THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK PASAR SEBAGAI BAHAN PUPUK KOMPOS UNTUK PENGHIJAUAN DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KOTA CIREBON Dewi Nurdiyanti1, Arie Susetio Utami2, Norma Bastian3, Johan4 1,3 Prodi Pendidikan Kimia, Universitas Muhammadiyah Cirebon 2,4 Prodi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Cirebon [email protected], [email protected], [email protected] [email protected] Abstrak Pemanfaatan sampah organik pasar menjadi pupuk kompos dan pupuk organik cair (MOL) dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang disalurkan ke TPA Kopiluhur Kota Cirebon. Hasil dari pengolahan sampah tersebut kemudian dimanfaatkan untuk kegiatan penghijauan di lingkungan perkotaan di Kota Cirebon melalui kegiatan penanaman apotek hidup. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Kelurahan Pulasaren dan Kelurahan Harjamukti Kota Cirebon yang berlokasi di 5 RW. Kegiatan berlangsung selama 40 hari. Warga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kader PKK dan perangkat RW. Metode yang dilakukan, adalah (1) Memberi pelatihan (teori dan praktek) mengenai efek samping sampah pasar, pengolahan sampah organik pasar (Kompos dan MOL) dan manfaat apotek hidup. (2) Pendampingan warga mengenai pengolahan sampah organik pasar dan pembuatan apotek hidup. Pada saat pendampingan, di tiap-tiap RW difasilitasi rumah kompos dan peralatan pengomposan. Bahan baku kompos dikumpulkan dari Pasar Jagasatru di Kelurahan Pulasaren dan Pasar Kalitanjung di Kelurahan Harjamukti. Seluruh program terlaksana dengan baik. Warga berhasil membuat pupuk kompos dan MOL. Warga telah memiliki tanaman apotek hidup di pekarangan rumahnya, meskipun baru sedikit koleksi jenis tanaman apotek hidup yang mereka miliki. Sebaiknya kegiatan ini dapat terus dilanjutkan terutama dalam pemutakhiran peralatan pembuatan kompos dan pemasaran produk kompos ataupun produk tanaman apotek hidup yang dihasilkan. Kata Kunci : Sampah Organik pasar, kompos, pupuk organik cair/MOL, Apotek Hidup PENDAHULUAN Kelurahan Harjamukti merupakan salah satu kelurahan dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Harjamukti. Kelurahan Harjamukti ini memiliki pasar tradisional yang bernama Pasar Kalitanjung. Pasar ini menjual berbagai macam kebutuhan hidup masyarakat mulai dari sayuran, buah– buahan, bahan makan pokok, hingga barang– barang kelontong. Kelurahan Pulasaren adalah kelurahan yang terletak di kecamatan pekalipan. Di kelurahan ini juga terapat pasar tradisionl yang bernama pasar Jagasatru dan merupakan pasar induk yang THE 5TH URECOL PROCEEDING menjual berbagai macam kebutuhan pokok. Kedua pasar tersebut memperoleh pasokan barang dagangan yang berasal dari Kota Bandung dan Kuningan. Setiap harinya kedua pasar tersebut menghasilkan sampah yang merupakan sisa produk – produk yang tidak terjual. Sebagian besar sampah yang dihasilkannya berupa sampah sayuran dan buah-buahan (sampah organik). Berikut ini adalah data tentang volume sampah yang dihasilkan di Pasar Kalitanjung dan Jagasatru untuk beberapa kurun waktu terakhir. Tabel 1. Volume Sampah 204 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Vol. Sampah Vol. Sampah Pasar Pasar Kalitanjung Jagasatru Jan 2015 496 m3 744 m3 Feb 2015 488 m3 672 m3 Mar 2015 496 m3 744 m3 Bulan Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, 2015 Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jumlah sampah yang dihasilkan Pasar Kalitanjung dan Jagasatru sekitar 40 m3/hari. Jumlah tersebut belum ditambah dengan jumlah sampah pasar tradisional lainnya yang ada di Kota Cirebon dan sampah rumah tangga lainnya yang mencapai 740 m3/hari atau setara dengan bangunan rumah tipe 21 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, 2015). Sampah–sampah yang dihasilkan oleh pasar Jagasatru dan Kalitanjung ini dibuang ke TPA yang terletak di Kopiluhur Kecamatan Harjamukti. TPA ini memiliki luas wilayah 14 Ha yang mulai beroperasi tahun 1998. Hingga saat ini Belum ada penangan sampah secara khusus di TPA yang berakibat sampah terus menumpuk dan menggunung. Selain itu pemanfaatan pupuk sampah menjadi pupuk kompos sulit dilakukan di TPA dikarenakan kondisi sampah yang sudah membusuk. Berdasarkan perkiraan Dinas Kebersihan Kota Cirebon, TPA ini mampu menampung sampah dari Kota Cirebon hanya sampai 5 tahun kedepan. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengurangi beban sampah yang dikirim ke TPA sehingga TPA tersebut setidaknya masih bisa beroperasi lebih dari 5 tahun. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengolah sampah sebelum sampah sampai di TPA. Beberapa permasalahan yang timbul saat ini terkait keberadaan sampah organik pasar adalah pertama kurangnya kepedulian terhadap permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa sampah organik pasar akan mudah terurai dengan sendirinya sehingga tidak perlu penangan yang khusus. THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta Solusi yang ditawarkan untuk permasalahan tersebut adalah melalui kegiatan mengolah sampah Organik pasar menjadi pupuk Organik cair/MOL dan pupuk kompos. Hasil pupuk yang diperoleh kemudian digunakan untuk mendukung kegiatan apotek hidup. Jika dilihat dari segi ekonomi sampah organik pasar tersebut masih memiliki nilai ekonomis apabila dilakukan pengolahan lebih lanjut seperti dibuat pupuk kompos, karena sampah organik tersebut masih mengandung kadar air yang tinggi serta mengandung bahan-bahan organik berupa karbohidrat, protein, dan lemak (Latifah,dkk.,2012). Gambar 1.Tumpukan Sampah Pasar di TPS Kompos adalah pupuk yang berasal dari proses pelapukan bahan-bahan yang berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah organik dan lain-lain (Dewi dan Tresnowati, 2012). Pupuk kompos memiliki keunggulan yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan sifat biologi tanah. Hal ini dikarenakan karakteristik yang dimilikinya antara lain mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas, dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. (Dewi, dkk., 2012). Mol dapat digunakan sebagai pupuk cair organik, sebagai dekomposter atau biang pembuatan pupuk kompos dan sebagai pestisida alami. Menurut hasil penelitian, pemberian mol sebagai pupuk organik cair/MOL mampu menyuburkan tanaman bayam merah (Latifah, dkk., 2012). Pupuk kompos dan pupuk organik cair/MOL memiliki nilai ekonomis yang cukup baik dimana keberadaan ini pupuk tersebut saat ini sangat diminati oleh para pencinta produk – produk organik. Seiring 205 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING dengan meningkatnya trend gaya hidup sehat, maka pupuk kompos dan pupuk organik cair/MOL pun akan banyak diminati untuk mendukung gaya hidup sehat tersebut. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Waktu dan Lokasi Kegiatan dilakukan di dua Kelurahan di Kota Cirebon, dimana di kedua kelurahan tersebut terdapat dua pasar tradisional yang besar; yaitu Pasar Jagasatru di Kelurahan Pulasaren dan Pasar Kalitanjung di Kelurahan Harjamukti. Ada Lima RW sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan dimana kelima RW tersebut Lokasinya berdekatan dengan kedua pasar tersebut. Kelima RW tersebut adalah : 1. RW 06 Kelurahan Pulasaren 2. RW 07 Kelurahan Pulasaren 3. RW 04 Kelurahan Harjamukti 4. RW 06 Kelurahan Harjamukti 5. RW 13 Kelurahan Harjamukti Kegiatan ini dilaksanakan selama kurang lebih 40 hari sejak tanggal 19 Oktober hingga 30 November 2016. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah tempat yang kemudian disebut sebagai Rumah Kompos dan Peralatan pembuat kompos dan mol seperti : drum plastik 160L untuk Kompos, drum plastik 50L untuk MOl, alat pencacah, alat pengaduk. Peralatan dan bahan yang gunakan untuk pembibitan dan penanaman apotek hidup, seperti polybag, cangkul, sekop tanaman, dan lain-lain. Metode Pelaksanaan Kegiatan pengolahan sampah organik pasar ini dilakukan dengan melibatkan mahasiswa yang dilakukan dalam program KKN-PPM. Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3)tahap evaluasi. Tahap persiapan diawali dengan survey tentang kondisi sampah organik yang dihasilkan dari pasar tradisional. Survey lokasi tempat pelaksanaan KKM-PPM. THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Tahap Pelaksanaan dilakukan dengan cara memberikan Sosialisasi / Pelatihan dan Pendampingan mengenai Pengolahan sampah Organik pasar dan Penanaman Apotek Hidup. Di lokasi KKN PPM mahasiswa memberikan pemahaman mengenai sampah mulai dari dampak negatif dan positif dari sampah organik, pemanfaatan sampah organik, dan pemanfaatan pupuk kompos dan pupuk organik cair melalui sosialisasi/Pelatihan. Langkah berikutnya adalah memberikan pendampingan kepada warga tentang pembuatan pupuk kompos dan pupuk organik cair berbahan dasar sampah organik pasar, serta pendampingan penanaman Apotek Hidup. Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan. Peserta pelatihan dan pendampingan adalah Ibu-ibu Kader PKK, aparat RW dan Warga. Prosedur Pembuatan Kompos dan MOL 1. Kompos Adapun tahap pembuatan pupuk kompos sebagai berikut: a. Buat lubang pada tanah panjang 80 cm, lebar 40 cm, dalam/ tinggi 50 cm dengan naungan atap. Pilih tempat yang tidak mudah atau sedang tergenang. Opsi lain bisa menggunakan wadah tong yang besar. b. Berilah alat plastik dilubang sampai diatas permukaan tanah. c. Cairkan MEM atau EM4 dengan perbandingan satu ember ukuran 5 liter : 8-10 tutup botol. Jika menggunakan MOL 1 ember ukuran 5 liter : 3 gelas air mineral MOL. d. Siapkan bahan baku yang sudah dipotong-potong kira-kira 3-4 cm, tetapi tidak lumat. e. Tebarkan bahan dengan ketebalan 15cm, tidak boleh mampat kemudian. Siramkan MEM/MOL/EM4, tutup kembali dengan bahan baku kompos dan disiramkan MEM/EM4/MOL kembali. (diulangi sampai 3 kali). f. Pada saat menebar bahan baku di pasang paralon yang runcing pada bagian bawah dan berlubang pada 206 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING bagian samping untuk masuknya oksigen kedalam bahan. g. Percikan air sampai lembab, dan dilakukan 2 hari sekali atau di sesuaikan dengan keadaan. h. Ukur suhu dan ph setiap minggu sekali pada saat mengaduk. PH 6-8, suhu 4 hari pertama 40-70 derajat celcius. i. Kompos jadi kurang lebih 30-60 hari tergantung jenis bahan yang digunakan, jika berbahan baku sayur dan buah akan lebih cepat. Gambar 2. Pembuatan Pupuk Kompos 2. MOL Berikut langkah pembuatan pupuk organik cair/MOL: a. Siapkan Drum ukuran 25 liter b. Masukkan air kelapa kedalam drum c. Siapkan bahan sampah organik (sayuran dan buah-buahan limbah pasar), cacah kecil-kecil, lalu masukkan ke dalam drum yang sudah berisi air kelapa d. Tambahkan MEM (5 tutup botol MEM) dan ¼ kg Gula, lalu aduk hingga merata e. Tutup rapat bahan campuran selama ± 3 hari, setelah 3 hari buka tutup drum sehingga gas yang dihasilkan di dalam drum tersebut keluar, setelah gas keluar tutup kembali dengan tutup drum yang sudah dihubungkan dengan paralon dengan tujuan agar terjadi sirkulasi gas f. Tunggu Bahan campuran tersebut selama ± 40 hari g. Setelah ± 40 hari mol tersebut siap untuk