Laporan Praktikum 4 Isolasi Membran Sel A. Tujuan Tujuan dari percobaan isolasi membran sel ini adalah : 1. mempelajari proses osmosis pada membran sel 2. mempelajari struktur dan pola protein membran sel B. Cara Kerja dan Hasil Pengamatan C. Pembahasan Membran sel merupakan bagian terluar dari sebuah sel. Fungsi membran sel antara lain : 1. sebagai batas fisis yang memisahkan bagian dalam sel dan lingkungan eksternal sel tersebut. 2. mengatur pertukaran materi dengan lingkungan 3. sensitivitas, mengandung berbagai macam reseptor 4. sebagai struktur pendukung yang membentuk struktur khusus untuk hubungan antar membran sel atau dengan materi ekstraseluler. Membran sel merupakan suatu struktur mosaik cair yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu fosfolipid dua lapis yang merupakan bahan utama dan berbagai macam protein yang berada didalamnya. Fosfolipid adalah molekul gliserol yang diikat oleh sebuah ion fosfat dan dua buah asam lemak. Dua buah site asam lemak ini bersifat hidrofilik dan bagian kepalanya yang mengandung ion fosfat bersifat hidrofobik. Fosfolipida ini terdiri dari dua lapis di mana pada bagian ujung-ujung yang hidrofilik dari masing-masing lemak saling berdekatan sehingga bagian ini berada di tengah-tengah membran sel, sedangkan bagian hidrofobik berada di bagian luar membran sel. Walaupun fosfolipid merupakan komponen terbesar membran, tetapi protein membranlah yang paling menentukan fungsi spesifik dari membran tersebut. Tiap jenis membran mempunyai protein yang unik satu sama lain. Sel darah merah telah ditemukan memiliki 50 jenis protein yang terdapat pada membran selnya. Ada dua macam protein membran, yaitu: 1. Protein integral : protein yang tertanam ke dalam fosfolipid sehingga menembus kedua lapisan lemak. Bagian tengah protein ini berisfat hidrofobik, sedangkan bagian ujung-ujungnya bersifat hidrofilik dan bersentuhan dengan bagian luar dan dalam sel. 2. Protein periferi : protein yang tidak terbenam dalam lapisan lemak seluruhnya, jadi hanya menempel pada permukaan, tidak jarang protein periferi ini menempel pada bagian ujung protein integral. Pada percobaan ini, dilakukan berbagai macam perlakuan perbedaan konsentrasi lingkungan pada sel eritrosit untuk melihat pengaruhnya pada membran serta pemisahan membran sel dari organel dan materi lain yang ada pada eritrosit. Alasan digunakannya eritrosit tua manusia antara lain : 1. tidak mempunyai inti dan organel lainnya sangat sedikit 2. mudah didapatkan, bahkan langsung dari darah praktikan 3. tidak berada dalam jaringan yang kompleks sehingga mudah diisolasi Pada percobaan ini, pertama dilakukan isolasi eritrosit dari sel-sel lain dan berbagai materi yang ada di darah manusia. Pada percobaan ini teknik pengisolasian yang digunakan adalah sentrifugasi. Sentrifugasi ini bekerja dengan cara memisahkan molekul berdasarkan massanya. Molekul dengan massa besar akan berada dibagian bawah dan dinamakan pelet, bagian lebih ringan akan mengendap atau tetap terlarut dalam zat pelarutnya dan dinamakan supernatan. Pada sentrifugasi darah, bagian yang berada paling bawah adalah eritrosit, karena sel ini mempunyai massa jenis yang paling besar. Lapisan selanjutnya adalah leukosit. Keduanya sel ini membentuk pelet pada dasar tabung. Selanjutnya materi lain yang terlarut dalam supernatan. Pada percobaan ini, dilakukan penambahan 10 ml larutan isotonis kedalam 2 ml darah dan sentrifugasi campuran tadi pada 1000G selama 10 menit pada suhu 4 oC. Suhu 4 oC dimaksudkan agar eritrosit tidak rusak karena terdenaturasinya protein serta materi lainnya karena panas. Hasil yang didapatkan kurang baik, karena hanya terbentuk 2 lapisan saja, yaitu eritrosit dan supernatan, sedangkan leukositnya masih terlarut dalam supernatan. Selanjutnya hasil sentrifugasi ini didekantasi, bagian plasma dipisahkan dan digunakan untuk keperluan lain sedangkan eritrosit yang sudah murni akan dijadikan bahan percobaan. Percobaan selanjutnya yaitu perlakuan perbedaan konsentrasi ekstrasel pada setetes eritrosit. Digunakan tiga konsentrasi yang berbeda, yaitu konsentrasi larutan hipertonis (NaCl 200mM), hipotonis (NaCl 80 mM), dan isotonis (NaCl 155mM). Pembagian ini berdasarkan perbandingan konsentrasi antara larutan-larutan ini dengan larutan intrasel. Larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi lebih besar dibandingkan konsentrasi di dalam sel. Larutan hipotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi kurang dari konsentrasi di dalam sel. Sedangkan larutan isotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi sama dengan konsentrasi di dalam sel, dimana konsentrasi NaCl intrasel yaitu sekitar 155mM. Setelah ditambahkan larutan tadi seharusnya didapatkan hasil percobaan : 1. Hipertonis (NaCl 200mM): terjadi proses osmosis, cairan sitopasma berpindah melalui membran dari dalam ke luar sel karena konsentrasi dalam sel lebih kecil dibandingkan konsentrasi lingkungannya. Hal ini menyebabkan terjadinya pengkerutan sel eritrosit karena jumlah cairan intrasel di bawah normal yang disebut krenasi. 2. Hipotonis (NaCl 80 mM): terjadi proses osmosis dari luar ke dalam sel karena konsentrasi dalam sel lebih besar dibandingkan konsentrasi lingkungannya. Hal ini menyebabkan cairan intrasel bertambah banyak dan tekanan turgornya bertambah. Karena membran sel tidak dapat menahan tekanan turgor yang besar ini, maka pecahlah membran sel eritrosit tersebut dan organel serta materi lain di dalam sel ini keluar sehingga sel tersebut terlihat kosong, hanya ada membrannya saja. Hal ini disebut hemolisis. 3. Isotonis (NaCl 155mM): tidak terjadi apa-apa, sel tetap terlihat normal. Hal ini disebabkan konsentrasi lingkungan sama dengan konsentrasi intrasel, sama seperti keadaan aslinya. Pada percobaan yang dilakukan, terjadi kesalahpahaman, dimana konsentrasi larutan tertukar antara larutan hipotonis dan hipertonis sehingga hasil yang didapatkan terbalik. Pada percobaan terakhir, dilakukan: (1) penambahan larutan hipertonis (buffer Na2SO4 pH 7,6 20 mOsM) pada eritrosit sisa percobaan kedua lalu (2) pengadukan larutan selama 20 menit pada suhu 4oC dan (3) pemisahan antara hemoglobin eritrosit dengan membran selnya dengan cara sentrifugasi pada 30.000G selama 10 menit pada suhu 4oC. Penambahan larutan hipertonis(buffer Na2SO4 pH 7,6 20 mOsM) dan pengadukan selama 10 menit dimaksudkan agar terjadi hemolisis dalam campuran sehingga organel serta materi lain dalam membran sel pecah dan organel serta materi lain didalamnya keluar. Karena kekurangan alat, poin (3) tidak bisa kami lakukan. Sentrifugasi 30.000G ini membutuhkan tabung khusus yang hanya terdapat dua buah, dan sampel darah yang dimiliki tidak dapat dicampur dengan sampel darah lain yang tidak berasal dari donor yang sama karena akan terjadi koagulasi bila golongan darahnya tidak sama. Setelah melihat hasil percobaan kelompok lain, dapat dilihat terjadinya tiga lapisan, yaitu lapisan paling bawah berupa membran eritrosit yang berwarna putih, lapisan kedua berupa hemoglobin yang berwarna merah serta supernatan yang berisi materi lain yang tidak mengendap(bening). Bentuk membran sel eritrosit (eritrosit ghost) ini sama dengan eritrosit yang telah ditambahkan larutan hipertonis seperti percobaan kedua. Sentrifugasi pada percobaan ketiga ini dimaksudkan untuk memisahkan membran sel dengan materi selain itu secara sempurna sehingga membran sel ini bisa benar-benar diamati. Tujuan kedua percobaan ini tidak dapat tercapai karena tidak dilakukannya elektroforesis SDS-PAGE pada protein dari eritrosit dan protein dari eritrosit ghost sehingga tidak dapat diamati struktur dan pola protein membran sel. D. Kesimpulan 1. Pada osmosis, terjadi perpindahan pelarut (air) dari daerah yang berkonsentrasi rendah menuju daerah yang berkonsentrasi tinggi melalui suatu membran. E. Daftar Pustaka 1. Campbell, Neil A., Biology 4th ed., Addison-Wesley Longman, Inc., 1998 2. Karp, Benjamin