teroris dan pihak yang memberi angin mereka

advertisement
Teroris Dan Pihak Yang
Memberi Angin Mereka
Kompleknya Masalah Teroris di Indonesia
Masalah teroris adalah masalah yang komplek dan rumit,
khususnya teroris yang ada di Indonesia. Yang membuat
komplek dan rumit adalah karena teroris ini berasal dari umat
Islam sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas Islam. Yang
juga membuat masalah teroris komplek dan rumit adalah karena
sifat dan sikap teroris itu sendiri. Selain itu yang juga membuat
masalah teroris komplek dan rumit adalah karena ada pihakpihak yang belum mengerti teroris tetapi ikut bicara tentang
teroris sehingga membingungkan masyarakat.
Komplek dan rumit yang disebabkan oleh teroris diantaranya
adalah mereka bangga menjadi teroris tetapi tidak siap dengan
segala resikonya, secara fakta mereka memang teroris tetapi
tidak berani mengakuinya, mereka berani mengikuti kegiatan
terorisme tetapi takut diketahui keluarganya, mereka melanggar
hukum yang berlaku di Indonesia tetapi tidak siap ditangkap dan
dihukum, mereka melibatkan diri dalam aksi teror tetapi
cengeng, mereka melakukan teror hingga pembunuhan tetapi
ketika ditangkap terus kena pukulannya polisi saja mereka
merengek protes di BAP dan di persidangan, mereka menentang
NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD 45 dan bercita-cita
mendirikan Negara Islam tetapi begitu sudah ditangkap tidak
berani mengakuinya terus terang, dan mereka jadi teroris yang
menentang NKRI tetapi masih mempermasalahkan cara
penangkapan yang dilakukan oleh polisi.
Komplek dan rumit masalah teroris yang disebabkan oleh
pihak di luar teroris diantaranya adalah tidak percaya kalau di
Indonesia ada teroris, tidak percaya kalau terorisnya adalah
orang Islam, dan ketika ada teroris yang dijadikan DPO oleh
polisi atau ada yang ditangkap atau ada yang terbunuh, pihak ini
langsung menjalankan aksinya dengan membuat opini seperti;
bahwa yang disangka teroris oleh polisi ternyata bukan teroris,
polisi menangkapi aktifis Islam, prosedur penangkapan yang
dilakukan oleh polisi salah dan lain-lain.
Baru-baru ini terjadi penangkapan yang dilakukan oleh polisi
terhadap Siyono Klaten yang diduga terlibat terorisme dan
setelah ditangkap ia meninggal dunia. Kejadian ini
menimbulkan analisa-analisa dan pernyataan-pernyataan,
terutama dari pihak yang saya sebutkan di atas, diantaranya
bahwa Siyono bukan teroris tetapi imam masjid dan guru ngaji.
Masyarakat yang belum mengetahui tentang teroris yang
sebenarnya, terutama tentang latar belakangnya, ketika mereka
mendengar kata teroris dan kata imam masjid yang dilontarkan
oleh pihak tersebut maka seolah kontradiksi karena antara
teroris dengan imam masjid perbedaannya jauh sekali, teror
konotasinya jelek sedang imam masjid konotasinya baik. Akan
tetapi bagi masyarakat yang sudah mengetahui tentang teroris
terutama tentang latar belakangnya, ketika mendengar kata
teroris dan kata imam masjid maka tidak ada yang
kontradiksinya, karena bisa jadi imam masjid terlibat terorisme
dan bisa jadi teroris juga menjadi imam masjid.
Sebenarnya yang dilabeli teroris ini adalah umat Islam yang
berusaha merealisasikan syareat i’dad (mempersiapkan kekuatan
perang) dan syareat jihad (perang) yang tujuan jangka
panjangnya untuk membentuk Kekuasaan Islam. Karena
berusaha merealisasikan i’dad maka mereka harus latihan
perang, memiliki senjata api, memiliki amunisi, memiliki bahan
peledak dan melakukan persiapan-persiapan untuk berperang.
