TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN SKIZOFRENIA (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta) SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi oleh Kristiana Puspita Wulandari 1511409034 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 1 TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN SKIZOFRENIA (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta) SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi oleh Kristiana Puspita Wulandari 1511409034 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 i ii iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Jangan khawatir bila anda tidak diakui, tetapi berusahalah supaya anda layak diakui (Abraham Lincoln). Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi. Tapi jika kamu menyerah semuanya selesai (Penulis). Persembahan Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak Siswopranoto, ibu Anna Yuli Yudari, adik Septiana Pranakristi Nugraheni, dan mas Roni Erwanto. 2. Almamater psikologi UNNES. 3. Skizofrenia di seluruh Indonesia. iv KATA PENGANTAR Puji syukur tanpa henti dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan bantuan dan peran serta dari berbagai pihak. Oleh kerena itu penulis mengucapkan terimakasih dengan setulus hati kepada: 1. Drs. Hardjono, M.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Edy Purwanto, M.Si selaku ketua Jurusan Psikologi. 3. Liftiah, S.Psi., M.Si selaku penguji utama yang telah memberikan masukan, arahan serta kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi. 4. Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman yang menginspirasi dan berguna bagi masa depan penulis. 7. Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, terutama kak Ngisty Nalle, kak Alfred Abanat dan eyang Sariman. Pasien GPSY yang telah v berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama KM dan keluarga serta AD dan keluarga. 8. Kedua orang tua yang tidak pernah lelah berjuang untuk masa depan penulis, bapak Siswopranoto dan ibu Anna Yuli, serta adik Septiana Nugraheni yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 9. Mas Roni Erwanto yang selalu siap sedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat kos Al-Khasanah yang telah menjadi keluarga kedua bagi penulis, terutama Endah, Kristi, Ika, Titik, Eka. 11. Teman-teman seperjuangan psikologi 2009, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Empat Sehat Lima Sempurna; Rahmatika, Yusri, Anistya, dan Danang kalian itu “sesuatu banget”. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan semua pihak pada umumnya . Semarang, 7 Januari 2013 Penulis vi ABSTRAK Wulandari, Kristiana Puspita. 2014. Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta). Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si dan Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Kata kunci: Terapi Holistik, Skizofrenia Terapi Holistik merupakan terapi yang digunakan untuk menangani skizofrenia. Terapi Holistik yang dikembangkan di GPSY ini menangani skizofrenia secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan secara medis, fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Penanganan skizofrenia tersebut memiliki prosentase kekambuhan lebih kecil dibandingkan prevalensi kekambuhan skizofrenia dengan penanganan menggunakan model terapi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus eksplanatoris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi (catatan lapangan), dan dokumentasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan yang telah disusun melalui rancangan penelitian yaitu: (1) melakukan tinjauan lapangan untuk menggali fenomena penelitian; (2) penyusunan rancangan penelitian berdasarkan teori dan metode yang tepat; (3) melakukan penelitian partisipan di lapangan; dan (4) pembuatan laporan penelitian. Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia terdiri dari beberapa jenis terapi, berupa; Terapi Medis, Terapi Rohani, Terapi Sosial, Home Care, Home Visit dan Konseling Keluarga. (2) Terapi Holistik mampu memulihkan skizofrenia karena memiliki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemulihan skizofrenia, yaitu meningkatkan kesadaran diri (self awareness), self suggestion dan resiliensi, ketrampilan sosial, kebermaknaan hidup (meaningfulness of life), dan dukungan keluarga. Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yaitu: (1) RSJ dan panti rehabilitasi diharapkan dapat melakukan penanganan secara komprehensif terhadap gangguan jiwa skizofrenia; (2) Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan berupa motivasi, semangat, penerimaan keluarga dan bantuan kepada pasien pasca perawatan sehingga terjadinya kekambuhan dapat diminimalkan; (3) Masyarakat diharapkan tidak mendiskriminasikan gangguan jiwa skizofrenia dan memberikan kesempatan serta ruang sosial bagi gangguan jiwa skizofrenia untuk dapat mengaktualisasikan diri melalui keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PENGESAHAN ................................................................................................. ii PERNYATAAN ............................................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10 1.4 Kontribusi Penelitian .................................................................................. 10 1.4.1 Secara Teoritis .......................................................................................... 10 1.4.2 Secara Praktis ........................................................................................... 10 BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Teori ......................................................................................... 12 viii 2.1.1 Skizofrenia ............................................................................................... 12 2.1.1.1 Pengertian Skizofremia ......................................................................... 12 2.1.1.2 Epidemiologi .......................................................................................... 14 2.1.1.3 Mekanisme Terjadinya Skizofrenia ........................................................ 15 2.1.1.4 Gejala Klinis Skizofrenia ...................................................................... 25 2.1.1.5 Pedoman Diagnosis Skizofrenia ............................................................ 29 2.1.1.6 Klasifikasi Skizofrenia ........................................................................... 31 2.1.1.7 Perjalanan Penyakit............................................................................... 38 2.1.1.8 Prognosis ............................................................................................... 39 2.1.2 Terapi Holistik ....................................................................................... 41 2.1.2.1 Pengertian Konsep Holistik Dalam Penanganan Gangguan Jiwa........ 41 2.1.2.2 Pengertian Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................................................................... 42 2.1.2.3 Model Penanganan Skizofrenia ............................................................. 42 2.1.2.4 Penerapan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................................................................... 43 2.1.2.5 Alur Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................. 45 2.1.2.6 Tahapan Dalam Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................................................................... 46 2.2 Kajian Pustaka ........................................................................................... 47 2.3 Dinamika Psikologis .................................................................................. 49 ix BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................. 53 3.2 Unit Analisis ........................................................ 56 3.3 Sumber Data ............................................................................................... 58 3.3.1 Narasumber Utama .................................................................................. 58 3.3.2 Narasumber Sekunder .............................................................................. 58 3.4 Metode dan Pengumpul Data ...................................................................... 61 3.4.1 Wawancara ............................................................................................... 61 3.4.2 Observasi .................................................................................................. 63 3.4.3 Catatan Lapangan ..................................................................................... 66 3.4.4 Dokumentasi ............................................................................................. 67 3.4.4.1 Rekaman (Video Dokumenter) .............................................................. 68 3.4.4.2 Lembar Assesment Pasien ..................................................................... 68 3.5 Analisis Data ............................................................................................... 68 3.5.1 Reduksi Data ............................................................................................ 69 3.5.1.1 Identifikasi Satuan (Unit) ....................................................................... 69 3.5.1.2 Koding .................................................................................................... 69 3.5.2 Kategorisasi ............................................................................................... 70 3.5.3 Sintesisasi .................................................................................................. 70 3.6 Keabsahan Data ........................................................................................... 71 3.6.1 Derajat Kepercayaan ................................................................................. 72 3.6.2 Kateralihan ................................................................................................ 73 3.6.3 Kabergantungan ........................................................................................ 74 x 3.6.4 Kapastian................................................................................................... 75 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian ........................................................................................ 76 4.1.1 Sejarah Pendirian Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ........... 76 4.1.2 Latar Belakang .......................................................................................... .76 4.1.3 Visi dan Misi ............................................................................................ .77 4.1.4 Gambaran Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ....................... .77 4.1.5 Lembaga Kerjasama ................................................................................. .80 4.1.6 Gambaran Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ....... .80 4.1.7 Jadual Kegiatan Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) .............................................................................................................. .81 4.2 Proses Penelitian ....................................................................................... 83 4.2.1 Tinjauan Lapangan Pra-Penelitian ........................................................... 83 4.2.2 Pembuatan Rancangan Penelitian ............................................................ 85 4.2.3 Penelitian di Lapangan ............................................................................. 86 4.2.3.1 Wawancara ........................................................................................... 89 4.2.3.2 Observasi .............................................................................................. 94 4.2.3.3 Tes Psikologi ......................................................................................... 95 4.2.3.4 Dokumentasi ......................................................................................... 96 4.2.4 Penyusunan Laporan dan Penyempurnaan Laporan ................................ 96 4.3 Koding ......................................................................................................... 97 4.4 Temuan Penelitian ...................................................................................... 99 4.4.1 Identitas Narasumber ................................................................................ 99 xi 4.4.1.1 Narasumber Utama ................................................................................ 99 4.4.1.2 Narasumber Sekunder ............................................................................ 100 4.4.2 Paparan Hasil Penelitian .......................................................................... 104 4.4.2.1 Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) .......... 104 4.4.2.1.1 Pengertian Terapi Holistik .................................................................. 104 4.4.2.1.2 Prosedure Penerimaan dan Perawataan Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) ............................................................................... 105 4.4.2.1.3 Prosedure Pelaksanaan Terapi Holistik............................................... 109 4.4.2.1.4 Teknik-Teknik Terapi Holistik ........................................................... 111 4.4.2.2 Kondisi Pasien Sebelum Dilakukan Terapi Holistik .............................. 131 4.4.2.2.1 Kondisi KM Sebelum Dilakukan Terapi Holistik .............................. 134 4.4.2.2.2 Kondisi AD Sebelum Dilakukan Terapi Holistik ............................... 136 4.4.2.3 Kondisi Pasien Setelah Dilakukan Terapi Holistik ............................... 138 4.4.2.3.1 Kondisi Pasien (KM) Setelah Dilakukan Terapi Holistik................... 140 4.4.2.3.2 Kondisi (AD) Setelah Dilakukan Terapi Holistik ............................... 144 4.4.2.4 Effek Psikologis Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia .......... 147 4.4.2.4.1 Effek Psikologis Terapi Medis............................................................ 147 4.4.2.4.2 Effek Psikologis Terapi Rohani .......................................................... 159 4.4.2.4.3 Effek Psikologis Terapi Sosial ............................................................ 161 4.4.2.4.4 Effek Psikologis Home Care .............................................................. 176 4.4.2.4.5 Effek Psikologis Home Visit dan Konseling Keluarga ....................... 186 4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit ................................................................. 198 4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM ....................................................... 198 xii 4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit AD ........................................................ 200 4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi ................................................................................ 206 4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM ...................................................................... 206 4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD ...................................................................... 209 4.4.2.7 Dinamika Pemulihan Skizofrenia Dengan Menggunakan Terapi Holistik …………………………………………………………………………………213 4.4.2.7.1 Dinamika Pemulihan pada KM ........................................................... 213 4.4.2.7.2 Dinamika Pemulihan pada AD ........................................................... 227 4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien (AD) dan Keluarga Mantan Pasien Mengenai Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia .............................. 247 4.4.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia………………. ................................................................................... 251 4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ................. 251 4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ............... 252 4.5 Pembahasan.................................................................................................. 254 4.5.1 Terapi Medis ............................................................................................. 257 4.5.1.1 Obat-obatan ........................................................................................... 257 4.5.1.2 Konseling dan Ceramah Kesehatan....................................................... 258 4.5.1.1 Teori dan Praktek Kebersihan ............................................................... 259 4.5.2 Terapi Rohani............................................................................................ 261 4.5.3 Terapi Sosial ............................................................................................. 263 4.5.3.1 Pelatihan Ketrampilan Sosial ................................................................ 263 4.5.3.2 Kegiatan Aktivitas Kelompok ................................................................. 264 xiii 4.5.3.3 Pelatihan Ketrampilan Kerja ................................................................. 265 4.5.3.4 Pengenalan Lingkungan ........................................................................ 267 4.5.4 Home Care ................................................................................................ 268 4.5.4.1 Kebermaknaan Hidup ............................................................................ 268 4.5.4.2 Membangun Hubungan Kepercayaan ................................................... 269 4.5.4.3 Mengontrol dan Membentuk Perilaku Melalui Pemberian Reward dan Punishment ......................................................................................................... 271 4.5.5 Home Visit dan Konseling Keluarga ........................................................ 272 4.5.5.1 Perubahan Sikap Keluarga ................................................................... 272 4.5.5.2 Persiapan dan Perencanaan Masa Depan Pasien ................................ 274 4.5.6 Pembahasan Secara Umum ....................................................................... 275 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ..................................................................................................... 284 5.1.1 Terapi Holistik ......................................................................................... 284 5.1.2 Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ....................................... 285 5.2 Saran ........................................................................................................... 285 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 288 xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Teori-Teori Somatogenesis Tentang Penyebab Skizofrenia .............. 17 Tabel 2.2 Prognosis Skizofrenia ........................................................................ 40 Tabel 3.1 Unit Analisis Penelitian ..................................................................... 57 Tabel 3.2 Ikhtisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............. 71 Tabel 4.1 Jumlah Pasien Skizofrenia di GPSY .................................................. 81 Tabel 4.2 Jadual Kegiatan GPSY ....................................................................... 82 Tabel 4.3 Kondisi KM Sebelum dilakukan Terapi Holistik .............................. 136 Tabel 4.4 Kondisi AD Sebelum dilakukan Terapi Holistik ............................... 138 Tabel 4.5 Perkembangan KM ........................................................................... 142 Tabel 4.6 Kondisi KM Setelah dilakukan Terapi Holistik................................. 144 Tabel 4.7 Kondisi AD Setelah dilakukan Terapi Holistik ................................. 146 Tabel 4.8 Prognosis KM .................................................................................... 200 Tabel 4.9 Prognosis AD ..................................................................................... 206 Tabel 4.10 Dinamika Pemulihan KM ................................................................ 226 Tabel 4.11 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “mekanisme terjadinya skizofrenia” pada AD ......................................................................................... .245 Tabel 4.12 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya skizofrenia” pada AD ......................................................................................... .246 Tabel 4.13 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “prognosis buruk” pada AD ...................................................................................................................... .247 xv DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 50 Bagan 4.1 Alur Penerimaan dan Perawatan Pasien ........................................... .105 Bagan 4.2 Genogram KM .................................................................................. 196 Bagan 4.3 Genogram AD ................................................................................... 202 Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM ......................................................... 213 Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD .......................................................... 227 Bagan 4.6 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia ............... 283 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Interview Guide ............................................................................. 291 Lampiran 2 Transkip Hasil Wawancara (Verbatime) ....................................... 293 Lampiran 3 Pedoman Obseravasi ..................................................................... 401 Lampiran 4 Catatan Lapangan .......................................................................... 403 Lampiran 5 Gambar Hasil Tes Grafis ............................................................... 422 Lampiran 6 Analisis Hasil Tes Grafis ............................................................... 423 Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 430 xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Maslim, 2003:46). Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yaitu retak atau pecah (split), dan “frenia” yaitu jiwa. Artinya seseorang yang menderita skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian atau splitting of personality (Hawari, 2001:xi). Skizofrenia adalah penyakit yang meliputi predisposisi genetik yang diaktifkan oleh faktor-faktor intrapsikis dan interpersonal (Robbin, dalam Arif 2006:5). Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar serta terganggunya relasi personal (Strauss et al, dalam Arif 2006:3). Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat pada kemampuan individu dalam hal berpikir dan memecahkan masalah, penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasi sosialnya dengan orang lain. Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis 1 2 kelamin laki-laki dan onset untuk laki-laki adalah 15-35 tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan penampakan gejala antara usia 25-35 tahun (Kaplan dan Sadock, 1991:702). Prognosis untuk gangguan jiwa skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan, sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada di antaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi secara efektif (Harris, dalam Arif 2006:4). Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa Indonesia adalah penderita skizofrenia. Hal ini dikemukakan oleh dr. Dardi Sosrosumihardjo, Sp. Kj dari Kedokteran Jiwa FKUI/RSCM (Arif, 2006:3-4). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar apabila dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat . Setiap tahunnya 35% penderita skizofrenia mengalami kekambuhan, dari penderita skizofrenia yang diobati 20–40% belum menunjukan hasil yang memuaskan. Diantara penderita skizofrenia 20–50% melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% diantaranya berhasil (mati karena bunuh diri). Angka kematian skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya dan penyakit skizofrenia cenderung menjadi kronis (Hawari, 2003:5). 3 Meskipun skizofrenia tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat kehidupan penderitannya sehingga mereka tidak produktif dan tidak efisien serta tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, di rumah, di sekolah atau di kampus. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia akan mengalami ketidakmampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari (Hawari, 2003:7). Oleh karena itu gangguan jiwa, khususnya skizofrenia harus mendapatkan penanganan yang tepat supaya mereka dapat mengembalikan fungsi perannya dalam menjalani kehidupan sehingga mereka dapat dikatakan sehat atau pulih kembali. Hawari (2003:96) mengungkapkan bahwa penanganan terhadap skizofrenia harus dilakukan secara holistik. Pengertian holistik menekankan pada pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan antara bagian-bagiannya. Konsep penanganan holistik menurut Hawari yaitu penanganan secara menyeluruh (komprehensif) pada seluruh aspek kehidupan pasien meliputi aspek fisik, psikis, religius dan sosialnya. Penanganan secara holistik pada gangguan jiwa skizofrenia tersebut terdiri dari psikofarmaka, psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Konsep holistik menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah bahwa manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh meliputi unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukasi) dan “sosial” (sosio-kultural). 4 Hal ini menjelaskan bahwa penanganan terhadap skizofrenia tidak sematamata dengan obat saja, tetapi juga disertai dengan penanganan lain yang berkaitan dengan unsur religius sebagai kekuatan spiritual yang menjadi pelindung serta ketenangan jiwanya dan juga penanganan secara psikososial dan keluarga karena pada dasarnya pemicu atau faktor pencetus utama munculnya gangguan skizofrenia ke permukaan adalah karena stressor psikososial, apabila lingkungan sosialnya tidak kondusif, maka resiko terganggunya perkembangan jiwa/kepribadian kearah yang tidak sehat akan semakin besar (Hawari, 2003:30). Skizofrenia bukan hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja oleh karena itu untuk mengembalikan kesembuhan skizofrenia kita terlebih dahulu harus memperhatikan kesemua unsur tersebut sehingga dapat diberikan penanganan yang memadai dan komprehensif (menyeluruh) dan tidak parsial (terpenggalpenggal atau sebagian-bagian) (Hawari, 2003:40). Wijaya (2010) menyatakan bahwa ketersediaan pelayananan kesehatan holistik merupakan salah satu faktor yang berperan dan bermakna secara signifikan dalam mencegah terjadinya kekambuhan. Hal ini dikarenakan gangguan jiwa timbul karena banyak faktor, meliputi faktor biologi, psikologis dan sosiokultural, belum ada yang mengemukakan faktor tunggal sebagai penyebab terjadinya kekambuhan skizofrenia. Hasil penelitian Wijaya (2010) mengungkapkan bahwa semakin sulit atau tidak adanya pelayanan kesehatan holistik yang diterima oleh pasien skizofrenia, semakin besar kemungkinan terjadinya kekambuhan sedangkan semakin banyak layanan secara holistik yang tersedia, semakin sedikit terjadinya resiko kekambuhan. 5 Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) merupakan panti rehabilitasi gangguan jiwa yang menerapkan model penanganan skizofrenia secara holistik. Adapun alasan pemilihan GPSY sebagai tempat penelitian gangguan jiwa yang holistik yaitu karena GPSY menggunakan pendekatan (medis, fisiologis, psikologis, religiusitas, sosial ekonomi dan keluarga) dalam menangani skizofrenia. Penanganan skizofrenia yang dilakukan secara holistik di GPSY atau yang diberi nama “Terapi Holistik” berasal dari pengertian holistik yaitu utuh dan menyeluruh, asumsi dasar dari penanganan holistik mengungkapkan bahwa manusia adalah suatu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan perbagian yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis, spiritual dan sosiokultural semuanya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterkaitan diantara bagian-bagiannya sehingga apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Terapi Holistik terdiri dari 3 sub bagian yaitu: Terapi Medis, Terapi Rohani serta Terapi Sosial. Secara garis besar kegiatan Terapi Holistik di GPSY dapat digambarkan sebagai berikut; Terapi Medis meliputi: pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kesehatan, konseling kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan olahraga; Terapi Rohani meliputi: doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani, permainan musik rohani; dan Terapi Sosial meliputi: diskusi kelompok, terapi kerja (waserda, penjualan bensin, perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan dan refresing. 6 Terapi Holistik di GPSY tidak dibatasi hanya pada terapi medis, rohani dan sosial tetapi penerapan Terapi Holistik ini juga dikembangkan dalam pola hubungan sehari-hari antara pasien dengan pasien dan pasien dengan mentor yang dikemas dalam konsep tempat rehabilitasi berbasis “home care“ yaitu membentuk pola interaksi kekeluargaan dengan membatasi jumlah pasien skizofrenia yang dirawat hanya maksimal 30 orang dalam satu periode, aktivitas keseharian yang berlangsung di dalam GPSY membentuk keterikatan emosional diantara sesama penghuninya seperti ikatan yang terbentuk dalam sebuah keluarga, selain itu juga dilakukan home visit dan konseling keluarga untuk keefektifan dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan meminimalkan tingkat kekambuhan pasien pasca pulang dari GPSY. Terapi Holistik dalam proses pelaksaanannya memiliki 4 tahapan yang meliputi: 4 bulan masa sosialisasi, 4 bulan masa terapi, 4 bulan masa persiapan pulang, 1 minggu masa cuti, 3 bulan masa terapi lanjutan, 3 bulan masa bimbingan/home visit, namun waktu dalam setiap tahapan relative berbeda antara masing-masing pasien, hal ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY memiliki perbedaan dengan penanganan skizofrenia yang dilakukan di RSJ dan panti rehabilitasi gangguan jiwa lainnya, hal ini diungkapkan oleh Sicilia (43 tahun) salah satu pasien di GPSY yang merupakan pasien rujukan dari RSJ Grhasia Yogyakarta dan beberapa panti rehabilitasi gangguan jiwa. Subyek telah mengalami sakit dan menjalani perawatan selama 8 tahun serta mengalami kekambuhan sebanyak 11 kali, karena kekambuhan itu ia kembali dipulangkan ke RSJ Grhasia sebanyak 5 7 kali dan sempat mendapat perawatan di beberapa rehabilitasi mental sebelum pada akhirnya Sisilia dirawat ke GPSY pada Maret 2011 hingga sekarang Juli 2012, dia sudah dinyatakan kooperatif dan dalam waktu 3 bulan kedepan sudah diperbolehkan kembali pulang. “Pada saat di RSJ aku diperlakukan seperti orang sakit, memakai seragam, tidur di bangsal dan juga perawatnya galak-galak. Kegiatan sehari-hari hanya bengong dan minum obat, akhirnya aku dipulangkan tapi di rumah keluarga aku malah menjauhi akhirnya aku kumat lagi, pas masuk Siloam aku benar-benar seperti tinggal dirumah yang jauh lebih nyaman dan aku merasa dihargai dan dibutuhkan disitu, aku merasa berharga sekarang karena ternyata aku masih bermanfaat, keluarga ku juga sering menjenguk aku dan lebih pengertian, tidak marah-marah lagi sama aku, kalo dulu di RSJ jarang dijenguk keluarga si mbak.” Pemicu utama kekambuhan Sicilia adalah datang dari keluarga, lebih lanjut ibu Ngisty menjelaskan bahwa kehidupan keluarga yang penuh tekanan membuat Sicilia kehilangan aktualisasi dirinya dan tidak dihargai keluarganya oleh karena itu selain sistem “home care” yang diterapkan disini kami juga melakukan pendekatan kepada keluarga melalui home visit dan konseling keluarga karena tidak ada artinya apabila hanya menangani pasien tanpa ada penanganan dalam keluarganya, itu akan memicu terjadi kekambuhan kembali setelah pasien selesai menjalani perawatan dan dipulangkan kerumah. Hal ini kembali lagi kepada pengertian dan konsep dasar dari Terapi Holistik itu sendiri yaitu bahwa memang untuk menyembuhkan seseorang tidak bisa mengobati hanya dari satu aspek saja tetapi harus dilakukan secara holistik mencakup berbagai aspek kehidupan pasien. Penanganan skizofrenia dengan Terapi Holistik yang dilakukan GPSY memiliki angka kekambuhan sekitar 15%-20% setiap tahunnya. Hasil wawancara 8 yang dilakukan kepada ibu Ngisty selaku mentor GPSY diperoleh keterangan bahwa sejak awal berdirinya tahun 2000 sampai 2012, GPSY menangani 110 pasien dan hanya 20 pasien yang mengalami kekambuhan setelah 1 tahun pertama dipulangkan. Kekambuhan ini rata-rata disebabkan oleh keluarga yang tidak menaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh GPSY selama proses konseling keluarga, namun kekambuhan ini hanya terjadi sebanyak 1-2 kali saja karena setelah terjadi kekambuhan yang pertama akan dilakukan penanganan ulang terhadap keluarga pasien dan biasanya setelah terjadinya kekambuhan yang pertama keluarga akan lebih menaati serta menjaga kondisi pasien secara lebih baik untuk mencegah timbulnya kekambuhan kembali. Prosentase kekambuhan skizofrenia secara umum dengan menggunakan model terapi lainnya adalah sekitar 35-80% setiap tahunnya. Hal ini diungkapkan oleh Hawari (2003:5) bahwa setiap tahunnya 35% pasien skizofrenia mengalami kekambuhan. Harris (dalam Arif 2006:4) menyatakan bahwa 50% pasien skizofrenia mengalami kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi secara efektif. Widodo (2003) menerangkan bahwa setelah menjalani perawatan pasien dengan diagnosa skizofrenia mengalami kekambuhan sebesar 50% pada tahun pertama dan mencapai 100% pada tahun kelima. Lebih lanjut, Aji (2010) menambahkan bahwa insiden kekambuhan pasien skizofrenia adalah berkisar 50%-80% setelah satu episode psikotik setiap tahunnya jika tidak diterapi. Tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di GPSY pasca perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik memiliki prevalensi lebih kecil bila dibandingkan dengan prosentase tingkat kekambuhan skizofrenia secara umum dengan 9 menggunakan model terapi lainnya, meskipun hanya dalam waktu perawatan yang relatif singkat yaitu sekitar 6 bulan s.d 1,5 tahun, namun Terapi Holistik sebagai model penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dirasa mampu dan efektif dalam menangani gangguan jiwa skizofrenia yaitu dengan mengembalikan kesehatan pasien secara utuh dan menyeluruh mencakup setiap aspek kehidupan sehingga sepulangnya dari perawatan pasien dapat menjalani hidupnya dengan lebih optimal serta terjadinya kekambuhan dapat dicegah. Paparan data-data diatas mendasari pentingnya dilakukan penelitian ini, yaitu supaya diperoleh suatu ilmu mengenai penanganan skizofrenia yang holistik sehingga melalui penanganan skizofrenia secara holistik pemulihan terhadap gangguan jiwa skizofrenia lebih mudah diupayakan dan prosentase terjadinya kekambuhan pasca perawatan mampu diminimalkan. 1.2 Perumusan Masalah Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah yang bersumber pada pengalaman peneliti atau pengetahuan yang diperolehnya melalui kajian ilmiah atau kepustakaan lainnya (Moleong, 2007:93). Fokus penelitian mempunyai dua macam tujuan, yang pertama yaitu untuk membatasi studi, dan yang kedua untuk memenuhi kriteria inklusi–eksklusi atau memasukkan–mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 2007:94). Penelitian ini difokuskan pada penggalian berbagai informasi mengenai Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan dengan Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia dengan mengkaji: 10 Bagaimana model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta. 1.4 Kontribusi Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis 1) Bagi mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui tentang model pengananan yang sesuai untuk gangguan jiwa skizofrenia dan dapat juga digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis. 2) Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis pada ilmu pengetahuan khususnya psikologi klinis. 1.4.2 1) Secara Praktis Bagi mahasiswa dan peneliti Melalui penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih dalam tentang model penanganan skizofrenia secara holistik, sehingga bisa digunakan sebagai referensi dan sebagai pedoman informasi atas penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skizofrenia dan model penanganannya. 11 2) Bagi Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan untuk terus lebih memaksimalkan serta mengembangkan Terapi Holistik. 3) Bagi keluarga dan masyarakat Keluarga dan masyarakat diharapkan untuk tidak mendiskriminasikan gangguan jiwa skizofrenia tetapi mampu ikut ambil bagian dan berperan serta dalam menanggapi permasalahan gangguan jiwa skizofrenia secara positif dengan memanfaatkan hasil penelitian ini. Peran serta keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam membantu proses pemulihan gangguan jiwa skizofrenia dan meminimalisirkan terjadinya kekambuhan (relaps) setelah perawatan. BAB 2 LANDASAN TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Teoritik Perspektif teori di dalam bab ini dibatasi melalui ruang lingkup permasalahan yakni Skizofrenia dan Terapi Holistik. 2.1.1 Skizofrenia 2.1.1.1 Pengertian Skizofrenia Maslim (2003:46) mendefinisikan skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh adanya penyimpangan yang fundamental pada karakteristik dari pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted).Kesadaran masih jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, meskipun akan terjadi kemundurun kognitif tertentu yang akan berkembang kemudian. Hawari (2003:xi) Skizofrenia berasal dari dua kata yaitu “Skizo” yang berarti retak atau pecah (split) dan “frenia” yang artinya jiwa. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menyebabkan keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) pada penderitanya. Ibrahim (2011:6) skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-kadang merasa dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, terdapatnya waham, ganguan persepsi, afek abnormal dan autisme. Kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu. 12 13 Strauss et al, (dalam Arif 2006:3) menyatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat yang ditandai dengan munculnya gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejalagejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya relasi personal. Carson dan Butcher (dalam Wiramihardja 2010:134) Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, yang ditandai dengan adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi. Liftiah (2009:175) mendefinisikan skizofrenia sebagai sindrom klinis yang paling membingungkan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling jelas menggambarkan tentang sakit mental atau gila, gangguan jiwa ini menyentuh semua aspek kehidupan penderita. Skizofrenia menyerang jati diri, memutuskan hubungan antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis. Secara umum dapat disimpulkan bahwa skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa psikosis yang berdampak pada semua aspek kehidupan meliputi perubahan pada faktor genetik, fisik, psikis dan sosial budaya, sehingga menyebabkan terjadinya keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) pada penderitanya. Ditandai dengan munculnya penyimpangan yang fundamental berupa gejala positif yang meliputi halusinasi, waham, gangguan kognitif dan persepsi, perilaku aneh serta gejala negatif yang meliputi afek yang abnormal, tidak ada kemauan (apatis), dan terganggunya relasi personal. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan 14 kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemudian akan terjadi kemunduran kognitif tertentu. 2.1.1.2 Epidemiologi Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr. LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan (http://zulliesikawati.staff. ugm.ac.id /wp- content / uploads / schizophrenia.pdf). Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal bila dibandingkan dengan onset skizofrenia pada wanita yaitu pada saat usia 15 sampai 25 tahun sedangkan onset pada wanita berkisar pada usia 25 sampai 35 tahun. Sekitar 90 persen pasien menjalani pengobatan di usia antara 15 sampai 55 tahun, sedangkan onset skizofrenia pada usia sebelum 10 tahun dan sesudah 50 tahun sangat jarang ditemui (Kaplan dan Sadock, 2010:702). 2.1.1.3 Mekanisme Terjadinya Skizofrenia Menurut Hawari (2003 :11-19) mekanisme terjadinya skizofrenia meliputi pendekatan organobiologik, psikodinamik, psikoreligius dan psikososial. 1. Organobiologik Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja, namun ada banyak faktor yang berperan serta terhadap munculnya gejala-gejala skizofrenia antara lain: faktor genetik, virus, auto-antibody, malnutrisi (kekurangan gizi). Sejauh mana peran genetik pada skizofrenia digambarkan pada penelitian berikut : 15 a. Studi yang dilakukan terhadap keluarga menyebutkan bahwa pengaruh genetik pada orang tua 5,6 %; saudara kandung 10,1 %; anak-anak 12,8 %; dan penduduk secara keseluruhan 0,9 % (Gottesman and Shields, 1982). b. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik (monozygote) 59,2 %, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote) adalah 15,2 % (Kendler, 1983). Gangguan perkembangan otak pada janin juga menjadi penyebab lain terjadinya skizofrenia . Gangguan perkembangan otak janin ini disebabkan karena virus, malnutrisi (kekurangan gizi), infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Perihal adakah hubungan antara faktor gen dengan gangguan perkembangan otak janin, Hawari (2003:13) menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, namun apabila tidak disertai adanya faktor-faktor lain atau faktor epigenetik maka skizofrenia tidak akan muncul. Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia baru muncul apabila terjadi interaksi antara gen yang abnormal dengan: 1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin; 2. Menurunya auto-immune yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan; 3. Berbagai macam komplikasi kandungan; 4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trisemester pertama kehamilan; Interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada sebelumnya dengan faktor epigenetic dapat memunculkan gejala skizofrenia. Lebih lanjut dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stessor psikososial dalam kehidupannya, maka resikonya munculnya skizofrenia akan lebih besar bila dibandingkan dengan orang sebelumnya. yang tidak memiliki adanya faktor epigenetik 16 Penderita skizofrenia mengalami perubahan atau gangguan pada system transmisi sinyal penghantar saraf (neuro-transmitter) dan reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron) dan interaksi neuro-kimia seperti dopamine dan serotonin, yang ternyata mempengaruhi fungsi-fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif skizofrenia. Hawari (2003:19) menyatakan bahwa pada penderita skizofrenia kronis ditemukan perubahan pada anatomi otak yang diketahui dengan penelitian menggunakan CT Scan. Perubahan anatomi otak tersebut berupa pelebaran lateral ventrikel, atrofi kortek bagian depan dan atrofi otak kecil tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). Neale dan Haaga (dalam Arif 2006:26) mengungkapkan tentang teori-teori somatogenesis tentang penyebab skizofrenia yang dinyatakan sebagai berikut: Tabel 2.1 Teori-teori somatogenesis tentang penyebab skizofrenia Teori-teori somatogenesis tentang penyebab skizofrenia Genetik Penelitian pada keluarga, kembar dan anak adopsi cenderung menunjukan bahwa kerentaan pada skizofrenia ditransmisikan secara genetik. Biochemistry Obat antipsikotik menghambat resptor dopamine, cenderung menunjukan bahwa skizofrenia disebabkan oleh masalah dalam system dopamine. Neuroanatomy Ketidaknormalan otak (missal : pembesaran ventrikel) ditemukan diantara pasien-pasien skizofrenia. Setelah mengetahui perubahan-perubahan pada system transmisi saraf di sel-sel susunan saraf pusat (otak) yang dapat menyebabkan gangguan skizofrenia maka para ahli telah menemukan jenis obat yang dapat memperbaiki gangguan fungsi neuro-transmitter yang mampu menghilangkan gejala-gejala positif maupun positif skizofrenia atau dengan 17 kata lain penderita skizofrenia dapat diobati dan disembuhkan (Hawari, 2003:19). Terapi dengan obat-obat medis telah dilakukan dan dikembangkan oleh tenaga-tenaga kesehatan dan memberikan hasil yang baik, obat-obatan medis yang diberikan kepada pasien skizofrenia telah berhasil menghilangkan sebagian gejala skizofrenia khususnya gejala positif pada sebagian besar pasien. 2. Psikodinamik Hawari (2003 :20–24) menyatakan apabila seseorang jatuh sakit (menderita skizofrenia) secara umum dan sederhana dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus: I+Sïƒ R I = Individu, yaitu seseorang yang sudah mempunyai bakat-bakat tertentu, kepribadian yang rentan (vulnerable personality) ataupun faktor genetik; yang kesemuanya itu merupakan faktor presdiposisi yaitu kecenderungan untuk menjadi sakit. S = Situasi, yaitu suatu kondisi yang menjadi tekanan mental bagi individu yang bersangkutan, misal stressor psikososial. R = Reaksi, yaitu respon dari individu yang bersangkutan setelah mengalami situasi yang tidak mengenakan (tekanan mental) sehingga ia mengalami frustasi yang pada gilirannya menjadi jatuh sakit. Mekanisme terjadinya skizofrenia pada diri seseorang dari sudut pandang psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori; yaitu teori homeostatis-deskriptif (descriptive-homeostatic) dan fasilitatif-etiologik (etiological-facilitative).Teori homeostatis-deskriptif, menjelaskan secara deskriptif gambaran gejala-gejala dari suatu gangguan jiwa yaitu penyebab terjadinya gangguan keseimbangan (balance) atau homeostatic pada diri sesorang pada saat sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa sedangkan teori fasilitatif-etiologik, menguraikan tentang faktor-faktor penyebab 18 (etiologi) munculnya suatu penyakit, bagaimana perjalanan penyakitnya dan penjelasan mekanisme psikologis dari penyakit yang bersangkutan. Klein (1926) dalam Hawari (2003:22) skizofrenia muncul karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-skizoid pada perkembangan awal masa bayi. Markam (2008:63-64) menyatakan tingkah laku abnormal menurut pandangan psikodinamik disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensif) yang mengganggu penyesuaian diri individu. Ini mengacu pada teori Freud yang menyatakan bahwa, esensi pribadi seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya dan menyebabkan seseorang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar. Freud (dalam Hawari 2003:23) terdapat 3 unsur psikologik yang terdapat pada diri individu yaitu Id, Ego, dan Super-Ego. Id adalah bagian dari jiwa seseorang berupa dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak manusia dilahirkan yang memerlukan pemenuhan dan pemuasan segera. Unsur Id ini sifatnya vital, menuntut, dan mendesak sebagai suatu mekanisme pertahan diri, sebagai contoh misalnya dorongan atau nafsu makan, minum, seksual, agresivitas dan sejenisnya. Unsur Super-Ego sifatnya sebagai “badan penyensor” memiliki nilai-nilai moral etika yang membedakan mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram dan sejenisnya; atau dengan kata lain merupakan “hati nurani” manusia. Sedangkan unsur Ego merupakan “badan pelaksana” yang menjalankan kebutuhan Id setelah “disensor” dahulu oleh Super-Ego. Ego berfungsi sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Uraian berikut akan menjadi menjadi ilustrasi mengenai peran masing-masing unsur kejiwaan, sebagai contoh misalnya untuk memenuhi kebutuhan (Id) makanan/nafsu 19 makan (rasa lapar) maka seseorang akan melaksanakan kebutuhan itu (Ego) dengan jalan membeli/memasak makanan dan tidak dengan cara mencuri, sebab (Super-Ego) melarangnya. Dalam istilah agama Super-Ego dapat disamakan dengan Iman seseorang. Apabila oleh suatu sebab Ego melakukan pencurian, maka Super-Ego akan “menghukumnya” yaitu dalam bentuk perasaan bersalah dan berdosa. Sebagai kelanjutan timbullah konflik internal antara Id, Ego, dan Super-Ego, dan manakala yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut, pada gilirannya ia dapat jatuh sakit. 3. Psikoreligius Hawari (2003:28-29) mengungkapkan bahwa agama berfungsi sebagai pengendalian diri (self control) dimana fungsi ini akan memperkuat Ego dalam memenuhi kebutuhan Id yang tidak bertentangan dengan Super-Ego. Hal ini berarti kehidupan beragama seseorang merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam memandang sebab terjadinya skizofrenia. Individu yang memiliki kehidupan beragama yang baik tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, ini berarti tindakan-tindakan yang dilakukannya adalah tindakan yang sejalan dengan kebaikan ataupun bukanlah tindakan yang menyimpang. Hal ini menyebabkan individu terhindar dari konflik batin yang dapat memicu timbulnya skizofrenia. Kehidupan agama yang lemah membuat seseorang tidak mempunyai pengendalian diri dan kekuatan dalam menghadapi masalah (stressor) yang muncul sehingga ketika dia mendapatkan sebuah masalah individu akan mudah terguncang jiwanya dan ini dapat memicu terjadinya skizofrenia. Pentingnya riwayat kehidupan beragama bagi penderita gangguan jiwa dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock (2010:425) yang menyatakan bahwa dalam wawancara psikiatrik (anamnesa) perlu ditelusuri latar belakang keagamaannya untuk 20 mengetahui sejauh mana pengaruh agama dalam kehidupan penderita sebelum sakit. Larson, 1992 (dalam Hawari 2003:28) juga menyatakan bahwa komitmen agama amat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Kehidupan beragama merupakan hal penting dalam diri individu, berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagai makhluk beragama kita mempunyai suatu kepercayaan kepada Tuhan yang menjadi pedoman hidup seseorang dan menjadi kekuatan terbesar dalam hidup individu untuk terus bertahan hidup menghadapi bermasalahan kehidupan. Kekuatan terbesar itu bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa yang mampu menyelesaikan segala masalah kehidupan. Prinsip keimanan yang kuat inilah yang menjadi kekuatan seseorang untuk mempertahankan diri dari tekanan psikis ataupun konflik batin sehingga invidu yang memiliki kehidupan beragama yang baik akan lebih sulit jatuh sakit, mampu bertahan dalam mengatasi berbagai penderitaan yang menimpanya, dan mampu bertindak dengan bijak dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Inilah yang menyebabkan seseorang dengan kehidupan beragama yang baik dapat menekan faktor pemicu munculnya skizofrenia. 4. Psikososial Sebagaimana rumusan yang telah diuraikan di muka yaitu faktor “S” (Situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri seseorang) dapat merupakan stressor psikososial. Hawari (2003:30) menyatakan bahwa stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan mental) yang timbul. 21 Kerentaan individu terhadap stressor psikososial ini berbeda-beda tergantung dari tipe kepribadian, kondisi psikis, dan kondisi lingkungan masing-masing individu. Ada atau tidaknya dukungan sosial ataupun dukungan keluarga yang diterima individu juga berpengaruh terhadap ketahanan individu dalam menghadapi stressor psikososial. Tidak semua individu mampu mengatasi dan melakukan stressor psikososial yang menimpanya, ketidakmampuan inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan kejiwaan pada diri individu yang dapat memicu munculnya berbagai gangguan kejiwaan dan salah satunya adalah skizofrenia. Kaplan dan Sadock (2003:708) mengungkapkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentangan spesifik yang dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan akan menimbulkan stres. Skizofrenia adalah suatu penyakit dari otak yang dalam perjalanannya dipengaruhi oleh stressor psikososial. Ketika individu sudah memiliki suatu kelainan pada otak maka ia akan sangat rentang terhadap stressor psikososial. Ini berarti bahwa faktor psikososial merupakan faktor penting yang dapat memicu munculnya gejala skizofrenia ke permukaan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor psikososial secara langsung dan kausatif berhubungan dengan perkembangan perjalanan skizofrenia. Perubahan-perubahan yang serba cepat (rapid sosial changes) sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, telah mempengaruhi tata nilai kehidupan keluarga. Tidak semua orang mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan sosial tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit. Pada sebagian orang perubahan-perubahan sosial yang serba cepat akan menjadi stressor psikososial. 22 Gruenberg (dalam Markam, 2008:76) memberi nama “social breakdown syndrome” sebagai istilah yang sesuai dengan “gangguan jiwa”, karena sebenarnya yang menganggap seseorang terganggu adalah lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial seolah-olah bersifat menekan seseorang untuk bertindak diluar batas kemampuannya, demi mendapat sesuatu yang dituntut oleh lingkungannya. Lingkungan menuntut individu untuk menjadi “makhluk” yang taat norma dan mau tidak mau, bisa ataupun tidak bisa harus bertindak sesuai norma yang berlaku untuk memenuhi kaidah umum yang berlangsung dalam masyarakat. Bila ia tidak berhasil maka ia akan mendapat julukan yang serba negatif (labeling), yang akhirnya menyebabkan seseorang tersebut terisolasi dari lingkungannya. Hass (dalam Markam 2008:77) menyebutkan bahwa menurut pendekatan sosiokultural, penyebab perilaku abnormal antara lain adalah perubahan sosial, kemiskinan, diskriminasi, pengangguran yang merupakan hal-hal yang sulit diatasi. Jadi penyakit jiwa ialah manifestasi personal dari suatu penyakit dan stres dalam masyarakat. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat mengalami konflik kejiwaan yang bersumber dari konflik internal (dunia dalam) dan konflik eksternal (dunia luar). Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga orang tersebut jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam. Manifestasi dari ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan konflik sosial ini adalah individu menjadi menarik diri (withdrawn), melamun (day dreaming), hidup dalam dunianya sendiri yang lamakelamaan timbullah gejala-gejala berupa kelainan jiwa seperti halusinasi, waham (delusi) dan lain sebagainya. Seseorang tidak lagi mampu menilai realitas (reality testing abilityRTA, terganggu) dan pemahaman diri (insight) buruk munculnya skizofrenia (Hawari, 2003:40). merupakan perjalanan awal 23 Sebagai kesimpulan akhir dapat dikemukakan bahwa mekanisme terjadinya skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal tetapi mencakup kesemua aspek kehidupan individu yang dipandang secara komprehensif dengan menggunakan suatu pendekatan yang menyeluruh. Pendekatan tersebut mencakup pendekatan dari sudut pandang organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial, sehingga mekanisme terjadinya skizofrenia dapat dipahami secara lebih mendalam dan utuh tanpa mengabaikan salah satu aspek. Lebih lanjut, dengan mengetahui mekanisme terjadinya skizofrenia maka dapat diberikan penanganan yang memadai dan komprehensif (menyeluruh) dan tidak parsial (terpenggal-penggal) pada penderita skizofrenia sehingga kesembuhan pasien skizofrenia dapat diupayakan dengan maksimal. 2.1.1.4 Gejala Klinis Skizofrenia Pada tahun 1980 T.J. Crow membuat suatu klasifikasi pasien skizofrenia kedalam tipe I yang didasarkan adanya gejala positif dan tipe II yang didasarkan dari gejala negatif (defisit) sebagai berikut (Ibrahim 2011:22-31). a. Gejala Positif 1. Halusinasi Halusinansi yang muncul terdapat pada penderita skizofrenia tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran. Halusinasi yang demikian hanya muncul pada gangguan jiwa skizofrenia dan sangat jarang ditemukan pada gangguan jiwa lainnya. Halusinasi ini berupa halusinasi pendengaran, dalam bentuk suara manusia, bunyi barangbarang atau siulan, terkadang juga ditemui halusinasi penciuman, halusinasi citarasa, atau halusinasi singgungan. Penderita seolah-olah mencium wangi kembang dimanapun ia berada, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia, bahkan ia seolah-olah merasakan ada racun didalam makanannya. 2. Waham 24 Waham yang muncul berupa waham yang tidak logis sama sekali dan sangat bizar (aneh). Umumnya waham tersebut muncul dalam bentuk waham kejar, waham kebesaran, atau waham menyangkut diri sendiri. Karakteristik waham didominasi oleh hal-hal pokok di luar pengawasan pikiran, perasaan, atau perilaku pasien. Waham ini merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun, sehingga penderita skizofrenia meyakini waham yang muncul sebagai sesuatu yang diyakini secara mutlak oleh dirinya. 3. Gangguan Pikiran Formal Positif Gangguan Pikiran Formal berupa penggolongan asosiasi, yaitu berupa obliquely related subject dimana ide-ide berpindah dari subjek ke subyek lainnya dan sama sekali tidak ada hubungannya atau hubungannya sama sekali tidak tepat serta berupa frame of reference yaitu berupa pengertian-pengertian yang tidak ada hubungannya sama sekali namun disatukan secara indiosinkratik. Hal itu sama sekali tidak disadari oleh individu yang menderita skizofrenia. Pelonggaran asosiasi yang semakin berat akan menyebabkan terjadinya inkoherensi, yaitu suatu percakapan yang tidak dapat dimengerti dan kemiskinan isi pembicaraan. Pembicaraan yang secara kuantitas masih baik namun buruk secara kualitas.Gejala lain yang dijumpai adalah neologisme, perseverasi, asosiasi suara (clanging) dan hambat pikir (blocking). 4. Perilaku Aneh Perilaku Aneh terdiri dari: perilaku stereotipik (hal ini merupakan pola pengulangan pergerakan atau cara berjalan), stupor (tidak bergerak), kelainan makanan (memakan sesuatu, tetapi biasanya tidak sampai habis), echopraksia (pergerakan yang analog dengan echolalia, terdiri dari gerakan dan sikap yang palsu dari seorang pasien skizofrenia), negativisme (Penolakan oleh seorang pasien untuk bekerja sama dengan 25 pemeriksa), gejala-gejala somatik, mannerisme (melakukan pengulangan perbuatan tertentu secara eksesif, biasannya dilakukan secara ritual seperti melakukan seremonial). b. Gejala Negatif 1. Pendataran Afektif Afek adalah reaksi emosi atau perasaan yang dikemukakan penderita dan dapat diperiksa atau diamati oleh orang lain. Pendataran afektif merupakan penurunan reaksi emosi seseorang yang terlihat dari; ekspresi wajah yang tidak berubah (Gejala-gejala seperti mutisme, hambatan abnormal/ kesukaran bersuara, kepatuhan secara otomatis dan fleksibelitas seperti lilin), penurunan spontanitas gerak (penderita skizofrenia menarik diri dari kehidupan sosial dan bersikap egosentris, dengan berkurangnya pembicaraan spontan atau gerakkan dan tidak adanya tingkah laku yang bertujuan, termasuk gerakan yang kurang luwes atau kaku, merupakan tanda penurunan spontanitas gerak), hilangnya gerakan ekspresif (pendataran afektif menimbulkan gambaran yang khas pada penderita skizofrenia, dalam bentuk tampak seolah-olah kekakuan, kurang mobilitas), kontak mata yang minim, non-responsivitas afektif (penderita skizofrenia dengan pendataran afektif tampak kaku dalam penggambaran respon wajahnya, yang terlihat dalam bentuk kurangnya respon gerakan, seperti misalnya, sukar tersenyum), afek yang tidak sesuai (ekspresi afektif dikatakan sesuai apabila ekspresi afektif sesuai dengan pikirannya yang dipikirkan, muncul sesuai dengan suara hati yang sedang disandangnya), tidak adanya lagu suara (pada saat pembicaraan, intonasi tampak monoton). 2. Alogia Alogia meliputi ; kemiskinan bicara (penderita skizofrenia yang terganggu realitanya mempunyai gangguan dalam proses pikirnya), kemiskinan isi bicara (pikiran yang tidak logis dan kemiskinan pikiran membuat isi bicara penderita skizofrenia menjadi 26 kacau dan sukar dimengerti), penghambatan (penghambatan/blocking adalah keadaan dimana pikiran mendadak berhenti, seolah-olah berhadapan dengan sebuah tembok), peningkatan latensi respon (penderita skizofrenia mungkin hanya bicara dan menampilkan perilaku yang aneh, dalam pembicaraan penuh dengan kata-kata yang kacau atau kasar yang merupakan respon terhadap halusinasi). 3. Tidak ada kemauan (apatis) Tidak ada kemauan meliputi; berdandan dan higinis (terdapat hendaya dalam fungsi rutin sehari-hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak memperdulikan kerapian diri atau berpakaian /berdandan secara eksentrik) , Tidak tetap dalam pekerjaan atau sekolah (penderita skizofrenia yang mengalami gangguan pada penilaian realitas realitasnya akan mengakibatkan hendaya dalam fungsi personal dan sosialnya), anergia fisik (tidak dapat mengambil keputusan, tidak bertindak dalam suatu keadaan, kadang-kadang terdapat ketidakwajaran aktivitas psikomotor seperti berdiam diri/immobilitas secara apatik yang bisa juga disebabkan karena penumpulan afektifitas seolah-olah tampak seperti ketidakberdayaan, anhedonia-asosialitas (keadaan dimana seseorang tidak dapat merasakan kesenangan atau kegembiraan dan terjadi penurunan emosional terhadap lingkungan sekitarnya), minat dan aktifitas reaksional dan seksual (individu yang menderita skizofrenia keinginan atau dorongan untuk itu sudah tidak ada lagi). Lebih lanjut, sikap apatis pada skizofrenia ini juga terlihat pada keintiman dan keakraban (bersifat bermusuhan atau agresif yang dapat mengganggu keintiman dan keakraban dalam pergaulan), hubungan dengan teman sebaya (anak-anak dan remaja dengan skizofrenia cenderung memiliki riwayat pramorbid tentang adanya penolakan sosial, hubungan dengan teman sebaya yang buruk, perilaku menarik diri dari gangguan akademik dibanding mereka dengan skizofrenia onset dewasa), atensi (atensi merupakan 27 ikhtiar manusia yang dikerjakannya dalam keadaan sadar, guna mencurahkan tenaga/energi ke suatu objek tertentu dan hal ini disadari oleh individu itu sendiri (pada penderita skizofrenia mereka kehilangan atensi), tidak memiliki atensi sosial (selalu terdapat hendaya dalam berbagai fungsi rutin sehari-hari seperti dalam bidang pekerjaan dan hubungan sosial) (Ibrahim 2001:22–30). 2.1.1.5 Pedoman Diagnosis Skizofrenia Pedoman diagnosis gangguan jiwa menurut Maslim (dalam PPDGJ-III 2003: 4647) menyatakan bahwa sedikitnya harus ada satu gejala berikut ini yang amat jelas dan dua gejala atau lebih bila gejala tersebut kurang jelas ataupun tidak menonjol, gejalagejala tersebut yaitu: (a) “thought echo”: isi pikiran dirinya sendiri yang terus berulang atau bergema dalam kepala dan isi pikiran ulangan yang walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda; atau “thought insertion or withdrawal”: isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion )atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan “thought broadcasting”: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; (b) “delusion of control”: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang „dirinya‟: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); “delusional perception”: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; (c) Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh; (d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas; (e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole ide-ide berlebihan 28 (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; (f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; (g) Perilaku katatonik: seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; (h) Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. (Maslim 2003:4647) Gejala-gejala khas setidaknya telah berlangsung dalam kurun waktu satu bulan atau lebih dan tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal serta harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour). Manifestasi dari munculnya gejala-gejala tersebut adalah hilangnya minat, tidak ada tujuan hidup, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan menarik diri secara sosial. 2.1.1.6 Klasifikasi Skizofrenia Maslim (dalam PPDGJ-III 2003:48-51), skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut: 1. F20.0 Skizofrenia Paranoid Skizofrenia paranoid memenuhi semua kriteria umum diagnosis skizofrenia dan ditambah dengan adanya halusinasi serta waham yang harus menonjol dan juga terdapatnya gangguan afektif. Halusinasi dan waham tersebut berupa: (a) Halusinasi yang berupa suara-suara yang berisikan ancaman terhadap pasien atau suara-suara yang memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi, seperti 29 bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa; (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau halusinasi yang bersifat seksual, dan halusinasi lainya yang berkenaan dengan perasaan tubuh. Halusinasi visual tidak bersifat menonjol, tetapi kemungkinan halusinasi ini tetap muncul; (c) Waham yang muncul dapat berupa semua jenis waham, akan tetapi waham yang paling khas adalah waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejarkejar yang beraneka ragam. Kriteria berikutnya yaitu terdapat gangguan afektif berupa dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik yang secara relatif tidak nyata/menonjol. Pasien skizofrenia paranoid adalah tipikal tegang, pencuriga, berhati-hati, tidak ramah serta memiliki interaksi interpersonal yang kaku, formal dan sangat mendalam. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenia paranoid kadangkadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat di dalam situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak. Arif (2006:20) mengungkapkan bahwa prognosa untuk skizofrenia paranoid lebih baik, terutama dengan fungsi mencari nafkah dan kemampuan untuk hidup mandiri. 2. F20.1 Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia hebefrenik memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan onset biasanya mulai usia 15-25 tahun. Salah satu ciri khas yang terlihat, yaitu: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun ciri khas tersebut belum mampu digunakan untuk menentukan diagnosis, masih diperlukan beberapa kriteria lain yang dilakukan untuk pendiagnosisan. Diagnosis skizofrenia hebefrenik memerlukan waktu pengamatan selama 2 atau 3 bulan, hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil diagnosis yang meyakinkan dan untuk memastikan adanya gambaran gejala khas yang merupakan ciri skizofrenia hebefrenik 30 yang muncul dan menetap pada diri invidu. Gambaran khas tersebut berupa: (a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; (b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (selfsatisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); (c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Kriteria lain yang muncul pada skizofrenia hebefrenik juga terdapatnya gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir yang menonjol. Terdapat halusinasi dan waham namun sifatnya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Hilangnya dorongan berkehendak dan bertujuan, sehingga penderita menunjukan perilaku yang tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empety of puspose). Selanjutnya ciri yang berikutnya yaitu terdapat suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. 3. F20.3 Skizofrenia Katatonik Diagnosis skizofrenia katatonik meliputi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia dan terdapat satu atau lebih gambaran klinis yang mendominasi. Gambaran klinis pada skizofrenia katatonik meliputi: (a) stupor (terdapat pengurangan yang drastis pada reaktivitas terhadap lingkungan, gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara); (b) Gaduh gelisah (terlihat aktivitas motorik tak bertujuan yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal, perilaku ini terlihat menonjol); (c) Menampilkan 31 posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh); (d) Negativisme (bentuk perilaku perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah berlawanan yang ditunjukan secara jelas); (e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya); (f) Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan (g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia tidak bisa langsung didiagnosis sebagai skizofrenia katatonik diperlukan bukti adanya gejala-gejala lain yang menjadi penyerta sehingga diagnosis baru bisa ditegakkan. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Dibutuhkan pengawasan khusus terhadap pasien untuk menghindari terjadinya perilaku spontan yang melukai karena perilaku yang muncul sering kali kurang tidak bisa diprediksi. Perawatan medis diperlukan karena untuk mengani adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri. 4. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) Skizofrenia tak terinci merupakan diagnosis yang diberikan kepada pasien yang jelas memenuhi diagnosis umum skizofrenia akan tetapi tidak dapat dengan mudah 32 dimasukkan ke dalam salah satu tipe yang dikarenakan tidak memenuhi diagnosis yang ditentutan pada skizofrenia tipe manapun. Skizofrenia dengan ciri tersebut oleh PPDGJ diklasifikasikan sebagai skizofrenia tak terinci. Kriteria diagnostik skizofrenia tak terinci menurut PPDGJ III yaitu: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid, Hebefrenik, atau Katatonik dan juga tidak memenuhi kriteria untuk Skizofrenia Residual dan Depresi Pasca Skizofrenia. 5. F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis Depresi Pasca-skizofrenia hanya ditegakkan apabila: (a) Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria diagnosis umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ; (b) Beberapa gejala Skizofrenia masih tetap ada, tetapi tidak lagi gambaran klinis yang mendominasi; dan (c) terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan menganggu dan memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif yang telah nampak dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Pasien yang sudah tidak menunjukan diagnosis kriteria umum skizofrenia maka pasien tersebut didiagnosis menjadi Episode Depresif (F32), namun apabila pasien menunjukan gejala skizofrenia yang menonjol maka pasien tersebut digolongkan ke dalam salah satu subtipe diagnosis skizofrenia yang sesuai. 6. F20.5 Skizofrenia Residual Penegakkan diagnosis skizofrenia residual harus memenuhi semua gambaran klinis dengan tujuan supaya diperoleh diagnosis yang pasti dan menyakinkan. Gambaran klinis yang harus dipenuhi meliputi: (a) adanya gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya; perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; (b) Sedikitnya ada 33 riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia; (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia; (d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti yang terus-menerus adanya gangguan skizofrenia tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan sosial, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat. 7. F20.6 Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit untuk dibuat suatu diagnostik yang meyakinkan karena penegakakan diagnosis tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari: (a) gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual (F.20.5) tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik; dan (b) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna dan bermanifestasi pada hilangannya minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tidak memiliki tujuan hidup, dan menarik diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya apabila dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Jarang sekali terdapat waham dan halusinasi. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali, pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai 34 menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran. 8. F20.8 Skizofrenia Lainnya 9. F20.9 Skizofrenia YTT. 2.1.1.7 Perjalanan Penyakit Kaplan dan Sadock (2010:736-737) menyatakan tanda awal dari skizofrenia adalah munculnya simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom pada fase prodormal dalam kurun waktu yang relative singkat berkisar beberapa hari sampai beberapa bulan. Onset pencetus adalah adanya perubahan sosial/ lingkungan yang memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat. Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan,namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Setelah episode psikotik lewat terkadang pasien menjadi depresi dan ini bisa berlangsung seumur hidup. Seiring dengan berjalannya waktu maka akan memasuki fase residual dimana simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada sedangkan simtom negatif relative sulit hilang bahkan bertambah parah sehingga menimbulkan ketidakmampuan secara sosial. Hawari (2003:3-4) menyatakan bahwa seiring dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, anggapan tentang penyakit skizofrenia yang pada mulanya tidak dapat disembuhkan kini anggapan ini berangsur-angsur hilang. Pada dasarnya skizofrenia 35 memenuhi kriteria yang dapat dibuktikan secara ilmiah (rasional) yaitu mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia, penegakan diagnosis penyakit (skizofrenia), oleh karena itu penyakit tersebut dapat diobati dan dari hasil pengobatan ternyata dapat dibuktikan keberhasilannya. Hal ini diartikan bahwa dengan dilakukan penanganan yang baik pada penderita skizofrenia maka gangguan jiwa ini dapat disembuhkan atau dapat diminimalkan terjadinya kekambuhannya. 2.1.1.8 Prognosis Skizofrenia merupakan gangguan yang lebih kronis dan lebih melemahkan daripada jenis gangguan mental lainnya. Hal ini diperkuat oleh McGlashan (dalam Wiramihardja, 2010:149) yaitu bahwa harapan hidup orang-orang dengan skizofrenia adalah 10 tahun lebih pendek daripada orang-orang tanpa gangguan skizofrenia. Kaplan dan Sadock (2010:737) mengungkapkan bahwa dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20% pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun hasil yang ditunjukan kurang begitu bagus, namun skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Rentang angka pemulihan dalah dari 10-60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya. Ibrahim (2011:46) secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada: 36 1. Usia pertama kali timbul (onset): makin muda makin buruk. 2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik. 3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik. 4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat. 5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik. 6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek. 7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introved lebih jelek. 8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek. Tabel 2.2 Prognosis Skizofrenia Prognosis Baik Prognosis Buruk Onset tua dan akut dengan faktor Onset muda dan onset insidious tanpa pencetus jelas faktor pencetus Insight/tilikan baik Insight/tilikan buruk Riwayat sosial dan pekerjaan Riwayat sosial dan pekerjaan yang premorbid yang baik buruk Subtipe paranoid dan katatonik Subtipe disorganisasi / nondiferensiasi Menikah Tidak menikah Riwayat keluarga tidak ada Riwayat keluarga Skizofrenia Predominasi gejala positif Predominasi gejala negatif Respon pengobatan baik Respon pengobatan buruk Dukungan keluarga dan sosial baik Dukungan keluarga dan sosial kurang 2.1.2 Terapi Holistik 2.1.2.1 Pengertian Konsep Holistik dalam Penanganan Gangguan Jiwa Pandangan terapi Holistik pada gangguan jiwa skizofrenia menurut Hawari (2003:96) adalah suatu bentuk terapi yang komprehensif (menyeluruh) dengan 37 menggunakan pendekatan secara organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial serta metode yang manusiawi dan tidak mendiskriminasikan. Neuman, 1994 (dalam Salbiah, 2006:35) menyatakan bahwa konsep dan pengertian holistik dalam perawatan manusia yaitu memandang manusia (klien) sebagai suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi dan berinteraksi secara dinamis. Bagian-bagian tersebut meliputi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual sehingga manusia dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh. Kozier, 1995 (dalam Salbiah, 2006:35) mengemukakan bahwa penanganan holistik adalah dengan memandang semua kehidupan organisme sebagai interaksi. Gangguan pada satu bagian akan mengganggu sistem secara keseluruhan, dengan kata lain adanya gangguan pada salah satu bagian akan menimbulkan dampak pada keseluruhan. Salbiah (2006:34) mengungkapkan bahwa konsep holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Erikson (dalam Marriner-Tomey, 1994) juga mengemukakan tentang holism, yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang terdiri dari banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan. Secara umum disimpulkan bahwa pengertian holistik dalam penanganan manusia mengacu pada asumsi yang menyatakan bahwa suatu bentuk penanganan yang utuh dan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan manusia meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Aspek-aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipandang sebagai satu bagian secara parsial. 38 2.1.2.2 Pengertian Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Pengertian Terapi Holistik di GPSY yaitu konsep terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan yang utuh meliputi aspek fisik, psikis dan sosial dimana kesemua aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain. 2.1.2.3 Model Penanganan Skizofrenia Hawari (2003:96) mengungkapkan bahwa terapi yang holistik untuk penanganan gangguan jiwa skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (terapi dengan obat-obatan anti skizofrenia), psikoterapi (psikoterapi individu dan psikoterapi keluarga), psikososial, dan psikoreligius. Kaplan dan Sadock (2010:738) menyatakan bahwa perawatan pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi terapi somatik (obat-obatan antipsikotik dan obat-obatan penunjang),terapi psikososial (terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, dan terapi individual). Halgin dan Whitbourne (2010:67) menjelaskan bahwa model-model penanganan komprehensif (holistik) pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi treatmen biologis (obatobatan), treatmen psikologis (terapi kognitif perilaku-pelatihan ketrampilan sosial), treatmen sosiokultural (pelatihan okupasi dan psikoedukasi bagi keluarga). Wiramihardja (2005:174) menjabarkan mengenai pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam intervensi meliputi perlakukan biogis (obat-obatan); terapi-terapi psikologi (terapi psikodinamis, perilaku, terapi kognitif); pendekatan sosial (terapi interpersonal dan terapi keluarga). Secara umum disimpulkan bahwa penanganan holistik yang digunakan dalam penanganan skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (berkaitan dengan obat-obatan), psikoterapi (individual dan kelompok), psikoreligius (kerohanian pasien) dan psikososial (ketrampilan sosial dan pendekatan kekeluarga). 39 2.1.2.4 Penerapan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Secara garis besar kegiatan terapi Holistik di GPSY dapat digambarkan sebagai berikut ; 1. Terapi Medis meliputi; pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kesehatan, konseling kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan olahraga 2. Terapi Rohani meliputi; doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani, permainan musik rohani dan; 3. Terapi Sosial meliputi; diskusi kelompok, terapi kerja (waserda, penjualan bensin, perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan dan refresing. 4. Home Visit (kunjungan keluarga) dan Konseling Keluarga, diberikan kepada keluarga pasien dan keluarga mantan pasien pada saat proses bimbingan lanjut. Terapi Holistik di GPSY tidak dibatasi hanya pada terapi medis, rohani dan sosial tetapi penerapan Terapi Holistik ini juga dikembangkan dalam pola hubungan sehari-hari antara pasien, terapis dan mentor yang dikemas dalam konsep tempat rehabilitasi berbasis “home care” yaitu dengan membatasi jumlah pasien skizofrenia yang dirawat hanya makimal 30 orang dalam satu periode, ini dilakukan demi keefektifan dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan meminimalkan tingkat kekambuhan pasien pasca pulang dari tempat perawatan/rehabilitasi. Home care merupakan suatu pola kehidupan panti yang dikemas dengan pola kehidupan keluarga dengan menciptakan suasana di dalam suatu rumah tangga yang harmonis, dimana semua pasien memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari suatu keluarga seperti mentor dan terapis sebagai orang tua, pasien yang lebih tua sebagai 40 kakak yang melindungi adik-adiknya (pasien yang lebih muda). Kegiatan sehari-hari yang dilakukan dipanti dilakukan secara bersama-sama antara mentor dan pasien, sehingga terciptalah kehidupan di dalam panti seperti suatu rumah tangga yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor, terapis dan pasien. 2.1.2.5 Alur Perawatan Pasien dengan Menggunakan Terapi Holistik di GPSY 1. Pendaftaran/Penerimaan Pasien Pasien dibawa oleh keluarga/kepolisisan/Rumah Sakit/Lembaga Keagamanan/Instansi lainnya. 2. Anamnesa Proses wawancara guna mengetahui gambaran kondisi pasien sebelum pasien dirawat di GPSY (riwayat masalah pasien secara fisik,mental dan sosial). Markam (2008 :112) anamnesa merupakan kegiatan menanyakan kepada pasien mengenai suatu persoalan yang dialaminya, mengenai riwayat hidupnya. 3. Proses Terapi Pelaksanaan dan penerapan Terapi Holistik kepada pasien. 4. Sosialisasi/Persiapan pulang Pasien masuk tahap sosialisasi guna menghadapi masa proses kepulangan ke keluarga dan lingkungannya, dengan demikian keluarga serta lingkungan kehidupan pasien dapat mempersiapkan diri untuk menerima kehadiran pasien kembali. Tahap ini merupakan tahap sosialisasi dan adaptasi pasien dengan keluarga beserta lingkungannya dan juga sebaliknya, sehingga ketika pasien sudah diperbolehkan untuk pulang keluarga dan lingkungan kehidupan pasien sudah siap menerima kepulangan pasien. 5. Bimbingan Lanjut/Binjut Pasien yang yang telah selesai mengikuti program terapi di panti rehabilitasi Griya Pemulihan Siloam memperoleh bimbingan lanjut selama 3 bulan. Bimbingan 41 Lanjut ini berfungsi untuk mengontrol dan memonitoring keadaan/kondisi pasien beserta lingkungan kehidupan pasien sepulangnya menjalani perawatan. Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah terjalin hubungan yang serasi dan “sehat” antara pasien, keluarga dan lingkungan kehidupan pasien. Bagi yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya akan memperoleh visit dari petugas panti rehabilitasi serta surat pembinaan. Bagi pasien yang berdomisili diluar Yogyakarta bimbingan lanjut dilakukan via surat/telp. 6. Terminasi Terminasi adalah proses pemutusan hubungan kerja artinya hubungan kerja antara pihak GPSY dan pihak pasien dianggap selesai. 2.1.2.6 Tahapan dalam Terapi Holistik di GPSY 1) 4 bulan masa sosialisasi: masa pengenalan pasien terhadap lingkungan, mentor, psikiater, psikolog dan anggota-anggota yang berpartisipasi dalam proses terapi. Ini masa awal untuk mengenali pasien secara lebih detail tentang masalah-masalah apa yang harus diperbaiki dalam diri pasien serta obat apa yang sesuai. 2) 3 bulan masa terapi: meliputi terapi medis, terapi rohani, dan terapi sosial. 3) 4 bulan masa persiapan pulang: pasien dikembalikan kepada lingkungan masyarakat, diisi dengan kegiatan sosial, yaitu jalan-jalan ke mall, pantai dan tempat wisata lainya serta berbagai kegiatan outdoor yang bersinggungan dengan dunia luar. 4) 1 minggu masa cuti: pasien kembali ke keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal untuk kemudian dievalusi masalah-masalah apa yang perlu diperbaiki dalam struktur sosial dan keluarganya. 5) 3 bulan terapi lanjutan: terapi yang dilakukan berdasarkan evaluasi dari masa cuti. Pasien diajarkan keterampilan berwirausaha dan terjun langsung ke masyarakat. 42 6) 3 bulan masa bimbingan lanjutan: Pasien yang yang telah selesai mengikuti program terapi di GPSY memperoleh bimbingan lanjut selama 3 bulan. Bagi yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya akan memperoleh visit (kunjungan) dari petugas GPSY serta surat pembinaan. Bagi pasien yang berdomisili diluar Yogyakarta bimbingan lanjut dilakukan via surat/telp. 2.2 Kajian Pustaka Berdasarkan tinjauan teoritik dan kepustakaan yang penulis lakukan dengan membaca beberapa literatur, media, dan jurnal ilmiah. Belum ada penelitian sebelumnya mengenai variabel dalam penelitian ini. Namun, banyak penelitian sebelumnya yang relevan dengan kajian dalam penelitian ini dan menjadi referensi dalam penelitian ini yaitu; Penelitian Ayu (2012:70) mengenai hubungan antara resilisensi dengan religiusitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan resiliensi, religiusitas menciptakan self suggestion dan kemudian meningkatkan resiliensi karena dengan adanya pemahaman mengenai religiusitas sebagai landasan utma bagi individu dalam menemukan ketenangan diri dan batin dalam situasi sulit, yang dimana ketenangan diri dan batin ini dapat memunculkan suatu ketahanan diri (resiliensi) ditengah keadaan yang sulit. Lebih lanjut, resiliensi mampu memulihkan skizofrenia, sesuai yang diungkapkan oleh Pertiwi (2011:7) yang menyatakan bahwa resiliensi berperan penting dalam mempertahankan diri supaya tidak terjadi relaps dan mempertahankan kepulihannya selama menjalani rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi sekaligus menjadikan penderita mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri sehingga individu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan berbagai stressor yang ada. 43 Penelitian Wakhid dkk (2013:46) mengenai penerapan terapi latihan ketrampilan sosial pada klien isolasi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa latihan ketrampilan sosial dapat meningkatkatkan kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial dan harga diri rendah, terapi latihan ketrampilan sosial akan melatih klien dalam meningkatkan hubungan dengan orang lain dengan cara memberikan pengetahuan serta kemampuan bagaimana menjalani hubungan dengan orang lain yang akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai harga diri yang positif. Hal ini diakibatkan karena sebelum diberikan terapi, klien merasa malu, minder dan tidak percaya diri untuk membina hubungan sosial dengan lingkunganya sedangkan setelah diberikan terapi, didapatkan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan sosial klien. Penelitian Nurdiana dkk (2007:9) tentang hubungan antara dukungan keluarga dan frekuensi terjadinya relaps pada klien. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Lebih lanjut, pentingnya peran dukungan keluarga dalam memulihkan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan diperkuat melalui penelitian Ambari (2010:22) yaitu mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa, semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula keberfungsian sosial pasien dan sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga, semakin rendah pula keberfungsian sosial pasien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit. 2.3 Dinamika Psikologis 44 Dinamika psikologis adalah kerangka pikir mengenai penelitian. Kerangka pikir ini menjelaskan mengenai alur-alur teoritik dari penelitian. Dinamika psikologis dalam penelitian ini akan dijelaskan melalui bagan berikut; SKIZOFRENIA ORGANOBIOLOGI PSIKODINAMIK K Faktor genetik Virus Auto-antibody Malnutrisi PSIKORELIGIUS PSIKOSOSIA Konflik/ Konflik/ L Keluarga, ketidakseimbanga ketidakseimbanga Hubungan n antara Id, Ego, n Interpersona antara Nafsu, dan Super-Ego akhlak dan Iman TERAPI HOLISTIK l, Lingkungan HOME CARE Terapi Medis Terapi Rohani dan Psikologis Terapi Sosial Pemeriksaan Pembinaan kerohanian, konseling rohani, Pembinaan psikiater & dokter, ibadah, ritual konseling & terapi pembinaan keagamaan psikologis kelompok, pelatihan kesehatan pribadi/ lingkungan dan olahraga. doa, diskusi dan rohani, terapi (psikoanalisis, behavior, humanistik). life skill , refresing Mengurangi/menghilangkan gejalagejala skizofrenia yang disebabkan oleh faktor genetik, virus, auto-antibody, malnutrisi. Memperkuat struktur kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality), memperkuat ego (ego strength), meningkatkan self estem, memulihkan kepercayaan diri (self confidence), tercapainya kehidupan yang bermanfaat (meaningfulness of life). Memperoleh ketenangan diri melalui kedekatan dengan Tuhan & meningkatakan self control. Mampu beradaptasi serta berinteraksi dengan lingkungan sosial & keluarga, memiliki life skill sebagai modal bekerja. Sembuh secara Medis Sembuh secara Religius family edukasi, terapi keluarga, pelatihan kecakapan sosial. Sembuh & Sosial Psikis Kambuh sosial, Tidak Kambuh Bagan 2.1 Kerangka Berfikir secara 45 Berdasarkan bagan dinamika psikologis dapat diperoleh mengenai alur teoritik penelitian. Penelitian ini mengungkap mengenai perlakuan atau penanganan skizofrenia yang ada di lapangan yaitu dengan menggunakan Terapi Holistik yang terdiri dari Terapi Medis, Terapi Rohani dan Psikologis, Terapi Sosial, Home Care serta Home Visit dan Konseling Keluarga. Terapi Holistik dilandasi dengan empat macam pendekatan, yaitu pendekatan secara medis (psikofarmaka), religius dan psikologis (psikoreligius dan psikoterapi), serta sosial (psikososial). Ini sesuai dengan pendekatan yang digunakan untuk melihat mekanisme terjadinya skizofrenia yaitu meliputi pendekatan secara organobiologik, psikodinamik, psikoreligus dan psikososial. Dari ke-empat pendekatan ini diperoleh suatu gambaran bahwa mekanisme terjadinya skizofrenia harus dilihat sebagai sesuatu kesatuan yang utuh mencakup kesemua aspek kehidupan pasien. Oleh karena itu penanganan terhadap skizofrenia juga harus dilakukan secara komprehensif meliputi kesemua aspek kehidupan pasien. Terapi Holistik terdiri dari sistem home care dan 3 terapi pokok, yaitu; “Home Care” merupakan pola hubungan sehari-hari antara pasien dengan pasien dan pasien dengan mentor yang dikemas dengan pola kehidupan keluarga dengan menciptakan suasana di dalam panti seperti suasana di dalam rumah yang harmonis, dimana semua pasien memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari suatu keluarga seperti mentor sebagai orang tua, pasien yang lebih tua sebagai kakak yang melindungi adik-adiknya (pasien yang lebih muda). Kegiatan sehari-hari yang dilakukan dipanti dilakukan secara bersama-sama antara mentor dan pasien, sehingga terciptalah kehidupan di dalam panti seperti suatu rumah tangga yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor dan pasien. Home care ini membatasi jumlah pasien skizofrenia yang dirawat di panti hanya maksimal 30 orang dalam satu periode, ini 46 dilakukan demi keefektifan dan kualitas penyembuhan yang benar-benar maksimal dan meminimalkan tingkat kekambuhan pasien pasca pulang dari tempat perawatan/rehabilitasi. Tiga terapi pokok yang dilakukan di GPSY meliputi; Terapi Medis; pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kesehatan, konseling kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan olahraga; Terapi Rohani dan Psikologis ; doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani, permainan musik rohani dan Terapi Sosial ; diskusi kelompok, terapi kerja (waserda, penjualan bensin, perikanan, perkebunana), pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan dan refresing, serta Home Visit dan Konseling Keluarga, yaitu dengan melakukan kunjungan ke keluarga untuk selanjutnya diberikan konseling. BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian karena dapat mempengaruhi keefektifan suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang hendak dicapai. Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pada bab ini akan dibahas metode yang digunakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian, yakni meliputi jenis dan desain penelitian, unit analisis, sumber data, metode dan alat pengumpul data, keabsahan data, dan analisis data. 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Moleong (2007:2) menyatakan ada dua jenis penelitian yakni penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang didasarkan perhitungan statistik, antara lain: perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan sebagainya. Penelitian kuantitatif melibatkan angka, perhitungan dan kuantitas; sedangkan Moleong (2007:6) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai suatu pendekatan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah. 47 48 Berdasarkan latar belakang fenomena yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai Terapi Holistik sebagai model penanganan skizofrenia yang dikembangkan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) maka penelitian ini lebih tepat bila dikaji dengan menggunakan metode kualitatif. Alasan pemilihan penggunaan metode kualitatif adalah agar pembaca lebih mudah dan mengerti mengenai substansi dari penelitian ini, karena disajikan dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami daripada menggunakan angkaangka sebab penelitian ini bertujuan mengungkap data secara mendalam mengenai suatu fenomena. Artinya, penelitian ini lebih ditekankan pada hasil berupa kualitas bukan kuantitas. Data dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Williams (dalam Moleong, 2007:5) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian ilmiah. Oleh karena itu, penelitian kualitatif ini diarahkan pada latar dan karakteristik individu tersebut secara menyeluruh sehingga individu atau organisasi dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan, bukan dikategorikan ke dalam variabel atau hipotesis. Hasil penelitian diarahkan dan ditekankan pada upaya memberi gambaran seobjektif dan sedetail mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari objek studi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus. Poerwandari (2001:65) menjelaskan bahwa studi kasus merupakan fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak 49 sepenuhnya jelas. Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi kasus eksplanatoris, yaitu suatu studi kasus yang dilakukan memberikan suatu penjelasan-penjelasan tandingan untuk rangkaian peristiwa yang sama dan menunjukan bagaimana penjelasan semacam itu mungkin bisa diterapkan pada situasi-situasi yang lain (Ying, 1995:6). Pendekatan eksplanatoris digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, yaitu tentang bagaimana model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Penelitian ini akan mengkaji sebuah kasus yakni kasus penanganan skizofrenia menggunakan Terapi Holistik yang terdapat di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). Kasus tersebut memiliki konteks natural dan tanpa intervensi dari peneliti. Berdasarkan kasus tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menyoroti, menerangkan dan menginterpretasikan kasus tersebut sehingga akan didapat penelitian yang lebih mendalam jika dihasilkan dalam hasil penelitian yang berupa kata-kata apa adanya sesuai dengan yang diungkapkan dan sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dilakukan oleh subjek. Lebih lanjut, latar dan tujuan penelitian ini hanya dapat dilakukan melalui desain penelitian studi kasus. Ringkasan mengenai paparan diatas, yaitu bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus eksplanatoris. Adapun kasus yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu mengenai penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi dikembangkan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). Holistik yang 50 3.2 Unit Analisis Moleong (2007:224) unit analisis dalam penelitian kualitatif dimulai dari asumsi bahwa suatu perilaku manusia tidak dapat terlepas dari konteksnya dan erat kaitanya dengan faktor-faktor kontekstual. Maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber dan bangunannya (constructions). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Sampling juga bermaksud untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Lebih lanjut, Sugiyono (2010:54) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya sampel yang diambil merupakan orang yang dianggap paling tau tentang apa yang kita harapkan sehingga memudahkan peneliti untuk memahami situasi/obyek yang diteliti dan memperoleh hasil yang diharapkan. Saratos (dalam Poerwandari, 2001:53) prosedur penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, karakteristik tersebut antara lain: a) tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, tetapi pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian; b) pengambilan sampel tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya; dan c) pengambilan sampel tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks. 51 Lebih lanjut, Moleong (2007:225) mengungkap penetapan sampel besarnya dan strategi sampel, besarnya dan strategi sampling bergantung pada penetapan satuan kajian (unit analisis). Unit analisis adalah informasi yang ingin digali berdasarkan konteks penelitian yang telah ditentukan. Unit analisis ditentukan berdasarkan fokus kajian yang digali dalam penelitian dan dibagi berdasarkan aspek-aspek yang ingin digali sehingga membentuk sub unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu mengenai Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia yang digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 3.1 Unit Analisis Penelitian Unit Analisis Sub Unit Analisis Terapi Holistik Kondisi pasien Narasumber Primer Sumber Data Sekunder Sumber Sumber Wawancara Observasi. dalam sebelum informasi utama informasi menangani dilakukan “Terapi untuk mendapat sebagai skizofrenia. Holistik” jawaban check Prosedure unit analisis dan informasi pelaksanaan sub unit analisis didapat dari “Terapi Holistik” narasumber dalam menangani utama dan cross atas yang dari Wawancara, Observasi dan Dokumentasi skizofrenia Kondisi pasien Wawancara setelah dilakukan Observasi “Terapi Holistik” Wawancara dan dan Observasi Prediksi Wawancara pemulihan pasien Observasi Keefektifan Wawancara “Terapi Holistik” Observasi dan dan menangani skizofrenia Tanggapan Wawancara dan 52 keluarga dan Observasi lingkungan sosial pasien terhadap model penanganan skizofrenia melalui “Terapi Holistik” 3.3 Sumber Data Berdasarkan pada fokus kajian penelitian yaitu Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia, maka peneliti menentukan sumber data dari penelitian ini yaitu narasumber utama dan narasumber sekunder. Narasumber utama berfungsi sebagai tempat penggalian informasi yang utama. Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck atas informasi yang didapatkan dari narasumber utama. Penentuan narasumber dilakukan setelah penulis melakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2012. Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian dalam rangka untuk mengetahui lebih jelas obyek penelitian, gambaran situasi dan kondisi area penelitian, yaitu di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). Pemilihan narasumber harus didasarkan pada kriteria tertentu yang sesuai dengan unit analisis dan sub unit analisis. 3.3.1 Narasumber Utama Narasumber utama merupakan sumber utama yang dianggap paling mengetahui tentang unit analisis. Narasumber utama yaitu ibu Ngizthy Nalle yang merupakan mentor sekaligus pengurus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta 53 (GPSY) yang dianggap mengetahui tentang seluk beluk Terapi Holistik sehingga dapat diperoleh informasi mengenai unit analisis. 3.3.2 Narasumber Sekunder Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck atas informasi yang didapatkan dari narasumber utama dan untuk menggali lebih jauh tentang unit analisis, sehingga diperoleh hasil yang lebih mendalam serta komprehensif. Pemilihan narasumber sekunder juga harus didasarkan pada kriteria. Narasumber sekunder terdiri dari yaitu: a) Dua orang mentor Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini didasarkan kriteria bahwa mentor tersebut dianggap mengetahui tentang penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. b) Satu orang pasien skizofrenia yang masih menjalani perawatan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini didasarkan pada kriteria bahwa pasien dianggap orang yang sedang menjalani perawatan dengan Terapi Holistik sehingga dapat memberikan informasi pada sub unit analisis terkaitan Terapi Holistik dalam menangani pasien skizofrenia. c) Satu orang mantan pasien skizofrenia yang telah pulih setelah selesai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik. Ini didasarkan pada kriteria bahwa narasumber ini dianggap sebagai orang yang merasakan secara langsung keefektifan Terapi Holistik sehingga dapat diperoleh informasi mengenai keseluruhan sub unit analisis. 54 d) Satu anggota keluarga pasien dan keluarga mantan pasien yang sudah pulih dengan Terapi Holistik. Anggota keluarga dapat memberikan informasi tentang tanggapan mengenai manfaat Terapi Holistik yang diberikan kepada pasien dan penanganan yang diberikan kepada keluarga sebagai bagian dari Terapi Holistik. e) Dua orang masyarakat lingkungan sekitar Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). Ini diharapkan dapat mewakili masyarakat sekitar GPSY dalam memberikan tanggapan mengenai penanganan skizofrenia dengan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. 3.4 Metode dan Pengumpul Data Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian yang akan menjadi awal untuk keseluruhan proses penelitian. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Menurut Bogdan (dalam Moleong, 2007:164) mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang mencirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek didalam lingkungan subyek. Peranan peneliti yang merangkap sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa peneliti adalah instrumen penelitian yang utama, serta sebagai alat pengumpul data dalam suatu penelitian (Moleong 2007:168). 55 Peneliti merupakan instrumen penelitian utama dalam proses pengumpulan data penelitian kualitatif. Kondisi peneliti, pertanyaan yang diajukan peneliti dan seberapa dalam hal dapat diungkap bergantung pada peneliti. Terkait dengan hal tersebut, peneliti harus mempersiapkan dan membekali diri dengan ilmu yang cukup agar dapat terjalin interaksi yang baik antara peneliti dengan informan. Sehingga dapat diperoleh informasi yang mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas. Pengumpulan data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya sampai dengan tahapan penarikan kesimpulan. Oleh karena itu dalam proses pengumpulan data diperlukan metode yang benar untuk memperoleh data-data yang akurat, relevan dan dapat dipercaya kebenarannya. Data-data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif harus diperoleh secara lengkap, dalam dan akurat, oleh karena itu diperlukan penggunaan beberapa macam teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sebagai teknik pengumpulan data pelengkap dilakukan perekaman. Alat perekam digunakan sebagai bukti adanya proses pencarian informasi sebagai data penelitian, selain itu alat perekam dapat digunakan untuk membantu proses pengolahan data dengan lebih mudah. Peneliti juga akan melakukan croscek data terhadap keluarga, masyarakat sekitar GPSY dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien. Masing-masing teknik ini dapat dilakukan sendiri-sendiri, namun pada kenyataan dilapangan akan dilakukan secara bersamaan dengan teknik lainnya. 56 Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penggunaan beberapa macam teknik ini saling melengkapi dan mengurangi kelemahan yang ditimbulkan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi: 3.4.1 Wawancara Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004:63) menyatakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Menurut Lincoln dan Buba (dalam Moleong, 2007:186) tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yakni interviewer dan interviewee. Interviewer adalah orang yang mengajukan pertanyaan. Interviewee adalah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan. Wawancara dijadikan sebagai alat pengumpul data yang utama dalam penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin/semi-structured interviews. Menurut Rahayu dan Ardiani (2004:79) dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara menggunakan interview guide/pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa kalimat-kalimat yang permanen (mengikat). Interview guide yang dibuat diperlukan supaya jalan tanya jawab diharapkan tidak menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan dalam persiapan-persiapan yang seksama, namun catatan-catatan pokok/interview guide/ 57 pedoman wawancara yang dibuat bersifat fleksible artinya masih memungkinkan variasi-variasi pengajuan pertanyaan yang disesuaikan dengan selera situasi yang ada. Wawancara juga dilakukan secara mendalam dengan cara melakukan wawancara secara berkala dan terus-menerus (continues) dalam kurun waktu yang relatif lama. Melalui cara tersebut akan diperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam.Wawancara dilakukan kepada subyek penelitian dan narasumber penelitian. Wawancara dilakukan secara berkala dan berkelanjutan (continues). Wawancara dilakukan terlebih dahulu kepada narasumber utama sebagai penghasil informasi utama mengenai Terapi Holistik. Wawancara selanjutnya dilakukan kepada narasumber sekunder yang berfungsi sebagai crosscheck serta menguatkan informasi yang diperoleh. Wawancara merupakan teknik pengumpul data yang berperan besar dalam penelitian ini yaitu sebagai metode pengumpulan data utama untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang valid sesuai dengan fokus penelitian, oleh karena itu wawancara harus dilakukan tatap muka secara langsung (face to face) dengan narasumber penelitian. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk menggali data-data dan informasi yang berkaitan dengan unit analisis yaitu mengenai Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, meliputi kondisi pasien sebelum dilakukan Terapi Holistik, prosedur pelaksanaan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, kondisi pasien setelah dilakukan Terapi Holistik, prediksi 58 kekambuhan pasien, keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, dan tanggapan keluarga serta lingkungan masyarakat mengenai model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik. 3.4.2 Observasi Observasi adalah pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-cheking atau pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Rahayu dan Ardani, 2004:1). Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2001:70). Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Patton (dalam Poerwandari, 2001:71) hasil observasi menjadi data penting dalam suatu penelitian karena alasan berikut ini: (1) Peneliti akan mendapatkan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai konteks tentang suatu hal yang diteliti apakah ada atau terjadi; (2) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dengan berada pada situasi lingkungan nyata kecenderungan untuk dipengaruhi akan berkurang; (3) Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang kurang disadari oleh partisipan maupun subyek penelitian; 59 (4) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena suatu hal tidak bisa diungkapkan oleh subyek penelitian dalam wawancara; (5) Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subyek penelitian atau pihak-pihak lain; (6) Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersifat introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Paparan diatas dijadikan alasan penggunaan metode observasi dalam penelitian. Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak dapat dikumpulkan melalui teknik pengumpul data lainnya. Beberapa hal yang tidak dapat diungkap melalui metode lain antara lain: (1) Tata laksana, penerapan serta tahapan teknik Terapi Holistik yang meliputi tiga terapi pokok yaitu terapi medis, terapi rohani terapi sosial serta kegiatankegiatan yang berlangsung di GPSY; (2) Kondisi mentor dan pasien, yaitu pola interaksi antara mentor dan pasien saat berlangsungnya terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari di GPSY; (3) Kondisi tempat dan setting penelitian meliputi lingkungan fisik baik di dalam GPSY maupun lingkungan sekitar GPSY. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak kalah penting dalam penelitian ini, observasi digunakan secara bersamaan dengan wawancara dan dokumentasi yang tujuannya untuk memperkuat informasi yang diberikan narasumber untuk selanjutnya di cross cek dengan kenyataan yang ada 60 dilapangan. Oleh karena itu observasi harus dipersiapkan secara matang agar diperoleh data yang relevan, akurat dan efisien Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-sehari orang yang dijadikan sumber data penelitian. Observasi dilakukan dengan cara peneliti ikut melakukan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Observasi partisipan memungkinkan untuk memperoleh data secara lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Stainback (dalam Sugiyono, 2010:65) menyatakan “In participant observation, the researcher observer what people do, listen to what they stay, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipan peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti akan tinggal di GPSY dan mengikuti aktivitas sehari-hari yang dilakukan di GPSY, disini peneliti akan berperan sebagai mentor/terapis, dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan secara tertutup. Artinya peneliti tidak memberitahukan kepada subjek dan juga lingkungan sosial subjek mengenai adanya pengamatan ini, agar perilaku yang tampak adalah perilaku yang apa adanya dan tidak dibuat-buat. 3.4.3 Catatan Lapangan Catatan lapangan ini dimaksudkan untuk mencatat hasil observasi dan wawancara pada saat pengumpulan data dilapangan. Catatan lapangan dibuat 61 sesingkat mungkin kemudian setelah itu baru disempurnakan ketika peneliti sudah selesai melakukan observasi dan wawancara di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kelalaian terhadap data yang diperoleh dilapangan yang dikarenakan ingatan seseorang yang bersifat terbatas. Bogdan dan Biklen (dalam Moleng, 2007:209) mendefinisikan catatan lapangan sebagai suatu catatan tertulis tentang apa yang dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dilakukan dengan pencatatan tertulis/ coretan pada saat berada dilapangan yang penulisannya sangat dipersingkat dengan menggunakan kata-kata kunci yang didasarkan atas hasil yang didapat dari teknik lain yaitu observasi dan wawancara. Catatan lapangan dibuat secara deskriptif dan diberi tanggal, waktu, lokasi serta informasi-informasi dasar penting lainnya. Pencatatan tidak dilakukan langsung pada saat di lapangan karena dapat mempengaruhi perilaku alamiah. Moleong (2007:216) mengungkapkan tentang langkah-langkah penulisan cacatan lapangan sebagai berikut : (1) Pencatatan awal. Dilakukan sewaktu berada dilapangan yaitu hanya dengan menuliskan kata-kata kunci pada buku nota, hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu. (2) Pembuatan catatan lapangan lengkap yang dilakukan setelah kembali dari lapangan. Dilakukan dengan suasana yang tenang supaya tidak ada yang terlewatkan sehingga diperoleh hasil catatan lapangan yang lengkap. 62 (3) Langkah ketiga yaitu apabila ada sewaktu kembali ke lapangan dan teringat ada sesuatu yang belum dimasukkan maka segera hal itu dimasukkan. Berdasarkan hal tersebut, catatan lapangan merupakan teknik pengumpul data yang tidak kalah penting dilakukan dalam penelitian ini. 3.4.4 Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan menunjang teknik wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data. Dokumetasi dapat berupa gambar, foto, rekaman, catatan lama atau data-data lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.4.1 Rekaman (Video Dokumenter) Peneliti menggunakan alat bantu camera digital Kodak yang digunakan untuk memotret dan merekam objek penelitian. Objek tersebut adalah subjek dan setting penelitian, kegiatan dan proses terapi, serta proses penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan pembuatan film dokumenter mengenai proses penelitian, yakni pelaksanaan Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). 3.4.4.2 Lembar Assesment Pasien Dokumentasi di sini maksudnya adalah bukti tertulis berupa data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dianalisis adalah lembar assessment/pemeriksaan yang dilakukan psikiater dan mentor saat pasien masuk ke GPSY. 63 3.5 Analisis Data Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya adalah analisis data. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2006:248) mendefinisikan analisis data penelitian kualitatif sebagai: “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Analisa data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data. Data yang didapat dari latar penelitian merupakan data mentah yang harus diolah supaya didapatkan suatu data yang siap disajikan menjadi hasil dari suatu penelitian. Adapun proses analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan penyusunan hipotesis kerja. 3.5.1 Reduksi Data 3.5.1.1 Identifikasi Satuan (Unit) Moleong (2007:288) menyatakan bahwa indentifikasi satuan yaitu mengidentifikasikan satuan bagian terkecil yang ditemukan di dalam data-data dan memiliki makna yang terkait dengan fokus dan masalah penelitian. Identifikasi satuan diperoleh dari catatan lapangan dari hasil wawancara dan observasi yang ditelaah kemudian dicari satuannya. Penelaahan dan pencarian satuan dilakukan dengan cara mencari dan mengenali data berdasarkan kata-kata kunci yang terkait dengan fokus kajian dan masalah penelitian. Setelah itu, dilakukan identifikasi berdasarkan unit tersebut. 3.5.1.2 Koding 64 Moleong (2005:288) mengungkapkan langkah setelah diperoleh satuan adalah dengan pembuatan koding. Pembuatan koding adalah pemberian kode pada setiap “satuan” yang dimaksudkan untuk mempermudah penelusuran sumber data pada masing-masing satuan. Pembuatan koding akan terlihat melalui indeks dan format pencatatan lapangan, baik pada transkip hasil wawancara maupun transkip hasil observasi. Koding itu akan terlihat dari pemberian kode pada setiap transkip. Kode tersebut berupa penulisan identitas narasumber, nomor halaman, tanggal pelaksanan, dan pemberian kode pada judul pembicaraan tertentu. 3.5.2 Kategorisasi Moleong (2005:288) menyatakan bahwa kategorisasi adalah sebuah upaya yang dilakukan dengan cara melakukan pemilah-milahan pada setiap satuan yang memiliki kaitan dengan tema dan kemudian dibuat menjadi kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Setiap kelompok didasarkan pada kategori tertentu kemudian kategori tersebut diberi nama, nama pada setiap kategori ini disebut label. Kategorisasi terlihat melalui kartu indeks. Proses kategorisasi adalah mengelompokkan satuan-satuan yang memiliki kesamaan dan kaitan dengan tema tertentu menjadi satu. Setelah semua dikelompokan, masing-masing kelompok diberi label tema pada satuan tersebut. Kategorisasi dilakukan terus hingga semua satuan masuk dalam masing-masing tema atau label yang tercantum di kartu indeks. 3.5.3 Sintesisasi 65 Sintesisasi adalah proses mengkaitkan antara suatu kategori dengan kategori lainya. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama atau label lagi. Sintesisasi dilakukan setelah reduksi dan kategori data telah terlebih dahulu diselesaikan. Proses sintesisasi dilakukan dengan melakukan perbandingan antar kategori, seperti yang telah tercantum pada daftar kategori dan satuan masing-masing di dalam kartu indeks. Perbandingan tersebut digunakan untuk menyusun hipotesis atau teori yang berkaitan. Teori dapat dikembangkan berdasarkan integrasi antara masing-masing kategori dan satuannya. Lebih lanjut, berdasarkan isi dan integrasi dari setiap kategori dapat dibuat uraian, uraian ini yang akan menjadi tema pokok teori yang dituliskan. 3.6 KEABSAHAN DATA Keabsahan data merupakan derajat kepercayaan data dimana setiap keadaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mendemonstrasikan nilai yang benar; (2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan; dan (3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Moleong (2007:324) mengungkapkan bahwa untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan adanya teknik pemeriksaan yang didasarkan pada sejumlah kriteria tertentu. Kriteria tersebut meliputi derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. 66 Keempat kriteria tersebut akan diperjelas dengan tabel sebagai berikut; Tabel 3.2 Ikhtisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Kriteria Teknik Pemeriksaan Keteralihan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kebergantungan 9. Audit kebergantungan Kepastian 10. Audit kepastian Kredibilitas (derajat kepercayaan) 3.6.1 Perpanjangan keikutsertaan Ketekunan pengamatan Triangulasi Pengecekan sejawat Kecukupan referensial Kajian kasus negatif Pengecekan anggota Uraian rinci Derajat Kepercayaan Kriterium derajat kepercayaan merupakan konsep pengganti validitas internal pada penelitian kuantitatif. Kriterium ini memiliki dua fungsi: pertama, sebagai pelaksana inkuiri agar dicapai tingkat kepercayaan atas temuan penelitian dan kedua, sebagai bukti atas kenyataan ganda pada penelitian yang dilakukan, sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (Moleong, 2007:327). Derajat kepercayaan diperoleh melalui beberapa macam teknik. Teknik tersebut yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota (Moleong, 2007:327). Derajat kepercayaan dalam penelitian ini menggunakan teknik: a) perpanjangan keikutsertaan yaitu peneliti tinggal di lapangan penelitian (GPSY) dalam waktu yang cukup panjang, sekitar 4 bulan terhitung dari bulan April s.d 67 Juli 2013 sampai semua data-data yang dibutuhkan dalam penelitian terpenuhi. Hal ini bertujuan untuk menghindari distorsi sehingga data-data yang diperoleh benar-benar data yang sesungguhnya tanpa adanya rekayasa dari subyek penelitian; b) Ketekunan/keajegan pengamatan yaitu peneliti mengamati dan mengumpulkan data-data penelitian yang menunjang dan relevan dengan Terapi Holistik di GPSY sehingga dapat diperoleh data-data yang rinci, cermat dan berkesinambungan mengenai Terapi Holistik; c) Triangulasi yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber utama yaitu NN mengenai Terapi Holistik di GPSY, kemudian informasi yang diperoleh dari NN diperkuat dan dilengkapi oleh informasi dari narasumber sekunder yaitu AA, SR, KM, DY, AD, SY, AT dan MR sehingga data-data yang diperoleh benar-benar data yang menggambarkan keadaan sesungguhnya dan dapat dipercaya; d) Kecukupan referensial yaitu berupa adanya data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, dalam penelitian ini kecukupuan refensial berupa foto-foto dan video dokumenter mengenai Terapi Holistik yang digunakan untuk menangani skizofrenia di GPSY; e) Pengecekan anggota yaitu merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data sehingga penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh sumber data atau informan, apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid. Pengecekan anggota yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu memberikan naskah hasil penelitian (skripsi) kepada pihak GPSY untuk terlebih dahulu dikoreksi dan dievaluasi sebelum diserahkan kepada dosen pembimbing dan diujikan dalam sidang skripsi. 68 3.6.2 Keteralihan Keteralihan sering diartikan sebagai validitas eksternal pada penelitian kuantitatif, yaitu mengenai sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam penelitian lain. Namun, keteralihan dan validitas eksternal memiliki konsep yang berbeda. Konsep validitas menyatakan temuan penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi lain yang memiliki karakteristik yang sama. Sedangkan keteralihan mengungkapkan temuan penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisasikan pada semua populasi (Moleong, 2007:327). Lebih lanjut, dijelaskan bahwa supaya hasil penelitian dapat dipahami sehingga ada kemungkinan bagi peneliti lain untuk mengembangkan hasil penelitian tersebut maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jalas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ke tempat lain (Sugiyono, 2010:130). Berdasarkan konsep keteralihan tersebut, penelitian “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia” telah memenuhi syarat keteralihan karena hasil penelitian ini telah memenuhi standar penulisan penelitian meliputi kerincian dan kejelasan data, penulisan yang sistematis dan bukti penunjang bahwa penelitian ini dapat dipercaya yang terdiri dari transkip hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. 3.6.3 Kebergantungan 69 Kriterium kebergantungan adalah pengganti istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Reliabilitas pada penelitian kuantitatif ditunjukkan melalui replikasi studi, artinya orang lain (peneliti lain) dapat mengulangi/mereplika proses penelitian tersebut (Moleong, 2007:325). Pengujian kriteium kebergantungan dalam penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan bantuan auditor yang independen atau adanya pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, meliputi proses bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan peneliti, artinya peneliti harus mampu menunjukan “jejak aktivitas lapangannya” sehingga penelitian tersebut memenuhi syarat kriterium kebergantungan (Sugiyono, 2010:131). Penelitian “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia” telah memenuhi persyaratan kriterium kebergantungan dan memiliki reliabilitas sebagai suatu penelitian karena selama proses awal pembuatan rancangan penelitian sampai pada kesimpulan penelitian, aktivas penelitian yang dilakukan peneliti dipantau dan dan dibimbing oleh dosen pembimbing sehingga setiap proses yang dilakukan peneliti atas sepengetahuan dosen pembimbing, dengan demikian penelitian ini benar-benar dilakukan dan hasil dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. 3.6.4 Kepastian Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas pada nonkualitatif. Objektifitas pada peneltian kualitatif bergantung pada masing-masing orang, 70 artinya pengalaman subjektif seseorang yang disepakati beberapa orang, sudah dapat dikatakan objektif. Menurut Scriven, 1971 (dalam Moleong, 2002:174) objektivitas menandung unsur kualitas, artinya dikatakan objektif apabila dapat dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Pengujian kriterium kepastian berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hal ini serupa dengan pengujian pada kriterium kebergantungan. Penelitian “Terapi Holistik Sebagai Model Penanganan Skizofrenia” memenuhi persyaratan kriterium kepastian karena penelitian ini benar-benar dilakukan dan hasil dari penelitian ini diperoleh dari keseluruhan data-data yang ditemukan dilapangan (GPSY) tanpa adanya manipulasi atau pengadaan data yang merupakan rekayasa dari peneliti. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Sejarah Pendirian Griya Pemulihan Yogyakarta (GPSY) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) didirikan pada tanggal 19 Februari 2001 dan memperoleh legalitas secara hukum tahun 2004 dan mengalami perubahan tahun 2007. GPSY pertama kali melaksanakan kegiatan operasional di kawasan Perumahan Sawit Sari, Jl. Pandega Asih 1 Nomor 5 Sleman. Pada tahun 2004 berpindah tempat di Dusun Janti, Banguntapang, Bantul. Tahun 2007 kembali lagi pindah dikarenakan gempa 26 Mei 2006, di kawasan Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman hingga saat ini November 2013. 4.1.2 Latar Belakang a) Bertambah banyaknya penyandang masalah gangguan jiwa skizofrenia dari segi kuantitas, kualitas dan jenis permasalahan. b) Stigma dan diskriminasi terhadap ODS (Orang Dengan Skizofrenia). c) Terbatasnya perolehan akses (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) bagi ODS (Orang Dengan Skizofrenia) pasca menjalani perawatan. d) Setiap manusia berhak untuk dapat hidup layak, tanpa terkecuali ODS (Orang Dengan Skizofrenia). 71 72 e) Tanggung jawab bersama dalam membantu menolong orang dengan gangguan jiwa terutama skizofrenia. 4.1.3 Visi dan Misi Visi : Menciptakan manusia yang mandiri, bermartabat, memiliki masa depan dan berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat, serta mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Misi : a) Menjangkau, mendampingi, membina dan merehabilitasi orang yang memiliki gangguan kejiwaan. b) Meningkatkan, mengembangkan, dan mengembalikan fungsi sosial ODS (Orang Dengan Skizofrenia) di dalam masyarakat. c) Merecovery kehidupan spiritual, psikososial, dan ekonomi. d) Menghapus stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODS (Orang Dengan Skizorenia). 4.1.4 Gambaran Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Yayasan Siloam merupakan tempat rehabilitasi mental dan sosial yang dilaksanakan secara Holistic Integrate terhadap Orang Dengan Gangguan Kejiwaan, Penyandang Masalah Sosial, Kecanduan Napza, Tuna Sosial (Warga/Bekas Warga Binaan LP dan Eks WTS/Wanita rentan masalah Psikososial). Siloam sendiri merupakan nama sebuah kolam di Yerusalem, yang airnya dipercayai berkhasiat untuk menyembuhkan segala penyakit dan 73 permasalahan. Yayasan Siloam mempunyai filsafah bahwa “Setiap Permasalahan Selalu Ada Solusi, Karena Tuhan Beserta Kita”. Peneliti memfokuskan penelitian di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) yang merupakan bagian dari Yayasan Siloam. GPSY khusus menangani Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODKJ) yaitu lebih spesifiknya adalah skizofrenia. GPSY beralamatkan di Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman sekitar 2 km dari pasar Godean. GPSY merupakan panti rehabilitasi mental yang khusus menangani skizofrenia dengan mengusung konsep Holistic Integrate. Penangan terhadap pasien skizofrenia di GPSY dilakukan dengan menggunakan Terapi Holistik yang dikemas secara unik dan menarik. Letak GPSY berada 2 km dari pasar Godean. Pada sekitar GPSY terdapat beberapa pertokoan, Rumah Sakit, tempat laundry dan restaurant dengan akses jalan raya beraspal. GPSY berdiri di atas tanah seluas 250 m 2 yang terdiri dari 3 bangunan induk yaitu satu buah bangunan kantor GPSY, satu bangunan untuk asrama putra dan satu bangunan untuk asrama putri, meskipun banguan tersebut saling terpisah namun terdapat satu pintu yang saling menghubungkan. Bagian-bagian dalam bangunan GPSY meliputi asrama putri yang terdapat satu buah kamar mandi, satu buah WC, satu buah ruang isolasi, kamar putri, ruang ganti, dapur, tempat menyuci baju, ruang televisi dan sebuah ruang kegiatan. Sedangkan pada asrama putra terdapat ruang tamu yang menajadi ruang tamu utama, tiga buah kamar putra, 3 buah kamar mandi beserta WC, ruang makan, 74 ruang televisi, ruang medis, dapur , dua buah ruang isolasi, tempat menyuci baju dan satu ruang penyimpanan barang. Letak asrama putra berada di dalam rumah induk yang didalamnya terdapat 6 kamar pasien dan mentor, masing-masing kamar terdiri dari 4 tempat tidur. Bagian lain didalam asrama putra adalah terdapatnya ruang tamu, ruang medis, 2 kamar mandi, ruang makan, dapur, tempat mencuci baju dan piring serta di bagian belakang terdapat 2 ruang isolasi putra, tempat almari pasien putra dan tempat menjemur pakaian. Kantor GPSY terletak di depan asrama putri, kantor GPSY digunakan untuk rapat pengurus, penyimpanan berkas-berkas, ruang kerja pengurus dan mentor, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pencatatn dan pengadministrasian GPSY. Pada bagian depan GPSY terdapat taman berukuran yang digunakan untuk bermain dan bersantai pasien, pada bagian sayap kanan terdapat kebun berukuran 10 m2 yang digunakan untuk lahan pertanian pasien, pada sayap kiri terdapat satu buah kolam berukuran 6x2 meter yang berisi ikan lele sebagai kegiatan perikanan pasien dan 3 buah kandang sepasang ayam, sepasang kalkun dan sepasang burung mutiara ini dikelola oleh pasien sebagai kegiatan peternakan selain itu juga terdapat sebuah waserda. Pada bagian depan GPSY terdapat gerobak bensin yang menjadi kegiatan wirausaha pasien putra dan terdapat tempat penyimpanan peralatan-peralatan musik, olahraga, berbagai macam alat-alat yang digunakan untuk pembuatan ketrampilan. 75 4.1.5 Lembaga Kerjasama Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) membuat kerjasama dengan interdisipliner profesi dan lembaga-lembaga (instansi) baik pemerintah maupun swasta, nasional maupun internasional yang terkait. Interdisipliner profesi yang terlibat meliputi psikolog, psikiater, rohaniawan, dokter, dan pekerja sosial. Lembaga-lembaga (instansi) yang terlibat meliputi Pemerintah Daerah/ Provinsi/ Kabupaten/Kota Yogyakarta, Kementerian Sosial Republik Indonesia, Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Ikatan Pekerja Sosial Indonesia (IPSPI), Lembaga Pendidikan Keterampilan, Lembaga Sosial Masyarakat (senafas), Asosiasi Jiwa Sehat Indonesia, Pengusaha (kuliner, handy craft, penjahit, dll), Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Media Massa (surat kabar, tabloid) dan Media elektronik swasta, Laboratorium dan Rumah Sakit di Yogyakarta, International Consortium for Social Development, Bandung College of Social Welfare, Ministry of Social Affairs of The Republic of Indonesia. 4.1.6 Gambaran Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) GPSY membatasi jumlah pasien yang dirawat yaitu hanya sekitar 25-30 pasien, hal ini bertujuan supaya pasien mendapatkan perawatan secara lebih intensif dan efektif. Jumlah pasien yang terbatas memungkinkan pihak GPSY untuk dapat memberikan perhatian secara ekstra kepada semua pasien sehingga setiap pasien bisa tertangani dengan baik dan maksimal. Kapasitas pasien laki laki dibatasi sebanyak 15 orang dan pasien perempuan sebanyak 15 orang. Saat ini 76 jumlah pasien laki-laki di GPSY sebanyak 13 orang dan pasien perempuan sebanyak 11 orang. Pasien yang dirawat di GPSY adalah pasien Skizofrenia dengan berbagai tipe. Lebih lanjut, mengenai rincian jumlah pasien di GPSY dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Jumlah pasien skizofrenia di GPSY Tipe Jumlah Laki-laki Perempuan Skizofrenia Paranoid 5 6 Skizofrenia Hebefrenik 1 1 Skizofren Katatonik 2 1 Skizofrenia Residual 3 3 Skizofrenia Tak Terinci 2 - Jumlah 13 11 Tabel diatas menunjukan bahwa skizofrenia paranoid di GPSY jumlahnya lebih banyak dibandingan skizofrenia dengan tipe lain. Perlakuan dan terapi yang diberikan kepada pasien skizofrenia di GPSY adalah sama dalam hal jenis dan bobot. Artinya semua pasien memiliki hak yang sama terhadap pelayanan yang diberikan GPSY, tidak ada kelas VVIP maupun kelas VIP. Kondisi pasien secara keseluruhan sudah kooperatif dalam menjalani kegitan sehari-hari dan berbagai jenis terapi yang berlangsung di GPSY. Rata-rata pasien mulai kooperatif setelah menjalani perawatan selama dua bulan dengan menggunakan Terapi Holistik. 4.1.7 Jadual Kegiatan Pasien (GPSY) di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta 77 Jadual kegiatan merupakan rincian-rincian kegiatan terapi yang dilaksanakan di GPSY. Jadual kegiatan yang tertera merupakan jadual yang diambil selama peneliti melakukan penelitian di GPSY selama tiga bulan terhitung dari bulan April - Juni. Jadual kegiatan tersebut bersifat fleksibel artinya dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan kondisi pasien atau tidak ada patokan khusus yang mengikat namun tetap mengacu pada konsep Terapi Holistik yang meliputi Terapi Pokok (Terapi Medis, Terapi Sosial, dan Terapi Rohani), Home Care serta Home Visit dan Konseling Keluarga. Tabel 4.2 Jadual Kegiatan GPSY Waktu Pelaksanaan 05.30-06.00 06.00-07.00 07.00-07.30 Kegiatan Doa Pagi Mandi dan terapi kerja (piket, mencuci baju, piring dan lain-lain). Makan Pagi Puasa Pemeriksaan Rutin Persiapan Ibadah Ibadah Kerja Bakti Istirahat (snack) Persiapan Terapi Jalan-jalan dan olahraga Terapi Keterangan Setiap hari Setiap hari Setiap hari (kecuali kamis) Kamis 07.30-08.30 Senin-Jumat 08.30-09.00 Senin, Selasa, Kamis 09.00-10.00 Senin, Selasa, Kamis 09.30-10.00 * Rabu 10.00-10.30 Setiap hari 10.30-11.00 Senin-Jumat 08.30-11.00* Jumat 11.00-12.30 Senin-Jumat Senin (Terapi Rohani), Selasa (Terapi Medis), Rabu (Terapi Sosial), Kamis (Terapi Rohani), Jumat (Terapi Sosial) 12.30-13.30 Istirahat (makan siang) Setiap hari 13.30-14.30 Terapi Siang (Evaluasi Terapi) Senin-Jumat 14.30-16.00 Tidur Siang Setiap hari 16.00-17.00 Mandi Sore Setiap hari 17.00-18.00 Pendalaman Alkitab (PA) Senin-Jumat 17.00-18.30* Kebaktian Minggu Minggu 18.00-19.00 Makan malam Setiap hari 19.00-19.30 Terapi malam (Sharing-sharing) Senin-Jumat 19.30-20.00 Doa malam Setiap hari 20.00-21.00 Kegiatan Santai Setiap hari 21.00- 05.30 Tidur Malam Setiap hari Hari Sabtu dan Minggu kegiatan terapi Libur (Acara bebas) Home care diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di GPSY Home Visit dan Konseling Keluarga bersifat fleksibel (tidak terjadual, menyesuaikan kebutuhan) 78 4.2 Proses Penelitian Proses penelitian dibagi menjadi empat proses yaitu tinjauan lapangan prapenelitian, pembuatan rancangan penelitian, penelitian di lapangan, dan penyusunan dan penyempurnaan laporan penelitian. 4.2.1 Tinjauan Lapangan Pra-Penelitian Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di GPSY. Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakuakan pada bulan MeiJuni 2012. Tinjauan lapangan pra-penelitian ini dilakukan untuk menindaklanjuti informasi yang diperoleh peneliti dari masyarakat mengenai GPSY dan kemudian peneliti croscek di internet yaitu mengenai sebuah panti rehabilitasi yang menangani skizofrenia dengan menggunakan konsep yang “tidak biasa”. Tujuan dilakukannya tinjauan lapangan pra-penelitian adalah untuk melihat gambaran dari GPSY secara langsung yang meliputi; kondisi GPSY, penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY, dan memastikan bahwa peneliti bisa melakukan penelitian skripsi di GPSY. Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Metode observasi digunakan untuk melihat dan mengamati kondisi GPSY, mengenai bagaimana pasien yang dirawat di GPSY, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di GPSY, dan terapi-terapi yang digunakan untuk menangani skizofrenia. Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal mengenai penjelasan tentang apa yang terlihat pada saat observasi yaitu mengenai konsdsi GPSY, kegiatan-kegiatan di GPSY, dan penjelasan awal mengenai terapiterapi yang dilakukan untuk menangani skizofrenia di GPSY. 79 Tinjauan lapangan pra-penelitian dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 2 Mei 2012, 19 Mei 2013, 5 Juni 2013 dan 23 Juni 2013. Tinjauan lapangan pra-penelitian yang pertama yaitu 2 Mei 2013 dilakukan untuk melihat kondisi GPSY secara langsung dan ini merupakan pertama kali peneliti berkunjung GPSY. Kedatangan peneliti disambut oleh mentor GPSY yaitu kak Ngisty. Kak Ngisty memberikan gambaran GPSY secara umum meliputi kondisi pasien yang dirawat dan proses penanganan pasien. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh pada tinjauan lapangan pra-penelitian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan mengangkat konsep model penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY. Ketertarikan peneliti terhadap proses penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY dikarenakan sebelumnya peneliti telah melakukan tinjauan pra-penelitian ke tiga panti rehabilitasi mental skizofrenia di Ungaran, Sukoharjo dan Purworejo, selain itu peneliti telah melakukan magang di RSJ serta mengamati langsung tentang proses penanganan yang dilakukan terhadap gangguan jiwa khususnya skizofrenia dan dari hasil pengalaman serta informasi yang diperoleh peneliti, GPSY merupakan panti rehabilitasi yang menangani skizofrenia dengan menggunakan konsep yang “berbeda” melalui variasi-variasi jenis terapi yang digunakan. Pada tanggal 19 Mei 2012 peneliti kembali berkunjung GPSY untuk menyampaikan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian di GPSY dengan konsep menggali model penanganan skizofrenia yang dikembangkan oleh GPSY dan dari tinjauan pra-penelitian pada tanggal 19 Mei 2012 dari pihak GPSY 80 mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian skripsi di GPSY. Pada tanggal 5 Juni 2013 dan 23 Juni 2013 peneliti kembali mengunjungi GPSY untuk melakukan observasi dan wawancara secara lebih mendalam kepada kak Ngisty selaku mentor di GPSY. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai model penanganan skizofrenia di GPSY sehingga diperoleh data-data awal yang akan digunakan untuk membuat rancangan penelitian. 4.2.2 Pembuatan Rancangan Penelitian Pembuatan rancangan penelitian merupakan tahap penting yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian bertujuan untuk membuat arahan mengenai konsep penelitian. Rancangan penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan tinjuan pra-penelitian dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh dari tinjauan prapenelitian. Pembuatan rancangan penelitian memerlukan waktu sekitar 10 bulan terhitung dari bulan Juni 2012 s.d Mei 2013. Kegiatan yang dilakukan pada tahap rancangan penelitian antara lain penyusunan proposal penelitian, konsultasi dosen pembimbing, seminar proposal, dan pengurusan izin penelitian. Selain itu rancangan penelitian juga meliputi pembuatan alat bantu penelitian yakni interview guide, dan alat tes psikologi (tes grafis). Hal ini dilakukan supaya ketika peneliti melakukan penelitian, peneliti sudah mempunyai rancangan atau panduan yang jelas mengenai apa yang menjadi fokus penelitian meliputi, tujuan, manfaat, konsep, subjek, metode, dan rencana penelitian sehingga penelitian yang dilakukan dapat terarah. 81 4.2.3 Penelitian di Lapangan Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan Juni 2013. Proses penelitian dilakukan dengan penelitian partisipan, penelitian partisipan melibatkan banyak partisipasi (peran) peneliti pada proses penelitian. Penelitian partisipasi dilakukan dengan menjadi bagian dari apa yang diteliti atau membaur dengan subyek penelitian dengan tujuan supaya diperoleh data yang lebih mendalam dan akurat. Oleh karena itu selama proses penelitian, peneliti tinggal di GPSY bersama pasien dan mentor. Hal ini dilakukan supaya data yang diperoleh benar-benar data yang mendalam dan apa adanya sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan tanpa adanya faking good ataupun rekayasa setting penelitian (setting penelitian tidak berjalan secara alamiah/natural). Peneliti mulai terjun ke lapangan pada tanggal 8 April 2013. Kedatangan peneliti disambut baik oleh mentor GPSY, pada saat datang peneliti menyerahkan surat keterangan penelitian dari jurusan Psikologi UNNES dan proposal skripsi. Peneliti diberikan arahan-arahan mengenai aturan-aturan yang diterapkan di GPSY atau yang disebut dengan kontrak penelitian. Kontrak penelitian bersifat lisan yang berupa kesepakatan-kesepakatan antara peneliti dan pihak GPSY dengan tujuan supaya tercipta kenyamanan selama proses penelitian berlangsung. Pihak GPSY memberikan kebebasan kepada peneliti untuk mengambil data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi dan pihak GPSY bersedia membantu memberikan data-data apabila dibutuhkan. Selama melakukan penelitian peneliti didampingi oleh mentor GPSY yang berperan sebagai mentor pendamping penelitian yaitu kak Ngisty, tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti 82 menggali informasi-informasi yang berkaitan dengan GPSY dan sebagai tempat sharing peneliti selama di GPSY. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan April sampai dengan Juli. Selama proses penelitian peneliti tinggal dan menetap di asrama putri GPSY bersama pasien dan satu orang kakak mentor. Peneliti diwajibkan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di GPSY dan peneliti diberi tanggung jawab sama dengan mentor yaitu ikut membimbing, megikuti setiap kegiatan yang diadakan di GPSY dan mengawasi serta menjaga pasien di asrama putri. Hal ini dilakukan supaya pasien tidak merasa sedang diteliti sehingga proses penelitian dapat berlangsung secara alamiah. Proses penelitian berlangsung setiap hari dimulai dari pukul 05.30 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB, yaitu dari ketika pasien mulai bangun tidur sampai dengan pasien tidur malam. Peneliti mengamati keseluruhan kegiatan yang dilakukan pasien baik di asrama putri maupun di asrama putra untuk memperoleh data-data utama maupun data-data penunjang yang dibutuhkan dalam penyususnan skripsi. Peneliti merasakan banyak sekali keuntungan diperoleh dari proses penelitian yang dilakukan secara partisipan, keuntungan tersebut meliputi; (1) peneliti memperoleh informasi secara lebih mendalam dan akurat. Hal ini dikarenakan terbangunnya kedekatan antara peneliti dengan pasien dan mentormentor selama peneliti tinggal di GPSY, sehingga baik pasien maupun mentor selalu terbuka dalam memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti; (2) Observasi secara partisipan dan berkelanjutan meminimalkan terjadinya faking 83 good yang diperlihatkan oleh pasien maupun mentor GPSY, sehingga setting penelitian berlangsung secara alamiah; (3) Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan GPSY membuat peneliti memperoleh banyak informasi yang tidak peneliti peroleh dari wawancara maupun data-data tertulis, data tersebut yaitu mengenai penerapan sistem home care yang merupakan bagian dari Terapi Holistik yang meliputi; pola hubungan antara pasien dan mentor GPSY baik pada saat terapi maupun keseharian, interaksi pasien di dalam asrama, dan kegiatan sehari-hari pasien di dalam GPSY; (4) Banyak pengalamanpengalaman yang diperoleh peneliti khususnya mengenai proses penanganan skizofrenia secara holistik yang merupakan aplikasi dari teori-teori yang diperoleh peneliti selama proses perkuliahan sehingga pengalaman ini akan menjadi bekal berharga bagi peneliti di waktu yang akan datang. Proses penelitian secara keseluruan berjalan dengan lancar, walaupun terdapat beberapa kendala pada saat pelaksanaannya. Kendala tersebut meliputi; (1) Proses penelitian yang dilakukan dengan tinggal dan menetap di GPSY membuat peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur jadual perkuliahan dan jadual penelitian. Hal ini dikarenakan jadual perkuliahan yang padat serta lokasi GPSY yang berada di Yogyakarta dan UNNES di Semarang memerlukan waktu tempuh yang lama, sehingga sulit dijangkau dalam waktu yang singkat, sehingga peneliti membuat kesepakatan kepada pihak GPSY supaya peneliti bisa melakukan penelitian secara fleksibel mengikuti jadwal perkulihan. Terkait hal tersebut, terdapat kelemahan (kekurangan) selama proses penelitian yaitu kurangnya totalitas partisipan peneliti dalam meliput proses terapi di GPSY 84 sehingga peneliti banyak kehilangan kesempatan dalam meliputi proses terapi di GPSY; (2) Proses penggalian data penelitian yang berhubungan dengan keluarga mengalami banyak kendala. Hal ini berkaitan dengan kode etik kelembagaan GPSY sehingga peneliti tidak bisa dengan mudah masuk ke keluarga untuk melakukan pengambilan data mengenai kegiatan terapi-terapi yang melibatkan keluarga pasien. Privasi pasien dan keluarga selama di rawat di GPSY merupakan suatu hal yang harus dihormati sebab tidak semua keluarga berkenan apabila salah satu anggota keluarganya maupaun keluarga itu sendiri dijadikan (dilibatkan) dalam suatu penelitian. Mengatasi hal tersebut peneliti meminta bantuan kepada pihak GPSY untuk memilih keluarga pasien yang sekiranya terbuka dan bersedia untuk dilibatkan dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu diberi pejelasan oleh pihak GPSY. Pengambilan data yang dilakukan peneliti selama proses penelitian menggunakan Teknik wawancara, observasi (catatan lapangan), tes psikologi (DAP, BAUM, dan HTP), dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan bersifat saling melengkapi, artinya masing-masing teknik memiliki kelemahan yang dapat diatasi dengan Teknik yang lainnya. Berikut penjelasan tentang kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing teknik pengumpulan data. 4.2.3.1 Wawancara Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004: 63) menyatakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. 85 Kegiatan wawancara meliputi (1) Pembuatan interview guide; (2) Tanya jawab dan perekaman; (3) Penulisan transkip wawancara (verbatim) dan analisis hasil wawancara. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi dari narasumber penelitian melalui proses tanya jawab, wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara mengacu kepada interview guide yang telah dibuat tetapi bersifat fleksibel artinya pertanyaan dapat berubah sesuai situasi dan kondisi tetapi tidak menyimpang jauh dari pedoman yang telah dibuat. Proses wawancara dapat dilakukan dimana saja, selama situasi dan tempat berlangsungnya wawancara mendukung artinya tempat dilakukan wawancara tidak mengganggu konsentrasi dan memberikan intervensi apapun kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga informasi yang diberikan selama wawancara adalah informasi yang sebenar-benarnya. Selama proses wawancara digunakan alat perekam berupa handphone Samsung Galaxy Young, tujuan digunakannya alat perekam adalah untuk menghindari faktor kelupaan yang timbul pada saat pencatatan transkip wawancara sehingga transkip wawancara yang dicatat bisa sama persis atau sesuai dengan hasil yang diperoleh pada saat wawancara dilapangan. Wawancara dilakukan kepada delapan responden yang terdiri dari satu narasumber utama dan tujuh narasumber sekunder sebagai berikut ; 1. Narasumber utama bernama Ngisty Nalle (NN), pemilihan narasumber utama ini didasarkan pada pertimbangan bahwa NN dianggap sebagai orang yang mengetahui tentang Terapi Holistik yang diterapkan di GPSY dan penanganan 86 skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik. Wawancara secara sistematik kepada NN dilakukan sebanyak tiga kali yaitu wawancara pertama pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 14.17 s.d 16. 05 WIB, setelah melakukan wawancara pertama ternyata hasil yang diperoleh belum cukup menggali secara mendalam informasi yang dibutuhkan, oleh karena dilakukan wawancara kedua pada tanggal 8 Juni 2013 pukul 17.10 s.d 18.15 WIB dan wawancara ketiga pada tanggal 17 Juni pukul 10.30 s.d 12. 18 WIB untuk melengkapi kekurangan pada wawancara pertama. Selain wawancara secara sistematik yang dilakukan kepada NN, peneliti juga seringkali melakukan wawancara secara tidak sistematik kepada NN pada waktu-waktu senggang yang hari dan jamnya tidak terjadual. 2. Narasumber sekunder adalah responden-responden yang dapat memberikan croscek terhadap informasi yang diberikan oleh narasumber utama. Pemilihan responden sekunder ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa responden adalah orang-orang yang mengetahui tentang Terapi Holistik dan orang-orang yang pernah menjalani Terapi Holistik serta merasakan manfaat dari Terapi Holistik. Responden-responden yang dijadikan narasumber sekunder yaitu : a. Alfred Abanat (AA). Alfred Abanat (AA) merupakan mentor pasien laki-laki dan mentor bidang kerohanian di GPSY. Informasi yang diperoleh dari AA digunakan untuk menunjang, melengkapi dan mengcrosscek data-data yang diungkapkann oleh NN. Wawancara terhadap AA dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada 29 Mei 87 2013 pukul 11.20 WIB s.d 13.00 WIB dan pada 8 Juni 2013 pukul 14.10 WIB s.d 13.00 WIB. b. Sariman (SR) Sariman (SR) atau yang dipanggil dengan sebutan Eyang Sariman adalah mentor bidang medis di GPSY. Beliau yang setiap melakukan pemeriksaan rutin terhadap pasien dan juga memimpin semua kegiatan dalam ranah terapi medis di GPSY. Informasi yang digali dari SR adalah mengenai terapi medis yang merupakan bagian dari Terapi Holistik di GPSY. Wawancara terhadap SR dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 27 Juni 2013 pukul 11.50 s.d 12.15 WIB. c. Dirahasiakan (KM) KM adalah pasien di GPSY. KM merupakan pasien yang sedang menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. KM dianggap bisa memberikan informasi mengenai Terapi Holistik dan manfaat yang dirasakan setelah menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai unit analisis mengenai Terapi Holistik dalam menangani Skizofrenia yang terlihat dari tabel perkembangan KM dari awal perawatan hingga sekarang. KM dianggap sudah kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. Wawancara terhadap KM dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 7 Mei 2013 pukul 09.20 s.d 10.25 WIB dan tanggal 19 Juni 2013 pukul 10.45 s.d 11.35 WIB. d. Djumiyati (DY) 88 Djumiyati (DY) merupakan ibu dari KM. KM dipilih menjadi salah satu responden penelitian sebab dari DY diperoleh informasi mengenai keefektifan dari Terapi Holistik di GPSY yang dirasakan keluarga, perlakuan yang diberikan GPSY kepada keluarga yang merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dan perubahan pada kondisi pasien yang dirasakan keluarga saat pasien menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. Wawancara pada DY dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 16.25 s.d 17.10 WIB di rumah DY yang beralamatkan di JetisHarjo, Yogyakarta. e. Dirahasiakan (AD) AD adalah mantan pasien GPSY. AD merupakan pasien yang pernah dirawat di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik dan saat ini AD sudah kembali menjalani kehidupannya pasca perawatan, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai manfaat Terapi Tolistik yang dirasakan pasien pasca menjalani perawatan di GPSY. Wawancara terhadap AD dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 16 April 2013 pukul 13.00 s.d 14.00 WIB bertempat di GPSY dan tanggal 29 Juni 2013 pukul 11.15 s.d 12.00 WIB bertempat di rumah AD daerah Karangmojo, Wonosari, Gunung Kidul. f. Sumiyati (SY) Sumiyati (SY) merupakan keluarga mantan pasien GPSY, yaitu ibu dari AD. Informasi yang digali dari SY meliputi kondisi AD setelah kembali ke rumah pasca menjalani perawatan di GPSY dan perlakuakan yang diberikan pihak GPSY kepada keluarga untuk meminimalkan terjadinya kekambuhan kepada pasien 89 pasca selesai menjalani perawatan di GPSY yang merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY. g. Martini (MR) Martini (MR) merupakan salah satu masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar GPSY sekaligus pemilik warung yang sering dikunjungi oleh pasien GPSY. Wawancara yang dilakukan kepada MR bertujuan untuk menggali informasi mengenai tanggapan masyarakat mengenai keberadaan GPSY lebih khususnya terhadap penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dengan mengenalkan pasien dengan masyarakat luar yang merupakan bagian dari terapi sosial. Wawancara terhadap MR dilakukan sebanyak satu kali pada tanggal 30 Mei 2013 pada pukul 11.40 s.d 12.00 WIB. h. Atik (AT) Atik (AT) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar GPSY. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan warga sekitar (masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY untuk dapat berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar. Wawancara terhadap AT dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 9 Mei 2013 pukul 10.10 s.d 10.25 WIB. 4.2.3.2 Observasi Observasi merupakan proses pengamatan yang bertujuan. Tujuan dari digunakannya metode observasi yaitu untuk memperoleh pemahaman atau sebagai alat re-cheking dan pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang 90 diperoleh sebelumnya. Pengamatan yang dilakukan meliputi kondisi GPSY, tata cara pelaksanaan Terapi Holistik, kondisi pasien dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di GPSY. Penulisan hasil observasi ini dibuat dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan pencatatan terhadap hasil observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari terdapatnya faktor kelupaan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Penggunaan catatan lapangan adalah untuk memaparkan kegiatan terapi yang dilakukan di GPSY, kegiatan keseharian pasien dan kejadian-kejadian penting penunjang penelitian yang terjadi selama proses pengambilan data di lapangan. Catatan lapangan ini berupa uraian deskriptif mengenai uraian hasil observasi. 4.2.3.3 Tes Psikologi Tes Psikologi digunakan untuk mengetahui gambaran gangguan kejiwaan yang dialami oleh pasien dan mantan pasien. Tes psikologi yang digunakan adalah tes grafis meliputi; DAP, BAUM, dan HTP. Pemilihan penggunaan tes grafis didasarkan pada pertimbangan kepraktisan dari segi waktu dan pelaksanaan serta proses interpretasi yang singkat, namun tes grafis dianggap sudah dapat menggambarkan kondisi psikis seseorang secara komprehensif sehingga dari hasil interpretasi tes grafis dapat diperoleh gambaran kondisi psikis dari subyek penelitian, termasuk gambaran mengenai gangguan kejiwaan yang dialaminya. Tes psikologi diberikan kepada narasumber sekunder yaitu pasien GPSY dan mantan pasien GPSY. 4.2.3.4 Dokumentasi 91 Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat video dokumenter mengenai proses pelaksanaan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia yang di terapkan di GPSY. Video ini meliputi jenis-jenis terapi yang dilakukan di GPSY, kegiatan sehari-hari pasien di GPSY dan kondisi pasien di GPSY. Video rekaman diambil selama peneliti berada di GPSY, tidak semua kegiatan dapat terekam oleh peneliti hal ini dikarenakan peneliti tidak selalu setiap hari berada di GPSY namun rekaman yang dibuat dirasa sudah mewakili dalam menggambarkan proses terapi di GPSY secara keseluruhan. 4.2.4 Penyusunan Laporan dan Penyempurnaan Laporan Penyusunan laporan dan penyempurnaan laporan memerlukan waktu selama tiga bulan yaitu bulan Juli s.d bulan September. Penyusunan laporan adalah proses penulisan dan pelaporan terhadap hasil penelitian yang diperoleh di lapangan ke dalam bentuk laporan yang sistematis. Penyusunan laporan tidak lepas dari berbagai kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu setelah proses penyusunan laporan, proses selanjutnya adalah pengoreksian laporan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan dalam proses pengoreksian tersebut ditemukan banyak kekurangan-kekurangan yang harus dilengkapi dan kesalahan-kesalahan yang musti diperbaiki. Penyempurnaan laporan merupakan proses untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam proses pengkoreksian. Selama proses penyempurnaan penulis melanjutkan untuk tinggal di GPSY. Hal ini dilakukan untuk memudahkan memperoleh kelengkapan data yang diperlukan. 92 Penulisan dan penyempurnaan laporan ini mengalami banyak kendala yaitu terlalu banyak yang diperoleh oleh peneliti selama proses penelitian sehingga menimbulkan kebingungan dalam proses penyusunan laporan. Data-data yang diperoleh melebar (keluar) dari rumusan masalah (fokus kajian) yang telah dikonsepkan pada rancangan penelitian. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan penyortiran data atau pemilihan data. Data-data yang dimbil hanya data-data yang sesuai dan menunjang rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu dengan berpedoman pada unit analisis yang telah dibuat pada rancangan penelitian. Data-data yang tidak berkaitan tidak dicantumkan dalam penyusunan laporan. 4.3 Koding Tahap yang perlu dilakukan selanjutnya setelah data diperoleh adalah analisis data. Tahap analisis data pada penelitian kualitatif memerlukan beberapa tahap pengolahan. Tahap pertama sebelum melakukan analisis data adalah melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk mengorganisasi dan mensistemasis data yang diperoleh hasil wawancara secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Tahap selanjutnya yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan yang ada dalam data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian melakukan penafsiran data yaitu berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola-pola hubungan serta membuat temuan-temuan umum. 93 Adapun kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kode A menunjukan data dari narasumber utama yaitu Ngisty Nalle (NN). 2. Kode B menunjukan data narasumber sekunder pertama yaitu Alfred Abanat (AA). 3. Kode C menunjukan data narasumber sekunder kedua yaitu Sariman (SR). 4. Kode D menunjukan data narasumber sekunder ketiga, sekaligus yang menjadi subyek penelitian yaitu pasien GPSY (KM). 5. Kode E menunjukan data narasumber sekunder keempat yaitu Djumiyati (DY). 6. Kode F menunjukan data narasumber sekunder kelima, sekaligus subyek penelitian yaitu mantan pasien GPSY (AD). 7. Kode G menunjukan data narasumber sekunder keenam yaitu Sumiyati (SY). 8. Kode H menunjukan data narasumber sekunder ketujuh yaitu Mariyati (MR). 9. Kode I menunjukan data narasumber sekunder kedelapan yaitu Atik (AT). 10. Kode angka dengan efek subscript yang mengikuti kode huruf menunjukkan urutan pelaksanaan wawancara. Contoh: A1 (wawancara pertama pada Ngisty Nalle) 11. Kode W dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor urutan wawancara. Contoh: W16 (percakapan wawancara urutan ke 16). 12. Kode O dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor urutan observasi. Contoh: O 4 (Observasi urutan ke empat) 94 13. Kode enam digit angka menunjukkan tanggal pelaksanaan wawancara. Contoh: 170613 (Tanggal 17 Juni 2013). 14. Penulisan secara lengkap contoh : A1W16:170613 (wawancara pertama pada Ngisty Nalle, Urutan wawancara ke 16, pada tanggal 17 Juni 2013) 4.4 Temuan Penelitian 4.4.1 Identitas Narasumber Narasumber dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu narasumber utama dan narasumber sekunder. Narasumber utama adalah narasumber yang dijadikan sumber informasi utama, sedangkan narasumber sekunder adalah narasumber yang dijadikan crosscheck terhadap informasi yang diberikan narasumber utama. Identitas dan profil narasumber dipaparkan sebagai berikut: 4.4.1.1 Narasumber Utama Nama : Ngisty Nalle (NN) Kode :A TTL : 30 Mei 1975 Alamat : Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman Jenis Kelamin : Perempuan Keterangan : Mentor GPSY Ngisty Nalle (NN) adalah ketua mentor putri di GPSY dan sekertaris GPSY. Beliau mengkoordinasi dan memimpin jalannya semua proses terapi dan kegiatankegiatan yang berlangsung di GPSY. Pemilihan NN sebagai narasumber utama karena NN telah bekerja sebagai mentor di GPSY sejak berdirinya GPSY hingga 95 sekarang, sehingga NN dianggap mengetahui mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan GPSY. 4.4.1.2 Narasumber Sekunder Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck data yang didapat dari narasumber utama. Adapun identitas narasumber sekunder dipaparkan sebagai berikut: a) Nama : Alfred Abanat (AA) Kode :B TTL : Fatutnana, 17 November 1979 Alamat : Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman Jenis Kelamin : Laki-laki Keterangan : Mentor GPSY Alfred Abanat (AA) merupakan mentor pasien laki-laki dan mentor bidang kerohanian di GPSY. AA dianggap mengetahui tentang Terapi Holistik di GPSY secara keseluruhan dan khususnya pada terapi rohani serta prosedur penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga informasi yang diperoleh bisa dijadikan croscek ataupun tambahan informasi atas unit analisis. b) Nama : Sariman (SR) Kode :C TTL :Yogyakarta, 4 Juni 1944 Alamat : Jl. Palagan Tentara Pelajar 103, Sleman Yogyakarta. Jenis Kelamin : Laki-laki 96 Keterangan : Mentor GPSY Sariman (SR) atau yang dipanggil dengan sebutan Eyang Sariman adalah mentor bidang medis di GPSY. Beliau yang setiap melakukan pemeriksaan rutin terhadap pasien dan juga memimpin semua kegiatan dalam ranah terapi medis di GPSY. Informasi yang digali dari SR adalah mengenai terapi medis yang merupakan bagian dari Terapi Holistik di GPSY. c) Nama : dirahasiakan (KM) Kode :D TTL Alamat : Yogyakarta, 17 Agustus 1972 : JetisHarjo Rt 20/Rw 06, Yogyakarta Jenis Kelamin : Perempuan Keterangan : pasien di GPSY KM merupakan pasien yang sedang menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. KM dianggap bisa memberikan informasi mengenai Terapi Holistik dan manfaat yang dirasakan setelah menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai unit analisis mengenai keefektifan Terapi Holistik dalam menangani Skizofrenia yang terlihat dari tabel perkembangan KM dari awal perawatan hingga sekarang. KM dianggap sudah kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. d) Nama : Djumiyati (DY) Kode :E TTL : 7 Mei 1951 97 Alamat : JetisHarjo Rt 20/Rw 06, Yogyakarta Jenis Kelamin : Perempuan Keterangan : Ibu KM DY dipilih menjadi salah satu responden penelitian sebab dari DY diperoleh informasi mengenai keefektifan dari Terapi Holistik di GPSY yang dirasakan keluarga, perlakuakan yang diberikan GPSY kepada keluarga yang merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang dilakukan GPSY dan perubahan pada kondisi pasien yang dirasakan keluarga saat pasien menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. e) Nama : dirahasikan (AD) Kode :F TTL Alamat : Gunung Kidul, 10 Agustus 1990 : Rt 02/Rw 01, Krambilduwur, Wiladeg, Karangmojo, Gunung Kidul. Jenis Kelamin : Laki-laki Keterangan : Mantan Pasien GPSY AD adalah mantan pasien GPSY. AD merupakan pasien yang pernah dirawat di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik dan saat ini AD sudah kembali menjalani kehidupannya pasca perawatan, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai manfaat Terapi Holistik yang dirasakan pasien pasca selesai menjalani perawatan di GPSY. f) Nama Kode : Sumiyati (SY) :G 98 TTL Alamat : Gunung Kidul, 17 April 1961 : Rt 02/Rw 01, Krambilduwur, Wiladeg, Karangmojo, Gunung Kidul. Keterangan : Ibu AD Sumiyati (SY) merupakan keluarga mantan pasien GPSY, yaitu ibu dari AD. Informasi yang digali dari SY meliputi kondisi AD setelah kembali ke rumah pasca menjalani perawatan di GPSY dan perlakuakan yang diberikan pihak GPSY kepada keluarga untuk meminimalkan terjadinya kekambuhan kepada pasien pasca selesai menjalani perawatan di GPSY yang merupakan bagian dari penanganan skizofrenia yang dilakukan di GPSY. g. Nama Kode Alamat : Mariyati (MR) :H : Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman. Keterangan : Warga sekitar GPSY Mariyati (MR) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar GPSY, MR adalah pemilik warung yang sering dikunjungi oleh pasien GPSY untuk berbelanja. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan warga sekitar (masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY untuk dapat berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar. g. Nama Kode : Atik (AT) :I 99 Alamat : Dusun Klangkapan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyengan, Kabupaten Sleman. Keterangan : Warga sekitar GPSY Atik (AT) merupakan salah satu warga yang tinggal di lingkungan sekitar GPSY. Informasi yang digali dari MR adalah mengenai tanggapan warga sekitar (masyarakat) terkait model penanganan skizofrenia yang dilakukan oleh GPSY yaitu dengan cara mengenalkan pasien pada lingkungan luar GPSY untuk dapat berbaur secara langsung dengan masyarakat sekitar. 4.4.2 Paparan Hasil Penelitian Paparan hasil lapangan merupakan pemaparan terhadap semua data-data yang diperoleh selama berlangsungnya proses penelitian di lapangan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Data-data yang diperoleh didasarkan dan dikelompokan sesuai pada unit analisis yang telah dibuat. Pemaparan hasil lapangan yaitu mengenai Terapi Holistik yang digunakan sebagai model penanganan terhadap Skizofrenia di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY): 4.4.2.1 Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) 4.4.2.1.1 Pengertian Terapi Holistik Terapi Holistik adalah suatu bentuk terapi yang digunakan untuk menangani gangguan jiwa skizofrenia secara menyeluruh (komprehensif) pada seluruh aspek kehidupan pasien yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. 100 4.4.2.1.2 Prosedure Penerimaan dan Perawatan Pasien di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Prosedure penerimaan dan perawatan pasien di GPSY dimulai sejak pertama kali pasien datang sampai pasien dinyatakan stabil dan diperbolehkan pulang. Pendaftaran Penerimaan Pasien ANAMNESA TERAPI HO LISTIK PERSIAPAN BIMBINGANLANJU PULANG T Cuti, Visit, Home Terapi Lanjut, Pulang. TERMINASI Bagan 4.1 Alur Penerimaan dan Perawatan Pasien GPSY Keterangan : 7. Pendaftaran/Penerimaan Pasien Pasien dibawa ke GPSY oleh keluarga maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan pasien dan terjadi kesepakatan antar GPSY dengan pihak pasien mengenai berbagai hal menyangkut hubungan kerjasama pihak pasien dan GPSY selama pasien dirawat di GPSY. 101 . . . pertama kali masuk pasien diantar keluarga, ada juga yang dibawa polisi atau rujukan dari rumah sakit dan sebagainya kemudian disini diadakan transaksi dan persetujuan kedua belah pihak antara Siloam dengan keluarga mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan Siloam dan pihak pasien . . . (A1-W4:080513). 8. Anamnesa Anamnesa adalah proses wawancara yang dilakukan GPSY kepada pihak pasien dengan tujuan untuk menggali data tentang riwayat kehidupan pasien dari sisi medis, rohani dan sosial sehingga dari hasil wawancara tersebut dapat diperoleh gambaran menyeluruh mengenai penyebab terjadinya atau faktor pencetus skizofrenia pada pasien. Hasil tersebut digunakan untuk proses pendiagnosisan awal dan untuk menunjang pendiagnosisan yang akan dilakukan pasikiater. anamnesa itu menggali data dari pihak pasien tentang riwayat kehidupan pasien yang berkaitan dengan kenapa pasien kok bisa sampai skizofrenia dari sisi medisnya seperti apa misal sudah berapa kali dirawat, mempunyai keturunan skizofren tidak lalu dari kehidupan agama pasien gimana, hubungan dengan keluarga dan masyarakat seperti apa, ada permasalahan apa dan informasiinformasi lain yang berkaitan dengan pasien dan penyakitnya. . . (A1-W5:080513). 9. Terapi Holistik Pasien mulai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik, meliputi berbagai jenis terapi dan kegiatan-kegiatan yang termasuk bagian dari Terapi Holistik. . . . selanjutnya pasien mulai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik. . . (A1-W5:080513). 10. Persiapan Pulang 102 Persiapan pulang adalah mempersiapkan kepulangan pasien. Pasien yang sudah stabil sebelum dipulangkan ke keluarga terlebih dahulu harus menjalani tahapan persiapan pulang yang terdiri dari cuti, home visit dan terapi lanjut. Tujuannya adalah supaya ketika pasien dipulangkan kondisinya benar-benar sudah siap baik dari segi pasien sendiri maupun keluarga. Lebih lanjut, penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam masa persiapan pulang adalah sebagai berikut, (a) Cuti: Cuti atau disebut juga masa percobaan adalah pasien dipulangkan ke rumah dan keluarga selama seminggu dengan tujuan untuk melihat kondisi pasien ketika berada dirumah; (b) Home Visit dan konseling keluarga: Kunjungan yang dilakukan pihak GPSY ke rumah dan keluarga pasien pada saat pasien cuti untuk selanjutnya diberikan konseling keluarga. Tujuannya adalah untuk mengevalusi kondisi pasien selama di rumah mengenai bagaimana perilaku pasien di rumah, sikap keluarga terhadap pasien, hubungan pasien dengan keluarga, dan kendala-kendala yang dihadapi keluarga yang berkaitan dengan kepulangan pasien. Home visit memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai kecenderungan permasalahan-permasalahan apa yang mungkin muncul dan berpotensi menyebabkan kekambuhan kembali pada pasien ketika nantinya pasien benar-benar dipulangkan, baik dari sisi keluarga maupun diri pasien pribadi; (c) Terapi Lanjutan: Terapi-terapi yang dilakukan untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada saat pasien cuti berdasarkan hasil evalusi pada saat home visit. Tujuannya adalah supaya pada saat pasien pulang baik keluarga maupun pasien benar-benar siap dan tidak muncul permasalaha-permasalahan yang berpotensi menyebabkan 103 kekambuhan pada pasien sepulangnya dari GPSY. Setelah semua masalah diatasi dalam terapi lanjutan kemudian pasien dipulangkan. Persiapan pulang itu kita mempersiapkan kepulangan pasien, terutama keluarga. Jadi dalam masa persiapan pulang ini ada cuti kak, yaitu kita pulangkan dulu pasien selama seminggu kita mau liat bagaimana kondisi pasien dirumah atau disebut masa percobaan, pada saat cuti kita lakukan kunjungan ke keluarga bagaimana keluarganya memperlakukan pasien, bagaimana pasien dirumah, hal apa dalam keluarga atau lingkungannnya yang bisa mnyebabkan pasien kambuh lagi itu semua kita amati. Setelah cuti kita lakukan terapi lanjutan yaitu untuk fungsinya untuk mengatasi masalah-masalah yang didapat di lapangan pada saat pasien cuti, baik dari keluarga maupun pasien, kita coba atasi itu semua. Kemudian setelah semua masalah sudah bisa diatasi kita baru pulangkan pasien (A1-W5:080513). 11. Bimbingan Lanjut Pasien yang yang telah selesai menjalani perawatan di GPSY dan dipulangkan ke keluarga akan mendapatkan bimbingan lanjut setiap satu minggu sekali selama tiga bulan dari mentor GPSY. Bimbingan lanjut ini berfungsi untuk mengontrol serta memonitoring perkembangan pasien dan hubungannya dengan keluarga untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga dalam keadaan yang “baik”. . . . bimbingan lanjut yaitu kami pantau terus kondisi pasien, apakah pasien dan keluarga melakukan apa yang kami katakan pada tahapan terapi lanjutan dan apakah keluarga menaati perintah kami. Bimbingan lanjut ini kami lakukan setiap seminggu sekali selama 3 bulan. . . (A1-W5:080513). 12. Terminasi Terminasi adalah proses pemutusan hubungan kerja antara GPSY dengan pihak keluarga, terminasi dilakukan setelah selesai bimbingan lanjut. GPSY secara formal sudah tidak memiliki tanggung jawab apapun terhadap pasien, 104 namun hubungan baik antara GPSY dan pihak keluarga akan tetap terjalin. Hal ini bertujuan supaya ketika dalam proses perawatan pasien skizofrenia keluarga mengalami kendala, kebinggungan maupun permasalahan, keluarga dapat menjadikan GPSY sebagai tempat sharing untuk membantu memberikan solusi secara lebih tepat sehingga kemungkinan terhadap terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dapat segera dicegah atau dihindari. Hubungan ini berlangsung kapanpun tanpa adanya batas waktu tertentu yang mengikat. . . . selanjutnya pemutusan hubungan kerja, bahwa Siloam telah selesai melaksanakan tugasnya. Secara formal Siloam sudah tidak memiliki tanggung jawab terhadap pasien. Namun hubungan baik kami dengan keluarga akan tetap kami bina jadi apabila sewaktuwaktu keluarga membutuhkan bantuan/mengalami permasalahan berkaitan dengan pasien kapan pun itu akan tetap kami bantu (A1W5:080513). 4.4.2.1.3 Prosedure Pelaksanaan Terapi Holistik Terapi Holistik di GPSY terdiri dari tiga terapi utama yang meliputi terapi medis, terapi rohani dan terapi sosial. Terapi tersebut memiliki saling keterkaitan antara satu dengan yang lain, karena memang setiap bagian terapi akan melibatkan bagian dari terapi lainya. Proses pelaksanaan terapi antara pasien dan mentor yang dilakukan di GPSY dibentuk dalam suatu pola interaksi “Home Care”. Home Care juga diterapkan dalam kegiatan sehari-hari pasien, pola interaksi ini menjadi bagian dari Terapi Holistik. Prosedure Terapi Holistik selanjutnya yaitu pendekatan terhadap keluarga melalui adanya visit (kunjungan) dan konseling keluarga. Terapi Holistik ini kami kelompokan menjadi 3 terapi inti, yaitu medis, rohani dan sosial yang dikemas dalam suatu pola interaksi “Home Care” Tetapi pada kenyataannya terapi ini tidak dapat 105 berdiri sendiri-sendiri, karena ini kan akan saling berkaitan. Visit ke ke keluarga itu juga menjadi satu kesatuan dalam Terapi Holistik yang dilakukan terhadap keluarga di luar maupun di dalam GPSY. Pada saat visit kita lakukan konseling keluarga. . . .. (A1-W10:080513). Pernyataan NN diperkuat oleh peryataan AA yang merupakan mentor putra dan mentor bagian rohani di GPSY yang menyatakan bahwa: Secara garis besar itu ada terapi medis, terapi rohani dan terapi sosial. Tetapi nanti pada prakteknya tiga terapi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, jadi semua saling terkait. Namun untuk memudahkan pelaporan maka dibagi menjadi tiga terapi yang terdiri dari sub-sub. (B1-W3: 290513). Home care itu seperti mensetting suasana kekeluargaan yang terjalin antara mentor dan pasien dalam kehidupan sehari-hari maupun pada saat melakukan terapi, ini juga menjadi bagian dalam Terapi Holistik yang dilakukan GPSY. (B1-W10:290513). Kita lakukan konseling keluarga ya atau home visit. (B1-W14:290513) Penjelasaan mengenai bagian-bagian dari Terapi Holistik juga dikemukakan oleh KM pasien GPSY yang saat ini menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik: Terapinya ada medis yang pas hari selasa sama jumat, terus kalau hari senin terapi rohani sama hari kamis, sama terapi sosialnya sering, harinya nggak tetep gitu suka ganti-ganti. (D1- 15: 07:05:13) Pernyataan dari NN, AA, dan MK diperkuat oleh pernyataan SR mentor bagian medis di GPSY yang juga mengetahui pelaksaan procedure Terapi Holistik: Bener kak, jadi selain medis ada terapi secara rohani juga terapi secara sosial. Tapi sebenarnya kan yang penting itu kita gunakan pendekatan secara manusiawi to kak selama terapi-terapi diberikan, bagaimana mereka itu bisa didik secara kekeluargaan. (C1-W5 : 270613). Siloam melibatkan keluarga dalam proses terapinya, kita lakukan kunjungan ke keluarga…. (C1-W6 : 270613). 106 Secara umum gambaran prosedure pelaksaanaan Terapi Holistik terdiri dari terapi medis, terapi rohani dan terapi sosial yang pada pelaksaannya menggunakan sistem home care, selanjutnya dilakukan visit (kunjungan) dan konseling keluarga yang merupakan bagian Terapi Holistik yang ditujukan kepada keluarga pasien. (Catatan Lapangan no. 1 s.d no. 5). 4.4.2.1.4 Teknik-Teknik Terapi Holistik Dijelaskan lebih lanjut mengenai Teknik-Teknik yang digunakan dalam prosedure pelaksaan Terapi Holistik, meliputi: (1) Terapi-terapi dalam Terapi Holistik a. Terapi Medis Konsep dasar terapi medis adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan medis yang meliputi ranah kesehatan secara fisik pada diri pasien. Jenis-jenis kegiatan yang menjadi bagian dari terapi medis bersifat fleksibel, tidak mempunyai patokan tertentu artinya kegiatan dalam terapi medis disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kesehatan secara fisik. Jenis kegiatan dalam terapi medis meliputi: Pemeriksaan rutin, terdiri dari pemberian obat-obatan, intensitas pemberian obat berbeda-beda untuk masing-masing pasien disesuaikan dengan kondisi pasien dan cek kesehatan yang dilakukan setiap pagi hari meliputi cek berat badan, tensi, kondisi kesehatan; 107 Pemeriksaan psikiater, dilakukan satu bulan sekali yaitu setiap hari jumat minggu ketiga. Pemeriksaan psikiater ini bertujuan untuk mengontrol kondisi pasien dari segi obat-obatan; Pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, berupa pemberian materi yang diberikan berkaitan dengan kebersihan diri dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan pasien, setelah pemberian materi berupa penjelasan secara lisan kemudian pasien melakukan praktek. Praktek tersebut meliputi belajar cara mandi, cara gosok gigi, cara mencuci baju dan piring, mengurus kamar, pemeriksaan rambut, kuku, kebersihan baju, kebersihan almari dan kebersihan lingkungan di sekitarnya, termasuk didalamnya yaitu kegiatan kerja bakti yang dilakukan seminggu sekali. Praktek juga diberikan dalam bentuk game-game seperti lomba menyikat gigi, lomba memakai baju dengan rapi dan sebagainya. Pada saat games juga berlaku reward dan punishment bagi pasien yang dinilai paling bersih akan mendapatkan reward tertentu dan pasien yang dinilai “paling kotor” akan mendapatkan punishment sesuai kesepakan awal; Konseling kesehatan individu, yaitu proses konseling yang dilakukan antara pasien dan mentor medis (SR) berkaitan dengan kesehatan pasien. Salah satu bagian penting dalam konseling ini yaitu menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien mengenai pentingnya obat bagi skizofrenia, sehingga setiap pasien memiliki kepatuhan dalam hal minum obat serta memberikan pemahaman secara pribadi kepada 108 masing-masing pasien mengenai skizofrenia dan bagaimana pasien tersebut mampu tetap menjalani kehidupannya secara optimal meskipun dengan skizofrenia; Konseling kelompok kesehatan, kegiatan ini merupakan kegiatan konseling kelompok, pasien dikelompok-kelompokan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkatan kemampuan kognitif mereka. Materi dalam konseling kelompok kesehatan adalah mengenai pembahasan skizofrenia dikaitan dengan sudut pandang agama. Kelompok tersebut meliputi: kelas TK (pasien yang memiliki kemampuan kognitif jauh di bawah rata-rata), kelas SD (pasien yang memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata), kelas SMP (pasien yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata) dan SMA (pasien yang memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata). Setelah pemberian materi masing-masing pasien melakukan sharing dengan teman sekelompok dan selanjutnya sharing dengan kelompok lain. Masingmasing kelompok dipandu oleh satu orang mentor; Ceramah kesehatan, yaitu pemberian materi-materi secara lisan antara mentor medis kepada pasien berkaitan dengan wilayah medis seperti penyakit-penyakit menular dan cara mengatasinya, penerapan pola hidup sehat, serta materi yang berkaitan dengan skizofrenia. Materimateri yang diberikan pada saat ceramah akan di ujiankan setiap bulannya. Skizofrenia mengalami gangguan pada fungsi kognitif dan salah satu tujuan dari ceramah adalah melatih kognitif pasien, dimana 109 terdapat proses memperhatikan, mengingat dan menceritakan kembali materi-materi yang telah diperoleh; Penggunaan ruang isolasi, ini berlaku untuk pasien yang perilakunya tidak stabil atau sedang mengalami error. Pasien yang berada di ruang isolasi tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan terapi dan tidak memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan sehari-sehari di GPSY sampai perilakunya dapat terkontrol kembali. Olahraga, kegiatan olahraga ini berupa senam, jalan sehat, dan permainan-permainan yang berkaitan dengan gerak tubuh. Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi medis ini yaitu variasi kegiatan apapun yang berkaitan dengan medis dan kesehatan pasien secara fisik yang bisa diberikan kepada pasien dan sekiranya dibutuhkan oleh pasien. Jenis-jenis kegiatan dalam terapi medis diungkapkan oleh NN sebagai beriku: Terapi medis ini adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan medis. Kegiatannya bervariasi tetapi tetap berbasis pada ranah medis, karena teman-teman disini kan sakit jadi mereka harus dibantu melalui obat-obatan. Jadi obat merupakan primadona dalam terapi medis, obat diberikan setiap hari pada saat pemeriksaan rutin dan dikontrol setian bulannya oleh psikiater, pada hari jumat minggu ketiga, penggunaan ruang isolasi yang gunanya untuk memantau perilaku pasien atau disebut ruang emergency, pasien yang error nanti dimasukan ke ruang isolasi sampai ia bisa kembali berperilaku baik.(A1-W10:080513). Ada sanitasi lingkungan, ada terapi-terapi yang dilakukan agar mereka mengerti lingkungan dan dirinya sendiri. Contohnya itu belajar cara mandi, cara gosok gigi, cara untuk bagaimana mereka untuk mencuci, mengurus kamar, pemeriksaan rambut, kuku, gigi. Itu semua dilakukan dengan teori, setelah itu praktek trus dibuat dalam permainan, misal dibuat games lomba sikat gigi, lomba memakai baju dengan rapi, selain itu juga ada konseling kesehatan, PA kelompok kesehatan, terus juga ada punishmentnya misal 110 menggosok gigi nya tidak bersih nanti dapat hukuman lari dengan membawa kasur.(A1-W12:080513). . . konseling kesehatan lebih kepada mengajarkan menjaga kesehatan kepada klien secara individual. Terus juga terapi kelompok tentang kesehatan, trus nanti juga ada senam, jalan sehat. (A1-W13 080513). Pernyataan NN berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan dalam terapi medis diperkuat dan ditambahkan oleh SR sebagai mentor bagian medis di GPSY: Terapi medis itu ya meliputi pemeriksaan rutin setiap harinya, pemeriksaan psikiater setiap bulan, pemberian obat, mengajarkan pasien menjaga kebersihan diri dan lingkungan, ini bisa melalui game-geme atau permainan kaya kemaren kak, yang penting tujuannya medis itu tercapai. Lalu medisnya itu ada konseling kesehatan, penyampaian teori dan praktek itu misal kita ajarkan pentingnya menggosok gigi habis itu kita praktekan menggosok gigi bersama-sama, menerapkan pola hidup sehat, ada olahraga, ceramah kesehatan contohnya pengenalan jenis-jenis penyakit nanti diakhir ada ujian. (C1-W2:270613). La iya betul kak, terapi medis itu ya pada dasarnya semua kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya sama medis, berhubungan dengan kesehatan pasien secara fisik kan gitu to kak. Kalau kegiatannya itu disesuaikan sesuai kebutuhan. (C1-W3:270613). PA (Pendalaman Alkitab) kesehatan itu kan juga bagian dari konseling yang dilakukan kelompok. (C1-W5:270613). AA mentor di GPSY juga membenarkan pernyataan yang diungkapkan oleh NN dan SR: Terapi Medis itu segala hal kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan fisik mereka Pemeriksaan rutin psikiater satu bulan sekali, pemeriksaan rutin tiap hari oleh Eyang Sariman, olahraga, hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan dan kerapian diri, kebersihan diri sendiri dan lingkungan, Lalu konseling medis. . . olahraga seperti jalan santai, badminton dan senam. (B1W9:290513). Secara umum terapi medis meliputi: pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, konseling kesehatan individu, ceramah kesehatan, konseling kelompok kesehatan, 111 penggunaan ruang isolasi dan kegiatan lain yang berkaitan dengan medis dan kesehatan pada aspek fisik. (Catatan Lapangan no. 1 dan video) b. Terapi Rohani Terapi Rohani adalah terapi yang didasarkan pada hubungan kerohanian pasien dengan Tuhan. Tujuan dari terapi rohani adalah supaya pasien menyadari bahwa ada Tuhan sebagai sumber kekuatan utama sehingga pasien bisa pasrah dan berserah seutuhnya terhadap berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapinya, membuat pasien menyadari arti dirinya, arti hidupnya dan bisa menjalani kehidupannya dengan lebih baik dan bermakna. Kegiatan-kegiatan dalam terapi rohani bervariasi, segala kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pasien dapat diberikan. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa memang tidak ada patokan khusus mengenai jenis kegiatankegiatan terapi yang dilakukan di GPSY tetapi yang utama semua jenis kegiatan tersebut tetap mengacu kepada konsep Terapi Holistik yang menyentuh setiap aspek kehidupan pasien skizofrenia. Jenis kegiatan dalam terapi rohani meliputi : Doa pagi, dilakukan setiap pagi hari saat pasien bangun tidur. Doa pagi dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur kepada dan terimakasih kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk menikmati pagi hari dan doa pagi dilakukan untuk mengawali semua kegiatan yang akan dilakukan sepanjang hari ini. Doa pagi dilakukan oleh semua pasien laki-laki dan perempuan secara bersama-sama, doa dipimpin oleh pasien secara bergilir; 112 Doa malam, dilakukan setiap malam hari sebelum tidur. Doa malam dilakukan di kamar masing-masing, yaitu putra di asrama putra dan putri di asrama putri. Doa malam berisi ucapan syukur kepada Tuhan untuk penyertaanNya sepanjang hari ini dan meminta perlindungan Tuhan untuk menjaga tidur mereka, yang menjadi pemimpin doa adalah pasien yang dilakukan secara bergilir; Ibadah, merupakan kegiatan ibadah yang terdiri pujian, penyampaian firman dan doa. Ibadah dilakukan seminggu empat kali, yaitu pada hari senin, selasa, kamis dan minggu. Jalannya ibadah dipimpin oleh pasien sebagai pembawa acara, pemain musik dan pemimpin doa pembukaan serta penutupan juga dilakukan oleh pasien secara bergilir, sedangkan penyampaian firman dan doa firman dilakukan oleh mentor. Pada saat ibadah setiap pasien juga diwajibkan untuk mengisi pujian dengan menyanyi pujian di depan teman-teman dan mentor secara berkelompok. Setiap pasien dituntut untuk memiliki keberanian dalam hal berbicara dan menunjukan kemampuan di depan umum. Selain aspek rohani, kegiatan ini juga membuat pasien untuk menjadi percaya diri. . . . malu aku pertamanya tapi lama-lama biasa buat ngomong didepan orang banyak.heheh ( D1-W17:070513). Terapi Ketuk, ini merupakan bagian terapi medis tetapi berkaitan dengan aspek rohani. Pasien melakukan ketukan pada bagian titik-titik meridian kepala, wajah, dan badan. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menciptakan kondisi rileks dan tenang pada pasien dengan diiringi 113 doa. Terapi ini menimbulkan efek kelegaan dan ketenangan kepada pasien dalam menghadapi permasalahannya, . . . kalau habis diketuk itu enteng kepalanya, nggak pusing jadi ringan kaya dipijet itu lah, terus itu apa ya mbak apa ya kaya lega nggak khawatir (D1-W17:070513). Pemutaran film rohani, pasien ditampilkan sebuah film bertema rohani kemudian pasien diminta untuk menuliskan jalan cerita dari film tersebut di buku tugas masing-masing serta pesan moral apa yang terdapat dalam film tersebut, setelah itu masing-masing pasien diminta untuk menyampaikan kedepan teman-temannya dan mentor mengenai film tersebut. Pemutaran film tidak hanya bertujuan secara kerohanian tetapi juga melatih fungsi kognitif yang berkaitan dengan konsetrasi dan ingatan pasien dalam menceritakan ulang serta mengambil makna dari film yang mereka lihat serta kemampuan pasien dalam melakukan analisis serta kepercayaan diri untuk menceritakan analisis film tersebut di depan teman-teman. Ayat hapalan dan diskusi rohani, teknik ini memiliki memiliki tujuan yang hampir sama dengan pemutaran film rohani. Mentor memberikan satu ayat yang harus dihapalkan oleh pasien kemudian pasien diminta untuk mencari makna dari ayat tersebut dan kaitannya dengan kehidupan kerohanian mereka. Pasien mendiskusikan hasil pemikiran mereka kepada teman-teman (pasien yang lainnya), temanteman diminta untuk menyanggah apabila tidak sependapat atau menambahkan pendapat, dalam kegiatan ini terjadi proses sharing 114 antara pasien. Pada teknik ini pasien juga diajarkan untuk bagaimana bersosialisasi dengan teman-teman dengan cara melakukan diskusi. Pada proses diskusi terdapat pertukaran pendapat dan proses menganalisis pendapat teman, sehingga ayat hapalan ini bukan hanya bertujuan secara kognitif dan rohani tetapi juga proses sosialisasi pasien. Terapi pustaka (membaca buku), masing-masing pasien dibagi buku bacaan rohani, jenis buku untuk masing-masing berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan mereka kemudian mereka diminta untuk mempresentasikan isi dari buku yang mereka baca dan makna atau pesan yang terkadung dalam buku tersebut kepada teman-teman yang dihubungkan dengan kehidupan pribadi pasien. Secara umum tujuan dari terapi pustaka ini hampir sama dengan ayat hapalan dan pemutaran film yaitu selain menyentuh aspek religiusitas pasien juga menyentuh ranah kognitif pasien; Terapi musik rohani, pasien-pasien yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk belajar musik diajari mengenai permainan-permainan musik rohani, tidak semua pasien mengikuti kegiatan ini hanya pasienpasien yang dirasa mampu dan mempunyai keinginan untuk melakukan permainan musik rohani ini. Konseling kelompok rohani, pada kegiatan ini pasien dikelompokan sesuai tingkatan kemampuan mereka, masing-masing kelompok dipimpin oleh satu orang mentor. Materi dalam konseling kelompok 115 rohani ini adalah mengenai permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang diulas dari segi rohani, yaitu bagaimana menghadapi permasalahan dengan cara mengandalkan kekuatan doa. Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi rohani ini yaitu variasi jenis kegiatan apapun yang berkaitan dengan kehidupan rohani pasien dan bisa diberikan kepada pasien serta sekiranya dibutuhkan oleh pasien, meliputi drama rohani, lomba menyanyi rohani, puisi rohani dan lain-lain. (Catatan Lapangan no. 2 dan video) Paparan lebih lanjut mengenai jenis-jenis kegiatan dalam terapi rohani dinyatakan oleh NN yaitu: Sebenarnya tujuan terapi rohani itu adalah bahwa klien percaya kepada Tuhan, menyadari dirinya, menyadari arti hidupnya di hadapan Tuhan sehingga bisa menjalani hidup dengan baik dan bermakna. Terapinya itu ada doa pagi, doa malam itu artinya kita mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup, terapi ketuk ini medis tapi masuk ke rohani, terapi musik rohani, ibadah, ada pemahaman firman, kebaktian pagi, ada ceramah, drama rohani, membaca buku rohani atau terapi pustaka dan seminar keagaman, pemutaran film rohani, konseling kelompok rohani.. (A1-W14:080513). AA juga menyatakan bahwa sub-sub kegiatan dalam terapi medis meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan medis adalah sebagai berikut: Terapi rohani itu sub-subnya meliputi ada bimbingan konseling rohani, bimbingan untuk pemahaman pemahaman firman Tuhan, ibadah, doa pagi, doa malam, ayat hapalan itu rohani tetapi sebenarnya juga termasuk terapi kognitif, terapi ketuk, terapi musik seperti belajar lagu baru, alat musik, arasemen lagu rohani, ceramah rohani, ibadah ke luar misal retret, konseling kelompok rohani, terapi pustaka rohani lalu segala permainan-permainan yang didalamnya bisa kita masukin hal-hal yang bersifat rohani 116 contohnya lomba nyanyi rohani. (B1-W4:290513). Pada dasarnya terapi rohani itu adalah terapi yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian dengan Tuhan kalau jenis kegiatannya bervariasi dan fleksibel ya kak jadi kegiatan itu dibuat dengan tujuan dimana kita bisa mengenalkan tentang Tuhan, bagaimana Tuhan mampu menyelesaikan setiap permasalahan mereka, bahwa kita harus selalu mengendalkan Tuhan di setiap permasalahan kita. Jadi semua kegiatan-kegiatan di dalam terapi rohani kita arahkan kepada tujuan bahwa ada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita. Bentuk dan jenis kegiatannya kita variasikan sendiri supaya mereka tidak bosan. (B1-W5:290513). Secara umum kegiatan dalam terapi rohani meliputi: doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, terapi pustaka, permainan musik rohani, konseling kelompok rohani dan kegiatan lain berupa drama, lomba menyanyi, puisi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aspek rohani. (Catatan Lapangan no. 2 dan video) c. Terapi Sosial Terapi sosial merupakan terapi yang berkaitan dengan interaksi antara pasien dengan lingkungannya. Jenis kegiatan dalam terapi sosial menghubungkan pasien dengan dunia luar. Kegiatan dalam terapi sosial meliputi: Diskusi kelompok, tema diskusi berkaitan dengan hal kerohanian dan tema-tema umum. Diskusi kelompok dapat digolongkan sebagai terapi rohani dan juga terapi sosial, karena dalam proses diskusi terdapat proses interaksi antara masing-masing pasien; Terapi musik kelompok, yaitu angklung. Pada permainan musik angklung semua pasien diwajibkan untuk terlibat didalamnya. Permainan ini bukanlah permainan yang mudah diperlukan koordinasi yang baik diantara pemain, pemain dikelompok-kelompokan 117 berdasarkan nada-nada tertentu. konsentrasi merupakan hal Kekompakan, penting yang kerjasama dibutuhkan dan untuk keberhasilan angklung. Hasil dari pelatihan angklung ini setiap tahun akan dilombakan dan ditampilkan pada even-even tertentu seperti; natal bersama di gereja, perlombaan-perlombaan musik yang diadakan di Yogyakarta dan sebagainya. Oleh karena itu terapi musik kelompok ini dimasukan dalam bagian terapi sosial, walaupun pada prakteknya antara terapi-terapi tersebut saling memiliki keterkaitan; Terapi kerja, kegiatan yang dilakukan untuk melatih pasien supaya mampu bekerja dan mengelola tanggung jawab, terapi kerja dilakukan dalam lingkungan GPSY yang meliputi waserda, penjualan bensin, perkebunan, piket dan sebagainya. Waserda (warung serba ada) dikelola oleh pasien putri di GPSY, waserda ini menjual makananmakanan ringan dengan harga yang terjangkau. Penjualan bensin dikelola oleh pasien putra, tempat jualan adalah di halaman depan GPSY. Kegiatan ini selain untuk melatih pasien bekerja, waserda dan penjualan bensin juga dimaksudkan untuk melatih tanggung jawab pasien karena pasien bertanggung jawab penuh terhadap usaha yang mereka kelola dan apabila terjadi kerugian maka pasien bertanggung jawab untuk mengganti rugi dengan uang masing-masing. Waserda dan penjualan bensin dilakukan pada hari efektif senin s.d jumat. Perkebunan, kegiatan berkebun dilakukan seminggu sekali yaitu dengan menanam berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan untuk 118 keperluan sehari-hari seperti cabe, tomat, papaya dan sebagainya. Perikanan dan peternakan, kegiatan ini berkaitan dengan pemeliharaan ikan dan unggas yang hasilnya bisa digunakan untuk konsumsi pribadi seperti ikan lele, ayam, bebek dan sebagainya. Kegiatan ini dikelola oleh pasien sebagai penanggung jawab dalam hal pemeliharaan dan perawatan ikan serta unggas; Pelatihan ketrampilan, pasien diajarkan ketrampilan-ketrampilan dalam pembuatan berbagai jenis barang yang memiliki nilai ekonomis. Kertampilan yang diajarkan antara lain, pembuatan briket, kerupuk ikan, sabun, lilin, anyaman, arang, roncean manik-manik, kantong parfum, dan jenis ketrampilan-ketrampilan sederhana yang sekiranya dapat dilakukan oleh pasien. Hasil dari ketrampilan yang mereka buat akan dipasarkan oleh pihak GPSY, selanjutnya hasil penjualan dibagiakan kepada pasien; Pengenalan lingkungan, kegiatan ini membiasakan pasien untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar yang dimulai dari masyarakat sekitar GPSY. Contoh dalam kegiatan pengenalan lingkungan yaitu, pasien diminta untuk melaundry-kan seprei ke tempat laundry, pasien membeli kebutuhannya sendiri di warung, pasien mengikuti kegiatan desa (kenduri, slametan) dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitar GPSY dan melatih pasien untuk berinteraksi dengan warga sekitar GPSY melalui kegiatan-kegiatan sosial; 119 Refresing, kegiatan refresing adalah membawa pasien keluar dari GPSY yang tujuannya untuk mendapatkan suasana baru dan menghilangkan kejenuhan pada diri pasien. Tujuan lain dari refresing adalah untuk melihat perilaku pasien ketika berada di lingkungan luar yang terdapat banyak orang, mengetahui perasaan yang mereka rasakan ketika berada di kerumunan dan kontrol diri pasien ketika berada di luar. Kegiatan refresing terdiri dari jalan-jalan ke tempat wisata seperti mall, malioboro, ke salon ataupun hanya sekedar berjalan-jalan di sekitar GPSY dan membeli jajan. - Refresing ada yang bersifat pribadi (refresing individu) artinya pasien diajak berjalan-jalan hanya berdua dengan mentor dan; - Refresing kelompok yaitu seluruh pasien GPSY pergi refresing secara bersama-sama didampingi oleh seluruh mentor GPSY. Kegiatan lain, yang dimaksud dengan kegiatan lain dalam terapi sosial ini yaitu kegiatan-kegiatan apapun yang berhubungan dengan aspek sosial pasien yaitu menyangkut interaksi pasien dengan lingkungan dan kegiatan sosial lainnya yang sekiranya penting untuk diajarkan kepada pasien. Uraian mengenai jenis-jenis kegiatan dalam terapi sosial diungakapkan oleh NN sebagai berikut: Terapi sosial itu terdapatnya interaksi antara pasien dengan lingkungan, contohnya mereka semua bertemu kita kasih satu tema kemudian mereka berdiskusi lalu mereka kami suruh presentasi. Kemudian terapi kerja , piket-piket, ketrampilan, berjualan bensin, jalan sehat keliling kampung, terapi musik kelompok yaitu angklung, waserda, pembuatan briket, ikut dalam kegiatan desa, 120 krupuk nanti dipasarkan, trus refresing. Misalnya dua hari pergi berlibur, pergi ke salon, ke mall, outbond pokoknya bagaimana biar bisa membuat mereka senang (A1-W16:080513). Lebih lanjut, AA juga menyatakan jenis-jenis kegiatan dalam terapi sosial meliputi berbagai variasi kegiatan, pernyataan ini diungkapan AA dalam kutipan wawancara seperti berikut: Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, teman-teman di Siloam maupun masyarakat luar. Hal ini berkaitan dengan diri pasien dengan orang maupun hal di luar diri pasien, hubungan antara pasien dengan sekitarnya. Terapi sosial ini juga dikemas bervariasi ya namun pada intinya kegiatan yang dilakukan mengarah pada bagaimana hubungan pasien dengan sesuatu di luar dirinya. Contohnya, melibatkan pasien dalam kegiatan desa seperti kenduri dan tasyakuran. pelatihan ketrampilan seperti pembuatan briket, sabun, lilin, anyaman, arang, dan ketrampilan-ketrampilan yang sekiranya sederhana dan bisa kita ajarkan ke mereka, jualan bensin, kita biasakan mereka untuk ke warung, laundry supaya masyarakat mengenal mereka bukan sebagai orang yang dalam tanda kutip gila serta menakutkan ya, itu juga melatih mereka berinteraksi, lalu ada perkebunan, perikanan, olahraga, itu sebenarnya bagian medis ya tapi bisa kita masukan ke sosial yaitu bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar (B1W7:290513). Secara umum kegiatan dalam terapi sosial meliputi: refresing pribadi, refresing kelompok, diskusi kelompok, terapi musik kelompok, terapi kerja, pelatihan ketrampilan, pengenalan lingkungan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan aspek sosial pasien. (Catatan Lapangan no. 3 dan video) (2) Home Care 121 Home Care adalah suatu bentuk pola interaksi kekeluargaan yang diterapkan di GPSY yaitu dengan men-setting kondisi GPSY seperti sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor dan pasien, sehingga terjalin adanya keterikatan emosional antara pasien dengan mentor maupun pasien dengan pasien. GPSY menciptakan suasana panti layaknya seperti sebuah rumah yang penuh kepedulian, kasih sayang dan penerimaan seutuhnya terhadap kondisi pasien sehingga setiap pasien yang dirawat di GPSY merasakan kenyamanan karena merasa diterima serta disayang oleh mentor dan teman-temanya (Catatan Lapangan no. 4 dan video) dan seperti yang diungkapkan oleh KM: mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang mbak. (D1W31:070513). Sikap mentor terhadap pasien membuat pasien merasakan kebermaknaan hidup bahwa masih ada yang mempedulikan, men-suport nya , dan menerimanya dengan terbuka. Hubungan yang terjalin antara mentor dengan pasien maupun pasien dengan pasien adalah hubungan yang bersifat kekeluargaan dan memiliki kedekatan secara emosional seperti sebuah keluarga. KM menyatakan bahwa dia merasa nyaman dengan suasana GPSY: betah mbak, kaya rumah sendiri, semua sodara jadi kaya lagi nggak di panti penyembuhan sakit jiwa (D2-W20:190613). Suasana keseharian di GPSY yang bersifat kekeluargaan juga diungkapkan oleh AD dalam kutipan wawancara: Wah deket banget donk sama kak mentor disini.hehehe (F1W22:160413) ya kaya rumah sendiri gitu mbak, kalau dirumah 122 sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha (F1-W25:160413). Hal ini membuat pasien merasa nyaman berada di GPSY serta menimbulkan perasaan saling memiliki diantara mentor dan pasien sehingga terbentuk kepercayaan pasien terhadap mentor, oleh karena itu segala sesuatu yang dikatakan dan diberikan mentor akan dengan mudah dipatuhi oleh pasien. Pasien diajarkan untuk saling mendukung dan menerima kondisi temannya dengan segala permasalahnya dan bisa menjalin hubungan yang baik dengan sesama pasien karena semua yang berada di GPSY adalah satu keluarga yang harus disayangi, seperti yang diungkapkan oleh KM dan AD: nyaman, saling menguatkan mbak kalau disini, saling mendukung buat sembuh (D1-W36:070513) . . . Jujur ya mbak saya itu dulu lebih nyaman disini, apalagi kalau cerita-cerita sama kak Ngisty saya bisa cerita apa aja (F1-W16:160413). Penjelasaan mengenai “Home Care” yang diterapkan di GPSY dipaparkan oleh AA sebagai berikut: Jadi home care itu kan home rumah kak, care peduli home care rumah yang peduli jadi mereka merasa diterima, disayang jadinya mereka mempunyai keyakinan bahwa hidupnya bermakna. Jadi seperti dirumah kita perlakukan mereka seperti keluarga, jadi kalau mereka mau kambuh mereka ingat bahwa kasihan nanti kakakkakak sama teman-teman saya kalau saya kambuh, jadi ada rasa saling menjaga. Ada kepedulian antara satu dengan yang lain, bukan hanya mentor dengan pasien tetapi pasien dengan mentor. Jadi semua pasien diperlakukan seperti keluarga sendiri jadi mereka merasa berarti tidak merasa terbuang. Inikan sebenarnya yang menjadi akar permasalahan mereka ketika hal ini bisa ditangani kakak bisa lihat sendiri kan bagaimana perilaku mereka sehari-hari, kalau baru pertama datang tidak bisa bedakan mana mentor mana pasien karena sama.hahahaha. (A1-W25:080513). Penjelasan mengenai pola interaksi “Home Care” di GPSY dijelaskan secara lebih detail oleh AA melalui kutipan wawancara sebagai berikut: 123 Home care itu seperti men-setting suasana kekeluargaan yang terjalin antara mentor dan pasien dalam kehidupan sehari-hari maupun pada saat melakukan terapi, ini juga menjadi bagian dalam Terapi Holistik yang dilakukan GPSY. Jadi membuat suasana di dalam panti ini seperti keluarga, motto-nya kita yang ada di dalam sini adalah keluarga jadi setiap orang yang masuk ke dalam lingkungan Siloam ini dia adalah keluarga. Dengan demikian segala macam kekerasan segala macam upaya untuk mungkin ketika pasien dalam kondisi kambuh mereka pun akan tetap belajar untuk mengontrol diri untuk tidak menyakiti, tidak mencelakai yang lain sebab kita semua adalah keluarga selain itu kita juga menekan supaya saling mengerti bahwa penyakit yang seperti ini adalah memang suatu penyakit yang tidak bisa dikendalikan oleh orang itu sendiri jadi ketika teman mereka ada yag error itu bukan lah dibuat-buat karena itu memang penyakitnya, jadi teman yang lain harus mengerti jangan sampai melakukan kekerasan terhadap temanya yang sedang error ataupun iri, misal ada pasien yang lagi eror diperbolehkan untuk tidur, tidak menjalankan piket mereka tidak boleh iri, mereka harus saling mengerti. (B1-W10:290513) Lebih lanjut AA menjelaskan mengenai “Home Care” melalui pemaparan berikut ini: Intinya itu home care adalah membuat suasana didalam panti seperti rumah sendiri, pola-pola hubungan yang kita bentuk adalah pola hubungan seperti keluarga yang didalamnya ada kasih sayang, kepercayaan dan kepedulian terhadap sesama jadi hal ini yang selalu kita tanamkan dan kita bangun. Karena ketika seseorang itu dididik dengan kasih maka mereka akan belajar mengasihi, apabila dididik dengan kebencian dan kekerasan maka mereka akan belajar untuk membenci. Ya kurang lebih seperti itu kak gambaran tentang home care (B1-W11:290513). (3) “Home Visit” atau Kunjungan ke Keluarga dan Koseling Keluarga Home Visit atau kunjungan ke keluarga merupakan bagian dari Terapi Holistik yang diberikan kepada keluarga pasien. Kunjungan yang dilakukan kepada keluarga pasien bertujuan untuk menggali informasi mengenai pasien dari sisi keluarga dan menggali permasalahan pasien yang berkaitan dengan keluarga untuk selanjutnya dilakukan konseling keluarga. 124 Tujuan konseling keluarga adalah memperbaiki kondisi dan fungsi keluarga serta pola-pola interaksi di dalam keluarga pasien yang menjadi pemicu terjadinya skizofrenia dan yang berpotensi memiliki kecenderungan menyebabkan kekambuhan kembali (relaps) pada pasien. Keluarga memiliki peranan besar dalam proses pemulihan pasien karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan penderita dan merupakan “perawat utama” bagi pasien skizofrenia pasca menjalani perawatan, oleh karena itu keterlibatan keluarga memiliki peranan besar dalam membantu proses pemulihan pasien skizofrenia sehingga dia dapat menjalani kehidupannya dengan optimal. Perawatan pasien di GPSY akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah, ketika pasien sudah dipulangkan dari GPSY dalam kondisi “baik” namun keluarga tidak dapat mengkondisikan untuk menjaga kestabilan pasien maka kemungkinan terjadinya relaps sangatlah besar. Keterlibatan keluarga dalam pemulihan pasien menjadi bagian penting dari Terapi Holistik di GPSY yang dilakukan dengan cara konseling keluarga. Penjelasan mengenai Home Visit diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Itu dengan kita lakukan kunjungan ke keluarga pasien ya, setelah kita berkunjung kita mengetahui kondisi keluarganya dan untuk selanjutnya kia lakukan konseling terhadap keluarga yang berkaitan dengan permasalahan pasien. Biasanya permasalahan itu datang dari keluarga oleh karena itu kita perlu memperbaiki keluarga nya sebelum pasien dipulangkan dan setelah pasien dipulangkan (A1-W6:080513). Home visit dan konseling keluarga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan kekeluarga dan memberikan pengarahan-pengarahan dan pengetahuan terkait dengan skizofrenia sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman 125 yang utuh tentang diri pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi keluarga mengenai keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien sehingga diperoleh suatu solusi yang tepat serta untuk memperbaiki kondisi keluarga yang maladaptive sehingga berpontensi memicu kekambuhan pasien kembali. Keluarga harus memahami dan menerima skizofrenia dengan segala keterbatasannya, keluarga harus “ngemong” skizofrenia bukan skizofrenia yang harus “ngemong” keluarga. (Catatan lapangan no. 5 dan video) Hal tersebut diungkapkan oleh NN melalui pernyataan sebagai berikut: ya semacam kita berikan pengarahan-pengarahan, pemahamanpemahaman mengenai keadaan pasien dan pengetahuan tentang skizofren karena tidak semua keluarga pasien memahami skizofren loh kak, lalu bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien. Kita terima keluhan-keluhan dari keluarga untuk kita kemudian tanggapi dan bantu atasi (A1-W7:080513). Pernyataan NN mengenai konseling keluarga diperkuat oleh AA melalui kutipan wawancara sebagai berikut: . . .lalu kita berikan konseling terhadap keluarga untuk mengubah pola-pola keluarga yang berpotensi akan memicu kekambuhan pasien setelah mereka pulang kemudian kita lakukan evaluasi san selanjutnya dilakuakan konseling dengan memberikan pemahaman-pemaham, pengertian-pengertian, kepada keluarga tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada pasien ketika pasien pulang nanti. Persiapan-persiapan apa yang diperlukan, bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien. Bagaimana keluarga harus memperlakuakan pasien dan mengenali kondisi pasien serta tau cara mengatasi apabila pasien sudah menunjukan gejala-gejala akan kambuh, jadi pasien itu tidak sampai kambuh (B1-W14:290513). Konseling keluarga ini dilakukan satu bulan sekali selama pasien dirawat di GPSY dan konseling keluarga tetap dilakukan pada saat pasien sudah pulang dengan jadwal sesuai permintaan keluarga: 126 Dilakukan saat pasien dirawat di Siloam, saat pasien akan pulang atau cuti dan saat pasien sudah dirumah, dilakukan satu bulan sekali. (A1-W8:080513). Lebih lanjut, adanya home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan oleh SR sebagai berikut: Siloam melibatkan keluarga dalam proses terapinya, kita lakukan kunjungan ke keluarga karena kerjasama dari keluarga itu memiliki peran serta besar dalam penyembuhan pasien (C1-W6:2106). Pernyataan NN, AA dan SR dibenarkan oleh SY yang merupakan keluarga mantan pasien GPSY. SY menyatakan bahwa pihak GPSY melakukan kunjungan ke rumah SY dan memberikan konseling kepada keluarga. Ada mbak ada, ya itu kaya kunjungan ke sini. Bu Esther sama mbak Ngisty itu yang sering kesini (G1-W20:290613).Ya memberi pengarahan-pengarahan, nasihat-nasihat. Apalagikan pas AD kambuh lagi itu keluarga bener-bener kaya dikasih kuliah mbak.hehehe. Dikasih banyak banget nasihat-nasihat (G1W21:290613). . . ya intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap, menangani AD, istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan skizofrenia yang harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus mengerti Skizofrenia (G1-W21:290613). Iya iya konseling. . .ya intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap, menangani AD, istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan skizofrenia yang harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus mengerti Skizofrenia. . . Tidak bisa terus diperlakukan kaya orang yang normal seutuhnya . . .Banyak banget wejangan-wejangannya mbak. Hehehe . (G1-W22:290613). Kalau dulu itu yang rutin sebulan sekali waktu AD masih disana tapi pas sudah pulang kalau kelurga butuh tinggal telpon nanti dari Siloam kesini atau kelurga yang ke Siloam (G1-W27:290613). Lebih lanjut, konseling keluarga diberikan kepada keluarga pasien juga diungkapkan oleh DY pada saat peneliti bersama pihak GPSY melakukan kunjungan dan konseling keluarga kepada DY: 127 Kunjungan seperti ini, diberi bimbingan mengenai keadaan KM terus keluarga disuruh untuk lebih memperhatikan KM (E1W11:300613). 4.4.2.2 Kondisi Pasien Sebelum Dilakukan Terapi Holistik Pasien GPSY sebagian besar merupakan rujukan atau sebelumnya pernah dirawat Rumah Sakit Jiwa dan panti rehabilitasi yang berada di Yogyakarta dan sekitarnya, walaupun ada yang baru pertama kali sakit namun jumlahnya tidak sebanding dengan pasien-pasien rujukan atau pindahan dari Rumah Sakit Jiwa maupun panti rehabilitasi. Ada yang baru pertama, tetapi lebih banyak rujukan dari pantipanti atau rumah sakit-rumah sakit yang lain (A1-W3:080513). KM merupakan salah satu pasien GPSY yang sebelumnya pernah menjalani perawatan di beberapa Rumah Sakit Jiwa dan panti rehabilitasi mental sebelum akhirnya KM dirawat di GPSY: pernah mbak, di RSJ Magelang, Sarjito, Puri Nirmala, Rehabilitasi di Sukoharjo, trus disini (Siloam) (D1-W2:070513). Iya ini yang ke lima, trakhir juga semoga. Hehehe. Paling cocok disini mbak (Siloam). . .(D1-W3:070513). Hal serupa juga diungkapan oleh SY, ibu dari salah satu mantan pasien GPSY (AD) yang sebelum dirawat di GPSY pernah beberapa kali mendapatkan perawatan di tempat lain. Sebelum di Siloam itu pernah di dokter Soerojo itu to mbak, dirawat disana 5 bulan mboten cocok mbak, terus saya bilang sama bapaknya tidak usah diteruskan la wong tidak ada perubahannya. Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana dikasih obat. Lumayan mendingan tapi ya masih sering khotbah, terus AD juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. Ya akhirnya kambuh lagi. Terus saya bawa ke rehabilitasi di Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la piye iki (G1-W16:290613). . . Terus akhinya ya itu saya bawa ke Siloam, dirawat disana, dan 128 sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak. . . (G1W17:290613). Kondisi pasien pada saat pertama datang ke GPSY dan belum menjalani Terapi Holistik yaitu penderita skizofrenia menunjukan gangguan yang terlihat mencolok dan gangguan yang tersamar. Gambaran gangguan yang mencolok adalah bentuk perilaku pasien yang dapat dengan jelas teramati dan terlihat menyimpang serta perilaku tersebut sudah meresahkan keluarga dan masyarakat sehingga keluarga sudah tidak dapat menangani kemudian pada akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ke GPSY. Gangguan yang terlihat mencolok tersebut seperti kondisi pasien yang labil, dia tidak dapat mengontrol diri dan emosinya sehingga menimbulkan perilaku yang agresif dan tidak terkendali, seperti bicara kacau yang disebabkan isi pikiran yang tidak rasional, marahmarah, telanjang-telanjang, melakukan perbuatan-perbuatan yang mencelakai diri sendiri maupun orang lain, berteriak-teriak dan sebagainya. Sedangkan gambaran gangguan skizofrenia yang tersamar yaitu bentuk perilaku pasien yang berkaitan dengan dirinya sendiri seperti menarik diri dari keluarga dan lingkungan sosial, tidak mau bicara, murung, sedih berkepanjangan, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, menutup diri terhadap hal-hal yang berada disekitarnya dan sebagainya. Pasien skizofrenia yang baru masuk ke GPSY dan belum mendapatkan penanganan sangat terlihat mengalami gejala-gejala khas skizofrenia atau yang lebih dikenal dengan gejala positif dan gejala negatif. Gejala-gejala yang termasuk di dalam gejala positif yaitu terdapatnya waham, halusinasi, kekacauan alam pikir, dan agresif yang menyebabkan munculnya gejala positif skizofrenia 129 dan ini merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa pasien berobat. Gejala negatif meliputi affect tumpul, menarik diri, kontak emosional rendah, pasif dan apatis, kehilangan kehendak atau avolition. Gambaran tentang kondisi pasien sebelum diberikan Terapi Holistik diungkapkan oleh NN sebagai mentor GPSY melalui pernyataan sebagai berikut: biasanya pasien labil, kemudian meresahkan keluarga, meresahkan masyarakat, biasanya kalau pasien sampai masuk panti itu berarti tandanya keluarga sudah tidak bisa menangani. Pasien tidak bisa mengurus dirinya sendiri, tidak mengerti lingkungan bahkan ada beberapa pasien yang kalau datang dibawa dengan polisi. Ada yang telanjang-telanjang, ngomong tidak nyambung, marah-marah, ada yang nangis ketakutan yang kebanyakan disebabkan oleh halusinasi ataupun waham (A1-W2:080513). Pernyataan NN mengenai kondisi pasien pada saat pertama masuk di GPSY diperkuat oleh AA yang juga merupakan mentor di GPSY dan berperan dalam proses penanganan pasien dari awal masuk hingga kepulangan pasien, ungkapan AA dipaparkan melalui kutipan wawancara sebagai berikut: Kondisi pertama kali datang itu ya mereka kacau, ada yang tidak sadar diri, ya biasanya mereka merasa tidak sakit, berontak, tidak stabil, pemikiran sangat tidak terarah, menyendiri, tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan terdapat halusinasi, gangguan pikiran, waham, tidak mempunyai kemauan bertindak (B1W1:290513). 4.4.2.2.1 Kondisi Pasien (KM) sebelum dilakukan Terapi Holistik Pasien GPSY yaitu KM menyatakan bahwa pada saat pertama datang ke GPSY kondisinya tidak stabil dan terdapat adanya halusinasi visual dan auditorik yang kuat, hal ini membuat KM tidak dapat mengotrol perilakunya sehingga dia sering melakukan tindakan yang mencelakai dirinya sendiri sebagai bentuk pelampiasaan terhadap ketidakberdayaannya dalam mengatasi halusinasi yaitu 130 dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok. KM didiagnosa menderita skizofrenia paranoid, KM menunjukan gejala positif skizofrenia seperti halusinasi, berteriak-teriak, marah-marah, melakukan tindakan yang menyakiti dirinya, memaki-maki orang sedangkan gejala negatif skizofrenia yaitu KM memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap suatu hal yang menyebabkan KM cenderung menarik diri dari lingkungannya dengan hanya mngurung diri di dalam rumah. Alasan ini membuat keluarga membawa KM secara paksa ke GPSY. Pernyataan mengenai kondisinya KM pada saat pertama masuk GPSY dipaparkan melalui kutipan hasil wawancara sebagai berikut : Banyak masalah itu jadi pusing mbak, apalagi cuma ngganggur lontang lantung itu kan sering terserang stress pusing semacam itu. Hehehe (D1-W3:070513). Ehmm dulu nggak sehat (D1W8:070513). Dulu dipaksa pas mau masuk kesini, sering bingung rasa-rasanya mbak (D1-W9:070513), bingungnya banyak suarasuara yang masuk di kuping gitu loh (D1-W10:070513). Iya halusinasi pendengaran katanya kak Ngisty, ya suara kaya ada hubungan pribadi, khusus gitu loh. Kaya dekat dengan kita gitu, kaya berhubungan sama hidup aku mbak (D1-W11:070513). misalnya yang paling menakutkan ada suara sama bayangan yang mesum-mesum gitu deket banget banyangannya trus suaranyanya itu masuk kuping (D1-W12:070513). hu’um sering banget, tiap hari. aku nggak kuat to, kalau aku nggak kuat kepala ku tak jeblosjeblosin tembok itu.hehehe (D1-W13:070513). Ibu KM juga mengatakan bahwa kondisi KM pada saat dibawa ke GPSY dalam keadaan agresif: Kondisinya ya ora genep mbak, teriak-triak, ngamuk-ngamuk, memaki-maki pake kata-kata kasar (E1-W1:300613). . . lalu KM itu juga susah mbak kalau disuruh minum obat, seringnya berantem dulu, dipaksa sama saya atau kakaknya baru mau (E1W9:300613) Gambaran mengenai kondisi KM pada waktu dibawa di GPSY diperkuat oleh AA yang menjadi mentor pendamping KM: 131 Triak-triak, ngamuk-ngamuk, telanjang-telanjang, ribut, jalan keliling-keliling berkali-kali, tenaganya itu kuat sekali susah dikendalikan (A2-W2:080613). Dia itu skizofren paranoid, jadi dulu itu dia liat ada orang ngomong didekat dia, dia langsung tersinggung dikira mereka itu ngomongin dia. Ngamuklah dia marah-marahi itu orang. Hahahha (A2-W3:080613). Kondisi KM yang seperti ini dampaknya ya membuat keluarganya kurang bisa menerima to. . . hubungan dengan keluarga kurang baik ya, terus juga keluarga terlalu sibuk. . . jadi ya tidak ada yang perhatian dengan KM (A2-W7:080613). Tabel 4.3 Kondisi KM sebelum dilakukan Terapi Holistik Aspek Fisik (organobiologik) Psikis Sosial Deskripsi Munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia berupa halusinasi visual dan auditorik yang ditandai dengan perilaku agresif (menbenturkan kepala ke tembok, berteriak-teriak dan mengamuk). Perasaan kesepian, putus asa, tertekan, tidak berguna, rendah diri dan tidak memiliki kebermaknaan hidup. Kemampuan interaksi sosial rendah, permasalahan dengan keluarga dan tidak memiliki pekerjaan. 4.4.2.2.2 Kondisi mantan pasien (AD) GPSY sebelum dilakukan perawatan dengan Terapi Holistik Pemamaparan mengenai kondisi pasien sebelum diberikan Terapi Holistik diungkapkan oleh AD yang merupakan mantan pasien di GPSY. AD mengungkapkan bahwa kondisinya waktu pertama kali masuk GPSY sangat labil berbeda sekali dengan kondisinya sekarang yang sudah mengalami banyak sekali perubahan setelah menjalani perawatan di GPSY. Kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami halusinasi auditorik dan memiliki waham keagamaan. Gambaran gejala positif yaitu, waham keagamaan, halusinasi, marah-marah, berkotbah sambil berteriakteriak, telanjang-telanjang dan tidak dapat mengontrol perilakunya sedangkan 132 gambaran gejala negatif yaitu bingung, melamun, sedih, murung, menyendiri, dan menarik diri dari lingkungan serta hubungan dengan keluarga yang tidak terjalin dengan baik. Gambaran gejala yang dialami AD pada saat masuk GPSY diungkapkannya dalam kutipan wawancara sebgai berikut: Saya ini orang nggak suka ngomong, sama kelurga saya nggak akrab jadi ada masalah saya pendam sendiri jadinya saya eror. Bapak saya kan keras mendidiknya.Hehehe (F1-W7:160413). Kalau aku tuh takut-takut, gampang bingung, mendengar suara yang aneh-aneh, marah-marah, sering bengong, ngamuk, sedih berkepanjangan, kaya ada ketakutan gitu mbak (F1-W9:160413). Nggak tau mbak bingung, takut, ada beban lalu marah-marah, kacau rasanya, aku tuh kaya merasa kalau aku ini utusan Tuhan yang harus menyampaikan firman Tuhan tapi dianggap remeh sama orang-orang, makanya aku marah-marah terus bawaannya (F1-W10:160413). SY yang merupakan ibu AD membenarkan dan menguatkan pernyataan AD mengenai kondisi putranya tersebut pada waktu dibawa ke GPSY. SY juga mengungkapkan bahwa AD tidak memiliki respon positif terhadap pengobatan dan akibat dari skizofrenia AD menjadi terhambat studinya yaitu tidak lulus SMA dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Pertama kali itu ya murung mbak, murung terus diem, kaya orang kebingungan, mondar mandir gelisah terus suka itu loh mba kaya berkotbah tapi itu sambil teriak-teriak. Nggak tau itu apa yang dipikirkan, kadang ya marah-marah tanpa sebab. Tapi ya sering nya murung terus, kami semua juga heran. Hehehe (G1W3:290613). murung nggih murung menyendiri itu mba, ngak mau gaul terus dolan sama temen-temennya itu nggak mau mba (G1-W2:290613). waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak lulus SMA mbak sedangkan teman-teman se-geng nya itu kan pada lulus, AD itu malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal bapak ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentingan-slentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau keluar-keluar mbak, malu to (G1-W13:290613). AD 133 juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. . . (G1-W16:290613). Keterangan senada juga diungkapkan oleh NN dan AA yang menjadi mentor AD selama di GPSY: Agus itu pertama kali masuk telanjang-telanjang, kemudian tidak mengerti diri, teriak-teriak, berkotbah, pendiam, menyendiri, murung, kemudian tidak mengenal lingkungan (A3-W8:160613). Kondisinya tidak sadar, telanjang-telanjang, khotbah-khotbah, dia waham keagamaan jadi merasa dia pendeta. Sakitnya itu kan jadi menyebabkab AD mengalami keputuasaan karena gagal ujian nasional dan tertinggal dari teman-temannya padahal itu kan pas mau hari dilaksanakannya ujian nasional (B2-W1:270613). Tabel 4.4 Kondisi AD sebelum dilakukan Terapi Holistik Aspek Deskripsi Fisik (organobiologik) Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor (telanjang-telanjang, berkotbah dan marahmarah). Psikis - Tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan dan rentan terhadap konflik psikososial. - Tidak percaya diri, tertutup dan tidak mudah bergaul serta tidak memiliki kebermaknaan hidup dan kesadaran terhadap pengobatan. Interaksi sosial rendah, kegagalan studi (tidak lulus SMA), dan terjadinya permasalahan dalam keluarga. Sosial 4.4.2.3 Kondisi pasien setelah dilakukan perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik di GPSY Kondisi pasien setelah menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik menjadi stabil dan bisa mengotrol dirinya sendirinya. Gangguan mencolok yang terlihat pada saat pertama kali pasien masuk sudah berangsurangsur hilang, selain itu pasien sudah bisa mengendalikan dirinya sehingga perilakunya menjadi terarah. Pasien mempunyai pemahaman mengenai 134 penyakitanya, hal ini menyebabkan pasien memiliki kesadaran tentang tanggung jawab terhadap diri serta lingkungannya dan memiliki penerimaan diri sebagai seorang penderita skizofrenia. Kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial yang terjadi pada penderita skizofrenia sudah mulai bisa teratasi, dengan berbagai kegiatan-kegiatan terapi pada terapi sosial membuat pasien mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan di dalam GPSY maupun lingkungan masyarakat sekitar GPSY. Terapi Holistik di GPSY tidak hanya memberikan perubahan positif pada ranah medis tetapi juga memberikan efek psikologis tertentu dalam diri pasien. Efek psikologis yang ditimbulkan dari Terapi Holistik memberikan dampak terhadap perilaku tampak pasien. Kondisi pasien yang stabil secara fisik dipengaruhi adanya dampak psikologis dalam diri pasien sehingga perubahan positif dalam diri pasien dimanifestasikan dalam bentuk perilakunya. Penjelasan mengenai kondisi pasien setelah menjalani perawatan dengan Terapi Holistik dijelaskan oleh NN sebagai berikut: . . . obat-obatan yang mereka minum membantu menghilangkan halusinasi dan gangguan psikis yang mereka alami, mereka memang masih labil kadang heng tapi mereka bisa kendalikan dirinya, bisa mengerti penyakitnya. Karena diterapi sosial sama rohani kita ajarkan itu, tentang pemahaman diri karena ketika seseorang memahami dirinya dengan seutuhnya maka orang tersebut akan bisa mengendalikan dirinya, memiliki kesadaran untuk menjadi lebih baik. Selain itu terapi rohani membuat kehidupan pasien menjadi lebih bermakna, mempunyai pengharapan baru dan juga mereka mampu beradaptasi serta berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan di terapi sosial. (A1-W19:080513). 135 Penjelasan NN diperkuat oleh pernyataan AA yang merupakan salah mentor di GPSY. AA mengungkapkan bahwa kondisi pasien setelah memperoleh perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik menjadi stabil yang terlihat dari perilakunya yang sudah terkendali. Pada dasarnya itu hal pertama yang bisa kita lihat yaitu bahwa mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka sakit, ketika mereka sadar bahwa mereka sakit apapun yang kita lakukan akan mereka ikuti tanpa kita harus memaksa, ketika mereka sadar dan mempunyai keinginan untuk sembuh maka semua terapi itu dapat mereka lakukan dengan baik karena tujuannya mereka bisa sembuh. Dari situ kita bisa melihat perkembangan seperti halusinasinya hilang, gejala-gejala kejiwaan yang muncul pada saat pertama kali dibawa disini sudah tidak muncul, komunikasinya baik dan beraturan, perilakunya sudah terkontrol dan bisa dikendalikan, perubahan pasien perilakunya dengan teman, sudah memiliki tanggung jawab, sudah bisa mengendalikan diri, mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungan (B1W12:290513). 4.4.2.3.1 Kondisi Pasien KM Setelah Dilakukan Terapi Holistik Kondisi KM setelah beberapa bulan menjalani perawatan di GPSY sudah mulai membaik baik secara psikis maupun fisik. Penampilan KM terlihat bersih dan rapi, dalam kesehariannya KM melakukan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab. Tugas tersebut antara lain seperti mengikuti semua kegiatan terapi, tugas piket dan kegiatan keseharian seperti mencuci baju, membereskan kasur dan sebagainya. Gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi sudah berangsur hilang walaupun sesekali masih sering dirasakan, namun pada saat muncul halusinasi KM sudah dapat mengendalikannya sehingga KM tidak memunculkan sikap marah-marah sebagai bentuk pelampiasaannya terhadap halusinansi yang dirasakannya (Catatan lapangan no.6). 136 Lebih lanjut, KM mengungkapkan bahwa setelah menjalani perawatan dengan di GPSY dia merasakan kedekatan dengan Tuhan. Agama menjadi sumber kekuatan terbesar pada diri manusia, ketika seseorang merasakan kedekatan dengan Tuhannya hal ini memunculkan perasaan tenang dan damai dalam diri KM. Perubahan yang dialami KM juga terlihat pada aspek interaksi sosial KM. Sikap pemalu dan menarik diri yang ditunjukan KM pada saat sebelum menjalani perawatan sudah mengalami perubahan, KM menjadi lebih berani membuka diri terhadap kehadiran teman-teman serta memiliki kesadaran terhadap pengobatan. Perubahan sikap keluarga terhadap KM juga sudah mulai dirasakan KM. Secara keseluruhan KM sudah mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkunganya dengan baik: Lebih dekat dengan Tuhan, bisa mengendalikan marah, trus sudah berkurang halusinasinya, punya banyak teman, dulunya pemalu. Heheh. Semakin hari semakin baik, kaya ada pemulihan dalam diri aku (D2-W19:190613). Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe (D2-W22:190613). Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu (D2W23:190613). Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1-W33:070513). Ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri (D1-W35:070513). Semua kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah semangat hidup, kaya ada hidup yang lain. . . (D2-W37:190613). DY juga menyatakan bahwa kondisi KM sudah mengalami banyak perubahan kearah yang positif, KM sudah dapat mengendalikan dirinya dan kesadaran terhadap tanggung jawab yang dimilikinya: 137 Sudah banyak perubahan, sudah tidak ngamuk-ngamuk lagi, manut kalau dikasih tau. Sudah baik ya mau membantu saya juga terus itu tidak buat keributan lagi (E1-W13:30:0513). Perkembangan KM selama dirawat di GPSY secara keseluruhan akan dijelaskan melalui catatan harian perkembangan pasien yang merupakan dokumen bagi mentor untuk memantau kondisi perkembangan pasien yang menjadi anak mentornya. Catatan perkembangan KM terpantau dari sejak pertama KM masuk yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Juli (selama peneliti melakukan penelitian di GPSY). Tabel 4.6 Perkembangan KM Tanggal Kondisi OS Terapi dilakukan 5 Maret 2013 - OS datang diantar keluarga. - OS kotor dan bau dikarenakan malas mandi. - OS berjalan tanpa arah, marah-marah, mengamuk, telanjang. -Halusinasi pendengaran dan tidak nyambung ketika di ajak berbicara. -agresif, sering menjeblos-jebloskan kepala ke tembok - OS halusinasi sehingga berteriak-teriak dan menangis di dalam ruang isolasi. - tidak mau mandi, mkan, minum dan minum obat. -mengamuk - masuk ruang isolasi. pendampingan ekstra. - terapi medis (obatobatan) OS miskin kata-kata dan tidak mau berbicara - OS didampingi dari luar ruangan dan di lakukan pendekatan dengan cara memberi snack dan mengajak mengobrol. - Terapi Medis (Obat-obatan) Pendampingan Ekstra - Terapi Medis (obat-onatan) Pendampingan Ekstra - Terapi Medis (obat-obatan) Masih labil Bercerita dengan OS tentang hobi, kesenangan dan keluarga OS. -Terapi obat-obatan. Pendampingan mentor 6 Maret 2013 9 April 2013 10 April 2013 21 April 2013 28 April 2013 - Halusinasi sehingga menangis dan berteriak-teriak. -Telanjang-telanjang - Sudah mau makan tetapi belum mau mandi. -OS mengajak mentor berteman dan meminta bantuan supaya halusinasi hilang - OS masih halusinasi, nagis malammalam tetapi kemudian dapat tidur nyenyak. - OS sudah dapat mandi serta minta alat kosmetik seperti bedak dan lipstick. - Halusinasi berkurang. - OS stabil dan bicara nyambung. - OS mulai bisa beraktivitas sendiri seperti makan, minum, mandi dan mengepel kamar sendiri. - Emosi terkendali, halusinasi berangsurangsur hilang, emosi terkendali - mampu bercerita dengan lancar tentang yang Hambatan Rencana Jangka Pendek Pendampingan ekstra Rencana Jangka Panjang - OS masih labil Pendampingan ekstra - OS masih labil Pendektan dengan OS supaya OS mengenal mentornya Membangun kepercayaan terhadap mentor - Masih halusinasi Membangun persahabatan dengan OS Keluar isolasi ruang OS terkadang masih marah karena Membangun persahabatan dengan OS Keluar isolasi ruang Keluar rung isolasi (jika emosi stabil) 138 keluarganya. - Mampu beraktivitas dengan baik. - OS meminta buku untuk menggambar baju. (hobi menggambar baju) - OS diberikan buku untuk menulis surat untuk orang tuannya dan. untuk menggambar Terapi Holistik halusinasi - 5 Mei 2013 - Emosi stabil. - Keluar ruang isolasi. - Masuk asrama putri. 15 Mei 2013 - OS dijenguk keluarga. - Emosi stabil. - Banyak bercerita. - Halusinasi hilang. Terapi Holistik - 26 Mei 2013 - Emosi stabil. - Halusinasi hilang - Mampu beraktivitas. Dosis obat diturunkan psikiater, Ekstra pengawasan pasca ganti dosis obat. - Terapi Holistik - 1 Juni 2013 - Emosi stabil. - Halusinasi hilang. - Mampu beraktivitas. Terapi Holistik - 7 Juni 2013 - OS stabil. - OS dijenguk keluarga Terapi Holistik - 15 Juni 2013 OS stabil dan dengan baik. Terapi Holistik 21 Juni 2013 OS stabil dan dijemput keluarga untuk cuti. Keluarga sibuk sehingga cuti ditunda - 21 Juni 2013- 29 Juni 2013 28 Juni 2013 OS cuti seminggu. 30 Juni 2013 mampu beraktivitas - OS dijenguk mentor dirumah - Kondisi dirumah stabil. - Mampu beraktivitas dengan baik. OS kembali ke GPSY dan kondisi stabil Konseling terhadap OS dan keluarga selama cuti Dijenguk keluarga. OS dilatih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Melatih OS untuk percaya diri. Cuti OS pulang Cuti OS dikunjungi oleh mentor untuk evaluasi selama OS di rumah. Konseling dengan keluarga dan pasien. - - Pulang Terapi Holistik - Pulang - Evaluasi pasca cuti dengan keluarga 1. OS dirumah stabil tetapi tidak ada teman untuk diajak mengobrol sehingga sering melamun. 2. Kurang ada aktivitas yang dilakukan di dalam rumah. 3. OS tidak bisa menyalurkan hobi menjahit karena situasi dan keadaan rumah yang tidak memungkinkan. Evaluasi pasca cuti dengan OS Dirumah tidak memiliki teman karena ibu sudah tua dan idak bisa diajak banyak mengobrol. 2. Tidak ada kegiatan sehingga sering mengalami kebosanan dan merasa tidak berguna. 3. Ingin mempunyai pekerjaan setelah ia pulang dari GPSY. 1. 1 Juli 2013 Kondisi stabil. Terapi Holistik - 10 - Kondisi stabil Terapi Holistik - Juli Pengenalan diri dan penyakit yang dialami. -OS mulai diberi tanggung jawab seperti piket dan mengurus keperluan diri sendiri. Terapi Rohani mengenai kebermaknaa n diri OS dihadapan Tuhan dan manusia. OS dilatih percaya diri dan mandiri serta dilakukuan konseling keluarga. Konseling pribadi untuk persiapan cuti Cuti Membangun kepercayaan diri dan kemandirian OS. Membangun Pulang Pulang 139 2013 - Memikirkan masa depan. 25 Juli 2013 Kondisi stabil Terapi Holistik dan konseling keluarga Keluarga masih kesulitan mempersiapk an aktivitas kemandirian yang cocok untuk OS ketika ia pulang. kepercayaan diri dan kemandirian OS. Memotivasi OS untuk mau berwirausaha pulang Kondisi KM setelah menjalani perawatan di GPSY selama 5 bulan di GPSY kondisinya sudah stabil. KM sudah dapat mengendalikan diri dan menjalankan aktivitas keseharian dengan kooperatif. Permasalahan yang muncul adalah KM belum mendapatkan gambaran mengenai pekerjaan yang akan dilakukannya setelah pulang dari GPSY. Hal ini dapat menjadi stressor bagi KM yang berpotensi menyebabkan kekambuhan pasca perawatan apabila tidak segera dicari solusinya. Terapi sosial melalui pemberian-pemberian ketrampilan kerja pada KM menjadi bekal utama bagi KM untuk mampu berwirausaha dengan ketrampilan yang dimilikinya pasca perawatan: Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa memproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613). Secara umum kondisi KM setelah menjalani proses perawatan di GPSY dijelaskan melalui tabel berikut. 140 Tabel 4.6 Kondisi KM setelah dilakukan Terapi Holistik Aspek Fisik (organobiologik) Psikis Sosial Deskripsi Gejala positif dan negatif skizofrenia berkurang serta perilaku terkontrol. Munculnya self suggestion , motivasi hidup dan ketenangan melalui kedekatan dengan Tuhan serta memiliki kebermaknaan hidup dan kesadaran terhadap pengobatan. Lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial dan memiliki ketrampilan kerja. 4.4.3.1.2 Kondisi Mantan Pasien (AD) setelah dilakukan Terapi Holistik Mantan pasien GPSY (AD) memberikan gambaran hampir serupa dengan KM mengenai kondisinya setelah menjalani perawatan di GPSY. AD menyatakan bahwa setelah diberikan perawatan dengan Terapi Holistik gangguan khas skizofrenia yaitu halusinasi dan waham berangsur hilang. Terapi Medis berupa obat-obatan yang diberikan memberikan effek positif terhadap berkurangnya halusinasi dan waham pada AD. Lebih lanjut, secara psikologis effek dari rangkaian Terapi Holistik memberikan ketenangan dalam diri AD, perubahan sikap AD terlihat setelah dua bulan menjalani perawatan dia mampu merawat diri sendiri, bersikap kooperatif dengan mampu mengendalikan diri, AD merasakan kedekatan dengan Tuhan yang memberikan ketenangan ketika menghadapi permasalahan, dalam hal interaksi sosial AD menyatakan bahwa sikap penyendirinya sekarang sudah berubah menjadi sosok AD yang memiliki banyak teman dan lebih percaya diri dalam menghadapi lingkungan. Ya dulu sebelum diterapi masih suka menyendiri ya sekarang sudah banyak teman, dulu halusinasinya menganggu banget pas undah minum obat ya suara-suaranya hilang, bisa mengendalikan diri jadi nggak khotbah-khotbah terus apa lagi ya dulu itu aku mandi aja dimandiin tapi disini terus diajarin bisa mandi sendiri, dulu kaya anak kecil mbak ga bisa mandiri (F1-W27:160413). 141 Kalau ada yang bikin nggak enak ya marah ya masih tapi udah bisa mengendalikanlah wong selalu diajari buat mengotrol emosi kok mbak. . . (F1-W28:160413). Lebih ceria mbak, trus lebih PD (F1W29:160413). Opo ya mba, ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan (F1-W35:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marah-marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anaknya (F1-W38:160413). Perubahan positif AD pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY, ibu AD sebagai berikut: Ya sudah banyak perubahan mbak, dulunya kan cuek, pendiam itu waktu dijenguk sudah baik, peduli gitu ya ngobrol. Terus itu mbak dia udah ga khotbah-khotbah lagi katanya malu. Hahaha (G1W14:290613). Bagus mbak, saya liat AD juga sudah baik komunikasinya, matanya itu sudah ada kontak kalau dulu kan murung terus (G1-W15:290613). . . AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi. . .(G1W15:290613). AD lebih bisa menerima kondisinya. Lebih dewasa menyikapi permasalahan mbak. . . (G1-W19:290613). Sekarang ini udah senang dolan-dolan malah lali mulih barang mbak.hahah (G1-W29:290613). NN mengungkapkan pernyataan serupa seperti yang diungkapkan AD dan SY: Dia satu bulan sudah mulai tenang, halusinasinya sudah bisa dikendalikan, waham keagamannya sudah bisa disalurkan dengan benar. Hehehe. Secara umum sudah kooperatif dan mengerti dirinya. kemudian 4 bulan kemudian sudah boleh pulang (A3W9:170613). . . Setelah itu kak Alfred carikan dia sekolah agar dia senang. Jadi dia diikutkan paket C, lulus kemudian kami carikan dia tempat kuliah dan sampe sekarang dia masih kuliah dan tidak pernah kambuh, karena keluarganya sudah baik dan juga dia mempunyai kesadaran kalau tidak minum obat nanti dia kambuh lalu kuliahnya terbengkalai (A3-W11:170613). Secara umum kondisi AD setelah menjalani proses perawatan di GPSY dijelaskan melalui tabel berikut. 142 Tabel 4.7 Kondisi AD Sesudah Dilakukan Terapi Holistik Aspek Fisik (organobiologik) Psikis Sosial Deskripsi Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta mulai pulihnya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. - Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan. - Lebih percaya diri dan aktif bersosialisasi dengan masyarakat - Memiliki kebermaknaan hidup dan kesadaran minum obat. Mampu berinteraksi sosial dengan baik, melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan dan hubungan dengan keluarga yang membaik. 4.4.2.4 Effek Psikologis Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia 4.4.2.4.1 Effek Psikologis Terapi Medis a. Menghilangkan gejala psikotik skizofrenia sehingga mengurangi perilaku maladaptive pasien yang disebabkan faktor organobiologik. Terapi medis dalam bentuk pemberian obat-obatan menghilangkan gejala klinis skizofrenia yang disebabkan faktor organobiologik berupa waham, halusinasi, perilaku agresifivitas, kekacauan alam pikir dan gejala-gejala skizofrenia lain yang berkaitan dengan kondisi fisiologis penderita skizofrenia. Pemberian dan penentuan jenis obat-obatan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh psikiater atau mendapat rujukan dari psikiater. Pemberian dosis dan jenis obat-obatan berbeda untuk masing-masing pasien, disesuaikan oleh kebutuhan pasien. Secara umum obat-obat yang digunakan adalah obat 143 antipsikotik seperti stelanzine, risperidon, haloperidol 1,5 dan 5 mg, Trihexpenidil (THP), CPZ. Masing-masing jenis obat memiliki fungsi masingmasing yang saling berkesinambungan dalam menghilangkan atau meredakan gangguan psikotik pada skizofrenia. Obat antipsikotik jenis Haloperidol 1 mg dan 1,5 mg, resperideon berfungsi untuk menghilangkan ketegangan emosional dan halusinasi sehingga membuat pasien menjadi tidak agresif. CPZ berfungsi sebagai obat penenang sekaligus obat tidur diberikan untuk mengotrol pola tidur pasien. THP (Trihexyphenidyl) 2 mg berfungsi sebagai penetralisir effek atau gejala negatif yang mungkin timbul dari pemberian obat lain. Amitriptyline 25 mg berfungsi untuk menstabilkan mood, menghilangkan mood murung dan kesedihan yang berkepanjangan. Stelanzine 5 mg berfungsi menghilangkan waham. Secara keseluruhan obat-obat yang diberikan menghilangkan gejala klinis skizofrenia sehingga membuat pasien dapat mengontrol dan mengendalikan diri. Pernyataan mengenai jenis-jenis obat dan fungsinya bagi pasien skizofrenia diungkapkan oleh SR yang merupakan mentor bagian medis di GPSY dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Obatnya itu macem-macem ya kak, obat yang diberikan itu obatobat antipsikotik yang fungsingnya ya itu secara keseluruhan menghilangkan halusinasi, sakit fisik seperti pusing, mual, tidak bisa tidur, menghilangkan gejala-gejala berat kaya waham, perilaku yang agresif itu dikasih obat penenang (C1-W7:170613). Obat itu rujukan dari psikiater kak, obatnya macam-macam diberikan sesuai kondisi pasien tapi yang umum digunakan, ini yang diberikan dokter Silas itu stelanzine 5 mg ini untuk menghilangkan waham, risperidon, haloperidol 1,5 dan 5 mg obatobat ini dipakai untuk menghilangkan ketegangan emosional, halusinasi sehingga pasien tidak agresif. Lalu ada THP itu singkatan dari Trihexyphenidyl la ini fungsinya sebagai 144 penetralisisir dampak dari pemberian obat lain, kadang ada pasien yang tidak cocok dikasih jenis obat tertentu sehingga kan menimbulkan pusing, mual maka THP ini diberikan untuk menetralisisir menghilangkan pengaruh obat tertentu yang tidak cocok tadi kak. Lalu ini Amitripyline 25 mg ini untuk memperbaiki mood yang murug, sedih berlarut-larut, dan untuk menghilangkan kesedihan. CPZ obat penenang yang membuat ngatuk, atau bisa juga disebut obat tidur kalau ditanya fungsinya ya mengatur pola tidur mereka kalau tidak dikasih ini mereka ra ngantuk-ngantuk, gelisah wae, karena pasien ini kan kebanyakan mengalami gangguan tidur jadinya kalau terlalu capek dalam beraktivitas tidak memberi kesempatan tubuh buat istirahat (C1-W8:170613). KM juga mengungkapkan bahwa obat-obatan yang diberikan menghilangkan halusinasi dan membantu memudahkan untuk tidur sehingga membuat kondisi tubuhnya menjadi bugar: Ya apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasarasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger, nggak gelisah lagi (D2-W21:190613). Hal senada juga diungkapkan oleh AD mantan pasien GPSY yang juga merasakan pentingnya peran obat dalam membantu memulihkan kondisinya: masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah tidur terus gelisah (F1-W5:160413). Badannya enak, emosi jadi terkontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus. Ya stabil kalau minum obat (F2-W7:290613). b. Menumbuhkan kesadaran minum obat pada pasien skizofrenia. Obat-obatan pada penderita skizofrenia memiliki peran yang penting dalam membantu menghilangkan gejala klinis skizofrenia, hal ini dikarenakan bahwa secara organobiologi penyebab skizofrenia adalah terdapatnya gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar syaraf (neurotransmitter) sel-sel susunan syaraf pusat (otak). Obat-obat antipsikotik yang diberikan berfungsi untuk 145 menangani gangguan neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis skizofrenia dapat dihilangkan, oleh karena itu penderita skizofrenia harus mengkonsumsi obat-obatan untuk memulihkan kondisinya secara fisiologis. Kesadaran mengenai pentingnya obat dalam menghilangkan gejala klinis skizofrenia perlu untuk diketahui dan dipahami dengan baik oleh penderita skizofrenia sehingga mereka memiliki tanggung jawab dalam membantu menyembuhkan dirinya sendiri. Hal utama yang ditanamkan dalam perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik salah satunya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien perihal minum obat, tidak selamanya mereka terus dirawat oleh orang lain oleh karena mereka harus mempunyai kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap dirinya baik didalam GPSY dan yang paling penting adalah setelah mereka keluar dari GPSY. Hal ini dilakukan dalam bentuk konseling kesehatan maupun jenis-jenis kegiatan lain dalam lingkup Terapi Medis: Konseling kesehatan pada dasarnya itu memberikan nasehatnasehat sama pasien-pasien yang mbeleler, ngeyel itu to kak. Contohnya pasien yang malas minum obat dilakukan istilahnya konseling supaya punya kesadaran yang muncul dalam diri sendiri tentang pentingnya obat untuk orang sakit skizofren, jadi itu tanggung jawab masing-masing orang, kan gitu kak. Jadi ya nggak perlu disuruh-suruh, ya kalau ada yang masih mau nyuruh kalau sudah tidak ada yang istilahnya memperingatkan terus mau gimana mereka, yang merasakan sakit kan mereka sendiri to (C1W4:170613). Pernyataan senada juga diungkapkan oleh AA, bahwa salah satu fungsi konseling kesehatan adalah menumbuhkan kesadaran minum obat pada diri pasien: 146 . . . lalu konseling medis yang lebih menekankan tentang bagaimana mereka menyadari bahwa mereka itu membutuhkan obat, bagaimana fungsi obat dan kebutuhan mereka terhadap obat sehingga mereka itu tanpa dipaksa sudah bisa menyadari bahwa mereka harus minum obat. . . (B1-W9:29:0513) Pemahaman mengenai perlunya memiliki kesadaran pribadi dalam menjalani terapi-terapi dan ketaatan minum obat bagi skizofrenia disampaikan secara kekeluargaan dalam setting home care. Penyampaian secara kekeluarga membuat terjalinnya kedekatan emosional antara mentor dengan pasien, sehingga semua hal yang disampaikan mentor untuk dijalankan oleh pasien akan diterima dengan terbuka oleh pasien tanpa merasa adanya paksaan. Hal ini akan memunculkan kesadaran yang benar-benar berasal dari dalam diri pasien, dengan adanya kesadaran inilah pasien akan menjalankan kewajibanya sebagai skizofrenia dengan atau tanpa pengawasan dan perintah dari siapapun: . . . tapi sebenarnya kan yang penting itu kita gunakan pendekatan secara manusiawi to kak selama terapi-terapi diberikan, bagaimana mereka itu bisa didik secara kekeluargaan dengan begitu kan mereka menjalani semuanya tanpa paksaan, benar-benar dari kesadarannya karena ada ikatan emosial antara mentor sama pasiennya (C1-W5:170613). AA juga menyatakan bahwa kesadaran merupakan hal utama yang mesti dibangun pada diri pasien, sehingga mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka sakit jadi segala bentuk terapi yang diberikan kepada mereka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab karena hal ini akan membantu proses pemulihan pasien: Pada dasarnya itu hal pertama yang bisa kita lihat yaitu bahwa mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka sakit, ketika mereka sadar bahwa mereka sakit apapun yang kita lakukan akan mereka ikuti tanpa kita harus memaksa, ketika mereka sadar dan mempunyai keinginan untuk sembuh maka semua terapi itu dapat 147 mereka lakukan dengan baik karena tujuannya mereka bisa sembuh (B1-W12:290513). Penyampaian tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran pribadi pada diri pasien yang dilakukan oleh SR sebagai mentor medis perihal ketaatan dalam minum obat juga dilakukan melalui obrolan santai yang diungkapkan oleh KM sebagai berikut: katanya eyang, kamu itu sakit jadi kamu harus minum obat biar cepet sembuh, ini obat nya menyembuhkan. La terus aku bilang sama eyang aku udah minum obat juga nggak sembuh-sembuh kok. Trus eyang bilang ya kamu itu harus sabar nggak boleh putus asa kamu harus berusaha untuk sembuh, yang bisa menyembuhkan itu diri kamu sendiri. Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. Eyang selalu bilang gitu mba.hehehe (D1W5:070513). Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1-W33:070513). Hal senada dengan pernyaataan KM juga diungkapkan oleh mantan GPSY, AD bahwa kegiatan terapi yang menumbuhkan kesadaran minum obat terhadap penderita skizofrenia memiliki arti yang lebih penting daripada sekendar suatu perintah untuk selalu minum obat: Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku (F2-W9:290613). Proses menumbuhkan kesadaran minum obat juga dilakukan dalam bentuk ceramah kesehatan. Pasien diberikan pelajaran tentang materi skizofrenia termasuk alasan mengapa obat tersebut penting untuk skizofrenia. Pemberian pemahaman secara teoritis membuat pasien memahami dan mengerti gambaran 148 skizofrenia serta peran obat dalam penyembuhan skizofrenia dari sisi ilmiah yang rasional. Penyampaian materi mengenai skizofrenia dan peran obat yang dilakukan secara teoritis dalam bentuk ceramah kesehatan menyentuh aspek kognitif pasien sehingga terjadi proses berfikir dan mengingat informasi yang diperoleh. Pengetahuan secara teoritis ini membatu pasien mengetahui alasan secara ilmiah mengapa skizofrenia harus minum obat sehingga akan diperoleh kesadaran yang utuh dalam dirinya bahwa obat sangat membantu dalam proses pemulihan skizofrenia. Penjelasan tersebut diungkapkan oleh NN melalui pernyataan sebagai berikut: iya kak, kita membangun pemahaman tentang kepercayaan mereka terhadap obat. Obatlah itulah yang akan menolong mereka. Itu kami berikan dalam terapi medis kak, waktu pelajaran tentang skizofrenia kita berikan penjelasan seberapa penting obat itu untuk penderita skizofrenia. Ini terapi medis tapi masuk terapi kognitif juga kak, kita mau beri penjelasan yang teoritis, yang rasional dan mereka akhirnya berfikir dan mengingat bahwa obat itu penting untuk diri saya sendiri, maka saya harus bertanggung jawab untuk terus meminum obat karena aku ini sakit. Kita kasih perbedaannya bagaiman kondisi kalian kalau tidak minum obat lalu setelah meminum obat bagaimana, dan mereka membandingkan oiya ya obat itu membantu saya (A2-W15:080613). Kalau kamu ga mau mendengar halusinasi kamu harus minum obat, karena obat ini menyembuhkan kamu loh, siapa yang tersiksa kalau kamu ga minum obat ya kamu sendiri yang merasakan akibatnya (A2W14:080613). c. Pemahaman tentang gejala skizofrenia yang berfungsi sebagai coping dari dalam diri pasien. Lebih lanjut, selain melalui obat-obatan pemberian pemahaman mengenai skizofrenia berfungsi sebagai coping yang membantu pasien mengatasi dari dalam dirinya apabila muncul gejala-gejala skizofrenia. Coping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima Pasien diberi 149 pengertian mengenai semua gejala-gejala yang mungkin muncul pada skizofrenia kemudian pasien diajarkan untuk dapat membedakan antara mana kenyataan dan mana yang merupakan gejala skizofrenia. Penyampaian yang baik dalam memberikan pemahaman akan lebih mudah diterima dan dihayati dalam hati serta pikiran pasien. Mentor harus bisa menjadi sosok pendengar yang baik dan mengerti untuk setiap keluhan yang diungkapkan pasien supaya pasien memiliki kepercayaan terhadap mentor sehingga bisa menceritakan semua hal yang dialaminya. Hal ini sangat membantu mentor untuk mengetahui tentang kondisi pasien sehingga memudahkan dalam mengatasi dan membantu pemulihan pada diri pasien. Pemaparan mengenai pemberian pemahaman terhadap pasien untuk membantu mengatasi gejala skizofrenia dari dalam dirinya sendiri diungkapkan oleh NN melalui kutipan wawancara sebagai berikut: Ya dengan kita tanya tentang halusinasinya, hari ini kamu dengar orang ngomong apa saja tentang kamu lalu dia cerita panjang lebar sekali tentang tentang suara-suara omongan yang dia dengar dan saya bilang kalau saya percaya dengan yang dia katakan, kemudian baru saya kasih penjelasan dek sebenarnya yang kamu dengar itu adalah halusinasi, orang lain tidak dengar hanya kamu yang dengar itu karena sakit mu menyebabkan kamu begitu. Suara itu hanya kamu yang dengar, kamu harus bedakan mana suara yang sesungguhnya dan suara yang hanya halusinasi, tanyakan kepada siapapun orang yang berada di dekatmu apakah mereka juga mendengar apa yang kamu dengar, kalau mereka bilang tidak mendengar itu berarti hanya halusinasimu, jangan kamu pikirkan bikin pusing aja. Jadi kami beri pemahaman bahwa penyakitnya itu halusinasi, memang kamu dengar tetapi jangan diikuti karena itu akan hilang dengan sendirinya, kamu harus lawan untuk tidak memikirkannya karena orang lain tidak dengar hanya kamu yang dengar maka jangan kamu pikirkan segeralah cari kesibukan supaya suara-suara itu hilang, kalau kita menyibukan pikiran kita suara itu tidak akan muncul. Itu cara melawan dari dalam diri KM selain itu juga harus dibantu dengan obat no (A2-W14:080613). 150 Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh KM mengenai cara mengatasi halusinasi yang diajarkan oleh mentor GPSY: kan waktu itu aku dengar suara anak nya mbak ku nagis-nangis, trus mbak Ngisty bilang coba berdoa dulu minta pertolongan terhadap Tuhan terus setelah berdoa mba Ngisty bilang coba liat di depan kita nggak ada anak kecil berarti nggak ada suara apa-apa, berarti itu cuma kamu yang dengar, nggak ada itu kan. Jadi kalau didepan kita nggak ada tapi kamu sepertinya dengar itu ya cuma halusinasi (D1-W14:070513). d. Kecakapan dalam mengenali dan memahami gejala skizofrenia Terapi Medis yang diterapkan di GPSY mengajarkan kepada pasien mengenai kecakapan dalam mengenali dan memahami penyakit skizofrenia sehingga pasien dapat mengetahui dan peka terhadap kondisinya. Pasien mengerti tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan hal-hal apa yang harus dihindari supaya kondisinya tetap stabil, dirinya sendirilah yang paling mengetahui terhadap perubahan yang dirasakan tubuhnya. Kondisi masing-masing pasien berbeda antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu masing-masing pasien memiliki mentor yang akan membantu mereka memberi tahu gejala-gejala skizofrenia pada dirinya, apa saja yang harus mereka lakukan ketika sudah mulai terasa gejala tersebut akan muncul. Pasien diajarkan untuk sebisa mungkin sigap dalam mengenali kondisi dirinya, sehingga pencegahan terhadap munculnya dampak gejala yang lebih parah dapat diatasi segera, secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain. Hal ini membuat pasien dapat mengotrol dan menjaga dirinya sendiri supaya tetap dalam kondisi 151 stabil. Pasien tidak selalu bergantung sepenuhnya terhadap perawatan dari orang lain tetapi juga dapat ikut mengobati dirinya sendiri, namun demikian apabila pasien merasa sudah tidak mampu menggendalikan sendiri gejala yang muncul maka pasien harus segera mencari bantuan dari pihak lain yang mengerti tentang penyakitnya yaitu dengan menghubungi mentor GPSY maupun psikiater atau memeriksakan diri ke Rumah Sakit sebelum gejala bertambah parah. Pernyataan ini diungkapan NN sebagai berikut: Jadi begitu mereka error mereka langsung mempunyai kesadaran untuk segera mengatasinya bukan semakin membiarkan dirinya menjadi-jadi tetapi berusaha untuk menyembuhkan dirinya tentunya dengan cara-cara yang sudah diajari di terapi (A1W19:080513). Kita ajarkan mereka untuk mengenal diri mereka, jadi nanti dirumah mereka bisa kenal diri, mereka yang mengontrol diri sendiri. Saya kok rasa-rasanya sudah mau error, mereka tau apa yang harus mereka lakukan supaya tidak jadi error. Kalau mereka sudah tidak bisa lagi mengatasi itu berarti mereka harus segera ke sini atau lari ke psikiater untuk tambah obat atau turunkan obat. Mereka sendiri yang cakap menangani. Jadi disini kami ajarkan mereka untuk mengenali tanda-tanda mereka mau error, kalau perilaku kamu sudah kaya gini sebentar lagi kamu error loh dek, supaya kamu gak jadi error ini loh yang harus kamu lakukan, kalau kamu lakukan dia punya pengalaman sehingga nanti kalau dia error lagi dia ingat cara yang harus dia lakukan supaya tidak jadi error. Ketika mau error lagi dia lakukan itu lagi, begitu seterusnya sehingga dia mempunyai pengalaman untuk bisa menangani dirinya sendiri, jadi dia cakap menangani emosinya sehingga kemudian dia bisa menangani dirinya sendiri dimanapun dia berada. Itu kak yang kami ajarkan disini (A2-W17:080613). Pengajaran yang diberikan mentor mengenai keharusan pasien untuk sebisa mungkin memiliki kepekaan dan kecakapan dalam mengatasi gejala skizofrenia diungkapkan sebagai berikut oleh KM: Harus peka sama keadaanya aku, kalau capek aku sukanya eror jadi ya kalau misalnya mau apa atau apa jangan berlebihan, yang menyebabkan capek, kalau kepala mulai terasa pusing itu tandanya capek harus tidur beristirahat sebentar dulu nanti lagi baru mulai 152 dikerjakan diteruskan lagi. Trus ya kalau aku mulai bengong itu harus cepet-cepet gitu mengerjakan sesuatu mbak atau mencari kesibukan soalnya bengong kelamaan pikirannya suka melayanglayang bisa eror lagi (D2-W11:190613). Iya, nanti kalau misalnya tidak bisa mengatasi pas udah terlalu pusing itu suruh telp mbak Ngisty aja apa datang kesini secepatnya sebelum terlanjur parah lagi (D2-W12:190613). e. Membiasakan perilaku kebersihan diri dan lingkungan Kebersihan diri dan lingkungan menjadi sasaran penting dalam terapi medis, pasien diharuskan untuk bisa menjaga kebersihan khususnya mengerti tentang perawatan diri. Pasien skizofrenia memiliki hendaya (hambatan) yang nyata dalam hal higienetas yang terlihat dari rendahnya kesadaran terhadap perawatan diri dan lingkungan. Pembiasaan mengajarkan pola perilaku menjaga dan merawat kebersihan diri menjadi sangat perlu diajarkan dengan tujuan bahwa pasien skizofrenia dapat merawat dan menjaga kebersihan dirinya sendiri dan juga secara lebih luas menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. Pembiasaan mengenai kegiatan menjaga dan merawat kebersihan diri dan lingkungan dilakukan dalam bentuk terapi medis berupa teori dan praktek kebersihan yang terlebih dahulu dicontohkan oleh mentor untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan keseharian pasien di GPSY. Perilaku hidup bersih dan sehat juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pasien di GPSY sehingga diharapkan bisa menjadi kebiasaan baik yang akan tetap terus dilakukan bahkan setelah pasien kembali kekeluarga dan masyarakat: orang skizofren ini kan kesadaran merawat diri dan lingkungannya rendah jadi kami di sini biasakan mereka untuk tangggap khususnya mengenai kebersihan bukan hanya kebersihan dirinya saja tetapi peduli juga terhadap kebersihan lingkungan, biar apa kak biar mereka mampu merawat dirinya sendiri terutama masalah kebersihan, caranya ya dengan diberi penjelasan terus saya kasih 153 contoh mereka melihat bagaimana saya melakukan terus baru mereka kemudian melakukan, kebiasaan-kebiasaan ini kan lamalama jadi terbawa terus karena kulino jadinya kak. Jadi pas mereka pulang pun semoga ya masih tetap diingat dan jadi kebiasaan (C1W9:290613). Pemantauan terhadap sejauh mana pasien melaksanakan kebersihan dan perawatan diri dilakukan dengan cara pengecekan melalui pemeriksaan kondisi kebersihan fisik pasien yang dilakukan oleh mentor. Pasien yang tidak melaksanakan perawatan diri dengan baik akan mendapatkan punishment, hal ini bertujuan supaya untuk selanjutnya pasien lebih sungguh-sungguh dalam menjaga dan merawat kebersihan serta perilaku merawat diri ini mennjadi suatu kebiasaan: . . . ada terapi-terapi yang dilakukan agar mereka mengerti kebersihan dirinya sendiri dan lingkungan. Contohnya itu belajar cara mandi, cara gosok gigi, cara untuk bagaimana mereka untuk mencuci, mengurus kamar. Itu semua diberikan secara dengan teori, setelah itu praktek trus dibuat dalam permainan, misal dibuat games lomba sikat gigi, lomba memakai baju dengan rapi, pemeriksaan rambut, kuku, gigi untuk selanjutnya bisa diterapkan dalam keseharian pasien di Siloam, terus juga ada punishment nya misal menggosok giginya tidak bersih nanti dapat hukuman lari dengan membawa kasur (A1-W12:080513). Konseling kesehatan itu ya yang tiap hari dilakukan eyang Sariman, memanggil satu pasien trus dinasehati kalau mandi harus pake sabun, keramas yang rajin. . . mengajarkan menjaga kesehatan kepada klien secara individual (A1-W13:080513). Hasil observasi mengenai kegiatan sehari-hari pasien GPSY yang ditulis dalam catatan lapangan no. 4 menunjukan kewajiban pasien untuk membiasakan merawat kebersihan diri dan lingkungan yang dipantau oleh mentor. Pagi hari setelah bangun tidur pasien merapikan tempat tidur, setelah doa pagi pada pukul 06.00 WIB pasien melaksanakan piket harian (menyapu, mengepel, membuang sampah, menjemur kain lap) kemudian pasien mandi pagi, menggunakan pakaian rapi, resmi dan sudah disetrika yang digunakan untuk ibadah dan terapi, handuk 154 yang dipakai kemudian dijemur, setelah mandi pasien mencuci baju kotornya, sehabis makan pasien wajib mencuci bersih peralatan makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Pada pukul 13.30 setelah kegiatan terapi selesai pasien mengganti baju resmi dengan baju “rumah”. Pasien yang tidak melakukan kebersihan diri dan lingkungan dengan baik misal malas mandi atau mandi tidak bersih (tidak memakai sabun, tidak menggosok gigi, tidak keramas), tempat tidur tidak rapi, baju kusut, tidak menjalankan piket, dan sebagainya maka akan memperoleh teguran dari mentor lalu apabila masih terulang kembali akan diberikan hukuman oleh mentor seperti tidak diberi jajan sedangkan pasien yang mampu menjalankan dengan baik kewajibannya dalam menjaga dan merawat kebersihan diri serta lingkungannya maka diakhir bulan akan mendapatkan hadiah berupa jalan-jalan, diberi jajan dan diberi hadiah, sehingga diharapkan pasien akan benar-benar bersungguh-sungguh dalam memperhatikan masalah kebersihan. 4.4.2.4.2 Effek Psikologis Terapi Rohani Memunculkan Self suggestion dan meningkatkan Resiliensi dalam diri pasien Self suggestion adalah sugesti yang dari diri pasien untuk sembuh dan berani menghadapi permasalahan yang berfungsi sebagai kekuatan bertahan dalam menghadapi permasalahan. Terapi Rohani memulihkan kondisi pasien secara psikis, yaitu dengan memberikan kekuatan dalam diri pasien bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan termasuk kesembuhan untuk pasien skizofrenia. Kegiatan-kegiatan dalam terapi rohani membuat timbulnya kedekatan hubungan 155 pasien dengan Tuhan. Agama merupakan potensi kekuatan terbesar dalam diri manusia, membangun kedekatan dengan Tuhan menjadikan manusia menjadi pribadi yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap permasalahan, menyerahkan setiap permasalah kepada-Nya sebab Tuhanlah yang memberikan permasalahan dan pada akhirnya hanya pertolongan Tuhan yang mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi manusia. Menumbuhkan dan membangun kedekatan dengan Tuhan menjadi sangat penting untuk dilakukan, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan iman dan kerohanian memberikan dampak psikologis yang besar dalam diri pasien. Pasien merasakan ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan dan menyadari arti hidupnya, sehingga pasien bisa menerima setiap keadaanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengharapan kepada Tuhan menjadikan pasien menjadi individu yang lebih sabar dalam menerima setiap pencobaan, bahwa apapun yang terjadi Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya secara lebih bermakna. AA mengungkapkan mengenai pentingnya terapi rohani dalam kutipan wawancara berikut: Terapi rohani itu adalah bahwa pasien percaya kepada Tuhan, menyadari dirinya, menyadari arti hidupnya di hadapan Tuhan sehingga bisa menjalani hidup dengan baik dan bermakna (A1W14:080513). Selain itu terapi rohani membuat kehidupan pasien menjadi lebih bermakna, mempunyai pengharapan baru (A1W19:080513). Terapi rohani ini memulihkan dampak skizofren secara psikis, mereka menjadi tabah, berserah dan mempunyai kekuatan yang berasal dari Tuhan dan inilah yang membuat memotivasi mereka untuk tetap bertahan (A3-W18:170613) 156 KM menyatakan bahwa terapi rohani memberikan kekuatan dan pengharapan baru dalam diri KM, hal tersebut diungkapkan sebagai berikut: ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (D1-W15:070513). Paling seneng ibadah itu mba, firman Tuhan. Soalanya ceritanya itu menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu (D2W15:190613). Mantan pasien GPSY (AD) menyatakan bahwa dia merasakan banyak manfaat yang diperoleh dengan membangun kedekatan dengan Tuhan yang dibiasakan pada terapi rohani di selama AD menjalani perawatan di GPSY. Kedekatan dengan Tuhan masih selalu AD bangun walaupun AD sudah keluar dari GPSY dan menjalani kehidupan sehari-hari di luar GPSY karena hal ini membuat AD lebih tenang dalam menyikapi setiap permasalahan. Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan (F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya, menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mbak (F1-W36:160413). Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513). Pernyataan AD diperkuat oleh SY ibunya, bahwa ketenangan yang diperoleh ketika mendekatkan diri dengan Tuhan membuat AD aktif dalam melakukan pelayanan di gereja mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja. 157 . . . minta kesembuhan sama Tuhan itu penting sekali, menyerahkan setiap permasalahan kepada Tuhan itu menyebabkan AD lebih bisa menerima kondisinya. Lebih dewasa menyikapi permasalahan mbak. . . Banyak perubahan kearah yang positif mbak, AD itu sampai sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif nderek kegiatan-kegiatan gereja (G1-W19:290613). 4.4.2.4.3 Effek Psikologis Terapi Sosial a. Meningkatkan ketrampilan interaksi sosial Terapi sosial adalah menyentuh aspek sosial pasien yang berkaitan dengan hubungan pasien dan lingkungannya. Terapi sosial mengajarkan pasien untuk mampu berinteraksi dengan teman-teman di GPSY maupun masyarakat sekitar. Orang dengan skizofrenia mengalami permasalahan dalam hal interaksi sosialnya, mereka cenderung menarik diri dari pergaulan sosial, kegiatan-kegiatan dalam terapi sosial mengharuskan pasien untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya terutama teman-temanya supaya pasien memiliki kecakapan dalam menjalin relasi dan memiliki ketertarikan terhadap hubungan sosial. Keterbukaan diri untuk membaur dengan lingkungan membuat pasien memiliki kesiapan untuk menghadapi dinamika sosial yang terjadi di GPSY maupun dilingkungan luar GPSY. Kegiatan dalam terapi sosial selalu mengarahkan pasien untuk menjalin interaksi sosial yang semakin lama kualitas interaksi tersebut akan mengalami peningkatan, sehingga pasien tidak lagi menjadi pribadi yang menarik diri atau mengasingkan diri dari lingkungan tetapi melalui pembiasaan yang continue pasien mampu menjadi sosok pribadi yang siap menghadapi dinamika sosial dengan diberikan bekal ketrampilan dalam hal membangun interaksi sosial melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan atau membutuhkan adanya interaksi dalam proses pelaksanannya. 158 Hal ini diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Jadi kita bikin satu acara itu ada aspek medisnya, rohani didalamnya dan sosialnya. Seperti ibadah diluar, jadi kami bawa mereka ibadah di luar misal di gereja lain, ibadah dan kemah rohani di Kopeng, ini kan sosial nya juga termasuk yaitu berinteraksi dengan masyarakat luar (A3-W15:170613). Secara sosial jelas penderita skizofren ini dia mengalami permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan orang lain dan cara pandang mereka beradaptasi dengan lingkungan (A3-W18:170613). Pernyataan NN dijelaskan lebih lanjut oleh AA: Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, teman-teman di Siloam maupun masyarakat luar. Hal ini berkaitan dengan diri pasien dengan orang maupun hal di luar diri pasien, hubungan antara pasien dengan sekitarnya. . . bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar (B1-W7:290513). Lalu ada terapi kegiatan-kegitan yang dikemas secara berkelompok dengan tujuan untuk melatih mereka berinteraksi, bekerja sama, berdiskusi, dan menjalankan kewajiban bersama dalam kelompok tersebut (B1-W8:290513). b. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Terapi sosial yang menekankan kepada aspek sosial pasien, yaitu interaksi pasien dengan lingkungnnya secara umum memberikan perubahan secara psikologis dalam diri pasien. Kepercayaan diri yang muncul dari dalam diri pasien merupakan salah satu aspek penting yang harus terus dibangun dan dimiliki pasien karena kepercayaan diri membuat pasien memiliki kemampuan dalam menghadapi stressor lingkungannya dan lebih terbuka terhadap pergaulan sosial. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih siap menghadapi dunia 159 dengan berbagai konsekuensinya. Menumbuhkan rasa percaya diri pada skizofrenia bukanlah hal yang mudah, perlu suatu pembiasaan yang awalnya “memaksa” sebelum selanjutnya menjadi kebiasaan. KM mengungkapkan bahwa semula dia adalah seorang yang pemalu, paksaan untuk mampu tampil di depan umum dalam berbagai kegiatan membuatnya menjadi memiliki kepercayaan diri, walaupun pada awalnya sangat sulit untuk mulai menumbuhkan kepercayaan diri tersebut. Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe (D2W22:190613).Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu (D2-W23:190613). Kepercayaan diri yang terbentuk melalui berbagai kegiatan di bagian Terapi Sosial juga dirasakan oleh mantan pasien GPSY (AD), kepercayaan diri yang dimilikinya membuat AD lebih bisa bergaul dan berani menjalin hubungan dengan lingkungannya sehingga AD mampu bersosialisasi dengan baik dan mempunyai banyak teman: lebih ceria mbak, trus lebih PD (F1-W29:160413). Iya mbak, tapi disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya disuruh mimpin acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus berani (F1-W30:160413). Kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah (F1-W48:160413). Kegiatan-kegiatan dalam Terapi Sosial tidak hanya menyentuh aspek sosial pasien tetapi juga menyentuh sebagian besar aspek kognitif pasien. Proses interaksi dalam terapi sosial melibatkan kemampuan kognitif dalam proses pelaksanaannya. Skizofrenia memberikan dampak terhadap terganggunya fungsi 160 kognitif pada penderitanya, dampak negatif skizofrenia yang menyerang aspek kognitif antara lain terganggunya arus pikir, isi pikiran, dan konsentrasi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakmampuan dalam berfikir logis dan melakukan analisis, tidak dapat berkonsetrasi, rendahnya kemampuan mengingat dan memahami tugas, menurunnya kreativitas dan inisiatif. c. Memperbaiki fungsi kognitif Tujuan dari terapi sosial selain mengajarkan pasien untuk berinteraksi juga melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien yang terganggu sebagai akibat dari skizofrenia. Kemampuan kognitif pasien terus diasah, sehingga kemunduruan pada aspek kognitif tertentu dapat dicegah atau dipulihkan. NN menyatakan bahwa kegiatan dalam terapi sosial melibatkan aspek kognitif: Mereka harus bisa berdiskusi, berpendapat, dan akhirnya mengambil keputusan bersama tentang lagu apa yang akan dinyanyikan, gerakan apa yang akan diperagakan sehingga bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi juara mengalahkan kelompok lain (A3-W18:170613). Kreativitas dan Konsetrasi Kegiatan lomba drama selain digunakan untuk mengajarkan pasien berinteraksi juga digunakan untuk melatih aspek kognitif dan kreativitas pasien, sebab untuk dapat menampilkan drama yang baik diperlukan proses latihan yang membutuhkan pemikiran yang matang. Contohnya lomba drama, mereka saling berkoordinasi, berkomunikasi, dan bekerja sama dalam bermain peran sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk menampilkan yang terbaik 161 dan menjadi pemenang,dari situ kita bisa melihat bagaimana mereka melakukan problem solving terhadap perbedaan pendapat dalam kelompok lalu ada menghapal teks itu kan masuk kognitif juga (B1-W8:290513). Hal senada juga diungkapkan oleh KM, dia menyatakan bahwa diperlukan proses berfikir yang kreatif dan konsentrasi dalam beberapa kegiatan di terapi sosial: tapi kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah (D2-W17:19613). Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe (D2W24:190613). Kegiatan lain yang juga melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien juga diberikan dalam terapi medis dan rohani. Terapi medis yang melibatkan proses kognitif dalam pelaksanannya salah satunya yaitu ujian medis, sedangkan kegiatan dalam terapi rohani antara lain terapi pustaka dan pemutaran film rohani. Melatih Ingatan dan Kemampuan penyampaian isi pikiran Ujian medis adalah menguji pengetahuan, pemahaman dan daya ingat pasien terhadap materi-materi mengenai kesehatan yang sudah diberikan oleh mentor medis baik secara lisan maupun praktek. Ujian medis dilakukan satu bulan sekali secara tertulis. Materi yang diujikan adalah materi yang telah diberikan selama sebulan tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap hasil ujian pasien pasien dan dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui sejauh mana kemampuan pasien secara kognitif. 162 Terapi pustaka yaitu pemberian buku-buku bertema rohani kepada pasien kemudian pasien diberi waktu sekitar satu jam untuk membaca dan memahami isi dari buku tersebut. Selanjutnya pasien diminta untuk menceritakan inti dan hikmah apa yang dapat diambil dari buku tersebut kepada teman-teman dan mentor. Aspek kognitif yang terlibat dalam terapi pustaka yaitu dibutuhkannya konsetrasi yang baik dan terfokus kognitif dalam memahami dan mengambil inti dari sebuah buku untuk selanjutnya diceritakan kembali atau disampaikan kepada orang lain. Pada saat pasien menceritakan kembali isi buku tersebut ada proses mengingat dan menceritakan secara sistematis, hal ini melatih arus pikiran pasien untuk dapat menjelaskan secara koherensi. Kemampuan Analisis Lebih lanjut, pada pemutaran film rohani pasien diputarkan sebuah film dan setelah pasien selesai melihat film tersebut tugas pasien selanjutnya adalah menganalisis film tersebut meliputi menganai siapa saja pemeran dalam film tersebut, bagaimana karakter masing-masing pemeran dan pesan moral apa yang dapat diambil dari film tersebut. Pasien dilatih untuk dapat melakukan analisis dengan baik sehingga diperlukan kemampuan kognitif yang kompleks meliputi isi pikiran, arus pikiran, kosentrasi dan ingatan yang saling terkoordinasi dengan baik. Kelompok-kelompok dalam kegiatan di terapi sosial yang dibagi sesuai dengan kemampuan pasien. Kondisi kognitif pasien yang berbeda-beda apabila disamakan dalam pemberian dan cara penyampaian materi maka tidak akan efektif dari segi penerimaan dan pemahaman yang diterima pasien. 163 Pengelompokan sesuai kemampuan kognitif dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat menyampaikan materi secara teoritis, namun di kegiatan-kegiatan yang melibatkan interaksi dan dinamika sosial pada masing-masing kelompok maka pembagian anggota kelompok dibagi secara merata yaitu dalam satu kelompok terdiri dari pasien dengan kemampuan kelas TK-SMA. Pernyataan NN mengenai pembagian kelompok sesuai kelas kemampuan pasien diungkapkan melalui kutipan wawancara sebagai berikut: Gini kak, kondisi pasien disini kan tidak semua sama. Tingkat kewarasannya kan berbeda-beda. Ketika pasien yang tingkat kewarasannya secara perilaku dan pola pikir 9 lalu kita kelompokan dengan pasien yang tingkat 2 nanti tidak nyambung kak. Makanya pada saat terapi kita kelompokan, kita kelaskelaskan. Kelas TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Kelas TK ini untuk pasien-pasien yang belum stabil dan kemampuan kognitifnya rendah kita gabungkan menjadi satu dan seterusnya. Terapi yang diberikan semua pasien sama tetapi hanya esensinya saja yang berbeda, sama-sama ujian tadi soal yang mereka terima berbeda tergantung kelasnya. Karena ketika diberi soal yang sama itu tidak akan bisa kak, Karena kemampuan mereka juga berbedabeda (A3-W3:170613). d. Pemberian ketrampilan kerja sebagai bekal kesiapan pasien secara ekonomi dan melatih tanggung jawab pasien Terapi kerja merupakan bagian dari terapi sosial, fungsi dari terapi kerja adalah mengajarkan pasien untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat dijadikan bekal ketika pasien keluar dari GPSY. Ketrampilan yang diberikan selama di GPSY apabila dikembangkan diharapkan mampu dijadikan lapangan pekerjaan bagi pasien dan sebagai sumber penghasilan sehingga pasien dapat menjalankan fungsinya secara sosial dan dapat diterima dengan baik oleh 164 masyarakat. Hal ini membuat pasien memiliki kesiapan untuk terjun dan kembali ke masyarakat. Terapi kerja di GPSY meliputi: penjualan bensin, waserda, perkebunan, perikanan, peternakan, pelatihan ketrampilan (pembuatan briket, kerupuk lele, kantong parfum, merangkai bunga, dan sebagainya), dan piket. Terapi kerja mengajarkan pasien untuk memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan kemampuan menjalin relasi sosial dengan orang lain. Penjualan bensin merupakan terapi kerja yang diberikan kepada pasien putra, setiap pasien putra diberi tugas bergilir dalam menjaga bensin. Transaksi penjualan bensin dicatat dalam buku, pasien yang bertugas harus bertanggung jawab terhadap keuangan yang diperoleh dari hasil transaksi, apabila terjadi kesalahan pencatatan atau selisih jumlah penjualan dengan uang yang diperoleh maka pasien yang jaga harus mempertanggung jawabkannya dengan mengganti kekurangan uang menggunakan uang jajanya. Terapi kerja piket mengajarkan kepada pasien untuk bertanggung jawab terhadap teman-temannya dengan menjalankan tugas piket dengan sebaikbaiknya, sebab tugas piket yang dilakukan menyangkut kepentingan banyak orang. Selain itu ada juga piket ketua kamar putra dan putri, tugas ketua kamar adalah bertanggung jawab terhadap teman sekamarnya. Tanggung jawab ketua kamar adalah mengecek kebersihan diri teman sekamarnya, menjaga kenyamanan kamar (kebersihan, kerapian dan ketertiban), mengumpulkan dan mengecek keikutsertaan anggota kamar apabila kegiatan terapi, dan bertanggung jawab apabila terjadi pertengkaran antar sesama teman sekamar. 165 Pemberian ketrampilan-ketrampilan diberikan mentor kepada pasien. Hasil ketrampilan yang dibuat pasien kemudian dipasarkan dan hasil penjulan diberikan kepada pasien, walaupun hasil yang diperoleh tidak begitu banyak namun ada kepuasaan dalam diri pasien bahwa mereka dapat memperoleh penghasilan dari kerja keras mereka dan ternyata karya mereka diminati dan bisa diterima oleh masyarakat. Penjelasan mengenai fungsi terapi kerja dijabarkan sebagai berikut oleh NN: Setelah pulang dari Siloam mereka mempunyai tanggung jawab yang besar loh kak untuk dapat berfungsi dan berkarya di dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dalam terapi kerja dipersiapkan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar, sehingga pasien itu mempunyai suatu ketrampilan yang berguna untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan dengan ketrampilan yang diajarkan disini seperti misalnya membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian, selain itu juga dengan memiliki kemampuan pasien merasa berguna ini loh aku bisa menghasilkan uang sendiri (A1-W25:080513). Terapi kerja juga menjembatani pasien untuk dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat luar, hal ini diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Dengan terapi kerja pada terapi sosial kami ajarkan mereka untuk bagaimana bisa membangun hubungan baik dengan orang lain, kita jembatani mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat luar seperti berjualan bensin, jalan-jalan ke moll (A3-W18:170613). Pernyataan NN mengenai fungsi terapi kerja dalam terapi sosial semakin diperkuat oleh pendapat AA melalui pernyataan berikut ini: Melibatkan pasien dalam kegiatan desa seperti kenduri dan tasyakuran, pelatihan ketrampilan seperti pembuatan briket, sabun, lilin ,anyaman, arang, dan ketrampilan-ketrampilan yang sekiranya sederhana dan bisa kita ajarkan ke mereka, jualan bensin, kita biasakan mereka untuk ke warung, laundry supaya masyarakat mengenal mereka bukan sebagai orang yang dalam tanda kutip gila serta menakutkan ya, itu juga melatih mereka berinteraksi, lalu ada 166 perkebunan, perikanan, olahraga itu sebenarnya bagian medis ya tapi bisa kita masukan ke sosial yaitu bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar (B1-W7:290513). Selain itu seperti piket itu masuk sosial, mereka jalankan tanggung jawab mereka atau tidak itu jadi sekaligus mengajar mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada mereka, lalu melihat bagaimana kerjasama mereka dengan teman dalam menjalankan tugas piket (B1W8:290513). Pemberian ketrampilan-ketrampilan membuat pasien memperoleh pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan ini dapat menjadi sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi pasien pasca perawatan untuk keberlangsungan kehidupan pasien selanjutnya. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut: dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613). Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613). e. Perubahan stigma masyarakat dan penerimaan terhadap skizofrenia Bagian lain dari Terapi Holistik adalah pengenalan lingkungan yang bertujuan meng“akrab”kan masyarakat dengan “skizofrenia”, khususnya masyarakat sekitar GPSY sehingga masyarakat bisa mengenal dan menerima kehadiran “skizofrenia” ditengah-tenagh kehidupan masyarakat. Pengenalan lingkungan ini tidak hanya menjadi bagian terapi sosial semata tetapi mencangkup 167 kegiatan dalam Terapi Holistik secara umum, namun kuantitas pengenalan lingkungan paling banyak dilakukan dalam kegiatan-kegiatan di bagian terapi sosial. Kegiatan dalam terapi medis yang merupakan bagian dari pengenalan lingkungan adalah jalan sehat yang dilakukan setiap 2 minggu sekali pada hari jumat pagi. Jalan sehat dilakukan di lingkungan sekitar GPSY dan diikuti oleh semua pasien GPSY. Jalanan yang dilalui pada saat jalan sehat adalah jalan-jalan yang melewati pemukiman penduduk dan jalan-jalan yang ramai digunakan untuk berlalu-lalang masyarakat, oleh karena itu setiap kali sebelum melakukan jalan sehat mentor selalu memberikan pengarahan untuk selalu menjunjung tata krama dan sopan santun ketika berada di lingkungan masyarakat contohnya adalah dengan menyapa serta memberi senyum apabila bertemu dan berpapasan dengan penduduk sekitar. Sikap sopan dan ramah yang ditunjukan pasien GPSY ketika berinteraksi dengan masyarakat diungkapkan oleh satu warga sekitar GPSY (AT). Pasiennya yang di Siloam ini kaya orang normal sih mba, ya jalan itu biasa nggak ada yang terus ngamuk atau apalah.Wong mereka kalau lewat itu ya malah menegur sama warga (I1-W3:090513). Menegur itu ya menyapa, permisi bu malah kadang itu ada yang bilang hallo bu dengan gayanya mereka. Sok kadang saya lagi nyapu itu to mereka pas lewat bilang “ibu rajin sekali”. Heheh (I1W3:090513). Pengenalan lingkungan dalam terapi rohani meliputi ibadah di gereja, kemah rohani, mengikuti seminar keagamaan di luar GPSY dan jenis-jenis kegiatan-kegiatan kerohanian yang melibatkan pihak luar GPSY. Ibadah di gereja dilakukan sebulan sekali, pasien mengikuti kebaktian bersama-sama dan 168 membaur dengan jemaat lainnya sehingga tidak ada sekat pembeda antara pasien skizofrenia dengan orang “normal”. Pasien GPSY bahkan sering diminta oleh pihak gereja untuk mengisi pujian maupun bermain musik pada saat ibadah berlangsung. Pengenalan lingkungan yang menjadi bagian dari terapi sosial yaitu refresing baik refresing pribadi maupun kelompok dan pengenalan lingkungan yang dilakukan dalam keseharian pasien seperti pergi ke laundry, mengikuti kegiatan desa (tahlilan, syukuran dan kenduri), potong rambut di salon, belanja di warung atau sekedar “nongkrong” di sekitar GPSY serta jenis-jenis kegiatan keseharian lainnya yang melibatkan pasien dengan masyarakat. Pasien yang dibawa membaur ke masyarakat adalah pasien yang sudah stabil, artinya meskipun pasien tersebut belum pulih sepenuhnya dan masih menunjukan adanya gejala skizofrenia namum dia sudah mampu bersikap kooperatif. AT mengungkapkan bahwa sebagian pasien yang mengikuti jalan sehat adalah pasien yang sudah “waras” walapun terdapat juga pasien yang terlihat masih belum “waras”: Kebanyakan ya udah waras mbak, menyapa menegur ya biasa itu lah mba tapi ya ada juga yang wajahnya itu masih kliatan belum waras, masih digandeng temennya (I1-W5:090513). Penjelasan senada mengenai kondisi pasien yang dilepas ke masyarakat diungkapkan oleh MR melalui pernyataan sebagai berikut: Oh ngono, yo kadang ono sing langsung mgomong meh tuku opo po opo, tapi yo sering mung meneng tok trus tak takoni meh tuku opo mba utawa mas, rupane bingung terus tak kon kono mbalik neh dicatet opo sing meh dituku terus mbalik neh njupuk catetan 169 njuk mrene neh.hahaha (H1-W3:300513). Yo ora mba, kadang yo ono sing durung waras yo mrene, tapi biasane dikancani karo mbak utawa mas e neg ora yo kancane, wedi neg mlayu paling mba soale kan durung mudeng pasien nembe kui paling (H1W5:300513). Oh begitu, ya terkadang ada yang langsung bicara mau beli apa, tetapi sering juga yang cuma diam lalu saya tanya mau beli apa mas atau mbak, wajahnya malah bingung terus saya suruh pulang lagi dan dicatat apa yang mau dibeli kemudian setelah itu kesini lagi. Hahaha(H1-W3:300513). Ya tidak mbak, kadang juga ada yang belum waras juga kesini, tapi biasanya ditemenin sama mbak atau mas kalau tidak ya sama temannya, takutnya nanti malah kabur soalnya belum paham kan pasien baru biasanya (H1W5:300513). AT dan MR mengungkapkan bahwa secara pribadi tidak pernah mempermasalahkan interaksi langsung yang dilakukan pasien kepada masyarakat karena mereka merasa sudah terbiasa dengan keberadaan pasien-pasien GPSY, sosok “orang gila” yang agresif dan membahayakan sudah tidak lagi melekat pada diri pasien GPSY. Pada saat pertama berinteraksi dengan “skizofrenia” warga mengalami ketakutan namun sekarang warga mengaku tidak pernah merasa takut apabila berinteraksi langsung dengan pasien GPSY karena perilaku pasien GPSY yang stabil dan tidak memperlihatkan perilaku yang menganggu apalagi mencelakai. Enggak lah mbak kalau takut, udah biasa pada jalan-jalan lewat sini kok ,ada yang ngawasi juga. Hehehe (I1-W1:090513). awalnya saya takut mbak waktu awal-awal apalagi orang gila sebanyak itu sliweran disekitar sini, nanti kalau menyerang gimana tapi ya sekarang udah biasa tau ya mbak dan mereka baik kondisinya jadi ya udah biasa lah mba, ya apa mau dikata siapa sih orangnya yang mau gila, kasian juga kalau dikurung terus asal, tidak menyerang aja itu sebenarnya nggak papa. Kalau mereka baik kita juga baik mbak (I1-W4:090513). Ora wedi to mba la wong wis biasa srawung trus yo kulino wirawiri mrene (H1-W6:300513). Neg aku ra tau masalah kok mba, 170 wong pasien e yo ora ganas koyo neg wong edan ning dalanan kae, neng kene resik-resik klambine (H1-W8:300513). Tidak takut mbak, soalnya sudah biasa bergaul dan biasa kesini (H1-W6:300513). Kalau saya tidak masalah mbak, soalnya pasien tidak ganas seperti orang gila dijalanan, disini bajunya bersihbersih (H1-W8:300513). Lebih lanjut, secara umum masyarakat sekitar GPSY tidak ada yang merasa keberatan dan mempermasalahkna kegiatan-kegiatan di GPSY yang mengajarkan pasien untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Pengenalan lingkungan yang menjadi salah satu kegiatan dalam terapi sosial membuat masyarakat lebih mengenal “skizofrenia” secara lebih dekat dan tidak melabeli skizofrenia sebagai sosok “mengganggu” yang harus dihindari atau dijauhi. Hal ini dibuktikan dari terjalinnya interaksi yang baik antara pasien GPSY dengan masyarakat sekitar, masyarakat bisa menerima kehadiran “skizofrenia” di tengahtengah mereka. Hubungan antara pasien GPSY dengan masyarakat sekitar dijelaskan oleh AT sebagai berikut: saya nggak pernah dengar secara langsung ya ada yang ngrasani atau keberatan, warga disini ya biasa aja mbak soalnya mereka itu udah terbiasa lewat ya lewat aja tidak mengganggu warga jadi ya tidak ada yang mempermasalahkan. Mereka itu juga ramah sama warga jadi kok ya kayaknya kebangetan kalau ada yang mempersalahkan, lagian ini kan jalan umum siapa saja boleh lewat (I1-W6:090513). Yang saya tau nggak ada ya mbak ya istilahnya kaya membenci mereka, warga disini tanggapannya baik-baik saja buktinya kalau mereka lewat juga saling menyapa, kalau warga tidak suka kan didiemin aja pas mereka lewat, bisa diliat dan dibedain to mbak dari perilaku warga suka atau nggak sukanya. Lagian sama-sama manusia ciptaan Tuhan, mereka juga nggak mengganggu sih nggak kaya orang gila dijalanan jadi ya biasa mbak sudah terbiasa begitu pasien Siloam keluar-keluar ke masyarakat, udah nggak gumun mba (I1-W1:090513). 171 Pernyataan AT diperkuat oleh MR, bahwa kegiatan pengenalan lingkungan tersebut memberikan pengaruh yang positif. Keterlibatan pasien GPSY dalam kegiatan kemasyarakatan membuat masyarakat menjadi terbiasa dengan kehadiran “skizofrenia” dan tidak lagi selalu berpandangan negatif terhadap “skizofrenia”. Sakngertiku warga yo wis ngerti kok mbak, yo neg metu-metu kui kan malah apik iso kenal warga dadi ben do ngerti wong edan kie ora kabeh medeni, la sok ono sing melu kenduri barang opo syukuran kan kono perwakilan diundang ngko petugas e ngajak pasien (H1-W11:300513). Sepengetahuan saya warga sudah tahu kok mbak, ya kalau keluarkeluar seperti itu kan malah bagus jadi warga tahu kalau orang gila tidak semuannya menakutkan, la terkadang ada yang ikut kenduri atau syukuran kan dari sana perwakilan diundang nanti ada pasien yang ikut (H1-W11:300513). 4.4.2.4.4 Effek Psikologis Home Care a. Membangun Kebermaknaan Hidup Skizofrenia Home care merupakan pola interaksi kekeluargaan yang dikembangkan di GPSY antara pasein dengan mentor dan mentor dengan mentor. Home care merupakan salah satu bagian dari Terapi Holistik, tujuannya adalah membuat pasien merasa diterima di GPSY seperti berada di sebuah keluarga besar yang saling menyayangi dan peduli di antara semua penghuninya. Keterikatan emosional diantara mentor denga pasien maupun pasien dengan pasien merupakan hal penting yang ditekankan pada pola interaksi Home Care. Home care membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan sehingga pasien merasa bukan sebagai orang yang terbuang, dijauhi atau disisihkan oleh orang laien karena penyakitnya. Home Care mengajarkan dan 172 memberikan pemahaman kepada pasien bahwa skizofrenia bukanlah penyakit memalukan dan menular yang harus dihindari, skizofrenia hanya perlu diobati supaya tidak kambuh sama seperti penyakit-penyakit kronis lainya sehingga pasien tidak merasa malu dengan kondisinya. Pemahaman ini terus dipupuk dan dibangun di dalam Home Care supaya pasien tidak merasa terkucilkan ataupun tersingkarkan dari lingkungan karena penyakitnya tersebut sehingga pasien memiliki penerimaan diri yang menyebabkan terbentuknya kebermaknaan hidup bahwa ternyata masih banyak yang menyayangi dan mempedulikannya di dalam GPSY: Kami kasih pemahaman bahwa skizofrenia itu bukan penyakit yang memalukan, skizofrenia itu sama kerennya dengan penyakit jantung, sama dengan penyakit kangker otak, penyakit paru-paru itu semua sama kerennya. Skizofren itu tidak berteman sama HIV Aids yang harus dihindari karena menular, nggak kita nggak sama dengan HIV kita sama dengan kangker otak kok, kita nggak memalukan, kita nggak dijauhin kok, kita hanya perlu dirawat supaya sembuh. Jadi mereka tidak malu kalau mereka Skizofren, mereka bisa menerima penyakit mereka, karena skizofren ini seringkali dideskriminasikan oleh masyarakat, kita harus hapus pandangan tentang itu yang sudah tertanam dalam otak , hati dan pikiran mereka kak. Kenapa mesti malu, semua orang punya kelemahan kok dan saya juga sedang berusaha untuk sembuh (A2W16:080613). Hubungan kekeluargaan di dalam panti secara langsung memberikan pengaruh positif terhadap pemulihan pasien. Keterikatan emosional yang terbangun membuat terjalinya rasa saling memiliki dan saling menguatkan satu sama lain, sehingga memberikan motivasi tersendiri dalam diri pasien bahwa mereka memiliki teman-teman yang akan selalu membantu mereka dan pasien tidak merasa sendiri dalam menghadapi penyakitnya tersebut. Home care menghapuskan jarak antara mentor dan pasien sehingga mentor memiliki 173 dedekatan dengan pasien dalam segala hal, ini lah yang membuat mentor dengan mudah dapat mengendalikan pasien. Penerimaan dan perlakuan yang ditunjukan mentor kepada pasien juga diajarkan kepada sesama pasien bahwa semua orang yang berada di GPSY harus saling menyayangi dan memiliki rasa memiliki diantara sesamanya seperti keluarga sendiri sehingga mereka tidak merasakan sepeti bahwa mereka sedang dirawat di sebuah panti rehabilitasi mental . Hal ini membuat pasien merasakan adanya kebermaknaan hidup, penerimaan yang baik dan kasih sayang yang diperoleh di GPSY menjadikan pasien pribadi yang berharga karena meskipun menderita skizofrenia tetapi masih banyak orang yang mempedulikannya. Pernyataan mengenai manfaat home care diungkapkan oleh NN sebagai berikut: home care rumah yang peduli jadi mereka merasa diterima, disayang sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa hidupnya bermakna, seperti dirumah kita perlakukan mereka seperti keluarga. . . ada kepedulian antara satu dengan yang lain, bukan hanya mentor dengan pasien tetapi pasien dengan mentor. Semua pasien diperlakukan seperti keluarga sendiri jadi mereka merasa berarti tidak merasa terbuang (A1-W26:080513). ya mereka baik karena diperlakukan dengan baik kak, seperti apa mereka itu kan tergantung dari seperti apa kita bersikap memerlakukan mereka (A1-W27:080513). Seperti kemaren itu siang-siang saya dengan kak ance mengantar Priskila (pasien) beli es crem di toko dekat rumah sakit itu loh kak, padahal waktu itu siang panas-panas kami jalan kaki padahal jaraknya kan lumayan jauh itu to kak. Disana kami suruh dia makan es crem, belanja jajan yang dia mau kemudian kami pulang. Ya hanya begitu saja tetapi itu sudah luar biasa membuat mereka senang. Hahahaha (A1-W20:080513). Lebih lanjut, AA mengungkapkan bahwa kedekatan emosional yang terbangun dari pola interaksi home care memberikan kenyamanan tersendiri dalam diri pasien, kenyamanan tersebut disebabkan karena pasien merasa dihargai 174 dan sikap saling memotivasi diatara sesama pasien. Secara tidak langsung kedekatan emosional ini merubah cara berfikir pasien sehingga membuat pasien bisa mengontrol diri untuk tidak “error”: Ya mereka menjadi berharga, bahwa saya ini buka orang terbuang masih ada orang yang sayang sama saya. Jadi di Siloam itu seperti rumah mereka, mereka menemukan kenyamanan, merasa dihargai, menjadi memiliki motivasi sembuh yang tinggi, terdapat perubahan cara berfikir sehingga mereka bisa mengontrol diri dan emosi untuk tidak marah-marah ketika eror (B1-W13:290513). Pemaparan mengenai kondisi GPSY juga diungkapkan oleh KM, bahwa dia merasakan kenyaman berada di GPSY yang dikarenakan adanya hubungan yang saling menguatkan dan mendukung di antara pasien dan mentor seperti sebuah keluarga sehingga KM merasa bahwa dia mendapatkan semangat hidup baru dan tidak merasakan seperti sedang dirawat di sebuah panti rehabilitasi mental: . . jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok, harus taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. . . (D1-W20:070513). mentornya baik mba, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang mbak (D1-W31:070513). nyaman, saling menguatkan mba kalau disini, saling mendukung buat sembuh (D1-W37:070513).Semua kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah semangat hidup, merasa seperti keluarga sendiri, saling menyayangi (D1W36:070513).Betah mba, kaya rumah sendiri, semua sodara jadi kaya lagi nggak di panti penyembuhan sakit jiwa (D2W20:190613). Hal serupa juga diungkapkan oleh AD, mantan pasien GPSY ini menyatakan bahwa meskipun dia sudah tidak dirawat di GPSY namun baginya GPSY tetap menjadi seperti rumah keduanya. Kedekatan emosional antara AD dan mentor juga teman-temanya semasa dirawat di GPSY membuat AD seringkali 175 merindukan saat-saat berada di GPSY. AD mengungkapkan bahwa kedekatan dengan mentor menjadi salah satu alasan yang menjadikan GPSY tempat yang nyaman baginya, walaupun AD adalah sosok pribadi yang tertutup tetapi dia mengaku bahwa apabila sedang bersama dengan mentor dia merasa mampu menceritakan berbagai hal termasuk hal yang dianggap sebagai suatu rahasia sekalipun. Suasana Home Care yang diterapkan di GPSY membuat pasien merasakan tidak seperti berada di panti perawatan jiwa, hubungan kekeluargaan yang terjalin antara mentor dan pasien maupun pasien dengan pasien menjadikan GPSY seperti sebuah rumah dimana semua orang bisa mendapatkan kasih sayang dan kepedulian dari banyak orang: Siloam bagiku itu rumah kedua mba, dapet teman-teman yang luar biasa, kakak-kakak mentor yang selalu menguatkan aku punya keluarga yang baik. Masih rindu suasana si Siloam, trus kadang kangen pas di Siloam pas lagi terapi kumpul sama temen-temen ngono mba, kangen gitaran pas sore-sore sama kakak mentor, kangen pas beribadah (F1-W20:160413). Jujur ya mbak saya itu dulu lebih nyaman disini, apalagi kalau cerita-cerita sama kak ngisty saya bisa cerita apa aja (F1-W16:160413). ya panjang lebar dan tinggi…hahahah. Segala sesuatu saya ceritakan mbak, rahasia pokonya.hahaha (F1-W17:160413).Ya kapan aja saya pengen, sekarang aja kalau saya kangen ya kesini (F1-W20:160413). Saya malah seneng disini udah kaya rumah sendiri, soalnya banyak temennya trus mentor nya juga sayang. Enak pokonya mbak (F1W20:160413). kalau dirumah sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha (F1W20:160413). b. Terjalinya hubungan kepercayaan sebagai cara penanganan skizofrenia Salah satu bagian dari Home Care adalah adanya mentor bagi masingmasing pasien yang menjadi “orang tua” pasien. Mentor bertanggung jawab 176 penuh terhadap semua kebutuhan dan keadaan pasien selama di GPSY. Kedekatan emosional antara mentor dan pasien adalah sangat penting untuk dibangun, dengan adanya kedekatan emosional antara mentor dengan pasien hal ini akan menumbuhkan rasa kepercayaan pasien kepada mentor. Kepercayaan kepada mentor adalah kunci utama dalam mengetahui permasalahan pasien, ketika pasien memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada mentor maka pasien akan menceritakan semua hal kepada mentor tanpa ada yang ditutup-tutupi dan keterbukaan pasien inilah yang sangat memegang peranan penting dalam proses penanganan skizofrenia. Keterbukaan mengenai permasalahan yang dialami baik kondisi fisik maupun psikologis yang dirasakan pasien sangat membantu mentor dalam menangani dan membantu pemulihan pasien. Penjelasan mengenai aspek kepercayaan dalam Home Care diungkapkan NN sebagai berikut: Jadi dia belajar percaya sama saya dan saya belajar memahami dia itu anak yang seperti apa dan bagaimana cara mengontrol dia. Figur seperti apa yang dibutuhkan dia, saya masuk jadi figure kawan, oh ga cocok, saya masuk jadi figure ibu oh ternyata figure ibu ga cocok juga, saya coba masuk jadi figure kakak perempuan, dan oh ini baru cocok. Jadi KM ini butuh figure kakak perempuan, kita masuk disitu. Dengan begitu kita akan mudah mengendalikan dia karena dia percaya dengan kita. Kita buat pasien sepenuhnya mempercayai kita maka akan dengan mudah kita mengendalikan mereka kak. Selain itu kita juga harus meyakinkan mereka bahwa kita ini percaya sepenuhnya sama mereka, apapun yang mereka katakan kita percaya jadi ketika ada apa-apa tentang diri mereka, maka mereka akan ceritakan semua karena kita percaya mereka. Jadi kita dapat mengetahui apa yang terjadi dengan dia tanpa ada yang dia tutup-tutupi kak, ini kan memudahkan proses penyembuhan juga to (A2-W11:080613). Apalagi mereka para skizofren ini, mereka butuh sosok yang mereka percaya untuk bisa menolong mereka, yang peduli dengan mereka (A2-W11:080613). 177 Lebih lanjut NN menjelaskan bahwa pendekatan yang baik dengan pasien akan membuat mentor dengan mudah mengambil hati pasien sehingga pasien akan mudah dikendalikan dan diubah perilakunya karena apabila pasien sudah memiliki keterikatan emosional dengan mentor apapun yang menjadi peritah mentor akan dituruti tanpa banyak melawan baik secara fisik maupun pikiran, sehingga sangat memudahkan mentor untuk dapat menangani pasien. Ambil dulu hatinya Bagaimana kita harus pandai-pandai melakukan pendekatan kepada pasien, tiap pasien itu kan berbedabeda kak jadi pendekatan yang dilakukan juga berbeda kita harus tau seperti apa anak mentor kita tersebut dan dengan cara cara seperti apa kita mendekatinya. Setelah kita dapat hatinya, mereka percaya terhadap mentor maka mentor akan dengan mudah mengendalikan pasien, mengubah pola pikir pasien, apapun yang mentor katakan ketika pasien sudah dekat dan terikat secra emosional dengan pasien maka semua kata kita akan dituruti. Jadi mereka harus mengangap bahwa kita sayang sama mereka dan apa yang kita lakukan baik untuk mereka. Walaupun saya keras, saya marah tetapi mereka tau bahwa marahnya saya itu untuk kebaikan mereka. Jadi mereka tidak mempunyai kebencian atau dendam kepada kita, pemahaman seperti itu yang harus kita bangun kak. Memang pertama susah kak, tapi kalau sudah bisa mendapatkan hatinya semua akan mudah (A3-W16:170613). Pernyataan NN diperkuat dan diperjelas lebih dalam oleh AA, kepercayaan yang dibina bukan hanya kepercayaan pasien terhadap mentor tetapi juga mentor terhadap pasien. Kepercayaan yang diberikan mentor kepada pasien membuat pasien memiliki tanggung jawab dan merasa dihargai. Prinsip Home Care sebenarnya mengacu pada anggapan bahwa perilaku apa yang akan diperlihatkan pasien adalah tergantung bagaimana mereka di didik dan di perlakukan, ketika pasien di didik dengan kasih maka mereka akan belajar 178 mengasihi namun apabila pasien di didik dengan kebencian maka mereka akan belajar untuk membenci: Kita mengajarkan mereka untuk saling mempercayai terutama antara mentor dengan pasien seperti contoh mentor memberikan kepercayaan untuk pasien pergi berbelanja, mengatur uang, kirakira mereka bisa dipercaya tidak untuk mengatur uang, bisa dipercaya tidak untuk pergi keluar jajan dan tidak kabur. Lalu bagaimana kita juga bisa membuat mereka untuk percaya kepada mentor sehingga bisa menceritakan semua permasalahan yang dialaminya, yang tidak pernah mereka ceritakan kepada orang lain tapi mereka mau ceritakan kepada mentor karena ini juga menjadi bahan untuk proses penyembuhan mereka sehingga mentor mengetahui apa yang terjadi pada pasien dan bisa dibantu untuk menyelesaikan. Jadi bagaimana kita bisa membangun kepercayaan pasien terhadap mentor itu sangat penting untuk dilakukan, supaya kita bisa mengontrol pasien seperti ketika mereka mengalami jenuh,bosen kita bisa ajak mereka jalan-jalan, makan bersama. . . karena ketika seseorang itu dididik dengan kasih maka mereka akan belajar mengasihi, apabila dididik dengan kebencian dan kekerasan maka mereka akan belajar untuk membenci (B1W11:290513). c. Mengurangi beban psikis melalui konseling individu Konseling individu merupakan jenis terapi yang terdapat di dalam semua bagian Terapi Holistik, oleh karena itu konseling individu dimasukan ke dalam Home Care karena tujuan dari konseling individu adalah untuk menggali permasalahan pasien dan membantu menyelesaikannya. Konseling individu membutuhkan kedekatan emosional antara mentor dan pasien serta kepercayaan pasien terhadap mentor sehingga pasien mampu menceritakan setiap permasalahnya bahkan permasalahan yang sangat rahasia kepada mentor. Sasaran utama konseling individu adalah membantu penyembuhan secara psikis dengan cara meringankan beban pikiran (psikis) pasien melalui pemberian penguatan- 179 penguatan dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi pasien. Konseling individu mampu meringankan beban psikis dan memberikan kelegaan dalam diri seseorang, hal ini diungkapkan oleh AD sebagai berikut: Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak (F1-W18:160413). setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah gitu deh, hehehe (F1-W18:160413). Ya kapan aja saya pengen, sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak Alfred kak Ngisty help me please please hahaha (F1W18:160413). Effek psikologis dari konseling individu berupa perasaan lega dan berkurangnya beban psikis juga dirasakan oleh KM setelah melakukan konseling individu dengan mentor: Kalau habis dikonseling itu lega rasanya mbak, kaya-kaya semua beban apa itu hilang, kalau kata kak Ngisty beban itu sebaiknya dibagi biar nggak berat dibawa sendiri, bukan cuma makanan aja yang dimakan.hehehe. Plong gitu rasanya semua-semuanya hilang trus jadi tau oh aku itu ternyata harus begini, soalnya kalau pas dikasih tau rame-rame itu kurang berasa tapi kalau cuma berdua itu lebih serius trus mengena bisa lebih pribadi bisa dari hati kehati karena sesama perempuan to mbak aku dengan kak Ngisty, jadi nggak malu-malu mau cerita. Hehehe (D1-W22:071513). d. Mengontrol perilaku dan membentuk perilaku pasien dengan sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman) Pengendalian dan pembentukan perilaku pasien supaya tetap stabil dilakukan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Pasien 180 yang berperilaku “baik” atau tidak “error” akan diberikan hadiah berupa pujian, jalan-jalan dan hal-hal yang dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan menurut pasien, sedangkan pasien yang menunjukan perilaku “error” berlebihan dan tidak bisa mengendalikannya dalam waktu yang cukup lama maka pasien tersebut akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi hingga jangka waktu tertentu sampai kondisinya kembali stabil. Kondisi ruang isolasi yang kurang nyaman serta hilangnya beberapa hak pasien ketika berada di ruang isolasi membuat pasien sebisa mungkin menghindari hukuman tersebut, yaitu dengan cara selalu berusaha supaya kondisinya tetap stabil atau tidak mengalami “error” berlebihan. NN menyatakan bahwa pemberian reward menjadi motivasi bagi pasien untuk berusaha menjaga kondisinya supaya tetap stabil: kita juga berikan reward kak untuk setiap positif yang mereka lakukan walapun itu kecil, misal ketika pasien bilang kak hari ini saya mau eror tapi saya bisa melawanya, wah bagus itu kamu memang anak hebat. Pujian-pujian kecil seperti itu membuat senang, sehingga mereka akan berusaha melakukan hal-hal positif agar kami berikan pujian, itu kebanggaan tersendiri dalam diri mereka kak. Atau ketika mereka tidak eror selama selama seminggu kami janji akan ajak jalan-jalan, mereka berusaha untuk tidak eror kak, dan ketika mereka berhasil kita benar tepati janji untuk ajak jalan-jalan. Lama-lama mereka terbiasa untuk tidak eror walaupun tidak dijanjikan apa-apa. Heheheh (A2-W13:080613). Penggunaan ruang isolasi sebagai salah satu bentuk hukuman terhadap pasien yang error diungkapkan sebagai berikut oleh NN: Penggunaan ruang isolasi yang gunanya untuk memantau perilaku pasien atau disebut ruang emergency, pasien yang error nanti dimasukan ke ruang isolasi sampai ia bisa kembali berperilaku baik. Ini juga sebagai bentuk hukuman kak, karena tidak mau dimasukan ruang isolasi jadi mereka bekerja keras menjaga diri supaya tidak error. Bermanfaat juga lah ini supaya untuk mereka tidak seenaknya sendiri , jadi harus mematuhi perintah mentor supaya tidak error lagi. Hahaha (A1-W10:080513). Ya tergantung 181 kondisi, sampai pasien stabil. Ruang isolasi itu kondisinya seperti kamar biasa, ada tempat tidurnya cuma pasien dikunci sehingga tidak bisa keluar-keluar, tidak bisa bermain-main, dan kondisi pasien selama di ruang isolasi itu dipantau bagian medis Siloam, yaitu eyang Sariman dan juga mentor pendamping pasien (A1W11:080513). Pengendalian dan pengotrolan perilaku pasien juga dilakukan dengan melibatkan seluruh pasien GPSY yang bertujuan untuk saling mengingatkan dan memantau temanya apabila temannya (pasien) melakukan perilaku “error” yaitu dengan menunjukan gejala-gejala khas skizofrenia seperti mengamuk, tertawa sendiri, dan gerakan-gerakan motorik “aneh” . Mentor menuliskan perilaku “error” pasien tersebut dalam selembar kertas dan pasien yang berperilaku “error” tersebut diminta untuk berjanji tidak akan mengulanginya lagi, kemudian seluruh pasien GPSY diminta untuk menandatangani kertas tersebut. Seluruh pasien menjadi saksi terhadap janji yang dibuat pasien tersebut dan sekaligus bertanggung jawab untuk mengingatkan pasien tersebut apabila dia berperilaku “error” lagi. Mentor menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kasih sayang serta kepedulian mentor dan teman-teman terhadap pasien “error” tersebut, karena apabila perilaku tersebut terus dibiarkan maka akan bertambah parah (catatan lapangan no.4 ). 4.4.2.4.4 Effek Psikologis Home Visit dan Konseling Keluarga a. Keluarga memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai skizofrenia Terapi Holistik melalui Home Visit dan Konseling Keluarga memberikan informasi kepada keluarga mengenai skizofrenia sehingga keluarga mampu memiliki pemahaman yang baik tentang skizofrenia terkait peran keluarga dan 182 cara penanganan skizofrenia pasca perawatan. GPSY menjadi sumber informasi bagi keluarga ketika keluarga membutuhkan informasi mengenai skizofrenia atau ketika keluarga mengalami kendala dalam menangani pasien di rumah sehingga keluarga mengetahui sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan skizofrenia: kita berikan pengarahan-pengarahan, pemahaman-pemahaman mengenai keadaan pasien dan pengetahuan tentang skizofren karena tidak semua keluarga pasien memahami skizofren loh kak, lalu bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien. Kita terima keluhan-keluhan dari keluarga untuk kita kemudian tanggapi dan bantu atasi. Jadi keluarga mempunyai tempat buat sharing tentang pasien jadi ketika keluarga tidak mengatahui bagaimana harus memperlakukan pasien maka kami akan ajari (A1-W7:080513). Keluarga pasien merasakan adanya banyak manfaat dengan adanya konseling keluarga yang GPSY lakukan kepada pihak keluarga. Keluarga memperoleh banyak hal dan pengetahuan mengenai skizofrenia, keluarga akan lebih memahami tentang sehingga skizofrenia. Pemahaman keluarga mengenai skizofrenia membuat keluarga mengetahui bagaimana keluarga harus bersikap dalam menangani skizofrenia. Pengetahuan tentang skizofrenia yang diperoleh keluarga akan menimbulkan terjadinya perubahan perilaku pada polapola interaksi dalam keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku maladaptive yang berpotensi menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya perubahan pola pikir dalam hal memandang serta memahami skizofrenia. Pernyataan mengenai manfaat konseling keluarga diungkapkan oleh DY yang merupakan ibu dari pasien GPSY sebagai berikut: 183 Ada mbak, sangat bermanfaat karena keluarga ini kan bukan dari kalangan orang berpendidikan jadi ya tidak mempunyai pengetahuan-pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya kunjungan jadi tau (E1-W12:300613).Ya jadi sabar aja lah mbak, menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau seperti dia mba. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia ajalah. (E1-W14:300613). Lebih lanjut, SY yang merupakan keluarga mantan pasien (AD) juga mengungkapkan bahwa konseling keluarga yang diberikan oleh GPSY banyak memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan skizofrenia sehingga keluarga memperoleh pengetahuan tantang skizofrenia dan peran keluarga dalam menangani skizofrenia: Ya memberi pengarahan-pengarahan, nasihat-nasihat. Apalagi kan pas AD kambuh lagi itu keluarga bener-bener kaya dikasih kuliah mba.hehehe. Dikasih banyak banget nasihat-nasihat (G1W21:290613). Keluarga jadi tau to mbak tentang skizofren, dulunya kan nggak tau. Terus kalau ada apa-apa kita bisa setiap saat menghubungi Siloam, saya telp atau pak Alfred yang telp, sampai sekarang masih contek-contekan mbak. Jadi kalau ada apaapa yang keluarga belum tau itu langsung saya tanyakan, pokoknya keluarga juga punya tanggung jawab buat menjaga mbak supaya AD tidak kambuh. Jadi ada tempat yang bisa dijadikan sumber informasi, ya bisa kami tanya-tanyai tentang AD (G1W26:290613). b. Perubahan Sikap dan Cara Pandang Keluarga terhadap Skizofrenia Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY membuat keluarga memahami pentingnya peran keluarga dalam memberikan dukungan dan perawatan kepada pasien sehingga pemahaman yang baik mengenai skizofrenia membuat keluarga memiliki kesadaran akan pentingnya peran kelurga dalam proses pemulihan pasien yaitu mencegah terjadinya kekambuhan kembali pada pasien pasca perawatan. Pemahaman yang baik tentang skizofrenia yang 184 diperoleh dari proses konseling keluarga membuat keluarga mengetahui perannya dalam membantu memulihkan skizofrenia dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali, sehingga terjadi perubahan perilaku pada pola-pola interaksi dalam keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku maladaptive yang berpotensi menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya perubahan pola pikir dalam hal memandang serta memahami skizofrenia. Keluarga memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan perawatan skizofrenia pasca perawatan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang berfungsi sebagai media sosialisasi utama dan terutama bagi pasien. Keluarga merupakan penerus perawatan pasien yang berkewajiban menjaga kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali. Pentingnya peran keluarga terhadap pemulihan pasien pasca perawatan dan dalam mencegah munculnya kekambuhan kembali diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Prediksi kekambuhannya bisa dilihat dari dukungan keluarga dan ketaatan minum obat. Jadi kalau keluarga sudah mulai bertingkah seperti tidak manaati perintah kita saat konseling keluarga ya ini sudah mulai waspada kambuh lagi, apalagi kalau kelurga sudah tidak taat memantau pasien minum obat, sudah mulai ngeyel nanti anak saya tergantungan obat dan macem-macem alasan, selain itu tidak memberikan kasih sayang, tidak perhatian ya ini yang menyebabkan pasien berpotensi kambuh (A1-W23:080513). iya lah kak, kalau keluarga baik dalam artinya ngopeni dia sungguhsungguh kemungkinan kambuh nya juga sedikit (A1W24:080513). Pernyataan senada mengenai peran penting keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan kembali pada pasien pasca perawatan juga diungkapkan AA sebagai berikut: 185 . . . keluarga sudah memiliki ketrampilan untuk menjaga mereka, bagaimana perlakuan keluarga, cara berkomunikasi yang baik semuanya sudah dipersiapkan, lalu kita juga sudah ajarkan mereka untuk bisa mengontrol diri, mengendalikan emosinya, cara mengenali tanda-tanda bilamana akan kambuh jadi bisa segera mengatasinya. Jadi kemungkinan kambuh sedikit kecuali ada hal atau stressor berat yang menimpanya (B1-W16:290513). Perubahan sikap keluarga sebagai hasil dari konseling keluarga diungkapkan oleh SY, bahwa keluarga harus lebih pengertian dan sabar dalam menghadapi KM serta mampu memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada KM terutama dalam hal membimbing dan mengarahkan masa depan KM. Ya jadi sabar aja lah mba, menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau seperti dia mba. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia ajalah (E1-W14:300613). Ya kalau KM sudah pulang, dijaga dirawat sebisa mungkin mbak sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (E1-W15:300613). Pengertian ya sabar menerima kondisi KM, jangan terlalu memakasakan keinginankeinginan keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi dan memperhatikan sama itu mba mengawasi apa ya maksudnya membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus juga sehari-harinya itulah (E1-W16:300613). Perihal perubahan sikap DY setelah diberi konseling keluarga juga diungkapkan oleh KM bahwa keluarga menjadi lebih memperhatikanya yaitu dengan sering menjenguknya di GPSY. Sering mbak, kalau lama nggak jenguk nanti ditelponin sama kak Ngisty. Ya apalah lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih sabar. hehehehe (D1-W38:070513). Hal serupa mengenai manfaat dari home visit dan konseling keluarga yang diberikan pihak GPSY juga diungkapkan oleh SY ibu dari AD yang merupakan mantan pasien GPSY. Konseling keluarga tidak hanya semata-mata mengubah perilaku salah satu anggota keluarga tetapi juga mengubah pola interaksi di dalam 186 keluarga karena seluruh keluarga memiliki peran untuk saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Perubahan pola interaksi di dalam keluarga yaitu harus bisa menjaga kondisi atau menciptakan suasana keluarga yang adem ayem tanpa terjadi pertengkaran apalagi pertengkaran di depan AD sebab AD tidak menyukai suasana rumah yang penuh perselisihan dan apabila hal ini terjadi maka akan menjadi stressor yang dapat menjadi faktor pencetus kekambuhan AD. Keluarga lebih mampu memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala keterbatasannya sehingga keluarga mengetahui cara memperlakukan AD yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab terlalu banyak kepada AD: ya intinya itu bagaimana keluarga harus bersikap, menangani AD, istilahnya keluarga itu harus ngemong. Jadi bukan skizofrenia yang harus mengerti keluarga tetapi kelurga yang harus mengerti Skizofrenia. Keluarga harus tau benar apa yang dimaui AD, neg iso ojo gawe kagol mbak, misalnya AD lagi mau tidur ya wis biarkan jangan terus dioprak-oprak biarkan dia tidur semau dia, sak tangine. Tidak bisa terus diperlakukan kaya orang yang normal seutuhnya, wayah e tangi kudi tangi (G1-W22:290613).Ya banyak mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi orang yang sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi AD garagarane AD itu kan orangnya memang susah dinasehati seringe ngeyel, la terus dikasih tau sama Bu Ether jangan terlalu sering lah memarahi AD nanti malah AD kumat lagi, karena AD ini kan sakit jadi jangan terlalu banyak mengharap, istilahnya menuntut banyak AD buat ini itu. Bapaknya kan guru SLB to mbak, dadi neg ngandani kie dibolan baleni la AD nggak suka membatah lah dia, bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih tau itu bapaknya jadi kalau mau marah itu ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe (G1-W23:290613). AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mba (G1-W25:290613). 187 Pernyataan SY mengenai perubahan sikap keluarga sebagai hasil dari konseling keluarga juga dirasakan sama oleh AD. AD menyatakan terdapat perubahan sikap pada ayahnya dan juga pada keluarga secara keseluruhan. Perubahan perilaku tersebut terlihat dari perubahan sikap orang tua dalam menghadapi pasien. Sikap keras dan tegas ayah AD dalam mendidik AD sudah berangsur-angsur mengalami perubahan, ayah AD menjadi bersikap lebih “lunak” terhadap AD serta berkurangnya frekuensi pertengkaran yang terjadi di dalam keluarga setelah mendapatkan konseling keluarga berupa nasihat-nasihat dan pengarahan-pengarahan dari pihak GPSY: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak (F2-W14:290613) c. Merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan Home Visit dan Konseling Keluarga yang dilakukan pihak GPSY tidak hanya sebatas memberikan pengarahan-pengarahan secara lisan kepada keluarga tetapi juga merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan. Perencanan dan persiapan masa depan bertujuan membantu pasien supaya dapat mengembangkan diri dan mampu berfungsi secara optimal pasca menjalani perawatan di GPSY sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya secara lebih efektif di dalam masyarakat: 188 AA menyatakan bahwa kelanjutan kehidupan pasien pasca perawatan perlu dipersiapkan supaya pasien mempunyai kesibukan dan kegiatan tetap sehingga pasien mempunyai tujuan hidup setelah kembali kekeluarga dan masyarakat. Kemudian setelah itu kami dengan pihak keluarga mulai merancang tentang bagaimana kegiatan dan rencana pasien setelah keluar dari GPSY, jadi sepulang dari sini pasien mempunyai kesibukan sehingga atau kegiatan tetap sehingga hidupnya itu punya tujuan kak (A2-W10:080613). Perencanaan dan persiapan masa depan AD dilakukan secara langsung oleh mentor dan keluarga AD. Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan diselesaikan bersama-bersama berdasarkan hasil kesepakatan keluarga dengan pihak GPSY. Mentor turun langsung kelapangan dalam mempersiapkan dan menyelesaikan masalah pendidikan AD. Hal tersebut diungkapkan oleh AA sebagai berikut: Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit kan tidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih (B2-W8:290513). Lebih lanjut, SY menjelaskan bahwa mentor GPSY bukan hanya menyarankan dan mengarahkan perihal permasalahan sekolah AD tetapi juga membantu mencarikan sekolah yang tepat untuk AD . Pihak GPSY yaitu mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan. 189 Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD, pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mba ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya orang tua tinggal mendukung saja. . . (G1-W24:290613). Pernyataan SY terkait perencanaan dan persiapan masa depan AD diperkuat oleh AD sebagai berikut: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah (F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613). dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . (F2:W17:290613). SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan: . . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1-W24:290613). 4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit Analisis perjalan penyakit adalah riwayat kemunculan dan perkembangan penyakit yang dinalisis berdasarkan faktor penyebabnya untuk selanjutnya dibuat diagnosa mengenai penyakit tersebut dan prediksi kesembuhannya berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan penyakit tersebut. 190 4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM Anamnesa (a) Alloanamnesis Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab kemunculannya. Data yang diperoleh dari ibu pasien dan mentor GPSY, KM mengalami skizofrenia dengan menunjukan gejala positif skizofrenia seperti halusinasi, berteriak-teriak, marah-marah, melakukan tindakan yang menyakiti dirinya, memaki-maki orang sedangkan gejala negatif skizofrenia yaitu KM mengalami memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap suatu hal yang menyebabkan KM cenderung menarik diri dari lingkungannya dengan hanya mengurung diri di dalam rumah. Keluarga mengatakan bahwa KM mengalami skizofrenia karena di guna-guna oleh mantan kekasihnya, pernyataan lain diungkapkan oleh mentor GPSY yang menyanggah pernyataan kelurga perihal penyebab skizofrenia pada KM. Mentor memaparkan bahwa sejumlah permasalahan pribadi yang menekan dan terakhir adalah kematian ayahnya yang menyebabkan kekambuhan pada KM. (b) Autoanamnesis Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu KM. 191 KM mengungkapkan bahwa pernah dirawat sebanyak 4 kali yaitu pertama di RSJ swasta di Yogyakarta, permasalahan yang menjadi pencetus adalah permasalahan dengan teman kerja dan atasan KM yang bersikap otoriter dan keras kepada KM. Kedua di Panti Rehabilitasi Mental di Solo, permasalahan yang menjadi permasalahan adalah KM tidak mempunyai pekerjaaan dan hanya mengganggur dirumah. Tekanan yang diberikan keluarga kepadanya membuat KM kembali kambuh. Ketiga di RSJ di Magelang, faktor pemicu yang menjadi permasalan KM adalah kegagalannya dalam masalah percintaan. Di usiannya yang ke 31 tahun kekasihnya tiba-tiba menghilang tanpa memberikan penjelasan apapun padahal diusianya yang mulai beranjak tua KM sudah menginginkan kehidupan berumah tangga. Keempat di RS swasta di Yogyakarta, permasalahannya adalah KM tidak taat dalam minum obat dan juga sikap keluarga yang cuek serta tidak memperhatikannya bahkan cenderung menekan menjadi alasan kekambuhan KM yang ke empat kalinya. Kelima di GPSY, faktor pencetus yang menjadi stressor kekambuhan KM yang ke 5 disebabkan kematian ayahnya. Kedekatan KM dengan ayahnya membuat KM mengalami guncangan kejiwaan yang sangat berat sehingga menyebabkan KM mengalami kekambuhan dan membuat KM dirawat di GPSY. KM mengungkapkan bahwa ketika dia sedang dalam keadaan tertekan dan stress dalam menghadapi permasalahan maka dia akan mengalami halusiansi pendengaran dan penglihatan. Hal ini membuat KM berusaha menghindari dan melawannya yang ditunjukan dengan sikap berteriak-teriak dan membentur- 192 benturkan kepalanya ke tembok, sebab ia sudah merasa tidak kuat dalam mengatasi halusinasinya tersebut. Genogram (Pohon Keluarga) Bagan 4.2 Genogram KM Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Pasien KM adalah wanita berusia 41 tahun, ia merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara. Kakak pertama nya laki-laki berusia 43 tahun, sudah menikah dan tinggal di luar kota. Kakak kedua nya laki-laki berusia 42 tahun, belum menikah dan tinggal di rumah. Adik keempat dan kelimanya laku-laki, sudah menikah dan tinggal di luar kota. Ayah KM baru saja meninggal pada bulan Februari 2013. KM tinggal bersama kakak kedua (RD) dan ibunya di sebuah perumahan di daerah Yogyakarta. Ibu KM bekerja di pasar dan RD bekerja serabutan, sedangkan KM menganggur di rumah. Hipotesis Masalah (1) Penyebab 193 Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang kerja dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai alasan. Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya. KM cenderung menutup diri dari pergaulan sosial dan lebih sering berdiam diri di dalam rumah. Hal ini membuat KM belum memiliki pasangan dan belum menikah. Di usia yang sudah mulai menua dan tidak memiliki pasangan serta pekerjaan menjadi beban tersendiri dalam diri KM. KM menjadi merasa minder dan malu dengan lingkungannya juga keluarganya, ini membuat KM menarik diri dari lingkungan masyarakat karena takut mendapat cemoohan dari masyarakat. (2) Antecedent (pencetus) Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk kelima kalinya ini adalah kematian ayahnya. KM adalah anak perempuan satusatunya di dalam keluarga tersebut, hal ini membuat ayah KM lebih menyayangi KM dibandingkan dengan saudara-saudara lainya. Kedekatan KM dengan ayahnya inilah yang membuat KM tidak siap menerima kematian ayahnya apalagi di dalam keluarga ayah nya lah yang dirasa paling bisa mengerti dan memahami KM. Hal ini menjadi stressor yang sangat berat bagi KM sehingga menyebabkan KM kambuh kembali. 194 Hasil Observasi (1) Kondisi Pasien (KM) a. Deskripsi Umum - Penampilan : bersih dan rapi - Kesadaran : baik - Sikap : kooperatif - Aktivitas Psikomotor : tidak terlalu banyak bergerak - Pembicaraan : kuantitas dan kualitas baik b. Fungsi Intelektual (kognitif) c. - Orientasi ( personal, waktu, situasional, tempat ) : baik - Ingatan ( jangka pendek, segera, panjang) - Proses berfikir : sistematis, detail dan runtut. - Kemampuan problem solving : baik : baik Keadaan Afektif - Mood : normal - Emosi : stabil - Afek : senang - Motivasi sembuh : tinggi - Tilikan (inshigh) :baik - Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual d. Fungsi Sosial - Kemampuan bersosialisasi : baik - Keterlibatan dalam kegiatan : aktif 195 - Harga diri : rendah - Kepercayaan diri : baik (2) Kondisi Keluarga Pada saat peneliti berkunjung ke rumah KM terlihat sikap ibu KM yang terkesan cuek dan sering bekata dengan nada tinggi kepada KM. Saat mentor mengevaluasi kondisi KM selama cuti dan memberikan nasihat-nasihat kepada KM, ibu KM sering mengadukan dan menyalahkan KM atas sikap nya yang masih malas. Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan KM dengan ibunya kurang begitu baik, ibu KM cenderung bersikap keras dan selalu memojokan KM. Diagnosis Multiaksional Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V Prognosis : F 20.0 (skizofrenia paranoid ) : tidak ada diagnosis : tidak ada diagnosis : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan : GAF 50 (gejala berat atau serius, disabilitas berat) Tabel 4.8 Prognosis KM NO KATEGORI KETERANGAN PROGNOSIS 1. Diagnosa Skizofrenia Paranoid Buruk 2. Onset 20 tahun Buruk 3. Riwayat penyakit 5 kali kambuh Buruk 4. Faktor genetic Tidak ada Baik 5. Stressor 6. 7. 8. Keluarga Penyakit organic Respon pengobatan terhadap Ayah meninggal dunia dan tidak bekerja Keluarga menekan dan tidak perhatian Tidak ada Buruk Tidak patuh minum obat Buruk Buruk Baik 196 9. Gangguan kepribadian Tidak ada Baik 10. Insight / Tilikan Ada Baik 11. Tingkat sosial ekomi Kurang mampu Buruk 12. Motivasi kerja Tidak Ada Buruk 13. Penampilan 14. Pekerjaan Kebersihan baik Tidak ada dan kerapian Baik Buruk 4.4.2.5.2 Analisis Perjalanan Penyakit AD Anamnesa (a) Alloanamnesis Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab kemunculannya. Data yang diperoleh dari ibu AD dan mentor GPSY menyatakan bahwa kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami gejala positif skizofrenia berupa halusinasi auditorik, memiliki waham keagamaan, menunjukan sikap marah-marah, berkotbah sambil berteriak-teriak, telanjangtelanjang dan tidak dapat mengontrol perilakunya sedangkan gejala negatif nya yaitu bingung, melamun, sedih, murung, menyendiri, dan menarik diri dari lingkungan. Keluarga memberikan keterangan bahwa penyebab sakit nya AD adalah bahwa dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kakak perempuannya hamil diluar nikah dan harus pindah agama untuk menikah karena suaminya beda agama. Selain itu juga ada faktor lain yang mneyebabkan yaitu didikan ayah nya yang terlalu keras dan masalah sekolah serta percintaan. (b) Alloanamnesis 197 Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu AD. AD pernah dirawat sebanyak 3 sebelum akhirnya dirawat di GPSY, yaitu yang pertama di RSJ di Magelang, permasalahan awal yang menjadi faktor pencetus adalah berasal dari keluarga yaitu berawal dari kekecewaan AD terhadap kakak perempuanya yang hamil duluan dengan laki-laki beda agama sehingga akhirnya kakak perempuannya tersebut pindah agama mengikuti agama suamninya tersebut. Kedua di Rumah Sakit swasta di Yogyakarta, permasalahan yang menjadi penyebab kekambuhan AD adalah ketidaktaatan AD dalam minum obat, AD sering melupakan atau sengaja membuang obatnya. Ketiga di RSJ di Magelang, kali ini permasalahan yang muncul adalah AD mengalami putus cinta, AD berpacaran seorang wanita namun wanita tersebut justru menjalin hubungan dengan lelaki lain padahal AD sudah memberikan banyak hal secara materi. Permasalahan sekolah juga menjadi permasalahan yang menjadi pemicu kekambuhan AD yang ketiga, tertundanya sekolah AD karena AD menjalani perawatan membuatnya harus tertinggal dengan teman-temanya ketakutan akan kegagalan di masa depanya meperkuat munculnya kekambuhan AD. Keempat di GPSY, permasalahan kegagalan dalam hubungan asmara dan kegagalan studi masih menjadi permasalahan utama yang semakin diperkuat oleh tekanan serta tuntutan dari ayahnya sehingga membuat AD mengalami kekambuhan yang ke empat dan akhirnya dirawat di GPSY. 198 Genogram (Pohon Keluarga) Bagan 4.3 Genogram AD Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Pasien AD adalah laki-laki berumur 22 tahun, ia merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak pertama perempuan berusia 25 tahun dan sudah menikah sedangkan adiknya perempuan berusia 17 tahun sedang duduk di bangku sekolah SMA. Ayah AD bekerja sebagai kepala sekolah di SLB Negri di Wonosari sedangkan ibu AD bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil. Hipotesis Masalah (1) Penyebab AD tinggal bersama kakak perempuan, kakak ipar, keponakan, adek dan kedua orang tua. Secara ekonomi kondisi keluarga AD sangat berkecukupan bahkan lebih. Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan 199 berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Cara didik dan tuntutan yang terlalu besar dari ayah sedangkan kemampuan AD yang terbatas membuat AD tidak mampu memenuhinya sehingga hal ini menjadi stressor tersendiri dalam diri AD. Hubungan AD dengan ayahnya tidak terjalin dengan baik, sifat ayah AD yang keras dalam mendidik dan terlalu memaksakan kehendak kepada anaknya membuat AD sering bertengkar dengan ayahnya. AD mengaku paling dekat dengan ibu dan adik perempuannya. Kondisi keluarga yang sering terjadi pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah, pertengkaran yang seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga sebenarnya hanyalah disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga. (2) Antecedent (pencetus) Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk keempat kalinya ini adalah berkaitan dengan kegagalan cinta dan kegagalan sekolahnya. AD merasa bahwa dia sudah gagal dalam studinya sehingga menyebabkan dia mengalami ketakutan terhadap masa depannya apalagi sikap keras dan harapan ayahnya yang terlalu tinggi membuat AD semakin tertekan. Hasil Observasi (1) Kondisi Pasien (KM) a. Deskripsi Umum - Penampilan : bersih dan rapi 200 - Kesadaran : baik - Sikap : kooperatif - Aktivitas Psikomotor : banyak melakukan gerakan - Pembicaraan : kuantitas dan kualitas baik b. Fungsi Intelektual (kognitif) - Orientasi ( personal, waktu, situasional, tempat ) : baik - Ingatan ( jangka pendek, segera, panjang) : baik - Proses berfikir : sistematis, detail dan runtut. - Kemampuan problem solving :kurang begitu baik c. Keadaan Afektif - Mood : normal - Emosi : stabil - Afek : gembira - Motivasi sembuh : tinggi - Tilikan (inshigh) :baik - Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual, waham keagamaan. d. Fungsi Sosial - Kemampuan bersosialisasi : baik - Keterlibatan dalam kegiatan : aktif - Harga diri : tinggi 201 - Kepercayaan diri : baik (3) Kondisi Keluarga Pada saat peneliti melakukan kunjungan ke rumah AD, kedatangan peneliti disambut dengan baik oleh ayah, ibu, kakak, dan adik AD. Keluarga sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD dengan ibu nya, sesekali di sela-sela wawancara AD bercanda manja dengan menggoda ibunya. Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah AD telihat sedikit cuek namun terkesan humoris sempat beberapa kali ayah AD ikut bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta ibu. Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan AD dengan keluarga sangat baik ayah AD sudah banyak mengalami banyak perubahan terutama dari cara bersikap dan mendidik AD. Ayah AD sudah lebih sabar dan selalu berusaha memahami kondisi AD. Keharmonisan keluarga nampak terlihat dan terasa saat selama kurang lebih 2 jam peneliti berada di rumah AD. Diagnosis Multiaksional Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V Prognosis : F 20.0 (skizofrenia paranoid ) : tidak ada diagnosis : tidak ada diagnosis : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan : GAF 50 (gejala berat atau serius, disabilitas berat). Prognosis AD adalah gambaran prognosis pada saat AD menjalani perawatan di GPSY. Tabel 4.9 Prognosis AD 202 NO KATEGORI KETERANGAN PROGNOSIS 1. Diagnosa Skizofrenia Buruk 2. Onset 18 tahun Buruk 3. Riwayat penyakit 4 kali kambuh Buruk 4. Faktor genetic Tidak ada Baik 5. Stressor 6. Keluarga 7. Penyakit organic 8. 9. Respon terhadap pengobatan Gangguan kepribadian Putus cinta dan ketakutan akan masa depan Tidak ada Baik Buruk Tidak ada Baik Tidak Ada Baik Tidak ada Baik 10. Insight / Tilikan Ada Baik 11. Tingkat sosial ekonomi Mampu Buruk 12. Motivasi kerja Ada Baik 13. Penampilan Kurang Buruk 14. Pekerjaan Pengangguran Buruk 4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi 4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam. Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam 203 pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti (Catatan Lapangan no. 6). 1. BAUM (Tree Test) Subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan akan berbunga lebat. BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah orang yang mementingkan rasio, subyek selalu berusaha melihat dan mencari penjelasaan setiap peristiwa dari segi rasionalitas peristiwa tersebut. Subyek mengalami permasalahan dengan penyelarasan ego dan super egonya, sebab subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya. Hal ini menyebabkan subyek cenderung menutup diri terhadap lingkungan sosialnya. 2. DAP (Draw A Pearson Test) Subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni. 204 DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa terdapat adanya ketidak-konsistenan dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau kecemasan saat proses adaptasi dengan lingkungan dikarenakan subyek merasa seperti terbebani oleh banyak orang. 3. HTP (House Tree and Person Test) Subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy. HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau lingkungan terdekatnya, yaitu menjauh dari keluarga dan juga mempunyai kecenderungan untuk ingin lari dari rumah. Kesimpulan: Hasil tes grafis KM secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran kaki dan tangan pada tes DAP yang menunjukan bahwa subyek tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami permasalahan dalam hubungannya 205 dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan keluarga. 4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165cm. Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam berukuran sekitar 60cmx20cm. Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk melakukan tes grafis (catatan lapangan no.7). 1. BAUM (Tree Test) Subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon tersebut mudah digambar. BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek 206 memiliki keinginan atau ego yang besar akan tetapi tidak seimbang dengan rasionya. Subyek terlalu mengorientasikan keinginannya ke masa depan atau kehidupan mendatang, namun hal ini tidak diimbangi dengan rasio yang cukup baik sehingga subyek mengalami kesulitan atau tidak tahu bagaimana harus menghadapi masa depanya. 2. DAP (Draw A Pearson Test) Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga subyek sangat menyayanginya. DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek kurang mampu menyelaraskan antara ego dan super egonya, saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya subyek kurang bisa menopang dirinya (tidak bisa mandiri) sehingga subyek mengalami kesulitan atau kurang mampu beradaptasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya. 3. HTP (House Tree and Person Test) Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah pohon jati. 207 HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya keinginan yang kuat dalam diri subyek untuk meningkatkan interaksi khususnya interaksi di dalam keluarga. Subyek menunjukan bahwa dia ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia yang memiliki adanya kedekatan atau interaksi yang kuat di antara sesama anggota keluarga. Hal ini bisa saja disebabkan adanya kekecewaan subyek terhadap keluarga, subyek merasa jauh dari keluarga dan tidak merasakan kebahagian dalam keluarga. Kesimpulan: Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran telinga, mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata kaki dan tangan menunjukan bahwa AD mengalami adanya halusinasi pendengaran, waham dan hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. 208 4.4.2.7 Dinamika pemulihan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik 4.4.2.7.1 Dinamika pemulihan pada KM (a) Paradigma Psikopatologis KM Ekonomi berkecukupan Perhatian dari orang tua Childhood Ekonomi Kurang, Orang tua sibuk bekerja Adolance SD, SMP, SMA tidak Butuh pengakuan Mempunyai berprestasi Tidak mempunyai teman Sikap keluarga terlalu banyak teman Kasih keras sayang dari keluarga Later Life Memiliki pasangan (berumah tangga) Bekerja / memiliki penghasilan Tidak menikah Tidak memiliki pekerjaan Conditioning Event Tertutup, mudah marah dan curiga, menarik diri dari keluarga dan masyarakat, rendah diri (minder). Precipitating I : Permasalahan dengan teman kerja dan atasan yang otoriter Precipitating II : Tidak mempunyai pekerjaan dan tekanan keluarga Precipitating III : Masalah percintaan (putus cinta) Precipitating IV : Tidak taat minum obat dan tekanan keluarga Precipitating V : Kematian ayahnya Ego Alien Merasa tertekan, kesepian, putus asa, tidak berguna, tidak memiliki kebermaknaan hidup Ego Ideal Membutuhkan dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, pekerjaan dan diakui masyarkat Skizofrenia Paranoid - Gejala Positif Skizofrenia Halusinasi auditorik dan visual Berteriak-teriak Marah-marah Berperilaku agresif Memaki-maki orang lain - Gejala Negatif Skizofrenia Pencuriga Menarik diri dari lingkungan Susah diajak berbicara Mengurung diri Sering melamun Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM 209 Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak skizofrenia pada diri pasein. Dinamika pemulihan KM dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan KM dijelaskan sebagai berikut: (b) Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM. Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada KM. Permasalahan psikososial tersebut meliputi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan, tekanan keluarga, percintaan, dan kematian ayah. Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi dan diperbaiki. 1. Terapi Medis Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada KM mengurangi atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan 210 syaraf pusat (otak) sehingga menyebabkan munculnya perilaku agresif dari pasien. . . . kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasa-rasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger (D2W21:190613). Lebih lanjut, menumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya obat bagi skizofrenia merupakan tujuan utama dari terapi medis, jenisjenis kegiatan dalam terapi medis mempunyai sasaran utama yaitu munculnya kesadaran minum obat. Obat-obatan bagi penderita skizofrenia merupakan hal utama yang tidak boleh ditinggalkan. Pengkonsumsian obat dalam waktu lama menimbulkan kejenuhan dalam diri KM. Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia dalam mengkonsumsi obat sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar: . . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. . . (D1-W5:070513). Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1W33:070513). ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri (D1-W35:070513). 2. Terapi Rohani Terapi rohani menyentuh aspek psikologis pasien yaitu aspek psikoreligius dengan memberikan effek psikologis berupa ketenangan dan kepasrahan kepada Tuhan sehingga KM lebih kuat dalam menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan-permasalahan hidupnya. Terapi rohani membantu KM mengatasi 211 stressor-stressor psikososial dengan memunculkan kekuatan dalam dirinya melalui kepasrahan kepada Tuhan: . . . ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. . . (D1-W15:070513). Ibadah itu mbak, firman Tuhan. Solanya ceritanya itu menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayatayat yang sesuai dengan kita gitu (D2-W15:190613). 3. Terapi Sosial Terapi sosial mengatasi akar permasalahan KM yang berkaitan dengan hubungan sosialnya. Terapi sosial berupa pelatihan ketrampilan kerja mengajarkan KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa dikembangkan sebagai mata pencaharian pasca perawataan dari GPSY, sehingga KM memiliki pekerjaan yang dapat menjadi sumber penghasilan. Hal ini mengatasi permasalahan kekambuhan KM yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, yaitu pengangguran yang menjadi salah satu penyebab kekambuhan KM. Pemberian ketrampilan-ketrampilan membuat pasien memperoleh pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut: dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613). 212 4. Home Visit dan Konseling Keluarga Home visit dan konseling keluarga merupakan bagian dari Terapi Holistik yang memegang peranan penting dalam keberhasilan keberlanjutan perawatan pasien pasca perawatan. Interaksi di dalam keluarga KM tidak terjalin dengan baik. Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang kerja dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai alasan. Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya. Hal ini diperkuat dengan hasil tes grafis yang menyatakan bahwa KM memiliki kecenderungan untuk lari dan menghindar dari keluarga. Tekanan dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh besar terhadap kekambuhan KM. Home visit dan konseling keluarga yang diberikan kepada keluarga KM memberikan perubahan pada pola interaksi dalam keluarga khususnya perubahan sikap keluarga kepada KM. Perubahan sikap keluarga terutama ibu KM setelah dilakukan konseling keluarga adalah DY menjadi lebih sabar dan pengertian dalam menghadapi KM: Ada mbak, sangat bermanfaat karena keluarga ini kan bukan dari kalangan orang berpendidikan jadi ya tidak mempunyai pengetahuan-pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya kunjungan jadi tau (E1-W12:300613).Ya jadi sabar aja lah mbak, menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau 213 seperti dia mbak. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia ajalah. (E1-W14:300613). Home Visit dan konseling keluarga berdampak pada perubahan perilaku keluarga. Perubahan sikap keluarga yang semula cenderung keras dan menekan menurut KM sudah mengalami perubahan, DY menjadi lebih perhatian dan sabar dalam menghadapi KM: Sering mbak, kalau lama nggak jenguk nanti ditelponin sama kak Ngisty. Ya apalah ibu sekarang lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih sabar. hehehehe (D1-W38:070513). (c) Dampak Skizofrenia pada KM Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan KM. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari skizofrenia pada KM secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. 1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik (dampak secara organobiologik) Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor KM. Gejala positif KM meliputi; halusinasi auditorik dan visual, berteriak-teriak, marah-marah, berperilaku agresif, dan memaki-maki orang lain sedangkan gejala negatif KM meliputi; pencuriga, menarik diri dari lingkungan, mengurung diri, dan sering melamun. Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu 214 memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia: Ya apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasarasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger, nggak gelisah lagi. (D2-W21:190613). Lebih lanjut, beberapa kegiatan dalam terapi rohani dan sosial juga berperan serta dalam memperbaiki fungsi kognitif, afektif dan psikomotor KM. Hal ini diungkapkan KM bahwa terapi musik adalah salah satu kegiatan yang melatih konsetrasi dan perhatian (kognitif), pengendalian emosi (afektif) dan koordinasi gerakan (psikomotor): . . . kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah (D2-W17:19613). Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe (D2W24:190613). 2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien KM yang meliputi perasaan kesepian, putus asa, tertekan, tidak berguna, rendah diri dan tidak memiliki kebermaknaan hidup. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah membantu KM dalam mewujudkan dan membentuk ego alien dalam diri KM menjadi ego ideal. Terapi Rohani Terapi Rohani menyentuh aspek psikis KM dengan menciptakan self suggestion yaitu adanya kekuatan didalam diri KM berupa pengharapan, 215 kepasrahan dan ketenangan jiwa yang menjadi motivasi bagi KM untuk tidak berputus asa dalam menghadapi penyakitnya: ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (D1-W15:070513). Paling seneng ibadah itu mbak, firman Tuhan. Soalanya ceritanya itu menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu (D2W15:190613). Pola interaksi Home Care Pola Interaksi Home Care menyentuh sebagian besar aspek psikologis KM yaitu menumbuhkan kebermaknaan hidup pada KM dan saling menguatkan satu sama lain di dalam setiap keputusasaan. Terjalinnya rasa saling menyayangi menjadi suatu semangat dalam diri KM dalam menghadapi penyakitnya bahwa skizofrenia bukanlah sosok yang harus dijauhi dan diasingkan dalam pergaulan: . . . jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok, harus taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. . . (D1-W20:070513). mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang mbak (D1-W31:070513).. . . nyaman, saling menguatkan mbak kalau disini, saling mendukung buat sembuh (D1-W36:070513). Semua kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah semangat hidup, merasa seperti keluarga sendiri, saling menyayangi (D1-W37:070513). 3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas 216 pada terganggunya kehidupan sosial nya. Hasil tes grafis menunjukan gambaran bahwa KM mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan keluarga. Terapi sosial yang berupa pembiasaan-pembiasaan dan pemberian ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan dengan aspek sosial pasien terutama dalam hal interaksi sosial menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada KM sehingga KM lebih siap dalam menghadapi dan berbaur dengan lingkungannya: Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe (D2W22:190613).Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu(D2-W23:190613). Bagian lain dari terapi sosial yang berupa pemberian ketrampilan kerja mengajarkan KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa digunakan sebagai sumber penghasilan KM apabila ketrampilan tersebut dikembangkan di dalam masyarakat sehingga dapat pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Hal ini akan mengatasi dampak skizofrenia KM yang berkaitan dengan ketidakberfungsian secara ekonomi di dalam masyarakat: Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613). Terapi sosial melalui kegiatan kelompok yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama di antara anggotanya membuat KM menjadi lebih mudah membuka 217 diri dan bergaul dengan orang lain sehingga KM tidak lagi menjadi pribadi yang pemalu dan cenderung menarik diri dari lingkungan . . . “bisa mengendalikan marah. punya banyak teman, dulunya pemalu. Hehe. Semakin hari semakin baik, kaya ada pemulihan dalam diri aku “(D2-W19:190613). ( c ) Gambaran Prognosis KM Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau halhal yang menyebabkan prognosis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan oleh faktor organobiologik ( non organobiologik ) pada pasien untuk selanjutnya bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan tempat perawatan pasien sebelumnya. Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan terlihat pada tabel 4.9. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang memiliki prognosis “buruk” pada KM meliputi stressor psikososial dan ekonomi, dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, ekonomi keluarga, motivasi kerja dan penampilan dan pekerjaan. 1. Terapi Medis Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia dalam mengkonsumsi obat sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar. Ketaatan minum obat yang didasarkan atas kesadaran diri sendiri membuat KM mampu menjaga kesehatan 218 diri sendiri melalui obat-obatan, sehingga kekambuhan yang disebabkan buruknya respon pengobatan dapat dihindari: . . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. . . (D1-W5:070513). Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat (D1W33:070513). ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri (D1-W35:070513). Lebih Lanjut, Terapi Holistik melalui terapi medis memberikan kesadaran terhadap perawatan kebersihan diri dan lingkungan sehingga prognosis KM yang berkaitan dengan perawatan diri dapat tertangani. Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap KM selama kurun waktu 3 bulan menunjukan bahwa perilaku perawatan diri KM sudah baik. KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungannya. Hal ini ditunjukan dengan kesadaran dan keterlibatan secara aktif KM dalam melakukan aktivitas-aktivitas keseharian yang berhubungan dengan kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungan. Penampilan KM juga selalu terlihat rapi dan bersih pada saat mengikuti kegiatan terapi dan dalam kesehariannya (Catatan lapangan no.6). 2. Terapi Sosial Prognosis yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi dan motivasi kerja dilakukan dalam bentuk terapi sosial yaitu dengan terapi kerja, terapi kerja yang diberikan kepada KM yang berupa pemberian ketrampilan-ketrampilan berwirausaha sehingga ketrampilan tersebut dapat digunakan sebagai pekerjaan KM setelah keluar dari GPSY dan menghasilkan nilai ekonomi yang berguna untuk menunjang kehidupan KM dengan lebih baik: 219 kalau saya sudah sembuh mau disuruh buka warung untuk usaha mbak, ya daripada pengangguran. Hehehe (D1-W20:070513). dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang (D2-W25:190613).Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri (D2-W26:190613). Pernyataan tentang pelatihan ketrampilan untuk menunjang faktor ekonomi pasien yang biasanya menjadi prognosis yang “buruk” baik pasien juga diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Setelah pulang dari Siloam mereka mempunyai tanggung jawab yang besar loh kak untuk dapat berfungsi dan berkarya di dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dalam terapi kerja dipersipakan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar, sehingga pasien itu mempunyai suatu ketrampilan yang berguna untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan dengan ketrampilan yang diajarkan disini seperti misalnya membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian, selain itu juga dengan memiliki kemampuan pasien merasa berguna ini loh aku bisa menghasilkan uang sendiri (A1-W25:080513). 3. Home Visit dan Konseling Keluarga Prognosis “buruk” KM selanjutnya adalah dukungan keluarga. Keluarga yang cenderung memberikan tekanan kepada KM merupakan stressor paling besar yang memicu kekambuhan KM pasca perawatan, sebab keluarga memiliki peran yang penting dalam perawatan pasien pasca keluar dari GPSY. Terapi Holistik melalui home visit dan konseling keluarga memperbaiki pola hubungan dan cara pandang keluarga terhadap KM yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku keluarga terhadap KM. 220 Perilaku-perilaku keluarga di masa lampau yang berpotensi menimbulkan kekambuhan kembali tersebut diarahkan untuk dilakukan perubahan sehingga terbentuklah perilaku baru di dalam keluarga yang lebih “baik” sehingga mendukung pemulihan KM: Ya kalau KM sudah pulang, dijaga dirawat sebisa mungkin mbak sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (E1-W15:300613).Pengertian ya sabar menerima kondisi KM, jangan terlalu memakasakan keinginan-keinginan keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi dan memperhatikan sama itu mba mengawasi apa ya maksudnya membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus juga sehari-harinya itulah (E1-W16:300613). Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan KM melalui Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh seluruh aspek kehidupan KM meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada KM dan prognosis KM. Uraian mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan KM melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut: 221 Tabel 4.10 Dinamika Pemulihan KM NO Terapi Holistik 1. Terapi Medis Mekanisme Terjadinya Skizofrenia -Menangani faktor organoniologik berupa gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Menumbuhkan kesadaran minum obat. Dampak Skizofrenia Prognosis -Mengurangi dampak skizofrenia secara fisik (organobiologik) berupa kemunculan gejala positif dan negatif skizofrenia yang menyebabkan terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. -Memunculkan respon positif terhadap pengobatan dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengobatan bagi skizofrenia. -Membiasakan perilaku perawatan diri 2. Terapi Rohani -Meningkatkan resiliensi skizofrenia melalui pendekatan agama. -Mengatasi dampak skizofrenia secara psikis dengan menciptakan self suggestion yang berfungsi sebagai kekuatan dalam menghadapi penyakit skizorfenia. 3. Terapi Sosial -Memberikan ketrampilan dan pelatihan berwirausaha yang bisa digunakan sebagai lapangan pekerjaan. -Mengatasi dampak skizofrenia pada aspek sosial yaitu melatih kemampuan interaksi sosial. 4. Home Care - 5. Home Visit dan Konseling Keluarga Memperbaiki pola hubungan di dalam keluarga yang menjadi pemicu terjadinya kekambuhan pada KM sehingga dapat diperoleh pola interaksi baru yang “sehat” di dalam keluarga. -Mengatasi ketidakberfungsian sosial yang disebabkan faktor pekerjaan (menganggur) -Meningkatkan kepercayaan diri. Mengatasi dampak skizofrenia pada aspek psikis yaitu dengan menumbuhkan kebermaknaan hidup dalam diri KM. - -Kemampuan menghadapi stressor psikososial pasca perawatan yaitu dengan meningkatan resiliensi dan kemampuan dalam melakukan self suggestion. -Mengatasi permasalahan ekonomi dengan memberikan ketrampilan berwirausaha. -Menumbuhkan motivasi kerja. - Kesadaran keluarga dalam pemberian dukungan kepada KM dan terjadinya perubahan perilaku keluarga terhadap KM kearah yang positif. 222 4.4.2.7.2 Dinamika pemulihan Mantan Pasien (AD) (1) Paradigma Psikopatologis AD Perhatian dari orang tua Mempunyai teman Childhood Kurang mendapat perhatian orang tua Tidak mempunyai teman - Keluarga Harmonis Adolance - Butuh pengakuan - Konflik keluarga (sering terjadi pertengkaran) - SD, SMP tidak berprestasi - Didikan ayah yang keras - Tuntutan ayah terlalu besar - Kekecewaan terhadap sikap kakak - Putus cinta - Masalah pendidikan - Figur ayah yang mengayomi - Sosok kakak yang bisa menjadi tauladan bagi adik-adiknya - Menjalani hubungan dengan lawan jenis - Pendidikan lancar Conditioning Event Kepercayaan diri rendah (minder), tertutup, menjauh dari keluarga, menarik diri dari lingkungan, rasa permusuhan dan kekecewaan. Precipitating I : Permasalahan dengan keluarga (kekecewaan terhadap kakak) Precipitating II : Ketidaktaatan minum obat Precipitating III : Masalah percintaan (putus cinta) dan masalah pendidikan Precipitating IV : Katakutan menghadapi masa depan dan tekanan ayah Ego Alien Merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan, hidup tidak bermakna Ego Ideal Membutuhkan kasih sayang, dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, kesuksesan pendidikan, dan pengakuan. Skizofrenia Paranoid - Gejala Positif Skizofrenia Halusinasi auditorik Waham keagamaan Bekotbah-kotbah Berteriak-teriak Telanjang-telanjang - Gejala Negatif Skizofrenia Bingung Melamun Gelisah Sedih dan murung Menyendiri/tidak mau bergaul Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD 223 Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak skizofrenia pada diri pasein. Dinamika pemulihan AD dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan AD dijelaskan sebagai berikut : (a) Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada AD. Permasalahan psikososial tersebut berakar dari dalam keluarga, termasuk di dalamnya permasalahan pendidikan dan percintaan yang tidak lepas dari dominasi keluarga. Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi dan diperbaiki. 1. Terapi Medis Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada AD mengurangi atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan 224 syaraf pusat (otak) sehingga menyebabkan munculnya perilaku maladaptif dari pasien: masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah tidur terus gelisah, tapi sudah nggak kaya dulu obatnya sekarang sedikit tapi harus rajin diminum. (F1-W5:160413).Badannya enak, emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus. Ya stabil kalau minum obat (F2-W7:290613). Mekanisme kemunculan (terjadinya) skizofrenia pada AD salah satu nya perihal ketidaktaatan minum obat. Pengkonsumsian obat-obatan bagi AD dalam jangka waktu lama bahkan terus berkelanjutan pasca perawatan merupakan salah satu tanggung jawab berat yang harus dilakukan mantan penderita skizofrenia. Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan membangun kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi skizofrenia sehingga AD memiliki kesadaran dari dalam hati tentang pentingnya ketaatan minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi: Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku (F2-W9:290613). Perubahan perilaku AD terhadap respon pengobatan juga diperkuat oleh pernyataan SY, beliau mengatakan bahwa pasca perawatan AD di GPSY sudah memiliki kesadaran terhadap pengobatan tanpa mendapat paksaan dari pihak luar: sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senangnya itu AD sudah sadar untuk minum obat 225 nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak (G1-W17:290613). 2. Terapi Rohani Terapi rohani menyentuh aspek psikologis AD yaitu memberikan kekuatan dan ketenangan secara psikis kepada AD dalam menjalani kehidupannya. Kekambuhan pada AD adalah disebabkan ketidakmampuan AD dalam menghadapi tekanan-tekanan atau permasalahan psikososial yang dialaminya. Terapi rohani mengajarkan kepada AD untuk mampu bertahan dalam situasi dengan tingkat stress yang tinggi melalui pendekatan secara religious kepada Tuhan. Kedekatan kepada Tuhan akan memunculkan suggesti dalam diri AD bahwa bersama Tuhan ia mampu dan kuat dalam melewati kerasnya kehidupan sehingga AD mampu bertahan menghadapi setiap permasalahan dan kekhawatiran hidup serta dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan hati yang tenang melalui pertolongan Tuhan: Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan (F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen ngamuk mba, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya, menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mbak (F1-W36:160413). Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513). Terapi rohani yang berisi kegiatan-kegiatan kerohanian juga menangani waham keagamaan dalam diri AD yaitu melalui pengalihan dan penyaluran 226 waham keagamaan tersebut dengan mengikutsertakan dan memfasilitasi AD untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga AD memiliki tempat untuk menyalurkan “hobi berkotbah” nya kearah yang positif. Hal ini diungkapkan oleh AA mentor AD sebagai berikut: Dia sangat antusias ya apalagi untuk kegiatan rohani seperti kegiatan-kegiatan di terapi rohani (B2-W5:290514). AD itu satu bulan dirawat disini sudah mulai stabil, khotbah-khotbahnya kami arahkan ke hal positif misalnya kami minta untuk memimpin pujian atau ibadah, bagaimana caranya supaya bisa tersalurkan dengan baik (B2-W10:290513). AD menyatakan bahwa terapi rohani yang diberikan GPSY membuatnya mampu menyalurkan kesenangannya terhadap ilmu agama secara lebih postif ke dalam suatu wadah yang sesuai sehingga sekarang pasca perawatan AD tidak lagi melakukan perilaku-perilaku “menyimpang” yang berkaitan dengan keagamaan: seneng to mbak, kan aku dapet giliran itu disuruh mimpin doa, apa disuruh kasih ceramah la itu aku seneng jadi bisa menyampaikan pengetahuan tentang agama ke orang lain, ya bisa tersampaikan kesenanganku untuk menyampaikan firman Tuhan, terus didengar orang lain ya semoga aja bisa bermanfaat (F2-W5:290613). yo masih to mbak, tapi sekarang kan kalau khotbah aku digereja, opo jadi pembicara pas PA, persekutuan remaja. Dadi yo ora khotbahkhotbah dewe (F2-W13:290613). Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh ibu AD, beliau mengatakan bahwa waham keagamaan AD yang dulu kerap kali mengganggu dan menjadi permasalahan, kini pasca perawatan dengan terapi rohani di GPSY ia dapat menyalurkan kesenangan tentang pengetahuan agamannya kearah yang positif: Banyak perubahan kearah yang positif mbak, AD itu sampai sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif nderek kegiatankegiatan gereja (G1-W19:290613). Ya sekarang aktif dalam kegiatan gereja mbak, kalau malam minggu itu PA (pendalaman Alkitab), terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan gereja itu AD yang 227 nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja malesnya minta ampun itu AD (G1-W30:290613). 3. Home Care Home Care melalui konseling individu membantu mengurangi beban psikis AD yaitu dengan memberikan kelegaan dan membantu menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga beban pikiran AD menjadi berkurang dan mampu menentukan langkah selanjutnya dalam mengatasi permasalahannya: Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak (F1-W18:160413). setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah gitu deh, hehehe (F1-W18:160413). Ya kapan aja saya pengen, sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak Alfred kak Ngisty help me please please. hahaha (F1W18:160413). 4. Home Visit dan Konseling Keluarga Permasalahan di dalam keluarga memberikan kotribusi besar dalam mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD. Kekambuhan AD didominasi oleh faktor keluarga yaitu hubungan di dalam keluarga yang tidak terjalin dengan baik antara AD dengan ayahnya. Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Kondisi keluarga yang sering terjadi pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah, 228 pertengkaran yang seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga sebenarnya hanyalah disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga. Home Visit dan konseling keluarga yang dilakukan kepada keluarga AD memberikan perubahan pada pola interaksi di dalam keluarga. AD menyatakan bahwa hubungan antara AD dengan orang tua nya kini sudah membaik, ayahnya menunjukan sikap lebih pengertian kepada AD dengan tidak lagi memaksakan kehendak dan marah-marah kepada AD: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak (F2-W14:290613) Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu banyak kepada AD: Ya banyak mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi orang yang sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi AD gara-garane AD itu kan orangnya memang susah dinasehati seringe ngeyel, la terus dikasih tau sama Bu Ether jangan terlalu sering lah memarahi AD nanti malah AD kumat lagi, karena AD ini kan sakit jadi jangan terlalu banyak mengharap, istilahnya menuntut banyak AD buat ini itu. Bapaknya kan guru SLB to mbak, dadi neg ngandani kie dibolan baleni la AD ga suka, membatah lah dia, bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah ditahan mbak, trus 229 kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe (G1-W23:290613). AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak (G1W23:290613). Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan dilakukan melalui home visit dan konseling keluarga antara pihak mentor dengan AD dan keluarga sehingga melalui proses konseling ini dapat diperoleh solusi terbaik bagi masa depan AD: Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit kantidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih (B2-W8:290513). Kami meminta keluarga untuk lebih bisa men-support AD karena obsesi untuk kuliahnya itu sangat tinggi, sehingga sebisa mungkin ya keluarga mendukung apa yang menjadi pilihan AD mengenai masalah jurusan ataupun universitas sebab semua itu kan AD yang menjalani sehingga jangan selalu dipaksa menuruti pilihan orang tua (B2-W8:290513). Home visit dan konseling keluarga juga mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan AD, mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah (F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau 230 kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613). dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . (F2:W17:290613). Home visit dan konseling keluarga telah berhasil menyelesaikan permasalahan pemicu kekambuhan AD yang berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan antara pihak GPSY dan keluarga sehingga diperoleh suatu kesepakatan bersama mengenai penyelesaian terbaik bagi semua pihak untuk permasalahan yang berkaitan dengan sekolah AD: Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD, pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya orang tua tinggal mendukung saja, pokoknya demi kebaikan kita dukung, awalnya mau saya suruh ke sekolah agama theologi tapi dia pengennya ke public relation ya sudahlah kita turuti ya sampe sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1W24:290613). (b) Dampak Skizofrenia pada AD Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan AD. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari skizofrenia pada AD secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. 1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik (dampak secara organobiologik) Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif, 231 afektif dan psikomotor AD.Gejala positif AD meliputi; Halusinasi auditorik , waham keagamaan, bekotbah-kotbah, berteriak-teriak, dan telanjang-telanjang sedangkan gejala negatif AD meliputi: bingung, melamun, gelisah, sedih dan murung, menyendiri/tidak mau bergaul. Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia sehingga AD dapat menjalani kehidupannya dengan secara optimal: . . . dulu halusinasinya menganggu banget pas udah minum obat ya suara-suaranya hilang. . . (F1-W27:160413). Badannya enak, emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus, ya stabil kalau minum obat (F2-W7:290613). masih terus jalan obatnya, kalau nggak minum ya pusing, gelisah, perasaannya nggak tenang (F2-W8290613). 2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien AD yang meliputi merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan, hidup tidak bermakna. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah membantu AD dalam mewujudkan dan mengubah ego alien dalam diri AD menjadi ego ideal. Terapi Rohani Terapi Rohani menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan. 232 Hal ini memulihkan kondisi psikis AD yang selalu diliputi kekhawatiran dan ketakutan menghadapi masa depan sehingga dengan terapi rohani AD mampu melepaskan beban psikis nya tersebut dan memperoleh ketenangan jiwa serta mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup: Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan (F1-W35:160413). Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya, menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mba, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mba (F1-W36:160413). Kaya terapi rohani itu kan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam menghadapi masalah. . . (F1-W48:160413). Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak (F1W44:160413). Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa (F2-W4:290513). Home Care Pola interaksi Home Care yang diterapkan di dalam model perawatan dengan Terapi Holistik menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan memulihkan atau mengembalikan kebermaknaan hidup nya sebagai orang dengan skizofrenia sehingga ia tidak merasa sebagai orang yang terbuang. Munculnya kebermaknaan hidup pada AD secara langsung akan mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan pada aspek kehidupan AD sehingga ia mampu menjalani hidup dengan lebih optimal: Kalau disini itu semua nya keluarga mbak, merasa lebih dianggap ya kaya nggak ada jarak antara mentor sama pasiennya merasanya jadi nyaman nggak disia-sia kan kalau dirumah sakit jiwa itu kaya namanya dipandang sebelah mata orang gila terus dibentak-bentak apa diperlakukan semena-mena, ya apa ya istilah-istilahnya itu di wongkan apa ya dianggap manusia ya itulah mbak tidak seperti orang gila trus disingkirkan. Hahaha (F1-W22:160413). Kalau menyedihkan enggak mbak, saya malah seneng disini udah kaya 233 rumah sendiri, soalnya banyak temennya trus mentor nya juga sayang. Enak pokoknya mbak, coba aja deh.hahahaha (F1W23:160413).Ya kaya rumah sendiri gtu mbak, kalau dirumah sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha oyoyo. Siloam bagiku itu rumah kedua mbak, dapet teman-teman yang luar biasa, kakak-kakak mentor yang selalu menguatkan aku punya keluarga yang baik. . .(F1W43:160413). 3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas pada terganggunya kehidupan sosial nya. Hasil tes grafis menunjukan gambaran gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. Penanganan dampak skizofrenia AD pada aspek sosial dilakukan dengan menggunakan: Terapi Sosial Terapi sosial dengan berbagai jenis-jenis kegiatan terapi yang mengajarkan kemampuan interaksi sosial pada pasien baik interaksi di antara sesama pasien, pasien dengan mentor dan pasien dengan masyarakat melatih pasien untuk dapat berinteraksi dengan baik dan memiliki keberanian untuk menghadapi lingkungan. AD merasa lebih percaya diri dan terbuka terhadap pergaulan sosial: 234 Iya mbak, tapi disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya disuruh mimpin acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus berani (F1-W30:160413). oh ya kalau sekarang saya punya banyak teman mbak, malah kalau ga ada teman saya itu kesepian terus nyari teman kalau dulu kan minderan mbak kalau mau bergaul gitu jadi suka menyendiri (F1-W33:160413). ya maen ke rumah temen, kalau nggak yo ke tetangga ngajak nongkrongnongkrong gitu ikut kegiatan desa, ya kaya gitu lah mbak. Hehehe (F1-W34:160413). ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah (F1-W48:160413). . . membuat aku semakin percaya diri, diajari bersosialisasi kembali ke masyarakat, ya walaupun orang stress itu kan kadang susah diterima di masyarakat la Siloam itu mengajarkan untuk berani dan percaya diri buat bergaul sama masyarakat (F2-W10:290613). pemalu aku ini, minderan karena aku merasa sakit to. Sekarang aku wis aktif kegiatan gereja trus kegiatan masyarakat aku yo melu. Ternyata ora seburuk yang dibayangkan (F2-W11:290613). Ya ternyata aku bisa diterima masyarakat, kuncinya itu harus PD dulu kan aku rendah diri, tapi di Siloam diajarkan untuk selalu PD nggak boleh merasa rendah diri semua orang derajat sama di mata Tuhan (F2W12:290613). Perubahan sikap AD yang lebih mudah bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY (ibu AD): Itu dulunya kalau ada orang jagongan, kumpul-kumpul apa orang ngobrol-ngobrol diluar itu dia nggak mau keluar rumah, diem aja pokoke dirumah terus. tapi sekarang ini udah senang dolan-dolan malah lali mulih barang mbak.hahah (G1-W29:290613).Ya sekarang aktif dalam kegiatan gereja mba, kalau malam minggu itu PA (pendalaman Alkitab), terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan Gereja itu AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja malesnya minta ampun senenya dirumah terus (G1W30:290613). Home Visit dan Konseling Keluarga Home visit dan konseling keluarga mengatasi dampak sosial yang berkaitan dengan sangsi sosial yang diperoleh AD dikarenakan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan studi (tidak lulus SMA) sebab AD 235 harus menjalani perawatan. Hal ini akan membuat AD menjadi minder karena seringkali mendapat cemoohan dari masyarakat karena latar belakang keluarga AD yang berpendidikan (ayah dan ibu AD berprofesi sebagai guru). Konseling keluarga yang diberikan pihak GPSY membantu AD untuk dapat menyelesaikan pendidikannya yang sempat gagal dan mencari perguruan tinggi untuk kelanjutan studi AD sehingga secara sosial AD tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan mampu berbaur di dalam masyakat: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah (F2-W15:290613). Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yang menyatakan bahwa permasalahan pendidikan menjadi salah satu penyebab kekambuhan AD sebab AD merasa malu dan tertekan dengan masa depannya yang dikarekan kegagalan pendidikannya: waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak lulus SMA mbak sedangkan teman-teman se-geng nya itu kan pada lulus, AD itu malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal bapak ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentinganslentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau keluar-keluar mbak, malu to (G1-W13:290613). (c) Gambaran Prognosis AD Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau halhal yang menyebabkan prognosis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan oleh faktor organobiologik ( non organobiologik ) pada pasien untuk selanjutnya bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi 236 awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan tempat perawatan pasien sebelumnya. Prognosis pada AD merupakan gambaran prognosis pada saat awal AD menjalani perawatan di GPSY, untuk kemudian akan dibandingkan dengan gambaran kondisi AD pasca perawatan (kondisi AD pada saat sekarang). Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan AD terlihat pada tabel 4.10. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang memiliki prognosis “buruk” pada AD meliputi; stressor psikososial, dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, pekerjaan dan penampilan. 1. Terapi Rohani Terapi Rohani menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan sehingga mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup. Hal ini membuat AD lebih kuat secara psikis dalam menerima setiap stressor psikososial sehingga kemungkinan kekambuhan yang disebabkan ketidakmampuan menghadapi tekanan stressor psikososial dapat diminimalisirkan. 2. Terapi Medis Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan membangun kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi skizofrenia sehingga pasca perawatan AD memiliki kesadaran dari dalam hati tentang pentingnya ketaatan minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi, sehingga AD memiliki 237 respon yang baik terhadap pengobatan. Respon yang baik terhadap pengobatan akan mencegah resiko kekambuhan yang disebabkan oleh ketidaktaatan minum obat: Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat (F1-W47:160413). Aku sendiri to mbak, nggak ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku (F2-W9:290613). Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yaitu bahwa kesadaran akan pentingnya pengobatan terlihat dari respon positif AD terhadap ketaatannya mengkonsumsi obat secara rutin yang ditunjukan AD pasca menjalani perawaan di GPSY: sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak (G1-W17:290613). Terapi medis juga mengajarkan kepada AD tentang kesadaran terhadap kebersihan diri dan lingkungan: . . . ya dulu itu aku jarang mandi nggak pernah kaya setrika apalagi nyapu, biasa cowo kan nggak memperhatikan penampilan tapi disini kalau nggak mandi dapat hukuman, harus piket jadi sekarang lebih rapi lah. Hahaha (F1-W27:160413). Pernyataan AD tersebut juga diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukan bahwa AD memiliki penampilan yang rapi terlihat dari cara berpakaian dan kebersihan diri (Catatan lapangan n0.7). 238 3. Home Visit dan Konseling Keluarga Faktor-faktor selanjutnya yang memiliki prognosis buruk pada AD adalah dukungan keluarga dan pekerjaan. Penanganan terhadap kemungkinan kekambuhan yang dikarenakan kedua faktor tersebut adalah melalui home visit dan konseling keluarga. Situasi di dalam keluarga yang terlalu menekan dan memberikan tuntutan terlalu besar kepada AD serta tidak terjalinya kedekatan diantara sesame anggota keluarga menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran. Home visit dan konseling kelarga yang dilakukan pihak telah berhasil menangani permasalahan yang berkaitan dengan kondisi keluarga tersebut. Hal ini diungkanpkan melalui pernyataan AD mengenai gambaran kondisi keluarganya saat ini yang sudah mengalami banyak perubahan positif: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka (F1W37:160413). Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marahmarah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anaknya (E1-W38:160413). Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak (F2-W14:290613) Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu banyak kepada AD: . . .ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali 239 saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe (G1W23:290613). AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padunanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak (G1-W23:290613). Faktor yang berpengaruh buruk terhadap prognosis AD selanjutnya adalah masalah pekerjaan yang berstatus pengangguran dikarenakan AD yang mengalami hambatan dalam pendidikannya yaitu putus sekolah pasca menjalani perawatan sehingga menjadikan AD menganggur. Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY dan keluarga telah sukses mengatasi permasalah tersebut, melalui arahan yang diberikan pihak GPSY maka diperoleh kesepakatan bersama antara AD dan keluarga mengenai jalan keluar dari permasalahan tersebut yaitu dengan meneruskan sekolah AD yang tertunda sampai dengan jenjang perkuliahan sesuai keinginan AD. Pihak GPSY yaitu mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah (F2-W15:290613). Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah (F2:W16:290613). dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . (F2:W17:290613). SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan: 240 . . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti (G1-W24:290613). Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan AD melalui Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh seluruh aspek kehidupan AD meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada AD dan prognosis AD. Uraian mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan AD melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut. Tabel 4.11 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “mekanisme terjadinya skizofrenia” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi 1. Terapi Medis -Menangani faktor organoniologik berupa gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. 2. Terapi Rohani 3. Home Care 4. Home Visit dan Konseling Keluarga Kondisi Pra Perawatan (Terapi) -Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. Kondisi Pasca Perawatan (Terapi) -Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Menumbuhkan kesadaran minum obat. -Menumbuhkan self suggestion melalui kedekatan dengan Tuhan. -Respon negatif terhadap pengobatan. -Emosi labil, penuh kekhawatiran mengahadapi permasalahan. -Respon positif terhadap pengobatan. -Emosi stabil, lebih tenang dan pasrah menghadapi permasalahan. -Mengalihkan waham keagamaan ke hal yang positif -Mengatasi permasalahan psikis, meningkatkan kebermaknaan hidup -Memperbaiki pola hubungan di dalam keluarga -Khotbah-khotbah sendiri (tidak terkontrol) -Tertekan dan rendah diri -Aktif kegiatan gereja. -Merencanakan depan AD perawatan masa pasca -Sering terjadi pertengkaran, orang tua yang keras dan menekan. -Putus sekolah dan tidak lulus SMA -Memperoleh kelegaan dan ketenangan, dan merasakan adanya kebermaknaan hidup -Pertengkaran berkurang dan orang tua lebih pengertian serta perhatian -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan 241 Tabel 4.12 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya skizofrenia” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi Kondisi Pra Perawatan (Terapi) -Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. Kondisi Pasca Perawatan (Terapi) -Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta mulai pulihnya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. 1. Terapi Medis -Menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu. 2. Terapi Rohani -Menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi. -tertekan, putus asa, ketakutanmenghadapi masa depan dan rentan terhadap konflik psikososial. Terapi Sosial -Melatih sosial 4. Home Care Memberikan kebermaknaan hidup 5. Home Visit dan Konseling Keluarga -Merencanakan depan AD perawatan. -Tidak percaya diri, tertutup dan tidak mudah bergaul Merasa hidupnya tidak bermakna dan tidak berguna -Putus sekolah dan tidak lulus SMA -Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan. -Lebih percaya diri dan aktif bersosialisasi dengan masyarakat Memiliki kebermaknaan hidup 3. ketrampilan masa pasca -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan 242 Tabel 4.13 Dinamika Terapi Holistik dalam menangani prognosis “buruk” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi Kondisi Pra Perawatan (Terapi) -Tidak taat minum obat. Kondisi Pasca Perawatan (Terapi) -Memiliki respon positif terhadap pengobatan salah satunya perilaku ketaatan minum obat. 1. Terapi Medis -Membangun positif pengobatan. -Membiasakan perilaku perawatan kebersihan diri dan lingkungan. -perawatan kurang. diri -Mampu melakukan perawatan diri dengan mejaga kebersihan diri dan lingkungan. -Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan. -Pertengkaran berkurang dan orang tua lebih pengertian serta perhatian. respon terhadap 2. Terapi Rohani -Menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi. -tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan dan rentan terhadap konflik psikososial. 3. Home Visit dan Konseling Keluarga -Memperbaiki hubungan di keluarga. pola dalam -Merencanakan depan AD perawatan. masa pasca -Sering terjadi pertengkaran di dalam, didikan orang tua yang keras dan menekan. -Putus sekolah dan tidak lulus SMA. -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan 4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien (AD) dan Keluarga Mantan Pasien Mengenai Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skziofrenia Gambaran mengenai keefektifaan Terapi Holistik secara subyektif diungkapkan melalui pernyataan salah satu mantan pasien GPSY (AD) yang pernah dan telah selesai menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik serta salah satu keluarga mantan pasien (SY) yang turut merasakan terjadinya perubahan-perubahan dalam diri AD dan keluarga pasca AD menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. 243 AD menyatakan bahwa Terapi Holistik yang diterapkan di GPSY efektif dalam menangani skizofrenia dikarenakan Terapi Holistik memiliki cakupan luas yang menyentuh aspek psikis dan sosial AD serta keluarga dan perencanaan masa depan AD pasca perawatan sehingga proses pemulihan tidak semata-mata hanya melalui pemberian obat-obatan saja. Lebih lanjut, Terapi Holistik memberikan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari AD, baik perubahan dari dalam diri AD maupun perubahan di dalam keluarga yang dirasakan sampai saat ini: beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini (Siloam) itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obatobatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat (F1-W47:160413).Kaya terapi rohani itu kan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam menghadapi masalah, ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah (F1-W48:160413).ehmm ya utama itu keluarga jadi berubah sikap nya, nggak kaya dulu lagi lebih pengertian dan nggak suka berantem, keributan atau bikin onar lagi, lah itu yang utama mbak jadi dirumah kan ya nggak kaya neraka koyo ndek jaman mbiyen neh. Hahahaha (F1W49:160413).yo efektif mbak sampe sekarang itu terasa manfaatnya membekas itu pelajarannya, ya minimal bisa mengatasi diri sendiri lah mbak. terus kalau ada masalah ya berat gitu trus nggak bisa mengatasinya aku telp kak Ngisty nanti dibantu cari solusinya. Terus aku bisa kuliah ini kan berkat mentor nya juga to mbak, ya puji Tuhan lancar tekan saiki iku kan yo bantuane kak Alfred, mentor ku. (F2-W18:290613). Pernyataan senada mengenai keefektifan Terapi Holistik yang dilakukan GPSY dalam menangani skizofrenia juga diungkapkan oleh ibu AD (SY). Beliau mengungkapkan bahwa Terapi Holistik dirasa efektif dalam menangani skizofrenia khususnya pada AD. Keefektifan tersebut dikarenakan Terapi Holistik 244 dalam penanganannya mencakup semua aspek kehidupan pasien meliputi aspek fisik, psikis (rohani) dan sosial. Terapi Holistik secara khusus juga menangani keluarga pasien dengan cara melalukan pendekatan melalui kunjungan dan konseling keluarga. Informasiinformasi yang diberikan GPSY pada saat proses konseling keluarga dirasakan SY sangat bermanfaat dan membantu pihak keluarga dalam menangani AD, sehingga terbentuk lah pola-pola interaksi yang lebih positif di dalam keluarga. Lebih lanjut, adanya respon postitif terhadap pengobatan yang ditunjukan AD juga menjadi bagian penting dari keberhasilan Terapi Holistik menurut SY karena sebelumnya AD tidak memiliki kesadaran terhadap pengobatan sehingga harus melibatkan pihak luar untuk selalu mengingatkan dan mengawasi AD. Poin berikutnya yang dirasakan SY memiliki pengaruh yang besar terhadap pemulihan AD adalah adanya perencanaan masa depan pendidikan AD pasca perawatan yang dilakukan oleh GPSY sehingga AD mampu melanjutkan hidupnya secara lebih optimal sepulangnya dari GPSY dan sampai sekarang ini. Mudahnya keluarga dalam memperoleh informasi dan yang berkaitan dengan pasien skizofrenia melalui kedekatan GPSY dengan keluarga juga menjadi poin plus terhadap perawatan skizofrenia yang dilakukan GPSY. Alasan-alasan yang diungkapkan oleh SY tersebut menyimpulkan bahwa beliau merasakan adanya banyak manfaat dari model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik . Manfaat-manfaat langsung maupun tidak langsung dari Terapi Holistik yang dilakukan pihak GPSY kepada AD dan keluarga diungkapkan oleh SY sangat efektif dalam menangani skizofrenia (AD) 245 apabila dibandingkan dengan penanganan skizofrenia yang dilakukan di RSJ maupun tempat-tempat rehabilitasi lainya dimana AD pernah dirawat sebelumnya: Sebelum di Siloam itu pernah di dokter Soerojo itu to mbak, dirawat disana 5 bulan mboten cocok mbak, tetap mawon khotbah-khotbah nya terus lanjut. Padahal obatnya itu mahal, satu minggu 750 ribu, itu hanya satu minggu bayangke mbak. Terus saya bilang sama bapaknya tidak usah diteruskan la wong tidak ada perubahannya. Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana dikasih obat. Lumayan mendingan tapi ya masih sering khotbah, terus AD juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. Ya akhirnya kambuh lagi. Terus saya bawa ke rehabilitasi di Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la piye iki (G1-W16:290613). Terus akhinya ya itu saya bawa ke Siloam, dirawat disana, dan sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak (G1-W17:290613).Bagus ya, kalau menurut saya pribadi efektif sekali mba, karena ini to mbak penyembuhannya bukan cuma pake obat tapi AD juga diajari berbagai hal seperti kerohaniannya juga dibangun lalu bagaimana ia diajari untuk bersosialisasi terus yang penting juga keluarga nya diberi semacam penguatan untuk tetap sabar menghadapi AD (G1W32:290613).Ini malah yang penting menurut saya mba karena kedekatan dengan keluarga ini bagus sekali mbak, karena biasanya keluarga itu kan tidak tahu bagaimana harus menangani pasien jadi bimbingan yang diberikan Siloam ini bermanfaat untuk mengajarkan keluarga dalam ngadepi AD, kuncine kudu sabar lan ngemong mbak. Terus ini to mbak keluarga jadi tahu kemana harus mencari informasi yang berhubungan dengan AD, kalau AD mau error harus gimana, ya jadi punya tempat yang bisa dijadikan sumber informasi sampai sekarang ini walaupun udah 4 tahun AD keluar. Ini penting sekali dan efektif mbak, sangat bermanfaat terutama buat keluarga pasien (G1W33:290613). Keefektifan yang lain itu pada poin perencanaan masa depannya AD ya mbak, jadi nggak terus keluar ditinggal prung ngono wae, tapi ya dipikirkan setelah keluar dari Siloam itu rencana selanjutnya mau gimana. Ya AD sudah bisa berhasil kuliah itu tidak lepas dari campur tangan mentornya mbak, ya itu manfaat jangka panjang yang berkaitan dengan masa depannya 246 AD. Itu kan bagian dari terapi di Siloam juga mengarahkan rencana kedepannya pasien setelah dipulangkan. Ya atas dasar alasan itu makanya saya katakan apa yang dilakukan Siloam efektif dalam menangani anak saya ini sampai sekarang. (G1W33:290613). 4.4.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani Skizofrenia 4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia a) Komprehensif (menyeluruh) Terapi Holistik terdiri dari jenis-jenis terapi yang menyentuh aspek kehidupan pasien meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia dan prognosis secara menyeluruh yaitu meliputi aspek fisik, psikis dan sosial pasien dengan menggunakan pendekatan secara medis, rohani dan sosial. Penanganan skizofrenia pada aspek fisik tidak hanya menekankan pada pemberian obat-obatan tetapi juga menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan dan fungsi perawatan diri. b) Berkelanjutan Terapi Holistik di GPSY memiliki tahapan yang jelas dan rinci dalam setiap penanganannya sehingga perawatan tidak terbatas hanya pada saat pasien masih berada atau dirawat di dalam GPSY, tetapi juga dilakukan pelayanan lanjutan tanpa batas waktu kepada pasien maupun keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan. Hal ini dilakukan via telepon maupun kunjungan langsung apabila pihak keluarga menginginkannya yang bertujuan untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya resiko kekambuhan dan 247 perawatan ulang kepada pasien sehingga pemulihan dapat diupayakan sebaik dan semaksimal mungkin. c) Orientasi masa depan pasien pasca perawatan GPSY mengajak keluarga pasien untuk memiliki peran aktif dalam melakukan perencanaan jangka panjang pasien pasca perawatan. Perencanaan ini dibuat dan didiskusikan dengan keluarga pada saat home visit pasien cuti, sehingga keluarga mengetahui dengan jelas perencanaan-perencanaan pasien sesudah pasien kembali ke rumah. Perencanaan yang jelas mengenai masa depan pasien pasca perawatan berpengaruh besar terhadap keberlangsungan kesejahteraan hidup pasien yang sangat berperan dalam membantu pemulihan dan menjaga kondisi pasien supaya tetap stabil pasca perawatan dalam jangka waktu tak terhingga (batas waktu maksimal). 4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia a) Ketergantungan Proses perawatan pasien dengan Terapi Holistik yang berkelanjutan pasca perawatan membuat keluarga dan mantan pasien seringkali memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi kepada GPSY, keluarga menjadi “manja” terhadap setiap kemunculan permasalahan dalam keluarga yang berkaitan dengan pasien. Ketergantungan terhadap pihak GPSY membuat keluarga tidak memiliki kemandirian dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan mantan pasien tanpa persetujuan pihak GPSY terlebih dahulu, sebab keluarga terbiasa melibatkan pihak GPSY untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan mantan pasien. 248 b) Keterikatan emosional antara pasien dengan GPSY Pola interaksi Home Care yang diterapkan di GPSY sebagai salah satu bagian dari Terapi Holistik meyebabkan terjalinya keterikan emosi yang kuat antara mentor dan pasien. Sisi negatif dari penerapan pola interaksi Home Care adalah pasien memiliki kedekatan secara emosional dengan mentor yang tidak akan dengan mudah diputuskan. Kondisi ini membuat pasien merasa lebih nyaman berada di GPSY dan cenderung menginginkan tinggal di GPSY apabila kondisi di dalam keluarga tidak bisa memberikan kenyamanan seperti yang diharapkan. c)Jangka waktu perawatan lama dan tanggung jawab yang tak terbatas Perawatan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik memerlukan proses yang panjang dikarenakan perawatan dilakukan dengan menyeluruh dengan melihat berbagai aspek kehidupan pasien secara utuh, selain itu juga dikarenakan skizofrenia merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dipulihkan kondisinya seperti sebelum kemunculan gejala skizofrenia. Oleh karena itu konsep penanganan secara holistik masih berlanjut pasca perawatan di GPSY sehingga mentor bekerjasama dengan keluarga memiliki tanggung jawab tidak terbatas dalam turut serta memulihkan pasien apabila keluarga mengalami permasalahan atau hambatan dalam melakukan perawatan terhadap pasien meskipun pasien sudah dipulangkan dari GPSY dan dikembalikan ke keluarga. 249 4.5 Pembahasan Terapi Holistik di GPSY adalah konsep terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan yang utuh meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial dimana kesemua aspek tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga dalam penanganannya Terapi Holistik di GPSY menggunakan pendekatan secara medis, fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep penanganan holistik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: 1) Hawari, Dadang (2003:96) yang menyatakan bahwa terapi holistik adalah suatu bentuk terapi yang komprehensif (menyeluruh) dengan menggunakan pendekatan secara organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial serta metode yang manusiawi dan tidak mendiskriminasikan. 2) Salbiah (2006:34) mengungkapkan bahwa konsep holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. 3) Neuman, 1994 (dalam Salbiah, 2006:35) menyatakan bahwa konsep dan pengertian holistik dalam perawatan manusia yaitu memandang manusia (klien) sebagai suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi dan berinteraksi secara dinamis. Bagian-bagian tersebut meliputi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual sehingga manusia dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh. 250 4) Erikson (dalam Marriner-Tomey, 1994) juga mengemukakan tentang holism, yang memandang bahwa manusia adalah individu secara keseluruhan yang terdiri dari banyak subsistem yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan. Konsep Holistik dalam Terapi Holistik GPSY mengacu pada konsep dasar pengertian penanganan holistik yaitu utuh dan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan manusia yang terdiri dari aspek fisik, psikis, dan sosial-kultural. Penanganan skizofrenia dengan terapi holistik di GPSY terdiri dari terapi medis, terapi rohani, terapi sosial, home care, serta home visit dan konseling keluarga. (1) Terapi Medis merupakan jenis terapi yang berkaitan dengan aspek kesehatan pasien secara fisik yang terdiri dari: pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, konseling kesehatan individu dan kelompok, ceramah kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan kegiatan lain; (2) Terapi Rohani merupakan jenis terapi yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pasien terdiri dari: doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, ayat hapalan, terapi pustaka rohani, konseling rohani kelompok dan individu dan kegiatan lain; (3) Terapi Sosial merupakan terapi yang berkaitan dengan interaksi pasien dengan lingkungan terdiri dari: terapi kelompok, terapi kerja, pengenalan lingkungan, pelatihan ketrampilan, refresing individu dan kelompok, dan kegiatan lain; (4) Home Care merupakan pola interaksi kekeluargaan di dalam GPSY yang dimana di dalam home care terjalin adanya keterikatan emosional di antara sesama pasien dan mentor, bagian di dalam home care adalah berbagai jenis konseling yang dilakukan untuk 251 membangun kebermaknaan hidup pasien; (5) Home Visit dan Konseling Keluarga, yaitu bagian terapi holistik yang ditujukan kepada keluarga pasien melalui pemberian konseling keluarga. Terapi Holistik pada gangguan jiwa yang dilakukan di GPSY sesuai dengan model-model penanganan terhadap skizofrenia yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: 1) Hawari, Dadang (2003:96) mengungkapkan bahwa terapi yang holistik untuk penanganan gangguan jiwa skizofrenia terdiri dari psikofarmaka (terapi dengan obat-obatan anti skizofrenia), psikoterapi (psikoterapi individu dan psikoterapi keluarga), psikososial, dan psikoreligius. 2) Kaplan dan Sadock (2010:738) menyatakan bahwa perawatan pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi terapi somatik (obat-obatan antipsikotik dan obatobatan penunjang),terapi psikososial (terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, dan terapi individual). 3) Halgin dan Whitbourne (2010:67) menjelaskan bahwa model-model penanganan komprehensif (holistik) pada gangguan jiwa skizofrenia meliputi treatmen biologis (obat-obatan), treatmen psikologis (terapi kognitif perilakupelatihan ketrampilan sosial), treatmen sosiokultural (pelatihan okupasi dan psikoedukasi bagi keluarga). 4) Wiramihardja (2005:174) menjabarkan mengenai pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam intervensi meliputi perlakukan biogis (obat-obatan); terapi-terapi psikologi (terapi psikodinamis, perilaku, terapi kognitif); pendekatan sosial (terapi interpersonal dan terapi keluarga). 252 Penanganan skizofrenia dengan menggunakan konsep penanganan holistik di GPSY telah mengacu pada konsep holistik dan konsep penanganan skizofrenia secara teoritik yang dikemukan oleh beberapa teori ahli sehingga Terapi Holistik yang dikembangkan di GPSY adalah terapi yang holistik untuk digunakan sebagai model penanganan skizofrenia. Lebih lanjut, pemaparan mengenai Terapi Holistik di GPSY dijelaskan melalui dinamika pemulihan yang merupakan cara kerja teknik-teknik dalam Terapi Holistik hingga dapat memulihkan skizofrenia. Dinamika pemulihan skizofrenia mencakup; mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia dan prognosis skizofrenia pada aspek kehidupan pasien serta proses teknik-teknik Terapi Holistik menyentuh seluruh aspek kehidupan pasien dan hasil Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia dengan memulihkan setiap aspek kehidupan pasien. 4.5.1 Terapi Medis 4.5.1.1 Obat-obatan Terapi Holistik melalui terapi medis memberikan obat-obatan psikofarmaka berupa obat-obat antipsikotik yang berfungsi untuk menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga perilaku pasien dapat stabil dan terkontrol. Temuan menganai pemberian obat-oabatan pada terapi skizofrenia sesuai dengan pernyataan Hawari (2003:18) bahwa salah satu mekanisme terjadinya skizofrenia dilihat dari sudut pandang organobiologi adalah terjadinya perubahanperubahan atau gangguan pada sistem transmisi sinyal penghantar syaraf 253 (neurotransmitter), reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron) dan interaksi zat neuro-kimia yaitu dopamin dan serotonin. Gangguan tersebut tersebut berdampak pada terganggunya fungsi kognitif (alam fikir), afektif (alam perasaan), dan psikomotor (perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun gejala-gejala negatif skizofrenia. Pemberian obat-obatan psikofarmaka akan membantu menghilangkan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor (Hawari, 2003:102). Hal ini menjelaskan bahwa pemberian obat-obatan adalah terapi penting dan wajib bagi penderita skizofrenia. 4.5.1.2 Konseling dan Ceramah Kesehatan Konseling dan ceramah kesehatan dalam Terapi Holistik memberikan pemahaman kepada pasien skizofrenia mengenai pentingnya obat dalam menghilangkan gejala klinis skizofrenia sehingga mereka memiliki tanggung jawab dalam membantu menyembuhkan dirinya sendiri. Tujuan konseling dan ceramah kesehatan adalah membuat pasien memiliki pemahaman yang baik mengenai penyakit (skizofrenia) yang dialaminya sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien perihal pentingnya ketaatan minum obat. Perilaku ketaatan minum obat yang tumbuh dan berasal dari kesadaran pribadi akan membuat pasien memiliki tanggung jawab terhadap kewajibanya sebagai penderita skizofrenia untuk mengkonsumsi obat pada saat perawaatan dan respon positif terhadap pengobatan ini akan tetap dipertahankan sampai pasca perawaatan saat pasien dipulangkan ke keluarga dan kembali ke masyakat meskipun tanpa adanya intervensi dan paksaan dari pihak manapun (orang lain). 254 Kesadaran terhadap pengobatan penting untuk dimiliki oleh penderita skizofrenia karena menurut Hawari (2003:104) gangguan skizofrenia cenderung berlanjut menahun dan kronis, oleh karena itu obat-obatan harus dikonsumsi dalam jangka waktu relatif lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun secara rutin setiap hari walaupun adakalanya gejala-gejala skizofrenia tersebut mengalami remisi dan sembuh namun dalam arti yang manageable dan kontrollable. Pengkonsumsian obat yang terus-menerus dan tanpa batas waktu tertentu membuat penderita mengalami kejenuhan yang mengakibatkan terjadinya kesengajaan menghentikan dan menghindari pengobatan atau tidak taat terhadap pengobatan. Pentingnya menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan diperkuat oleh penelitian Ashwin (2009:6) yang menyatakan bahwa pasien yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh pada pengobatan, ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan pasien kembali dirawat dirumah sakit. Pasien yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibanding dengan pasien yang patuh kepada pengobatan karena salah satu penyebab utama seringnya terjadi kekambuhan adalah penderita skizofrenia tidak disiplin dalam mengkonsumsi obat (Hawari, 2003:119). 4.5.1.3 Teori dan Praktek Kebersihan Hawari (2003:51) menyatakan bahwa skizofrenia menyebabkan terjadinya hendaya (impairment) yang nyata dalam hygiene meliputi kebersihan diri dan lingkungan pada penderitanya. Terapi Medis berupa teori dan praktek kebersihan 255 diri serta lingkungan membiasakan pasien untuk dapat merawat kebersihan diri dan lingkungannya serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perilaku kebersihan. Kesadaran mengenai perawatan diri diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan bertema kebersihan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan mengajarkan kebiasaan hidup sehat dengan menjaga kebersihan. Pemahaman juga diberikan melalui teori-teori dan penyampaian secara lisan sehingga menyentuh aspek kognitif pasien serta terproses dalam pikiran dan inilah yang memunculkan kesadaran dalam diri pasien. Pembiasaan pola hidup bersih dan sehat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam GPSY dan dipantau oleh mentor serta berlaku adanya pemberian reward dan punishment yang bertujuan untuk membiasakan serta membentuk perilaku sadar kebersihan dalam diri pasien sehingga pasca perawatan di GPSY pasien skizofrenia memiliki kesadaran dalam menjalankan fungsi perawatan diri. Penerapan reward dan punishment dalam mengontrol dan membentuk perilaku pasien skizofrenia didukung oleh pernyataan Kaplan dan Sadock (2003) tentang fungsi pemberian reward dan punishment sebagai bentuk terapi perilaku. Kaplan dan Sadock (2003:741) mengungkapkan bahwa rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah berupa hal-hal yang diharapkan pasien, dengan demikian frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang dapat diturunkan. 256 4.5.2 Terapi Rohani Terapi rohani berupa kegiatan ritual keagamaan seperti doa, ibadah, kebaktian, pendalaman Alkitab dan kegiatan-kegiatan lain keagamaan bertemakan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan akan membantu memulihkan kondisi pasien secara psikis, yaitu dengan memberikan kekuatan dan motivasi hidup dalam diri pasien bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan termasuk kesembuhan untuk pasien skizofrenia. Agama merupakan sumber potensi kekuatan terbesar dalam diri individu, kedekatan dengan Tuhan secara pribadi (spiritualitas) mampu meningkatkan perasaan berdaya dan mampu (efikasi) pada diri individu sehingga dapat menguatkan serta membantu seseorang bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan, ancaman, tekanan dan kesulitan hidup selain itu agama juga mampu memberikan jawaban terhadap setiap problematika kehidupan. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dikembangkannya terapi rohani menjadi bagian Terapi Holistik yang digunakan dalam menangani pasien skizofrenia, karena pendekatan secara spiritual memberikan pengaruh positif terhadap pemulihan psikis pasien yang berpengaruh terhadap pemulihan kondisi pasien secara keseluruhan. Temuan mengenai manfaat pemberian terapi rohani untuk proses terapi skizofrenia diperkuat oleh teori Larson, dkk 1992 (dalam Hawari, 2003) yang menyatakan bahwa agama (keimanan) sangat penting dalam mencegah supaya seseorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila dia sedang sakit dan mempercepat penyembuhan 257 selain melalui terapi medis yang diberikan. Lebih lanjut, Larson mengungkapkan bahwa agama berperan sebagai pelindung dari berbagai permasalahan (Hawari, 2003:89). Penelitian Larson dkk membandingkan keberhasilan terapi terhadap dua kelompok penderita skizofrenia dengan kriteria kelompok pertama mendapatkan terapi konvensional dan berbagai terapi lainya tetapi tidak mendapatkan terapi keagamaan sedangkan kelompok kedua mendapatkan terapi konvensional dan berbagai terapi lainya serta ditambah dengan terapi keagamaan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa; (1) Gejala-gejala klinis skizofrenia lebih cepat hilang pada kelompok kedua (plus terapi keagamaan) dibandingkan dengan kelompok pertama (minus terapi keagamaan); (2) Pada kelompok kedua lamanya perawatan (long stay hospitalization) lebih pendek dari kelompok pertama; (3) Pada kelompok kedua hendaya (impairment) lebih cepat teratasi daripada kelompok pertama; dan (4) Kelompok kedua memiliki kemampuan adaptasi lebih cepat daripada kelompok pertama. Penelitian Larson dkk diperkuat oleh penelitian Ayu (2012:70) mengenai hubungan religiusitas dengan resiliensi. Hasil penelitian Ayu menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan resiliensi, artinya semakin tinggi religiusitas semakin tinggi resiliensi dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin rendah resiliensinya. Penelitian mengenai hubungan religiusitas dengan resiliensi juga dilakukan oleh Iqbal (2011:113) yaitu mengenai hubungan antara self esteem dan religusitas terhadap resiliensi. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan 258 yang signifikan antara self esteem, religiusitas dan resiliensi, namun variebel religiusitas memiliki signifikansi paling tinggi terhadap resiliensi. 4.5.3 Terapi Sosial 4.5.3.1 Pelatihan Ketrampilan Sosial Terapi Holistik melalui terapi sosial menyentuh aspek sosial pasien yang berkaitan dengan hubungan pasien dan lingkungannya. Kegiatan-kegiatan dalam terapi sosial secara umum mengajarkan pasien untuk mampu berinteraksi dengan teman-teman di GPSY maupun masyarakat sekitar. Kegiatan dalam terapi sosial selalu mengarahkan pasien untuk menjalin interaksi sosial yang semakin lama kualitas interaksi tersebut akan mengalami peningkatan, sehingga pasien tidak lagi menjadi pribadi yang menarik diri atau mengasingkan diri dari lingkungan tetapi melalui pembiasaan yang continue pasien mampu menjadi sosok pribadi yang siap menghadapi dinamika sosial dengan diberikan bekal ketrampilan dalam hal membangun interaksi sosial melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan atau membutuhkan adanya interaksi dalam proses pelaksanannya. Lebih lanjut, kegiatan-kegiatan dalam terapi sosial mengajarkan pasien untuk memiliki kepercayaan diri dalam melakukan segala sesuatu. Kepercayaan diri ini merupakan bekal utama bagi pasien dalam melakukan interaksi dengan sesama dan beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya. Kepercayaan diri membuat pasien mampu terbuka terhadap pergaulan sosial sehingga mudah membaur dengan masyarakat tanpa adanya perasaan rendah diri sebagai penderita skizofrenia. 259 Terapi sosial digunakan untuk menangani dampak dari gangguan skizofrenia pada aspek sosial yaitu tergangguannya fungsi sosial penderitanya atau hendaya (impairment). Penderita skizofrenia mengalami hendaya yang terjadi dalam berbagai fungsi rutin kehidupan sehari-hari (Hawari, 2003:109). Temuan mengenai manfaat pemberian Terapi Sosial pada penderita skizofrenia diperkuat oleh penelitian Sulistiana (2013:89) yang menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna pada skizofrenia yang terlihat pada kebutuhan perawatan diri, aktivitas sehari-hari, serta kebutuhan pada teman dan pergaulan. Kebutuhan tersebut merujuk pada kebutuhan sosial dan kapasitas fungsional penyandang skizofrenia. Dari temuan tersebut dipaparkan bahwa penyandang skizofrenia membutuhkan edukasi mengenai peningkatan keterampilan sosial. Peranan pengasuh juga penting untuk melibatkan penyandang skizofrenia dalam kegiatan kerja, berelasi, dan bersosialisasi. 4.5.3.2 Kegiatan Aktivitas Kelompok Kegiatan aktivitas kelompok di dalam terapi sosial adalah kegiatan yang melibatkan kelompok-kelompok dalam pelakasanaannya seperti diskusi, drama, perlombaan kelompok, terapi pustaka dan berbagai jenis kegiatan lainya yang memerlukan koordinasi kelompok. Kegiatan-kegiatan tersebut selain menyentuh aspek sosial pasien juga bertujuan melatih kemampuan kognitif pasien skizofrenia karena pelaksaanan kegiatan aktivitas kelompok melibatkan proses berfikir mengenai bagaimana proses penerimaan informasi, mengkoordinasian (diskusi), pengambilan keputusan dan penyampaian informasi. Pasien dilatih untuk mampu berkonsetrasi, berfikir kreatif, mengingat dan menganalisa suatu kasus sehingga 260 kemunduruan fungsi kognitif sebagai dampak skizofrenia dapat diupayakan pemulihannya. Hal ini berkaitan dengan terganggunya fungsi kognitif pasien sebagai dampak dari skizofrenia. Maslim, 2003 (dalam PPDGJ-III:46) menjelaskan mengenai kriteria diagnosis skizofrenia yaitu bahwa skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta terjadi kemunduran kognitif yang dapat berkembang kemudian sejalan dengan perjalanan penyakit skizofrenia. Terapi sosial melalui kegiatan aktivitas kelompok yang di dalam pelaksanaannya melibatkan proses berfikir bertujuan untuk memulihkan terganggunya fungsi kognitif dan mencegah terjadinya kemunduruan kognitif tertentu sebagai dampak skizofrenia. 4.5.3.3 Pelatihan Ketrampilan Kerja Terapi kerja merupakan bagian dari terapi sosial, fungsi dari terapi kerja adalah mengajarkan pasien untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dapat dijadikan bekal ketika pasien keluar dari GPSY. Ketrampilan yang diberikan selama di GPSY apabila dikembangkan diharapkan mampu dijadikan lapangan pekerjaan bagi pasien dan sebagai sumber penghasilan sehingga pasien dapat menjalankan fungsinya secara sosial dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pemberian ketrampilan-ketrampilan membuat pasien memperoleh pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan ini dapat menjadi sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi pasien pasca perawatan untuk keberlangsungan kehidupan pasien 261 selanjutnya. Hal ini membuat pasien memiliki kesiapan untuk terjun dan kembali ke masyarakat. Temuan mengenai pentingnya pemberian ketrampilan kerja yang bermanfaat bagi kehidupan pasien pasca perawatan diperkuat oleh penelitian Wakhid dkk (2013:41) yang menjelaskan bahwa seseorang yang berada dalam sosial ekonomi rendah dan tidak memiliki pekerjaan lebih berisiko untuk mengalami berbagai masalah terutama kurangnya rasa percaya diri dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kesehatan perseorangan maupun masyarakat, menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga baik mental maupun materi karena penderita menjadi tidak produktif (Maramis, 2008). Hawari (2003:32) mengungkapkan bahwa masalah pekerjaan merupakan sumber stress pada diri seseorang yang apabila tidak diatasi yang bersangkutan dapat jatuh sakit. Lebih lanjut Hawari (2003:109) menjelaskan bahwa dampak dari gangguan jiwa skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial penderita atau hendaya (impairment) yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan antara lain pekerjaan. Pemberian ketrampilan kerja pada skizofrenia penting dilakukan dalam menangani aspek sosial pasien supaya pasien mampu mandiri dan tidak bergantung secara ekonomi kepada orang lain pasca perawatan sehingga dengan ketrampilan yang dimiliki pasien mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan mampu produktif di dalam kehidupannya. 262 4.5.3.4 Pengenalan Lingkungan Pengenalan lingkungan merupakan kegiatan dalam terapi sosial yang mengenalkan pasien ke lingkungan (masyarakat) secara luas di luar GPSY. Pengenalan lingkungan selain memberikan ketrampilan sosial juga mengubah stigma atau cara pandang masyarakat terhadap orang yang memiliki “gangguan jiwa” . Hawari (2003:125) menyatakan bahwa keberhasilan terapi gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan. Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan penderita skizofrenia adalah adanya stigma dalam keluarga dan masyarakat (Hawari, 2003:120). Hal ini berkaitan dengan persepsi yang berkembang di dalam masyarakat bahwa gangguan skizofrenia merupakan penyakit menakutkan karena penderitanya menunjukan perilaku agresif yang membahayakan keselamatan orang lain serta anggapan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kutukan, santet kepercayaan supranatural yang diyakini oleh masyarakat dan sejumlah sehingga penderita skizofrenia memiliki kecenderungan untuk dikucilkan, disembunyikan dan dibuang dari lingkungan masyarakat. Pengenalan lingkungan yang menjadi salah satu kegiatan dalam terapi sosial membuat masyarakat lebih mengenal “skizofrenia” secara lebih dekat dan tidak melabeli skizofrenia sebagai sosok “mengganggu” yang harus dihindari atau dijauhi. Keterlibatan pasien GPSY dalam kegiatan kemasyarakatan membuat masyarakat menjadi terbiasa dengan kehadiran “skizofrenia” dan tidak lagi selalu 263 berpandangan negatif terhadap penderitanya sehingga terjadi perubahan stigma dan penerimaan masyarakat terhadap penderita skizofrenia. 4.5.4 Home Care 4.5.4.1 Kebermaknaan Hidup Home care merupakan salah satu bagian dari Terapi Holistik, tujuannya adalah membuat pasien merasa diterima di GPSY seperti berada di sebuah keluarga besar yang saling menyayangi dan peduli di antara semua penghuninya sehingga tidak ada jarak pemisah antara mentor dengan pasien karena semua kegiatan keseharian di dalam GPSY dilakukan secara bersama-sama. Keterikatan emosional diantara mentor denga pasien maupun pasien dengan pasien merupakan hal penting yang ditekankan pada pola interaksi Home Care. Home Care membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan sehingga pasien tidak merasa sebagai orang yang terbuang, dijauhi atau disisihkan oleh orang lain karena penyakitnya. Home Care mengajarkan dan memberikan pemahaman kepada pasien bahwa skizofrenia bukanlah penyakit memalukan dan menular yang harus dihindari, skizofrenia hanya perlu diobati supaya tidak kambuh sama seperti penyakit-penyakit kronis lainya sehingga pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya. Pemahaman yang disampaikan secara kekeluargaan melalui home care membuat pasien memiliki penerimaan diri sebagai seorang penderita skizofrenia sehingga mampu merasakan kebermaknaan hidup meski dalam segala keterbatasannya. Hubungan pasien dan mentor dalam pola interaksi home care secara teoritik dijelaskan oleh Kaplan dan Sadock (2003:743) mengenai hubungan 264 teraupetik antara ahli terapi dan pasien. Kaplan dan Sadock menjelaskan bahwa dalam melakukan terapi terhadap skizofrenia ahli terapi seharusnya mampu menciptakan hubungan teraupetik yang membuat pasien merasa aman yaitu ahli teraupetik meyakinkan pasien bahwa ia dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya, dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia tidak peduli betapa terganggunya, bermusuhan dan kacaunya pasien pada suatu saat. Lebih lanjut Mandred Bleuler juga menyatakan bahwa sikap teraupetik yang benar terhadap pasien skizofrenia adalah dengan menerima mereka, bukan mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi. Temuan mengenai home care dalam membangun kebermaknaan hidup pasien melalui pemberian pemahaman tentang penerimaan diri sebagai penderita skizofrenia ini sesuai dengan penelitian Setyaningtyas dan Abdullah (2011:4) mengenai hubungan antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup, semakin posif penerimaan diri maka semakin tinggi kebermaknaan hidup dan sebaliknya semakin negatif penerimaan diri maka semakin rendah kebermaknaan hidupnya. 4.5.4.2 Membangun Hubungan Kepercayaan Salah satu prinsip Home Care adalah bahwa dengan melakukan pendekatan yang baik kepada pasien akan membuat mentor dengan mudah mampu mengambil hati pasien sehingga pasien mudah dikendalikan dan diubah perilakunya karena apabila pasien sudah memiliki keterikatan emosional dengan 265 mentor apapun yang menjadi perintah mentor akan dilaksanakan tanpa adanya perlawanan baik secara fisik maupun pikiran, sehingga memudahkan mentor dalam menangani pasien. Membangun hubungan kepercayaan pasien kepada mentor merupakan bagian dari fungsi penerapan pola interaksi Home Care dalam menangani skizofrenia di GPSY. Kepercayaan adalah kunci utama dalam mengetahui permasalahan pasien, terutama pada saat proses konseling individu. Pasien yang telah memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada mentor maka akan menceritakan semua hal kepada mentor tanpa ada yang ditutup-tutupi dan keterbukaan pasien inilah yang sangat memegang peranan penting dalam proses penanganan skizofrenia. Keterbukaan mengenai permasalahan yang dialami baik kondisi fisik maupun psikologis yang dirasakan pasien sangat membantu mentor dalam menangani dan membantu pemulihan pasien. Prinsip kerja home care sesuai dengan teori Kaplan dan Sadock (2010:743) yang menyatakan bahwa suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi seorang pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan teraupetik yang dialami pasien sebagai aman yang dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dengan pasien dan keikhlasan ahli terapi seperti yang interpretasikan oleh pasien. Beberapa klinisi dan peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara pasien skizofrenia dengan ahli teraupetik akan menentukan hasil akhir kondisi pasien. Sebuah penelitian yang diungkapkan oleh Kaplan dan Sadock menemukan hasil bahwa pasien skizofrenia yang mampu membentuk ikatan teraupeutik yang baik akan mengikuti tetap mengikuti 266 psikoterapi, tetap patuh dengan medikasinya dan mempunyai hasil akhir yang baik. 4.5.4.3 Mengontrol dan membentuk perilaku melalui pemberian reward dan punishment Pengendalian dan pembentukan perilaku pasien supaya tetap stabil dilakukan dengan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Pasien yang berperilaku “baik” atau tidak “error” akan diberikan hadiah berupa pujian, jalan-jalan dan hal-hal yang dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan menurut pasien, sedangkan pasien yang menunjukan perilaku “error” berlebihan dan tidak bisa mengendalikannya dalam waktu yang cukup lama maka pasien tersebut akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi hingga jangka waktu tertentu sampai kondisinya kembali stabil. Pengendalian dan pengotrolan perilaku pasien juga dilakukan dengan melibatkan seluruh pasien GPSY yang bertujuan untuk saling mengingatkan dan memantau temanya apabila temannya (pasien) melakukan perilaku “error” yaitu dengan menunjukan gejala-gejala khas skizofrenia seperti mengamuk, tertawa sendiri, dan gerakan-gerakan motorik “aneh” . Penerapan reward dan punishment dalam mengontrol dan membentuk perilaku pasien skizofrenia didukung oleh pernyataan Kaplan dan Sadock (2003) tentang fungsi pemberian reward dan punishment sebagai bentuk terapi perilaku. Kaplan dan Sadock (2003:741) mengungkapkan bahwa rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah berupa hal-hal yang diharapkan 267 pasien, dengan demikian frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang dapat diturunkan. 4.5.5 Home Visit dan Konseling Keluarga 4.5.5.1 Perubahan Sikap Keluarga Keluarga memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan perawatan skizofrenia pasca perawatan. Keluarga merupakan unit paling dekat dengan klien, dan merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan sikap dan penanganan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dengan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh) oleh karena itu berkewajiban menjaga kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali (relaps). Hasil penelitian yang dilakukan Amelia dan Azwar (2013:60) mengenai relaps pada pasien skizofrenia menunjukkan bahwa penyebab subyek mengalami relaps disebabkan faktor keluarga, faktor tersebut paling dominan sehingga subyek menjadi relaps pasca di rawat di rumah sakit jiwa. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dan perlakuan keluarga memberikan pengaruh besar terjadinya relaps pada subyek penelitian (pasien skizofrenia). Pentingnya peran keluarga dalam menangani dan merawat pasien skizofrenia diperkuat oleh penelitian Nurdiana dkk (2007:9) mengenai korelasi peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara peran serta keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia yaitu bahwa ada hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi 268 maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Sebaliknya bila peran serta keluarga rendah maka semakin tinggi tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Lebih lanjut, Nurdiana dkk (2007:9) menjelaskan bahwa tingkat kekambuhan yang tinggi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit skizofrenia sehingga peran serta keluarga rendah, hal ini menunjukan peran serta keluarga berkaitan dengan pengetahuan tentang skizofrenia yang diperoleh keluarga. Terapi Holistik melalui Home Visit dan Konseling Keluarga memberikan informasi kepada keluarga mengenai skizofrenia sehingga keluarga mampu memiliki pemahaman yang baik tentang skizofrenia terkait peran keluarga dan cara penanganan skizofrenia pasca perawatan. GPSY menjadi sumber informasi bagi keluarga ketika keluarga membutuhkan informasi mengenai skizofrenia atau ketika keluarga mengalami kendala dalam menangani pasien di rumah sehingga keluarga mengetahui bagaimana keluarga harus bersikap dan bagaimana peran keluarga dalam menangani skizofrenia. Pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh keluarga melalui proses konseling keluarga membuat keluarga mengetahui tanggung jawabnya dalam membantu memulihkan skizofrenia dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali, sehingga terjadi perubahan perilaku pada pola-pola interaksi dalam keluarga terutama terhadap pola-pola perilaku maladaptive yang berpotensi menjadi pencetus kekambuhan pasien dan terjadinya perubahan pola pikir dalam hal memandang serta memahami “skizofrenia”. Temuan mengenai manfaat terapi keluarga dalam memberikan informasi dan pemahaman terhadap keluarga terkait peran dan sikap keluarga dalam 269 menangani skizofrenia sesuai dengan penelitian Wiyati dkk (2010) mengenai pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga dalam merawat klien isolasi sosial. Hasil penelitian Wiyati dkk (2010:92) menyatakan bahwa ada peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga secara bermakna sesudah pemberian terapi psikoedukasi keluarga. Hal ini menunjukan bahwa terapi Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif karena dalam terapi mengandung unsur untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan Teknik yang dapat membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala penyimpangan perilaku, serta peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri. 4.5.5.2 Persiapan dan Perencanaan Masa Depan Pasien Home Visit dan Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY tidak hanya sebatas memberikan pengarahan-pengarahan secara lisan kepada keluarga tetapi juga merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan. Perencanan dan persiapan masa depan bertujuan membantu pasien supaya dapat mengembangkan diri dan mampu berfungsi secara optimal pasca menjalani perawatan di GPSY sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya secara lebih efektif di dalam masyarakat. Penelitian Putri dan Ambarini (2012:150) tentang makna hidup penderita skizofrenia pasca rawat inap menyatakan bahwa penderita skizofrenia pasca rawat inap mampu memaknai hidupnya yang sekarang dan sangat bergantung pada tanggung jawab sesuai status yang dimiliki penderita tersebut. Meskipun dalam kondisi yang belum sembuh sepenuhnya dari gejala-gejala skizofrenia, namun 270 apabila mengingat sesuai status yang disandang penderita tetap memiliki keinginan untuk membuat dirinya lebih bermakna dibanding dengan sebelumsebelumnya. Home visit dan konseling keluarga berupa perencanaan dan persiapan masa depan pasien pasca perawatan berguna menyediakan tempat bagi pasien skizofrenia untuk dapat mengeksplore dirinya meskipun dengan status skizofrenia yang disandangnya tetapi pasien tetap mampu merasakan hidupnya bermakna karena memiliki suatu pencapaian-pencapaian yang belum pernah dicapai sebelumya serta memiliki tujuan hidup seperti mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebagai sumber penghasilan bagi dirinya sendiri atau mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pasca menjalani perawatan di GPSY. 4.5.6 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Umum Terapi Holistik sebagai suatu bentuk terapi yang digunakan untuk menangani skizofrenia memulikan kondisi penderita skizofrenia karena menyentuh setiap aspek kehidupan penderita secara menyeluruh (komprehensif), hal tersebut telah dipaparkan melalui dinamika pemulihan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik. Lebih lanjut, Terapi Holistik dapat memulihkan skizofrenia karena dalam penangannya Terapi Holistik memiliki beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemulihan skizofrenia. mempengaruhi pemulihan terhadap skizofrenia meliputi: 1. Kesadaran diri (self awareness) Faktor-faktor yang 271 Kesadaran diri diperoleh dari kegiatan terapi medis yang berkaitan pemulihan kondisi pasien secara fisik, kesadaran diri secara positif membangun tanggung jawab dalam diri individu mengenai kondisi dirinya, yaitu mengetahui dengan tepat apa yang sedang dialami. Kesadaran diri menimbulkan respon dan sikap antisipasi sehingga individu mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi yang sedang dan akan terjadi. Hawari (2003:119) mengungkapkan bahwa pasien yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki resiko kekambuhan lebih tinggi dibanding dengan pasien yang patuh kepada pengobatan karena salah satu penyebab utama seringnya terjadi kekambuhan adalah penderita skizofrenia tidak disiplin dalam mengkonsumsi obat. Lebih lanjut Hawari menyatakan bahwa penderita skizofrenia mengalami hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi perawatan diri sehari-hari. Terapi Holistik menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pengobatan dan fungsi perawatan diri membuat penderita skizofrenia memiliki tanggung jawab terhadap pengobatan dan memulihkan hendaya (impairement) yang berkaitan dengan kemampuan perawatan diri sehingga meminimalisirkan terjadinya kekambuhan yang disebabkan ketidakpatuhan minum obat dan mampu menjalankan fungsi perawatan diri (perawatan kesehatan pada aspek fisik) dengan baik. Berdasarkan hal tersebut kesadaran diri (self awareness) yang diperoleh dari terapi medis berperan dalam memulihkan kondisi pasien skizofrenia terutama kondisi kesehatan pada aspek fisik. 272 2. Self suggestion dan resiliensi Self suggestion dan resiliensi diperoleh dari penanganan melalui terapi rohani yang menyetuh aspek psikis pasien. Self suggestion merupakan suggesti yang berasal dari dalam diri pasien untuk sembuh dan memiliki semangat hidup, self suggestion memberikan motivasi dan kekuatan dalam menghadapi masalahnya dengan menciptakan kepasrahan, ketenangan dan keikhalasan dalam dalam diri pasien. Self suggestion tersebut akan meningkatkan daya tahan seseorang dalam mengatasi ketegangan-ketegangan akibat permasalahan yang dirasa berat dan menekan. Daya tahan yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan definisi resiliensi, yaitu kemampuan yang dimiliki individu untuk mampu bertahan dan berkembang secara positif dalam situasi penuh tekanan sehingga individu mampu mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan (Shatte, dalam Ayu 2013:5). Resiliensi diperoleh dengan menggunakan pendekatan agama, sesuai yang diungkapkan oleh penelitian Ayu (2012:70). Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dan resiliensi, religiusitas menciptakan self suggestion dan kemudian meningkatkan resiliensi karena dengan adanya pemahaman mengenai religiusitas sebagai landasan utma bagi individu dalam menemukan ketenangan diri dan batin dalam situasi sulit, yang dimana ketenangan diri dan batin ini dapat memunculkan suatu ketahanan diri (resiliensi) ditengah keadaan yang sulit. Lebih lanjut resiliensi mampu memulihkan skizofrenia, sesuai yang diungkapkan oleh Pertiwi (2011:7) yang menyatakan bahwa resiliensi berperan penting dalam mempertahankan diri supaya 273 tidak terjadi relaps dan mempertahankan kepulihannya selama menjalani rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi sekaligus menjadikan penderita mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri sehingga individu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan berbagai stressor yang ada. Berdasarkan hal tersebut self suggestion dan resiliensi yang diperoleh dari terapi rohani mampu memulihkan aspek psikis pasien serta berperan dalam mencegah terjadinya kekambuhan kembali (relaps) pasca perawatan. 3. Ketrampilan sosial Ketrampilan sosial merupakan kemampuan pasien dalam melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan orang lain sehingga pasien mampu menjalankan fungsi sosialnya di dalam masyarakat. Ketrampilan sosial diperoleh melalui pemberian terapi sosial kepada pasien. Cacioppo (dalam Wakhid dkk 2003:3) mengungkapkan bahwa tindakan keperawatan spesialis (terapi psikososial) diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi adalah latihan ketrampilan sosial, terapi tersebut menggunakan metode yang didasarkan prinsip-prinsip sosial dan menggunakan Teknik perilaku bermain peran, praktek dan umpan balik guna meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Metode tersebut sama dengan metode yang digunakan oleh terapi sosial dalam menangani pasien skizofrenia. Temuan mengenai peran dan fungsi terapi sosial dalam memberikan serta meningkatkan ketrampilan sosial kepada pasien skizofrenia diperkuat oleh 274 penelitian Wakhid dkk (2013:46) mengenai penerapan terapi latihan ketrampilan sosial pada klien isolasi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa latihan ketrampilan sosial dapat meningkatkatkan kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial dan harga diri rendah, terapi latihan ketrampilan sosial akan melatih klien dalam meningkatkan hubungan dengan orang lain dengan cara memberikan pengetahuan serta kemampuan bagaimana menjalani hubungan dengan orang lain yang akan meningkatkan kemampuan untuk mencapai harga diri yang positif. Hal ini diakibatkan karena sebelum diberikan terapi, klien merasa malu, minder dan tidak percaya diri untuk membina hubungan sosial dengan lingkunganya sedangkan setelah diberikan terapi, didapatkan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan sosial klien. Berdasarkan hal tersebut ketrampilan sosial yang diperoleh dari terapi sosial berperan dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi pada pasien skizofrenia sehingga memulihkan kondisi pasien pada aspek sosialnya. 4. Kebermaknaan hidup (meaningfulness of life) Kebermaknaan hidup merupakan suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri (Frankl,2003:11). Kebermaknaan hidup ditanamkan melalui prinsip kerja home care sebagai salah satu bentuk terapi yang membuat pasien merasa diterima dan masih dipedulikan sehingga pasien tidak merasa sebagai orang yang terbuang, dijauhi bahkan disisihkan atau dikucilkan oleh orang lain karena penyakitnya. Pemahaman positif 275 tentang skizofrenia yang disampaikan terus menerus melalui pola interaksi home care membuat pasien memiliki penerimaan diri terhadap kondisinya sebagai sebagai penderita skizofrenia dengan segala konsekuensinya. Penerimaan diri ini membuat pasien skizofrenia mampu merasakan dan memiliki kebermaknaan hidup. Kebermaknaan akan menyebabkan individu merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia karena dengan memiliki kebermaknaan hidup individu merasakan adanya penghayatan terhadap hal-hal penting dan berharga yang memberi nilai khusus bagi dirinya sehingga menjadikan individu memiliki tujuan dalam hidup (the purpose in life) (Bastaman,2008:14). Temuan mengenai home care dalam membangun kebermaknaan hidup pasien melalui pemberian pemahaman tentang penerimaan diri sebagai penderita skizofrenia sesuai dengan penelitian Setyaningtyas dan Abdullah (2011:4) mengenai hubungan antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup, semakin posif penerimaan diri maka semakin tinggi kebermaknaan hidup dan sebaliknya semakin negatif penerimaan diri maka semakin rendah kebermaknaan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut pola interaksi home care berperan dalam membentuk kebermaknaan hidup pasien memulihkan kondisi pasien pada aspek psikis. 5. Dukungan Keluarga skizofrenia sehingga mampu 276 Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan yang berupa sikap, perhatian, penerimaan, penghargaan, informasi, maupun materi yang diterima pasien skizofrenia pasca perawatan dari anggota keluarga lainya dalam rangka memulihkan fungsi atau perannya di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sehingga pasien skizofrenia mampu menjalani kehidupannya secara optimal. Dukungan keluarga diperoleh dari hasil pemberian home visit dan konseling keluarga yang dilakukan oleh pihak GPSY kepada keluarga pasien skizofrenia. Peran serta keluarga berupa dukungan yang diberikan kepada pasien skizofrenia membantu memulihkan kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan (relaps) pada pasien pasca perawatan. Temuan mengenai terbentuknya dukungan keluarga sebagai hasil dari home visit dan konseling keluarga yang selanjutnya dukungan keluarga tersebut berperan dalam proses pemulihan kondisi pasien dan mencegah terjadinya kekambuhan (relaps) pasca perawatan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurdiana dkk (2007:9) yang menyatakan bahwa ada hubungan arah baik antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia, arah baik berarti bila peran serta keluarga tentang skizofrenia tinggi maka akan diikuti semakin rendah tingkat kekambuhan terhadap klien skizofrenia. Lebih lanjut, pentingnya peran dukungan keluarga dalam memulihkan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan diperkuat melalui penelitian Ambari (2010:22) yaitu mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. 277 Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa, semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula keberfungsian sosial pasien dan sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga, semakin rendah pula keberfungsian sosial pasien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut home visit dan konseling keluarga berperan dalam memperbaiki fungsi keluarga dengan membentuk dukungan keluarga sehingga memulihkan kondisi pasien pada aspek sosial yaitu terkait hubungannya dengan keluarga yang berpengaruh terhadap aspek psikis berupa pemulihkan kondisi pasien pasca perawatan dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali (relaps). 278 Skizofrenia Terapi 1. Mekanisme - Organobiologik - Psikoreligius - Psikodinamik - Psikososial Dampak - Fisik - Psikis - Sosial Prognosis - Psikis - Sosial ekonomi Aspek Fisik (organobiologik) - Munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia. - Terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. 1. Aspek psikis - Konflik id, ego, superego - Rendah diri dan putus asa - Rentan konflik psikososial - Penuh tekanan 2. Aspek sosial - Konflik keluarga - Isolasi sosial - Konflik intrapersonal - Permasalahan sosial ekonomi Conditioning - Respon positif terhadap pengobatan dan fungsi perawatan diri - Kemampuan bertahan menghadapi stressor - Mampu berinteraksi sosial dan memiliki pekerjaan - Mendapat dukungan keluarga Unconditioning - Ketidakpatuhan terhdap pengobatan. - Tidak ada dukungan keluarga - stressor psikososial yg terlalu berat Terapi Holistik GPSY Holistik GPSY Terapi Medis Terapi yang berkaitan dengan kondisi medis pasien dan memulihkan kesehatan pasien pada aspek fisik. Terapi Rohani Terapi yang berkaitan dengan kehidupan rohani pasien dan memulihkan aspek psikis pasien. Terapi Psikofarmaka Pendekatan biologis Terapi Psikoreligius Pendekatan keagamaan Terapi Psikososial Sosial Pendekatan sosiokultural Terapi yang berkaitan dengan ketrampilan sosial pasien dan memulihkan aspek kehidupan sosial pasien Home Visit dan Kons. Keluarga memperbaiki kondisi, fungsi serta pola-pola interaksi maladaptive di dalam keluarga. Home Care memulihkan kondisi pasien skizofrenia yang berkaitan dengan aspek psikis dan kebermaknaan hidup Terapi psikososial Pendekatan keluarga Psikoterapi Psikoterapi supportif, re-edukatif, kognitif, psiko-dinamik, dan perilaku. Terapi Medisïƒ Konseling individu dan kekompok kesehatan, ceramah kesehatan, teori dan praktek kebersihan dan fungsi perawatan diri kesadaran diri (self awareness) Terapi Rohaniïƒ doa pagi, doa malam, ibadah, ayat hapalan, konseling individu dan kelompok rohani self suggestion dan resiliensi Terapi Sosialïƒ pengenalan lingkungan, terapi kerja, refresing individu dan kelompok, terapi kelompok ketrampilan sosial Home Careïƒ interaksi kekeluarga, supportif, terapi perilaku, kedekatan emosional kebermaknaan hidup (meaningfullnes of life) Home Visit dan Konseling Keluarga dukungan keluarga Pulih Kambuh Bagan 4.6 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengenai Terapi Holistik sebagai model penanganan skizofrenia yang dilakukan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) disimpulkan: 5.1.1 Terapi Holistik Terapi Holistik di GPSY yang digunakan sebagai model penanganan skizofrenia terdiri dari tiga terapi pokok (Terapi Medis, Terapi Rohani dan Terapi Sosial) yang dikemas dalam suatu bentuk pola interaksi Home Care serta dilengkapi dengan penanganan ke keluarga melalui Home Visit dan Konseling Keluarga. Terapi Holistik tersebut meliputi: (1) Terapi Medis (menggunakan konsep terapi psikofarmaka), yaitu kegiatan terapi yang berkaitan dengan kondisi medis pasien dan menyentuh kesehatan pasien secara fisik; (2) Terapi Rohani (menggunakan konsep terapi psikoreligius), yaitu kegiatan terapi yang berkaitan dengan kehidupan rohani pasien dan menyentuh aspek psikis pasien; (3) Terapi Sosial (menggunakan konsep terapi psikososial pendekatan sosio-kultural), yaitu kegiatan terapi yang berkaitan dengan ketrampilan sosial pasien dan menyentuh aspek sosial pasien; (4) Home Visit dan Konseling Keluarga (menggunakan konsep terapi psikososial pendekatan keluarga), yaitu terapi yang diberikan kepada keluarga pasien dan berfungsi untuk memperbaiki kondisi, fungsi serta 279 280 pola-pola interaksi maladaptive di dalam keluarga yang menjadi penyebab munculnya skizofrenia dan berpotensi memicu terjadinya kekambuhan kembali (relaps) pada pasien pasca perawatan; (5) Home Care (menggunakan konsep psikoterapi supportif, re-edukatif, kognitif, psiko-dinamik, dan perilaku), yaitu pola interaksi kekeluargaan yang diterapkan di dalam GPSY selama proses terapi dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjalin adanya keterikatan emosional antara mentor dengan pasien dan pasien dengan pasien, keterikatan emosional yang terjalin menyentuh aspek psikis pasien dan berfungsi dalam memulihkan kondisi pasien skizofrenia yang berkaitan dengan aspek psikis. 5.1.2 Terapi Holistik Dalam Menangani Skizofrenia Terapi Holistik menangani skizofrenia secara komprehensif pada aspek kehidupan pasien meliputi aspek fisik (organobiologik), aspek psikis dan rohani, aspek sosial serta keluarga. Terapi Holistik dapat memulihkan kondisi pasien dan mencegah terjadinya kakambuhan (relaps) pasca perawatan karena dalam penanganannya Terapi Holistik memiliki beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemulihan skizofrenia yaitu meningkatkan; (1)Kesadaran diri (self awareness); (2) Self suggestion dan resiliensi; (3) Ketrampilan sosial; (4) Kebermaknaan hidup (meaningfulness of life); dan (4) Dukungan Keluarga. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka dapat diuraikan beberapa implikasi bagi Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), Rumah Sakit Jiwa dan Panti Rehabilitasi, Ilmuwan Psikologi dan Mahasiswa, serta Keluarga dan Masyarakat. 281 1) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Disarankan hasil penelitian dapat dijadikan kajian ilmu tambahan bagi pihak GPSY untuk mengembangkan Terapi Holistik melalui pengadaan kerjasama dengan instansi pendidikan terkait sehingga para akademisi memperoleh wawasan mengenai pengaplikasian teori penanganan skizofrenia secara holistik melalui Terapi Holistik yang dikembangkan di GPSY. 2) Mahasiswa dan ilmuwan psikologi Disarankan hasil penelitian dijadikan inspirasi oleh mahasiswa dan ilmuwan psikologi untuk dapat melakukan penelitian terkait terutama mengenai skizofrenia dan model penanganannya sehingga dapat digunakan untuk memperkaya ilmu psikologi klinis. 3) Rumah Sakit Jiwa dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa Rumah Sakit Jiwa dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa diharapkan dapat memberikan penanganan secara lebih komprehensif pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia yang mencakup seluruh aspek kehidupan pasien tanpa menitikberatkan atau memfokuskan pada satu aspek tertentu, yaitu aspek medis (kesembuhan secara fisik) tetapi juga mempertimbangkan aspek psikis, rohani, sosial dan keluarga pasien sehingga terjadinya kekambuhan pasca perawatan dapat diminimalisirkan. 4) Keluarga pasien Pihak keluarga diharapkan untuk memiliki peran aktif dan terlibat secara positif dalam membantu mengupayakan pemulihan skizofrenia dengan memberikan dukungan berupa motivasi, semangat, penerimaan keluarga dan 282 bantuan kepada pasien pasca perawatan, sebab keluarga memiliki peran penting terhadap keberhasilan pemulihan skizofrenia pasca perawatan. 5) Masyarakat Masyarakat mampu berpartisipasi dalam proses pemulihan pasien skizofrenia pasca perawatan yaitu dengan tidak mendiskriminasikan gangguan jiwa skizofrenia dan memberikan kesempatan serta ruang sosial bagi gangguan jiwa skizofrenia untuk dapat mengaktualisasikan diri melalui keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Amelia dan Azwar. 2013. Relaps Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Volume. 1, No.1, Januari 2013. Ambari, Prida. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah Sakit. Skripsi. Universitas Diponegoro. Arif,I. S. 2006. Skizofrenia; Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Refika Aditama. Ayu, Regina Ambar. 2012. Hubungan Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Ibu Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. Azzizatunnisa dan Suhartini. 2012. Pengetahuan Dan Keterampilan Perawat dalam Pelayanan Keperawatan Holistik di Indonesian Holistic Tourist Hospital. Jurnal Nursing Studies. Volume. 1, No. 1, 2012. Baihaqi, Sunardi, dan Akhlan. 2008. Psikiatri; Konsep Dasar Dan GangguanGangguan. Bandung: Refika Aditama. Sulistyana, Elvira dan Budiman. 2013. Gambaran Penyandang Kebutuhan Hidup Skizofrenia. Artikel Penelitian J Indon Med Assoc. Volume. 63, No. 3, Maret 2013. Halgin dan Whitbourne. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika. Hawari, Dadang. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Gaya Baru. Ibrahim. 2011. Skizofrenia; Spliting Personality. Tangerang: Jelajah Nusa. Iqbal, Muhammad. 2011. Hubungan Antara Self-Esteem Dan Religiusitas Terhadap Resiliensi Pada Remaja Di Yayasan Himmata. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Semarang: Widya Karya. Maslim, R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : PT. Nuh Jaya. 283 284 Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurdiana, Syafwani dan Umbransyah. 2007. Korelasi Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Volume 3, No.1, Februari 2007. Pertiwi, Mahesti. 2011. Dimensi Religiusitas Dan Resiliensi Pada Resinden Narkoba Di BNN Blindo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Poerwandari, Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3. Putri dan Ambarini. 2012. Makna Hidup Penderita Skizofrenia Pasca Rawat Inap. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Volume. 1, No. 02, Juni 2012. Rahayu dan Ardi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Banyumedia Publishing. Salbiah. 2006. Konsep Holistik Dalam Perawatan Melalui Pendekatan Model Adaptasi Sister Callista Roy. Jurnal Keperawatan. Volume .2 No. 01, Mei 2006. Setyaningtyas dan Abdullah. 2011. Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup Penyandang Cacat Fisik. Skripsi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Slamet, S. dan Markam S. 2008. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Temes, R. 2002. Hidup Optimal Dengan Skizofrenia; Panduan Lengkap Mengatasi Gangguan Pada Otak. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Tim Penyusun. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah.UNNES. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Wakhid, Hamid dan Helena. 2013. Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS. DR Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 34-48. 285 Wiyati, Wahyuningsih dan Widayanti. 2010. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Soedirman. Volume 5, No.2, Juli 2010. Wiramihardja, A. Sutardjo. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT Refika Aditama. Ying, Robert. 1995. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Rajawali Press. http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/upload/schizophrenia.pdf [diunduh 03/05/12] http://www.e-bookspdf.org/download/angka-kejadian-kekambuhan skizofrenia.html [diunduh 18/06/12] http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/508/4f.pdf [diunduh 17/03/13] http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-aankurniaw-3291 [diunduh 17/03/13] 286 LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara (Interview Guide) 2. Transkip Wawancara (Verbatim) 3. Pedoman Observasi 4. Hasil Observasi (Catatan Lapangan) 5. Tes Grafis 6. Analisis Hasil Tes Grafis 7. Video Dokumenter 8. Surat Keterangan Penelitian 287 Lampiran 1 Interview Guide 288 INTERVIEW GUIDE a. Identitas Nama : Tempat dan Tanggal Lahir : Alamat : Jenis Kelamin : Pendidikan : Pekerjaan : Keterangan : b. Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia 1. Kondisi pasien sebelum dilakukan Terapi Holistik. 2. Prosedur pelaksanaan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia. 3. Kondisi pasien setelah dilakukan Terapi Holistik. 4. Efek psikologis Terapi Holistik terhadap pasien skizofrenia. 5. Prediksi kekambuhan pasien. 6. Dinamika pemulihan skizofrenia melalui Terapi Holistik. 7. Keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia. 8. Tanggapan keluarga pasien dan masyarakat terhadap model penanganan skizofrenia melalui Terapi Holistik. 289 Lampiran 2 Transkip Wawancara (Verbatim) 290 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Utama (A1/W1-W28) Hari/Tanggal : Rabu, 8 Mei 2013 Waktu : 14.17 – 15.30 WIB Tempat : Ruang Kantor GPSY Interviewee : NN Interviewer : Kpw NN adalah mentor utama putri. Beliau yang memimpin dan mengkoordinir jalannya terapi yang berlangsung di GPSY. Wawancara berlangsung di kantor GPSY yang berukuran 8x6. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada NN oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika NN telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode A1 Hasil Wawancara W1 Analisis T : Selamat siang kak, makasih kak NN buat waktunya. menyatakan ketersediaanya untuk J : Iya kak selama saya bisa bantu diwawancara. pasti saya bantu. W2 T : Oiya kak, makasih banget loh. Kondisi pasien pada Hehehe. Gini kak, bagaimana saat datang ke GPSY kondisi pasien waktu pertama kali sangat labil dengan datang ke Siloam? menunjukan berbagai J : Pada saat datang itu biasanya gejala pasien labil, kemudian skizofrenia. meresahkan keluarga, meresahkan masyarakat, biasanya kalau pasien mencolok 291 sampai masuk panti itu berarti tandanya keluarga sudah tidak bisa menangani. Pasien tidak bisa mengurus dirinya sendiri, tidak mengerti lingkungan bahkan ada beberapa pasien yang kalau datang dibawa dengan polisi. Ada yang telanjang-telanjang, ngomong tidak nyambung, marahmarah, ada yang nangis ketakutan yang kebanyakan disebabkan oleh halusinasi ataupun waham. W3 T : Pasien yang masuk kebanyakan Pasien GPSY rujukan dari panti-panti atau baru kebanyakan pertama kali dirawat kak? rujukan dari RSJ atau panti J : Ada yang baru pertama, tetapi lain namun ada juga lebih banyak rujukan dari panti- yang baru pertama panti atau rumah sakit-rumah menjalani perawatan. sakit yang lain. W4 T : Ehmm.. iya kak, Kalau prosedure Prosedure peneriman pasien di Siloam ini penanganan gimana kak? dimulai dari pasien dibawa ke J : Prosedurnya itu dari pertama GPSY oleh keluarga kali masuk pasien diantar maupun pihak terkait keluarga, ada juga yang dibawa kemudian dilakukan polisi atau rujukan dari rumah kesepakatan sakit dan sebagainya kemudian keluarga dengan dan dan anamnesa serta persetujuan kedua belah pihak pemilihan mentor disini diadakan transaksi antara Siloam dengan keluarga pendamping. 292 mengenai berbagai berkaitan dengan hal yang Siloam dan pihak pasien, setelah itu mulai masuk ke anamnesa. Anamnesa medis, sosial, rohani dan psikologis. Kemudian penentuan mentor siapa yang akan mendampingi pasien selama di rawat di Siloam, dan kemudian pasien masuk. W5 T : Prosedur penanganan secara Penggalian informasi umum gimana kak? terhadap keluarga J : Anamnesa itu menggali data dinamakan anamnesa dari pihak pasien tentang riwayat dan terdiri dari kehidupan pasien yang berkaitan anamnesa rohani, dengan kenapa pasien kok bisa sosial riwayat dan sampai skizofrenia dari sisi medis penyakit. nya seperti apa Hal sudah dilakukan misal ini untuk berapa kali dirawat, mempunyai mengetahui gambaran keturunan skizofren tidak lalu umum pasien yang dari kehidupan gimana, pasien digunakan agama dengan pendiagnosisan. hubungan keluarga dan masyarakat seperti apa, ada permasalahan apa dan informasi-informasi berkaitan dengan penyakitnya, pendiagnosisan. lain yang pasien dan langkah awal Selanjutnya pasien mulai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi untuk 293 Holistik. W6 T : Kalau persiapan pulang itu Home gimana kak? visit adalah kunjungan ke J : Persiapan pulang itu kita keluarga pasien atau kepulangan mantan mempersiapkan pasien pasien, terutama keluarga. Jadi untuk dalam masa persiapan pulang ini diberikan dan selanjutnya konseling ada cuti kak, yaitu kita pulangkan keluarga. dulu pasien selama seminggu kita mau liat bagaimana kondisi pasien dirumah atau disebut masa percobaan, pada saat cuti kita lakukan kunjungan ke keluarga kita bagaimana keluarganya memperlakukan pasien, bagaimana pasien dirumah, hal apa dalam keluarga atau yang bisa lingkungannnya mnyebabkan pasien kambuh lagi itu semua kita amati. Setelah cuti kita lakukan terapi lanjutan yaitu untuk fungsinya untuk mengatasi masalah-masalah yang didapat di lapangan pada saat pasien cuti, baik dari keluarga maupun pasien, kita coba atasi itu semua. Kemudian setelah semua masalah sudah bisa diatasi kita baru pulangkan pasien. W7 T : Konseling keluarga nya itu Konseling keluarga 294 gambarannya seperti apa kak? adalah memberikan J : Ya semacam kita berikan gambaran secara pengarahan-pengarahan, keseluruhan mengenai pemahaman-pemahaman skizofrenia mengenai keadaan pasien dan keluarga pengetahuan karena tidak sehingga memiliki tentang skizofren pemahaman yang baik semua keluarga mengenai skizofrenia. pasien memahami skizofren loh kak, lalu bagaimana keluarga harus bersikap terhadap pasien. Kita terima keluhan-keluhan dari keluarga untuk kemudian kita tanggapi dan bantu atasi. Jadi keluarga mempunyai tempat buat sharing tentang pasien jadi ketika keluarga tidak mengatahui bagaimana harus memperlakukan pasien maka kami akan ajari. W8 T : Itu dilakukan kapan kak? Konseling keluarga J : Dilakukan saat pasien dirawat dilakukan satu bulan di Siloam, saat pasien akan pulang sekali pada saat atau cuti dan saat pasien sudah pasien di rawat di dirumah, dilakukan satu bulan GPSY dan pada saat sekali. Hanya saja ketika pasien pasien pulang, jadwal sudah pulang konseling keluarga konseling dilakukan sesuai permintaan fleksibel keluarga, biasanya kalau keluarga kebutuhan. mulai bingung menangani pasien mereka telp saya suruh kesana lalu kita lakukan kunjungan dan bersifat sesuai 295 konseling. W9 T : Oh iya kak, la kalau pengertian Asumsi dasar Terapi Terapi Holistik sendiri itu apa ya Holistik adalah terapi kak? yang utuh J : Holistik itu kan artinya utuh, menyeluruh. menyeluruh. W10 T : Jenis-jenis terapi dalam Terapi Terapi Holistik terdiri Holistik ini apa kak? dari terapi inti yaitu J : Terapi Holistik ini kami terapi medis, rohani, kelompokan menjadi 3 terapi inti, dan sosial yang yaitu medis, rohani dan sosial yang dikemas dalam setting dikemas dalam suatu pola home care dan home interaksi Home Care, tetapi pada visit kenyataannya terapi dapat berdiri karena ini kan ini tidak keluarga) sendiri-sendiri, akan saling berkaitan. Visit ke keluarga itu juga menjadi satu kesatuan dalam Terapi Holistik yang dilakukan terhadap keluarga di luar maupun di dalam GPSY. Pada saat visit kita lakukan konseling keluarga Terapinya yang pertama terapi medis, terapi medis ini adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan medis. Kegiatannya bervariasi tetapi tetap berbasis pada ranah medis, karena temanteman disini kan sakit jadi mereka harus dibantu melalui obat- (konseling 296 obatan. Jadi obat merupakan primadona dalam terapi medis, obat diberikan setiap hari pada saat pemeriksaan rutin dan dikontrol setiap bulannya oleh psikiater, pada hari jumat minggu ketiga, penggunaan ruang isolasi yang gunanya untuk memantau perilaku pasien atau disebut ruang emergency, pasien yang error nanti dimasukan ke ruang isolasi sampai ia bisa kembali berperilaku baik. Ini juga sebagai bentuk hukuman kak, karena tidak mau dimasukan ruang isolasi jadi mereka bekerja keras menjaga diri supaya tidak error. Jadi bermanfaat juga supaya untuk mereka tidak seenaknya sendiri, perintah jadi harus mentor mematuhi supaya tidak error lagi. Hahaha. W11 T : Berapa lama kak kalau diruang Pasien isolasi? ditaruh J : Ya tergantung kondisi, sampai isolasi yang labil di ruang sampai pasien stabil. Ruang isolasi itu kondisinya stabil. kondisinya seperti kamar biasa, ada tempat tidurnya cuma pasien dikunci sehingga tidak bisa keluarkeluar, tidak bisa bermain-main, 297 dan kondisi pasien selama di ruang isolasi itu dipantau bagian medis Siloam, Sariman yaitu dan juga eyang mentor pendamping pasien. W12 T : Selain itu medisnya apa lagi kak? Terapi medis terdiri J : Ada sanitasi lingkungan, ada atas kegiatan-kegiatan terapi-terapi yang dilakukan agar yang mereka berkaitan kebersihan dengan kesehatan dan mengerti dirinya sendiri dan lingkungan. kebersihan secara Contohnya itu belajar cara mandi, fisik. cara gosok gigi, bagaimana cara mereka untuk untuk mencuci, mengurus kamar. Itu semua diberikan secara dengan teori, setelah itu praktek trus dibuat dalam permainan, misal dibuat games lomba sikat gigi, lomba memakai baju dengan rapi, pemeriksaan rambut, kuku, gigi untuk selanjutnya bisa diterapkan dalam keseharian Siloam. Selain itu pasien juga di ada konseling kesehatan, PA kelompok kesehatan, Terus juga ada punishmentnya misal menggosok gigi nya tidak bersih nanti dapat hukuman lari dengan membawa kasur. W13 T : Kalau konseling kesehatan itu Konseling kesehatan 298 gimana kak? adalah sharing antara J : Konseling kesehatan itu ya yang pasien dengan mentor tiap hari dilakukan eyang yang Sariman, memanggil satu pasien dengan berkaitan kebersihan trus dinasehati kalau mandi harus dan kesehatan pasien. pake sabun, keramas yang rajin. Atau misalnya pasien mengeluh mengalami sakit atau tidak enak badan nanti pasien curhat sama eyang tentang apa yang dirasakan. Jadi konseling kesehatan lebih kepada mengajarkan menjaga kesehatan kepada pasien secara individual. Terus juga terapi kelompok tentang kesehatan, trus nanti juga ada senam, jalan sehat. W14 T : Kalau yang terapi rohani nya itu Terapi Rohani adalah apa kak? adalah kegiatan yang J : Sebenarnya tujuan terapi berkaitan dengan rohani itu adalah bahwa pasien kehidupan rohani percaya kepada Tuhan, menyadari pasien yaitu hubungan dirinya, menyadari arti hidupnya pasien dengan Tuhan. di hadapan Tuhan sehingga bisa menjalani hidup dengan baik dan bermakna. Terapinya itu ada doa pagi, doa malam itu artinya kita mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup, terapi ketuk ini medis tapi masuk ke 299 rohani, terapi musik rohani, ibadah, ada pemahaman firman, ada ceramah, drama rohani, membaca buku rohani atau terapi pustaka dan seminar keagaman, pemutaran film rohani, konseling kelompok rohani. W15 T : Berarti terapi rohani itu tidak Masing-masing terapi semata-mata hanya mengenai tidak berdiri sendiri kerohanian saja ya kak? Tapi juga tetapi ada keterkaitan menyangkut aspek kognitif dan antara sebagainya gitu? yang lainnya. J : Loh iya, jadi itu kan terapi medis, rohani, sosial kan sebenarnya hanya penggolongan secara garis besar saja tetapi isinya dari setiap terapi itu kan mencangkup semua satu kak. Jadi misalnya dalam terapi musik itu ada game, permainan drama. Jadi kita bikin satu acara itu ada aspek medisnya, rohani didalamnya dan sosialnya. Seperti ibadah diluar, jadi kami bawa mereka ibadah di luar misal di gereja lain, ibadah dan kemah rohani di Kopeng, ini kan sosial nya juga termasuk yaitu berinteraksi dengan masyarakat luar. Trus pada saat natalan mereka tampil di gereja main dengan 300 musik angklung, drama, tari. Jadi nanti satu kegiatan itu mencakup berbagai aspek kak didalamnya. W16 T : Oh iya kak, terus kalau yang Terapi bagian sosialnya apa aja kak merupakan terapinya? sosial jenis kegiatan terapi yang J : Terapi sosial itu terdapatnya berkaitan interaksi antara pasien dengan kehidupan lingkungan, mereka pasien contohnya dengan sosial dengan semua bertemu kita kasih satu lingkungan dan tema kemudian mereka berdiskusi melibatkan adanya lalu mereka suruh proses kami presentasi. Kemudian terapi kerja sosial. seperti piket-piket, pelatihan ketrampilan, berjualan jalan keliling terapi sehat musik, angklung, briket, kampung, kelompok waserda, Ikut kegiatan bensin, pembuatan terlibat desa, dipasarkan, yaitu dalam krupuk trus nanti refresing.. Misalnya dua hari pergi berlibur, pergi ke salon, ke moll, outbond pokoknya bagaimana biar bisa membuat mereka Kemudian itu semua senang. dikemas dalam suatu pola Home Care ya, jadi kita membuat pola interaksi di dalam Siloam ini layaknya seperti rumah yang terdapat interaksi 301 keluarga didalamnya, jadi mereka merasa nyaman berada di dalam Siloam, kakak-kakak dengan mereka, peduli membantu mereka untuk bisa pulih. W17 T : hmmm… iyaa kak. Lalu dalam Terapi Terapi Holistik ini kan Holistik ada memiliki 6 tahapan tahapannya ya kak, itu seperti apa yang tahapannya? akan dilalui pasien, yaitu meliputi J : Jadi ada 6 tahapan yang akan masa sosialisasi, masa dilalui pasien, yaitu meliputi masa terapi, masa persiapan sosialisasi, masa persiapan pulang, terapi terapi, masa lanjutan masa pulang, masa cuti, cuti, terapi lanjutan dan masa masa dan bimbingan lanjut. Semua pasien lanjut. akan melewati setiap tahapan ini dengan waktu yang berbeda-beda setiap individunya tergantung dari kondisi pasien. Masa sosialisasi itu pada dasarnya pengenalan adalah pasien masa terhadap Siloam beserta isinya dan mentor terhadap pasien dan juga masa menstabilkan pasien, karena ketika pasien yang baru datang itu kondisinya sangat dikendalikan, sehingga labil, susah tidak terkontrol, pasien belum diperbolehkan mengikuti semua kegiatan di Siloam, la pada masa bimbingan 302 sosialisasi kita stabilkan kondisinya dengan obat-obatan. Jadi medis sangat berperan di masa sosialisasi ini. Kemudian setelah masa sosialisasi dianggap berhasil artinya pasien sudah mulai stabil tahapan berikutnya yaitu masa terapi, jadi pasien sudah diperbolehkan diharuskan untuk dan mengikuti semua terapi yang dilakukan di Siloam. Ini wajib kak, kecuali pasien sedang sakit, sampai pasien menjadi kooperatif. Ketika pasien sudah kooperatif tahap selanjutnya yaitu masa persiapan pulang, kami siapakan keluarga pasien melalui konseling dan tentunya kami siapakan pasien dalam menghadapi pasien. Kami kepulangan dan keluarga rancang apa saja rencana pasien setelah dia pulang, setelah itu kami lakukan konseling pribadi terhadap pasien mengenai hal-hal yang harus pasien lakukan ketika dirumah, bagaimana cara mengatasi ketika pasien merasa sudah kembali, akan mulai kambuh bagaimana caranya bertanggung jawab dengan sendiri 303 dan sebagainya. Kami beri bekal kepada pasien. Setelah itu masa cuti, dimana pasien dipulangkan ke rumah selama 5-7 hari, Jadi cuti dilakukan 3 bulan sebelum pasien benar-benar dipulangkan kita uji coba kan dulu. atau disebut masa percobaan, jadi pasien kita kembalikan ke situasi nyata kehidupannya gunannya untuk mepersiapkan kesiapan pasien ketika nanti pulang. Setelah cuti kita evaluasi permasalahan apa yang terjadi atau muncul dilapangan yang sekiranya berpotensi menyebabkan pasien kambuh lagi untuk selanjutnya segera kita perbaiki atau minimalisirkan jadi untuk melihat dan mengevaluasi permasalahan apa yang muncul ketika pasien pulang, baik dari pasien maupun keluarganya. Selanjutnya adalah masa terapi lanjutan, masa ini adalah masa menjawab permasalahan-permasalahan hasil evaluasi cuti untuk kemudian kami perbaiki. Sebagai contoh pada saat pasien pulang ia menjadi sering mengamuk dan ternyata itu karena ia malas 304 sehingga sering dimarahi. Kemudian pasien kita berikan konseling dan kita ajarkan untuk tidak malas, keluarga juga kita konseling agar mbok ya menasehati dengan baik tidak perlu marah-marahi. Jadi kedua belah pihak bisa saling instropeksi dan saling memahami. Setelah pasien selesai menjalani terapi lanjutan pasien pulangkan, kembali tentunya kami dengan keadaan yang lebih baik, pada saat pasien sudah pulang kami lakukan bimbingan lanjut pantau terus apakah pasien melakukan katakan kondisi apa pada yaitu dan kami pasien, keluarga yang kami tahapan terapi lanjutan dan apakah keluarga menaati perintah kami. Bimbingan lanjut ini kami lakukan setiap seminggu sekali selama 3 bulan. Selanjutnya pemutusan hubungan kerja, bahwa Siloam telah selesai melaksanakan tugasnya. Secara formal Siloam sudah tidak memiliki tanggung jawab terhadap pasien. Namun hubungan baik kami dengan keluarga akan tetap kami bina 305 jadi apabila sewaktu-waktu keluarga membutuhkan bantuan/mengalami permasalahan berkaitan dengan pasien kapan pun itu akan tetap kami bantu . W18 T : Ohh.. iya kak, la kalau kondisi pasien setelah dirawat dengan Terapi Holistik ini gimana kak? - J : La kalau menurut yang kakak lihat gimana? W19 T : Ya mereka lebih terkontrol sih Setelah dirawat kak kalau dibandingin sama yang di dengan Terapi RSJ.: Holistik J : Iya. Terapi Holistik mengenai pasien stabil. semua aspek kehidupan pasien jadi mereka lebih bisa mengendalikan diri, obat-obatan yang mereka minum membantu menghilangkan gangguan halusinasi psikis yang dan mereka alami, mereka memang masih labil kadang heng tapi mereka bisa kendalikan dirinya, bisa mengerti penyakitnya. Karena diterapi sosial sama rohani kita ajarkan itu, tentang karena memahami pemahaman ketika dirinya diri seseorang dengan seutuhnya maka orang tersebut akan bisa mengendalikan dirinya, kondisi 306 memiliki kesadaran untuk menjadi lebih baik. Selain itu terapi rohani membuat kehidupan pasien menjadi lebih bermakna, mempunyai dan juga beradaptasi dengan pengharapan mereka serta baru mampu berinteraksi lingkungan melalui kegiatan-kegiatan di terapi sosial. Jadi begitu mereka error mereka langsung mempunyai kesadaran untuk segera mengatasinya bukan semakin membiarkan menjadi-jadi untuk tetapi menyembuhkan dirinya berusaha dirinya tentunya dengan cara-cara yang sudah diajari di terapi. Mereka disini merasa semua semua sayang mereka makanya mereka harus sembuh tidak boleh error, seperti hari ini kan kak Alfred akan pergi sama Dedimus kacamata, (pasien) sebenarnya beli beli di dekat sini kan bisa tapi kak Alfred ajak ke Malioboro sekalian jalanjalan jadi biar hatinya senang. Dengan seperti ini mereka kan merasa disayang jadi mereka berusaha untuk sembuh karena banyak orang yang sayang sama saya dan pengen saya sembuh. Ini 307 menjadi motivasi utama mereka buat bisa mengendalikan diri kalau lagi error loh kak. W20 T : Ini termasuk salah satu terapi Kegiatan dalam terapi sosial juga ya kak? medis J : Iya ini kan sebenarnya terapi keterkaitan medis karena keperluan memiliki dengan membeli terapi sosial. akan untuk kesehatan matanya, tapi diajak jalan-jalan sekalian biar pasien juga merasa senang. Seperti kemaren itu siangsiang saya dengan kak Ance mengantar Priskila (pasien) beli es crem di toko dekat rumah sakit itu loh kak, padahal waktu itu siang panas-panas kami jalan kaki padahal jaraknya kan lumayan jauh itu to kak. Disana kami suruh dia makan es crem, belanja jajan yang dia mau kemudian kami pulang. Ya hanya begitu saja tetapi itu membuat sudah luar mereka hahahaha.Itulah yang biasa senang. disebut refresing pribadi. W21 T : Kalau prediksi kesembuhan Skizofrenia tidak bisa pasien setelah di Terapi Holistik itu sembuh, obat-obatan gimana kak? yang diberikan hanya J : Skizofren ini pada dasarnya membuat kondisinya tidak bisa sembuh kak, karena stabil dan 308 memang ada syaraf nya yang meminimalkan terganggu. Obat-obat dan terapi kekambuhan. yang diberikan sebenarnya hanya membuat stabil meminimalkan dan supaya pasien tidak kambuh lagi. W22 T : Oiya kak, berarti prediksi pasien Pasien mulai stabil bisa stabil setelah menjalani Terapi setelah menjalani 1-2 Holistik ini bagaimana kak? bulan perawatan. J : Rata-rata mereka bisa stabil setelah 1-2 bulan perawatan disini, 1-3 minggu mereka sudah mulai terkendali. W23 T : Sedangkan kalau prediksi Prediksi kekambuhan kekambuhannya bagaimana kak? dipengaruhi J : Prediksi kekambuhannya bisa dukungan oleh keluarga dilihat dari dukungan keluarga dan respon terhadap dan ketaatan minum obat. Jadi pengobatan. kalau keluarga sudah mulai bertingkah seperti tidak manaati perintah kita keluarga ya saat ini konseling sudah mulai waspada kambuh lagi, apalagi kalau kelurga sudah tidak taat memantau pasien minum obat, sudah mulai ngeyel nanti anak saya tergantungan obat dan macem-macem alasan, selain itu tidak memberikan kasih sayang, tidak perhatian ya ini yang 309 menyebabkan pasien berpotensi kambuh. Tapi kami juga ada follow up 3 bulan setelah pasien pulang, jadi ini untuk mengontrol situasi keluarganya kami masih rutin kunjungi pasien. Jadi untuk membiasakan pola hubungan yang baik antara keluarga dan pasien. W24 T : Berarti keluarga berperan besar Keluarga juga ya kak terhadap kekambuhan? dalam berperan mencegah J : Iya lah kak, kalau keluarga kekambuhan pasien baik dalam artinya ngopeni dia pasca perawatan. sungguh-sungguh kemungkinan kambuh nya juga sedikit. Tapi bisanya di awal mereka ngeyel tetapi ketika pasien sudah mulai menunjukan gejala error lagi mereka baru mendengarkan kami dan menuruti nasehat kami. Jadi kalau kekambuhan itu bisa diprediksi dari keluarga kak. W25 T : Kalau terapi kerja seperti Ketrampilanberjualan bensin, pelatihan ketrampilan yang ketrampilan itu fungsinya apa ya diberikan dalam terapi kak? kerja digunakan untuk J : Setelah pulang dari Siloam membekali mereka mempunyai pasien tanggung dalam jawab yang besar loh kak untuk mempersiapkan dapat berfungsi dan berkarya di kehidupan pasien dalam masyarakat. Ketrampilan- pasca perawatan. 310 ketrampilan dalam terapi kerja dipersipakan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar, sehingga mempunyai pasien suatu itu ketrampilan yang berguna untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan yang dengan diajarkan ketrampilan disini seperti misalnya membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa digunakan meningkatkan untuk perekonomian, selain itu juga dengan memiliki kemampuan pasien berguna loh ini merasa aku bisa menghasilkan uang sendiri. W26 T : Ehmm… iya kak. La kalau Terjalinya keterikatan keefektifan Terapi Holistik dalam emosional membuat menangani skizofrenia itu gimana pasien memiliki kak? kebermaknaan hidup J : Karena saya tiap hari saya dan penerimaan diri. disini ya efektif. Ada home care juga to kak, home care itu kan home rumah kak, care peduli home care rumah yang peduli jadi mereka merasa diterima, disayang sehingga keyakinan mereka bahwa mempunyai hidupnya bermakna, seperti dirumah kita 311 perlakukan mereka seperti keluarga, jadi kalau mereka mau kambuh mereka ingat bahwa kasian nanti kakak-kakak sama teman-teman saya kalau saya kambuh, jadi ada rasa saling menjaga. Ada kepedulian antara satu dengan yang lain, bukan hanya mentor dengan pasien tetapi pasien dengan mentor. Semua pasien diperlakukan keluarga merasa sendiri berarti seperti jadi mereka tidak merasa terbuang. Ini kah sebenarnya yang menjadi akar mereka ketika permasalahan hal ini bisa ditangani kakak bisa lihat sendiri kan bagaimana perilaku mereka sehari-hari, kalau baru pertama datang tidak bisa bedakan mana mentor mana pasien sama.hahahaha. Ya karena inilah keefektifan Terapi Holistik kak. W27 T : Hahaha iyaa kak, sebelum kesini Pasien saya juga membayangkan enggak-enggak saya kira yang yang diperlakukan dengan kaya baik akan pasien-pasien yang di RSJ tapi menunjukan perilaku ternyata baik-baik pasiennya. J : Ya mereka baik yang baik pula. karena diperlakukan dengan baik kak, 312 seperti apa mereka itu kan tergantung dari seperti apa kita bersikap memerlakukan mereka. W28 T : Bener kak, hehehe. Yaudah kak NN menyatakan untuk sementara cukup dulu besok ketersediaanya untuk lagi ya kak. dilakukan wawancara J : Iyaa kak, besok catat saja apa lebih lanjut apabila yang kurang besok ditanyakan dibutuhkan. lagi. 313 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Kedua dengan Narasumber Utama (A2/W1- W18) Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Juni 2013 Waktu : 17.10-18.05 WIB Tempat : Teras GPSY Interviewee : NN Interviewer : Kpw Wawancara kedua kepada NN dilakukan untuk menggali data tetang KM, wawancara dilakukan sore hari di teras GPSY sambil bersantai dan minum teh. Terdapat banyak pasien yang duduk-duduk di teras pada saat wawancara berlangsung. Wawancara terlebih dahulu dimulai dengan obrolan ringan sebelum akhirnya berfokus pada informasi yang terkait dengan KM. Kode A2 Hasil Wawancara W1 Analisis T : Kak mbak KM itu sebenarnya Adanya perbedaan permasalahnnya apa? mengenai persepsi J : KM itu kalau berdasarkan penyebab skizofrenia informasi dari mamanya itu dia pada KM, kena guna-guna, ini menurut versi adanya yaitu anggapan orang tua, atau sesepuh dia itu bahwa KM digunaditimbalkan sama tetangganya. guna Tapi kalau berdasarkan informasi sebenarnya yang diperoleh dari keluarganya tetangga, namun adalah anggota permasalahan stressor dan cerita dari psikososial yaitu jadi dulu dia itu mau kegagalan menikah dan cowonya itu ada di pernikahan, orang tua Batam. Orang tuanya tidak setuju meninggal dan 314 sehingga akhirnya jadi ketidakpatuhan tidak menikah, batal untuk menikah dan minum obat. itulah permasalahan yang menjadi pemicunya, trus yang juga karena KM ini susah minum obat dan pemicu yang terakhir ini bapaknya meninggal to kak. W2 T : Kalau kondisi mbak KM pas Kondisi KM pertama kali di bawa ke Siloam itu menunjukan gimana kak? gejala positif skizofrenia. J : Triak-triak, ngamuk-ngamuk, telanjang-telanjang, ribut, jalan keliling-keliling berkali-kali, tenaganya itu kuat sekali susah dikendalikan. W3 T : Itu skizofren apa ya kak? KM didiagnosa J : Dia itu skizofren paranoid, jadi skizofrenia paranoid. dulu itu dia liat ada orang ngomong didekat dia, dia langsung tersinggung dikira mereka itu ngomongin dia. Ngamuklah dia marah-marahi itu orang. Hahahha W4 T : Hehehe. Tapi sekarang udah nggak keliatan ya kak, - saya wawancara dia terbuka banget kok. J : La iya itu dulu waktu pertama begitu kak. W5 T : Mbak KM itu kak udah 5x keluar Kekambuhan masuk panti yang berbeda kak, la itu dipicu permasalahannya apa kak? oleh KM faktor keluarga (tidak ada 315 J : Kenapa dia tiap pulang kambuh dukungan lalu masuk lagi ke panti yang lain, dan karena penyebabnya itu keluarga) ketidakpatuhan yang minum obat. pertama dia tidak didukung oleh anggota keluarga, dukungan keluarga tidak ada dan kemudian yang kedua dia tidak taat minum obat. W6 T : Kalau dari Siloam usaha yang Penanganan terhadap dilakukan untuk mengatasi kekambuhan permasalahan-permasalahan KM yang yang disebabkan oleh menyebabkan mbak KM kambuh faktor keluarga dengan menggunakan Terapi Holistik adalah dengan itu gimana kak? konseling keluarga. J : Kita melakukan konseling keluarga. Jadi pertama kita cari latar belakang kekambuhannya, kami gali latar belakang nya dari keluarga setelah menceritakan keluarga akhirnya dapat mengambil bahwa oh kami kesimpulan permasalahan ini ternyata berasal dari keluarganya, dia mudah kambuh lagi. Oleh karena itu jadi sebelum masuk Siloam kami sudah kasih perjanjian bahwa keluarga harus mau dikonseling, keluarga harus mau diajarkan untuk bagaimana mendukung KM dan kalau 316 keluarga tidak setuju kami tidak bisa terima KM di Siloam dan keluarga setuju. Jadi kami selalu bimbing keluarga harus begini, begini, begini kita selalu arahkan mereka. W7 T : La dulu kondisi keluarga nya Keluarga KM tidak mbak KM gimana kak yang bisa menyebabkan kambuh? kondisi menerima KM dan J : Kondisi KM yang seperti ini kurang membuat memperhatikan KM. dampaknya ya keluarganya kurang bisa menerima to, karena pasti garagara penyakit ini perilakunya KM jadi aneh. Sehingga hubungan dengan keluarga kurang baik ya, terus juga keluarga terlalu sibuk, saudara-saudaranya urusan-urusan mempunyai sendiri jadi ya tidak ada yang perhatian dengan KM. Jadi kita lakukan konseling terhadap keluarganya. W8 T : Konseling keluarga itu berapa Konseling kali dilakukan kak? dilakukan keluarga sebulan J : sebulan sekali kak, kami yang sekali. datang ke keluarga atau keluarga yang kami panggil kesini. W9 T : Terus setelah dilakukan konseling Konseling keluarga 317 keluarga kondisi keluarga nya memberikan gimana kak? perubahan J : Keluarga sudah mulai bekerja terhadap positif sikap mereka keluarga kepada KM. sama, sebagai contoh sudah mulai patungan untuk bersama-sama membayar biaya perawatan KM dan bergantian rutin menjenguk KM, ini kan sudah suatu bentuk dukungan. Mereka sudah mulai pikirkan dan buat rencana ketika KM apa yang harus mereka lakukan supaya KM tidak melamun, tidak mengamuk itu sudah kami bicarakan, kami rancang bersama. peran-peran dalam Bagaimana masing ikut keluarga mendukung kesembuhan keluarga itu sudah kami sosialisasikan dan kami persiapkan. Nanti 2 minggu sekali saya akan tengok kira-kira itu keluarga lakukan tidak apa yang sudah saya sampaikan proses konseling. KM dalam dalam minggu ini akan cuti selama 3 hari. Saya ini juga akan kesana untuk mengontrol. W10 T : Terus setelah itu kembali kesini Cuti lagi ya kak? J : Iya fungsi cuti itu digunakan sebagai bahan kan evaluasi sebelum 318 sebenarnya dari KM sendiri untuk pasien pergi di benar-benar dengan dipulangkan, rumahnya keadaan dia yang waras dan stabil selanjutnya untuk akan seperti ini, dia itu dirumah seperti dilakukan perbaikanapa. Kira-kira apa yang membuat perbaikan dia terganggu dirumah dan sealama berpotensi membuat dia kambuh ditemukan kembali. Itu nanti dievaluasi permasalahan. setelah saya datang, kemudian dia kembali kesini dan kita berdua evaluasi bersama. Cuti ini juga menjadi bahan keluarga eveluasi kira-kira KM buat itu dirumah perilakunya seperti apa, apa perilakunya sama dengan di Siloam, nah kalau keluarga tidak bisa mengkondisikan situasi di Siloam seperti di rumah seperti yang telah diajarkan pada konseling keluarga makanya bisa menjadi KM untuk berpotensi kambuh. Jadi nanti KM pulang evaluasi dengan saya dan saya evaluasi dengan keluarga. Bagaimana kondisi rumah, apa yang membuat dia sampai tidak nyaman. yang Bagaimana diberikan perhatian keluarganya. Kenapa di Siloam sehat lalu di rumah kambuh ini ada apa, la itu lah yang menjadi bahan evaluasi apabila cuti 319 kita. Dilihat dari segi spiritual rohaninya bagaimana mengajarkan dilihat dari keluarga untuk beribadah, segi sosialnya bagaimana keluarga memperlakukan KM, apakah diperlakukan seperti orang sakit, atau mereka perlakukan dia seperti orang sehat, atau mereka mengharapkan terlalu banyak dari dia. Kalau keluarga perlakukan mereka seperti masih sakit maka ia akan tenang-tenang aja, itu membuat dia malas-malasan, tidak mempunyai akhirnya tanggung melamun lagi jawab terus kambuh deh. Heheheh. Seseorang itu kalau merasa tidak berarti tidak berguna ia akan kambuh lagi. Atau keluarga sebaliknya kalau menggangap KM sepenuhnya waras dan lupa kalau KM itu punya sakit lalu keluarga akan memperlakukan KM dengan cara memberikan tanggung jawab lebih, tidak standar nya dia, dia juga akan kambuh kak. Jadi harapan keluarga terlalu tinggi juga membuat dia kambuh, yang pas sajalah kalau begitu. Kemudian setelah itu kami dengan 320 pihak keluarga mulai merancang tentang bagaimana kegiatan dan rencana pasien setelah keluar dari GPSY, jadi sepulang dari sini pasien mempunyai sehingga atau sehingga hidupnya kesibukan kegiatan itu tetap punya tujuan kak. W11 T : Tahapan yang dilalui mbak KM Tahapan itu apa aja kak? yang perawatan dilalui KM J : Jadi ada 6 tahapan yang sudah berupa masa dan akan dilalui oleh masing- sosialisasi, masa masing pasien, yaitu yang pertama terapi, masa persiapan masa sosialisasi, masa terapi, masa pulang, masa cuti, persiapan pulang, masa cuti, terapi terapi lanjutan dan lanjutan, dan masa bimbingan masa lanjut. KM ini melewati masa lanjut. sosialisasi selama satu bulan, jadi dia di ruang isolasi, diberikan ekstra pendampingan, ekstra obatobatan sampai dia tenang. Kemudian dia beradaptasi dengan lingkungan disini, dia tau tentang peraturan, kenal mentor-mentor disini, mulai kenal saya yaitu marahnya saya, sayang nya saya. Jadi di masa sosialisasi ini juga membangun pasien rasa dengan kepercayaan mentor. Masa mengenal dia, oh anak ini itu kalau bimbingan 321 nasihatin dia harus begini, nggak bisa dikerasin, kalau saya keras dia akan semakin keras, kalau saya lembut dia ngelonjak. Jadi dia belajar percaya sama saya dan saya belajar memahami dia itu anak yang seperti apa dan bagaimana cara mengontrol dia. Figur seperti apa yang dibutuhkan dia, saya masuk jadi figure kawan, oh ga cocok, saya masuk jadi figure ibu oh ternyata figure ibu ga cocok juga, saya coba masuk jadi figure kakak perempuan, dan oh ini baru cocok. Jadi KM ini butuh figure kakak perempuan, kita masuk disitu. Dengan begitu kita akan mudah mengendalikan dia karena dia percaya dengan kita. Kita buat pasien mempercayai kita sepenuhnya maka akan dengan mudah kita mengendalikan mereka kak. Selain itu kita juga harus meyakinkan mereka bahwa kita ini percaya sepenuhnya sama mereka, apapun yang mereka katakan kita percaya jadi ketika ada apa-apa tentang diri mereka, maka semua mereka. mereka karena Jadi akan kita kita ceritakan percaya dapat 322 mengetahui apa yang terjadi dengan dia tanpa ada yang dia tutup-tutupi kak, ini memudahkan kan proses penyembuhan juga to. W12 T : Terus tahapannya selanjutnya KM apa? kooperatif bersikap dalam J : Masa terapi, KM ini sangat menjalani masa terapi rajin sekali kalau terapi, dia sehingga ia mampu bersemangatnya kak. Karena KM melawatinya dengan ini kan katanya senang biar kegiatan cepat. ikut pikirannya itu bekerja jadinya tidak melamun. Jadi KM ini melewati tahapan demi tahapan dengan cepat kak. Dan sekarang ini dia sedang menjalani masa persiapan pulang karena sebentar lagi mau cuti. W13 T : Ehmm gitu ya kak, berarti Membangun membangun kepercayaan itu penting kepercayaan pasien juga ya?hehehe mentor terhadap J : Loh iya to, kakak kan hanya merupakan hal yang akan cerita permasalahan yang penting dan kakak alami bukan dengan semua berpenagruh terhadap orang kak, hanya orang yang keberhasilan kakak percaya saja dan kakak penanganan pasien. anggap bisa membantu menyelesaikan masalah. Apalagi mereka para skizofren ini, mereka butuh sosok yang mereka percaya 323 untuk bisa menolong mereka, yang peduli dengan mereka. Terus kita juga berikan reward kak untuk setiap positif yang mereka lakukan walapun itu kecil, misal ketika pasien bilang kak hari ini saya mau error tapi saya bisa melawanya, wah bagus itu kamu memang anak hebat. Pujian-pujian kecil seperti itu membuat senang, sehingga mereka akan berusaha melakukan hal-hal positif agar kami berikan pujian, itu kebanggaan tersendiri dalam diri mereka kak. Atau ketika mereka tidak eror selama selama seminggu kami janji akan ajak jalan-jalan, mereka berusaha untuk tidak eror kak, dan ketika mereka berhasil kita benar tepapi janji untuk ajak jalan-jalan. terbiasa Lama-lama untuk mereka tidak eror walaupun tidak dijanjikan apaapa. Heheheh. W14 T : hahaha. Saya juga mau kak diajak KM diajarkan untuk jalan-jalan. Oiya kak KM itu kak memahami permasalahannya halusinasi, la yang penyakitnya kakak ajarkan sama KM untuk mampu melawan bagaimana? halusinasi nya itu mengatasinya. dan 324 J : Ya dengan kita tanya tentang halusinasinya, hari ini kamu dengar orang ngomong apa saja tenang kamu lalu dia ceritaa panjang lebar sekali tentang tentang suara-suara omongan yang dia dengar dan saya bilang kalau saya percaya dengan yang dia katakan, kemudian baru kasih penjelasan dek saya sebarnya yang kamu dengar itu adalah halusinasi, orang lain tidak dengan hanya kamu yang dengar itu karena sakit mu menyebabkan kamu begitu. Suara itu hanya kamu yang dengar, kamu harus bedakan mana sesungguhnya suara dan suara yang yang hanya halusinasi, tanyakan kepada siapapun orang yang berada di dekatmu apakah mendengar mereka apa yang juga kamu dengar, kalau mereka bilang tidak mendengar itu berarti halusinasimu, jangan hanya kamu pikirkan bikin pusing aja. Jadi kami beri penyakitmu memang pemahaman itu kamu bahwa halusinasi, dengar tetapi jangan diikuti karena itu akan hilang dengan sendirinya, kamu 325 harus lawan untuk tidak memikirkannya karena orang lain tidak dengar hanya kamu yang dengar maka jangan kamu pikirkan segeralah cari kesibukan supaya suara-suara itu hilang, kalau kita menyibukan pikiran kita suara itu tidak akan muncul. Itu cara melawan dari dalam diri KM selain itu juga harus dibantu dengan obat no, kalau kamu ga mau mendengar halusinasi kamu harus minum obat, karena obat ini menyembuhkan kamu loh, siapa yang tersiksa kalau kamu ga minum obat ya kamu sendiri yang merasakan akibatnya. W15 T : Berarti memberikan pemahaman Memberikan tentang kesadaran untuk tetap rutin penjelasan minum obat ya kak? secara teoritis mengenai J : Iya kak, kita membangun penyakit skizofrenia pemahaman tentang kepercayaan membuat pasien mereka terhadap obat. Obatlah memiliki kesadaran itulah yang akan menolong dan tanggung jawab mereka. Itu kami berikan dalam terhadap pentingnya terapi medis kak, waktu pelajaran pengobatan. tentang skizofrenia kita berikan penjelasan seberapa penting obat itu untuk penderita Skizofrenia. Ini terapi medis tapi masuk terapi 326 kognitif juga kak, kita mau beri penjelasan rasional yang teoritis, yang dan mereka akhirnya berfikir dan mengingat bahwa obat itu penting untuk diri saya sendiri, maka saya harus bertanggung jawab untuk terus meminum obat karena aku ini sakit. Kita kasih perbedaan nya bagaiman kondisi kalian kalau tidak minum obat lalu setelah meminum obat bagaimana, dan mereka membandingkan oiya ya obat itu membantu saya. W16 T : Kalau caranya memberikan Pemberian pemahaman kepada mereka bahwa pemahaman skizofren itu bukan penyakit yang tentang memalukan itu gimana kak? positif skizofrenia dilakukan untuk J : Dengan penjelasan dan ilustrsi- membentuk ilustrasi kak, saya tunjukan di penerimaan dalam tas saya ini juga terdapat pasien. banyak obat. Saya katakan obat saya jauh lebih banyak dari kalian kak, mereka liat sendiri dan hitung obat yang ada dalam tas saya. Kemudian saya katakan bahwa masing-masing orang itu punya kelemahan, yang ini minum obat kangker, yang itu minum obat diabetes dan kalian minum obat diri 327 skizofrenia. Kami kasih pemahaman bahwa skizofrenia itu bukan penyakit yang memalukan, skizofrenia itu sama kerennya dengan penyakit jantung, sama dengan penyakit kangker otak, penyakit paru-paru itu semua sama kerennya. Skizofren itu tidak berteman sama HIV, Aids yang harus dihindari karena menular, ndak kita ndak sama dengan HIV kita sama dengan kangker otak kok, kita ndak memalukan, kita nggak dijauhin kok, kita hanya perlu dirawat supaya sembuh. Jadi mereka tidak malu kalau mereka Skizofren, mereka mereka bisa menerima penyakit mereka, karena skizofren ini seringkali dideskriminasikan masyarakat, kita oleh harus hapus pandangan tentang itu yang sudah tertanam dalam otak, hati dan pikiran mereka kak. Kenapa mesti malu, semua orang punya kelemahan kok dan saya juga sedang berusaha untuk sembuh. W17 T : Kalau mereka minum obat tapi Kecakapan mengenali aspek lain tidak diperhatikan hasilnya dan mengotrol juga tidak akan maksimal kan kak? merupakan diri bekal 328 J : Iya kak, skizofrenia itu di medis pasien dalam itu setara dengan penyakit kronis mencegah terjadinya artinya untuk kekambuhan memungkinkan kambuh, sudah 15 tahun stabil perawatan. kemudian ada faktor pemicu kambuh lagi, kan tidak ada faktor tunggal yang skizofrenia, menyebabkan segala memungkinkan sesuatu untuk itu orang kambuh lagi. Jadi kita ajarkan mereka untuk mengenal diri mereka kenal diri, jadi nanti dirumah mereka bisa kenal diri , mereka yang mengontrol diri sendiri. Saya kok rasa-rasanya sudah mau error, mereka tau apa yang harus mereka lakukan supaya tidak jadi error. Kalau mereka sudah tidak bisa lagi mengatasi itu berarti mereka harus segera ke sini atau lari ke psikiater untuk tambah obat atau turunkan obat. Mereka sendiri yang cakap menangani. Jadi disini kami ajarkan mengenali mereka tanda-tanda untuk mereka mau error, kalau perilaku kamu sudah kaya gini sebentar lagi kamu eror loh dek, supaya kamu gak jadi eror ini loh yang harus kamu lakukan, kalau kamu pasca 329 lakukan dia punya pengalaman sehingga nanti kalau dia eror lagi dia ingat cara yang harus dia lakukan supaya tidak jadi eror. Ketika mau eror lagi dia lakukan itu lagi, begitu seterusnya sehingga dia mempunyai pengalaman untuk bisa menangani dirinya sendiri, jadi dia cakap menangani emosinya sehingga kemudian dia bisa menangani dirinya sendiri dimanapun dia berada. Itu kak yang kami ajarkan disini. W18 T : Oiyaaa kak, makasih ya kak. J : Iyaa kak sama-sama. 330 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Ketiga dengan Narasumber Utama (A3/W1-W19 ) Hari/Tanggal : Senin, 17 Juni 2013 Waktu : 10.30-11.45 WIB Tempat : Kantor GPSY Interviewee : NN Interviewer : Kpw Wawancara ketiga kepada NN berlangsung lancar seperti wawancara sebelumnya, wawancara dilakukan pada saat jam kerja di kantor GPSY. Hanya ada NN di dalam kantor tersebut, sehingga suasananya kondusif dari segi ketenangan dan konsetrasi. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada NN oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika NN telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode A3 Hasil Wawancara W1 Analisis T : Kak awal pendirian rehabilitasi Konsep perawatan dengan konsep Terapi Holistik ini skizofrenia bagaimana? mengguanakan J : Awalnya itu saya dan bu Ester Holistik (pemilik yayasan Siloam) dulunya konsep kuliah di STT Dulos Bandung, temurun disana kami diberi pelajaran tentang berbagai hal mengenai orang dengan gangguan jiwa, dan juga kami juga melayani di Panti rehabilitasi Dulos yang didirikan Terapi merupakan yang turun 331 oleh pak Royandi yaitu pendiri STT Dulos. Panti ini memiliki konsep yang holistik. Jadi di STT Dulos itu ada panti rehabilitasinya, selain kuliah kami juga melayani dipanti. Kami lihat bahwa penyembuhan dengan konsep seperti ini dirasa efektif dalam menangani orang gangguan jiwa kemudian konsep ini diadopsi atau diteruskan oleh beberapa alumni Dulos, jadi mereka membuat panti dengan konsep yang serupa tetapi dengan pengembangan disesuaikan daerah yang berbeda dengan dan kondisi kebudayaannya. Konsep ini diadopsi juga dipanti Dulos Makassar, Batu malang, Surabaya dan Bandung. Kami juga membuat di Jogja, yang kami beri nama Siloam. Hehehe. Karena gangguan jiwa itu kan tidak hanya disebababkan oleh faktor tunggal semata namun banyak faktor terlibat didalamnya. Oleh karena itu kami menerapkan Holistik di konsep GPSY Terapi ini yang meliputi semua aspek diri pasien sehingga akibat dari skizofrenia 332 dapat ditangangani menyeluruh secara bukan hanya penyembuhan dari satu sisi saja. Terapi ini juga kami sesuaikan dengan budaya di Jogja dengan pengembangan-pengembangan jenis terapinya. Jadi ini kan setiap hari kegiatannya berbeda-beda, walaupun secara garis besar kami kelompokan ke dalam 3 terapi, yaitu terapi medis, terapi rohani dan terapi sosial. Namun pada kenyataannya setiap kegiatan akan mencakup semua aspek ini. W2 T : Kalau jenis-jenis kegiatan di Jenis-jenis kegiatan terapi nya seperti drama, lomba dirancang bervariasi nyanyi itu siapa yang menyesuaikan mengkonsepkan kak? pasien J : Itu saya dan kak Alfred yang mengacu rancang, kondisi disesuaikan pasien. Kami kondisi tetapi tetap pada konsep dengan Terapi Holistik buat bervariasi supaya pasien tidak bosan yang penting terapi tersebut mencakup aspek-aspek yang disebutkan tadi. W3 T : Terus kalau terapi itu kan pasien Pada dikelompok-kelompokan tujuannya apa? itu materi saat pemberian dalam kelompok, terapi pasien J : Gini kak, kondisi pasien disini dikelompok-kelompokan kan tidak semua sama. Tingkat sesuai dengan tingkat 333 kewarasannya kan berbeda-beda. kemampuan Ketika pasien tingkat dan kestabilan perilaku yang kewarasan nya secara perilaku sehingga dan pola pikir 9 kognitifnya lalu kita mampu setiap pasien menerima dan kelompokan dengan pasien yang memahami materi dengan tingkat 2 nanti tidak nyambung baik. kak. Makanya pada saat terapi kita kelompokan, kita kelas- kelaskan. Kelas TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Kelas TK ini untuk pasien-pasien yang belum stabil dan kognitifnya gabungkan kemampuan rendah menjadi kita satu dan seterusnya. Terapi yang diberikan semua pasien sama tetapi hanya esensi nya saja yang berbeda, sama-sama ujian tadi soal yang mereka terima tergantung berbeda kelasnya. Karena ketika diberi soal yang sama itu tidak akan bisa kak, Karena kemampuan mereka juga berbeda-beda. W4 T : Kalau perkembangan KM ini KM bagaimana kak dari dia bulan perkembangan pertama masuk sampai sekarang ini? W5 menunjukan bagus, karena yang KM J : Perkembangannya bagus ya, kooperatif dan semangat setelah dua bulan dirawat dia dalam mengikuti setiap sudah mulai kooperatif, semangat kegiatan terapi. 334 mengikuti terapi, dia rajin minum obatnya, sudah mengendalikan bisa dirinya untuk tidak agresif. Dirumah dia itu kambuh karena keluarga tidak memperhatikannya, mengontrol tidak dia, tidak ada ada kesibukan jadinya dia pikiran melayang kemana-mana jadilah dia eror lagi. W6 T : Kalau AD bagaimana kak? J : AD itu juga Perkembangan AD bisa bagus dikatakan bagus karena perkembangannya. AD itu pernah semenjak keluar masuk ke beberapa panti. yang Di Siloam dia masuk 2x yang itu 3 menjadi kekambuhan kedua lebih bulan kemudian dia pulang tapi dengan AD. tidak rutin minum obat, keluarganya juga kurang bisa merawat dia dukungan dirumah keluarga jadi kurang kemudian dia masuk lagi dan kami melakukan konseling kepada keluarga nya dari situ mereka belajar untuk lebih peduli kepada AD dan selalu mengontrol AD untuk minum obat. Dan sampai sekarang perkembangan nya dia bagus, dia kan kuliah juga to kak. Udah hampir 4tahun dia sudah tidak kambuh. keluarga peduli 335 W7 T : AD itu permasalahan yang Faktor pencetus menajdi faktor pencetusnya itu apa kekambuhan AD adalah to kak? permasalahan keluarga. J : Jadi kakak nya itu hamil di luar nikah, dia nggak terima. Kakaknya itu kan rajin beribadah, taat agama tapi kok bisa seperti itu. Dia menganggap itu sudah sangat memalukan dia tidak mau terima kenyatan itu. Kemudian dia sering marah- marah, itu pemicunya kak tapi ya karena sebenarnya kepribadiannya dia itu rapuh. Jadi memang sudah ada potensi untuk ke skizofrenia. W8 T : Waktu pertama kali masuk Kondisi AD pada saat kondisi AD itu gimana kak? masuk GPSY J : AD itu pertama kali masuk menunjukan gejala positif telanjang-telanjang, kemudian dan gejala negatif tidak mengerti diri, teriak-teriak, skizofrenia. berkotbah, pendiam, menyendiri, murung, kemudian tidak mengenal lingkungan. W9 T : Kemudian pasca dirawat Setelah perkembangannya gimana kak? menjalani perawatan gejala positif J : Dia satu bulan sudah mulai berangsur hilang dan tenang, halusinasinya sudah bisa sudah mulai kooperatif, waham tetapi 5 bulan kemudian dikendalikan, keagamannya sudah bisa mengalami kekambuhan. 336 disalurkan dengan benar. Heheh. Secara umum sudah kooperatif dan mengerti dirinya. kemudian 4 bulan kemudian sudah boleh pulang. Tetapi 5 bulan kemudian dia masuk lagi, kambuh dia. W10 T : Itu kambuh nya lagi kenapa kak? Kekambuhan diakibatkan J : Yaitu tadi dia tidak rutin ketidakpatuhan minum obat, tidak mendapatkan obat dan minum kurangnya dukungan dari keluarga dan juga dukungan keluarga serta karena dia bersekolah. malu, tidak tekanan batin. dia Padahal teman- temanya pada sekolah. W11 T : Kambuh yang kedua itu berapa Pihak GPSY melakukan lama dirawat disini kak? konseling terhadap J : Sekitar 2 bulan, selama itu keluarga dan kami perbaiki keluarga nya dan menumbuhkan kesadaran juga kita berikan pemahaman terhadap pengobatan serta yang tentang membantu benar-benar mencarikan kesadaran dirinya bahwa dia itu sekolah bagi AD untuk sakit dan harus minum obat, menata masa depan AD, setelah itu kak Alfred carikan dia sejak perawatan terakhir sekolah agar dia senang. Jadi dia sampai diikutkan kemudian tempat paket kami kuliah AD lulus tidak pernah mengalami C, carikan dan sekarang dia kekambuhan. sampe sekarang dia masih kuliah dan tidak pernah kambuh, karena keluarganya sudah baik dan juga dia mempunyai kesadaran kalau 337 tidak minum kambuh obat nanti lalu dia kuliahnya terbengkalai. W12 T : Kalau dulu perlakuan atau terapi AD mendapat yang diberikan kepada AD itu Holistik bagaimana kak? Terapi seperti pasien lainya. J : Pada dasarnya sama, AD juga diberi pendampingan dari Kak Alfred sebagai mentornya dia. W13 T : Kenapa diberi pendampingan Pendampingan khusus kak? J : yang Karena dia khusus dilakukan oleh tidak mentor berfungsi untuk kak mempunyai kakak laki-laki jadi membimbing dan dia butuh sosok kakak laki-laki, mengubah pola pikirnya. jadi kak Alfred masuk sebagai sosok kakak laki-laki buat AD yang bisa membimbing, untuk mengubah pola pikir pola pikirnya, kalau berubah otomatis perilakunya juga akan berubah. W14 T : Yang diberi pendampingan Semua pasien khusus itu pasien yang kondisinya mendapatkan gimana kak? pendampingan J : Sebenarnya semua pasien juga dari khusus mentor yang memiliki mentor masing-masing. berfungsi untuk menjalin Semua perlakuan mentornya pasien sama mendapat keterikatan hanya pasien berbeda. mentor yang Fungsinya mentor saja antara ini emosional dengan sehingga sebagai memudahkan tempat curhat, atau obyek lekat menangani pasien. dalam 338 pasien selama di Siloam. Mentor ini yang tugasnya melakukan konseling pribadi, menggali permasalahannya di masa lalu yang menyebabkan dia sakit, bagaimana kisah atau riwayat hidupnya, membentuk perilaku pasien, menerapkan reward dan punishment jadi pasien tau ketika dia error dia kan dapat hukuman tetapi ketika dia baik maka dia akan dapat hadiah dan juga untuk membuat pasien tersebut tidak malu dengan penyakitnya, pasien merasa dia itu masih berharga atau dengan kata lain tugas mentor itu meyakinkan pasien bahwa dia berharga dan disayangi banyak orang. Jadi masing pasien nanti masingakan dipegang mentornya, mentor akan melakukan pendampingan ekstra secara pribadi. Selain itu mentor juga bertanggung jawab penuh terhadap pasien bahkan sampai masuk ke keluarga untuk melakukan konseling keluarga. W15 T: Ehmmm iya kak, berarti semua Mentor yang tesebut bertanggung berkaitan dengan pasien jawab terhadap segala hal adalah tanggung jawab yang berkaitan dengan mentor ya kak? pasien. 339 J : iyaa, itu nanti juga berkaitan dengan perkembangannya, pribadinya, pola pikir dan perilakunya, keluarganya bahkan sampai merancang apa saja yang akan dilakukan pasien setelah keluar, menyiapkan segala sesuatu dan keperluan tentang pasien. W16 T : Jadi mentor kan gak mudah ya Tugan kak harus pendekatan bisa mentor melakukan menjalin interpersonal adalah kedekatan dengan dengan pasien sehingga pasien agar pasien tersebut nurut terbangun sama mentor, la itu cara nya gimana pasien kepercayaan kepada mentor kak biar bisa mengendalikan pasien? yang berpengaruh J : Ambil dulu hatinya Bagaimana terhadap keberhasilan kita pandai-pandai penanganan. harus melakukan pendekatan kepada pasien, tiap pasien berbeda-beda itu kak kan jadi pendekatan yang dilakukan juga berbeda kita harus tau seperti apa anak mentor kita tersebut dan dengan cara cara seperti apa kita mendekatinya. Setelah kita dapat hatinya, mereka percaya terhadap mentor maka mentor dengan mudah pasien, mengubah pasien, apapun akan mengendalikan pola yang pikir mentor 340 katakan ketika pasien sudah dekat dan terikat secra emosional dengan pasien maka semua kata kita akan dituruti. Jadi mereka harus mengangap bahwa kita sayang sama mereka dan apa yang kita lakukan baik untuk mereka. Walaupun saya keras, saya marah tetapi mereka tau bahwa marahnya saya itu untuk kebaikan mereka. Jadi mereka tidak mempunyai kebencian atau dendam kepada kita, pemahaman seperti itu yang harus kita bangun kak. Memang pertama susah kak, tapi kalau sudah bisa mendapatkan hatinya semua akan mudah. W17 T : Kalau peranya masing-masing Masing-masing terapi dalam menangani skizofrenia dalam itu gimana kak? Terapi memiliki terapi Holistik peran yang J : Perannya itu semua sama saling melengkapi dan saling berkesinambungan pentingnya tidak dapat mereka tidak bisa berdiri sendiri- dipisah-pisahkan secara berkesinambungan sendiri, medis ya, sosial berdiri berdiri sendiri, jadi sehingga sendiri, tersendiri, rohani pengelompokan yang berdiri sendiri itu ndak bisa. Jadi dilakukan hanya untuk semua harus menyeluruh komprehensif memudahkan adminitrasi tidak bisa pencatatan. 341 difungsikan secara terpisah- pisah, gitu kak. Misalnya terapi rohani, kita buat diskusi rohani disana mereka harus bisa bersikap kooperatif menanggapi pernyataan-pernyataan teman-temannya, dari memberikan pengalaman-pengalaman kehidupan rohaninya teman-temannya sebenarnya kepada ini masuk kan hubungan intra personal dengan orang lain, masuk ke sosial to. Terus pada saat diskusi mereka harus berpakaian rapi dan sudah mandi, siapa yang bajunya tidak rapi dan bersih maka akan kena hukum ini kan sebenarnya masuk medis kak. Jadi satu kegiatan itu meliputi kesemua aspek. Memang secara garis besar kita bedakan mendjadi 3, yaitu medis, rohani dan sosial, itu sebenarnya hanya memudahkan administrasi nya saja tapi pada prakteknya semua aspek tersebut selalu terlibat dalam setiap kegiatan, tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lain. W18 T : Kak dampak dari skizofren ini Terapi kan banyak to, la dampak apa saja menangani Holistik dampak 342 yang tertangani dengan Terapi skizofrenia pada aspek Holistik ini kak? J fisik, psikis dan sosial. : Dampak dari tertangani ini skizofrenia yaitu dampak secara medis, sosial, dan rohani atau psikologis. menderita Orang skizofren yang maka struktur otak ada yang terganggu, ada yang tidak seimbang. Kami lakukan terapi obat-obatan medis untuk permasalahan dengan menangani yang bersifat organik. Ini ranahnya psikiater ya kak, dimana mereka harus minum obat untuk menstabilkan atau menetralkan gangguan yang ditimbulkan akibat skizofren. Ada obat yang untuk mengurangi halusinasi, rasa pusing dikepala mereka, dan obat-obat untuk menyeimbangkan hormon. Lalu Terapi rohani ini sebenarnya untuk menguatkan hati psikis mereka, Skizofren ini dia faktor pencetusnya adalah sebagian karena besar adanya permasalahan yang mereka tidak mampu mengatasi, secara psikis mereka tidak mampu makanya muncullah gejala skizofren. Terapi rohani ini memulihkan 343 dampak skizofren secara psikis, mereka menjadi tabah, berserah dan mempunyai kekuatan yang berasal dari Tuhan dan inilah yang membuat memotivasi mereka untuk tetap bertahan. Kemudian secara penderita skizofren mengalami permasalahan yang berkaitan dengan sosial nya, sosial ini jelas dia lingkungan hubungan dengan orang lain dan cara pandang mereka beradaptasi dengan lingkungan. Dengan terapi kerja pada terapi sosial kami ajarkan mereka untuk bagaimana bisa membangun hubungan baik dengan orang lain, kita jembatani mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat luar seperti berjualan bensin, jalan-jalan ke mall. Selain itu banyak kegiatan yang mengharuskan mereka untuk dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan orang lain, seperti misalnya lomba gerak dan lagu kelompok. Mereka harus bisa berdiskusi, berpendapat, dan akhirnya mengambil keputusan bersama tentang lagu apa yang akan dinyanyikan, gerakan apa 344 yang akan diperagakan sehingga bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi juara mengalahkan kelompok lain. W19 T : Iya kak, saya rasa itu dulu besok saya tanya lagi ya kak. Hehehe J : Iya kak - 345 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Pertama (B1/W1-20 ) Hari/Tanggal : Rabu, 29 Mei 2013 Waktu : 12. 45 – 14.00 WIB Tempat : Ruang Tamu GPSY Interviewee : AA Interviewer : Kpw Wawancara dilakukan di ruang tamu GPSY. AA merupakan mentor pasien laki-laki di GPSY, wawancara yang dilakukan untuk meng-crosscek dan melengkapi informasi yang diperoleh dari NN. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada AA oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika AA telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode B1 Hasil Wawancara W1 Analisis T : Kondisi pasien sebelum dilakukan Kondisi pasien saat Terapi Holistik waktu pertama kali pertama kali di bawa datang itu gimana kak? ke GPSY menunjukan J : Kondisi pertama kali datang itu gejala positif ya mereka kacau, ada yang tidak gejala dan negatif sadar diri, ya biasanya mereka skizofrenia merasa tidak sakit, berontak, tidak stabil, pemikiran sangat tidak terarah, menyendiri, tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan, terdapat halusinasi, gangguan pikiran, waham, tidak mempunyai kemauan bertindak. W2 T : Kalau prosedure pelaksanaan Prosedure perawatan 346 Terapi Holistik dalam menangani Terapi pasien ini gimana kak? Holistik meliputi anamnesa, J : Prosedurnya itu yang pertama sosialisai, masa terapi, anamnesa kondisi pasien melalui persiapan wawancara keluarga, anggota terapi dengan dari mengetahui situ kita tentang keluarga, pulang, lanjutan dan akan bimbingan lanjut. kondisi kondisi pasien, kehidupan dan aktivitas pasien dirumah itu seperti anamnesa ini mengetahui pasien apa, jadi bertujuan untuk gambaran secara kondisi keseluruhan.Itu procedure waktu pertama kali datang. Kemudian nanti ada masa sosialisasi, masa terapi, masa persiapan pulang, cuti, kemudian terapi lanjutan dan bimbingan lanjut. W3 T : Kalau Terapi Holistiknya sendiri Secara itu seperti apa kak? garis besar Terapi Holistik terdiri J : Secara garis besar itu ada terapi dari terapi medis, medis, terapi rohani dan terapi terapi rohani, terapi sosial. Tetapi nanti pada sosial dan konseling prakteknya tiga terapi tersebut keluarga. tidak dapat berdiri sendiri, jadi semua saling terkait. Namun untuk memudahkan pelaporan maka dibagi menjadi tiga terapi yang terdiri dari sub-sub. Selanjutnya 347 kita melakukan konseling ke kunjungan keluarga yang merupakan bagian Terapi Holistik tetapi yang ditujukan kepada keluarga, ini berlangsung di luar GPSY atau bisa dilakukan di GPSY. W4 T : Sub-sub nya itu gimana kak? Terapi rohani terdiri J : Terapi rohani itu sub-subnya dari kegiatan-kegiatan meliputi ada bimbingan konseling yang rohani, bimbingan berhubungan untuk dengan kehidupan pemahaman pemahaman firman rohani/keagamaan Tuhan, ibadah, doa pagi, doa pasien. malam, ayat hapalan itu rohani tetapi sebenarnya juga termasuk terapi kognitif, terapi ketuk, terapi musik seperti belajar lagu baru, alat musik, aransemen lagu rohani, ceramah rohani, ibadah ke luar misal retret, konseling kelompok rohani, terapi pustaka rohani, lalu segala permainan-permainan yang didalamnya bisa kita masukin halhal yang bersifat rohani contohnya lomba nyanyi rohani. W5 T : Terus apalagi kak yang masuk ke Kegiatan dalam terapi terapi rohani? rohani J : Pada dasarnya terapi rohani itu mendekatkan adalah dengan terapi yang kehidupan berkaitan dengan kerohanian sedangkan bertujuan pasien Tuhan, jenis 348 dengan kalau jenis kegiatan bersifat bervariasi dan fleksibel atau Tuhan kegiatannya fleksibel ya kak jadi kegiatan itu bervariasi. dibuat dengan tujuan dimana kita bisa mengenalkan tentang Tuhan, bagaimana Tuhan mampu menyelesaikan setiap permasalahan mereka, bahwa kita harus selalu mengendalkan Tuhan di setiap permasalahan kita. Jadi semua kegiatan-kegiatan di dalam terapi rohani kita arahkan kepada tujuan bahwa ada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita. Bentuk dan jenis kegiatannya kita variasikan sendiri supaya mereka tidak bosan. Contohnya di dalam ibadah itu memberikan sekaligus kita kesempatan untuk melatih mental seperti memimpin pujian, mereka bernyanyi kelompok maupun individu. Ini kan menyentuh aspek sosialnya, jadi sebenarnya semua itu saling terkait. W6 T : Hanya untuk memudahkan saja ya Terapi-terapi kak makanya dipisah-pisah.hehehe Terapi Holistik saling J : Iya, untuk memudahkan kita memiliki melakukan pencatatan saja tapi satu pada dasarnya semua dalam keterkaitan sama lain, saling pembagian terapi yang dilakukan hanya untuk 349 terkait, holistik itu kan memudahkan pencatatan. menyeluruh. W7 T : Kalau terapi sosialnya apa aja kak Terapi sosial adalah misalnya? terapi yang J : Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi dengan berinteraksi, bekerjasama dan lingkungan sosialnya, berhubungan dengan lingkungan jenis kegiatannnya sosialnya, teman-teman di Siloam bervariasi tetapi tetap maupun masyarakat luar. Hal ini mengacu pada adanya berkaitan dengan diri pasien interaksi dengan orang maupun hal di luar dengan pasien orang lain antara (sesama pasien, pasien dengan sekitarnya. Terapi mentor, lingkungan). diri pasien., hubungan sosial ini juga dikemas bervariasi Kegiatan dalam terapi ya namun pada intinya kegiatan sosial antara lain yang dilakukan mengarah pada berupa terapi kerja, bagaimana pasien pengenalan hubungan dengan sesuatu di luar dirinya. lingkungan, refresing. Contohnya dalam melibatkan kegiatan pasien desa seperti kenduri dan tasyakuran, pelatihan ketrampilan seperti briket, sabun, arang, dan ketrampilan pembuatan lilin, anyaman, ketrampilanyang sekiranya sederhana dan bisa kita ajarkan ke mereka, jualan bensin, kita biasakan mereka untuk ke warung, laundry supaya masyarakat 350 mengenal mereka bukan sebagai orang yang dalam tanda kutip gila serta menakutkan ya, itu juga melatih mereka berinteraksi, lalu ada perkebunan, perikanan, olahraga itu sebenarnya bagian medis ya tapi bisa kita masukan ke sosial yaitu bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar. W8 T : Selain itu apa lagi kak? Lebih lanjut kegiatan J : Selain itu seperti piket itu dalam terapi sosial masuk sosial, mereka jalankan terdiri dari kegiatantanggung jawab mereka atau tidak kegiatan yang dikemas itu jadi sekaligus mengajar mereka secara berkelompok bertanggung jawab terhadap tugas seperti lomba drama yang diberikan kepada mereka, dan berdiskusi, selain lalu melihat bagaimana kerjasama melatih interaksi sosial mereka dengan teman dalam terapi sosial juga menjalankan tugas piket. Lalu ada melatih fungsi kognitif terapi kegiatan-kegitan yang pasien melalui kegiatan-kegiatan 351 dikemas berkelompok kelompok secara dengan tujuan yang melatih membutuhkan untuk proses mereka berinteraksi, bekerja sama, berfikir. berdiskusi, dan kewajiban bersama kelompok lomba menjalankan dalam tersebut. drama, Contohnya mereka saling berkoordinasi, berkomunikasi, dan bekerja sama dalam bermain peran sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk menampilkan yang terbaik dan menjadi pemenang,dari situ kita bisa melihat bagaimana mereka melakukan terhadap problem perbedaan dalam kelompok solving pendapat lalu ada menghapal teks itu kan masuk kognitif juga. Jadi satu aktivitas tersebut aspek melibatkan sebenarnya, berbagai walaupun dimasukan ke dalam sub kegiatan terapi sosial. W9 T : Ehmm iya kak, jadi beragam Terapi sekali kegiatannya ya, lalu kalau yang merupakan termasuk terapi Medis itu apa saja kegiatan kak? medis kegiatanyang berkaitan dengan J : Terapi Medis itu segala hal kesehatan dan kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan kesehatan fisik mereka secara fisik. pasien 352 Pemeriksaan rutin psikiater satu bulan sekali, pemeriksaan rutin tiap hari oleh Eyang Sariman, olahraga, hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan dan kerapian diri, kebersihan diri sendiri dan lingkungan, lalu konseling medis yang lebih menekankan tentang bagaimana mereka menyadari bahwa mereka itu membutuhkan obat, bagaimana fungsi obat dan kebutuhan mereka terhadap obat sehingga mereka itu tanpa dipaksa sudah bisa mereka menyadari harus minum bahwa obat, kemudian pola makan kita atur, olahraga seperti jalan santai, badminton dan senam. W10 T : Ehmm… iya kak, la kalo home Home care merupakan care itu seperti apa kak? pola interaksi J : Home care itu seperti men- kekeluargaan yang setting suasana kekeluargaan yang dilakukan dalam terjalin antara mentor dan pasien kehidupan keseharian dalam kehidupan sehari-hari di GPSY antara pasien maupun pada melakukan dengan saat mentor dan terapi, ini juga menjadi bagian pasien dengan pasien dalam Terapi Holistik yang sehingga saling dilakukan GPSY. Jadi membuat memiliki rasa peduli suasana di dalam panti ini seperti dan menyayangi keluarga, jadi motto nya kita yang diantara sesamanya sebagai sebuah 353 ada di dalam sini adalah keluarga keluarga. jadi setiap orang yang masuk ke dalam lingkungan Siloam ini dia adalah keluarga. Dengan demikian segala macam kekerasan segala macam upaya untuk ketika pasien dalam mungkin kondisi kambuh mereka pun akan tetap belajar untuk untuk mengontrol tidak menyakiti, diri tidak mencelakai yang lain sebab kita semua adalah keluarga selain itu kita juga menekan supaya saling mengerti bahwa penyakit yang seperti ini adalah memang suatu penyakit yang tidak bisa dikendalikan oleh orang itu sendiri jadi ketika teman mereka ada yag error itu bukan lah dibuat-buat karena itu memang penyakitnya, jadi teman mengerti melakukan temanya yang lain jangan kekerasan yang harus sampai terhadap sedang error ataupun iri, misal ada pasien yang lagi error diperbolehkan untuk tidur, tidak menjalankan piket mereka tidak boleh iri, mereka harus saling mengerti. W11 T : iya kak, terus apalagi kak yang Lebih lanjut home care termasuk di dalam Home Care ini? memberikan 354 J : Selain itu kita juga mengajarkan kepercayaan kepada mereka untuk saling mempercayai pasien dalam merawat terutama antara mentor dengan dirinya pasien seperti sendiri dan mentor menumbuhkan contoh memberikan kepercayaan untuk kepercayaan pasien pasien pergi berbelanja, mengatur terhadap mentor uang, kira-kira mereka bisa sehingga memudahkan dipercaya tidak untuk mengatur mentor mengatahui uang, bisa dipercaya tidak untuk dan menangani pergi keluar jajan dan tidak kabur. permasalahan Lalu bagaimana kita juga bisa pribadi. membuat mereka untuk percaya kepada mentor sehingga bisa menceritakan semua permasalahan yang dialaminya, yang tidak pernah mereka ceritakan kepada orang lain tapi mereka mau ceritakan kepada mentor karena ini juga menjadi bahan untuk proses penyembuhan mereka sehingga mentor mengetahui apa yang terjadi pada pasien dan bisa dibantu untuk menyelesaikan. Jadi bagaimana kita bisa membangun kepercayaan pasien terhadap mentor itu sangat penting untuk dilakukan, jadi kita bisa mengontrol pasien seperti ketika mereka mengalami jenuh, bosen kita bisa ajak mereka jalan-jalan, makan bersama. Intinya itu Home secara 355 Care adalah membuat suasana didalam panti seperti rumah sendiri, pola-pola hubungan yang kita bentuk adalah pola hubungan seperti keluarga yang didalamnya ada kasih sayang, kepercayaan dan kepedulian terhadap sesama jadi hal ini yang selalu kita tanamkan dan kita bangun. Karena ketika seseorang itu dididik dengan kasih maka mereka akan belajar mengasihi, apabila dididik dengan kebencian dan kekerasan maka mereka akan belajar untuk membenci. Ya kurang lebih seperti itu kak gambaran tentang home care. W12 T : Oiya ya kak itu kak jadi mereka Kondisi pasien setelah bisa merasa nyaman disini, lalu diberikan Terapi kondisi pasien setelah dirawat dengan Holistik stabil, gejala Terapi Holistik ini bagaimana kak? positif dan negatif J : Pada dasarnya itu hal pertama skizofrenia berangsuryang bisa kita lihat yaitu bahwa angsur mereka mempunyai bahwa mereka hilang kesadaran adanya sakit, ketika dalam mereka sadar bahwa mereka sakit mengenai apapun yang kita lakukan akan dirinya. mereka ikuti tanpa kita harus memaksa, ketika mereka sadar dan mempunyai keinginan untuk serta kesadaran diri pasien kondisi 356 sembuh maka semua terapi itu dapat mereka lakukan dengan baik karena tujuannya mereka bisa sembuh. Dari situ kita bisa melihat perkembangan seperti halusinasi nya hilang, gejala-gejala kejiwaan yang muncul pada saat pertama kali dibawa kesini sudah tidak muncul, komunikasinya baik dan beraturan, perilakunya sudah terkontrol dan bisa dikendalikan, perubahan pasien perilakunya dengan teman, sudah memiliki tanggung jawab, mengendalikan menajaga sudah diri, kebersihan bisa mampu diri dan lingkungan. W13 T : Efek psikologis dari Terapi Effek Holistik ini apa kak? psikologis Terapi Holistik yaitu J : Ya mereka menjadi berharga, adanya kebermaknaan bahwa saya ini buka orang hidup sehingga terbuang masih ada orang yang memberikan motivasi sayang sama saya. Jadi di Siloam untuk sembuh. itu seperti rumah mereka, mereka menemukan kenyamanan, merasa dihargai, motivasi menjadi sembuh yang memiliki tinggi, terdapat perubahan cara berfikir sehingga mereka bisa mengontrol diri dan emosi untuk tidak marah- 357 marah ketika eror. W14 T : Kalau penanganan dari sisi Penanganan dari sisi keluarga itu gimana kak? keluarga yaitu dengan J : Kita lakukan konseling keluarga dilakukan ya atau home konseling karena keluarga visit untuk kebanyakan mereka ketika dirawat mengubah disini bisa terkendali tetapi ketika perilaku mereka pulang pola-pola di cepet keluarga mereka kambuh itu karena keluarga tidak berpotensi mengerti cara dalam yang memicu memperlakukan kekambuhan mereka, keluarga memperlakukan pasca perawatan pasien seperti orang yang tidak sakit, jadinya mereka dikasih beban seperti orang normal. Dari situ kita tau bagaiman keluarga memperlakukan pasien, lalu kita berikan konseling terhadap keluarga untuk mengubah polapola keluarga yang berpotensi akan memicu kekambuhan pasien setelah mereka pulang kemudian kita lakukan evaluasi san selanjutnya dilakuakn konseling dengan memberikan pemahamanpemaham, pengertian-pengertian, kepada keluarga tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada pasien ketika pasien pulang nanti. Persiapan-persiapan yang diperlukan, apa Bagaimana pasien 358 keluarga harus bersikap terhadap pasien. Bagaimana keluarga harus memperlakuakan pasien dan mengenali kondisi pasien serta tau cara mengatasi apabila pasien sudah menunjukan gejala-gejala akan kambuh, jadi pasien itu tidak sampai kambuh. W15 T : Penanganan yang diberikan Penanganan setelah pasien pulang apa saja kak? pasien setelah dipulangkan J : Setelah pulang itu kan kami yaitu dengan adanya masih melakukan kontrol atau apa bimbingan lanjut atau yang disebut dengan bimbingan home lanjut, dari situ kita visit dan bisa konseling keluarga memantau kondisi pasien. Kita harus benar-benar tau apakah itu kambuh yang dikarenakan dalam dirinya sendiri ataupun kambuh dari lingkungan luar. Jadi ketika pasien mulai menunjukan gejalagejala mau kambuh kelurga sudah tau cara mengatasinya sehingga bisa dicegah untuk tidak kambuh lagi. W16 T : Kalau pasien yang setelah selesai Prosentanse dirawat disini terus kambuh lagi itu kekambuhan berapa persen kak? pasien disebabkan oleh faktor J : Prosentasenya itu sekitar 25 %, keluarga dan stressor Karena keluarga sudah memiliki psikososial ketrampilan untuk menjaga terlalu berat. yang 359 mereka, bagaimana perlakuan keluarga, cara berkomunikasi yang baik semuanya sudah dipersiapkan, lalu kita juga sudah ajarkan mereka untuk bisa mengontrol diri, mengendalikan emosinya, cara mengenali tandatanda bilamana akan kambuh jadi bisa segera mengatasinya. kemungkinan kambuh Jadi sedikit kecuali ada hal atau stressor berat yang menimpanya. W17 T : Kalau ada pasien yang kambuh itu Keluarga rata-rata berapa kali kak? belajar memperbaiki diri dari J : Rata-rata itu 2x, karena kita terjadinya belajar dari kekambuhan yang kekambuhan pasien. pertama lalu Sehingga jangan kekambuhan kita perbaiki. sampai berikutnya ada yang akan terjadi lagi. W18 T : Ehmmm gitu ya kak, kalo Terapi Holistik efektif keefektifan Terapi Holistik dalam karena menangani menangani skizofrenia itu gimana seluruh aspek kak? pasien kehidupan J : Kalau dibilang efektif ya efektif, meliputi aspek medis, karena pada dasarnya yang psikis, dan sosial. mereka butuhkan itu berkaitan dengan psikologis aspek dan medis, sosial. rohani Juga berkaitan dengan hubungan pasien 360 dengan keluarganya, lingkungan. Jadi cakupannya mengenai seluruh aspek kehidupan pasien secara utuh W19 W20 T : Oiya kak, jadi efektif ya kak? AA menyatakan J : Efektif. bahwa Terapi Holistik T : Okee kak, sementara cukup nanti efektif. kalo ada kekurangan saya wawancara lagi ya. J : Nanti kalo masih ada yang kurang ditanyakan lagi aja. T : Iya kak, maksih. TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Pertama (B2/W1- 12) Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2013 Waktu : 12. 45 – 14.00 WIB Tempat : Ruang Tamu GPSY Interviewee : AA Interviewer : Kpw Wawancara kedua terhadap AA dilakukan di ruang tivi GPSY, wawancara berlangsung lancar tanpa kendala berarti yang menganggu proses wawancara, hal ini dikarenakan wawancara dilakukan siang hari pada saat jadwal istirahat sehingga tidak ada pasien maupun staff yang berada di ruang tivi. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada AA oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika AA telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. 361 Kode B2 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Kondisi AD pada saat pertama Kondisi AD pada saat kali datang gimana kak? J : Kondisinya dibawa tidak GPSY sadar, menunjukan gejala positif khotbah- dan telanjang-telanjang, ke gejala negatif khotbah, dia waham keagamaan skizofrenia, jadi merasa dia pendeta. Sakitnya skizofrenia pencetus pada itu kan jadi menyebabkab AD adalah AD stressor mengalami keputusasaan karena psikososial. gagal ujian nasional dan tertinggal dari teman-temannya padahal itu kan pas mau hari dilaksanakannya ujian nasional. W2 T : Permasalahannya AD itu apa kak? Stressor psikososial yang J : Pemicunya itu permasalahan menjadi dari keluarga mengalami jadi pemicu kakaknya skizofrenia pada AD permasalahan hamil berasal dari konflik dalam diluar nikah dan calonnya beda keluarga. agama akhirnya untuk bisa menikah harus pindah ke agama laki-lakinya. AD merasa terpukul karena AD ini memiliki waham keagamaan jadi orangnya cenderung fanatik, jadi dia tidak bisa menerima keadaan kakaknya. W3 T : Perlakuan yang diberikan kepada Prosedur penanganan AD AD seperti apa kak waktu pertama pada saat pertama kali kali datang? masuk GPSY adalah J : Pertama kali datang ya kita pemeriksaan psikiater dan masuk kan ruang isolasi lalu kita anamnesa. 362 periksa dokter ya untuk diberikan obat supaya kondisinya tenang. Setelah AD dimasukan di ruang isolasi kami lakukan anamnesa terhadap keluarga. W4 T : Informasi yang diperoleh dari Hasil anamnesa diperoleh keluarga penyebab AD masuk Siloam keterangan apa kak? hubungan bahwa AD dengan J : Ya masalah kakaknya tadi lalu ayahnya tidak baik. sikap bapaknya AD yang keras ya sama AD sering merasa tertekan. W5 T : Sikap AD saat menjalani terapi AD gimana kak? antusias bersemangat dan dalam J : Dia sangat antusias ya apalagi menjalani terapi. untuk kegiatan rohani seperti kegiatan-kegiatan di terapi rohani. W6 T : Kak Alfred ini kan mentor nya Tugas AD, tugas mentor apa kak? mentor adalah bertanggung jawab penuh J : Tugas mentor itu bertanggung terhadap pasien jawab terhadap semua kebutuhan menggantikan fungsi pasien dari kebutuhan mandi, orang tua di dalam jajan dan sebagainya. Lalu juga GPSY. bertugas untuk menggali permasalahan-permasalahan pasien dan menyelesaikannya membantu ini melalui proses konseling. W7 T : Konseling yang dilakukan seperti Konseling apa kak? untuk J : Konseling pribadi, jadi kan permasalahan dilakukan mengetahui pribadi 363 udah tau masalah utamnya jadi pasien saya coba dan membantu memperikan mengatasinya. bantu nasihat kepada AD supaya tidak ada kebencian terhadap keluarganya, saya mengarahkan dia untuk bisa menerima kenyataan seburuk apapun itu sehingga lama-lama dia mulai menyadarinya. W8 T : Selain konseling pribadi pihak Konseling keluarga yang siloam melakukan konseling kepada dilakukan keluarga nggak kak? membantu J : Iya, kami lakukan kunjungan ke permasalahan untuk mengatasi yang kekeluarga dan mendapat keluhan terkait dengan keluarga. dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan malu terhadap teman- temannya karena dia selama sakit kan tidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih. W9 T : Pengarahan-pengarahan apa yang Pada proses kakak berikan kepada keluarga pada keluarga, saat konseling keluarga tersebut? diberikan konseling keluarga pengarahan J : kami meminta keluarga untuk untuk selalu memberikan 364 lebih bisa men-support AD karena dukungan dan mampu obsesi untuk kuliahnya itu sangat memahami AD sebagai tinggi, sehingga sebisa mungkin ya seorang anak dengan keluarga mendukung apa yang skizofrenia. menjadi pilihan masalah AD jurusan mengenai ataupun universitas sebab semua itu kan AD yang menjalani sehingga jangan selalu dipaksa menuruti pilihan orang tua. Selain itu kita berikan pengertian kepada bapaknya supaya tidak terlalu keras dengan AD karena bagaimanapun AD ini kan sakit jadi tidak bisa kita perlakukan seperti anak yang normal pada umumnya. W10 T : Kalau perkembangannya AD AD mulai stabil setalah gimana kak? menjalani perawatan di J : AD itu satu bulan dirawat disini GPSY selama satu bulan. sudah mulai stabil, khotbah- khotbahnya kami arahkan ke hal positif misalnya kami minta untuk memimpin pujian atau ibadah, bagaimana caranya supaya bisa tersalurkan dengan baik. W11 T : Setelah pasien keluar yang paling Keluarga sangat berperan berperan penting selain obat-obatan penting dalam melakukan itu apa lagi kak? perawatan terhadap J : Keluarga ya, jadi bagaimana pasien pasca perawatan 365 keluarga bisa mengerti kondisi AD, dan mencegah terjadinya menjaga supaya tidak kambuh kekambuhan pada pasien. lagi. Makanya konseling keluarga ini penting sekali untuk mempersiapkan keluarga setelah pasien pulang dari Siloam, dan keluarga inilah meneruskan yang perawatan akan Siloam. Jadi harus benar-benar diberikan suatu pemahaman yang baik kepada keluarga bahwa keluarga inilah yang menjadi salah satu penentu kambuh tidaknya pasien meskipun ada faktor-faktor lain tetapi keluarga bagaimana yang keluarga utama, itu bisa mengerti kondisi pasien, mengerti ciri-ciri penyakit dan cara menanganinya jadi kalo pasien sudah mulai begini itu harus bagaimana untuk menanganinya terus ketaatan keluarga dalam mematuhi nasehat-nasehat yang telah kami berikan selama proses konseling keluarga. W12 T : Sepertinya itu dulu kak,informasi yang saya butuhkan terimakasih ya kak. J : Ya sama-sama - 366 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Kedua (C1/W1-W10) Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2013 Waktu : 11. 50 – 12.15 WIB Tempat : Ruang Medis GPSY Interviewee : SR Interviewer : Kpw Keterangan : Mentor Medis Wawancara di lakukan di ruang medis saat SR selesai melakukan pemeriksaan rutin terhadap pasien GPSY. Proses wawancara dilakukan setelah interviewer meminta ijin kepada SR untuk melakukan wawancara terkait terapi medis yang merupakan bagian dari Terapi Holistik. Pada saat wawancara suasana kurang begitu kondusif dikarenakan suara bising yang berasal dari luar ruang medis yang disebabkan pasien GPSY sedang latihan bermain drama. Kode C1 Hasil Wawancara Analisis W1 T : Siang Eyang (sebutan untuk SR), saya mau tanya-tanya tentang terapi medis yang? J : Tanya apa kak? W2 T : Terapi medis yang dilakukan di GPSY Kegiatan dalam terapi apa saja ya yang? medis antara lain J : Terapi medis itu ya meliputi meliputi pemeriksaan Pemeriksaan rutin setiap harinya, rutin, pemeriksaan psikiater setiap bulan, psikiater, pemeriksaan kesehatan pemberian obat, mengajarkan pasien dan kebersihan diri menjaga kebersihan diri dan dan lingkungan, 367 lingkungan, ini bisa melalui game-geme konseling kesehatan, atau permainan kaya kemaren kak, teori dan praktek yang penting tujuannya medis itu kesehatan. tercapai. Lalu konseling medisnya kesehatan, itu ada penyampaian teori dan praktek itu misal kita ajarkan pentingnya menggosok gigi habis itu kita praktakan menggosok gigi bersama-sama, menerapkan pola hidup sehat, ada olahraga, ceramah kesehatan contohnya pengenalan jenis-jenis penyakit nanti diakhir ada ujian. W3 T : Banyak banget ya yang, berarti tidak Tidak ada ada patokan khusus mengenai terapi khusus mengenai medis itu harus ini ini, tetapi yang penting jenis-jenis aspeknya ke medis ya? patokan kegiatan dalam terapi medis, J : La iya betul kak, terapi medis itu ya tetapi tetap mengacu pada dasarnya semua kegiatan- pada kegiatan yang ada hubungannya sama terapi konsep dasar medis, yaitu medis, berhubungan dengan kesehatan berkaitan dengan pasien secara fisik kan gitu to kak. Kalo kesehatan pasien kegiatannya itu kebutuhan, misalnya pada kotor, berantakan disesuaikan banyak itu bisa sesuai secara fisik. lemari-lemari coro (kecoa) menimbulkan penyakit nanti medis masuk kesitu, jenis terapinya membersihkan lemari. Apapun kegiatannya yang sekirannya berkaitan dengan kesehatan jasmani pasien itu tergolong terapi medis kak. 368 W4 T : Ehmmm iya iya yang, kalau konseling Konseling kesehatan kesehatan itu seperti apa yang? merupakan konseling J : Konseling kesehatan pada dasarnya yang berkaitan itu memberikan nasehat-nasehat sama dengan kesehatan pasien-pasien yang mbeleler, ngeyel itu pasien khususnya to kak. Contohnya pasien yang malas yang minum obat dilakukan istilahnya dengan berkaitan kesehatan konseling supaya punya kesadaran pada aspek fisik. yang muncul dalam diri sendiri tentang pentingnya obat untuk orang sakit skizofren, jadi itu tanggung jawab masing-masing orang, kan gitu kak. Jadi ya nggak perlu disuruh-suruh, ya kalau ada yang masih mau nyuruh kalau sudah tidak ada yang istilahnya memperingatkan terus mau gimana mereka, yang merasakan sakit kan mereka sendiri to. W5 T : Iya betul sekali yang, terus kemaren Konseling kesehatan itu kaya mas Dedimus curhat masalah dia dapat dilakukan pusing itu juga termasuk konseling ya secara kelompok yang? maupun individu, J : Itu pusing karena obatnya sudah serta lebih lanjut juga tidak cocok, dia kan sudah stabil jadi dikemas dosisnya perlu diturunkan. Konseling bentuk itu kan istilahnya pemberian nasihat- Pendalaman nasihat, pasien curhat mengenai (PA). tentang kesehataanya jadi apa pun itu yang bisa diceritakan, yang membuat pasien bingung atau misalnya eyang dalam kegiatan Alkitab 369 aku obat tidurnya dikurangi wae ya ngantukan terus. Keinginan-keinginan pasien yang medis itu terhadap berhubungan kemudian mentor dengan ditanyakan untuk diberi penjelasan itu namanya konseling. PA (Pendalaman Alkitab) kesehatan itu kan juga bagian dari konseling yang dilakukan kelompok. T : Oh gitu ya yang, selain medis juga ada Pendekatan terapi sosial, sama rohani ya yang? yang digunakan dalam J : Bener kak, ada terapi secara rohani menangani pasien Tapi adalah pendekatan sebenarnya kan yang penting itu kita secara kekeluargaan juga terapi secara sosial. gunakan pendekatan secara manusiawi sehingga terjalin to kak selama terapi-terapi diberikan, kedekatan emosional bagaimana mereka itu bisa didik secara antara pasien dengan kekeluargaan dengan begitu kan mentor atau disebut mereka menjalani semuanya tanpa dengan isilah Home paksaan, benar-benar kesadarannya emosional karena antara dari Care. ada ikatan mentor sama pasiennya. W6 T : Lalu apa lagi yang? Terapi Holistik J :,. Siloam melibatkan keluarga dalam melibatkan proses terapinya, kunjungan ke kita keluarga lakukan dalam proses terapi karena atau yang kerjasama dari keluarga itu memiliki dengan peran serta besar dalam penyembuhan keluarga. pasien. keluarga disebut konseling 370 W7 T : Kalau efek dari masing-masing obat Fungsi obat-obatan yang diberikan kepada pasien seperti apa adalah yang? menghilangkan gejala J : Obat nya itu macem-macem ya kak, positif dan gejala obat yang diberikan itu obat-obat negatif skizofrenia. antipsikotik yang fungsingnya ya itu secara keseluruhan menghilangkan halusinasi, sakit fisik seperti pusing, mual, tidak bisa tidur, menghilangkan gejala-gejala berat kaya waham, perilaku yang agresif itu dikasih obat penenang. W8 T :Kalau jenis obatnya apa saja yang? Obat-obatan yang J : Obat itu rujukan dari psikiater kak, diberikan berasal dari obatnya macam-macam diberikan rujukan psikiater, sesuai kondisi paisen tapi yang umum masing-masing obat digunakan, ini yang diberikan dokter memiliki fungsi dan Silas itu stelanzine 5 mg ini untuk khasiat nya masingmenghilangkan waham, risperidon dan masing dalam haloperidol 1,5 dan 5 mg obat-obat ini menghilangkan gejala dipakai untuk ketegangan menghilangkan positif emosional, THP itu singkatan dari Trihexyphenidyl la ini fungsinya sebagai penetralisisir dampak dari pemberian obat lain, kadang ada pasien yang tidak cocok dikasih jenis obat tertentu sehingga kan menimbulkan pusing, mual maka THP diberikan untuk gejala halusinasi negatif skizofrenia. sehingga pasien tidak agresif. Lalu ada ini dan menetralisisir 371 menghilangkan pengaruh obat tertentu yang tidak cocok tadi kak. Lalu ini Amitripyline 25 mg ini untuk memperbaiki mood yang murug, sedih berlarut-larut, dan untuk menghilangkan kesedihan. CPZ obat penenang yang membuat ngantuk, atau bisa juga disebut obat tidur kalau ditanya fungsinya ya mengatur pola tidur mereka kalau tidak dikasih ini mereka ra ngantuk-ngantuk, gelisah wae, karena pasien ini kan kebanyakan mengalami gangguan tidur jadinya kalau terlalu capek dalam beraktivitas tidak memberi kesempatan tubuh buat istirahat. W9 T : Kalau pemberian teori dan praktek Pemberian teori dan kebersihan diri dan lingkungan kegiatannya apa aja yang? itu praktek kebersihan diri dan lingkungan J : Semua hal, semua kegiatan yang merupakan berkaitan dengan kebersihan diri dan yang lingkungan kita berikan. berkaitan Jenis dengan kebersihan kegiatannya menyesuaikan kebutuhan pada diri misal almari kotor ya membersihkan lingkungan almari sama melipat baju, cek rambut, serta kuku keramas kebersihan atau kamar. tidak, kegiatan dan pasien mengajarkan terus pasien Menyesuaikan kesadaran memiliki terhadap kebutuhan saja itu kak, orang skizofren pentingnya menjaga ini kan kesadaran merawat diri dan kebersihan dan lingkungannya rendah jadi kami di sini kesehatan juga memiliki ketrampilan 372 biasakan mereka untuk tangggap merawat diri. khususnya mengenai kebersihan bukan hanya kebersihan dirinya saja tetapi peduli juga terhadap kebersihan diri, biar apa kak biar mereka mampu merawat dirinya sendiri terutama masalah kebersihan, caranya ya dengan diberi penjelasan terus saya kasih contoh mereka melihat bagaimana saya melakukan kemudian terus baru melakukan, mereka kebiasaan- kebiasaan ini kan lama-lama jadi terbawa terus karena kulino jadinya kak. Jadi pas mereka pulang pun semoga ya masih tetap diingat dan jadi kebiasaan. Hehehe W10 T : Oyaudah informasinya. J : Ya kak makasih ya yang - 373 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Ketiga (D1/W1-39) Hari/Tanggal : Senin, 7 Mei 2013 Waktu : 09.20 – 10.25WIB Tempat : Ruang Tamu GPSY Interviewee : KM Interviewer : Kpw Wawancara dilakukan di ruang tamu GPSY. Ruang ini berukuran 4x5. Kondisi ruang tamu lumayan gaduh, karena banyak pasien yang mengobrol di teras luar depan ruang tamu. Responden merupakan salah satu pasien GPSY yang telah dinyatakan kooperatif. KM berambut ikal dan berkulit sawo matang. Tingginya berkisar 160cm dengan berat badan 50kg. Pada saat wawancara berlangsung KM mengenakan baju daster bermotif batik. Interviewer dan KM duduk bersebelahan, KM berada di sebelah kanan interviewer. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada KM oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika KM telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode D1 Hasil Wawancara W1 W2 Analisis T : Siang mbak, mbak dirawat di KM telah menjalani sini (GPSY) udah berapa lama? perawatan di GPSY selama J : 2 bulan setengah mbak 2,5 bulan. T : Ehmm.. mbak sebelum disini Sebelum dirawat di GPSY sebelumnya pernah dirawat di KM tempat lain belum? J : Pernah Magelang, Nirmala, mbak, pernah dirawat di beberapa rumah sakit dan di Sarjito, Rehabilitasi RSJ panti rehabilitasi. Puri di 374 Sukoharjo, trus disini (Siloam) W3 T : Ini yang ke lima ya mbak?? Dibanding dengan tempat Dari beberapa tempat mbak pernah perawatan sebelumya, KM dirawat mbak merasa paling enak merasakan paling enak di dimana? GPSY karena adanya J : Iya ini yang ke lima, trakhir berbagai macam kegiatan juga semoga. Hehehe. paling terapi. cocok disini mbak (Siloam). Banyak masalah itu jadi pusing mbak, apalagi cuma ngganggur lontang lantung itu kan sering terserang stress pusing semacam itu. Hehehe. Semoga aja cepet sembuh. W4 T : Amiin. kenapa paling enak Di disini? J : GPSY KM mampu menyadari penyakitnya. Ya kalau menyadari dihadapi disini baru penyakitnya, dengan kesabaran kalau disana kan pokoknya aku minum obat terus nggak tau obat apa. W5 T : Kalau disini mbak rajin minum KM diberikan pemahaman obat nggak? sehingga J : katanya eyang (mentor medis kesadaran GPSY) kamu itu sakit jadi kamu pengobatan. harus minum obat biar cepet sembuh, ini obat nya menyembuhkan. La terus aku bilang sama eyang aku udah memiliki terhadap 375 minum obat juga sembuh-sembuh nggak kok. Trus eyang bilang ya kamu itu harus sabar nggak boleh putus asa kamu harus berusaha untuk sembuh, yang bisa menyembuhkan itu diri kamu sendiri. Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. Eyang selalu bilang gitu mbak.hehehe W6 T : hahaha… ya bener to mbak? Munculnya kesadaran La kalau misalnya mbak udah dalam diri KM tentang dikasih obat diterapi tapi dalam pentingnya kesadaran dirinya mbak ga ada kesadaran terhadap pengobatan. untuk sembuh ya sama aja percuma. J : iyaa mbak, sekarang aku tau kok kalau aku sakit jadi ya aku menjalankan perintah mentor yang disini biar cepet sembuh. W7 T : Mbak ada punya masalah sama KM merasa tidak memiliki keluarga ga? permasalahan J : Enggak mbak, setau ku keluarga. enggak coba mbak Tanya sama keluarga ku. Mereka Cuma jengkel kalau aku marah-marah la gimana ya mbak aku kaya denger suara-suara nggak kuat rasanya. dengan 376 W8 T : Oh gitu coba ceritakan, kondisi Sebelum dirawat di GPSY mbak sebelum di bawa ke sini KM W9 menunjukan gejala gimana? positif dan gejala negatif J : Ehmmm… dulu nggak sehat. skizofrenia. T : Nggak sehatnya gimana mbak? J : Dulu dipaksa pas mau masuk kesini, sering bingung rasa- rasanya mbak. W10 T : Bingungnya kenapa mbak bisa diceritain? J : Bingungnya banyak suarasuara yang masuk di kuping gitu loh. W11 T : Oh halusinasi itu mbak,suara gimana mbak? J : Iya halusinasi pendengaran katanya Kak Ngisty, ya suara kaya ada hubungan pribadi, khusus gitu loh. Kaya dekat dengan kita gitu, kaya berhubungan sama hidup aku mbak. W12 T : Contoh suaranya kaya gimana? J :Misalnya yang paling menakutkan ada suara sama banyangan yang mesum-mesum gitu deket banget bayangannya trus suaranya nya itu masuk kuping. W13 T : Itu suaranya sering mbak? Tiap 377 hari apa enggak? J : Hu um sering banget,tiap hari. aku nggak kuat to, kalau aku nggak kuat kepala ku tak jeblos-jeblosin tembok itu.hehehe W14 T : Trus yang diajarkan Kak Mentor mengajarkan untuk Ngisty buat melawan halusinasi itu mengendalikan gimana mbak? dengan halusinasi pendekatan J : Kan waktu itu aku dengar realistis. suara anak nya mbakku nangisnangis, trus mbak Ngisty bilang coba berdoa pertolongan terus dulu minta terhadap Tuhan setelah berdoa mbak Ngisty bilang coba liat di depan kita nggak ada anak kecil berarti nggak ada suara apaapa, berarti itu cuma kamu yang dengar, nggak ada itu kan. Jadi kalau didepan kita nggak ada tp kamu sepertinya dengar itu ya cuma halusinasi. W15 T : Trus sekarang disini mbak Kegiatan dalam Terapi dapet terapi apa aja, sebutin semua Holistik terdiri dari terapi ya mbak. Hehehe medis, rohani dan sosial J : terapinya itu medis yang pas yang jenis kegiatannya hari selasa sama jumat, terus dikemas secara bervariasi. kalau hari senin terapi rohani sama hari kamis, sama terapi 378 sosialnya sering, ganti-ganti harinya, harinya nggak tetep gitu suka ganti-ganti Kegiatannya ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan terus juga diimbangi sama itu hmmm menaati semua perintah mentor, rajin minum obat sama ikut semua terapi. W16 T : Terus apa lagi mbak terapinya? J : Terapinya setiap hari gantiganti terus, trus ada lombalomba, drama trus MC pokoknya berbeda-beda terus tiap hari mbak jadi banyak banget mbak, yang rutin itu doa pagi sama doa malam sebelum tidur itu tiap hari ada, ada terapi ketuk juga yang diketukketuk itu mbak. W17 T : Kalau disuruh MC sama Awalnya KM merasa takut setelah melakukan terapi ketuk itu dan malu apabila mengikuti gimana rasanya mbak? heheh kegiatan yang J ; Ya jadi MC gitu mbak, kepercayaan diri, melatih tetapi 379 hehehe malu aku pertamanya melalui pembiasaan yang malu he takut banget tapi lama- terus lama biasa didepan buat orang menerus menjadi ngomong terbiasa. banyak.heheh Kalau habis diketuk itu enteng kepalanya, nggak pusing jadi ringan kaya dipijet itu lah, terus itu apa ya mbak apa ya kaya lega nggak khawatir. W18 T : Jadi lebih tenang ya mbak. Hehehe. kan ada konselingnya juga kan ya mbak? J: Ya sebenarnya malu, tapi ya gimana lagi ya kalau ga PD malah malu-maluin apa nanti yang ditampilkan. konseling itu yang apa ya?hehehe W19 T : Itu loh mbak yang kalau mbak Konseling dilakukan untuk sama kak Ngisty curhat-curhatan, menggali sering kan? pasien permasalahan dan membantu J : Oh itu konseling? Iya mbak menyelesaikannya. sering. W20 T : Iya mbak konseling namanya, kalau pas konseling gitu yang diceritain apa aja mbak? Tentang apa, critain ya? J : Biasanya itu tentang kenapa kok aku bisa sakit dulunya itu gimana disuruh critain semua, trus dinasehati-nasehati gitu 380 kalau jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok, harus taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. Terus suka cerita-cerita kalau saya sudah sembuh mau disuruh buka warung mbak, untuk ya usaha daripada pengangguran. Hehehe. W21 T : Hahaha. . . buka dimana mbak? KM Terus kalau habis berencana untuk konseling membuka warung setelah perasaan nya mbak gimana? pulang dari GPSY. J : Di depan rumah nanti saya yang goreng sendiri, asyik ya mbak kayae bisa dapet uang sendiri hehehe W22 T : Makanya mbak cepet sembuh Setelah konseling KM biar cepet bisa kerja. Hehehe. merasakan adanya kelegaan Perasaan nya kalau habis karena beban pikirannya konseling gimana mbak? berkurang serta J : Amin, doakan saya loh ya mendapatkan mbak. Hehehe. Kalau habis terhadap dikonseling itu lega rasanya dialaminya. mbak, kaya-kaya semua beban apa itu hilang, kalau kata kak Ngisty beban itu sebaiknya pencerahan masalah yang 381 dibagi biar nggak berat dibawa sendiri, bukan cuma makanan aja yang dimakan.hehehe. Plong gitu rasanya semua-semuanya hilang trus jadi tau oh aku itu ternyata harus begini, soalnya kalau pas dikasih tau ramerame itu kurang berasa tapi kalau cuma berdua itu lebih serius trus mengena bisa lebih pribadi bisa dari hati kehati karena sesama perempuan to mbak aku dengan kak Ngisty, jadi nggak malu-malu mau cerita. Hehehe W23 T : Hahaha. Iya memang beban itu Kegiatan di tempat harus dibagi mbak biar nggak jadi perawatan KM sebelumnya beban sendiri. La dulu kalau di bersifat monoton. tempat-tempat sebelumnya mbak terapinya dirawat apa aja mbak? J : Cuma makan, tidur, minum obat, makan lagi, tidur, minum obat gitu terus mbak. Hehehe W24 T : Perasaan mbak disana gimana? KM merasakan kejenuhan J : Ya kaya kalau orang lagi dan mondok dirumah sakit kebingungan itu dirawat di ketika tempat mbak, tiduran terus pake baju perawatan sebelumnya. rumah sakit, ada dokternya, perawat, bau obat mbak disana. 382 Dulu aku sering bingung disana, soalnya kan cuma gitu-gitu aja jenuh, pikirannya kemana- mana? W25 T : Trus kalau pikirannya kemana- KM mengalami halusinasi mana berarti error lagi donk auditorik mbak? La kalau error dan halusinasi trus visual berupa suara-suara gmana?hehehe dan banyangan-banyangan. J : Hehehe. Iya mbak kalau orang bengong kan biasanya pikirannya trus macem-macem to, la wong mbak aja yang nggak sakit kalau juga gitu to. Kalau aku eror kan trus triaktriak soalnya aku denger suarasuara sama banyangan aku ketakutan mbak. W26 T : Trus diapain mbak kalau mbak Penanganan lagi error gitu? terhadap pasien yang labil dilakukan J : Diiket di kasur trus dikasih dengan obat-obatan dan obat penenang mbak, habis itu penanganan secara fisik. aku ngantuk trus tidur bangunbangun udah sore trus baru dilepas ikatane mbak. W27 T : Nggak ada kegiatannya mbak? Penanganan yang diberikan Itu di 4 tempat kaya gitu semua hanya berupa pemberian apa cuma salah satu? J : Kalau di Sukoharjo itu ada doa, tapi nggak ada kegiatannya trus di lainnya minum obat aja. obat-obatan. 383 W28 T : Mbak merasakan ada KM merasakan ada perbedaan ga sebelum dirawat perbedaan setelah 2,5 bulan disini sama sesudah 2,5 bulan dirawat di GPSY dengan dirawat disini? menggunakan Terapi J : Ada mbak, dulu itu kaya ada Holistik, yaitu berkurangnya gejala positif ketakutan, bingung. W29 T : Ehm gitu.. sekarang masih dan gejala negatif bingung nggak mbak? Trus suara- skizofrenia serta mampu mengotrol suaranya masih ada nggak? perilakunya J : Udah berkurang mbak, supaya tetap stabil. soalnya disini kan banyak kegiatan jadi nggak bengong mbak, kalau bengong gitu bingung lagi. Kalau suaranya masih tapi udah nggak sering. W30 T : Nggak sering nya itu gimana mbak? Trus masih suka dijeblosjeblosin tembok? J : Ya paling seminggu cuma denger 2 apa 3 kali aja, enggak mbak kata kak Ngisty (mentor) itu cuma halusinasi, itu penyakitku. Kalau bisa sembuh kalau aku bisa mengendalikan diri nggak menanggapi suara itu, jadi didiemin aja. Kalau aku denger suara aku suruh tanya temen-temen apa kakak-kakak ada suara apa enggak, kalau orang lain nggak denger berarti 384 aku cuma halusinasi yaudah didiemin aja trus mengalihkan perhatian kaya nyapu apa nyuci. W31 T : Kalau mentornya disini gimana Mentor GPSY lebih lembut mbak? J dalam menangani pasien : Mentornya mbak, apabila baik dibandingkan perhatian, suka nyapa, ngasih dengan perawat di rumah sakit jiwa maupun panti jajan, sayang mbak. W32 T : Kalau dibandindingkan sama rehabilitasi yang sebelumnya gimana mbak? KM dirawat sebelumnya. J : Kalau disana keras-keras mbak, kalau misal perintah minum obat itu harus sekarang juga kalau nggak mau dimarahi. Sebenernya kak Ngisty (mentor) juga keras menegangkan, tapi nggak omongannya diterima biasa nggak menekan. cuma tegas. W33 T : Kalau semua kegiatan terapi Kegiatan disini ada manfaatnya nggak dilakukan menurut mbak? bermanfaat terapi di yang GPSY untuk J : Ada mbak, daripada kosong menyibukan pikiran pasien, mlompong nggak ada kegiatan melatih kepercayaan diri nanti pikirannya kemana-mana, dan menumbuhkan trus kan bikin kita PD berani kesadaran minum obat. soalnya kadang disuruh jadi pemimpin kelompok pas drama, apa game gitu. Jadi ini ikut menyembuhkan biar ga 385 ngeblank. minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat. W34 T : Kalau menurut mbak KM menyatakan bahwa perawatan disini manjur nggak? perawatan di GPSY dengan J : Ehmm.. manjur mbak. menggunakan Terapi Holistik dirasa manjur membuat pasien W35 T : Manjurnya gimana mbak? J : Ya kita jadi mengerti diri kita karena sendiri jadi tau penyakitnya, kalau mampu memahami kita tau penyakitnya kan kita bisa penyakitnya dan memiliki menyembuhkannya mbak, kalau kesadaran marah bisa mengendalikan diri. W36 T : Mbak nyaman nggak disini? untuk proses penyembuhannya. KM merasa nyaman berada J : Nyaman, saling menguatkan di GPSY. mbak kalau disini, saling mendukung buat sembuh. W37 T : Oh gtu.. terus apa lagi mbak? Kegiatan terapi J : Semua kegiatan terapi yang diberikan yang menambakh dilakukan disini itu menambakh semangat hidup dan adanya semangat hidup, merasa seperti kedekatan emosional yang keluarga sendiri, saling terjalin diantara menyayangi. Kadang kan tiba- penghuninya. tiba diajak dikasih jajan, jalan-jalan seneng apa kalau diajak jalan-jalan ke Malioboro. W38 T : Keluarganya sering jenguk GPSY mengontrol perilaku nggak mbak? Sikap ibu sama keluarga dalam 386 mbak ada perubahan nggak? memberikan dukungan J : Sering mbak, kalau lama terhadap KM. nggak jenguk nanti ditelponin sama kak Ngisty. Ya apalah ibu sekarang lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih sabar. Hehehehe W39 T : Oke mbak sementara gitu dulu ya, besok kalau masih ada yang kurang lagi ya.hehehe J : Iya mbak. - 387 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Ketiga (D2/W1- W27) Hari/Tanggal : Rabu, 19 Juni 2013 Waktu : 10.45 – 11.35 WIB Tempat : Ruang makan GPSY Interviewee : KM Interviewer : Kpw Wawacara kedua dilakukan kepada KM untuk menggali informasi mengenai kegiatan cuti yang akan dijalani KM sebagai salah satu bagian dari Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Wawancara dilakukan setelah KM melakukan kerja bakti dan berlangsung di ruang tivi. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada KM oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika KM telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode D2 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Gimana mbak kabarnya hari KM dalam kondisi baik saat ini? wawancara berlangsung. J : Baik mbak W2 T : Masih halusinasi atau pusing Kondisi KM sudah stabil gitu nggak? Katanya mau cuti ya? dan sudah diperbolehkan J : enggak mbak, udah sehat cuti. kata Kak Ngisty minggu ini mau cuti. W3 T : Oh ya mbak, berarti udah mau Sebelum pulang ni.hehehe. Trus gimana terlebih mbak persiapan nya buat cuti? menjalani dipulangkan, dahulu KM masa cuti. J : Ya dikasih obat buat selama Persiapan yang dilakukan cuti, dikasih nasihat pokoknya sebelum cuti yaitu KM 388 nanti kalau eror harus bisa diberikan obat yang mengatasinya jangan sampai dikonsumsi selama KM cuti eror. Kaya kalau halusinasi itu serta dilakukan konseling jangan tapi demi ditanggapi keberhasilan masa perhatiannya. cuti. dialihkan Dikasih wejangan-wejangan gitu mbak gimana nanti yang harus dilakukan dirumah. W4 T : Yang harus dilakukan KM dirumah apa mbak? diberikan konseling yang berisi hal-hal yang J : Membantu pekerjaan orang harus dilakukan KM selama tua, jangan cuma tiduran aja, masa cuti dirumah. mencari kesibukan biar otak nya ini nggak kosong mlompong, nurut sama orang tua. Katanya harus baik seperti disini. W5 T : Kalau dulu mbak KM pas Pada saat pertama datang ke pertama kali datang kan diisolasi GPSY KM terlebih dahulu ya? La itu kegiatan pas diisolasi menjalani masa isolasi. apa aja? J : dulu pas diisolasi ya nggak boleh keluar kamar, nggak ikut kegiatan cuma minum obat aja sampai nggak pusing trus sampai enakan mbak baru dikeluarkan dari ruang isolasi. W6 T : Habis keluar terus gimana Setelah selesai masa isolasi, mbak? KM menjalani masa J : Terus dikenalin sama kakak- sosialisasi yaitu pengenalan 389 kakaknya yang disini, teman- mendalam terhadap GPSY. temannya, terus baru tau ternyata aku dibawa disini to. Hehehe dulu kan aku nggak tau apa-apa mbak trus langsung dimasukin ruang isoalasi. W7 T : Selain dikenalin sama temen dan kakak-kakak apa lagi mbak? J : Diajak lihat-lihat sekitar sini, ditunjukin ruang kegiatan, ruang makanya, trus tempat cuci piring, dikasih tau itu mbak kaya kalau habis makan dicuci sendiri, ya kaya-kaya gitu. Dikasih tau ini tuh alamatnya di Godean. W8 T : Itu namanya masa sosialisasi Setelah masa sosialisasi mbak, jadi mbak dikenalin sama selesai, KM menjalan masa lingkungan disini, habis itu mbak terapi baru boleh ikut terapi ya? yaitu dengan mengikuti Terapi Holistik. J : Iya, disuruh mengikuti semua terapi. W9 T : Trus sekarang lagi persiapan Saat pulang ya? W10 T : Kalau dulu pas dirawat di tempat-tempat sebelumnya pas mau pulang ada persiapan gak? J : Persiapan paling baju nya KM sedang menjalani masa persiapan J : Iya persiapan pulang, seneng pulang. aku mbak. Hehehee. ini 390 sama barang yang aku bawa disuruh rapikan. W11 T : Oh gitu, konseling yang Konseling yang diberikan diberikan pada saat mbak KM kepada mau pulang berisi apa aja mbak? dengan J : Harus peka sama keadaanya perihal KM masa berkaitan cuti yaitu kemampuan peka aku, kalau capek aku sukanya terhadap kondisinya sendiri eror jadi ya kalau misalnya dan menjaga kondisinya mau apa atau apa jangan supaya tetap stabil. berlebihan, yang menyebabkan capek, kalau kepala terasa pusing itu mulai tandanya capek harus tidur beristirahat sebentar dulu nanti lagi baru mulai dikerjakan diteruskan lagi. Trus ya kalau aku mulai bengong itu harus cepet-cepet gitu mengerjakan sesuatu mbak atau soalnya mencari kesibukan bengong pikirannya suka kelamaan melayang- layang bisa error lagi. W12 T : Oiyaya, berarti harus tau KM mengalami tanda-tandanya mau error gitu ya perkembangan mbak? kalau kondisi mbak KM dirawat di selama GPSY yaitu pas awal masuk sampe sekarang gejala positif dan gejala perkembangannya banyak nggak? negatif skizofrenia J : Iya, nanti kalau misalnya berangsur-angsur sudah hilang, tidak bisa mengatasi pas udah lebih dekat dengan Tuhan, terlalu pusing itu suruh telp memiliki kesadaran diri 391 mbak Ngisty aja apa datang serta mampu mengendalikan kesini secepatnya sebelum dirinya. terlanjur parah lagi. Heheh. Banyak mbak, ada bedanya. W13 T : Bedanya apa mbak? J : Udah nggak halusinasi, paling cuma sesekali. Mengetahui penyakitku, lebih dekat dengan Tuhan, tau gitu loh mbak apa yang harus aku lakukan yang baik harus aku lakukan kaya punya tujuan hidup mbak. W14 T : Kalau terapinya yang paling KM merasa senang mbak kris seneng apa sih selama menjalani semua kegiatan dirawat disini? dalam Terapi Holistik. J : Semua seneng mbak, hehehe W15 T : Paling kan satu mbak, heheh KM paling menyenangi J : Ibadah itu mbak, firman kegiatan dalam terapi rohani Tuhan. Solanya ceritanya itu karena mampu mendekatkan diri kepada Tuhan. menggambakrkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu. W16 T : Kalau jalan-jalan nya seneng Refresing dalam terapi 392 nggak mbak? Trus ada berkebun sosial juga kan ya mbak? mampu menghilangkan penat dan J : Seneng mbak, jadinya kan menyegarkan pikiran. bisa lihat pemandangan baru nggak bosen. Jadi fres pikirannya. Kalau berkebun itu asik tapi nanti kotor semua.hahaha.Drama itu juga seneng mbak kaya nanti liat-liat temen acting itu seneng, lucu.hahaha. W17 T : Manfaatnya dari terapi sosial Kegiatan kelompok dalam kaya drama itu apa mbak? J : Ya jadi bisa terapi sosial melatih belajar interaksi sosial khususnya bekerjasama yang baik dengan kekompakan dan menyentuh teman satu kelompok, tapi aspek kognitif KM melalui kadang kalau ada yang beda kegiatan yang membutuhkan pendapatnya itu suka bikin konsentrasi dan kemampuan pusing he mbak harus salah analisis. satu ngalah. Hehehe. W18 T : Terus kalau maen angklung gimana mbak, seneng juga? J : Seneng mbak, tapi kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerakgerakin pas bukan giliranya nanti semua nya jadi ikut salah. W19 T : Selama dirawat disini dari Perbedaan yang dirasakan 393 awal sampai sekarang ada KM perbedaan apa aja mbak? setelah menjalani Terapi Holistik yaitu KM J : Lebih dekat dengan Tuhan, menjadi lebih dekat dengan bisa marah, Tuhan, mengendalikan trus mampu berkurang mengendalikan sudah diri dan bisa merasakan ada pemulihan halusinasinya, mengendalikan marah. punya dalam dirinya. banyak teman, dulunya pemalu. Heheh. Semakin hari semakin baik, kaya ada pemulihan dalam diri aku. W20 T : Mbak betah nggak si disini? KM merasa nyaman berada J : Betah mbak, kaya rumah di GPSY. sendiri, semua sodara jadi kaya lagi nggak di panti penyembuhan sakit jiwa. W21 T : Kalau obat nya harus diminum Terapi medis berupa obattiap hari ya mbak? Manfaat habis obatan minum obat apa? menghilangkan gejala positif dan gejala J : Tiap hari he, sehari 2x. Ya negatif skizofrenia. apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara halusinasi itu hilang, seperti terus gampang buat tidur hawanya itu rasa-rasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger, nggak gelisah lagi. W22 T : Apa lagi perubahan yang Terapi Holistik mengajarkan mbak rasain selama disini? ketrampilan sosial kepada 394 J : Ehmmm ya merasa lebih PD KM. aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertamatama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. hehehe W23 T : Sekarang masih malu nggak mbak kalau disuruh tampil? J : Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu. W24 T : Terus kalau diskusi-diskusi itu Kegiatan gimana menurut mbak? berupa terapi diskusi sosial berfungsi J : Diskusi ya, itu pusing he melatih kemampuan kognitif mbak soalnya berfikir apalagi KM. harus berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe. W25 T : Kalau manfaatnya terapi kerja Terapi sosial berupa terapi apa mbak? kerja memberikan J : Dapet pengetahuan yang ketrampilan kerja sebelumnya nggak pernah KM yang kepada berguna dilakukan mbak, diajari bikin perekonomian KM bagi pasca 395 apa gitu yang aku belum bisa perawatan pokoknya kaya berwirausaha diajarkan dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang. W26 T : Terus menurutnya mbak itu berguna nggak buat masa depan mbak? J : Ya berguna, namanya jadi apa kalau itu sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi wirausaha nanti sendiri kaya bisa warga-warga, dijadiin lele buat crispy didagangkan kaya lapangan ke buat pekerjaan sendiri. W27 T : Oh gitu, yaudah ya mbak sekian dulu, makasih loh J : Huum mbak sama-sama - 396 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Keempat (E1/W1-W17) Wawancara Hari/tanggal : Minggu, 30 Juni 2013 Waktu : 16.25 - 17.10 WIB Tempat : Rumah DY di Jetis Harjo,Yogyakarta. Interviewee : DY Interviewer : Kpw terhadap responden dilakukan di rumah responden, wawancara dilakukan bersama dengan kunjungan keluarga (Home Visit) sekaligus konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY kepada keluarga KM, karena pada saat itu KM sedang menjalani cuti untuk persiapan pulang. Proses wawancara antara interviewer dan DY dilakukan sebelum pihak GPSY melakukan konseling kepada keluarga. Pihak GPSY memberikan pemahaman kepada keluarga bahwa interviewer adalah mahasiswa sekaligus teman dari mentor yang ingin mengetahui keadaan KM, sehingga itu meminta bantuan informasi dari DY. Kode E1 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Selamat sore bu, saya mau tanya- Kondisi KM tanya sama ibu mengenai kondisi pertama dibawa mbak KM. Kondisi mbak KM waktu GPSY saat ke menunjukan pertama kali di bawa ke Siloam gejala positif dan gejala seperti apa bu? negatif skizofrenia. J : Kondisinya ya ora genep mbak, teriak-triak, ngamuk-ngamuk, memaki-maki pake kata-kata kasar. W2 T : La itu sebabnya kenapa bu kok Keluarga bisa kaya gitu? bahwa beranggapan penyebab 397 J : Penyebabnya itu diguna-guna skizofrenia pada KM sama tetangga depan rumah itu adalah adanya faktor (menunjuk rumah didepan) mbak. magic berupa guna- guna. W3 T : Kalau mbak KM udah lama bu KM sakit kaya gitu? sudah menjalani perawatan di berbagai J : Lama, udah sering dirawat tempat sebelum akhirnya kemana-mana tapi ya tetep kaya dirawat di GPSY. gitu. Pulang baik tapi kalau udah hampir sebulan kambuh lagi. W4 T : Dirawat dimana saja bu? J : Lupa saya mbak, sudah sering kok. Kakak nya yang membawa dia saya cuma terima jadi karena saya kan nggak tau dimana tempat-tempatnya. W5 T : Yang menyebabkan kambuh itu DY tidak mengetahui apa bu? penyebab kekambuhan J : Tidak tau saya mbak, kambuh KM. begitu aja. W6 T : Kalau pas mbak KM kambuh Keluarga bersikap cuek sikap keluarga gimana bu? dan kurang memberikan J : Ya sudah dibiarkan saja, perhatian terhadap dikurung dikamar nanti dia kalau kondisi KM. sudah capek berhenti Tapi sendiri. kalau sudah tidak bisa ditangani itu kakak nya itu sudah tidak sabar terus dibawa berobat kemana. W7 T : Kalau dirumah mbak KM KM tidak memiliki 398 kegiatannya apa bu? pekerjaan atau hanya J : Kegiatannya itu paling nonton menganggur dirumah. tivi, malas situ orangnya. Dia kan dirumah sendiri kalau kita semua kerja. Saya jualan makanan dipasar, kakaknya juga kerja. W8 T : Berarti semua keluarga sibuk kerja ya bu? J : Iya mbak, la siapa lagi yang mau cari uang, apalagi bapak nya KM kan baru meninggal ya itu sebelum KM masuk Siloam. Itu masuk Siloam gara-gara kaget bapaknya meninggal. W9 J : Oh jadi mbak KM itu masuk Penyebab kekambuhan gara-gara belum bisa menerima KM yang terakhir adalah kalau bapaknya meninggal ya bu? meninggalnya ayah KM T : Iya mbak, dia kan dekat dan ketidakpatuhan dengan bapaknya. Tapi sebelum minum obat. bapaknya meninggal KM juga sudah sakit kaya gitu. Lalu KM itu juga susah mbak kalau disuruh minum obat, seringnya berantem dulu, dipaksa sama saya atau kakaknya baru mau. W10 T : Hmm. . . gitu ya bu. Terus Keluarga selama mbak KM dirawat di Siloam menjenguk ibu sudah pernah menjenguk? GPSY. J : Sering mbak, kadang ditelpon kalau udah 2 minggu tidak sering KM di 399 menjenguk. W11 T : Lalu selama mbak KM dirawat Selama KM dirawat di yang dilakukan pihak Siloam kepada GPSY, keluarga pa bu? keluarga mendapat konseling J : Kunjungan seperti ini, diberi keluarga dari pihak bimbingan mengenai keadaan KM GPSY. terus keluarga disuruh untuk lebih memperhatikan KM. W12 T : Ibu merasakan ada manfaatnya Keluarga mendapat tidak bu dengan adanya kunjungan manfaat keluarga? melalui pemberian konseling J : Ada mbak, sangat bermanfaat keluarga, yaitu keluarga karena keluarga ini kan bukan memperoleh banyak orang pengetahuan yang dari kalangan berpendidikan jadi ya tidak berkaitan dengan pengetahuan- skziofrenia. mempunyai pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya kunjungan jadi tau. W13 T : Ehmm…gitu ya bu. Kondisi Kondisi mbak KM sekarang gimana bu? menjalani Udah ada perubahan belum dari sudah waktu pertama masuk? KM setelah perawatan menunjukan perubahan yang positif J : Sudah banyak perubahan, yaitu berkurangnya sudah tidak ngamuk-ngamuk lagi, gejala positif dan gejala manut kalau dikasih tau. Sudah negatif skizofrenia. baik ya mau membakntu saya juga terus itu tidak buat keributan lagi. W14 T : La dengan adanya kunjungan Terjadi perubahan sikap 400 terus dikasih informasi ada dalam keluarga setelah perubahan sikap ibu sama KM diberikan tidak? konseling keluarga. J : Ya jadi sabar aja lah mbak, menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau seperti dia mbak. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia ajalah. W15 T : Lalu setelah KM pulang kira-kira Setelah sikap keluarga gimana bu? KM pulang keluarga akan berusaha J : Ya kalau KM sudah pulang, merawat KM dengan dijaga dirawat sebisa mungkin baik serta memberikan mbak sesuai perintah yang dukungan diberikan Siloam supaya tidak keberhasilan terjadi hal yang tidak diinginkan. W16 T : Yang diperintahkan Siloam itu apa aja bu? J : Pengertian ya sabar menerima kondisi KM, jangan terlalu memaksakan keinginan-keinginan keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi dan memperhatikan sama itu mbak mengawasi apa ya maksudnya membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus juga sehari- pemulihannya. bagi proses 401 harinya itulah. W17 T : Oiya bu, maksih ya bu untuk informasinya. J : Ya mbak. - 402 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Pertama dengan Narasumber Sekunder Kelima (F1/W1-W50 ) Hari/tanggal : Selasa, 16 April 2013 Waktu : 13.00 – 14. 10 WIB Tempat : Ruang Medis GPSY Interviewee : AD Interviewer : Kpw Wawancara dilakukan di ruang medis GPSY, ruang medis berukuran 2x3 m dipilih untuk melakukan wawancara didasarkan pada pertimbangan ketenangan dan kenyamanan ruangan demi kelancaran proses wawancara. Kondisi sekitar ruang medis cukup tenang, walau samar-samar terdengar suara-suara pasien yang lalu lalang di sekitar ruang medis. AD merupakan mantan pasien GPSY yang pada 16 April datang ke GPSY untuk cek kesehatan rutin dan mengambil obat. AD bertubuh tambun dengan tinggi sekitar 160cm, berusia 22 tahun. AD adalah mantan pasien dengan skizofrenia paranoid. Pada saat akan memulai wawancara AD tampak ragu untuk diwawancarai tetapi setelah diberi penjelasan AD akhirnya bersedia untuk diwawancarai. Kode F1 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Halo mas AD, lagi sibuk nggak? AD saya pengen tanya-tanya nih. ketersediaannya J : Nanti jam 3 aku pulang mbak diwawancara. kalau sekarang saya menunjukan bisa, sekarang aja ya. (saat itu jam untuk 403 menunjukan pukul 1 siang) W2 T : Oke deh mas, beneran gpp nih? J : Gpp mbak saya seneng kalau bisa bantu orang. W3 T : Mas pulang dari sini (GPSY) AD kapan? selesai menjalani perawatan di GPSY pada J : Ya lumayan lama mbak, Mei 2009. hmmm sekitar Mei 2009. W4 T : sudah lamayan lama ya, hehe. AD menjalani perawatan Masuknya kapan mas? La ini kesini selama 5 bulan. ngapain? J : Januari 2009 mbak, saya ambil obat mbak sama sekalian jenguk kak Ngisty. W5 T : Masih minum obat mas? Berapa Obat membantu bulan sekali ambil obat? Kalau gak menstabilikan kondisi AD minum obat emang kenapa? pasca perawatan,dan J : Masih to mbak, kalau nggak adanya respon positif AD minum obat saya nanti pusing, terhadap pengobatan. susah tidur terus gelisah. Tapi sudah nggak kaya dulu obatnya sekarang sedikit tapi harus rajin diminum. W6 T : Oalah gtu to, ya memang harus Penyebab munculnya rajin minum obat biar gak sakit skizofrenia disebabkan lagi.hehee.la dulu mas knapa kok adanya bisa di Siloam? J : Saya dulu banyak masalah, terus saya nggak kuat jadinya gini deh.hehehe psikososial. stressor 404 W7 T : Gini gimana jelasin donk?? Sifat AD pendiam dan Emang masalahnya apa, ayoo cerita. tidak memiliki kedekatan J : Saya ini orang nggak suka dengan keluarga. ngomong, sama kelurga saya nggak akrab jadi ada masalah saya pendam sendiri jadinya saya eror. Bapak saya kan keras mendidiknya.Hehehe W8 T : Loh kok bisa nggak akrab mas? Stressor psikososial yang La masalah paling berat yang mas menjadi pencetus adalah alami waktu itu apa? permasalahan keluarga. J : Ya saya ini susah buat cerita mbak jadi waktu itu saya punya masalah-masalah gitu terus kakak saya kan hamil diluar nikah saya sebagai adik laki-laki merasa terpukul mbak karena saya anak laki-laki sendiri. W9 T : La sebelum mas kesini (GPSY) Sebelum yang mas rasain itu apa? menjalani perawatan di GPSY AD J : Kalau aku tuh takut-takut, mengalami gejala positif gampang bingung, mendengar dan negatif skizofrenia. suara yang aneh-aneh, marahmarah, sering bengong, ngamuk, sedih berkepanjangan, kaya ada ketakutan gitu mbak. W10 T : Ketakutan gimana mas? kok bisa Sebelum dirawat kondisi gitu, bisa diceritakan lebih jelas? AD tidak J : Nggak tau mbak bingung, memiliki takut, ada beban lalu marah- keagamaan. stabil dan waham 405 marah, kacau rasanya, aku tuh kaya merasa kalau aku ini utusan Tuhan yang harus menyampaikan firman Tuhan remeh sama tapi dianggap orang-orang, makanya aku marah-marah terus bawaannya. W11 T : Gara-gara sering marah-marah AD dibawa trus dibawa kesini mas? karena ke GPSY keluarga sudah J : Ya mungkin mbak, keluarga tidak sanggup merawat. saya tidak bisa mengatasi lagi to, pokonya kalut lah. W12 T : Trus pada saat mas dibawa kesini AD mendapatkan banyak (GPSY) terapi apa saja yang mas kegiatan dapatkan? pada saat di GPSY. J : Ya banyak mbak, karena kan ada kegiatan terus. W13 T : Banyak nya gimana mas? Bisa AD diceritakan? begitu mengingat dengan detail J : Saya agak lupa mbak kan udah setiap lama sih. Hehehe tidak jenis kegiatan karena disebabkan selang waktu perawatan yang sudah lama. W14 T : Ya yang mas inget aja masa gak Setiap hari AD mengikuti ada yang diinget sih.hehehe J : Ya ada to mbak,hehehe. Terapinya itu banyak, setiap hari selalu ada kegiatan kaya yang rutin itu ibadah, trus merawat diri, jualan, jalan-jalan. La itu kegiatan-kegiatan terapi. 