digunakan. THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Gambar 3. Pembuatan POC / MOL HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan a. Survei Pasar Survei ke pasar Kalitanjung dan Pasar Jagasatru. Survey ini diakukan dengan maksud untuk memperoleh data tentang volume sampah Organik pasar setiap harinya dari pasar Kalitanjung dan pasar Jagasatru. Disamping itu kegiatan survey juga dilalukan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan sampah Organik pasar saat ini. Untuk memperoleh data tersebut, maka dalam kegiatan survey ini juga dilakukan wawancara terhadap beberapa pihak terkait antara lain adalah pengelola pasar dan petugas kebersihan pasar. Berdasarkan hasil survey diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Survey Pasar Kalitanjung & Pasar Jagasatru Uraian Volume sampah organik Kalitanj ung Jun 2016 485 m3 510 m3 Agust 2016 479 m3 Jagasat ru 753 m3 823 m3 764 m3 Pasar Pemanfaata Pakan n sampah ternak Jul 2016 10,6 % 11,25% 10,4% Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, 2016. Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa selama ini pemanfaatan sampah Organik pasar masih sangat minim yaitu hanya terbatas pada pakan ternak sekitar 10,75%. Sedangkan sisa sampah Organik lainnya akan berakhir di TPA Kopiluhur. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk memproduksi pupuk organik cair dan pupuk kompos berbahan dasar sampah organik pasar. Keuntungan yang akan diperoleh adalah rendahnya biaya bahan baku dan dapat membantu mengurangi beban TPA, selain itu keuntungan dari sisi ekonomi adalah dapat 207 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING dijadikan mata pencaharian oleh warga sekitar. 18 February 2017 UAD, Yogyakarta kemudian mengurus perijinan ke RW dan RT setempat, untuk memastikan lokasi KKN-PPM. Dari hasil kunjungan ke Ketua RW dan RT diperolehh hasil bahwa lokasiyang akan digunakan untuk kegiatan KKN-PPM adalah: b. Survey lokasi kegiatan KKM Tim melakukan survey ke Kecamatan dan kelurahan yang akan dijadikan tempat KKN-PPM. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ada tidaknya pasar Tabel 3. Lokasi KKN-PPM tradisional yang akan menjadi pemasok No Kec. Kel. RW Ketua RW bahan baku pembuatan pupuk. Kecamatan Pulasaren 06 Bapak dan kelurahan yang dipilih untuk lokasi 1 Pekalipan Dadin KKN- PPM adalah Kecamatan Pekalipan 2 Pekalipan Pulasaren 07 Ibu Nilawati Kelurahan Pulasaren (ada Pasar Jagasatru) dan Kecamatan Harjamukti Kelurahan 3 Harjamukti Harjamukti 04 Bapak EDi Harjamukti (ada Pasar Kalitanjung). Untuk 4 Harjamukti Harjamukti 06 Bapak Slamet T. memperoleh ijin melakukan kegiatan KKNBapak PPM, maka tim melakukan perijinan ke 5 Harjamukti Harjamukti 13 Subianto kantor kecamatan dan kelurahan. B. Pelaksanaan Pendampingan Berbekal ijin dari Kecamatan Pekalipan a. Sosialisasi/Pelatihan Pada Warga Kelurahan Pulasaren dan Kecamatan Sosialisasi dilakukan oleh mahasiswa Harjamukti Kelurahan Harjamukti, tim didampingi dosen kepada warga setempat. kemudian mengurus perijinan ke RW dan Warga yang mengikuti kegiatan sosialisasi RT setempat, untuk memastikan lokasi ini pada umumnya adalah kader-kader KKN-PPM. Dari hasil kunjungan ke Ketua PKK dan perangkat RW serta ada beberapa RW dan RT diperolehh hasil bahwa lokasi masyarakat biasa. Materi sosialisasi yang diberikan yaitu tentang pasar tradisional, dampak negatif dan positif sampah terhadap lingkungan, pembuatan pupuk kompos & pupuk organik cair (MOL) dan apotek hidup. (c) Gambar 4. Survey Pasar Berbekal ijin dari Kecamatan Pekalipan Kelurahan Pulasaren dan Kecamatan Harjamukti Kelurahan Harjamukti, tim THE 5TH URECOL PROCEEDING 208 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Gambar 5. Pembangunan Rumah Kompos Gambar 4. Sosialisasi Pada Warga b. Pendampingan pengolahan limbah organik pasar 1) Pendampingan kompos Pendampingan dilakukan mulai dari proses persiapan (pembuatan rumah kompos dan pengumpulan bahan baku kompos dan MOL), proses pembuatan, proses pengecekan hingga proses pemanenan. Pada saat pengumpulan bahan baku kompos dan MOL, warga dibantu mahasiswa mengangkut langsung sampah Organik pasar berupa sayur- sayuran dan buah-buahan. Bahan baku yang diperoleh kemudian diproses menjadi kompos dan MOL sesuai dengan prosedur yang sudah diberikan pada saat sosialisasi. Awal kegiatan pendampingan warga dan mahasiswa bekerja sama untuk membangun rumah kompos yang akan dijadikan sebagai tempat pengolahan limbah Organik pasar. Total rumah kompos yang dibangun dari awal adalah 3 unit yang terletak di kelurahan Harjamukti, sedangkan untuk di Kelurahan Pulasaren karena keterbatasan tempat maka rumah kompos disamping Baperkam. Kemudian setelah rumah kompos dibangun kegiatan berikutnya adalah mempersiapkan peralatan pengomposan salah satunya merakit reaktor kompos. THE 5TH URECOL PROCEEDING Gambar 6. Perakitan reaktor Setelah bangunan dan peralatan siap kegiatan dimulai dengan pembuatan kompos, persiapan bahan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan bahan baku kompos dari pasar, di Kelurahan Pulasaren bahan baku kompos diambil dari pasar Jagasatru dan di Kelurahan Harjamukti bahan baku kompos dikumpulkan dari Pasar Pulasaren. Setelah bahan baku terkumpul kemuadian bahan baku tersebut dihaluskan dengan cara dicacah menggunakan pisau dan golok. Bahan baku yang dikumpulkan dari pasar adalah bahan baku yang sayuran segar, sayuran segar ini memiliki kandungan Nitrogen yang tinggi. Untuk membuat kompos perlu memperhatikan C/N rasio yang baik, C/N rasio yang baik untuk pengomposan adalah 30/1. C adalah Karbon, maka bahan baku yang mengandung karbon yang baik untuk menyeimbangan bahan baku kompos yang mudah di dapat dari lingkungan tempat tinggal warga adalah daun-daunan kering. Maka bahan baku kompos sayuran tersebut dicampurkan dengan daun- daunan kering dan tanah gembur yang diperoleh dari tumpukan daundaun kering. Tujuan ditambahkannya tanah tersebut karena tanah tersebut terbentuk dari pelapukan daun-daun jatuhan dari pohon yang juga dapat digunakan sebagai starter 209 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING pengomposan. Tanah ini terdapat di Kelurahan Harjamukti dimana masih terdapat tanah kosong milik warga yang memiliki rimbunan berbagai jenis pohon seperti manga dan bambu. Kemudian setelah bahan kompos sayuran dan daun kering terkumpul dicampur tanah dengan perbandingan 1:1:0.5, maka bahan tersebut disiram dengan larutan 5 tutup botol MEM dengan 10 liter air, sebagai bahan starter. Kemudian diaduk rata dan dimasukan ke dalam reaktor kompos dan ditutup. Proses pengomposan akan berlangsung selama 30 hari. 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Setiap seminggu sekali dilakukan pengecekan suhu dan pH. Suhu pengomposan yang baik adalah antara 40-60 derajat celcius dan pH pengomposan antara 6 hingga 7.5 . Kompos didalam tong dilakukan pengadukan agar panasnya merata. Pengecekan pada minggu pertama kompos disiramkan larutan MEM secukupknya hingga kompos terlihat cukup basah. Jika pada saat pengecekan kompos didapati berair dan pH dibawah normal maka kompos ditambahkan lagi dengan bahan daun kering, hal ini terjadi karena komposisi N lebih banyak daripada komposisi C. Pada 34 hari pertama biasanya suhu kompos akan tinggi dia atas 40 derajat celcius dan suhu akan terus menurun pada hari-hari berikutnya. Begitu juga dengan pH pada 3-4 hari pertama pH kompos akan bernilai 6 dan