Bab III-1 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Peraturan Daerah baru dengan Peraturan Perundang-undangan lain, harmonisasi secara vertikal dan horizontal, serta status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada. Kajian terhadap Peraturan Perundangundangan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai substansi atau materi yang akan diatur. Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari Peraturan Daerah yang baru. Analisis ini dapat menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang ada serta posisi dari Peraturan Daerah untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari pembentukan Peraturan Daerah Daerah yang akan dibentuk. 3.1. Kelembagaan Pemerintah Daerah Otonomi Daerah yang saat ini berada dibawah naungan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sejak awal terjadinya perubahan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004, telah membawa konsekuensi perubahan yang cukup mendasar pada sistem pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 120 mengamanatkan NASKAH AKADEMIK Secara yuridis, kelembagaan Pemerintah Daerah didasari oleh penerapan Bab III-2 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang bahwa perangkat daerah provinsi terdiri atas Sekretariat daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, sementara Perangkat Daerah Kab/Kota terdiri atas Sekretariat daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Sementara Pasal 128 ayat (1) mengamanatkan bahwa: Susunan Organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam peraturan daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada peraturan pemerintah. Berbagai perubahan tersebut tentu saja membawa konsekuensi yang mendasar pula termasuk dalam hal perlunya penataan kewenangan dan penataan kelembagaan daerah. Dalam aspek kewenangan daerah, peraturan perundang-undangan tentang Kewenangan Daerah seperti PP No. 25 tahun 2000 dan Kepmendagri No. 130-67/2002 jelas perlu disesuaikan. Demikian juga halnya dalam aspek kelembagaan, PP No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Kelembagaan Perangkat Daerah juga memerlukan penyesuaian. Keluarnya PP No. 38 tahun 2007 dan PP No. 41 tahun 2007 baru-baru ini merupakan jawaban atas kedua hal tersebut. Selanjutnya berimplikasi pada perlunya penyesuaian terhadap Organisasi Perangkat Daerah sesuai PP No. 41 Tahun 2007. Sementara itu, adanya perubahan dalam kewenangan pemerintahan sebagaimana diatur dalam PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, karena dalam hal penataan kelembagaan daerah, besarnya kelembagaan salah satunya ditentukan oleh beban kerja yang mana hal ini didasarkan atas besar kecilnya kewenangan yang dimiliki oleh suatu daerah. Namun demikian, di atas semuanya, keluarnya kedua PP ini dimaksudkan untuk mendorong daerah membuat organisasi NASKAH AKADEMIK pada gilirannya juga akan mempengaruhi perubahan pada kelembagaan di Daerah. Hal ini Bab III-3 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang perangkat daerah yang rasional dan objektif disesuaikan dengan dinamika dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota: Pasal 12 menegaskan bahwa Urusan pemerintahan wajib dan pilihan menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Ketentuan ini telah mengatur secara jelas bahwa kewenangan mutlak yang dimiliki oleh pemerintah adalah meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Kewenangan mutlak diartikan bahwa mulai dari tataran kebijakan hingga pelaksanaan dari kewenangan ini memang sepenuhnya diselenggarakan oleh pemerintah. Kemudian peraturan pemerintah ini menegaskan bahwa 31 (tiga puluh satu) jenis bidang urusan yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan pemerintahan daerah, adalah terdiri dari 26 (dua puluh enam) jenis bidang urusan yang wajib diselenggarakan oleh setiap tingkatan pemerintahan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang bersifat mendasar bagi masyarakat. Sementara, pemerintahan daerah diberikan keleluasaan untuk mengkreasikan nilai (create value) berupa pelaksanaan 8 (delapan) jenis bidang urusan pilihan yang diselenggarakan berdasarkan pertimbangan adanya potensi serta kekhasan dari masing-masing daerah dalam upaya mensejahterakan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah: pada Pasal 2 menyatakan secara tegas bahwa pembentukan organisasi perangkat daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sementara pada Pasal 22 disebutkan bahwa Penyusunan organisasi perangkat daerah berdasarkan pertimbangan adanya urusan yang perlu ditangani namun tidak harus dibentuk dalam organisasi NASKAH AKADEMIK masyarakat di daerahnya. Bab III-4 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang tersendiri. Hal ini dapat kita terjemahkan bahwa pemerintahan daerah dapat membentuk kelembagaan perangkat daerah sesuai bidang urusan, meliputi Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, Kelurahan serta Kelembagaan Lain yang pengaturan susunan organisasi dan tata kerjanya diatur tersendiri diluar PP 41 tahun 2007 ini. Pembagian bidang urusan pemerintahan yang telah dirinci hingga pada sub–sub bidang urusan yang dapat dijadikan