamati keseluruhan kegiatan
yang dilakukan pasien baik di asrama putri maupun di asrama putra untuk
memperoleh data-data utama maupun data-data penunjang yang dibutuhkan dalam
penyususnan skripsi.
Peneliti merasakan banyak sekali keuntungan diperoleh dari proses
penelitian yang dilakukan secara partisipan, keuntungan tersebut meliputi; (1)
peneliti memperoleh informasi secara lebih mendalam dan akurat. Hal ini
dikarenakan terbangunnya kedekatan antara peneliti dengan pasien dan mentormentor selama peneliti tinggal di GPSY, sehingga baik pasien maupun mentor
selalu terbuka dalam memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti;
(2) Observasi secara partisipan dan berkelanjutan meminimalkan terjadinya faking
83
good yang diperlihatkan oleh pasien maupun mentor GPSY, sehingga setting
penelitian berlangsung secara alamiah; (3) Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan
sehari-hari yang dilakukan GPSY membuat peneliti memperoleh banyak
informasi yang tidak peneliti peroleh dari wawancara maupun data-data tertulis,
data tersebut yaitu mengenai penerapan sistem home care yang merupakan bagian
dari Terapi Holistik yang meliputi; pola hubungan antara pasien dan mentor
GPSY baik pada saat terapi maupun keseharian, interaksi pasien di dalam asrama,
dan kegiatan sehari-hari pasien di dalam GPSY; (4) Banyak pengalamanpengalaman yang diperoleh peneliti khususnya mengenai proses penanganan
skizofrenia secara holistik yang merupakan aplikasi dari teori-teori yang diperoleh
peneliti selama proses perkuliahan sehingga pengalaman ini akan menjadi bekal
berharga bagi peneliti di waktu yang akan datang.
Proses penelitian secara keseluruan berjalan dengan lancar, walaupun
terdapat beberapa kendala pada saat pelaksanaannya. Kendala tersebut meliputi;
(1) Proses penelitian yang dilakukan dengan tinggal dan menetap di GPSY
membuat peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur jadual perkuliahan dan
jadual penelitian. Hal ini dikarenakan jadual perkuliahan yang padat serta lokasi
GPSY yang berada di Yogyakarta dan UNNES di Semarang memerlukan waktu
tempuh yang lama, sehingga sulit dijangkau dalam waktu yang singkat, sehingga
peneliti membuat kesepakatan kepada pihak GPSY supaya peneliti bisa
melakukan penelitian secara fleksibel mengikuti jadwal perkulihan. Terkait hal
tersebut, terdapat kelemahan (kekurangan) selama proses penelitian yaitu
kurangnya totalitas partisipan peneliti dalam meliput
proses terapi di GPSY
84
sehingga peneliti banyak kehilangan kesempatan dalam meliputi proses terapi di
GPSY; (2) Proses penggalian data penelitian yang berhubungan dengan keluarga
mengalami banyak kendala. Hal ini berkaitan dengan kode etik kelembagaan
GPSY sehingga peneliti tidak bisa dengan mudah masuk ke keluarga untuk
melakukan pengambilan data mengenai kegiatan terapi-terapi yang melibatkan
keluarga pasien. Privasi pasien dan keluarga selama di rawat di GPSY merupakan
suatu hal yang harus dihormati sebab tidak semua keluarga berkenan apabila salah
satu anggota keluarganya maupaun keluarga itu sendiri dijadikan (dilibatkan)
dalam suatu penelitian. Mengatasi hal tersebut peneliti meminta bantuan kepada
pihak GPSY untuk memilih keluarga pasien yang sekiranya terbuka dan bersedia
untuk dilibatkan dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu diberi pejelasan oleh
pihak GPSY.
Pengambilan data yang dilakukan peneliti selama proses penelitian
menggunakan Teknik wawancara, observasi (catatan lapangan), tes psikologi
(DAP, BAUM, dan HTP), dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan bersifat saling melengkapi, artinya masing-masing teknik memiliki
kelemahan yang dapat diatasi dengan Teknik yang lainnya. Berikut penjelasan
tentang kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing teknik pengumpulan
data.
4.2.3.1 Wawancara
Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004: 63) menyatakan bahwa wawancara
adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
85
Kegiatan wawancara meliputi (1) Pembuatan interview guide; (2) Tanya jawab
dan perekaman; (3) Penulisan transkip wawancara (verbatim) dan analisis hasil
wawancara.
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi dari narasumber
penelitian melalui proses tanya jawab, wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara mengacu kepada interview guide
yang telah dibuat tetapi bersifat fleksibel artinya pertanyaan dapat berubah sesuai
situasi dan kondisi tetapi tidak menyimpang jauh dari pedoman yang telah dibuat.
Proses wawancara dapat dilakukan dimana saja, selama situasi dan tempat
berlangsungnya wawancara mendukung artinya tempat dilakukan wawancara
tidak mengganggu konsentrasi dan memberikan intervensi apapun kepada
responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga informasi yang
diberikan selama wawancara adalah informasi yang sebenar-benarnya. Selama
proses wawancara digunakan alat perekam berupa handphone Samsung Galaxy
Young, tujuan digunakannya alat perekam adalah untuk menghindari faktor
kelupaan yang timbul pada saat pencatatan transkip wawancara sehingga transkip
wawancara yang dicatat bisa sama persis atau sesuai dengan hasil yang diperoleh
pada saat wawancara dilapangan.
Wawancara dilakukan kepada delapan responden yang terdiri dari satu
narasumber utama dan tujuh narasumber sekunder sebagai berikut ;
1. Narasumber utama bernama Ngisty Nalle (NN), pemilihan narasumber utama
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa NN dianggap sebagai orang yang
mengetahui tentang Terapi Holistik yang diterapkan di GPSY dan penanganan
86
skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik. Wawancara secara
sistematik kepada NN dilakukan sebanyak tiga kali yaitu wawancara pertama
pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 14.17 s.d 16. 05 WIB, setelah melakukan
wawancara pertama ternyata hasil yang diperoleh belum cukup menggali
secara mendalam informasi yang dibutuhkan, oleh karena dilakukan
wawancara kedua pada tanggal 8 Juni 2013 pukul 17.10 s.d 18.15 WIB dan
wawancara ketiga pada tanggal 17 Juni pukul 10.30 s.d 12. 18 WIB untuk
melengkapi kekurangan pada wawancara pertama. Selain wawancara secara
sistematik yang dilakukan kepada NN, peneliti juga seringkali melakukan
wawancara secara tidak sistematik kepada NN pada waktu-waktu senggang
yang hari dan jamnya tidak terjadual.
2. Narasumber sekunder adalah responden-responden yang dapat memberikan
croscek terhadap informasi yang diberikan oleh narasumber utama. Pemilihan
responden sekunder ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa responden
adalah orang-orang yang mengetahui tentang Terapi Holistik dan orang-orang
yang pernah menjalani Terapi Holistik serta merasakan manfaat dari Terapi
Holistik. Responden-responden yang dijadikan narasumber sekunder yaitu :
a. Alfred Abanat (AA).
Alfred Abanat (AA) merupakan mentor pasien laki-laki dan mentor bidang
kerohanian di GPSY. Informasi yang diperoleh dari AA digunakan untuk
menunjang, melengkapi dan mengcrosscek data-data yang diungkapkann oleh
NN. Wawancara terhadap AA dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada 29 Mei
87
2013 pukul 11.20 WIB s.d 13.00 WIB dan pada 8 Juni 2013 pukul 14.10 WIB s.d
13.00 WIB.
b. Sariman (SR)
Sariman (SR) atau yang dipanggil dengan sebutan Eyang Sariman adalah
mentor bidang medis di GPSY. Beliau yang setiap melakukan pemeriksaan
rutin terhadap pasien dan juga memimpin semua kegiatan dalam ranah terapi
medis di GPSY. Informasi yang digali dari SR adalah mengenai terapi medis
yang merupakan bagian dari Terapi Holistik di GPSY. Wawancara terhadap
SR dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 27 Juni 2013 pukul 11.50 s.d 12.15
WIB.
c. Dirahasiakan (KM)
KM adalah pasien di GPSY. KM merupakan pasien yang sedang menjalani
perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. KM dianggap bisa
memberikan informasi mengenai Terapi Holistik dan manfaat yang dirasakan
setelah menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga
dapat diperoleh informasi mengenai unit analisis mengenai Terapi Holistik dalam
menangani Skizofrenia yang terlihat dari tabel perkembangan KM dari awal
perawatan hingga sekarang. KM dianggap sudah kooperatif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan peneliti. Wawancara terhadap KM dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pada tanggal 7 Mei 2013 pukul 09.20 s.d 10.25 WIB dan tanggal 19
Juni 2013 pukul 10.45 s.d 11.35 WIB.
d. Djumiyati (DY)
88
Djumiyati (DY) merupakan ibu dari KM. KM dipilih menjadi salah satu
responden penelitian sebab dari DY diperoleh informasi mengenai keefektifan
dari Terapi Holistik di GPSY yang dirasakan keluarga, perlakuan yang diberikan
GPSY kepada keluarga yang merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang
dilakukan GPSY dan perubahan pada kondisi pasien yang dirasakan keluarga saat
pasien menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik.
Wawancara pada DY dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 30 Juni
2013 pukul 16.25 s.d 17.10 WIB di rumah DY yang beralamatkan di JetisHarjo,
Yogyakarta.
e. Dirahasiakan (AD)
AD adalah mantan pasien GPSY. AD merupakan pasien yang pernah
dirawat di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik dan saat ini AD sudah
kembali menjalani kehidupannya pasca perawatan, sehingga dapat diperoleh
informasi mengenai manfaat Terapi Tolistik yang dirasakan pasien pasca
menjalani perawatan di GPSY. Wawancara terhadap AD dilakukan sebanyak dua
kali yaitu pada tanggal 16 April 2013 pukul 13.00 s.d 14.00 WIB bertempat di
GPSY dan tanggal 29 Juni 2013 pukul 11.15 s.d 12.00 WIB bertempat di rumah
AD daerah Karangmojo, Wonosari, Gunung Kidul.
f. Sumiyati (SY)
Sumiyati (SY) merupakan keluarga mantan pasien GPSY, yaitu ibu dari
AD. Informasi yang digali dari SY meliputi kondisi AD setelah kembali ke rumah
pasca menjalani perawatan di GPSY dan perlakuakan yang diberikan pihak GPSY
kepada keluarga untuk meminimalkan terjadinya kekambuhan kepada pasien
89
pasca selesai menjalani perawatan di GPSY yang merupakan bagian dari
penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY.
g. Martini (MR)
Martini (MR) merupakan salah satu masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar GPSY sekaligus pemilik warung yang sering dikunjungi oleh pasien
GPSY. Wawancara yang dilakukan kepada MR bertujuan untuk menggali
informasi mengenai tanggapan masyarakat mengenai keberadaan GPSY lebih
khususnya terhadap penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dengan
mengenalkan pasien dengan masyarakat luar yang merupakan bagian dari terapi
sosial. Wawancara terhadap MR dilakukan sebanyak satu kali pada tanggal 30
Mei 2013 pada pukul 11.40 s.d 12.00 WIB.
h. Atik (AT)
Atik (AT) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar
GPSY. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan warga sekitar
(masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY
yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY untuk dapat
berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar. Wawancara terhadap AT
dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 9 Mei 2013 pukul 10.10 s.d 10.25
WIB.
4.2.3.2 Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan yang bertujuan. Tujuan dari
digunakannya metode observasi yaitu untuk memperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-cheking dan pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang
90
diperoleh sebelumnya. Pengamatan yang dilakukan meliputi kondisi GPSY, tata
cara pelaksanaan Terapi Holistik, kondisi pasien dan kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di GPSY. Penulisan hasil observasi ini dibuat dalam bentuk catatan
lapangan.
Catatan lapangan merupakan pencatatan terhadap hasil observasi, hal ini
dilakukan untuk menghindari terdapatnya faktor kelupaan terhadap data-data yang
diperoleh dari hasil pengamatan. Penggunaan catatan lapangan adalah untuk
memaparkan kegiatan terapi yang dilakukan di GPSY, kegiatan keseharian pasien
dan kejadian-kejadian penting penunjang penelitian yang terjadi selama proses
pengambilan data di lapangan. Catatan lapangan ini berupa uraian deskriptif
mengenai uraian hasil observasi.
4.2.3.3 Tes Psikologi
Tes Psikologi digunakan untuk mengetahui gambaran gangguan kejiwaan
yang dialami oleh pasien dan mantan pasien. Tes psikologi yang digunakan adalah
tes grafis meliputi; DAP, BAUM, dan HTP. Pemilihan penggunaan tes grafis
didasarkan pada pertimbangan kepraktisan dari segi waktu dan pelaksanaan serta
proses interpretasi yang singkat, namun tes grafis dianggap sudah dapat
menggambarkan kondisi psikis seseorang secara komprehensif sehingga dari hasil
interpretasi tes grafis dapat diperoleh gambaran kondisi psikis dari subyek
penelitian, termasuk gambaran mengenai gangguan kejiwaan yang dialaminya.
Tes psikologi diberikan kepada narasumber sekunder yaitu pasien GPSY dan
mantan pasien GPSY.
4.2.3.4 Dokumentasi
91
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
membuat video dokumenter mengenai proses pelaksanaan Terapi Holistik dalam
menangani skizofrenia yang di terapkan di GPSY. Video ini meliputi jenis-jenis
terapi yang dilakukan di GPSY, kegiatan sehari-hari pasien di GPSY dan kondisi
pasien di GPSY. Video rekaman diambil selama peneliti berada di GPSY, tidak
semua kegiatan dapat terekam oleh peneliti hal ini dikarenakan peneliti tidak
selalu setiap hari berada di GPSY namun rekaman yang dibuat dirasa sudah
mewakili dalam menggambarkan proses terapi di GPSY secara keseluruhan.
4.2.4 Penyusunan Laporan dan Penyempurnaan Laporan
Penyusunan laporan dan penyempurnaan laporan memerlukan waktu
selama tiga bulan yaitu bulan Juli s.d bulan September. Penyusunan laporan
adalah proses penulisan dan pelaporan terhadap hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan ke dalam bentuk laporan yang sistematis. Penyusunan laporan tidak
lepas dari berbagai kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu
setelah proses penyusunan laporan, proses selanjutnya adalah pengoreksian
laporan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan dalam proses pengoreksian
tersebut ditemukan banyak kekurangan-kekurangan yang harus dilengkapi dan
kesalahan-kesalahan yang musti diperbaiki.
Penyempurnaan laporan merupakan proses untuk memperbaiki dan
melengkapi kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ditemukan
dalam proses pengkoreksian. Selama proses penyempurnaan penulis melanjutkan
untuk tinggal di GPSY. Hal ini dilakukan untuk memudahkan memperoleh
kelengkapan data yang diperlukan.
92
Penulisan dan penyempurnaan laporan ini mengalami banyak kendala yaitu
terlalu banyak yang diperoleh oleh peneliti selama proses penelitian sehingga
menimbulkan kebingungan dalam proses penyusunan laporan. Data-data yang
diperoleh melebar (keluar) dari rumusan masalah (fokus kajian) yang telah
dikonsepkan pada rancangan penelitian. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan melakukan penyortiran data atau pemilihan data.
Data-data yang dimbil hanya data-data yang sesuai dan menunjang rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu dengan berpedoman pada unit
analisis yang telah dibuat pada rancangan penelitian. Data-data yang tidak
berkaitan tidak dicantumkan dalam penyusunan laporan.
4.3 Koding
Tahap yang perlu dilakukan selanjutnya setelah data diperoleh adalah
analisis data. Tahap analisis data pada penelitian kualitatif memerlukan beberapa
tahap pengolahan. Tahap pertama sebelum melakukan analisis data adalah
melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh.
Hal ini bertujuan untuk mengorganisasi dan mensistemasis data yang diperoleh
hasil wawancara secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang dipelajari.
Tahap selanjutnya yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci
serta gagasan yang ada dalam data, menemukan tema-tema yang berasal dari data,
kemudian melakukan penafsiran data yaitu berpikir dengan jalan membuat agar
kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola-pola
hubungan serta membuat temuan-temuan umum.
93
Adapun kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kode A menunjukan data dari narasumber utama yaitu Ngisty Nalle (NN).
2. Kode B menunjukan data narasumber sekunder pertama yaitu Alfred
Abanat (AA).
3. Kode C menunjukan data narasumber sekunder kedua yaitu Sariman (SR).
4. Kode D menunjukan data narasumber sekunder ketiga, sekaligus yang
menjadi subyek penelitian yaitu pasien GPSY (KM).
5. Kode E menunjukan data narasumber sekunder keempat yaitu Djumiyati
(DY).
6. Kode F menunjukan data narasumber sekunder kelima, sekaligus subyek
penelitian yaitu mantan pasien GPSY (AD).
7. Kode G menunjukan data narasumber sekunder keenam yaitu Sumiyati
(SY).
8. Kode H menunjukan data narasumber sekunder ketujuh yaitu Mariyati
(MR).
9. Kode I menunjukan data narasumber sekunder kedelapan yaitu Atik (AT).
10. Kode angka dengan efek subscript yang mengikuti kode huruf
menunjukkan urutan pelaksanaan wawancara. Contoh: A1 (wawancara
pertama pada Ngisty Nalle)
11. Kode W dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor
urutan wawancara. Contoh: W16 (percakapan wawancara urutan ke 16).
12. Kode O dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor
urutan observasi. Contoh: O 4 (Observasi urutan ke empat)
94
13. Kode enam digit angka menunjukkan tanggal pelaksanaan wawancara.
Contoh: 170613 (Tanggal 17 Juni 2013).
14. Penulisan secara lengkap contoh : A1W16:170613 (wawancara pertama
pada Ngisty Nalle, Urutan wawancara ke 16, pada tanggal 17 Juni 2013)
4.4 Temuan Penelitian
4.4.1 Identitas Narasumber
Narasumber dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu narasumber
utama dan narasumber sekunder. Narasumber utama adalah narasumber yang
dijadikan sumber informasi utama, sedangkan narasumber sekunder adalah
narasumber yang dijadikan crosscheck terhadap informasi yang diberikan
narasumber utama. Identitas dan profil narasumber dipaparkan sebagai berikut:
4.4.1.1 Narasumber Utama
Nama
: Ngisty Nalle (NN)
Kode
:A
TTL
: 30 Mei 1975
Alamat
: Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan,
Kabupaten Sleman
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan
: Mentor GPSY
Ngisty Nalle (NN) adalah ketua mentor putri di GPSY dan sekertaris GPSY.
Beliau mengkoordinasi dan memimpin jalannya semua proses terapi dan kegiatankegiatan yang berlangsung di GPSY. Pemilihan NN sebagai narasumber utama
karena NN telah bekerja sebagai mentor di GPSY sejak berdirinya GPSY hingga
95
sekarang, sehingga NN dianggap mengetahui mengenai informasi-informasi yang
berkaitan dengan GPSY.
4.4.1.2 Narasumber Sekunder
Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck data yang didapat dari
narasumber utama. Adapun identitas narasumber sekunder dipaparkan sebagai
berikut:
a) Nama
: Alfred Abanat (AA)
Kode
:B
TTL
: Fatutnana, 17 November 1979
Alamat
: Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan
Seyengan,
Kabupaten Sleman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Keterangan
: Mentor GPSY
Alfred Abanat (AA) merupakan mentor pasien laki-laki dan mentor bidang
kerohanian di GPSY. AA dianggap mengetahui tentang Terapi Holistik di GPSY
secara keseluruhan dan khususnya pada terapi rohani serta prosedur penanganan
skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga informasi yang
diperoleh bisa dijadikan croscek ataupun tambahan informasi atas unit analisis.
b) Nama
: Sariman (SR)
Kode
:C
TTL
:Yogyakarta, 4 Juni 1944
Alamat
: Jl. Palagan Tentara Pelajar 103, Sleman Yogyakarta.
Jenis Kelamin : Laki-laki
96
Keterangan
: Mentor GPSY
Sariman (SR) atau yang dipanggil dengan sebutan Eyang Sariman adalah
mentor bidang medis di GPSY. Beliau yang setiap melakukan pemeriksaan rutin
terhadap pasien dan juga memimpin semua kegiatan dalam ranah terapi medis di
GPSY. Informasi yang digali dari SR adalah mengenai terapi medis yang
merupakan bagian dari Terapi Holistik di GPSY.
c) Nama
: dirahasiakan (KM)
Kode
:D
TTL
Alamat
: Yogyakarta, 17 Agustus 1972
: JetisHarjo Rt 20/Rw 06, Yogyakarta
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan
: pasien di GPSY
KM merupakan pasien yang sedang menjalani perawatan di GPSY dengan
menggunakan Terapi Holistik. KM dianggap bisa memberikan informasi
mengenai Terapi Holistik dan manfaat yang dirasakan setelah menjalani
perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga dapat diperoleh
informasi mengenai unit analisis mengenai keefektifan Terapi Holistik dalam
menangani Skizofrenia yang terlihat dari tabel perkembangan KM dari awal
perawatan hingga sekarang. KM dianggap sudah kooperatif dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan peneliti.
d) Nama
: Djumiyati (DY)
Kode
:E
TTL
: 7 Mei 1951
97
Alamat
: JetisHarjo Rt 20/Rw 06, Yogyakarta
Jenis Kelamin : Perempuan
Keterangan
: Ibu KM
DY dipilih menjadi salah satu responden penelitian sebab dari DY
diperoleh informasi mengenai keefektifan dari Terapi Holistik di GPSY yang
dirasakan keluarga, perlakuakan yang diberikan GPSY kepada keluarga yang
merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dan
perubahan pada kondisi pasien yang dirasakan keluarga saat pasien menjalani
perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik.
e) Nama
: dirahasikan (AD)
Kode
:F
TTL
Alamat
: Gunung Kidul, 10 Agustus 1990
: Rt 02/Rw 01, Krambilduwur, Wiladeg, Karangmojo,
Gunung Kidul.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Keterangan
: Mantan Pasien GPSY
AD adalah mantan pasien GPSY. AD merupakan pasien yang pernah
dirawat di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik dan saat ini AD sudah
kembali menjalani kehidupannya pasca perawatan, sehingga dapat diperoleh
informasi mengenai manfaat Terapi Holistik yang dirasakan pasien pasca selesai
menjalani perawatan di GPSY.
f) Nama
Kode
: Sumiyati (SY)
:G
98
TTL
Alamat
: Gunung Kidul, 17 April 1961
: Rt 02/Rw 01, Krambilduwur, Wiladeg, Karangmojo,
Gunung Kidul.
Keterangan
: Ibu AD
Sumiyati (SY) merupakan keluarga mantan pasien GPSY, yaitu ibu dari
AD. Informasi yang digali dari SY meliputi kondisi AD setelah kembali ke rumah
pasca menjalani perawatan di GPSY dan perlakuakan yang diberikan pihak GPSY
kepada keluarga untuk meminimalkan terjadinya kekambuhan kepada pasien
pasca selesai menjalani perawatan di GPSY yang merupakan bagian dari
penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY.
g. Nama
Kode
Alamat
: Mariyati (MR)
:H
: Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan
Seyengan, Kabupaten Sleman.
Keterangan
: Warga sekitar GPSY
Mariyati (MR) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar
GPSY, MR adalah pemilik warung yang sering dikunjungi oleh pasien GPSY
untuk berbelanja. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan
warga sekitar (masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan
oleh GPSY yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY
untuk dapat berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar.
g. Nama
Kode
: Atik (AT)
:I
99
Alamat
: Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan
Seyengan, Kabupaten Sleman.
Keterangan
: Warga sekitar GPSY
Atik (AT) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar
GPSY. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan warga sekitar
(masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY
yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY untuk dapat
berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar.
4.4.2 Paparan Hasil Penelitian
Paparan hasil lapangan merupakan pemaparan terhadap semua data-data
yang diperoleh selama berlangsungnya proses penelitian di lapangan dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Data-data yang diperoleh didasarkan dan
dikelompokan sesuai pada unit analisis yang telah dibuat. Pemaparan hasil
lapangan yaitu mengenai Terapi Holistik yang digunakan sebagai model
penanganan terhadap Skizofrenia di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY):
4.4.2.1 Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
4.4.2.1.1 Pengertian Terapi Holistik
Terapi Holistik adalah suatu bentuk terapi yang digunakan untuk menangani
gangguan jiwa skizofrenia secara menyeluruh (komprehensif) pada seluruh aspek
kehidupan pasien yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.
100
4.4.2.1.2 Prosedure Penerimaan dan Perawatan Pasien di Griya Pemulihan Siloam
Yogyakarta (GPSY)
Prosedure penerimaan dan perawatan pasien di GPSY dimulai sejak
pertama kali pasien datang sampai pasien dinyatakan stabil dan diperbolehkan
pulang.
Pendaftaran
Penerimaan Pasien
ANAMNESA
TERAPI
HO
LISTIK
PERSIAPAN
BIMBINGANLANJU
PULANG
T
Cuti,
Visit,
Home
Terapi Lanjut,
Pulang.
TERMINASI
Bagan 4.1 Alur Penerimaan dan Perawatan Pasien GPSY
Keterangan :
7. Pendaftaran/Penerimaan Pasien
Pasien dibawa ke GPSY oleh keluarga maupun pihak-pihak yang
berkaitan dengan pasien dan terjadi kesepakatan antar GPSY dengan pihak pasien
mengenai berbagai hal menyangkut hubungan kerjasama pihak pasien dan GPSY
selama pasien dirawat di GPSY.
101
. . . pertama kali masuk pasien diantar keluarga, ada juga yang
dibawa polisi atau rujukan dari rumah sakit dan sebagainya
kemudian disini diadakan transaksi dan persetujuan kedua belah
pihak antara Siloam dengan keluarga mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan Siloam dan pihak pasien . . . (A1-W4:080513).
8. Anamnesa
Anamnesa adalah proses wawancara yang dilakukan GPSY kepada pihak
pasien dengan tujuan untuk menggali data tentang riwayat kehidupan pasien dari
sisi medis, rohani dan sosial sehingga dari hasil wawancara tersebut dapat
diperoleh gambaran menyeluruh mengenai penyebab terjadinya atau faktor
pencetus skizofrenia pada pasien. Hasil tersebut digunakan untuk proses
pendiagnosisan awal dan untuk menunjang pendiagnosisan yang akan dilakukan
pasikiater.
anamnesa itu menggali data dari pihak pasien tentang riwayat
kehidupan pasien yang berkaitan dengan kenapa pasien kok bisa
sampai skizofrenia dari sisi medisnya seperti apa misal sudah
berapa kali dirawat, mempunyai keturunan skizofren tidak lalu dari
kehidupan agama pasien gimana, hubungan dengan keluarga dan
masyarakat seperti apa, ada permasalahan apa dan informasiinformasi lain yang berkaitan dengan pasien dan penyakitnya. . .
(A1-W5:080513).
9. Terapi Holistik
Pasien mulai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi
Holistik, meliputi berbagai jenis terapi dan kegiatan-kegiatan yang
termasuk bagian dari Terapi Holistik.
. . . selanjutnya pasien mulai menjalani perawatan dengan
menggunakan Terapi Holistik. . . (A1-W5:080513).
10. Persiapan Pulang
102
Persiapan pulang adalah mempersiapkan kepulangan pasien. Pasien yang
sudah stabil sebelum dipulangkan ke keluarga terlebih dahulu harus menjalani
tahapan persiapan pulang yang terdiri dari cuti, home visit dan terapi lanjut.
Tujuannya adalah supaya ketika pasien dipulangkan kondisinya benar-benar
sudah siap baik dari segi pasien sendiri maupun keluarga.
Lebih lanjut, penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam masa persiapan
pulang adalah sebagai berikut, (a) Cuti: Cuti atau disebut juga masa percobaan
adalah pasien dipulangkan ke rumah dan keluarga selama seminggu dengan
tujuan untuk melihat kondisi pasien ketika berada dirumah; (b) Home Visit dan
konseling keluarga: Kunjungan yang dilakukan pihak GPSY ke rumah dan
keluarga pasien pada saat pasien cuti untuk selanjutnya diberikan konseling
keluarga. Tujuannya adalah untuk mengevalusi kondisi pasien selama di rumah
mengenai bagaimana perilaku pasien di rumah, sikap keluarga terhadap pasien,
hubungan pasien dengan keluarga, dan kendala-kendala yang dihadapi keluarga
yang berkaitan dengan kepulangan pasien. Home visit memberikan gambaran
secara keseluruhan mengenai kecenderungan permasalahan-permasalahan apa
yang mungkin muncul dan berpotensi menyebabkan kekambuhan kembali pada
pasien ketika nantinya pasien benar-benar dipulangkan, baik dari sisi keluarga
maupun diri pasien pribadi; (c) Terapi Lanjutan: Terapi-terapi yang dilakukan
untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan
pada saat pasien cuti berdasarkan hasil evalusi pada saat home visit. Tujuannya
adalah supaya pada saat pasien pulang baik keluarga maupun pasien benar-benar
siap dan tidak muncul permasalaha-permasalahan yang berpotensi menyebabkan
103
kekambuhan pada pasien sepulangnya dari GPSY. Setelah semua masalah diatasi
dalam terapi lanjutan kemudian pasien dipulangkan.
Persiapan pulang itu kita mempersiapkan kepulangan pasien,
terutama keluarga. Jadi dalam masa persiapan pulang ini ada cuti
kak, yaitu kita pulangkan dulu pasien selama seminggu kita mau
liat bagaimana kondisi pasien dirumah atau disebut masa
percobaan, pada saat cuti kita lakukan kunjungan ke keluarga
bagaimana keluarganya memperlakukan pasien, bagaimana pasien
dirumah, hal apa dalam keluarga atau lingkungannnya yang bisa
mnyebabkan pasien kambuh lagi itu semua kita amati. Setelah cuti
kita lakukan terapi lanjutan yaitu untuk fungsinya untuk mengatasi
masalah-masalah yang didapat di lapangan pada saat pasien cuti,
baik dari keluarga maupun pasien, kita coba atasi itu semua.
Kemudian setelah semua masalah sudah bisa diatasi kita baru
pulangkan pasien (A1-W5:080513).
11. Bimbingan Lanjut
Pasien yang yang telah selesai menjalani perawatan di GPSY dan
dipulangkan ke keluarga akan mendapatkan bimbingan lanjut setiap satu minggu
sekali selama tiga bulan dari mentor GPSY. Bimbingan lanjut ini berfungsi untuk
mengontrol serta memonitoring perkembangan pasien dan hubungannya dengan
keluarga untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga dalam keadaan yang
“baik”.
. . . bimbingan lanjut yaitu kami pantau terus kondisi pasien,
apakah pasien dan keluarga melakukan apa yang kami katakan
pada tahapan terapi lanjutan dan apakah keluarga menaati perintah
kami. Bimbingan lanjut ini kami lakukan setiap seminggu sekali
selama 3 bulan. . . (A1-W5:080513).
12. Terminasi
Terminasi adalah proses pemutusan hubungan kerja antara GPSY dengan
pihak keluarga, terminasi dilakukan setelah selesai bimbingan lanjut. GPSY
secara formal sudah tidak memiliki tanggung jawab apapun terhadap pasien,
104
namun hubungan baik antara GPSY dan pihak keluarga akan tetap terjalin. Hal ini
bertujuan supaya ketika dalam proses perawatan pasien skizofrenia keluarga
mengalami kendala, kebinggungan maupun permasalahan, keluarga dapat
menjadikan GPSY sebagai tempat sharing untuk membantu memberikan solusi
secara lebih tepat sehingga kemungkinan terhadap terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan dapat segera dicegah atau dihindari. Hubungan ini berlangsung
kapanpun tanpa adanya batas waktu tertentu yang mengikat.
. . . selanjutnya pemutusan hubungan kerja, bahwa Siloam telah
selesai melaksanakan tugasnya. Secara formal Siloam sudah tidak
memiliki tanggung jawab terhadap pasien. Namun hubungan baik
kami dengan keluarga akan tetap kami bina jadi apabila sewaktuwaktu keluarga membutuhkan bantuan/mengalami permasalahan
berkaitan dengan pasien kapan pun itu akan tetap kami bantu (A1W5:080513).
4.4.2.1.3 Prosedure Pelaksanaan Terapi Holistik
Terapi Holistik di GPSY terdiri dari tiga terapi utama yang meliputi terapi
medis, terapi rohani dan terapi sosial. Terapi tersebut memiliki saling keterkaitan
antara satu dengan yang lain, karena memang setiap bagian terapi akan
melibatkan bagian dari terapi lainya. Proses pelaksanaan terapi antara pasien dan
mentor yang dilakukan di GPSY dibentuk dalam suatu pola interaksi “Home
Care”. Home Care juga diterapkan dalam kegiatan sehari-hari pasien, pola
interaksi ini menjadi bagian dari Terapi Holistik. Prosedure Terapi Holistik
selanjutnya yaitu pendekatan terhadap keluarga melalui adanya visit (kunjungan)
dan konseling keluarga.
Terapi Holistik ini kami kelompokan menjadi 3 terapi inti, yaitu
medis, rohani dan sosial yang dikemas dalam suatu pola interaksi
“Home Care” Tetapi pada kenyataannya terapi ini tidak dapat
105
berdiri sendiri-sendiri, karena ini kan akan saling berkaitan. Visit
ke ke keluarga itu juga menjadi satu kesatuan dalam Terapi
Holistik yang dilakukan terhadap keluarga di luar maupun di
dalam GPSY. Pada saat visit kita lakukan konseling keluarga. . . ..
(A1-W10:080513).
Pernyataan NN diperkuat oleh peryataan AA yang merupakan mentor
putra dan mentor bagian rohani di GPSY yang menyatakan bahwa:
Secara garis besar itu ada terapi medis, terapi rohani dan terapi
sosial. Tetapi nanti pada prakteknya tiga terapi tersebut tidak dapat
berdiri sendiri, jadi semua saling terkait. Namun untuk
memudahkan pelaporan maka dibagi menjadi tiga terapi yang
terdiri dari sub-sub. (B1-W3: 290513). Home care itu seperti mensetting suasana kekeluargaan yang terjalin antara mentor dan
pasien dalam kehidupan sehari-hari maupun pada saat melakukan
terapi, ini juga menjadi bagian dalam Terapi Holistik yang
dilakukan GPSY. (B1-W10:290513). Kita lakukan konseling
keluarga ya atau home visit. (B1-W14:290513)
Penjelasaan
mengenai
bagian-bagian
dari
Terapi
Holistik
juga
dikemukakan oleh KM pasien GPSY yang saat ini menjalani perawatan di GPSY
dengan menggunakan Terapi Holistik:
Terapinya ada medis yang pas hari selasa sama jumat, terus kalau
hari senin terapi rohani sama hari kamis, sama terapi sosialnya
sering, harinya nggak tetep gitu suka ganti-ganti. (D1- 15:
07:05:13)
Pernyataan dari NN, AA, dan MK diperkuat oleh pernyataan SR mentor
bagian medis di GPSY yang juga mengetahui pelaksaan procedure Terapi
Holistik:
Bener kak, jadi selain medis ada terapi secara rohani juga terapi
secara sosial. Tapi sebenarnya kan yang penting itu kita gunakan
pendekatan secara manusiawi to kak selama terapi-terapi
diberikan, bagaimana mereka itu bisa didik secara kekeluargaan.
(C1-W5 : 270613). Siloam melibatkan keluarga dalam proses
terapinya, kita lakukan kunjungan ke keluarga…. (C1-W6 :
270613).
106
Secara umum gambaran prosedure pelaksaanaan Terapi Holistik terdiri
dari terapi medis, terapi rohani dan terapi sosial yang pada pelaksaannya
menggunakan sistem home care, selanjutnya dilakukan visit (kunjungan) dan
konseling keluarga yang merupakan bagian Terapi Holistik yang ditujukan kepada
keluarga pasien. (Catatan Lapangan no. 1 s.d no. 5).
4.4.2.1.4 Teknik-Teknik Terapi Holistik
Dijelaskan lebih lanjut mengenai Teknik-Teknik yang digunakan dalam
prosedure pelaksaan Terapi Holistik, meliputi:
(1) Terapi-terapi dalam Terapi Holistik
a. Terapi Medis
Konsep dasar terapi medis adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan
medis yang meliputi ranah kesehatan secara fisik pada diri pasien. Jenis-jenis
kegiatan yang menjadi bagian dari terapi medis bersifat fleksibel, tidak
mempunyai patokan tertentu artinya kegiatan dalam terapi medis disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kesehatan secara
fisik.
Jenis kegiatan dalam terapi medis meliputi:
Pemeriksaan rutin, terdiri dari pemberian obat-obatan, intensitas
pemberian obat berbeda-beda untuk masing-masing pasien disesuaikan
dengan kondisi pasien dan cek kesehatan yang dilakukan setiap pagi
hari meliputi cek berat badan, tensi, kondisi kesehatan;
107
Pemeriksaan psikiater, dilakukan satu bulan sekali yaitu setiap hari
jumat minggu ketiga. Pemeriksaan psikiater ini bertujuan untuk
mengontrol kondisi pasien dari segi obat-obatan;
Pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, berupa
pemberian materi yang diberikan berkaitan dengan kebersihan diri dan
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan pasien, setelah
pemberian materi berupa penjelasan secara lisan kemudian pasien
melakukan praktek. Praktek tersebut meliputi belajar cara mandi, cara
gosok gigi, cara mencuci baju dan piring, mengurus kamar,
pemeriksaan rambut, kuku, kebersihan baju, kebersihan almari dan
kebersihan lingkungan di sekitarnya, termasuk didalamnya yaitu
kegiatan kerja bakti yang dilakukan seminggu sekali. Praktek juga
diberikan dalam bentuk game-game seperti lomba menyikat gigi,
lomba memakai baju dengan rapi dan sebagainya. Pada saat games
juga berlaku reward dan punishment bagi pasien yang dinilai paling
bersih akan mendapatkan reward tertentu dan pasien yang dinilai
“paling kotor” akan mendapatkan punishment sesuai kesepakan awal;
Konseling kesehatan individu, yaitu proses konseling yang dilakukan
antara pasien dan mentor medis (SR) berkaitan dengan kesehatan
pasien. Salah satu bagian penting dalam konseling ini yaitu
menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien mengenai pentingnya obat
bagi skizofrenia, sehingga setiap pasien memiliki kepatuhan dalam hal
minum obat serta memberikan pemahaman secara pribadi kepada
108
masing-masing pasien mengenai skizofrenia dan bagaimana pasien
tersebut mampu tetap menjalani kehidupannya secara optimal
meskipun dengan skizofrenia;
Konseling kelompok kesehatan, kegiatan ini merupakan kegiatan
konseling
kelompok,
pasien
dikelompok-kelompokan
menjadi
beberapa kelompok sesuai dengan tingkatan kemampuan kognitif
mereka. Materi dalam konseling kelompok kesehatan adalah mengenai
pembahasan skizofrenia dikaitan dengan sudut pandang agama.
Kelompok tersebut meliputi: kelas TK (pasien yang memiliki
kemampuan kognitif jauh di bawah rata-rata), kelas SD (pasien yang
memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata), kelas SMP (pasien
yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata) dan SMA (pasien yang
memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata). Setelah pemberian
materi masing-masing pasien melakukan sharing dengan teman
sekelompok dan selanjutnya sharing dengan kelompok lain. Masingmasing kelompok dipandu oleh satu orang mentor;
Ceramah kesehatan, yaitu pemberian materi-materi secara lisan antara
mentor medis kepada pasien berkaitan dengan wilayah medis seperti
penyakit-penyakit menular dan cara mengatasinya, penerapan pola
hidup sehat, serta materi yang berkaitan dengan skizofrenia. Materimateri yang diberikan pada saat ceramah akan di ujiankan setiap
bulannya. Skizofrenia mengalami gangguan pada fungsi kognitif dan
salah satu tujuan dari ceramah adalah melatih kognitif pasien, dimana
109
terdapat proses memperhatikan, mengingat dan menceritakan kembali
materi-materi yang telah diperoleh;
Penggunaan ruang isolasi, ini berlaku untuk pasien yang perilakunya
tidak stabil atau sedang mengalami error. Pasien yang berada di ruang
isolasi tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan terapi dan tidak
memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan sehari-sehari di GPSY
sampai perilakunya dapat terkontrol kembali.
Olahraga, kegiatan olahraga ini berupa senam, jalan sehat, dan
permainan-permainan yang berkaitan dengan gerak tubuh.
Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi
medis ini yaitu variasi kegiatan apapun yang berkaitan dengan medis
dan kesehatan pasien secara fisik yang bisa diberikan kepada pasien
dan sekiranya dibutuhkan oleh pasien.
Jenis-jenis kegiatan dalam terapi medis diungkapkan oleh NN sebagai beriku:
Terapi medis ini adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan
medis. Kegiatannya bervariasi tetapi tetap berbasis pada ranah
medis, karena teman-teman disini kan sakit jadi mereka harus
dibantu melalui obat-obatan. Jadi obat merupakan primadona
dalam terapi medis, obat diberikan setiap hari pada saat
pemeriksaan rutin dan dikontrol setian bulannya oleh psikiater,
pada hari jumat minggu ketiga, penggunaan ruang isolasi yang
gunanya untuk memantau perilaku pasien atau disebut ruang
emergency, pasien yang error nanti dimasukan ke ruang isolasi
sampai ia bisa kembali berperilaku baik.(A1-W10:080513).
Ada sanitasi lingkungan, ada terapi-terapi yang dilakukan agar
mereka mengerti lingkungan dan dirinya sendiri. Contohnya itu
belajar cara mandi, cara gosok gigi, cara untuk bagaimana mereka
untuk mencuci, mengurus kamar, pemeriksaan rambut, kuku, gigi.
Itu semua dilakukan dengan teori, setelah itu praktek trus dibuat
dalam permainan, misal dibuat games lomba sikat gigi, lomba
memakai baju dengan rapi, selain itu juga ada konseling kesehatan,
PA kelompok kesehatan, terus juga ada punishmentnya misal
110
menggosok gigi nya tidak bersih nanti dapat hukuman lari dengan
membawa kasur.(A1-W12:080513). . . konseling kesehatan lebih
kepada mengajarkan menjaga kesehatan kepada klien secara
individual. Terus juga terapi kelompok tentang kesehatan, trus
nanti juga ada senam, jalan sehat. (A1-W13 080513).
Pernyataan NN berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan dalam terapi medis
diperkuat dan ditambahkan oleh SR sebagai mentor bagian medis di GPSY:
Terapi medis itu ya meliputi pemeriksaan rutin setiap harinya,
pemeriksaan psikiater setiap bulan, pemberian obat, mengajarkan
pasien menjaga kebersihan diri dan lingkungan, ini bisa melalui
game-geme atau permainan kaya kemaren kak, yang penting
tujuannya medis itu tercapai. Lalu medisnya itu ada konseling
kesehatan, penyampaian teori dan praktek itu misal kita ajarkan
pentingnya menggosok gigi habis itu kita praktekan menggosok
gigi bersama-sama, menerapkan pola hidup sehat, ada olahraga,
ceramah kesehatan contohnya pengenalan jenis-jenis penyakit
nanti diakhir ada ujian. (C1-W2:270613). La iya betul kak, terapi
medis itu ya pada dasarnya semua kegiatan-kegiatan yang ada
hubungannya sama medis, berhubungan dengan kesehatan pasien
secara fisik kan gitu to kak. Kalau kegiatannya itu disesuaikan
sesuai kebutuhan. (C1-W3:270613). PA (Pendalaman Alkitab)
kesehatan itu kan juga bagian dari konseling yang dilakukan
kelompok. (C1-W5:270613).
AA mentor di GPSY juga membenarkan pernyataan yang diungkapkan
oleh NN dan SR:
Terapi Medis itu segala hal kegiatan yang berkaitan dengan
kesehatan fisik mereka Pemeriksaan rutin psikiater satu bulan
sekali, pemeriksaan rutin tiap hari oleh Eyang Sariman, olahraga,
hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan dan kerapian diri,
kebersihan diri sendiri dan lingkungan, Lalu konseling medis. . .
olahraga seperti jalan santai, badminton dan senam. (B1W9:290513).
Secara umum terapi medis meliputi: pemeriksaan rutin, pemeriksaan
psikiater, pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, konseling
kesehatan individu, ceramah kesehatan, konseling kelompok kesehatan,
111
penggunaan ruang isolasi dan kegiatan lain yang berkaitan dengan medis dan
kesehatan pada aspek fisik. (Catatan Lapangan no. 1 dan video)
b. Terapi Rohani
Terapi Rohani adalah terapi yang didasarkan pada hubungan kerohanian
pasien dengan Tuhan. Tujuan dari terapi rohani adalah supaya pasien menyadari
bahwa ada Tuhan sebagai sumber kekuatan utama sehingga pasien bisa pasrah
dan berserah seutuhnya terhadap berbagai permasalahan kehidupan yang
dihadapinya, membuat pasien menyadari arti dirinya, arti hidupnya dan bisa
menjalani kehidupannya dengan lebih baik dan bermakna.
Kegiatan-kegiatan dalam terapi rohani bervariasi, segala kegiatan yang
berkaitan dengan kehidupan kerohanian pasien dapat diberikan. Telah dipaparkan
sebelumnya bahwa memang tidak ada patokan khusus mengenai jenis kegiatankegiatan terapi yang dilakukan di GPSY tetapi yang utama semua jenis kegiatan
tersebut tetap mengacu kepada konsep Terapi Holistik yang menyentuh setiap
aspek kehidupan pasien skizofrenia.
Jenis kegiatan dalam terapi rohani meliputi :
Doa pagi, dilakukan setiap pagi hari saat pasien bangun tidur. Doa
pagi dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur kepada dan terimakasih
kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk menikmati pagi
hari dan doa pagi dilakukan untuk mengawali semua kegiatan yang
akan dilakukan sepanjang hari ini. Doa pagi dilakukan oleh semua
pasien laki-laki dan perempuan secara bersama-sama, doa dipimpin
oleh pasien secara bergilir;
112
Doa malam, dilakukan setiap malam hari sebelum tidur. Doa malam
dilakukan di kamar masing-masing, yaitu putra di asrama putra dan
putri di asrama putri. Doa malam berisi ucapan syukur kepada Tuhan
untuk penyertaanNya sepanjang hari ini dan meminta perlindungan
Tuhan untuk menjaga tidur mereka, yang menjadi pemimpin doa
adalah pasien yang dilakukan secara bergilir;
Ibadah, merupakan kegiatan ibadah yang terdiri pujian, penyampaian
firman dan doa. Ibadah dilakukan seminggu empat kali, yaitu pada hari
senin, selasa, kamis dan minggu. Jalannya ibadah dipimpin oleh pasien
sebagai pembawa acara, pemain musik dan pemimpin doa pembukaan
serta penutupan juga dilakukan oleh pasien secara bergilir, sedangkan
penyampaian firman dan doa firman dilakukan oleh mentor. Pada saat
ibadah setiap pasien juga diwajibkan untuk mengisi pujian dengan
menyanyi pujian di depan teman-teman dan mentor secara
berkelompok. Setiap pasien dituntut untuk memiliki keberanian dalam
hal berbicara dan menunjukan kemampuan di depan umum. Selain
aspek rohani, kegiatan ini juga membuat pasien untuk menjadi percaya
diri.
. . . malu aku pertamanya tapi lama-lama biasa buat ngomong
didepan orang banyak.heheh ( D1-W17:070513).
Terapi Ketuk, ini merupakan bagian terapi medis tetapi berkaitan
dengan aspek rohani. Pasien melakukan ketukan pada bagian titik-titik
meridian kepala, wajah, dan badan. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
menciptakan kondisi rileks dan tenang pada pasien dengan diiringi
113
doa. Terapi ini menimbulkan efek kelegaan dan ketenangan kepada
pasien dalam menghadapi permasalahannya,
. . . kalau habis diketuk itu enteng kepalanya, nggak pusing
jadi ringan kaya dipijet itu lah, terus itu apa ya mbak apa ya
kaya lega nggak khawatir (D1-W17:070513).
Pemutaran film rohani, pasien ditampilkan sebuah film bertema
rohani kemudian pasien diminta untuk menuliskan jalan cerita dari
film tersebut di buku tugas masing-masing serta pesan moral apa yang
terdapat dalam film tersebut, setelah itu masing-masing pasien diminta
untuk menyampaikan kedepan teman-temannya dan mentor mengenai
film tersebut. Pemutaran film tidak hanya bertujuan secara kerohanian
tetapi juga melatih fungsi kognitif yang berkaitan dengan konsetrasi
dan ingatan pasien dalam menceritakan ulang serta mengambil makna
dari film yang mereka lihat serta kemampuan pasien dalam melakukan
analisis serta kepercayaan diri untuk menceritakan analisis film
tersebut di depan teman-teman.
Ayat hapalan dan diskusi rohani, teknik ini memiliki memiliki
tujuan yang hampir sama dengan pemutaran film rohani. Mentor
memberikan satu ayat yang harus dihapalkan oleh pasien kemudian
pasien diminta untuk mencari makna dari ayat tersebut dan kaitannya
dengan kehidupan kerohanian mereka. Pasien mendiskusikan hasil
pemikiran mereka kepada teman-teman (pasien yang lainnya), temanteman diminta untuk menyanggah apabila tidak sependapat atau
menambahkan pendapat, dalam kegiatan ini terjadi proses sharing
114
antara pasien. Pada teknik ini pasien juga diajarkan untuk bagaimana
bersosialisasi dengan teman-teman dengan cara melakukan diskusi.
Pada proses diskusi terdapat pertukaran pendapat dan proses
menganalisis pendapat teman, sehingga ayat hapalan ini bukan hanya
bertujuan secara kognitif dan rohani tetapi juga proses sosialisasi
pasien.
Terapi pustaka (membaca buku), masing-masing pasien dibagi buku
bacaan rohani, jenis buku untuk masing-masing berbeda sesuai dengan
tingkat kemampuan mereka kemudian mereka diminta untuk
mempresentasikan isi dari buku yang mereka baca dan makna atau
pesan yang terkadung dalam buku tersebut kepada teman-teman yang
dihubungkan dengan kehidupan pribadi pasien. Secara umum tujuan
dari terapi pustaka ini hampir sama dengan ayat hapalan dan
pemutaran film yaitu selain menyentuh aspek religiusitas pasien juga
menyentuh ranah kognitif pasien;
Terapi musik rohani, pasien-pasien yang memiliki kemampuan dan
keinginan untuk belajar musik diajari mengenai permainan-permainan
musik rohani, tidak semua pasien mengikuti kegiatan ini hanya pasienpasien yang dirasa mampu dan mempunyai keinginan untuk
melakukan permainan musik rohani ini.
Konseling kelompok rohani, pada kegiatan ini pasien dikelompokan
sesuai tingkatan kemampuan mereka, masing-masing kelompok
dipimpin oleh satu orang mentor. Materi dalam konseling kelompok
115
rohani ini adalah mengenai permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang diulas dari segi rohani, yaitu bagaimana
menghadapi permasalahan dengan cara mengandalkan kekuatan doa.
Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi
rohani ini yaitu variasi jenis kegiatan apapun yang berkaitan dengan
kehidupan rohani pasien dan bisa diberikan kepada pasien serta
sekiranya dibutuhkan oleh pasien, meliputi drama rohani, lomba
menyanyi rohani, puisi rohani dan lain-lain. (Catatan Lapangan no. 2
dan video)
Paparan lebih lanjut mengenai jenis-jenis kegiatan dalam terapi rohani
dinyatakan oleh NN yaitu:
Sebenarnya tujuan terapi rohani itu adalah bahwa klien percaya
kepada Tuhan, menyadari dirinya, menyadari arti hidupnya di
hadapan Tuhan sehingga bisa menjalani hidup dengan baik dan
bermakna. Terapinya itu ada doa pagi, doa malam itu artinya kita
mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan
untuk menikmati hidup, terapi ketuk ini medis tapi masuk ke
rohani, terapi musik rohani, ibadah, ada pemahaman firman,
kebaktian pagi, ada ceramah, drama rohani, membaca buku rohani
atau terapi pustaka dan seminar keagaman, pemutaran film rohani,
konseling kelompok rohani.. (A1-W14:080513).
AA juga menyatakan bahwa sub-sub kegiatan dalam terapi medis meliputi
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan medis adalah sebagai berikut:
Terapi rohani itu sub-subnya meliputi ada bimbingan konseling
rohani, bimbingan untuk pemahaman pemahaman firman Tuhan,
ibadah, doa pagi, doa malam, ayat hapalan itu rohani tetapi
sebenarnya juga termasuk terapi kognitif, terapi ketuk, terapi
musik seperti belajar lagu baru, alat musik, arasemen lagu rohani,
ceramah rohani, ibadah ke luar misal retret, konseling kelompok
rohani, terapi pustaka rohani lalu segala permainan-permainan
yang didalamnya bisa kita masukin hal-hal yang bersifat rohani
116
contohnya lomba nyanyi rohani. (B1-W4:290513). Pada dasarnya
terapi rohani itu adalah terapi yang berkaitan dengan kehidupan
kerohanian dengan Tuhan kalau jenis kegiatannya bervariasi dan
fleksibel ya kak jadi kegiatan itu dibuat dengan tujuan dimana
kita bisa mengenalkan tentang Tuhan, bagaimana Tuhan mampu
menyelesaikan setiap permasalahan mereka, bahwa kita harus
selalu mengendalkan Tuhan di setiap permasalahan kita. Jadi
semua kegiatan-kegiatan di dalam terapi rohani kita arahkan
kepada tujuan bahwa ada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan
kita. Bentuk dan jenis kegiatannya kita variasikan sendiri supaya
mereka tidak bosan. (B1-W5:290513).
Secara umum kegiatan dalam terapi rohani meliputi:
doa pagi, doa
malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, terapi pustaka,
permainan musik rohani, konseling kelompok rohani dan kegiatan lain berupa
drama, lomba menyanyi, puisi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aspek
rohani. (Catatan Lapangan no. 2 dan video)
c. Terapi Sosial
Terapi sosial merupakan terapi yang berkaitan dengan interaksi antara
pasien dengan lingkungannya. Jenis kegiatan dalam terapi sosial menghubungkan
pasien dengan dunia luar. Kegiatan dalam terapi sosial meliputi:
Diskusi kelompok, tema diskusi berkaitan dengan hal kerohanian dan
tema-tema umum. Diskusi kelompok dapat digolongkan sebagai terapi
rohani dan juga terapi sosial, karena dalam proses diskusi terdapat
proses interaksi antara masing-masing pasien;
Terapi musik kelompok, yaitu angklung. Pada permainan musik
angklung semua pasien diwajibkan untuk terlibat didalamnya.
Permainan ini bukanlah permainan yang mudah diperlukan koordinasi
yang
baik
diantara
pemain,
pemain
dikelompok-kelompokan
117
berdasarkan
nada-nada
tertentu.
konsentrasi
merupakan
hal
Kekompakan,
penting
yang
kerjasama
dibutuhkan
dan
untuk
keberhasilan angklung. Hasil dari pelatihan angklung ini setiap tahun
akan dilombakan dan ditampilkan pada even-even tertentu seperti;
natal bersama di gereja, perlombaan-perlombaan musik yang diadakan
di Yogyakarta dan sebagainya. Oleh karena itu terapi musik kelompok
ini dimasukan dalam bagian terapi sosial, walaupun pada prakteknya
antara terapi-terapi tersebut saling memiliki keterkaitan;
Terapi kerja, kegiatan yang dilakukan untuk melatih pasien supaya
mampu bekerja dan mengelola tanggung jawab, terapi kerja dilakukan
dalam lingkungan GPSY yang meliputi waserda, penjualan bensin,
perkebunan, piket dan sebagainya. Waserda (warung serba ada)
dikelola oleh pasien putri di GPSY, waserda ini menjual makananmakanan ringan dengan harga yang terjangkau. Penjualan bensin
dikelola oleh pasien putra, tempat jualan adalah di halaman depan
GPSY. Kegiatan ini selain untuk melatih pasien bekerja, waserda dan
penjualan bensin juga dimaksudkan untuk melatih tanggung jawab
pasien karena pasien bertanggung jawab penuh terhadap usaha yang
mereka kelola dan apabila terjadi kerugian maka pasien bertanggung
jawab untuk mengganti rugi dengan uang masing-masing. Waserda
dan penjualan bensin dilakukan pada hari efektif senin s.d jumat.
Perkebunan, kegiatan berkebun dilakukan seminggu sekali yaitu
dengan menanam berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan untuk
118
keperluan sehari-hari seperti cabe, tomat, papaya dan sebagainya.
Perikanan dan peternakan, kegiatan ini berkaitan dengan pemeliharaan
ikan dan unggas yang hasilnya bisa digunakan untuk konsumsi pribadi
seperti ikan lele, ayam, bebek dan sebagainya. Kegiatan ini dikelola
oleh pasien sebagai penanggung jawab dalam hal pemeliharaan dan
perawatan ikan serta unggas;
Pelatihan ketrampilan, pasien diajarkan ketrampilan-ketrampilan
dalam pembuatan berbagai jenis barang yang memiliki nilai ekonomis.
Kertampilan yang diajarkan antara lain, pembuatan briket, kerupuk
ikan, sabun, lilin, anyaman, arang, roncean manik-manik, kantong
parfum, dan jenis ketrampilan-ketrampilan sederhana yang sekiranya
dapat dilakukan oleh pasien. Hasil dari ketrampilan yang mereka buat
akan dipasarkan oleh pihak GPSY, selanjutnya hasil penjualan
dibagiakan kepada pasien;
Pengenalan lingkungan, kegiatan ini membiasakan pasien untuk
berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar yang dimulai dari
masyarakat sekitar GPSY. Contoh dalam kegiatan pengenalan
lingkungan yaitu, pasien diminta untuk melaundry-kan seprei ke
tempat laundry, pasien membeli kebutuhannya sendiri di warung,
pasien mengikuti kegiatan desa (kenduri, slametan) dan sebagainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pasien dengan lingkungan
sekitar GPSY dan melatih pasien untuk berinteraksi dengan warga
sekitar GPSY melalui kegiatan-kegiatan sosial;
119
Refresing, kegiatan refresing adalah membawa pasien keluar dari
GPSY yang tujuannya untuk mendapatkan suasana baru dan
menghilangkan kejenuhan pada diri pasien. Tujuan lain dari refresing
adalah untuk melihat perilaku pasien ketika berada di lingkungan luar
yang terdapat banyak orang, mengetahui perasaan yang mereka
rasakan ketika berada di kerumunan dan kontrol diri pasien ketika
berada di luar. Kegiatan refresing terdiri dari jalan-jalan ke tempat
wisata seperti mall, malioboro, ke salon ataupun hanya sekedar
berjalan-jalan di sekitar GPSY dan membeli jajan.
-
Refresing ada yang bersifat pribadi (refresing individu) artinya
pasien diajak berjalan-jalan hanya berdua dengan mentor dan;
-
Refresing kelompok yaitu seluruh pasien GPSY pergi refresing
secara bersama-sama didampingi oleh seluruh mentor GPSY.
Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi
sosial ini yaitu kegiatan-kegiatan apapun yang berhubungan dengan
aspek sosial pasien yaitu menyangkut interaksi pasien dengan
lingkungan dan kegiatan sosial lainnya yang sekiranya penting untuk
diajarkan kepada pasien.
Uraian mengenai jenis-jenis kegiatan dalam terapi sosial diungakapkan
oleh NN sebagai berikut:
Terapi sosial itu terdapatnya interaksi antara pasien dengan
lingkungan, contohnya mereka semua bertemu kita kasih satu tema
kemudian mereka berdiskusi lalu mereka kami suruh presentasi.
Kemudian terapi kerja , piket-piket, ketrampilan, berjualan bensin,
jalan sehat keliling kampung, terapi musik kelompok yaitu
angklung, waserda, pembuatan briket, ikut dalam kegiatan desa,
120
krupuk nanti dipasarkan, trus refresing. Misalnya dua hari pergi
berlibur, pergi ke salon, ke mall, outbond pokoknya bagaimana
biar bisa membuat mereka senang (A1-W16:080513).
Lebih lanjut, AA juga menyatakan jenis-jenis kegiatan dalam terapi sosial
meliputi berbagai variasi kegiatan, pernyataan ini diungkapan AA dalam kutipan
wawancara seperti berikut:
Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien untuk dapat
berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan dengan lingkungan
sosialnya, teman-teman di Siloam maupun masyarakat luar. Hal ini
berkaitan dengan diri pasien dengan orang maupun hal di luar diri
pasien, hubungan antara pasien dengan sekitarnya. Terapi sosial ini
juga dikemas bervariasi ya namun pada intinya kegiatan yang
dilakukan mengarah pada bagaimana hubungan pasien dengan
sesuatu di luar dirinya. Contohnya, melibatkan pasien dalam
kegiatan desa seperti kenduri dan tasyakuran. pelatihan
ketrampilan seperti pembuatan briket, sabun, lilin, anyaman, arang,
dan ketrampilan-ketrampilan yang sekiranya sederhana dan bisa
kita ajarkan ke mereka, jualan bensin, kita biasakan mereka untuk
ke warung, laundry supaya masyarakat mengenal mereka bukan
sebagai orang yang dalam tanda kutip gila serta menakutkan ya, itu
juga melatih mereka berinteraksi, lalu ada perkebunan, perikanan,
olahraga, itu sebenarnya bagian medis ya tapi bisa kita masukan
ke sosial yaitu bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan
juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa
mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita
bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana
reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak,
bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar (B1W7:290513).
Secara umum kegiatan dalam terapi sosial meliputi: refresing pribadi,
refresing kelompok, diskusi kelompok, terapi musik kelompok, terapi kerja,
pelatihan ketrampilan, pengenalan lingkungan, dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan aspek sosial pasien. (Catatan Lapangan no. 3 dan video)
(2) Home Care
121
Home Care adalah suatu bentuk pola interaksi kekeluargaan yang
diterapkan di GPSY yaitu dengan men-setting kondisi GPSY seperti sebuah
rumah yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor dan
pasien, sehingga terjalin adanya keterikatan emosional antara pasien dengan
mentor maupun pasien dengan pasien. GPSY menciptakan suasana panti layaknya
seperti sebuah rumah yang penuh kepedulian, kasih sayang dan penerimaan
seutuhnya terhadap kondisi pasien sehingga setiap pasien yang dirawat di GPSY
merasakan kenyamanan karena merasa diterima serta disayang oleh mentor dan
teman-temanya (Catatan Lapangan no. 4 dan video) dan seperti yang diungkapkan
oleh KM:
mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang
mbak. (D1W31:070513).
Sikap mentor terhadap pasien membuat pasien merasakan kebermaknaan
hidup bahwa masih ada yang mempedulikan, men-suport nya , dan menerimanya
dengan terbuka.
Hubungan yang terjalin antara mentor dengan pasien maupun pasien
dengan pasien adalah hubungan yang bersifat kekeluargaan dan memiliki
kedekatan secara emosional seperti sebuah keluarga. KM menyatakan bahwa dia
merasa nyaman dengan suasana GPSY:
betah mbak, kaya rumah sendiri, semua sodara jadi kaya lagi
nggak di panti penyembuhan sakit jiwa (D2-W20:190613).
Suasana keseharian di GPSY yang bersifat kekeluargaan juga diungkapkan
oleh AD dalam kutipan wawancara:
Wah deket banget donk sama kak mentor disini.hehehe (F1W22:160413) ya kaya rumah sendiri gitu mbak, kalau dirumah
122
sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya
orang sehat. Hahahahha (F1-W25:160413).
Hal ini membuat pasien merasa nyaman berada di GPSY serta
menimbulkan perasaan saling memiliki diantara mentor dan pasien sehingga
terbentuk kepercayaan pasien terhadap mentor, oleh karena itu segala sesuatu
yang dikatakan dan diberikan mentor akan dengan mudah dipatuhi oleh pasien.
Pasien diajarkan untuk saling mendukung dan menerima kondisi temannya
dengan segala permasalahnya dan bisa menjalin hubungan yang baik dengan
sesama pasien karena semua yang berada di GPSY adalah satu keluarga yang
harus disayangi, seperti yang diungkapkan oleh KM dan AD:
nyaman, saling menguatkan mbak kalau disini, saling mendukung
buat sembuh (D1-W36:070513) . . . Jujur ya mbak saya itu dulu
lebih nyaman disini, apalagi kalau cerita-cerita sama kak Ngisty
saya bisa cerita apa aja (F1-W16:160413).
Penjelasaan mengenai “Home Care” yang diterapkan di GPSY
dipaparkan oleh AA sebagai berikut:
Jadi home care itu kan home rumah kak, care peduli home care
rumah yang peduli jadi mereka merasa diterima, disayang jadinya
mereka mempunyai keyakinan bahwa hidupnya bermakna. Jadi
seperti dirumah kita perlakukan mereka seperti keluarga, jadi kalau
mereka mau kambuh mereka ingat bahwa kasihan nanti kakakkakak sama teman-teman saya kalau saya kambuh, jadi ada rasa
saling menjaga. Ada kepedulian antara satu dengan yang lain,
bukan hanya mentor dengan pasien tetapi pasien dengan mentor.
Jadi semua pasien diperlakukan seperti keluarga sendiri jadi
mereka merasa berarti tidak merasa terbuang. Inikan sebenarnya
yang menjadi akar permasalahan mereka ketika hal ini bisa
ditangani kakak bisa lihat sendiri kan bagaimana perilaku mereka
sehari-hari, kalau baru pertama datang tidak bisa bedakan mana
mentor mana pasien karena sama.hahahaha. (A1-W25:080513).
Penjelasan mengenai pola interaksi “Home Care” di GPSY dijelaskan
secara lebih detail oleh AA melalui kutipan wawancara sebagai berikut:
123
Home care itu seperti men-setting suasana kekeluargaan yang
terjalin antara mentor dan pasien dalam kehidupan sehari-hari
maupun pada saat melakukan terapi, ini juga menjadi bagian dalam
Terapi Holistik yang dilakukan GPSY. Jadi membuat suasana di
dalam panti ini seperti keluarga, motto-nya kita yang ada di dalam
sini adalah keluarga jadi setiap orang yang masuk ke dalam
lingkungan Siloam ini dia adalah keluarga. Dengan demikian
segala macam kekerasan segala macam upaya untuk mungkin
ketika pasien dalam kondisi kambuh mereka pun akan tetap belajar
untuk mengontrol diri untuk tidak menyakiti, tidak mencelakai
yang lain sebab kita semua adalah keluarga selain itu kita juga
menekan supaya saling mengerti bahwa penyakit yang seperti ini
adalah memang suatu penyakit yang tidak bisa dikendalikan oleh
orang itu sendiri jadi ketika teman mereka ada yag error itu bukan
lah dibuat-buat karena itu memang penyakitnya, jadi teman yang
lain harus mengerti jangan sampai melakukan kekerasan terhadap
temanya yang sedang error ataupun iri, misal ada pasien yang lagi
eror diperbolehkan untuk tidur, tidak menjalankan piket mereka
tidak boleh iri, mereka harus saling mengerti. (B1-W10:290513)
Lebih lanjut AA menjelaskan mengenai “Home Care” melalui pemaparan
berikut ini:
Intinya itu home care adalah membuat suasana didalam panti
seperti rumah sendiri, pola-pola hubungan yang kita bentuk adalah
pola hubungan seperti keluarga yang didalamnya ada kasih sayang,
kepercayaan dan kepedulian terhadap sesama jadi hal ini yang
selalu kita tanamkan dan kita bangun. Karena ketika seseorang itu
dididik dengan kasih maka mereka akan belajar mengasihi, apabila
dididik dengan kebencian dan kekerasan maka mereka akan belajar
untuk membenci. Ya kurang lebih seperti itu kak gambaran tentang
home care (B1-W11:290513).
(3) “Home Visit” atau Kunjungan ke Keluarga dan Koseling
Keluarga
Home Visit atau kunjungan ke keluarga merupakan bagian dari Terapi
Holistik yang diberikan kepada
keluarga pasien. Kunjungan yang dilakukan
kepada keluarga pasien bertujuan untuk menggali informasi mengenai pasien dari
sisi keluarga dan menggali permasalahan pasien yang berkaitan dengan keluarga
untuk selanjutnya dilakukan konseling keluarga.
124
Tujuan konseling keluarga adalah memperbaiki kondisi dan fungsi
keluarga serta pola-pola interaksi di dalam keluarga pasien yang menjadi pemicu
terjadinya skizofrenia dan yang berpotensi memiliki kecenderungan menyebabkan
kekambuhan kembali (relaps) pada pasien. Keluarga memiliki peranan besar
dalam proses pemulihan pasien karena keluarga merupakan unit yang paling dekat
dengan penderita dan merupakan “perawat utama” bagi pasien skizofrenia pasca
menjalani perawatan, oleh karena itu keterlibatan keluarga memiliki peranan
besar dalam membantu proses pemulihan pasien skizofrenia sehingga dia dapat
menjalani kehidupannya dengan optimal.
Perawatan pasien di GPSY akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah,
ketika pasien sudah dipulangkan dari GPSY
dalam kondisi “baik” namun
keluarga tidak dapat mengkondisikan untuk menjaga kestabilan pasien maka
kemungkinan terjadinya relaps sangatlah besar. Keterlibatan keluarga dalam
pemulihan pasien menjadi bagian penting dari Terapi Holistik di GPSY yang
dilakukan dengan cara konseling keluarga.
Penjelasan mengenai Home Visit diungkapkan oleh NN sebagai berikut:
Itu dengan kita lakukan kunjungan ke keluarga pasien ya, setelah
kita berkunjung kita mengetahui kondisi keluarganya dan untuk
selanjutnya kia lakukan konseling terhadap keluarga yang
berkaitan dengan permasalahan pasien. Biasanya permasalahan itu
datang dari keluarga oleh karena itu kita perlu memperbaiki
keluarga nya sebelum pasien dipulangkan dan setelah pasien
dipulangkan (A1-W6:080513).
Home visit dan konseling keluarga dilakukan dengan cara melakukan
kunjungan kekeluarga dan memberikan pengarahan-pengarahan dan pengetahuan
terkait dengan skizofrenia sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman
125
yang utuh tentang diri pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi
keluarga mengenai keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien
sehingga diperoleh suatu solusi yang tepat serta untuk memperbaiki kondisi
keluarga yang maladaptive sehingga berpontensi memicu kekambuhan pasien
kembali. Keluarga harus memahami dan menerima skizofrenia dengan segala
keterbatasannya, keluarga harus “ngemong” skizofrenia bukan skizofrenia yang
harus “ngemong” keluarga. (Catatan lapangan no. 5 dan video)
Hal tersebut diungkapkan oleh NN melalui pernyataan sebagai berikut:
ya semacam kita berikan pengarahan-pengarahan, pemahamanpemahaman mengenai keadaan pasien dan pengetahuan tentang
skizofren karena tidak semua keluarga pasien memahami skizofren
loh kak, lalu bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien.
Kita terima keluhan-keluhan dari keluarga untuk kita kemudian
tanggapi dan bantu atasi (A1-W7:080513).
Pernyataan NN mengenai konseling keluarga diperkuat oleh AA melalui
kutipan wawancara sebagai berikut:
. . .lalu kita berikan konseling terhadap keluarga untuk mengubah
pola-pola keluarga yang berpotensi akan memicu kekambuhan
pasien setelah mereka pulang kemudian kita lakukan evaluasi san
selanjutnya
dilakuakan
konseling
dengan
memberikan
pemahaman-pemaham, pengertian-pengertian, kepada keluarga
tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada pasien
ketika pasien pulang nanti. Persiapan-persiapan apa yang
diperlukan, bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien.
Bagaimana keluarga harus memperlakuakan pasien dan mengenali
kondisi pasien serta tau cara mengatasi apabila pasien sudah
menunjukan gejala-gejala akan kambuh, jadi pasien itu tidak
sampai kambuh (B1-W14:290513).
Konseling keluarga ini dilakukan satu bulan sekali selama pasien dirawat
di GPSY dan konseling keluarga tetap dilakukan pada saat pasien sudah pulang
dengan jadwal sesuai permintaan keluarga:
126
Dilakukan saat pasien dirawat di Siloam, saat pasien akan pulang
atau cuti dan saat pasien sudah dirumah, dilakukan satu bulan
sekali. (A1-W8:080513).
Lebih lanjut, adanya home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan
oleh SR sebagai berikut:
Siloam melibatkan keluarga dalam proses terapinya, kita lakukan
kunjungan ke keluarga karena kerjasama dari keluarga itu memiliki
peran serta besar dalam penyembuhan pasien (C1-W6:2106).
Pernyataan NN, AA dan SR dibenarkan oleh SY yang merupakan
keluarga mantan pasien GPSY. SY menyatakan bahwa pihak GPSY melakukan
kunjungan ke rumah SY dan memberikan konseling kepada keluarga.