semakin lama akan naik menjadi 7 dan menyerupai pH normal tanah. Pengumpulan sisa sayuran dari pasar Pencacahan Gambar 8. Pengecekan Suhu dan pH Kompos Pengadukan dan Penyiraman MEM Dimasukan ke reaktor dan ditutup Gambar 7. Pendampingan Pembuatan Kompos THE 5TH URECOL PROCEEDING c. Pendampingan Pembuatan MOL Mol yang dibuat adalah mol buah, maka tahap persiapan adalah mengumpulkan samapah Organik buah dari pasar. Kemudian sampah buah atau limbah buat tersebut dicacah, setelah sampah buah dicacah dimasuk kan kedalam tong reactor berukuran 50 liter hingga mengisi setengah tong, kemudian ditambahkan air kelapa hingga ketinggian buah dan air kelapa menjadi ¾ tong, tambahkan 5 tutup botol MEM dan ¼ kg gula pasir dan diaduk rata. Tutup tong dan 3 hari sekali dibuka untuk mengeluarkan gas yang ada didalam 210 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING tong. Proses pembuatan MOL berlangsung selama 2 minggu jika menggunakan MEM dan kompos berbau seperti tape, tapi jika menggunakan gula akan memakan waktu selama 40 hari untuk siap digunakan. Pencacahan Penambahan air kelapa, MEM dan Gula 18 February 2017 UAD, Yogyakarta memungkinkan untuk menunggu hasil semaian bibit maka tim menggunakan beberapa bibit jadi yang diperoleh dari pengrajin bibit. Waktu yang terbatas mengakibatkan proses pendampingan apotek hidup kurang optimal. Proses pendampingan dilakukan baru sampai pada pelatihan untuk warga dalam menyiapkan bibit dan penanaman pohon dan belum sampai pada perbanyakan tanaman di rumahrumah warga. Warga juga dibekali mengenai bagaimana cara menggunakan kompos dan mol. Untuk aplikasi media tanaman herbal, perbandingan Kompos, tanah dan sekam adalah 1 : 1 : 1. Dan cara menggunakan MOL sebagai pupuk pada tanaman adalah 10 liter air berbanding 5 tutup botol MOL. Dan disiramkan pada tanaman seminggu sekali. Dengan adanya apotek hidup ini diharapkan menumbuhkan kesadaran warga akan perlunya tanaman dilingkungan perumahan selain untuk sarana obat-obatan tradisional. dapat membantu penghijauan dan menjaga pasokan oksigen sehingga kualitas udara tetap terjaga. Kompos dan mol ini dapat juga diaplikasikan pada tanaman bunga. Pengadukan Gambar 8. Pembuatan MOL d. Pendampingan Pembuatan apotek hidup dengan memanfaatkan pupuk yang dibuat Pendampingan apotek hidup dilakukan mulai dari cara menyemaian bibit sampai penanaman bibit yang sudah siap tanam. Pada kegiatan apotek hidup ini warga dibimbing agar menggunakan hasil pengolahan sampah pasar berupa MOL dan kompos yang telah dibuat untuk membantu kesuburan tanaman. Pada saat pembibitan kompos dan Mol yang digunakan adalah kompos dan mol yang sudah siap pakai yang sudah dibuat oleh Tim beberapa bulan sebelumnya. Jumlah tanaman yang digunakan adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai obat- obatan herbal yaitu tanaman jahe merah, temulawak, sereh. Karena waktu yang tidak THE 5TH URECOL PROCEEDING 211 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING Gambar 10. Pendampingan Apotek Hidup. C. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan. Karena keterbatasan waktu evaluasi hanya dilakukan pada pembuatan Kompos dan pembuatan MOL / pupuk Organik cair. Ada lima buah Drum atau Tong berukuran 160 L merupakan peralatan kompos yang disiapkan oleh tim. Pada saat awal pendampingan hari sabtu minggu pertama pembuatan kompos dilakukan oleh mahasiswa dan warga ikut serta membantu ini dilakukan untuk pembuatan 1 tong kompos. Pada hari minggu minggu pertama dibuat 2 tong kompos. Pembuatan kompos ini dilakukan lakukan oleh warga dan mahasiswa memandu proses pembuatan kompos. Hal ini dilakukan agar warga mengerti tahapan membuat kompos. Dan pada hari minggu pada minggu kedua pembuatan kompos sebanyak 2 drum yang terakhir. Pembuatan kompos kali ini semua proses dan tahapan dilakukan oleh warga. Dan terlihat bahwa warga sudah mengerti proses dan tahapan membuat kompos. Tahapan berikutnya adalah mendampingi warga melakukan pengecekan kompos hingga kompos di panen. Kondisi Kompos Minggu Pertama THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Kondisi Kompos Pada Minggu Ke Empat Gambar 10. Kondisi Kompos Pada pembuatan mol tim hanya menyediakan 1 tong tempat pembuatan mol. Sama pada awal pendampingan pembuatan mol dilakukan oleh mahasiswa dan warga ikut serta membantu. Kemudian setelah selesai pembuatn MOL, warga diminta agar membuat mol sendiri di rumah didalam botol air minum bekas dengan berbekal sisa bahan yang ada yaitu buah, air kelapa dan larutan mem sedangkan gula disiapkan sendiri dari dapur warga. Mol yang merupakan tugas mandiri yang dilakukan warga ini juga berhasil, setelah seminggu mol mandiri dibuat botol air minum terlihat keras dan padat oleh gas dan jika tutup botol dibuka akan terdengar bunyi gas yang keluar seperti membuka botol air soda dan Mol berbau segar seperti tape atau jika buah yang digunakan adalah kulit jeruk mol berbau segar kulit jeruk. 4. Keberlangsungan Program untuk Selanjutnya Keberhasilan program pembuatan pupukkompos organik cair dan padat ini dipengaruhi dari sejauh mana partisipasi para peserta dalam keseluruhan program dari awal hingga akhir. Nasidian (2014) mendefinisikan partisipatif sebagai proses aktif, inisiatif yang diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing dengan cara mereka berpikir sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)di mana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Menurut Cohen dan Uphoff dalam Nasdian (2014), partisipiatif dibagi terdiri dari berbagai tahapan, yaitu pertama, tahap pengambilan 212 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING keputusan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap keputusan yang dimaksud, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan perencanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Kedua, tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembuatan pupuk kompos, sebab inti dari pelaksanaan program KKN-PPM adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan kegiatan, dan bentuk sumbangan sebagai anggota kegiatan. Ketiga, tahap evaluasi dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi juga mengukur sejauh mana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Keempat tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka laksanakan. Untuk itu tim juga mendorong warga melalui pengurus RW dan Kader PKK untuk membuat stuktur organisasi rumah kompos di lingkungan RW. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan program ini tetap berjalan jika program ini selesai. Dimana ada tanggung jawab dari pengurus rumah kompos untuk melanjutkan program ini untuk seterusnya. Jika program ini dilakukan tidak hanya kelestarian dan penghijauan yang di dapat oleh warga tapi juga memiliki nilai ekomoni yang tinggi sebagai sumber pendapatan bagi warga RW setempat. THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Gambar 11. Stuktur Org. Rumah Kompos RW 13 Kelurahan Harjamukti (Salah satu RW lokasi KKN PPM) Selama pelaksanaan kegiatan KKNPPM dalam pengolahan sampah menjadi pupuk organik cair dan padat sedikit sekali menjumpai kendala, hal ini disebabkan karena dosen pembimbing dan mahasiswa selalu melakukan koordinasi guna mengurangi kendala teknis yang nantinya akan dijumpai dalam perjalanan proses kegiatan tersebut. Menurut Munajat (2007) keberhasilan program merupakan suatu keadaan di mana program pemberdayaan yang diterapkan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta adanya perubahan keadaan lebih baik dalam usaha penanggulangan masalah sampah yang ada di sekitar Wilayah Koa Cirebon dari masa sebelumnya. Keberhasilan program pengolahan sampah menjadi pupuk kompos cair dan pupuk kompos padat di dua kelurahan yang ada di wilayah kota Cirebon merupakan hasil kerjasama antara Institusi Universitas dengan lembaga, baik dari lembaga Dinas tata kelola taman/kebersihan kota Cirebon, Kelurahan Harjamukti dan Kelurahan Pulasaren serta Warga dari Lima RW. KESIMPULAN 1. Seluruh kegiatan persiapan pelaksanaan KKN-PPM telah selesai dilaksanakan mulai dari survey, penentuan lokasi, perijinan, dan percobaan pembuatan pupuk dari limbah organik. 2. Warga di 5 RW yang terletak di wilayah Kelurahan Harjamukti dan Kelurahan Pulasaren bersedia bekerja sama dan ikut ambil bagian dalam kegiatan KKN-PPM ini. 3. Dari kelima RW yang ikut ambil 213 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 4. 5. 6. 7. 8. bagian dalam kegiatan KKN-PPM ini telah menyediakan tempat atau lokasi untuk rumah kompos. Pelaksanaan sosialisasi program sudah terlaksana Proses pendampingan pembuatan pupuk kompos dan MOL masih perlu berlanjut karena lamanya proses pembuatan. Masing-masing rumah kompos sudah memiliki struktur organisasinya yang akan menggerakan warga dalam pemanfaatan rumah kompos. Proses pendampingan pembuatan apotek hidup masih perlu berlanjut. Kesadaran warga untuk mengolah sampah menjadi pupuk mulai tumbuh. SARAN 1. Persiapan kegiatan dapat lebih ditingkatkan lagi termasuk pendanaan karena proses yang cukup memakan waktu yang lama. 2. Penjelasan kepada warga tentang keberadaan tim juga harus dapat tersampaikan dengan baik sehingga tidak menghambat kegiatan. 3. Pembinaan warga dalam kegiatan ini masih harus dilanjutkan sehingga warga mampu menjalankan proses kegiatan di rumah kompos ini secara berkelanjutan. 4. Memberikan wadah kepada warga pengarajin kompos untuk dapat memasarkan produknya sehingga kegiatan pengolahan sampah akan terus berlanjut. REFERENSI 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk organik cair/MOL Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta Juanda, Irfan & Nurdiana. 2011. Pegaruh Metode Dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Mol (Mikroorganisme Lokal). Jurnal Floratek 6: 140 – 143. Latifah, R., N., Winarsih, Rahayu Yuni Sri. 2012. Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Bahan Pupuk Cair untuk Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera ficoides). Lentera Bio Vol. 1 No. 3 September 2012:139–144. Munajat, A. 2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha. (Skripsi). Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia. Nasdian, FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia Parman, Sarjana. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk organik cair/MOL terhadap Pertumbuhan danProduksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2, Oktober 2007. Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta Purnomo Djoko, Ahmad Yunus, Sri Budiastuti. 2011. Budidaya Padi Berwawasan Lingkungan Dengan Metode System Of Rice Intensification (Sri) Dan Penggunaan Pupuk organik cair/MOL. Jurnal EKOSAINS Vol. III No. 1 Maret 2011. Dewi Y. S. dan Tresnowati. 2012. Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Menggunakan Metode Komposting. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.2. Ibadillah, S., & Razali, T. S. 2014. Pengembangan Uji Visual Sederhana dari Kualitas Barbagai Kompos dan Perbandingannya dengan Uji Laboratorium dan Uji Percobaan Lapangan. Jurnal Online Agroekoteknologi . THE 5TH URECOL PROCEEDING 214 ISBN 978-979-3812-42-7