Mata Kuliah Komunikasi Pemasaran Politik MODUL PERKULIAHAN POLITICAL MARKETING Pokok Bahasan ANALYSIS FOR POLITICAL PARTIES Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Pascasarjana Magister Komunikasi Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Achmad Jamil -------------------------------------------Negara Brazil merupakan negara Amerika Latin yang masih terhitung baru dalam menerapkan demokrasi. Ideologi dan tradisi demokrasi mereka diibaratkan sedang pada usia remaja sejak redemokrasi pada tahun 1980, setelah lebih dari dua puluh tahun dipimpin oleh rezim kediktatoran militer. Pembangunan demokrasi dengan membuat teori politik pemasaran dan model Lees Marshment tak mempengaruhi perkembangan Brazil. Pemasaran politik sudah diterapkan di Brazil, namun tidak berhasil karena politik yang mereka pakai dan implementasikan adalah politik pemasaran ala Inggris dan Amerika Serikat memiliki lingkungan pasar politik yang sangat berbeda. Namun perubahan itu perlahan-lahan bisa dilakukan oleh Partai Buruh (Partido dos Trabalhadores/PT) yang dipimpin oleh Luiz Inacio Lula da Silva. Dan itu terbukti mengubah perilaku politik di Brazil dengan memenangkan pemilihan presiden tahun 2002. Perubahan yang terjadi di tubuh PT dapat menjadi contoh kasus yang bagus untuk menjadi pertimbangan dari sisi pemasaran politik. Dibanding semua partai di Brazil, PT telah memperlihatkan sikap politik yang paling ideologis sejak 1989. Sebagai konsekuensinya, PT kalah dalam tiga kali penyelenggaraan Pemilu. Untuk menang di pemilihan presiden tahun 2002, PT harus mengambil hati lebih dari 30 persen jumlah pemegang suara, sesuai dengan perhitungan PT dengan koalisinya bersama sayap kiri (Jacob and al. 2003:287). Perubahan juga dibutuhkan untuk membentuk pencitraan pemimpin partai dan kandidat presiden, serta strategi politiknya, dengan bergabung koalisi bersama partai konservatif Partido Liberal (PL). Untuk berkoalisi dengan PL, PT mengubah ideologinya menjadi ideologi Tengah. Ini adalah langkah besar yang dilakukan PT, sebab sebelumnya koalisi dengan partai selain berideologi Kiri sangat dihindari. Namun strategi tersebut ternyata membuahkan hasil. Lula da Silva hampir berhasil membuat pemimpin PL dan Jose Alencar sebagai wakil 2016 2 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id presiden partai menang di putaran pertama pemilihan (dengan 46,44 persen suara) pada Oktober 2002. Pada putaran dua, di bulan November, PT meraih kemenangan spektakuler dengan perolehan suara 61,27 persen dari total suara sah. Bab ini mengeksplorasi, pertama, perubahan yang dilakukan sebagai pendekatan dan pergeseran menuju politik Brazil yang lebih berorientasi pada pasar. Kedua, apakah kemenangan PT merupakan hasil dari penerapan pemasaran politik yang baik. Signates (Jury 2003) berpendapat, menjadi hal yang salah jika berpikir pemasaran politik dapat menentukan Pemilu, meski Signates menyadari bahwa kandidat dari PT mengatur strategi kemenangan setelah menerapkan komunikasi profesional dan teknik kampanye. Pasar dan sistem politik Brazil Sistem politik Brazil sangat berbeda, meskipun masih terdapat kesamaan dengan demokrasi di negara lainnya yang dijelaskan di dalam buku ini. Pemilihan presiden pertama, setelah 21 tahun menjalankan rezim militer, dilangsungkan pada tahun 1989. Sistem politik Brazil dengan jumlah pemilih sebanyak 115juta orang menunjukkan pergeseran politik yang kontras, inkonsisten, maju, dan sekaligus mundur. Aturan dan undang-undang Pemilu Brazil terbilang rumit dan tidak efisien. Dan sementara tujuannya untuk mencegah korupsi, mereka malah membuat stabilitas politik menjadi sangat sulit dan meningkatkan disorientasi pemilih, walau hasil seperti itu tidak ada di negara lain. Dalam sistem demokrasi yang lebih kokoh, contohnya demokrasi liberal, pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2000 memproduksi hasil yang tidak jelas dan dipertentangkan, serta muncul perdebatan tentang legitimasi pendaftaran pemilih di Florida. Perkenalan undang-undang dasar baru di 1988 menetapkan bahwa Brazil memiliki 2016 3 sistem pemerintahan Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil presidensial Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan sistem Pemilu yang membolehkan penarikan suara sebanyak dua putaran di tingkat nasional maupun daerah. Berdasarkan aturan Pemilu untuk presiden dan pemerintah daerah, dan untuk pemilihan kepala daerah dengan jumlah penduduk lebih dari 200 ribu, pemilihan putaran kedua dilakukan jika kandidat tidak berhasil memenangkan suara lebih dari 50 persen pada putaran pertama. Dalam kasus tersebut, dua kandidat dengan suara terbanyak di putaran pertama bertarung di putaran kedua. Pemilu tahun 1989 melangsungkan dua putaran ketika Fernando Collor de Mello menang, sementara Pemilu tahun 1994 dan 1998 hanya satu putaran karena Fernando Henrique Cardoso berturut-turun mendapatkan 54,3 persen dan 53,1 persen suara. Luiz Inacio Lula da Silva mengikuti kontestasi tiga pemilihan tersebut tapi baru mendapatkan kemenangan pada Pemilu 2002 dengan 61,27 persen suara di putaran kedua, unggul sebanyak 22,6 persen dari pesaingnya Jose Serra, kandidat dari partai pemerintah yang mendapat 38,73 persen suara (Jacob et al. 2003:295). Sistem politik demikian jelas dapat memiliki implikais terhadap strategi pemasaran politik (lihat Nicolau 2001:9). Kompleksitas lain yang muncul yakni koeksistensi pemilih wajib ( untuk yang berusia di atas 18 tahun) dan pemilih tidak wajib (untuk yang berusia antara 1618 tahun dan yang lebih dari 70 tahun). Hal itu mengakibatkan kebanyakan warga Brazil yang masuk usia pemilih dipaksa untuk berpartisipasi dalam proses Pemilu, dengan ancaman hukuman kasus ketidakhadiran, tetapi pemilih juga dimungkinkan dapat membuktikan secara formal bahwa mereka tidak berpartisipasi (untuk menghindari sanksi) jika tidak hadir di daerah pemilihan dengan mengisi lembaran khusus. Pemilu elektronik (e-voting) yang dikenalkan pada pemilu presiden 2002 memungkinkan munculnya banyak suara kosong dan suara rusak. Peluang adanya suara kosong dan rusak dalam e-voting sengaja dipertahankan supaya pemilih bisa mengekspresikan protes dan ketidaksesuaiannya dalam rangka perbaikan sistem. 2016 4 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Meski demikian, partisipasi warga dalam Pemilu di Brazil cukup tinggi. Terlebih lagi, pemilih menghindari melakukan suara kosong dan rusak ketika Pemilu 2002. Saat itu terdapat 91juta pemilih (dari 115juta daftar pemilih) dimana terdapat suara kosong sebanyak 1,88 persen dan suara tidak sah sebanyak 4,12 persen (www.tsc.gov.br [diakses Juni 2003]). Tentunya, persentase suara sah pun meningkat signifikan di 2002 dibandingkan dengan Pemilu 1998, dari 81,3 persen menjadi 89,6 persen (Jacob et al. 2003:288), seperti yang terlihat dari analisis peta geografis suara. Meningkatnya angka partisipasi dikarenakan sosialisasi yang baik soal pemungutan suara elektronik dan kuatnya kompetisi di antara empat kandidat calon presiden, serta tak dipungkiri pula adanya peran media, terutama televisi yang mempromosikan diskusi luas tentang kesuksesan Fernando Henrique Cardoso (Jacob et al. 2003:289). Partai politik di Brazil masih tergolong berusia muda dan memiliki akar keditaktoran. Sebab, pemilihan presiden baru dikenalkan kembali sekitar 15 tahun sebelum 2002. Partai baru mulai dibentuk kembali pada akhir 1970an ketika rezim militer masih berkuasa. Waktu itu Penetapan Reorganisasi Partai Politik diimplementasikan pada Oktober 1979 yang memperbolehkan penyusunan kembali partai politik. Arena (sekarang PDS) dan MDB (sekarang PMDB) muncul sebagai dua partai politik terbesar, bersamaan dengan terbentuknya partai-partai baru yang berkaitan dengan pergerakan buruh: PDT, PTB, dan PT. Sampai batas tertentu, partai yang dianggap paling membawa penyegaran terhadap politik Brazil, berdasarkan gaya dan wacananya, ialah PT (Partido dos Trabalhadores) sebagai Partai Buruh ... asal muasal terbentuknya PT, ketika buruh melakukan mogok besar-besaran di akhir tahun 1970an dan di awal 1980an sebagai perluasan wilayah ABC (wilayah industri Sao 2016 5 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Paulo). Peristiwa tersebut sekaligus menjadi pengakuan atas kepemimpinan buruh sebagai perwakilan dari kelas pekerja. Aksi politik yang dilakukan serikat buruh Sao Paulo itu terorganisir dan terpusat. Aturan sipil dan demokrasi pada tahun 1980an membawa Brazil pada masa transisi politik, dan kebebasan politik individu diperluas: surat keputusan amnesti dikeluarkan untuk kejahatan politik; penghentian penganiayaan politik; izin diberikan untuk aksi demo sosial dan politik dan ada pengembalian untuk pemungutan suara secara langsung dan bebas. Bagaimanapun, transisi ini ditandai dengan parahnya krisis sosial dan ekonomi (dalam Pemerintahan Sarney), yang dipicu oleh kegagalan rencana stabilisasi jangka panjang, ketidakmampuan untuk mengatasi permasalahan sosial dan kegagalan kebijakan pemerintah. Masalah-masalah tersebut mengancam keyakinan pemilih dalam struktur pemerintahan dan politik. Hal tersebut menjadi kesempatan emas bagi salah satu kandidat, Fernando Collor de Mello yang maju secara independen tanpa dukungan partai, untuk meraih kemenangan. Pemilih biasa melihat keterasingan Collor dari segala sistem partai politik sebagai sebuah keunggulan. Tim kampanye Collor memanfaatkan pemasaran politik dengan intensif. Akhirnya ia memenangkan suara pada putaran kedua melawan Luiz Inacio Lula da Silva pada Pemilu 1989. Sallum,Graeft, dan Gomes de Lima (1990:15) mengamati bahwa: Hal baru yang diperkenalkan oleh Collor dalam kampanyenya tidak surut (ini penting sebagai penekanan) dalam skema terorganisir untuk mengakses media, jajak pendapat, pemberitaan dan kontak personal dengan pemilih. Melainkan, hal baru itu merupakan sebuah karya usaha politik Pemilu yang pada hakekatnya terbebas 2016 6 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dari kerangka partai politik, dengan memilih PRN (partai kandidat) sebagai label sementara untuk memenuhi persyaratan undangundang tentang Pemilu. Kepemimpinan Collor ditandai dengan kurangnya pengantar dan ia didakwa setelah baru hanya tiga puluh bulan memimpin. Wakil Presiden Itamar Franco diangkat sebagai presiden dan mengeluarkan kebijakan ekonomi baru. Fernando Henrique Cardoso, Menteri Keuangan yang bertanggung jawab atas kebijakan tersebut, menjadi kandidat presiden dan menang dalam Pemilu 1994 dan 1998. Pemilih tak menginginkan perubahan, tetapi mereka ingin kelancaran kebijakan ekonomi yang dapat menstabilkan mata uang mereka (Figueiredo 2003:65). Skenario tersebut berubah pada Pemilu 2002 ketika Lula mengalahkan Jose Serra di putaran kedua, seperti yang diprediksikan oleh jajak pendapat (ibid.). Poin utama dari survei sejarah politik Brazil ini ialah, bahwa sistem politik demokrasi Brazil masih baru; kancah politik nasional tidak stabil dan dinamika Pemilu lebih dipengaruhi oleh kepemimpinan perseorangan dibanding kompetisi ideologi di antara partai politik. Kebanyakan partai politik masih kekurangan tradisi dan konsolidasi, serta dalam mengambil keputusan strategis lebih mengutamakan keuntungan. Passador (1998:32) berpendapat: ‘Sampai batas tertentu, partai politik di Brazil tetap terlihat terbelakang ... [dan] sistem Pemilu ... menguatkan perilaku individual politikus ketika Pemilu dan situasi cenderung membuat partai mudah terpecah belah’. Oleh karena itu, pemimpin partai menjadi aspek terpenting dari produk pemilihan presiden di Brazil. Media di Brazil secara intensif fokus kepada pemimpin partai dan pada 2002 tingkat perhatian yang mereka berikan naik drastis. Alde (2003:93) meneliti ulasan Pemilu di media cetak ternama di Brazil dan menyimpulkan bahwa ‘dalam pemilihan presiden 2002, media lebih condong pada subjek Pemilu sebagai “fakta berita” dibanding kampanye presiden di Pemilu 1994 dan 1998’. 2016 7 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di Pemilu 2002, program berita dan hiburan menyajikan siaran yang cukup banyak tentang para kandidat, di luar itu diperbolehkan aturan Pemilu. ‘Rangkaian wawancara khusus kandidat yang dilakukan terus-menerus bersamaan dengan program debat antar kandidat menjadi hal menonjol pada Pemilu saat itu’ (Figueiredo dan Coutinho 2003). Misalnya, selama kampanye salah satu stasiun televisi ternama Brazil, Globo Network, menyiarkan siaran langsung wawancara setiap kandidat di program berita malam hari. Program itu berhasil menarik perhatia penonton: ‘rata-rata mendapat 40 poin berdasarkan Ibope (lembaga yang mengukur tingkat penonton), yang artinya sekitar 2,1juta penonton per menit’ (Figueiredo dan Coutinho 2003) – partai harus fokus pada tenaga yang dimiliki kandidat presiden mereka di setiap program televisi. Mainwaring (1991) berpendapat, tidak ada demokrasi di negara manapun yang memberi politikus otonomi partai politik sebanyak di Brazil. Undang-undang yang berkaitan dengan perilaku partai politik menstimulasi otonomi dan berjalan melawan kompromi, solidaritas, disiplin, dan kepaduan, memberikan pemimpin partai kekuasaan yang besar dan ruang untuk menerapkan desain produk baru. Tak seperti di Inggris, ada peningkatan dalam penggunaan pemasaran politik di Brazil beberapa tahun terakhir. Partai Brazil juga masih kekurangan ideologi, serta pemberian sarana terhadap pengembangan dan penerapan orientasi pasar. Dalam studi sistem partai di Brazil, Nicolau (2003:18) mencatat, ‘kebanyakan partai politik di Brazil pragmatis dan ideologinya kurang’, kecuali PT. Setelah berkuasa, sebuah partai cenderung fokus pada pusat politik; dengan demikian, partai lain mau bekerjasama dengannya. Faktor pendukung lainnya, perundang-undangan Pemilu Brazil menetapkan, setiap partai memiliki kebebasan untuk tampil di televisi saat sebelum Pemilu dan selama Pemilu, dalam rangka menyiarkan program Pemilu. Pada dasarnya, perundang-undangan Brazil memperbolehkan dua jenis program politik di radio 2016 8 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan televisi: pertama siaran partai, dimana partai politik mempromosikan kebijakannya selama pemerintahan berjalan seperti biasa; kedua, siaran Pemilu, dimana kandidat akan mempromosikan dirinya dan kebijakannya selama masa kampanye. HPEG (hordrio politico electoral gratuito – political electoral free time) merupakan langkah penting untuk menyamakan dasar sengketa politik (Miguel 2003). Angka pemilih di Brazil sangat tinggi dengan 115,2 juta pemilih. Pemilih di Brazil dibagi berdasarkan tingkat pendapatan, yakni mayoritas pemilihnya memiliki pendidikan yang kurang dan pendapatan yang minim. Televisi sebagai sumber hiburan dan informasi yang murah untuk masyarakat (87,7 persen penduduknya setidaknya memiliki satu TV), mencakup 99,86 persen wilayah nasional (lihat Figueiredo dan Coutinho 2003:9), dengan demikian televisi memiliki peran penting selama Pemilu Brazil. Figueiredo (2003:39) melihat, bahwa ada perbedaan antara pemasaran dan pemasaran yang dilebih-lebihkan, disebut marquetismo. Figueiredo berpendapat, ‘pemasaran politik yang terdistorsi itu akan hilang dengan sendirinya jika sudah terbukti tidak efisien’. Salah satu contoh distorsi itu ialah fakta bahwa ‘seringkali media memberikan lebih banyak ruang untuk ahli pemasaran dibandingkan untuk seorang kandidat dengan peluang terpilih yang kecil’ (ibid.:7). Marquetismo, di satu sisi, merupakan hasil dari perkembangan pemasaran politik yang berlebihan di Brazil, di sisi lain, merupakan konsekuensi dari tidak berkembangnya partai politik. Bagaimanapun, sebagai perbandingan terhadap ketidakefisienan partai politik, Figueiredo mencatat bagaimana Pemilu Brazil menunjukkan bahwa pemilih di Brazil memperlihatkan tanggung jawab yang cukup besar. Pemegang suara menolak untuk memilih kandidat yang melakukan kampanye dengan cara yang curang atau bertujuan membohongi pemegang suara. Figueiredo menyimpulkan, marquetismo memiliki dua kecacatan yang pasti: marquetismo tidak konstruktif untuk demokrasi dan tidak efisien bagi yang mengadopsinya. Perlu dicatat 2016 9 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahwa model Lees-Marshment tentang bentuk orientasi pasar tidak sama dengan marquetismo. Sistem politik Brazil sedang dalam proses pendewasaan: modalitas partisipasi dan representasi terus dikembangkan. Proses tersebut telah memperlihatkan sejumlah pemimpin berusaha untuk membangun pemerintahan yang bersih dan efisien. Korupsi dan perlawanan terhadap korupsi ettap menjadi bagian terkuat dalam kehidupan politik Brazil dan sejumlah kasus sudah diadili dan dijatuhi hukuman, di tengah-tengah pertukaran yang sengit dan bergolak antara faksifaksi politik, baik di Parlemen maupun masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu sulit untuk membuat prediksi bagaimana sistem politik Brazil dan praktik pemasaran politik akan berdampak satu sama lain. Pemasaran Politik di Brazil Meskipun pemasaran politik dianggap sebagai hal baru di Amerika Latin, pemasaran politik telah berkembang pesat di Brazil seperti pendapat Figueiredo (2003). Dalam buku Political Marketing and Electoral Persuasion, akademisi Brazil menulis bahwa akhir-akhir ini sangat tidak mungkin untuk menjalankan kampanye Pemilu presiden dan Pemilu daerah di Brazil tanpa mengimplementasikan teknik pemasaran politik yang moderen (2000:18). Terlebih lagi, kecerdasan pasar dilakukan, dan Figueiredo mencatat bahwa, jumlah lembaga survei di Brazil mengalami pertambahan, di samping lembaga hubungan kemasyarakatan. Brazil juga menggunakan ahli pemasaran politik dari luar negeri (hal.19) untuk melayani kampanye di Argentina, Paraguay, Bolivia, Angola, dan Mozambique. Tentu saja, Pemilu 2002 di Brazil memproduksi lebih banyak jajak pendapat dibandingkan proses pemilu-pemilu sebelumnya. Figueiredo dan Coutinho (2003) mendaftar, ada 70 survei yang dikeluarkan antara Januari dan awal Oktober 2002: 23 dari IBOPE, 15 dari Datafolhz, 12 dari Instituto Sensus dan 20 dari Vox Populi. ‘Terbukti, masing- 2016 10 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masing survei disusul dengan analisis, ramalan dan komentar dari wartawan, ahli sosiologi, pengamat politik, ahli ekonomi, pengamatt pemberitaan, politikus, dan kadang-kadang sampai psikoanalisis’ (Figueiredo dan Coutinho 2003:1). Analisis Figueiredo (2003) lebih fokus pada penggunaan pemasaran politik untuk komunikasi dan kampanye, sebaliknya Bab ini dan model LeesMarshment lebih mengacu pada pertimbangan pengaruh dari pemasaran dan opini publik pada perilaku politik atau desain produk. Kemenangan Collor de Mello tahun 1989 merefleksikan respon politikus terhadap ketidakpercayaan pemilih terhadap organisasi politik manapun: mereka mengimbau agar aspirasi dan tuntutan masyarakat tentang pemerintahan baru mengadopsi elemen dari orientasi pasar. Namun, partai politik lain di Brazil gagal untuk menjadi apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat secara efektif: kebanyakan dari mereka lebih suka bertindak sebagai sebuah instrumen yang mendukung pihak tertentu dibanding bertindak sebagai forum masyarakat. Lebih jauh lagi, kesukseskan Collor dibatasi: pemerintahan Collor terhambat oleh kurangnya pengalaman, kurang memiliki peran, dan pada akhirnya terjerumus dalam korupsi. Seperti yang Lees-Marshment (2001a:700) tulis, ‘penilaian pokok secara nyata bisa dilihat melalui pemilihan umum, tapi hanya karena sebuah partai menang, belum tentu mereka akan memberikan kepuasan’. Meskipun sukses dalam kampanye, Collor sekejap saja dinilai gagal dalam mewujudkan janjinya, dan dia mundur sebelum akhirnya didakwa korupsi. Sebelum 2002, elemen pemasaran politik digunakan tapi belum secara komprehensif. Untuk memahami bagaimana PT memperluas praktik pemasaran politiknya di Brazil, kita perlu mengetahui sejarah partai tersebut. PT: a POP by tradition 2016 11 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sejarah partai politik besar di Brazil, PT, resmi dimulai pada Februari 1980 ketika diluncurkan di Colegio Sion (Sion School) di Sao Paulo dengan 1.200 tamu yang hadir. Dukungan semula hadir dari gabungan kelompok beraliran sayap Kiri, aktivis agama, gerakan populer, dan pemimpin serikat pekerja yang melawan pemerintahan kediktatoran militer. Sejak awal, meski sudah jelas sebagai partai sayap Kiri, PT menghindari komitmen kepada berbagai doktrin, termasuk Marxisme (Meneghelo 2003:42). PT menunjukkan bahwa mereka memegang ideologi pluralisme dan mengambil pendekatan sosialisme dalam demokrasi sebagai referensi pokok. Dengan demikian, hal ini membedakan PT dengan berdirinya Partai Konservatif di Inggris dimana memiliki sejarah puluhan tahun dan memiliki tradisi ideologi yang mengikat dan sudah diperkirakan akan menimbulkan masalah internal jika ada pemimpin yang ingin mengubahnya. Meskipun begitu, untuk pertama kalinya setelah tiga kali pemilu pasca pemerintahan kediktatoran di Brazil, PT lebih memilih merangkul sebuah rancangan masyarakat sosialis yang cukup populer, diartikan melalui perlawanan terhadap kapitalisme dan kritik terhadap pemahaman sosialdemokrasi: ‘rancangan PT adalah menaklukan kekuasaan (bukan hanya pemerintahan) untuk mengubah Brazil menjadi negara sosialis [...] PT sangat kritis terhadap usulan pemahaman sosial-demokrasi. Tren sosial-demokrasi tidak menghadirkan pandangan nyata untuk mengatasi kapitalisme . . . (Partido dos Trabalhadores 1999:20-1). Indikasi lain tentang orientasi produk ialah bahwa partai menolak untuk mempertimbangkan koalisi dengan partai manapun beraliran sayap Kiri, meski hal tersebut malah membatasi PT untuk mendapatkan 30 persen dari total suara sah (lihat Jacob et al. 2003:305 tentang analisis hasil PT di tiga Pemilu sebelum 2002). Organisasi partai memang agak kompleks, meliputi berbagai tren ideologi, dari aliran ekstrem sayap Kiri sampai Kiri-Tengah. Tujuh bakal calon presiden dari 2016 12 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id internal partai yang kampanye untuk dinominasikan sebagai kandidat presiden dari partai pada 2001 memasukkan sebanyak 20 tren ideologi yang berbeda (Meneghelo 2003:49). Keanggotaan sangat penting bagi PT. Walaupun melewatkan tiga kali pemilu dan mengalami kekalahan, PT menunjukkan kapasitas yang tidak biasa dalam memelihara organisasi internal. ‘PT mengelola keanggotaan dan memperbarui kampanye dan memulai abad baru dengan jumlah anggota lebih dari 924.000 orang, dan dengan terdaftar di 4.016 daerah pemilihan dari total 5.528 daerah pemilihan di Brazil’ (ibid.:48). PT juga mencoba untuk menguji strategi baru yang bertujuan untuk memperluas dukungan dalam pemilu, mengenalkan formula inovatif untuk meningkatkan partisipasi rakyat di tingkat pemerintahan daerah dengan melakukan debat soal anggaran. Strategi itu berjalan sukses di pelabuhan industri Porto Alegre (tiga kali menjadi tuan rumah World Social Global Forum), dan ibu kota Rio Grande do Sul (ibid.). secara keseluruhan, partai mengatur pendekatan POP di internal partai, meskipun telah memilih Luiz Inacio Lula da Silva sebagai kandidat resmi untuk keempat kalinya (meski Luiz telah gagal dalam pemilu tahun 1989, 1994 dan 1998). Hanya di 2002, PT mengubah pendekatannya dan mulai menggunakan pemasaran politik dalam bentuk orientasi pasar. Strategi PT dalam memenangkan kampanye pemilu presiden tahun 2002 Bagian ini membahas mengenai sejauh mana kesuksesan PT dalam menggunakan orientasi pasar sebagai strategi pemenangan Pemilu 2002, dengan menunjukkan bagaimana perilaku partai tersebut bisa sesuai dengan perbedaan aspek dan tahapan MOP yang diajukan Lees-Marshment (2001a). Bagian ini juga sekaligus menunjukkan bagaimana teknik pemasaran politik dikembangkan di Brazil sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia berdasarkan jumlah pemilihnya (Figueiredo 2002:57). Secara metodologi, sumber empiris dalam 2016 13 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id analisis ini didapat dari media, website PT dan observasi langsung dari siaran televisi partai (30-60 detik) selama masa pemilu. Tiga kali kekalahan yang dialami PT memperjelas bahwa orientasi produk tradisional PT tidak membawa kesuksesan dan pemimpinnya, Lula, mulai mengubah sikapnya. Almeida (2002:221) melihat, penelitian kualitatif yang fokus pada kelompok (qualitative focus-group research) mengevaluasi iklan gratis politik PT di televisi waktu kampanye 2002 dan menemukan bahwa ‘citra Lula meningkat. Dia dianggap lebih siap, tidak begitu radikal, tidak begitu agresif dan dengan demikian ia mampu mencapai posisi yang diharapkan dengan membuat orang-orang memilihnya’. Hal ini merupakan refleksi dari perubahan strategi, kebijakan, dan semua perilaku secara menyeluruh yang dilakukan sebuah partai. Dorongan PT untuk menerapkan orientasi pasar datang dari kekalahan berturutturut dan akumulasi dari pengalaman politik dan administratif dari satu pemilu ke pemilu lainnya. Dengan demikian, Rubim (2003:10) menyatakan, dalam aturan politik dan media, perubahan citra PT dan Lula da Silva sebenarnya dibangun dalam waktu yang lama (lihat juga Almeida 2002:221). Kampanye 2002 merefleksikan permulaan dari perilaku lama partai yang berorientasi pada produk, sekaligus merepresentasikan keputusan sadar bagaimana kepemimpinan PT mengubah perilaku politik partai.; seperti Rubim (2003:10) telah teliti, perubahan bukan hanya soal pemilu atau bahkan ide pemasaran dari strategi PT Duda Mendonca. Nicolau (2003:18) telah menekankan bahwa partai-partai Brazil nampak menikmati kesuksesan besar dalam pemilu dan bahwa ‘Luiz Inacio Lula da Silva dan anggota PT nampak sudah mengambil pelajaran dari hal itu’. Kecerdasan pemasaran 2016 14 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Seperti yang telah disebutkan, PT menggunakan bekas hasil pemilu sebagai bentuk dari kecerdasan pemasaran dan sebagai petunjuk perubahan; hal itu juga memanfaatkan konsultan, serta penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam hal profesionalitas, penunjukkan yang paling penting ialah ahli pemasaran politik Eduardo, Duda Mendonca. Di awal bulan tahun 2001, Lula da Silva memesannya untuk membuat kampanye yang bisa menyampaikan pendekatan baru ula dan memastikan pemegang suara tau bahwa Lula menawarkan apa yang mereka inginkan. Bagaimanapun, seperti yang Lees-Marshment (2001b:32-3) peringatkan, ada penolakan dari internal dalam penggunaan ahli. Beberapa anggota partai tidak nyaman dengan keberadaan Duda Mendonca yang mendesain kampanye presiden. Mendonca (2001:236) menyebut kembali: ‘Saya tahu beberapa sektor PT menolak penunjukkan nama saya untuk mengkoordinasikan kampanye.’ Dia menyadari penolakan hadir karena Duda pernah bekerja untuk politikus-politikus yang menjadi musuh lama PT, seperti Paulo Maluf, mantan gubernur dan kepala daerah Sao Paulo (ibid.). Duda Mendonca mengembangkan strategi kampanye dengan memanfaatkan analisis hasil survei. Mendonca juga dikenal akan obsesinya terhadap survei, ia pun mengamini: Saya tidak pernah merencanakan kampanye tanpa melibatkan analisis atau diagnosa. Diagnosa ini memperhitungkan data dari penelitian kuantitatif dan kualitatif, wawancara mendalam, analisis situasi politik, dan perbandingan kinerja dengan lawan utama. (dikutip dalam Figueiredo dan Coutinho 2003:34). PT menggunakan segmentasi pasar, fokus terhadap pemegang suara yang belum pernah mendukung PT tapi berpeluang mengubah sikap. Mendonca (2001) mencatat bahwa di Mei 2001 (17 bulan sebelum pemilu putaran pertama), partai menunjuk beberapa project penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk 2016 15 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengetahui pandangan orang yang belum pernah memilih Lula da Silva tapi bisa mengubah pikirannya di 2002. Saat itu Mendonca (2001) berpendapat, ‘survei tersebut mengungkap banyak sekali informasi. Sayangnya, saya tidak mau mengatakannya di sini karena saya hanya akan memberikan terlalu banyak informasi pada lawan’. Penelitian kualitatif tentang persepsi pemilih terhadap Lula juga menghasilkan hasil yang positif, megindikasikan bahwa pemilih menganggap kandidat sebagai seseorang yang mau mengatasi permasalahan sosial dan mengelolanya dengan tenaga dan perasaan (Figueiredo dan Coutinho 2003:19). Lula berusaha melakukannya dan mau mengubah perilakunya sebagai respon dari kekhawatiran warga terhadap latar belakangnya sebagai pemimpin yang radikal, juga kurangnya pendidikan formal dan pengalaman administrasi telah menghilangkan banyak dukungan dari segmen utama pemegang suara. Lula berubah menjadi tidak begitu radikal dan lebih moderat. Penerapan orientasi pasar tidak perlu perubahan drastis: semuanya bergantung pada apa yang diinginkan pemegang suara (Lees-Marshment 2001b:33). Pemegang suara telah menunjukkan keinginan terhadap perubahan, tapi tidak untuk hal-hal yang berbau radikal. Produk PT didesain demikian dan menjadi bukti bahwa sikap moderat menjadi gaya yang diadopsi untuk memenangkan hati pemegang suara. ‘Orang-orang mengharapkan perubahan tapi bukan sebuah revolusi’ (Figueiredo 2003:79). PT membuat beberapa perubahan aspek terhadap produknya sebagai bentuk kecerdasan pasar. Desain produk -Pemimpin: pemimpin PT Lula da Silva mengubah pendekatannya dari yang sebelumnya sangat radikal sampai ingin mengubah model ekonomi negara di 2002, Lula menyesuaikan dengan opini masyarakat: pidatonya lebih moderat, mengubah wacana lamanya yang radikal; dan strategi komunikasi diatur untuk 2016 16 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyampaikan pendekatan barunya yang jauh dari radikal dan konfrontasi, disertai dengan kelembutan namun pribadinya memperlihatkan perubahan signifikan. Lula bukanlah lulusan perguruan tinggi, dan hal itu selalu ditekankan oleh lawan-lawannya ketika kampanye. Lula menutupi kekurangannya itu dengan mengelilingi dirinya dengan terdiri dari para ahli dan orang-orang cerdas (Figueiredo dan Coutinho 2003:19), dan dengan membangun kharisma yang tak dapat disangkal, dan cara berpidato yang efektif (meski secara gramatikal kurang). Lebih jauh lagi, latar belakangnya yang berasal dari keluarga miskin – Lula da Silva merupakan seorang migran dari timur laut Brazil, salah satu daerah termiskin, yang memulai karier politiknya sebagai pekerja serikat – dimanfaatkan dalam pemilu. Kelas dan asal usulnya yang sederhana disoroti oleh para lawannya, yang bersikeras bahwa Lula tidak mampu menjadi presiden. Strategi PT menetralkan argumen-argumen tersebut dengan dengan memperlihatkan kemampuan Lula dalam mengenali orang-orang yang secara sosial terpinggirkan (lihat Barreira 2002:173). -Kebijakan, strategi dan koalisi: dalam hal kebijakan, PT berpindah ke ideologi Tengah dalam hal gaya komunikasi dan pendekatan untuk berkoalisi. Maret 2002, pertemuan PT National Directory menerima usulan kerjasama dengan partai konservatif (PMDB and PL) melawan Pemerintahan Cardoso. PT membentuk koalisi dengan PL, partai berukuran sedang yang dipimpin Jose Alencar, seorang pengusaha tekstil kaya raya. Perubahan ini meningkatkan peluang PT dalam pemilu, sementara melakukan konsolidasi partai sayap kiri terbesar di Amerika Latin yang berpindah ke sayap tengah. Meneghelo (2003) mencatat, di 2001 PT mulai membentuk sebuah aliansi dengan para pengusaha di tingkat nasional untuk mereformasi ekonomi, menguatkan paar nasional dan mengurangi pengangguran. Koalisi juga 2016 17 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menghasilkan kebijakan yang ‘diuntungkan dari ekspansi pragmatis dari berbagai kekuatan oposisi terhadap pemerintah’ (Meneghelo 2003:46). Lula memperjelas kesiapannya untuk melanjutkan kebijakan ekonomi yang ada, untuk menghadapi investor asing dengan lebih bijaksana dan fleksibel dalam bernegosiasi. Menanggapi keinginan pemilih yang menghindari perubahan substansial, PT mengeluarkan manifesto yang relatif bebas dari ideologi. Penyesuaian produk Manifesto PT dan kebijakan final, partai dan koalisinya PL, lebih pragmatis dibanding ideologis. Alde (2003:108) menulis, manifesto yang dikeluarkan PT di Brazil sebelum kampanye dinilai tidak ideologis meski manifesto itu dikritik karena dianggap tidak jelas dan membingungkan: lebih signifikannya, bagaimanapun, manifesto itu berhasil membuat PT diakui sebagai partai yang dewasa dan felksibel. Lula da Silva juga menunjukkan kepercayadiriannya dalam isu yang dianggap gawat, yakni soal utang internasional. Di tahun 1980, ia sudah mendebatkan, bahwa hutang pada negara asing seharusnya tidak dibayar, tapi pada 2002 dalam pidato radikalnya terhadap bank-bank asing diganti menjadi janji untuk mengikuti peraturan Brazil terkini – perjanjian IMF yang ditetapkan oleh pemerintahan Cardoso. Tindakan itu menanggapi kekhawatiran yang diungkapkan oleh beberapa sektor ekonomi bahwa kemenangan Lula bisa berdampak pada berkurangnya investasi luar negeri di Brazil. Sebagai analisis media, Alde (2003) mencatat seberapa impresifnya media cetak mengubah perlakuan terhadap Lula da Silva setelah ia setuju untuk mematuhi aturan perjanjian IMF di depan presiden Cardoso. Sikap penerimaan Lula itu dianggap ambivalen oleh media – di satu sisi dianggap kedewasaan, namun di sisi lain seperti sikap ketidakkonsistenan. Cara lain, survei dari jajak pendapat terakhir yang dilakukan sebelum masa propaganda pemilu diluncurkan, 2016 18 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diindikasikan adanya ‘peningkatan peluang kandidat dan unggul 10 poin dari kandidat posisi kedua’ (ibid.:108). Dalam analisis internal, ada beberapa pertentangan untuk berpindah ke orientasi pasar meski pergeseran lahir dari pengalaman pemimpin PT yang berkali-kali kalah dalam Pemilu. Sementara kelompok PT yang kekirian dan MST (Movement of Landless People) menimbulkan keraguan tentang praksis baru moderasi, tetapi mengacu pada Alde (2003), pihak yang oposisi terhadap sentrisme Lula da Silva masih tergolong minim. Fokus PT bergerak ke arah internal dan menjauhi hal-hal yang sifatnya ideologis. Analisis dukungan, segmentasi dan penargetan dijalankan secara efektif dan dikembangkan dari kecerdasan pemasaran. Pertama, analisis sektor pemilih, yang belum pernah memilih Lula tapi bisa diyakinkan untuk memilih di 2002, dilakukan dengan tujuan mendapatkan suara lebih dari 30 persen (jumlah suara yang pernah ditetapkan partai sayap Kiri di pemilu sebelumnya). Analisis dukungan juga mengindikasikan bahwa Lula sebelumnya memiliki pemilih perempuan yang teralienasi. Dengan demikian, strategi kampanye PT di 2002 juga menargetkan pemilih wanita. Karena Lula da Silva menginginkan strategi pemasaran politik yang terpadu, maka Mendonca menyarankan supaya istri Lula, Marisa da Silva, menemaninya saat melakukan kampanye terbuka. Marisa da Silva, yang biasanya menjauh dari politik dan mata publik, menjadi sering tampil di pertemuan publik dan acara pencarian dukungan, sehingga penampilannya pun disiapkan sebaik mungkin. Lula da Silva juga diajak bertemu dengan kepala daerah wanita dari PT, yakni Marta Suplicy; seperti pendapat Alde (ibid.:109), ‘untuk memperbaiki citranya di depan pemilih wanita, kampanye mulai fokus pada istrinya, Marisa da Silva, yang mulai muncul di media cetak, dan juga kepala daerah Sao Paulo, Marta Suplicy’. 2016 19 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PT juga menggunakan analisis persaingan yang cermat. Arus opini publik di 2002 yang berkaitan dengan Pemerintahan sedikit berbau paradoks; sementara survei menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap pemerintahan Fernando Henrique Cardoso menjadi negatif, tapi citra pribadi presiden tetap positif (Figueiredo dan Coutinho 2003:3), hal itu memberikan kesan bahwa meski pemerintahan Cardoso kehilangan wibawa, kandidat Jose Serra belum pasti kalah di pemilu. Ahli politik dan ekonomi, juga masyarakat, mengakui pencapaian positif pemerintahan Cardoso, khususnya dalam hal stabilitas ekonomi. Hasil survei mengamini bahwa Presiden Cordoso menjaga citra positifnya selama memerintah (tabel 9.1), Tabel 9.1 Evaluasi pemilih terhadap presiden tahun 1990, 1994, 1998, dan 2000 Presiden Waktu Baik Biasa sekali – (%) Buruk sangat baik (%) buruk (%) Sarney Maret 1990 9 34 56 Itamar Franco Desember 1994 41 48 8 Henrique September 1998 43 37 17 Henrique Oktober 2002 23 42 32 Fernando – Cardoso Fernando Cardoso Sumber: Instituto Datafolha (dalam Figueiredo 2003:66). PT memahami bahwa, meski pemilih Brazil tidak puas dengan Pemerintahan yang sedang berjalan dan menginginkan perubahan, namun untuk mendiskreditkan pencapaian Cardoso merupakan sesuatu yang tidak bijak. ‘Lula dan timnya mengerti pesan selama kampanye, Lula berusaha menyampaikan apa yang ingin didengar pemilih’ (Figueiredo 2003:4). Dalam hal ini, Lula menggunakan 2016 20 analisis persaingan Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil yang cermat Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan dewasa dalam memformulasikan strategi PT melawan pemerintahan petahana (Cardoso) beserta kandidat presiden dari partainya Cardoso, Jose Serra. Implementasi Setiap perubahan yang diusulkan untuk sikap politik partai cenderung menimbulkan konflik, terutama pada partai seperti PT, yang mencakup beragam keyakinan politik. Pengadopsian strategi untuk mengembangkan aliansi dengan kekuatan politik konservatif, memunculkan kemenangan sekaligus perdebatan, membuat penyampaian kebijakan lebih terjangkau disebabkan adanya oposisi internal. Koalisi antara PT dan PL awalnya memicu perdebatan di tubuh internal partai. Awal 2002, ulasan media fokus terhadap perbedaan pendapat di dalam partai, ‘menuliskan dan menekankan pada kecaman kader PT tentang ketidaklogisan beraliansi dengan PL’. Peristiwa tersebut menghasilkan pemberitaan yang tidak diinginkan partai selama beberapa minggu. Kebuntuan tersebut diatasi pada bulan Juni, setelah melakukan negosiasi alot dengan pemimpin PL, Jose Alencar. Lula da Silva pun berhasil memutarbalikkan prediksi pesimistis dan akhirnya melakukan konsolidasi koalisi (Alde 2003:101). Hilangnya kekompakan partai tidak pernah benar-benar teratasi dan beberapa kader di Parlemen terus menyalahkan perubahan sikap partai dan panduan prinsip partai (kelompok ini dikenal dengan sebutan ‘PT garis keras’), meski perbedaan pendapat sudah menjadi hal biasa di PT sejak awal berdirinya. Akan tetapi, perbedaan dan perubahan pada akhirnya dapat diserap oleh partai dengan baik dan dijadikan contoh soal cerminan keberagaman keyakinan yang dimiliki PT. Secara keseluruhan, implementasi berjalan lancar: mayoritas partai mendukung perubahan dan tetap relatif kompak selama masa kampanye (ibid.). Komunikasi dan kampanye 2016 21 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kabar mengenai pemimpin sangat penting bagi PT. Strategi Mendonca yang mengusulkan pembentukan Lula baru (the new Lula) dan PT baru (the new PT) berjalan efektif, bahkan oleh media disebut ‘cahaya PT’ (light PT), sementara Lula, mencoba menggunakan hal lucu untuk menghindari konfrontasi dan radikalisme. Lula menyebut dirinya sendiri sebagai ‘peace-and-love-Lula’. Rubim (2003) menganggap ‘peace-and-love-Lula’ dan ‘negotiator Lula’ berhasil memengaruhi pemilih. Hal lain yang berubah dalam penampilan Lula yakni rambut dan jenggotnya yang ditata rapi, setelan baju yang bagus untuk mengubah citranya sebagai seorang pemarah, dan kaos pekerja metal. Dengan demikian Lula digambarkan sebagai seorang wakil rakyat yang berpenampilan elegan dan didukung oleh tim berstandar tinggi (akademisi dan ahli teknis) (Figueiredo dan Coutinho 2003:19). Kemunculan istri Lula di publik juga turut mempromosikan kelanggengan 29 tahun pernikahannya. Hal itu mampu memperbaiki citranya sebagai pria yang bisa dipercaya dan sekaligus memanusiakan dirinya. Struktur komunikasi PT dirancang kembali dan dibuat lebih profesional, dan diuntungkan oleh investasi yang lebih besar (Rubim 2003:10). Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan radio, televisi, dan iklan kampanye yang berkualitas tinggi. Tim komunikasi partai membuat penggunaan komunikasi non-pemilu menjadi lebih efektif (ibid.): misalnya, tim komunikasi menjalankan kampanye publik langsung dengan pesan sederhana ‘Deep, deep you are a bit PT’ (No fundo, no fundo, voce e um pouco PT). Seperti yang dicatat Rubim (ibid.) dalam analisis database penelitian Porto pada masa propaganda pemilihan bebas di radio dan televisi, pendekatan komunikasi PT terhadap komunikasi televisi sangat efektif. Lula da Silva mendedikasikan 28,2 persen dari total waktu bebas partainya untuk analisis konjungsi. ‘kampanye PT di televisi lebih memprioritaskan solusi diagnostik untuk mengatasi permasalahan negara. PT merupakan partai politik yang paling 2016 22 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id banyak mendedikasikan waktunya untuk itu. Sementara itu, fokus terhadap kebijakan masa depan diposisikan ke dua dengan 18,4 persen dari total waktu’ (Rubim 2003:5). Rubim juga berpendapat, PT melakukan kampanye yang ‘lembut’, dengan mengutip penelitian Porto, menemukan bahwa ‘Lula da Silva merupakan kandidat yang memakai lebih banyak waktunya untuk musik dan jingles (10,6%) dan sedikit waktunya untuk sumber iklan yang negatif’ (p.6). Pemilu dan pengantaran Lula dan PT memenangkan Pemilu. Bersama dengan pemimpin PL, Jose Alencar, sebagai wakil presiden, mereka hampir menang langsung di putaran pertama dengan perolehan suara 46,44 persen di Oktober 2002. Di putaran kedua, di bulan November, mereka meraih kemenangan luar biasa dengan perolehan 61,27 persen dari total suara sah (jacob et al. 2003:292). Tanda-tanda kesuksesan ini sudah terlihat pada polling yang dilakukan selama masa kampanye: ‘”pemasaran” berjalan baik dan kandidat memelihara sikap kepemimpinan selama kampanye’ (Figueiredo 2003:77). Sedangkan hal yang belum bisa dipastikan ialah siapa kandidat presiden (selain Lula: Jose Serra, Ciro Gomes dan Anthony Garotinho) yang bakal menempati posisi kedua. Survei juga menyatakan, hubungan Lula dengan para profesional sangat dievaluasi oleh publik, terutama yang menganggap pendidikan dan kualifikasi para profesional mampu mengimbangi kekurangan kandidat dari segi akademis dan pengalaman praktis di pemerintahan (Figueiredo dan Coutinho 2003:19). Perhitungan pemilih wanita juga dilakukan efektif: survei memperlihatkan bahwa tingkat penolakan di kalangan pemilih wanita turun dari 47 persen ke 31 persen dalam enam bulan (Veja Magazine, ‘A presenca de Marisa’, Mei 2003:42). Pernah, di kantor Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, ia mengumpulkan kabinet dan kemudian menuai kritikan dari beberapa komentator politik. Dalam opini 2016 23 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Maxwell (2003), Lula da Silva ‘mengumpulkan beragam kabinet’, merefleksikan keberagaman Brazil. Dalam Kabinetnya ia memasukkan penyanyi dan komposer terkenal Gilberto Gil sebagai Menteri Kebudayaan; Marina Silva, senator PT dari wilayah sadap karet Amazon, sebagai Menteri Lingkungan; dan Benedita da Silva, orang kulit hitam pertama sekaligus orang kumuh yang dipilih sebagai senator dan gubernur di Brazil, sebagai Menteri Sosial. Di sisi lain, Henrique Meirelle, mantan presiden perbankan dunia di FleetBoston Financial dan dikenal baik di lingkungan finansial Amerika Serikat, ditunjuk sebagai Presiden Central Bank. ‘”Raja ayam” Brazil, pengusaha sukses dan eksportir Luiz Fernando Furlan ([email protected]) menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Media mengkritisi Kabinet dan juga implementasi kebijakan di awal pemerintahan. Maxwell (2003) meneliti, bagaimana ‘inisiatif awal Lula yang dramatis, melalui program Fome Zero (yang menjanjikan di akhir masa kepemimpinannya tidak akan ada lagi warga yang kelaparan), telah dianggap oleh kritikus sebagai kedok, sebuah kemunduran untuk menggagalkan “kebijakan kesejahteraan”. Kritik yang tak wajar hadir sejak program Fome Zero berjalan, meski hal itu merupakan kebodohan dari awal birokrasinya. Pemerintahan PT juga diserang karena mengembangkan kebijakan yang sebelumya ditentang, dan Pemerintahan itu melanjutkan praktik makro-ekonomi yang mirip dengan yang dibuat pendahulunya, Cardoso. Meski dibanjiri kritikan, opini publik sejauh ini masih (i.e. akhir 2003) mendukung Lula da Silva. Maxwell, ahli sejarah dan politik Brazil, menyimpulkan bahwa pada Juni 2002, enam bulan setelah Lula memperoleh kekuasaan, ‘Dia tetap sangat populer, dengan 75 persen tingkat persetujuan dalam jajak pendapat, dan hanya 13 persennya berpikir kinerja Lula buruk, sebuah peningkatan yang cukup besar pada rating negatifnya dari 25 persen ke 30 persen sewaktu masa kampanye. Polling terakhir menunjukkan bahwa 80 2016 24 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id persen warga Brazil ‘mempercayai’nya (Maxwell 2003). Terlalu dini untuk memberikan dugaan lengkap tentang pengantar (pemerintahan Lula): Janji kampanye untuk reformasi menyeluruh belum tercapai – misalnya, jaminan sosial dan sistem pajak – sehingga perdebatan akan dilanjutkan di luar Bab ini. Keefektifan pemasaran politik PT, kemanjuran model Lees-Marshment, dan aplikasinya di Brazil Penerapan model pemasaran politik Lees-Marshment – dikembangkan di Inggris untuk konteks politik tertentu – di Pemilu Brazil, tidak menjadi tugas mudah mengingat perbedaan antara sistem partai di Inggris dan di Brazil. Perbedaan antara demokrasi Brazil dan Inggris bervariasi. Misalnya, di Inggris, dinamika kehidupan politik nasional didikte oleh kegiatan partai, bukan oleh pemimpin partai. Sedangkan di Brazil, kurang memiliki ideologi dan terikat dengan tradisi, dan lebih fokus terhadap pemimpin partai yang memberikan ruang lebih untuk mengubah perilaku partai. Perbedaan lainnya,di Inggris dan negara Eropa lainnya, menghadapi permasalahan jumlah pemilih yang rendah selama pemilu. Sementara di Brazil, tingkat kewajiban untuk memilih dan kesadaran untuk berpartisipasi sangat tinggi. Bagaimanapun, dari pandangan pemasaran politik, perbedaan itu tidak begitu penting. Tahapan yang diikuti MOP tidak bervariasi jika mengacu pada sikap partai atau sistem partai tersebut dimana pemasaran politik dijalankan, dan efek pemilihan yang muncul dengan menerapkan orientasi pasar di Brazil hampir sama dengan di Inggris. Model Lees-Marshment bagaimanapun tetap valid bahkan ketika diterapkan di lingkungan politik yang sangat berbeda seperti Brazil. Terlebih lagi, penerapan pemasaran politik oleh politikus Brazil berjalan mulus seperti yang sudah dilakukan oleh politikus Inggris seperti Tony Blair – pemasaran politik memiliki kegunaan secara praktik dan di dalam teori akademis. 2016 25 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Implikasi demokrasi dari pemasaran politik Gagasan bahwa ‘partai yang berorientasi pasar memiliki tujuan untuk mengungkap keinginan pemilih supaya mengetahui cara menghadapinya ketika mereka (pengguna orientasi pasar) menyusun perilaku mereka’ (LeesMarshment 2001a:698) tidak cocok untuk pandangan tradisional politik di abad pertengahan ke-20, yang menimbulkan pertanyaan apakah MOP baik untuk demokrasi. Dalam abad ke-21 di Brazil, gagasan partai politik harus merancang produknya supaya lebih disukai pemilih, mungkin dilihat sebagai penentu tingkat kedewasaan partai. Signates (dikutip dari Jury 2003) berpendapat bahwa ‘PT telah berubah karena negara dan warganya telah berubah’. PT mengadopsi demokrasi dengan menganalisis perubahan di dalam lingkungan politik dan, serta memperbarui dan mengadopsi kebijakan baru dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan. Namun, penilaian yang komprehensif ialah penilaian terhadap Pemerintahan yang sudah berjalan selama empat tahun. Dengan demikian perhitungan keberhasilannya dalam pengantaran dan analisis kekompakan internal partai bakal menghasilkan evaluasi menyeluruh terhadap kontribusinya terhadap demokrasi. Bab ini menunjukkan bagaimana kandidat dari Partai Buruh (PT), Lula da Silva dapat memenangkan pemilihan presiden di Brazil tahun 2002 dengan menerapkan orientasi pasar. Tak diragukan lagi, kemenangannya merupakan kejayaan bagi demokrasi di Brazil. Pemilihannya menarik perhatian dunia internasional dan kemenangannya dirayakan di seluruh Brazil. Kampanye Lula da Silva telah menjadi objek studi dan penelitian, bukan hanya dalam demokrasi Amerika Latin, tetapi juga hingga negara Eropa dan Amerika bagian utara. Penelitian internasional kini akan beralih pada kinerjanya di pemerintahan dan hanya soal waktu yang akan menunjukkan apakah pemasaran politik memberikan keuntungan demokrasi yang nyata: dengan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kepuasan kepada pendukungnya. 2016 26 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2016 27 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Achmad Jamil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id