Dan karena berusaha merealisasikan jihad maka mereka harus
melakukan aksi-aksi jihad untuk menyerang pihak-pihak yang
dianggap sebagai musuh diantaranya dengan pengeboman dan
senjata, atau minimal membantu para pelaku jihad.
Inilah teroris, maka tidak aneh jika imam masjid ada yang
terlibat, guru ngaji ada yang terlibat, ustadz ada yang terlibat,
juru dakwah ada yang terlibat, aktifis ada yang terlibat, guru ada
yang terlibat, dosen ada yang terlibat, santri ada yang terlibat,
murid sekolah ada yang terlibat, mahasiswa ada yang terlibat
dan profesi lain-lain ada yang terlibat.
Dalam menjalankan kegiatannya teroris sangat rapi dan
sangat menjaga rahasia, sehingga sulit dikenali dan dideteksi
oleh masyarakat umum. Bahkan untuk menjaga eksistensinya
mereka menjadikan profesi-profesi di atas sebagai camuflage
(penyamaran). Contohnya, orang ini sebenarnya tugasnya adalah
mencari dan menyimpan senjata api untuk persiapan jihad,
supaya masyarakat setempat tidak curiga karena terlihat sibuk
tetapi tidak jelas pekerjaannya, maka dia menjadi guru ngaji,
jadi profesi guru ngaji berfungsi juga sebagai alat penyamaran.
Oleh karena itu maka tidak ada yang tahu siapa yang terlibat
terorisme kecuali teroris itu sendiri dan aparat yang berwenang
yang memiliki data tentang mereka dan yang memantau mereka.
Kerahasiaan Teroris
Kerahasiaan teroris yang tinggi yang membuat tidak semua
orang bisa mengetahui dia sebagai teroris, meskipun dia juga
berada di sekitar mereka, sehingga ketika terjadi penangkapan
terhadap teroris yang dilakukan oleh polisi cukup membuat
bingung orang banyak. Diantara yang dibuat bingung adalah:
 Keluarga mereka
Kerahasiaan terorislah yang menyebabkan keluarga mereka
tidak mengetahui kegiatan mereka yang berhubungan dengan
terorisme. Keluarga mereka tidak mengetahui bahwa ada
anggota keluarganya yang terlibat kegiatan terorisme. Keluarga
mereka tidak mengetahui bahwa anggota keluarganya mengikuti
latihan perang atau menyimpan senjata api atau menyimpan
amunisi atau menyimpan bahan peledak atau terlibat melakukan
aksi teror atau terlibat membantu pelaku teror. Keluarga mereka
hanya mengetahui bahwa anggota keluarganya ini adalah orang
baik, baik terhadap keluarganya dan orang lain, melakukan
kegiatan-kegiatan yang baik, rajin beribadah, rajin mengaji dan
senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
Oleh sebab itu, begitu ada anggota keluarganya yang
ditangkap oleh polisi mereka kaget dan seakan tidak percaya
karena mereka memang benar-benar tidak tahu sebabnya.
Karena ketidaktahuan mereka inilah maka ada yang bertanya ke
sana ke mari mencari tahu tentang penangkapan tersebut, ada
yang klarifikasi ke polisi, ada yang mencari pengacara, ada yang
tidak terima kenapa keluarganya ditangkap, dan ada juga yang
menerima berlapang dada sebab yakin ditangkapnya anggota
keluarganya bukan karena melakukan kejelekan.
 Sebagian Organisasi Islam
Kerahasiaan terorislah yang menyebabkan umat Islam yang
tergabung dalam organisasi-organisasi Islam tidak mengetahui
bahwa ada dari umat Islam yang melakukan kegiatan terorisme
meskipun berada di sekitar mereka. Biasanya organisasi Islam
hanya tahu bahwa ada orang Islam atau sekelompok orang Islam
di luar organisasi mereka, tertutup tidak mau bergaul dengan
masyarakat di luar kelompoknya, tetapi ada juga yang bersikap
mau bersahabat dengan siapa saja, bahkan ada yang mengikuti
kegiatan di organisasi-organisasi tersebut.
Kalau terhadap teroris yang tidak mau bergaul dengan
masyarakat, yang tertutup dan yang menjaga jarak maka
organisasi-organisasi tersebut tidak kaget ketika mereka
ditangkap oleh polisi karena kasus terorisme. Akan tetapi
terhadap teroris yang mau bergaul dengan masyarakat, yang
bersahabat dengan masyarakat, dan yang tidak menjaga jarak
dengan masyarakat, maka organisasi-organisasi tersebut tetap
berperasangka baik bahwa mereka juga umat Islam seperti
mereka, melakukan kegiatan-kegiatan keislaman seperti mereka
dan juga memperjuangkan Islam sebagaimana mereka.
Oleh karena itu, ketika orang-orang ini ada yang ditangkap
oleh polisi karena terlibat terorisme, maka ada dari organisasiorganisasi tersebut yang tidak percaya kalau orang yang
ditangkap ini adalah teroris bahkan menyalahkan polisi.
 Sebagian umat Islam
Kerahasiaan terorislah yang menyebabkan mayoritas umat
Islam tidak mengetahui bahwa mereka melakukan kegiatan
terorisme. Mayoritas umat Islam hanya tahu bahwa setiap umat
Islam adalah sama, kalau ada yang beda maka yang beda hanya
organisasinya, madzhabnya, sikap dan sifat individunya saja.
Oleh karena itulah mayoritas umat Islam terhadap umat Islam
yang lainnya tetap berperasangka baik bahwa mereka juga umat
Islam seperti mereka, melakukan kegiatan keislaman seperti
mereka dan juga memperjuangkan Islam sebagaimana mereka.
Maka ketika ada orang Islam yang ditangkap oleh polisi
karena terlibat terorisme, ada dari umat Islam yang tidak percaya
kalau orang Islam yang ditangkap ini adalah teroris bahkan
menyalahkan polisi yang melakukan penangkapan.
Reaksi Teroris Saat Ditangkap
Berkenaan dengan sikap dan reaksi teroris ketika ditangkap,
kebanyakan mereka adalah mengadakan perlawanan.
Perlawanan yang dilakukan oleh teroris tidak semata-mata ingin
membunuh atau mengalahkan polisi yang menangkapnya, tetapi
dengan perlawanan itu dia berharap dirinya mati karena dua
tujuan penting yaitu mendapatkan mati syahid dan tidak sampai
memberikan keterangan kepada polisi membongkar rahasia
jaringan dan perjuangan mereka. Bahkan pernah terjadi ada
yang berencana sebelum ditangkap bahwa kapanpun dia
ditangkap dia akan berusaha untuk mati dengan cara apapun
daripada membuka rahasia, rencana tersebut akhirnya terkabul
karena dia berhasil merebut senjata dari polisi yang menjaganya
lalu membunuh dirinya dengan senjata tersebut.
Ada juga yang saat ditangkap dia tidak mengadakan
perlawanan bahkan menunjukkan kooperatifnya, namun ketika
dibawa oleh polisi di dalam mobil dia beraksi menyerang
beberapa polisi yang mengawalnya, secara teori dan fakta dia
tidak akan menang, tetapi mati yang jadi tujuan utamanya,
akhirnya tujuannya tercapai dia meninggal saat berkelahi dengan
beberapa polisi yang mengapitnya di dalam mobil tersebut.
Begitulah jalan dan cara yang ditempuh oleh sebagian teroris.
Dan hal ini kebanyakan keluarga teroris sudah tahu dan
memahaminya, sehingga ketika ada anggota keluarganya yang
ditangkap oleh polisi bahkan ada yang meninggal saat
penangkapan mereka tidak mempermasalahkannya. Karena
menurut mereka, hal tersebut sudah resiko dari jalan perjuangan
yang dipilih olehnya. Selain itu mereka juga sudah yakin bahwa
anggota keluarganya yang ditangkap atau yang meninggal
tersebut berada pada kebenaran di jalan lurus meskipun menurut
hukum di dunia ini mereka teroris.
Pengaburan Tentang Teroris
Teroris yang saya sebutkan di atas, tentang keyakinannya,
jalan perjuangannya, kebiasaannya dan bahayanya yang seperti
itu justru sering dibikin kabur oleh pihak-pihak tertentu. Hal ini
biasanya terjadi terutama ketika polisi melakukan penangkapan
terhadap yang disangka sebagai teroris.
Ada tiga pihak yang biasanya mengaburkan masalah teroris
yaitu:
1. Pihak di luar teroris, bukan teroris, tidak pro dengan teroris
dan juga tidak pro dengan yang memerangi teroris. Pihak ini
biasanya mengeluarkan statemen seperti:
 Teroris ada karena Amerika. Pihak ini mengatakan begini
mungkin karena permasalahan Palestina yang tidak
kunjung selesai padahal sebetulnya Amerika mampu
menyelesaikannya, sebab masalah inilah maka muncul
teroris. Dan juga karena jihadis global yang dimotori oleh
Al-Qaidah menjadikan Amerika dan sekutunya sebagai
sasaran utama diantaranya berdasarkan sebab Amerika pro
Israil dalam kasus Palestina, Amerika bercokol di Jazirah
Arab padahal menurut Akidah Islam haram, dan kezalimankezaliman Amerika seperti permusuhannya terhadap
Mujahidin Afghanistan pasca kekalahan komunis, sebab
inilah maka muncul teroris.
 Adanya teroris di Indonesia karena ada Densus 88 dan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kalau
Densus 88 dan BNPT dibubarkan maka teroris tidak akan
ada. Mungkin pihak ini belum tahu bahwa Densus 88 dan
BNPT dibentuk karena ada teroris. Asalnya dibentuk Tim
Investigasi Bom Bali untuk menangani kasus pengeboman
di Bali yang kami lakukan. Penanganan kasus Bom Bali
belum selesai sudah ada lagi pengeboman di Hotel JW
Marriot yang dimotori oleh Nordin M Top dan Dr. Azhari.
Namanya tidak lagi Tim Investigasi Bom Bali tapi berganti
Satgas Bom Polri. Ternyata terorisme dan aksinya masih
terus ada, maka dibentuklah Densus 88. Kemudian
pemerintah membentuk badan yang lebih besar lagi yaitu
BNPT. Pihak ini sulit ditebak apa maksudnya, apakah
benar-benar belum tahu tentang teroris yang sebenarnya,
atau karena tidak suka dengan cara kerja Densus 88 dan
BNPT, atau supaya tidak dimusuhi oleh teroris, atau untuk
mengambil hati teroris, atau untuk mengambil hati umat
secara umum, atau ada niat dan tujuan politik yang lain
untuk kepentingan dirinya, agama dan negara.
2. Pihak yang pro dengan teroris yang mampu membikin opini.
Diantara opini mereka adalah bahwa yang ditangkap bukan
teroris, polisi menangkapi aktifis Islam, penangkapan
tersebut pesanan Amerika, dan isyu-isyu lain yang keluar dari
fakta yang sebenarnya. Pihak ini terdiri dari:
 Pihak yang sama jihadisnya, sama terorisnya, satu jaringan
dan satu tujuan dengan teroris yang ditangkap.
Pihak ini tahu bahwa yang ditangkap memang terlibat
terorisme dan terkena Undang-Undang terorisme yang
berlaku di Indonesia. Akan tetapi demi untuk menutupi
predikat dan tujuan mereka yang sebenarnya maka mereka
berpura-pura tidak tahu, lalu membikin opini, dengan
tujuan mencari dukungan dari masyarakat supaya mereka
lolos dari penangkapan, yang sudah ditangkap ringan
hukumannya dan supaya masyarakat mendukung dakwah
dan perjuangan mereka. Artinya bahwa pihak ini menipu
masyarakat karena ada tujuan-tujuan tertentu.
 Pihak yang sama tujuannya dengan teroris yang ditangkap
yaitu untuk menyusun kekuatan dan membentuk
Kekuasaan Islam.
Pihak ini tidak tahu secara detail bahwa yang ditangkap
memang terlibat terorisme dan terkena Undang-Undang
terorisme yang berlaku di Indonesia. Mereka hanya tahu
bahwa teroris yang ditangkap adalah aktifis Islam yang
mempunyai kesamaan tujuan dengan mereka. Dengan
demikian berarti polisi menangkap para aktifis Islam. Oleh
sebab itu mereka membikin opini supaya masyarakat
mendukung mereka untuk bersama-sama menanggulangi
penangkapan terhadap aktifis Islam, dan supaya masyarakat
mendukung dakwah dan perjuangan mereka untuk
menyusun kekuatan dan membentuk Kekuasaan Islam.
Artinya bahwa pihak ini memanfaatkan kesempatan untuk
kepentingan diri dan kelompoknya.
 Pihak yang simpati kepada teroris karena secara zahir
teroris adalah baik dan memperjuangkan Islam.
Pihak ini tidak tahu bahwa teroris yang ditangkap
memang terlibat terorisme dan kena Undang-Undang
terorisme yang berlaku di Indonesia. Mereka hanya tahu
bahwa teroris yang ditangkap adalah orang baik yang tidak
melakukan kriminal. Karena ketidaktahuan mereka tentang
kegiatan orang yang ditangkap yang berhubungan dengan
terorisme maka mereka ikut-ikutan membikin opini untuk
menentang penangkapan tersebut.
3. Pihak yang terpengaruh dengan opini-opini di atas sehingga
ikut membela teroris. Pihak ini bisa berasal dari organisasi
tertentu atau partai tertentu atau lembaga tertentu atau
kelompok tertentu atau perorangan. Pihak ini terdiri dari:
 Pihak yang membela teroris yang ditangkap karena
menganggap bahwa teroris yang ditangkap adalah aktifis
Islam yang meperjuangkan kepentingan Islam.
Pihak ini sebenarnya tidak setuju dengan radikalisme,
tidak setuju dengan terorisme, tidak setuju jihad diartikan
dengan perang, bahkan tidak setuju kalau Indonesia
dijadikan Negara Islam dan juga sudah puas dengan NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Akan tetapi
karena sama muslimnya dengan pembikin opini dan juga
sama muslimnya dengan orang yang ditangkap, benarbenar tidak tahu bahwa yang ditangkap ini terlibat
terorisme, maka akhirnya mereka ikut-ikutan, ikut tidak
setuju dengan penangkapan yang dilakukan oleh polisi, ikut
membuat opini dan ikut membela terois yang ditangkap.
 Pihak yang membela teroris yang ditangkap karena ada
kepentingan politik.
Pihak ini sebenarnya tidak setuju dengan radikalisme,
tidak setuju dengan terorisme, tidak setuju kalau jihad
diartikan dengan perang, bahkan tidak setuju kalau
Indonesia dijadikan Negara Islam dan juga sudah puas
dengan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Akan tetapi karena mereka ada tujuan politik untuk
kepentingan dirinya atau organisasinya atau partainya atau
repotasinya maka akhirnya mereka ikut-ikutan, ikut tidak
setuju dengan penangkapan yang dilakukan oleh polisi, ikut
membikin opini dan ikut membela teroris yang ditangkap.
Bahkan bisa jadi pihak ini sebenarnya tahu bahwa yang
ditangkap memang benar-benar terlibat terorisme dan kena
Undang-Undang terorisme yang berlaku di Indonesia. Akan
tetapi, untuk mengambil hati para aktifis Islam, para
militan, para radikalis dan para teroris demi politik buat
kepentingan dirinya, organisasinya, partainya dan
repotasinya maka akhirnya pihak ini ikut-ikutan, ikut tidak
setuju dengan penangkapan yang dilakukan oleh polisi, ikut
membikin opini dan ikut membela teroris yang ditangkap.
Dengan sikap yang seperti ini, pihak ini berharap banyak
masyarakat yang hormat dan simpati kepadanya, sehingga
jika mencalonkan sesuatu banyak yang memilihnya. Dan
harapannya pihak ini kepada para jihadis dan teroris
minimal mereka tidak menganggapnya sebagai musuh.
Pengaburan Menimbulkan Fitnah
Opini yang dibikin oleh pihak-pihak tertentu yang
menyebabkan pengaburan tentang teroris adalah tidak kalah
berbahayanya dengan teroris itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena pengaburan tentang teroris berarti mencegah masyarakat
supaya tidak mengetahui teroris yang sebenarnya, padahal
masyarakat juga terkena sasaran teroris. Jika demikian maka
akan menimbulkan fitnah-fitnah sebagai berikut:
 Menguntungkan teroris, karena dengan pengaburan tersebut
berarti mereka terbela dan akan tetap leluasa melakukan
kegiatannya.
 Masyarakat tidak akan tahu teroris yang sebenarnya, tentang
siapa mereka, apa latar belakangnya, apa tujuannya,
bagaimana ciri-cirinya, apa kegiatannya dan apa bahayanya.
Jika masyarakat tidak tahu maka mereka tidak bisa ikut andil
dalam mencegah dan menanggulangi terorisme.
 Keluarga yang anggota keluarganya meninggal karena dikejar
atau ditangkap oleh polisi akan bertambah kesibukan dan
terganggu. Mereka yang asalnya ikhlas menerima kematian
tersebut berobah tidak menerima, asalnya diam berobah
protes, asalnya diam berobah mencari-cari pengacara, asalnya
diam berobah ingin ke komnas HAM, asalnya diam berobah
ingin menuntut polisi, dan asalnya diam tidak bicara berobah
menjadi banyak bicara tentang kasus tersebut. Akhirnya para
pembikin opini tersebut bukan membantu dan meringankan
keluarga korban tetapi justru memberi masalah baru dan
menambah beban buat mereka.
 Keluarga yang anggota keluarganya ditangkap bertambah
kesibukan dan terganggu. Mereka yang asalnya menerima




penangkapan tersebut berobah tidak menerima, asalnya diam
berobah protes, asalnya diam berobah mencari-cari pengacara,
asalnya diam berobah ingin ke komnas HAM, asalnya diam
berobah ingin mengajukan praperadilan, dan asalnya diam
tidak bicara berobah menjadi banyak bicara tentang kasus
tersebut. Akhirnya para pembikin opini tersebut bukan
membantu dan meringankan keluarga yang anggota
keluarganya ditangkap tetapi justru menambah pekerjaan dan
beban mereka.
Ada dari organinasi, partai, lembaga, forum dan perorangan
yang tertipu oleh opini tersebut. Sebenarnya mereka ini tidak
setuju dengan terorisme, tetapi karena pembuat opini tersebut
bohong maka akhirnya mereka tergiring untuk ikut-ikutan
protes terhadap penangkapan yang dilakukan oleh polisi dan
ikut mengeluarkan statemen-statemen yang tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
Dengan pembelaan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut
berarti secara tidak langsung pihak-pihak ini membela dan
membantu teroris.
Dengan opini-opini dan pengaburan tentang teroris berarti
memberi angin kepada teroris.
Menfitnah polisi, dan mengajak orang lain untuk tidak percaya
kepada polisi dan membenci polisi.
Meskipun Benar Menurut Quran dan Hadits Teroris Tetap
Salah Menurut NKRI
Kegiatan teroris mempersiapkan dan menyusun kekuatan
dengan melakukan latihan perang, belajar menggunakan senjata
dan mengumpulkan peralatan perang untuk Jihad fie Sabilillah
adalah benar menurut Quran dan Hadits, akan tetapi salah
menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Oleh sebab itu jika teroris membawa atau memiliki atau
menyimpan senjata api, amunisi, bahan peledak, melakukan aksi
teror, membantu pelaku teror dan terlibat terorisme walau
sekecil apapun maka pasti dijadikan DPO dan ditangkap oleh
aparat yang berwenang di NKRI.
