Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus Leukopenia Di susun oleh : Nama : Yephina Ayu Prody : S1 Keperawatan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA PRODI S-1 KEPERAWATAN 2012 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN LEUKOSIT (LEUKOPENIA) 1.Definisi 1.1 Pengertian Sel darah putih (Leukosit) Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat didalam darah. Sel darah putih (dalam bahasa inggris : white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Fungsi umum sel darah putih ini sangat berbeda dengan SDM. Sel darah putih atau lekosit (leukocyte) ini umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup individu. Sekalipun demikian, bila dilihat kembali ke mahluk hidup yang lebih sederhana, leukosit ini hanya merupakan spesialisasi dari fungsi pertahanan tubuh, seperti yang dijalankan oleh sel-sel pengembara (wandring cells) seperti yang telah disebutkan, sel pengembara ini berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan keseluruh tubuh, membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari benda dan sel asing. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebaid, dan dapat menembus dinding kapiler/ diapedesis. Bahwa leukosit ini merupakan sel darah yang mengkhususkan diri, tercermin dari asal usulnya, yang sama dengan SDM, yaitu sel-sel “akar” (sistem cells) yang terus menerus membelah didalam sumsum tulang. Jumlah leukosit di dalam darah tidaklah sebayak SDM, leukosit berada dalam jumlah antara 0,1 – 0,2 % dari jumlah SDM. Untuk menjelaskan pernyataan tersebut, perlu diingat bahwa tubuh memerlukan oksigen setiap saat dan dalam jumlah yang besar. Untuk itu, diperlukan pembawa khusus, yang tidak melakukan fungsi lain. Ini dipenuhi oleh SDM yang berada dalam jumlah besar. Selain itu, untuk menjamin fungsi tunggal ini, SDM dilucuti dari kemampuan sintesis sejumlah besar senyawa kecuali ATP dan senyawa-senyawa khusus lain yang mendukung fungsinya. SDM tidak dapat lagi melakukan mitosis. Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, yaitu antara 5.10³ - 10⁴ / mL. Keragaman jumlah yang sampai 100% dapat dimaklumi bila diingat bahwa selalu ada saja kontak dengan benda asing diseberang bagian tubuh. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah – ubah dari saat ke saat, sesuai dengan jumlah benda asing yang biasa dihadapi dari saat ke saat, dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi. Bila jumlah keseluruhan leukosit di atas 10⁴/ mL, hal ini sudah merupakan petunjuk bahwa terjadi konflik dengan benda asing dalam jumlah yang lebih besar dari biasa atau yang lebih resistan dari yang biasa. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x10⁹-11x10⁹ sel darah putih di dalam seliter darah manusia dawasa yang sesatsekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000-10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Gambar Sel Darah Putih 1.2 Jenis-jenis sel-sel darah putih (Leukosit) Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit). a. Agranulosit Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat 2 jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi dalm membentuk antibody. Limfosit berukuran antara 8-14 mm. monosit berukuran lebih besar dari limfosit, yaitu 14-19 mm. monosit memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal. b. Granulosit Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi 3 yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil. Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat yang bersifat asam. Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5000-10000 dalam setiap mm kubik darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa diproduksi di jaringan limfa dan sumsum tulang. Leukosit hanya berumur beberapa hari saja bahkan beberapa jam. No Jenis-jenis sel darah putih (Leukosit) 1. Monosit (agranulosit) Keterangan Bersifat fagosit dan motil dengan inti bulat panjang 2. Limfosit (agranulosit) Tidak motil, inti satu, fungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk didalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Selain itu dibagi menjadi limfosit besar dan kecil. 3. Neutrofil (granulosit) Bersifat fagosit, intinya bermacam-macam, dengan bentuk bermacam-macam pula antara lain batang, bengkok, dan bercabangcabang. Sel neutrofil paling banyak dijumpai di sel darah putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam dan basa beserta tampak bewarna ungu. 4. Basofil (granulosit) Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biru. Warna biru ini disebabkan karena sel basofil menyerap pewarna basa. 5. Eosinofil (granulosit) Bersifat fagosit dan cenderung bewarna merah. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah putih. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d) basofil, dan (e) eosinofil 1.3 Leukopenia Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm³ (Dorlan 1994) Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10⁹/ L . pada sebagian kasus, penyakit ini dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer (www.health-res.com). Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sunsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadapa bayak bakteri dan agenagen lain yang mungkin masuk mengenai jaringan (Guyotn 2008). Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm³. 2.Etiologi Penyebab leukopenia dikhususkan kedalam jenis-jenisnya ,yaitu : 1. Neutropenia, penyebab infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurang vitamin B12, asam folat anafilaksis syok, hiperplanism, juga karena kelainan genetik. 2. Eosinopenia, penyebabnya adalah meningkatnya kadar stess, sindrom cushing, kortikosteroid, penyakit menular kortikortrophin, dan kortison. 3. Linfopenia, penyebabnya adalah karena faktor keturunan dan imunodefisiensi, stress, radiasi penyakit, tuberkolosis militer. 3. Patofisiologis Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini akan dijelaskan patofisiologi penyakit leucopenia : Radiasi sinar X dan sinar gamma yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan, akan menyebabakan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusak nya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhusukan leukosit yang mengalami penurunan. Kondisi tersebut akhirnya akan mengakiatkan neutropenia (produsi neutrofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit imunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan jumlah yang disebut dengan limfopenia. Oleh karena penyebab-penyebab diatas yang berujung pada menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia, limfopenia) maka terjadilah leucopenia. 4. Klasifikasi Leucopenia eosinopenia, monositopenia, Didasarkan atas penyebabnya, yaitu : Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : inveksi virus, campak, demam tifus toksin, rickettsia dari tifus, factor fisik ( radiasi pengion ) obat-obatan (sulfanilamides, barbiturate, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis syok, hypersplenism, juga karena kelainan genetic Eosinopenia penyebabnya adalah meningkatnya kadar stress, sindrom cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin, dan kortison. Lymphopenia penyebabnya adalah karena factor keturunan dan imunodefisiensi, stress, radiasi penyakit, tuberkolosis militer. 5. Manifestasi Klinis Leucopenia Indicator yang paling umum dari leucopenia adalah neutropenia (pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi indicator yang paling umum dan resiko infeksi. Jika leucopenia ringan, orang tidak akan menunjukan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai muncul. Jika leucopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang bisa muncul : a. Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin b. Menorhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode menstruasi c. Metrohaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi d. Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan mengganggu keseimbangan emosional. e. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah leukosit yang abnormal dalam darah f. Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mokusa struktur didalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain. g. Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena konghesti virus atau bakteri. h. Ebses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani. i. Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu pasien juga mengalami hot flases, rentan terhadap berbagai infeksi ulkus oral, dan mudah marah. 6. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi atau mudah terkena infeksi (jika adanya luka), adanya lukayang menandakan kelemahan imun tubuh (sariawan atau stomatitis), nafas cepat dan dangkal. Palpasi : adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu tubuh menunjukan peningkatan. Auskultasi : ditemukan ronchi. 7. Pemeriksaan Diagnostic Periksaan laboratorium - Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual diferensial dalam kasus mengevaluasi leucopenia. Hati-hati terhadap evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah merah (RBC) dan marfologi trombosit - Pemeriksaan smear sumsum tulang giobsi sampel ringan teknik sitometri arus. - Pemeriksaan mikrobiologi kultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat dilihat pada pasien demam. - Pengujian antibody anti neutropil harus dilakukan pada pasien dengan riwat autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak jelas penyebab leucopenia. Pemeriksaan fungsi lumbal - Pengambilan cairan Bone Merrow. 8. Penatalaksanaan medis Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu 1. Hemoglobin 2. Hematokrit 3. Leukosit (White Blood Cell / WBC) 4. Trombosit (platelet) 5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) 6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) 7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) 8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count) 9. Platelet Disribution Width (PDW) 10. Red Cell Distribution Width (RDW) Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam. Hemoglobin Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu : Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll. Hematokrit Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama. Leukosit (White Blood Cell / WBC) Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll. Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll Trombosit (platelet) Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah. Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paruparu.Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain : MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl) MCV = Hematokrit x 10 Eritrosit Nilai normal = 82-92 fl MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg) MCH = Hemoglobin x 10 Eritrosit Nilai normal = 27-31 pg MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”) MCHC = Hemoglobin x 100 Hematokrit Nilai normal = 32-37 % Laju Endap Darah Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi. Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 – 15 mm/jam Perempuan : 0 – 20 mm/jam Hitung Jenis Leukosit (Diff Count) Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl. Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8% Platelet Disribution Width (PDW) PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil. Steroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih. Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan leucopenia. DAFTAR PUSTAKA Sadikin, Muhamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika Anderson, Sylvia dan Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Guyton, dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC