STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI PERAIRAN KAMPUNG KELAM PAGI KELURAHAN DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG Bharata Surya Dharma Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Chandra Joei Koenawan Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, S.Pi, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015. Penentuan stasiun mengunakan metode purposive sampling. Terdapat 8 jenis mngrove antara lain jenis Rizophora apiculata, Rizophora mucronata, Avicennia Alba, Avicennia lanata, Bruguiera gymnorrhiza, Rizophora stylosa, Sonneratia alba. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rizophora apicullata dengan tingkat kerapatan tertinggi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jenis mangrove yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi pada semua plot pengamataan adalah jenis Rhizophora apiculata yang artinya jenis ini yang umumnya dijumpai pada setiap plot pengamatan mangrove. Indeks nilai penting tertinggi adalah jenis Rizophora apiculata yang artinya paling memiliki pengaruh terbesar dalam suatu komunias mangrove di perairan Kelam Pagi. Indeks keanekaragaman didapatkan nilai sebesar 1,71 dengan kategori sedang. Indeks keseragaman menunjukkan nilai sebesar 0,57 dengan kategori sedang, kondisi spesies mangrove dalam keadaan yang kurang seragam, indeks dominansi didapatkan hasil sebesar 0,41 dengan kategori rendah, artinya tidak ada jenis yang mendominasi. Kata Kunci : Mangrove, Struktur komunitas, Kampung Kelam Pagi, Kota Tanjungpinang. STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI PERAIRAN KAMPUNG KELAM PAGI KELURAHAN DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG Bharata Surya Dharma Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Chandra Joei Koenawan Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, S.Pi, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRACT This study was conducted in May 2015 to July 2015. The determination of the station using purposive sampling method. There are 8 types of mngrove among other types of Rizophoraapiculata, Rizophoramucronata, Avicennia Alba, Avicennialanata, Bruguieragymnorrhiza, Rizophorastylosa, Sonneratiaalba. In general, the condition of mangrove in the waters of the Dark Morning didominansi by Rizophoraapicullata types with the highest density level. Based on the results of the analysis showed that the mangrove species that have the highest frequency of attendance at all the plots pengamataan is Rhizophoraapiculata, which means this type are generally found in each plot mangrove observation. The index value of the highest importance is the type of Rizophoraapiculata which means that most have the greatest influence in a community in mangrove waters Kelam morning. Diversity index obtained a value of 1.71 with the medium category. Uniformity index showed a value of 0.57 in the medium category, the condition of mangrove species in a state that is less uniform, showed dominance index of 0.41 with a low category, meaning there is no dominant species. Keywords : Mangrove, Struktur community, Kelam Pagi village, Tanjungpinang city. PENDAHULUAN Kampung Kelam Pagi merupakan salah satu wilayah yang ada di Kelurahan Dompak. Kampung Kelam Pagi pernah dijadikan wilayah pertambangan bauksit oleh pihak swasta dalam kurun waktu sekitar lima tahun terakhir. Kondisi wilayah tersebut dulunya memang memiliki perairan yang begitu potensial terhadap para pelaku di dunia perikanan dibuktikan dengan hasil tangkapan nelayan yang begitu melimpah. Akibat dari kegiatan pertambangan bauksit di Kampung Kelam Pagi mengalami kerusakan. Dapat dilihat dari hutan mangrove yang dulunya tidak terjamah oleh manusia, sekarang kondisinya kurang begitu rimbun karena telah ditebang dan terjadinya penimbunan disekitar wilayah tersebut. Fungsi dari ekosistem mangrove adalah sebagai tempat berkembang biak dan tempat mencari makan bagi biota-biota yang ada di sekitarnya. Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan yang lemah dapat mengakibatkan rusaknya keberadaan hutan mangrove dan efek secara keseluruhan dapat mengancam ekosistem lainnya. Perumusan Masalah Hutan mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi mempunyai peran dan fungsi ekologis serta fungsi ekonomis, sehingga potensi sumberdaya ekosistem mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi begitu besar. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pegumpulan data dasar dan informasi untuk pengelolaan hutan mangrove. Permasalahannya adalah bagaimana kondisi keanekaragaman jenis ekosistem mangrove dan nilai indeks ekologi ekosistem mangrove yang ada di perairan Kampung Kelam Pagi saat ini?. Hal inilah yang menarik Penulis untuk melakukan penelitian di perairan Kampung Kelam Pagi tersebut. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui data komposisi jenis vegetasi mangrove, 2. Mengetahui data tentang struktur ekosistem mangrove, 3. Mengetahui data tentang kondisi perairan ekosistem mangrove. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi ekosistem Mangrove yang ada di perairan Kampung Kelam Pagi dalam bentuk data base, sehingga dapat digunakan sebagai sumber referensi dasar atau rujukan dalam pengelolaan hutan mangrove yang ada khususnya di perairan Kampung Kelam Pagi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015 yang terdiri dari identifikasi jenis, kerapatan jenis, frekuensi jenis, tutupan lamun, dan nilai indeks ekologi mangrove, serta pengukuran parameter lingkungan yang meliputi suhu, salinitas, pH, pasang surut, kekeruhan dan substrat di perairan kampung Kelam Pagi, Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Sumber : Basemap Bintan Gambar 7. Peta lokasi penelitian Tabel 1. Kordinat titik stasiun perairan laut Kampung Kelam Pagi No Stasiun Letak Lintang 1 I 104029’44,067” E dan 0050’51,236” N 2 II 104029’34,742” E dan 0050’57,306” N 3 III 104029’24,801” E dan 0051’3,186” N Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Table 2. Peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian Alat dan bahan Kegunaan Keterangan Global Positioning System (GPS) Digunakan untuk penentuan lokasi Insitu Meteran dan tali Buku identifikasi jenis mangrove Roll meter Refractometer Untuk pembuatan garis transek Untuk mengidentifikasi jenis mangrove Untuk mengukur diameter batang Untuk mengukur suhu Untuk mengukur derajat keasaman Untuk mengukur salinitas Insitu Insitu Insitu Turbiditymeter Untuk mengukur kekeruhan perairan Eksitu Kamera Untuk dokumentasi di lapangan Alat tulis Untuk mencatat hasil di lapangan Sekop Untuk mengambil substrat Multytester Metode Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Penentuan stasiun mengunakan metode purposive sampling, metode ini merupakan teknik pengambilan contoh yang digunakan apabila contoh yang akan diambil mempunyai pertimbangan tertentu dan juga penentuan lokasi penelitian secara sengaja, berdasarkan tingkat kerapatan tutupan mangrove yang dianggap mewakili ekosistem mangrove di Kampung Kelam Pagi. Setelah melakukan survey awal di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel mangrove untuk memenuhi representatif ekosistem mangrove di Kelam Pagi diputuskan membagi stasiun pengamatan menjadi 3 stasiun. Stasiun 1 dengan kerapatan mangrove yang renggang atau tipis, sedangkan stasiun 2 kerapatan mangrove yang agak renggang atau sedang, dan stasiun 3 dengan kerapatan mangrove yang tebal. Indeks Nilai Ekologi Mangrove Untuk melihat Indeks Keanekaragaman digunakan metode Shannon-Wiener dalam Krebs (1997) pada setiap stasiun yaitu dengan rumus : Dimana H’ = Indeks keanekaragaman Ni = Jumlah individu jenis ke i N = Jumlah individu total Pi = Proporsi frekwensi jenis ke-I terhadap jumlah total Dengan nilai keanekaragaman (H’) : H’ < 1 = Keanekaragaman rendah dengan jumlah individu tidak seragam dan salah satu spesiesnya ada yang dominan. 1 ≤ H’ ≤ 3 = Keragaman sedang dengan jumlah individu tiap spesies tidak seragam tapi tidak ada yang dominan. H’ > 3 = Keragaman tinggi dengan jumlah individu setiap spesies seragam dan tidak ada yang dominan. Penghitungan mengenai keseragaman bertujuan untuk melihat apakah spesies yang ada disuatu ekosistem berada dalam keadaan seimbang atau tidak, serta bertujuan untuk melihat apakah terjadi persaingan pada ekosistem tersebut. Untuk itu dapat dihitung mengacu pada Pielou dalam Krebs, (1985) dengan rumus : Dimana E = Indeks keseragaman (Equilibility) jenis H’ = Indeks keragaman Hmaks = Indeks keragaman jenis maksimum = Log2 S Apabila nilai E mendekati 1 (>0,5), berarti keseragaman suatu vegetasi dalam keadaaan seimbang. Berarti tidak terdapat persaingan, baik dari faktor tempat ataupun makanan. Tetapi apabila nilai E berada <0,5 atau mendekati 0, berarti keseragaman jenis organisme di perairan tersebut tidak seimbang dan terdapat persaingan baik dari faktor tempat maupun makanan. Indeks ini menunjukan keseragaman suatu ekosistem yaitu merata atau tidak. Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 sampai 1 dengan katagori sebagai berikut: E < 0,4 = Keseragaman kecil 0,4 ≤ E <0,6 = Keseragaman sedang E ≥ 0,6 = Keseragaman besar Perhitungan Indeks Dominansi digunakan untuk mengetahui jenis yang mendominasi di suatu perairan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Dominasi mengacu pada Simpson dalam Krebs (1997) sebagai berikut : Dominansi jenis dihitung menggunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1997, dalam Fachrul 2007) sebagai berikut : D = ∑si=1 ( pi ) 2 Kisaran nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1. Nilai C mendekati 1 maka semakin kecil keseragaman suatu Kriteria Baik Sangat Padat Penutup an (%) Kerapatan (ind/ha) ≥ 75 ≥ 1500 ≥50 – < ≥ 1000 – < 75 1500 Rusak Jarang < 50 < 1000 populasi dan terjadi kecenderungan suatu jenis yang mendominansi populasi tersebut, sebaliknya nilai dominansi yang mendekati 0 berarti tidak ada individu yang mendominansi. Sedang Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk table, skema dan gambar. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif setelah ditabulasikan serta dilakukan analisis terhadap permasalahan yang berkaitan dengan kondisi ekositem mangrove yang dijumpai di perairan Kampung Kelam Pagi Tabel 4. Kriteria baku kerusakan Mangrove Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Indeks Nilai Penting diperoleh dengan rumus sebagai berikut : π°π΅π· = π²πΉ + ππΉ Dimana KR adalah kerapatan relatif, FR adalah frekuensi relatif, dan DR adalah dominasi relatif. ο· Kerapatan (K) : πππ ) βπ ∑ πΌππππ£πππ’ π π’ππ‘π’ ππππ’π = ππ’ππ πππ‘ππ ππππ‘πβ Kerapatan Relatif (KR) : πΎππππ’π ππ−π πΎπ (%) = π₯ 100% πΎπ πππ’ππ’β ππππ’π πΎ( ο· ο· Frekuensi (F) : ∑ πππ‘ππ π‘πππ’ππ π π’ππ‘π’ ππππ’π πΉ= ∑ πππ‘ππ ππππ‘πβ ο· Frekuensi Relatif (FR) : πΉππππ’π ππ−π πΉπ (%) = π₯ 100% πΉπ πππ’ππ’β ππππ’π Kriteria baku kerusakan mangrove diperoleh berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004, sesuai dengan tabel 4 berikut ini : HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5. Pengukuran kondisi fisika – kimia perairan laut Kampung Kelam Pagi Parame ter Satu an Stasiun Penelitian Salinitas 0 /00 Stasi un 1 30 Suhu oC 31 31 30,5 NTU 75,67 77,67 90,33 - Pasir Pasir berlum pur - 7,9 7,9 Lump ur berpa sir 7,8 Kekeruh an Substrat pH Stasiun 2 30 Stasi un 3 29 Bak u Mut u s/d 34 2832 <5 - 78,5 Sumber : Data Lapangan (2015) Komposisi Mangrove Kampung Kelam Pagi di Perairan Komposisi Mangrove Stasiun I Komposisi jenis mangrove dilihat untuk menentukan jenis yang memiliki jumlah terbanyak serta jumlah yang terkecil. Komposisi dinyatakan dalam satuan persen dengan batasan 100%. Hasil perhitungan komposisi jenis mangrove pada stasiun I dapat dilihat pada gambar 11. Komposisi Mangrove pada Stasiun I 6% 18% 35% Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata 41% Sonneratia alba Gambar 11. Komposisi jenis mangrove Stasiun I Hasil perhitungan komposisi mangrove pada stasiun I menunjukkan bahwa jenis Rizophora apiculata dengan persentase 35 %, jenis Rizophora mucronata dengan persentase 41 %, jenis Sonneratia alba dengan persentase 18 % dan jenis Avicennia alba dengan persentase 6 %. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa jenis yang memiliki persentase komposisi tertinggi adalah jenis Rizophora mucronata dan jenis yang memiliki komposisi terendah adalah jenis Avicennia alba. Dilihat dari gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi dominansi jenis oleh jenis Rizophora mucronata. Komposisi Mangrove Stasiun II Hasil perhitungan komposisi mangrove pada stasiun II dapat dilihat pada gambar 12 berikut. Dari keterangan gambar di atas, menunjukkan bahwa komposisi jenis mangrove pada stasiun II yaitu Rizophora apiculata dengan persentase jenis sebesar 55 %, jenis Rizophora mucronata memiliki komposisi sebesar 18 %, jenis Avicennia alba dengan persentase 1 %, jenis Sonneratia alba dengan persentase 13 %, dan jenis Rizophora stylosa dengan persentase jenis sebesar 13 %. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rizophora apicullata. Jenis Rizophora sp memiliki jumlah yang paling banyak diduga jenis ini mampu hidup pada berbagai tipe habitat serta hidup di berbagai zona pada lingkungan perairan yang berbeda. Menurut Noor, et al., (2006), secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar. Komposisi Mangrove Stasiun III Hasil perhitungan komposisi jenis mangrove yang ada di stasiun III perairan Kampung Kelam Pagi secara lengkap dapat diliahat pada gambar 13. Komposisi Jenis Mangrove pada Stasiun III Komposisi Mangrove Stasiun I 13% Rhizophora apiculata 13% 1% 18% 55% Rhizophora mucronata Avicennia alba Sonneratia alba Gambar 12. Komposisi jenis mangrove Stasiun II 13% 1% 2% 3% 8% 73% Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Avicennia lanata Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora stylosa Gambar 13. Komposisi jenis mangrove Stasiun III Dari keterangan gambar di atas, menunjukkan bahwa komposisi jenis mangrove pada stasiun III yaitu Rhizophora apiculata dengan persentase jenis sebesar 73 %, jenis Rhizophora mucronata memiliki komposisi sebesar 3 %, jenis Avicennia lanata dengan persentase 2 %, jenis Sonneratia alba dengan persentase 8 %, jenis Bruguiera gymnorriza dengan persentase 1%, dan jenis Rhizophora stylosa dengan persentase jenis sebesar 13%. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rhizophora apicullata. Struktur Vegetasi Mangrove di Perairan Kampung Kelam Pagi Kerapatan Mangrove Stasiun I Berdasarkan hasil penelitian struktur komunitas mangrove pada perairan Kampung Kelam Pagi, pada stasiun I dijumpai 4 jenis mangrove dengan kerapatan yang berbeda – beda. Nilai kerapatan dinyatakan dalam satuan individu per hektar dalam area sampling. Hasil pengukuran kerapatan pohon mangrove pada stasiun I dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Kerapatan Mangrove di Perairan Kampung Kelam pagi Stasiun I Juml ah Kerapat an Kerapatan relatif (ind) (ind/ha) (%) 31 344 34.83 37 411 41.57 Sonneratia alba 16 178 17.98 Avicennia alba 5 56 5.62 Totl 989 100 Jenis Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sumber: data penelitian lapangan (2015) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan mangrove pada stasiun I terdiri atas jenis Rhizophora apiculata dengan tingkat kerapatan sebesar 344 ind/ha , Rhizophora mucronata tingkat kerapatan sebesar 411 ind/ha, Sonneratia alba tingkat kerapatan sebesar 178 ind/ha, Avicennia alba tingkat kerapatan sebesar 56 ind/ha. Kerapatan total mangrove pada stasiun I ini sebesar 989 ind/ha. Mengacu pada Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 mengenai pedoman baku kerusakan mangrove yang menyebutkan bahwa kondisi mangrove yang rusak adalah yang memiliki tingkat kerapatan rendah yaitu < 1000 ind/ha. Dengan demikian, kondisi mangrove pada stasiun I tergolong dalam kerapatan yang jarang yang mencirikan terjadi kerusakan pada vegetasi mangrovenya. Kerusakan mangrove yang terjadi diakibatkan oleh aktifitas pesisir berupa pembukaan lahan serta aktifitas penambangan yang terjadi akan menimbulkan komposisi jenis mangrove terganggu yang berpengaruh pada kerapatan jenisnya. Selain itu, terjadi penebangan pohon mangrove oleh masyarakat yang memenfaatkan kayunya untuk dijadikan bahan bangunan serta keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya lagi, hasil pengukuran tingkat kerapatan pohon mangrove pada stasiun I dapat dilihat pada gambar 14. Avicennia alba 56 Sonneratia alba 178 Rhizophora mucronata 411 Rhizophora apiculata 344 0 200 400 600 Gambar 14. Tingkat Kerapatan Mangrove pada Stasiun I Dari pantauan gambar di atas, diketahui bahwa kerapatan jenis mangrove yang tertinggi adalah jenis Rhizophora mucronata dengan kerapatan 411 ind/ha. Kerapatan jenis Rhizophora mucronata yang tertinggi dipengaruhi oleh area sampling mangrove yang diambil pada tepian sungai yang umumnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove Rhizophora sp. Menurut Bengen (2000) bahwa vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk kedalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Ceriops sp.), Sonneratiaceae (Sonneratia sp.), Avicenniaceae (Avicennia sp.) dan Meliaceae (Xylocarpus sp.) namun yang paling banyak dijumpai adalah jenis Rhizophoraceae. Kerapatan Mangrove Stasiun II Hasil analisa tingkat kerapatan pohon mangrove stasiun II di perairan Kampung Kelam Pagi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Kerapatan Mangrove di perairan Kampung Kelam pagi Stasiun II Jenis Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Avicennia alba Sonneratia alba Rhizophora stylosa jumla h (ind) kerapat an (ind/ha) kerapatan relatif (%) 64 711 55.17 21 233 18.10 1 11 0.86 15 167 12.93 15 167 12.93 Total 1289 100 Sumber: data penelitian lapangan (2015) Tabel 6 menunjukkan kerapatan jenis Rizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 711 ind/ha, jenis Rizophora mucronata memiliki dengan kerapatan sebesar 223 ind/ha, jenis Avicennia alba dengan kerapatan sebesar 11 ind/ha, jenis Sonneratia alba dengan kerapatan sebesar 167 ind/ha, dan jenis Rizophora stylosa dengan kerapatan sebesar 167 ind/ha. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rizophora apicullata. Nybakken (1993), menyatakan bahwa daerah yang menghadap ke arah laut dari mangrove pasifik sebagian besar didominasi oleh satu atau lebih Avicennia. Yang berasosiasi di dalam zona ini dan tumbuh pada bagian yang menghadap kearah laut adalah pohon-pohon dari genus Sonneratia, yang tumbuh pada daerah yang senantiasa basah. Di belakang zona Avicennia terdapat zona Rhizophora, yang didominasi oleh satu atau lebih spesies dan berkembang pada daerah intertidal yang luas. Di depan yang menghadap ke daratan adalah zona Bruguiera, pohon ini berkembang pada sedimen tanah liat pada tingkat air pasang purnama yang tinggi. Zona yang terakhir adalah zona Ceriops, suatu asosiasi dari semak-semak yang kecil. Sementara hasil pengukuran tingkat kerapatan mangrove pada stasiun II dapat dilihat pada gambar 15. Tingkat Kerapatan Mangrove Stasiun II (Ind/ha) Rhizophora Stylosa 167 Sonneratia alba 167 Avicennia Alba Rhizophora… Rhizophora apiculata 11 233 711 Gambar 15. Tingkat Kerapatan Mangrove pada Stasiun II Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa jenis yang memiliki kerapatan tertinggi adalah jenis Rizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 711 ind/ha, dengan total kerapatan pohon pada stasiun II sebesar 1289 ind/ha. Mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 mengenai pedoman baku kerusakan mangrove yang menyebutkan bahwa kondisi mangrove yang sedikit rusak adalah yang memiliki tingkat kerapatan sedang yaitu ≥ 1000 – < 1500 ind/ha. Dengan demikian, kondisi mangrove pada stasiun II tergolong dalam kerapatan yang sedang. a) Kerapatan Mangrove Stasiun III Hasil analisis tingkat kerapatan mangrove Stasiun III pada perairan Kampung Kelam Pagi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Kerapatan Mangrove di perairan Kampung Kelam pagi Stasiun III Jenis Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Avicennia lanata Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora stylosa Sonneratia alba Jumla h (ind) Kerapat an (ind/ha ) Kerapatan relatif (%) 99 1100 72.80 4 44 2.94 3 33 2.21 1 11 0.74 18 200 13.24 11 122 8.09 Total 1511 100 Sumber: data penelitian lapangan (2015) Tabel 8 menunjukkan kerapatan jenis Rhizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 1100 ind/ha, jenis Rhizophora mucronata memiliki dengan kerapatan sebesar 44 ind/ha, jenis Avicennia lanata dengan kerapatan sebesar 33 ind/ha, Bruguiera gymnorrhiza dengan kerapatan sebesar 11 ind/ha, jenis Rhizophora stylosa dengan kerapatan sebesar 200 ind/ha, dan jenis Sonneratia alba dengan kerapatan sebesar 122 ind/ha. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rhizophora apiculata. Kemudian hasil dari analisis tabel di atas disajikan dalam grafik seperti pada gambar 16. Tingkat Kerapatan Mangrove Stasiun III Sonneratia alba 122 Rhizophora Stylosa 200 Bruguiera… 11 Avicennia Lanata Rhizophora… Rhizophora apiculata 33 44 1100 Gambar 16. Tingkat Kerapatan Mangrove pada Stasiun III Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa jenis yang memiliki kerapatan tertinggi adalah jenis Rhizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 1100 ind/ha, dengan total kerapatan pohon pada stasiun II sebesar 1511 ind/ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 mengenai pedoman baku kerusakan mangrove yang menyebutkan bahwa kondisi mangrove yang baik adalah yang memiliki tingkat kerapatan tinggi yaitu > 1500 ind/ha. Dengan demikian, kondisi mangrove pada stasiun III tergolong dalam kerapatan yang tinggi/rapat. Secara visual dan dengan bantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) stasiun 1 berada pada hutan mangrove yang mempunyai ketebalan tipis atau jarang, dalam pengamatan ini didapati 4 jenis mangrove sejati yaitu Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba yang mana daerah ini didominasi oleh Rhizophora apiculata dari total daerah pengamatan. Untuk stasiun 2 berada pada daerah hutan mangrove yang mempunyai ketebalan sedang, daerah pengamatan ini didapati 5 jenis mangrove sejati yaitu Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Sonneratia alba yang mana daerah ini didominasi oleh Rhizophora mucronata dari total daerah pengamatan. Dan untuk stasiun 3 berada pada daerah hutan mangrove yang memiliki ketebalan padat, sehingga cukup menyulitkan untuk berjalan menembus areal tersebut. Pada daerah pengamatan ini didapati ada 7 jenis mangrove sejati yaitu, Avicennia alba, Avicennia lanata, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Bruguiera gymnorrhiza yang di daerah ini didominasi oleh Rhizophora apiculata dari total daerah pengamatan. kondisi mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rhizophora apicullata. Hasil perhitungan kerapatan total mangrove di Kampung Kelam Pagi juga dapat dilihat pada gambar 17. 4 11 Bruguiera gymnorrhiza Avicennia lanata 122 Rhizophora stylosa 22 Avicennia alba 156 229 Sonneratia alba Rhizophora mucronata Kerapatan total mangrove di Perairan Kampung Kelam Pagi Kerapatan mangrove total untuk seluruh stasiun pengamatan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Kerapatan total Mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi Jenis Kerapata n (ind/ha) 718 Kerapatan relatif (%) 56.88 229 18.16 156 12.33 Avicennia alba 22 1.77 Rhizophora stylosa 122 9.69 Avicennia lanata Bruguiera gymnorrhiza Jumlah 11 0.87 4 0.29 1263 100 Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Sumber: data penelitian lapangan (2015) Tabel 9 menunjukkan kerapatan jenis Rizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 718 ind/ha, jenis Rizophora mucronata memiliki dengan kerapatan sebesar 229 ind/ha, jenis Sonneratia Alba memiliki kerapatan sebesar 156 ind/ha, jenis Avicennia Alba memiliki kerapatan sebesar 22 ind/ha, jenis Avicennia lanata dengan kerapatan sebesar 11 ind/ha, Bruguiera gymnorrhiza dengan kerapatan sebesar 4 ind/ha, jenis Rizophora stylosa dengan kerapatan sebesar 122 ind/ha. Secara umum, 718 Rhizophora apiculata 0 200 400 600 800 Gambar 17. Tingkat Kerapatan Mangrove Total di Kampung Kelam Pagi Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa jenis yang memiliki kerapatan tertinggi adalah jenis Rizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 718 ind/ha, dengan total kerapatan pohon pada Kampung Kelam Pagi sebesar 1263 ind/ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 mengenai pedoman baku kerusakan mangrove yang menyebutkan bahwa kondisi mangrove yang Baik adalah yang memiliki tingkat kerapatan sedang yaitu 1000 - 1500 ind/ha. Dengan demikian, kondisi mangrove pada Kampung Kelam Pagi tergolong dalam kerapatan yang sedang.. Frekuensi Total Mangrove di Perairan Kampung Kelam Pagi Kondisi frekuensi Mangrove pada Kampung Kelam pagi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Frekuensi Mangrove di Perairan Kampung Kelam pagi Jenis Rhizophora apiculata Rhizophora Frekuen si Frekuensi Relatif (%) 0.63 29.83 0.59 28.07 lanata mucronata Sonneratia alba 0.48 22.81 Avicennia alba 0.11 5.26 Rhizophora stylosa 0.22 10.53 Avicennia lanata Bruguiera gymnorrhiza Jumlah 0.04 1.75 0.04 1.75 2.11 100 Bruguiera gymnorrhiza Jumlah Sumber: data penelitian lapangan (2015) Frekuensi jenis Rhizophora apiculata dengan frekuensi sebesar 0,63, jenis Rhizophora mucronata memiliki dengan frekuensi sebesar 0,59, jenis Avicennia lanata dengan frekuensi sebesar 0,04, jenis avicennia Alba memliliki persentase frekuensi sebesar 0,11, jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan frekuensi sebesar 0,04, jenis Rhizophora stylosa dengan frekuensi sebesar 0,22, dan jenis Sonneratia alba dengan frekuensi sebesar 0,48. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jenis mangrove yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi pada semua plot pengamataan adalah jenis Rhizophora apiculata yang artinya jenis ini yang umumnya dijumpai pada setiap plot pengamatan mangrove. Indeks Nilai Penting Total Mangrove di Perairan Kampung Kelam Pagi Indeks Nilai Penting Mangrove yang dianalisis secara total didapatkan hasil seperti pada tabel 17. Tabel 17. Indeks Nilai Penting Total Mangrove di Perairan Kampung Kelam Pagi Jenis Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Avicennia alba Rhizophora stylosa Avicennia 3 Kerapatan relatif Frekuensi relatif 56.88 29.83 18.16 28.07 12.33 22.81 1.77 5.26 9.69 10.53 IN P 86. 70 46. 23 35. 13 7.0 3 20. 21 0.87 1.75 2.6 0.29 1.75 2.0 4 100 100 200 Sumber: data penelitian lapangan (2015) Tabel 17 menunjukkan Indeks nilai penting jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 86,70 %, jenis Rhizophora mucronata memiliki Indeks nilai penting 46,23 %, jenis Avicennia alba dan Avicennia lanata dengan Indeks nilai penting masing – masing jenis tersebut adalah 7,03 % dan 2,63 %, Bruguiera gymnorrhiza dengan Indeks nilai penting 2,04 %, jenis Rhizophora stylosa dengan Indeks nilai penting 20,21 %, dan jenis Sonneratia alba dengan Indeks nilai penting 35,13 %. Dari hasil tersebut menunjukkan Indeks nilai penting tertinggi adalah jenis Rhizophora apiculata yang artinya paling memiliki pengaruh terbesar dalam suatu komunitas mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Total Hasil analisis nilai Indeks Nilai Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi total mangrove dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Indeks Nilai Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Total Indeks Nilai Kategori 1.71 Sedang 0.57 Sedang Dominansi (C) 0.41 Rendah Sumber: data penelitian lapangan (2015) Indeks keanekaragaman didapatkan nilai sebesar 1,71 dengan kategori sedang, artinya keanekaragaman mencirikan kondisi jumlah spesies mangrove masih tergolong kecil. Hasil nilai keanekaragaman menunjukkan kondisi perairan cukup baik walaupun ada gangguan pencemaran yang masih dalam kondisi ringan. Indeks keseragaman menunjukkan nilai sebesar Keanekargaman (H) Keseragaman (E) 0,57 dengan kategori sedang, kondisi spesies mangrove dalam keadaan yang kurang seragam, indeks dominansi didapatkan hasil sebesar 0,41 dengan kategori rendah, artinya tidak ada jenis yang mendominasi. PENUTUP Kesimpulan Jenis Rhizophora apiculata dengan kerapatan sebesar 718 ind/ha, jenis Rhizophora mucronata memiliki dengan kerapatan sebesar 229 ind/ha, jenis Sonneratia alba memiliki kerapatan sebesar 156 ind/ha, jenis Avicennia alba memiliki kerapatan sebesar 22 ind/ha, jenis Avicennia lanata dengan kerapatan sebesar 11 ind/ha, Bruguiera gymnorrhiza dengan kerapatan sebesar 4 ind/ha, jenis Rizophora stylosa dengan kerapatan sebesar 122 ind/ha. Secara umum, kondisi mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi didominansi oleh jenis Rhizophora apicullata. Frekuensi jenis Rhizophora apiculata dengan frekuensi sebesar 0,63, jenis Rhizophora mucronata memiliki dengan frekuensi sebesar 0,59, jenis Avicennia lanata dengan frekuensi sebesar 0,04, jenis Avicennia alba memliliki persentase frekuensi sebesar 0,11, jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan frekuensi sebesar 0,04, jenis Rhizophora stylosa dengan frekuensi sebesar 0,22, dan jenis Sonneratia alba dengan frekuensi sebesar 0,48. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jenis mangrove yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi pada semua plot pengamataan adalah jenis Rhizophora apiculata yang artinya jenis ini yang umumnya dijumpai pada setiap plot pengamatan mangrove. Indeks nilai penting jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 86,70 %, jenis Rhizophora mucronata memiliki Indeks nilai penting 46,23 %, jenis Avicennia alba dan Avicennia lanata dengan Indeks nilai penting masing – masing jenis tersebut adalah 7,03 % dan 2,63 %, Bruguiera gymnorrhiza dengan Indeks nilai penting 2,04 %, jenis Rhizophora stylosa dengan Indeks nilai penting 20,21 %, dan jenis Sonneratia alba dengan Indeks nilai penting 35,13 %. Dari hasil tersebut menunjukkan Indeks nilai penting tertinggi adalah jenis Rhizophora apiculata yang artinya paling memiliki pengaruh terbesar dalam suatu komunias mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi. Indeks keanekaragaman didapatkan nilai sebesar 1,71 dengan kategori sedang, artinya keanekaragaman mencirikan kondisi jumlah spesies mangrove masih tergolong kecil. Hasil nilai keanekaragaman menunjukkan kondisi perairan cukup baik walaupun ada gangguan pencemaran yang masih dalam kondisi ringan. Indeks keseragaman menunjukkan nilai sebesar 0,57 dengan kategori sedang, kondisi spesies mangrove dalam keadaan yang kurang seragam, indeks dominansi didapatkan hasil sebesar 0,41 dengan kategori rendah, artinya tidak ada jenis yang mendominasi. Saran Perlu dilkukan penelitian lanjutan mengenai pola sebaran mangrove serta zonasi mangrove di perairan Kampung Kelam Pagi untuk menggambarkan kondisi mangrove yang lebih jelas serta perlu menjaga kondisi mangrove agar tetap baik dengan kerapatan yang lebat. DAFTAR PUSTAKA Arief, A.2003. Hutan Mangrove (Fungsi dan Peranannya). Kanisius, Yogyakarta. Ayunda, R. 2011. Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok. Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan . Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. A. Kusmana. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Ellen, S.Si & Rolando, S.Si, 2001. Mengenal Hutan Mangrove, Bogor, Jawa Barat. Fachrul. M .F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Penerbit. Bumi Aksara: Jakarta. Jesus, Antonie de. 2012. Kondisi ekosistem mangrove di sub district Liquisa Timor-Leste. Depik, 1(3): 136-143. Desember 2012.ISSN 2089-7790. Kaswadji, R. 1971.Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Bogor. Kordi, M. G. H. dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Kusmana. C. S. Takeda, and H. Watanabe. 1995. Litter Production of a Mangrove Forest in East Sumatera, Indonesia. Prosidings Seminar V: Ekosistem Mangrove, Jember, 3-6 Agustus 1994: 247-265. Kontribusi MAB Indonesia No. 72-LIPI, Jakarta. Kusmana, dkk , 2003 , Teknik Rehabilitasi Mangrove , Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. M. Ghufran H. Kordi K. 2012, Ekosistem Mangrove, PT RINEKA CIPTA, Jakarta Muktasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Penerbit. PT Pradnya Paramita: Jakarta. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta. Nontji, Anugerah., 2005. Laut Nusantara. Cetakan Keempat. Djambatan. Jakarta. Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta. Cecep Kusumana, MS, 2011. Manajemen Hutan Mangrove. PT Penerbit IPB press, Kampus IPB Taman Kenvana Bogor. Romimohtarto K & Juwana S. 2007. Biologi Laut. Penerbit Djambatan : Jakarta . Wibisono,M.S.2005.Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarata.