Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru

advertisement
PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU
Oleh Prof. Dr. Slameto, M.Pd
Tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Udanng-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tetang
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk
itu profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman dan ilmu pengetahuan. Kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun
internasional.
Guru sering dituding sebagai biang keladi rendahnya kualitas pendidikan; Rendahnya
kualitas pendidikan nampak dalam hal:
•
kemampuan siswa dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan guru tidak
maksimal,
• kurang sempurnanya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan
hidup yang dimiliki oleh setiap siswa,
• rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa terutama di tingkat
dasar.
Hal ini disebabkan adanya keberagaman atau rendahnya kemampuan guru dalam proses
pembelajaran dan pengusaan pengetahuan, belum adanya alat ukur yang akurat dan
standar untuk mengethaui kemampuan guru, pembinaan yang dilakukan belum
mencerminkan kebutuhan, dan kesejahteraan guru yang belum memadai. Salah satu
solusinya adalah pengembangan profesionalitas guru.
Guru Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan
lingkungan belajar yang produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini
adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan
perbuatan praktis.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal
berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal
dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi
mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan
kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus
sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Dari sudut penghampiran sosiologi, Vollmer & Mills mengemukakan bahwa profesi
menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang sesungguhnya tidak
ada di dalam kenyataan atau tidak pernah akan tercapai, akan tetapi menyediakan suatu
model status pekerjaan yang bisa diperoleh, bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi secara penuh. Kata profesional berarti sering diartikan sifat yang ditampilkan oleh
seorang penyandang profesi, berikut implikasinya dikaitkan dengan kebutuhan hidupnya.
Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan
ditentukan oleh tiga faktor penting.
1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau
spesialisasi
2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang
dikuasai)
3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang dimilikinya.
Untuk itu jabatan guru sebagai profesi seharusnya mendapat perlindungan hukum
untuk menjamin agar pelaksanannya tidak merugikan pelbagai pihak yang membutuhkan
jasa guru secara profesional, dengan memberikan penghargaan finansial dan non finansial
yang layak bagi sebuah profesi. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip khusus. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan bahwa prinsip-prinsip profesi guru adalah sebagai berikut:
1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. memiliki komitmen unutk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia;
3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat;
8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri
maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh
pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme
guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan
guru dilakukan dalam kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi.
Syarat suatu profesi adalah seperti berikut ini.
1.
Melibatkan kegiatan intelektual.
2.
Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3.
Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
4.
Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinam-bungan.
5.
Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6.
Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7.
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8.
Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Dengan demikian jelas bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi, yang hanya dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang dipersiapkan untuk menguasai
kompetensi guru melalui pendidikan dan/atau pelatihan khusus. Oleh karena
pendayagunaan profesi guru secara formal dilakukan di lingkungan pendidikan formal yang
bersifat berjenjang dan berbeda jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan atau
kualifikasi atau kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.
Kompetensi dan Standar Kompetensi Guru
Dari pengertian-pengertian mengenai profesi guru di atas, berarti unsur terpenting
dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau
keahlian khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara
efektif dan efisien. Kata lain dari kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Karena itu
kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi.
Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti
efektif dan efisien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi. Selanjutnya Conny R.
Semiawan mengemukakan bahwa kompetensi guru memiliki tiga kriteria yang terdiri dari:
1. Knowledge criteria, yakni kemampuan intelektual yang dimiliki seorang guru yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang kemasyarakatan dan
pengetahuan umum.
2. Performance criteria, adalah kemampuan guru yang berkaitan dengan pelbagai keterampilan dan perilaku, yang meliputi keterampilan mengajar, membimbing, menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa dan
keterampilan menyusun persiapan mengajar atau perencanaan mengajar.
3. Product criteria, yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan kemajuan
siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar.
Kompetensi yang harus dikuasai guru profesional itu menurut Richard D. Kellough (1998)
adalah:
1. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkannya
2. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional,
melakukan dialog dengan sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina
siswa dan materi pelajaran.
3. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapanharapan dan prosedur yang terjadi di kelas.
4. Guru adalah “perantara pendidikan” yang tidak perlu tahu segala-galanya, tetapi paling
tidak tahu bagaimana dan dimana dapat memperoleh pengetahuan.
5. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa.
6. Guru terbuka untuk berubah, berani mengambil resiko dan siap bertanggung jawab.
7. Guru tidak berprasangka jender, membedakan jenis kelamin, ethnis, agama, penderita
cacat dan status sosial.
8. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran secara cermat.
9. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif.
10. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai pengambil keputusan.
11. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan, misalnya dalam strategi
mengajar.
12. Guru secara nyata menaruh perhatian pada kesehatan dan keselamatan siswa.
13. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan sistuasi belajar yang
positif dan konstruktif.
14. Guru memperlihatkan percaya diri pada setiap kemampuan siswa untuk belajar.
15. Guru harus terampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa.
16. Guru harus memperlihatkan perhatian terus-menerus dalam tanggung jawab
profesional dalam setiap kesempatan.
17. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua atau wali, sesama guru, administrator,
dan memelihara hubungan baik sesuai etika profesional.
18. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas tentang pelbagai hal.
19. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat.
20. Guru harus mampu mengenali secara cepat siswa yang memerlukan perhatian khusus.
21. Guru harus berusaha melakukan usaha khusus untuk memperlihatkan bagaimana materi
pelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
22. Guru hendaknya dapat dipercaya, baik dalam membuat perjanjian maupun
kesepakatan.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan betindak; spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapan-nya di dalam pekerjan, sesuai
dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Perlu kita sadari bersama bahwa
kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya; terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap
profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Standar Kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan,
ditetapkan & disepakati bersama dalam bentuk penguasaan penge-tahuan, keterampilan
dan sikap bagi seorang pendidik sehingga layak disebut kompeten. Tujuannya adalah
sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal, dapat melakukan tugasnya secara
profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang
berkepentingan terhadap proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya sesuai bidang
tugasnya.
Manfaat Standar Kompetensi guru adalah sebagai: acuan pelaksanaan uji
kompetensi, penye-lenggaraan diklat, dan pembinaan, acuan untuk melakukan evaluasi,
pengembangan bahan ajar, dan sebagainya. Pengembangan standar kompetensi guru
diarahkan pada peningkatan kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan
sistematis.
Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Ber-Sertifikat Pendidik Profesional
Standar Kompetensi Guru meliputi empat komponen yaitu: (1) Kompetensi
Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial dan (4) Kompetensi
Profesional. Masing-masing komponen kompetensi terdiri atas beberapa unit kompentesi.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi
profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.
Surya mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan
agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi
kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya
beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan
sejawat guru lainnya. Asian Institut for Teacher Education mengemukakan kompetensi
profesional guru mencakup kemampuan dalam hal yaitu:
1. mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan
sebagainya,
2. mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku
peserta didik,
3. mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya,
mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai,
4. mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain,
5. mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran,
6. mampu melaksanakan evaluasi belajar dan
7. mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
Arikunto mengemukakan bahwa kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode
yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru diungkapkan bahwa
kompetensi pedagogik dan professional guru SD adalah seperti berikut ini.
Kompetensi Pedagodik
1. Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
1.1
1.2
1.3
1.4
2.
Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
2.1
2.2
2.3
3.
Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah
dasar yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan
latar belakang sosial-budaya.
Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah
dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran
SD/MI.
Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia
sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Memahami berbagai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik terkait
dengan lima mata pelajaran SD/MI.
Menerapkan berbagai pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik
secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis,
khususnya di kelas-kelas awal SD/MI.
Memahami prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum.
Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
Menentukan pengalaman belajar yang sesuai
untuk mencapai tujuan lima mata pelajaran SD/MI
Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang
terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran.
Menata materi pembelajaran secara benar sesuai
dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik
peserta didik usia SD/MI.
3.6
4.
Menyelenggarakan
pembelajaran yang
mendidik.
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
5.
6.
7.
Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk kepentingan
pembelajaran.
Memfasilitasi
pengembangan potensi
peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
5.1
Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik.
7.1
6.1
6.2
7.2
Mengembangkan indikator dan instrumen
penilaian.
Memahami prinsip-prinsip perancangan
pembelajaran yang mendidik.