406 yang paling saya suka mbak jalanjalan. Hehehe W15 T : Jalan-jalan kemana dulu? Terus Refresing apa lagi coba diinget-inget. merupakan salah satu kegiatan dalam J : Jalan-jalan kemana aja mbak Terapi Holistik. kan ganti-ganti, ada yang ke mall, ke salon cukur rambut ya pokoknya sering jalan-jalan lah hiburan biar ga bosen disini. W16 T : La mas disini merasa bosen gak? AD merasakan Selain jalan-jalan terapinya apa lagi kenyamanan saat berada di mas? GPSY karena J : Jujur ya mbak saya itu dulu kedekatannya dengan lebih nyaman disini, apalagi kalau mentor, lebih lanjut AD cerita-cerita sama kak ngisty saya berusaha mengingat jenis bisa cerita apa aja. Trus terapinya kegiatan itu apa lagi (mengeryitkan ya, dahi) hmmm diikutinya yang yaitu pernah berupa nyanyi- jenis kegiatan dalam terapi nyanyi, trus maen alat musik, sosial. maen-maen kelompok gitu mbak. W17 T : Kalau sama kak mentor cerita- Ada keterbukaan antara cerita apa aja mas?? AD dengan J : ya panjang lebar dan tinggi, mengenai hahahah. Segala sesuatu berbagai hal, saya bahkan yang dirasa AD ceritakan sama mentor mbak, bersifat rahasia pokoknya.hahaha mentor rahasia untuk diceritakan kepada orang lain. W18 T : Yaahh maen rahasia-rahasia nih Konseling membuat AD masnya, yang mas AD rasain waktu senang konseling apa? karena bisa mempunyai teman sharing 407 J : wah masa nggak pernah curhat dan merasa diperhatikan. sih mbak, Hehehe. Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama konco dewe lah, terus sering ditanyatanyain jadi apa ya, ya merasa diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak. W19 T : Perasaanya setelah curhat Effek gimana? psikologis konseling dari adalah J : Setelah curhat itu rasanya ya munculnya kelegaan yang gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada disebabkan AD merasakan seperti kelegaan, beban dipikiran beban berkurang solanya kan pikirannya dapat berkurang dan masukan-masukan gitu, ya apa ya mendapatkan pencerahan jadi tau apa yang harus dilakukan terhadap permasalahan sama masalah kita, nantinya biar yang dialaminya. tidak salah melangkah gitu deh, hehehe. W20 T : Kalau ngobrol itu biasanya Konseling kapan? Oya terus terapinya tadi apa fleksibel, lanjutin lagi donk? bersifat artinya dilakukan kapan saja saat J : Ya kapan aja saya pengen, AD membutuhkan. sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak Alfred kak Ngisty help me please please, hahaha apa lagi ya, ya tadi yg aku sebutin itu mbak. bisa 408 W21 T : Berarti sering kesini nih? kalau AD memiliki kesadaran pengobatan medis nya apa mas? yang memunculkan respon J : Ya sebulan sekali saya kan positif terhadap ambil obat sekalian konseling, pengobatan. kalau udah nggak sabar ya belum ada sebulan saya telepon atau kesini langsung. Medis nya ya cek kesehatan kaya tensi, trus obatobat gitu sama kaya yang sekarang lah mbak, mbak liat sendiri aja kan lama to disini. W22 T : Wah deket banget donk sama kak mentor disini.hehehe. iyaa saya kan mengamati sekaligus tanya ke kamu. Hehehe. Perasaannya dengan hubungan kedekatan mentor dengan pasien itu yang mas AD rasakan gimana? J : Kalau disini itu semua nya keluarga mbak, merasa lebih dianggap ya kaya nggak ada jarak antara mentor sama pasiennya merasanya jadi nyaman nggak disia-sia kan kalau dirumah sakit jiwa itu kaya namanya dipandang sebelah mata orang gila terus dibentak-bentak apa diperlakukan semena-mena, ya apa ya istilah-istilahnya itu di wongkan apa ya dianggap manusia ya itulah mba tidak seperti orang gila trus disingkirkan. hahaha W23 T : Hahaha iya iya iya. Terus AD merasakan kedekatan antara mentor, adanya emosional dirinya dengan sehingga AD merasakan dihargai dan diakui keberadaannya. Hal ini tidak dirasakan AD saat ia dirawat di RSJ. Kondisi GPSY menurutmu Siloam itu gimana sih? memberikan kenyamanan Maksudnya kamu menilai Siloam itu bagi AD karena dianggap 409 seperti apa? Hmmm dirawat disini seperti rumah sendiri. itu menyenangkan apa menyedihkan apa menyebalkan. J : Kalau menyedihkan enggak mbak, saya malah seneng disini udah kaya rumah sendiri, soalnya banyak temennya trus mentor nya juga sayang. Enak pokonya mbak, coba aja deh, hahahaha W24 T : Beneran nih, jangan-jangan takut AD menyakinkan peneliti sama kak ngisty trus bilang gitu, bahwa hahahaha perasaanya terhadap GPSY memang J : Suer mbak, mosok saya bohong sebenarnya juga buat apa nanti dosa wong yang sesuai dirasakan saya sudah bisa normal lagi aja adanya apa tanpa intervensi dari udah seneng masa saya mau dosa siapapun. lagi mbak. Hehehe W25 T : Iyaa deh iyaa percaya, berarti Penanganan yang kamu disini ga merasa kaya di dilakukan di GPSY tidak rumah sakit atau tempat rehabilitasi seperti(berbeda) gtu? dengan perawatan yang dilakukan J : Ya kaya rumah sendiri gtu di rumah sakit. mbak, kalau dirumah sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha W26 T : Hahahha bisa aja nih masnya, la AD mengalami banyak kalau perubahan sebelum dirawat perubahan setelah dirawat disini sama sesudah dirawat apa? dengan menggunakan J : Banyak to mbak, hehehe Terapi Holistik. 410 W27 T : Ya banyaknya itu apa, sukanya Setelah gitu masnya kalau ditanya. Hahahah menjalani perawatan dengan J : Ya dulu sebelum diterapi masih menggunakan suka menyendiri sudah banyak sekarang Holistik gejala positif dan ya dulu gejala negatif skizofrenia teman, halusinasinya menganggu banget AD berangsur-angsur pas udah minum obat ya suara- menghilang suaranya Terapi dan AD bisa memiliki fungsi perawatan hilang, mengendalikan diri jadi nggak diri yang baik. khotbah-khotbah terus apa lagi ya dulu itu aku jarang mandi nggak pernah kaya setrika apalagi nyapu, biasa cowo kan nggak memperhatikan penampilan tapi disini kalau nggak mandi dapat hukuman, harus piket jadi sekarang lebih rapi lah. Hahaha W28 T : Wah bagus donk, terus kalau Setelah marah-marahnya masih nggak? menjalani perawatan dengan Terapi J : Kalau ada yang bikin nggak Holistik AD lebih mampu enak ya marah ya masih tapi udah mengendalikan emosinya bisa mengendalikanlah selalu diajari buat wong dalam menyikapi segala mengotrol sesuatu. emosi kok mba. Jadi ya marah wajar mba nggak sampai yang terus teriak-teriak. Semua orang kan juga sering marah mba nggak cuma yang kaya aku aja. W29 T : Terus apa lagi mas? J : Lebih ceria mba, trus lebih PD. Setelah menjalani perawatan dengan Terapi 411 Holistik AD menjadi lebih percaya diri. W30 T : Dulunya nggak PD ya? Jenis kegiatan J : Iya mbak, tapi disini terapi- Terapi dalam Holistik terapinyakan ngajarin buat PD, mengajarkan dan melatih kaya disuruh mimpin acara gitu pasien untuk percaya diri. kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus berani. W31 T : Berarti jelas ada perbedaannyaya Ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah di terapi? terhadap Kalau misalnya dulu kondisi sebelum setelah AD menjalani diterapi keadaannya mas itu 4, perawatan dengan sekarang berapa wis? Terapi menggunakan J : Jelas mbak, ya kalau dulu 4 Holistik. sekarang 9 lah mbak. Soalnya kan masih minum obat juga sambil proses penyembuhan. W32 T : Mas nya kan sekarang udah Permasalahan yang kuliah to, la ada kendala-kendala ga dialami pasca dalam kuliah yang AD berkaitan perawatan adalah masalah penyakitnya mas? yang berkaitan J : Ya kendala-kendala masih bisa perkuliahan dengan dan diatasi mbak, paling kalau banyak merupakan masalah yang tugas pusing.hehehe umum dialami oleh setiap mahasiswa. W33 T : Wah kalau itu mah aku juga Kemampuan penyesuaian mas,, hahaha kalau manfaat dari diri dan interaksi sosial Terapi Holistik ini yang berkaitan AD meningkat setelah dengan hubungan sosial dengan diberikan Terapi Holistik. orang lain apa? Dulu kan suka 412 menyendiri to? La sekarang masih ga? J : Oh ya kalau sekarang saya punya banyak teman mbak, malah kalau ga ada teman saya itu kesepian terus nyari teman kalau dulu kan minderan mbak kalau mau bergaul gitu jadi suka menyendiri. W34 T : Hahaha… nyari temane piye AD mas? membuka diri terhadap pergaulan sosial. J : Ya maen ke rumah temen, kalau nggak yo ke tetangga ngajak nongkrong-nongkrong gitu ikut kegiatan desa, ya kaya gitu lah mbak. Hehehe W35 T : Kalau efek nya secara psikologis Effek psikologis Terapi habis di Terapi Holistik apa mas? Holistik yaitu memberikan Kan kalau tadi efek secara umun. ketenangan kepada AD J : Opo ya mbak, ya rasane melalui kedekatan dengan menjadi lebih tenang, dekat Tuhan yang berpengaruh dengan Tuhan, nggak grusa-grusu terhadap resiliensi AD. mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan. W36 T : La emang dulu kalau Sebelum diberikan Terapi menghadapi permasalahan gimana Holistik AD temperamen mas? dalam menyikapi setiap J : Ya dulu kalau ada masalah situasi. hawane pengen ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang 413 menghadapinya, semua kepada menyerahkan Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mbak. W37 T : Kalau yang berkaitan dengan Hubungan AD terhadap keluarga gimana? Dulu kan tertutup keluarga membaik setelah sama keluarga to? diberikan Terapi Holistik. J : Ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka. W38 T : Perubahannya keluarga mas Ada sebelum mas di Siloam positif keluarga yang sama pada perubahan sesudah mas pulang ada ga? dirasakan AD, yaitu J : Ortu jadi lebih sayang mba, keluarga lebih menyayangi dulu ki sok marah-marah, dan pengertian kepada merasakan bahwa menyalahkan tanpa sebab saiki AD. lebih pengertian sama anak nya. W39 T : Kalau menurut kamu terapi AD holistik ini seberapa efektif si buat penanganan kesembuhan mu? Kalau dikasih dengan nilai, nilainya berapa? skizofrenia menggunakan Terapi Holistik efektif. J : Efektif mba, nilainya yo 80 mbak. W40 T : Kok 80 la yang 20 berarti belum Kekuarangan Terapi efektif? Kekurangannya dari terapi Holistik disebabkan sifat disini apa wis? malas AD karena J : Apa ya mbak.hahaha. aku mengikuti kegiatan terapi. males mbak kalau disuruh kerja 414 bakti, males kalau disuruh nyapu, makannya kadang ga suka sama lauknya. Hahaha W41 T : Terus selain itu apa lagi mas? Penanganan di J : Bosen mbak, gak boleh pegang menimbulkan hape sama mainan internet. Trus karena GPSY kebosanan pasien tidak kalau disuruh menghapal kadang diperbolehkan memegang males mbak. Ojo neh kalau hape dan bermain internet. disuruh piket. Hehehehe W42 T : Oalah dimana-mana juga nggak Keluhan yang dirasakan boleh mas, selain itu apa lagi. AD terhadap penangann di J : Yaudah mbak, wis akeh to mau GPSY merupakan permasalahan yang lumrah yang tak sebutin. Hahaha (umum) terjadi di manapun. W43 T : Yasudahlah saiki tolong AD terlihat bersemangat ceritakan tentang Siloam menurut dalam apa yang kamu rasakan. kerinduannya J : Oyoyo. Siloam bagiku itu GPSY. rumah kedua mbak, dapet temanteman yang luar biasa, kakakkakak mentor yang selalu menguatkan aku punya keluarga yang baik. Masih rindu suasana Siloam, trus kadang kangen pas di Siloam pas lagi terapi kumpul sama temen-temen ngono mbak, kangen gitaran pas sore-sore sama kakak mentor, beribadah. kangen pas menceritakan terhadap 415 W44 T : Terus apa lagi pengalaman GPSY membuat AD berharga yang kamu dapet dari mendapatkan pengalaman Siloam? J : dan Banyak mendekatkan AD mendapatkan kepada Tuhan. pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak. W45 T : Oiya sebelum di Siloam pernah Sebelum dirawat di GPSY dirawat dimana aja mas? AD pernah dirawat di J : Saya itu pernah di dokter siapa beberapa rumah sakit jiwa itu aku lupa namanya, magelang aku juga di dan panti rehalibilitasi. pernah terakhir itu di Bethesda. W46 T : Walah banyak juga ya, la pas Perawatan yang dijalani dirawat disana ada perubahan nggak AD mas? sebelumnya hanya menggunakan obat-obatan. J : Ya ada tapi kan sebelumnya perawatannya cuma pake obatobat aja. W47 T : La pebedaan nya sama di Siloam Perawatan di GPSY tidak apa mas? Menurut kamu paling hanya melalui obat-obatan efektif dimana? tetapi juga J : Beda mbak, kalau dulu itu terapi-terapi cuma obat aja suruh minum, mendukung kalau disini (Siloam) itu dikasih pemulihan. terapi-terapi tentang penjelasaan obat-obatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat diberikan lain yang proses 416 jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat. W48 T : Berguna gimana mas? Terapi Holistik tidak J : Kaya terapi rohani itu kan hanya menyentuh aspek membuat kita semakin dekat medis, tetapi juga aspek dengan Tuhan kita jadi tenang psikis dan sosial AD. dalam menghadapi masalah, ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah. W49 T : Okee apa lagi? Ada perubahan J : Ehmm ya utama itu keluarga keluarga kearah jadi berubah sikap nya, nggak setelah sikap positif diberikan kaya dulu lagi lebih pengertian konseling keluarga yang dan nggak suka berantem, merupakan bagian dari keributan atau bikin onar lagi, lah Terapi Holistik. itu yang dirumah utama kan ya mbak jadi nggak kaya neraka koyo ndek jaman mbiyen neh. Hahahaha. W50 T : Hahaha yaudah sementara cukup AD sekian dulu, besok lagi ya. ketersediaanya J : Siap mbak, tinggal ngomong peneliti wae. menyatakan ketika membutuhkan informasi lebih lanjut. 417 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara Kedua dengan Narasumber Sekunder Kelima (F2/W1- W19) Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Juni 2013 Waktu : 11.15 – 12.00 WIB Tempat : Rumah AD di Gunung Kidul Interviewee : AD Interviewer : Kpw Wawancara kepada AD dilakukan di rumah AD, Wonosari Gunung Kidul. Wawancara dilakukan sebelum interviewer melakukan wawancara kepada keluarga (ibu) AD. Wawancara ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia. Awal pembicaraan dibuka dengan permintaan ijin wawancara kepada AD oleh interviewer, kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan ringan. Wawancara dimulai ketika AD telah terlihat siap untuk melakukan wawancara. Kode F2 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Haloo mas gimana kabarnya hari Semua ini? jenis dalam Terapi Holistik J : Baik mbak, barusan bangun bermanfaat. tidur ni. W2 T : Jam segini baru bagun to? Aku mau tanya ini manfaat terapi-terapi yang diberikan Siloam yang berguna buat mas AD sampe sekarang itu apa aja? J : La capek kok mba, semalem aku lembur skripsi. Hehehe. Ya semua terapi 418 terapi bermanfaat kaya e mba. W3 T : Sama kalau lembur skripsi. Heheh. Terapi Rohani Coba dijelaskan terapi nya apa terus mendekatkan AD manfaatnya apa, kan ada tiga terapi kepada Tuhan to? Kaya terapi medis, terapi rohani, sehingga terapi sosial. Coba jelasin sat uterus meningkatkan sama manfaat yang masih mas AD resiliensi AD. rasakan sampe sekarang. J : Terapi rohani itu kan ada PA, kebaktian, ayat hapalan, doa pagi malam, renungan. Semua itu membuat aku menjadi lebih dekat dengan Tuhan, lebih menguatkan aku kalau lagi ada masalah, setiap permasalahan itu datangnya dari Tuhan jadi berserah aja mbak. W4 T : Apa lagi manfaat dari terapi rohani Terapi yang mas AD rasakan? Rohani memberikan self J : Ehmm…. aku lebih mengenal suggestion. Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa. W5 T : Seneng mas pas menjalani terapi Melalui terapi rohani rohani? AD mampu J : Seneng to mbak, kan aku dapet menyalurkan giliran itu disuruh mimpin doa, apa kesenangannnya disuruh kasih ceramah la itu aku terhadap pengetahuan seneng jadi bisa menyampaikan agama. pengetahuan tentang agama ke orang lain, ya bisa tersampaikan kesenanganku untuk 419 menyampaikan firman Tuhan, terus didengan orang lain ya semoga aja bisa bermanfaat. W6 T : Kalau dari terapi medis nya apa Kegiatan dalam terapi aja, terus manfaat yang mas AD medis berkaitan rasakan sampai sekarang apa? kesehatan dengan J : Medisnya itu ya cek kesehatan, secara fisik. konseling kesehatan, apa lagi ya pemeriksaan rutin. W7 T : Efek yang mas AD rasakan setelah Obat-obatan minum obat apa? yang diberikan dalam terapi J : Badannya enak, emosi jadi medis mengurangi dan terkontrol tidak mudah marah, menghilangkan gejala kalau nggak minum obat aku tuh positif rasanya galau, liat orang dan gejala kie negatif skizofrenia. bawaannya curiga terus. Ya stabil kalau minum obat. W8 T : Sampai sekarang masih minum Obat-obatan obat ya? Kalau nggak minum gimana? tetap diminum untuk J : Masih terus jalan obatnya, kalau menjaga kondisinya nggak minum ya pusing, gelisah, supaya tetap stabil. perasaannya nggak tenang. W9 T : Siapa yang nyuruh atau AD mengingatkan minum obat? memiliki kesadaran pribadi dan J : Aku sendiri to mbak, nggak ada respon postif terhadap yang nyuruh lah. Aku wis merasa pengobatan. kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku. W10 T : Ya bener itu,,, La kalau terapi Terapi sosial 420 sosial manfaat nya buat kamu apa? mengajarkan J : Terapi sosial itu ya membuat aku ketrampilan semakin percaya bersosialisasi diri, sosial diajari sehingga AD mampu kembali ke melakukan interaksi masyarakat, ya walaupun orang sosial stress itu kan kadang dengan susah lingkungan. diterima di masyarakat la Siloam itu mengajarkan untuk berani dan percaya diri buat bergaul sama msayarakat. W11 T : Dulu mas AD gimana sih Sebelum hubungannya sama masyarakat? Terapi diberikan Holistik AD J : Pemalu aku ini, minderan karena cenderung menarik diri aku merasa sakit to. Sekarang aku dari pergaulan sosial. wis aktif kegiatan gereja trus kegiatan masyarakat aku yo melu. Ternyata ora seburuk yang dibayangkan. W12 T : La emang yang dibayangkan Setelah gimana? menjani perawatan J : Ya ternyata aku bisa diterima Terapi dengan Holistik masyarakat, kuncinya itu harus PD merasakan AD adanya dulu kan aku rendah diri, tapi di kepercayaan diri dan Siloam diajarkan untuk selalu PD kebermaknaan hidup. nggak boleh merasa rendah diri semua orang derajat sama di mata Tuhan. W13 T : Khotbah-khotbahnya masih nggak AD sekarang? mampu menyalurkan hobinya J : Yo masih to mbak, tapi sekarang ke kegiatan yang 421 kan kalau khotbah aku digereja, bermanfaat. opo jadi pembicara pas PA, persekutuan remaja. Dadi yo ora khotbah-khotbah dewe. W14 T : Kalau perubahan pada keluarga Terjadi yang mas AD rasakan apa? perubahan sikap keluarga kearah J : Pada keluarga itu ya,dulu suka yang positif. pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak. W15 T : Kalau manfaat yang berkaitan GPSY membantu dengan permasalahan pendidikan apa merencanakan mas? Katanya kan sekarang kuliah to? mengusahakan J : Ya kak Alfred itu membantu depan AD dan masa pasca sekali mbak kalau masalah sekolah, perawatan. itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah. W16 T : Mas AD kuliah dimana to? Terus AD tidak mengalami selama menjalani kuliah mengalami kesulitan yang berarti kesulitan nggak? dalam menjalani J : Aku kuliah di Asmi Santa Maria, pendidikannya. ya ambil jurusan public relation 422 W17 W18 W19 dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugase mbak. Hahahah. T : Lah dulu disuruh ortu dimana mas? J : Dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, hubungan publik gitu lah mbak yang kayaknya keren terus menyenangkan pelajarannya bisa menyalurkan kesenangan berbicara secara umum ke masyarakat. Hehehe. T: Ooohhh gitu la kalau menurut mas AD penanganan yang diberikan Siloam efektif nggak? J : Yo efektif mbak sampe sekarang itu terasa manfaatnya membekas itu pelajarannya, ya minimal bisa mengatasi diri sendiri lah mbak. terus kalau ada masalah ya berat gitu trus nggak bisa mengatasinya aku telp kak Ngisty nanti dibantu cari solusinya. Terus aku bisa kuliah ini kan berkat mentor nya juga to mbak, ya puji Tuhan lancar tekan saiki iku kan yo bantuane kak Alfred, mentor ku. T: Yaudah ya mas, makasih J : Yoi mbak AD memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya. Terapi Holistik efektif dalam menangani skizofrenia pada AD. 423 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara dengan Narasumber Sekunder Keenam (G1/W1- W35) Hari/tanggal : Sabtu, 29 Juni 2013 Waktu : 12.10 – 13.15 WIB Tempat : Rumah SY di Gunung Kidul Interviewee : SY Interviewer : Kpw Wawancara terhadap keluarga mantan pasien (Ibu AD) yaitu Sumiyati (SY) berlangsung di ruang tamu rumah AD yang beralamatkan di Gunung Kidul. Wawancara dilakukan setelah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dari wawancara yang akan dilakukan peneliti. Proses wawancara berlangsung santai, SY terlihat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peneliti, sesekali SY mengobrol dengan AD yang juga berada di ruang tamu. Kondisi ruangan saat itu cukup tenang sehingga wawancara dapat berlangsung dengan kondusif. Kode G1 Hasil Wawancara W1 Analisis T : Selamat siang bu, saya wulan. Maaf SY menyatakan mengganggu waktu ibu, jadi gini bu kesediaanya saya mau wawancara sama untuk ibu diwawancara. mengenai mas AD. J : Oh ya mbak, AD juga kemaren sudah bilang kalo mbak wulan mau kesini. Silahkan mbak apa yang mau ditanyakan. W2 T : Gini bu, bagaimana kondisi mas Kondisi AD pada saat AD waktu pertama kali di bawa ke dibawa ke GPSY 424 Siloam? menunjukan J : Pertama kali itu ya murung positif dan gejala gejala mbakk, murung terus diem, kaya negatif skizofrenia. orang kebingungan, mondar mandir gelisah terus suka itu loh mbak kaya berkotbah tapi itu sambil teriakteriak. Nggak tau itu apa yang dipikirkan, kadang ya marah-marah tanpa sebab. Tapi ya sering nya murung terus, kami semua juga heran. Hehehe W3 T : Hehehe. La itu murung nya mas AD Faktor pemicu seperti apa bu? Ibu pernah menanyakan skizofrenia pada AD sama mas AD nggak ada masalah apa? J : Murung nggih adalah murung psikososial menyendiri itu mbak, ngak mau gaul permasalahan terus dolan sama temen-temennya berkaitan stressor yaitu yang dengan itu nggak mau mbak. Kalo masalah keluarga, permasalahan itu kan mbak nya AD menikah sama percintaaan dan konflik suaminya, karena beda agama lalu dengan teman sekolah. mbak nya pindah agama. AD seperti nggak bisa menerima kaya nya gitu mbak. W4 T : Selain ibu masalah yang dialami apa lagi bu, yang ibu ketahui? J : Masalah cinta-cintaan juga itu mbakk, pernah suka sama perempuan, temenya tapi ya nggak cocok njuk dia Masalah sekolah patah hati juga, to. dia 425 penjurusan tapi nggak suka sama temen satu kelasnya, temen baik nya dia kan beda kelas sama dia. Jadi masalahnya itu ya pas kebetulan bersamaan mbak. W5 T : Hehehe. La ibu akhirnya kok Alasan keluarga memutuskan untuk membakwa mas membawa AD ke AD ke Siloam itu kenapa bu? Ibu dapat GPSY karena keluarga informasi tentang Siloam dari siapa? J : Kerena AD ini berkotbah-kotbah, sudah tidak mampu kan suka (kewalahan) menangani ceramah- AD. ceramah tentang agama. Dia ini mengenai Informasi GPSY punya banyak sekali buku-buku diperoleh keluarga dari agama mbakk sing menurut saya tetangga. niku dereng jangkauane dia, dadi niku neg wis teng TPK (Toko Buku Kristen) buku-buku sing onten hubungane kalih agama ditumbaksi mbakk, macem-macem bukune sak okeh e niko tentang kerohanian kabeh, ngko neg wis ngonten trus khotbah-khotbah sembarang katakata sing wonten teng buku niku diucapke mbuh mboten genah. Jadi saking mriku kulo jadi kepikiran untuk membawa AD ke tempat yang memang memiliki basis agama sing onten hubungan e kalih agama ben iso sekalian mengarahkan AD, lalu setelah cari-cari terus onten tetangga 426 desa itu ngandani kalau saudaranya dulu juga kaya AD gini malah lebih parah, terus setelah di rawat di Siloam sembuh, dari situ saya sama keluarga nyari info tentang Siloam lalu kami bawa AD kesana. W6 T : Oh gitu nggih bu, kondisi AD yang Keluarga merasa kaya dengan gitu mengganggu keluarga ternganggu mboten bu? kondisi AD yang J : Mengganggu mbak, nate kulo niku menunjukan gejala seharian dikurung teng njero kamar. positif gejala dan Jadi seharian itu saya dikamar negatif skizofrenia. disuruh mendengarkan dia khotbah. Saking isuk tekan sore niku mbak, neg mboten dituruti ngamuk. Lalu setelah dia kan capek khotbah baru saya itu boleh keluar. Wis mbok rungoke bu, ya wis kono metu. hahaha. W7 T : Hahaha. Wah sampe segitu ya bu, AD tidak menujukan hehehe. Kalau perilakunya agresif tidak perilaku agresif yang bu, misal memukul orang atau melukai orang lain. mencelakai orang? J : Tidak mbak tidak, ya cuma dia itu sibuk dengan pikiranya yang kula mboten pemikirane ngerti niku. kados Kadang nopo nggih teriak-teriak, marah-marah sendiri tapi tidak sampai terus melukai orang lain. 427 W8 T : Yang membawa AD ke Siloam AD dibawa ke GPSY siapa bu? oleh keluarga. J : Saya sama bapak terus adiknya. W9 T : Lalu penanganan pertama yang Prosedure penanganan diberikan pihak Siloam itu apa bu? AD yang pertama kali J : Ya AD dibawa masuk, saya nggak dilakukan GPSY adalah boleh itu mbak ikut masuk, ya jadi anamnesa saya itu cuma nunggu diruang tamu. wawancara melalui dengan W10 T : Berarti tidak boleh masuk sampai keluarga pasien. kedalem ya bu? J : Ya mboten mbak, keluargane AD tenggo teng mriki mawon nggih mangke neg ditreke ndak AD nyuwun wangsul. Yasudah kami nggu teng ruang tamu mbak. W11 T : Tindakan yang dilakukan Siloam pada keluarga AD pas mengantar itu gimana mbak? J : Di wawancarai mbak, itu kenapa AD kok gitu. Ditanyai onten masalah nopo ya saya jelaskan permasalahanpermasalahan yang saya tau, trus ditanyai Eyang itu mbak dari pengobatan nya AD sebelumnya, Pak Alfred ya nanya tentang agamaagama, AD rajin ibadah atau nggak ya ditanya macem-macem wong itu lama kok mbak wawancaranya, dimintai keterangan macem-macem. W12 T : AD dirawat di Siloam berapa lama Pasca perawatan di 428 bu? GPSY AD sempat J : 4 bulan mbak, terus pulang itu mengalami sekitar 6 bulan kambuh lagi terus kekambuhan dibawa kesana lagi tapi dan cuma selanjutnya kembali di sebentar sekitar 2 bulanan mbak. rawat di GPSY, namun waktu perawatan yang kedua relative singkat. W13 T : Selama AD dirawat keluarga jenguk Keluarga tidak nggak bu? La itu kok bisa kambuh diinjinkan kenapa? pasien menjenguk dalam jangka J : Waktu dua bulan itu tidak boleh waktu tertentu. dijenguk, katanya nanti AD malah kepengen pulang tapi setelah dua bulan baru boleh dijenguk. Itu kambuh kan ya karena tidak rajin minum obat, terus waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak lulus SMA mbak sedangkan teman-teman segeng nya itu kan pada lulus, AD itu malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal bapak ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentingan-slentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau keluar-keluar mbak, malu to. W14 T : Oh gitu bu, la waktu ibu sudah Gejala positif boleh jenguk AD di Siloam kondisi nya gejala gimana bu? skizofrenia dan negatif sudah J : Ya sudah banyak perubahan berangsur hilang setelah 429 mbak, dulunya kan cuek, pendiam menjalani itu waktu dijenguk sudah baik, dengan perawatan menggunakan peduli gitu ya ngobrol. Terus itu Terapi Holistik. mbak dia udah ga khotbah-khotbah lagi katanya malu. Hahaha W15 T : Perkembangannya bAD ya bu? AD menunjukan J : Bagus mbak, saya liat AD juga perkembangan yang sudah baik komunikasinya, mata baik pada terutama nya itu sudah ada kontak kalau dulu kemampuan kan murung terus. komunikasi dengan orang lain. W16 T : Sebelum dirawat di Siloam AD Sebelum pernah dirawat dimana bu? GPSY dirawat AD J : Sebelum di Siloam itu pernah di dirawat di pernah di beberapa dokter Soerojo itu to mbak, dirawat rumah sakit jiwa dan disana 5 bulan mboten cocok mbak, panti rehabilitasi tetap mawon khotbah-khotbah nya mental, namun tidak terus lanjut. Padahal obatnya itu menunjukan adanya mahal, satu minggu 750 ribu, itu perkembangan yang hanya satu minggu bayangke mbak. baik sehingga keluarga Terus saya bilang sama bapaknya memutuskan tidak usah diteruskan la wong tidak membawa untuk AD ada perubahannya. Habis itu saya GPSY, ke sejak bawa ke Bethesda mbak, disana mendapatkan perawatan dikasih obat. Lumayan mendingan di GPSY dengan tapi ya masih sering khotbah, terus menggunakan AD juga susah banget kalo disuruh Holistik Terapi kondisi AD minum obat, ngeyel banget sampe berangsur-angsur saya kewalahan mbak kalau nyuruh menunjukan AD. Ya akhirnya kambuh lagi. Terus perkembangan kearah 430 saya bawa ke rehabilitasi di yang positif. Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la piye iki. W17 T : La itu AD kalau kambuh gimana bu? J : Ya murungnya, kaya kebingungan. Khotbahnya masih itu mbak. Itu minum obat nya 6 macam, kalo habis minum obat baik mbak, tenang tapi nanti kalo waktunya minum nggak minum kumat lagi mbak, Jadi ketergantungannya sama obat tinggi banget. Terus akhinya ya itu saya bawa ke Siloam, dirawat disana, dan sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalo nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak. W18 T : Tapi tetep harus minum obat kan Pasca bu? perawatan di GPSY 4 tahun yang J : Minum mbak, tapi obatnya lalu, AD tidak murah kalo di Siloam sebulan itu 100 mengalami ribu, tapi ya buktinya kok baik-baik kekambuhan aja sampai sekarang sudah dari Mei sampai saat ini. 2009 itu kan berarti udah 4 tahun hingga 431 lebih AD dirumah. W19 T : Mungkin neg teng mriko kan obat Perkembangan kondisi to bu penangane dados mboten diajari AD kados doa, terus terapi-terapi ngoten.? yang semakin membaik setelah J : La iya mbak betul, la AD ini kan menjalani perawatan di diparingi terapi-terapi, neg GPSY perlu dikarenakan kados teng Siloam niku kan onten Terapi Holistik tidak terapi rohani dadi tersalurkan ngoten semata-mata loh mbak sing sering khotbah tapi hanya khotbah- menangani aspek fisik penyalurane ke berupa pemberian obat- kegiatan-kegiatan rohani kaya PA obatan tetapi (pendalam Alkitab), diskusi-diskusi mencangkup juga seluruh rohani dadi bener penyalurane, terus aspek kehidupan AD. minta kesembuhan sama Tuhan itu penting sekali, menyerahkan setiap permasalahan kepada Tuhan itu menyebabkan AD lebih bisa menerima kondisinya. Lebih dewasa menyikapi permasalahan mbak, kegiatan e kan kathah to njuk terslimur dadi mboten onten waktu ngge murung, ngalamun. Pokoke diken mbak Ngisty AD diawasi ampun nganti bengong diusahkan kegiatannya tiap hari ada. Banyak perubahan kearah yang positif mbak, AD itu sampai sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif nderek kegiatan-kegiatan gereja. W20 T : Kalau perlakuan dari pihak Siloam GPSY melakukan 432 yang diberikan ke keluarga itu ada kunjungan ke keluarga nggak bu? (home visit) J : Ada mbak ada, ya itu kaya konseling dan keluarga kunjungan ke sini. Bu Esther sama kepada keluarga AD. mbakk Ngisty itu yang sering kesini. W21 T : Terus pas kunjungan itu Bu Esther sama mbak Ngisty ngapain aja bu disini? J : Ya memberi pengarahan, pengarahan- nasihat-nasihat. Apalagi kan pas AD kambuh lagi itu keluarga bener-bener kaya dikasih kuliah mbak.hehehe. Dikasih banyak banget nasihat-nasihat. W22 T : Konseling gitu ya bu? Nasihat kaya Konseling apa bu itu? keluarga yang diberikan pihak J : Iya iya konseling, Wah ya banyak GPSY kepada keluarga banget mbak, ya intinya itu berupa pemberian bagaimana keluarga harus bersikap, pemahaman terhadap menangani AD, istilahnya keluarga keluarga tentang itu harus ngemong. Jadi bukan bagaimana skizofrenia yang harus mengerti harus keluarga bersikap dan keluarga tetapi kelurga yang harus peranan penting Keluarga keluarga dalam mengerti Skizofrenia. harus tau benar apa yang dimaui menangani AD. AD, neg iso ojo gawe kagol mbak, misalnya AD lagi mau tidur ya wis biarkan jangan terus dioprak-oprak biarkan dia tidur semau dia, sak tangine. Tidak bisa terus 433 diperlakukan kaya orang yang normal seutuhnya, wayahe tangi kudi tangi. Banyak banget wejanganwejangannya mbak. Hehehe W23 J : Manfaat yang keluarga dapet dari Manfaat dari pemberian konseling itu apa bu? konseling keluarga T : Ya banyak mbak manfaatnya, yaitu keluarga kan kita jadi tau piye to menghadapi memperoleh orang yang sakit seperti AD ini. Dulu pengetahuan dan bapak nya itu sering marahi AD pemahaman tentang gara-garane AD itu kan orang nya cara penanganan memang susah dinasehati seringe skizofrenia sehingga ngeyel, la terus dikasih tau sama bu terjadi perubahan pada Esther jangan terlalu sering lah pola-pola interaksi memarahi AD nanti malah AD maladaptive dalam kumat lagi, karena AD ini kan sakit keluarga yang mampu jadi jangan mengharap, terlalu istilahnya banyak memicu terjadinya menuntut kekambuhan kembakli banyak AD buat ini itu. Bapaknya (relaps). kan guru SLB to mbak, dadi neg ngandani kie dibolan baleni la AD ga suka membantah lah dia, bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalo mau marah ditahan mbak, trus kalo nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalo gitu.hehehe W24 T : Lalu apa lagi bu? Home visit dan J : Waktu itu juga pak Alfred konseling keluarga juga 434 membakntu AD untuk mengurus berperan dalam paket C, mencarikan sekolahnya merencanakan dan juga supaya AD bisa sekolah. Pak mempersiapkan masa Alfred itu mondar mandir sana sini depan pasca AD ya buat ngurusi sekolahnya AD, perawatan. pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya orang tua tinggal mendukung saja, pokoknya demi kebaikan kita dukung, awalnya mau saya suruh ke sekolah agama theologi tapi dia pengennya ke public relation ya sudahlah kita sekarang puji turuti ya Tuhan sampe berjalan lancar, ya bisa mengikuti. W25 T : Perubahan perilaku apa bu yang Terjadi berubah dalam keluarga dilakukan konseling keluarga? setelah perilaku perubahan keluarga kearah positif terhadap 435 J : AD ini kan nggak suka to mbak AD setelah diberikan kalo ada orang gemerah padu. Itu konseling keluarga. harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak. W26 T : Ehmmmm gitu… Kalau manfaat Manfaat secara pribadi yang dirasakan keluarga secara pribadi yang dirasakan keluarga apa bu dari proses konseling keluarga? setelah diberikan J : Keluarga jadi tau to mbak tentang konseling keluarga skizofren, dulunya kan nggak tau. yaitu keluarga Terus kalo ada apa-apa kita bisa memperoleh setiap saat menghubungi Siloam, pemahaman saya telp atau pak Alfred yang telp, skizofrenia sampai sekarang masih tentang dan cara contek- penangannya serta contekan mbak. Jadi kalo ada apa- GPSY menjadi sumber apa yang keluarga belum tau itu informasi bagi keluarga langsung saya tanyakan, pokoknya apabila keluarga keluarga juga punya tanggung jawab mengalami kendala buat menjaga mbak supaya AD selama proses tidak kambuh. Jadi ada tempat yang perawatan AD di bisa dijadikan sumber informasi, ya rumah. bisa kami tanya-tanyai tentang AD. W27 T : Kalau dulu proses kunjungan dan Home konseling ke keluarga berapa kali bu? visit dan konseling keluarga J : Kalau dulu itu yang rutin sebulan dilakukan sebulan sekali waktu AD masih disana tapi sekali dan sesuai 436 pas sudah pulang kalau kelurga kebutuhan keluarga. butuh tinggal telpon nanti dari Siloam kesini atau kelurga yang ke Siloam. W28 T : Hubungan keluarga sama Siloam Hubungan antara sampai saat ini masih terjalin baik ya keluarga dengan pihak bu? GPSY masih terjalin J : Ya iya mbak, masih. AD kan tiap baik sampai sekarang. bulannya masih kesana juga ambil obat, jadi komunikasi tetep terus berjalan. W29 T : Kalo perubahannya AD saat Perubahan yang sebelum dirawat dengan sekarang apa dirasakan bu? kelurga setelah AD menjalani J : Itu dulunya kalo ada orang perawatan jagongan, kumpul-kumpul dengan apa menggunakan Terapi orang ngobrol-ngobrol diluar itu dia Holistik yaitu AD lebih nggak mau keluar rumah, diem aja membuka diri terhadap pokoke dirumah terus. tapi pergaulan sosial sekarang ini udah senang dolan- lingkungannya dolan malah lali mulih barang terlibat berbagai mbakk.hahah W30 T : Terus apa lagi perubahan yang AD gereja. alami yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya? J : Ya sekarang aktif dalam kegiatan gereja mbak, kalo malam minggu itu PA (pendalaman Alkitab), terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anakanak remaja itu kalo males ikut aktif di serta dalam kegiatan 437 kegiatan-kegitan gereja itu AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja malesnya minta ampun senengnya dirumah terus. W31 T : Kalau tanggapan tetangga-tetangga Hubungan AD dengan gimana bu? masyarakat sekitar J : Ya sudah baik sekarang, dulu itu terjalin dengan baik. kan AD kalo ada tetangga-tetangga ngobrol-ngobrol itu dia bilang kae ngrasani aku yo, ngoten. curigaan mbakk. Sekarang kan udak enggak itu, udah mau menyapa ikut kumpul-kumpul ya tetangga udah bersikap biasa sudah dianggap sembuh jadi ya nggak ada masalah. W32 T : Kalau tanggapan ibu mengenai Terapi Holistik dirasa terapi yang dilakukan Siloam terhadap efektif AD gimana bu? Efektif nggak bu? dalam menangani skizofrenia, J : Bagus ya, kalau menurut saya karena tidak pribadi efektif sekali mbak, karena penanganan hanya melalui ini to mbak penyembuhannya bukan pemberian obat-obatan cuma pake obat tapi AD juga diajari tetapi juga menangani berbagai hal seperti kerohaniannya setiap aspek kehidupan juga dibangun lalu bagaimana ia pasien. diajari untuk bersosialisasi terus yang penting juga keluarga nya diberi semacam penguatan untuk tetap sabar menghadapi AD. W33 T : Kalau proses kunjungan dan Kedekatan yang terjalin 438 konseling keluarga ini efektif nggak antara bu? pihak GPSY dengan keluarga J : Ini malah yang penting menurut melalui konseling saya mbak karena kedekatan dengan keluarga dirasakan SY keluarga ini bagus sekali mbakk, sangat efektif karena karena biasanya keluarga itu kan keluarga tidak tahu bagaimana memperoleh harus informasi mengenai menangani pasien jadi bimbingan cara menangani pasien yang diberikan bermanfaat untuk Siloam ini skizofrenia mengajarkan keluarga dan memiliki keluarga dalam ngadepi AD, kuncine sumber informasi yang kudu sabar lan ngemong mbakk. berkaitan dengan Terus ini to mbak keluarga jadi tahu pemulihan AD. kemana harus mencari informasi yang berhubungan dengan AD, kalau AD mau error harus gimana, ya jadi punya tempat yang bisa dijadikan sumber informasi sampai sekarang ini walaupun udah 4 tahun AD keluar. Ini penting sekali dan efektif mbakk, sangat bermanfaat terutama buat keluarga pasien. W34 T : Lalu apa lagi bu? Kefektifan J : Keefektifan yang lain itu pada Holistik Terapi dalam poin perencanaan masa depannya menangani skizofrenia AD ya mbak, jadi nggak terus keluar yaitu dengan adanya ditinggal prung ngono wae, tapi ya orientasi dipikirkan setelah keluar dari kehidupan terhadap jangka Siloam itu rencana selanjutnya mau panjang pasien berupa gimana. Ya AD sudah bisa berhasil perencanaan dan 439 kuliah itu tidak lepas dari campur persiapan masa depan tangan mentornya mbak, ya itu pasien pasca perawatan. manfaat jangka panjang yang berkaitan dengan masa depannya AD. Itu kan bagian dari terapi di Siloam juga mengarahkan rencana kedepannya pasien setelah dipulangkan. Ya atas dasar alasan itu makanya saya katakan apa yang dilakukan Siloam efektif dalam menangani anak saya ini sampai sekarang. W35 T : Makasih banyak ya bu buat informasinya. J : Ya bermanfaat. mbak, semoga bisa 440 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara dengan Narasumber Sekunder Ketujuh (H1/W1-W10 ) Hari/Tanggal : Kamis, 30 Mei 2013 Waktu : 11.40 – 12.00 WIB Tempat : Warung Ijo, Godean, Yogyakarta Interviewee : MR Interviewer : Kpw Keterangan : Warga sekitar GPSY Wawancara dilakukan pada pukul 11.40 WIB di Warung Ijo yang berlokasi 100 meter dari GPSY, wawancara dilakukan kepada seorang pemilik warung tempat pasien GPSY biasa berbelanja. Wawancara dilakukan tanpa sepengetahuan responden, dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dikarenakan untuk mengantisipasi munculnya perasaan malu sehingga justru responden tidak mau melakukan wawancara. Responden adalah perempuan paruh baya berumur sekitar 50 tahun, berkulit sawo matang dan berambut ikal. Responden adalah penjual yang biasa melayani pasien GPSY ketika berbelanja. Interviewer datang ke warung tanpa ditemani siapa-siapa dengan maksud membeli jajan hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kecurigaan pada diri responden. Wawancara dilakukan setelah Interviewer sambari responden mengambil jajan yang diminta Interviewer. Kode H1 W1 Hasil Wawancara Analisis T : Bu pasien Siloam sok Warung tumbas teng mriki nggih? MR warung langgganan pasien ketika berbelanja. Bu pasien Siloam sering belanja merupakan 441 disini ya? J : Iyo mbak, langganane ning kene, la mbak e seko endi? Iya mbak, langganan disini, mbak dari mana? W2 T : Kula mahasiswa niki taksih MR sudah terbiasa penelitian teng Siloam bu, la berinteraksi dengan pasien nopo ibu mboten wedi neg GPSY pasien e tumbas teng mriki? sehingga tidak merasa takut. Saya mahasiswa penelitian di Siloam, ibu apa tidak takut dengan pasien yang sering beli disini? J : orak mbak wong wis biasa, la pirang sasi penelitian ning Siloam? Tidak mbak, karena sudah terbiasa, mbak berapa bulan penelitian di Siloam? W3 T : Niki taksih setunggal Pasien yang berbelanja ada setengah bulan bu, la pasien e sudah kooperatif niku neg tumbas matur e pripun beberapa bu? Ini masih satu setengah bulan, kalau pasien beli disini bilang gimana bu? kooperatif. masih tetapi belum 442 T : Oh ngono, yo kadang ono sing langsung mgomong meh tuku opo po opo, tapi yo sering mung meneng tok trus tak takoni meh tuku opo mba utawa mas, rupane bingung terus tak kon kono mbalik neh dicatet opo sing meh dituku terus mbalik catetan neh njuk njupuk mrene neh.hahaha Oh begitu, ya terkadang ada yang langsung bicara mau beli apa, tetapi sering juga yang cuma diam lalu saya tanya mau beli apa mas atau mba, wajahnya malah bingung terus saya suruh pulang lagi dan dicatat apa yang mau dibeli kemudian setelah itu kesini lagi. Hahaha W4 T : Oh onten sing koyo ngoten Pasien yang belum stabil nggih bu, tapi biasane sing pada saat keluar GPSY sampun waras to sing angsal untuk berinteraksi dengan medal tumbas jajan? warga mentor. Oh ada yang kaya gitu ya bu, tapi biasanya yang sudah waras saja kan ya boleh keluar beli didampingi oleh 443 jajan? J : Yo ora mba, kadang yo ono sing durung waras yo mrene, tapi biasane dikancani karo mbak utawa mas e neg ora yo kancane, wedi neg mlayu paling mba soale kan durung mudeng pasien nembe kui paling. Ya tidak mbak, kadang juga ada yang belum waras juga kesini, tapi biasanya ditemenin sama mba atau mas kalau tidak ya sama temannya, takutnya nanti malah kabur soalnya belum paham kan pasien baru biasanya. W5 T : La ibu mboten wedi nopo? MR tidak takut karena sudah terbiasa berinteraksi dengan Ibu tidak takut? pasien. J : Ora wedi to mbak la wong wis biasa srawung trus yo kulino wira-wiri mrene. Tidak takut mbak, soalnya sudah biasa bergaul dan biasa kesini. W6 T : Sok onten pasien sing kabur Meskipun pasien dibiarkan 444 mboten bu? keluar GPSY tetapi tidak ada pasien yang kabur. Pernah ada yang kabur tidak bu? J : Mbiyen kae tau, tapi saiki aku ra tau krungu utawa ngerti ono sing mlayu meneh mbak. Dulu pernah ada, tapi sekarang tidak pernah dengar atau mengetahui kalau ada yang lari lagi. W7 T : La neg menurute e MR tidak keberatan dengan njenengan onten panti teng kegiatan terapi di GPSY mriki nganggu mboten bu? Kan yang pasien e sok medal-medal to? Kalau menurut ibu keberadaan panti di sini mengganggu tidak? Kan pasien sering keluar- keluar? J : Neg aku ra tau masalah kok mba, wong pasien e yo ora ganas koyo neg wong edan ning dalanan kae, neng kene resik-resik klambine. Kalau saya tidak masalah mbak, soalnya pasien tidak melibatkan dengan masyarakat. pasien 445 ganas seperti dijalanan, orang disini gila bajunya bersih-bersih. W8 T : La neg pasien medal-medal Masyarakat sekitar GPSY ngoten mboten medeni warga mampu liyane to bu? keberadaan menerima pasien tengah-tengah masyarakat. La kalau keluar-keluar gitu tidak menakutkan warga lainnya bu? J : Sakngertiku warga yo wis ngerti kok mba, yo neg metumetu kui kan malah apik iso kenal warga dadi ben do ngerti wong edan kie ora kabeh medeni, la sok ono sing melu kenduri barang opo syukuran kan kono perwakilan diundang ngko petugas e ngajak pasien. Sepengetahuan saya warga sudah tahu kok mbak, ya kalo keluar-keluar seperti itu kan malah bagus jadi warga tahu kalau orang gila tidak semuannya menakutkan, la terkadang ada yang ikut kenduri atau syukuran kan dari sana perwakilan diundang nanti ada pasien di 446 yang ikut. W9 T : Berarti warga pun terbiasa Mayarakat tidak merasa nggih bu neg onten pasien takut dengan pasien GPSY. medal-medal, pun mboten wedi nggih?? Berarti warga sudah terbiasa ya bu dengan pasien yang suka keluar-keluar gitu, sudah tidak takut lagi? J : Yo ora mbak wong ra medeni, neg sing during waras kan ra oleh metu-metu, neg metu yo dikancani petugase. W10 Ya tidak mbak, kan tidak menakutkan kalau yang belum waras kan ya tidak boleh keluar-keluar kalau keluar juga ditemani petugasnya. T : Oh mekaten, nggih sampun bu tak wangsul riyen matur nuwun nggih. Oh begitu, yasudah bu terimakasih saya mau pulang dulu. J : Yo mbak, nyabrange ngatiati motor do sok banter-benter le do numpak. Iya mbak, menyeberangnya hati-hati banyak motor ngebut. 447 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Wawancara dengan Narasumber Sekunder Kedelapan (11/W1-W8 ) Hari/Tanggal : Jumat, 9 Mei 2013 Waktu : 10.10 – 10.25 WIB Tempat :Rumah AT, Godean, Yogyakarta Interviewee : AT Interviewer : Kpw AT merupakan warga sekitar GPSY yang rumahnya sering dilalui oleh pasien GPSY ketika jalan-jalan. Wawancara dilakukan tanpa sepengetahuan AT. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya perasaan malu sehingga justru responden tidak mau melakukan wawancara, sehingga proses wawancara yang berlangsung hanya berupa obrolan ringan sembari berdiri. Kode I1 Hasil Wawancara Analisis W1 T : Bu, kalau misalnya pasien-pasien AT tidak merasa takut Siloam pada jalan-jalan gini ibu takut dengan nggak si? keberadaan pasien GPSY. J : Enggak lah mbak kalau takut, udah biasa pada jalan-jalan lewat sini kok, ada yang ngawasi juga. Hehehe W2 T : Pasiennya pernah ada yang ngamuk Pasien GPSY terlihat gitu nggak bu waktu pas diajak jalan- normal dan bertegur sapa jalan? dengan warga J : Pasiennya yang di Siloam ini kaya saling bertemu. orang normal sih mbak, ya jalan itu biasa nggak ada yang terus ngamuk apabila 448 atau apalah.Wong mereka kalau lewat itu ya malah menegur sama warga. W3 T : Menegur gimana bu? Pasien GPSY bersikap J : Menegur itu ya menyapa, permisi ramah kepada warga. bu malah kadang itu ada yang bilang hallo bu dengan gayanya mereka. Sok kadang saya lagi nyapu itu to mereka pas lewat bilang ibu rajin sekali. Heheh. W4 T : Biasanya itu kan masyarakat AT awalnya merasa takut memandang negative sama orang-orang dengan kehadiran pasien seperti itu, kalu ibu sendiri gimana? GPSY di tengah J : Awalnya saya takut mba waktu masyarakat tetapi setelah awal-awal apalagi gila terbiasa bertemu dengan orang sebanyak itu sliweran disekitar sini, mereka dan ternyata tidak nanti kalo menyerang gimana tapi ya membahayakan, AT sekarang udah biasa tau ya mba dan menjadi dan terbiasa mereka baik kondisinya jadi ya udah tidak merasa takut lagi. biasa lah mbak, ya apa mau dikata siapa sih orangnya yang mau gila, kasian juga kalau dikurung terus asal, tidak sebenarnya menyerang nggak papa. aja itu Kalau mereka baik kita juga baik mbak. W5 T : Kalau ibu melihat kondisinya pasien Pasien itu gimana mba? GPSY yang diterjunkan di masyarakat J : Kebanyakan ya udah waras mbak, sebagian besar menyapa menegur ya biasa itu lah kondisinya sudah stabil mba tapi ya ada juga yang wajahnya namun ada beberapa yang 449 itu masih kliatan belum waras, masih terlihat belum kooperatif. digandeng temennya. W6 T : Kalau warga sekitar sini gimana Warga tidak merasa tanggapannya bu dengan adanya pasien keberatan dan terganggu jalan-jalan gitu ada yang keberatan atau dengan terapi di GPSY mengeluh nggak bu? yang melibatkan pasien J : Saya nggak pernah denger secara untuk membaur langsung ya ada yang ngrasani atau masyarakat ke secara keberatan, warga disini ya biasa aja langsung. mbak soalnya mereka itu udah terbiasa lewat ya lewat aja tidak mengganggu warga jadi ya tidak ada yang mempermasalahkan. Mereka itu juga ramah sama warga jadi kok ya kayaknya kebangetan kalau ada yang mempersalahkan, lagian ini kan jalan umum siapa saja boleh lewat. W7 T : Berarti nggak ada masalah ya bu Warga merespon positif dengan keberadaan mereka? pasien GPSY yang J : Yang saya tau nggak ada ya mba mambaur dan melakukan ya istilahnya kaya membenci mereka, interaksi secara langsung warga disini tanggapannya baik-baik dengan masyarakat. saja buktinya kalau mereka lewat juga saling menyapa, kalau warga tidak suka kan didiemin aja pas mereka lewat, bisa dilihat dan dibedain to mbak dari perilaku warga suka atau nggak sukanya. Lagian sama-sama manusia ciptaan Tuhan, mereka juga nggak mengganggu sih 450 nggak kaya orang gila dijalanan jadi ya biasa mbak sudah terbiasa begitu pasien Siloam masyarakat, keluar-keluar udah nggak ke gumun mbak. W8 T : Oh gitu ya bu, yasudah terimakasih ya bu saya permisi dulu J : ya monggo-monggo mbak. - 451 Lampiran 3 Pedoman Observasi 452 PEDOMAN OBSERVASI 1. Terapi Holistik di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY); 2. Gambaran kegiatan keseharian pasien di dalam Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY); 3. Gambaran kondisi fisik berupa bangunan dan tata ruang Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY); 4. Gambaran kondisi subyek (pasien) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) meliputi: kondisi secara fisik secara umum, gambaran diri pasien dan gambaran mengenai keluarganya; 5. Gambaran kondisi subyek (mantan pasien) Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) meliputi: kondisi fisik secara umum , gambaran diri pasien dan gambaran mengenai keluarganya. 453 Lampiran 4 Catatan Lapangan 454 Catatan lapangan : no.1 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Terapi Medis Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap hari Senin s.d Jumat pada pukul 07.3008.30 WIB oleh mentor mendis GPSY yaitu SR. Pemeriksaan rutin dilakukan kepada semua pasien GPSY, meliputi pemeriksaan kondisi pasien yang dilakukan dengan wawancara dan observasi terhadap pasien mengenai kondisi kesehatannya, tensi dan cek berat badan. Pemeriksaan rutin dilakukan di ruang medis bagi pasien yang sudah kooperatif dan dalam kondisi sehat sedangkan pasien yang belum kooperatif dan sedang mengalami sakit pemeriksaan dilakukan di kamar pasien. Bagian utama dari pemeriksaan rutin adalah pemberian obat-obatan. Pemberian obat-obatan dilakukan setiap hari pada pagi pukul 07.30 WIB setelah makan pagi dan sore hari pukul 19.00 WIB setelah makan malam. Jenis dan jumlah obat-obatan pada setiap pasien berbeda-beda sesuai dengan kondisinya, masing-masing pasien memiliki satu botol yang bertuliskan nama mereka dan berisikan obat sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian obat dilakukan dan dipantau oleh mentor untuk memastikan bahwa semua pasien meminum obatnya. Pemeriksaan Psikiater Pemeriksaan psikiater dilakukan sebulan sekali yaitu hari jumat minggu ke-tiga pada pukul 10.00 WIB. Pemeriksaan dilakukan oleh dr. Silas dengan mengunjungi GPSY, dr. Silas memeriksa dan mengecek buku kesehatan harian masing-masing pasien secara bergilir. Pemeriksaan psikiater yang dilakukan berupa mengontrol obat-obatan pasien berkaitan dengan pengecekan jenis dan dosis obat-obatan yang memungkinkan mengalami perubahan disesuaikan dengan perkembangan serta perubahan kondisi pasien. 455 Pemberian Teori dan Praktek Kebersihan Pasien diberikan arahan secara teoritis dan pemberian contoh oleh SR mengenai satu tema kebersihan dan selanjutnya pasien diminta untuk mempraktekannya. SR mengajarkan kepada pasien tentang kebersihan almari termasuk cara melipat baju yang benar, SR memberikan penjelasan mengenai pentingnya menjaga kebersihan almari serta memberikan contoh kepada semua pasien tentang cara melipat baju setelah itu masing-masing pasien diminta untuk mempraktekannya didepan SR dan teman-temannya kemudian semua pasien diminta untuk membersihkan dan menata baju di almari pasien masing-masing. SR mengajarkan pasien untuk menjaga kebersihan peralatan makan dan memiliki kesadaran akan perlunya penggunaan alat makan yang bersih, SR memberikan contoh kepada semua pasien mengnai cara mencuci peralatan makan yang benar dan bersih, kemudian selanjutnya semua pasien diminta untuk mempraktekannya. Pemberian teori dan praktek kebersihan juga dikemas dalam bentuk games atau permainan. Pasien diajarkan tentang cara menggosok gigi yang benar kemudian pasien duduk secara berhadapan, masing-masing pasien bertugas untuk mengajari teman yang duduk di depannya (pasangannya) mengenai cara menggosok gigi yang benar, apabila temannya salah atau tidak bersih dalam menyikat maka pasangan tersebut akan mendapat hukuman sesuai kesepakan yang dibuat diawal permainan. Kerja bakti, kerja bakti dilakukan dengan membersihkan lingkungan sekitar GPSY berupa mencabuti rumput, menyampu, membersikan jendela, membakar sampah, menata ruangan dan mengecat. Kerja bakti dilakukan setiap hari rabu pukul 09.30-10.00 WIB. Konseling kesehatan Konseling kesehatan individu dilakukan secara indiviu pada masingmasing pasien, mentor secara mendalam memberikan pengarahan-pengarahan yang berkaitan dengan kesehatan pasien dan kesadaran minum obat. Konseling 456 individu bersifat fleksibel sehingga bisa dilakukan kapan saja apabila dirasa perlu dan dapat dilakukan dimana saja, tetapi biasanya dilakukan diruang medis. Konseling kesehatan kelompok dilakukan secara berkelompok atau disampaikan kepada beberapa pasien secara bersama dengan esensi materi sama dengan konseling kesehatan individu. Pasien dikelompok-kelompokan menjadi beberapa kelompok terdiri dari beberapa kelompok yang dikelompokan sesuai dengan tingkatan kemampuan kognitif mereka. Kelompok tersebut meliputi: kelas TK (pasien yang memiliki kemampuan kognitif jauh di bawah rata-rata), kelas SD (pasien yang memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata), kelas SMP (pasien yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata) dan SMA (pasien yang memiliki kemampuan kognitif di atas rata-rata). Setelah pemberian materi masing-masing pasien melakukan sharing dengan teman sekelompok dan selanjutnya sharing dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok dipandu oleh satu orang mentor. Konseling kelompok kesehatan juga diberikan dalam bentuk diskusi, pasien diberikan tentang suatu tema yang berkaitan dengan kesehatan kemudian semua pasien dikumpulkan di teras GPSY dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau pemahammnya mengenai tema tersebut, pasien lain diperkenankan untuk menyanggah, menambahi maupun memberikan pendapat lain sehingga berlangsung proses diskusi. Ceramah Kesehatan Ceramah kesehatan merupakan pemberian materi-materi secara lisan oleh mentor medis kepada pasien berkaitan dengan wilayah medis seperti penyakitpenyakit menular dan cara mengatasinya, penerapan pola hidup sehat, serta materi yang berkaitan dengan skizofrenia. Materi-materi yang diberikan dicatat oleh pasien di dalam buku catatan untuk selanjutnya dapat dipelajari lebih lanjut oleh pasien sebab materi yang diberikan pada saat ceramah akan di ujiankan setiap minggunya, yang disebut dengan ujian medis. Pada ujian medis pasien akan dinilai seberapa jauh pengetahuan dan pemahamannya tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. 457 Penggunaan Ruang Isolasi Pasien yang mengalami error atau perilaku sedang tidak stabil berupa mengamuk, tidak mampu mengotrol diri dan menunjukan gejala-gejala positif skizofrenia akan dimasukan kedalam ruang isolasi yang terletak dibagian belakang GPSY. Ruang isolasi berupa kamar yang terdiri dari satu tempat tidur dan diberi pintu trailis besi serta terdapat kunci gembok untuk mengunci. Pasien yang dimasukan kedalam ruang isolasi tidak diperbolehkan keluar dan mengikuti kegiatan terapi di GPSY sampai kondisinya stabil. Olahraga Kegiatan olahraga terdiri dari olahraga pagi, olahraga sore, senam dan jalan-sehat. Olahraga pagi dan sore dilakukan setiap hari oleh pasien GPSY di pelataran GPSY, sedangkan senam dan jalan-jalan dilakukan setiap hari Jumat pukul 08.00 WIB dan dipandu oleh mentor. Kegiatan jalan-jalan berupa kegiatan jalan sehat dengan berkeliling mengitari lingkungan sekitar GPSY, hanya pasien yang kondisinya stabil dan sudah kooperatif yang diperbolehkan mengikuti jalan sehat. Kesimpulan : Terapi Medis adalah kegiatan-kegiatan dalam Terapi Holistik yang berkaitan dengan aspek fisik pasien. Kegiatan-kegiatan dalam Terapi medis bervariasi dan bersifat fleksibel yaitu tidak ada patokan khusus tetapi tetap mengacu pada kesehatan aspek fisik pasien. Secara umum kegiatan dalam terapi medis terdiri dari pemeriksaan rutin, pemeriksaan psikiater, pemberian teori dan praktek kebersihan diri dan lingkungan, konseling kesehatan, penggunaan ruang isolasi dan olahraga. 458 Catatan lapangan : no.2 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Terapi Rohani Doa pagi Doa pagi dilakukan setiap hari pada pukul 05.30-06.00 WIB di ruang makan GPSY. Doa pagi diikuti oleh semua pasien GPSY baik pasien laki-laki dan perempuan, doa pagi terdiri dari pembacaan renungan, pujian dan doa yang dipimpin oleh pasien secara bergilir. Doa malam Doa malam dilakukan setiap malam hari sebelum tidur pada pukul 19.3020.00 WIB. Doa malam dilakukan di kamar masing-masing, yaitu putra di asrama putra dan putri di asrama putri. Doa malam terdiri dari pujian dan doa yang dipimpin oleh pasien masing-masing kamar secara bergilir. Ibadah Ibadah dilakukan seminggu empat kali, yaitu pada hari senin, selasa, kamis pukul 09.00-10.00 WIB dan hari minggu pada pukul 17.00 WIB. Jalannya ibadah dipimpin oleh pasien sebagai pembawa acara, pemain musik dan pemimpin doa pembukaan serta penutupan yang dilakukan oleh pasien secara bergilir, sedangkan penyampaian firman dan doa firman dilakukan oleh mentor dan pendeta. Pada saat ibadah setiap pasien juga diwajibkan untuk mengisi pujian dengan menyanyi pujian di depan teman-teman dan mentor secara berkelompok. Terapi Ketuk Terapi ketuk dilakukan setelah ibadah dan berlangsung selama 10-15 menit. Terapi ketuk berupa kegiatan mengetuk titik syaraf dalam tubuh pasien dengan diiringi dengan pengucapan doa. Pemutaran Film Rohani Pasien ditampilkan sebuah film bertema rohani kemudian pasien diminta untuk menuliskan jalan cerita dari film tersebut di buku tugas masing-masing 459 serta pesan moral apa yang terdapat dalam film tersebut, setelah itu masingmasing pasien diminta untuk menyampaikan kedepan teman-temannya dan mentor mengenai apa yang diperoleh dari film tersebut sedangkan pasien yang lain diperbolehkan untuk menanggapi atau menyanggah pernyataan yang diungkapkan oleh temanya apabila tidak sesuai dengan pemikirannya. Konseling Rohani Konseling rohani berupa penyampaian materi yang berkaitan dengan ayatayat Alkitab kemudian secara berkelompok pasien diberikan penguatanpenguatan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian pasien, kelompok dibagi sesuai dengan tingkatan kemampuan pasien dan masing-masing kelompok dipimpin oleh satu orang mentor. Ayat Hapalan dan Diskusi Rohani Pasien diberikan satu ayat dalam Alkitab untuk dihapalkan, kemudian pasien dikumpulkan untuk mengungkapkan isi ayat yang telah dihapalnya kedepan mentor dan teman-temannya serta mengaitkannya dengan kehidupan pribadi pasien. Pasien yang belum hapal atau mengalami kesulitan bisa dibantu menghapal oleh temannya dan masing-masing pasien bertugas untuk menanggapi cerita yang diungkapkan oleh pasien secara bergilir sehingga berlangsung proses diskusi. Terapi Pustaka Masing-masing pasien diberikan buku bacaan rohani, jenis buku untuk masing-masing berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan diberi waktu sekitar satu jam untuk membaca. Kemudian pasien diminta untuk mempresentasikan isi dari buku yang mereka baca dan makna atau pesan yang terkadung dalam buku tersebut kepada teman-teman yang dihubungkan dengan kehidupan pribadi pasien. Drama Rohani Drama rohani dilakukan dengan mengelompokan pasien kemudian pasien diberi naskah drama untuk diperankan. Masing-masing kelompok bertanggung jawab untuk menampilakan yang terbaik dengan memberikan variasi-variasi adegan drama sesuai kreativitas mereka. Pasien diminta menampilkan hasil drama 460 tersebut didepan juri yang terdiri dari mentor-mentor GPSY serta semua temantemanya, pasien yang mampu menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2 dan 3 kemudian pemenang mendapatkan hadiah dari juri. Lomba Menyanyi Rohani Lomba menyanyi rohani dilakukan dengan mengelompokan pasien dalam beberapa kelompok kemudian pasien diminta untuk menampilkan nyanyian secara berkelompok, variasi jenis dan gerakan lagu ditentukan oleh masingmasing kelompok sesuai dengan kreativitas kelompok. Pasien diminta menampilkan hasil menyanyi kelompok tersebut didepan juri yang terdiri dari mentor-mentor GPSY serta semua teman-temanya, pasien yang mampu menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2 dan 3 kemudian pemenang mendapatkan hadiah dari juri. Puisi Rohani Puisi rohani yaitu dengan memberikan tugas kepada pasien untuk membuat puisi bertemakan kerohanian, pasien diminta untuk memiliki kreativitas dalam membuat kalimat dan memberikan intonasi pada saat pembacaan puisi beserta gerakannya. Pasien diminta menampilkan hasil puisi tersebut didepan juri yang terdiri dari mentor-mentor GPSY serta semua teman-temanya, pasien yang mampu menampilkan paling baik akan diberikan juara 1, 2 dan 3 kemudian pemenang mendapatkan hadiah dari juri. Kesimpulan : Terapi Rohani adalah kegiatan-kegiatan dalam Terapi Holistik yang berkaitan dengan aspek psikis dan kerohanian pasien. Kegiatan-kegiatan dalam Terapi rohani bervariasi dan bersifat fleksibel yaitu tidak ada patokan khusus tetapi tetap mengacu pada aspek psikis yang berhubungan dengan kehidupan rohani pasien. Secara umum kegiatan dalam terapi rohani terdiri dari doa pagi, doa malam, ibadah, terapi ketuk, pemutaran film rohani, konseling rohani, ayat hapalan dan diskusi rohani, terapi pustaka, dan kegiatan lain yang terdiri dari drama rohani, lomba menyanyi rohani dan puisi rohani. 461 Catatan lapangan : no.3 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Terapi Sosial Terapi Kerja Terapi kerja dilakukan dalam lingkungan GPSY yang meliputi waserda, penjualan bensin, perkebunan, piket, peternakan dan perikanan. Waserda (warung serba ada) dikelola oleh pasien putri di GPSY, waserda ini menjual makananmakanan ringan dengan harga yang terjangkau. Makanan dibeli oleh mentor kemudian dijual oleh pasien putri, keuntungan dari penjualan menjadi hak pasien dan dibagi secara merata. Waserda dibuka pada hari kerja yaitu hari senin s.d jumat setelah kegiatan terapi, penjaga waserda adalah pasien yang dijadwal secara bergilir. Penjualan bensin dikelola oleh pasien putra, tempat jualan adalah di halaman depan GPSY. Kegiatan ini selain untuk melatih pasien bekerja juga dimaksudkan untuk melatih tanggung jawab pasien karena pasien bertanggung jawab penuh terhadap usaha yang mereka kelola dan apabila terjadi kerugian maka pasien bertanggung jawab untuk mengganti rugi dengan uang masingmasing. Penjualan bensin dilakukan pada hari efektif senin s.d jumat yang dilakukan oleh pasien putra secara bergilir. Piket Ketua Kamar, yaitu pasien secara bergilir dijadwal untuk menjadi ketua kamar selama periode waktu 1 bulan. Tugas ketua kamar adalah mengontrol kondisi kamar meliputi, kebersihan, kerapian dan ketenangan kamar serta bertanggung jawab terhadap anak buahnya (penghuni kamar) meliputi segala kegiatan yang berlangsung di dalam asrama (kamar). Perkebunan, kegiatan berkebun dilakukan seminggu sekali yaitu dengan menanam berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari seperti cabe, tomat, papaya dan berbagai jenis tananam yang bisa dikonsumsi. Setiap sore hari pasien secara bergilir dari asrama putra dan asrama putri memiliki 462 kewajiban untuk menyirami tanaman tersebut. Hasil kebun akan dikonsumsi pribadi oleh pasien dan mentor GPSY. Perikanan yaitu pasien memiliki tugas untuk memelihara ikan yang telah dibeli oleh mentor, ikan tersebut diletakan di dalam kolam GPSY. Pasien putra bertanggung jawab terhadap perawatann ikan dan kebersihan kolam, yaitu dengan membersihkan kolam serta memberi makan ikan setiap pasi dan sore secara bergilir. Ikan tersebut terdiri dari ikan lele dan bawal, ikan tersebut akan dipasarkan dan hasilnya penjualan tersebut akan dibagikan kepada pasien. Peternakan, berupa kegiatan memelihara unggas seperti ayam, kalkun, bebek dan mutiara. Perawatan terhadap unggas menjadi tanggung jawab pasien putra, meliputi memberi makan unggas setiap pagi dan sore dan membersihkan kandang. Sebagian unggas seperti ayam dan bebek digunakan untuk konsumsi pribadi sedangkan kalkun dan mutiara hanya digunakan sebgai unggas peliharaan. Pelatihan Ketrampilan Kerja Pasien diajarkan ketrampilan-ketrampilan dalam pembuatan berbagai jenis barang yang memiliki nilai ekonomis oleh mentor GPSY. Kertampilan yang diajarkan berupa, pembuatan briket, kerupuk ikan, arang, roncean manik-manik, dan kantong parfum. Bahan-bahan disediakan oleh pihak GPSY dan hasil dari ketrampilan yang mereka buat akan dipasarkan oleh pihak GPSY, selanjutnya hasil penjualan dibagiakan kepada pasien. Semua pasien yang sudah kooperatif wajib mengikuti kegiatan ini. Pengenalan Lingkungan Pengenalan lingkungan yaitu pasien diajak keluar dari GPSY untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kegiatannya berupa pasien membeli keperluannya di warung, melaundrykan baju dan seprei,ke salon, mengikuti kegiatan desa berupa kenduri dan jalan-jalan di sekitar untuk sekedar membeli jajan atau mengobrol dengan masyarakat. Terapi Musik Terapi musik yang dilakukan adalah musik angklung, pasien dengan panduan mentor diajarkan untuk memainkan angklung sesuai dengan arahan mentor. Beberapa pasien yang belum kooperatif mengalami kesulitan dalam 463 permainan musik angklung ini, karena permainan musik angklung membutuhkan konsentrasi dan koordinasi yang baik diantara semua pemainnya. Refresing Refresing terdiri dari refresing pribadi dan refresing kelompok. Refresing pribadi yaitu pasien secara pribadi diajak jalan-jalan oleh mentor, jalan-jalan tersebut diberikan sebagai hadiah kepada pasien maupun dilakukan sekedar untuk menghilangkan kejenuhan pasien. Pasien diajak jalan-jalan di sekitar daerah Yogyakarta seperti malioboro, bringharjo dan pusat perbelanjaan yang ada di jogja. Jadwal refresing pribadi bersifat fleksibel menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pasien. Refresing kelompok yaitu seluruh pasien dan seluruh mentor pergi jalanjalan secara bersama-sama. Tujuan jalan-jalan tidak seperti pada refresing pribadi, pada refresing kelompok yang menjadi tujuan adalah tempat-tempat yang bersifat edukatif yaitu pameran dan menonton teater. Refresing kelompok dilakukan dengan menyewa bis sehingga semua dapat pergi secara bersama-sama. Outbond Kegiatan outbond dilakukan di halaman depan GPSY, pasien dikelompokan-kelompokan dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diharuskan membuat yel-yel yang harus ditampilkan sebelum kelompok tersebut mengikuti outbond. Kegiatan outbond terdiri dari gebuk banyu, makan krupuk, dan bermain kelereng. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi dalam perlombaan akan diberikan hadiah oleh mentor. Kesimpulan : Terapi sosial merupakan terapi yang berkaitan dengan interaksi antara pasien dengan lingkungannya. Terapi sosial melibatkan hubungan pasien dengan orang disekitarnya. Secara umum kegiatan dalam terapi sosial meliputi; terapi kerja, pelatihan ketrampilan kerja, pengenalan lingkungan, terapi musik, refresing dam outbond. 464 Catatan lapangan : no.4 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Home Care (Kegiatan Keseharian di GPSY) Keseharian pasien didalam GPSY berlangsung seperti di dalam rumah, pagi hari setelah bangun tidur pasien merapikan tempat tidur, setelah doa pagi pada pukul 06.00 WIB pasien melaksanakan piket harian (menyapu, mengepel, membuang sampah, menjemur kain lap) kemudian pasien mandi pagi, menggunakan pakaian rapi, resmi dan sudah disetrika yang digunakan untuk ibadah dan terapi , handuk yang dipakai kemudian dijemur, setelah mandi pasien mencuci baju kotornya, sehabis makan pasien wajib mencuci bersih peralatan makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Pasien yang telah selesai menjalankan tugasnya kemudian bersaintai dengan melakukan olahraga ringan, minum teh, maupun menonton tivi sembari menunggu waktu terapi. Malam hari setelah semua kegiatan terapi selesai pasien melakukan evaluasi dengan mentor yang berisi sharing-sharing mengenai berbagai hal yang dirasakan pasien selama satu hari yang telah berlangsung tadi, kegiatan ini disertai dengan pemberian snack untuk pasien untuk lebih merileks-kan suasana. Evaluasi mentor berlangsung di teras GPSY dan di ruang tivi GPSY. Pada hari libur yaitu sabtu dan minggu pasien bebas melakukan berbagai kegiatan, pada hari tersebut digunakan pasien untuk bersantai dan melakukan acara bebas dengan mentor berupa refresing pribadi maupun melakukan permainan voli, menonton tivi dan membantu mentor memasak. Pasien yang berulang taun akan mendapatkan kejutan dari mentor dan teman-temannya pada saat jam 12 malam, kejutan tersebut berupa pemberian kue ulang taun dan ucapan selamat dari teman-teman serta mentor. 465 Kesimpulan : Home Care adalah suatu bentuk pola interaksi kekeluargaan yang diterapkan di GPSY yaitu dengan men-setting kondisi GPSY seperti sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga besar tanpa ada sekat pemisah antara mentor dan pasien, sehingga terjalin adanya keterikatan emosional antara pasien dengan mentor maupun pasien dengan pasien. GPSY menciptakan suasana panti layaknya seperti sebuah rumah yang penuh kepedulian, kasih sayang dan penerimaan seutuhnya terhadap kondisi pasien sehingga setiap pasien yang dirawat di GPSY merasakan kenyamanan karena merasa diterima serta disayang oleh mentor dan teman-temanya Catatan lapangan : no.5 Tanggal : 30 Juni 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Home Visit dan Konseling Keluarga Kunjungan keluarga dilakukan pada keluarga KM, kunjungan kali ini dilakukan untuk memberikan konseling dan menjenguk KM yang sedang menjalani cuti. Konseling keluarga dilakukan oleh pihak GPSY yaitu NN yang merupakan mentor KM dan AA. Kedatangan pihak GPSY dan peneliti disambut oleh SY dan KM. Kegiatan pertama yang dilakukan pada saat kunjungan pasien cuti adalah melakukan konseling ringan berupa mengobrol santai dengan KM perihal permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga selama cuti berlangsung dan perasaannya saat kembali lagi kekeluarga, setelah melakukan konseling dengan KM pihak GPSY memberikan konseling kepada SY. Konseling keluarga yang diberikan kepada SY yaitu mengenai skizofrenia sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman yang utuh tentang diri pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi keluarga mengenai keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien sehingga diperoleh suatu solusi yang tepat. Keluarga harus memahami dan menerima skizofrenia dengan segala keterbatasannya, keluarga harus “ngemong” skizofrenia bukan 466 skizofrenia yang harus “ngemong” keluarga. Proses home visit dan konseling keluarga berlangsung selama 1,5 jam yaitu dari pukul 16.00-17.30 WIB. Kesimpulan : Home visit dan konseling keluarga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke keluarga dan memberikan pengarahan-pengarahan dan pengetahuan terkait dengan skizofrenia sehingga keluarga dapat memperoleh suatu pemahaman yang utuh tentang diri pasien dan penyakitnya serta menjadi sarana sharing bagi keluarga mengenai keluhan-keluhan yang dialami keluarga dalam merawat pasien skizofrenia sehingga diperoleh suatu solusi yang tepat serta untuk memperbaiki kondisi keluarga yang maladaptive yang berpontensi memicu kekambuhan pasien kembali. Catatan lapangan : no.7 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Gambaran kondisi KM Keseharian KM KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungannya. Hal ini ditunjukan dengan kesadaran dan keterlibatan secara aktif KM dalam melakukan aktivitas-aktivitas keseharian yang berhubungan dengan kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungan. Penampilan KM juga selalu terlihat rapi dan bersih pada saat mengikuti kegiatan terapi dan dalam kesehariannya. KM memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalani setiap terapi, hal ini terlihat dari perilakunya yang selalu antusias dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam terapi. KM memiliki hubungan yang baik dengan pasien-pasien lainya, setelah kegiatan terapi dan pada waktu bersantai KM selalu terlihat mengobrol dengan teman-temannya selain itu KM mudah memberikan bantuan kepada teman apabila temannya membutuhkan bantuan. 467 Pemberian Tes Grafis Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam. Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti. Pada tes grafis BAUM (Tree Test), subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan akan berbunga lebat. Pada tes grafis DAP (Draw A Pearson Test), subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan Doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni. Pada tes grafis HTP (House Tree and Person Test), subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy. 468 Catatan lapangan : no.8 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Gambaran kondisi AD Pemberian Tes Grafis Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165 cm. Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam berukuran sekitar 60cmx20cm. Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk melakukan tes grafis. Pada tes grafis BAUM (Tree Test), subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon tersebut mudah digambar. Pada tes grafis DAP (Draw A Pearson Test), Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga subyek sangat menyayanginya. Pada tes grafis HTP (House Tree and Person Test), subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah pohon jati. 469 Kondisi keluarga Pada saat peneliti melakukan kunjungan ke rumah AD, kedatangan peneliti disambut dengan baik oleh ayah, ibu, kakak, dan adik AD. Keluarga sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD dengan ibu nya, sesekali di sela-sela wawancara AD bercanda manja dengan menggoda ibunya. Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah AD telihat sedikit cuek namun terkesan humoris sempat beberapa kali ayah AD ikut bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta ibu, namun peneliti tidak mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi dengan ayah AD sebab pada saat itu ayah AD terlihat sibuk mempersiapkan keperluan rapat karena beliau akan menghadiri rapat sehingga ditengah kunjungan peneliti beliau meminta ijin untuk meninggalkan rumah untuk menghadiri rapat. Sebelum peneliti meninggalkan rumah AD untuk kembali ke Yogya, peneliti diajak oleh AD dan adek AD berkeliling daerah sekitar rumah AD dan mampir ke sebuah rumah makan untuk makan siang. AD dan adiknya sering terlihat saling menggoda dan meledek saat makan siang berlangsung. Kesimpulan : Hubungan AD dengan keluarganya terjalin dengan baik, terlihat dari adanya interaksi sosial berupa kedekatan secara emosional diantara sesama anggota keluarga yang ditunjukan dengan terbentuknya komunikasi keluarga yang baik. 470 Catatan lapangan : no.8 Tanggal : April-Juli 2013 Tempat : Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY) Keterangan : Kondisi bangunan dan tata ruang GPSY Letak GPSY berada 2 km dari pasar Godean. Pada sekitar GPSY terdapat beberapa pertokoan, rumah sakit, tempat laundry dan restaurant dengan akses jalan raya beraspal. GPSY berdiri di atas tanah seluas 250 m 2 yang terdiri dari 3 bangunan induk yaitu satu buah bangunan kantor GPSY, satu bangunan untuk asrama putra dan satu bangunan untuk asrama putri, meskipun banguan tersebut saling terpisah namun terdapat satu pintu yang saling menghubungkan. Bagian-bagian dalam bangunan GPSY meliputi asrama putri yang terdapat satu buah kamar mandi, satu buah WC, satu buah ruang isolasi, kamar putri, ruang ganti, dapur, tempat menyuci baju, ruang televisi dan sebuah ruang kegiatan. Sedangkan pada asrama putra terdapat ruang tamu yang menjadi ruang tamu utama, tiga buah kamar putra, 3 buah kamar mandi beserta WC, ruang makan, ruang televisi, ruang medis, dapur, dua buah ruang isolasi, tempat menyuci baju dan satu ruang penyimpanan barang. Letak asrama putra berada di dalam rumah induk yang didalamnya terdapat 6 kamar pasien dan mentor, masing-masing kamar terdiri dari 4 tempat tidur. Bagian lain didalam asrama putra adalah terdapatnya ruang tamu, ruang medis, 2 kamar mandi, ruang makan, dapur, tempat mencuci baju dan piring serta di bagian belakang terdapat 2 ruang isolasi putra, tempat almari pasien putra dan tempat menjemur pakaian. Kantor GPSY terletak di depan asrama putri, kantor GPSY digunakan untuk rapat pengurus, penyimpanan berkas-berkas, ruang kerja pengurus dan mentor, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pencatatan dan pengadministrasian GPSY. Pada bagian depan GPSY terdapat taman berukuran yang digunakan untuk bermain dan bersantai pasien, pada bagian sayap kanan terdapat kebun berukuran 10 m2 yang digunakan untuk lahan pertanian pasien, 471 pada sayap kiri terdapat satu buah kolam berukuran 6x2 meter yang berisi ikan lele sebagai kegiatan perikanan pasien dan 3 buah kandang, sepasang ayam, sepasang kalkun dan sepasang burung mutiara dan tiga pasang bebek, ini dikelola oleh pasien sebagai kegiatan peternakan selain itu juga terdapat sebuah waserda. Pada bagian depan GPSY terdapat gerobak bensin yang menjadi kegiatan wirausaha pasien putra dan terdapat tempat penyimpanan peralatan-peralatan musik, olahraga, berbagai macam alat-alat yang digunakan untuk pembuatan ketrampilan. 472 Lampiran 5 Tes Grafis Tes Grafis Pasien (KM) Tes Grafis Mantan Pasien (AD) 473 474 475 476 477 478 479 Lampiran 6 Analisis Hasil Tes Grafis 480 Analisis Hasil Tes Grafis Analisis Tes Grafis KM Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam. Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti. 4. BAUM (Tree Test) Subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan akan berbunga lebat. BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah orang yang mementingkan rasio, subyek selalu berusaha melihat dan mencari penjelasaan setiap peristiwa dari segi rasionalitas peristiwa tersebut. Subyek mengalami permasalahan dengan penyelarasan ego dan super egonya, sebab subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya. 481 Hal ini menyebabkan subyek cenderung menutup diri terhadap lingkungan sosialnya. 5. DAP (Draw A Pearson Test) Subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan Doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni. DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa terdapat adanya ketidak-konsistenan dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau kecemasan saat proses adaptasi dengan lingkungan dikarenakan subyek merasa seperti terbebani oleh banyak orang. 6. HTP (House Tree and Person Test) Subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy. HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau 482 lingkungan terdekatnya, yaitu menjauh dari keluarga dan juga mempunyai kecenderungan untuk ingin lari dari rumah. Kesimpulan: Hasil tes grafis KM secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran kaki dan tangan pada tes DAP yang menunjukan bahwa subyek tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan keluarga. Analisis Tes Grafis AD Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165cm. Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mabawa tas hitam berukuran sekitar 60cmx20cm. Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan 483 berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk melakukan tes grafis. 4. BAUM (Tree Test) Subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon tersebut mudah digambar. BAUM (Tree Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek memiliki keinginan atau ego yang besar akan tetapi tidak seimbang dengan rasionya. Subyek terlalu mengorientasikan keinginannya ke masa depan atau kehidupan mendatang, namun hal ini tidak diimbangi dengan rasio yang cukup baik sehingga subyek mengalami kesulitan atau tidak tahu bagaimana harus menghadapi masa depanya. 5. DAP (Draw A Pearson Test) Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga subyek sangat menyayanginya. DAP (Draw A Pearson Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek kurang mampu menyelaraskan antara ego dan super egonya, saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya 484 subyek kurang bisa menopang dirinya (tidak bisa mandiri) sehingga subyek mengalami kesulitan atau kurang mampu beradaptasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya. 6. HTP (House Tree and Person Test) Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah pohon jati. HTP (House Tree and Person Test) digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya keinginan yang kuat dalam diri subyek untuk meningkatkan interaksi khususnya interaksi di dalam keluarga. Subyek menunjukan bahwa dia ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia yang memiliki adanya kedekatan atau interaksi yang kuat di antara sesama anggota keluarga. Hal ini bisa saja disebabkan adanya kekecewaan subyek terhadap keluarga, subyek merasa jauh dari keluarga dan tidak merasakan kebahagian dalam keluarga. Kesimpulan: Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran telinga, mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata kaki dan tangan menunjukan bahwa AD mengalami adanya halusinasi pendengaran, waham dan hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan. 485 Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. 486 Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian 487