pola/gambaran operasionalisasi inilah yang dijadikan dasar dalam perencanaan penataan kelembagaan perangkat daerah. Dengan kata lain, penyusunan organisasi perangkat daerah adalah berdasarkan pertimbangan adanya urusan yang perlu ditangani oleh pemerintahan daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Mengacu pada PP. No. 41 Tahun 2007, Rumah Sakit Daerah adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang dikategorikan ke dalam rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus daerah. Rumah Sakit Umum Daerah merupakan lembaga teknis daerah yang merupakan bagian dari organisasi perangkat daerah. Sebagai bagian dari organisasi perangkat daerah, RSUD tidak dapat dilepaskan dari regulasi penataan organisasi perangkat daerah. Dalam Bab IV PP No. 41 Tahun 2007, yang mengatur Kedudukan, Tugas, dan disebutkan bahwa Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah. Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi: (1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; NASKAH AKADEMIK Fungsi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, yaitu Lembaga Teknis Daerah pada pasal 15 Bab III-5 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang (2) pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; (3) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan (4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Lembaga teknis daerah dapat berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit. Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh kepala kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur. Kepala dan direktur berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah. Selanjutnya pada pasal 16 diatur bahwa Rumah sakit dapat berbentuk rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus daerah. Rumah sakit umum daerah terdiri dari 4 (empat) kelas: (1) rumah sakit umum daerah kelas A; (2) rumah sakit umum daerah kelas B; (3) rumah sakit umum daerah kelas C; dan (4) rumah sakit umum daerah kelas D. daerah dilakukan oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi tertulis dengan Menteri Dalam Negeri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. Menindaklanjuti ketentuan pasal 16 PP No.41 tahun 2007 tersebut, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. NASKAH AKADEMIK Penetapan kriteria klasifikasi rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus Bab III-6 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang Berdasarkan hasil analisis, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang pada awalnya pembentukannya merupakan RSUD tipe/kelas C. Hal tersebut mengingat dalam pendirian rumah sakit, selain dibutuhkan prasarana dan sarana yang memadai sesuai dengan ketentuan dan standar yang telah ditetapkan, juga dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai pula. Faktor ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai, bukanlah sesuatu hal yang sulit dipenuhi, terutama oleh Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas keuangan tinggi. Namun, untuk memenuhi ketersediaan sumber daya manusia masih menghadapi tantangan serius. Kebutuhan sumber daya manusia pada RSUD Tipe C berdasarkan PERMENKES RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit dinyatakan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan: Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. NASKAH AKADEMIK dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Bab III-7 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang Dengan status RSUD sebagai perangkat daerah, maka status sumber daya manusia aparatur RSUD sebagai Pegawai Negeri Sipil menghadapi tantangan ketersediaan formasi yang sampai saat ini tetap ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Jika pun formasi disediakan oleh Pemerintah Pusat, belum tentu jumlah pelamar sesuai dengan yang diharapkan karena masih “langka”nya tenaga medis, terutama dokter spesialis. “Kelangkaan” dokter spesialis, selain karena jumlah absolut yang memang masih terbatas, juga disebabkan karena adanya kecenderungan pilihan dokter spesialis untuk menjadi dokter di rumah sakit swasta yang besar sehingga memperoleh pendapatan yang besar pula. Jika formasi PNS belum tersedia, memang dapat diatasi melalui mekanisme pembiayaan lainnya meskipun memerlukan dana yang sangat besar. Artinya, pemerintah daerah harus mengeluarkan biaya tersendiri yang tidak termasuk dalam alokasi gaji pegawai yang dananya berasal dari Pemerintah Pusat (DAU). Kondisi tersebut akan lebih leluasa jika profit rumah sakit telah memadai dan jika rumah sakit telah berbentuk Badan Layanan Umum (BLU). Namun demikian, proses menjadi BLU membutuhkan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, pada tahap awal pembentukkannya, RSUD Kota Tangerang sebaiknya memenuhi klasifikasi sebagai RSUD tipe C untuk selanjutnya dapat menjadi tipe B dan tipe A seiring dengan kesiapan sesuai dengan standar yang berlaku. dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) sub bagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi. NASKAH AKADEMIK Mengacu pada PP. No. 41 Tahun 2007 RSUD kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian Bab III-8 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang 3.2. Pengelolaan Urusan Kesehatan Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat. NASKAH AKADEMIK Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya Bab III-9 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang Berdasarkan pertimbangan hal tersebut dan dengan mengingat Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa “Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis”. Selanjutnya dalam pasal 4 dinyatakan bahwa: Setiap orang berhak atas kesehatan. Lebih lanjut dalam pasal 5 dinyatakan bahwa: Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 dalam bab IV mengatur pula tentang menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Tanggung jawab Pemerintah dikhususkan pada pelayanan publik. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan NASKAH AKADEMIK tanggungjawab Pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, Bab III-10 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. Upaya kesehatan diatur dalam bab VI. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai, dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan sekurang-kurangnya upaya kesehatan dilakukan berdasarkan pengkajian dan penelitian. Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat yang didasarkan pada standar pelayanan minimal kesehatan. Selanjutnya Pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumas Sakit. Adapun yang menjadi pertimbangan diterbitkannya UU ini antara NASKAH AKADEMIK memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Peningkatan dan pengembangan Bab III-11 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang lain: bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya; bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya; bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang; dan bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan hokum dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. UU No. 44 tahun 2009 juga mengacu pada Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam bab II, pas 2 UU No. 44 Tahun 2009 disebtukan bahwa Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi : a) penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; NASKAH AKADEMIK perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Bab III-12 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang b) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan d) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; Selanjutnya dalam bab IV pasal 6 secara tegas diatur mengenai tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk: a) menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat; b) menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c) membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit; d) memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab; e) memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat; g) menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; h) menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa; i) menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan NASKAH AKADEMIK f) menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai Bab III-13 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang j) mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan berdasarkan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Mengenai persyaratan rumah sakit, diatur dalam Bab V. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengenai persyaratan sumber daya manusia dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya manusia harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit. Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai dengan kebutuhan dan Dalam Bab VI, diatur mengenai Jenis dan Klasifikasi rumah sakit. Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan atas jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama NASKAH AKADEMIK kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Bab III-14 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas: a. Rumah Sakit umum kelas A; b. Rumah Sakit umum kelas B c. Rumah Sakit umum kelas C; d. Rumah Sakit umum kelas D. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan Menteri.Untuk Rumah Sakit, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan PERMENKES RI NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Dalam pasal 3 dinyatakan: “Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah” NASKAH AKADEMIK melaksanakan ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Bab III-15 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang RSUD Kota Tangerang direncanakan memiliki kualifikasi tipe C, sehingga RSUD ini Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik: Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C Fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. NASKAH AKADEMIK Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Bab III-16 NASKAH AKADEMIK Pembentukan RSUD Kota Tangerang Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih. Dalam pasal 17 ditentukan bahwa Administrasi dan manajemen rumah sakit terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi NASKAH AKADEMIK umum dan keuangan.