Jika ada dari teroris yang meninggal dunia disebabkan oleh
tangan aparat yang berwenang di NKRI pada saat pengejaran
atau penangkapan, lalu pihak yang pro teroris mengklaim
matinya mati syahid, maka klaim tersebut tetap tidak akan bisa
merobah hukum yang berlaku di NKRI, sehingga yang lain yang
terlibat terorisme tetap terus dijadikan DPO dan ditangkap.
Begitu juga jika ada teroris yang ditangkap oleh polisi atau
ada yang meninggal di tangan Polisi Densus 88, lalu ada aliansi
dari berbagai elemen masyarakat melakukan demo agar Densus
88 dibubarkan, kemudian demo tersebut berhasil dan Densus 88
resmi dibubarkan, hal ini tidak berarti yang terlibat terorisme
tidak dijadikan DPO, tidak dikejar dan tidak ditangkap lagi,
karena polisi selain Densus 88 masih banyak, jikapun polisi
sudah tidak ada lagi maka masih ada TNI dan BIN.
Jadi, menggalang massa, mengumpulkan massa, membentuk
aliansi untuk melakukan demo menuntut agar Densus 88
dibubarkan bukan solusi, tetapi solusinya adalah jangan jadi
teroris dan jangan terlibat terorisme. Dengan tidak adanya
teroris maka kejadian penangkapan dan kematian dengan cara
yang seperti itu tidak akan terjadi lagi, dan hal itu juga bisa
membantu supaya polisi tidak melakukan kesalahan yang seperti
itu lagi. Dan dengan tidak adanya teroris maka penggalangan
massa, pengumpulan massa dan pembentukan aliansi yang
seperti itu tidak akan terjadi lagi, karena sedikit atau banyak
pasti mengganggu mereka, apalagi besar kemungkinannya
mereka tidak tahu fakta yang sebenarnya tentang kasus tersebut.
Polisi adalah manusia biasa yang banyak salah dan dosa.
Mereka sudah tahu bahwa potret teroris yang sudah-sudah
adalah mudah melakukan aksi teror dan mudah melakukan
pembunuhan, baik dengan senjata atau bom, sudah melukai dan
membunuh ratusan orang bahkan ribuan, lalu ada lagi tersangka
baru yang menurut penyelidikan terlibat terorisme yang harus
ditangkap, tetapi setelah ditangkap tidak mengakuinya bahkan
mentang-mentang padahal ada saksinya, maka wajar jika ada
dari polisi yang jengkel dan marah.
Saya pernah lihat sendiri dan hal yang seperti ini buat kami
tidak aneh, bahwa banyak dari teroris setelah ditangkap oleh
polisi sikap dan mulut mereka kasar terhadap polisi, polisi
dikatakan thoghut dan kafir di depannya padahal yang dikatakan
begitu juga Islam, polisi dipanggil dengan panggilan binatang,
bahkan ada polisi yang diludahi. Beginilah teroris menunjukkan
akhlaknya, sehingga wajar jika kemudian ada dari polisi yang
jengkel dalam menghadapi teroris. Artinya, bahwa teroris yang
mengaku agamis dan jihadis yang ditangkap ini sudah
melanggar hukum, tetapi sama sekali tidak merasa bersalah,
tidak menyesal, dan justru bersikap kasar dan melontarkan katakata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang muslim.
Supaya tidak ditangkap oleh polisi dan supaya tidak ada yang
terbunuh sebagaimana yang sudah terjadi, maka tidak usah
memilih jalan perjuangan dengan cara menjadi teroris dan
terlibat terorisme. Masih banyak jalan perjuangan selain jadi
teroris dan terlibat terorisme yang jelas-jelas bisa memberikan
manfaat buat Islam dan umat Islam. Muhammadiyah yang
berdiri tahun 1912 M dan Nahdlotul Ulama (NU) yang berdiri
tahun 1926 M, keduanya hingga sekarang masih eksis dan sudah
tidak bisa dihitung lagi kebaikan dan manfaatnya buat Islam dan
umat Islam tanpa jadi teroris dan terlibat terorisme.
Download