Mengembangkan komponen-komponen rancangan
pembelajaran.
Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap,
baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium,
maupun lapangan.
Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di
kelas, di laboratorium, dan di lapangan.
Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran
SD/MI untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara utuh.
Mengambil keputusan transaksional dalam lima
mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang
berkembang.
Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran.
Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran
untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi
belajar secara optimal.
Menyediakan berbagai kegiatan
pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik, termasuk kreativitasnya.
Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang
efektif, empatik dan santun, baik secara lisan
maupun tulisan.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik dengan bahasa yang khas
dalam interaksi pembelajaran yang terbangun
secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis
peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau
tugas sebagai undangan kepada peserta didik
untuk merespons, (c) respons peserta didik, (d)
reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan
seterusnya.
8.
Menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
9.
Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
9.1
9.2
9.3
9.4
10 Melakukan tindakan reflektif 10.1
untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
10.2
10.3
Kompetensi Profesional
20 Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran
yang diampu.
20.1
20.2
20.3
20.4
20.5
Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik
lima mata pelajaran SD/MI.
Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar
yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
Menentukan prosedur penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
Mengembangkan instrumen penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan
mengunakan berbagai instrumen.
Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai tujuan.
Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar
Menggunakan informasi hasil penilaian dan
evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.
Menggunakan informasi hasil penilaian dan
evaluasi untuk merancang program remedial dan
pengayaan.
Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi
kepada pemangku kepentingan.
Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan
evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan lima mata pelajaran SD/MI.
Melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata
pelajaran SD/MI.
Bahasa Indonesia
Memahami hakikat bahasa dan
pemerolehan bahasa.
Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
Indonesia.
Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa
Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
20.6
20.7
20.8
20.9
20.10
20.11
20.12
20.13
Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia,
secara reseptif dan produktif.
Matematika
Menguasai pengetahuan konseptual dan
prosedural serta keterkaitan keduanya dalam
konteks materi aritmatika, aljabar, geometri,
trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika
matematika.
Mampu menggunakan matematisasi horizontal
dan vertikal untuk menyelesaikan masalah
matematika dan masalah dalam dunia nyata.
Mampu menggunakan pengetahuan
konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya
dalam pemecahan masalah matematika, serta.
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur,
alat hitung, dan piranti lunak komputer.
IPA
Mampu melakukan observasi gejala alam baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum
ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi
kehidupan sehari-hari.
Memahami struktur ilmu pengetahuan alam,
termasuk hubungan fungsional antarkonsep, yang
berhubungan dengan mata pelajaran IPA.
IPS
20.14 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi
pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS.
20.15 Mengembangkan materi, struktur, dan konsep
keilmuan IPS.
20.16 Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsipprinsip pokok ilmu-ilmu sosial dalam konteks
kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika
kehidupan global.
20.17 Memahami fenomena interaksi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat
serta saling ketergantungan global.
PKn
20.18 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi
pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang
mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
20.19 Menguasai konsep dan prinsip kepribadian
nasional dan demokrasi konstitusional Indonesia,
semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta
bela negara.
20.20 Menguasai konsep dan prinsip perlindungan,
pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara
adil dan benar.
20.21 Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan
norma kewarganegaraan Indonesia yang
demokratis dalam konteks kewargaan negara dan
dunia.
21 Menguasai standar
21.1 Memahami standar kompetensi lima mata
kompetensi dan kompetensi
pelajaran SD/MI.
dasar mata pelajaran/bidang 21.2 Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran
pengembangan yang
SD/MI.
diampu.
21.3 Memahami tujuan pembelajaran lima mata
pelajaran SD/MI.
22 Mengembangkan materi
22.1 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang
pembelajaran yang diampu
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
secara kreatif.
didik.
22.2 Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI
secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
23 Mengembangkan
23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri
keprofesionalan secara
secara\ terus menerus.
berkelanjutan dengan
23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka
melakukan tindakan
peningkatan keprofesionalan.
reflektif.
23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
24 Memanfaatkan teknologi
24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan
informasi dan komunikasi
komunikasi dalam berkomunikasi.
untuk berkomunikasi dan
24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan
mengembangkan diri.
komunikasi untuk pengembangan diri.
Keempat kompetensi (kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial) tersebut
dalam praktiknya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pemilahan menjadi empat ini,
semata-mata untuk kemudahan memahaminya. Kompetensi profesional sebenarnya
merupakan “payung”, karena telah mencakup semua kompetensi lainnya. Sedangkan
penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan
sumber bahan ajar (disciplinary content) atau sering disebut bidang studi keahlian. Hal ini
mengacu pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten memiliki
(1) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (2) penguasaan bidang studi, baik dari
sisi keilmuan maupun kependidikan, (3) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang
mendidik, dan (4) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.
Latar belakang yang mempengaruhi kompetensi guru dapat dipilah menjadi 2 yaitu:
•
faktor internal guru seperti: pendidikan, gender, golongan/pangkat, pengalaman
kerja, motivasi, kecerdasan, aspirasi, dll
• faktor eksternal seperti: kebijakan sekolah, penetapkan beban tugas guru (tugas pokok
maupun tambahan), penataran yang pernah dan perlu diikuti, pengesahan angka kredit
kenaikan pangkat/golongan, iklim/budaya sekolah, jumlah dan kualitas siswa yang dilayani,
dukungan dan kerjasama teman sejawat serta stake holder yang lain.
Penerbitan sertifikat profesi bagi guru adalah untuk keprofesiannya, tetapi pembayaran
tunjangan profesi adalah berdasarkan atas kinerjanya. Kriteria kinerja akan dijadikan
indikator untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi guru; Dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan profesional guru bagi yang telah mendapatkan sertifikat profesi.
Jadi kinerjanya itu walaupun memenuhi 24 jam tatap muka, tetapi harus dilihat indikator
kinerja yang sekarang sedang dikerjakan.
Penilaian kinerja guru akan terus dilaksanakan, rencananya akan ada asesor yang ke
sekolah. Guru yang sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi akan segera dimonitoring
melalui penilaian kinerja. Guru harus menyiapkan dokumen mengajar, minimal yang
memuat KD, RPP, dan nilai ulangan harian analisis hasil evaluasi, remedial dan pengayaan
yang sesuai dengan permen 22, permen 41, permen 20 tentang guru.
Bagi guru yang tidak benar dalam memberikan informasi sertifikasi, maka akan dimonitoring, khususnya yang jam mengajarnya kurang dari 24 jam. Dalam permen no 39 thn
2009 dikatakan guru yang bertugas pada satuan pendidikan harus minimal 24 jam tatap
muka sesuai dengan kewenangannya. Guru melaksanakan 8 standar kompetensi
pendidikan. Guru harus selalu menyiapkan minimal 1 KD, 1 RPP, dan 1 nilai ulangan harian;
Ulangan harian: ulangan yg mewakili 1 RPP. Penilaian kinerja guru terdiri dari dimensi
kepribadian, sosial, penyusunan RPP, pelak-sanaan pembelajaran, pelaksanaan membuka
dan menutup pelajaran, variasi stimulus pembelajaran, dan keterampilan bertanya. Asesor
bisa saja meminta 3 guru, 3 siswa, 2 karyawan, dan 1 orang kepala sekolah untuk mengisi
kuesioner penilaian kinerja 1 orang guru. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan
profesional guru berkelanjutan.
Pengembangan Profesional Guru Secara Berkelanjutan
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar
sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh
pemerintah. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat
dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan
dalam kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada meliputi penugasan dan promosi.
Seperti disebutkan di atas, aktivitas pengembangan profesi guru bersifat terusmenerus, tiada henti, dan tidak ada titik puncak kemampuan profesional yang benar-benar
final. Di sinilah esensi bahwa guru harus menjalani proses pengembangan profesional
berkelanjutan (PPB) atau continuing professional development (CPD). PPB atau CPD
bermakna sebagai semua inisiatif individu dan kegiatan pengembangan profesional yang
tersedia untuk mendukung pengembangan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah. Dalam konteks interaksi kepengawasan sekolah atau kepengawasan pembelajaran,
sentral utama pembinaan adalah guru.
Apakah PPB atau CPD itu? PPB atau CPD adalah semua program dan kebijakan
pengembangan profesional yang tersedia untuk mendukung pengembangan kompetensi
guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. PPB atau CPD adalah aktivitas reflektif yang
dirancang untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
seseorang. CPD menunjang kebutuhan seseorang dan memperbaiki praktek-praktek
profesionalnya. PPB atau CPD juga bermakna cara setiap anggota asosiasi profesi memelihara, memperbaiki, dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka dan mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam kehidupan profesional mereka. Dengan
demikian PPB atau CPD memuat tiga istilah utama. Yaitu continuing, professional, dan
development. Disebut continuing (berkelanjutan) karena belajar tidak pernah berhenti
tanpa memperhatikan usia maupan senioritas. Disebut professional (profesional) karena
CPD difokuskan pada kompetensi-kompetensi profesional dalam sebuah peran profesional.
Disebut development (pengembangan) karena tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerja
seseorang dan untuk memperkuat kemajuan karir seseorang yang jauh lebih luas dari
sekedar pendidikan dan pelatihan formal biasa.
Pengembangan profesional pendidik/guru harus dipandang sebagai suatu pola
pengembangan berkelanjutan dari pendidik yang tidak atau kurang memiliki kompetensi
yang andal (unqualified) sampai pendidik senior di sekolah, termasuk kepala sekolah, atau
pengawas. Kemampuan profesional guru, kepala sekolah, dan pengawas itu bersifat
dinamis. Kerangka kerja pengembangan profesional pada akhirnya harus mencakup tiga
jenis CPD yang berbeda. Dalam jangka pendek akan ada peluang keempat yang juga harus
dipertimbangkan: Program inti nasional pengembangan profesional yang membantu para
pendidik, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk memperbaiki diri mereka secara
profesional sejak saat mereka mulai bertugas sampai mereka pensiun. Program tersebut
memungkinkan tersedianya sumber daya untuk memperkenalkan prioritas program
nasional. Program tersebut mencakup sumber daya yang tersedia untuk merespon kebutuhan yang teridentifikasi oleh pendidik, kepala sekolah, pengawas sekolah dan kelompok
sekolah. Program utama ini akan membantu para pendidik mengevaluasi diri berdasarkan
standar kompetensi saat mereka menyelesaikan program induksi, kemudian dapat dibuat
penilaian bagi pendidik yang akan promosi dari guru pertama menjadi guru muda, guru
muda menjadi guru madya, guru madya menjadi guru utama, kepala sekolah atau
pengawas.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan atas dasar prinsip umum
dan prinsip khusus. Prinsip umum antara lain seperti berikut ini. Pertama, diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Kedua,
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan
multimakna. Ketiga, diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. Keempat, diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam
proses pembelajaran. Kelima, diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.
Prinsip khusus atau operasional pengembangan profesi disajikan seperti berikut ini.
Pertama, ilmiah, dimana keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Kedua, relevan, dimana rumusannya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai
pendidik profesional, yakni memiliki kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan
pedagogik. Ketiga, sistematis, dimana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Keempat, konsisten, dimana
adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. Kelima, aktual
dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan
Ipteks. Keenam, fleksibel, dimana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Ketujuh, demokratis, dimana setiap guru
memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional. Kedelapan,
obyektif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur
dari kopetensi profesinya. Kesembilan, kimprehensif, dimana setiap guru dibina dan
dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang
bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang
memiliki pengetahuan, memiliki kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya
sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain. Kesepuluh, memandirikan, dimana
setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara bereksinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. Kesebelas, profesional, dimana pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai
profesionalitas. Keduabelas, bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dilaksanakan secara bertahap agar guru benar-benar mencapai puncak
profesionalitas. Ketigabelas, berjenjang, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan
karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat
kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. Keempatbelas, berkelanjutan,
dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara
berkelanjutan karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta adanya
kebutuhan penyegaran kompetensi guru. Kelimabelas, akuntabel, dimana pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggung-jawabkan secara transparan
kepada publik. Keenambelas, efektif, dimana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan
profesi dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dalam
pembinaan dan pengembangan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan
kompetensi dan kinerja guru. Ketujuhbelas, efisien, dimana pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan
sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.
CDP yang efektif adalah CPD yang memiliki ciri-ciri berikut:
1.
Setiap aktivitas CPD adalah bagian dari sebuah rencana jangka panjang yang koheren
yang memberi kesempatan pada peserta CPD untuk menerapkan apa yang mereka pelajari,
mengevaluasi dampak pada praktek pembelajaran mereka, mengembangkan praktekpraktek mereka.
2.
CPD direncanakan dengan visi yang jelas tentang praktik-praktik yang efektif atau
yang dikembangkan. Visi dipahami bersama oleh semua pemangku kepentingan CPD dan
oleh Pimpinan dan Staf Pendukung CPD.
3.
CPD memungkinkan peserta untuk mengbangkan keterampilan, pengetahuan, dan
pemahaman yang praktis, relevan, dan dapat diterapkan pada peran atau karir saat ini dan
masa depan.
4.
CPD harus disiapkan oleh orang berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan.
5.
CPD didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang tersedia tentang praktik pembelajaran.
6.
CPD mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman peserta.
7.
CPD ditunjang oleh pembinaan atau mentoring oleh teman sejawat yang
berpengalaman baik dari dalam sekolah itu sendiri maupun dari luar.
8.
CPD dapat menggunakan hasil observasi kelas sebagai dasar pengembangan fokus
CPD dan dampak CPD.
9.
CPD merupakan pemodelan pembelajaran efektif dan pemodelan strategi
pembelajaran.
10.
CPD memunculkan secara terus menerus rasa ingin tahu dan kemampuan problem
solving dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
11.
Dampak CDP pada proses pembelajaran terus menerus dievaluasi, dan hasil evaluasi
ini mengarahkan pengembangan aktivitas profesional secara terus menerus.
Alternatif Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru SD/MI
Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru, termasuk juga tenaga kependidikan
pada umumnya, dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pendidikan dan pelatihan
a. In-house training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan
pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki
kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain, dengan strategi ini diharapkan dapat lebih
menghemat waktu dan biaya.
b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja
atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu,
misalnya, magang di sekolah tertentu untuk belajar manajemen kelas atau manajemen
sekolah yang efektif. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan
bahwa keterampilan tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.
c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara
sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta,
dan sebagainya. Jadi, pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra
sekolah. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa
keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya, di bidang manajemen sekolah atau
manajemen kelas.
d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan
dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan lewat belajar jarak
jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil
dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota
kabupaten atau di provinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembagalembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai
dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan
tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam
keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat
dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan
seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.
g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi
tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat
dan sejenisnya.
h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik di dalam
maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan
menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya
pengembangan profesi.
2. Kegiatan selain pendidikan dan pelatihan
a. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan
topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah. Melalui diskusi berkala
diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan
karirnya.
b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi
ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian
guru. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah
dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan
silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat
berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau
animasi pembelajaran.
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat
berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni
yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.
Dalam pertumbuhan kecendrungan pendidik harus mengembangkan kompetensi pedagogik
dan profesionalnya secara mandiri, yang diperlukan adalah:
1.
Memberikan peluang yang lebih banyak kepada guru meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan pedagogis; pemahaman budaya dan faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar siswa, dan dengan asumsi yang lebih besar, dan meningkatkan
tanggung jawab mengembangkan kurikulum, penilaian, dan berkolaborasi antar guru
dengan dukkungn teknologi.
2.
Memberi lebih banyak waktu agar guru mengembangkan sikap baru, melakukan
penilaian, berdiskusi, merenung, menilai, mencoba pendekatan baru dan mengintegrasikan
mereka ke dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, dan menyediakan waktu untuk
merencanakan pengembangan profesi mereka sendiri.
3.
Pengembangan profesi yang lebih mengutamakan perbaikan kerja melalui penelitian untuk menyempurnakan pekerjaan sehari-hari yang lebih efektif, memusatkan kegiatan
pada aktivitas guru pada tingkat satuan pendidikan.
4.
Menyediakan Pembina yang professional yang dapat membimbing dan membantu
mereka dalam meningkatkan kinerja mengajar mereka, mereka juga meningkatkan
kompetensi profesional diri mereka sendiri.
5.
Melasakanan kegiatan refleksi, sehingga monitoring proses perlu dilaksanakan
secara efektif. Monitoring dapat diintegrasikan dalam sistem evaluasi diri sekolah. Dengan
pengembangan sistem monitoring dan evaluasi diri proses belajar yang berkembang efektif
maka tingkat kepercayaan guru pada diri mereka sendiri dalam mengajar, siswa, belajar,
dan mengajar terus dapat ditumbuhkan.
6.
Mengintegrasikan guru dalam jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
7.
Memantau apa yang guru lain lakukan dan guru lain hasilkan terbukti dapat
meningkatkan pendidik lebih termotivtasi untuk berkesplorasi dan berinovasi dalam
menyempurnakan pekerjaannya. Oleh karena itu meningkatkan kolaborasi guru dengan
sekolah-sekolah yang baik di dalam negeri maupun dalam level internasional merupkan
langkah yang patut mendapat pertimbangan yang serius dari para pemegang kebijakan
pendidikan.
Apa yang Bisa Dilakukan Guru Peserta Teaching Clinik?
Rencana Tindakan yang Strategis?
1. Melakukan kegiatan penelitian/studi termasuk penelitian tindakan kelas, seminar atau
loka karya dengan mengangkat hasil observasi,
2. malakukan studi kasus dan atau pembahasan kasus,
3. pengembangan dan uji coba berbagai pembaruan pendidikan/pembelajaran melalui
perangkat pembelajaran misal RPP yang lebih inovatif,
4. kegiatan kependidikan di sekolah yang berbasis orang tua/masyarakat, dan lain-lain.
Sebelum melakukan kegiatan/penelitian, terlebih dulu perlu melakukan pelatihan tentang:
metode pengajaran atau penelitian, dan pengembangan substansi yang akan digarap atau
diteliti dengan melibatkan kepala sekolah dan pengawas; Dengan harapan: kepala sekolah
dan pengawas juga melakukan supervisi; dengan adanya supervisi, pengembangan
kompetensi guru lebih berhasil dan berdampak pula bagi atasannya, bahkan jika perlu,
didukung oleh kebijakan Dinas Pendidikan yang bersangkutan. Selama implementasi
pengembangan/ penelitian perlu adanya pendampingan konsultan dan atau bantuan teknis
(TA) dari pakar, sehingga pengembangan kompetensi pedagogik guru benar-benar
terlaksana sebagaimana mestinya.
Setelah pelaksanaan, perlu melakukan penulisan hasil dalam bentuk buku, artikel ilmiah
atau makalah; Untuk itu diperlukan loka karya, pendampingan konsultan dan atau bantuan
asisten (TA) dari pakar? Hasil dan penulisan di atas dimanfaatkan untuk dipresen-tasikan
dalam seminar, lokakarya, atau kegiatan ilmiah yang lain. Untuk kegiatan ini juga diperlukan
organisasi/lembaga pendukungnya disamping keterlibatab konsultan atau TA dari pakar?
Rencana tindakan yang strategis?
a.
Strategis: kegiatan yg tepat dg beaya murah, tenaga sedikit, sarana terjangkau tetapi
menghasilkan yg optimal
b.
Berdampak triple dan berkelanjutan: selesainya satu kegiatan berpengaruh terhadap
banyak fihak dan melahirkan serangkaian kegiatan lanjut
c.
Partisipatif: sejak awal melibatkan banyak fihak kunci dan diikuti dan didukung
sampai akhir
d.
Bergaung/bergema: Kegiatan itu didengar dan memberi efek bagi banyak fihak
e.
Masuk/terkait dengan jaringan/program yang sudah ada.
Penutup
Guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya
intelektual tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa guru profesional adalah mereka
yang secara profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari
intervensi kekuasaan atau birokrasi pendidikan. Dengan demikian, guru harus menjadi
profesional sungguhan untuk bisa tumbuh secara madani.
Guru profesional pun memiliki daya juang dan energi untuk mereduksi secara kuat
munculnya kuasa birokrasi pendidikan, kepala sekolah, dan pengawas sekolah atas hak dan
kewajibannya. Mereka pun bebas berafiliasi ke dalam organisasi sebagai wahana
perjuangan, pengembangan profesi, dan penegakan independensi sebagai “pekerja” yang
memiliki atasan langsung. Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi
ketika berhadapan birokrasi pendidikan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya. Mereka
memiliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan
dan pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan
penunjang lainnya. Dengan demikian, dari sisi kepribadian mereka tumbuh menjalani
profesionalisasinya. Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan,
dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu,
guru profesional memiliki kemampuan untuk selalu mengembangkan kompetensi pedagogik
dan profesional dengan melakukan profesionalisasi-diri, memotivasi-diri, memiliki disiplindiri, mengevaluasi-diri, taat asas pada kode etik, memiliki kesadaran-diri, melakukan
hubungan-efektif, berempati tinggi, dan menjadi pembelajar yang terus melakukan
pengembangan-diri.***
Beberapa Contoh Tema Pengembangan Kompetensi Pedagogik
1. Memahami karakteristik anak usia remaja dalam penggalan kelompok usia 15-18
tahun:
a. Karakteristik: fisik, social, emosional, dan intelektual anak usia remaja
b. pengumpulan dan menganalisis data tentang karakteristik anak usia remaja melalui
berbagai teknik yang relevan untuk pendidikan dan pengajaran
c. penerapan cara-cara memahami perilaku anak usia remaja merancang kegiatan yang
mendorong peserta didik berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Memahami karakteristik anak usia remaja yang membutuhkan penanganan secara
khusus (penyimpangan dari kondisi ideal):
a. perilaku anak yang memiliki kelainan fisik, gangguan sosial-emosional, dan intelektual
berdasarkan data yang dikumpulkan dan upaya pendidikannnya
6.
a.
b.
c.
d.
e.
b. karakteristik peserta didik berbakat/memiliki kecerdasar di atas normal dan upaya
pendidikan dan pengajarannya
c. berbagai faktor penyebab masalah psikologis anak usia remaja dengan penangannya
melalui berbagai teknik yang relevan
b. memeberikan bantuan/bimbingan kepada anak usia remaja yang mengalami masalah
sosial-psikologis
c. mengembangkan kegiatan pengayaan bagi anak berbakat
d. mengidentifikasi kasus-kasus peserta didik yang memerlukan layanan khusus.
3. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan kebutuhan
belajar remaja dalam konteks kebhinnekaan budaya
a. Studi latar belakang keluarga dan atau lingkungan siswa untuk lebih memahami
kebutuhan belajar remaja
b. Melakukan survey terhadap lingkungan keluarga peserta didik dan masyarakat
c. Merancang kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kebhinnekaan budaya.
4. Peningkatan kemampuan mengembangkan potensi peserta didik usia remaja
a. Mengkaji konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan
potensi peserta didik
b. Mengembangkan kegiatan yang dapat meningkatkan potensi peserta didik secara
optimal, baik berupa kegiatan pengayaan maupun remedial.
5. Meningkatkan penguasaan prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang mendidik
a. Mengkaji landasan filosofis, psikologis, sosial serta landasan lainnya yang mendasari
pembelajaran di SD/MI
b. Mengkaji prinsip-prinsip pendidikan bagi pembelajaran anak usia remaja, termasuk anak
yang berkaitan dengan kelainan yang disandang dan/atau kesulitan belajar yang dihadapi
c. Mengkaji berbagai model pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik
SD/MI
d. Mengembangkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
mendidik, termasuk untuk peserta didik yang membutuhkan penanganan khusus
e.
Loka karya penggunaan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik, termasuk untuk peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar.
Meningkatkan kemampuan mengembangkan kurikulum SD/MI dan pembelajaran secara
kreatif dan inovatif
Mengkaji prinsip-prinsip perencanaan kurikulum (KTSP)
Mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran SD/MI
Mengembangkan kurikulum SD/MI sesuai dengan tuntutan situasi zaman dan kebutuhan
peserta didik
Mengembangkan materi mata pelajaran sesuai bidang ilmu guru dengan pendekatan
kontekstual, integratif, dan fungsional
Mengembangkan berbagai jenis bahan ajar dan atau media pembelajaran yang mendorong
keterlibatan peserta didik secara optimal.
Download