CARA PEMBUATAN KOMPOS Oleh: EMING SUDIANA Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto PENDAHULUAIY Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan denganteknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologl pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. Kompos adalahhasil penguraianpnsiaUtidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifftasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai +$Ayo, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang (dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6.000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65o/o-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut 1.400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakart4 di mana 95o/o-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi,2005). bio.unsoed.ac.id Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri" Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorsanisme di dalam bahan itu sendiri dengan banfuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesi4 sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi parrtai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan oupuk kimia- Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogerl seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan (Tabel 1). Limbah dan residu tanaman Limbah & residu ternak Jerami dan sekarn padi, guhm4 batang dan tongkol iagung semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa Kotoran padat, limbah temak cair, limbah pakan temak, cairan biogas Azola ganggang biru, enceng gondok, gulma air p. Industri Limbah padat Serbuk gergaji kuyo, blotong kertas, ampas tebu" limbah kelapa sawit" limbah pengalengan rnakanan dan pemotongan hewan Alkohcl, limbah pengolahan kertas, aiinomoto, limbah pngolahan minyak keLapa sawit 3. Limbah rumah tangga bio.unsoed.ac.id Trnja uri4 sampah rumah tangga dan sarrrpah kota JEIIIS-JENIS KOMPOS . Kompos cacing (vermicomposr), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing . . tersebut. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula. Kompos bokashi. MAIIFAAT KOMPOS Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapatmembantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. 2. 3. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. A. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: l. Meningkatkan kesuburan tanah 6- Menyediakan hormon dan vitamin bagitanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah 7. 8. bio.unsoed.ac.id panen) peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya inerangsang gtanulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air' Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang b.tp"t* pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu P, aan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah seperti kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh *".tirrgkutt il, * tanaman (Gaur, 1980). Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah -dan pertumLuhan tanaman. Penelitian Abdurohim (2003) menunjukkan bahwa Lo*po* memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPIC namun kadar fosfor tidak menunjukkan p"tU.au* yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelil"y" ketika itu, caisin (nrglf'tca--Alera99d, menjadi lebih baik dibandingk an dengan NPK. pupuk cacins Hasil penelitian Handayani (2009) berdasarkan hasil uji Duncan, yang terbaik pada pertumbuhan {vermicomposf) memberikan hasil pertumbuhan pada media tanam subsoil.Indikatornya Uibit Sutu* (Eugenia oolyantha Wigh| juga terdapat puau Oiut*t.. batang, dan sebagainya' Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibif mengingat media tanam subsoil merupakan *tAiu tt"u* d"og* pE yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal' Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga mening|<atkan kapasitas tukar katign tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Fogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibr"t d"ri ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum o.fficinarum I) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga b"1* p*g"piit*i* dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningiatan yang berarti terhadap penyerqpan &sfql, kalium, dan sulfurb""ggu"* kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak dan diameter dari batang, namun -.oittgkutk* laju pertumbuhan, tinggi, gula dalam tebu' diperkirakan dapat meningkatkan rendemen { DASAR-I}ASAR PENGOMPOSAN a. Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kotoran/limbah petemakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut' bio.unsoed.ac.id b. Proses PengomPosan proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Piosei pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahaptahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu terientu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggsnakanoksigen akan menguraikan bahan organik menjadi COz, laaP ait dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 3A - 40% dari volume/bobot awal bahan. Prsses Pengornpsan *;m u,F tr F[[ #ffi Gambar l. Skema Proses Pengomposan FFtrlFFIli ET Aerobik Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amoni4 dan HzS. F r) t F '!iF.tl'lr Frs{E{nFo-Jft rra-i!,*:,itt* --r||!|!€!9 c ;jE bio.unsoed.ac.id Garnbar 2. Prcfil suhu dan populasi mikroba selamaproses pengomposan Tabel2. Organisme yang terlibat dalam proses pengomposan Kelompok Organisme Organisme Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes; KaPang Mikrofanuna Protozoa Makroflora Iamur tingkat tinggr Makrofauna tanah' Jumlah/gr kompos 2. 3. - loe; 105 108; 104 - 106 [iF - to' *t1nt"** **' l:til*t Proses pengomposan tergantung pada 1. loe : Karakteristik bahan yang dikomposkan Allivator pengomposan yang dipergunakan Metode pengomposan yang dilakukan c. Faktcr yang memengaruhi proses Pengomposan Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan aan Lanan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerj a g;at untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisiaya kurang r"i.rri atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat laiq atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendid. Faktor-faktor yang mempemgaruhi proses pengomposan antara lain: Rasio C/lr{ Rasio CA{ yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: I hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan *.nggunuk* N untuk sintesis protein. Pada rasio CAf di antara 30 s/d 40 prtroUa mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila iasio CA{ terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lallr$at. Umumny4 masalah utama pengomposan adalah pada rasio CA{ yang tinggi' terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadm kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio CA{ Aipett"t a" perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran bio.unsoed.ac.id hewan mengandung banyak senyawa nitrogen. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. permukaan ilea yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Uhran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposanjuga akan terganggu. Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40Yo, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban I5%o. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%qharu akart tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bautidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH kotoran ternak umrunnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penunl{ran pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan.pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. pH bio.unsoed.ac.id Kandungan l{ara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari petemakan. ff*u ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan. Kandungnn Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berai seperti Mg, cu, Zn, Nickel, dan cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. Lama pengomposan Lama waktu pengomposan terganfung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benarbenar matang. Tabel 3. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, re92) 0:1 sid 40:1 5,5 - 9,0 STRATEGI MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umgm strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjaditiga,yaitu: 1. Menanipulasi kondisilfaktor-faktor pengomposan. yang berpengaruh pada proses 3. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacingj. Menggabungkan strategi pertama dan kedua. a. Memanipulasi Kondisi Pengomposan 2. ini di bio.unsoed.ac.id strtegi banyak dilakukan awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. sebagai contoh, rasio cAtr yang optimum adalah 25-35:1. untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio CA{ tinggi dicampgr dengan bahan yang mengandung rasio CA,l rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk I proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya' b. MenggunakanAktivatorPengomposan yang- dapat Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme mempsrcepat proses p"trgo*potan. Organisme yang sud4 banyak dimanfaatkan misainya iu"ittg tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan yang kompos yang aitrasilkan dikenal dengan sebutan kascing. organisme lain maupwm Uanyat iipeigunatan adalah mikroba" baik bakeri, aktinomicetes, kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator p"trgotpo*an, misalnya : Green Phoskko(GP-1), Pr,omi, orsaDec, SuperDec, ActiComp, EM4" Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain' Promi, orgaDec, superDec, dan Acticomp adalah hasil penelitian Balai Penelitian Biot"knologi Perkebunan lndonesia (BPB|D dan saat ini telah banyak dimanfaatk; oleh masyarakat. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padai organi! yaitu : Trichoderma Eeudokonin gii, Qsgpaga-lp, Tichoderma barnanxtt, Pholyota so. Agailv sp dan FPP (fu"gi pelapuk putih)' tnittoUu ini bekerja aktif pada suhu tinggi Gerrnqfilk)' Altivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa penladukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahanbahan lunaymudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan. *.*p".tun-t* c. Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan Strategi pfoses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah *.ogut ntgk* a* ittutigi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan' d." Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersarn-aan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk SeringJcali menentukan strategi Pengomposan: l. 2. 3. 4. Karakteristik bahan yang akan dikomposkan' Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos' Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai' Tingkat kesulitan pembuatan kompos bio.unsoed.ac.id PENGOMPOSA}I SECARA AEROBIK a. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan urfuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan. l. 2. J. 4. Terowongan udara (Saluran Udara) o Digunakan sebagai dasar fumpukan dan saluran udara o Terbuatdari bambudanrangkapenguatdari kayu o Dimensi : panjang 2m,lebar Y4 - y2m,tinggiYzm o Dapat dipakai menahan bahan 2 -3 ton Sekop o Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya Garpr/cangkrang o Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan pemilahan sampah Saringan/ayakan o Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang sesuai o Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan o Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar 5. Termometer o Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan o Pada bagian ujungnya dipasang tali unfirk mengulur termometer ke bagran dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat o Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer pecah 6. Timbangan o Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang diinginkan <. o Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan 7. pengemasan Sepatu boot o 8. 9. Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya Sarung tangan o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan bio.unsoed.ac.id tangan Masker o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan terbang lainnya o 7. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwatna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu. Pengemasan dan Penyimpanan Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit iamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin. o o o o c. Kontrol proses produksi kompos 1. Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang baik. Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat dirnana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan optimal. Jasad renik membutuhkan air, udara (Oz), dan makanan berupa bahan organik dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh. 2. 3. d. Proses pengontrolan Proses pengontrolar yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah: 1. Monitoring Temperatur Tumpukan e. Mutu kompos l. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan 2. MonitoringKelembaban 3. Monitoring Oksigen 4. Monitoring Kecukupan CA.{ Ratio Monitoring Volume 5. (. 2. 3. tanaman. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut : Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan wama tanah, Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk bio.unsoed.ac.id o o suspensi, o o o o Nisbah C/\l sebesar 10 humifikasinya, - 20, tergantung dari bahan baku dan derajat Berefek baik jika diaptikasikan pada tanah, Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan Tidak berbau. PEI\UTUP Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Misal Kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Kompos atau pupuk kandang sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru sebatas menggunakan apa adany4 belum sampai pada usaha untuk meningkatkan kualitas dari kompos dan pupuk kandang tersebut.Rakitan teknologi pembuatan pupuk altematif mulai membudaya di masyarakat kita, yaitu upaya pembuatamn kompos dengan menggunakan bioaktifator yang memang sudah cukup banyak di pasaran, seperti EM-4, stardek/starbio, cM dll. Hal ini dilakukan petani dengan pertimbangan antara lain . : untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah besar yang sudah masak tidaklah mudah. ' Penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil, karena keberatan dari petani ' jika harus mengorbankan sebagian lahannya untuk tanaman pupuk hijau. Memberi nilai tambah bagi pupuk kandang sehingga menjadi kompos dengan kualitas lebih baik. . Mengurangi ketergantungan pada pupuk buatan. N,thr,tn PUSTAKA o. 2008. pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produlai ranaman caisin pada Tanah Latosol Dari Gunung sintdur, sebuah skripsi. Dalam IpB Reoository, diunduh 13 Juni 2010. Abdurohim, Gaur, D. c. r98a. Present status of composting and Agricultural Aspect, in: Hesse, P. R. (ed). Improvig soir Fertitity rhrou{h organic niry"irrg, Compost Technologt FAO of United Nation. New Dlhi. - bio.unsoed.ac.id Guntoro Dwi, Purwono, dan sarwono. 2003. pengaruh pemberian Kompos Bagase Terhadap serapan Hara Dan pertumbuhan Tanamqn reuu (saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultur4 Institut pertanian fogor. Handayani, M. 2009. pengaruh Dosis pupuk NpK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit satam, sebuah skripsi. oalm rpg R"pository diunduh l3 Juni 2010. Isroi' 2008' KoMPos. Makalah- Balai Penelitian Bioteknologi perkebunan Indonesi4 Bogor. Rohendi, E- 2005. Lokokarya sehari pr".s:!o^t!on sampah pasur DKI Jarrnrta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005. Toharisman' A' 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula sebagai Sumber Bahan Organik Tonah bio.unsoed.ac.id