Ada mbak ada, ya itu kaya kunjungan ke sini. Bu Esther sama
mbak Ngisty itu yang sering kesini (G1-W20:290613).Ya memberi
pengarahan-pengarahan, nasihat-nasihat. Apalagikan pas AD
kambuh lagi itu keluarga bener-bener kaya dikasih kuliah
mbak.hehehe. Dikasih banyak banget nasihat-nasihat (G1W21:290613). . . ya intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap,
menangani AD, istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan
skizofrenia yang harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus
mengerti Skizofrenia (G1-W21:290613). Iya iya konseling. . .ya
intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap, menangani AD,
istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan skizofrenia yang
harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus mengerti
Skizofrenia. . . Tidak bisa terus diperlakukan kaya orang yang
normal seutuhnya . . .Banyak banget wejangan-wejangannya
mbak. Hehehe . (G1-W22:290613). Kalau dulu itu yang rutin
sebulan sekali waktu AD masih disana tapi pas sudah pulang kalau
kelurga butuh tinggal telpon nanti dari Siloam kesini atau kelurga
yang ke Siloam (G1-W27:290613).
Lebih lanjut, konseling keluarga diberikan kepada keluarga pasien juga
diungkapkan oleh DY pada saat peneliti bersama pihak GPSY melakukan
kunjungan dan konseling keluarga kepada DY:
127
Kunjungan seperti ini, diberi bimbingan mengenai keadaan KM
terus keluarga disuruh untuk lebih memperhatikan KM (E1W11:300613).
4.4.2.2 Kondisi Pasien Sebelum Dilakukan Terapi Holistik
Pasien GPSY sebagian besar merupakan rujukan atau sebelumnya pernah
dirawat Rumah Sakit Jiwa dan panti rehabilitasi yang berada di Yogyakarta dan
sekitarnya, walaupun ada yang baru pertama kali sakit namun jumlahnya tidak
sebanding dengan pasien-pasien rujukan atau pindahan dari Rumah Sakit Jiwa
maupun panti rehabilitasi.
Ada yang baru pertama, tetapi lebih banyak rujukan dari pantipanti atau rumah sakit-rumah sakit yang lain (A1-W3:080513).
KM merupakan salah satu pasien GPSY yang sebelumnya pernah
menjalani perawatan di beberapa Rumah Sakit Jiwa dan panti rehabilitasi mental
sebelum akhirnya KM dirawat di GPSY:
pernah mbak, di RSJ Magelang, Sarjito, Puri Nirmala, Rehabilitasi
di Sukoharjo, trus disini (Siloam) (D1-W2:070513). Iya ini yang
ke lima, trakhir juga semoga. Hehehe. Paling cocok disini mbak
(Siloam). . .(D1-W3:070513).
Hal serupa juga diungkapan oleh SY, ibu dari salah satu mantan pasien
GPSY (AD) yang sebelum dirawat di GPSY pernah beberapa kali mendapatkan
perawatan di tempat lain.
Sebelum di Siloam itu pernah di dokter Soerojo itu to mbak,
dirawat disana 5 bulan mboten cocok mbak, terus saya bilang sama
bapaknya tidak usah diteruskan la wong tidak ada perubahannya.
Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana dikasih obat.
Lumayan mendingan tapi ya masih sering khotbah, terus AD juga
susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe saya
kewalahan mbak kalau nyuruh AD. Ya akhirnya kambuh lagi.
Terus saya bawa ke rehabilitasi di Magelang mbak, pulang dari
sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la piye iki (G1-W16:290613). . .
Terus akhinya ya itu saya bawa ke Siloam, dirawat disana, dan
128
sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak. . . (G1W17:290613).
Kondisi pasien pada saat pertama datang ke GPSY dan belum menjalani
Terapi Holistik yaitu penderita skizofrenia menunjukan gangguan yang terlihat
mencolok dan gangguan yang tersamar. Gambaran gangguan yang mencolok
adalah bentuk perilaku pasien yang dapat dengan jelas teramati dan terlihat
menyimpang serta perilaku tersebut sudah meresahkan keluarga dan masyarakat
sehingga keluarga sudah tidak dapat menangani kemudian pada akhirnya keluarga
memutuskan untuk membawa ke GPSY. Gangguan yang terlihat mencolok
tersebut seperti kondisi pasien yang labil, dia tidak dapat mengontrol diri dan
emosinya sehingga menimbulkan perilaku yang agresif dan tidak terkendali,
seperti bicara kacau yang disebabkan isi pikiran yang tidak rasional, marahmarah, telanjang-telanjang, melakukan perbuatan-perbuatan yang mencelakai diri
sendiri maupun orang lain, berteriak-teriak dan sebagainya. Sedangkan gambaran
gangguan skizofrenia yang tersamar yaitu bentuk perilaku pasien yang berkaitan
dengan dirinya sendiri seperti menarik diri dari keluarga dan lingkungan sosial,
tidak mau bicara, murung, sedih berkepanjangan, tidak dapat berkomunikasi
dengan baik, menutup diri terhadap hal-hal yang berada disekitarnya dan
sebagainya.
Pasien skizofrenia yang baru masuk ke GPSY dan belum mendapatkan
penanganan sangat terlihat mengalami gejala-gejala khas skizofrenia atau yang
lebih dikenal dengan gejala positif dan gejala negatif. Gejala-gejala yang
termasuk di dalam gejala positif yaitu terdapatnya waham, halusinasi, kekacauan
alam pikir, dan agresif yang menyebabkan munculnya gejala positif skizofrenia
129
dan ini merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa pasien berobat.
Gejala negatif meliputi affect tumpul, menarik diri, kontak emosional rendah,
pasif dan apatis, kehilangan kehendak atau avolition.
Gambaran tentang kondisi pasien sebelum diberikan Terapi Holistik
diungkapkan oleh NN sebagai mentor GPSY melalui pernyataan sebagai berikut:
biasanya pasien labil, kemudian meresahkan keluarga, meresahkan
masyarakat, biasanya kalau pasien sampai masuk panti itu berarti
tandanya keluarga sudah tidak bisa menangani. Pasien tidak bisa
mengurus dirinya sendiri, tidak mengerti lingkungan bahkan ada
beberapa pasien yang kalau datang dibawa dengan polisi. Ada
yang telanjang-telanjang, ngomong tidak nyambung, marah-marah,
ada yang nangis ketakutan yang kebanyakan disebabkan oleh
halusinasi ataupun waham (A1-W2:080513).
Pernyataan NN mengenai kondisi pasien pada saat pertama masuk di
GPSY diperkuat oleh AA yang juga merupakan mentor di GPSY dan berperan
dalam proses penanganan pasien dari awal masuk hingga kepulangan pasien,
ungkapan AA dipaparkan melalui kutipan wawancara sebagai berikut:
Kondisi pertama kali datang itu ya mereka kacau, ada yang tidak
sadar diri, ya biasanya mereka merasa tidak sakit, berontak, tidak
stabil, pemikiran sangat tidak terarah, menyendiri, tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan terdapat halusinasi, gangguan
pikiran, waham, tidak mempunyai kemauan bertindak (B1W1:290513).
4.4.2.2.1 Kondisi Pasien (KM) sebelum dilakukan Terapi Holistik
Pasien GPSY yaitu KM menyatakan bahwa pada saat pertama datang ke
GPSY kondisinya tidak stabil dan terdapat adanya halusinasi visual dan auditorik
yang kuat, hal ini membuat KM tidak dapat mengotrol perilakunya sehingga dia
sering melakukan tindakan yang mencelakai dirinya sendiri sebagai bentuk
pelampiasaan terhadap ketidakberdayaannya dalam mengatasi halusinasi yaitu
130
dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok. KM didiagnosa menderita
skizofrenia paranoid, KM menunjukan gejala positif skizofrenia seperti
halusinasi, berteriak-teriak, marah-marah, melakukan tindakan yang menyakiti
dirinya, memaki-maki orang sedangkan gejala negatif skizofrenia yaitu KM
memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap suatu hal yang menyebabkan KM
cenderung menarik diri dari lingkungannya dengan hanya mngurung diri di dalam
rumah. Alasan ini membuat keluarga membawa KM secara paksa ke GPSY.
Pernyataan mengenai kondisinya KM pada saat pertama masuk GPSY
dipaparkan melalui kutipan hasil wawancara sebagai berikut :
Banyak masalah itu jadi pusing mbak, apalagi cuma ngganggur
lontang lantung itu kan sering terserang stress pusing semacam itu.
Hehehe (D1-W3:070513). Ehmm dulu nggak sehat (D1W8:070513). Dulu dipaksa pas mau masuk kesini, sering bingung
rasa-rasanya mbak (D1-W9:070513), bingungnya banyak suarasuara yang masuk di kuping gitu loh (D1-W10:070513). Iya
halusinasi pendengaran katanya kak Ngisty, ya suara kaya ada
hubungan pribadi, khusus gitu loh. Kaya dekat dengan kita gitu,
kaya berhubungan sama hidup aku mbak (D1-W11:070513).
misalnya yang paling menakutkan ada suara sama bayangan yang
mesum-mesum gitu deket banget banyangannya trus suaranyanya
itu masuk kuping (D1-W12:070513). hu’um sering banget, tiap
hari. aku nggak kuat to, kalau aku nggak kuat kepala ku tak jeblosjeblosin tembok itu.hehehe (D1-W13:070513).
Ibu KM juga mengatakan bahwa kondisi KM pada saat dibawa ke GPSY
dalam keadaan agresif:
Kondisinya ya ora genep mbak, teriak-triak, ngamuk-ngamuk,
memaki-maki pake kata-kata kasar (E1-W1:300613). . . lalu KM
itu juga susah mbak kalau disuruh minum obat, seringnya
berantem dulu, dipaksa sama saya atau kakaknya baru mau (E1W9:300613)
Gambaran mengenai kondisi KM pada waktu dibawa di GPSY diperkuat
oleh AA yang menjadi mentor pendamping KM:
131
Triak-triak, ngamuk-ngamuk, telanjang-telanjang, ribut, jalan
keliling-keliling berkali-kali, tenaganya itu kuat sekali susah
dikendalikan (A2-W2:080613). Dia itu skizofren paranoid, jadi
dulu itu dia liat ada orang ngomong didekat dia, dia langsung
tersinggung dikira mereka itu ngomongin dia. Ngamuklah dia
marah-marahi itu orang. Hahahha (A2-W3:080613). Kondisi KM
yang seperti ini dampaknya ya membuat keluarganya kurang bisa
menerima to. . . hubungan dengan keluarga kurang baik ya, terus
juga keluarga terlalu sibuk. . . jadi ya tidak ada yang perhatian
dengan KM (A2-W7:080613).
Tabel 4.3
Kondisi KM sebelum dilakukan Terapi Holistik
Aspek
Fisik (organobiologik)
Psikis
Sosial
Deskripsi
Munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia berupa
halusinasi visual dan auditorik yang ditandai dengan perilaku
agresif (menbenturkan kepala ke tembok, berteriak-teriak dan
mengamuk).
Perasaan kesepian, putus asa, tertekan, tidak berguna, rendah diri
dan tidak memiliki kebermaknaan hidup.
Kemampuan interaksi sosial rendah, permasalahan dengan
keluarga dan tidak memiliki pekerjaan.
4.4.2.2.2 Kondisi mantan pasien (AD) GPSY sebelum dilakukan perawatan
dengan Terapi Holistik
Pemamaparan mengenai kondisi pasien sebelum diberikan Terapi Holistik
diungkapkan oleh AD yang merupakan mantan pasien di GPSY. AD
mengungkapkan bahwa kondisinya waktu pertama kali masuk GPSY sangat labil
berbeda sekali dengan kondisinya sekarang yang sudah mengalami banyak sekali
perubahan setelah menjalani perawatan di GPSY.
Kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami
halusinasi auditorik dan memiliki waham keagamaan. Gambaran gejala positif
yaitu, waham keagamaan, halusinasi, marah-marah, berkotbah sambil berteriakteriak, telanjang-telanjang dan tidak dapat mengontrol perilakunya sedangkan
132
gambaran gejala negatif yaitu bingung, melamun, sedih, murung, menyendiri, dan
menarik diri dari lingkungan serta hubungan dengan keluarga yang tidak terjalin
dengan baik.
Gambaran
gejala
yang
dialami
AD
pada
saat
masuk
GPSY
diungkapkannya dalam kutipan wawancara sebgai berikut:
Saya ini orang nggak suka ngomong, sama kelurga saya nggak
akrab jadi ada masalah saya pendam sendiri jadinya saya eror.
Bapak saya kan keras mendidiknya.Hehehe (F1-W7:160413).
Kalau aku tuh takut-takut, gampang bingung, mendengar suara
yang aneh-aneh, marah-marah, sering bengong, ngamuk, sedih
berkepanjangan, kaya ada ketakutan gitu mbak (F1-W9:160413).
Nggak tau mbak bingung, takut, ada beban lalu marah-marah,
kacau rasanya, aku tuh kaya merasa kalau aku ini utusan Tuhan
yang harus menyampaikan firman Tuhan tapi dianggap remeh
sama orang-orang, makanya aku marah-marah terus bawaannya
(F1-W10:160413).
SY yang merupakan ibu AD membenarkan dan menguatkan pernyataan
AD mengenai kondisi putranya tersebut pada waktu dibawa ke GPSY. SY juga
mengungkapkan bahwa AD tidak memiliki respon positif terhadap pengobatan
dan akibat dari skizofrenia AD menjadi terhambat studinya yaitu tidak lulus SMA
dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang perkuliahan.
Pertama kali itu ya murung mbak, murung terus diem, kaya orang
kebingungan, mondar mandir gelisah terus suka itu loh mba kaya
berkotbah tapi itu sambil teriak-teriak. Nggak tau itu apa yang
dipikirkan, kadang ya marah-marah tanpa sebab. Tapi ya sering
nya murung terus, kami semua juga heran. Hehehe (G1W3:290613). murung nggih murung menyendiri itu mba, ngak
mau gaul terus dolan sama temen-temennya itu nggak mau mba
(G1-W2:290613). waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak
lulus SMA mbak sedangkan teman-teman se-geng nya itu kan pada
lulus, AD itu malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal
bapak ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga,
slentingan-slentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus
nggak mau keluar-keluar mbak, malu to (G1-W13:290613). AD
133
juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe
saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. . . (G1-W16:290613).
Keterangan senada juga diungkapkan oleh NN dan AA yang menjadi
mentor AD selama di GPSY:
Agus itu pertama kali masuk telanjang-telanjang, kemudian tidak
mengerti diri, teriak-teriak, berkotbah, pendiam, menyendiri,
murung, kemudian tidak mengenal lingkungan (A3-W8:160613).
Kondisinya tidak sadar, telanjang-telanjang, khotbah-khotbah, dia
waham keagamaan jadi merasa dia pendeta. Sakitnya itu kan jadi
menyebabkab AD mengalami keputuasaan karena gagal ujian
nasional dan tertinggal dari teman-temannya padahal itu kan pas
mau hari dilaksanakannya ujian nasional (B2-W1:270613).
Tabel 4.4
Kondisi AD sebelum dilakukan Terapi Holistik
Aspek
Deskripsi
Fisik (organobiologik)
Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan
gejala negatif skizofrenia serta terganggunya fungsi kognitif,
afektif dan psikomotor (telanjang-telanjang, berkotbah dan marahmarah).
Psikis
- Tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan dan rentan
terhadap konflik psikososial.
- Tidak percaya diri, tertutup dan tidak mudah bergaul serta tidak
memiliki kebermaknaan hidup dan kesadaran terhadap
pengobatan.
Interaksi sosial rendah, kegagalan studi (tidak lulus SMA), dan
terjadinya permasalahan dalam keluarga.
Sosial
4.4.2.3
Kondisi
pasien
setelah
dilakukan
perawatan
dengan
menggunakan Terapi Holistik di GPSY
Kondisi pasien setelah menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi
Holistik menjadi stabil dan bisa mengotrol dirinya sendirinya. Gangguan
mencolok yang terlihat pada saat pertama kali pasien masuk sudah berangsurangsur hilang, selain itu pasien sudah bisa mengendalikan dirinya sehingga
perilakunya
menjadi
terarah. Pasien mempunyai
pemahaman mengenai
134
penyakitanya, hal ini menyebabkan pasien memiliki kesadaran tentang tanggung
jawab terhadap diri serta lingkungannya dan memiliki penerimaan diri sebagai
seorang penderita skizofrenia.
Kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial yang terjadi pada
penderita skizofrenia sudah mulai bisa teratasi, dengan berbagai kegiatan-kegiatan
terapi pada terapi sosial membuat pasien mampu beradaptasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya baik lingkungan di dalam GPSY maupun lingkungan
masyarakat sekitar GPSY.
Terapi Holistik di GPSY tidak hanya memberikan perubahan positif pada
ranah medis tetapi juga memberikan efek psikologis tertentu dalam diri pasien.
Efek psikologis yang ditimbulkan dari Terapi Holistik memberikan dampak
terhadap perilaku tampak pasien. Kondisi pasien yang stabil secara fisik
dipengaruhi adanya dampak psikologis dalam diri pasien sehingga perubahan
positif dalam diri pasien dimanifestasikan dalam bentuk perilakunya.
Penjelasan mengenai kondisi pasien setelah menjalani perawatan dengan
Terapi Holistik dijelaskan oleh NN sebagai berikut:
. . . obat-obatan yang mereka minum membantu menghilangkan
halusinasi dan gangguan psikis yang mereka alami, mereka
memang masih labil kadang heng tapi mereka bisa kendalikan
dirinya, bisa mengerti penyakitnya. Karena diterapi sosial sama
rohani kita ajarkan itu, tentang pemahaman diri karena ketika
seseorang memahami dirinya dengan seutuhnya maka orang
tersebut akan bisa mengendalikan dirinya, memiliki kesadaran
untuk menjadi lebih baik. Selain itu terapi rohani membuat
kehidupan pasien menjadi lebih bermakna, mempunyai
pengharapan baru dan juga mereka mampu beradaptasi serta
berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan di terapi
sosial. (A1-W19:080513).
135
Penjelasan NN diperkuat oleh pernyataan AA yang merupakan salah
mentor di GPSY. AA mengungkapkan bahwa kondisi pasien setelah memperoleh
perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik menjadi stabil yang terlihat dari
perilakunya yang sudah terkendali.
Pada dasarnya itu hal pertama yang bisa kita lihat yaitu bahwa
mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka sakit, ketika mereka
sadar bahwa mereka sakit apapun yang kita lakukan akan mereka
ikuti tanpa kita harus memaksa, ketika mereka sadar dan
mempunyai keinginan untuk sembuh maka semua terapi itu dapat
mereka lakukan dengan baik karena tujuannya mereka bisa
sembuh. Dari situ kita bisa melihat perkembangan seperti
halusinasinya hilang, gejala-gejala kejiwaan yang muncul pada
saat pertama kali dibawa disini sudah tidak muncul,
komunikasinya baik dan beraturan, perilakunya sudah terkontrol
dan bisa dikendalikan, perubahan pasien perilakunya dengan
teman, sudah memiliki tanggung jawab, sudah bisa mengendalikan
diri, mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungan (B1W12:290513).
4.4.2.3.1 Kondisi Pasien KM Setelah Dilakukan Terapi Holistik
Kondisi KM setelah beberapa bulan menjalani perawatan di GPSY sudah
mulai membaik baik secara psikis maupun fisik. Penampilan KM terlihat bersih
dan rapi, dalam kesehariannya KM melakukan tugas dan kewajibannya dengan
penuh tanggung jawab. Tugas tersebut antara lain seperti mengikuti semua
kegiatan terapi, tugas piket dan kegiatan keseharian seperti mencuci baju,
membereskan kasur dan sebagainya. Gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi
sudah berangsur hilang walaupun sesekali masih sering dirasakan, namun pada
saat muncul halusinasi KM sudah dapat mengendalikannya sehingga KM tidak
memunculkan sikap marah-marah sebagai bentuk pelampiasaannya terhadap
halusinansi yang dirasakannya (Catatan lapangan no.6).
136
Lebih lanjut, KM mengungkapkan bahwa setelah menjalani perawatan
dengan di GPSY dia merasakan kedekatan dengan Tuhan. Agama menjadi
sumber kekuatan terbesar pada diri manusia, ketika seseorang merasakan
kedekatan dengan Tuhannya hal ini memunculkan perasaan tenang dan damai
dalam diri KM. Perubahan yang dialami KM juga terlihat pada aspek interaksi
sosial KM. Sikap pemalu dan menarik diri yang ditunjukan KM pada saat
sebelum menjalani perawatan sudah mengalami perubahan, KM menjadi lebih
berani membuka diri terhadap kehadiran teman-teman serta memiliki kesadaran
terhadap pengobatan. Perubahan sikap keluarga terhadap KM juga sudah mulai
dirasakan KM. Secara keseluruhan KM sudah mampu beradaptasi dan
berinteraksi dengan lingkunganya dengan baik:
Lebih dekat dengan Tuhan, bisa mengendalikan marah, trus sudah
berkurang halusinasinya, punya banyak teman, dulunya pemalu.
Heheh. Semakin hari semakin baik, kaya ada pemulihan dalam diri
aku (D2-W19:190613). Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku
itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas
pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan
nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya
grogi. Hehehe (D2-W22:190613). Sudah menjadi kebiasaan jadi ya
udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu (D2W23:190613). Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat
teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya
langsung tau waktunya minum obat (D1-W33:070513). Ya kita
jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau
penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah
bisa mengendalikan diri (D1-W35:070513). Semua kegiatan terapi
yang dilakukan disini itu menambah semangat hidup, kaya ada
hidup yang lain. . . (D2-W37:190613).
DY juga menyatakan bahwa kondisi KM sudah mengalami banyak
perubahan kearah yang positif, KM sudah dapat mengendalikan dirinya dan
kesadaran terhadap tanggung jawab yang dimilikinya:
137
Sudah banyak perubahan, sudah tidak ngamuk-ngamuk lagi, manut
kalau dikasih tau. Sudah baik ya mau membantu saya juga terus itu
tidak buat keributan lagi (E1-W13:30:0513).
Perkembangan KM selama dirawat di GPSY secara keseluruhan akan
dijelaskan melalui catatan harian perkembangan pasien yang merupakan dokumen
bagi mentor untuk memantau kondisi perkembangan pasien yang menjadi anak
mentornya. Catatan perkembangan KM terpantau dari sejak pertama KM masuk
yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Juli (selama peneliti melakukan penelitian
di GPSY).
Tabel 4.6
Perkembangan KM
Tanggal
Kondisi OS
Terapi
dilakukan
5 Maret
2013
- OS datang diantar keluarga.
- OS kotor dan bau dikarenakan malas
mandi.
- OS berjalan tanpa arah, marah-marah,
mengamuk, telanjang.
-Halusinasi pendengaran dan tidak
nyambung ketika di ajak berbicara.
-agresif, sering menjeblos-jebloskan
kepala ke tembok
- OS halusinasi sehingga berteriak-teriak
dan menangis di dalam ruang isolasi.
- tidak mau mandi, mkan, minum dan
minum obat.
-mengamuk
- masuk ruang
isolasi.
pendampingan
ekstra.
- terapi medis (obatobatan)
OS
miskin
kata-kata dan
tidak
mau
berbicara
- OS didampingi
dari luar ruangan
dan di lakukan
pendekatan dengan
cara memberi snack
dan
mengajak
mengobrol.
- Terapi Medis
(Obat-obatan)
Pendampingan
Ekstra
- Terapi Medis
(obat-onatan)
Pendampingan
Ekstra
- Terapi Medis
(obat-obatan)
Masih labil
Bercerita
dengan
OS tentang hobi,
kesenangan
dan
keluarga OS.
-Terapi obat-obatan.
Pendampingan
mentor
6 Maret
2013
9
April
2013
10 April
2013
21 April
2013
28 April
2013
- Halusinasi sehingga menangis dan
berteriak-teriak.
-Telanjang-telanjang
- Sudah mau makan tetapi belum mau
mandi.
-OS mengajak mentor berteman dan
meminta bantuan supaya halusinasi
hilang
- OS masih halusinasi, nagis malammalam tetapi kemudian dapat tidur
nyenyak.
- OS sudah dapat mandi serta minta alat
kosmetik seperti bedak dan lipstick.
- Halusinasi berkurang.
- OS stabil dan bicara nyambung.
- OS mulai bisa beraktivitas sendiri
seperti makan, minum, mandi dan
mengepel kamar sendiri.
- Emosi terkendali, halusinasi berangsurangsur hilang, emosi terkendali
- mampu bercerita dengan lancar tentang
yang
Hambatan
Rencana
Jangka
Pendek
Pendampingan
ekstra
Rencana
Jangka
Panjang
-
OS masih labil
Pendampingan
ekstra
-
OS masih labil
Pendektan
dengan
OS
supaya
OS
mengenal
mentornya
Membangun
kepercayaan
terhadap
mentor
-
Masih
halusinasi
Membangun
persahabatan
dengan OS
Keluar
isolasi
ruang
OS terkadang
masih marah
karena
Membangun
persahabatan
dengan OS
Keluar
isolasi
ruang
Keluar
rung
isolasi
(jika
emosi stabil)
138
keluarganya.
- Mampu beraktivitas dengan baik.
- OS meminta buku untuk menggambar
baju. (hobi menggambar baju)
- OS diberikan buku
untuk menulis surat
untuk orang tuannya
dan.
untuk
menggambar
Terapi Holistik
halusinasi
-
5
Mei
2013
- Emosi stabil.
- Keluar ruang isolasi.
- Masuk asrama putri.
15
Mei
2013
- OS dijenguk keluarga.
- Emosi stabil.
- Banyak bercerita.
- Halusinasi hilang.
Terapi Holistik
-
26
Mei
2013
- Emosi stabil.
- Halusinasi hilang
- Mampu beraktivitas.
Dosis
obat
diturunkan psikiater,
Ekstra
pengawasan pasca
ganti dosis obat.
- Terapi Holistik
-
1
Juni
2013
- Emosi stabil.
- Halusinasi hilang.
- Mampu beraktivitas.
Terapi Holistik
-
7
Juni
2013
- OS stabil.
- OS dijenguk keluarga
Terapi Holistik
-
15
Juni
2013
OS stabil dan
dengan baik.
Terapi Holistik
21
Juni
2013
OS stabil dan dijemput keluarga untuk
cuti.
Keluarga
sibuk
sehingga cuti
ditunda
-
21
Juni
2013- 29
Juni 2013
28
Juni
2013
OS cuti seminggu.
30
Juni
2013
mampu
beraktivitas
- OS dijenguk mentor dirumah
- Kondisi dirumah stabil.
- Mampu beraktivitas dengan baik.
OS kembali ke GPSY dan kondisi stabil
Konseling terhadap
OS dan keluarga
selama cuti
Dijenguk
keluarga.
OS
dilatih
bertanggung
jawab
terhadap diri
sendiri
dan
orang lain.
Melatih
OS
untuk percaya
diri.
Cuti OS
pulang
Cuti
OS dikunjungi
oleh mentor
untuk
evaluasi
selama OS di
rumah.
Konseling dengan
keluarga dan pasien.
-
-
Pulang
Terapi Holistik
-
Pulang
-
Evaluasi pasca cuti dengan keluarga
1.
OS dirumah stabil tetapi tidak ada teman untuk diajak mengobrol
sehingga sering melamun.
2.
Kurang ada aktivitas yang dilakukan di dalam rumah.
3.
OS tidak bisa menyalurkan hobi menjahit karena situasi dan
keadaan rumah yang tidak memungkinkan.
Evaluasi pasca cuti dengan OS
Dirumah tidak memiliki teman karena
ibu sudah tua dan idak bisa diajak
banyak mengobrol.
2.
Tidak ada kegiatan sehingga sering
mengalami kebosanan dan merasa tidak
berguna.
3.
Ingin mempunyai pekerjaan setelah ia
pulang dari GPSY.
1.
1
Juli
2013
Kondisi stabil.
Terapi Holistik
-
10
- Kondisi stabil
Terapi Holistik
-
Juli
Pengenalan
diri
dan
penyakit yang
dialami.
-OS
mulai
diberi
tanggung
jawab seperti
piket
dan
mengurus
keperluan diri
sendiri.
Terapi Rohani
mengenai
kebermaknaa
n diri OS
dihadapan
Tuhan
dan
manusia.
OS
dilatih
percaya diri
dan mandiri
serta
dilakukuan
konseling
keluarga.
Konseling
pribadi untuk
persiapan cuti
Cuti
Membangun
kepercayaan
diri
dan
kemandirian
OS.
Membangun
Pulang
Pulang
139
2013
- Memikirkan masa depan.
25
Juli
2013
Kondisi stabil
Terapi Holistik dan
konseling keluarga
Keluarga
masih
kesulitan
mempersiapk
an aktivitas
kemandirian
yang cocok
untuk
OS
ketika
ia
pulang.
kepercayaan
diri
dan
kemandirian
OS.
Memotivasi
OS
untuk
mau
berwirausaha
pulang
Kondisi KM setelah menjalani perawatan di GPSY selama 5 bulan di
GPSY kondisinya sudah stabil. KM sudah dapat mengendalikan diri dan
menjalankan aktivitas keseharian dengan kooperatif. Permasalahan yang muncul
adalah KM belum mendapatkan gambaran mengenai pekerjaan yang akan
dilakukannya setelah pulang dari GPSY. Hal ini dapat menjadi stressor bagi KM
yang berpotensi menyebabkan kekambuhan pasca perawatan apabila tidak segera
dicari solusinya. Terapi sosial melalui pemberian-pemberian ketrampilan kerja
pada KM menjadi bekal utama bagi KM untuk mampu berwirausaha dengan
ketrampilan yang dimilikinya pasca perawatan:
Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa
lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa
memproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa
didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan
pekerjaan sendiri (D2-W26:190613).
Secara umum kondisi KM setelah menjalani proses perawatan di GPSY
dijelaskan melalui tabel berikut.
140
Tabel 4.6
Kondisi KM setelah dilakukan Terapi Holistik
Aspek
Fisik (organobiologik)
Psikis
Sosial
Deskripsi
Gejala positif dan negatif skizofrenia berkurang serta perilaku
terkontrol.
Munculnya self suggestion , motivasi hidup dan ketenangan
melalui kedekatan dengan Tuhan serta memiliki kebermaknaan
hidup dan kesadaran terhadap pengobatan.
Lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial dan memiliki
ketrampilan kerja.
4.4.3.1.2 Kondisi Mantan Pasien (AD) setelah dilakukan Terapi Holistik
Mantan pasien GPSY (AD) memberikan gambaran hampir serupa dengan
KM mengenai kondisinya setelah menjalani perawatan di GPSY. AD menyatakan
bahwa setelah diberikan perawatan dengan Terapi Holistik gangguan khas
skizofrenia yaitu halusinasi dan waham berangsur hilang. Terapi Medis berupa
obat-obatan yang diberikan memberikan effek positif terhadap berkurangnya
halusinasi dan waham pada AD. Lebih lanjut, secara psikologis effek dari
rangkaian Terapi Holistik memberikan ketenangan dalam diri AD, perubahan
sikap AD terlihat setelah dua bulan menjalani perawatan dia mampu merawat diri
sendiri, bersikap kooperatif dengan mampu mengendalikan diri, AD merasakan
kedekatan dengan Tuhan yang memberikan ketenangan ketika menghadapi
permasalahan, dalam hal interaksi sosial AD menyatakan bahwa sikap
penyendirinya sekarang sudah berubah menjadi sosok AD yang memiliki banyak
teman dan lebih percaya diri dalam menghadapi lingkungan.
Ya dulu sebelum diterapi masih suka menyendiri ya sekarang
sudah banyak teman, dulu halusinasinya menganggu banget pas
undah minum obat ya suara-suaranya hilang, bisa mengendalikan
diri jadi nggak khotbah-khotbah terus apa lagi ya dulu itu aku
mandi aja dimandiin tapi disini terus diajarin bisa mandi sendiri,
dulu kaya anak kecil mbak ga bisa mandiri (F1-W27:160413).
141
Kalau ada yang bikin nggak enak ya marah ya masih tapi udah bisa
mengendalikanlah wong selalu diajari buat mengotrol emosi kok
mbak. . . (F1-W28:160413). Lebih ceria mbak, trus lebih PD (F1W29:160413). Opo ya mba, ya rasane menjadi lebih tenang, dekat
dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau
menghadapi permasalahan (F1-W35:160413). Ortu jadi lebih
sayang mbak, dulu ki sok marah-marah, menyalahkan tanpa sebab
saiki lebih pengertian sama anaknya (F1-W38:160413).
Perubahan positif AD pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY, ibu AD
sebagai berikut:
Ya sudah banyak perubahan mbak, dulunya kan cuek, pendiam itu
waktu dijenguk sudah baik, peduli gitu ya ngobrol. Terus itu mbak
dia udah ga khotbah-khotbah lagi katanya malu. Hahaha (G1W14:290613). Bagus mbak, saya liat AD juga sudah baik
komunikasinya, matanya itu sudah ada kontak kalau dulu kan
murung terus (G1-W15:290613). . . AD sudah sadar untuk minum
obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi. . .(G1W15:290613). AD lebih bisa menerima kondisinya. Lebih dewasa
menyikapi permasalahan mbak. . . (G1-W19:290613). Sekarang ini
udah senang dolan-dolan malah lali mulih barang mbak.hahah
(G1-W29:290613).
NN mengungkapkan pernyataan serupa seperti yang diungkapkan AD dan
SY:
Dia satu bulan sudah mulai tenang, halusinasinya sudah bisa
dikendalikan, waham keagamannya sudah bisa disalurkan dengan
benar. Hehehe. Secara umum sudah kooperatif dan mengerti
dirinya. kemudian 4 bulan kemudian sudah boleh pulang (A3W9:170613). . . Setelah itu kak Alfred carikan dia sekolah agar dia
senang. Jadi dia diikutkan paket C, lulus kemudian kami carikan
dia tempat kuliah dan sampe sekarang dia masih kuliah dan tidak
pernah kambuh, karena keluarganya sudah baik dan juga dia
mempunyai kesadaran kalau tidak minum obat nanti dia kambuh
lalu kuliahnya terbengkalai (A3-W11:170613).
Secara umum kondisi AD setelah menjalani proses perawatan di GPSY
dijelaskan melalui tabel berikut.
142
Tabel 4.7
Kondisi AD Sesudah Dilakukan Terapi Holistik
Aspek
Fisik (organobiologik)
Psikis
Sosial
Deskripsi
Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan
gejala negatif skizofrenia serta mulai pulihnya fungsi kognitif, afektif
dan psikomotor.
- Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi
permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan.
- Lebih percaya diri dan aktif bersosialisasi dengan masyarakat
- Memiliki kebermaknaan hidup dan kesadaran minum obat.
Mampu berinteraksi sosial dengan baik, melanjutkan sekolah
sampai bangku perkuliahan dan hubungan dengan keluarga yang
membaik.
4.4.2.4 Effek Psikologis Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia
4.4.2.4.1
Effek Psikologis Terapi Medis
a. Menghilangkan gejala psikotik skizofrenia sehingga mengurangi perilaku
maladaptive pasien yang disebabkan faktor organobiologik.
Terapi medis dalam bentuk pemberian obat-obatan menghilangkan gejala
klinis skizofrenia yang disebabkan faktor organobiologik berupa waham,
halusinasi, perilaku agresifivitas, kekacauan alam pikir dan gejala-gejala
skizofrenia lain yang berkaitan dengan kondisi fisiologis penderita skizofrenia.
Pemberian dan penentuan jenis obat-obatan yang diberikan kepada pasien
dilakukan oleh psikiater atau mendapat rujukan dari psikiater. Pemberian dosis
dan jenis obat-obatan berbeda untuk masing-masing pasien, disesuaikan oleh
kebutuhan pasien. Secara umum obat-obat yang digunakan adalah obat
143
antipsikotik seperti stelanzine, risperidon, haloperidol 1,5 dan 5 mg,
Trihexpenidil (THP), CPZ. Masing-masing jenis obat memiliki fungsi masingmasing yang saling berkesinambungan dalam menghilangkan atau meredakan
gangguan psikotik pada skizofrenia.
Obat antipsikotik jenis Haloperidol 1 mg dan 1,5 mg, resperideon
berfungsi untuk menghilangkan ketegangan emosional dan halusinasi sehingga
membuat pasien menjadi tidak agresif. CPZ berfungsi sebagai obat penenang
sekaligus obat tidur diberikan untuk mengotrol pola tidur pasien. THP
(Trihexyphenidyl) 2 mg berfungsi sebagai penetralisir effek atau gejala negatif
yang mungkin timbul dari pemberian obat lain. Amitriptyline 25 mg berfungsi
untuk menstabilkan mood, menghilangkan mood murung dan kesedihan yang
berkepanjangan. Stelanzine 5 mg berfungsi menghilangkan waham. Secara
keseluruhan obat-obat yang diberikan menghilangkan gejala klinis skizofrenia
sehingga membuat pasien dapat mengontrol dan mengendalikan diri.
Pernyataan mengenai jenis-jenis obat dan fungsinya bagi pasien
skizofrenia diungkapkan oleh SR yang merupakan mentor bagian medis di
GPSY dalam kutipan wawancara sebagai berikut:
Obatnya itu macem-macem ya kak, obat yang diberikan itu obatobat antipsikotik yang fungsingnya ya itu secara keseluruhan
menghilangkan halusinasi, sakit fisik seperti pusing, mual, tidak
bisa tidur, menghilangkan gejala-gejala berat kaya waham,
perilaku yang agresif itu dikasih obat penenang (C1-W7:170613).
Obat itu rujukan dari psikiater kak, obatnya macam-macam
diberikan sesuai kondisi pasien tapi yang umum digunakan, ini
yang diberikan dokter Silas itu stelanzine 5 mg ini untuk
menghilangkan waham, risperidon, haloperidol 1,5 dan 5 mg obatobat ini dipakai untuk menghilangkan ketegangan emosional,
halusinasi sehingga pasien tidak agresif. Lalu ada THP itu
singkatan dari Trihexyphenidyl la ini fungsinya sebagai
144
penetralisisir dampak dari pemberian obat lain, kadang ada pasien
yang tidak cocok dikasih jenis obat tertentu sehingga kan
menimbulkan pusing, mual maka THP ini diberikan untuk
menetralisisir menghilangkan pengaruh obat tertentu yang tidak
cocok tadi kak. Lalu ini Amitripyline 25 mg ini untuk memperbaiki
mood yang murug, sedih berlarut-larut, dan untuk menghilangkan
kesedihan. CPZ obat penenang yang membuat ngatuk, atau bisa
juga disebut obat tidur kalau ditanya fungsinya ya mengatur pola
tidur mereka kalau tidak dikasih ini mereka ra ngantuk-ngantuk,
gelisah wae, karena pasien ini kan kebanyakan mengalami
gangguan tidur jadinya kalau terlalu capek dalam beraktivitas tidak
memberi kesempatan tubuh buat istirahat (C1-W8:170613).
KM
juga
mengungkapkan
bahwa
obat-obatan
yang
diberikan
menghilangkan halusinasi dan membantu memudahkan untuk tidur sehingga
membuat kondisi tubuhnya menjadi bugar:
Ya apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara seperti
halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasarasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak
badanya seger, nggak gelisah lagi (D2-W21:190613).
Hal senada juga diungkapkan oleh AD mantan pasien GPSY yang juga
merasakan pentingnya peran obat dalam membantu memulihkan kondisinya:
masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah
tidur terus gelisah (F1-W5:160413). Badannya enak, emosi jadi
terkontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh
rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus. Ya stabil
kalau minum obat (F2-W7:290613).
b. Menumbuhkan kesadaran minum obat pada pasien skizofrenia.
Obat-obatan pada penderita skizofrenia memiliki peran yang penting
dalam membantu menghilangkan gejala klinis skizofrenia, hal ini dikarenakan
bahwa secara organobiologi penyebab skizofrenia adalah terdapatnya gangguan
pada fungsi transmisi sinyal penghantar syaraf (neurotransmitter) sel-sel susunan
syaraf pusat (otak). Obat-obat antipsikotik yang diberikan berfungsi untuk
145
menangani gangguan neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis skizofrenia
dapat dihilangkan, oleh karena itu penderita skizofrenia harus mengkonsumsi
obat-obatan untuk memulihkan kondisinya secara fisiologis.
Kesadaran mengenai pentingnya obat dalam menghilangkan gejala klinis
skizofrenia perlu untuk diketahui dan dipahami dengan baik oleh penderita
skizofrenia sehingga mereka memiliki tanggung jawab dalam membantu
menyembuhkan dirinya sendiri. Hal utama yang ditanamkan dalam perawatan di
GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik salah satunya adalah menumbuhkan
kesadaran dalam diri pasien perihal minum obat, tidak selamanya mereka terus
dirawat oleh orang lain oleh karena mereka harus mempunyai kesadaran untuk
bertanggung jawab terhadap dirinya baik didalam GPSY dan yang paling penting
adalah setelah mereka keluar dari GPSY. Hal ini dilakukan dalam bentuk
konseling kesehatan maupun jenis-jenis kegiatan lain dalam lingkup Terapi
Medis:
Konseling kesehatan pada dasarnya itu memberikan nasehatnasehat sama pasien-pasien yang mbeleler, ngeyel itu to kak.
Contohnya pasien yang malas minum obat dilakukan istilahnya
konseling supaya punya kesadaran yang muncul dalam diri sendiri
tentang pentingnya obat untuk orang sakit skizofren, jadi itu
tanggung jawab masing-masing orang, kan gitu kak. Jadi ya nggak
perlu disuruh-suruh, ya kalau ada yang masih mau nyuruh kalau
sudah tidak ada yang istilahnya memperingatkan terus mau gimana
mereka, yang merasakan sakit kan mereka sendiri to (C1W4:170613).
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh AA, bahwa salah satu fungsi
konseling kesehatan adalah menumbuhkan kesadaran minum obat pada diri
pasien:
146
. . . lalu konseling medis yang lebih menekankan tentang
bagaimana mereka menyadari bahwa mereka itu membutuhkan
obat, bagaimana fungsi obat dan kebutuhan mereka terhadap obat
sehingga mereka itu tanpa dipaksa sudah bisa menyadari bahwa
mereka harus minum obat. . . (B1-W9:29:0513)
Pemahaman mengenai perlunya memiliki kesadaran pribadi dalam
menjalani terapi-terapi dan ketaatan minum obat bagi skizofrenia disampaikan
secara kekeluargaan dalam setting home care. Penyampaian secara kekeluarga
membuat terjalinnya kedekatan emosional antara mentor dengan pasien, sehingga
semua hal yang disampaikan mentor untuk dijalankan oleh pasien akan diterima
dengan terbuka oleh pasien tanpa merasa adanya paksaan.
Hal ini akan
memunculkan kesadaran yang benar-benar berasal dari dalam diri pasien, dengan
adanya kesadaran inilah pasien akan menjalankan kewajibanya sebagai
skizofrenia dengan atau tanpa pengawasan dan perintah dari siapapun:
. . . tapi sebenarnya kan yang penting itu kita gunakan pendekatan
secara manusiawi to kak selama terapi-terapi diberikan, bagaimana
mereka itu bisa didik secara kekeluargaan dengan begitu kan
mereka menjalani semuanya tanpa paksaan, benar-benar dari
kesadarannya karena ada ikatan emosial antara mentor sama
pasiennya (C1-W5:170613).
AA juga menyatakan bahwa kesadaran merupakan hal utama yang mesti
dibangun pada diri pasien, sehingga mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka
sakit jadi segala bentuk terapi yang diberikan kepada mereka akan dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab karena hal ini akan
membantu proses pemulihan pasien:
Pada dasarnya itu hal pertama yang bisa kita lihat yaitu bahwa
mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka sakit, ketika mereka
sadar bahwa mereka sakit apapun yang kita lakukan akan mereka
ikuti tanpa kita harus memaksa, ketika mereka sadar dan
mempunyai keinginan untuk sembuh maka semua terapi itu dapat
147
mereka lakukan dengan baik karena tujuannya mereka bisa sembuh
(B1-W12:290513).
Penyampaian tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran pribadi pada
diri pasien yang dilakukan oleh SR sebagai mentor medis perihal ketaatan dalam
minum obat juga dilakukan melalui obrolan santai yang diungkapkan oleh KM
sebagai berikut:
katanya eyang, kamu itu sakit jadi kamu harus minum obat biar
cepet sembuh, ini obat nya menyembuhkan. La terus aku bilang
sama eyang aku udah minum obat juga nggak sembuh-sembuh kok.
Trus eyang bilang ya kamu itu harus sabar nggak boleh putus asa
kamu harus berusaha untuk sembuh, yang bisa menyembuhkan itu
diri kamu sendiri. Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan
sakit ya kamu sendiri to. Eyang selalu bilang gitu mba.hehehe (D1W5:070513).
Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu
muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau
waktunya minum obat (D1-W33:070513).
Hal senada dengan pernyaataan KM juga diungkapkan oleh mantan
GPSY, AD bahwa kegiatan terapi yang menumbuhkan kesadaran minum obat
terhadap penderita skizofrenia memiliki arti yang lebih penting daripada sekendar
suatu perintah untuk selalu minum obat:
Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau
disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu
akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa
kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak
ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok.
Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau
keadaan ku (F2-W9:290613).
Proses menumbuhkan kesadaran minum obat juga dilakukan dalam bentuk
ceramah kesehatan. Pasien diberikan pelajaran tentang materi skizofrenia
termasuk alasan mengapa obat tersebut penting untuk skizofrenia. Pemberian
pemahaman secara teoritis membuat pasien memahami dan mengerti gambaran
148
skizofrenia serta peran obat dalam penyembuhan skizofrenia dari sisi ilmiah yang
rasional. Penyampaian materi mengenai skizofrenia dan peran obat yang
dilakukan secara teoritis dalam bentuk ceramah kesehatan menyentuh aspek
kognitif pasien sehingga terjadi proses berfikir dan mengingat informasi yang
diperoleh. Pengetahuan secara teoritis ini membatu pasien mengetahui alasan
secara ilmiah mengapa skizofrenia harus minum obat sehingga akan diperoleh
kesadaran yang utuh dalam dirinya bahwa obat sangat membantu dalam proses
pemulihan skizofrenia.
Penjelasan tersebut diungkapkan oleh NN melalui pernyataan sebagai berikut:
iya kak, kita membangun pemahaman tentang kepercayaan mereka
terhadap obat. Obatlah itulah yang akan menolong mereka. Itu
kami berikan dalam terapi medis kak, waktu pelajaran tentang
skizofrenia kita berikan penjelasan seberapa penting obat itu untuk
penderita skizofrenia. Ini terapi medis tapi masuk terapi kognitif
juga kak, kita mau beri penjelasan yang teoritis, yang rasional dan
mereka akhirnya berfikir dan mengingat bahwa obat itu penting
untuk diri saya sendiri, maka saya harus bertanggung jawab untuk
terus meminum obat karena aku ini sakit. Kita kasih perbedaannya
bagaiman kondisi kalian kalau tidak minum obat lalu setelah
meminum obat bagaimana, dan mereka membandingkan oiya ya
obat itu membantu saya (A2-W15:080613). Kalau kamu ga mau
mendengar halusinasi kamu harus minum obat, karena obat ini
menyembuhkan kamu loh, siapa yang tersiksa kalau kamu ga
minum obat ya kamu sendiri yang merasakan akibatnya (A2W14:080613).
c. Pemahaman tentang gejala skizofrenia yang berfungsi sebagai coping
dari dalam diri pasien.
Lebih lanjut, selain melalui obat-obatan pemberian pemahaman mengenai
skizofrenia berfungsi sebagai coping yang membantu pasien mengatasi dari dalam
dirinya apabila muncul gejala-gejala skizofrenia. Coping adalah mekanisme untuk
mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima Pasien diberi
149
pengertian mengenai semua gejala-gejala yang mungkin muncul pada skizofrenia
kemudian pasien diajarkan untuk dapat membedakan antara mana kenyataan dan
mana yang merupakan gejala skizofrenia.
Penyampaian yang baik dalam memberikan pemahaman akan lebih mudah
diterima dan dihayati dalam hati serta pikiran pasien. Mentor harus bisa menjadi
sosok pendengar yang baik dan mengerti untuk setiap keluhan yang diungkapkan
pasien supaya pasien memiliki kepercayaan terhadap mentor sehingga bisa
menceritakan semua hal yang dialaminya. Hal ini sangat membantu mentor untuk
mengetahui tentang kondisi pasien sehingga memudahkan dalam mengatasi dan
membantu pemulihan pada diri pasien.
Pemaparan mengenai pemberian pemahaman terhadap pasien untuk
membantu mengatasi gejala skizofrenia dari dalam dirinya sendiri diungkapkan
oleh NN melalui kutipan wawancara sebagai berikut:
Ya dengan kita tanya tentang halusinasinya, hari ini kamu dengar
orang ngomong apa saja tentang kamu lalu dia cerita panjang lebar
sekali tentang tentang suara-suara omongan yang dia dengar dan
saya bilang kalau saya percaya dengan yang dia katakan, kemudian
baru saya kasih penjelasan dek sebenarnya yang kamu dengar itu
adalah halusinasi, orang lain tidak dengar hanya kamu yang dengar
itu karena sakit mu menyebabkan kamu begitu. Suara itu hanya
kamu yang dengar, kamu harus bedakan mana suara yang
sesungguhnya dan suara yang hanya halusinasi, tanyakan kepada
siapapun orang yang berada di dekatmu apakah mereka juga
mendengar apa yang kamu dengar, kalau mereka bilang tidak
mendengar itu berarti hanya halusinasimu, jangan kamu pikirkan
bikin pusing aja. Jadi kami beri pemahaman bahwa penyakitnya itu
halusinasi, memang kamu dengar tetapi jangan diikuti karena itu
akan hilang dengan sendirinya, kamu harus lawan untuk tidak
memikirkannya karena orang lain tidak dengar hanya kamu yang
dengar maka jangan kamu pikirkan segeralah cari kesibukan
supaya suara-suara itu hilang, kalau kita menyibukan pikiran kita
suara itu tidak akan muncul. Itu cara melawan dari dalam diri KM
selain itu juga harus dibantu dengan obat no (A2-W14:080613).
150
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh KM mengenai cara mengatasi
halusinasi yang diajarkan oleh mentor GPSY:
kan waktu itu aku dengar suara anak nya mbak ku nagis-nangis,
trus mbak Ngisty bilang coba berdoa dulu minta pertolongan
terhadap Tuhan terus setelah berdoa mba Ngisty bilang coba liat di
depan kita nggak ada anak kecil berarti nggak ada suara apa-apa,
berarti itu cuma kamu yang dengar, nggak ada itu kan. Jadi kalau
didepan kita nggak ada tapi kamu sepertinya dengar itu ya cuma
halusinasi (D1-W14:070513).
d. Kecakapan dalam mengenali dan memahami gejala skizofrenia
Terapi Medis yang diterapkan di GPSY mengajarkan kepada pasien
mengenai kecakapan dalam mengenali dan memahami penyakit skizofrenia
sehingga pasien dapat mengetahui dan peka terhadap kondisinya. Pasien mengerti
tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan hal-hal apa yang harus dihindari
supaya kondisinya tetap stabil, dirinya sendirilah yang paling mengetahui
terhadap perubahan yang dirasakan tubuhnya.
Kondisi masing-masing pasien berbeda antara satu dengan yang lainnya,
oleh karena itu masing-masing pasien memiliki mentor yang akan membantu
mereka memberi tahu gejala-gejala skizofrenia pada dirinya, apa saja yang harus
mereka lakukan ketika sudah mulai terasa gejala tersebut akan muncul. Pasien
diajarkan untuk sebisa mungkin sigap dalam mengenali kondisi dirinya, sehingga
pencegahan terhadap munculnya dampak gejala yang lebih parah dapat diatasi
segera, secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain. Hal ini membuat
pasien dapat mengotrol dan menjaga dirinya sendiri supaya tetap dalam kondisi
151
stabil. Pasien tidak selalu bergantung sepenuhnya terhadap perawatan dari orang
lain tetapi juga dapat ikut mengobati dirinya sendiri, namun demikian apabila
pasien merasa sudah tidak mampu menggendalikan sendiri gejala yang muncul
maka pasien harus segera mencari bantuan dari pihak lain yang mengerti tentang
penyakitnya yaitu dengan menghubungi mentor GPSY maupun psikiater atau
memeriksakan diri ke Rumah Sakit sebelum gejala bertambah parah.
Pernyataan ini diungkapan NN sebagai berikut:
Jadi begitu mereka error mereka langsung mempunyai kesadaran
untuk segera mengatasinya bukan semakin membiarkan dirinya
menjadi-jadi tetapi berusaha untuk menyembuhkan dirinya
tentunya dengan cara-cara yang sudah diajari di terapi (A1W19:080513). Kita ajarkan mereka untuk mengenal diri mereka,
jadi nanti dirumah mereka bisa kenal diri, mereka yang mengontrol
diri sendiri. Saya kok rasa-rasanya sudah mau error, mereka tau
apa yang harus mereka lakukan supaya tidak jadi error. Kalau
mereka sudah tidak bisa lagi mengatasi itu berarti mereka harus
segera ke sini atau lari ke psikiater untuk tambah obat atau
turunkan obat. Mereka sendiri yang cakap menangani. Jadi disini
kami ajarkan mereka untuk mengenali tanda-tanda mereka mau
error, kalau perilaku kamu sudah kaya gini sebentar lagi kamu
error loh dek, supaya kamu gak jadi error ini loh yang harus kamu
lakukan, kalau kamu lakukan dia punya pengalaman sehingga
nanti kalau dia error lagi dia ingat cara yang harus dia lakukan
supaya tidak jadi error. Ketika mau error lagi dia lakukan itu lagi,
begitu seterusnya sehingga dia mempunyai pengalaman untuk bisa
menangani dirinya sendiri, jadi dia cakap menangani emosinya
sehingga kemudian dia bisa menangani dirinya sendiri dimanapun
dia berada. Itu kak yang kami ajarkan disini (A2-W17:080613).
Pengajaran yang diberikan mentor mengenai keharusan pasien untuk
sebisa mungkin memiliki kepekaan dan kecakapan dalam mengatasi gejala
skizofrenia diungkapkan sebagai berikut oleh KM:
Harus peka sama keadaanya aku, kalau capek aku sukanya eror
jadi ya kalau misalnya mau apa atau apa jangan berlebihan, yang
menyebabkan capek, kalau kepala mulai terasa pusing itu tandanya
capek harus tidur beristirahat sebentar dulu nanti lagi baru mulai
152
dikerjakan diteruskan lagi. Trus ya kalau aku mulai bengong itu
harus cepet-cepet gitu mengerjakan sesuatu mbak atau mencari
kesibukan soalnya bengong kelamaan pikirannya suka melayanglayang bisa eror lagi (D2-W11:190613). Iya, nanti kalau misalnya
tidak bisa mengatasi pas udah terlalu pusing itu suruh telp mbak
Ngisty aja apa datang kesini secepatnya sebelum terlanjur parah
lagi (D2-W12:190613).
e. Membiasakan perilaku kebersihan diri dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan menjadi sasaran penting dalam terapi
medis, pasien diharuskan untuk bisa menjaga kebersihan khususnya mengerti
tentang perawatan diri. Pasien skizofrenia memiliki hendaya (hambatan) yang
nyata dalam hal higienetas yang terlihat dari rendahnya kesadaran terhadap
perawatan diri dan lingkungan. Pembiasaan mengajarkan pola perilaku menjaga
dan merawat kebersihan diri menjadi sangat perlu diajarkan dengan tujuan bahwa
pasien skizofrenia dapat merawat dan menjaga kebersihan dirinya sendiri dan juga
secara lebih luas menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya.
Pembiasaan mengenai kegiatan menjaga dan merawat kebersihan diri dan
lingkungan dilakukan dalam bentuk terapi medis berupa teori dan praktek
kebersihan yang terlebih dahulu dicontohkan oleh mentor untuk selanjutnya
diterapkan dalam kehidupan keseharian pasien di GPSY. Perilaku hidup bersih
dan sehat juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pasien di GPSY sehingga
diharapkan bisa menjadi kebiasaan baik yang akan tetap terus dilakukan bahkan
setelah pasien kembali kekeluarga dan masyarakat:
orang skizofren ini kan kesadaran merawat diri dan lingkungannya
rendah jadi kami di sini biasakan mereka untuk tangggap
khususnya mengenai kebersihan bukan hanya kebersihan dirinya
saja tetapi peduli juga terhadap kebersihan lingkungan, biar apa
kak biar mereka mampu merawat dirinya sendiri terutama masalah
kebersihan, caranya ya dengan diberi penjelasan terus saya kasih
153
contoh mereka melihat bagaimana saya melakukan terus baru
mereka kemudian melakukan, kebiasaan-kebiasaan ini kan lamalama jadi terbawa terus karena kulino jadinya kak. Jadi pas mereka
pulang pun semoga ya masih tetap diingat dan jadi kebiasaan (C1W9:290613).
Pemantauan terhadap sejauh mana pasien melaksanakan kebersihan dan
perawatan diri dilakukan dengan cara pengecekan melalui pemeriksaan kondisi
kebersihan fisik pasien yang dilakukan oleh mentor. Pasien yang tidak
melaksanakan perawatan diri dengan baik akan mendapatkan punishment, hal ini
bertujuan supaya untuk selanjutnya pasien lebih sungguh-sungguh dalam menjaga
dan merawat kebersihan serta perilaku merawat diri ini mennjadi suatu kebiasaan:
. . . ada terapi-terapi yang dilakukan agar mereka mengerti
kebersihan dirinya sendiri dan lingkungan. Contohnya itu belajar
cara mandi, cara gosok gigi, cara untuk bagaimana mereka untuk
mencuci, mengurus kamar. Itu semua diberikan secara dengan
teori, setelah itu praktek trus dibuat dalam permainan, misal dibuat
games lomba sikat gigi, lomba memakai baju dengan rapi,
pemeriksaan rambut, kuku, gigi untuk selanjutnya bisa diterapkan
dalam keseharian pasien di Siloam, terus juga ada punishment nya
misal menggosok giginya tidak bersih nanti dapat hukuman lari
dengan membawa kasur (A1-W12:080513). Konseling kesehatan
itu ya yang tiap hari dilakukan eyang Sariman, memanggil satu
pasien trus dinasehati kalau mandi harus pake sabun, keramas yang
rajin. . . mengajarkan menjaga kesehatan kepada klien secara
individual (A1-W13:080513).
Hasil observasi mengenai kegiatan sehari-hari pasien GPSY yang ditulis
dalam catatan lapangan no. 4 menunjukan kewajiban pasien untuk membiasakan
merawat kebersihan diri dan lingkungan yang dipantau oleh mentor. Pagi hari
setelah bangun tidur pasien merapikan tempat tidur, setelah doa pagi pada pukul
06.00 WIB pasien melaksanakan piket harian (menyapu, mengepel, membuang
sampah, menjemur kain lap) kemudian pasien mandi pagi, menggunakan pakaian
rapi, resmi dan sudah disetrika yang digunakan untuk ibadah dan terapi, handuk
154
yang dipakai kemudian dijemur, setelah mandi pasien mencuci baju kotornya,
sehabis makan pasien wajib mencuci bersih peralatan makan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Pada pukul 13.30 setelah kegiatan terapi
selesai pasien mengganti baju resmi dengan baju “rumah”.
Pasien yang tidak melakukan kebersihan diri dan lingkungan dengan baik
misal malas mandi atau mandi tidak bersih (tidak memakai sabun, tidak
menggosok gigi, tidak keramas), tempat tidur tidak rapi, baju kusut, tidak
menjalankan piket, dan sebagainya maka akan memperoleh teguran dari mentor
lalu apabila masih terulang kembali akan diberikan hukuman oleh mentor seperti
tidak diberi jajan sedangkan pasien yang mampu menjalankan dengan baik
kewajibannya dalam menjaga dan merawat kebersihan diri serta lingkungannya
maka diakhir bulan akan mendapatkan hadiah berupa jalan-jalan, diberi jajan dan
diberi hadiah, sehingga diharapkan pasien akan benar-benar bersungguh-sungguh
dalam memperhatikan masalah kebersihan.
4.4.2.4.2
Effek Psikologis Terapi Rohani
Memunculkan
Self suggestion dan meningkatkan Resiliensi dalam diri
pasien
Self suggestion adalah sugesti yang dari diri pasien untuk sembuh dan
berani menghadapi permasalahan yang berfungsi sebagai kekuatan bertahan
dalam menghadapi permasalahan. Terapi Rohani memulihkan kondisi pasien
secara psikis, yaitu dengan memberikan kekuatan dalam diri pasien bahwa tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan termasuk kesembuhan untuk pasien skizofrenia.
Kegiatan-kegiatan dalam terapi rohani membuat timbulnya kedekatan hubungan
155
pasien dengan Tuhan. Agama merupakan potensi kekuatan terbesar dalam diri
manusia, membangun kedekatan dengan Tuhan menjadikan manusia menjadi
pribadi
yang selalu mengandalkan Tuhan dalam
setiap permasalahan,
menyerahkan setiap permasalah kepada-Nya sebab Tuhanlah yang memberikan
permasalahan dan pada akhirnya hanya pertolongan Tuhan yang mampu
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi manusia.
Menumbuhkan dan membangun kedekatan dengan Tuhan menjadi sangat
penting untuk dilakukan, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan iman dan
kerohanian memberikan dampak psikologis yang besar dalam diri pasien. Pasien
merasakan ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan dan menyadari
arti hidupnya, sehingga pasien bisa menerima setiap keadaanya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Pengharapan kepada Tuhan menjadikan pasien
menjadi individu yang lebih sabar dalam menerima setiap pencobaan, bahwa
apapun yang terjadi Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya sehingga pasien
bisa menjalani kehidupannya secara lebih bermakna.
AA mengungkapkan mengenai pentingnya terapi rohani dalam kutipan
wawancara berikut:
Terapi rohani itu adalah bahwa pasien percaya kepada Tuhan,
menyadari dirinya, menyadari arti hidupnya di hadapan Tuhan
sehingga bisa menjalani hidup dengan baik dan bermakna (A1W14:080513). Selain itu terapi rohani membuat kehidupan pasien
menjadi lebih bermakna, mempunyai pengharapan baru (A1W19:080513). Terapi rohani ini memulihkan dampak skizofren
secara psikis, mereka menjadi tabah, berserah dan mempunyai
kekuatan yang berasal dari Tuhan dan inilah yang membuat
memotivasi mereka untuk tetap bertahan (A3-W18:170613)
156
KM menyatakan bahwa terapi rohani memberikan kekuatan dan
pengharapan baru dalam diri KM, hal tersebut diungkapkan sebagai berikut:
ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada
pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku
berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan (D1-W15:070513). Paling seneng
ibadah itu mba, firman Tuhan. Soalanya ceritanya itu
menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana
meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan,
menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau
direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu (D2W15:190613).
Mantan pasien GPSY (AD) menyatakan bahwa dia merasakan banyak
manfaat yang diperoleh dengan membangun kedekatan dengan Tuhan yang
dibiasakan pada terapi rohani di selama AD menjalani perawatan di GPSY.
Kedekatan dengan Tuhan masih selalu AD bangun walaupun AD sudah keluar
dari GPSY dan menjalani kehidupan sehari-hari di luar GPSY karena hal ini
membuat AD lebih tenang dalam menyikapi setiap permasalahan.
Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak
grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan
(F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen
ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya,
menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare
kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya
itu Tuhan mbak (F1-W36:160413). Banyak mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih
bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi,
jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513).
Pernyataan AD diperkuat oleh SY ibunya, bahwa ketenangan yang
diperoleh ketika mendekatkan diri dengan Tuhan membuat AD
aktif dalam
melakukan pelayanan di gereja mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja.
157
. . . minta kesembuhan sama Tuhan itu penting sekali,
menyerahkan setiap permasalahan kepada Tuhan itu menyebabkan
AD lebih bisa menerima kondisinya. Lebih dewasa menyikapi
permasalahan mbak. . . Banyak perubahan kearah yang positif
mbak, AD itu sampai sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif
nderek kegiatan-kegiatan gereja (G1-W19:290613).
4.4.2.4.3
Effek Psikologis Terapi Sosial
a. Meningkatkan ketrampilan interaksi sosial
Terapi sosial adalah menyentuh aspek sosial pasien yang berkaitan dengan
hubungan pasien dan lingkungannya. Terapi sosial mengajarkan pasien untuk
mampu berinteraksi dengan teman-teman di GPSY maupun masyarakat sekitar.
Orang dengan skizofrenia mengalami permasalahan dalam hal interaksi sosialnya,
mereka cenderung menarik diri dari pergaulan sosial, kegiatan-kegiatan dalam
terapi
sosial
mengharuskan
pasien untuk
mampu
berinteraksi
dengan
lingkungannya terutama teman-temanya supaya pasien memiliki kecakapan dalam
menjalin relasi dan memiliki ketertarikan terhadap hubungan sosial.
Keterbukaan diri untuk membaur dengan lingkungan membuat pasien
memiliki kesiapan untuk menghadapi dinamika sosial yang terjadi di GPSY
maupun dilingkungan luar GPSY. Kegiatan dalam terapi sosial selalu
mengarahkan pasien untuk menjalin interaksi sosial yang semakin lama kualitas
interaksi tersebut akan mengalami peningkatan, sehingga pasien tidak lagi
menjadi pribadi yang menarik diri atau mengasingkan diri dari lingkungan tetapi
melalui pembiasaan yang continue pasien mampu menjadi sosok pribadi yang
siap menghadapi dinamika sosial dengan diberikan bekal ketrampilan dalam hal
membangun interaksi sosial melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan atau
membutuhkan adanya interaksi dalam proses pelaksanannya.
158
Hal ini diungkapkan oleh NN sebagai berikut:
Jadi kita bikin satu acara itu ada aspek medisnya, rohani
didalamnya dan sosialnya. Seperti ibadah diluar, jadi kami bawa
mereka ibadah di luar misal di gereja lain, ibadah dan kemah
rohani di Kopeng, ini kan sosial nya juga termasuk yaitu
berinteraksi dengan masyarakat luar (A3-W15:170613). Secara
sosial jelas penderita skizofren ini dia mengalami permasalahan
yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan
orang lain dan cara pandang mereka beradaptasi dengan
lingkungan (A3-W18:170613).
Pernyataan NN dijelaskan lebih lanjut oleh AA:
Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien untuk dapat
berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan dengan lingkungan
sosialnya, teman-teman di Siloam maupun masyarakat luar. Hal ini
berkaitan dengan diri pasien dengan orang maupun hal di luar diri
pasien, hubungan antara pasien dengan sekitarnya. . . bagaimana
mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol
diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke
pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan
aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada
di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika
berada di luar (B1-W7:290513). Lalu ada terapi kegiatan-kegitan
yang dikemas secara berkelompok dengan tujuan untuk melatih
mereka berinteraksi, bekerja sama, berdiskusi, dan menjalankan
kewajiban bersama dalam kelompok tersebut (B1-W8:290513).
b. Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Terapi sosial yang menekankan kepada aspek sosial pasien, yaitu interaksi
pasien dengan lingkungnnya secara umum memberikan perubahan secara
psikologis dalam diri pasien. Kepercayaan diri yang muncul dari dalam diri pasien
merupakan salah satu aspek penting yang harus terus dibangun dan dimiliki
pasien karena kepercayaan diri membuat pasien memiliki kemampuan dalam
menghadapi stressor lingkungannya dan lebih terbuka terhadap pergaulan sosial.
Individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih siap menghadapi dunia
159
dengan berbagai konsekuensinya. Menumbuhkan rasa percaya diri pada
skizofrenia bukanlah hal yang mudah, perlu suatu pembiasaan yang awalnya
“memaksa” sebelum selanjutnya menjadi kebiasaan.
KM mengungkapkan bahwa semula dia adalah seorang yang pemalu,
paksaan untuk mampu tampil di depan umum dalam berbagai kegiatan
membuatnya menjadi memiliki kepercayaan diri, walaupun pada awalnya sangat
sulit untuk mulai menumbuhkan kepercayaan diri tersebut.
Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu
beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini
disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan
aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe (D2W22:190613).Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa
tampil, yang penting percaya diri dulu (D2-W23:190613).
Kepercayaan diri yang terbentuk melalui berbagai kegiatan di bagian
Terapi Sosial juga dirasakan oleh mantan pasien GPSY (AD), kepercayaan diri
yang dimilikinya membuat AD lebih bisa bergaul dan berani menjalin hubungan
dengan lingkungannya sehingga AD mampu bersosialisasi dengan baik dan
mempunyai banyak teman:
lebih ceria mbak, trus lebih PD (F1-W29:160413). Iya mbak, tapi
disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya disuruh mimpin
acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus
berani (F1-W30:160413). Kalau kaya terapi sosial itu kan
mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak
mengurung diri terus dikamar lah (F1-W48:160413).
Kegiatan-kegiatan dalam Terapi Sosial tidak hanya menyentuh aspek
sosial pasien tetapi juga menyentuh sebagian besar aspek kognitif pasien. Proses
interaksi dalam terapi sosial melibatkan kemampuan kognitif dalam proses
pelaksanaannya. Skizofrenia memberikan dampak terhadap terganggunya fungsi
160
kognitif pada penderitanya, dampak negatif skizofrenia yang menyerang aspek
kognitif antara lain terganggunya arus pikir, isi pikiran, dan konsentrasi sehingga
menyebabkan terjadinya ketidakmampuan dalam berfikir logis dan melakukan
analisis, tidak dapat berkonsetrasi, rendahnya kemampuan mengingat dan
memahami tugas, menurunnya kreativitas dan inisiatif.
c. Memperbaiki fungsi kognitif
Tujuan dari terapi sosial selain mengajarkan pasien untuk berinteraksi juga
melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien yang terganggu sebagai akibat
dari skizofrenia. Kemampuan kognitif pasien terus diasah, sehingga kemunduruan
pada aspek kognitif tertentu dapat dicegah atau dipulihkan.
NN menyatakan bahwa kegiatan dalam terapi sosial melibatkan aspek kognitif:
Mereka harus bisa berdiskusi, berpendapat, dan akhirnya
mengambil keputusan bersama tentang lagu apa yang akan
dinyanyikan, gerakan apa yang akan diperagakan sehingga bisa
menampilkan yang terbaik dan menjadi juara mengalahkan
kelompok lain (A3-W18:170613).
Kreativitas dan Konsetrasi
Kegiatan lomba drama selain digunakan untuk mengajarkan pasien
berinteraksi juga digunakan untuk melatih aspek kognitif dan kreativitas pasien,
sebab untuk dapat menampilkan drama yang baik diperlukan proses latihan yang
membutuhkan pemikiran yang matang.
Contohnya lomba drama, mereka saling berkoordinasi,
berkomunikasi, dan bekerja sama dalam bermain peran sehingga
mereka memiliki tanggung jawab untuk menampilkan yang terbaik
161
dan menjadi pemenang,dari situ kita bisa melihat bagaimana
mereka melakukan problem solving terhadap perbedaan pendapat
dalam kelompok lalu ada menghapal teks itu kan masuk kognitif
juga (B1-W8:290513).
Hal senada juga diungkapkan oleh KM, dia menyatakan bahwa diperlukan
proses berfikir yang kreatif dan konsentrasi dalam beberapa kegiatan di terapi
sosial:
tapi kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus
bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin
pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah (D2-W17:19613). Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus
berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan
banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi
harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe (D2W24:190613).
Kegiatan lain yang juga melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien
juga diberikan dalam terapi medis dan rohani. Terapi medis yang melibatkan
proses kognitif dalam pelaksanannya salah satunya yaitu ujian medis, sedangkan
kegiatan dalam terapi rohani antara lain terapi pustaka dan pemutaran film rohani.
Melatih Ingatan dan Kemampuan penyampaian isi pikiran
Ujian medis adalah menguji pengetahuan, pemahaman dan daya ingat
pasien terhadap materi-materi mengenai kesehatan yang sudah diberikan oleh
mentor medis baik secara lisan maupun praktek. Ujian medis dilakukan satu
bulan sekali secara tertulis. Materi yang diujikan adalah materi yang telah
diberikan selama sebulan tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap hasil
ujian pasien pasien dan dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui sejauh mana
kemampuan pasien secara kognitif.
162
Terapi pustaka yaitu pemberian buku-buku bertema rohani kepada pasien
kemudian pasien diberi waktu sekitar satu jam untuk membaca dan memahami isi
dari buku tersebut. Selanjutnya pasien diminta untuk menceritakan inti dan
hikmah apa yang dapat diambil dari buku tersebut kepada teman-teman dan
mentor. Aspek kognitif yang terlibat dalam terapi pustaka yaitu dibutuhkannya
konsetrasi yang baik dan terfokus kognitif dalam memahami dan mengambil inti
dari sebuah buku untuk selanjutnya diceritakan kembali atau disampaikan kepada
orang lain. Pada saat pasien menceritakan kembali isi buku tersebut ada proses
mengingat dan menceritakan secara sistematis, hal ini melatih arus pikiran pasien
untuk dapat menjelaskan secara koherensi.
Kemampuan Analisis
Lebih lanjut, pada pemutaran film rohani pasien diputarkan sebuah film
dan setelah pasien selesai melihat film tersebut tugas pasien selanjutnya adalah
menganalisis film tersebut meliputi menganai siapa saja pemeran dalam film
tersebut, bagaimana karakter masing-masing pemeran dan pesan moral apa yang
dapat diambil dari film tersebut. Pasien dilatih untuk dapat melakukan analisis
dengan baik sehingga diperlukan kemampuan kognitif yang kompleks meliputi isi
pikiran, arus pikiran, kosentrasi dan ingatan yang saling terkoordinasi dengan
baik.
Kelompok-kelompok dalam kegiatan di terapi sosial yang dibagi sesuai
dengan kemampuan pasien. Kondisi kognitif pasien yang berbeda-beda apabila
disamakan dalam pemberian dan cara penyampaian materi maka tidak akan
efektif
dari
segi
penerimaan
dan
pemahaman
yang
diterima
pasien.
163
Pengelompokan sesuai kemampuan kognitif dilakukan pada kegiatan-kegiatan
yang bersifat menyampaikan materi secara teoritis, namun di kegiatan-kegiatan
yang melibatkan interaksi dan dinamika sosial pada masing-masing kelompok
maka pembagian anggota kelompok dibagi secara merata yaitu dalam satu
kelompok terdiri dari pasien dengan kemampuan kelas TK-SMA.
Pernyataan NN mengenai pembagian kelompok sesuai kelas kemampuan
pasien diungkapkan melalui kutipan wawancara sebagai berikut:
Gini kak, kondisi pasien disini kan tidak semua sama. Tingkat
kewarasannya kan berbeda-beda. Ketika pasien yang tingkat
kewarasannya secara perilaku dan pola pikir 9 lalu kita
kelompokan dengan pasien yang tingkat 2 nanti tidak nyambung
kak. Makanya pada saat terapi kita kelompokan, kita kelaskelaskan. Kelas TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Kelas TK ini
untuk pasien-pasien yang belum stabil dan kemampuan
kognitifnya rendah kita gabungkan menjadi satu dan seterusnya.
Terapi yang diberikan semua pasien sama tetapi hanya esensinya
saja yang berbeda, sama-sama ujian tadi soal yang mereka terima
berbeda tergantung kelasnya. Karena ketika diberi soal yang sama
itu tidak akan bisa kak, Karena kemampuan mereka juga berbedabeda (A3-W3:170613).
d. Pemberian ketrampilan kerja sebagai bekal kesiapan pasien secara
ekonomi dan melatih tanggung jawab pasien
Terapi kerja merupakan bagian dari terapi sosial, fungsi dari terapi kerja
adalah mengajarkan pasien untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat
dijadikan bekal ketika pasien keluar dari GPSY. Ketrampilan yang diberikan
selama di GPSY apabila dikembangkan diharapkan mampu dijadikan lapangan
pekerjaan bagi pasien dan sebagai sumber penghasilan sehingga pasien dapat
menjalankan fungsinya secara sosial dan dapat diterima dengan baik oleh
164
masyarakat. Hal ini membuat pasien memiliki kesiapan untuk terjun dan kembali
ke masyarakat.
Terapi kerja di GPSY meliputi: penjualan bensin, waserda, perkebunan,
perikanan, peternakan, pelatihan ketrampilan (pembuatan briket, kerupuk lele,
kantong parfum, merangkai bunga, dan sebagainya), dan piket. Terapi kerja
mengajarkan pasien untuk memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan dan kemampuan menjalin relasi sosial dengan orang lain.
Penjualan bensin merupakan terapi kerja yang diberikan kepada pasien
putra, setiap pasien putra diberi tugas bergilir dalam menjaga bensin. Transaksi
penjualan bensin dicatat dalam buku, pasien yang bertugas harus bertanggung
jawab terhadap keuangan yang diperoleh dari hasil transaksi, apabila terjadi
kesalahan pencatatan atau selisih jumlah penjualan dengan uang yang diperoleh
maka pasien yang jaga harus mempertanggung jawabkannya dengan mengganti
kekurangan uang menggunakan uang jajanya.
Terapi kerja piket mengajarkan kepada pasien untuk bertanggung jawab
terhadap teman-temannya dengan menjalankan tugas piket dengan sebaikbaiknya, sebab tugas piket yang dilakukan menyangkut kepentingan banyak
orang. Selain itu ada juga piket ketua kamar putra dan putri, tugas ketua kamar
adalah bertanggung jawab terhadap teman sekamarnya. Tanggung jawab ketua
kamar
adalah
mengecek
kebersihan
diri
teman
sekamarnya,
menjaga
kenyamanan kamar (kebersihan, kerapian dan ketertiban), mengumpulkan dan
mengecek keikutsertaan anggota kamar apabila kegiatan terapi, dan bertanggung
jawab apabila terjadi pertengkaran antar sesama teman sekamar.
165
Pemberian ketrampilan-ketrampilan diberikan mentor kepada pasien.
Hasil ketrampilan yang dibuat pasien kemudian dipasarkan dan hasil penjulan
diberikan kepada pasien, walaupun hasil yang diperoleh tidak begitu banyak
namun ada kepuasaan dalam diri pasien bahwa mereka dapat memperoleh
penghasilan dari kerja keras mereka dan ternyata karya mereka diminati dan bisa
diterima oleh masyarakat.
Penjelasan mengenai fungsi terapi kerja dijabarkan sebagai berikut oleh NN:
Setelah pulang dari Siloam mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar loh kak untuk dapat berfungsi dan berkarya di dalam
masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dalam terapi kerja
dipersiapkan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar,
sehingga pasien itu mempunyai suatu ketrampilan yang berguna
untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan
dengan ketrampilan yang diajarkan disini seperti misalnya
membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa
digunakan untuk meningkatkan perekonomian, selain itu juga
dengan memiliki kemampuan pasien merasa berguna ini loh aku
bisa menghasilkan uang sendiri (A1-W25:080513).
Terapi kerja juga menjembatani pasien untuk dapat berinteraksi langsung
dengan masyarakat luar, hal ini diungkapkan oleh NN sebagai berikut:
Dengan terapi kerja pada terapi sosial kami ajarkan mereka untuk
bagaimana bisa membangun hubungan baik dengan orang lain, kita
jembatani mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat luar
seperti berjualan bensin, jalan-jalan ke moll (A3-W18:170613).
Pernyataan NN mengenai fungsi terapi kerja dalam terapi sosial semakin
diperkuat oleh pendapat AA melalui pernyataan berikut ini:
Melibatkan pasien dalam kegiatan desa seperti kenduri dan
tasyakuran, pelatihan ketrampilan seperti pembuatan briket, sabun,
lilin ,anyaman, arang, dan ketrampilan-ketrampilan yang sekiranya
sederhana dan bisa kita ajarkan ke mereka, jualan bensin, kita
biasakan mereka untuk ke warung, laundry supaya masyarakat
mengenal mereka bukan sebagai orang yang dalam tanda kutip gila
serta menakutkan ya, itu juga melatih mereka berinteraksi, lalu ada
166
perkebunan, perikanan, olahraga itu sebenarnya bagian medis ya
tapi bisa kita masukan ke sosial yaitu bagaimana mereka mengenal
lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain
itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke
malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu
kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan
orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar
(B1-W7:290513). Selain itu seperti piket itu masuk sosial, mereka
jalankan tanggung jawab mereka atau tidak itu jadi sekaligus
mengajar mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan kepada mereka, lalu melihat bagaimana kerjasama
mereka dengan teman dalam menjalankan tugas piket (B1W8:290513).
Pemberian
ketrampilan-ketrampilan
membuat
pasien
memperoleh
pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat.
Ketrampilan-ketrampilan ini dapat menjadi sumber penghasilan dan lapangan
kerja bagi pasien pasca perawatan untuk keberlangsungan kehidupan pasien
selanjutnya. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut:
dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan
mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya
diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita
nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613). Ya berguna, apa itu
namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan
ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat
wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga,
kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613).
e. Perubahan stigma masyarakat dan penerimaan terhadap skizofrenia
Bagian lain dari Terapi Holistik adalah pengenalan lingkungan yang
bertujuan
meng“akrab”kan
masyarakat
dengan
“skizofrenia”,
khususnya
masyarakat sekitar GPSY sehingga masyarakat bisa mengenal dan menerima
kehadiran “skizofrenia” ditengah-tenagh kehidupan masyarakat. Pengenalan
lingkungan ini tidak hanya menjadi bagian terapi sosial semata tetapi mencangkup
167
kegiatan dalam Terapi Holistik secara umum, namun kuantitas pengenalan
lingkungan paling banyak dilakukan dalam kegiatan-kegiatan di bagian terapi
sosial.
Kegiatan dalam terapi medis yang merupakan bagian dari pengenalan
lingkungan adalah jalan sehat yang dilakukan setiap 2 minggu sekali pada hari
jumat pagi. Jalan sehat dilakukan di lingkungan sekitar GPSY dan diikuti oleh
semua pasien GPSY. Jalanan yang dilalui pada saat jalan sehat adalah jalan-jalan
yang melewati pemukiman penduduk dan jalan-jalan yang ramai digunakan untuk
berlalu-lalang masyarakat, oleh karena itu setiap kali sebelum melakukan jalan
sehat mentor selalu memberikan pengarahan untuk selalu menjunjung tata krama
dan sopan santun ketika berada di lingkungan masyarakat contohnya adalah
dengan menyapa serta memberi senyum apabila bertemu dan berpapasan dengan
penduduk sekitar.
Sikap sopan dan ramah yang ditunjukan pasien GPSY ketika berinteraksi
dengan masyarakat diungkapkan oleh satu warga sekitar GPSY (AT).
Pasiennya yang di Siloam ini kaya orang normal sih mba, ya jalan
itu biasa nggak ada yang terus ngamuk atau apalah.Wong mereka
kalau lewat itu ya malah menegur sama warga (I1-W3:090513).
Menegur itu ya menyapa, permisi bu malah kadang itu ada yang
bilang hallo bu dengan gayanya mereka. Sok kadang saya lagi
nyapu itu to mereka pas lewat bilang “ibu rajin sekali”. Heheh (I1W3:090513).
Pengenalan lingkungan dalam terapi rohani meliputi ibadah di gereja,
kemah rohani, mengikuti seminar keagamaan di luar GPSY dan jenis-jenis
kegiatan-kegiatan kerohanian yang melibatkan pihak luar GPSY. Ibadah di gereja
dilakukan sebulan sekali, pasien mengikuti kebaktian bersama-sama dan
168
membaur dengan jemaat lainnya sehingga tidak ada sekat pembeda antara pasien
skizofrenia dengan orang “normal”. Pasien GPSY bahkan sering diminta oleh
pihak gereja untuk mengisi pujian maupun bermain musik pada saat ibadah
berlangsung.
Pengenalan lingkungan yang menjadi bagian dari terapi sosial yaitu
refresing baik refresing pribadi maupun kelompok dan pengenalan lingkungan
yang dilakukan dalam keseharian pasien seperti pergi ke laundry, mengikuti
kegiatan desa (tahlilan, syukuran dan kenduri), potong rambut di salon, belanja di
warung atau sekedar “nongkrong” di sekitar GPSY serta jenis-jenis kegiatan
keseharian lainnya yang melibatkan pasien dengan masyarakat.
Pasien yang dibawa membaur ke masyarakat adalah pasien yang sudah
stabil, artinya meskipun pasien tersebut belum pulih sepenuhnya dan masih
menunjukan adanya gejala skizofrenia namum dia sudah mampu bersikap
kooperatif.
AT mengungkapkan bahwa sebagian pasien yang mengikuti jalan sehat
adalah pasien yang sudah “waras” walapun terdapat juga pasien yang terlihat
masih belum “waras”:
Kebanyakan ya udah waras mbak, menyapa menegur ya biasa itu
lah mba tapi ya ada juga yang wajahnya itu masih kliatan belum
waras, masih digandeng temennya (I1-W5:090513).
Penjelasan senada mengenai kondisi pasien yang dilepas ke masyarakat
diungkapkan oleh MR melalui pernyataan sebagai berikut:
Oh ngono, yo kadang ono sing langsung mgomong meh tuku opo
po opo, tapi yo sering mung meneng tok trus tak takoni meh tuku
opo mba utawa mas, rupane bingung terus tak kon kono mbalik
neh dicatet opo sing meh dituku terus mbalik neh njupuk catetan
169
njuk mrene neh.hahaha (H1-W3:300513). Yo ora mba, kadang yo
ono sing durung waras yo mrene, tapi biasane dikancani karo
mbak utawa mas e neg ora yo kancane, wedi neg mlayu paling
mba soale kan durung mudeng pasien nembe kui paling (H1W5:300513).
Oh begitu, ya terkadang ada yang langsung bicara mau beli apa,
tetapi sering juga yang cuma diam lalu saya tanya mau beli apa
mas atau mbak, wajahnya malah bingung terus saya suruh pulang
lagi dan dicatat apa yang mau dibeli kemudian setelah itu kesini
lagi. Hahaha(H1-W3:300513). Ya tidak mbak, kadang juga ada
yang belum waras juga kesini, tapi biasanya ditemenin sama mbak
atau mas kalau tidak ya sama temannya, takutnya nanti malah
kabur soalnya belum paham kan pasien baru biasanya (H1W5:300513).
AT dan MR mengungkapkan bahwa secara pribadi tidak pernah
mempermasalahkan interaksi langsung yang dilakukan pasien kepada masyarakat
karena mereka merasa sudah terbiasa dengan keberadaan pasien-pasien GPSY,
sosok “orang gila” yang agresif dan membahayakan sudah tidak lagi melekat pada
diri pasien GPSY. Pada saat pertama berinteraksi dengan “skizofrenia” warga
mengalami ketakutan namun sekarang warga mengaku tidak pernah merasa takut
apabila berinteraksi langsung dengan pasien GPSY karena perilaku pasien GPSY
yang stabil dan tidak memperlihatkan perilaku yang menganggu apalagi
mencelakai.
Enggak lah mbak kalau takut, udah biasa pada jalan-jalan lewat
sini kok ,ada yang ngawasi juga. Hehehe (I1-W1:090513). awalnya
saya takut mbak waktu awal-awal apalagi orang gila sebanyak itu
sliweran disekitar sini, nanti kalau menyerang gimana tapi ya
sekarang udah biasa tau ya mbak dan mereka baik kondisinya jadi
ya udah biasa lah mba, ya apa mau dikata siapa sih orangnya yang
mau gila, kasian juga kalau dikurung terus asal, tidak menyerang
aja itu sebenarnya nggak papa. Kalau mereka baik kita juga baik
mbak (I1-W4:090513).
Ora wedi to mba la wong wis biasa srawung trus yo kulino wirawiri mrene (H1-W6:300513). Neg aku ra tau masalah kok mba,
170
wong pasien e yo ora ganas koyo neg wong edan ning dalanan
kae, neng kene resik-resik klambine (H1-W8:300513).
Tidak takut mbak, soalnya sudah biasa bergaul dan biasa kesini
(H1-W6:300513). Kalau saya tidak masalah mbak, soalnya pasien
tidak ganas seperti orang gila dijalanan, disini bajunya bersihbersih (H1-W8:300513).
Lebih lanjut, secara umum masyarakat sekitar GPSY tidak ada yang
merasa keberatan dan mempermasalahkna kegiatan-kegiatan di GPSY yang
mengajarkan pasien untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Pengenalan
lingkungan yang menjadi salah satu kegiatan dalam terapi sosial membuat
masyarakat lebih mengenal “skizofrenia” secara lebih dekat dan tidak melabeli
skizofrenia sebagai sosok “mengganggu” yang harus dihindari atau dijauhi. Hal
ini dibuktikan dari terjalinnya interaksi yang baik antara pasien GPSY dengan
masyarakat sekitar, masyarakat bisa menerima kehadiran “skizofrenia” di tengahtengah mereka.
Hubungan antara pasien GPSY dengan masyarakat sekitar dijelaskan oleh
AT sebagai berikut:
saya nggak pernah dengar secara langsung ya ada yang ngrasani
atau keberatan, warga disini ya biasa aja mbak soalnya mereka itu
udah terbiasa lewat ya lewat aja tidak mengganggu warga jadi ya
tidak ada yang mempermasalahkan. Mereka itu juga ramah sama
warga jadi kok ya kayaknya kebangetan kalau ada yang
mempersalahkan, lagian ini kan jalan umum siapa saja boleh lewat
(I1-W6:090513). Yang saya tau nggak ada ya mbak ya istilahnya
kaya membenci mereka, warga disini tanggapannya baik-baik saja
buktinya kalau mereka lewat juga saling menyapa, kalau warga
tidak suka kan didiemin aja pas mereka lewat, bisa diliat dan
dibedain to mbak dari perilaku warga suka atau nggak sukanya.
Lagian sama-sama manusia ciptaan Tuhan, mereka juga nggak
mengganggu sih nggak kaya orang gila dijalanan jadi ya biasa
mbak sudah terbiasa begitu pasien Siloam keluar-keluar ke
masyarakat, udah nggak gumun mba (I1-W1:090513).
171
Pernyataan AT diperkuat oleh MR, bahwa kegiatan pengenalan
lingkungan tersebut memberikan pengaruh yang positif. Keterlibatan pasien
GPSY dalam kegiatan kemasyarakatan membuat masyarakat menjadi terbiasa
dengan kehadiran “skizofrenia” dan tidak lagi selalu berpandangan negatif
terhadap “skizofrenia”.
Sakngertiku warga yo wis ngerti kok mbak, yo neg metu-metu kui
kan malah apik iso kenal warga dadi ben do ngerti wong edan kie
ora kabeh medeni, la sok ono sing melu kenduri barang opo
syukuran kan kono perwakilan diundang ngko petugas e ngajak
pasien (H1-W11:300513).
Sepengetahuan saya warga sudah tahu kok mbak, ya kalau keluarkeluar seperti itu kan malah bagus jadi warga tahu kalau orang gila
tidak semuannya menakutkan, la terkadang ada yang ikut kenduri
atau syukuran kan dari sana perwakilan diundang nanti ada pasien
yang ikut (H1-W11:300513).
4.4.2.4.4 Effek Psikologis Home Care
a. Membangun Kebermaknaan Hidup Skizofrenia
Home care merupakan pola interaksi kekeluargaan yang dikembangkan di
GPSY antara pasein dengan mentor dan mentor dengan mentor. Home care
merupakan salah satu bagian dari Terapi Holistik, tujuannya adalah membuat
pasien merasa diterima di GPSY seperti berada di sebuah keluarga besar yang
saling menyayangi dan peduli di antara semua penghuninya. Keterikatan
emosional diantara mentor denga pasien maupun pasien dengan pasien
merupakan hal penting yang ditekankan pada pola interaksi Home Care.
Home care membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan
sehingga pasien merasa bukan sebagai orang yang terbuang, dijauhi atau
disisihkan oleh orang laien karena penyakitnya. Home Care mengajarkan dan
172
memberikan pemahaman kepada pasien bahwa skizofrenia bukanlah penyakit
memalukan dan menular yang harus dihindari, skizofrenia hanya perlu diobati
supaya tidak kambuh sama seperti penyakit-penyakit kronis lainya sehingga
pasien tidak merasa malu dengan kondisinya. Pemahaman ini terus dipupuk dan
dibangun di dalam Home Care supaya pasien tidak merasa terkucilkan ataupun
tersingkarkan dari lingkungan karena penyakitnya tersebut sehingga pasien
memiliki penerimaan diri yang menyebabkan terbentuknya kebermaknaan hidup
bahwa ternyata masih banyak yang menyayangi dan mempedulikannya di dalam
GPSY:
Kami kasih pemahaman bahwa skizofrenia itu bukan penyakit
yang memalukan, skizofrenia itu sama kerennya dengan penyakit
jantung, sama dengan penyakit kangker otak, penyakit paru-paru
itu semua sama kerennya. Skizofren itu tidak berteman sama HIV
Aids yang harus dihindari karena menular, nggak kita nggak sama
dengan HIV kita sama dengan kangker otak kok, kita nggak
memalukan, kita nggak dijauhin kok, kita hanya perlu dirawat
supaya sembuh. Jadi mereka tidak malu kalau mereka Skizofren,
mereka bisa menerima penyakit mereka, karena skizofren ini
seringkali dideskriminasikan oleh masyarakat, kita harus hapus
pandangan tentang itu yang sudah tertanam dalam otak , hati dan
pikiran mereka kak. Kenapa mesti malu, semua orang punya
kelemahan kok dan saya juga sedang berusaha untuk sembuh (A2W16:080613).
Hubungan kekeluargaan di dalam panti secara langsung memberikan
pengaruh positif terhadap pemulihan pasien. Keterikatan emosional yang
terbangun membuat terjalinya rasa saling memiliki dan saling menguatkan satu
sama lain, sehingga memberikan motivasi tersendiri dalam diri pasien bahwa
mereka memiliki teman-teman yang akan selalu membantu mereka dan pasien
tidak merasa sendiri dalam menghadapi penyakitnya tersebut. Home care
menghapuskan jarak antara mentor dan pasien sehingga mentor memiliki
173
dedekatan dengan pasien dalam segala hal, ini lah yang membuat mentor dengan
mudah dapat mengendalikan pasien.
Penerimaan dan perlakuan yang ditunjukan mentor kepada pasien juga
diajarkan kepada sesama pasien bahwa semua orang yang berada di GPSY harus
saling menyayangi dan memiliki rasa memiliki diantara sesamanya seperti
keluarga sendiri sehingga mereka tidak merasakan sepeti bahwa mereka sedang
dirawat di sebuah panti rehabilitasi mental . Hal ini membuat pasien merasakan
adanya kebermaknaan hidup, penerimaan yang baik dan kasih sayang yang
diperoleh di GPSY menjadikan pasien pribadi yang berharga karena meskipun
menderita skizofrenia tetapi masih banyak orang yang mempedulikannya.
Pernyataan mengenai manfaat home care diungkapkan oleh NN sebagai
berikut:
home care rumah yang peduli jadi mereka merasa diterima,
disayang sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa hidupnya
bermakna, seperti dirumah kita perlakukan mereka seperti
keluarga. . . ada kepedulian antara satu dengan yang lain, bukan
hanya mentor dengan pasien tetapi pasien dengan mentor. Semua
pasien diperlakukan seperti keluarga sendiri jadi mereka merasa
berarti tidak merasa terbuang (A1-W26:080513). ya mereka baik
karena diperlakukan dengan baik kak, seperti apa mereka itu kan
tergantung dari seperti apa kita bersikap memerlakukan mereka
(A1-W27:080513). Seperti kemaren itu siang-siang saya dengan
kak ance mengantar Priskila (pasien) beli es crem di toko dekat
rumah sakit itu loh kak, padahal waktu itu siang panas-panas kami
jalan kaki padahal jaraknya kan lumayan jauh itu to kak. Disana
kami suruh dia makan es crem, belanja jajan yang dia mau
kemudian kami pulang. Ya hanya begitu saja tetapi itu sudah luar
biasa membuat mereka senang. Hahahaha (A1-W20:080513).
Lebih lanjut, AA mengungkapkan bahwa kedekatan emosional yang
terbangun dari pola interaksi home care memberikan kenyamanan tersendiri
dalam diri pasien, kenyamanan tersebut disebabkan karena pasien merasa dihargai
174
dan sikap saling memotivasi diatara sesama pasien. Secara tidak langsung
kedekatan emosional ini merubah cara berfikir pasien sehingga membuat pasien
bisa mengontrol diri untuk tidak “error”:
Ya mereka menjadi berharga, bahwa saya ini buka orang terbuang
masih ada orang yang sayang sama saya. Jadi di Siloam itu seperti
rumah mereka, mereka menemukan kenyamanan, merasa dihargai,
menjadi memiliki motivasi sembuh yang tinggi, terdapat
perubahan cara berfikir sehingga mereka bisa mengontrol diri dan
emosi untuk tidak marah-marah ketika eror (B1-W13:290513).
Pemaparan mengenai kondisi GPSY juga diungkapkan oleh KM, bahwa
dia merasakan kenyaman berada di GPSY yang dikarenakan adanya hubungan
yang saling menguatkan dan mendukung di antara pasien dan mentor seperti
sebuah keluarga sehingga KM merasa bahwa dia mendapatkan semangat hidup
baru dan tidak merasakan seperti sedang dirawat di sebuah panti rehabilitasi
mental:
. . jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok, harus
taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama saya,
nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu
saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. . . (D1-W20:070513).
mentornya baik mba, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang
mbak (D1-W31:070513). nyaman, saling menguatkan mba kalau
disini, saling mendukung buat sembuh (D1-W37:070513).Semua
kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah semangat
hidup, merasa seperti keluarga sendiri, saling menyayangi (D1W36:070513).Betah mba, kaya rumah sendiri, semua sodara jadi
kaya lagi nggak di panti penyembuhan sakit jiwa (D2W20:190613).
Hal serupa juga diungkapkan oleh AD, mantan pasien GPSY ini
menyatakan bahwa meskipun dia sudah tidak dirawat di GPSY namun baginya
GPSY tetap menjadi seperti rumah keduanya. Kedekatan emosional antara AD
dan mentor juga teman-temanya semasa dirawat di GPSY membuat AD seringkali
175
merindukan saat-saat berada di GPSY. AD mengungkapkan bahwa kedekatan
dengan mentor menjadi salah satu alasan yang menjadikan GPSY tempat yang
nyaman baginya, walaupun AD adalah sosok pribadi yang tertutup tetapi dia
mengaku bahwa apabila sedang bersama dengan mentor dia merasa mampu
menceritakan berbagai hal termasuk hal yang dianggap sebagai suatu rahasia
sekalipun.
Suasana Home Care yang diterapkan di GPSY membuat pasien merasakan
tidak seperti berada di panti perawatan jiwa, hubungan kekeluargaan yang terjalin
antara mentor dan pasien maupun pasien dengan pasien menjadikan GPSY seperti
sebuah rumah dimana semua orang bisa mendapatkan kasih sayang dan
kepedulian dari banyak orang:
Siloam bagiku itu rumah kedua mba, dapet teman-teman yang luar
biasa, kakak-kakak mentor yang selalu menguatkan aku punya
keluarga yang baik. Masih rindu suasana si Siloam, trus kadang
kangen pas di Siloam pas lagi terapi kumpul sama temen-temen
ngono mba, kangen gitaran pas sore-sore sama kakak mentor,
kangen pas beribadah (F1-W20:160413). Jujur ya mbak saya itu
dulu lebih nyaman disini, apalagi kalau cerita-cerita sama kak
ngisty saya bisa cerita apa aja (F1-W16:160413). ya panjang lebar
dan tinggi…hahahah. Segala sesuatu saya ceritakan mbak, rahasia
pokonya.hahaha (F1-W17:160413).Ya kapan aja saya pengen,
sekarang aja kalau saya kangen ya kesini (F1-W20:160413). Saya
malah seneng disini udah kaya rumah sendiri, soalnya banyak
temennya trus mentor nya juga sayang. Enak pokonya mbak (F1W20:160413). kalau dirumah sakit kan kaya orang sakit kalau
disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha (F1W20:160413).
b. Terjalinya hubungan kepercayaan sebagai cara penanganan skizofrenia
Salah satu bagian dari Home Care adalah adanya mentor bagi masingmasing pasien yang menjadi “orang tua” pasien. Mentor bertanggung jawab
176
penuh terhadap semua kebutuhan dan keadaan pasien selama di GPSY.
Kedekatan emosional antara mentor dan pasien adalah sangat penting untuk
dibangun, dengan adanya kedekatan emosional antara mentor dengan pasien hal
ini akan menumbuhkan rasa kepercayaan pasien kepada mentor.
Kepercayaan kepada mentor adalah kunci utama dalam mengetahui
permasalahan pasien, ketika pasien memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada
mentor maka pasien akan menceritakan semua hal kepada mentor tanpa ada yang
ditutup-tutupi dan keterbukaan pasien inilah yang sangat memegang peranan
penting
dalam
proses
penanganan
skizofrenia.
Keterbukaan
mengenai
permasalahan yang dialami baik kondisi fisik maupun psikologis yang dirasakan
pasien sangat membantu mentor dalam menangani dan membantu pemulihan
pasien.
Penjelasan mengenai aspek kepercayaan dalam Home Care diungkapkan
NN sebagai berikut:
Jadi dia belajar percaya sama saya dan saya belajar memahami dia
itu anak yang seperti apa dan bagaimana cara mengontrol dia.
Figur seperti apa yang dibutuhkan dia, saya masuk jadi figure
kawan, oh ga cocok, saya masuk jadi figure ibu oh ternyata figure
ibu ga cocok juga, saya coba masuk jadi figure kakak perempuan,
dan oh ini baru cocok. Jadi KM ini butuh figure kakak perempuan,
kita masuk disitu. Dengan begitu kita akan mudah mengendalikan
dia karena dia percaya dengan kita. Kita buat pasien sepenuhnya
mempercayai kita maka akan dengan mudah kita mengendalikan
mereka kak. Selain itu kita juga harus meyakinkan mereka bahwa
kita ini percaya sepenuhnya sama mereka, apapun yang mereka
katakan kita percaya jadi ketika ada apa-apa tentang diri mereka,
maka mereka akan ceritakan semua karena kita percaya mereka.
Jadi kita dapat mengetahui apa yang terjadi dengan dia tanpa ada
yang dia tutup-tutupi kak, ini kan memudahkan proses
penyembuhan juga to (A2-W11:080613). Apalagi mereka para
skizofren ini, mereka butuh sosok yang mereka percaya untuk bisa
menolong mereka, yang peduli dengan mereka (A2-W11:080613).
177
Lebih lanjut NN menjelaskan bahwa pendekatan yang baik dengan pasien
akan membuat mentor dengan mudah mengambil hati pasien sehingga pasien
akan mudah dikendalikan dan diubah perilakunya karena apabila pasien sudah
memiliki keterikatan emosional dengan mentor apapun yang menjadi peritah
mentor akan dituruti tanpa banyak melawan baik secara fisik maupun pikiran,
sehingga sangat memudahkan mentor untuk dapat menangani pasien.
Ambil dulu hatinya Bagaimana kita harus pandai-pandai
melakukan pendekatan kepada pasien, tiap pasien itu kan berbedabeda kak jadi pendekatan yang dilakukan juga berbeda kita harus
tau seperti apa anak mentor kita tersebut dan dengan cara cara
seperti apa kita mendekatinya. Setelah kita dapat hatinya, mereka
percaya terhadap mentor maka mentor akan dengan mudah
mengendalikan pasien, mengubah pola pikir pasien, apapun yang
mentor katakan ketika pasien sudah dekat dan terikat secra
emosional dengan pasien maka semua kata kita akan dituruti. Jadi
mereka harus mengangap bahwa kita sayang sama mereka dan apa
yang kita lakukan baik untuk mereka. Walaupun saya keras, saya
marah tetapi mereka tau bahwa marahnya saya itu untuk kebaikan
mereka. Jadi mereka tidak mempunyai kebencian atau dendam
kepada kita, pemahaman seperti itu yang harus kita bangun kak.
Memang pertama susah kak, tapi kalau sudah bisa mendapatkan
hatinya semua akan mudah (A3-W16:170613).
Pernyataan NN diperkuat dan diperjelas lebih dalam oleh AA,
kepercayaan yang dibina bukan hanya kepercayaan pasien terhadap mentor tetapi
juga mentor terhadap pasien. Kepercayaan yang diberikan mentor kepada pasien
membuat pasien memiliki tanggung jawab dan merasa dihargai. Prinsip Home
Care sebenarnya mengacu pada anggapan bahwa perilaku apa yang akan
diperlihatkan pasien adalah tergantung bagaimana mereka di didik dan di
perlakukan, ketika pasien di didik dengan kasih maka mereka akan belajar
178
mengasihi namun apabila pasien di didik dengan kebencian maka mereka akan
belajar untuk membenci:
Kita mengajarkan mereka untuk saling mempercayai terutama
antara mentor dengan pasien seperti contoh mentor memberikan
kepercayaan untuk pasien pergi berbelanja, mengatur uang, kirakira mereka bisa dipercaya tidak untuk mengatur uang, bisa
dipercaya tidak untuk pergi keluar jajan dan tidak kabur. Lalu
bagaimana kita juga bisa membuat mereka untuk percaya kepada
mentor sehingga bisa menceritakan semua permasalahan yang
dialaminya, yang tidak pernah mereka ceritakan kepada orang lain
tapi mereka mau ceritakan kepada mentor karena ini juga menjadi
bahan untuk proses penyembuhan mereka sehingga mentor
mengetahui apa yang terjadi pada pasien dan bisa dibantu untuk
menyelesaikan. Jadi bagaimana kita bisa membangun kepercayaan
pasien terhadap mentor itu sangat penting untuk dilakukan, supaya
kita bisa mengontrol pasien seperti ketika mereka mengalami
jenuh,bosen kita bisa ajak mereka jalan-jalan, makan bersama. . .
karena ketika seseorang itu dididik dengan kasih maka mereka
akan belajar mengasihi, apabila dididik dengan kebencian dan
kekerasan maka mereka akan belajar untuk membenci (B1W11:290513).
c. Mengurangi beban psikis melalui konseling individu
Konseling individu merupakan jenis terapi yang terdapat di dalam semua
bagian Terapi Holistik, oleh karena itu konseling individu dimasukan ke dalam
Home Care karena tujuan dari konseling individu adalah untuk menggali
permasalahan pasien dan membantu menyelesaikannya. Konseling individu
membutuhkan kedekatan emosional antara mentor dan pasien serta kepercayaan
pasien
terhadap
mentor
sehingga
pasien
mampu
menceritakan
setiap
permasalahnya bahkan permasalahan yang sangat rahasia kepada mentor. Sasaran
utama konseling individu adalah membantu penyembuhan secara psikis dengan
cara meringankan beban pikiran (psikis) pasien melalui pemberian penguatan-
179
penguatan
dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi pasien.
Konseling individu mampu meringankan beban psikis dan memberikan
kelegaan dalam diri seseorang, hal ini diungkapkan oleh AD sebagai berikut:
Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama
konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa
diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau
ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak (F1-W18:160413).
setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada
seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat
masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus
dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah
gitu deh, hehehe (F1-W18:160413). Ya kapan aja saya pengen,
sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak
Alfred kak Ngisty help me please please hahaha (F1W18:160413).
Effek psikologis dari konseling individu berupa perasaan lega dan
berkurangnya beban psikis juga dirasakan oleh KM setelah melakukan konseling
individu dengan mentor:
Kalau habis dikonseling itu lega rasanya mbak, kaya-kaya semua
beban apa itu hilang, kalau kata kak Ngisty beban itu sebaiknya
dibagi biar nggak berat dibawa sendiri, bukan cuma makanan aja
yang dimakan.hehehe. Plong gitu rasanya semua-semuanya hilang
trus jadi tau oh aku itu ternyata harus begini, soalnya kalau pas
dikasih tau rame-rame itu kurang berasa tapi kalau cuma berdua itu
lebih serius trus mengena bisa lebih pribadi bisa dari hati kehati
karena sesama perempuan to mbak aku dengan kak Ngisty, jadi
nggak malu-malu mau cerita. Hehehe (D1-W22:071513).
d. Mengontrol perilaku dan membentuk perilaku pasien dengan sistem
reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
Pengendalian dan pembentukan perilaku pasien supaya tetap stabil
dilakukan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Pasien
180
yang berperilaku “baik” atau tidak “error” akan diberikan hadiah berupa pujian,
jalan-jalan dan hal-hal yang dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan
menurut pasien, sedangkan pasien yang menunjukan perilaku “error” berlebihan
dan tidak bisa mengendalikannya dalam waktu yang cukup lama maka pasien
tersebut akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi hingga jangka waktu tertentu
sampai kondisinya kembali stabil. Kondisi ruang isolasi yang kurang nyaman
serta hilangnya beberapa hak pasien ketika berada di ruang isolasi membuat
pasien sebisa mungkin menghindari hukuman tersebut, yaitu dengan cara selalu
berusaha supaya kondisinya tetap stabil atau tidak mengalami “error” berlebihan.
NN menyatakan bahwa pemberian reward menjadi motivasi bagi pasien
untuk berusaha menjaga kondisinya supaya tetap stabil:
kita juga berikan reward kak untuk setiap positif yang mereka
lakukan walapun itu kecil, misal ketika pasien bilang kak hari ini
saya mau eror tapi saya bisa melawanya, wah bagus itu kamu
memang anak hebat. Pujian-pujian kecil seperti itu membuat
senang, sehingga mereka akan berusaha melakukan hal-hal positif
agar kami berikan pujian, itu kebanggaan tersendiri dalam diri
mereka kak. Atau ketika mereka tidak eror selama selama
seminggu kami janji akan ajak jalan-jalan, mereka berusaha untuk
tidak eror kak, dan ketika mereka berhasil kita benar tepati janji
untuk ajak jalan-jalan. Lama-lama mereka terbiasa untuk tidak eror
walaupun tidak dijanjikan apa-apa. Heheheh (A2-W13:080613).
Penggunaan ruang isolasi sebagai salah satu bentuk hukuman terhadap
pasien yang error diungkapkan sebagai berikut oleh NN:
Penggunaan ruang isolasi yang gunanya untuk memantau perilaku
pasien atau disebut ruang emergency, pasien yang error nanti
dimasukan ke ruang isolasi sampai ia bisa kembali berperilaku
baik. Ini juga sebagai bentuk hukuman kak, karena tidak mau
dimasukan ruang isolasi jadi mereka bekerja keras menjaga diri
supaya tidak error. Bermanfaat juga lah ini supaya untuk mereka
tidak seenaknya sendiri , jadi harus mematuhi perintah mentor
supaya tidak error lagi. Hahaha (A1-W10:080513). Ya tergantung
181
kondisi, sampai pasien stabil. Ruang isolasi itu kondisinya seperti
kamar biasa, ada tempat tidurnya cuma pasien dikunci sehingga
tidak bisa keluar-keluar, tidak bisa bermain-main, dan kondisi
pasien selama di ruang isolasi itu dipantau bagian medis Siloam,
yaitu eyang Sariman dan juga mentor pendamping pasien (A1W11:080513).
Pengendalian dan pengotrolan perilaku pasien juga dilakukan dengan
melibatkan seluruh pasien GPSY yang bertujuan untuk saling mengingatkan dan
memantau temanya apabila temannya (pasien) melakukan perilaku “error” yaitu
dengan menunjukan gejala-gejala khas skizofrenia seperti mengamuk, tertawa
sendiri, dan gerakan-gerakan motorik “aneh” .
Mentor menuliskan perilaku “error” pasien tersebut dalam selembar
kertas dan pasien yang berperilaku “error” tersebut diminta untuk berjanji tidak
akan mengulanginya lagi, kemudian seluruh pasien GPSY diminta untuk
menandatangani kertas tersebut. Seluruh pasien menjadi saksi terhadap janji yang
dibuat pasien tersebut dan sekaligus bertanggung jawab untuk mengingatkan
pasien tersebut apabila dia berperilaku “error” lagi. Mentor menjelaskan bahwa
hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kasih sayang serta kepedulian mentor dan
teman-teman terhadap pasien “error” tersebut, karena apabila perilaku tersebut
terus dibiarkan maka akan bertambah parah (catatan lapangan no.4 ).
4.4.2.4.4
Effek Psikologis Home Visit dan Konseling Keluarga
a. Keluarga memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai skizofrenia
Terapi Holistik melalui Home Visit dan Konseling Keluarga memberikan
informasi kepada keluarga mengenai skizofrenia sehingga keluarga mampu
memiliki pemahaman yang baik tentang skizofrenia terkait peran keluarga dan
182
cara penanganan skizofrenia pasca perawatan. GPSY menjadi sumber informasi
bagi keluarga ketika keluarga membutuhkan informasi mengenai skizofrenia atau
ketika keluarga mengalami kendala dalam menangani pasien di rumah sehingga
keluarga mengetahui sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi permasalahan terkait dengan skizofrenia:
kita berikan pengarahan-pengarahan, pemahaman-pemahaman
mengenai keadaan pasien dan pengetahuan tentang skizofren
karena tidak semua keluarga pasien memahami skizofren loh kak,
lalu bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien. Kita
terima keluhan-keluhan dari keluarga untuk kita kemudian
tanggapi dan bantu atasi. Jadi keluarga mempunyai tempat buat
sharing tentang pasien jadi ketika keluarga tidak mengatahui
bagaimana harus memperlakukan pasien maka kami akan ajari
(A1-W7:080513).
Keluarga pasien merasakan adanya banyak manfaat dengan adanya
konseling keluarga yang GPSY lakukan kepada pihak keluarga. Keluarga
memperoleh banyak hal dan pengetahuan mengenai skizofrenia,
keluarga akan lebih memahami
tentang
sehingga
skizofrenia. Pemahaman keluarga
mengenai skizofrenia membuat keluarga mengetahui bagaimana keluarga harus
bersikap dalam menangani skizofrenia. Pengetahuan tentang skizofrenia yang
diperoleh keluarga akan menimbulkan terjadinya perubahan perilaku pada polapola interaksi dalam keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku maladaptive
yang berpotensi menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya perubahan
pola pikir dalam hal memandang serta memahami skizofrenia.
Pernyataan mengenai manfaat konseling keluarga diungkapkan oleh DY
yang merupakan ibu dari pasien GPSY sebagai berikut:
183
Ada mbak, sangat bermanfaat karena keluarga ini kan bukan dari
kalangan orang berpendidikan jadi ya tidak mempunyai
pengetahuan-pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya
kunjungan jadi tau (E1-W12:300613).Ya jadi sabar aja lah mbak,
menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya
memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau
seperti dia mba. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia
ajalah. (E1-W14:300613).
Lebih lanjut, SY yang merupakan keluarga mantan pasien (AD) juga
mengungkapkan bahwa konseling keluarga yang diberikan oleh GPSY banyak
memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan skizofrenia sehingga
keluarga memperoleh pengetahuan tantang skizofrenia dan peran keluarga dalam
menangani skizofrenia:
Ya memberi pengarahan-pengarahan, nasihat-nasihat. Apalagi kan
pas AD kambuh lagi itu keluarga bener-bener kaya dikasih kuliah
mba.hehehe. Dikasih banyak banget nasihat-nasihat (G1W21:290613). Keluarga jadi tau to mbak tentang skizofren,
dulunya kan nggak tau. Terus kalau ada apa-apa kita bisa setiap
saat menghubungi Siloam, saya telp atau pak Alfred yang telp,
sampai sekarang masih contek-contekan mbak. Jadi kalau ada apaapa yang keluarga belum tau itu langsung saya tanyakan, pokoknya
keluarga juga punya tanggung jawab buat menjaga mbak supaya
AD tidak kambuh. Jadi ada tempat yang bisa dijadikan sumber
informasi, ya bisa kami tanya-tanyai tentang AD (G1W26:290613).
b. Perubahan Sikap dan Cara Pandang Keluarga terhadap Skizofrenia
Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY membuat keluarga
memahami pentingnya peran keluarga dalam memberikan dukungan dan
perawatan kepada pasien sehingga pemahaman yang baik mengenai skizofrenia
membuat keluarga memiliki kesadaran akan pentingnya peran kelurga dalam
proses pemulihan pasien yaitu mencegah terjadinya kekambuhan kembali pada
pasien pasca perawatan. Pemahaman yang baik tentang skizofrenia yang
184
diperoleh dari proses konseling keluarga membuat keluarga mengetahui perannya
dalam membantu memulihkan skizofrenia dan mencegah terjadinya kekambuhan
kembali, sehingga terjadi perubahan perilaku pada pola-pola interaksi dalam
keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku maladaptive yang berpotensi
menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya perubahan pola pikir dalam
hal memandang serta memahami skizofrenia.
Keluarga memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan
perawatan skizofrenia pasca perawatan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat yang berfungsi sebagai media sosialisasi utama dan terutama bagi
pasien. Keluarga merupakan penerus perawatan pasien yang berkewajiban
menjaga kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali.
Pentingnya peran keluarga terhadap pemulihan pasien pasca perawatan dan dalam
mencegah munculnya kekambuhan kembali diungkapkan oleh NN sebagai
berikut:
Prediksi kekambuhannya bisa dilihat dari dukungan keluarga dan
ketaatan minum obat. Jadi kalau keluarga sudah mulai bertingkah
seperti tidak manaati perintah kita saat konseling keluarga ya ini
sudah mulai waspada kambuh lagi, apalagi kalau kelurga sudah
tidak taat memantau pasien minum obat, sudah mulai ngeyel nanti
anak saya tergantungan obat dan macem-macem alasan, selain itu
tidak memberikan kasih sayang, tidak perhatian ya ini yang
menyebabkan pasien berpotensi kambuh (A1-W23:080513). iya
lah kak, kalau keluarga baik dalam artinya ngopeni dia sungguhsungguh kemungkinan kambuh nya juga sedikit (A1W24:080513).
Pernyataan senada mengenai peran penting keluarga dalam mencegah
terjadinya kekambuhan kembali pada pasien pasca perawatan juga diungkapkan
AA sebagai berikut:
185
. . . keluarga sudah memiliki ketrampilan untuk menjaga mereka,
bagaimana perlakuan keluarga, cara berkomunikasi yang baik
semuanya sudah dipersiapkan, lalu kita juga sudah ajarkan mereka
untuk bisa mengontrol diri, mengendalikan emosinya, cara
mengenali tanda-tanda bilamana akan kambuh jadi bisa segera
mengatasinya. Jadi kemungkinan kambuh sedikit kecuali ada hal
atau stressor berat yang menimpanya (B1-W16:290513).
Perubahan sikap keluarga sebagai hasil dari konseling keluarga
diungkapkan oleh SY, bahwa keluarga harus lebih pengertian dan sabar dalam
menghadapi KM serta mampu memperhatikan dan memberikan kasih sayang
kepada KM terutama dalam hal membimbing dan mengarahkan masa depan KM.
Ya jadi sabar aja lah mba, menerima keadaanya dia ya istilahnya
sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa
disalahkan sapa juga yang mau seperti dia mba. Keluarga lebih
pengertian dan memperhatikan dia ajalah (E1-W14:300613). Ya
kalau KM sudah pulang, dijaga dirawat sebisa mungkin mbak
sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan (E1-W15:300613). Pengertian ya sabar
menerima kondisi KM, jangan terlalu memakasakan keinginankeinginan keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi
dan memperhatikan sama itu mba mengawasi apa ya maksudnya
membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus
juga sehari-harinya itulah (E1-W16:300613).
Perihal perubahan sikap DY setelah diberi konseling keluarga juga
diungkapkan oleh KM bahwa keluarga menjadi lebih memperhatikanya yaitu
dengan sering menjenguknya di GPSY.
Sering mbak, kalau lama nggak jenguk nanti ditelponin sama kak
Ngisty. Ya apalah lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih
sabar. hehehehe (D1-W38:070513).
Hal serupa mengenai manfaat dari home visit dan konseling keluarga yang
diberikan pihak GPSY juga diungkapkan oleh SY ibu dari AD yang merupakan
mantan pasien GPSY. Konseling keluarga tidak hanya semata-mata mengubah
perilaku salah satu anggota keluarga tetapi juga mengubah pola interaksi di dalam
186
keluarga karena seluruh keluarga memiliki peran untuk saling melengkapi dan
menguatkan satu sama lain. Perubahan pola interaksi di dalam keluarga yaitu
harus bisa menjaga kondisi atau menciptakan suasana keluarga yang adem ayem
tanpa terjadi pertengkaran apalagi pertengkaran di depan AD sebab AD tidak
menyukai suasana rumah yang penuh perselisihan dan apabila hal ini terjadi maka
akan menjadi stressor yang dapat menjadi faktor pencetus kekambuhan AD.
Keluarga lebih mampu memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan
segala keterbatasannya sehingga keluarga mengetahui cara memperlakukan AD
yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab terlalu banyak
kepada AD:
ya intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap, menangani AD,
istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan skizofrenia yang
harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus mengerti
Skizofrenia. Keluarga harus tau benar apa yang dimaui AD, neg
iso ojo gawe kagol mbak, misalnya AD lagi mau tidur ya wis
biarkan jangan terus dioprak-oprak biarkan dia tidur semau dia, sak
tangine. Tidak bisa terus diperlakukan kaya orang yang normal
seutuhnya, wayah e tangi kudi tangi (G1-W22:290613).Ya banyak
mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi orang yang
sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi AD garagarane AD itu kan orangnya memang susah dinasehati seringe
ngeyel, la terus dikasih tau sama Bu Ether jangan terlalu sering lah
memarahi AD nanti malah AD kumat lagi, karena AD ini kan sakit
jadi jangan terlalu banyak mengharap, istilahnya menuntut banyak
AD buat ini itu. Bapaknya kan guru SLB to mbak, dadi neg
ngandani kie dibolan baleni la AD nggak suka membatah lah dia,
bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih tau itu bapaknya jadi
kalau mau marah itu ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih
perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau
gitu.hehehe (G1-W23:290613). AD ini kan nggak suka to mbak
kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak
jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada
pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD pergi atau pas AD
tidur.hahah, sampai kaya gitu mba (G1-W25:290613).
187
Pernyataan SY mengenai perubahan sikap keluarga sebagai hasil dari
konseling keluarga juga dirasakan sama oleh AD. AD menyatakan terdapat
perubahan sikap pada ayahnya dan juga pada keluarga secara keseluruhan.
Perubahan perilaku tersebut terlihat dari perubahan sikap orang tua dalam
menghadapi pasien. Sikap keras dan tegas ayah AD dalam mendidik AD sudah
berangsur-angsur mengalami perubahan, ayah AD menjadi bersikap lebih “lunak”
terhadap AD serta berkurangnya frekuensi pertengkaran yang terjadi di dalam
keluarga setelah mendapatkan konseling keluarga berupa nasihat-nasihat dan
pengarahan-pengarahan dari pihak GPSY:
ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak
nya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada
bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak
berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau
kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan
kehendak (F2-W14:290613)
c. Merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan
Home Visit dan Konseling Keluarga yang dilakukan pihak GPSY tidak
hanya sebatas memberikan pengarahan-pengarahan secara lisan kepada keluarga
tetapi juga merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca
perawatan. Perencanan dan persiapan masa depan bertujuan membantu pasien
supaya dapat mengembangkan diri dan mampu berfungsi secara optimal pasca
menjalani perawatan di GPSY sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya
secara lebih efektif di dalam masyarakat:
188
AA menyatakan bahwa kelanjutan kehidupan pasien pasca perawatan
perlu dipersiapkan supaya pasien mempunyai kesibukan dan kegiatan tetap
sehingga pasien mempunyai tujuan hidup setelah kembali kekeluarga dan
masyarakat.
Kemudian setelah itu kami dengan pihak keluarga mulai
merancang tentang bagaimana kegiatan dan rencana pasien setelah
keluar dari GPSY, jadi sepulang dari sini pasien mempunyai
kesibukan sehingga atau kegiatan tetap sehingga hidupnya itu
punya tujuan kak (A2-W10:080613).
Perencanaan dan persiapan masa depan AD dilakukan secara langsung
oleh mentor dan keluarga AD. Penanganan terhadap permasalahan AD yang
berkaitan dengan pendidikan diselesaikan bersama-bersama berdasarkan hasil
kesepakatan keluarga dengan pihak GPSY. Mentor turun langsung kelapangan
dalam mempersiapkan dan menyelesaikan masalah pendidikan AD.
Hal tersebut diungkapkan oleh AA sebagai berikut:
Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan
dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder
dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit kan
tidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga
dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu
mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga
untuk bagaimana supaya AD bisa pulih (B2-W8:290513).
Lebih lanjut, SY menjelaskan bahwa mentor GPSY bukan hanya
menyarankan dan mengarahkan perihal permasalahan sekolah AD tetapi juga
membantu mencarikan sekolah yang tepat untuk AD . Pihak GPSY yaitu mentor
AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan
pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai
dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan.
189
Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C,
mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred
itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD,
pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan
mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh
penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus
pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya
sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar
lagi selesai to mba ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya
diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang
juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya
orang tua tinggal mendukung saja. . . (G1-W24:290613).
Pernyataan SY terkait perencanaan dan persiapan masa depan AD
diperkuat oleh AD sebagai berikut:
Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar
dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku
kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan
sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah
(F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil
jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi
dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau
kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613).
dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya
sama public relation, . . . (F2:W17:290613).
SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani
pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan:
. . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi
selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang
puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1-W24:290613).
4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit
Analisis perjalan penyakit adalah riwayat kemunculan dan perkembangan
penyakit yang dinalisis berdasarkan faktor penyebabnya untuk selanjutnya dibuat
diagnosa mengenai penyakit tersebut dan prediksi kesembuhannya berdasarkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan penyakit tersebut.
190
4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM
Anamnesa
(a) Alloanamnesis
Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain
yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab
kemunculannya.
Data yang diperoleh dari ibu pasien dan mentor GPSY, KM mengalami
skizofrenia dengan menunjukan gejala positif skizofrenia seperti halusinasi,
berteriak-teriak, marah-marah, melakukan tindakan yang menyakiti dirinya,
memaki-maki orang sedangkan gejala negatif skizofrenia yaitu KM mengalami
memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap suatu hal yang menyebabkan KM
cenderung menarik diri dari lingkungannya dengan hanya mengurung diri di
dalam rumah. Keluarga mengatakan bahwa KM mengalami skizofrenia karena di
guna-guna oleh mantan kekasihnya, pernyataan lain diungkapkan oleh mentor
GPSY yang menyanggah pernyataan kelurga perihal penyebab skizofrenia pada
KM. Mentor memaparkan bahwa sejumlah permasalahan pribadi yang menekan
dan terakhir adalah kematian ayahnya yang menyebabkan kekambuhan pada KM.
(b) Autoanamnesis
Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan
yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan
penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien
yaitu KM.
191
KM mengungkapkan bahwa pernah dirawat sebanyak 4 kali yaitu pertama
di RSJ swasta di Yogyakarta, permasalahan yang menjadi pencetus adalah
permasalahan dengan teman kerja dan atasan KM yang bersikap otoriter dan keras
kepada KM. Kedua di Panti Rehabilitasi Mental di Solo, permasalahan yang
menjadi permasalahan adalah KM tidak mempunyai pekerjaaan dan hanya
mengganggur dirumah. Tekanan yang diberikan keluarga kepadanya membuat
KM kembali kambuh. Ketiga di RSJ di Magelang, faktor pemicu yang menjadi
permasalan KM adalah kegagalannya dalam masalah percintaan. Di usiannya
yang ke 31 tahun kekasihnya tiba-tiba menghilang tanpa memberikan penjelasan
apapun padahal diusianya yang mulai beranjak tua KM sudah menginginkan
kehidupan
berumah
tangga.
Keempat
di
RS
swasta
di
Yogyakarta,
permasalahannya adalah KM tidak taat dalam minum obat dan juga sikap
keluarga yang cuek serta tidak memperhatikannya bahkan cenderung menekan
menjadi alasan kekambuhan KM yang ke empat kalinya. Kelima di GPSY,
faktor pencetus yang menjadi stressor kekambuhan KM yang ke 5 disebabkan
kematian ayahnya. Kedekatan KM dengan ayahnya membuat KM mengalami
guncangan kejiwaan yang sangat berat sehingga menyebabkan KM mengalami
kekambuhan dan membuat KM dirawat di GPSY.
KM mengungkapkan bahwa ketika dia sedang dalam keadaan tertekan dan
stress dalam menghadapi permasalahan maka dia akan mengalami halusiansi
pendengaran dan penglihatan. Hal ini membuat KM berusaha menghindari dan
melawannya yang ditunjukan dengan sikap berteriak-teriak dan membentur-
192
benturkan kepalanya ke tembok, sebab ia sudah merasa tidak kuat dalam
mengatasi halusinasinya tersebut.
Genogram (Pohon Keluarga)
Bagan 4.2 Genogram KM
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
KM adalah wanita berusia 41 tahun, ia merupakan anak ke-3 dari 5
bersaudara. Kakak pertama nya laki-laki berusia 43 tahun, sudah menikah dan
tinggal di luar kota. Kakak kedua nya laki-laki berusia 42 tahun, belum menikah
dan tinggal di rumah. Adik keempat dan kelimanya laku-laki, sudah menikah dan
tinggal di luar kota. Ayah KM baru saja meninggal pada bulan Februari 2013.
KM tinggal bersama kakak kedua (RD) dan ibunya di sebuah perumahan di
daerah Yogyakarta. Ibu KM bekerja di pasar dan RD bekerja serabutan,
sedangkan KM menganggur di rumah.
Hipotesis Masalah
(1) Penyebab
193
Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM
sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang
kerja dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai
alasan. Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM
memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya
yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu
KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya.
KM cenderung menutup diri dari pergaulan sosial dan lebih sering
berdiam diri di dalam rumah. Hal ini membuat KM belum memiliki pasangan dan
belum menikah. Di usia yang sudah mulai menua dan tidak memiliki pasangan
serta pekerjaan menjadi beban tersendiri dalam diri KM. KM menjadi merasa
minder dan malu dengan lingkungannya juga keluarganya, ini membuat KM
menarik diri dari lingkungan masyarakat karena takut mendapat cemoohan dari
masyarakat.
(2) Antecedent (pencetus)
Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk kelima kalinya ini adalah kematian ayahnya. KM adalah anak perempuan satusatunya di dalam keluarga tersebut, hal ini membuat ayah KM lebih menyayangi
KM dibandingkan dengan saudara-saudara lainya. Kedekatan KM dengan
ayahnya inilah yang membuat KM tidak siap menerima kematian ayahnya apalagi
di dalam keluarga ayah nya lah yang dirasa paling bisa mengerti dan memahami
KM. Hal ini menjadi stressor yang sangat berat bagi KM sehingga menyebabkan
KM kambuh kembali.
194
Hasil Observasi
(1) Kondisi Pasien (KM)
a. Deskripsi Umum
-
Penampilan
: bersih dan rapi
-
Kesadaran
: baik
-
Sikap
: kooperatif
-
Aktivitas Psikomotor : tidak terlalu banyak bergerak
-
Pembicaraan
: kuantitas dan kualitas baik
b. Fungsi Intelektual (kognitif)
c.
-
Orientasi ( personal, waktu, situasional, tempat ) : baik
-
Ingatan ( jangka pendek, segera, panjang)
-
Proses berfikir
: sistematis, detail dan runtut.
-
Kemampuan problem solving
: baik
: baik
Keadaan Afektif
-
Mood
: normal
-
Emosi
: stabil
-
Afek
: senang
-
Motivasi sembuh : tinggi
-
Tilikan (inshigh) :baik
-
Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual
d. Fungsi Sosial
-
Kemampuan bersosialisasi : baik
-
Keterlibatan dalam kegiatan : aktif
195
-
Harga diri
: rendah
-
Kepercayaan diri
: baik
(2) Kondisi Keluarga
Pada saat peneliti berkunjung ke rumah KM terlihat sikap ibu KM yang
terkesan cuek dan sering bekata dengan nada tinggi kepada KM. Saat mentor
mengevaluasi kondisi KM selama cuti dan memberikan nasihat-nasihat kepada
KM, ibu KM sering mengadukan dan menyalahkan KM atas sikap nya yang
masih malas.
Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan KM dengan ibunya
kurang begitu baik, ibu KM cenderung bersikap keras dan selalu memojokan KM.
Diagnosis Multiaksional
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
Prognosis
: F 20.0 (skizofrenia paranoid )
: tidak ada diagnosis
: tidak ada diagnosis
: kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan
: GAF 50 (gejala berat atau serius, disabilitas berat)
Tabel 4.8
Prognosis KM
NO
KATEGORI
KETERANGAN
PROGNOSIS
1.
Diagnosa
Skizofrenia Paranoid
Buruk
2.
Onset
20 tahun
Buruk
3.
Riwayat penyakit
5 kali kambuh
Buruk
4.
Faktor genetic
Tidak ada
Baik
5.
Stressor
6.
7.
8.
Keluarga
Penyakit organic
Respon
pengobatan
terhadap
Ayah meninggal dunia dan tidak
bekerja
Keluarga menekan dan
tidak perhatian
Tidak ada
Buruk
Tidak patuh minum obat
Buruk
Buruk
Baik
196
9.
Gangguan kepribadian
Tidak ada
Baik
10.
Insight / Tilikan
Ada
Baik
11.
Tingkat sosial ekomi
Kurang mampu
Buruk
12.
Motivasi kerja
Tidak Ada
Buruk
13.
Penampilan
14.
Pekerjaan
Kebersihan
baik
Tidak ada
dan
kerapian
Baik
Buruk
4.4.2.5.2 Analisis Perjalanan Penyakit AD
Anamnesa
(a) Alloanamnesis
Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain
yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab
kemunculannya.
Data yang diperoleh dari ibu AD dan mentor GPSY menyatakan bahwa
kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami gejala
positif skizofrenia berupa halusinasi auditorik, memiliki waham keagamaan,
menunjukan sikap marah-marah, berkotbah sambil berteriak-teriak, telanjangtelanjang dan tidak dapat mengontrol perilakunya sedangkan gejala negatif nya
yaitu bingung, melamun, sedih, murung, menyendiri, dan menarik diri dari
lingkungan. Keluarga memberikan keterangan bahwa penyebab sakit nya AD
adalah bahwa dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kakak perempuannya
hamil diluar nikah dan harus pindah agama untuk menikah karena suaminya beda
agama. Selain itu juga ada faktor lain yang mneyebabkan yaitu didikan ayah nya
yang terlalu keras dan masalah sekolah serta percintaan.
(b) Alloanamnesis
197
Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan
yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan
penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien
yaitu AD.
AD pernah dirawat sebanyak 3 sebelum akhirnya dirawat di GPSY, yaitu
yang pertama di RSJ di Magelang, permasalahan awal yang menjadi faktor
pencetus adalah berasal dari keluarga yaitu berawal dari kekecewaan AD terhadap
kakak perempuanya yang hamil duluan dengan laki-laki beda agama sehingga
akhirnya kakak perempuannya tersebut pindah agama mengikuti agama
suamninya tersebut. Kedua di Rumah Sakit swasta di Yogyakarta, permasalahan
yang menjadi penyebab kekambuhan AD adalah ketidaktaatan AD dalam minum
obat, AD sering melupakan atau sengaja membuang obatnya. Ketiga di RSJ di
Magelang, kali ini permasalahan yang muncul adalah AD mengalami putus cinta,
AD berpacaran seorang wanita namun wanita tersebut justru menjalin hubungan
dengan lelaki lain padahal AD sudah memberikan banyak hal secara materi.
Permasalahan sekolah juga menjadi permasalahan yang menjadi pemicu
kekambuhan AD yang ketiga, tertundanya sekolah AD karena AD menjalani
perawatan membuatnya harus tertinggal dengan teman-temanya ketakutan akan
kegagalan di masa depanya meperkuat munculnya kekambuhan AD. Keempat di
GPSY, permasalahan kegagalan dalam hubungan asmara dan kegagalan studi
masih menjadi permasalahan utama yang semakin diperkuat oleh tekanan serta
tuntutan dari ayahnya sehingga membuat AD mengalami kekambuhan yang ke
empat dan akhirnya dirawat di GPSY.
198
Genogram (Pohon Keluarga)
Bagan 4.3 Genogram AD
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
AD adalah laki-laki berumur 22 tahun, ia merupakan anak ke 2 dari 3
bersaudara. Kakak pertama perempuan berusia 25 tahun dan sudah menikah
sedangkan adiknya perempuan berusia 17 tahun sedang duduk di bangku sekolah
SMA. Ayah AD bekerja sebagai kepala sekolah di SLB Negri di Wonosari
sedangkan ibu AD bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil.
Hipotesis Masalah
(1) Penyebab
AD tinggal bersama kakak perempuan, kakak ipar, keponakan, adek dan
kedua orang tua. Secara ekonomi kondisi keluarga AD sangat berkecukupan
bahkan lebih. Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan
199
berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga
ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Cara didik dan
tuntutan yang terlalu besar dari ayah sedangkan kemampuan AD yang terbatas
membuat AD tidak mampu memenuhinya sehingga hal ini menjadi stressor
tersendiri dalam diri AD.
Hubungan AD dengan ayahnya tidak terjalin dengan baik, sifat ayah AD
yang keras dalam mendidik dan terlalu memaksakan kehendak kepada anaknya
membuat AD sering bertengkar dengan ayahnya. AD mengaku paling dekat
dengan ibu dan adik perempuannya. Kondisi keluarga yang sering terjadi
pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah, pertengkaran yang
seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga sebenarnya hanyalah
disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan karena sifat
temperamen dari masing-masing anggota keluarga.
(2) Antecedent (pencetus)
Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk
keempat kalinya ini adalah berkaitan dengan kegagalan cinta dan kegagalan
sekolahnya. AD merasa bahwa dia sudah gagal dalam studinya sehingga
menyebabkan dia mengalami ketakutan terhadap masa depannya apalagi sikap
keras dan harapan ayahnya yang terlalu tinggi membuat AD semakin tertekan.
Hasil Observasi
(1) Kondisi Pasien (KM)
a. Deskripsi Umum
-
Penampilan
: bersih dan rapi
200
-
Kesadaran
: baik
-
Sikap
: kooperatif
-
Aktivitas Psikomotor : banyak melakukan gerakan
-
Pembicaraan
: kuantitas dan kualitas baik
b. Fungsi Intelektual (kognitif)
-
Orientasi ( personal, waktu, situasional, tempat ) : baik
-
Ingatan ( jangka pendek, segera, panjang)
: baik
-
Proses berfikir
:
sistematis,
detail dan runtut.
-
Kemampuan problem solving
:kurang begitu
baik
c. Keadaan Afektif
-
Mood
: normal
-
Emosi
: stabil
-
Afek
: gembira
-
Motivasi sembuh : tinggi
-
Tilikan (inshigh) :baik
-
Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual,
waham keagamaan.
d. Fungsi Sosial
-
Kemampuan bersosialisasi : baik
-
Keterlibatan dalam kegiatan : aktif
-
Harga diri
: tinggi
201
-
Kepercayaan diri
: baik
(3) Kondisi Keluarga
Pada saat peneliti melakukan kunjungan ke rumah AD, kedatangan
peneliti disambut dengan baik oleh ayah, ibu, kakak, dan adik AD. Keluarga
sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD
dengan ibu nya, sesekali di sela-sela wawancara AD bercanda manja dengan
menggoda ibunya. Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah AD
telihat sedikit cuek namun terkesan humoris sempat beberapa kali ayah AD ikut
bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta
ibu.
Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan AD dengan keluarga
sangat baik ayah AD sudah banyak mengalami banyak perubahan terutama dari
cara bersikap dan mendidik AD. Ayah AD sudah lebih sabar dan selalu berusaha
memahami kondisi AD. Keharmonisan keluarga nampak terlihat dan terasa saat
selama kurang lebih 2 jam peneliti berada di rumah AD.
Diagnosis Multiaksional
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
Prognosis
: F 20.0 (skizofrenia paranoid )
: tidak ada diagnosis
: tidak ada diagnosis
: kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan
: GAF 50 (gejala berat atau serius, disabilitas berat).
Prognosis AD adalah gambaran prognosis pada saat AD menjalani perawatan
di GPSY.
Tabel 4.9
Prognosis AD
202
NO
KATEGORI
KETERANGAN
PROGNOSIS
1.
Diagnosa
Skizofrenia
Buruk
2.
Onset
18 tahun
Buruk
3.
Riwayat penyakit
4 kali kambuh
Buruk
4.
Faktor genetic
Tidak ada
Baik
5.
Stressor
6.
Keluarga
7.
Penyakit organic
8.
9.
Respon
terhadap
pengobatan
Gangguan kepribadian
Putus cinta dan ketakutan
akan masa depan
Tidak ada
Baik
Buruk
Tidak ada
Baik
Tidak Ada
Baik
Tidak ada
Baik
10.
Insight / Tilikan
Ada
Baik
11.
Tingkat sosial ekonomi
Mampu
Buruk
12.
Motivasi kerja
Ada
Baik
13.
Penampilan
Kurang
Buruk
14.
Pekerjaan
Pengangguran
Buruk
4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi
4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM
Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita
berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna
kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan
subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna
biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam.
Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan
pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek
terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam
203
pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan
setelah diberikan penjelasan oleh peneliti (Catatan Lapangan no. 6).
1. BAUM (Tree Test)
Subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek
menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika
musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan
akan berbunga lebat.
BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai
pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah
orang yang mementingkan rasio, subyek selalu berusaha melihat dan mencari
penjelasaan setiap peristiwa dari segi rasionalitas peristiwa tersebut. Subyek
mengalami permasalahan dengan penyelarasan ego dan super egonya, sebab
subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya.
Hal ini menyebabkan subyek cenderung menutup diri terhadap lingkungan
sosialnya.
2. DAP (Draw A Pearson Test)
Subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun,
berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan
kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan
doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan
subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia
langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni.
204
DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan.
Interpretasi gambar menunjukan bahwa terdapat adanya ketidak-konsistenan
dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau
kecemasan saat proses adaptasi dengan lingkungan dikarenakan subyek merasa
seperti terbebani oleh banyak orang.
3. HTP (House Tree and Person Test)
Subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya
yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki
pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan
kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy.
HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar
menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau
lingkungan terdekatnya, yaitu menjauh dari keluarga dan juga mempunyai
kecenderungan untuk ingin lari dari rumah.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis KM secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah
skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran kaki dan
tangan pada tes DAP yang menunjukan bahwa subyek tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungan, sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan
suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami permasalahan dalam hubungannya
205
dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk
menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak
sosial terutama dengan keluarga.
4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD
Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki
bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165cm.
Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot
serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna
hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam
berukuran sekitar 60cmx20cm.
Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti
bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis
subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan
berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk
melakukan tes grafis (catatan lapangan no.7).
1. BAUM (Tree Test)
Subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang
rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon
tersebut mudah digambar.
BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai
pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek
206
memiliki keinginan atau ego yang besar akan tetapi tidak seimbang dengan
rasionya. Subyek terlalu mengorientasikan keinginannya ke masa depan atau
kehidupan mendatang, namun hal ini tidak diimbangi dengan rasio yang cukup
baik sehingga subyek mengalami kesulitan atau tidak tahu bagaimana harus
menghadapi masa depanya.
2. DAP (Draw A Pearson Test)
Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang
bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama
dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan
subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga
subyek sangat menyayanginya.
DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan.
Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek kurang mampu menyelaraskan
antara ego dan super egonya, saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya
subyek kurang bisa menopang dirinya (tidak bisa mandiri) sehingga subyek
mengalami kesulitan atau kurang mampu beradaptasi dan berinteraksi langsung
dengan lingkungannya.
3. HTP (House Tree and Person Test)
Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di
masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari
suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah
pohon jati.
207
HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar
menunjukan bahwa adanya keinginan yang kuat dalam diri subyek untuk
meningkatkan interaksi khususnya interaksi di dalam keluarga. Subyek
menunjukan bahwa dia ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia yang
memiliki adanya kedekatan atau interaksi yang kuat di antara sesama anggota
keluarga. Hal ini bisa saja disebabkan adanya kekecewaan subyek terhadap
keluarga, subyek merasa jauh dari keluarga dan tidak merasakan kebahagian
dalam keluarga.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah
skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran telinga,
mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata
kaki dan tangan menunjukan bahwa AD mengalami adanya halusinasi
pendengaran, waham dan hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa
subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu
subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya
terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan
harapan subyek.
208
4.4.2.7 Dinamika pemulihan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik
4.4.2.7.1 Dinamika pemulihan pada KM
(a) Paradigma Psikopatologis KM
Ekonomi berkecukupan
Perhatian dari orang tua
Childhood
Ekonomi Kurang,
Orang tua sibuk bekerja
Adolance
SD, SMP, SMA tidak
Butuh pengakuan
Mempunyai
berprestasi
Tidak mempunyai teman
Sikap keluarga terlalu
banyak
teman
Kasih
keras
sayang
dari
keluarga
Later Life
Memiliki pasangan
(berumah tangga)
Bekerja / memiliki
penghasilan
Tidak menikah
Tidak
memiliki
pekerjaan
Conditioning Event
Tertutup, mudah marah dan curiga, menarik diri dari
keluarga dan masyarakat, rendah diri (minder).
Precipitating I : Permasalahan dengan teman kerja dan atasan yang
otoriter
Precipitating II : Tidak mempunyai pekerjaan dan tekanan keluarga
Precipitating III : Masalah percintaan (putus cinta)
Precipitating IV : Tidak taat minum obat dan tekanan keluarga
Precipitating V : Kematian ayahnya
Ego Alien
Merasa tertekan, kesepian,
putus asa, tidak berguna,
tidak memiliki kebermaknaan
hidup
Ego Ideal
Membutuhkan
dukungan
keluarga,
pasangan
hidup,
teman, pekerjaan dan diakui
masyarkat
Skizofrenia Paranoid
-
Gejala Positif Skizofrenia
Halusinasi auditorik dan visual
Berteriak-teriak
Marah-marah
Berperilaku agresif
Memaki-maki orang lain
-
Gejala Negatif Skizofrenia
Pencuriga
Menarik diri dari lingkungan
Susah diajak berbicara
Mengurung diri
Sering melamun
Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM
209
Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit
skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis
memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak
skizofrenia pada diri pasein.
Dinamika pemulihan KM dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu
bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme
terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien
dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih
lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan KM dijelaskan sebagai berikut:
(b) Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM.
Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor
pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada KM.
Permasalahan psikososial tersebut meliputi permasalahan yang berkaitan dengan
pekerjaan, tekanan keluarga, percintaan, dan kematian ayah.
Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan
digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus
skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi
dan diperbaiki.
1. Terapi Medis
Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada KM mengurangi
atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang
disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan
210
syaraf pusat (otak) sehingga menyebabkan munculnya perilaku agresif dari
pasien.
. . . kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang,
terus gampang buat tidur hawanya itu rasa-rasanya kaya ngantuk,
terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger (D2W21:190613).
Lebih lanjut, menumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap
pentingnya obat bagi skizofrenia merupakan tujuan utama dari terapi medis, jenisjenis kegiatan dalam terapi medis mempunyai sasaran utama yaitu munculnya
kesadaran minum obat. Obat-obatan bagi penderita skizofrenia merupakan hal
utama yang tidak boleh ditinggalkan. Pengkonsumsian obat dalam waktu lama
menimbulkan kejenuhan dalam diri KM. Terapi Holistik yang berupa terapi medis
menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia
dalam mengkonsumsi obat sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat
yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar:
. . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu
sendiri to. . . (D1-W5:070513). Minum obat itu ya ada kesadaran
harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa
disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1W33:070513). ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau
penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa
menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri
(D1-W35:070513).
2. Terapi Rohani
Terapi rohani menyentuh aspek psikologis pasien yaitu aspek psikoreligius
dengan memberikan effek psikologis berupa ketenangan dan kepasrahan kepada
Tuhan sehingga KM lebih kuat dalam menghadapi dan mengatasi setiap
permasalahan-permasalahan hidupnya. Terapi rohani membantu KM mengatasi
211
stressor-stressor psikososial dengan memunculkan kekuatan dalam dirinya
melalui kepasrahan kepada Tuhan:
. . . ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada
pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku
berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan. . . (D1-W15:070513). Ibadah itu
mbak, firman Tuhan. Solanya ceritanya itu menggambarkan
permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan
kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus
mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayatayat yang sesuai dengan kita gitu (D2-W15:190613).
3. Terapi Sosial
Terapi sosial mengatasi akar permasalahan KM yang berkaitan dengan
hubungan sosialnya. Terapi sosial berupa pelatihan ketrampilan kerja mengajarkan
KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa dikembangkan sebagai mata
pencaharian pasca perawataan dari GPSY, sehingga KM memiliki pekerjaan yang
dapat menjadi sumber penghasilan. Hal ini mengatasi permasalahan kekambuhan
KM yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, yaitu pengangguran yang menjadi
salah satu penyebab kekambuhan KM.
Pemberian
ketrampilan-ketrampilan
membuat
pasien
memperoleh
pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Pernyataan
tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut:
dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan
mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya
diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan
kita nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613).
212
4. Home Visit dan Konseling Keluarga
Home visit dan konseling keluarga merupakan bagian dari Terapi Holistik
yang memegang peranan penting dalam keberhasilan keberlanjutan perawatan
pasien pasca perawatan. Interaksi di dalam keluarga KM tidak terjalin dengan
baik. Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk
bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang kerja
dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai alasan.
Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM
memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya
yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu
KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya.
Hal ini diperkuat dengan hasil tes grafis yang menyatakan bahwa KM memiliki
kecenderungan untuk lari dan menghindar dari keluarga.
Tekanan dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang paling
berpengaruh besar terhadap kekambuhan KM. Home visit dan konseling keluarga
yang diberikan kepada keluarga KM memberikan perubahan pada pola interaksi
dalam keluarga khususnya perubahan sikap keluarga kepada KM. Perubahan
sikap keluarga terutama ibu KM setelah dilakukan konseling keluarga adalah DY
menjadi lebih sabar dan pengertian dalam menghadapi KM:
Ada mbak, sangat bermanfaat karena keluarga ini kan bukan dari
kalangan orang berpendidikan jadi ya tidak mempunyai
pengetahuan-pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya
kunjungan jadi tau (E1-W12:300613).Ya jadi sabar aja lah mbak,
menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya
memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau
213
seperti dia mbak. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan
dia ajalah. (E1-W14:300613).
Home Visit dan konseling keluarga berdampak pada perubahan perilaku
keluarga. Perubahan sikap keluarga yang semula cenderung keras dan menekan
menurut KM sudah mengalami perubahan, DY menjadi lebih perhatian dan sabar
dalam menghadapi KM:
Sering mbak, kalau lama nggak jenguk nanti ditelponin sama kak
Ngisty. Ya apalah ibu sekarang lebih halus sama aku ngomongnya
itu lebih sabar. hehehehe (D1-W38:070513).
(c) Dampak Skizofrenia pada KM
Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan KM.
Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari
skizofrenia pada KM secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik (dampak secara organobiologik)
Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari
kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala
positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif,
afektif dan psikomotor KM. Gejala positif KM meliputi; halusinasi auditorik dan
visual, berteriak-teriak, marah-marah, berperilaku agresif, dan memaki-maki orang
lain sedangkan gejala negatif KM meliputi; pencuriga, menarik diri dari
lingkungan, mengurung diri, dan sering melamun.
Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan
gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu
214
memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya
akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia:
Ya apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara seperti
halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasarasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak
badanya seger, nggak gelisah lagi. (D2-W21:190613).
Lebih lanjut, beberapa kegiatan dalam terapi rohani dan sosial juga
berperan serta dalam memperbaiki fungsi kognitif, afektif dan psikomotor KM.
Hal ini diungkapkan KM bahwa terapi musik adalah salah satu kegiatan yang
melatih konsetrasi dan perhatian (kognitif), pengendalian emosi (afektif) dan
koordinasi gerakan (psikomotor):
. . . kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus
bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin
pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah (D2-W17:19613). Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus
berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan
banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi
harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe (D2W24:190613).
2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis
Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien
KM yang meliputi perasaan kesepian, putus asa, tertekan, tidak berguna, rendah
diri dan tidak memiliki kebermaknaan hidup. Terapi Holistik dalam melakukan
pemulihan psikis adalah membantu KM dalam mewujudkan dan membentuk ego
alien dalam diri KM menjadi ego ideal.
Terapi Rohani
Terapi Rohani menyentuh aspek psikis KM dengan menciptakan self
suggestion yaitu adanya kekuatan didalam diri KM berupa pengharapan,
215
kepasrahan dan ketenangan jiwa yang menjadi motivasi bagi KM untuk tidak
berputus asa dalam menghadapi penyakitnya:
ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada
pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku
berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan (D1-W15:070513). Paling seneng
ibadah itu mbak, firman Tuhan. Soalanya ceritanya itu
menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana
meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan,
menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau
direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu (D2W15:190613).
Pola interaksi Home Care
Pola Interaksi Home Care menyentuh sebagian besar aspek psikologis KM
yaitu menumbuhkan kebermaknaan hidup pada KM dan saling menguatkan satu
sama lain di dalam setiap keputusasaan. Terjalinnya rasa saling menyayangi
menjadi suatu semangat dalam diri KM dalam menghadapi penyakitnya bahwa
skizofrenia bukanlah sosok yang harus dijauhi dan diasingkan dalam pergaulan:
. . . jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok,
harus taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama
saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi
ibu saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. . . (D1-W20:070513).
mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang
mbak (D1-W31:070513).. . . nyaman, saling menguatkan mbak
kalau disini, saling mendukung buat sembuh (D1-W36:070513).
Semua kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah
semangat hidup, merasa seperti keluarga sendiri, saling
menyayangi (D1-W37:070513).
3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial
Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi
sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita
skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas
216
pada terganggunya kehidupan sosial nya. Hasil tes grafis menunjukan gambaran
bahwa KM mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari
lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan
keluarga.
Terapi sosial yang berupa pembiasaan-pembiasaan dan pemberian
ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan dengan aspek sosial pasien terutama
dalam hal interaksi sosial menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada KM sehingga
KM lebih siap dalam menghadapi dan berbaur dengan lingkungannya:
Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu
beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini
disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan
aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe (D2W22:190613).Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa
tampil, yang penting percaya diri dulu(D2-W23:190613).
Bagian lain dari terapi sosial yang berupa pemberian ketrampilan kerja
mengajarkan KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa digunakan sebagai
sumber penghasilan KM apabila ketrampilan tersebut dikembangkan di dalam
masyarakat sehingga dapat pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Hal ini akan
mengatasi dampak skizofrenia KM yang berkaitan dengan ketidakberfungsian
secara ekonomi di dalam masyarakat:
Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa
lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa
meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa
didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan
pekerjaan sendiri (D2-W26:190613).
Terapi sosial melalui kegiatan kelompok yang membutuhkan koordinasi
dan kerjasama di antara anggotanya membuat KM menjadi lebih mudah membuka
217
diri dan bergaul dengan orang lain sehingga KM tidak lagi menjadi pribadi yang
pemalu dan cenderung menarik diri dari lingkungan . . . “bisa mengendalikan
marah. punya banyak teman, dulunya pemalu. Hehe. Semakin hari semakin baik,
kaya ada pemulihan dalam diri aku “(D2-W19:190613).
( c ) Gambaran Prognosis KM
Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau halhal yang menyebabkan prognosis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan
oleh faktor organobiologik ( non organobiologik ) pada pasien untuk selanjutnya
bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi
awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan
tempat perawatan pasien sebelumnya.
Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan
terlihat pada tabel 4.9. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang
memiliki prognosis “buruk” pada KM meliputi stressor psikososial dan ekonomi,
dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, ekonomi keluarga, motivasi kerja
dan penampilan dan pekerjaan.
1. Terapi Medis
Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada
KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia dalam mengkonsumsi obat
sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri
KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar. Ketaatan minum obat yang
didasarkan atas kesadaran diri sendiri membuat KM mampu menjaga kesehatan
218
diri sendiri melalui obat-obatan, sehingga kekambuhan yang disebabkan buruknya
respon pengobatan dapat dihindari:
. . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu
sendiri to. . . (D1-W5:070513). Minum obat itu ya ada kesadaran
harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa
disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1W33:070513). ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau
penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa
menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri
(D1-W35:070513).
Lebih Lanjut, Terapi Holistik melalui terapi medis memberikan kesadaran
terhadap perawatan kebersihan diri dan lingkungan sehingga prognosis KM yang
berkaitan dengan perawatan diri dapat tertangani. Hasil observasi yang dilakukan
peneliti terhadap KM selama kurun waktu 3 bulan menunjukan bahwa perilaku
perawatan diri KM sudah baik. KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga
kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungannya. Hal ini ditunjukan dengan
kesadaran dan keterlibatan secara aktif KM dalam melakukan aktivitas-aktivitas
keseharian yang berhubungan dengan kebersihan dan kerapian diri beserta
lingkungan. Penampilan KM juga selalu terlihat rapi dan bersih pada saat
mengikuti kegiatan terapi dan dalam kesehariannya (Catatan lapangan no.6).
2. Terapi Sosial
Prognosis yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi dan motivasi
kerja dilakukan dalam bentuk terapi sosial yaitu dengan terapi kerja, terapi kerja
yang diberikan kepada KM yang berupa pemberian ketrampilan-ketrampilan
berwirausaha sehingga ketrampilan tersebut dapat digunakan sebagai pekerjaan
KM setelah keluar dari GPSY dan menghasilkan nilai ekonomi yang berguna
untuk menunjang kehidupan KM dengan lebih baik:
219
kalau saya sudah sembuh mau disuruh buka warung untuk usaha
mbak, ya daripada pengangguran. Hehehe (D1-W20:070513).
dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan
mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya
diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan
kita nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613).Ya berguna, apa itu
namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan
ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat
wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga,
kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613).
Pernyataan tentang pelatihan ketrampilan untuk menunjang faktor ekonomi
pasien yang biasanya menjadi prognosis yang “buruk” baik pasien juga
diungkapkan oleh NN sebagai berikut:
Setelah pulang dari Siloam mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar loh kak untuk dapat berfungsi dan berkarya di dalam
masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dalam terapi kerja
dipersipakan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar,
sehingga pasien itu mempunyai suatu ketrampilan yang berguna
untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan
dengan ketrampilan yang diajarkan disini seperti misalnya
membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa
digunakan untuk meningkatkan perekonomian, selain itu juga
dengan memiliki kemampuan pasien merasa berguna ini loh aku
bisa menghasilkan uang sendiri (A1-W25:080513).
3.
Home Visit dan Konseling Keluarga
Prognosis “buruk” KM selanjutnya adalah dukungan keluarga. Keluarga
yang cenderung memberikan tekanan kepada KM merupakan stressor paling besar
yang memicu kekambuhan KM pasca perawatan, sebab keluarga memiliki peran
yang penting dalam perawatan pasien pasca keluar dari GPSY. Terapi Holistik
melalui home visit dan konseling keluarga memperbaiki pola hubungan dan cara
pandang keluarga terhadap KM yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
keluarga terhadap KM.
220
Perilaku-perilaku keluarga di masa lampau yang berpotensi menimbulkan
kekambuhan kembali tersebut diarahkan untuk dilakukan perubahan sehingga
terbentuklah perilaku baru di dalam keluarga yang lebih “baik” sehingga
mendukung pemulihan KM:
Ya kalau KM sudah pulang, dijaga dirawat sebisa mungkin mbak
sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan (E1-W15:300613).Pengertian ya sabar menerima
kondisi KM, jangan terlalu memakasakan keinginan-keinginan
keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi dan
memperhatikan sama itu mba mengawasi apa ya maksudnya
membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus
juga sehari-harinya itulah (E1-W16:300613).
Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan KM melalui Terapi
Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh
seluruh aspek kehidupan KM meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat
dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya
skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada KM dan prognosis KM. Uraian
mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan KM melalui
Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut:
221
Tabel 4.10
Dinamika Pemulihan KM
NO
Terapi Holistik
1.
Terapi Medis
Mekanisme
Terjadinya
Skizofrenia
-Menangani
faktor
organoniologik berupa
gejala positif dan
gejala
negatif
skizofrenia.
-Menumbuhkan
kesadaran
minum
obat.
Dampak Skizofrenia
Prognosis
-Mengurangi
dampak
skizofrenia secara fisik
(organobiologik) berupa
kemunculan
gejala
positif
dan
negatif
skizofrenia
yang
menyebabkan
terganggunya
fungsi
kognitif, afektif dan
psikomotor.
-Memunculkan
respon
positif
terhadap
pengobatan dengan
menumbuhkan
kesadaran tentang
pentingnya
pengobatan
bagi
skizofrenia.
-Membiasakan
perilaku perawatan
diri
2.
Terapi Rohani
-Meningkatkan
resiliensi skizofrenia
melalui
pendekatan
agama.
-Mengatasi
dampak
skizofrenia secara psikis
dengan menciptakan self
suggestion
yang
berfungsi
sebagai
kekuatan
dalam
menghadapi
penyakit
skizorfenia.
3.
Terapi Sosial
-Memberikan
ketrampilan
dan
pelatihan
berwirausaha
yang
bisa
digunakan
sebagai
lapangan
pekerjaan.
-Mengatasi
dampak
skizofrenia pada aspek
sosial yaitu melatih
kemampuan
interaksi
sosial.
4.
Home Care
-
5.
Home Visit dan
Konseling
Keluarga
Memperbaiki
pola
hubungan di dalam
keluarga yang menjadi
pemicu
terjadinya
kekambuhan pada KM
sehingga
dapat
diperoleh
pola
interaksi baru yang
“sehat”
di
dalam
keluarga.
-Mengatasi
ketidakberfungsian sosial
yang disebabkan faktor
pekerjaan (menganggur)
-Meningkatkan
kepercayaan diri.
Mengatasi
dampak
skizofrenia pada aspek
psikis
yaitu dengan
menumbuhkan
kebermaknaan
hidup
dalam diri KM.
-
-Kemampuan
menghadapi
stressor psikososial
pasca
perawatan
yaitu
dengan
meningkatan
resiliensi
dan
kemampuan dalam
melakukan
self
suggestion.
-Mengatasi
permasalahan
ekonomi
dengan
memberikan
ketrampilan
berwirausaha.
-Menumbuhkan
motivasi kerja.
-
Kesadaran keluarga
dalam
pemberian
dukungan kepada
KM dan terjadinya
perubahan perilaku
keluarga terhadap
KM kearah yang
positif.
222
4.4.2.7.2 Dinamika pemulihan Mantan Pasien (AD)
(1) Paradigma Psikopatologis AD
Perhatian dari orang tua
Mempunyai teman
Childhood
Kurang
mendapat
perhatian orang tua
Tidak mempunyai teman
- Keluarga Harmonis
Adolance
- Butuh pengakuan
- Konflik keluarga (sering terjadi
pertengkaran)
- SD, SMP tidak berprestasi
- Didikan ayah yang keras
- Tuntutan ayah terlalu besar
- Kekecewaan terhadap sikap
kakak
- Putus cinta
- Masalah pendidikan
- Figur ayah yang mengayomi
- Sosok kakak yang bisa menjadi
tauladan bagi adik-adiknya
- Menjalani hubungan dengan
lawan jenis
- Pendidikan lancar
Conditioning Event
Kepercayaan diri rendah (minder), tertutup, menjauh dari
keluarga, menarik diri dari lingkungan, rasa permusuhan dan
kekecewaan.
Precipitating I
: Permasalahan dengan keluarga (kekecewaan
terhadap kakak)
Precipitating II : Ketidaktaatan minum obat
Precipitating III : Masalah percintaan (putus cinta) dan masalah
pendidikan
Precipitating IV : Katakutan menghadapi masa depan dan tekanan
ayah
Ego Alien
Merasa tertekan, putus asa,
ketakutan menhadapi masa
depan, hidup tidak bermakna
Ego Ideal
Membutuhkan kasih sayang,
dukungan keluarga, pasangan
hidup,
teman,
kesuksesan
pendidikan, dan pengakuan.
Skizofrenia Paranoid
-
Gejala Positif Skizofrenia
Halusinasi auditorik
Waham keagamaan
Bekotbah-kotbah
Berteriak-teriak
Telanjang-telanjang
-
Gejala Negatif Skizofrenia
Bingung
Melamun
Gelisah
Sedih dan murung
Menyendiri/tidak mau bergaul
Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD
223
Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit
skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis
memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak
skizofrenia pada diri pasein.
Dinamika pemulihan AD dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu
bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme
terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien
dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih
lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan AD dijelaskan sebagai berikut :
(a) Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD
Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor
pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada AD.
Permasalahan psikososial tersebut berakar dari dalam keluarga, termasuk di
dalamnya permasalahan pendidikan dan percintaan yang tidak lepas dari dominasi
keluarga.
Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan
digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus
skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi
dan diperbaiki.
1. Terapi Medis
Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada AD mengurangi
atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang
disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan
224
syaraf pusat (otak) sehingga menyebabkan munculnya perilaku maladaptif dari
pasien:
masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah
tidur terus gelisah, tapi sudah nggak kaya dulu obatnya sekarang
sedikit tapi harus rajin diminum. (F1-W5:160413).Badannya enak,
emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat
aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus. Ya
stabil kalau minum obat (F2-W7:290613).
Mekanisme kemunculan (terjadinya) skizofrenia pada AD salah satu nya
perihal ketidaktaatan minum obat. Pengkonsumsian obat-obatan bagi AD dalam
jangka waktu lama bahkan terus berkelanjutan pasca perawatan merupakan salah
satu tanggung jawab berat yang harus dilakukan mantan penderita skizofrenia.
Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan membangun
kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi skizofrenia
sehingga AD memiliki kesadaran dari dalam hati tentang pentingnya ketaatan
minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika
ada yang mengawasi:
Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau
disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu
akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa
kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak
ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok.
Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau
keadaan ku (F2-W9:290613).
Perubahan perilaku AD terhadap respon pengobatan juga diperkuat oleh
pernyataan SY, beliau mengatakan bahwa pasca perawatan AD di GPSY sudah
memiliki kesadaran terhadap pengobatan tanpa mendapat paksaan dari pihak luar:
sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya
karena saya senangnya itu AD sudah sadar untuk minum obat
225
nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah
mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya
itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak (G1-W17:290613).
2. Terapi Rohani
Terapi rohani menyentuh aspek psikologis AD yaitu memberikan
kekuatan dan ketenangan secara psikis kepada AD dalam menjalani
kehidupannya. Kekambuhan pada AD adalah disebabkan ketidakmampuan AD
dalam menghadapi tekanan-tekanan atau permasalahan psikososial yang
dialaminya. Terapi rohani mengajarkan kepada AD untuk mampu bertahan dalam
situasi dengan tingkat stress yang tinggi melalui pendekatan secara religious
kepada Tuhan.
Kedekatan kepada Tuhan akan memunculkan suggesti dalam diri AD
bahwa bersama Tuhan ia mampu dan kuat dalam melewati kerasnya kehidupan
sehingga AD mampu bertahan menghadapi setiap permasalahan dan kekhawatiran
hidup serta dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan hati yang tenang
melalui pertolongan Tuhan:
Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak
grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan
(F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen
ngamuk mba, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya,
menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare
kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya
itu Tuhan mbak (F1-W36:160413). Banyak mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih
bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi,
jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513).
Terapi rohani yang berisi kegiatan-kegiatan kerohanian juga menangani
waham keagamaan dalam diri AD yaitu melalui pengalihan dan penyaluran
226
waham keagamaan tersebut dengan mengikutsertakan dan memfasilitasi AD
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga AD
memiliki tempat untuk menyalurkan “hobi berkotbah” nya kearah yang positif.
Hal ini diungkapkan oleh AA mentor AD sebagai berikut:
Dia sangat antusias ya apalagi untuk kegiatan rohani seperti
kegiatan-kegiatan di terapi rohani (B2-W5:290514). AD itu satu
bulan dirawat disini sudah mulai stabil, khotbah-khotbahnya kami
arahkan ke hal positif misalnya kami minta untuk memimpin
pujian atau ibadah, bagaimana caranya supaya bisa tersalurkan
dengan baik (B2-W10:290513).
AD menyatakan bahwa terapi rohani yang diberikan GPSY membuatnya
mampu menyalurkan kesenangannya terhadap ilmu agama secara lebih postif ke
dalam suatu wadah yang sesuai sehingga sekarang pasca perawatan AD tidak lagi
melakukan perilaku-perilaku “menyimpang” yang berkaitan dengan keagamaan:
seneng to mbak, kan aku dapet giliran itu disuruh mimpin doa, apa
disuruh kasih ceramah la itu aku seneng jadi bisa menyampaikan
pengetahuan tentang agama ke orang lain, ya bisa tersampaikan
kesenanganku untuk menyampaikan firman Tuhan, terus didengar
orang lain ya semoga aja bisa bermanfaat (F2-W5:290613). yo
masih to mbak, tapi sekarang kan kalau khotbah aku digereja, opo
jadi pembicara pas PA, persekutuan remaja. Dadi yo ora khotbahkhotbah dewe (F2-W13:290613).
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh ibu AD, beliau mengatakan
bahwa waham keagamaan AD yang dulu kerap kali mengganggu dan menjadi
permasalahan, kini pasca perawatan dengan terapi rohani di GPSY ia dapat
menyalurkan kesenangan tentang pengetahuan agamannya kearah yang positif:
Banyak perubahan kearah yang positif mbak, AD itu sampai
sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif nderek kegiatankegiatan gereja (G1-W19:290613). Ya sekarang aktif dalam
kegiatan gereja mbak, kalau malam minggu itu PA (pendalaman
Alkitab), terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anak-anak
remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan gereja itu AD yang
227
nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja
malesnya minta ampun itu AD (G1-W30:290613).
3. Home Care
Home Care melalui konseling individu membantu mengurangi beban
psikis AD yaitu dengan memberikan kelegaan dan membantu menemukan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga beban pikiran AD menjadi
berkurang dan mampu menentukan langkah selanjutnya dalam mengatasi
permasalahannya:
Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama
konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa
diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau
ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak (F1-W18:160413).
setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada
seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat
masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus
dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah
gitu deh, hehehe (F1-W18:160413). Ya kapan aja saya pengen,
sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak
Alfred kak Ngisty help me please please. hahaha (F1W18:160413).
4. Home Visit dan Konseling Keluarga
Permasalahan di dalam keluarga memberikan kotribusi besar dalam
mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD. Kekambuhan AD didominasi oleh
faktor keluarga yaitu hubungan di dalam keluarga yang tidak terjalin dengan baik
antara AD dengan ayahnya.
Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan
berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga
ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Kondisi keluarga
yang sering terjadi pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah,
228
pertengkaran yang seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga
sebenarnya hanyalah disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan
karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga.
Home Visit dan konseling keluarga yang dilakukan kepada keluarga AD
memberikan perubahan pada pola interaksi di dalam keluarga. AD menyatakan
bahwa hubungan antara AD dengan orang tua nya kini sudah membaik, ayahnya
menunjukan sikap lebih pengertian kepada AD dengan tidak lagi memaksakan
kehendak dan marah-marah kepada AD:
ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak
nya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada
bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak
berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau
kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan
kehendak (F2-W14:290613)
Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini
sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga
diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa
keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala
keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD
yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu
banyak kepada AD:
Ya banyak mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi
orang yang sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi
AD gara-garane AD itu kan orangnya memang susah dinasehati
seringe ngeyel, la terus dikasih tau sama Bu Ether jangan terlalu
sering lah memarahi AD nanti malah AD kumat lagi, karena AD
ini kan sakit jadi jangan terlalu banyak mengharap, istilahnya
menuntut banyak AD buat ini itu. Bapaknya kan guru SLB to
mbak, dadi neg ngandani kie dibolan baleni la AD ga suka,
membatah lah dia, bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih
konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah ditahan mbak, trus
229
kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok
geli sendiri kalau gitu.hehehe (G1-W23:290613). AD ini kan
nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus
dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke
hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu
AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak (G1W23:290613).
Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan
dilakukan melalui home visit dan konseling keluarga antara pihak mentor dengan
AD dan keluarga sehingga melalui proses konseling ini dapat diperoleh solusi
terbaik bagi masa depan AD:
Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan
dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder
dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit
kantidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu
keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu
mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga
untuk bagaimana supaya AD bisa pulih (B2-W8:290513). Kami
meminta keluarga untuk lebih bisa men-support AD karena obsesi
untuk kuliahnya itu sangat tinggi, sehingga sebisa mungkin ya
keluarga mendukung apa yang menjadi pilihan AD mengenai
masalah jurusan ataupun universitas sebab semua itu kan AD yang
menjalani sehingga jangan selalu dipaksa menuruti pilihan orang
tua (B2-W8:290513).
Home visit dan konseling keluarga juga mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan pendidikan AD, mentor AD terjun langsung dalam mengurus
dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh
pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang
perkuliahan:
Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar
dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku
kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan
sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah
(F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil
jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi
dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau
230
kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613).
dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya
sama public relation, . . . (F2:W17:290613).
Home visit dan konseling keluarga telah berhasil menyelesaikan
permasalahan pemicu kekambuhan AD yang berkaitan dengan pendidikan yang
dilakukan antara pihak GPSY dan keluarga sehingga diperoleh suatu kesepakatan
bersama mengenai penyelesaian terbaik bagi semua pihak untuk permasalahan
yang berkaitan dengan sekolah AD:
Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C,
mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred
itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD,
pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan
mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh
penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus
pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya
sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar
lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya
diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang
juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya
orang tua tinggal mendukung saja, pokoknya demi kebaikan kita
dukung, awalnya mau saya suruh ke sekolah agama theologi tapi
dia pengennya ke public relation ya sudahlah kita turuti ya sampe
sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1W24:290613).
(b) Dampak Skizofrenia pada AD
Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan AD.
Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari
skizofrenia pada AD secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik (dampak secara organobiologik)
Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari
kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala
positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif,
231
afektif dan psikomotor AD.Gejala positif AD meliputi; Halusinasi auditorik ,
waham keagamaan, bekotbah-kotbah, berteriak-teriak, dan telanjang-telanjang
sedangkan gejala negatif AD meliputi: bingung, melamun, gelisah, sedih dan
murung, menyendiri/tidak mau bergaul.
Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan
gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu
memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya
akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia sehingga AD
dapat menjalani kehidupannya dengan secara optimal:
. . . dulu halusinasinya menganggu banget pas udah minum obat ya
suara-suaranya hilang. . . (F1-W27:160413). Badannya enak,
emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat
aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus, ya
stabil kalau minum obat (F2-W7:290613). masih terus jalan
obatnya, kalau nggak minum ya pusing, gelisah, perasaannya
nggak tenang (F2-W8290613).
2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis
Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien
AD yang meliputi merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan,
hidup tidak bermakna. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah
membantu AD dalam mewujudkan dan mengubah ego alien dalam diri AD
menjadi ego ideal.
Terapi Rohani
Terapi Rohani menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan menciptakan self
suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh
ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan.
232
Hal ini memulihkan kondisi psikis AD yang selalu diliputi kekhawatiran dan
ketakutan menghadapi masa depan sehingga dengan terapi rohani AD mampu
melepaskan beban psikis nya tersebut dan memperoleh ketenangan jiwa serta
mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup:
Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak
grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan
(F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen
ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya,
menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mba, jare
kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya
itu Tuhan mba (F1-W36:160413). Kaya terapi rohani itu kan
membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam
menghadapi masalah. . . (F1-W48:160413). Banyak mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih
bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi,
jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513).
Home Care
Pola interaksi Home Care yang diterapkan di dalam model perawatan
dengan Terapi Holistik menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan memulihkan
atau mengembalikan kebermaknaan hidup nya sebagai orang dengan skizofrenia
sehingga ia tidak merasa sebagai orang yang terbuang. Munculnya kebermaknaan
hidup pada AD secara langsung akan mempengaruhi kesehatan secara
keseluruhan pada aspek kehidupan AD sehingga ia mampu menjalani hidup
dengan lebih optimal:
Kalau disini itu semua nya keluarga mbak, merasa lebih dianggap
ya kaya nggak ada jarak antara mentor sama pasiennya merasanya
jadi nyaman nggak disia-sia kan kalau dirumah sakit jiwa itu kaya
namanya dipandang sebelah mata orang gila terus dibentak-bentak
apa diperlakukan semena-mena, ya apa ya istilah-istilahnya itu di
wongkan apa ya dianggap manusia ya itulah mbak tidak seperti
orang gila trus disingkirkan. Hahaha (F1-W22:160413). Kalau
menyedihkan enggak mbak, saya malah seneng disini udah kaya
233
rumah sendiri, soalnya banyak temennya trus mentor nya juga
sayang. Enak pokoknya mbak, coba aja deh.hahahaha (F1W23:160413).Ya kaya rumah sendiri gtu mbak, kalau dirumah
sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya
orang sehat. Hahahahha oyoyo. Siloam bagiku itu rumah kedua
mbak, dapet teman-teman yang luar biasa, kakak-kakak mentor
yang selalu menguatkan aku punya keluarga yang baik. . .(F1W43:160413).
3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial
Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi
sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita
skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang
berimbas pada terganggunya kehidupan sosial nya.
Hasil tes grafis menunjukan gambaran gambaran umum yang diperoleh
memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam
menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi
dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi
keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek.
Penanganan dampak skizofrenia AD pada aspek sosial dilakukan dengan
menggunakan:
Terapi Sosial
Terapi
sosial
dengan
berbagai
jenis-jenis
kegiatan
terapi
yang
mengajarkan kemampuan interaksi sosial pada pasien baik interaksi di antara
sesama pasien, pasien dengan mentor dan pasien dengan masyarakat melatih
pasien untuk dapat berinteraksi dengan baik dan memiliki keberanian untuk
menghadapi lingkungan. AD merasa lebih percaya diri dan terbuka terhadap
pergaulan sosial:
234
Iya mbak, tapi disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya
disuruh mimpin acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi
terpaksa harus berani (F1-W30:160413). oh ya kalau sekarang saya
punya banyak teman mbak, malah kalau ga ada teman saya itu
kesepian terus nyari teman kalau dulu kan minderan mbak kalau
mau bergaul gitu jadi suka menyendiri (F1-W33:160413). ya maen
ke rumah temen, kalau nggak yo ke tetangga ngajak nongkrongnongkrong gitu ikut kegiatan desa, ya kaya gitu lah mbak. Hehehe
(F1-W34:160413). ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan
untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung
diri terus dikamar lah (F1-W48:160413). . . membuat aku semakin
percaya diri, diajari bersosialisasi kembali ke masyarakat, ya
walaupun orang stress itu kan kadang susah diterima di masyarakat
la Siloam itu mengajarkan untuk berani dan percaya diri buat
bergaul sama masyarakat (F2-W10:290613). pemalu aku ini,
minderan karena aku merasa sakit to. Sekarang aku wis aktif
kegiatan gereja trus kegiatan masyarakat aku yo melu. Ternyata
ora seburuk yang dibayangkan (F2-W11:290613). Ya ternyata aku
bisa diterima masyarakat, kuncinya itu harus PD dulu kan aku
rendah diri, tapi di Siloam diajarkan untuk selalu PD nggak boleh
merasa rendah diri semua orang derajat sama di mata Tuhan (F2W12:290613).
Perubahan sikap AD yang lebih mudah bergaul dan berinteraksi dengan
lingkungan pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY (ibu AD):
Itu dulunya kalau ada orang jagongan, kumpul-kumpul apa orang
ngobrol-ngobrol diluar itu dia nggak mau keluar rumah, diem aja
pokoke dirumah terus. tapi sekarang ini udah senang dolan-dolan
malah lali mulih barang mbak.hahah (G1-W29:290613).Ya
sekarang aktif dalam kegiatan gereja mba, kalau malam minggu itu
PA (pendalaman Alkitab), terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan,
anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan Gereja itu
AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja
aja malesnya minta ampun senenya dirumah terus (G1W30:290613).
Home Visit dan Konseling Keluarga
Home visit dan konseling keluarga mengatasi dampak sosial yang
berkaitan
dengan
sangsi
sosial
yang
diperoleh
AD
dikarenakan
ketidakmampuannya dalam menyelesaikan studi (tidak lulus SMA) sebab AD
235
harus menjalani perawatan. Hal ini akan membuat AD menjadi minder karena
seringkali mendapat cemoohan dari masyarakat karena latar belakang keluarga
AD yang berpendidikan (ayah dan ibu AD berprofesi sebagai guru). Konseling
keluarga yang diberikan pihak GPSY membantu AD untuk dapat menyelesaikan
pendidikannya yang sempat gagal dan mencari perguruan tinggi untuk kelanjutan
studi AD sehingga secara sosial AD tidak lagi dipandang sebelah mata oleh
masyarakat dan mampu berbaur di dalam masyakat:
Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar
dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku
kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan
sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah
(F2-W15:290613).
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yang menyatakan bahwa
permasalahan pendidikan menjadi salah satu penyebab kekambuhan AD sebab
AD merasa malu dan tertekan dengan masa depannya yang dikarekan kegagalan
pendidikannya:
waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak lulus SMA mbak
sedangkan teman-teman se-geng nya itu kan pada lulus, AD itu
malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal bapak ibu
nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentinganslentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau
keluar-keluar mbak, malu to (G1-W13:290613).
(c) Gambaran Prognosis AD
Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau halhal yang menyebabkan prognosis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan
oleh faktor organobiologik ( non organobiologik ) pada pasien untuk selanjutnya
bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi
236
awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan
tempat perawatan pasien sebelumnya.
Prognosis pada AD merupakan gambaran prognosis pada saat awal AD
menjalani perawatan di GPSY, untuk kemudian akan dibandingkan dengan
gambaran kondisi AD pasca perawatan (kondisi AD pada saat sekarang).
Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan AD
terlihat pada tabel 4.10. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik
yang memiliki prognosis “buruk” pada AD meliputi; stressor
psikososial,
dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, pekerjaan dan penampilan.
1. Terapi Rohani
Terapi Rohani menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi
dalam diri AD sehingga AD memperoleh ketenanangan dan kekuatan secara
batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan sehingga mampu bertahan dalam
menghadapi persoalan hidup. Hal ini membuat AD lebih kuat secara psikis dalam
menerima setiap stressor psikososial sehingga kemungkinan kekambuhan yang
disebabkan ketidakmampuan menghadapi tekanan stressor psikososial dapat
diminimalisirkan.
2. Terapi Medis
Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan
membangun kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi
skizofrenia sehingga pasca perawatan AD memiliki kesadaran dari dalam hati
tentang pentingnya ketaatan minum obat dan bukan hanya sekedar untuk
mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi, sehingga AD memiliki
237
respon yang baik terhadap pengobatan. Respon yang baik terhadap pengobatan
akan mencegah resiko kekambuhan yang disebabkan oleh ketidaktaatan minum
obat:
Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau
disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu
akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa
kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak
ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok.
Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau
keadaan ku (F2-W9:290613).
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yaitu bahwa kesadaran akan
pentingnya pengobatan terlihat dari respon positif AD terhadap ketaatannya
mengkonsumsi obat secara rutin yang ditunjukan AD pasca menjalani perawaan
di GPSY:
sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya
karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat
nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah
mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya
itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak (G1-W17:290613).
Terapi medis juga mengajarkan kepada AD tentang kesadaran terhadap
kebersihan diri dan lingkungan:
. . . ya dulu itu aku jarang mandi nggak pernah kaya setrika apalagi
nyapu, biasa cowo kan nggak memperhatikan penampilan tapi
disini kalau nggak mandi dapat hukuman, harus piket jadi sekarang
lebih rapi lah. Hahaha (F1-W27:160413).
Pernyataan AD tersebut juga diperkuat dengan hasil observasi yang
menunjukan bahwa AD memiliki penampilan yang rapi terlihat dari cara
berpakaian dan kebersihan diri (Catatan lapangan n0.7).
238
3. Home Visit dan Konseling Keluarga
Faktor-faktor selanjutnya yang memiliki prognosis buruk pada AD adalah
dukungan
keluarga
dan
pekerjaan.
Penanganan
terhadap
kemungkinan
kekambuhan yang dikarenakan kedua faktor tersebut adalah melalui home visit
dan konseling keluarga.
Situasi di dalam keluarga yang terlalu menekan dan memberikan tuntutan
terlalu besar kepada AD serta tidak terjalinya kedekatan diantara sesame anggota
keluarga menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran. Home visit dan konseling
kelarga yang dilakukan pihak telah berhasil menangani permasalahan yang
berkaitan dengan kondisi keluarga tersebut. Hal ini diungkanpkan melalui
pernyataan AD mengenai gambaran kondisi keluarganya saat ini yang sudah
mengalami banyak perubahan positif:
ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama
anaknya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada
bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak
berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau
kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan
kehendak (F2-W14:290613)
Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini
sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga
diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa
keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala
keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD
yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu
banyak kepada AD:
. . .ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah
ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali
239
saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe (G1W23:290613). AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang
gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai
ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran,
neg meh padunanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah,
sampai kaya gitu mbak (G1-W23:290613).
Faktor yang berpengaruh buruk terhadap prognosis AD selanjutnya adalah
masalah pekerjaan yang berstatus pengangguran dikarenakan AD yang
mengalami hambatan dalam pendidikannya yaitu putus sekolah pasca menjalani
perawatan sehingga menjadikan AD menganggur. Konseling keluarga yang
dilakukan pihak GPSY dan keluarga telah sukses mengatasi permasalah tersebut,
melalui arahan yang diberikan pihak GPSY maka diperoleh kesepakatan bersama
antara AD dan keluarga mengenai jalan keluar dari permasalahan tersebut yaitu
dengan meneruskan sekolah AD yang tertunda sampai dengan jenjang
perkuliahan sesuai keinginan AD.
Pihak GPSY yaitu mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan
menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh
pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang
perkuliahan:
Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar
dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku
kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan
sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah
(F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil
jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi
dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau
kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613).
dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya
sama public relation, . . . (F2:W17:290613).
SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani
pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan:
240
. . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi
selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang
puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1-W24:290613).
Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan AD melalui Terapi
Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh
seluruh aspek kehidupan AD meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat
dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya
skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada AD dan prognosis AD. Uraian
mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan AD melalui
Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut.
Tabel 4.11
Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “mekanisme terjadinya
skizofrenia” pada AD
No
Jenis Terapi
Sasaran Terapi
1.
Terapi Medis
-Menangani
faktor
organoniologik berupa
gejala positif dan gejala
negatif skizofrenia.
2.
Terapi Rohani
3.
Home Care
4.
Home Visit dan
Konseling
Keluarga
Kondisi
Pra
Perawatan (Terapi)
-Perilaku tidak stabil
ditandai
dengan
munculnya
gejala
positif dan gejala
negatif skizofrenia.
Kondisi
Pasca
Perawatan (Terapi)
-Perilaku
stabil
ditandai dengan tidak
munculnya
gejala
positif dan gejala
negatif skizofrenia.
-Menumbuhkan
kesadaran minum obat.
-Menumbuhkan
self
suggestion
melalui
kedekatan
dengan
Tuhan.
-Respon
negatif
terhadap pengobatan.
-Emosi labil, penuh
kekhawatiran
mengahadapi
permasalahan.
-Respon
positif
terhadap pengobatan.
-Emosi stabil, lebih
tenang dan pasrah
menghadapi
permasalahan.
-Mengalihkan
waham
keagamaan ke hal yang
positif
-Mengatasi
permasalahan
psikis,
meningkatkan
kebermaknaan hidup
-Memperbaiki
pola
hubungan di dalam
keluarga
-Khotbah-khotbah
sendiri
(tidak
terkontrol)
-Tertekan dan rendah
diri
-Aktif kegiatan gereja.
-Merencanakan
depan
AD
perawatan
masa
pasca
-Sering
terjadi
pertengkaran, orang
tua yang keras dan
menekan.
-Putus sekolah dan
tidak lulus SMA
-Memperoleh kelegaan
dan ketenangan, dan
merasakan
adanya
kebermaknaan hidup
-Pertengkaran
berkurang dan orang
tua lebih pengertian
serta perhatian
-Mampu melanjutkan
sekolah sampai bangku
perkuliahan
241
Tabel 4.12
Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya
skizofrenia” pada AD
No
Jenis Terapi
Sasaran Terapi
Kondisi
Pra
Perawatan (Terapi)
-Perilaku tidak stabil
ditandai
dengan
munculnya
gejala
positif dan gejala
negatif
skizofrenia
serta terganggunya
fungsi
kognitif,
afektif
dan
psikomotor.
Kondisi
Pasca
Perawatan (Terapi)
-Perilaku
stabil
ditandai dengan tidak
munculnya
gejala
positif dan gejala
negatif
skizofrenia
serta mulai pulihnya
fungsi kognitif, afektif
dan psikomotor.
1.
Terapi Medis
-Menghilangkan gejala
positif dan gejala negatif
skizofrenia
serta
memulihkan
fungsi
kognitif, afektif dan
psikomotor
yang
terganggu.
2.
Terapi Rohani
-Menciptakan
self
suggestion
dan
meningkatkan resiliensi.
-tertekan, putus asa,
ketakutanmenghadapi
masa depan dan
rentan
terhadap
konflik psikososial.
Terapi Sosial
-Melatih
sosial
4.
Home Care
Memberikan
kebermaknaan hidup
5.
Home Visit dan
Konseling
Keluarga
-Merencanakan
depan
AD
perawatan.
-Tidak percaya diri,
tertutup dan tidak
mudah bergaul
Merasa
hidupnya
tidak bermakna dan
tidak berguna
-Putus sekolah dan
tidak lulus SMA
-Memperoleh
ketenangan
dan
kekuatan
dalam
menghadapi
permasalahan
serta
mampu
bertahan
dalam kondisi penuh
tekanan.
-Lebih percaya diri dan
aktif
bersosialisasi
dengan masyarakat
Memiliki
kebermaknaan hidup
3.
ketrampilan
masa
pasca
-Mampu melanjutkan
sekolah sampai bangku
perkuliahan
242
Tabel 4.13
Dinamika Terapi Holistik dalam menangani
prognosis “buruk” pada AD
No
Jenis Terapi
Sasaran Terapi
Kondisi
Pra
Perawatan (Terapi)
-Tidak taat minum
obat.
Kondisi
Pasca
Perawatan (Terapi)
-Memiliki
respon
positif
terhadap
pengobatan
salah
satunya
perilaku
ketaatan minum obat.
1.
Terapi Medis
-Membangun
positif
pengobatan.
-Membiasakan perilaku
perawatan
kebersihan
diri dan lingkungan.
-perawatan
kurang.
diri
-Mampu
melakukan
perawatan diri dengan
mejaga kebersihan diri
dan lingkungan.
-Memperoleh
ketenangan
dan
kekuatan
dalam
menghadapi
permasalahan
serta
mampu
bertahan
dalam kondisi penuh
tekanan.
-Pertengkaran
berkurang dan orang
tua lebih pengertian
serta perhatian.
respon
terhadap
2.
Terapi Rohani
-Menciptakan
self
suggestion
dan
meningkatkan resiliensi.
-tertekan, putus asa,
ketakutan menhadapi
masa depan dan
rentan
terhadap
konflik psikososial.
3.
Home Visit dan
Konseling
Keluarga
-Memperbaiki
hubungan di
keluarga.
pola
dalam
-Merencanakan
depan
AD
perawatan.
masa
pasca
-Sering
terjadi
pertengkaran
di
dalam, didikan orang
tua yang keras dan
menekan.
-Putus sekolah dan
tidak lulus SMA.
-Mampu melanjutkan
sekolah sampai bangku
perkuliahan
4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien (AD) dan Keluarga Mantan Pasien
Mengenai Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skziofrenia
Gambaran mengenai keefektifaan Terapi Holistik secara subyektif
diungkapkan melalui pernyataan salah satu mantan pasien GPSY (AD) yang
pernah dan telah selesai menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan
Terapi Holistik serta salah satu keluarga mantan pasien (SY) yang turut
merasakan terjadinya perubahan-perubahan dalam diri AD dan keluarga pasca AD
menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik.
243
AD menyatakan bahwa Terapi Holistik yang diterapkan di GPSY efektif
dalam menangani skizofrenia dikarenakan Terapi Holistik memiliki cakupan luas
yang menyentuh aspek psikis dan sosial AD serta keluarga dan perencanaan masa
depan AD pasca perawatan sehingga proses pemulihan tidak semata-mata hanya
melalui pemberian obat-obatan saja. Lebih lanjut, Terapi Holistik memberikan
perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari AD, baik perubahan dari dalam
diri AD maupun perubahan di dalam keluarga yang dirasakan sampai saat ini:
beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau
disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu
akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa
kalau minum obat (F1-W47:160413).Kaya terapi rohani itu kan
membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang
dalam menghadapi masalah, ya kalau kaya terapi sosial itu kan
mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak
mengurung diri terus dikamar lah (F1-W48:160413).ehmm ya
utama itu keluarga jadi berubah sikap nya, nggak kaya dulu lagi
lebih pengertian dan nggak suka berantem, keributan atau bikin
onar lagi, lah itu yang utama mbak jadi dirumah kan ya nggak
kaya neraka koyo ndek jaman mbiyen neh. Hahahaha (F1W49:160413).yo efektif mbak sampe sekarang itu terasa
manfaatnya membekas itu pelajarannya, ya minimal bisa
mengatasi diri sendiri lah mbak. terus kalau ada masalah ya berat
gitu trus nggak bisa mengatasinya aku telp kak Ngisty nanti
dibantu cari solusinya. Terus aku bisa kuliah ini kan berkat
mentor nya juga to mbak, ya puji Tuhan lancar tekan saiki iku kan
yo bantuane kak Alfred, mentor ku. (F2-W18:290613).
Pernyataan senada mengenai keefektifan Terapi Holistik yang dilakukan
GPSY dalam menangani skizofrenia juga diungkapkan oleh ibu AD (SY). Beliau
mengungkapkan bahwa Terapi Holistik dirasa efektif dalam menangani
skizofrenia khususnya pada AD. Keefektifan tersebut dikarenakan Terapi Holistik
244
dalam penanganannya mencakup semua aspek kehidupan pasien meliputi aspek
fisik, psikis (rohani) dan sosial.
Terapi Holistik secara khusus juga menangani keluarga pasien dengan cara
melalukan pendekatan melalui kunjungan dan konseling keluarga. Informasiinformasi yang diberikan GPSY pada saat proses konseling keluarga dirasakan
SY sangat bermanfaat dan membantu pihak keluarga dalam menangani AD,
sehingga terbentuk lah pola-pola interaksi yang lebih positif di dalam keluarga.
Lebih lanjut, adanya respon postitif terhadap pengobatan yang ditunjukan AD
juga menjadi bagian penting dari keberhasilan Terapi Holistik menurut SY karena
sebelumnya AD tidak memiliki kesadaran terhadap pengobatan sehingga harus
melibatkan pihak luar untuk selalu mengingatkan dan mengawasi AD. Poin
berikutnya yang dirasakan SY memiliki pengaruh yang besar terhadap pemulihan
AD adalah adanya perencanaan masa depan pendidikan AD pasca perawatan yang
dilakukan oleh GPSY sehingga AD mampu melanjutkan hidupnya secara lebih
optimal sepulangnya dari GPSY dan sampai sekarang ini. Mudahnya keluarga
dalam memperoleh informasi dan yang berkaitan dengan pasien skizofrenia
melalui kedekatan GPSY dengan keluarga juga menjadi poin plus terhadap
perawatan skizofrenia yang dilakukan GPSY.
Alasan-alasan yang diungkapkan oleh SY tersebut menyimpulkan bahwa
beliau merasakan adanya banyak manfaat dari model penanganan skizofrenia
dengan menggunakan Terapi Holistik . Manfaat-manfaat langsung maupun tidak
langsung dari Terapi Holistik yang dilakukan pihak GPSY kepada AD dan
keluarga diungkapkan oleh SY sangat efektif dalam menangani skizofrenia (AD)
245
apabila dibandingkan dengan penanganan skizofrenia yang dilakukan di RSJ
maupun tempat-tempat
rehabilitasi lainya
dimana
AD pernah dirawat
sebelumnya:
Sebelum di Siloam itu pernah di dokter Soerojo itu to mbak,
dirawat disana 5 bulan mboten cocok mbak, tetap mawon
khotbah-khotbah nya terus lanjut. Padahal obatnya itu mahal, satu
minggu 750 ribu, itu hanya satu minggu bayangke mbak. Terus
saya bilang sama bapaknya tidak usah diteruskan la wong tidak
ada perubahannya. Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana
dikasih obat. Lumayan mendingan tapi ya masih sering khotbah,
terus AD juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel
banget sampe saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. Ya
akhirnya kambuh lagi. Terus saya bawa ke rehabilitasi di
Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la
piye iki (G1-W16:290613). Terus akhinya ya itu saya bawa ke
Siloam, dirawat disana, dan sejak Mei 2009 sampai sekarang ini
kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah
sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu
lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil
ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan
mbak (G1-W17:290613).Bagus ya, kalau menurut saya pribadi
efektif sekali mba, karena ini to mbak penyembuhannya bukan
cuma pake obat tapi AD juga diajari berbagai hal seperti
kerohaniannya juga dibangun lalu bagaimana ia diajari untuk
bersosialisasi terus yang penting juga keluarga nya diberi
semacam penguatan untuk tetap sabar menghadapi AD (G1W32:290613).Ini malah yang penting menurut saya mba karena
kedekatan dengan keluarga ini bagus sekali mbak, karena
biasanya keluarga itu kan tidak tahu bagaimana harus menangani
pasien jadi bimbingan yang diberikan Siloam ini bermanfaat
untuk mengajarkan keluarga dalam ngadepi AD, kuncine kudu
sabar lan ngemong mbak. Terus ini to mbak keluarga jadi tahu
kemana harus mencari informasi yang berhubungan dengan AD,
kalau AD mau error harus gimana, ya jadi punya tempat yang
bisa dijadikan sumber informasi sampai sekarang ini walaupun
udah 4 tahun AD keluar. Ini penting sekali dan efektif mbak,
sangat bermanfaat terutama buat keluarga pasien (G1W33:290613). Keefektifan yang lain itu pada poin perencanaan
masa depannya AD ya mbak, jadi nggak terus keluar ditinggal
prung ngono wae, tapi ya dipikirkan setelah keluar dari Siloam
itu rencana selanjutnya mau gimana. Ya AD sudah bisa berhasil
kuliah itu tidak lepas dari campur tangan mentornya mbak, ya itu
manfaat jangka panjang yang berkaitan dengan masa depannya
246
AD. Itu kan bagian dari terapi di Siloam juga mengarahkan
rencana kedepannya pasien setelah dipulangkan. Ya atas dasar
alasan itu makanya saya katakan apa yang dilakukan Siloam
efektif dalam menangani anak saya ini sampai sekarang. (G1W33:290613).
4.4.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani
Skizofrenia
4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia
a) Komprehensif (menyeluruh)
Terapi Holistik terdiri dari jenis-jenis terapi yang menyentuh aspek
kehidupan pasien meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia
dan prognosis secara menyeluruh yaitu meliputi aspek fisik, psikis dan sosial
pasien dengan menggunakan pendekatan secara medis, rohani dan sosial.
Penanganan skizofrenia pada aspek fisik tidak hanya menekankan pada pemberian
obat-obatan tetapi juga menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan dan fungsi
perawatan diri.
b) Berkelanjutan
Terapi Holistik di GPSY memiliki tahapan yang jelas dan rinci dalam
setiap penanganannya sehingga perawatan tidak terbatas hanya pada saat pasien
masih berada atau dirawat di dalam GPSY, tetapi juga dilakukan pelayanan
lanjutan tanpa batas waktu kepada pasien maupun keluarga pasien yang berkaitan
dengan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan. Hal ini dilakukan via telepon
maupun kunjungan langsung apabila pihak keluarga menginginkannya yang
bertujuan untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya resiko kekambuhan dan
247
perawatan ulang kepada pasien sehingga pemulihan dapat diupayakan sebaik dan
semaksimal mungkin.
c) Orientasi masa depan pasien pasca perawatan
GPSY mengajak keluarga pasien untuk memiliki peran aktif dalam
melakukan perencanaan jangka panjang pasien pasca perawatan. Perencanaan ini
dibuat dan didiskusikan dengan keluarga pada saat home visit pasien cuti,
sehingga keluarga mengetahui dengan jelas perencanaan-perencanaan pasien
sesudah pasien kembali ke rumah. Perencanaan yang jelas mengenai masa depan
pasien
pasca
perawatan
berpengaruh
besar
terhadap
keberlangsungan
kesejahteraan hidup pasien yang sangat berperan dalam membantu pemulihan dan
menjaga kondisi pasien supaya tetap stabil pasca perawatan dalam jangka waktu
tak terhingga (batas waktu maksimal).
4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia
a) Ketergantungan
Proses perawatan pasien dengan Terapi Holistik yang berkelanjutan pasca
perawatan membuat keluarga dan mantan pasien seringkali memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi kepada GPSY, keluarga menjadi “manja” terhadap
setiap kemunculan permasalahan dalam keluarga yang berkaitan dengan pasien.
Ketergantungan terhadap pihak GPSY membuat keluarga tidak memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan mantan pasien tanpa persetujuan pihak
GPSY terlebih dahulu, sebab keluarga terbiasa melibatkan pihak GPSY untuk
menangani hal-hal yang berkaitan dengan mantan pasien.
248
b) Keterikatan emosional antara pasien dengan GPSY
Pola interaksi Home Care yang diterapkan di GPSY sebagai salah satu
bagian dari Terapi Holistik meyebabkan terjalinya keterikan emosi yang kuat
antara mentor dan pasien. Sisi negatif dari penerapan pola interaksi Home Care
adalah pasien memiliki kedekatan secara emosional dengan mentor yang tidak
akan dengan mudah diputuskan. Kondisi ini membuat pasien merasa lebih
nyaman berada di GPSY dan cenderung menginginkan tinggal di GPSY apabila
kondisi di dalam keluarga tidak bisa memberikan kenyamanan seperti yang
diharapkan.
c)Jangka waktu perawatan lama dan tanggung jawab yang tak terbatas
Perawatan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik memerlukan
proses yang panjang dikarenakan perawatan dilakukan dengan menyeluruh
dengan melihat berbagai aspek kehidupan pasien secara utuh, selain itu juga
dikarenakan skizofrenia merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan
hanya dapat dipulihkan kondisinya seperti sebelum kemunculan gejala
skizofrenia. Oleh karena itu konsep penanganan secara holistik masih berlanjut
pasca perawatan di GPSY sehingga mentor bekerjasama dengan keluarga
memiliki tanggung jawab tidak terbatas dalam turut serta memulihkan pasien
apabila keluarga mengalami permasalahan atau hambatan dalam melakukan
perawatan terhadap pasien meskipun pasien sudah dipulangkan dari GPSY dan
dikembalikan ke keluarga.
249
4.5 Pembahasan
Terapi Holistik di GPSY adalah konsep terapi yang memandang manusia
sebagai suatu kesatuan yang utuh meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial dimana
kesemua aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga
dalam penanganannya Terapi Holistik di GPSY menggunakan pendekatan secara
medis, fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep
penanganan holistik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
1) Hawari, Dadang (2003:96) yang menyatakan bahwa terapi holistik adalah
suatu bentuk terapi yang komprehensif (menyeluruh) dengan menggunakan
pendekatan
secara
organobiologik,
psikodinamik,
psikoreligius,
dan
psikososial serta metode yang manusiawi dan tidak mendiskriminasikan.
2) Salbiah (2006:34) mengungkapkan bahwa konsep holistik merupakan salah
satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi
fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan
suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi
dimensi lainnya.
3) Neuman, 1994 (dalam Salbiah, 2006:35) menyatakan bahwa konsep dan
pengertian holistik dalam perawatan manusia yaitu memandang manusia
(klien)
sebagai
suatu
keseluruhan
yang
bagian-bagiannya
saling
mempengaruhi dan berinteraksi secara dinamis. Bagian-bagian tersebut
meliputi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual sehingga manusia
dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh.
250
4) Erikson (dalam Marriner-Tomey, 1994) juga mengemukakan tentang holism,
yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang
terdiri dari banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat
dipisahkan.
Konsep Holistik dalam Terapi Holistik GPSY mengacu pada konsep dasar
pengertian penanganan holistik yaitu utuh dan menyeluruh pada setiap aspek
kehidupan manusia yang terdiri dari aspek fisik, psikis, dan sosial-kultural.
Penanganan skizofrenia dengan terapi holistik di GPSY terdiri dari terapi
medis, terapi rohani, terapi sosial, home care, serta home visit dan konseling
keluarga. (1) Terapi Medis merupakan jenis terapi yang berkaitan dengan aspek
kesehatan pasien secara fisik yang terdiri dari: pemeriksaan rutin, pemeriksaan
psikiater, pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, konseling
kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi
dan kegiatan lain; (2) Terapi Rohani merupakan jenis terapi yang berkaitan
dengan kehidupan kerohanian pasien terdiri dari: doa pagi, doa malam, ibadah,
terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, terapi pustaka rohani, konseling
rohani kelompok dan individu dan kegiatan lain; (3) Terapi Sosial merupakan
terapi yang berkaitan dengan interaksi pasien dengan lingkungan terdiri dari:
terapi kelompok, terapi kerja, pengenalan lingkungan, pelatihan ketrampilan,
refresing individu dan kelompok, dan kegiatan lain; (4) Home Care merupakan
pola interaksi kekeluargaan di dalam GPSY yang dimana di dalam home care
terjalin adanya keterikatan emosional di antara sesama pasien dan mentor, bagian
di dalam home care adalah berbagai jenis konseling yang dilakukan untuk
251
membangun kebermaknaan hidup pasien; (5) Home Visit dan Konseling
Keluarga, yaitu bagian terapi holistik yang ditujukan kepada keluarga pasien
melalui pemberian konseling keluarga.
Terapi Holistik pada gangguan jiwa yang dilakukan di GPSY sesuai dengan
model-model penanganan terhadap skizofrenia yang dikemukakan oleh beberapa
ahli yaitu:
1) Hawari, Dadang (2003:96) mengungkapkan bahwa terapi yang holistik untuk
penanganan gangguan jiwa skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (terapi
dengan obat-obatan anti skizofrenia), psikoterapi (psikoterapi individu dan
psikoterapi keluarga), psikososial, dan psikoreligius.
2) Kaplan dan Sadock (2010:738) menyatakan bahwa perawatan pada gangguan
jiwa skizofrenia meliputi terapi somatik (obat-obatan antipsikotik dan obatobatan penunjang),terapi psikososial (terapi perilaku, terapi berorientasi
keluarga, terapi kelompok, dan terapi individual).
3) Halgin dan Whitbourne (2010:67) menjelaskan bahwa model-model
penanganan komprehensif (holistik) pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi
treatmen biologis (obat-obatan), treatmen psikologis (terapi kognitif perilakupelatihan ketrampilan sosial), treatmen sosiokultural (pelatihan okupasi dan
psikoedukasi bagi keluarga).
4) Wiramihardja (2005:174) menjabarkan mengenai pendekatan-pendekatan
yang dilakukan dalam intervensi meliputi perlakukan biogis (obat-obatan);
terapi-terapi psikologi (terapi psikodinamis, perilaku, terapi kognitif);
pendekatan sosial (terapi interpersonal dan terapi keluarga).
252
Penanganan skizofrenia dengan menggunakan konsep penanganan holistik
di GPSY telah mengacu pada konsep holistik dan konsep penanganan skizofrenia
secara teoritik yang dikemukan oleh beberapa teori ahli sehingga Terapi Holistik
yang dikembangkan di GPSY adalah terapi yang holistik untuk digunakan sebagai
model penanganan skizofrenia.
Lebih lanjut, pemaparan mengenai Terapi Holistik di GPSY dijelaskan
melalui dinamika pemulihan yang merupakan cara kerja teknik-teknik dalam
Terapi Holistik hingga dapat memulihkan skizofrenia. Dinamika pemulihan
skizofrenia mencakup; mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia dan
prognosis skizofrenia pada aspek kehidupan pasien serta proses teknik-teknik
Terapi Holistik menyentuh seluruh aspek kehidupan pasien dan hasil Terapi
Holistik dalam menangani skizofrenia dengan memulihkan setiap aspek
kehidupan pasien.
4.5.1 Terapi Medis
4.5.1.1 Obat-obatan
Terapi
Holistik
melalui
terapi
medis
memberikan
obat-obatan
psikofarmaka berupa obat-obat antipsikotik yang berfungsi untuk menghilangkan
gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi kognitif,
afektif dan psikomotor sehingga perilaku pasien dapat stabil dan terkontrol.
Temuan menganai pemberian obat-oabatan pada terapi skizofrenia sesuai
dengan pernyataan Hawari (2003:18) bahwa salah satu mekanisme terjadinya
skizofrenia dilihat dari sudut pandang organobiologi adalah terjadinya perubahanperubahan atau gangguan pada sistem transmisi sinyal penghantar syaraf
253
(neurotransmitter), reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron) dan interaksi zat
neuro-kimia yaitu dopamin dan serotonin. Gangguan tersebut tersebut berdampak
pada terganggunya fungsi kognitif (alam fikir), afektif (alam perasaan), dan
psikomotor (perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun
gejala-gejala negatif skizofrenia.
Pemberian obat-obatan psikofarmaka akan membantu menghilangkan
munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi
kognitif, afektif dan psikomotor (Hawari, 2003:102). Hal ini menjelaskan bahwa
pemberian obat-obatan adalah terapi penting dan wajib bagi penderita skizofrenia.
4.5.1.2 Konseling dan Ceramah Kesehatan
Konseling dan ceramah kesehatan dalam Terapi Holistik memberikan
pemahaman kepada pasien skizofrenia mengenai pentingnya obat dalam
menghilangkan gejala klinis skizofrenia sehingga mereka memiliki tanggung
jawab dalam membantu menyembuhkan dirinya sendiri. Tujuan konseling dan
ceramah kesehatan adalah membuat pasien memiliki pemahaman yang baik
mengenai penyakit (skizofrenia) yang dialaminya sehingga dapat menumbuhkan
kesadaran dalam diri pasien perihal pentingnya ketaatan minum obat. Perilaku
ketaatan minum obat yang tumbuh dan berasal dari kesadaran pribadi akan
membuat pasien memiliki tanggung jawab terhadap kewajibanya sebagai
penderita skizofrenia untuk mengkonsumsi obat pada saat perawaatan dan respon
positif terhadap pengobatan ini akan tetap dipertahankan sampai pasca perawaatan
saat pasien dipulangkan ke keluarga dan kembali ke masyakat meskipun tanpa
adanya intervensi dan paksaan dari pihak manapun (orang lain).
254
Kesadaran terhadap pengobatan penting untuk dimiliki oleh penderita
skizofrenia karena menurut Hawari (2003:104) gangguan skizofrenia cenderung
berlanjut menahun dan kronis, oleh karena itu obat-obatan harus dikonsumsi
dalam jangka waktu relatif lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun secara
rutin setiap hari walaupun adakalanya gejala-gejala skizofrenia tersebut
mengalami remisi dan sembuh namun dalam arti yang manageable dan
kontrollable.
Pengkonsumsian obat yang terus-menerus dan tanpa batas waktu tertentu
membuat penderita mengalami kejenuhan yang mengakibatkan terjadinya
kesengajaan menghentikan dan menghindari pengobatan atau tidak taat terhadap
pengobatan. Pentingnya menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan diperkuat
oleh penelitian Ashwin (2009:6) yang menyatakan bahwa pasien yang tidak patuh
pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien yang patuh pada pengobatan, ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan
alasan pasien kembali dirawat dirumah sakit. Pasien yang tidak patuh pada
pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibanding dengan
pasien yang patuh kepada pengobatan karena salah satu penyebab utama
seringnya terjadi kekambuhan adalah penderita skizofrenia tidak disiplin dalam
mengkonsumsi obat (Hawari, 2003:119).
4.5.1.3 Teori dan Praktek Kebersihan
Hawari (2003:51) menyatakan bahwa skizofrenia menyebabkan terjadinya
hendaya (impairment) yang nyata dalam hygiene meliputi kebersihan diri dan
lingkungan pada penderitanya. Terapi Medis berupa teori dan praktek kebersihan
255
diri serta lingkungan membiasakan pasien untuk dapat merawat kebersihan diri
dan lingkungannya serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perilaku
kebersihan.
Kesadaran mengenai perawatan diri diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
bertema kebersihan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
mengajarkan kebiasaan hidup sehat dengan menjaga kebersihan. Pemahaman juga
diberikan melalui teori-teori dan penyampaian secara lisan sehingga menyentuh
aspek kognitif pasien serta terproses dalam pikiran dan inilah yang memunculkan
kesadaran dalam diri pasien. Pembiasaan pola hidup bersih dan sehat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari di dalam GPSY dan dipantau oleh mentor serta
berlaku adanya pemberian reward dan punishment yang bertujuan untuk
membiasakan serta membentuk perilaku sadar kebersihan dalam diri pasien
sehingga pasca perawatan di GPSY pasien skizofrenia memiliki kesadaran dalam
menjalankan fungsi perawatan diri.
Penerapan reward dan punishment dalam mengontrol dan membentuk
perilaku pasien skizofrenia didukung oleh pernyataan Kaplan dan Sadock (2003)
tentang fungsi pemberian reward dan punishment sebagai bentuk terapi perilaku.
Kaplan dan Sadock (2003:741) mengungkapkan bahwa rencana pengobatan untuk
skizofrenia harus ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Perilaku
adaptif didorong dengan pujian atau hadiah berupa hal-hal yang diharapkan
pasien, dengan demikian frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang dapat
diturunkan.
256
4.5.2 Terapi Rohani
Terapi rohani berupa kegiatan ritual keagamaan seperti doa, ibadah,
kebaktian, pendalaman Alkitab dan kegiatan-kegiatan lain
keagamaan
bertemakan
yang bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan akan membantu
memulihkan kondisi pasien secara psikis, yaitu dengan memberikan kekuatan dan
motivasi hidup dalam diri pasien bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan
termasuk kesembuhan untuk pasien skizofrenia. Agama merupakan sumber
potensi kekuatan terbesar dalam diri individu, kedekatan dengan Tuhan secara
pribadi (spiritualitas) mampu meningkatkan perasaan berdaya dan mampu
(efikasi) pada diri individu sehingga dapat menguatkan serta membantu seseorang
bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan, ancaman, tekanan dan kesulitan
hidup selain itu agama juga mampu memberikan jawaban terhadap setiap
problematika kehidupan.
Hal inilah yang menjadi tujuan utama dikembangkannya terapi rohani
menjadi bagian Terapi Holistik yang digunakan dalam menangani pasien
skizofrenia, karena pendekatan secara spiritual memberikan pengaruh positif
terhadap pemulihan psikis pasien yang berpengaruh terhadap pemulihan kondisi
pasien secara keseluruhan.
Temuan mengenai manfaat pemberian terapi rohani untuk proses terapi
skizofrenia diperkuat oleh teori Larson, dkk 1992 (dalam Hawari, 2003) yang
menyatakan bahwa agama (keimanan) sangat penting dalam mencegah supaya
seseorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengatasi penderitaan bila dia sedang sakit dan mempercepat penyembuhan
257
selain melalui terapi medis yang diberikan. Lebih lanjut, Larson mengungkapkan
bahwa agama berperan sebagai pelindung dari berbagai permasalahan (Hawari,
2003:89).
Penelitian Larson dkk membandingkan keberhasilan terapi terhadap dua
kelompok penderita skizofrenia dengan kriteria kelompok pertama mendapatkan
terapi konvensional dan berbagai terapi lainya tetapi tidak mendapatkan terapi
keagamaan sedangkan kelompok kedua mendapatkan terapi konvensional dan
berbagai terapi lainya serta ditambah dengan terapi keagamaan, hasil penelitian
menyimpulkan bahwa; (1) Gejala-gejala klinis skizofrenia lebih cepat hilang pada
kelompok kedua (plus terapi keagamaan) dibandingkan dengan kelompok pertama
(minus terapi keagamaan); (2) Pada kelompok kedua lamanya perawatan (long
stay hospitalization) lebih pendek dari kelompok pertama; (3) Pada kelompok
kedua hendaya (impairment) lebih cepat teratasi daripada kelompok pertama; dan
(4) Kelompok kedua memiliki kemampuan adaptasi lebih cepat daripada
kelompok pertama.
Penelitian Larson dkk diperkuat oleh penelitian Ayu (2012:70) mengenai
hubungan religiusitas dengan resiliensi. Hasil penelitian Ayu menunjukan bahwa
adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan resiliensi,
artinya semakin tinggi religiusitas semakin tinggi resiliensi dan sebaliknya
semakin rendah religiusitas maka semakin rendah resiliensinya.
Penelitian mengenai hubungan religiusitas dengan resiliensi juga
dilakukan oleh Iqbal (2011:113) yaitu mengenai hubungan antara self esteem dan
religusitas terhadap resiliensi. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan
258
yang signifikan antara self esteem, religiusitas dan resiliensi, namun variebel
religiusitas memiliki signifikansi paling tinggi terhadap resiliensi.
4.5.3 Terapi Sosial
4.5.3.1 Pelatihan Ketrampilan Sosial
Terapi Holistik melalui terapi sosial menyentuh aspek sosial pasien yang
berkaitan dengan hubungan pasien dan lingkungannya. Kegiatan-kegiatan dalam
terapi sosial secara umum mengajarkan pasien untuk mampu berinteraksi dengan
teman-teman di GPSY maupun masyarakat sekitar. Kegiatan dalam terapi sosial
selalu mengarahkan pasien untuk menjalin interaksi sosial yang semakin lama
kualitas interaksi tersebut akan mengalami peningkatan, sehingga pasien tidak lagi
menjadi pribadi yang menarik diri atau mengasingkan diri dari lingkungan tetapi
melalui pembiasaan yang continue pasien mampu menjadi sosok pribadi yang siap
menghadapi dinamika sosial dengan diberikan bekal ketrampilan dalam hal
membangun interaksi sosial melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan atau
membutuhkan adanya interaksi dalam proses pelaksanannya.
Lebih lanjut, kegiatan-kegiatan dalam terapi sosial mengajarkan pasien
untuk memiliki kepercayaan diri dalam melakukan segala sesuatu. Kepercayaan
diri ini merupakan bekal utama bagi pasien dalam melakukan interaksi dengan
sesama dan beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya. Kepercayaan diri
membuat pasien mampu terbuka terhadap pergaulan sosial sehingga mudah
membaur dengan masyarakat tanpa adanya perasaan rendah diri sebagai penderita
skizofrenia.
259
Terapi sosial digunakan untuk menangani dampak dari gangguan
skizofrenia pada aspek sosial yaitu tergangguannya fungsi sosial penderitanya
atau hendaya (impairment). Penderita skizofrenia mengalami hendaya yang terjadi
dalam berbagai fungsi rutin kehidupan sehari-hari (Hawari, 2003:109). Temuan
mengenai manfaat pemberian Terapi Sosial pada penderita skizofrenia diperkuat
oleh penelitian Sulistiana (2013:89) yang menyatakan bahwa ada perbedaan
bermakna pada skizofrenia yang terlihat pada kebutuhan perawatan diri, aktivitas
sehari-hari, serta kebutuhan pada teman dan pergaulan. Kebutuhan tersebut
merujuk pada kebutuhan sosial dan kapasitas fungsional penyandang skizofrenia.
Dari temuan tersebut dipaparkan bahwa penyandang skizofrenia membutuhkan
edukasi mengenai peningkatan keterampilan sosial. Peranan pengasuh juga
penting untuk melibatkan penyandang skizofrenia dalam kegiatan kerja, berelasi,
dan bersosialisasi.
4.5.3.2 Kegiatan Aktivitas Kelompok
Kegiatan aktivitas kelompok di dalam terapi sosial adalah kegiatan yang
melibatkan kelompok-kelompok dalam pelakasanaannya seperti diskusi, drama,
perlombaan kelompok, terapi pustaka dan berbagai jenis kegiatan lainya yang
memerlukan koordinasi kelompok. Kegiatan-kegiatan tersebut selain menyentuh
aspek sosial pasien juga bertujuan melatih kemampuan kognitif pasien skizofrenia
karena pelaksaanan kegiatan aktivitas kelompok melibatkan proses berfikir
mengenai bagaimana proses penerimaan informasi, mengkoordinasian (diskusi),
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi. Pasien dilatih untuk mampu
berkonsetrasi, berfikir kreatif, mengingat dan menganalisa suatu kasus sehingga
260
kemunduruan fungsi kognitif sebagai dampak skizofrenia dapat diupayakan
pemulihannya.
Hal ini berkaitan dengan terganggunya fungsi kognitif pasien sebagai
dampak dari skizofrenia. Maslim, 2003 (dalam PPDGJ-III:46) menjelaskan
mengenai kriteria diagnosis skizofrenia yaitu bahwa skizofrenia ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta
terjadi kemunduran kognitif yang dapat berkembang kemudian sejalan dengan
perjalanan penyakit skizofrenia. Terapi sosial melalui kegiatan aktivitas kelompok
yang di dalam pelaksanaannya melibatkan proses berfikir bertujuan untuk
memulihkan terganggunya fungsi kognitif dan mencegah terjadinya kemunduruan
kognitif tertentu sebagai dampak skizofrenia.
4.5.3.3 Pelatihan Ketrampilan Kerja
Terapi kerja merupakan bagian dari terapi sosial, fungsi dari terapi kerja
adalah mengajarkan pasien untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat
dijadikan bekal ketika pasien keluar dari GPSY. Ketrampilan yang diberikan
selama di GPSY apabila dikembangkan diharapkan mampu dijadikan lapangan
pekerjaan bagi pasien dan sebagai sumber penghasilan sehingga pasien dapat
menjalankan fungsinya secara sosial dan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat. Pemberian ketrampilan-ketrampilan membuat pasien memperoleh
pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat.
Ketrampilan-ketrampilan ini dapat menjadi sumber penghasilan dan lapangan
kerja bagi pasien pasca perawatan untuk keberlangsungan kehidupan pasien
261
selanjutnya. Hal ini membuat pasien memiliki kesiapan untuk terjun dan kembali
ke masyarakat.
Temuan mengenai pentingnya pemberian ketrampilan kerja yang
bermanfaat bagi kehidupan pasien pasca perawatan diperkuat oleh penelitian
Wakhid dkk (2013:41) yang menjelaskan bahwa seseorang yang berada dalam
sosial ekonomi rendah dan tidak memiliki pekerjaan lebih berisiko untuk
mengalami berbagai masalah terutama kurangnya rasa percaya diri dalam
menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas
kesehatan perseorangan maupun masyarakat, menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga baik mental maupun
materi karena penderita menjadi tidak produktif (Maramis, 2008). Hawari
(2003:32) mengungkapkan bahwa masalah pekerjaan merupakan sumber stress
pada diri seseorang yang apabila tidak diatasi yang bersangkutan dapat jatuh sakit.
Lebih lanjut Hawari (2003:109) menjelaskan bahwa dampak dari gangguan jiwa
skizofrenia
adalah terganggunya
fungsi
sosial
penderita
atau hendaya
(impairment) yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan antara lain pekerjaan.
Pemberian ketrampilan kerja pada skizofrenia penting dilakukan dalam
menangani aspek sosial pasien supaya pasien mampu mandiri dan tidak
bergantung secara ekonomi kepada orang lain pasca perawatan sehingga dengan
ketrampilan yang dimiliki pasien mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
dirinya sendiri dan mampu produktif di dalam kehidupannya.
262
4.5.3.4 Pengenalan Lingkungan
Pengenalan lingkungan merupakan kegiatan dalam terapi sosial yang
mengenalkan pasien ke lingkungan (masyarakat) secara luas di luar GPSY.
Pengenalan lingkungan selain memberikan ketrampilan sosial juga mengubah
stigma atau cara pandang masyarakat terhadap orang yang memiliki “gangguan
jiwa” . Hawari (2003:125) menyatakan bahwa keberhasilan terapi gangguan jiwa
tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainya, tetapi
juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan.
Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan penderita skizofrenia
adalah adanya stigma dalam keluarga dan masyarakat (Hawari, 2003:120). Hal ini
berkaitan dengan persepsi yang berkembang di dalam masyarakat bahwa
gangguan skizofrenia merupakan penyakit menakutkan karena penderitanya
menunjukan perilaku agresif yang membahayakan keselamatan orang lain serta
anggapan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kutukan, santet
kepercayaan supranatural yang diyakini oleh masyarakat
dan sejumlah
sehingga penderita
skizofrenia memiliki kecenderungan untuk dikucilkan, disembunyikan dan
dibuang dari lingkungan masyarakat.
Pengenalan lingkungan yang menjadi salah satu kegiatan dalam terapi
sosial membuat masyarakat lebih mengenal “skizofrenia” secara lebih dekat dan
tidak melabeli skizofrenia sebagai sosok “mengganggu” yang harus dihindari
atau dijauhi. Keterlibatan pasien GPSY dalam kegiatan kemasyarakatan membuat
masyarakat menjadi terbiasa dengan kehadiran “skizofrenia” dan tidak lagi selalu
263
berpandangan negatif terhadap penderitanya sehingga terjadi perubahan stigma
dan penerimaan masyarakat terhadap penderita skizofrenia.
4.5.4 Home Care
4.5.4.1 Kebermaknaan Hidup
Home care merupakan salah satu bagian dari Terapi Holistik, tujuannya
adalah membuat pasien merasa diterima di GPSY seperti berada di sebuah
keluarga besar yang saling menyayangi dan peduli di antara semua penghuninya
sehingga tidak ada jarak pemisah antara mentor dengan pasien karena semua
kegiatan keseharian di dalam GPSY dilakukan secara bersama-sama. Keterikatan
emosional diantara mentor denga pasien maupun pasien dengan pasien merupakan
hal penting yang ditekankan pada pola interaksi Home Care.
Home Care membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan
sehingga pasien tidak merasa sebagai orang yang terbuang, dijauhi atau disisihkan
oleh orang lain karena penyakitnya. Home Care mengajarkan dan memberikan
pemahaman kepada pasien bahwa skizofrenia bukanlah penyakit memalukan dan
menular yang harus dihindari, skizofrenia hanya perlu diobati supaya tidak
kambuh sama seperti penyakit-penyakit kronis lainya sehingga pasien tidak
merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya. Pemahaman yang disampaikan
secara kekeluargaan melalui home care membuat pasien memiliki penerimaan diri
sebagai seorang penderita skizofrenia sehingga mampu merasakan kebermaknaan
hidup meski dalam segala keterbatasannya.
Hubungan pasien dan mentor dalam pola interaksi home care secara
teoritik dijelaskan oleh Kaplan dan Sadock (2003:743) mengenai hubungan
264
teraupetik antara ahli terapi dan pasien. Kaplan dan Sadock menjelaskan bahwa
dalam melakukan terapi terhadap skizofrenia ahli terapi seharusnya mampu
menciptakan hubungan teraupetik yang membuat pasien merasa aman yaitu ahli
teraupetik meyakinkan pasien bahwa ia dapat dipercaya, ingin memahami pasien
dan akan coba melakukannya, dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan
pasien sebagai manusia tidak peduli betapa terganggunya, bermusuhan dan
kacaunya pasien pada suatu saat. Lebih lanjut Mandred Bleuler juga menyatakan
bahwa sikap teraupetik yang benar terhadap pasien skizofrenia adalah dengan
menerima mereka, bukan mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat
dipahami dan berbeda dari ahli terapi.
Temuan mengenai home care dalam membangun kebermaknaan hidup
pasien melalui pemberian pemahaman tentang penerimaan diri sebagai penderita
skizofrenia ini sesuai dengan penelitian Setyaningtyas dan Abdullah (2011:4)
mengenai hubungan antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup. Hasil
penelitian menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup, semakin posif penerimaan diri maka
semakin tinggi kebermaknaan hidup dan sebaliknya semakin negatif penerimaan
diri maka semakin rendah kebermaknaan hidupnya.
4.5.4.2 Membangun Hubungan Kepercayaan
Salah satu prinsip Home Care adalah bahwa dengan melakukan
pendekatan yang baik kepada pasien akan membuat mentor dengan mudah
mampu mengambil hati pasien sehingga pasien mudah dikendalikan dan diubah
perilakunya karena apabila pasien sudah memiliki keterikatan emosional dengan
265
mentor apapun yang menjadi perintah mentor akan dilaksanakan tanpa adanya
perlawanan baik secara fisik maupun pikiran, sehingga memudahkan mentor
dalam menangani pasien.
Membangun hubungan kepercayaan pasien kepada mentor merupakan
bagian dari fungsi penerapan pola interaksi Home Care dalam menangani
skizofrenia di GPSY. Kepercayaan adalah kunci utama dalam mengetahui
permasalahan pasien, terutama pada saat proses konseling individu. Pasien yang
telah memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada mentor maka akan menceritakan
semua hal kepada mentor tanpa ada yang ditutup-tutupi dan keterbukaan pasien
inilah yang sangat memegang peranan penting dalam proses penanganan
skizofrenia. Keterbukaan mengenai permasalahan yang dialami baik kondisi fisik
maupun psikologis yang dirasakan pasien sangat membantu mentor dalam
menangani dan membantu pemulihan pasien.
Prinsip kerja home care sesuai dengan teori Kaplan dan Sadock
(2010:743) yang menyatakan bahwa suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi seorang pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan teraupetik
yang dialami pasien sebagai aman yang dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dengan pasien dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang interpretasikan oleh pasien. Beberapa klinisi dan peneliti
menyimpulkan bahwa hubungan antara pasien skizofrenia dengan ahli teraupetik
akan menentukan hasil akhir kondisi pasien. Sebuah penelitian yang diungkapkan
oleh Kaplan dan Sadock menemukan hasil bahwa pasien skizofrenia yang mampu
membentuk ikatan teraupeutik yang baik akan mengikuti tetap mengikuti
266
psikoterapi, tetap patuh dengan medikasinya dan mempunyai hasil akhir yang
baik.
4.5.4.3 Mengontrol dan membentuk perilaku melalui pemberian reward dan
punishment
Pengendalian dan pembentukan perilaku pasien supaya tetap stabil
dilakukan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Pasien
yang berperilaku “baik” atau tidak “error” akan diberikan hadiah berupa pujian,
jalan-jalan dan hal-hal yang dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan
menurut pasien, sedangkan pasien yang menunjukan perilaku “error” berlebihan
dan tidak bisa mengendalikannya dalam waktu yang cukup lama maka pasien
tersebut akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi hingga jangka waktu tertentu
sampai kondisinya kembali stabil. Pengendalian dan pengotrolan perilaku pasien
juga dilakukan dengan melibatkan seluruh pasien GPSY yang bertujuan untuk
saling mengingatkan dan memantau temanya apabila temannya (pasien)
melakukan perilaku “error” yaitu dengan menunjukan gejala-gejala khas
skizofrenia seperti mengamuk, tertawa sendiri, dan gerakan-gerakan motorik
“aneh” .
Penerapan reward dan punishment dalam mengontrol dan membentuk
perilaku pasien skizofrenia didukung oleh pernyataan Kaplan dan Sadock (2003)
tentang fungsi pemberian reward dan punishment sebagai bentuk terapi perilaku.
Kaplan dan Sadock (2003:741) mengungkapkan bahwa rencana pengobatan untuk
skizofrenia harus ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Perilaku
adaptif didorong dengan pujian atau hadiah berupa hal-hal yang diharapkan
267
pasien, dengan demikian frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang dapat
diturunkan.
4.5.5
Home Visit dan Konseling Keluarga
4.5.5.1 Perubahan Sikap Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan
perawatan skizofrenia pasca perawatan. Keluarga merupakan unit paling dekat
dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan
dalam menentukan sikap dan penanganan yang diperlukan klien di rumah.
Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah
yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh) oleh karena
itu berkewajiban menjaga kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan
kembali (relaps). Hasil penelitian yang dilakukan Amelia dan Azwar (2013:60)
mengenai relaps pada pasien skizofrenia menunjukkan bahwa penyebab subyek
mengalami relaps disebabkan faktor keluarga, faktor tersebut paling dominan
sehingga subyek menjadi relaps pasca di rawat di rumah sakit jiwa. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan dan perlakuan keluarga memberikan
pengaruh besar terjadinya relaps pada subyek penelitian (pasien skizofrenia).
Pentingnya peran keluarga dalam menangani dan merawat pasien
skizofrenia diperkuat oleh penelitian Nurdiana dkk (2007:9) mengenai korelasi
peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Hasil
penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara peran serta
keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia yaitu bahwa ada hubungan
arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien
skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi
268
maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia.
Sebaliknya bila peran serta keluarga rendah maka semakin tinggi tingkat
kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Lebih lanjut, Nurdiana dkk (2007:9)
menjelaskan bahwa tingkat kekambuhan yang tinggi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit skizofrenia sehingga peran serta keluarga
rendah, hal ini menunjukan peran serta keluarga berkaitan dengan pengetahuan
tentang skizofrenia yang diperoleh keluarga.
Terapi Holistik melalui Home Visit dan Konseling Keluarga memberikan
informasi kepada keluarga mengenai skizofrenia sehingga keluarga mampu
memiliki pemahaman yang baik tentang skizofrenia terkait peran keluarga dan
cara penanganan skizofrenia pasca perawatan. GPSY menjadi sumber informasi
bagi keluarga ketika keluarga membutuhkan informasi mengenai skizofrenia atau
ketika keluarga mengalami kendala dalam menangani pasien di rumah sehingga
keluarga mengetahui bagaimana keluarga harus bersikap dan bagaimana peran
keluarga dalam menangani skizofrenia. Pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh keluarga melalui proses konseling keluarga membuat keluarga
mengetahui tanggung jawabnya dalam membantu memulihkan skizofrenia dan
mencegah terjadinya kekambuhan kembali, sehingga terjadi perubahan perilaku
pada pola-pola interaksi dalam keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku
maladaptive yang berpotensi menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya
perubahan pola pikir dalam hal memandang serta memahami “skizofrenia”.
Temuan mengenai manfaat terapi keluarga dalam memberikan informasi
dan pemahaman terhadap keluarga terkait peran dan sikap keluarga dalam
269
menangani skizofrenia sesuai dengan penelitian Wiyati dkk (2010) mengenai
pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga dalam merawat
klien isolasi sosial. Hasil penelitian Wiyati dkk (2010:92) menyatakan bahwa ada
peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga secara bermakna
sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga. Hal ini menunjukan bahwa
terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif karena
dalam terapi mengandung unsur untuk meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang penyakit, mengajarkan Teknik yang dapat membantu keluarga untuk
mengetahui gejala–gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan
bagi anggota keluarga itu sendiri.
4.5.5.2 Persiapan dan Perencanaan Masa Depan Pasien
Home Visit dan Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY tidak
hanya sebatas memberikan pengarahan-pengarahan secara lisan kepada keluarga
tetapi juga merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca
perawatan. Perencanan dan persiapan masa depan bertujuan membantu pasien
supaya dapat mengembangkan diri dan mampu berfungsi secara optimal pasca
menjalani perawatan di GPSY sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya
secara lebih efektif di dalam masyarakat.
Penelitian Putri dan Ambarini (2012:150) tentang makna hidup penderita
skizofrenia pasca rawat inap menyatakan bahwa penderita skizofrenia pasca rawat
inap mampu memaknai hidupnya yang sekarang dan sangat bergantung pada
tanggung jawab sesuai status yang dimiliki penderita tersebut. Meskipun dalam
kondisi yang belum sembuh sepenuhnya dari gejala-gejala skizofrenia, namun
270
apabila mengingat sesuai status yang disandang penderita tetap memiliki
keinginan untuk membuat dirinya lebih bermakna dibanding dengan sebelumsebelumnya.
Home visit dan konseling keluarga berupa perencanaan dan persiapan
masa depan pasien pasca perawatan berguna menyediakan tempat bagi pasien
skizofrenia untuk dapat mengeksplore dirinya meskipun dengan status skizofrenia
yang disandangnya tetapi pasien tetap mampu merasakan hidupnya bermakna
karena memiliki suatu pencapaian-pencapaian yang belum pernah dicapai
sebelumya serta memiliki tujuan hidup seperti mampu menciptakan lapangan
pekerjaan sebagai sumber penghasilan bagi dirinya sendiri atau mampu
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pasca menjalani perawatan
di GPSY.
4.5.6 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Umum
Terapi Holistik sebagai suatu bentuk terapi yang digunakan untuk
menangani
skizofrenia
memulikan kondisi
penderita
skizofrenia karena
menyentuh setiap aspek kehidupan penderita secara menyeluruh (komprehensif),
hal tersebut telah dipaparkan melalui dinamika pemulihan skizofrenia dengan
menggunakan Terapi Holistik. Lebih lanjut, Terapi Holistik dapat memulihkan
skizofrenia karena dalam penangannya Terapi Holistik memiliki beberapa faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pemulihan
skizofrenia.
mempengaruhi pemulihan terhadap skizofrenia meliputi:
1. Kesadaran diri (self awareness)
Faktor-faktor
yang
271
Kesadaran diri diperoleh dari kegiatan terapi medis yang berkaitan
pemulihan kondisi pasien secara fisik, kesadaran diri secara positif membangun
tanggung jawab dalam diri individu mengenai kondisi dirinya, yaitu mengetahui
dengan tepat apa yang sedang dialami. Kesadaran diri menimbulkan respon dan
sikap antisipasi sehingga individu mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi
situasi yang sedang dan akan terjadi.
Hawari (2003:119) mengungkapkan bahwa pasien yang tidak patuh pada
pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibanding dengan
pasien yang patuh kepada pengobatan karena salah satu penyebab utama
seringnya terjadi kekambuhan adalah penderita skizofrenia tidak disiplin dalam
mengkonsumsi obat. Lebih lanjut Hawari menyatakan bahwa penderita
skizofrenia mengalami hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi perawatan
diri sehari-hari.
Terapi Holistik menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pengobatan
dan fungsi perawatan diri membuat penderita skizofrenia memiliki tanggung
jawab terhadap pengobatan dan memulihkan hendaya (impairement) yang
berkaitan dengan kemampuan perawatan diri sehingga meminimalisirkan
terjadinya kekambuhan yang disebabkan ketidakpatuhan minum obat dan mampu
menjalankan fungsi perawatan diri (perawatan kesehatan pada aspek fisik) dengan
baik.
Berdasarkan hal tersebut kesadaran diri (self awareness) yang diperoleh
dari terapi medis berperan dalam memulihkan kondisi pasien skizofrenia terutama
kondisi kesehatan pada aspek fisik.
272
2. Self suggestion dan resiliensi
Self suggestion dan resiliensi diperoleh dari penanganan melalui terapi
rohani yang menyetuh aspek psikis pasien. Self suggestion merupakan suggesti
yang berasal dari dalam diri pasien untuk sembuh dan memiliki semangat hidup,
self suggestion memberikan motivasi dan kekuatan dalam menghadapi
masalahnya dengan menciptakan kepasrahan, ketenangan dan keikhalasan dalam
dalam diri pasien. Self suggestion tersebut akan meningkatkan daya tahan
seseorang dalam mengatasi ketegangan-ketegangan akibat permasalahan yang
dirasa berat dan menekan. Daya tahan yang dimaksud dalam hal ini berkaitan
dengan definisi resiliensi, yaitu kemampuan yang dimiliki individu untuk mampu
bertahan dan berkembang secara positif dalam situasi penuh tekanan sehingga
individu mampu mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau
masalah yang terjadi dalam kehidupan (Shatte, dalam Ayu 2013:5).
Resiliensi diperoleh dengan menggunakan pendekatan agama, sesuai yang
diungkapkan oleh penelitian Ayu (2012:70). Hasil penelitian menunjukan bahwa
adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan resiliensi,
religiusitas menciptakan self suggestion dan kemudian meningkatkan resiliensi
karena dengan adanya pemahaman mengenai religiusitas sebagai landasan utma
bagi individu dalam menemukan ketenangan diri dan batin dalam situasi sulit,
yang dimana ketenangan diri dan batin ini dapat memunculkan suatu ketahanan
diri (resiliensi) ditengah keadaan yang sulit. Lebih lanjut resiliensi mampu
memulihkan skizofrenia, sesuai yang diungkapkan oleh Pertiwi (2011:7) yang
menyatakan bahwa resiliensi berperan penting dalam mempertahankan diri supaya
273
tidak terjadi relaps dan mempertahankan kepulihannya selama menjalani
rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi sekaligus menjadikan penderita mampu
memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri sehingga
individu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan berbagai stressor
yang ada.
Berdasarkan hal tersebut self suggestion dan resiliensi yang diperoleh dari
terapi rohani mampu memulihkan aspek psikis pasien serta berperan dalam
mencegah terjadinya kekambuhan kembali (relaps) pasca perawatan.
3. Ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial merupakan kemampuan pasien dalam melakukan
hubungan sosial (interaksi sosial) dengan orang lain sehingga pasien mampu
menjalankan fungsi sosialnya di dalam masyarakat. Ketrampilan sosial diperoleh
melalui pemberian terapi sosial kepada pasien. Cacioppo (dalam Wakhid dkk
2003:3)
mengungkapkan
bahwa
tindakan
keperawatan
spesialis
(terapi
psikososial) diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan bersosialisasi adalah latihan ketrampilan sosial, terapi tersebut
menggunakan metode yang didasarkan prinsip-prinsip sosial dan menggunakan
Teknik perilaku bermain peran, praktek dan umpan balik guna meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Metode tersebut sama
dengan metode yang digunakan oleh terapi sosial dalam menangani pasien
skizofrenia.
Temuan mengenai peran dan fungsi terapi sosial dalam memberikan serta
meningkatkan ketrampilan sosial kepada pasien skizofrenia diperkuat oleh
274
penelitian Wakhid dkk (2013:46) mengenai penerapan terapi latihan ketrampilan
sosial pada klien isolasi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa latihan
ketrampilan sosial dapat meningkatkatkan kemampuan sosialisasi pada klien
isolasi sosial dan harga diri rendah, terapi latihan ketrampilan sosial akan melatih
klien dalam meningkatkan hubungan dengan orang lain dengan cara memberikan
pengetahuan serta kemampuan bagaimana menjalani hubungan dengan orang lain
yang akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai harga diri yang positif. Hal
ini diakibatkan karena sebelum diberikan terapi, klien merasa malu, minder dan
tidak percaya diri untuk membina hubungan sosial dengan lingkunganya
sedangkan setelah diberikan terapi, didapatkan pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan sosial klien.
Berdasarkan hal tersebut ketrampilan sosial yang diperoleh dari terapi
sosial berperan dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi
pada pasien skizofrenia sehingga memulihkan kondisi pasien pada aspek
sosialnya.
4. Kebermaknaan hidup (meaningfulness of life)
Kebermaknaan hidup merupakan suatu keadaan yang menunjukkan sejauh
mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan
hidupnya
menurut
sudut
pandang
dirinya
sendiri
(Frankl,2003:11).
Kebermaknaan hidup ditanamkan melalui prinsip kerja home care sebagai salah
satu bentuk terapi yang membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan
sehingga pasien tidak merasa sebagai orang yang terbuang, dijauhi bahkan
disisihkan atau dikucilkan oleh orang lain karena penyakitnya. Pemahaman positif
275
tentang skizofrenia yang disampaikan terus menerus melalui pola interaksi home
care membuat pasien memiliki penerimaan diri terhadap kondisinya sebagai
sebagai penderita skizofrenia dengan segala konsekuensinya. Penerimaan diri ini
membuat pasien skizofrenia mampu merasakan dan memiliki kebermaknaan
hidup. Kebermaknaan akan menyebabkan individu merasakan kehidupan yang
berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia karena dengan
memiliki kebermaknaan hidup individu merasakan adanya penghayatan terhadap
hal-hal penting dan berharga yang memberi nilai khusus bagi dirinya sehingga
menjadikan individu memiliki tujuan dalam hidup (the purpose in life)
(Bastaman,2008:14).
Temuan mengenai home care dalam membangun kebermaknaan hidup
pasien melalui pemberian pemahaman tentang penerimaan diri sebagai penderita
skizofrenia sesuai dengan penelitian Setyaningtyas dan Abdullah (2011:4)
mengenai hubungan antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup. Hasil
penelitian menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup, semakin posif penerimaan diri maka
semakin tinggi kebermaknaan hidup dan sebaliknya semakin negatif penerimaan
diri maka semakin rendah kebermaknaan hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut pola interaksi home care berperan dalam
membentuk
kebermaknaan
hidup
pasien
memulihkan kondisi pasien pada aspek psikis.
5. Dukungan Keluarga
skizofrenia
sehingga
mampu
276
Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan yang berupa
sikap, perhatian, penerimaan, penghargaan, informasi,
maupun materi yang
diterima pasien skizofrenia pasca perawatan dari anggota keluarga lainya dalam
rangka memulihkan fungsi atau perannya di dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat sehingga pasien skizofrenia mampu menjalani kehidupannya secara
optimal. Dukungan keluarga diperoleh dari hasil pemberian home visit dan
konseling keluarga yang dilakukan oleh pihak GPSY kepada keluarga pasien
skizofrenia.
Peran serta keluarga berupa dukungan yang diberikan kepada pasien
skizofrenia membantu memulihkan kondisi pasien dan mencegah terjadinya
kekambuhan (relaps) pada pasien pasca perawatan. Temuan mengenai
terbentuknya dukungan keluarga sebagai hasil dari home visit dan konseling
keluarga yang selanjutnya dukungan keluarga tersebut berperan dalam proses
pemulihan kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan (relaps) pasca
perawatan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurdiana dkk (2007:9) yang
menyatakan bahwa ada hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap
tingkat kekambuhan klien skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga
tentang skizofrenia tinggi maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan
terhadap klien skizofrenia.
Lebih lanjut, pentingnya peran dukungan keluarga dalam memulihkan
kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan diperkuat melalui penelitian Ambari
(2010:22)
yaitu mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan
keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit.
277
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di Rumah
Sakit Jiwa, semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula
keberfungsian sosial pasien dan sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga,
semakin rendah pula keberfungsian sosial pasien skizofrenia pasca perawatan di
Rumah Sakit.
Berdasarkan hal tersebut home visit dan konseling keluarga berperan
dalam memperbaiki fungsi keluarga dengan membentuk dukungan keluarga
sehingga memulihkan kondisi pasien pada aspek sosial yaitu terkait hubungannya
dengan keluarga yang berpengaruh terhadap aspek psikis berupa pemulihkan
kondisi pasien pasca perawatan dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali
(relaps).
278
Skizofrenia
Terapi
1.
Mekanisme
- Organobiologik
- Psikoreligius
- Psikodinamik
- Psikososial
Dampak
- Fisik
- Psikis
- Sosial
Prognosis
- Psikis
- Sosial ekonomi
Aspek Fisik
(organobiologik)
- Munculnya
gejala positif
dan negatif
skizofrenia.
- Terganggunya
fungsi kognitif,
afektif dan
psikomotor.
1. Aspek psikis
- Konflik id, ego,
superego
- Rendah diri dan
putus asa
- Rentan konflik
psikososial
- Penuh tekanan
2. Aspek sosial
- Konflik keluarga
- Isolasi sosial
- Konflik
intrapersonal
- Permasalahan
sosial ekonomi
Conditioning
- Respon positif terhadap
pengobatan dan fungsi
perawatan diri
- Kemampuan bertahan
menghadapi stressor
- Mampu berinteraksi sosial
dan memiliki pekerjaan
- Mendapat dukungan
keluarga
Unconditioning
- Ketidakpatuhan terhdap
pengobatan.
- Tidak ada dukungan
keluarga
- stressor psikososial yg
terlalu berat
Terapi
Holistik GPSY
Holistik GPSY
Terapi Medis
Terapi
yang
berkaitan dengan kondisi medis
pasien
dan
memulihkan
kesehatan pasien pada aspek
fisik.
Terapi
Rohani
Terapi
yang
berkaitan dengan kehidupan
rohani pasien dan memulihkan
aspek psikis pasien.
Terapi
Psikofarmaka
Pendekatan biologis
Terapi Psikoreligius
Pendekatan
keagamaan
Terapi Psikososial
Sosial
Pendekatan sosiokultural
Terapi
yang
berkaitan dengan ketrampilan
sosial pasien dan memulihkan
aspek kehidupan sosial pasien
Home Visit dan
Kons. Keluarga
memperbaiki kondisi,
fungsi serta pola-pola interaksi
maladaptive di dalam keluarga.
Home
Care
memulihkan kondisi
pasien
skizofrenia
yang
berkaitan dengan aspek psikis
dan kebermaknaan hidup
Terapi psikososial
Pendekatan keluarga
Psikoterapi
Psikoterapi supportif,
re-edukatif, kognitif,
psiko-dinamik, dan
perilaku.
Terapi Medis Konseling individu dan
kekompok kesehatan, ceramah kesehatan, teori
dan praktek kebersihan dan fungsi perawatan diri
kesadaran diri (self
awareness)
Terapi Rohani doa pagi, doa malam,
ibadah, ayat hapalan, konseling individu dan
kelompok rohani
self suggestion dan
resiliensi
Terapi Sosial pengenalan lingkungan,
terapi kerja, refresing individu dan kelompok,
terapi kelompok
ketrampilan sosial
Home Care interaksi kekeluarga,
supportif, terapi perilaku, kedekatan emosional
kebermaknaan
hidup
(meaningfullnes of life)
Home Visit dan Konseling Keluarga
dukungan keluarga
Pulih
Kambuh
Bagan 4.6
Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil penelitian mengenai Terapi Holistik sebagai model penanganan
skizofrenia yang dilakukan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
disimpulkan:
5.1.1 Terapi Holistik
Terapi Holistik di GPSY yang digunakan sebagai model penanganan
skizofrenia terdiri dari tiga terapi pokok (Terapi Medis, Terapi Rohani dan Terapi
Sosial) yang dikemas dalam suatu bentuk pola interaksi Home Care serta
dilengkapi dengan penanganan ke keluarga melalui Home Visit dan Konseling
Keluarga.
Terapi Holistik tersebut meliputi: (1) Terapi Medis (menggunakan konsep
terapi psikofarmaka), yaitu kegiatan terapi yang berkaitan dengan kondisi medis
pasien dan menyentuh kesehatan pasien secara fisik; (2) Terapi Rohani
(menggunakan konsep terapi psikoreligius), yaitu kegiatan terapi yang berkaitan
dengan kehidupan rohani pasien dan menyentuh aspek psikis pasien; (3) Terapi
Sosial (menggunakan konsep terapi psikososial pendekatan sosio-kultural), yaitu
kegiatan terapi yang berkaitan dengan ketrampilan sosial pasien dan menyentuh
aspek sosial pasien; (4) Home Visit dan Konseling Keluarga (menggunakan
konsep terapi psikososial pendekatan keluarga), yaitu terapi yang diberikan
kepada keluarga pasien dan berfungsi untuk memperbaiki kondisi, fungsi serta
279
280
pola-pola interaksi maladaptive di dalam keluarga yang menjadi penyebab
munculnya skizofrenia dan berpotensi memicu terjadinya kekambuhan kembali
(relaps) pada pasien pasca perawatan; (5) Home Care (menggunakan konsep
psikoterapi supportif, re-edukatif, kognitif, psiko-dinamik, dan perilaku), yaitu
pola interaksi kekeluargaan yang diterapkan di dalam GPSY selama proses terapi
dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjalin adanya keterikatan emosional
antara mentor dengan pasien dan pasien dengan pasien, keterikatan emosional
yang terjalin menyentuh aspek psikis pasien dan berfungsi dalam memulihkan
kondisi pasien skizofrenia yang berkaitan dengan aspek psikis.
5.1.2 Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia
Terapi Holistik menangani skizofrenia secara komprehensif pada aspek
kehidupan pasien meliputi aspek fisik (organobiologik), aspek psikis dan rohani,
aspek sosial serta keluarga. Terapi Holistik dapat memulihkan kondisi pasien dan
mencegah terjadinya kakambuhan (relaps) pasca perawatan karena dalam
penanganannya Terapi Holistik memiliki beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap pemulihan skizofrenia yaitu meningkatkan; (1)Kesadaran diri (self
awareness); (2) Self suggestion dan resiliensi; (3) Ketrampilan sosial; (4)
Kebermaknaan hidup (meaningfulness of life); dan (4) Dukungan Keluarga.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka
dapat diuraikan beberapa implikasi bagi Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY), Rumah Sakit Jiwa dan Panti Rehabilitasi, Ilmuwan Psikologi dan
Mahasiswa, serta Keluarga dan Masyarakat.
281
1) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Disarankan hasil penelitian dapat dijadikan kajian ilmu tambahan bagi pihak
GPSY untuk mengembangkan Terapi Holistik melalui pengadaan kerjasama
dengan instansi pendidikan terkait sehingga para akademisi memperoleh wawasan
mengenai pengaplikasian teori penanganan skizofrenia secara holistik melalui
Terapi Holistik yang dikembangkan di GPSY.
2) Mahasiswa dan ilmuwan psikologi
Disarankan hasil penelitian dijadikan inspirasi oleh mahasiswa dan ilmuwan
psikologi untuk dapat melakukan penelitian terkait terutama mengenai skizofrenia
dan model penanganannya sehingga dapat digunakan untuk memperkaya ilmu
psikologi klinis.
3) Rumah Sakit Jiwa dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa diharapkan dapat
memberikan penanganan secara lebih komprehensif pada gangguan jiwa,
khususnya skizofrenia yang mencakup seluruh aspek kehidupan pasien tanpa
menitikberatkan atau memfokuskan pada satu aspek tertentu, yaitu aspek
medis (kesembuhan secara fisik) tetapi juga mempertimbangkan aspek psikis,
rohani, sosial dan keluarga pasien sehingga terjadinya kekambuhan pasca
perawatan dapat diminimalisirkan.
4) Keluarga pasien
Pihak keluarga diharapkan untuk memiliki peran aktif dan terlibat secara
positif dalam membantu mengupayakan pemulihan skizofrenia dengan
memberikan dukungan berupa motivasi, semangat, penerimaan keluarga dan
282
bantuan kepada pasien pasca perawatan, sebab keluarga memiliki peran
penting terhadap keberhasilan pemulihan skizofrenia pasca perawatan.
5) Masyarakat
Masyarakat mampu berpartisipasi dalam proses pemulihan pasien skizofrenia
pasca perawatan yaitu dengan tidak mendiskriminasikan gangguan jiwa
skizofrenia dan memberikan kesempatan serta ruang sosial bagi gangguan
jiwa skizofrenia untuk dapat mengaktualisasikan diri melalui keterlibatannya
dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia dan Azwar. 2013. Relaps Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan. Volume. 1, No.1, Januari 2013.
Ambari, Prida. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah
Sakit. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Arif,I. S. 2006. Skizofrenia; Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Refika Aditama.
Ayu, Regina Ambar. 2012. Hubungan Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Ibu
Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Skripsi. Universitas Kristen Satya
Wacana.
Azzizatunnisa dan Suhartini. 2012. Pengetahuan Dan Keterampilan Perawat
dalam Pelayanan Keperawatan Holistik di Indonesian Holistic Tourist
Hospital. Jurnal Nursing Studies. Volume. 1, No. 1, 2012.
Baihaqi, Sunardi, dan Akhlan. 2008. Psikiatri; Konsep Dasar Dan GangguanGangguan. Bandung: Refika Aditama.
Sulistyana, Elvira dan Budiman. 2013. Gambaran Penyandang Kebutuhan Hidup
Skizofrenia. Artikel Penelitian J Indon Med Assoc. Volume. 63, No. 3,
Maret 2013.
Halgin dan Whitbourne. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.
Hawari, Dadang. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Gaya Baru.
Ibrahim. 2011. Skizofrenia; Spliting Personality. Tangerang: Jelajah Nusa.
Iqbal, Muhammad. 2011. Hubungan Antara Self-Esteem Dan Religiusitas
Terhadap Resiliensi Pada Remaja Di Yayasan Himmata. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Semarang: Widya Karya.
Maslim, R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta : PT. Nuh Jaya.
283
284
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nurdiana, Syafwani dan Umbransyah. 2007. Korelasi Peran Serta Keluarga
Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan. Volume 3, No.1, Februari 2007.
Pertiwi, Mahesti. 2011. Dimensi Religiusitas Dan Resiliensi Pada Resinden
Narkoba Di BNN Blindo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Poerwandari, Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta: LPSP3.
Putri dan Ambarini. 2012. Makna Hidup Penderita Skizofrenia Pasca Rawat Inap.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Volume. 1, No. 02, Juni
2012.
Rahayu dan Ardi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Banyumedia
Publishing.
Salbiah. 2006. Konsep Holistik Dalam Perawatan Melalui Pendekatan Model
Adaptasi Sister Callista Roy. Jurnal Keperawatan. Volume .2 No. 01,
Mei 2006.
Setyaningtyas dan Abdullah. 2011. Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup
Penyandang Cacat Fisik. Skripsi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Slamet, S. dan Markam S. 2008. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Temes, R. 2002. Hidup Optimal Dengan Skizofrenia; Panduan Lengkap
Mengatasi Gangguan Pada Otak. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Tim Penyusun. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.UNNES.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Wakhid, Hamid dan Helena. 2013. Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial
Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS. DR Marzoeki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 34-48.
285
Wiyati, Wahyuningsih dan Widayanti. 2010. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga
Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial.
Jurnal Keperawatan Soedirman. Volume 5, No.2, Juli 2010.
Wiramihardja, A. Sutardjo. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT
Refika Aditama.
Ying, Robert. 1995. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Rajawali Press.
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/upload/schizophrenia.pdf
[diunduh 03/05/12]
http://www.e-bookspdf.org/download/angka-kejadian-kekambuhan
skizofrenia.html [diunduh 18/06/12]
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/508/4f.pdf [diunduh
17/03/13]
http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-aankurniaw-3291 [diunduh 17/03/13]
286
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara (Interview
Guide)
2. Transkip Wawancara (Verbatim)
3. Pedoman Observasi
4. Hasil Observasi (Catatan Lapangan)
5. Tes Grafis
6. Analisis Hasil Tes Grafis
7. Video Dokumenter
8. Surat Keterangan Penelitian
287
Lampiran 1
Interview Guide
288
INTERVIEW GUIDE
a. Identitas
Nama
:
Tempat dan Tanggal Lahir
:
Alamat
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Keterangan
:
b. Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia
1. Kondisi pasien sebelum dilakukan Terapi Holistik.
2. Prosedur pelaksanaan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia.
3. Kondisi pasien setelah dilakukan Terapi Holistik.
4. Efek psikologis Terapi Holistik terhadap pasien skizofrenia.
5. Prediksi kekambuhan pasien.
6. Dinamika pemulihan skizofrenia melalui Terapi Holistik.
7. Keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia.
8. Tanggapan keluarga pasien dan masyarakat terhadap model penanganan
skizofrenia melalui Terapi Holistik.
289
Lampiran 2
Transkip Wawancara
(Verbatim)
290
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Utama
(A1/W1-W28)
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Mei 2013
Waktu
: 14.17 – 15.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor GPSY
Interviewee
: NN
Interviewer
: Kpw
NN adalah mentor utama putri. Beliau yang memimpin dan mengkoordinir
jalannya terapi yang berlangsung di GPSY. Wawancara berlangsung di kantor
GPSY yang berukuran 8x6. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin
wawancara kepada NN oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan
pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika NN telah terlihat siap untuk
melakukan wawancara.
Kode
A1
Hasil Wawancara
W1
Analisis
T : Selamat siang kak, makasih kak NN
buat waktunya.
menyatakan
ketersediaanya untuk
J : Iya kak selama saya bisa bantu diwawancara.
pasti saya bantu.
W2
T : Oiya kak, makasih banget loh. Kondisi pasien pada
Hehehe.
Gini
kak,
bagaimana saat datang ke GPSY
kondisi pasien waktu pertama kali sangat labil dengan
datang ke Siloam?
menunjukan berbagai
J : Pada saat datang itu biasanya gejala
pasien
labil,
kemudian skizofrenia.
meresahkan keluarga, meresahkan
masyarakat, biasanya kalau pasien
mencolok
291
sampai masuk panti itu berarti
tandanya keluarga sudah tidak
bisa menangani. Pasien tidak bisa
mengurus dirinya sendiri, tidak
mengerti lingkungan bahkan ada
beberapa
pasien
yang
kalau
datang dibawa dengan polisi. Ada
yang
telanjang-telanjang,
ngomong tidak nyambung, marahmarah, ada yang nangis ketakutan
yang kebanyakan disebabkan oleh
halusinasi ataupun waham.
W3
T : Pasien yang masuk kebanyakan Pasien
GPSY
rujukan dari panti-panti atau baru kebanyakan
pertama kali dirawat kak?
rujukan
dari RSJ atau panti
J : Ada yang baru pertama, tetapi lain namun ada juga
lebih banyak rujukan dari panti- yang
baru
pertama
panti atau rumah sakit-rumah menjalani perawatan.
sakit yang lain.
W4
T : Ehmm.. iya kak, Kalau prosedure Prosedure
peneriman pasien di Siloam ini penanganan
gimana kak?
dimulai
dari pasien dibawa ke
J : Prosedurnya itu dari pertama GPSY oleh keluarga
kali
masuk
pasien
diantar maupun pihak terkait
keluarga, ada juga yang dibawa kemudian
dilakukan
polisi atau rujukan dari rumah kesepakatan
sakit dan sebagainya kemudian keluarga
dengan
dan
dan anamnesa
serta
persetujuan kedua belah pihak pemilihan
mentor
disini
diadakan
transaksi
antara Siloam dengan keluarga pendamping.
292
mengenai
berbagai
berkaitan
dengan
hal
yang
Siloam
dan
pihak pasien, setelah itu mulai
masuk ke anamnesa. Anamnesa
medis,
sosial,
rohani
dan
psikologis. Kemudian penentuan
mentor
siapa
yang
akan
mendampingi pasien selama di
rawat di Siloam, dan kemudian
pasien masuk.
W5
T : Prosedur penanganan secara Penggalian informasi
umum gimana kak?
terhadap
keluarga
J : Anamnesa itu menggali data dinamakan anamnesa
dari pihak pasien tentang riwayat dan
terdiri
dari
kehidupan pasien yang berkaitan anamnesa
rohani,
dengan kenapa pasien kok bisa sosial
riwayat
dan
sampai skizofrenia dari sisi medis penyakit.
nya
seperti
apa
Hal
sudah dilakukan
misal
ini
untuk
berapa kali dirawat, mempunyai mengetahui gambaran
keturunan skizofren tidak lalu umum pasien yang
dari
kehidupan
gimana,
pasien digunakan
agama
dengan pendiagnosisan.
hubungan
keluarga dan masyarakat seperti
apa, ada permasalahan apa dan
informasi-informasi
berkaitan
dengan
penyakitnya,
pendiagnosisan.
lain
yang
pasien
dan
langkah
awal
Selanjutnya
pasien mulai menjalani perawatan
dengan
menggunakan
Terapi
untuk
293
Holistik.
W6
T : Kalau persiapan pulang itu Home
gimana kak?
visit
adalah
kunjungan
ke
J : Persiapan pulang itu kita keluarga pasien atau
kepulangan mantan
mempersiapkan
pasien
pasien, terutama keluarga. Jadi untuk
dalam masa persiapan pulang ini diberikan
dan
selanjutnya
konseling
ada cuti kak, yaitu kita pulangkan keluarga.
dulu pasien selama seminggu kita
mau liat bagaimana kondisi pasien
dirumah
atau
disebut
masa
percobaan, pada saat cuti kita
lakukan kunjungan ke keluarga
kita
bagaimana
keluarganya
memperlakukan
pasien,
bagaimana pasien dirumah, hal
apa
dalam
keluarga
atau
yang
bisa
lingkungannnya
mnyebabkan pasien kambuh lagi
itu semua kita amati. Setelah cuti
kita lakukan terapi lanjutan yaitu
untuk fungsinya untuk mengatasi
masalah-masalah yang didapat di
lapangan pada saat pasien cuti,
baik dari keluarga maupun pasien,
kita
coba
atasi
itu
semua.
Kemudian setelah semua masalah
sudah
bisa
diatasi
kita
baru
pulangkan pasien.
W7
T : Konseling keluarga nya itu Konseling
keluarga
294
gambarannya seperti apa kak?
adalah
memberikan
J : Ya semacam kita berikan gambaran
secara
pengarahan-pengarahan,
keseluruhan mengenai
pemahaman-pemahaman
skizofrenia
mengenai
keadaan pasien dan keluarga
pengetahuan
karena
tidak
sehingga
memiliki
tentang
skizofren pemahaman yang baik
semua
keluarga mengenai skizofrenia.
pasien memahami skizofren loh
kak,
lalu
bagaimana
keluarga
harus bersikap terhadap pasien.
Kita terima keluhan-keluhan dari
keluarga untuk kemudian kita
tanggapi dan bantu atasi. Jadi
keluarga mempunyai tempat buat
sharing tentang pasien jadi ketika
keluarga
tidak
mengatahui
bagaimana harus memperlakukan
pasien maka kami akan ajari.
W8
T : Itu dilakukan kapan kak?
Konseling
keluarga
J : Dilakukan saat pasien dirawat dilakukan satu bulan
di Siloam, saat pasien akan pulang sekali
pada
saat
atau cuti dan saat pasien sudah pasien di rawat di
dirumah, dilakukan satu bulan GPSY dan pada saat
sekali. Hanya saja ketika pasien pasien pulang, jadwal
sudah pulang konseling keluarga konseling
dilakukan
sesuai
permintaan fleksibel
keluarga, biasanya kalau keluarga kebutuhan.
mulai bingung menangani pasien
mereka telp saya suruh kesana
lalu kita lakukan kunjungan dan
bersifat
sesuai
295
konseling.
W9
T : Oh iya kak, la kalau pengertian Asumsi dasar Terapi
Terapi Holistik sendiri itu apa ya Holistik adalah terapi
kak?
yang
utuh
J : Holistik itu kan artinya utuh, menyeluruh.
menyeluruh.
W10 T : Jenis-jenis terapi dalam Terapi Terapi Holistik terdiri
Holistik ini apa kak?
dari terapi inti yaitu
J : Terapi Holistik ini kami terapi medis, rohani,
kelompokan menjadi 3 terapi inti, dan
sosial
yang
yaitu medis, rohani dan sosial yang dikemas dalam setting
dikemas
dalam
suatu
pola home care dan home
interaksi Home Care, tetapi pada visit
kenyataannya
terapi
dapat
berdiri
karena
ini
kan
ini
tidak keluarga)
sendiri-sendiri,
akan
saling
berkaitan. Visit ke keluarga itu
juga menjadi satu kesatuan dalam
Terapi Holistik yang dilakukan
terhadap keluarga di luar maupun
di dalam GPSY. Pada saat visit
kita lakukan konseling keluarga
Terapinya yang pertama terapi
medis, terapi medis ini adalah
semua kegiatan yang berkaitan
dengan
medis.
Kegiatannya
bervariasi tetapi tetap berbasis
pada ranah medis, karena temanteman disini kan sakit jadi mereka
harus
dibantu
melalui
obat-
(konseling
296
obatan.
Jadi
obat
merupakan
primadona dalam terapi medis,
obat diberikan setiap hari pada
saat
pemeriksaan
rutin
dan
dikontrol setiap bulannya oleh
psikiater, pada hari jumat minggu
ketiga, penggunaan ruang isolasi
yang gunanya untuk memantau
perilaku pasien atau disebut ruang
emergency,
pasien
yang
error
nanti dimasukan ke ruang isolasi
sampai
ia
bisa
kembali
berperilaku baik. Ini juga sebagai
bentuk hukuman
kak,
karena
tidak mau dimasukan ruang isolasi
jadi
mereka
bekerja
keras
menjaga diri supaya tidak error.
Jadi
bermanfaat
juga
supaya
untuk mereka tidak seenaknya
sendiri,
perintah
jadi
harus
mentor
mematuhi
supaya tidak
error lagi. Hahaha.
W11 T : Berapa lama kak kalau diruang Pasien
isolasi?
ditaruh
J : Ya tergantung kondisi, sampai isolasi
yang
labil
di
ruang
sampai
pasien stabil. Ruang isolasi itu kondisinya stabil.
kondisinya seperti kamar biasa,
ada tempat tidurnya cuma pasien
dikunci sehingga tidak bisa keluarkeluar, tidak bisa bermain-main,
297
dan kondisi pasien selama di
ruang isolasi itu dipantau bagian
medis
Siloam,
Sariman
yaitu
dan
juga
eyang
mentor
pendamping pasien.
W12 T : Selain itu medisnya apa lagi kak?
Terapi medis terdiri
J : Ada sanitasi lingkungan, ada atas kegiatan-kegiatan
terapi-terapi yang dilakukan agar yang
mereka
berkaitan
kebersihan dengan kesehatan dan
mengerti
dirinya sendiri dan lingkungan. kebersihan
secara
Contohnya itu belajar cara mandi, fisik.
cara
gosok
gigi,
bagaimana
cara
mereka
untuk
untuk
mencuci, mengurus kamar. Itu
semua diberikan secara dengan
teori, setelah itu praktek trus
dibuat dalam permainan, misal
dibuat games lomba sikat gigi,
lomba memakai baju dengan rapi,
pemeriksaan rambut, kuku, gigi
untuk selanjutnya bisa diterapkan
dalam
keseharian
Siloam.
Selain
itu
pasien
juga
di
ada
konseling kesehatan, PA kelompok
kesehatan,
Terus
juga
ada
punishmentnya misal menggosok
gigi nya tidak bersih nanti dapat
hukuman lari dengan membawa
kasur.
W13 T : Kalau konseling kesehatan itu Konseling kesehatan
298
gimana kak?
adalah sharing antara
J : Konseling kesehatan itu ya yang pasien dengan mentor
tiap
hari
dilakukan
eyang yang
Sariman, memanggil satu pasien dengan
berkaitan
kebersihan
trus dinasehati kalau mandi harus dan kesehatan pasien.
pake sabun, keramas yang rajin.
Atau misalnya pasien mengeluh
mengalami sakit atau tidak enak
badan nanti pasien curhat sama
eyang tentang apa yang dirasakan.
Jadi konseling kesehatan lebih
kepada
mengajarkan
menjaga
kesehatan kepada pasien secara
individual.
Terus
juga
terapi
kelompok tentang kesehatan, trus
nanti juga ada senam, jalan sehat.
W14 T : Kalau yang terapi rohani nya itu Terapi Rohani adalah
apa kak?
adalah kegiatan yang
J : Sebenarnya tujuan terapi berkaitan
dengan
rohani itu adalah bahwa pasien kehidupan
rohani
percaya kepada Tuhan, menyadari pasien yaitu hubungan
dirinya, menyadari arti hidupnya pasien dengan Tuhan.
di hadapan Tuhan sehingga bisa
menjalani hidup dengan baik dan
bermakna. Terapinya itu ada doa
pagi, doa malam itu artinya kita
mengucap syukur kepada Tuhan
karena masih diberi kesempatan
untuk menikmati hidup, terapi
ketuk ini medis tapi masuk ke
299
rohani,
terapi
musik
rohani,
ibadah, ada pemahaman firman,
ada
ceramah,
drama
rohani,
membaca buku rohani atau terapi
pustaka dan seminar keagaman,
pemutaran film rohani, konseling
kelompok rohani.
W15 T : Berarti terapi rohani itu tidak Masing-masing terapi
semata-mata
hanya
mengenai tidak berdiri sendiri
kerohanian saja ya kak? Tapi juga tetapi ada keterkaitan
menyangkut
aspek
kognitif
dan antara
sebagainya gitu?
yang lainnya.
J : Loh iya, jadi itu kan terapi
medis,
rohani,
sosial
kan
sebenarnya hanya penggolongan
secara garis besar saja tetapi
isinya dari setiap terapi itu kan
mencangkup
semua
satu
kak.
Jadi
misalnya dalam terapi musik itu
ada game, permainan drama. Jadi
kita bikin satu acara itu ada aspek
medisnya, rohani didalamnya dan
sosialnya. Seperti ibadah diluar,
jadi kami bawa mereka ibadah di
luar misal di gereja lain, ibadah
dan kemah rohani di Kopeng, ini
kan sosial nya juga termasuk yaitu
berinteraksi dengan masyarakat
luar. Trus pada saat natalan
mereka tampil di gereja main
dengan
300
musik angklung, drama, tari. Jadi
nanti satu kegiatan itu mencakup
berbagai aspek kak didalamnya.
W16 T : Oh iya kak, terus kalau yang Terapi
bagian
sosialnya
apa
aja
kak merupakan
terapinya?
sosial
jenis
kegiatan terapi yang
J : Terapi sosial itu terdapatnya berkaitan
interaksi antara pasien dengan kehidupan
lingkungan,
mereka pasien
contohnya
dengan
sosial
dengan
semua bertemu kita kasih satu lingkungan
dan
tema kemudian mereka berdiskusi melibatkan
adanya
lalu
mereka
suruh proses
kami
presentasi. Kemudian terapi kerja sosial.
seperti
piket-piket,
pelatihan
ketrampilan,
berjualan
jalan
keliling
terapi
sehat
musik,
angklung,
briket,
kampung,
kelompok
waserda,
Ikut
kegiatan
bensin,
pembuatan
terlibat
desa,
dipasarkan,
yaitu
dalam
krupuk
trus
nanti
refresing..
Misalnya dua hari pergi berlibur,
pergi ke salon, ke moll, outbond
pokoknya bagaimana biar bisa
membuat
mereka
Kemudian
itu
semua
senang.
dikemas
dalam suatu pola Home Care ya,
jadi kita membuat pola interaksi
di dalam Siloam ini layaknya
seperti
rumah
yang
terdapat
interaksi
301
keluarga didalamnya, jadi mereka
merasa nyaman berada di dalam
Siloam,
kakak-kakak
dengan
mereka,
peduli
membantu
mereka untuk bisa pulih.
W17 T : hmmm… iyaa kak. Lalu dalam Terapi
Terapi
Holistik
ini
kan
Holistik
ada memiliki 6 tahapan
tahapannya ya kak, itu seperti apa yang
tahapannya?
akan
dilalui
pasien, yaitu meliputi
J : Jadi ada 6 tahapan yang akan masa sosialisasi, masa
dilalui pasien, yaitu meliputi masa terapi, masa persiapan
sosialisasi,
masa
persiapan
pulang,
terapi
terapi,
masa
lanjutan
masa pulang,
masa
cuti,
cuti, terapi
lanjutan
dan
masa masa
dan
bimbingan lanjut. Semua pasien lanjut.
akan melewati setiap tahapan ini
dengan waktu yang berbeda-beda
setiap individunya tergantung dari
kondisi pasien. Masa sosialisasi itu
pada
dasarnya
pengenalan
adalah
pasien
masa
terhadap
Siloam beserta isinya dan mentor
terhadap pasien dan juga masa
menstabilkan
pasien,
karena
ketika pasien yang baru datang itu
kondisinya
sangat
dikendalikan,
sehingga
labil,
susah
tidak
terkontrol,
pasien
belum
diperbolehkan mengikuti semua
kegiatan di Siloam, la pada masa
bimbingan
302
sosialisasi
kita
stabilkan
kondisinya dengan obat-obatan.
Jadi medis sangat berperan di
masa sosialisasi ini. Kemudian
setelah masa sosialisasi dianggap
berhasil
artinya
pasien
sudah
mulai stabil tahapan berikutnya
yaitu masa terapi, jadi pasien
sudah
diperbolehkan
diharuskan
untuk
dan
mengikuti
semua terapi yang dilakukan di
Siloam. Ini wajib kak, kecuali
pasien sedang sakit, sampai pasien
menjadi kooperatif. Ketika pasien
sudah
kooperatif
tahap
selanjutnya yaitu masa persiapan
pulang, kami siapakan keluarga
pasien
melalui
konseling
dan
tentunya kami siapakan pasien
dalam
menghadapi
pasien.
Kami
kepulangan
dan
keluarga
rancang apa saja rencana pasien
setelah dia pulang, setelah itu kami
lakukan
konseling
pribadi
terhadap pasien mengenai hal-hal
yang harus pasien lakukan ketika
dirumah,
bagaimana
cara
mengatasi ketika pasien merasa
sudah
kembali,
akan
mulai
kambuh
bagaimana
caranya
bertanggung jawab dengan sendiri
303
dan sebagainya. Kami beri bekal
kepada pasien. Setelah itu masa
cuti, dimana pasien dipulangkan
ke rumah selama 5-7 hari, Jadi
cuti dilakukan 3 bulan sebelum
pasien benar-benar dipulangkan
kita uji coba kan dulu. atau
disebut
masa
percobaan,
jadi
pasien kita kembalikan ke situasi
nyata
kehidupannya
gunannya
untuk
mepersiapkan
kesiapan
pasien ketika nanti pulang. Setelah
cuti kita evaluasi permasalahan
apa yang terjadi atau muncul
dilapangan
yang
sekiranya
berpotensi menyebabkan pasien
kambuh lagi untuk selanjutnya
segera
kita
perbaiki
atau
minimalisirkan jadi untuk melihat
dan mengevaluasi permasalahan
apa yang muncul ketika pasien
pulang, baik dari pasien maupun
keluarganya. Selanjutnya adalah
masa terapi lanjutan, masa ini
adalah
masa
menjawab
permasalahan-permasalahan hasil
evaluasi
cuti
untuk
kemudian
kami perbaiki. Sebagai contoh
pada
saat
pasien
pulang
ia
menjadi sering mengamuk dan
ternyata itu karena ia malas
304
sehingga
sering
dimarahi.
Kemudian pasien kita berikan
konseling dan kita ajarkan untuk
tidak malas, keluarga juga kita
konseling
agar
mbok
ya
menasehati
dengan baik tidak
perlu marah-marahi. Jadi kedua
belah pihak bisa saling instropeksi
dan saling memahami. Setelah
pasien selesai menjalani terapi
lanjutan
pasien
pulangkan,
kembali
tentunya
kami
dengan
keadaan yang lebih baik, pada saat
pasien sudah pulang kami lakukan
bimbingan
lanjut
pantau
terus
apakah
pasien
melakukan
katakan
kondisi
apa
pada
yaitu
dan
kami
pasien,
keluarga
yang
kami
tahapan
terapi
lanjutan dan apakah keluarga
menaati perintah kami. Bimbingan
lanjut ini kami lakukan setiap
seminggu sekali selama 3 bulan.
Selanjutnya pemutusan hubungan
kerja, bahwa Siloam telah selesai
melaksanakan tugasnya. Secara
formal
Siloam
sudah
tidak
memiliki
tanggung
jawab
terhadap
pasien.
Namun
hubungan
baik
kami
dengan
keluarga akan tetap kami bina
305
jadi
apabila
sewaktu-waktu
keluarga
membutuhkan
bantuan/mengalami permasalahan
berkaitan dengan pasien kapan
pun itu akan tetap kami bantu .
W18 T : Ohh.. iya kak, la kalau kondisi
pasien setelah dirawat dengan Terapi
Holistik ini gimana kak?
-
J : La kalau menurut yang kakak
lihat gimana?
W19 T : Ya mereka lebih terkontrol sih Setelah
dirawat
kak kalau dibandingin sama yang di dengan
Terapi
RSJ.:
Holistik
J : Iya. Terapi Holistik mengenai pasien stabil.
semua aspek kehidupan pasien
jadi
mereka
lebih
bisa
mengendalikan diri, obat-obatan
yang mereka minum membantu
menghilangkan
gangguan
halusinasi
psikis
yang
dan
mereka
alami, mereka memang masih labil
kadang heng tapi mereka bisa
kendalikan dirinya, bisa mengerti
penyakitnya.
Karena
diterapi
sosial sama rohani kita ajarkan
itu,
tentang
karena
memahami
pemahaman
ketika
dirinya
diri
seseorang
dengan
seutuhnya maka orang tersebut
akan bisa mengendalikan dirinya,
kondisi
306
memiliki
kesadaran
untuk
menjadi lebih baik. Selain itu
terapi rohani membuat kehidupan
pasien menjadi lebih bermakna,
mempunyai
dan
juga
beradaptasi
dengan
pengharapan
mereka
serta
baru
mampu
berinteraksi
lingkungan
melalui
kegiatan-kegiatan di terapi sosial.
Jadi begitu mereka error mereka
langsung mempunyai kesadaran
untuk segera mengatasinya bukan
semakin
membiarkan
menjadi-jadi
untuk
tetapi
menyembuhkan
dirinya
berusaha
dirinya
tentunya dengan cara-cara yang
sudah diajari di terapi. Mereka
disini merasa semua semua sayang
mereka makanya mereka harus
sembuh tidak boleh error, seperti
hari ini kan kak Alfred akan pergi
sama
Dedimus
kacamata,
(pasien)
sebenarnya
beli
beli
di
dekat sini kan bisa tapi kak Alfred
ajak ke Malioboro sekalian jalanjalan jadi biar hatinya senang.
Dengan seperti ini mereka kan
merasa
disayang
jadi
mereka
berusaha untuk sembuh karena
banyak orang yang sayang sama
saya dan pengen saya sembuh. Ini
307
menjadi motivasi utama mereka
buat
bisa
mengendalikan
diri
kalau lagi error loh kak.
W20 T : Ini termasuk salah satu terapi Kegiatan dalam terapi
sosial juga ya kak?
medis
J : Iya ini kan sebenarnya terapi keterkaitan
medis
karena
keperluan
memiliki
dengan
membeli terapi sosial.
akan
untuk
kesehatan
matanya, tapi diajak jalan-jalan
sekalian biar pasien juga merasa
senang. Seperti kemaren itu siangsiang saya
dengan
kak Ance
mengantar Priskila (pasien) beli es
crem di toko dekat rumah sakit itu
loh kak, padahal waktu itu siang
panas-panas
kami
jalan
kaki
padahal jaraknya kan lumayan
jauh itu to kak. Disana kami suruh
dia makan es crem, belanja jajan
yang dia mau kemudian kami
pulang. Ya hanya begitu saja
tetapi
itu
membuat
sudah
luar
mereka
hahahaha.Itulah
yang
biasa
senang.
disebut
refresing pribadi.
W21 T : Kalau prediksi kesembuhan Skizofrenia tidak bisa
pasien setelah di Terapi Holistik itu sembuh, obat-obatan
gimana kak?
yang diberikan hanya
J : Skizofren ini pada dasarnya membuat kondisinya
tidak bisa sembuh kak, karena stabil
dan
308
memang ada syaraf nya yang meminimalkan
terganggu. Obat-obat dan terapi kekambuhan.
yang diberikan sebenarnya hanya
membuat
stabil
meminimalkan
dan
supaya
pasien
tidak kambuh lagi.
W22 T : Oiya kak, berarti prediksi pasien Pasien mulai stabil
bisa stabil setelah menjalani Terapi setelah menjalani 1-2
Holistik ini bagaimana kak?
bulan perawatan.
J : Rata-rata mereka bisa stabil
setelah 1-2 bulan perawatan disini,
1-3 minggu mereka sudah mulai
terkendali.
W23 T
:
Sedangkan
kalau
prediksi Prediksi kekambuhan
kekambuhannya bagaimana kak?
dipengaruhi
J : Prediksi kekambuhannya bisa dukungan
oleh
keluarga
dilihat dari dukungan keluarga dan respon terhadap
dan ketaatan minum obat. Jadi pengobatan.
kalau
keluarga
sudah
mulai
bertingkah seperti tidak manaati
perintah
kita
keluarga
ya
saat
ini
konseling
sudah
mulai
waspada kambuh lagi, apalagi
kalau kelurga sudah tidak taat
memantau pasien minum obat,
sudah mulai ngeyel nanti anak
saya
tergantungan
obat
dan
macem-macem alasan, selain itu
tidak memberikan kasih sayang,
tidak
perhatian
ya
ini
yang
309
menyebabkan pasien berpotensi
kambuh. Tapi kami juga ada
follow up 3 bulan setelah pasien
pulang, jadi ini untuk mengontrol
situasi keluarganya kami masih
rutin kunjungi pasien. Jadi untuk
membiasakan pola hubungan yang
baik antara keluarga dan pasien.
W24 T : Berarti keluarga berperan besar Keluarga
juga ya kak terhadap kekambuhan?
dalam
berperan
mencegah
J : Iya lah kak, kalau keluarga kekambuhan
pasien
baik dalam artinya ngopeni dia pasca perawatan.
sungguh-sungguh
kemungkinan
kambuh nya juga sedikit. Tapi
bisanya di awal mereka ngeyel
tetapi ketika pasien sudah mulai
menunjukan
gejala
error
lagi
mereka baru mendengarkan kami
dan menuruti nasehat kami. Jadi
kalau
kekambuhan
itu
bisa
diprediksi dari keluarga kak.
W25 T : Kalau terapi kerja seperti Ketrampilanberjualan
bensin,
pelatihan ketrampilan
yang
ketrampilan itu fungsinya apa ya diberikan dalam terapi
kak?
kerja digunakan untuk
J : Setelah pulang dari Siloam membekali
mereka
mempunyai
pasien
tanggung dalam
jawab yang besar loh kak untuk mempersiapkan
dapat berfungsi dan berkarya di kehidupan
pasien
dalam masyarakat. Ketrampilan- pasca perawatan.
310
ketrampilan dalam terapi kerja
dipersipakan
untuk
membekali
pasien ketika sudah berada di
luar,
sehingga
mempunyai
pasien
suatu
itu
ketrampilan
yang berguna untuk menunjang
kehidupannya, pasien mempunyai
pekerjaan
yang
dengan
diajarkan
ketrampilan
disini
seperti
misalnya membuat usaha kerupuk
lele kemudian dipasarkan hasilnya
bisa
digunakan
meningkatkan
untuk
perekonomian,
selain itu juga dengan memiliki
kemampuan
pasien
berguna
loh
ini
merasa
aku
bisa
menghasilkan uang sendiri.
W26 T : Ehmm… iya kak. La kalau Terjalinya keterikatan
keefektifan Terapi Holistik dalam emosional
membuat
menangani skizofrenia itu gimana pasien
memiliki
kak?
kebermaknaan hidup
J : Karena saya tiap hari saya dan penerimaan diri.
disini ya efektif. Ada home care
juga to kak,
home care itu kan
home rumah kak, care peduli home
care rumah yang peduli jadi
mereka merasa diterima, disayang
sehingga
keyakinan
mereka
bahwa
mempunyai
hidupnya
bermakna, seperti dirumah kita
311
perlakukan
mereka
seperti
keluarga, jadi kalau mereka mau
kambuh
mereka
ingat
bahwa
kasian nanti kakak-kakak sama
teman-teman
saya
kalau
saya
kambuh, jadi ada rasa saling
menjaga. Ada kepedulian antara
satu dengan yang lain, bukan
hanya mentor dengan pasien tetapi
pasien dengan mentor. Semua
pasien
diperlakukan
keluarga
merasa
sendiri
berarti
seperti
jadi
mereka
tidak
merasa
terbuang. Ini kah sebenarnya yang
menjadi
akar
mereka
ketika
permasalahan
hal
ini
bisa
ditangani kakak bisa lihat sendiri
kan bagaimana perilaku mereka
sehari-hari, kalau baru pertama
datang tidak bisa bedakan mana
mentor
mana
pasien
sama.hahahaha.
Ya
karena
inilah
keefektifan Terapi Holistik kak.
W27 T : Hahaha iyaa kak, sebelum kesini Pasien
saya
juga
membayangkan
enggak-enggak
saya
kira
yang
yang diperlakukan dengan
kaya baik
akan
pasien-pasien yang di RSJ tapi menunjukan perilaku
ternyata baik-baik pasiennya.
J
: Ya
mereka
baik
yang baik pula.
karena
diperlakukan dengan baik kak,
312
seperti
apa
mereka
itu
kan
tergantung dari seperti apa kita
bersikap memerlakukan mereka.
W28 T : Bener kak, hehehe. Yaudah kak NN
menyatakan
untuk sementara cukup dulu besok ketersediaanya untuk
lagi ya kak.
dilakukan wawancara
J : Iyaa kak, besok catat saja apa lebih lanjut apabila
yang kurang besok ditanyakan dibutuhkan.
lagi.
313
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Kedua dengan Narasumber Utama
(A2/W1- W18)
Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Juni 2013
Waktu
: 17.10-18.05 WIB
Tempat
: Teras GPSY
Interviewee
: NN
Interviewer
: Kpw
Wawancara kedua kepada NN dilakukan untuk menggali data tetang KM,
wawancara dilakukan sore hari di teras GPSY sambil bersantai dan minum teh.
Terdapat banyak pasien yang duduk-duduk di teras pada saat wawancara
berlangsung. Wawancara terlebih dahulu dimulai dengan obrolan ringan sebelum
akhirnya berfokus pada informasi yang terkait dengan KM.
Kode
A2
Hasil Wawancara
W1
Analisis
T : Kak mbak KM itu sebenarnya Adanya
perbedaan
permasalahnnya apa?
mengenai
persepsi
J : KM itu kalau berdasarkan penyebab skizofrenia
informasi dari mamanya itu dia pada
KM,
kena guna-guna, ini menurut versi adanya
yaitu
anggapan
orang tua, atau sesepuh dia itu bahwa KM digunaditimbalkan
sama
tetangganya. guna
Tapi kalau berdasarkan informasi sebenarnya
yang diperoleh dari
keluarganya
tetangga,
namun
adalah
anggota permasalahan stressor
dan cerita dari psikososial
yaitu
jadi dulu dia itu mau kegagalan
menikah dan cowonya itu ada di pernikahan, orang tua
Batam. Orang tuanya tidak setuju meninggal
dan
314
sehingga
akhirnya
jadi ketidakpatuhan
tidak
menikah, batal untuk menikah dan minum obat.
itulah permasalahan yang menjadi
pemicunya, trus yang juga karena
KM ini susah minum obat dan
pemicu yang terakhir ini bapaknya
meninggal to kak.
W2
T : Kalau kondisi mbak KM pas Kondisi
KM
pertama kali di bawa ke Siloam itu menunjukan
gimana kak?
gejala
positif skizofrenia.
J : Triak-triak, ngamuk-ngamuk,
telanjang-telanjang, ribut, jalan
keliling-keliling
berkali-kali,
tenaganya itu kuat sekali susah
dikendalikan.
W3
T : Itu skizofren apa ya kak?
KM
didiagnosa
J : Dia itu skizofren paranoid, jadi skizofrenia paranoid.
dulu
itu
dia
liat
ada
orang
ngomong didekat dia, dia langsung
tersinggung
dikira
mereka
itu
ngomongin dia. Ngamuklah dia
marah-marahi itu orang. Hahahha
W4
T : Hehehe. Tapi sekarang udah
nggak
keliatan
ya
kak,
-
saya
wawancara dia terbuka banget kok.
J : La iya itu dulu waktu pertama
begitu kak.
W5
T : Mbak KM itu kak udah 5x keluar Kekambuhan
masuk panti yang berbeda kak, la itu dipicu
permasalahannya apa kak?
oleh
KM
faktor
keluarga (tidak ada
315
J : Kenapa dia tiap pulang kambuh dukungan
lalu masuk lagi ke panti yang lain, dan
karena
penyebabnya
itu
keluarga)
ketidakpatuhan
yang minum obat.
pertama dia tidak didukung oleh
anggota
keluarga,
dukungan
keluarga tidak ada dan kemudian
yang kedua dia tidak taat minum
obat.
W6
T : Kalau dari Siloam usaha yang Penanganan terhadap
dilakukan
untuk
mengatasi kekambuhan
permasalahan-permasalahan
KM
yang yang disebabkan oleh
menyebabkan mbak KM kambuh faktor
keluarga
dengan menggunakan Terapi Holistik adalah
dengan
itu gimana kak?
konseling keluarga.
J : Kita melakukan konseling
keluarga. Jadi pertama kita cari
latar belakang kekambuhannya,
kami gali latar belakang nya dari
keluarga
setelah
menceritakan
keluarga
akhirnya
dapat
mengambil
bahwa
oh
kami
kesimpulan
permasalahan
ini
ternyata berasal dari keluarganya,
dia mudah kambuh lagi. Oleh
karena itu jadi sebelum masuk
Siloam
kami
sudah
kasih
perjanjian bahwa keluarga harus
mau dikonseling, keluarga harus
mau diajarkan untuk bagaimana
mendukung
KM
dan
kalau
316
keluarga tidak setuju kami tidak
bisa terima KM di Siloam dan
keluarga setuju. Jadi kami selalu
bimbing keluarga harus begini,
begini, begini kita selalu arahkan
mereka.
W7
T : La dulu kondisi keluarga nya Keluarga KM tidak
mbak
KM
gimana
kak
yang bisa
menyebabkan kambuh?
kondisi
menerima
KM
dan
J : Kondisi KM yang seperti ini kurang
membuat memperhatikan KM.
dampaknya
ya
keluarganya
kurang
bisa
menerima to, karena pasti garagara penyakit ini perilakunya KM
jadi aneh. Sehingga hubungan
dengan keluarga kurang baik ya,
terus juga keluarga terlalu sibuk,
saudara-saudaranya
urusan-urusan
mempunyai
sendiri
jadi
ya
tidak ada yang perhatian dengan
KM.
Jadi
kita
lakukan
konseling
terhadap keluarganya.
W8
T : Konseling keluarga itu berapa Konseling
kali dilakukan kak?
dilakukan
keluarga
sebulan
J : sebulan sekali kak, kami yang sekali.
datang ke keluarga atau keluarga
yang kami panggil kesini.
W9
T : Terus setelah dilakukan konseling Konseling
keluarga
317
keluarga
kondisi
keluarga
nya memberikan
gimana kak?
perubahan
J : Keluarga sudah mulai bekerja terhadap
positif
sikap
mereka keluarga kepada KM.
sama,
sebagai
contoh
sudah
mulai
patungan
untuk
bersama-sama membayar biaya
perawatan KM dan bergantian
rutin menjenguk KM, ini kan
sudah suatu bentuk dukungan.
Mereka sudah mulai pikirkan dan
buat rencana ketika KM apa yang
harus mereka lakukan supaya KM
tidak melamun, tidak mengamuk
itu sudah kami bicarakan, kami
rancang
bersama.
peran-peran
dalam
Bagaimana
masing
ikut
keluarga
mendukung
kesembuhan keluarga itu sudah
kami
sosialisasikan
dan
kami
persiapkan. Nanti 2 minggu sekali
saya akan tengok kira-kira itu
keluarga lakukan tidak apa yang
sudah
saya
sampaikan
proses
konseling.
KM
dalam
dalam
minggu ini akan cuti selama 3 hari.
Saya ini juga akan kesana untuk
mengontrol.
W10 T : Terus setelah itu kembali kesini Cuti
lagi ya kak?
J
: Iya
fungsi
cuti
itu
digunakan
sebagai
bahan
kan evaluasi
sebelum
318
sebenarnya dari KM sendiri untuk pasien
pergi
di
benar-benar
dengan dipulangkan,
rumahnya
keadaan dia yang waras dan stabil selanjutnya
untuk
akan
seperti ini, dia itu dirumah seperti dilakukan perbaikanapa. Kira-kira apa yang membuat perbaikan
dia
terganggu
dirumah
dan sealama
berpotensi membuat dia kambuh ditemukan
kembali.
Itu
nanti
dievaluasi permasalahan.
setelah saya datang, kemudian dia
kembali kesini dan kita berdua
evaluasi bersama. Cuti ini juga
menjadi
bahan
keluarga
eveluasi
kira-kira
KM
buat
itu
dirumah perilakunya seperti apa,
apa perilakunya sama dengan di
Siloam, nah kalau keluarga tidak
bisa mengkondisikan situasi di
Siloam seperti di rumah seperti
yang
telah
diajarkan
pada
konseling keluarga makanya bisa
menjadi KM untuk berpotensi
kambuh. Jadi nanti KM pulang
evaluasi dengan saya dan saya
evaluasi
dengan
keluarga.
Bagaimana kondisi rumah, apa
yang membuat dia sampai tidak
nyaman.
yang
Bagaimana
diberikan
perhatian
keluarganya.
Kenapa di Siloam sehat lalu di
rumah kambuh ini ada apa, la itu
lah yang menjadi bahan evaluasi
apabila
cuti
319
kita. Dilihat dari segi spiritual
rohaninya
bagaimana
mengajarkan
dilihat
dari
keluarga
untuk
beribadah,
segi
sosialnya
bagaimana
keluarga
memperlakukan KM,
apakah
diperlakukan seperti orang sakit,
atau
mereka
perlakukan
dia
seperti orang sehat, atau mereka
mengharapkan terlalu banyak dari
dia. Kalau keluarga perlakukan
mereka seperti masih sakit maka
ia akan tenang-tenang aja, itu
membuat dia malas-malasan, tidak
mempunyai
akhirnya
tanggung
melamun
lagi
jawab
terus
kambuh deh. Heheheh. Seseorang
itu kalau merasa tidak berarti
tidak berguna ia akan kambuh
lagi.
Atau
keluarga
sebaliknya
kalau
menggangap
KM
sepenuhnya waras dan lupa kalau
KM itu punya sakit lalu keluarga
akan memperlakukan KM dengan
cara memberikan tanggung jawab
lebih, tidak standar nya dia, dia
juga akan kambuh kak. Jadi
harapan keluarga terlalu tinggi
juga membuat dia kambuh, yang
pas
sajalah
kalau
begitu.
Kemudian setelah itu kami dengan
320
pihak keluarga mulai merancang
tentang bagaimana kegiatan dan
rencana pasien setelah keluar dari
GPSY, jadi sepulang dari sini
pasien
mempunyai
sehingga
atau
sehingga
hidupnya
kesibukan
kegiatan
itu
tetap
punya
tujuan kak.
W11 T : Tahapan yang dilalui mbak KM Tahapan
itu apa aja kak?
yang
perawatan
dilalui
KM
J : Jadi ada 6 tahapan yang sudah berupa
masa
dan akan dilalui oleh masing- sosialisasi,
masa
masing pasien, yaitu yang pertama terapi, masa persiapan
masa sosialisasi, masa terapi, masa pulang,
masa
cuti,
persiapan pulang, masa cuti, terapi terapi lanjutan dan
lanjutan, dan masa bimbingan masa
lanjut. KM ini melewati masa lanjut.
sosialisasi selama satu bulan, jadi
dia di ruang isolasi, diberikan
ekstra pendampingan, ekstra obatobatan
sampai
dia
tenang.
Kemudian dia beradaptasi dengan
lingkungan disini, dia tau tentang
peraturan, kenal mentor-mentor
disini, mulai kenal saya yaitu
marahnya saya, sayang nya saya.
Jadi di masa sosialisasi ini juga
membangun
pasien
rasa
dengan
kepercayaan
mentor.
Masa
mengenal dia, oh anak ini itu kalau
bimbingan
321
nasihatin dia harus begini, nggak
bisa dikerasin, kalau saya keras
dia akan semakin keras, kalau saya
lembut dia ngelonjak. Jadi dia
belajar percaya sama saya dan
saya belajar memahami dia itu
anak
yang
seperti
apa
dan
bagaimana cara mengontrol dia.
Figur seperti apa yang dibutuhkan
dia, saya masuk jadi figure kawan,
oh ga cocok, saya masuk jadi
figure ibu oh ternyata figure ibu ga
cocok juga, saya coba masuk jadi
figure kakak perempuan, dan oh
ini baru cocok. Jadi KM ini butuh
figure
kakak
perempuan,
kita
masuk disitu. Dengan begitu kita
akan mudah mengendalikan dia
karena dia percaya dengan kita.
Kita
buat
pasien
mempercayai
kita
sepenuhnya
maka
akan
dengan mudah kita mengendalikan
mereka kak. Selain itu kita juga
harus meyakinkan mereka bahwa
kita ini percaya sepenuhnya sama
mereka,
apapun
yang
mereka
katakan kita percaya jadi ketika
ada apa-apa tentang diri mereka,
maka
semua
mereka.
mereka
karena
Jadi
akan
kita
kita
ceritakan
percaya
dapat
322
mengetahui
apa
yang
terjadi
dengan dia tanpa ada yang dia
tutup-tutupi
kak,
ini
memudahkan
kan
proses
penyembuhan juga to.
W12 T : Terus tahapannya selanjutnya KM
apa?
kooperatif
bersikap
dalam
J : Masa terapi, KM ini sangat menjalani masa terapi
rajin
sekali
kalau
terapi,
dia sehingga ia mampu
bersemangatnya kak. Karena KM melawatinya dengan
ini
kan
katanya
senang
biar
kegiatan cepat.
ikut
pikirannya
itu
bekerja jadinya tidak melamun.
Jadi KM ini melewati tahapan
demi tahapan dengan cepat kak.
Dan
sekarang
ini
dia
sedang
menjalani masa persiapan pulang
karena sebentar lagi mau cuti.
W13 T : Ehmm gitu ya kak, berarti Membangun
membangun kepercayaan itu penting kepercayaan
pasien
juga ya?hehehe
mentor
terhadap
J : Loh iya to, kakak kan hanya merupakan hal yang
akan cerita permasalahan yang penting
dan
kakak alami bukan dengan semua berpenagruh terhadap
orang kak, hanya orang yang keberhasilan
kakak percaya saja dan kakak penanganan pasien.
anggap
bisa
membantu
menyelesaikan masalah. Apalagi
mereka para skizofren ini, mereka
butuh sosok yang mereka percaya
323
untuk bisa menolong mereka, yang
peduli dengan mereka. Terus kita
juga berikan reward kak untuk
setiap positif yang mereka lakukan
walapun itu kecil, misal ketika
pasien bilang kak hari ini saya
mau
error
tapi
saya
bisa
melawanya, wah bagus itu kamu
memang anak hebat. Pujian-pujian
kecil seperti itu membuat senang,
sehingga mereka akan berusaha
melakukan hal-hal positif agar
kami
berikan
pujian,
itu
kebanggaan tersendiri dalam diri
mereka kak. Atau ketika mereka
tidak eror selama selama seminggu
kami janji akan ajak jalan-jalan,
mereka berusaha untuk tidak eror
kak, dan ketika mereka berhasil
kita benar tepapi janji untuk ajak
jalan-jalan.
terbiasa
Lama-lama
untuk
mereka
tidak
eror
walaupun tidak dijanjikan apaapa. Heheheh.
W14 T : hahaha. Saya juga mau kak diajak KM diajarkan untuk
jalan-jalan. Oiya kak KM itu kak memahami
permasalahannya halusinasi, la yang penyakitnya
kakak ajarkan sama KM untuk mampu
melawan
bagaimana?
halusinasi
nya
itu mengatasinya.
dan
324
J : Ya dengan kita tanya tentang
halusinasinya,
hari
ini
kamu
dengar orang ngomong apa saja
tenang kamu lalu dia ceritaa
panjang
lebar
sekali
tentang
tentang suara-suara omongan yang
dia dengar dan saya bilang kalau
saya percaya dengan yang dia
katakan,
kemudian
baru
kasih penjelasan dek
saya
sebarnya
yang kamu dengar itu adalah
halusinasi, orang lain tidak dengan
hanya kamu yang dengar itu
karena sakit mu menyebabkan
kamu begitu. Suara itu hanya
kamu yang dengar, kamu harus
bedakan
mana
sesungguhnya
suara
dan
suara
yang
yang
hanya halusinasi, tanyakan kepada
siapapun orang yang berada di
dekatmu
apakah
mendengar
mereka
apa
yang
juga
kamu
dengar, kalau mereka bilang tidak
mendengar
itu
berarti
halusinasimu,
jangan
hanya
kamu
pikirkan bikin pusing aja. Jadi
kami
beri
penyakitmu
memang
pemahaman
itu
kamu
bahwa
halusinasi,
dengar
tetapi
jangan diikuti karena itu akan
hilang dengan sendirinya, kamu
325
harus
lawan
untuk
tidak
memikirkannya karena orang lain
tidak dengar hanya kamu yang
dengar
maka
jangan
kamu
pikirkan segeralah cari kesibukan
supaya suara-suara itu hilang,
kalau kita menyibukan pikiran
kita suara itu tidak akan muncul.
Itu cara melawan dari dalam diri
KM selain itu juga harus dibantu
dengan obat no, kalau kamu ga
mau mendengar halusinasi kamu
harus minum obat, karena obat ini
menyembuhkan kamu loh, siapa
yang tersiksa kalau kamu ga
minum obat ya kamu sendiri yang
merasakan akibatnya.
W15 T : Berarti memberikan pemahaman Memberikan
tentang kesadaran untuk tetap rutin penjelasan
minum obat ya kak?
secara
teoritis
mengenai
J : Iya kak, kita membangun penyakit
skizofrenia
pemahaman tentang kepercayaan membuat
pasien
mereka terhadap obat. Obatlah memiliki
kesadaran
itulah
yang
akan
menolong dan tanggung jawab
mereka. Itu kami berikan dalam terhadap
pentingnya
terapi medis kak, waktu pelajaran pengobatan.
tentang skizofrenia kita berikan
penjelasan seberapa penting obat
itu untuk penderita Skizofrenia.
Ini terapi medis tapi masuk terapi
326
kognitif juga kak, kita mau beri
penjelasan
rasional
yang
teoritis,
yang
dan mereka akhirnya
berfikir dan mengingat bahwa
obat itu penting untuk diri saya
sendiri,
maka
saya
harus
bertanggung jawab untuk terus
meminum obat karena aku ini
sakit. Kita kasih perbedaan nya
bagaiman kondisi kalian kalau
tidak minum obat lalu setelah
meminum obat bagaimana, dan
mereka membandingkan oiya ya
obat itu membantu saya.
W16 T : Kalau caranya memberikan Pemberian
pemahaman kepada mereka bahwa pemahaman
skizofren itu bukan penyakit yang tentang
memalukan itu gimana kak?
positif
skizofrenia
dilakukan
untuk
J : Dengan penjelasan dan ilustrsi- membentuk
ilustrasi kak, saya tunjukan di penerimaan
dalam tas saya ini juga terdapat pasien.
banyak obat. Saya katakan obat
saya jauh lebih banyak dari kalian
kak, mereka liat sendiri dan hitung
obat yang ada dalam tas saya.
Kemudian saya katakan bahwa
masing-masing orang itu punya
kelemahan, yang ini minum obat
kangker, yang itu minum obat
diabetes dan kalian minum obat
diri
327
skizofrenia.
Kami
kasih
pemahaman bahwa skizofrenia itu
bukan penyakit yang memalukan,
skizofrenia itu sama
kerennya
dengan penyakit jantung, sama
dengan penyakit kangker otak,
penyakit
paru-paru
itu
semua
sama kerennya. Skizofren itu tidak
berteman sama HIV, Aids yang
harus dihindari karena menular,
ndak kita ndak sama dengan HIV
kita sama dengan kangker otak
kok, kita ndak memalukan, kita
nggak dijauhin kok, kita hanya
perlu dirawat supaya sembuh. Jadi
mereka tidak malu kalau mereka
Skizofren, mereka mereka bisa
menerima
penyakit
mereka,
karena skizofren ini seringkali
dideskriminasikan
masyarakat,
kita
oleh
harus
hapus
pandangan tentang itu yang sudah
tertanam dalam otak, hati dan
pikiran mereka kak. Kenapa mesti
malu,
semua
orang
punya
kelemahan kok dan saya juga
sedang berusaha untuk sembuh.
W17 T : Kalau mereka minum obat tapi Kecakapan mengenali
aspek lain tidak diperhatikan hasilnya dan mengotrol
juga tidak akan maksimal kan kak?
merupakan
diri
bekal
328
J : Iya kak, skizofrenia itu di medis pasien
dalam
itu setara dengan penyakit kronis mencegah terjadinya
artinya
untuk kekambuhan
memungkinkan
kambuh, sudah 15 tahun stabil perawatan.
kemudian
ada
faktor
pemicu
kambuh lagi, kan tidak ada faktor
tunggal
yang
skizofrenia,
menyebabkan
segala
memungkinkan
sesuatu
untuk
itu
orang
kambuh lagi. Jadi kita ajarkan
mereka
untuk
mengenal
diri
mereka kenal diri, jadi nanti
dirumah mereka bisa kenal diri ,
mereka
yang
mengontrol
diri
sendiri. Saya kok rasa-rasanya
sudah mau error, mereka tau apa
yang
harus
mereka
lakukan
supaya tidak jadi error. Kalau
mereka sudah tidak bisa lagi
mengatasi
itu
berarti
mereka
harus segera ke sini atau lari ke
psikiater untuk tambah obat atau
turunkan obat. Mereka sendiri
yang cakap menangani. Jadi disini
kami
ajarkan
mengenali
mereka
tanda-tanda
untuk
mereka
mau error, kalau perilaku kamu
sudah kaya gini sebentar lagi
kamu eror loh dek, supaya kamu
gak jadi eror ini loh yang harus
kamu
lakukan,
kalau
kamu
pasca
329
lakukan dia punya pengalaman
sehingga nanti kalau dia eror lagi
dia ingat cara yang harus dia
lakukan supaya tidak jadi eror.
Ketika mau eror lagi dia lakukan
itu lagi, begitu seterusnya sehingga
dia mempunyai pengalaman untuk
bisa menangani dirinya sendiri,
jadi
dia
cakap
menangani
emosinya sehingga kemudian dia
bisa menangani dirinya sendiri
dimanapun dia berada. Itu kak
yang kami ajarkan disini.
W18 T : Oiyaaa kak, makasih ya kak.
J : Iyaa kak sama-sama.
330
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Ketiga dengan Narasumber Utama
(A3/W1-W19 )
Hari/Tanggal : Senin, 17 Juni 2013
Waktu
: 10.30-11.45 WIB
Tempat
: Kantor GPSY
Interviewee
: NN
Interviewer
: Kpw
Wawancara ketiga kepada NN berlangsung lancar seperti wawancara
sebelumnya, wawancara dilakukan pada saat jam kerja di kantor GPSY. Hanya
ada NN di dalam kantor tersebut, sehingga suasananya kondusif dari segi
ketenangan dan konsetrasi. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin
wawancara kepada NN oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan
pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika NN telah terlihat siap untuk
melakukan wawancara.
Kode
A3
Hasil Wawancara
W1
Analisis
T : Kak awal pendirian rehabilitasi Konsep
perawatan
dengan konsep Terapi Holistik ini skizofrenia
bagaimana?
mengguanakan
J : Awalnya itu saya dan bu Ester Holistik
(pemilik yayasan Siloam) dulunya konsep
kuliah di STT Dulos Bandung, temurun
disana
kami
diberi
pelajaran
tentang berbagai hal mengenai
orang dengan gangguan jiwa, dan
juga kami juga melayani di Panti
rehabilitasi Dulos yang didirikan
Terapi
merupakan
yang
turun
331
oleh pak Royandi yaitu pendiri
STT Dulos. Panti ini memiliki
konsep yang holistik. Jadi di STT
Dulos
itu
ada
panti
rehabilitasinya, selain kuliah kami
juga melayani dipanti. Kami lihat
bahwa
penyembuhan
dengan
konsep seperti ini dirasa efektif
dalam menangani orang gangguan
jiwa
kemudian
konsep
ini
diadopsi atau diteruskan oleh
beberapa
alumni
Dulos,
jadi
mereka membuat panti dengan
konsep yang serupa tetapi dengan
pengembangan
disesuaikan
daerah
yang
berbeda
dengan
dan
kondisi
kebudayaannya.
Konsep ini diadopsi juga dipanti
Dulos Makassar, Batu malang,
Surabaya dan Bandung. Kami
juga membuat di Jogja, yang
kami beri nama Siloam. Hehehe.
Karena gangguan jiwa itu kan
tidak hanya disebababkan oleh
faktor tunggal semata namun
banyak
faktor
terlibat
didalamnya. Oleh karena itu kami
menerapkan
Holistik
di
konsep
GPSY
Terapi
ini
yang
meliputi semua aspek diri pasien
sehingga akibat dari skizofrenia
332
dapat
ditangangani
menyeluruh
secara
bukan
hanya
penyembuhan dari satu sisi saja.
Terapi ini juga kami sesuaikan
dengan budaya di Jogja dengan
pengembangan-pengembangan
jenis terapinya. Jadi ini kan setiap
hari kegiatannya berbeda-beda,
walaupun secara garis besar kami
kelompokan ke dalam 3 terapi,
yaitu terapi medis, terapi rohani
dan terapi sosial. Namun pada
kenyataannya
setiap
kegiatan
akan mencakup semua aspek ini.
W2
T : Kalau jenis-jenis kegiatan di Jenis-jenis
kegiatan
terapi nya seperti drama, lomba dirancang
bervariasi
nyanyi
itu
siapa
yang menyesuaikan
mengkonsepkan kak?
pasien
J : Itu saya dan kak Alfred yang mengacu
rancang,
kondisi
disesuaikan
pasien.
Kami
kondisi
tetapi
tetap
pada
konsep
dengan Terapi Holistik
buat
bervariasi supaya pasien tidak
bosan
yang
penting
terapi
tersebut mencakup aspek-aspek
yang disebutkan tadi.
W3
T : Terus kalau terapi itu kan pasien Pada
dikelompok-kelompokan
tujuannya apa?
itu materi
saat
pemberian
dalam
kelompok,
terapi
pasien
J : Gini kak, kondisi pasien disini dikelompok-kelompokan
kan tidak semua sama. Tingkat sesuai
dengan
tingkat
333
kewarasannya kan berbeda-beda. kemampuan
Ketika
pasien
tingkat dan kestabilan perilaku
yang
kewarasan nya secara perilaku sehingga
dan
pola
pikir
9
kognitifnya
lalu
kita mampu
setiap
pasien
menerima
dan
kelompokan dengan pasien yang memahami materi dengan
tingkat 2 nanti tidak nyambung baik.
kak. Makanya pada saat terapi
kita
kelompokan,
kita
kelas-
kelaskan. Kelas TK, SD, SMP,
SMA, dan Sarjana. Kelas TK ini
untuk pasien-pasien yang belum
stabil
dan
kognitifnya
gabungkan
kemampuan
rendah
menjadi
kita
satu
dan
seterusnya. Terapi yang diberikan
semua pasien sama tetapi hanya
esensi nya saja yang berbeda,
sama-sama ujian tadi soal yang
mereka
terima
tergantung
berbeda
kelasnya.
Karena
ketika diberi soal yang sama itu
tidak akan bisa kak, Karena
kemampuan
mereka
juga
berbeda-beda.
W4
T : Kalau perkembangan KM ini KM
bagaimana
kak
dari
dia
bulan perkembangan
pertama masuk sampai sekarang ini?
W5
menunjukan
bagus,
karena
yang
KM
J : Perkembangannya bagus ya, kooperatif dan semangat
setelah dua bulan dirawat dia dalam mengikuti setiap
sudah mulai kooperatif, semangat kegiatan terapi.
334
mengikuti terapi, dia rajin minum
obatnya,
sudah
mengendalikan
bisa
dirinya
untuk
tidak agresif. Dirumah dia itu
kambuh karena keluarga tidak
memperhatikannya,
mengontrol
tidak
dia,
tidak
ada
ada
kesibukan jadinya dia pikiran
melayang kemana-mana jadilah
dia eror lagi.
W6
T : Kalau AD bagaimana kak?
J
:
AD
itu
juga
Perkembangan AD bisa
bagus dikatakan bagus karena
perkembangannya. AD itu pernah semenjak
keluar masuk ke beberapa panti. yang
Di Siloam dia masuk 2x yang itu 3 menjadi
kekambuhan
kedua
lebih
bulan kemudian dia pulang tapi dengan AD.
tidak
rutin
minum
obat,
keluarganya juga kurang bisa
merawat
dia
dukungan
dirumah
keluarga
jadi
kurang
kemudian dia masuk lagi dan
kami
melakukan
konseling
kepada keluarga nya dari situ
mereka belajar untuk lebih peduli
kepada AD dan selalu mengontrol
AD untuk minum obat. Dan
sampai sekarang perkembangan
nya dia bagus, dia kan kuliah juga
to kak. Udah hampir 4tahun dia
sudah tidak kambuh.
keluarga
peduli
335
W7
T : AD itu permasalahan yang Faktor
pencetus
menajdi faktor pencetusnya itu apa kekambuhan AD adalah
to kak?
permasalahan keluarga.
J : Jadi kakak nya itu hamil di
luar nikah, dia nggak terima.
Kakaknya
itu
kan
rajin
beribadah, taat agama tapi kok
bisa seperti itu. Dia menganggap
itu sudah sangat memalukan dia
tidak mau terima kenyatan itu.
Kemudian
dia
sering
marah-
marah, itu pemicunya kak tapi ya
karena
sebenarnya
kepribadiannya dia itu rapuh.
Jadi memang sudah ada potensi
untuk ke skizofrenia.
W8
T : Waktu pertama kali masuk Kondisi AD pada saat
kondisi AD itu gimana kak?
masuk
GPSY
J : AD itu pertama kali masuk menunjukan gejala positif
telanjang-telanjang,
kemudian dan
gejala
negatif
tidak mengerti diri, teriak-teriak, skizofrenia.
berkotbah, pendiam, menyendiri,
murung,
kemudian
tidak
mengenal lingkungan.
W9
T
:
Kemudian
pasca
dirawat Setelah
perkembangannya gimana kak?
menjalani
perawatan gejala positif
J : Dia satu bulan sudah mulai berangsur
hilang
dan
tenang, halusinasinya sudah bisa sudah mulai kooperatif,
waham tetapi 5 bulan kemudian
dikendalikan,
keagamannya
sudah
bisa mengalami kekambuhan.
336
disalurkan dengan benar. Heheh.
Secara umum sudah kooperatif
dan mengerti dirinya. kemudian 4
bulan
kemudian
sudah
boleh
pulang. Tetapi 5 bulan kemudian
dia masuk lagi, kambuh dia.
W10 T : Itu kambuh nya lagi kenapa kak?
Kekambuhan diakibatkan
J : Yaitu tadi dia tidak rutin ketidakpatuhan
minum obat, tidak mendapatkan obat
dan
minum
kurangnya
dukungan dari keluarga dan juga dukungan keluarga serta
karena
dia
bersekolah.
malu,
tidak tekanan batin.
dia
Padahal
teman-
temanya pada sekolah.
W11 T : Kambuh yang kedua itu berapa Pihak GPSY melakukan
lama dirawat disini kak?
konseling
terhadap
J : Sekitar 2 bulan, selama itu keluarga
dan
kami perbaiki keluarga nya dan menumbuhkan kesadaran
juga kita berikan pemahaman terhadap pengobatan serta
yang
tentang membantu
benar-benar
mencarikan
kesadaran dirinya bahwa dia itu sekolah bagi AD untuk
sakit dan harus minum obat, menata masa depan AD,
setelah itu kak Alfred carikan dia sejak perawatan terakhir
sekolah agar dia senang. Jadi dia sampai
diikutkan
kemudian
tempat
paket
kami
kuliah
AD
lulus tidak pernah mengalami
C,
carikan
dan
sekarang
dia kekambuhan.
sampe
sekarang dia masih kuliah dan
tidak pernah kambuh, karena
keluarganya sudah baik dan juga
dia mempunyai kesadaran kalau
337
tidak
minum
kambuh
obat
nanti
lalu
dia
kuliahnya
terbengkalai.
W12 T : Kalau dulu perlakuan atau terapi AD
mendapat
yang diberikan kepada AD itu Holistik
bagaimana kak?
Terapi
seperti
pasien
lainya.
J : Pada dasarnya sama, AD juga
diberi pendampingan dari Kak
Alfred sebagai mentornya dia.
W13 T : Kenapa diberi pendampingan Pendampingan
khusus kak?
J
:
yang
Karena
dia
khusus
dilakukan
oleh
tidak mentor berfungsi untuk
kak
mempunyai kakak laki-laki jadi membimbing
dan
dia butuh sosok kakak laki-laki, mengubah pola pikirnya.
jadi kak Alfred masuk sebagai
sosok kakak laki-laki buat AD
yang bisa membimbing, untuk
mengubah
pola
pikir
pola pikirnya, kalau
berubah
otomatis
perilakunya juga akan berubah.
W14 T : Yang diberi pendampingan Semua
pasien
khusus itu pasien yang kondisinya mendapatkan
gimana kak?
pendampingan
J : Sebenarnya semua pasien juga dari
khusus
mentor
yang
memiliki mentor masing-masing. berfungsi untuk menjalin
Semua
perlakuan
mentornya
pasien
sama
mendapat keterikatan
hanya
pasien
berbeda. mentor
yang
Fungsinya mentor
saja antara
ini
emosional
dengan
sehingga
sebagai memudahkan
tempat curhat, atau obyek lekat menangani pasien.
dalam
338
pasien selama di Siloam. Mentor
ini
yang
tugasnya
melakukan
konseling
pribadi,
menggali
permasalahannya di masa lalu
yang
menyebabkan
dia
sakit,
bagaimana kisah atau riwayat
hidupnya, membentuk perilaku
pasien, menerapkan reward dan
punishment jadi pasien tau ketika
dia error dia kan dapat hukuman
tetapi ketika dia baik maka dia
akan dapat hadiah dan juga untuk
membuat pasien tersebut tidak
malu dengan penyakitnya, pasien
merasa dia itu masih berharga
atau
dengan
kata
lain
tugas
mentor itu meyakinkan pasien
bahwa dia berharga dan disayangi
banyak orang. Jadi
masing
pasien
nanti
masingakan
dipegang mentornya, mentor akan
melakukan pendampingan ekstra
secara pribadi. Selain itu mentor
juga bertanggung jawab penuh
terhadap pasien bahkan sampai
masuk
ke
keluarga
untuk
melakukan konseling keluarga.
W15 T: Ehmmm iya kak, berarti semua Mentor
yang
tesebut
bertanggung
berkaitan
dengan
pasien jawab terhadap segala hal
adalah
tanggung
jawab yang berkaitan dengan
mentor ya kak?
pasien.
339
J : iyaa, itu nanti juga berkaitan
dengan
perkembangannya,
pribadinya,
pola
pikir
dan
perilakunya, keluarganya bahkan
sampai merancang apa saja yang
akan dilakukan pasien setelah
keluar,
menyiapkan
segala
sesuatu dan keperluan tentang
pasien.
W16 T : Jadi mentor kan gak mudah ya Tugan
kak
harus
pendekatan
bisa
mentor
melakukan menjalin
interpersonal
adalah
kedekatan
dengan dengan pasien sehingga
pasien agar pasien tersebut nurut terbangun
sama mentor, la itu cara nya gimana pasien
kepercayaan
kepada
mentor
kak biar bisa mengendalikan pasien? yang
berpengaruh
J : Ambil dulu hatinya Bagaimana terhadap
keberhasilan
kita
pandai-pandai penanganan.
harus
melakukan pendekatan kepada
pasien,
tiap
pasien
berbeda-beda
itu
kak
kan
jadi
pendekatan yang dilakukan juga
berbeda kita harus tau seperti apa
anak mentor kita tersebut dan
dengan cara cara seperti apa kita
mendekatinya. Setelah kita dapat
hatinya, mereka percaya terhadap
mentor
maka
mentor
dengan
mudah
pasien,
mengubah
pasien,
apapun
akan
mengendalikan
pola
yang
pikir
mentor
340
katakan
ketika
pasien
sudah
dekat dan terikat secra emosional
dengan pasien maka semua kata
kita akan dituruti. Jadi mereka
harus mengangap bahwa kita
sayang sama mereka dan apa
yang kita lakukan baik untuk
mereka. Walaupun saya keras,
saya marah tetapi mereka tau
bahwa marahnya saya itu untuk
kebaikan mereka. Jadi mereka
tidak mempunyai kebencian atau
dendam kepada kita, pemahaman
seperti itu yang harus kita bangun
kak. Memang pertama susah kak,
tapi
kalau
sudah
bisa
mendapatkan hatinya semua akan
mudah.
W17 T : Kalau peranya masing-masing Masing-masing
terapi dalam menangani skizofrenia dalam
itu gimana kak?
Terapi
memiliki
terapi
Holistik
peran
yang
J : Perannya itu semua sama saling melengkapi
dan
saling berkesinambungan
pentingnya
tidak
dapat
mereka tidak bisa berdiri sendiri- dipisah-pisahkan
secara
berkesinambungan
sendiri,
medis
ya,
sosial
berdiri
berdiri
sendiri,
jadi sehingga
sendiri, tersendiri,
rohani pengelompokan
yang
berdiri sendiri itu ndak bisa. Jadi dilakukan hanya untuk
semua
harus
menyeluruh
komprehensif memudahkan adminitrasi
tidak
bisa pencatatan.
341
difungsikan
secara
terpisah-
pisah, gitu kak. Misalnya terapi
rohani, kita buat diskusi rohani
disana
mereka
harus
bisa
bersikap kooperatif menanggapi
pernyataan-pernyataan
teman-temannya,
dari
memberikan
pengalaman-pengalaman
kehidupan
rohaninya
teman-temannya
sebenarnya
kepada
ini
masuk
kan
hubungan
intra personal dengan orang lain,
masuk ke sosial to. Terus pada
saat
diskusi
mereka
harus
berpakaian rapi dan sudah mandi,
siapa yang bajunya tidak rapi dan
bersih maka akan kena hukum ini
kan sebenarnya masuk medis kak.
Jadi satu kegiatan itu meliputi
kesemua aspek. Memang secara
garis
besar
kita
bedakan
mendjadi 3, yaitu medis, rohani
dan sosial, itu sebenarnya hanya
memudahkan
administrasi
nya
saja tapi pada prakteknya semua
aspek
tersebut
selalu
terlibat
dalam setiap kegiatan, tidak bisa
terpisahkan antara satu dengan
yang lain.
W18 T : Kak dampak dari skizofren ini Terapi
kan banyak to, la dampak apa saja menangani
Holistik
dampak
342
yang
tertangani
dengan
Terapi skizofrenia pada aspek
Holistik ini kak?
J
fisik, psikis dan sosial.
: Dampak dari
tertangani
ini
skizofrenia
yaitu
dampak
secara medis, sosial, dan rohani
atau
psikologis.
menderita
Orang
skizofren
yang
maka
struktur otak ada yang terganggu,
ada yang tidak seimbang. Kami
lakukan
terapi
obat-obatan
medis
untuk
permasalahan
dengan
menangani
yang
bersifat
organik. Ini ranahnya psikiater ya
kak, dimana mereka harus minum
obat untuk menstabilkan atau
menetralkan
gangguan
yang
ditimbulkan akibat skizofren. Ada
obat
yang
untuk
mengurangi
halusinasi, rasa pusing dikepala
mereka,
dan
obat-obat
untuk
menyeimbangkan hormon. Lalu
Terapi
rohani
ini
sebenarnya
untuk menguatkan hati psikis
mereka, Skizofren ini dia faktor
pencetusnya
adalah
sebagian
karena
besar
adanya
permasalahan yang mereka tidak
mampu mengatasi, secara psikis
mereka tidak mampu makanya
muncullah
gejala
skizofren.
Terapi rohani ini memulihkan
343
dampak skizofren secara psikis,
mereka menjadi tabah, berserah
dan mempunyai kekuatan yang
berasal dari Tuhan dan inilah
yang
membuat
memotivasi
mereka untuk tetap bertahan.
Kemudian
secara
penderita
skizofren
mengalami
permasalahan yang
berkaitan
dengan
sosial
nya,
sosial
ini
jelas
dia
lingkungan
hubungan
dengan
orang lain dan cara pandang
mereka
beradaptasi
dengan
lingkungan. Dengan terapi kerja
pada terapi sosial kami ajarkan
mereka untuk bagaimana bisa
membangun
hubungan
baik
dengan orang lain, kita jembatani
mereka
untuk
berinteraksi
dengan masyarakat luar seperti
berjualan bensin, jalan-jalan ke
mall. Selain itu banyak kegiatan
yang
mengharuskan
mereka
untuk dapat bekerjasama dan
berkoordinasi dengan orang lain,
seperti misalnya lomba gerak dan
lagu kelompok. Mereka harus bisa
berdiskusi,
berpendapat,
dan
akhirnya mengambil keputusan
bersama tentang lagu apa yang
akan dinyanyikan, gerakan apa
344
yang akan diperagakan sehingga
bisa menampilkan yang terbaik
dan menjadi juara mengalahkan
kelompok lain.
W19 T : Iya kak, saya rasa itu dulu besok
saya tanya lagi ya kak. Hehehe
J : Iya kak
-
345
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Pertama
(B1/W1-20 )
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Mei 2013
Waktu
: 12. 45 – 14.00 WIB
Tempat
: Ruang Tamu GPSY
Interviewee
: AA
Interviewer
: Kpw
Wawancara dilakukan di ruang tamu GPSY. AA merupakan mentor pasien
laki-laki di GPSY, wawancara yang dilakukan untuk meng-crosscek dan
melengkapi informasi yang diperoleh dari NN. Awal pembicaraan dibuka dengan
permintaan ijin wawancara kepada AA oleh interviewer, kemudian dilanjutkan
dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika AA telah terlihat siap
untuk melakukan wawancara.
Kode
B1
Hasil Wawancara
W1
Analisis
T : Kondisi pasien sebelum dilakukan Kondisi
pasien
saat
Terapi Holistik waktu pertama kali pertama kali di bawa
datang itu gimana kak?
ke GPSY menunjukan
J : Kondisi pertama kali datang itu gejala
positif
ya mereka kacau, ada yang tidak gejala
dan
negatif
sadar diri, ya biasanya mereka skizofrenia
merasa tidak sakit, berontak, tidak
stabil,
pemikiran
sangat
tidak
terarah, menyendiri, tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan,
terdapat
halusinasi,
gangguan
pikiran, waham, tidak mempunyai
kemauan bertindak.
W2
T : Kalau prosedure pelaksanaan Prosedure
perawatan
346
Terapi Holistik dalam menangani Terapi
pasien ini gimana kak?
Holistik
meliputi
anamnesa,
J : Prosedurnya itu yang pertama sosialisai, masa terapi,
anamnesa kondisi pasien melalui persiapan
wawancara
keluarga,
anggota terapi
dengan
dari
mengetahui
situ
kita
tentang
keluarga,
pulang,
lanjutan
dan
akan bimbingan lanjut.
kondisi
kondisi
pasien,
kehidupan dan aktivitas pasien
dirumah itu seperti
anamnesa ini
mengetahui
pasien
apa, jadi
bertujuan untuk
gambaran
secara
kondisi
keseluruhan.Itu
procedure waktu pertama kali
datang. Kemudian nanti ada masa
sosialisasi,
masa
terapi,
masa
persiapan pulang, cuti, kemudian
terapi lanjutan dan bimbingan
lanjut.
W3
T : Kalau Terapi Holistiknya sendiri Secara
itu seperti apa kak?
garis
besar
Terapi Holistik terdiri
J : Secara garis besar itu ada terapi dari
terapi
medis,
medis, terapi rohani dan terapi terapi rohani, terapi
sosial.
Tetapi
nanti
pada sosial dan konseling
prakteknya tiga terapi tersebut keluarga.
tidak dapat berdiri sendiri, jadi
semua saling terkait. Namun untuk
memudahkan
pelaporan
maka
dibagi menjadi tiga terapi yang
terdiri dari sub-sub. Selanjutnya
347
kita
melakukan
konseling
ke
kunjungan
keluarga
yang
merupakan bagian Terapi Holistik
tetapi
yang
ditujukan
kepada
keluarga, ini berlangsung di luar
GPSY atau bisa dilakukan di
GPSY.
W4
T : Sub-sub nya itu gimana kak?
Terapi rohani terdiri
J : Terapi rohani itu sub-subnya dari kegiatan-kegiatan
meliputi ada bimbingan konseling yang
rohani,
bimbingan
berhubungan
untuk dengan
kehidupan
pemahaman pemahaman firman rohani/keagamaan
Tuhan, ibadah, doa pagi, doa pasien.
malam, ayat hapalan itu rohani
tetapi sebenarnya juga termasuk
terapi kognitif, terapi ketuk, terapi
musik seperti belajar lagu baru,
alat musik, aransemen lagu rohani,
ceramah rohani, ibadah ke luar
misal retret, konseling kelompok
rohani, terapi pustaka rohani, lalu
segala permainan-permainan yang
didalamnya bisa kita masukin halhal yang bersifat rohani contohnya
lomba nyanyi rohani.
W5
T : Terus apalagi kak yang masuk ke Kegiatan dalam terapi
terapi rohani?
rohani
J : Pada dasarnya terapi rohani itu mendekatkan
adalah
dengan
terapi
yang
kehidupan
berkaitan dengan
kerohanian sedangkan
bertujuan
pasien
Tuhan,
jenis
348
dengan
kalau
jenis kegiatan
bersifat
bervariasi
dan fleksibel
atau
Tuhan
kegiatannya
fleksibel ya kak jadi kegiatan itu bervariasi.
dibuat dengan tujuan dimana kita
bisa mengenalkan tentang Tuhan,
bagaimana
Tuhan
mampu
menyelesaikan
setiap
permasalahan mereka, bahwa kita
harus selalu mengendalkan Tuhan
di setiap permasalahan kita. Jadi
semua kegiatan-kegiatan di dalam
terapi rohani kita arahkan kepada
tujuan bahwa ada Tuhan yang
menjadi sumber kekuatan kita.
Bentuk dan jenis kegiatannya kita
variasikan sendiri supaya mereka
tidak bosan. Contohnya di dalam
ibadah
itu
memberikan
sekaligus
kita
kesempatan
untuk
melatih mental seperti memimpin
pujian,
mereka
bernyanyi
kelompok maupun individu. Ini
kan menyentuh aspek sosialnya,
jadi sebenarnya semua itu saling
terkait.
W6
T : Hanya untuk memudahkan saja ya Terapi-terapi
kak makanya dipisah-pisah.hehehe
Terapi Holistik saling
J : Iya, untuk memudahkan kita memiliki
melakukan pencatatan saja tapi satu
pada
dasarnya
semua
dalam
keterkaitan
sama
lain,
saling pembagian terapi yang
dilakukan hanya untuk
349
terkait,
holistik
itu
kan memudahkan
pencatatan.
menyeluruh.
W7
T : Kalau terapi sosialnya apa aja kak Terapi sosial adalah
misalnya?
terapi
yang
J : Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan
pasien
mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi
dengan
berinteraksi,
bekerjasama
dan lingkungan sosialnya,
berhubungan dengan lingkungan jenis
kegiatannnya
sosialnya, teman-teman di Siloam bervariasi tetapi tetap
maupun masyarakat luar. Hal ini mengacu pada adanya
berkaitan
dengan
diri
pasien interaksi
dengan orang maupun hal di luar dengan
pasien
orang
lain
antara (sesama
pasien,
pasien dengan sekitarnya. Terapi mentor,
lingkungan).
diri
pasien.,
hubungan
sosial ini juga dikemas bervariasi Kegiatan dalam terapi
ya namun pada intinya kegiatan sosial
antara
lain
yang dilakukan mengarah pada berupa
terapi
kerja,
bagaimana
pasien pengenalan
hubungan
dengan sesuatu di luar dirinya. lingkungan, refresing.
Contohnya
dalam
melibatkan
kegiatan
pasien
desa
seperti
kenduri dan tasyakuran, pelatihan
ketrampilan
seperti
briket,
sabun,
arang,
dan
ketrampilan
pembuatan
lilin,
anyaman,
ketrampilanyang
sekiranya
sederhana dan bisa kita ajarkan ke
mereka,
jualan
bensin,
kita
biasakan mereka untuk ke warung,
laundry
supaya
masyarakat
350
mengenal mereka bukan sebagai
orang yang dalam tanda kutip gila
serta menakutkan ya, itu juga
melatih mereka berinteraksi, lalu
ada
perkebunan,
perikanan,
olahraga itu sebenarnya bagian
medis ya tapi bisa kita masukan ke
sosial yaitu bagaimana mereka
mengenal lingkungan sekitar dan
juga
bagaimana
kontrol
diri
mereka, selain itu ada kita bawa
mereka rekreasi jalan-jalan ke
pantai, ke malioboro, kesalon kita
bawa mereka melakukan aktivitas
baru, itu kita lihat bagaimana
reaksi mereka ketika berada di
kerumunan
orang
banyak,
bagaimana kontrol diri mereka
ketika berada di luar.
W8
T : Selain itu apa lagi kak?
Lebih lanjut kegiatan
J : Selain itu seperti piket itu dalam
terapi
sosial
masuk sosial, mereka jalankan terdiri dari kegiatantanggung jawab mereka atau tidak kegiatan yang dikemas
itu jadi sekaligus mengajar mereka secara
berkelompok
bertanggung jawab terhadap tugas seperti lomba drama
yang diberikan kepada mereka, dan berdiskusi, selain
lalu melihat bagaimana kerjasama melatih interaksi sosial
mereka
dengan
teman
dalam terapi
sosial
juga
menjalankan tugas piket. Lalu ada melatih fungsi kognitif
terapi
kegiatan-kegitan
yang pasien
melalui
kegiatan-kegiatan
351
dikemas
berkelompok kelompok
secara
dengan
tujuan
yang
melatih membutuhkan
untuk
proses
mereka berinteraksi, bekerja sama, berfikir.
berdiskusi,
dan
kewajiban
bersama
kelompok
lomba
menjalankan
dalam
tersebut.
drama,
Contohnya
mereka
saling
berkoordinasi, berkomunikasi, dan
bekerja
sama
dalam
bermain
peran sehingga mereka memiliki
tanggung
jawab
untuk
menampilkan yang terbaik dan
menjadi pemenang,dari situ kita
bisa melihat bagaimana mereka
melakukan
terhadap
problem
perbedaan
dalam
kelompok
solving
pendapat
lalu
ada
menghapal teks itu kan masuk
kognitif juga. Jadi satu aktivitas
tersebut
aspek
melibatkan
sebenarnya,
berbagai
walaupun
dimasukan ke dalam sub kegiatan
terapi sosial.
W9
T : Ehmm iya kak, jadi beragam Terapi
sekali kegiatannya ya, lalu kalau yang merupakan
termasuk terapi Medis itu apa saja kegiatan
kak?
medis
kegiatanyang
berkaitan
dengan
J : Terapi Medis itu segala hal kesehatan
dan
kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan
kesehatan
fisik
mereka secara fisik.
pasien
352
Pemeriksaan rutin psikiater satu
bulan sekali, pemeriksaan rutin
tiap hari oleh Eyang Sariman,
olahraga, hal-hal yang berkaitan
dengan kebersihan dan kerapian
diri, kebersihan diri sendiri dan
lingkungan, lalu konseling medis
yang lebih menekankan tentang
bagaimana
mereka
menyadari
bahwa mereka itu membutuhkan
obat, bagaimana fungsi obat dan
kebutuhan mereka terhadap obat
sehingga mereka itu tanpa dipaksa
sudah
bisa
mereka
menyadari
harus
minum
bahwa
obat,
kemudian pola makan kita atur,
olahraga
seperti
jalan
santai,
badminton dan senam.
W10
T : Ehmm… iya kak, la kalo home Home care merupakan
care itu seperti apa kak?
pola
interaksi
J : Home care itu seperti men- kekeluargaan
yang
setting suasana kekeluargaan yang dilakukan
dalam
terjalin antara mentor dan pasien kehidupan keseharian
dalam
kehidupan
sehari-hari di GPSY antara pasien
maupun
pada
melakukan dengan
saat
mentor
dan
terapi, ini juga menjadi bagian pasien dengan pasien
dalam
Terapi
Holistik
yang sehingga
saling
dilakukan GPSY. Jadi membuat memiliki rasa peduli
suasana di dalam panti ini seperti dan
menyayangi
keluarga, jadi motto nya kita yang diantara
sesamanya
sebagai
sebuah
353
ada di dalam sini adalah keluarga keluarga.
jadi setiap orang yang masuk ke
dalam lingkungan Siloam ini dia
adalah keluarga. Dengan demikian
segala macam kekerasan segala
macam
upaya
untuk
ketika
pasien
dalam
mungkin
kondisi
kambuh mereka pun akan tetap
belajar
untuk
untuk
mengontrol
tidak
menyakiti,
diri
tidak
mencelakai yang lain sebab kita
semua adalah keluarga selain itu
kita juga menekan supaya saling
mengerti bahwa penyakit yang
seperti ini adalah memang suatu
penyakit
yang
tidak
bisa
dikendalikan oleh orang itu sendiri
jadi ketika teman mereka ada yag
error itu bukan lah dibuat-buat
karena itu memang penyakitnya,
jadi
teman
mengerti
melakukan
temanya
yang
lain
jangan
kekerasan
yang
harus
sampai
terhadap
sedang
error
ataupun iri, misal ada pasien yang
lagi error diperbolehkan untuk
tidur, tidak menjalankan piket
mereka tidak boleh iri, mereka
harus saling mengerti.
W11
T : iya kak, terus apalagi kak yang Lebih lanjut home care
termasuk di dalam Home Care ini?
memberikan
354
J : Selain itu kita juga mengajarkan kepercayaan
kepada
mereka untuk saling mempercayai pasien dalam merawat
terutama antara mentor dengan dirinya
pasien
seperti
sendiri
dan
mentor menumbuhkan
contoh
memberikan kepercayaan untuk kepercayaan
pasien
pasien pergi berbelanja, mengatur terhadap
mentor
uang,
kira-kira
mereka
bisa sehingga memudahkan
dipercaya tidak untuk mengatur mentor
mengatahui
uang, bisa dipercaya tidak untuk dan
menangani
pergi keluar jajan dan tidak kabur. permasalahan
Lalu bagaimana kita juga bisa pribadi.
membuat mereka untuk percaya
kepada
mentor
sehingga
bisa
menceritakan semua permasalahan
yang
dialaminya,
yang
tidak
pernah mereka ceritakan kepada
orang
lain
tapi
mereka
mau
ceritakan kepada mentor karena
ini juga menjadi bahan untuk
proses
penyembuhan
mereka
sehingga mentor mengetahui apa
yang terjadi pada pasien dan bisa
dibantu untuk menyelesaikan. Jadi
bagaimana kita bisa membangun
kepercayaan
pasien
terhadap
mentor itu sangat penting untuk
dilakukan,
jadi
kita
bisa
mengontrol pasien seperti ketika
mereka mengalami jenuh, bosen
kita bisa ajak mereka jalan-jalan,
makan bersama. Intinya itu Home
secara
355
Care adalah membuat suasana
didalam
panti
seperti
rumah
sendiri, pola-pola hubungan yang
kita bentuk adalah pola hubungan
seperti keluarga yang didalamnya
ada kasih sayang, kepercayaan dan
kepedulian terhadap sesama jadi
hal ini yang selalu kita tanamkan
dan kita bangun. Karena ketika
seseorang itu dididik dengan kasih
maka
mereka
akan
belajar
mengasihi, apabila dididik dengan
kebencian dan kekerasan maka
mereka
akan
belajar
untuk
membenci. Ya kurang lebih seperti
itu kak gambaran tentang home
care.
W12
T : Oiya ya kak itu kak jadi mereka Kondisi pasien setelah
bisa merasa nyaman disini, lalu diberikan
Terapi
kondisi pasien setelah dirawat dengan Holistik stabil, gejala
Terapi Holistik ini bagaimana kak?
positif
dan
negatif
J : Pada dasarnya itu hal pertama skizofrenia berangsuryang bisa kita lihat yaitu bahwa angsur
mereka
mempunyai
bahwa
mereka
hilang
kesadaran adanya
sakit,
ketika dalam
mereka sadar bahwa mereka sakit mengenai
apapun yang kita lakukan akan dirinya.
mereka ikuti tanpa kita harus
memaksa, ketika mereka sadar dan
mempunyai
keinginan
untuk
serta
kesadaran
diri
pasien
kondisi
356
sembuh maka semua terapi itu
dapat mereka lakukan dengan baik
karena tujuannya mereka bisa
sembuh. Dari situ kita bisa melihat
perkembangan seperti halusinasi
nya hilang, gejala-gejala kejiwaan
yang muncul pada saat pertama
kali dibawa kesini sudah tidak
muncul, komunikasinya baik dan
beraturan,
perilakunya
sudah
terkontrol dan bisa dikendalikan,
perubahan
pasien
perilakunya
dengan teman, sudah memiliki
tanggung
jawab,
mengendalikan
menajaga
sudah
diri,
kebersihan
bisa
mampu
diri
dan
lingkungan.
W13
T : Efek psikologis dari Terapi Effek
Holistik ini apa kak?
psikologis
Terapi Holistik yaitu
J : Ya mereka menjadi berharga, adanya kebermaknaan
bahwa
saya
ini
buka
orang hidup
sehingga
terbuang masih ada orang yang memberikan motivasi
sayang sama saya. Jadi di Siloam untuk sembuh.
itu seperti rumah mereka, mereka
menemukan kenyamanan, merasa
dihargai,
motivasi
menjadi
sembuh
yang
memiliki
tinggi,
terdapat perubahan cara berfikir
sehingga mereka bisa mengontrol
diri dan emosi untuk tidak marah-
357
marah ketika eror.
W14
T : Kalau penanganan dari sisi Penanganan dari sisi
keluarga itu gimana kak?
keluarga yaitu dengan
J : Kita lakukan konseling keluarga dilakukan
ya
atau
home
konseling
karena keluarga
visit
untuk
kebanyakan mereka ketika dirawat mengubah
disini bisa terkendali tetapi ketika perilaku
mereka
pulang
pola-pola
di
cepet keluarga
mereka
kambuh itu karena keluarga tidak berpotensi
mengerti
cara
dalam
yang
memicu
memperlakukan kekambuhan
mereka, keluarga memperlakukan pasca perawatan
pasien seperti orang yang tidak
sakit,
jadinya
mereka
dikasih
beban seperti orang normal. Dari
situ kita tau bagaiman keluarga
memperlakukan pasien, lalu kita
berikan
konseling
terhadap
keluarga untuk mengubah polapola
keluarga
yang
berpotensi
akan memicu kekambuhan pasien
setelah mereka pulang kemudian
kita
lakukan
evaluasi
san
selanjutnya dilakuakn konseling
dengan memberikan pemahamanpemaham, pengertian-pengertian,
kepada keluarga tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan
kepada pasien ketika pasien pulang
nanti.
Persiapan-persiapan
yang
diperlukan,
apa
Bagaimana
pasien
358
keluarga harus bersikap terhadap
pasien. Bagaimana keluarga harus
memperlakuakan
pasien
dan
mengenali kondisi pasien serta tau
cara
mengatasi
apabila
pasien
sudah menunjukan gejala-gejala
akan kambuh, jadi pasien itu tidak
sampai kambuh.
W15
T : Penanganan yang diberikan Penanganan
setelah pasien pulang apa saja kak?
pasien
setelah
dipulangkan
J : Setelah pulang itu kan kami yaitu dengan adanya
masih melakukan kontrol atau apa bimbingan lanjut atau
yang disebut dengan bimbingan home
lanjut,
dari
situ
kita
visit
dan
bisa konseling keluarga
memantau kondisi pasien. Kita
harus benar-benar tau apakah itu
kambuh yang dikarenakan dalam
dirinya sendiri ataupun kambuh
dari lingkungan luar. Jadi ketika
pasien mulai menunjukan gejalagejala mau kambuh kelurga sudah
tau cara mengatasinya sehingga
bisa dicegah untuk tidak kambuh
lagi.
W16
T : Kalau pasien yang setelah selesai Prosentanse
dirawat disini terus kambuh lagi itu kekambuhan
berapa persen kak?
pasien
disebabkan oleh faktor
J : Prosentasenya itu sekitar 25 %, keluarga dan stressor
Karena keluarga sudah memiliki psikososial
ketrampilan
untuk
menjaga terlalu berat.
yang
359
mereka,
bagaimana
perlakuan
keluarga, cara berkomunikasi yang
baik
semuanya
sudah
dipersiapkan, lalu kita juga sudah
ajarkan
mereka
untuk
bisa
mengontrol diri, mengendalikan
emosinya, cara mengenali tandatanda bilamana akan kambuh jadi
bisa segera mengatasinya.
kemungkinan
kambuh
Jadi
sedikit
kecuali ada hal atau stressor berat
yang menimpanya.
W17
T : Kalau ada pasien yang kambuh itu Keluarga
rata-rata berapa kali kak?
belajar
memperbaiki diri dari
J : Rata-rata itu 2x, karena kita terjadinya
belajar dari kekambuhan yang kekambuhan pasien.
pertama
lalu
Sehingga
jangan
kekambuhan
kita
perbaiki.
sampai
berikutnya
ada
yang
akan terjadi lagi.
W18
T : Ehmmm gitu ya kak, kalo Terapi Holistik efektif
keefektifan Terapi Holistik dalam karena
menangani
menangani skizofrenia itu gimana seluruh
aspek
kak?
pasien
kehidupan
J : Kalau dibilang efektif ya efektif, meliputi aspek medis,
karena
pada
dasarnya
yang psikis, dan sosial.
mereka butuhkan itu berkaitan
dengan
psikologis
aspek
dan
medis,
sosial.
rohani
Juga
berkaitan dengan hubungan pasien
360
dengan keluarganya, lingkungan.
Jadi cakupannya mengenai seluruh
aspek kehidupan pasien secara
utuh
W19
W20
T : Oiya kak, jadi efektif ya kak?
AA
menyatakan
J : Efektif.
bahwa Terapi Holistik
T : Okee kak, sementara cukup nanti efektif.
kalo ada kekurangan saya wawancara
lagi ya.
J : Nanti kalo masih ada yang kurang
ditanyakan lagi aja.
T : Iya kak, maksih.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Pertama
(B2/W1- 12)
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2013
Waktu
: 12. 45 – 14.00 WIB
Tempat
: Ruang Tamu GPSY
Interviewee
: AA
Interviewer
: Kpw
Wawancara kedua terhadap AA dilakukan di ruang tivi GPSY, wawancara
berlangsung lancar tanpa kendala berarti yang menganggu proses wawancara, hal
ini dikarenakan wawancara dilakukan siang hari pada saat jadwal istirahat
sehingga tidak ada pasien maupun staff yang berada di ruang tivi. Awal
pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada AA oleh
interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara
dimulai ketika AA telah terlihat siap untuk melakukan wawancara.
361
Kode
B2
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Kondisi AD pada saat pertama Kondisi AD pada saat
kali datang gimana kak?
J
:
Kondisinya
dibawa
tidak
GPSY
sadar, menunjukan gejala positif
khotbah- dan
telanjang-telanjang,
ke
gejala
negatif
khotbah, dia waham keagamaan skizofrenia,
jadi merasa dia pendeta. Sakitnya skizofrenia
pencetus
pada
itu kan jadi menyebabkab AD adalah
AD
stressor
mengalami keputusasaan karena psikososial.
gagal ujian nasional dan tertinggal
dari teman-temannya padahal itu
kan pas mau hari dilaksanakannya
ujian nasional.
W2
T : Permasalahannya AD itu apa kak? Stressor psikososial yang
J : Pemicunya itu permasalahan menjadi
dari
keluarga
mengalami
jadi
pemicu
kakaknya skizofrenia
pada
AD
permasalahan hamil berasal dari konflik dalam
diluar nikah dan calonnya beda keluarga.
agama
akhirnya
untuk
bisa
menikah harus pindah ke agama
laki-lakinya. AD merasa terpukul
karena AD ini memiliki waham
keagamaan
jadi
orangnya
cenderung fanatik, jadi dia tidak
bisa menerima keadaan kakaknya.
W3
T : Perlakuan yang diberikan kepada Prosedur penanganan AD
AD seperti apa kak waktu pertama pada saat pertama kali
kali datang?
masuk
GPSY
adalah
J : Pertama kali datang ya kita pemeriksaan psikiater dan
masuk kan ruang isolasi lalu kita anamnesa.
362
periksa dokter ya untuk diberikan
obat supaya kondisinya tenang.
Setelah AD dimasukan di ruang
isolasi kami lakukan anamnesa
terhadap keluarga.
W4
T : Informasi yang diperoleh dari Hasil anamnesa diperoleh
keluarga penyebab AD masuk Siloam keterangan
apa kak?
hubungan
bahwa
AD
dengan
J : Ya masalah kakaknya tadi lalu ayahnya tidak baik.
sikap bapaknya AD yang keras ya
sama AD sering merasa tertekan.
W5
T : Sikap AD saat menjalani terapi AD
gimana kak?
antusias
bersemangat
dan
dalam
J : Dia sangat antusias ya apalagi menjalani terapi.
untuk
kegiatan
rohani
seperti
kegiatan-kegiatan di terapi rohani.
W6
T : Kak Alfred ini kan mentor nya Tugas
AD, tugas mentor apa kak?
mentor
adalah
bertanggung jawab penuh
J : Tugas mentor itu bertanggung terhadap
pasien
jawab terhadap semua kebutuhan menggantikan
fungsi
pasien
dari
kebutuhan
mandi, orang
tua
di
dalam
jajan dan sebagainya. Lalu juga GPSY.
bertugas
untuk
menggali
permasalahan-permasalahan
pasien
dan
menyelesaikannya
membantu
ini
melalui
proses konseling.
W7
T : Konseling yang dilakukan seperti Konseling
apa kak?
untuk
J : Konseling pribadi, jadi kan permasalahan
dilakukan
mengetahui
pribadi
363
udah tau masalah utamnya jadi pasien
saya
coba
dan
membantu
memperikan mengatasinya.
bantu
nasihat kepada AD supaya tidak
ada
kebencian
terhadap
keluarganya, saya mengarahkan
dia
untuk
bisa
menerima
kenyataan seburuk apapun itu
sehingga
lama-lama
dia
mulai
menyadarinya.
W8
T : Selain konseling pribadi pihak Konseling keluarga yang
siloam melakukan konseling kepada dilakukan
keluarga nggak kak?
membantu
J : Iya, kami lakukan kunjungan ke permasalahan
untuk
mengatasi
yang
kekeluarga dan mendapat keluhan terkait dengan keluarga.
dari keluarga kalau AD ini ingin
sekolah karena dia merasa minder
dan
malu
terhadap
teman-
temannya karena dia selama sakit
kan tidak sempat ujian nasional,
kemudian
kami
juga
bantu
keluarga
dan
AD
dalam
mencarikan paket C terus kami
juga bantu mencarikan kuliah buat
AD, kami bekerjasama dengan
keluarga untuk bagaimana supaya
AD bisa pulih.
W9
T : Pengarahan-pengarahan apa yang Pada
proses
kakak berikan kepada keluarga pada keluarga,
saat konseling keluarga tersebut?
diberikan
konseling
keluarga
pengarahan
J : kami meminta keluarga untuk untuk selalu memberikan
364
lebih bisa men-support AD karena dukungan
dan
mampu
obsesi untuk kuliahnya itu sangat memahami AD sebagai
tinggi, sehingga sebisa mungkin ya seorang
anak
dengan
keluarga mendukung apa yang skizofrenia.
menjadi
pilihan
masalah
AD
jurusan
mengenai
ataupun
universitas sebab semua itu kan
AD
yang
menjalani
sehingga
jangan selalu dipaksa menuruti
pilihan orang tua. Selain itu kita
berikan
pengertian
kepada
bapaknya supaya tidak terlalu
keras
dengan
AD
karena
bagaimanapun AD ini kan sakit
jadi tidak bisa kita perlakukan
seperti anak yang normal pada
umumnya.
W10 T : Kalau perkembangannya AD AD mulai stabil setalah
gimana kak?
menjalani perawatan di
J : AD itu satu bulan dirawat disini GPSY selama satu bulan.
sudah
mulai
stabil,
khotbah-
khotbahnya kami arahkan ke hal
positif misalnya kami minta untuk
memimpin pujian atau ibadah,
bagaimana caranya supaya bisa
tersalurkan dengan baik.
W11 T : Setelah pasien keluar yang paling Keluarga sangat berperan
berperan penting selain obat-obatan penting dalam melakukan
itu apa lagi kak?
perawatan
terhadap
J : Keluarga ya, jadi bagaimana pasien pasca perawatan
365
keluarga bisa mengerti kondisi AD, dan mencegah terjadinya
menjaga supaya tidak kambuh kekambuhan pada pasien.
lagi. Makanya konseling keluarga
ini
penting
sekali
untuk
mempersiapkan keluarga setelah
pasien pulang dari Siloam, dan
keluarga
inilah
meneruskan
yang
perawatan
akan
Siloam.
Jadi harus benar-benar diberikan
suatu
pemahaman
yang
baik
kepada keluarga bahwa keluarga
inilah yang menjadi salah satu
penentu kambuh tidaknya pasien
meskipun ada faktor-faktor lain
tetapi
keluarga
bagaimana
yang
keluarga
utama,
itu
bisa
mengerti kondisi pasien, mengerti
ciri-ciri
penyakit
dan
cara
menanganinya jadi kalo pasien
sudah
mulai
begini
itu harus
bagaimana untuk menanganinya
terus ketaatan keluarga dalam
mematuhi nasehat-nasehat yang
telah kami berikan selama proses
konseling keluarga.
W12
T : Sepertinya itu dulu kak,informasi
yang saya butuhkan terimakasih ya
kak.
J : Ya sama-sama
-
366
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Kedua
(C1/W1-W10)
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2013
Waktu
: 11. 50 – 12.15 WIB
Tempat
: Ruang Medis GPSY
Interviewee
: SR
Interviewer
: Kpw
Keterangan
: Mentor Medis
Wawancara di lakukan di ruang medis saat SR selesai melakukan
pemeriksaan rutin terhadap pasien GPSY. Proses wawancara dilakukan setelah
interviewer meminta ijin kepada SR untuk melakukan wawancara terkait terapi
medis yang merupakan bagian dari Terapi Holistik. Pada saat wawancara suasana
kurang begitu kondusif dikarenakan suara bising yang berasal dari luar ruang
medis yang disebabkan pasien GPSY sedang latihan bermain drama.
Kode
C1
Hasil Wawancara
Analisis
W1 T : Siang Eyang (sebutan untuk SR), saya
mau tanya-tanya tentang terapi medis
yang?
J : Tanya apa kak?
W2 T : Terapi medis yang dilakukan di GPSY Kegiatan dalam terapi
apa saja ya yang?
medis
antara
lain
J : Terapi medis itu ya meliputi meliputi pemeriksaan
Pemeriksaan
rutin
setiap
harinya, rutin,
pemeriksaan psikiater setiap bulan, psikiater,
pemeriksaan
kesehatan
pemberian obat, mengajarkan pasien dan kebersihan diri
menjaga
kebersihan
diri
dan dan
lingkungan,
367
lingkungan, ini bisa melalui game-geme konseling kesehatan,
atau permainan kaya kemaren kak, teori
dan
praktek
yang penting tujuannya medis itu kesehatan.
tercapai.
Lalu
konseling
medisnya
kesehatan,
itu
ada
penyampaian
teori dan praktek itu misal kita ajarkan
pentingnya menggosok gigi habis itu
kita
praktakan
menggosok
gigi
bersama-sama, menerapkan pola hidup
sehat, ada olahraga, ceramah kesehatan
contohnya
pengenalan
jenis-jenis
penyakit nanti diakhir ada ujian.
W3 T : Banyak banget ya yang, berarti tidak Tidak
ada
ada patokan khusus mengenai terapi khusus
mengenai
medis itu harus ini ini, tetapi yang penting jenis-jenis
aspeknya ke medis ya?
patokan
kegiatan
dalam terapi medis,
J : La iya betul kak, terapi medis itu ya tetapi tetap mengacu
pada
dasarnya
semua
kegiatan- pada
kegiatan yang ada hubungannya sama terapi
konsep
dasar
medis,
yaitu
medis, berhubungan dengan kesehatan berkaitan
dengan
pasien secara fisik kan gitu to kak. Kalo kesehatan
pasien
kegiatannya
itu
kebutuhan,
misalnya
pada
kotor,
berantakan
disesuaikan
banyak
itu
bisa
sesuai secara fisik.
lemari-lemari
coro
(kecoa)
menimbulkan
penyakit nanti medis masuk kesitu,
jenis terapinya membersihkan lemari.
Apapun kegiatannya yang sekirannya
berkaitan dengan kesehatan jasmani
pasien itu tergolong terapi medis kak.
368
W4 T : Ehmmm iya iya yang, kalau konseling Konseling kesehatan
kesehatan itu seperti apa yang?
merupakan konseling
J : Konseling kesehatan pada dasarnya yang
berkaitan
itu memberikan nasehat-nasehat sama dengan
kesehatan
pasien-pasien yang mbeleler, ngeyel itu pasien
khususnya
to kak. Contohnya pasien yang malas yang
minum
obat
dilakukan
istilahnya dengan
berkaitan
kesehatan
konseling supaya punya kesadaran pada aspek fisik.
yang muncul dalam diri sendiri tentang
pentingnya obat untuk orang sakit
skizofren, jadi itu tanggung jawab
masing-masing orang, kan gitu kak.
Jadi ya nggak perlu disuruh-suruh, ya
kalau ada yang masih mau nyuruh
kalau sudah tidak ada yang istilahnya
memperingatkan terus mau gimana
mereka, yang merasakan sakit kan
mereka sendiri to.
W5 T : Iya betul sekali yang, terus kemaren Konseling kesehatan
itu kaya mas Dedimus curhat masalah dia dapat
dilakukan
pusing itu juga termasuk konseling ya secara
kelompok
yang?
maupun
individu,
J : Itu pusing karena obatnya sudah serta lebih lanjut juga
tidak cocok, dia kan sudah stabil jadi dikemas
dosisnya perlu diturunkan. Konseling bentuk
itu kan istilahnya pemberian nasihat- Pendalaman
nasihat,
pasien
curhat
mengenai (PA).
tentang kesehataanya jadi apa pun itu
yang bisa diceritakan, yang membuat
pasien bingung atau misalnya eyang
dalam
kegiatan
Alkitab
369
aku obat tidurnya dikurangi wae ya
ngantukan terus. Keinginan-keinginan
pasien
yang
medis
itu
terhadap
berhubungan
kemudian
mentor
dengan
ditanyakan
untuk
diberi
penjelasan itu namanya konseling. PA
(Pendalaman Alkitab) kesehatan itu
kan juga bagian dari konseling yang
dilakukan kelompok.
T : Oh gitu ya yang, selain medis juga ada Pendekatan
terapi sosial, sama rohani ya yang?
yang
digunakan
dalam
J : Bener kak, ada terapi secara rohani menangani
pasien
Tapi adalah
pendekatan
sebenarnya kan yang penting itu kita secara
kekeluargaan
juga
terapi
secara
sosial.
gunakan pendekatan secara manusiawi sehingga
terjalin
to kak selama terapi-terapi diberikan, kedekatan emosional
bagaimana mereka itu bisa didik secara antara pasien dengan
kekeluargaan
dengan
begitu
kan mentor atau disebut
mereka menjalani semuanya tanpa dengan isilah Home
paksaan,
benar-benar
kesadarannya
emosional
karena
antara
dari Care.
ada
ikatan
mentor
sama
pasiennya.
W6 T : Lalu apa lagi yang?
Terapi
Holistik
J :,. Siloam melibatkan keluarga dalam melibatkan
proses
terapinya,
kunjungan
ke
kita
keluarga
lakukan dalam proses terapi
karena atau
yang
kerjasama dari keluarga itu memiliki dengan
peran serta besar dalam penyembuhan keluarga.
pasien.
keluarga
disebut
konseling
370
W7
T : Kalau efek dari masing-masing obat Fungsi
obat-obatan
yang diberikan kepada pasien seperti apa adalah
yang?
menghilangkan gejala
J : Obat nya itu macem-macem ya kak, positif
dan
gejala
obat yang diberikan itu obat-obat negatif skizofrenia.
antipsikotik yang fungsingnya ya itu
secara
keseluruhan
menghilangkan
halusinasi, sakit fisik seperti pusing,
mual, tidak bisa tidur, menghilangkan
gejala-gejala
berat
kaya
waham,
perilaku yang agresif itu dikasih obat
penenang.
W8
T :Kalau jenis obatnya apa saja yang?
Obat-obatan
yang
J : Obat itu rujukan dari psikiater kak, diberikan berasal dari
obatnya
macam-macam
diberikan rujukan
psikiater,
sesuai kondisi paisen tapi yang umum masing-masing
obat
digunakan, ini yang diberikan dokter memiliki fungsi dan
Silas itu stelanzine 5 mg ini untuk khasiat nya masingmenghilangkan waham, risperidon dan masing
dalam
haloperidol 1,5 dan 5 mg obat-obat ini menghilangkan gejala
dipakai
untuk
ketegangan
menghilangkan positif
emosional,
THP itu singkatan dari Trihexyphenidyl
la ini fungsinya sebagai penetralisisir
dampak dari pemberian obat lain,
kadang ada pasien yang tidak cocok
dikasih jenis obat tertentu sehingga kan
menimbulkan pusing, mual maka THP
diberikan
untuk
gejala
halusinasi negatif skizofrenia.
sehingga pasien tidak agresif. Lalu ada
ini
dan
menetralisisir
371
menghilangkan pengaruh obat tertentu
yang tidak cocok tadi kak. Lalu ini
Amitripyline
25
mg
ini
untuk
memperbaiki mood yang murug, sedih
berlarut-larut,
dan
untuk
menghilangkan kesedihan. CPZ obat
penenang yang membuat ngantuk, atau
bisa juga disebut obat tidur kalau
ditanya fungsinya ya mengatur pola
tidur mereka kalau tidak dikasih ini
mereka ra ngantuk-ngantuk, gelisah
wae, karena pasien ini kan kebanyakan
mengalami gangguan tidur jadinya
kalau terlalu capek dalam beraktivitas
tidak memberi kesempatan tubuh buat
istirahat.
W9
T : Kalau pemberian teori dan praktek Pemberian teori dan
kebersihan
diri
dan
lingkungan
kegiatannya apa aja yang?
itu praktek
kebersihan
diri dan lingkungan
J : Semua hal, semua kegiatan yang merupakan
berkaitan dengan kebersihan diri dan yang
lingkungan
kita
berikan.
berkaitan
Jenis dengan
kebersihan
kegiatannya menyesuaikan kebutuhan pada
diri
misal almari kotor ya membersihkan lingkungan
almari sama melipat baju, cek rambut, serta
kuku
keramas
kebersihan
atau
kamar.
tidak,
kegiatan
dan
pasien
mengajarkan
terus pasien
Menyesuaikan kesadaran
memiliki
terhadap
kebutuhan saja itu kak, orang skizofren pentingnya
menjaga
ini kan kesadaran merawat diri dan kebersihan
dan
lingkungannya rendah jadi kami di sini kesehatan
juga
memiliki ketrampilan
372
biasakan
mereka
untuk
tangggap merawat diri.
khususnya mengenai kebersihan bukan
hanya kebersihan dirinya saja tetapi
peduli juga terhadap kebersihan diri,
biar apa kak biar mereka mampu
merawat
dirinya
sendiri
terutama
masalah kebersihan, caranya ya dengan
diberi penjelasan terus saya kasih
contoh mereka melihat bagaimana saya
melakukan
kemudian
terus
baru
melakukan,
mereka
kebiasaan-
kebiasaan ini kan lama-lama jadi
terbawa terus karena kulino jadinya
kak. Jadi pas mereka pulang pun
semoga ya masih tetap diingat dan jadi
kebiasaan. Hehehe
W10
T
:
Oyaudah
informasinya.
J : Ya kak
makasih
ya
yang
-
373
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Ketiga
(D1/W1-39)
Hari/Tanggal : Senin, 7 Mei 2013
Waktu
: 09.20 – 10.25WIB
Tempat
: Ruang Tamu GPSY
Interviewee
: KM
Interviewer
: Kpw
Wawancara dilakukan di ruang tamu GPSY. Ruang ini berukuran 4x5.
Kondisi ruang tamu lumayan gaduh, karena banyak pasien yang mengobrol di
teras luar depan ruang tamu. Responden merupakan salah satu pasien GPSY yang
telah dinyatakan kooperatif. KM berambut ikal dan berkulit sawo matang.
Tingginya berkisar 160cm dengan berat badan 50kg. Pada saat wawancara
berlangsung KM mengenakan baju daster bermotif batik. Interviewer dan KM
duduk bersebelahan, KM berada di sebelah kanan interviewer.
Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada KM
oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara
dimulai ketika KM telah terlihat siap untuk melakukan wawancara.
Kode
D1
Hasil Wawancara
W1
W2
Analisis
T : Siang mbak, mbak dirawat di KM
telah
menjalani
sini (GPSY) udah berapa lama?
perawatan di GPSY selama
J : 2 bulan setengah mbak
2,5 bulan.
T : Ehmm.. mbak sebelum disini Sebelum dirawat di GPSY
sebelumnya pernah dirawat di KM
tempat lain belum?
J
: Pernah
Magelang,
Nirmala,
mbak,
pernah
dirawat
di
beberapa rumah sakit dan
di
Sarjito,
Rehabilitasi
RSJ panti rehabilitasi.
Puri
di
374
Sukoharjo, trus disini (Siloam)
W3
T : Ini yang ke lima ya mbak?? Dibanding dengan tempat
Dari beberapa tempat mbak pernah perawatan sebelumya, KM
dirawat mbak merasa paling enak merasakan paling enak di
dimana?
GPSY
karena
adanya
J : Iya ini yang ke lima, trakhir berbagai macam kegiatan
juga semoga. Hehehe. paling terapi.
cocok disini
mbak (Siloam).
Banyak masalah itu jadi pusing
mbak, apalagi cuma ngganggur
lontang lantung itu kan sering
terserang stress pusing semacam
itu. Hehehe. Semoga aja cepet
sembuh.
W4
T : Amiin. kenapa paling enak Di
disini?
J
:
GPSY
KM
mampu
menyadari penyakitnya.
Ya
kalau
menyadari
dihadapi
disini
baru
penyakitnya,
dengan
kesabaran
kalau disana kan pokoknya aku
minum obat terus nggak tau
obat apa.
W5
T : Kalau disini mbak rajin minum KM diberikan pemahaman
obat nggak?
sehingga
J : katanya eyang (mentor medis kesadaran
GPSY) kamu itu sakit jadi kamu pengobatan.
harus minum obat biar cepet
sembuh,
ini
obat
nya
menyembuhkan. La terus aku
bilang sama eyang aku udah
memiliki
terhadap
375
minum
obat
juga
sembuh-sembuh
nggak
kok.
Trus
eyang bilang ya kamu itu harus
sabar nggak boleh putus asa
kamu harus berusaha untuk
sembuh,
yang
bisa
menyembuhkan itu diri kamu
sendiri.
Kalau
obat
nya
dibuang-buang yang merasakan
sakit ya kamu sendiri to. Eyang
selalu bilang gitu mbak.hehehe
W6
T : hahaha… ya bener to mbak? Munculnya
kesadaran
La kalau misalnya mbak udah dalam diri KM tentang
dikasih obat diterapi tapi dalam pentingnya
kesadaran
dirinya mbak ga ada kesadaran terhadap pengobatan.
untuk
sembuh
ya
sama
aja
percuma.
J : iyaa mbak, sekarang aku tau
kok kalau aku sakit jadi ya aku
menjalankan perintah mentor
yang disini biar cepet sembuh.
W7
T : Mbak ada punya masalah sama KM merasa tidak memiliki
keluarga ga?
permasalahan
J : Enggak mbak, setau ku keluarga.
enggak coba mbak Tanya sama
keluarga ku. Mereka Cuma
jengkel kalau aku marah-marah
la gimana ya mbak aku kaya
denger suara-suara nggak kuat
rasanya.
dengan
376
W8
T : Oh gitu coba ceritakan, kondisi Sebelum dirawat di GPSY
mbak sebelum di bawa ke sini KM
W9
menunjukan
gejala
gimana?
positif dan gejala negatif
J : Ehmmm… dulu nggak sehat.
skizofrenia.
T : Nggak sehatnya gimana mbak?
J : Dulu dipaksa pas mau masuk
kesini,
sering bingung rasa-
rasanya mbak.
W10 T : Bingungnya kenapa mbak bisa
diceritain?
J : Bingungnya banyak suarasuara yang masuk di kuping gitu
loh.
W11 T : Oh halusinasi itu mbak,suara
gimana mbak?
J : Iya halusinasi pendengaran
katanya Kak Ngisty, ya suara
kaya ada hubungan pribadi,
khusus gitu loh. Kaya dekat
dengan
kita
gitu,
kaya
berhubungan sama hidup aku
mbak.
W12 T : Contoh suaranya kaya gimana?
J
:Misalnya
yang
paling
menakutkan ada suara sama
banyangan yang mesum-mesum
gitu deket banget bayangannya
trus suaranya nya itu masuk
kuping.
W13 T : Itu suaranya sering mbak? Tiap
377
hari apa enggak?
J : Hu um sering banget,tiap
hari. aku nggak kuat to, kalau
aku nggak kuat kepala ku tak
jeblos-jeblosin
tembok
itu.hehehe
W14 T : Trus yang diajarkan Kak Mentor mengajarkan untuk
Ngisty buat melawan halusinasi itu mengendalikan
gimana mbak?
dengan
halusinasi
pendekatan
J : Kan waktu itu aku dengar realistis.
suara anak nya mbakku nangisnangis, trus mbak Ngisty bilang
coba
berdoa
pertolongan
terus
dulu
minta
terhadap
Tuhan
setelah
berdoa
mbak
Ngisty bilang coba liat di depan
kita
nggak
ada
anak
kecil
berarti nggak ada suara apaapa, berarti itu cuma kamu
yang dengar, nggak ada itu kan.
Jadi kalau didepan kita nggak
ada tp kamu sepertinya dengar
itu ya cuma halusinasi.
W15 T : Trus sekarang disini mbak Kegiatan
dalam
Terapi
dapet terapi apa aja, sebutin semua Holistik terdiri dari terapi
ya mbak. Hehehe
medis, rohani dan sosial
J : terapinya itu medis yang pas yang
jenis
kegiatannya
hari selasa sama jumat, terus dikemas secara bervariasi.
kalau hari senin terapi rohani
sama hari kamis, sama terapi
378
sosialnya
sering,
ganti-ganti
harinya, harinya nggak tetep
gitu
suka
ganti-ganti
Kegiatannya
ada
ibadah,
pendalaman
alkitab,
firman
Tuhan jadi ada pengharapan
untuk sembuh, aku tuh bisa
sembuh kalau aku
berserah
kepada Tuhan sebagai sumber
kekuatan soalnya kan tidak ada
yang mustahil bagi Tuhan terus
juga diimbangi sama itu hmmm
menaati semua perintah mentor,
rajin minum obat sama ikut
semua terapi.
W16 T : Terus apa lagi mbak terapinya?
J : Terapinya setiap hari gantiganti terus, trus ada lombalomba,
drama
trus
MC
pokoknya berbeda-beda terus
tiap hari mbak jadi banyak
banget mbak, yang rutin itu doa
pagi sama doa malam sebelum
tidur itu tiap hari ada, ada
terapi ketuk juga yang diketukketuk itu mbak.
W17 T : Kalau disuruh MC sama Awalnya KM merasa takut
setelah melakukan terapi ketuk itu dan malu apabila mengikuti
gimana rasanya mbak? heheh
kegiatan
yang
J ; Ya jadi MC gitu mbak, kepercayaan
diri,
melatih
tetapi
379
hehehe malu aku pertamanya melalui pembiasaan yang
malu he takut banget tapi lama- terus
lama
biasa
didepan
buat
orang
menerus
menjadi
ngomong terbiasa.
banyak.heheh
Kalau habis diketuk itu enteng
kepalanya, nggak pusing jadi
ringan kaya dipijet itu lah, terus
itu apa ya mbak apa ya kaya
lega nggak khawatir.
W18 T : Jadi lebih tenang ya mbak.
Hehehe. kan ada konselingnya
juga kan ya mbak?
J: Ya sebenarnya malu, tapi ya
gimana lagi ya kalau ga PD
malah malu-maluin apa nanti
yang ditampilkan. konseling itu
yang apa ya?hehehe
W19 T : Itu loh mbak yang kalau mbak Konseling dilakukan untuk
sama kak Ngisty curhat-curhatan, menggali
sering kan?
pasien
permasalahan
dan
membantu
J : Oh itu konseling? Iya mbak menyelesaikannya.
sering.
W20 T : Iya mbak konseling namanya,
kalau pas konseling gitu yang
diceritain apa aja mbak? Tentang
apa, critain ya?
J : Biasanya itu tentang kenapa
kok aku bisa sakit dulunya itu
gimana disuruh critain semua,
trus
dinasehati-nasehati
gitu
380
kalau jangan malu sakit kaya
gini, kamu itu ga memalukan
kok, harus taat minum obat biar
sembuh soalnya banyak sayang
sama saya, nanti kalau saya
kambuh mereka semua jadi
khawatir apalagi ibu saya, nanti
saya ga bisa bantuin lagi. Terus
suka cerita-cerita kalau saya
sudah sembuh mau disuruh
buka
warung
mbak,
untuk
ya
usaha
daripada
pengangguran. Hehehe.
W21 T : Hahaha. . . buka dimana mbak? KM
Terus
kalau
habis
berencana
untuk
konseling membuka warung setelah
perasaan nya mbak gimana?
pulang dari GPSY.
J : Di depan rumah nanti saya
yang goreng sendiri, asyik ya
mbak kayae bisa dapet uang
sendiri hehehe
W22 T : Makanya mbak cepet sembuh Setelah
konseling
KM
biar cepet bisa kerja. Hehehe. merasakan adanya kelegaan
Perasaan
nya
kalau
habis karena beban pikirannya
konseling gimana mbak?
berkurang
serta
J : Amin, doakan saya loh ya mendapatkan
mbak. Hehehe. Kalau habis terhadap
dikonseling itu lega rasanya dialaminya.
mbak, kaya-kaya semua beban
apa itu hilang, kalau kata kak
Ngisty
beban
itu
sebaiknya
pencerahan
masalah
yang
381
dibagi biar nggak berat dibawa
sendiri, bukan cuma makanan
aja yang dimakan.hehehe. Plong
gitu rasanya semua-semuanya
hilang trus jadi tau oh aku itu
ternyata harus begini, soalnya
kalau pas dikasih tau ramerame itu kurang berasa tapi
kalau cuma berdua itu lebih
serius trus mengena bisa lebih
pribadi bisa dari hati kehati
karena sesama perempuan to
mbak aku dengan kak Ngisty,
jadi
nggak
malu-malu
mau
cerita. Hehehe
W23 T : Hahaha. Iya memang beban itu Kegiatan
di
tempat
harus dibagi mbak biar nggak jadi perawatan KM sebelumnya
beban sendiri. La dulu kalau di bersifat monoton.
tempat-tempat
sebelumnya
mbak
terapinya
dirawat
apa
aja
mbak?
J : Cuma makan, tidur, minum
obat, makan lagi, tidur, minum
obat gitu terus mbak. Hehehe
W24 T : Perasaan mbak disana gimana?
KM merasakan kejenuhan
J : Ya kaya kalau orang lagi dan
mondok
dirumah
sakit
kebingungan
itu dirawat
di
ketika
tempat
mbak, tiduran terus pake baju perawatan sebelumnya.
rumah sakit, ada dokternya,
perawat, bau obat mbak disana.
382
Dulu aku sering bingung disana,
soalnya kan cuma gitu-gitu aja
jenuh,
pikirannya
kemana-
mana?
W25 T : Trus kalau pikirannya kemana- KM mengalami halusinasi
mana berarti error lagi donk auditorik
mbak?
La
kalau
error
dan
halusinasi
trus visual berupa suara-suara
gmana?hehehe
dan banyangan-banyangan.
J : Hehehe. Iya mbak kalau
orang bengong kan biasanya
pikirannya trus macem-macem
to, la wong mbak aja yang
nggak sakit kalau juga gitu to.
Kalau aku eror kan trus triaktriak soalnya aku denger suarasuara
sama
banyangan
aku
ketakutan mbak.
W26 T : Trus diapain mbak kalau mbak Penanganan
lagi error gitu?
terhadap
pasien yang labil dilakukan
J : Diiket di kasur trus dikasih dengan
obat-obatan
dan
obat penenang mbak, habis itu penanganan secara fisik.
aku ngantuk trus tidur bangunbangun udah sore trus baru
dilepas ikatane mbak.
W27 T : Nggak ada kegiatannya mbak? Penanganan yang diberikan
Itu di 4 tempat kaya gitu semua hanya berupa pemberian
apa cuma salah satu?
J : Kalau di Sukoharjo itu ada
doa, tapi nggak ada kegiatannya
trus di lainnya minum obat aja.
obat-obatan.
383
W28 T
:
Mbak
merasakan
ada KM
merasakan
ada
perbedaan ga sebelum dirawat perbedaan setelah 2,5 bulan
disini sama sesudah 2,5 bulan dirawat di GPSY dengan
dirawat disini?
menggunakan
Terapi
J : Ada mbak, dulu itu kaya ada Holistik,
yaitu
berkurangnya gejala positif
ketakutan, bingung.
W29 T : Ehm gitu.. sekarang masih dan
gejala
negatif
bingung nggak mbak? Trus suara- skizofrenia serta mampu
mengotrol
suaranya masih ada nggak?
perilakunya
J : Udah berkurang mbak, supaya tetap stabil.
soalnya
disini
kan
banyak
kegiatan jadi nggak bengong
mbak,
kalau
bengong
gitu
bingung lagi. Kalau suaranya
masih tapi udah nggak sering.
W30 T : Nggak sering nya itu gimana
mbak? Trus masih suka dijeblosjeblosin tembok?
J : Ya paling seminggu cuma
denger 2 apa 3 kali aja, enggak
mbak kata kak Ngisty (mentor)
itu
cuma
halusinasi,
itu
penyakitku. Kalau bisa sembuh
kalau aku bisa mengendalikan
diri nggak menanggapi suara
itu, jadi didiemin aja. Kalau aku
denger suara aku suruh tanya
temen-temen apa kakak-kakak
ada suara apa enggak, kalau
orang lain nggak denger berarti
384
aku cuma halusinasi yaudah
didiemin aja trus mengalihkan
perhatian kaya nyapu apa nyuci.
W31 T : Kalau mentornya disini gimana Mentor GPSY lebih lembut
mbak?
J
dalam menangani pasien
: Mentornya
mbak, apabila
baik
dibandingkan
perhatian, suka nyapa, ngasih dengan perawat di rumah
sakit jiwa maupun panti
jajan, sayang mbak.
W32 T : Kalau dibandindingkan sama rehabilitasi
yang sebelumnya gimana mbak?
KM
dirawat
sebelumnya.
J : Kalau disana keras-keras
mbak,
kalau
misal
perintah
minum obat itu harus sekarang
juga kalau nggak mau dimarahi.
Sebenernya kak Ngisty (mentor)
juga
keras
menegangkan,
tapi
nggak
omongannya
diterima biasa nggak menekan.
cuma tegas.
W33 T : Kalau semua kegiatan terapi Kegiatan
disini
ada
manfaatnya
nggak dilakukan
menurut mbak?
bermanfaat
terapi
di
yang
GPSY
untuk
J : Ada mbak, daripada kosong menyibukan pikiran pasien,
mlompong nggak ada kegiatan melatih kepercayaan diri
nanti pikirannya kemana-mana, dan
menumbuhkan
trus kan bikin kita PD berani kesadaran minum obat.
soalnya kadang disuruh jadi
pemimpin kelompok pas drama,
apa game gitu. Jadi ini ikut
menyembuhkan
biar
ga
385
ngeblank. minum obat itu ya
ada kesadaran harus minum
obat teratur itu muncul dari
dalam hati jadi tanpa disuruh
gitu ya langsung tau waktunya
minum obat.
W34 T
:
Kalau
menurut
mbak KM
menyatakan
bahwa
perawatan disini manjur nggak?
perawatan di GPSY dengan
J : Ehmm.. manjur mbak.
menggunakan
Terapi
Holistik
dirasa
manjur
membuat
pasien
W35 T : Manjurnya gimana mbak?
J : Ya kita jadi mengerti diri kita karena
sendiri jadi tau penyakitnya, kalau mampu
memahami
kita tau penyakitnya kan kita bisa penyakitnya dan memiliki
menyembuhkannya mbak, kalau kesadaran
marah bisa mengendalikan diri.
W36 T : Mbak nyaman nggak disini?
untuk
proses
penyembuhannya.
KM merasa nyaman berada
J : Nyaman, saling menguatkan di GPSY.
mbak
kalau
disini,
saling
mendukung buat sembuh.
W37 T : Oh gtu.. terus apa lagi mbak?
Kegiatan
terapi
J : Semua kegiatan terapi yang diberikan
yang
menambakh
dilakukan disini itu menambakh semangat hidup dan adanya
semangat hidup, merasa seperti kedekatan emosional yang
keluarga
sendiri,
saling terjalin
diantara
menyayangi. Kadang kan tiba- penghuninya.
tiba
diajak
dikasih
jajan,
jalan-jalan
seneng
apa
kalau
diajak jalan-jalan ke Malioboro.
W38 T : Keluarganya sering jenguk GPSY mengontrol perilaku
nggak mbak? Sikap ibu sama keluarga
dalam
386
mbak ada perubahan nggak?
memberikan
dukungan
J : Sering mbak, kalau lama terhadap KM.
nggak jenguk nanti ditelponin
sama kak Ngisty. Ya apalah ibu
sekarang lebih halus sama aku
ngomongnya itu lebih sabar.
Hehehehe
W39 T : Oke mbak sementara gitu dulu
ya, besok kalau masih ada yang
kurang lagi ya.hehehe
J : Iya mbak.
-
387
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Ketiga
(D2/W1- W27)
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Juni 2013
Waktu
: 10.45 – 11.35 WIB
Tempat
: Ruang makan GPSY
Interviewee
: KM
Interviewer
: Kpw
Wawacara kedua dilakukan kepada KM untuk menggali informasi
mengenai kegiatan cuti yang akan dijalani KM sebagai salah satu bagian dari
Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Wawancara dilakukan setelah KM
melakukan kerja bakti dan berlangsung di ruang tivi. Awal pembicaraan dibuka
dengan permintaan ijin wawancara kepada KM oleh interviewer, kemudian
dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika KM telah
terlihat siap untuk melakukan wawancara.
Kode
D2
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Gimana mbak kabarnya hari KM dalam kondisi baik saat
ini?
wawancara berlangsung.
J : Baik mbak
W2
T : Masih halusinasi atau pusing Kondisi KM sudah stabil
gitu nggak? Katanya mau cuti ya?
dan
sudah
diperbolehkan
J : enggak mbak, udah sehat cuti.
kata Kak Ngisty minggu ini
mau cuti.
W3
T : Oh ya mbak, berarti udah mau Sebelum
pulang ni.hehehe. Trus gimana terlebih
mbak persiapan nya buat cuti?
menjalani
dipulangkan,
dahulu
KM
masa
cuti.
J : Ya dikasih obat buat selama Persiapan yang dilakukan
cuti, dikasih nasihat pokoknya sebelum
cuti
yaitu
KM
388
nanti kalau eror harus bisa diberikan
obat
yang
mengatasinya jangan sampai dikonsumsi selama KM cuti
eror. Kaya kalau halusinasi itu serta dilakukan konseling
jangan
tapi demi
ditanggapi
keberhasilan
masa
perhatiannya. cuti.
dialihkan
Dikasih
wejangan-wejangan
gitu mbak gimana nanti yang
harus dilakukan dirumah.
W4
T
:
Yang
harus
dilakukan KM
dirumah apa mbak?
diberikan
konseling
yang berisi hal-hal yang
J : Membantu pekerjaan orang harus dilakukan KM selama
tua, jangan cuma tiduran aja, masa cuti dirumah.
mencari kesibukan biar otak
nya
ini
nggak
kosong
mlompong, nurut sama orang
tua. Katanya harus baik seperti
disini.
W5
T : Kalau dulu mbak KM pas Pada saat pertama datang ke
pertama kali datang kan diisolasi GPSY KM terlebih dahulu
ya? La itu kegiatan pas diisolasi menjalani masa isolasi.
apa aja?
J : dulu pas diisolasi ya nggak
boleh keluar kamar, nggak ikut
kegiatan cuma minum obat aja
sampai
nggak
pusing
trus
sampai
enakan
mbak
baru
dikeluarkan dari ruang isolasi.
W6
T : Habis keluar terus gimana Setelah selesai masa isolasi,
mbak?
KM
menjalani
masa
J : Terus dikenalin sama kakak- sosialisasi yaitu pengenalan
389
kakaknya yang disini, teman- mendalam terhadap GPSY.
temannya,
terus
baru
tau
ternyata aku dibawa disini to.
Hehehe dulu kan aku nggak tau
apa-apa mbak trus langsung
dimasukin ruang isoalasi.
W7
T : Selain dikenalin sama temen
dan kakak-kakak apa lagi mbak?
J : Diajak lihat-lihat sekitar sini,
ditunjukin
ruang
kegiatan,
ruang makanya, trus tempat
cuci piring, dikasih tau itu
mbak kaya kalau habis makan
dicuci sendiri, ya kaya-kaya
gitu.
Dikasih
tau
ini
tuh
alamatnya di Godean.
W8
T : Itu namanya masa sosialisasi Setelah
masa
sosialisasi
mbak, jadi mbak dikenalin sama selesai, KM menjalan masa
lingkungan disini, habis itu mbak terapi
baru boleh ikut terapi ya?
yaitu
dengan
mengikuti Terapi Holistik.
J : Iya, disuruh mengikuti
semua terapi.
W9
T : Trus sekarang lagi persiapan Saat
pulang ya?
W10
T : Kalau dulu pas dirawat di
tempat-tempat sebelumnya pas
mau pulang ada persiapan gak?
J : Persiapan paling baju nya
KM
sedang
menjalani masa persiapan
J : Iya persiapan pulang, seneng pulang.
aku mbak. Hehehee.
ini
390
sama barang yang aku bawa
disuruh rapikan.
W11
T : Oh gitu, konseling yang Konseling yang diberikan
diberikan pada saat mbak KM kepada
mau pulang berisi apa aja mbak?
dengan
J : Harus peka sama keadaanya perihal
KM
masa
berkaitan
cuti
yaitu
kemampuan
peka
aku, kalau capek aku sukanya terhadap kondisinya sendiri
eror jadi ya kalau misalnya dan
menjaga
kondisinya
mau apa atau apa jangan supaya tetap stabil.
berlebihan, yang menyebabkan
capek,
kalau
kepala
terasa
pusing
itu
mulai
tandanya
capek harus tidur beristirahat
sebentar dulu nanti lagi baru
mulai dikerjakan diteruskan
lagi. Trus ya kalau aku mulai
bengong itu harus cepet-cepet
gitu mengerjakan sesuatu mbak
atau
soalnya
mencari
kesibukan
bengong
pikirannya
suka
kelamaan
melayang-
layang bisa error lagi.
W12
T : Oiyaya, berarti harus tau KM
mengalami
tanda-tandanya mau error gitu ya perkembangan
mbak? kalau kondisi mbak KM dirawat
di
selama
GPSY
yaitu
pas awal masuk sampe sekarang gejala positif dan gejala
perkembangannya banyak nggak?
negatif
skizofrenia
J : Iya, nanti kalau misalnya berangsur-angsur
sudah
hilang,
tidak bisa mengatasi pas udah lebih dekat dengan Tuhan,
terlalu pusing itu suruh telp memiliki
kesadaran
diri
391
mbak Ngisty aja apa datang serta mampu mengendalikan
kesini
secepatnya
sebelum dirinya.
terlanjur parah lagi. Heheh.
Banyak mbak, ada bedanya.
W13
T : Bedanya apa mbak?
J : Udah nggak halusinasi,
paling
cuma
sesekali.
Mengetahui penyakitku, lebih
dekat dengan Tuhan, tau gitu
loh mbak apa yang harus aku
lakukan yang baik harus aku
lakukan kaya punya tujuan
hidup mbak.
W14
T : Kalau terapinya yang paling KM
merasa
senang
mbak kris seneng apa sih selama menjalani semua kegiatan
dirawat disini?
dalam Terapi Holistik.
J : Semua seneng mbak, hehehe
W15
T : Paling kan satu mbak, heheh
KM
paling
menyenangi
J : Ibadah itu mbak, firman kegiatan dalam terapi rohani
Tuhan. Solanya ceritanya itu karena mampu mendekatkan
diri kepada Tuhan.
menggambakrkan
permasalahan sehari-hari terus
bagaimana meminta prtolongan
kepada
Tuhan,
memberikan
ketenangan, menguatkan, terus
mendapat hikmat-hikmat yang
kadang kalau direnungkan ada
ayat-ayat yang sesuai dengan
kita gitu.
W16
T : Kalau jalan-jalan nya seneng Refresing
dalam
terapi
392
nggak mbak? Trus ada berkebun sosial
juga kan ya mbak?
mampu
menghilangkan penat dan
J : Seneng mbak, jadinya kan menyegarkan pikiran.
bisa lihat pemandangan baru
nggak
bosen.
Jadi
fres
pikirannya. Kalau berkebun itu
asik
tapi
nanti
kotor
semua.hahaha.Drama itu juga
seneng mbak kaya nanti liat-liat
temen
acting
itu
seneng,
lucu.hahaha.
W17
T : Manfaatnya dari terapi sosial Kegiatan kelompok dalam
kaya drama itu apa mbak?
J
:
Ya
jadi
bisa
terapi
sosial
melatih
belajar interaksi sosial khususnya
bekerjasama yang baik dengan kekompakan dan menyentuh
teman
satu
kelompok,
tapi aspek kognitif KM melalui
kadang kalau ada yang beda kegiatan yang membutuhkan
pendapatnya itu suka bikin konsentrasi dan kemampuan
pusing he mbak harus salah analisis.
satu ngalah. Hehehe.
W18
T : Terus kalau maen angklung
gimana mbak, seneng juga?
J : Seneng mbak, tapi kalau
angklung itu harus kompak
trus konsentrasinya itu harus
bener-bener
diperhatikan,
soalnya kalau salah yang gerakgerakin pas bukan giliranya
nanti semua nya jadi ikut salah.
W19
T : Selama dirawat disini dari Perbedaan yang dirasakan
393
awal
sampai
sekarang
ada KM
perbedaan apa aja mbak?
setelah
menjalani
Terapi Holistik yaitu KM
J : Lebih dekat dengan Tuhan, menjadi lebih dekat dengan
bisa
marah, Tuhan,
mengendalikan
trus
mampu
berkurang mengendalikan
sudah
diri
dan
bisa merasakan ada pemulihan
halusinasinya,
mengendalikan marah. punya dalam dirinya.
banyak
teman,
dulunya
pemalu. Heheh. Semakin hari
semakin
baik,
kaya
ada
pemulihan dalam diri aku.
W20
T : Mbak betah nggak si disini?
KM merasa nyaman berada
J : Betah mbak, kaya rumah di GPSY.
sendiri, semua sodara jadi kaya
lagi
nggak
di
panti
penyembuhan sakit jiwa.
W21
T : Kalau obat nya harus diminum Terapi medis berupa obattiap hari ya mbak? Manfaat habis obatan
minum obat apa?
menghilangkan
gejala positif dan gejala
J : Tiap hari he, sehari 2x. Ya negatif skizofrenia.
apa ya namanya, kalau minum
obat
suara-suara
halusinasi
itu
hilang,
seperti
terus
gampang buat tidur hawanya
itu rasa-rasanya kaya ngantuk,
terus
nanti
bangun-bangun
rasanya enak badanya seger,
nggak gelisah lagi.
W22
T : Apa lagi perubahan yang Terapi Holistik mengajarkan
mbak rasain selama disini?
ketrampilan sosial kepada
394
J : Ehmmm ya merasa lebih PD KM.
aja mbak, aku itu dulu pemalu
beneran loh mbak, rasanya
kaya minder. Pas pertamatama disini disuruh apa itu
namanya kaya menampilkan
nyanyi sama gerakan aku takut
banget he, mau nangis soalnya
grogi. hehehe
W23
T : Sekarang masih malu nggak
mbak kalau disuruh tampil?
J : Sudah menjadi kebiasaan
jadi ya udah terbiasa tampil,
yang penting percaya diri dulu.
W24
T : Terus kalau diskusi-diskusi itu Kegiatan
gimana menurut mbak?
berupa
terapi
diskusi
sosial
berfungsi
J : Diskusi ya, itu pusing he melatih kemampuan kognitif
mbak soalnya berfikir apalagi KM.
harus berpendapat gitu to trus
nggak
boleh
sama.
Harus
memperhatikan banget, kadang
pendapat
aku
itu
udah
diomongkan orang lain jadi
harus cari lagi padahal udah
mikir susah-susah. Hehehe.
W25
T : Kalau manfaatnya terapi kerja Terapi sosial berupa terapi
apa mbak?
kerja
memberikan
J : Dapet pengetahuan yang ketrampilan kerja
sebelumnya
nggak
pernah KM
yang
kepada
berguna
dilakukan mbak, diajari bikin perekonomian
KM
bagi
pasca
395
apa gitu yang aku belum bisa perawatan
pokoknya
kaya
berwirausaha
diajarkan
dengan
punya
ketrampilan-ketrampilan
kita
nanti bisa dapat uang.
W26
T : Terus menurutnya mbak itu
berguna nggak buat masa depan
mbak?
J
:
Ya
berguna,
namanya
jadi
apa
kalau
itu
sudah
keluar dari sini bisa lebih
dikembangkan ketrampilannya
pas pulang nanti kaya bisa
meproduksi
wirausaha
nanti
sendiri
kaya
bisa
warga-warga,
dijadiin
lele
buat
crispy
didagangkan
kaya
lapangan
ke
buat
pekerjaan
sendiri.
W27
T : Oh gitu, yaudah ya mbak
sekian dulu, makasih loh
J : Huum mbak sama-sama
-
396
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Keempat
(E1/W1-W17)
Wawancara
Hari/tanggal
: Minggu, 30 Juni 2013
Waktu
: 16.25 - 17.10 WIB
Tempat
: Rumah DY di Jetis Harjo,Yogyakarta.
Interviewee
: DY
Interviewer
: Kpw
terhadap
responden
dilakukan
di
rumah
responden,
wawancara dilakukan bersama dengan kunjungan keluarga (Home Visit) sekaligus
konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY kepada keluarga KM, karena
pada saat itu KM sedang menjalani cuti untuk persiapan pulang. Proses
wawancara antara interviewer dan DY dilakukan sebelum pihak GPSY
melakukan konseling kepada keluarga. Pihak GPSY memberikan pemahaman
kepada keluarga bahwa interviewer adalah mahasiswa sekaligus teman dari
mentor yang ingin mengetahui keadaan KM, sehingga itu meminta bantuan
informasi dari DY.
Kode
E1
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Selamat sore bu, saya mau tanya- Kondisi
KM
tanya sama ibu mengenai kondisi pertama
dibawa
mbak KM. Kondisi mbak KM waktu GPSY
saat
ke
menunjukan
pertama kali di bawa ke Siloam gejala positif dan gejala
seperti apa bu?
negatif skizofrenia.
J : Kondisinya ya ora genep mbak,
teriak-triak,
ngamuk-ngamuk,
memaki-maki
pake
kata-kata
kasar.
W2
T : La itu sebabnya kenapa bu kok Keluarga
bisa kaya gitu?
bahwa
beranggapan
penyebab
397
J : Penyebabnya itu diguna-guna skizofrenia
pada
KM
sama tetangga depan rumah itu adalah
adanya
faktor
(menunjuk rumah didepan) mbak. magic
berupa
guna-
guna.
W3
T : Kalau mbak KM udah lama bu KM
sakit kaya gitu?
sudah
menjalani
perawatan di berbagai
J : Lama, udah sering dirawat tempat sebelum akhirnya
kemana-mana tapi ya tetep kaya dirawat di GPSY.
gitu. Pulang baik tapi kalau udah
hampir sebulan kambuh lagi.
W4
T : Dirawat dimana saja bu?
J : Lupa saya mbak, sudah sering
kok. Kakak nya yang membawa
dia saya cuma terima jadi karena
saya
kan
nggak tau
dimana
tempat-tempatnya.
W5
T : Yang menyebabkan kambuh itu DY tidak mengetahui
apa bu?
penyebab
kekambuhan
J : Tidak tau saya mbak, kambuh KM.
begitu aja.
W6
T : Kalau pas mbak KM kambuh Keluarga bersikap cuek
sikap keluarga gimana bu?
dan kurang memberikan
J : Ya sudah dibiarkan saja, perhatian
terhadap
dikurung dikamar nanti dia kalau kondisi KM.
sudah capek berhenti
Tapi
sendiri.
kalau sudah tidak bisa
ditangani itu kakak nya itu sudah
tidak sabar terus dibawa berobat
kemana.
W7
T : Kalau dirumah mbak KM KM
tidak
memiliki
398
kegiatannya apa bu?
pekerjaan
atau
hanya
J : Kegiatannya itu paling nonton menganggur dirumah.
tivi, malas situ orangnya. Dia kan
dirumah sendiri kalau kita semua
kerja.
Saya
jualan
makanan
dipasar, kakaknya juga kerja.
W8
T : Berarti semua keluarga sibuk
kerja ya bu?
J : Iya mbak, la siapa lagi yang
mau cari uang, apalagi bapak nya
KM kan baru meninggal ya itu
sebelum KM masuk Siloam. Itu
masuk Siloam gara-gara kaget
bapaknya meninggal.
W9
J : Oh jadi mbak KM itu masuk Penyebab
kekambuhan
gara-gara belum bisa menerima KM yang terakhir adalah
kalau bapaknya meninggal ya bu?
meninggalnya ayah KM
T : Iya mbak, dia kan dekat dan
ketidakpatuhan
dengan bapaknya. Tapi sebelum minum obat.
bapaknya meninggal KM juga
sudah sakit kaya gitu. Lalu KM
itu
juga
susah
mbak
kalau
disuruh minum obat, seringnya
berantem dulu, dipaksa sama saya
atau kakaknya baru mau.
W10
T : Hmm. . .
gitu ya bu. Terus Keluarga
selama mbak KM dirawat di Siloam menjenguk
ibu sudah pernah menjenguk?
GPSY.
J : Sering mbak, kadang ditelpon
kalau
udah
2
minggu
tidak
sering
KM
di
399
menjenguk.
W11
T : Lalu selama mbak KM dirawat Selama KM dirawat di
yang dilakukan pihak Siloam kepada GPSY,
keluarga pa bu?
keluarga
mendapat
konseling
J : Kunjungan seperti ini, diberi keluarga
dari
pihak
bimbingan mengenai keadaan KM GPSY.
terus
keluarga
disuruh
untuk
lebih memperhatikan KM.
W12
T : Ibu merasakan ada manfaatnya Keluarga
mendapat
tidak bu dengan adanya kunjungan manfaat
keluarga?
melalui
pemberian
konseling
J : Ada mbak, sangat bermanfaat keluarga, yaitu keluarga
karena keluarga ini kan bukan memperoleh
banyak
orang pengetahuan
yang
dari
kalangan
berpendidikan
jadi
ya
tidak berkaitan
dengan
pengetahuan- skziofrenia.
mempunyai
pengetahuan tentang skizofrenia,
dengan adanya kunjungan jadi
tau.
W13
T : Ehmm…gitu ya bu. Kondisi Kondisi
mbak KM sekarang gimana bu? menjalani
Udah ada perubahan belum dari sudah
waktu pertama masuk?
KM
setelah
perawatan
menunjukan
perubahan yang positif
J : Sudah banyak perubahan, yaitu
berkurangnya
sudah tidak ngamuk-ngamuk lagi, gejala positif dan gejala
manut kalau dikasih tau. Sudah negatif skizofrenia.
baik ya mau membakntu saya
juga
terus
itu
tidak
buat
keributan lagi.
W14
T : La dengan adanya kunjungan Terjadi perubahan sikap
400
terus
dikasih
informasi
ada dalam keluarga setelah
perubahan sikap ibu sama KM diberikan
tidak?
konseling
keluarga.
J : Ya jadi sabar aja lah mbak,
menerima
keadaanya
dia
ya
istilahnya sing waras ngalah. Ya
memang dia sakit begitu tidak
bisa disalahkan sapa juga yang
mau seperti dia mbak. Keluarga
lebih
pengertian
dan
memperhatikan dia ajalah.
W15
T : Lalu setelah KM pulang kira-kira Setelah
sikap keluarga gimana bu?
KM
pulang
keluarga akan berusaha
J : Ya kalau KM sudah pulang, merawat
KM
dengan
dijaga dirawat sebisa mungkin baik serta memberikan
mbak
sesuai
perintah
yang dukungan
diberikan Siloam supaya tidak keberhasilan
terjadi hal yang tidak diinginkan.
W16
T : Yang diperintahkan Siloam itu
apa aja bu?
J : Pengertian ya sabar menerima
kondisi
KM,
jangan
terlalu
memaksakan keinginan-keinginan
keluarga yang KM paksa lakukan,
hmm
ya
menyayangi
dan
memperhatikan sama itu mbak
mengawasi apa ya maksudnya
membimbing
seperti
mengarahkan lah untuk masa
depan KM trus juga sehari-
pemulihannya.
bagi
proses
401
harinya itulah.
W17
T : Oiya bu, maksih ya bu untuk
informasinya.
J : Ya mbak.
-
402
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Kelima
(F1/W1-W50 )
Hari/tanggal
: Selasa, 16 April 2013
Waktu
: 13.00 – 14. 10 WIB
Tempat
: Ruang Medis GPSY
Interviewee
: AD
Interviewer
: Kpw
Wawancara dilakukan di ruang medis GPSY, ruang medis berukuran 2x3
m dipilih untuk melakukan wawancara didasarkan pada pertimbangan ketenangan
dan kenyamanan ruangan demi kelancaran proses wawancara. Kondisi sekitar
ruang medis cukup tenang, walau samar-samar terdengar suara-suara pasien yang
lalu lalang di sekitar ruang medis.
AD merupakan mantan pasien GPSY yang pada 16 April datang ke GPSY
untuk cek kesehatan rutin dan mengambil obat. AD bertubuh tambun dengan
tinggi sekitar 160cm, berusia 22 tahun. AD adalah mantan pasien dengan
skizofrenia paranoid. Pada saat akan memulai wawancara AD tampak ragu untuk
diwawancarai tetapi setelah diberi penjelasan AD akhirnya bersedia untuk
diwawancarai.
Kode
F1
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Halo mas AD, lagi sibuk nggak? AD
saya pengen tanya-tanya nih.
ketersediaannya
J : Nanti jam 3 aku pulang mbak diwawancara.
kalau
sekarang
saya
menunjukan
bisa,
sekarang aja ya. (saat itu jam
untuk
403
menunjukan pukul 1 siang)
W2
T : Oke deh mas, beneran gpp nih?
J : Gpp mbak saya seneng kalau
bisa bantu orang.
W3
T : Mas pulang dari sini (GPSY) AD
kapan?
selesai
menjalani
perawatan di GPSY pada
J : Ya lumayan lama mbak, Mei 2009.
hmmm sekitar Mei 2009.
W4
T : sudah lamayan lama ya, hehe. AD menjalani perawatan
Masuknya kapan mas? La ini kesini selama 5 bulan.
ngapain?
J : Januari 2009 mbak, saya ambil
obat mbak sama sekalian jenguk
kak Ngisty.
W5
T : Masih minum obat mas? Berapa Obat
membantu
bulan sekali ambil obat? Kalau gak menstabilikan kondisi AD
minum obat emang kenapa?
pasca
perawatan,dan
J : Masih to mbak, kalau nggak adanya respon positif AD
minum obat saya nanti pusing, terhadap pengobatan.
susah tidur
terus gelisah. Tapi
sudah nggak kaya dulu obatnya
sekarang sedikit tapi harus rajin
diminum.
W6
T : Oalah gtu to, ya memang harus Penyebab
munculnya
rajin minum obat biar gak sakit skizofrenia
disebabkan
lagi.hehee.la dulu mas knapa kok adanya
bisa di Siloam?
J : Saya dulu banyak masalah,
terus saya nggak kuat jadinya gini
deh.hehehe
psikososial.
stressor
404
W7
T : Gini gimana jelasin donk?? Sifat AD pendiam dan
Emang masalahnya apa, ayoo cerita.
tidak memiliki kedekatan
J : Saya ini orang nggak suka dengan keluarga.
ngomong,
sama
kelurga
saya
nggak akrab jadi ada masalah
saya pendam sendiri jadinya saya
eror.
Bapak
saya
kan
keras
mendidiknya.Hehehe
W8
T : Loh kok bisa nggak akrab mas? Stressor psikososial yang
La masalah paling berat yang mas menjadi pencetus adalah
alami waktu itu apa?
permasalahan keluarga.
J : Ya saya ini susah buat cerita
mbak jadi waktu itu saya punya
masalah-masalah gitu terus kakak
saya kan hamil diluar nikah saya
sebagai
adik
laki-laki
merasa
terpukul mbak karena saya anak
laki-laki sendiri.
W9
T : La sebelum mas kesini (GPSY) Sebelum
yang mas rasain itu apa?
menjalani
perawatan di GPSY AD
J : Kalau aku tuh takut-takut, mengalami gejala positif
gampang
bingung,
mendengar dan negatif skizofrenia.
suara yang aneh-aneh, marahmarah, sering bengong, ngamuk,
sedih berkepanjangan, kaya ada
ketakutan gitu mbak.
W10 T : Ketakutan gimana mas? kok bisa Sebelum dirawat kondisi
gitu, bisa diceritakan lebih jelas?
AD
tidak
J : Nggak tau mbak bingung, memiliki
takut, ada beban lalu marah- keagamaan.
stabil
dan
waham
405
marah, kacau rasanya, aku tuh
kaya merasa kalau aku ini utusan
Tuhan yang harus menyampaikan
firman
Tuhan
remeh
sama
tapi
dianggap
orang-orang,
makanya aku marah-marah terus
bawaannya.
W11 T : Gara-gara sering marah-marah AD dibawa
trus dibawa kesini mas?
karena
ke
GPSY
keluarga
sudah
J : Ya mungkin mbak, keluarga tidak sanggup merawat.
saya tidak bisa mengatasi lagi to,
pokonya kalut lah.
W12 T : Trus pada saat mas dibawa kesini AD mendapatkan banyak
(GPSY) terapi apa saja yang mas kegiatan
dapatkan?
pada
saat
di
GPSY.
J : Ya banyak mbak, karena kan
ada kegiatan terus.
W13 T : Banyak nya gimana mas? Bisa AD
diceritakan?
begitu
mengingat dengan detail
J : Saya agak lupa mbak kan udah setiap
lama sih. Hehehe
tidak
jenis
kegiatan
karena disebabkan selang
waktu
perawatan
yang
sudah lama.
W14 T : Ya yang mas inget aja masa gak Setiap hari AD mengikuti
ada yang diinget sih.hehehe
J : Ya ada to mbak,hehehe.
Terapinya itu banyak, setiap hari
selalu ada kegiatan kaya yang
rutin itu ibadah, trus merawat
diri, jualan, jalan-jalan. La itu
kegiatan-kegiatan terapi.
406
yang paling saya suka mbak jalanjalan. Hehehe
W15 T : Jalan-jalan kemana dulu? Terus Refresing
apa lagi coba diinget-inget.
merupakan
salah satu kegiatan dalam
J : Jalan-jalan kemana aja mbak Terapi Holistik.
kan ganti-ganti, ada yang ke mall,
ke
salon
cukur
rambut
ya
pokoknya sering jalan-jalan lah
hiburan biar ga bosen disini.
W16 T : La mas disini merasa bosen gak? AD
merasakan
Selain jalan-jalan terapinya apa lagi kenyamanan saat berada di
mas?
GPSY
karena
J : Jujur ya mbak saya itu dulu kedekatannya
dengan
lebih nyaman disini, apalagi kalau mentor, lebih lanjut AD
cerita-cerita sama kak ngisty saya berusaha mengingat jenis
bisa cerita apa aja. Trus terapinya kegiatan
itu
apa
lagi
(mengeryitkan
ya,
dahi)
hmmm diikutinya
yang
yaitu
pernah
berupa
nyanyi- jenis kegiatan dalam terapi
nyanyi, trus maen alat musik, sosial.
maen-maen kelompok gitu mbak.
W17 T : Kalau sama kak mentor cerita- Ada keterbukaan antara
cerita apa aja mas??
AD
dengan
J : ya panjang lebar dan tinggi, mengenai
hahahah.
Segala
sesuatu
berbagai
hal,
saya bahkan yang dirasa AD
ceritakan sama mentor mbak, bersifat
rahasia pokoknya.hahaha
mentor
rahasia
untuk
diceritakan kepada orang
lain.
W18 T : Yaahh maen rahasia-rahasia nih Konseling membuat AD
masnya, yang mas AD rasain waktu senang
konseling apa?
karena
bisa
mempunyai teman sharing
407
J : wah masa nggak pernah curhat dan merasa diperhatikan.
sih mbak, Hehehe. Seneng bisa
sharing,
karena
nyambung
jadinya seperti curhat sama konco
dewe lah, terus sering ditanyatanyain jadi apa ya, ya merasa
diperhatikan, di gemateni ehmm
kan ada yang peduli terus mau
ngrungoke curhatan kita itu kan
seneng mbak.
W19 T
:
Perasaanya
setelah
curhat Effek
gimana?
psikologis
konseling
dari
adalah
J : Setelah curhat itu rasanya ya munculnya kelegaan yang
gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada disebabkan AD merasakan
seperti kelegaan, beban dipikiran beban
berkurang
solanya
kan
pikirannya
dapat berkurang
dan
masukan-masukan gitu, ya apa ya mendapatkan pencerahan
jadi tau apa yang harus dilakukan terhadap
permasalahan
sama masalah kita, nantinya biar yang dialaminya.
tidak salah melangkah gitu deh,
hehehe.
W20 T : Kalau ngobrol itu biasanya Konseling
kapan? Oya terus terapinya tadi apa fleksibel,
lanjutin lagi donk?
bersifat
artinya
dilakukan kapan saja saat
J : Ya kapan aja saya pengen, AD membutuhkan.
sekarang aja kalau kangen ya
kesini. Apa kalau galau langsung
kak Alfred kak Ngisty help me
please please, hahaha apa lagi ya,
ya tadi yg aku sebutin itu mbak.
bisa
408
W21 T : Berarti sering kesini nih? kalau AD memiliki kesadaran
pengobatan medis nya apa mas?
yang memunculkan respon
J : Ya sebulan sekali saya kan positif
terhadap
ambil obat sekalian konseling, pengobatan.
kalau udah nggak sabar ya belum
ada sebulan saya telepon atau
kesini langsung. Medis nya ya cek
kesehatan kaya tensi, trus obatobat
gitu
sama
kaya
yang
sekarang lah mbak, mbak liat
sendiri aja kan lama to disini.
W22 T : Wah deket banget donk sama
kak mentor disini.hehehe. iyaa saya
kan mengamati sekaligus tanya ke
kamu. Hehehe. Perasaannya dengan
hubungan kedekatan mentor dengan
pasien itu yang mas AD rasakan
gimana?
J : Kalau disini itu semua nya
keluarga mbak, merasa lebih
dianggap ya kaya nggak ada jarak
antara mentor sama pasiennya
merasanya jadi nyaman nggak
disia-sia kan kalau dirumah sakit
jiwa itu kaya namanya dipandang
sebelah mata orang gila terus
dibentak-bentak
apa
diperlakukan semena-mena, ya
apa ya istilah-istilahnya itu di
wongkan apa ya
dianggap
manusia ya itulah mba tidak
seperti
orang
gila
trus
disingkirkan. hahaha
W23 T : Hahaha iya iya iya. Terus
AD
merasakan
kedekatan
antara
mentor,
adanya
emosional
dirinya
dengan
sehingga
AD
merasakan dihargai dan
diakui keberadaannya. Hal
ini tidak dirasakan AD
saat ia dirawat di RSJ.
Kondisi
GPSY
menurutmu Siloam itu gimana sih? memberikan kenyamanan
Maksudnya kamu menilai Siloam itu bagi AD karena dianggap
409
seperti apa? Hmmm dirawat disini seperti rumah sendiri.
itu menyenangkan apa menyedihkan
apa menyebalkan.
J : Kalau menyedihkan enggak
mbak, saya malah seneng disini
udah kaya rumah sendiri, soalnya
banyak temennya trus mentor nya
juga sayang. Enak pokonya mbak,
coba aja deh, hahahaha
W24 T : Beneran nih, jangan-jangan takut AD menyakinkan peneliti
sama kak ngisty trus bilang gitu, bahwa
hahahaha
perasaanya
terhadap GPSY memang
J : Suer mbak, mosok saya bohong sebenarnya
juga buat apa nanti dosa wong yang
sesuai
dirasakan
saya sudah bisa normal lagi aja adanya
apa
tanpa
intervensi
dari
udah seneng masa saya mau dosa siapapun.
lagi mbak. Hehehe
W25 T : Iyaa deh iyaa percaya, berarti Penanganan
yang
kamu disini ga merasa kaya di dilakukan di GPSY tidak
rumah sakit atau tempat rehabilitasi seperti(berbeda)
gtu?
dengan
perawatan yang dilakukan
J : Ya kaya rumah sendiri gtu di rumah sakit.
mbak, kalau dirumah sakit kan
kaya orang sakit kalau disini
malah orang sakit kaya orang
sehat. Hahahahha
W26 T : Hahahha bisa aja nih masnya, la AD
mengalami
banyak
kalau perubahan sebelum dirawat perubahan setelah dirawat
disini sama sesudah dirawat apa?
dengan
menggunakan
J : Banyak to mbak, hehehe
Terapi Holistik.
410
W27 T : Ya banyaknya itu apa, sukanya Setelah
gitu masnya kalau ditanya. Hahahah
menjalani
perawatan
dengan
J : Ya dulu sebelum diterapi masih menggunakan
suka
menyendiri
sudah
banyak
sekarang Holistik gejala positif dan
ya
dulu gejala negatif skizofrenia
teman,
halusinasinya menganggu banget AD
berangsur-angsur
pas udah minum obat ya suara- menghilang
suaranya
Terapi
dan
AD
bisa memiliki fungsi perawatan
hilang,
mengendalikan diri jadi nggak diri yang baik.
khotbah-khotbah terus apa lagi ya
dulu itu aku jarang mandi nggak
pernah
kaya
setrika
apalagi
nyapu, biasa cowo kan nggak
memperhatikan penampilan tapi
disini kalau nggak mandi dapat
hukuman,
harus
piket
jadi
sekarang lebih rapi lah. Hahaha
W28 T : Wah bagus donk, terus kalau Setelah
marah-marahnya masih nggak?
menjalani
perawatan dengan Terapi
J : Kalau ada yang bikin nggak Holistik AD lebih mampu
enak ya marah ya masih tapi udah mengendalikan emosinya
bisa
mengendalikanlah
selalu
diajari
buat
wong dalam menyikapi segala
mengotrol sesuatu.
emosi kok mba. Jadi ya marah
wajar mba nggak sampai yang
terus teriak-teriak. Semua orang
kan juga sering marah mba nggak
cuma yang kaya aku aja.
W29 T : Terus apa lagi mas?
J : Lebih ceria mba, trus lebih PD.
Setelah
menjalani
perawatan dengan Terapi
411
Holistik AD menjadi lebih
percaya diri.
W30 T : Dulunya nggak PD ya?
Jenis
kegiatan
J : Iya mbak, tapi disini terapi- Terapi
dalam
Holistik
terapinyakan ngajarin buat PD, mengajarkan dan melatih
kaya disuruh mimpin acara gitu pasien untuk percaya diri.
kalau ngga PD ya ga bisa mbak,
jadi terpaksa harus berani.
W31 T : Berarti jelas ada perbedaannyaya Ada perbedaan signifikan
sebelum dan sesudah di terapi? terhadap
Kalau
misalnya
dulu
kondisi
sebelum setelah
AD
menjalani
diterapi keadaannya mas itu 4, perawatan
dengan
sekarang berapa wis?
Terapi
menggunakan
J : Jelas mbak, ya kalau dulu 4 Holistik.
sekarang 9 lah mbak. Soalnya kan
masih minum obat juga sambil
proses penyembuhan.
W32 T : Mas nya kan sekarang udah Permasalahan
yang
kuliah to, la ada kendala-kendala ga dialami
pasca
dalam
kuliah
yang
AD
berkaitan perawatan adalah masalah
penyakitnya mas?
yang
berkaitan
J : Ya kendala-kendala masih bisa perkuliahan
dengan
dan
diatasi mbak, paling kalau banyak merupakan masalah yang
tugas pusing.hehehe
umum dialami oleh setiap
mahasiswa.
W33 T : Wah kalau itu mah aku juga Kemampuan penyesuaian
mas,, hahaha kalau manfaat dari diri dan interaksi sosial
Terapi Holistik ini yang berkaitan AD
meningkat
setelah
dengan hubungan sosial dengan diberikan Terapi Holistik.
orang lain apa? Dulu kan suka
412
menyendiri to? La sekarang masih
ga?
J : Oh ya kalau sekarang saya
punya
banyak
teman
mbak,
malah kalau ga ada teman saya itu
kesepian terus nyari teman kalau
dulu kan minderan mbak kalau
mau
bergaul
gitu
jadi
suka
menyendiri.
W34 T : Hahaha… nyari temane
piye AD
mas?
membuka
diri
terhadap pergaulan sosial.
J : Ya maen ke rumah temen,
kalau
nggak
yo
ke
tetangga
ngajak nongkrong-nongkrong gitu
ikut kegiatan desa, ya kaya gitu
lah mbak. Hehehe
W35 T : Kalau efek nya secara psikologis Effek psikologis Terapi
habis di Terapi Holistik apa mas? Holistik yaitu memberikan
Kan kalau tadi efek secara umun.
ketenangan
kepada
AD
J : Opo ya mbak, ya rasane melalui kedekatan dengan
menjadi
lebih
tenang,
dekat Tuhan yang berpengaruh
dengan Tuhan, nggak grusa-grusu terhadap resiliensi AD.
mbak,
lebih
tenang
kalau
menghadapi permasalahan.
W36 T
:
La
emang
dulu
kalau Sebelum diberikan Terapi
menghadapi permasalahan gimana Holistik AD temperamen
mas?
dalam menyikapi setiap
J : Ya dulu kalau ada masalah situasi.
hawane pengen ngamuk mbak,
sekarang ya lebih bisa tenang
413
menghadapinya,
semua
kepada
menyerahkan
Tuhan.
Lebih
pasrah lah mbak, jare kak Ngisty
kan
serahkan
semua
kekhawatiran mu kepada Nya.
Nya itu Tuhan mbak.
W37 T : Kalau yang berkaitan dengan Hubungan AD terhadap
keluarga gimana? Dulu kan tertutup keluarga membaik setelah
sama keluarga to?
diberikan Terapi Holistik.
J : Ya sekarang lebih percaya
sama
ortu
mbak,
lebih
bisa
terbuka.
W38 T : Perubahannya keluarga mas Ada
sebelum
mas
di
Siloam
positif
keluarga
yang
sama pada
perubahan
sesudah mas pulang ada ga?
dirasakan
AD,
yaitu
J : Ortu jadi lebih sayang mba, keluarga lebih menyayangi
dulu
ki
sok
marah-marah, dan
pengertian
kepada
merasakan
bahwa
menyalahkan tanpa sebab saiki AD.
lebih pengertian sama anak nya.
W39 T : Kalau menurut kamu terapi AD
holistik ini seberapa efektif si buat penanganan
kesembuhan mu? Kalau dikasih dengan
nilai, nilainya berapa?
skizofrenia
menggunakan
Terapi Holistik efektif.
J : Efektif mba, nilainya yo 80
mbak.
W40 T : Kok 80 la yang 20 berarti belum Kekuarangan
Terapi
efektif? Kekurangannya dari terapi Holistik disebabkan sifat
disini apa wis?
malas
AD
karena
J : Apa ya mbak.hahaha. aku mengikuti kegiatan terapi.
males mbak kalau disuruh kerja
414
bakti, males kalau disuruh nyapu,
makannya kadang ga suka sama
lauknya. Hahaha
W41 T : Terus selain itu apa lagi mas?
Penanganan
di
J : Bosen mbak, gak boleh pegang menimbulkan
hape sama mainan internet. Trus karena
GPSY
kebosanan
pasien
tidak
kalau disuruh menghapal kadang diperbolehkan memegang
males
mbak.
Ojo
neh
kalau hape dan bermain internet.
disuruh piket. Hehehehe
W42 T : Oalah dimana-mana juga nggak Keluhan yang dirasakan
boleh mas, selain itu apa lagi.
AD terhadap penangann di
J : Yaudah mbak, wis akeh to mau GPSY
merupakan
permasalahan yang lumrah
yang tak sebutin. Hahaha
(umum)
terjadi
di
manapun.
W43 T
:
Yasudahlah
saiki
tolong AD terlihat bersemangat
ceritakan tentang Siloam menurut dalam
apa yang kamu rasakan.
kerinduannya
J : Oyoyo. Siloam bagiku itu GPSY.
rumah kedua mbak, dapet temanteman yang luar biasa, kakakkakak
mentor
yang
selalu
menguatkan aku punya keluarga
yang baik. Masih rindu suasana
Siloam, trus kadang kangen pas di
Siloam pas lagi terapi kumpul
sama temen-temen ngono mbak,
kangen gitaran pas sore-sore sama
kakak
mentor,
beribadah.
kangen
pas
menceritakan
terhadap
415
W44 T : Terus apa lagi pengalaman GPSY
membuat
AD
berharga yang kamu dapet dari mendapatkan pengalaman
Siloam?
J
:
dan
Banyak
mendekatkan
AD
mendapatkan kepada Tuhan.
pengalaman-pengalaman
baru,
aku menemukan Tuhan disini,
lebih bisa berserah sama masalah
yang saya hadapi mbak.
W45 T : Oiya sebelum di Siloam pernah Sebelum dirawat di GPSY
dirawat dimana aja mas?
AD pernah dirawat di
J : Saya itu pernah di dokter siapa beberapa rumah sakit jiwa
itu
aku
lupa
namanya,
magelang
aku
juga
di dan panti rehalibilitasi.
pernah
terakhir itu di Bethesda.
W46 T : Walah banyak juga ya, la pas Perawatan yang dijalani
dirawat disana ada perubahan nggak AD
mas?
sebelumnya
hanya
menggunakan obat-obatan.
J : Ya ada tapi kan sebelumnya
perawatannya cuma pake obatobat aja.
W47 T : La pebedaan nya sama di Siloam Perawatan di GPSY tidak
apa mas? Menurut kamu paling hanya melalui obat-obatan
efektif dimana?
tetapi
juga
J : Beda mbak, kalau dulu itu terapi-terapi
cuma obat aja suruh minum, mendukung
kalau disini (Siloam) itu dikasih pemulihan.
terapi-terapi tentang penjelasaan
obat-obatan juga yang menurut
aku itu berguna banget jadi tahu
akibatnya kalau tidak minum obat
diberikan
lain
yang
proses
416
jadi ya nggak perlu dipaksa kalau
minum obat.
W48 T : Berguna gimana mas?
Terapi
Holistik
tidak
J : Kaya terapi rohani itu kan hanya menyentuh aspek
membuat
kita
semakin
dekat medis, tetapi juga aspek
dengan Tuhan kita jadi tenang psikis dan sosial AD.
dalam menghadapi masalah, ya
kalau kaya terapi sosial itu kan
mengajarkan untuk bersosialisasi
jadi punya banyak teman, nggak
mengurung diri terus dikamar
lah.
W49 T : Okee apa lagi?
Ada
perubahan
J : Ehmm ya utama itu keluarga keluarga
kearah
jadi berubah sikap nya, nggak setelah
sikap
positif
diberikan
kaya dulu lagi lebih pengertian konseling keluarga yang
dan
nggak
suka
berantem, merupakan
bagian
dari
keributan atau bikin onar lagi, lah Terapi Holistik.
itu
yang
dirumah
utama
kan
ya
mbak
jadi
nggak kaya
neraka koyo ndek jaman mbiyen
neh. Hahahaha.
W50 T : Hahaha yaudah sementara cukup AD
sekian dulu, besok lagi ya.
ketersediaanya
J : Siap mbak, tinggal ngomong peneliti
wae.
menyatakan
ketika
membutuhkan
informasi lebih lanjut.
417
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Kelima
(F2/W1- W19)
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Juni 2013
Waktu
: 11.15 – 12.00 WIB
Tempat
: Rumah AD di Gunung Kidul
Interviewee
: AD
Interviewer
: Kpw
Wawancara kepada AD dilakukan di rumah AD, Wonosari Gunung Kidul.
Wawancara dilakukan sebelum interviewer melakukan wawancara kepada
keluarga (ibu) AD. Wawancara ini bertujuan untuk menggali lebih dalam
mengenai keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia. Awal
pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada AD oleh
interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara
dimulai ketika AD telah terlihat siap untuk melakukan wawancara.
Kode
F2
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Haloo mas gimana kabarnya hari Semua
ini?
jenis
dalam Terapi Holistik
J : Baik mbak, barusan bangun bermanfaat.
tidur ni.
W2
T : Jam segini baru bagun to? Aku
mau tanya ini manfaat terapi-terapi
yang diberikan Siloam yang berguna
buat mas AD sampe sekarang itu apa
aja?
J : La capek kok mba, semalem aku
lembur skripsi. Hehehe. Ya semua
terapi
418
terapi bermanfaat kaya e mba.
W3
T : Sama kalau lembur skripsi. Heheh. Terapi
Rohani
Coba dijelaskan terapi nya apa terus mendekatkan
AD
manfaatnya apa, kan ada tiga terapi kepada
Tuhan
to? Kaya terapi medis, terapi rohani, sehingga
terapi sosial. Coba jelasin sat uterus meningkatkan
sama manfaat yang masih mas AD resiliensi AD.
rasakan sampe sekarang.
J : Terapi rohani itu kan ada PA,
kebaktian, ayat hapalan, doa pagi
malam,
renungan.
Semua
itu
membuat aku menjadi lebih dekat
dengan Tuhan, lebih menguatkan
aku kalau lagi ada masalah, setiap
permasalahan itu datangnya dari
Tuhan jadi berserah aja mbak.
W4
T : Apa lagi manfaat dari terapi rohani Terapi
yang mas AD rasakan?
Rohani
memberikan
self
J : Ehmm…. aku lebih mengenal suggestion.
Tuhan secara pribadi, jadi aku
punya kekuatan yang luar biasa.
W5
T : Seneng mas pas menjalani terapi Melalui terapi rohani
rohani?
AD
mampu
J : Seneng to mbak, kan aku dapet menyalurkan
giliran itu disuruh mimpin doa, apa kesenangannnya
disuruh kasih ceramah la itu aku terhadap pengetahuan
seneng jadi bisa menyampaikan agama.
pengetahuan
tentang
agama
ke
orang lain, ya bisa tersampaikan
kesenanganku
untuk
419
menyampaikan firman Tuhan, terus
didengan orang lain ya semoga aja
bisa bermanfaat.
W6
T : Kalau dari terapi medis nya apa Kegiatan dalam terapi
aja, terus manfaat yang mas AD medis
berkaitan
rasakan sampai sekarang apa?
kesehatan
dengan
J : Medisnya itu ya cek kesehatan, secara fisik.
konseling kesehatan, apa lagi ya
pemeriksaan rutin.
W7
T : Efek yang mas AD rasakan setelah Obat-obatan
minum obat apa?
yang
diberikan dalam terapi
J : Badannya enak, emosi jadi medis mengurangi dan
terkontrol tidak mudah marah, menghilangkan gejala
kalau nggak minum obat aku tuh positif
rasanya
galau,
liat
orang
dan
gejala
kie negatif skizofrenia.
bawaannya curiga terus. Ya stabil
kalau minum obat.
W8
T : Sampai sekarang masih minum Obat-obatan
obat ya? Kalau nggak minum gimana?
tetap
diminum
untuk
J : Masih terus jalan obatnya, kalau menjaga
kondisinya
nggak minum ya pusing, gelisah, supaya tetap stabil.
perasaannya nggak tenang.
W9
T
:
Siapa
yang
nyuruh
atau AD
mengingatkan minum obat?
memiliki
kesadaran pribadi dan
J : Aku sendiri to mbak, nggak ada respon postif terhadap
yang nyuruh lah. Aku wis merasa pengobatan.
kalau aku butuh obat kok. Kata kak
Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa
lagi yang tau keadaan ku.
W10
T : Ya bener itu,,, La kalau terapi Terapi
sosial
420
sosial manfaat nya buat kamu apa?
mengajarkan
J : Terapi sosial itu ya membuat aku ketrampilan
semakin
percaya
bersosialisasi
diri,
sosial
diajari sehingga AD mampu
kembali
ke melakukan
interaksi
masyarakat, ya walaupun orang sosial
stress
itu
kan
kadang
dengan
susah lingkungan.
diterima di masyarakat la Siloam
itu mengajarkan untuk berani dan
percaya diri buat bergaul sama
msayarakat.
W11
T : Dulu mas AD gimana sih Sebelum
hubungannya sama masyarakat?
Terapi
diberikan
Holistik
AD
J : Pemalu aku ini, minderan karena cenderung menarik diri
aku merasa sakit to. Sekarang aku dari pergaulan sosial.
wis
aktif
kegiatan
gereja
trus
kegiatan masyarakat aku yo melu.
Ternyata
ora
seburuk
yang
dibayangkan.
W12
T : La emang yang dibayangkan Setelah
gimana?
menjani
perawatan
J : Ya ternyata aku bisa diterima Terapi
dengan
Holistik
masyarakat, kuncinya itu harus PD merasakan
AD
adanya
dulu kan aku rendah diri, tapi di kepercayaan diri dan
Siloam diajarkan untuk selalu PD kebermaknaan hidup.
nggak boleh merasa rendah diri
semua orang derajat sama di mata
Tuhan.
W13
T : Khotbah-khotbahnya masih nggak AD
sekarang?
mampu
menyalurkan hobinya
J : Yo masih to mbak, tapi sekarang ke
kegiatan
yang
421
kan kalau khotbah aku digereja, bermanfaat.
opo
jadi
pembicara
pas
PA,
persekutuan remaja. Dadi yo ora
khotbah-khotbah dewe.
W14
T : Kalau perubahan pada keluarga Terjadi
yang mas AD rasakan apa?
perubahan
sikap keluarga kearah
J : Pada keluarga itu ya,dulu suka yang positif.
pada bertengkar sekarang udah
nggak, trus sikap nya bapak banyak
berubah sekarang ini jarang banget
marah-marah
ya
bisa
tau
kemampuan anaknya, wis apa ya
tidak suka memaksakan kehendak.
W15
T : Kalau manfaat yang berkaitan GPSY
membantu
dengan permasalahan pendidikan apa merencanakan
mas? Katanya kan sekarang kuliah to?
mengusahakan
J : Ya kak Alfred itu membantu depan
AD
dan
masa
pasca
sekali mbak kalau masalah sekolah, perawatan.
itu pas aku nggak lulus SMA kan
galau banget lah la setelah keluar
dari Siloam ya diuruskan paket C,
ya disemangati sampai aku kuliah
kak
Alfred
nyariin
informasi
universitas yang ada jurusan sing
tak cari, nemenin tes masuk ya
sampai ketrima terus kuliah.
W16
T : Mas AD kuliah dimana to? Terus AD tidak mengalami
selama menjalani kuliah mengalami kesulitan yang berarti
kesulitan nggak?
dalam
menjalani
J : Aku kuliah di Asmi Santa Maria, pendidikannya.
ya ambil jurusan public relation
422
W17
W18
W19
dulunya sih ortu nggak mendukung
tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya
akhirnya dibolehin lah. Kalau
kesulitannya pusing tugase mbak.
Hahahah.
T : Lah dulu disuruh ortu dimana mas?
J : Dulu itu disuruhnya ke theology
sama ortu, tapi aku tertariknya
sama public relation, hubungan
publik gitu lah mbak yang
kayaknya
keren
terus
menyenangkan pelajarannya bisa
menyalurkan kesenangan berbicara
secara umum ke masyarakat.
Hehehe.
T: Ooohhh gitu la kalau menurut mas
AD penanganan yang diberikan
Siloam efektif nggak?
J : Yo efektif mbak sampe sekarang
itu terasa manfaatnya membekas
itu pelajarannya, ya minimal bisa
mengatasi diri sendiri lah mbak.
terus kalau ada masalah ya berat
gitu trus nggak bisa mengatasinya
aku telp kak Ngisty nanti dibantu
cari solusinya. Terus aku bisa
kuliah ini kan berkat mentor nya
juga to mbak, ya puji Tuhan lancar
tekan saiki iku kan yo bantuane kak
Alfred, mentor ku.
T: Yaudah ya mas, makasih
J : Yoi mbak
AD memilih jurusan
yang
sesuai
dengan
minatnya.
Terapi Holistik efektif
dalam
menangani
skizofrenia pada AD.
423
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Narasumber Sekunder Keenam
(G1/W1- W35)
Hari/tanggal
: Sabtu, 29 Juni 2013
Waktu
: 12.10 – 13.15 WIB
Tempat
: Rumah SY di Gunung Kidul
Interviewee
: SY
Interviewer
: Kpw
Wawancara terhadap keluarga mantan pasien (Ibu AD) yaitu Sumiyati
(SY) berlangsung di ruang tamu rumah AD yang beralamatkan di Gunung Kidul.
Wawancara dilakukan setelah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dari
wawancara yang akan dilakukan peneliti. Proses wawancara berlangsung santai,
SY terlihat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peneliti,
sesekali SY mengobrol dengan AD yang juga berada di ruang tamu. Kondisi
ruangan saat itu cukup tenang sehingga wawancara dapat berlangsung dengan
kondusif.
Kode
G1
Hasil Wawancara
W1
Analisis
T : Selamat siang bu, saya wulan. Maaf SY
menyatakan
mengganggu waktu ibu, jadi gini bu kesediaanya
saya
mau
wawancara
sama
untuk
ibu diwawancara.
mengenai mas AD.
J : Oh ya mbak, AD juga kemaren
sudah bilang kalo mbak wulan mau
kesini. Silahkan mbak apa yang mau
ditanyakan.
W2
T : Gini bu, bagaimana kondisi mas Kondisi AD pada saat
AD waktu pertama kali di bawa ke dibawa
ke
GPSY
424
Siloam?
menunjukan
J : Pertama kali itu ya murung positif
dan
gejala
gejala
mbakk, murung terus diem, kaya negatif skizofrenia.
orang kebingungan, mondar mandir
gelisah terus suka itu loh mbak kaya
berkotbah tapi itu sambil teriakteriak. Nggak tau itu apa yang
dipikirkan, kadang ya marah-marah
tanpa sebab. Tapi ya sering nya
murung terus, kami semua juga
heran. Hehehe
W3
T : Hehehe. La itu murung nya mas AD Faktor
pemicu
seperti apa bu? Ibu pernah menanyakan skizofrenia pada AD
sama mas AD nggak ada masalah apa?
J
:
Murung
nggih
adalah
murung psikososial
menyendiri itu mbak, ngak mau gaul permasalahan
terus dolan sama temen-temennya berkaitan
stressor
yaitu
yang
dengan
itu nggak mau mbak. Kalo masalah keluarga, permasalahan
itu kan mbak nya AD menikah sama percintaaan dan konflik
suaminya, karena beda agama lalu dengan teman sekolah.
mbak nya pindah agama. AD seperti
nggak bisa menerima kaya nya gitu
mbak.
W4
T : Selain ibu masalah yang dialami
apa lagi bu, yang ibu ketahui?
J : Masalah cinta-cintaan juga itu
mbakk,
pernah
suka
sama
perempuan, temenya tapi ya nggak
cocok njuk dia
Masalah
sekolah
patah
hati
juga,
to.
dia
425
penjurusan tapi nggak suka sama
temen satu kelasnya, temen baik nya
dia kan beda kelas sama dia. Jadi
masalahnya itu ya pas kebetulan
bersamaan mbak.
W5
T : Hehehe. La ibu akhirnya kok Alasan
keluarga
memutuskan untuk membakwa mas membawa
AD
ke
AD ke Siloam itu kenapa bu? Ibu dapat GPSY karena keluarga
informasi tentang Siloam dari siapa?
J
: Kerena AD ini
berkotbah-kotbah,
sudah
tidak
mampu
kan suka (kewalahan) menangani
ceramah- AD.
ceramah tentang agama. Dia ini mengenai
Informasi
GPSY
punya banyak sekali buku-buku diperoleh keluarga dari
agama mbakk sing menurut saya tetangga.
niku dereng jangkauane dia, dadi
niku neg wis teng TPK (Toko Buku
Kristen)
buku-buku
sing
onten
hubungane kalih agama ditumbaksi
mbakk, macem-macem bukune sak
okeh e niko tentang kerohanian
kabeh, ngko neg wis ngonten trus
khotbah-khotbah sembarang katakata sing wonten teng buku niku
diucapke mbuh mboten genah. Jadi
saking mriku kulo jadi kepikiran
untuk membawa AD ke tempat yang
memang memiliki basis agama sing
onten hubungan e kalih agama ben
iso sekalian mengarahkan AD, lalu
setelah cari-cari terus onten tetangga
426
desa itu ngandani kalau saudaranya
dulu juga kaya AD gini malah lebih
parah, terus setelah di rawat di
Siloam sembuh, dari situ saya sama
keluarga nyari info tentang Siloam
lalu kami bawa AD kesana.
W6
T : Oh gitu nggih bu, kondisi AD yang Keluarga
merasa
kaya
dengan
gitu
mengganggu
keluarga ternganggu
mboten bu?
kondisi
AD
yang
J : Mengganggu mbak, nate kulo niku menunjukan
gejala
seharian dikurung teng njero kamar. positif
gejala
dan
Jadi seharian itu saya dikamar negatif skizofrenia.
disuruh mendengarkan dia khotbah.
Saking isuk tekan sore niku mbak,
neg mboten dituruti ngamuk. Lalu
setelah dia kan capek khotbah baru
saya itu boleh keluar. Wis mbok
rungoke bu, ya wis kono metu.
hahaha.
W7
T : Hahaha. Wah sampe segitu ya bu, AD tidak menujukan
hehehe. Kalau perilakunya agresif tidak perilaku agresif yang
bu,
misal
memukul
orang
atau melukai orang lain.
mencelakai orang?
J : Tidak mbak tidak, ya cuma dia
itu sibuk dengan pikiranya yang
kula
mboten
pemikirane
ngerti
niku.
kados
Kadang
nopo
nggih
teriak-teriak, marah-marah sendiri
tapi tidak sampai terus melukai
orang lain.
427
W8
T : Yang membawa AD ke Siloam AD dibawa ke GPSY
siapa bu?
oleh keluarga.
J : Saya sama bapak terus adiknya.
W9
T : Lalu penanganan pertama yang Prosedure penanganan
diberikan pihak Siloam itu apa bu?
AD yang pertama kali
J : Ya AD dibawa masuk, saya nggak dilakukan GPSY adalah
boleh itu mbak ikut masuk, ya jadi anamnesa
saya itu cuma nunggu diruang tamu.
wawancara
melalui
dengan
W10 T : Berarti tidak boleh masuk sampai keluarga pasien.
kedalem ya bu?
J : Ya mboten mbak, keluargane AD
tenggo teng mriki mawon nggih
mangke neg ditreke ndak AD nyuwun
wangsul. Yasudah kami nggu teng
ruang tamu mbak.
W11 T : Tindakan yang dilakukan Siloam
pada keluarga AD pas mengantar itu
gimana mbak?
J : Di wawancarai mbak, itu kenapa
AD kok gitu. Ditanyai onten masalah
nopo ya saya jelaskan permasalahanpermasalahan yang saya tau, trus
ditanyai
Eyang
itu
mbak
dari
pengobatan nya AD sebelumnya,
Pak Alfred ya nanya tentang agamaagama, AD rajin ibadah atau nggak
ya ditanya macem-macem wong itu
lama
kok
mbak
wawancaranya,
dimintai keterangan macem-macem.
W12 T : AD dirawat di Siloam berapa lama Pasca
perawatan
di
428
bu?
GPSY
AD
sempat
J : 4 bulan mbak, terus pulang itu mengalami
sekitar 6 bulan kambuh lagi terus kekambuhan
dibawa
kesana
lagi
tapi
dan
cuma selanjutnya kembali di
sebentar sekitar 2 bulanan mbak.
rawat di GPSY, namun
waktu perawatan yang
kedua relative singkat.
W13 T : Selama AD dirawat keluarga jenguk Keluarga
tidak
nggak bu? La itu kok bisa kambuh diinjinkan
kenapa?
pasien
menjenguk
dalam
jangka
J : Waktu dua bulan itu tidak boleh waktu tertentu.
dijenguk, katanya nanti AD malah
kepengen pulang tapi setelah dua
bulan baru boleh dijenguk. Itu
kambuh kan ya karena tidak rajin
minum obat, terus waktu itu kan
temennya pada kuliah dia tidak lulus
SMA mbak sedangkan teman-teman
segeng nya itu kan pada lulus, AD itu
malu sama teman-temannya kog
nggak lulus padahal bapak ibu nya
guru terus juga sering jadi omongan
tetangga juga, slentingan-slentingan
kecil orang-orang itu kan membuat
AD terus nggak mau keluar-keluar
mbak, malu to.
W14 T : Oh gitu bu, la waktu ibu sudah Gejala
positif
boleh jenguk AD di Siloam kondisi nya gejala
gimana bu?
skizofrenia
dan
negatif
sudah
J : Ya sudah banyak perubahan berangsur hilang setelah
429
mbak, dulunya kan cuek, pendiam menjalani
itu waktu dijenguk sudah baik, dengan
perawatan
menggunakan
peduli gitu ya ngobrol. Terus itu Terapi Holistik.
mbak dia udah ga khotbah-khotbah
lagi katanya malu. Hahaha
W15 T : Perkembangannya bAD ya bu?
AD
menunjukan
J : Bagus mbak, saya liat AD juga perkembangan
yang
sudah baik komunikasinya, mata baik
pada
terutama
nya itu sudah ada kontak kalau dulu kemampuan
kan murung terus.
komunikasi
dengan
orang lain.
W16 T : Sebelum dirawat di Siloam AD Sebelum
pernah dirawat dimana bu?
GPSY
dirawat
AD
J : Sebelum di Siloam itu pernah di dirawat
di
pernah
di
beberapa
dokter Soerojo itu to mbak, dirawat rumah sakit jiwa dan
disana 5 bulan mboten cocok mbak, panti
rehabilitasi
tetap mawon khotbah-khotbah nya mental,
namun tidak
terus lanjut. Padahal obatnya itu menunjukan
adanya
mahal, satu minggu 750 ribu, itu perkembangan
yang
hanya satu minggu bayangke mbak. baik sehingga keluarga
Terus saya bilang sama bapaknya memutuskan
tidak usah diteruskan la wong tidak membawa
untuk
AD
ada perubahannya. Habis itu saya GPSY,
ke
sejak
bawa ke Bethesda mbak, disana mendapatkan perawatan
dikasih obat. Lumayan mendingan di
GPSY
dengan
tapi ya masih sering khotbah, terus menggunakan
AD juga susah banget kalo disuruh Holistik
Terapi
kondisi
AD
minum obat, ngeyel banget sampe berangsur-angsur
saya kewalahan mbak kalau nyuruh menunjukan
AD. Ya akhirnya kambuh lagi. Terus perkembangan
kearah
430
saya
bawa
ke
rehabilitasi
di yang positif.
Magelang mbak, pulang dari sana 2
bulan kambuh lagi, haduh la piye iki.
W17 T : La itu AD kalau kambuh gimana
bu?
J
:
Ya
murungnya,
kaya
kebingungan. Khotbahnya masih itu
mbak. Itu minum obat nya 6 macam,
kalo habis minum obat baik mbak,
tenang tapi nanti kalo waktunya
minum nggak minum kumat lagi
mbak, Jadi ketergantungannya sama
obat tinggi banget. Terus akhinya ya
itu saya bawa ke Siloam, dirawat
disana, dan sejak Mei 2009 sampai
sekarang ini kondisinya baik mbak
ya karena saya senengnya itu AD
sudah sadar untuk minum obat
nggak harus di uprak-uprak seperti
dulu lagi, kalo nanti obat udah mau
habis dia tanpa disuruh itu ambil ke
Jogja di Siloam. Obatnya itu kan
sekali ambil untuk satu bulan mbak.
W18 T : Tapi tetep harus minum obat kan Pasca
bu?
perawatan
di
GPSY 4 tahun yang
J : Minum mbak, tapi obatnya lalu,
AD
tidak
murah kalo di Siloam sebulan itu 100 mengalami
ribu, tapi ya buktinya kok baik-baik kekambuhan
aja sampai sekarang sudah dari Mei sampai saat ini.
2009 itu kan berarti udah 4 tahun
hingga
431
lebih AD dirumah.
W19 T : Mungkin neg teng mriko kan obat Perkembangan kondisi
to bu penangane dados mboten diajari AD
kados doa, terus terapi-terapi ngoten.?
yang
semakin
membaik
setelah
J : La iya mbak betul, la AD ini kan menjalani perawatan di
diparingi terapi-terapi, neg GPSY
perlu
dikarenakan
kados teng Siloam niku kan onten Terapi Holistik tidak
terapi rohani dadi tersalurkan ngoten semata-mata
loh
mbak sing sering
khotbah
tapi
hanya
khotbah- menangani aspek fisik
penyalurane
ke berupa pemberian obat-
kegiatan-kegiatan rohani kaya PA obatan
tetapi
(pendalam Alkitab), diskusi-diskusi mencangkup
juga
seluruh
rohani dadi bener penyalurane, terus aspek kehidupan AD.
minta kesembuhan sama Tuhan itu
penting sekali, menyerahkan setiap
permasalahan kepada Tuhan itu
menyebabkan
AD
lebih
bisa
menerima kondisinya. Lebih dewasa
menyikapi
permasalahan
mbak,
kegiatan e kan kathah to njuk
terslimur dadi mboten onten waktu
ngge murung, ngalamun. Pokoke
diken mbak Ngisty AD diawasi
ampun nganti bengong diusahkan
kegiatannya tiap hari ada. Banyak
perubahan
kearah
yang
positif
mbak, AD itu sampai sekarang jadi
rajin pelayanan di gereja, aktif
nderek kegiatan-kegiatan gereja.
W20 T : Kalau perlakuan dari pihak Siloam GPSY
melakukan
432
yang diberikan ke keluarga itu ada kunjungan ke keluarga
nggak bu?
(home
visit)
J : Ada mbak ada, ya itu kaya konseling
dan
keluarga
kunjungan ke sini. Bu Esther sama kepada keluarga AD.
mbakk Ngisty itu yang sering kesini.
W21 T : Terus pas kunjungan itu Bu Esther
sama mbak Ngisty ngapain aja bu
disini?
J
:
Ya
memberi
pengarahan,
pengarahan-
nasihat-nasihat.
Apalagi kan pas AD kambuh lagi itu
keluarga bener-bener kaya dikasih
kuliah mbak.hehehe. Dikasih banyak
banget nasihat-nasihat.
W22 T : Konseling gitu ya bu? Nasihat kaya Konseling
apa bu itu?
keluarga
yang diberikan pihak
J : Iya iya konseling, Wah ya banyak GPSY kepada keluarga
banget
mbak,
ya
intinya
itu berupa
pemberian
bagaimana keluarga harus bersikap, pemahaman
terhadap
menangani AD, istilahnya keluarga keluarga
tentang
itu harus ngemong. Jadi bukan bagaimana
skizofrenia yang harus mengerti harus
keluarga
bersikap
dan
keluarga tetapi kelurga yang harus peranan
penting
Keluarga keluarga
dalam
mengerti
Skizofrenia.
harus tau benar apa yang dimaui menangani AD.
AD, neg iso ojo gawe kagol mbak,
misalnya AD lagi mau tidur ya wis
biarkan jangan terus dioprak-oprak
biarkan dia tidur semau dia, sak
tangine.
Tidak
bisa
terus
433
diperlakukan
kaya
orang
yang
normal seutuhnya, wayahe tangi kudi
tangi. Banyak banget wejanganwejangannya mbak. Hehehe
W23 J : Manfaat yang keluarga dapet dari Manfaat dari pemberian
konseling itu apa bu?
konseling
keluarga
T : Ya banyak mbak manfaatnya, yaitu
keluarga
kan kita jadi tau piye to menghadapi memperoleh
orang yang sakit seperti AD ini. Dulu pengetahuan
dan
bapak nya itu sering marahi AD pemahaman
tentang
gara-garane AD itu kan orang nya cara
penanganan
memang susah dinasehati seringe skizofrenia
sehingga
ngeyel, la terus dikasih tau sama bu terjadi perubahan pada
Esther jangan terlalu sering lah pola-pola
interaksi
memarahi AD nanti malah AD maladaptive
dalam
kumat lagi, karena AD ini kan sakit keluarga yang mampu
jadi
jangan
mengharap,
terlalu
istilahnya
banyak memicu
terjadinya
menuntut kekambuhan kembakli
banyak AD buat ini itu. Bapaknya (relaps).
kan guru SLB to mbak, dadi neg
ngandani kie dibolan baleni la AD ga
suka membantah lah dia, bapak e
kan njuk marah. Ya sejak dikasih
konseling itu bapaknya jadi kalo
mau marah ditahan mbak, trus kalo
nasehatin apa kasih perintah itu
sekali saja, dadi saya ya sok geli
sendiri kalo gitu.hehehe
W24 T : Lalu apa lagi bu?
Home
visit
dan
J : Waktu itu juga pak Alfred konseling keluarga juga
434
membakntu AD untuk mengurus berperan
dalam
paket C, mencarikan sekolahnya merencanakan
dan
juga supaya AD bisa sekolah. Pak mempersiapkan
masa
Alfred itu mondar mandir sana sini depan
pasca
AD
ya buat ngurusi sekolahnya AD, perawatan.
pokoknya
dari
menyarankan,
mengarahkan, sampai mencarikan
mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak
kan
dulu
itu
AD
kambuh
penyebabnya itu malu sama temene
gara-gara tidak kuliah ya terus pak
Alfred
ikut
membantu
yang
mengurusi sekolahnya AD ya sampai
sekarang AD bisa kuliah sampai
semester 4 terus sebentar lagi selesai
to mbak ini lagi bikin tugas akhir itu
semuanya diarahkan dan dibantu
carikan sekolahnya sama pak Alfred
yang juga sesuai lah mbak sama
keinginannya yang AD sukai jadi ya
orang tua tinggal mendukung saja,
pokoknya
demi
kebaikan
kita
dukung, awalnya mau saya suruh ke
sekolah agama theologi tapi dia
pengennya ke public relation ya
sudahlah
kita
sekarang
puji
turuti
ya
Tuhan
sampe
berjalan
lancar, ya bisa mengikuti.
W25 T : Perubahan perilaku apa bu yang Terjadi
berubah
dalam
keluarga
dilakukan konseling keluarga?
setelah perilaku
perubahan
keluarga
kearah positif terhadap
435
J : AD ini kan nggak suka to mbak AD setelah diberikan
kalo ada orang gemerah padu. Itu konseling keluarga.
harus
dijaga
bener-bener
mbak
jangan sampai ada pertengkaran,
pokoke hidup santai jangan ada
pertengkaran, neg meh padu nanti
nunggu AD pergi atau pas AD
tidur.hahah, sampai kaya
gitu
mbak.
W26 T : Ehmmmm gitu… Kalau manfaat Manfaat secara pribadi
yang dirasakan keluarga secara pribadi yang dirasakan keluarga
apa bu dari proses konseling keluarga?
setelah
diberikan
J : Keluarga jadi tau to mbak tentang konseling
keluarga
skizofren, dulunya kan nggak tau. yaitu
keluarga
Terus kalo ada apa-apa kita bisa memperoleh
setiap saat menghubungi Siloam, pemahaman
saya telp atau pak Alfred yang telp, skizofrenia
sampai
sekarang
masih
tentang
dan
cara
contek- penangannya
serta
contekan mbak. Jadi kalo ada apa- GPSY menjadi sumber
apa yang keluarga belum tau itu informasi bagi keluarga
langsung saya tanyakan, pokoknya apabila
keluarga
keluarga juga punya tanggung jawab mengalami
kendala
buat menjaga mbak supaya AD selama
proses
tidak kambuh. Jadi ada tempat yang perawatan
AD
di
bisa dijadikan sumber informasi, ya rumah.
bisa kami tanya-tanyai tentang AD.
W27 T : Kalau dulu proses kunjungan dan Home
konseling ke keluarga berapa kali bu?
visit
dan
konseling
keluarga
J : Kalau dulu itu yang rutin sebulan dilakukan
sebulan
sekali waktu AD masih disana tapi sekali
dan
sesuai
436
pas sudah pulang kalau kelurga kebutuhan keluarga.
butuh tinggal telpon nanti dari
Siloam kesini atau kelurga yang ke
Siloam.
W28 T : Hubungan keluarga sama Siloam Hubungan
antara
sampai saat ini masih terjalin baik ya keluarga dengan pihak
bu?
GPSY masih terjalin
J : Ya iya mbak, masih. AD kan tiap baik sampai sekarang.
bulannya masih kesana juga ambil
obat, jadi komunikasi tetep terus
berjalan.
W29 T : Kalo perubahannya AD saat Perubahan
yang
sebelum dirawat dengan sekarang apa dirasakan
bu?
kelurga
setelah AD menjalani
J : Itu dulunya kalo ada orang perawatan
jagongan,
kumpul-kumpul
dengan
apa menggunakan
Terapi
orang ngobrol-ngobrol diluar itu dia Holistik yaitu AD lebih
nggak mau keluar rumah, diem aja membuka diri terhadap
pokoke
dirumah
terus.
tapi pergaulan
sosial
sekarang ini udah senang dolan- lingkungannya
dolan
malah
lali
mulih
barang terlibat
berbagai
mbakk.hahah
W30 T : Terus apa lagi perubahan yang AD gereja.
alami
yang
berkaitan
dengan
lingkungan sosialnya?
J : Ya sekarang aktif dalam kegiatan
gereja mbak, kalo malam minggu itu
PA (pendalaman Alkitab), terus aktif
memimpin kegiatan-kegiatan, anakanak remaja itu kalo males ikut
aktif
di
serta
dalam
kegiatan
437
kegiatan-kegitan gereja itu AD yang
nguprak-uprak mbak. Dulunya kan
nggak gitu, ke Gereja aja malesnya
minta ampun senengnya dirumah
terus.
W31 T : Kalau tanggapan tetangga-tetangga Hubungan AD dengan
gimana bu?
masyarakat
sekitar
J : Ya sudah baik sekarang, dulu itu terjalin dengan baik.
kan AD kalo ada tetangga-tetangga
ngobrol-ngobrol itu dia bilang kae
ngrasani aku yo, ngoten. curigaan
mbakk. Sekarang kan udak enggak
itu,
udah
mau
menyapa
ikut
kumpul-kumpul ya tetangga udah
bersikap
biasa
sudah
dianggap
sembuh jadi ya nggak ada masalah.
W32 T : Kalau tanggapan ibu mengenai Terapi Holistik dirasa
terapi yang dilakukan Siloam terhadap efektif
AD gimana bu? Efektif nggak bu?
dalam
menangani skizofrenia,
J : Bagus ya, kalau menurut saya karena
tidak
pribadi efektif sekali mbak, karena penanganan
hanya
melalui
ini to mbak penyembuhannya bukan pemberian obat-obatan
cuma pake obat tapi AD juga diajari tetapi juga menangani
berbagai hal seperti kerohaniannya setiap aspek kehidupan
juga dibangun lalu bagaimana ia pasien.
diajari untuk bersosialisasi terus
yang penting juga keluarga nya
diberi semacam penguatan untuk
tetap sabar menghadapi AD.
W33 T : Kalau proses kunjungan dan Kedekatan yang terjalin
438
konseling keluarga ini efektif nggak antara
bu?
pihak
GPSY
dengan
keluarga
J : Ini malah yang penting menurut melalui
konseling
saya mbak karena kedekatan dengan keluarga dirasakan SY
keluarga ini
bagus sekali mbakk, sangat efektif karena
karena biasanya keluarga itu kan keluarga
tidak
tahu
bagaimana
memperoleh
harus informasi
mengenai
menangani pasien jadi bimbingan cara menangani pasien
yang
diberikan
bermanfaat
untuk
Siloam
ini skizofrenia
mengajarkan keluarga
dan
memiliki
keluarga dalam ngadepi AD, kuncine sumber informasi yang
kudu sabar lan ngemong mbakk. berkaitan
dengan
Terus ini to mbak keluarga jadi tahu pemulihan AD.
kemana harus mencari informasi
yang
berhubungan
dengan
AD,
kalau AD mau error harus gimana,
ya jadi punya tempat yang bisa
dijadikan sumber informasi sampai
sekarang ini walaupun udah 4 tahun
AD keluar. Ini penting sekali dan
efektif mbakk, sangat bermanfaat
terutama buat keluarga pasien.
W34 T : Lalu apa lagi bu?
Kefektifan
J : Keefektifan yang lain itu pada Holistik
Terapi
dalam
poin perencanaan masa depannya menangani skizofrenia
AD ya mbak, jadi nggak terus keluar yaitu dengan adanya
ditinggal prung ngono wae, tapi ya orientasi
dipikirkan
setelah
keluar
dari kehidupan
terhadap
jangka
Siloam itu rencana selanjutnya mau panjang pasien berupa
gimana. Ya AD sudah bisa berhasil perencanaan
dan
439
kuliah itu tidak lepas dari campur persiapan masa depan
tangan mentornya mbak, ya itu pasien pasca perawatan.
manfaat
jangka
panjang
yang
berkaitan dengan masa depannya
AD. Itu kan bagian dari terapi di
Siloam juga mengarahkan rencana
kedepannya
pasien
setelah
dipulangkan. Ya atas dasar alasan
itu makanya saya katakan apa yang
dilakukan
Siloam
efektif
dalam
menangani anak saya ini sampai
sekarang.
W35 T : Makasih banyak ya bu buat
informasinya.
J
:
Ya
bermanfaat.
mbak,
semoga
bisa
440
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Narasumber Sekunder Ketujuh
(H1/W1-W10 )
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Mei 2013
Waktu
: 11.40 – 12.00 WIB
Tempat
: Warung Ijo, Godean, Yogyakarta
Interviewee
: MR
Interviewer
: Kpw
Keterangan
: Warga sekitar GPSY
Wawancara dilakukan pada pukul 11.40 WIB di Warung Ijo yang
berlokasi 100 meter dari GPSY, wawancara dilakukan kepada seorang pemilik
warung tempat pasien GPSY biasa berbelanja. Wawancara dilakukan tanpa
sepengetahuan responden, dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dikarenakan
untuk mengantisipasi munculnya perasaan malu sehingga justru responden tidak
mau melakukan wawancara.
Responden adalah perempuan paruh baya berumur sekitar 50 tahun,
berkulit sawo matang dan berambut ikal. Responden adalah penjual yang biasa
melayani pasien GPSY ketika berbelanja. Interviewer datang ke warung tanpa
ditemani siapa-siapa dengan maksud membeli jajan hal ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya kecurigaan pada diri responden. Wawancara dilakukan
setelah Interviewer sambari responden mengambil jajan yang diminta Interviewer.
Kode
H1
W1
Hasil Wawancara
Analisis
T : Bu pasien Siloam sok Warung
tumbas teng mriki nggih?
MR
warung langgganan pasien
ketika berbelanja.
Bu pasien Siloam sering belanja
merupakan
441
disini ya?
J : Iyo mbak, langganane ning
kene, la mbak e seko endi?
Iya mbak, langganan disini,
mbak dari mana?
W2
T : Kula mahasiswa niki taksih MR
sudah
terbiasa
penelitian teng Siloam bu, la berinteraksi dengan pasien
nopo ibu mboten wedi neg GPSY
pasien e tumbas teng mriki?
sehingga
tidak
merasa takut.
Saya mahasiswa penelitian di
Siloam, ibu apa tidak takut
dengan pasien yang sering beli
disini?
J : orak mbak wong wis biasa,
la pirang sasi penelitian ning
Siloam?
Tidak mbak, karena sudah
terbiasa, mbak berapa bulan
penelitian di Siloam?
W3
T
:
Niki
taksih
setunggal Pasien yang berbelanja ada
setengah bulan bu, la pasien e sudah
kooperatif
niku neg tumbas matur e pripun beberapa
bu?
Ini masih satu setengah bulan,
kalau pasien beli disini bilang
gimana bu?
kooperatif.
masih
tetapi
belum
442
T : Oh ngono, yo kadang ono
sing langsung mgomong meh
tuku opo po opo, tapi yo sering
mung meneng tok trus tak
takoni meh tuku opo mba
utawa mas, rupane bingung
terus tak kon kono mbalik neh
dicatet opo sing meh dituku
terus
mbalik
catetan
neh
njuk
njupuk
mrene
neh.hahaha
Oh begitu, ya terkadang ada
yang langsung bicara mau
beli apa, tetapi sering juga
yang cuma diam lalu saya
tanya mau beli apa mas atau
mba,
wajahnya
malah
bingung terus saya suruh
pulang lagi dan dicatat apa
yang mau dibeli kemudian
setelah
itu
kesini
lagi.
Hahaha
W4
T : Oh onten sing koyo ngoten Pasien yang belum stabil
nggih bu, tapi biasane sing pada
saat
keluar
GPSY
sampun waras to sing angsal untuk berinteraksi dengan
medal tumbas jajan?
warga
mentor.
Oh ada yang kaya gitu ya bu,
tapi biasanya yang sudah waras
saja kan ya boleh keluar beli
didampingi
oleh
443
jajan?
J : Yo ora mba, kadang yo ono
sing durung waras yo mrene,
tapi biasane dikancani karo
mbak utawa mas e neg ora yo
kancane,
wedi
neg
mlayu
paling mba soale kan durung
mudeng pasien nembe kui
paling.
Ya tidak mbak, kadang juga
ada yang belum waras juga
kesini,
tapi
biasanya
ditemenin sama mba atau
mas kalau tidak ya sama
temannya,
takutnya
nanti
malah kabur soalnya belum
paham
kan
pasien
baru
biasanya.
W5
T : La ibu mboten wedi nopo?
MR tidak takut karena sudah
terbiasa berinteraksi dengan
Ibu tidak takut?
pasien.
J : Ora wedi to mbak la wong
wis biasa srawung trus yo
kulino wira-wiri mrene.
Tidak takut mbak, soalnya
sudah biasa bergaul dan biasa
kesini.
W6
T : Sok onten pasien sing kabur Meskipun pasien dibiarkan
444
mboten bu?
keluar GPSY tetapi tidak
ada pasien yang kabur.
Pernah ada yang kabur tidak
bu?
J : Mbiyen kae tau, tapi saiki
aku ra tau krungu utawa
ngerti ono sing mlayu meneh
mbak.
Dulu
pernah
ada,
tapi
sekarang tidak pernah dengar
atau mengetahui kalau ada
yang lari lagi.
W7
T
:
La
neg
menurute
e MR tidak keberatan dengan
njenengan onten panti teng kegiatan terapi di GPSY
mriki nganggu mboten bu? Kan yang
pasien e sok medal-medal to?
Kalau menurut ibu keberadaan
panti di sini mengganggu tidak?
Kan
pasien
sering
keluar-
keluar?
J : Neg aku ra tau masalah kok
mba, wong pasien e yo ora
ganas koyo neg wong edan
ning dalanan kae, neng kene
resik-resik klambine.
Kalau saya tidak masalah
mbak, soalnya pasien tidak
melibatkan
dengan masyarakat.
pasien
445
ganas
seperti
dijalanan,
orang
disini
gila
bajunya
bersih-bersih.
W8
T : La neg pasien medal-medal Masyarakat sekitar GPSY
ngoten mboten medeni warga mampu
liyane to bu?
keberadaan
menerima
pasien
tengah-tengah masyarakat.
La kalau keluar-keluar gitu
tidak
menakutkan
warga
lainnya bu?
J : Sakngertiku warga yo wis
ngerti kok mba, yo neg metumetu kui kan malah apik iso
kenal warga dadi ben do ngerti
wong edan kie ora kabeh
medeni, la sok ono sing melu
kenduri barang opo syukuran
kan kono perwakilan diundang
ngko petugas e ngajak pasien.
Sepengetahuan saya warga
sudah tahu kok mbak, ya kalo
keluar-keluar seperti itu kan
malah bagus jadi warga tahu
kalau
orang
gila
tidak
semuannya menakutkan, la
terkadang
ada
yang
ikut
kenduri atau syukuran kan
dari
sana
perwakilan
diundang nanti ada pasien
di
446
yang ikut.
W9
T : Berarti warga pun terbiasa Mayarakat
tidak
merasa
nggih bu neg onten pasien takut dengan pasien GPSY.
medal-medal, pun mboten wedi
nggih??
Berarti warga sudah terbiasa ya
bu dengan pasien yang suka
keluar-keluar gitu, sudah tidak
takut lagi?
J : Yo ora mbak wong ra
medeni, neg sing during waras
kan ra oleh metu-metu, neg
metu yo dikancani petugase.
W10
Ya tidak mbak, kan tidak
menakutkan
kalau
yang
belum waras kan ya tidak
boleh keluar-keluar kalau
keluar
juga
ditemani
petugasnya.
T : Oh mekaten, nggih sampun bu tak wangsul riyen matur
nuwun nggih.
Oh
begitu,
yasudah
bu
terimakasih saya mau pulang
dulu.
J : Yo mbak, nyabrange ngatiati motor do sok banter-benter
le do numpak.
Iya mbak, menyeberangnya
hati-hati
banyak
motor
ngebut.
447
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Narasumber Sekunder Kedelapan
(11/W1-W8 )
Hari/Tanggal : Jumat, 9 Mei 2013
Waktu
: 10.10 – 10.25 WIB
Tempat
:Rumah AT, Godean, Yogyakarta
Interviewee
: AT
Interviewer
: Kpw
AT merupakan warga sekitar GPSY yang rumahnya sering dilalui oleh
pasien GPSY ketika jalan-jalan. Wawancara dilakukan tanpa sepengetahuan AT.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya perasaan malu sehingga justru
responden tidak mau melakukan wawancara, sehingga proses wawancara yang
berlangsung hanya berupa obrolan ringan sembari berdiri.
Kode
I1
Hasil Wawancara
Analisis
W1 T : Bu, kalau misalnya pasien-pasien AT tidak merasa takut
Siloam pada jalan-jalan gini ibu takut dengan
nggak si?
keberadaan
pasien GPSY.
J : Enggak lah mbak kalau takut,
udah biasa pada jalan-jalan lewat sini
kok, ada yang ngawasi juga. Hehehe
W2 T : Pasiennya pernah ada yang ngamuk Pasien
GPSY
terlihat
gitu nggak bu waktu pas diajak jalan- normal dan bertegur sapa
jalan?
dengan
warga
J : Pasiennya yang di Siloam ini kaya saling bertemu.
orang normal sih mbak, ya jalan itu
biasa nggak ada yang terus ngamuk
apabila
448
atau
apalah.Wong
mereka
kalau
lewat itu ya malah menegur sama
warga.
W3 T : Menegur gimana bu?
Pasien GPSY bersikap
J : Menegur itu ya menyapa, permisi ramah kepada warga.
bu malah kadang itu ada yang bilang
hallo bu dengan gayanya mereka. Sok
kadang saya lagi nyapu itu to mereka
pas lewat bilang ibu rajin sekali.
Heheh.
W4 T : Biasanya itu kan masyarakat AT awalnya merasa takut
memandang negative sama orang-orang dengan kehadiran pasien
seperti itu, kalu ibu sendiri gimana?
GPSY
di
tengah
J : Awalnya saya takut mba waktu masyarakat tetapi setelah
awal-awal
apalagi
gila terbiasa bertemu dengan
orang
sebanyak itu sliweran disekitar sini, mereka dan ternyata tidak
nanti kalo menyerang gimana tapi ya membahayakan,
AT
sekarang udah biasa tau ya mba dan menjadi
dan
terbiasa
mereka baik kondisinya jadi ya udah tidak merasa takut lagi.
biasa lah mbak, ya apa mau dikata
siapa sih orangnya yang mau gila,
kasian juga kalau dikurung terus
asal,
tidak
sebenarnya
menyerang
nggak
papa.
aja
itu
Kalau
mereka baik kita juga baik mbak.
W5 T : Kalau ibu melihat kondisinya pasien Pasien
itu gimana mba?
GPSY
yang
diterjunkan di masyarakat
J : Kebanyakan ya udah waras mbak, sebagian
besar
menyapa menegur ya biasa itu lah kondisinya sudah stabil
mba tapi ya ada juga yang wajahnya namun ada beberapa yang
449
itu masih kliatan belum waras, masih terlihat belum kooperatif.
digandeng temennya.
W6 T : Kalau warga sekitar sini gimana Warga
tidak
merasa
tanggapannya bu dengan adanya pasien keberatan dan terganggu
jalan-jalan gitu ada yang keberatan atau dengan terapi di GPSY
mengeluh nggak bu?
yang melibatkan pasien
J : Saya nggak pernah denger secara untuk
membaur
langsung ya ada yang ngrasani atau masyarakat
ke
secara
keberatan, warga disini ya biasa aja langsung.
mbak
soalnya
mereka
itu
udah
terbiasa lewat ya lewat aja tidak
mengganggu warga jadi ya tidak ada
yang mempermasalahkan. Mereka itu
juga ramah sama warga jadi kok ya
kayaknya kebangetan kalau ada yang
mempersalahkan, lagian ini kan jalan
umum siapa saja boleh lewat.
W7 T : Berarti nggak ada masalah ya bu Warga merespon positif
dengan keberadaan mereka?
pasien
GPSY
yang
J : Yang saya tau nggak ada ya mba mambaur dan melakukan
ya istilahnya kaya membenci mereka, interaksi secara langsung
warga disini tanggapannya baik-baik dengan masyarakat.
saja buktinya kalau mereka lewat
juga saling menyapa, kalau warga
tidak suka kan didiemin aja pas
mereka
lewat,
bisa
dilihat
dan
dibedain to mbak dari perilaku warga
suka atau nggak sukanya.
Lagian
sama-sama manusia ciptaan Tuhan,
mereka juga nggak mengganggu sih
450
nggak kaya orang gila dijalanan jadi
ya biasa mbak sudah terbiasa begitu
pasien
Siloam
masyarakat,
keluar-keluar
udah
nggak
ke
gumun
mbak.
W8
T : Oh gitu ya bu, yasudah terimakasih
ya bu saya permisi dulu
J : ya monggo-monggo mbak.
-
451
Lampiran 3
Pedoman Observasi
452
PEDOMAN OBSERVASI
1.
Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY);
2. Gambaran kegiatan keseharian pasien di dalam Griya Pemulihan Siloam
Yogyakarta (GPSY);
3. Gambaran kondisi fisik berupa bangunan dan tata ruang Griya Pemulihan
Siloam Yogyakarta (GPSY);
4. Gambaran kondisi subyek (pasien) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta
(GPSY) meliputi: kondisi secara fisik secara umum, gambaran diri pasien
dan gambaran mengenai keluarganya;
5. Gambaran kondisi subyek (mantan pasien) Griya Pemulihan Siloam
Yogyakarta (GPSY) meliputi: kondisi fisik secara umum , gambaran diri
pasien dan gambaran mengenai keluarganya.
453
Lampiran 4
Catatan Lapangan
454
Catatan lapangan
: no.1
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Terapi Medis
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan setiap hari Senin s.d Jumat pada pukul 07.3008.30 WIB oleh mentor mendis GPSY yaitu SR. Pemeriksaan rutin dilakukan
kepada semua pasien GPSY, meliputi pemeriksaan kondisi pasien yang dilakukan
dengan
wawancara
dan
observasi
terhadap
pasien
mengenai
kondisi
kesehatannya, tensi dan cek berat badan. Pemeriksaan rutin dilakukan di ruang
medis bagi pasien yang sudah kooperatif dan dalam kondisi sehat sedangkan
pasien yang belum kooperatif dan sedang mengalami sakit pemeriksaan dilakukan
di kamar pasien.
Bagian utama dari pemeriksaan rutin adalah pemberian obat-obatan.
Pemberian obat-obatan dilakukan setiap hari pada pagi pukul 07.30 WIB setelah
makan pagi dan sore hari pukul 19.00 WIB setelah makan malam. Jenis dan
jumlah obat-obatan pada setiap pasien berbeda-beda sesuai dengan kondisinya,
masing-masing pasien memiliki satu botol yang bertuliskan nama mereka dan
berisikan obat sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian obat dilakukan dan
dipantau oleh mentor untuk memastikan bahwa semua pasien meminum obatnya.
Pemeriksaan Psikiater
Pemeriksaan psikiater dilakukan sebulan sekali yaitu hari jumat minggu
ke-tiga pada pukul 10.00 WIB. Pemeriksaan dilakukan oleh dr. Silas dengan
mengunjungi GPSY, dr. Silas memeriksa dan mengecek buku kesehatan harian
masing-masing pasien secara bergilir. Pemeriksaan psikiater yang dilakukan
berupa mengontrol obat-obatan pasien berkaitan dengan pengecekan jenis dan
dosis obat-obatan yang memungkinkan mengalami perubahan disesuaikan dengan
perkembangan serta perubahan kondisi pasien.
455
Pemberian Teori dan Praktek Kebersihan
Pasien diberikan arahan secara teoritis dan pemberian contoh oleh SR
mengenai satu tema kebersihan dan selanjutnya pasien diminta untuk
mempraktekannya.
SR mengajarkan kepada pasien tentang kebersihan almari termasuk cara
melipat baju yang benar, SR memberikan penjelasan mengenai pentingnya
menjaga kebersihan almari serta memberikan contoh kepada semua pasien
tentang cara melipat baju setelah itu masing-masing pasien diminta untuk
mempraktekannya didepan SR dan teman-temannya kemudian semua pasien
diminta untuk membersihkan dan menata baju di almari pasien masing-masing.
SR mengajarkan pasien untuk menjaga kebersihan peralatan makan dan
memiliki kesadaran akan perlunya penggunaan alat makan yang bersih, SR
memberikan contoh kepada semua pasien mengnai cara mencuci peralatan makan
yang benar dan bersih, kemudian selanjutnya semua pasien diminta untuk
mempraktekannya.
Pemberian teori dan praktek kebersihan juga dikemas dalam bentuk games
atau permainan. Pasien diajarkan tentang cara menggosok gigi yang benar
kemudian pasien duduk secara berhadapan, masing-masing pasien bertugas untuk
mengajari teman yang duduk di depannya (pasangannya) mengenai cara
menggosok gigi yang benar, apabila temannya salah atau tidak bersih dalam
menyikat maka pasangan tersebut akan mendapat hukuman sesuai kesepakan
yang dibuat diawal permainan.
Kerja bakti, kerja bakti dilakukan dengan membersihkan lingkungan
sekitar GPSY berupa mencabuti rumput, menyampu, membersikan jendela,
membakar sampah, menata ruangan dan mengecat. Kerja bakti dilakukan setiap
hari rabu pukul 09.30-10.00 WIB.
Konseling kesehatan
Konseling kesehatan individu dilakukan secara indiviu pada masingmasing pasien, mentor secara mendalam memberikan pengarahan-pengarahan
yang berkaitan dengan kesehatan pasien dan kesadaran minum obat. Konseling
456
individu bersifat fleksibel sehingga bisa dilakukan kapan saja apabila dirasa perlu
dan dapat dilakukan dimana saja, tetapi biasanya dilakukan diruang medis.
Konseling kesehatan kelompok dilakukan secara berkelompok atau
disampaikan kepada beberapa pasien secara bersama dengan esensi materi sama
dengan konseling kesehatan individu. Pasien dikelompok-kelompokan menjadi
beberapa kelompok terdiri dari beberapa kelompok yang dikelompokan sesuai
dengan tingkatan kemampuan kognitif mereka. Kelompok tersebut meliputi: kelas
TK (pasien yang memiliki kemampuan kognitif jauh di bawah rata-rata), kelas SD
(pasien yang memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata), kelas SMP
(pasien yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata) dan SMA (pasien yang
memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata). Setelah pemberian materi
masing-masing pasien melakukan sharing dengan teman sekelompok dan
selanjutnya sharing dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok dipandu
oleh satu orang mentor.
Konseling kelompok kesehatan juga diberikan dalam bentuk diskusi,
pasien diberikan tentang suatu tema yang berkaitan dengan kesehatan kemudian
semua pasien dikumpulkan di teras GPSY dan diberikan kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya atau pemahammnya mengenai tema tersebut, pasien
lain diperkenankan untuk menyanggah, menambahi maupun memberikan
pendapat lain sehingga berlangsung proses diskusi.
Ceramah Kesehatan
Ceramah kesehatan merupakan pemberian materi-materi secara lisan oleh
mentor medis kepada pasien berkaitan dengan wilayah medis seperti penyakitpenyakit menular dan cara mengatasinya, penerapan pola hidup sehat, serta materi
yang berkaitan dengan skizofrenia. Materi-materi yang diberikan dicatat oleh
pasien di dalam buku catatan untuk selanjutnya dapat dipelajari lebih lanjut oleh
pasien sebab materi yang diberikan pada saat ceramah akan di ujiankan setiap
minggunya, yang disebut dengan ujian medis. Pada ujian medis pasien akan
dinilai seberapa jauh pengetahuan dan pemahamannya tentang materi yang telah
diberikan sebelumnya.
457
Penggunaan Ruang Isolasi
Pasien yang mengalami error atau perilaku sedang tidak stabil berupa
mengamuk, tidak mampu mengotrol diri dan menunjukan gejala-gejala positif
skizofrenia akan dimasukan kedalam ruang isolasi yang terletak dibagian
belakang GPSY. Ruang isolasi berupa kamar yang terdiri dari satu tempat tidur
dan diberi pintu trailis besi serta terdapat kunci gembok untuk mengunci. Pasien
yang dimasukan kedalam ruang isolasi tidak diperbolehkan keluar dan mengikuti
kegiatan terapi di GPSY sampai kondisinya stabil.
Olahraga
Kegiatan olahraga terdiri dari olahraga pagi, olahraga sore, senam dan
jalan-sehat. Olahraga pagi dan sore dilakukan setiap hari oleh pasien GPSY di
pelataran GPSY, sedangkan senam dan jalan-jalan dilakukan setiap hari Jumat
pukul 08.00 WIB dan dipandu oleh mentor. Kegiatan jalan-jalan berupa kegiatan
jalan sehat dengan berkeliling mengitari lingkungan sekitar GPSY, hanya pasien
yang kondisinya stabil dan sudah kooperatif yang diperbolehkan mengikuti jalan
sehat.
Kesimpulan :
Terapi Medis adalah kegiatan-kegiatan dalam Terapi Holistik yang berkaitan
dengan aspek fisik pasien. Kegiatan-kegiatan dalam Terapi medis bervariasi dan
bersifat fleksibel yaitu tidak ada patokan khusus tetapi tetap mengacu pada
kesehatan aspek fisik pasien. Secara umum kegiatan dalam terapi medis terdiri
dari pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek
kebersihan diri dan lingkungan, konseling kesehatan, penggunaan ruang isolasi
dan olahraga.
458
Catatan lapangan
: no.2
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Terapi Rohani
Doa pagi
Doa pagi dilakukan setiap hari pada pukul 05.30-06.00 WIB di ruang
makan GPSY. Doa pagi diikuti oleh semua pasien GPSY baik pasien laki-laki dan
perempuan, doa pagi terdiri dari pembacaan renungan, pujian dan doa yang
dipimpin oleh pasien secara bergilir.
Doa malam
Doa malam dilakukan setiap malam hari sebelum tidur pada pukul 19.3020.00 WIB. Doa malam dilakukan di kamar masing-masing, yaitu putra di asrama
putra dan putri di asrama putri. Doa malam terdiri dari pujian dan doa yang
dipimpin oleh pasien masing-masing kamar secara bergilir.
Ibadah
Ibadah dilakukan seminggu empat kali, yaitu pada hari senin, selasa,
kamis pukul 09.00-10.00 WIB dan hari minggu pada pukul 17.00 WIB. Jalannya
ibadah dipimpin oleh pasien sebagai pembawa acara,
pemain musik dan
pemimpin doa pembukaan serta penutupan yang dilakukan oleh pasien secara
bergilir, sedangkan penyampaian firman dan doa firman dilakukan oleh mentor
dan pendeta. Pada saat ibadah setiap pasien juga diwajibkan untuk mengisi pujian
dengan menyanyi pujian di depan teman-teman dan mentor secara berkelompok.
Terapi Ketuk
Terapi ketuk dilakukan setelah ibadah dan berlangsung selama 10-15
menit. Terapi ketuk berupa kegiatan mengetuk titik syaraf dalam tubuh pasien
dengan diiringi dengan pengucapan doa.
Pemutaran Film Rohani
Pasien ditampilkan sebuah film bertema rohani kemudian pasien diminta
untuk menuliskan jalan cerita dari film tersebut di buku tugas masing-masing
459
serta pesan moral apa yang terdapat dalam film tersebut, setelah itu masingmasing pasien diminta untuk menyampaikan kedepan teman-temannya dan
mentor mengenai apa yang diperoleh dari film tersebut sedangkan pasien yang
lain diperbolehkan untuk menanggapi atau menyanggah pernyataan yang
diungkapkan oleh temanya apabila tidak sesuai dengan pemikirannya.
Konseling Rohani
Konseling rohani berupa penyampaian materi yang berkaitan dengan ayatayat Alkitab kemudian secara berkelompok pasien diberikan penguatanpenguatan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pasien, kelompok dibagi
sesuai dengan tingkatan kemampuan pasien dan masing-masing kelompok
dipimpin oleh satu orang mentor.
Ayat Hapalan dan Diskusi Rohani
Pasien diberikan satu ayat dalam Alkitab untuk dihapalkan, kemudian
pasien dikumpulkan untuk mengungkapkan isi ayat yang telah dihapalnya
kedepan mentor dan teman-temannya serta mengaitkannya dengan kehidupan
pribadi pasien. Pasien yang belum hapal atau mengalami kesulitan bisa dibantu
menghapal oleh temannya dan masing-masing pasien bertugas untuk menanggapi
cerita yang diungkapkan oleh pasien secara bergilir sehingga berlangsung proses
diskusi.
Terapi Pustaka
Masing-masing pasien diberikan buku bacaan rohani, jenis buku untuk
masing-masing berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan diberi
waktu sekitar satu jam untuk membaca. Kemudian pasien diminta untuk
mempresentasikan isi dari buku yang mereka baca dan makna atau pesan yang
terkadung dalam buku tersebut kepada teman-teman yang dihubungkan dengan
kehidupan pribadi pasien.
Drama Rohani
Drama rohani dilakukan dengan mengelompokan pasien kemudian pasien
diberi naskah drama untuk diperankan. Masing-masing kelompok bertanggung
jawab untuk menampilakan yang terbaik dengan memberikan variasi-variasi
adegan drama sesuai kreativitas mereka. Pasien diminta menampilkan hasil drama
460
tersebut didepan juri yang terdiri dari mentor-mentor GPSY serta semua temantemanya, pasien yang mampu menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2
dan 3 kemudian pemenang mendapatkan hadiah dari juri.
Lomba Menyanyi Rohani
Lomba menyanyi rohani dilakukan dengan mengelompokan pasien dalam
beberapa kelompok kemudian pasien diminta untuk menampilkan nyanyian
secara berkelompok, variasi jenis dan gerakan lagu ditentukan oleh masingmasing kelompok sesuai dengan kreativitas kelompok. Pasien diminta
menampilkan hasil menyanyi kelompok tersebut didepan juri yang terdiri dari
mentor-mentor GPSY serta semua teman-temanya, pasien yang mampu
menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2 dan 3 kemudian pemenang
mendapatkan hadiah dari juri.
Puisi Rohani
Puisi rohani yaitu dengan memberikan tugas kepada pasien untuk
membuat puisi bertemakan kerohanian, pasien diminta untuk memiliki kreativitas
dalam membuat kalimat dan memberikan intonasi pada saat pembacaan puisi
beserta gerakannya. Pasien diminta menampilkan hasil puisi tersebut didepan juri
yang terdiri dari mentor-mentor GPSY serta semua teman-temanya, pasien yang
mampu menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2 dan 3 kemudian
pemenang mendapatkan hadiah dari juri.
Kesimpulan :
Terapi Rohani adalah kegiatan-kegiatan dalam Terapi Holistik yang berkaitan
dengan aspek psikis dan kerohanian pasien. Kegiatan-kegiatan dalam Terapi
rohani bervariasi dan bersifat fleksibel yaitu tidak ada patokan khusus tetapi tetap
mengacu pada aspek psikis yang berhubungan dengan kehidupan rohani pasien.
Secara umum kegiatan dalam terapi rohani terdiri dari doa pagi, doa malam,
ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, konseling rohani, ayat hapalan dan
diskusi rohani, terapi pustaka, dan kegiatan lain yang terdiri dari drama rohani,
lomba menyanyi rohani dan puisi rohani.
461
Catatan lapangan
: no.3
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Terapi Sosial
Terapi Kerja
Terapi kerja dilakukan dalam lingkungan GPSY yang meliputi waserda,
penjualan bensin, perkebunan, piket, peternakan dan perikanan. Waserda (warung
serba ada) dikelola oleh pasien putri di GPSY, waserda ini menjual makananmakanan ringan dengan harga yang terjangkau. Makanan dibeli oleh mentor
kemudian dijual oleh pasien putri, keuntungan dari penjualan menjadi hak pasien
dan dibagi secara merata. Waserda dibuka pada hari kerja yaitu hari senin s.d
jumat setelah kegiatan terapi, penjaga waserda adalah pasien yang dijadwal secara
bergilir.
Penjualan bensin dikelola oleh pasien putra, tempat jualan adalah di
halaman depan GPSY. Kegiatan ini selain untuk melatih pasien bekerja juga
dimaksudkan untuk melatih tanggung jawab pasien karena pasien bertanggung
jawab penuh terhadap usaha yang mereka kelola dan apabila terjadi kerugian
maka pasien bertanggung jawab untuk mengganti rugi dengan uang masingmasing. Penjualan bensin dilakukan pada hari efektif senin s.d jumat yang
dilakukan oleh pasien putra secara bergilir.
Piket Ketua Kamar, yaitu pasien secara bergilir dijadwal untuk menjadi
ketua kamar selama periode waktu 1 bulan. Tugas ketua kamar adalah mengontrol
kondisi kamar meliputi, kebersihan, kerapian dan ketenangan kamar serta
bertanggung jawab terhadap anak buahnya (penghuni kamar) meliputi segala
kegiatan yang berlangsung di dalam asrama (kamar).
Perkebunan, kegiatan berkebun dilakukan seminggu sekali yaitu dengan
menanam berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari seperti cabe, tomat, papaya dan berbagai jenis tananam yang bisa dikonsumsi.
Setiap sore hari pasien secara bergilir dari asrama putra dan asrama putri memiliki
462
kewajiban untuk menyirami tanaman tersebut. Hasil kebun akan dikonsumsi
pribadi oleh pasien dan mentor GPSY.
Perikanan yaitu pasien memiliki tugas untuk memelihara ikan yang telah
dibeli oleh mentor, ikan tersebut diletakan di dalam kolam GPSY. Pasien putra
bertanggung jawab terhadap perawatann ikan dan kebersihan kolam, yaitu dengan
membersihkan kolam serta memberi makan ikan setiap pasi dan sore secara
bergilir. Ikan tersebut terdiri dari ikan lele dan bawal, ikan tersebut akan
dipasarkan dan hasilnya penjualan tersebut akan dibagikan kepada pasien.
Peternakan, berupa kegiatan memelihara unggas seperti ayam, kalkun,
bebek dan mutiara. Perawatan terhadap unggas menjadi tanggung jawab pasien
putra, meliputi memberi makan unggas setiap pagi dan sore dan membersihkan
kandang. Sebagian unggas seperti ayam dan bebek digunakan untuk konsumsi
pribadi sedangkan kalkun dan mutiara hanya digunakan sebgai unggas peliharaan.
Pelatihan Ketrampilan Kerja
Pasien diajarkan ketrampilan-ketrampilan dalam pembuatan berbagai jenis
barang yang memiliki nilai ekonomis oleh mentor GPSY. Kertampilan yang
diajarkan berupa, pembuatan briket, kerupuk ikan, arang, roncean manik-manik,
dan kantong parfum. Bahan-bahan disediakan oleh pihak GPSY dan hasil dari
ketrampilan yang mereka buat akan dipasarkan oleh pihak GPSY, selanjutnya
hasil penjualan dibagiakan kepada pasien. Semua pasien yang sudah kooperatif
wajib mengikuti kegiatan ini.
Pengenalan Lingkungan
Pengenalan lingkungan yaitu pasien diajak keluar dari GPSY untuk dapat
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kegiatannya berupa pasien membeli
keperluannya di warung, melaundrykan baju dan seprei,ke salon, mengikuti
kegiatan desa berupa kenduri dan jalan-jalan di sekitar untuk sekedar membeli
jajan atau mengobrol dengan masyarakat.
Terapi Musik
Terapi musik yang dilakukan adalah musik angklung, pasien dengan
panduan mentor diajarkan untuk memainkan angklung sesuai dengan arahan
mentor. Beberapa pasien yang belum kooperatif mengalami kesulitan dalam
463
permainan musik angklung ini, karena permainan musik angklung membutuhkan
konsentrasi dan koordinasi yang baik diantara semua pemainnya.
Refresing
Refresing terdiri dari refresing pribadi dan refresing kelompok. Refresing
pribadi yaitu pasien secara pribadi diajak jalan-jalan oleh mentor, jalan-jalan
tersebut diberikan sebagai hadiah kepada pasien maupun dilakukan sekedar untuk
menghilangkan kejenuhan pasien. Pasien diajak jalan-jalan di sekitar daerah
Yogyakarta seperti malioboro, bringharjo dan pusat perbelanjaan yang ada di
jogja.
Jadwal refresing pribadi bersifat fleksibel menyesuaikan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Refresing kelompok yaitu seluruh pasien dan seluruh mentor pergi jalanjalan secara bersama-sama. Tujuan jalan-jalan tidak seperti pada refresing pribadi,
pada refresing kelompok yang menjadi tujuan adalah tempat-tempat yang bersifat
edukatif yaitu pameran dan menonton teater. Refresing kelompok dilakukan
dengan menyewa bis sehingga semua dapat pergi secara bersama-sama.
Outbond
Kegiatan
outbond
dilakukan
di
halaman
depan
GPSY,
pasien
dikelompokan-kelompokan dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok
diharuskan membuat yel-yel yang harus ditampilkan sebelum kelompok tersebut
mengikuti outbond. Kegiatan outbond terdiri dari gebuk banyu, makan krupuk,
dan bermain kelereng. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi dalam
perlombaan akan diberikan hadiah oleh mentor.
Kesimpulan :
Terapi sosial merupakan terapi yang berkaitan dengan interaksi antara pasien
dengan lingkungannya. Terapi sosial melibatkan hubungan pasien dengan orang
disekitarnya. Secara umum kegiatan dalam terapi sosial meliputi; terapi kerja,
pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan, terapi musik, refresing dam
outbond.
464
Catatan lapangan
: no.4
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Home Care (Kegiatan Keseharian di GPSY)
Keseharian pasien didalam GPSY berlangsung seperti di dalam rumah,
pagi hari setelah bangun tidur pasien merapikan tempat tidur, setelah doa pagi
pada pukul 06.00 WIB pasien melaksanakan piket harian (menyapu, mengepel,
membuang sampah, menjemur kain lap) kemudian pasien mandi pagi,
menggunakan pakaian rapi, resmi dan sudah disetrika yang digunakan untuk
ibadah dan terapi , handuk yang dipakai kemudian dijemur, setelah mandi pasien
mencuci baju kotornya, sehabis makan pasien wajib mencuci bersih peralatan
makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Pasien yang telah selesai
menjalankan tugasnya kemudian bersaintai dengan melakukan olahraga ringan,
minum teh, maupun menonton tivi sembari menunggu waktu terapi.
Malam hari setelah semua kegiatan terapi selesai pasien melakukan
evaluasi dengan mentor yang berisi sharing-sharing mengenai berbagai hal yang
dirasakan pasien selama satu hari yang telah berlangsung tadi, kegiatan ini disertai
dengan pemberian snack untuk pasien untuk lebih merileks-kan suasana. Evaluasi
mentor berlangsung di teras GPSY dan di ruang tivi GPSY.
Pada hari libur yaitu sabtu dan minggu pasien bebas melakukan berbagai
kegiatan, pada hari tersebut digunakan pasien untuk bersantai dan melakukan
acara bebas dengan mentor berupa refresing pribadi maupun melakukan
permainan voli, menonton tivi dan membantu mentor memasak.
Pasien yang berulang taun akan mendapatkan kejutan dari mentor dan
teman-temannya pada saat jam 12 malam, kejutan tersebut berupa pemberian kue
ulang taun dan ucapan selamat dari teman-teman serta mentor.
465
Kesimpulan :
Home Care adalah suatu bentuk pola interaksi kekeluargaan yang diterapkan di
GPSY yaitu dengan men-setting kondisi GPSY seperti sebuah rumah yang dihuni
oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor dan pasien, sehingga
terjalin adanya keterikatan emosional antara pasien dengan mentor maupun pasien
dengan pasien. GPSY menciptakan suasana panti layaknya seperti sebuah rumah
yang penuh kepedulian, kasih sayang dan penerimaan seutuhnya terhadap kondisi
pasien sehingga setiap pasien yang dirawat di GPSY merasakan kenyamanan
karena merasa diterima serta disayang oleh mentor dan teman-temanya
Catatan lapangan
: no.5
Tanggal
: 30 Juni 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Home Visit dan Konseling Keluarga
Kunjungan keluarga dilakukan pada keluarga KM, kunjungan kali ini
dilakukan untuk memberikan konseling dan menjenguk KM yang sedang
menjalani cuti. Konseling keluarga dilakukan oleh pihak GPSY yaitu NN yang
merupakan mentor KM dan AA. Kedatangan pihak GPSY dan peneliti disambut
oleh SY dan KM. Kegiatan pertama yang dilakukan pada saat kunjungan pasien
cuti adalah melakukan konseling ringan berupa mengobrol santai dengan KM
perihal permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga selama cuti
berlangsung dan perasaannya saat kembali lagi kekeluarga, setelah melakukan
konseling dengan KM pihak GPSY memberikan konseling kepada SY.
Konseling keluarga yang diberikan kepada SY yaitu mengenai skizofrenia
sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman yang utuh tentang diri
pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi keluarga mengenai
keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien sehingga diperoleh
suatu solusi yang tepat. Keluarga harus memahami dan menerima skizofrenia
dengan segala keterbatasannya, keluarga harus “ngemong” skizofrenia bukan
466
skizofrenia yang harus “ngemong” keluarga. Proses home visit dan konseling
keluarga berlangsung selama 1,5 jam yaitu dari pukul 16.00-17.30 WIB.
Kesimpulan :
Home visit dan konseling keluarga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan
ke keluarga dan memberikan pengarahan-pengarahan dan pengetahuan terkait
dengan skizofrenia sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman yang
utuh tentang diri pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi
keluarga mengenai keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien
skizofrenia sehingga diperoleh suatu solusi yang tepat serta untuk memperbaiki
kondisi keluarga yang maladaptive yang berpontensi memicu kekambuhan pasien
kembali.
Catatan lapangan
: no.7
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Gambaran kondisi KM
Keseharian KM
KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga kebersihan dan kerapian
diri beserta lingkungannya. Hal ini ditunjukan dengan kesadaran dan keterlibatan
secara aktif KM dalam melakukan aktivitas-aktivitas keseharian yang
berhubungan dengan kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungan. Penampilan
KM juga selalu terlihat rapi dan bersih pada saat mengikuti kegiatan terapi dan
dalam kesehariannya. KM memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalani setiap
terapi, hal ini terlihat dari perilakunya yang selalu antusias dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan dalam terapi. KM memiliki hubungan yang baik
dengan pasien-pasien lainya, setelah kegiatan terapi dan pada waktu bersantai KM
selalu terlihat mengobrol dengan teman-temannya selain itu KM mudah
memberikan bantuan kepada teman apabila temannya membutuhkan bantuan.
467
Pemberian Tes Grafis
Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita
berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna
kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan
subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna
biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam.
Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan
pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek
terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam
pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan
setelah diberikan penjelasan oleh peneliti.
Pada tes grafis BAUM (Tree Test), subyek menggambar sebuah pohon
berbunga tanpa daun. Subyek menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon
bunga rampai yang ketika musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan
ketika musim penghujan akan berbunga lebat.
Pada tes grafis DAP (Draw A Pearson Test), subyek menggambar seorang
anak laki-laki muda berusia 15 tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama
Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional
antara subyek dengan Doni. Pemilihan Doni sebagai sosok yang digambar subyek
hanya didasarkan pada keinginan subyek semata karena begitu diberikan perintah
untuk mengambar manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok
Doni.
Pada tes grafis HTP (House Tree and Person Test), subyek menggambar
sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun
bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki pekarangan yang luas dan sebuah pohon
beringin. Tidak ada hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara
subyek dengan sosok Tedy.
468
Catatan lapangan
: no.8
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Gambaran kondisi AD
Pemberian Tes Grafis
Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki
bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165 cm.
Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot
serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna
hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam
berukuran sekitar 60cmx20cm.
Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti
bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis
subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan
berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk
melakukan tes grafis.
Pada tes grafis BAUM (Tree Test), subyek menggambar sebuah pohon
bambu yang terdapat di belakang rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon
bambu adalah bahwa jenis pohon tersebut mudah digambar.
Pada tes grafis DAP (Draw A Pearson Test), Subyek menggambar seorang
anak laki-laki berumur 4 tahun yang bernama Dande. Dande adalah keponakan
subyek yang merupakan anak pertama dari kakak perempuan subyek dan tinggal
satu rumah bersama subyek. Alasan subyek menggambar sosok Dande adalah
karena Dande sangat lucu sehingga subyek sangat menyayanginya.
Pada tes grafis HTP (House Tree and Person Test), subyek menggambar
sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di masa depan. Rumah tersebut
dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami, istri dan satu orang
anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah pohon jati.
469
Kondisi keluarga
Pada saat peneliti melakukan kunjungan ke rumah AD, kedatangan
peneliti disambut dengan baik oleh ayah, ibu, kakak, dan adik AD. Keluarga
sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD
dengan ibu nya, sesekali di sela-sela wawancara AD bercanda manja dengan
menggoda ibunya. Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah AD
telihat sedikit cuek namun terkesan humoris sempat beberapa kali ayah AD ikut
bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta
ibu, namun peneliti tidak mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi dengan
ayah AD sebab pada saat itu ayah AD terlihat sibuk mempersiapkan keperluan
rapat karena beliau akan menghadiri rapat sehingga ditengah kunjungan peneliti
beliau meminta ijin untuk meninggalkan rumah untuk menghadiri rapat.
Sebelum peneliti meninggalkan rumah AD untuk kembali ke Yogya,
peneliti diajak oleh AD dan adek AD berkeliling daerah sekitar rumah AD dan
mampir ke sebuah rumah makan untuk makan siang. AD dan adiknya sering
terlihat saling menggoda dan meledek saat makan siang berlangsung.
Kesimpulan :
Hubungan AD dengan keluarganya terjalin dengan baik, terlihat dari adanya
interaksi sosial berupa kedekatan secara emosional diantara sesama anggota
keluarga yang ditunjukan dengan terbentuknya komunikasi keluarga yang baik.
470
Catatan lapangan
: no.8
Tanggal
: April-Juli 2013
Tempat
: Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY)
Keterangan
: Kondisi bangunan dan tata ruang GPSY
Letak GPSY berada 2 km dari pasar Godean. Pada sekitar GPSY terdapat
beberapa pertokoan, rumah sakit, tempat laundry dan restaurant dengan akses
jalan raya beraspal. GPSY berdiri di atas tanah seluas 250 m 2 yang terdiri dari 3
bangunan induk yaitu satu buah bangunan kantor GPSY, satu bangunan untuk
asrama putra dan satu bangunan untuk asrama putri, meskipun banguan tersebut
saling terpisah namun terdapat satu pintu yang saling menghubungkan.
Bagian-bagian dalam bangunan GPSY meliputi asrama putri yang terdapat
satu buah kamar mandi, satu buah WC, satu buah ruang isolasi, kamar putri, ruang
ganti, dapur, tempat menyuci baju, ruang televisi dan sebuah ruang kegiatan.
Sedangkan pada asrama putra terdapat ruang tamu yang menjadi ruang tamu
utama, tiga buah kamar putra, 3 buah kamar mandi beserta WC, ruang makan,
ruang televisi, ruang medis, dapur, dua buah ruang isolasi, tempat menyuci baju
dan satu ruang penyimpanan barang.
Letak asrama putra berada di dalam rumah induk yang didalamnya
terdapat 6 kamar pasien dan mentor, masing-masing kamar terdiri dari 4 tempat
tidur. Bagian lain didalam asrama putra adalah terdapatnya ruang tamu, ruang
medis, 2 kamar mandi, ruang makan, dapur, tempat mencuci baju dan piring serta
di bagian belakang terdapat 2 ruang isolasi putra, tempat almari pasien putra dan
tempat menjemur pakaian.
Kantor GPSY terletak di depan asrama putri, kantor GPSY digunakan
untuk rapat pengurus, penyimpanan berkas-berkas, ruang kerja pengurus dan
mentor,
dan
segala
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
pencatatan
dan
pengadministrasian GPSY. Pada bagian depan GPSY terdapat taman berukuran
yang digunakan untuk bermain dan bersantai pasien, pada bagian sayap kanan
terdapat kebun berukuran 10 m2 yang digunakan untuk lahan pertanian pasien,
471
pada sayap kiri terdapat satu buah kolam berukuran 6x2 meter yang berisi ikan
lele sebagai kegiatan perikanan pasien dan 3 buah kandang, sepasang ayam,
sepasang kalkun dan sepasang burung mutiara dan tiga pasang bebek, ini dikelola
oleh pasien sebagai kegiatan peternakan selain itu juga terdapat sebuah waserda.
Pada bagian depan GPSY terdapat gerobak bensin yang menjadi kegiatan
wirausaha pasien putra dan terdapat tempat penyimpanan peralatan-peralatan
musik, olahraga, berbagai macam alat-alat yang digunakan untuk pembuatan
ketrampilan.
472
Lampiran 5
Tes Grafis
Tes Grafis Pasien (KM)
Tes Grafis Mantan Pasien (AD)
473
474
475
476
477
478
479
Lampiran 6
Analisis Hasil Tes Grafis
480
Analisis Hasil Tes Grafis
Analisis Tes Grafis KM
Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita
berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna
kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan
subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna
biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam.
Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan
pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek
terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam
pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan
setelah diberikan penjelasan oleh peneliti.
4. BAUM (Tree Test)
Subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek
menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika
musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan
akan berbunga lebat.
BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai
pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah
orang yang mementingkan rasio, subyek selalu berusaha melihat dan mencari
penjelasaan setiap peristiwa dari segi rasionalitas peristiwa tersebut. Subyek
mengalami permasalahan dengan penyelarasan ego dan super egonya, sebab
subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya.
481
Hal ini menyebabkan subyek cenderung menutup diri terhadap lingkungan
sosialnya.
5. DAP (Draw A Pearson Test)
Subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun,
berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan
kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan
Doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan
subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia
langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni.
DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan.
Interpretasi gambar menunjukan bahwa terdapat adanya ketidak-konsistenan
dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau
kecemasan saat proses adaptasi dengan lingkungan dikarenakan subyek merasa
seperti terbebani oleh banyak orang.
6. HTP (House Tree and Person Test)
Subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya
yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki
pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan
kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy.
HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar
menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau
482
lingkungan terdekatnya, yaitu menjauh dari keluarga dan juga mempunyai
kecenderungan untuk ingin lari dari rumah.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis KM secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah
skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran kaki dan
tangan pada tes DAP yang menunjukan bahwa subyek tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungan, sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan
suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami permasalahan dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk
menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak
sosial terutama dengan keluarga.
Analisis Tes Grafis AD
Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki
bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165cm.
Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot
serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna
hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mabawa tas hitam
berukuran sekitar 60cmx20cm.
Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti
bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis
subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan
483
berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk
melakukan tes grafis.
4. BAUM (Tree Test)
Subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang
rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon
tersebut mudah digambar.
BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai
pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek
memiliki keinginan atau ego yang besar akan tetapi tidak seimbang dengan
rasionya. Subyek terlalu mengorientasikan keinginannya ke masa depan atau
kehidupan mendatang, namun hal ini tidak diimbangi dengan rasio yang cukup
baik sehingga subyek mengalami kesulitan atau tidak tahu bagaimana harus
menghadapi masa depanya.
5. DAP (Draw A Pearson Test)
Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang
bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama
dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan
subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga
subyek sangat menyayanginya.
DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan.
Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek kurang mampu menyelaraskan
antara ego dan super egonya, saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya
484
subyek kurang bisa menopang dirinya (tidak bisa mandiri) sehingga subyek
mengalami kesulitan atau kurang mampu beradaptasi dan berinteraksi langsung
dengan lingkungannya.
6. HTP (House Tree and Person Test)
Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di
masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari
suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah
pohon jati.
HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran
mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar
menunjukan bahwa adanya keinginan yang kuat dalam diri subyek untuk
meningkatkan interaksi khususnya interaksi di dalam keluarga. Subyek
menunjukan bahwa dia ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia yang
memiliki adanya kedekatan atau interaksi yang kuat di antara sesama anggota
keluarga. Hal ini bisa saja disebabkan adanya kekecewaan subyek terhadap
keluarga, subyek merasa jauh dari keluarga dan tidak merasakan kebahagian
dalam keluarga.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah
skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran telinga,
mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata
kaki dan tangan menunjukan bahwa AD mengalami adanya halusinasi
pendengaran, waham dan hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
485
Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa
subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu
subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya
terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan
harapan subyek.
486
Lampiran 7
Surat Keterangan Penelitian
487
Download