Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok :4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung 2001 Laporan Bab V Darah dan Peredaran A. Pendahuluan Dalam suatu organisme dibutuhkan suatu sistem sirkulasi yang berfungsi untuk mentransportasikan zat nutrisi menuju sel, zat buangan yang harus dibuang. Pada hewan, fungsi sistem ini diambil oleh peredaran darah. Peredaran darah ini mengedarkan darah yang berisi sel-sel darah serta materi lain yang terlarut di dalamnya baik zat nutrisi ataupun zat buangan. Alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah adalah Hematositmeter. Satuan yang digunakan dalam pengukuran adalah jumlah sel/mm3. Individu jantan dan betina mempunyai jumlah sel darah yang berbeda. Hemoglobin (Hb) merupakan konyugasi protein yang berfungsi sebagai pengikat O2 dalam sel darah merah. Hemoglobin ini merupakan gabungan dari empat protein heme yang mengandung Fe serta sebuah protein globin. Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah dinyatakan dalam persen. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari metoda untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih, mengukur kadar Hb darah dengan metode sahli, serta menghitung nilai hematokrit. B. Cara Kerja dan Pengamatan No. 1. Cara Kerja Hasil Pengamatan Menghitung jumlah sel darah merah (SDM) Jantan Tikus yg telah dipanaskan 50OC diulasi alkohol, ditoreh dengan silet darah isap darah dgn hematositmeter hingga 1,0 bersihkan ujung pipet (hematositmeter) isap larutan Hayem hingga 101 kocok selama 2’ darah dalam pipet 5 tetes pertama dibuang, sisanya dimasukkan dalam “counting chamber” 32, 37, 210, 47 Betina 57, 25, 27, 16, 40, 37 (kel. 7) diamkan selama 1-2 menit counting chamber diamati dibawah mikroskop hitung jumlah SDM 2. Menghitung jumlah sel darah putih (SDP) Tikus yg telah dipanaskan 50OC diulasi alkohol, ditoreh dengan silet darah Jantan 23, 23, 19, 18, 18, 25, 19, 24, isap darah dgn hematositmeter hingga 1,0 40 (kel. 2) bersihkan ujung pipet (hematositmeter) isap larutan turk hingga skala 11 kocok selama 2’ darah dalam pipet 5 tetes pertama dibuang, sisanya dimasukkan dalam “counting chamber” diamkan selama 1-2 menit counting chamber diamati dibawah mikroskop hitung jumlah SDP 3. Betina Menghitung Hb darah Tab. Sahli ujung jari Ditambah 0,1N HCl hingga skala 10 bersihkan dan tusuk darah isap dengan pipet sahli (20 μm) tempatkan pada statif berdampingan dengan standar dibiarkan selama 1 menit ditambahkan aquades Hb jantan = 60% Hb betina = 76% 36 (kel. 7) warna sama dengan standar baca tinggi permukaan minikus 4. Menghitung nilai hematokrit Tikus yg telah dipanaskan 50OC Hematokrit jantan = 47,5% diulasi alkohol, ditoreh dengan silet Hematokrit betina = 44% darah diambil menggunakan pipa kapiler pipa kapiler berisi darah ujung pipa kapiler dibakar hingga menutup disentifuga 11.000 rpm, 4 menit. Hasil fraksi dicocokkan dengan kurva standar C. Perhitungan Perhitungan sel darah merah : Jumlah eritrosit tikus jantan : SDM/mm3 = (32+37+57+210+47) x 100 x 50 = 383 x 5000 = 1.915.000 sel Jumlah eritrosit tikus betina: SDM/mm3 = (25+27+16+40+37) x 100 x 50 = 145 x 5000 = 725.000 sel Jumlah leukosit tikus jantan : SDA/mm3 = (23+23+19+18+40) x 10 x 2 = 123 x 20 = 2460 sel Jumlah leukosit tikus jantan : SDA/mm3 = (18+25+19+24+36) x 10 x 2 = 122 x 20 = 2440 sel D. Pembahasan Pada percobaan kali ini, hal yang dilakukan adalah menghitung jumlah sel darah merah dan putih, mengukur kadar Hb darah dengan metode sahli serta menghitung nilai hematokrit. Pada percobaan yang pertama, yaitu penghitungan jumlah sel darah merah dalam tiap mm3 digunakan alat yang dinamakan Hematositmeter. Darah hewan mamalia mengandung komponen : plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat terlarut lainnya sebesar 1% serta elemen seluar yang terdiri dari eritrosit 99,9%, dan sisanya adalah leukosit. Protein plasma yang terdapat dalam darah antara lain terdiri atas albumen 60%, globulin 35%, fibrinogen 4% serta protein pengaturseperti enzim, proenzim dan hormon sebanyak kurang lebih 1%. Zat terlarut lain berupa elektrolit Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-, HPO4-, dan SO42- serta nutrien organik yang penting menghasilkan energi antara lain asam lemak, kolesterol, glukosa dan asam amino. Selain bahan yang berguna bagi tubuh, ada juga bahan yang harus dibuang tubuh, antara lain urea, asam urat, kreatinin, bilirubin dan amonia. Fungsi darah antara lain : 1. alat transportasi yang berkaitan dengan respirasi, ekskresi dan regulasi. 2. mengatur keseimbangan antara darah dengan cairan jaringan(osmoregulasi) 3. mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh 4. mengatur suhu tubuh (osmoregulasi) 5. sebagai alat pertahanan tubuh dengan adanya antibodi 6. mencegah pendarahan terus menerus dengan adanya trombosit. Yang dimaksud hematokrit adalah jumlah sel darah merah yang terdapat dalam darah dalam persen. Nilai ini tergantung pada jenis kelamin. Pada pria dewasa normal nilainya sekitar +/- 47% dan pada wanita dewasa normal nilainya sekitar 45%. Selain itu hematokrit tidak merata pada seluruh bagian tubuh, pada limpa sekitar 70% dan pada ginjal hanya sekitar 20%. Eritrosit merupakan sel yang hanya terdiri atas membran sel dan sitoplasma. Bagian inti sel dan organelorganel sel lainnya telah tereduksi. Eritrosit ini berwarna merah karena didalamnya terdapat hemoglobin yang berperan dalam transportasi oksigen (O2). Hemoglobin terdiri atas heme (porfirin tipe III atau protoporfirin III) dan globin yang berupa protein. Variasi hemoglobin antar hewan dapat dilihat dari : 1. bentuk kristalnya, 2. posisi ikatan absorbsi, 3. kekuatan berikatan dengan oksigen. Sintesa hemoglobin dimulai pada saat sel darah tingkat eritoblast dan dilanjutkan sampai tingkat normoblast. Materi selular lainnya yaitu leukosit (sel darah putih). Leukosit ini memiliki inti yang banyak dan berperan dalam menyerang materi asing yang mengganggu sistem peredaran darah atau antibodi. Elemen seluler leukosit terdiri atas neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%, basofil <1%, limfosit 20-30% serta monosit 2-8%. Kekurangan leukosit dapat membuat ketahanan tubuh hewan menjadi berkurang. Proses pengambilan darah dilakukan dari ekor tikus yang telah dipanasi selama 10 menit. Tujuan tikus tersebut dipanaskan ialah agar mempercepat sirkulasi darah sehingga darah yang didapatkan lebih banyak. Selain itu dara tersebut diambil dari ekor yang ditoreh ialah karena ekor merupakan bagian kulit yang tidak berbulu dan bertekanan darah tinggi. Darah yang digunakan adalah darah segar yang segera membeku bila tidak diberi perlakuan khusus. Oleh karena itu, sebelum digunakan darah ini sebaiknya ditambahkan anti-koagulan. Atau dapat juga alat-alat yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dalam larutan anti-koagulan agar tidak membeku. Zat anti-koagulan yang digunakan dalam praktikum ini adalah natrium sitrat. Hemasitometer terdiri dari gelas objek kamar hitung (counting chamber) dan pipet pengisap-pengencer Thoma. Pada percobaan ini dijunakan counting chamber jenis “Improved Neubauer”. Dalam kamar hitung terdapat gelas objek yang tebal. Counting chamber tipe “Improved Neubauer” mempunyai ukuran 3 mm x 3 mm x 0,1 mm dan terdiri dari 9 bagian kotak masing-masing dengan luas 1 mm2. Pipet pengisap-pengencer Thoma terbagi atas 2 bagian yaitu bagian atas yang menggelembung yang berfungsi sebagai tempat pengocok serta bagian bawah yang berskala. Pipet Thoma ini ada dua macam, yaitu jenis pertama yang berskala 101 digunakan untuk pengukuran jumlah eritrosit dan jenis kedua yang berskala 11 digunakan untuk pengukuran jumlah leukosit. Alasan digunakannya dua ukuran pipet Thoma ini adalah karena jumlah eritrosit jauh lebih banyak (5 juta/mm 3 darah) dibandingkan dengan leukosit yang jumlahnya hanya 8000 sel/mm3 darah. Pengenceran yang dilakukan pada penghitungan eritrosit menggunakan larutan Hayem. Larutan ini merupakan larutan yang isotonik dengan sitoplasma eritrosit dan memiliki kemampuan untuk melisis sel darah putih. Larutan pengencer yang digunakan pada penghitungan leukosit adalah larutan Turk. Larutan ini merupakan larutan yang isotonis dengan sitoplasma sel darah putih sekaligus memberikan pewarnaan (ungu muda) dan dapat menghemolisiskan eritrosit. Dalam percobaan, setelah darah diencerkan dengan larutan di atas, dilakukan pengocokan hingga sel-sel darah tadi homogen dalam larutan. Setelah darah tersebut homogen, 3-5 tetes larutan yang dalam pipet dibuang karena pada beberapa tetes pertama, larutan yang didapatkan tidak homogen sehingga akan mengacaukan perhitungan. Kemudian larutan tersebut baru dimasukkan dalam counting chamber. Kamar R yang ukurannya lebih kecil, yaitu 5 x 0,1 x 0,04 mm3 adalah tempat pengukuran jumlah eritrosit. Kamar W yang ukurannya lebih besar, yaitu 5 x 0,1 x 1 mm3 untuk mengukur jumlah sel darah putih. Hal ini karena jumlah eritrosit jauh lebih banyak dibandingkan leukosit. Rumus jumlah sel darah dalam satu satuan mm3 ialah sel darah yang terlihat dikalikan dengan faktor pengenceran dibagi dengan volume counting chamber (dalam mm3) dikalikan dengan satu mm3. Pada eritrosit, nilai volume counting chamber ialah 0,02 mm3 sedangkan nilai volume counting chamber pada leukosit adalah 0,5 mm3. Jumlah eritrosit tikus jantan yang didapatkan pada 1 mm3 ialah 1.915.000 sel. Jumlah ini sangat kurang dibandingkan dengan jumlah eritrosit normal pada 6,8 juta sel. Juga hal ini terjadi pada jumlah leukosit. Pada percobaan ini didapatkan jumlah lekosit tikus jantan sebesar 2460 sel/mm3. Jumlah ini sangat kurang dibandingkan dengan jumlah leukosit tikus yang normal, yaitu sekitar 9000 sel/mm3. Hal ini disebabkan adanya koagulasi darah sehingga sel-sel darah menggumpal bersatu dan tidak dapat dihitung. Kesalahan ini terjadi karena tidak semua alat yang akan digunakan (pipa kapiler) direndam dalam larutan anti-koagulan yaitu Na-sitrat. Dari data yang didapatkan, baik jumlah eritrosit ataupun leukosit oleh kelompok lain, tampaknya hal ini juga terjadi. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah : 1. keadaan fisiologis spesies (suhu tubuh, aktivitas spesies sebelum diambil darahnya) 2. perubahan rata-rata pembentukan atau disintegrasi sel darah merah 3. penyakit : anemia, erythopenia, polyeyrthamia. 4. Jenis kelamin Pada pengukuran hemoglobin yang dilakukan pertama kali ialah melisiskan eritrosit agar Hb dapat keluar dan homogen dalam pelarutnya, caranya dengan menambahkan HCl 0,1 N yang sifatnya hipotonis. Selain itu HCl berfungsi sebagai pewarna Hb sehingga larutan yang berisi Hb tadi dapat dibandingkan dengan larutan komparator. Larutan pengencer digunakan akuades. Dengan penambahan pada larutan hingga diperoleh warna yang serupa antara larutan baku dan larutan sampel darah. Skala pada tabung Sahli tersebut menunjukkan kadar Hb dalam gr per 100 ml darah atau persen (%).Kadar Hb mencit berkisar pada percobaan 14 gram/cc atau 60%. Afinitas Hb sebagai transpor oksigen dipengaruhi oleh faktor : 1. tekanan partial CO2 2. suhu tubuh 3. pH darah, 4. kadar 2,3 fosfogliserat dalam darah. Pada pengukuran hematokrit, pipa kapiler diisi darah ¾ dari panjangnya kemudian dilakukan pemampatan pada salah satu ujungnya dengan pemanasan pada salah satu kaca kapiler, lalu dilakukan sentrifugasi 11.000 rpm selama 3 menit. Hal ini menyebabkan eritrosit yang bermassa jenis lebih besar mengendap sedangkan komponen darah yang lain tidak. Dari hal ini dapat diketahui perbandingan eritrosit dengan substansi lain dalam darah. Pada percobaan didapatkan nilai 47,5%. Nilai ini berarti dalam darah terdapat 0,475 bagian eritrosit serta 0,525 bagian lainnya(plasma, leukosit, dll). Hal ini sedikit menyimpang dari kadar eritrosit tikus normal, yaitu sekitar 47%. E. Kesimpulan 1. Cara penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit hampir mirip, perbedaannya hanya pada pelarut, faktor pengenceran dan ukuran counting chamber yang digunakan. 2. Jumlah sel darah merah pada tikus jantan yang didapatkan pada percobaan ialah 1.950.000 sel/mm3 3. Penentuan kadar Hb dengan tabung Sahli merupakan metode perbandingan visual larutan sampel dengan larutan standar. 4. Kadar Hb pada tikus jantan yang didapatkan pada percobaan adalah 60% atau 14 gram/cc. 5. Hematokrit menunjukkan persentasi antara sel darah merah dan plasma darah. 6. Hematokrit pada tikus jantan yang didapat dari percobaan ialah 47,5% F. Daftar Pustaka 1. Campbell, N. A, 1996, Biology 4th ed, Addison Wesley Longman, Singapore. 2. K.M Bykov, G.Y Vladimirov, dkk, 1960, Textbook Physiology, Foreign language publishing haouse, Moscow. 3. Soeripto dkk, 1993, Panduan ketrampilan kerja laboratorium, jurusan Biologi ITB, Bandung