analisis portofolio optimal dengan menggunakan

advertisement
ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN
”INDEX TUNGGAL”
(STUDI PADA SAHAM-SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2004 – 2006)
Disusun Oleh :
Moch. Meizaq Chimky
(03610404)
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN
MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian
dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nervecentre (saraf finansial dunia) dunia ekonomi modern. Bahkan, perekonomian
modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir
dengan baik. Setiap hari terjadi transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini
(Artikel, 2003, www.google.com).
Pasar modal sebagai institusi modern tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan kesalahan. Salah satunya adalah tindakan spekulasi. Pada
umumnya proses-proses transaksi bisnis yang terjadi dikendalikan oleh para
spekulan yang selalu melakukan analisis serta perhitungan untuk mengambil
tindakan spekulasi. Aktivitas inilah yang membuat pasar tetap aktif, tetapi
aktivitas ini tidak selamanya memberikan keuntungan terutama pada saat terjadi
depresi.
Ada beberapa prinsip dasar untuk membangun sistem pasar modal yang
sesuai dengan ajaran Islam. Implementasinya, memang dibutuhkan proses
diskursus yang panjang (Syauqi Beik. Irfan, dalam, www.google.com). Prinsip
tersebut, antara lain, tidak diperkenankannya penjualan dan pembelian secara
2
langsung. Saat ini, jika seseorang ataupun sebuah perusahaan ingin menjual atau
membeli saham, dia akan menggunakan jasa broker atau pialang. Kemudian
broker tersebut akan menghubungi jobbers dan menyampaikan maksud untuk
bertransaksi, baik dalam pembelian maupun penjualan saham. Para jobber ini
menawarkan 2 rate harga, yaitu rate harga yang akan dibelinya yang biasanya
lebih rendah dan rate harga yang akan dijualnya yang biasanya lebih tinggi.
Selanjutnya para jobber berkewajiban untuk membeli saham tersebut. Transaksi
model ini memberikan 2 implikasi. Yang pertama, para jobber akan melakukan
pembelian saham meskipun mereka belum tentu membutuhkannya (Syauqi Beik.
Irfan, dalam, www.google.com). Mereka membeli saham dengan harapan akan
dapat menjualnya kembali kepada pihak yang memerlukan. Hal ini akan
membuka pintu spekulasi. Para spekulan mengetahui bahwa mereka dapat
membeli saham yang menguntungkan dari pasar karena para jobber ini mampu
menyediakan ready stock.
Dalam ajaran Islam, aturan pasar modal harus dibuat sedemikian rupa
untuk menjadikan tindakan spekulasi sebagai sebuah bisnis yang tidak menarik.
Untuk itu, prosedur pembelian atau penjualan saham secara langsung tidak
diperkenankan. Mengingat firman Allah dalam (QS. al-Baqarah [2]: 275) “Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, maka pada tanggal 3 Juli 2000
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengeluarkan indeks islam, Jakarta Islamic Indeks,
yang merupakan hasil kerja sama dengan PT Danareksa Investment Management.
Indeks ini akan melengkapi indeks-indeks yang selama ini ada di BEJ yaitu IHSG
dan LQ 45.
3
Kehadiran dari indeks islam ini selain untuk menggairahkan pasar modal,
setelah banyak bermunculan bank-bank yang menerapkan prinsip syariah, juga
diharapkan mampu menarik pemodal dan masyarakat Islam yang ingin bermain di
lantai bursa. Mereka bukan hanya para pemodal yang telah menanamkan
modalnya di pasar modal namun juga investor yang masih ragu-ragu untuk
melepas dananya untuk membeli saham karena tidak mengetahui secara
mendalam aturan syariah.
Kesuksesan BEJ mengeluarkan indeks Islam ini merupakan kelanjutan
dari keberhasilan cendekiawan muslim dan pihak-pihak lain yang peduli terhadap
pentingnya penerapan nilai-nilai syariah dalam perekonomian dalam upayanya
menciptakan suatu tatanan ekonomi dan bisnis yang Islami. Pemilihan obyek
penelitian dengan menggunakan saham-saham yang tercatat dalam Jakarta
Islamic Index didasarkan pada pertimbangan bahwa masih minimnya retelatur
yang membahas investasi syariah di pasar modal dan Jakarta Islamic Index
merupakan satu-satunya index yang menggunakan syariat Islam pertama kali di
Indonesia. Keberhasilan Jakarta Islamic Indeks sebagai indeks yang memiliki
kapitalisasi pasar terbesar yang terlihat dari nilai agregat saham-saham JII cukup
signifikan dibandingkan kapitalisasi seluruh saham yang aktif diperdagangkan.
Kecenderungan ini mudah sekali dimengerti bahwa masyarakat yang semakin
terdidik akan semakin tidak suka menanamkan dana mereka di bank komersial
karena bank komersial memberikan return yang lebih kecil, resikonya juga relatif
lebih kecil. Masyarakat yang semakin paham akan pasar keuangan, semakin
mengerti akan penilaian dan pengendalian risiko investasi.
4
Portofolio merupakan suatu kombinasi atau gabungan dari sekumpulan
aset, baik berupa aset riil (real asset) yang berbentuk pembelian aset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan aset
keuangan (financial asset) yang dilakukan di pasar uang baik berupa sertifikat
deposito, commercial paper, dan surat berharga pasar uang yang dimiliki oleh
investor. Portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika
dibandingkan dengan portofolio lain mempunyai expected return terbesar dengan
risiko yang sama atau memberikan risiko terkecil dengan expected return yang
sama. Pada hakekatnya pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi resiko
dengan diversifikasi, yaitu dengan mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai
alternatif investasi yang berkorelasi negatif. Penelitian ini mencoba menerapkan
model indeks tunggal yang merupakan penyederhanaan dari model Markowitz.
Metode indeks tunggal juga dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasi
dan risiko portofolio, hal tersebut yang dijadikan peneliti sebagai alasan dalam
penggunaan indeks tunggal sebagai alat analisis untuk membentuk portofolio
optimal pada saham-saham Jakarta Islamic Index.
Minimnya informasi mengenai tingkat keuntungan dan risiko yang akan
didapat oleh seorang investor dalam menghadapi risiko-risiko yang akan terjadi
dalam menanamkan modalnya. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Analisis Portofolio Optimal Dengan
Menggunakan ”Index Tunggal” (Studi Pada Saham-saham JAKARTA ISLAMIC
INDEX PERIODE 2004 – 2006)”
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengambil
perumusan masalahnya adalah :
1. Saham-saham apa saja yang terbentuk pada portofolio yang optimal ?
2. Berapa besarnya proporsi dari saham yang terbentuk dalam portofolio
optimal ?
C. Batasan Penelitian
Pembatasan penelitian perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok
penelitian yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti
dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :
1. Periode penelitian adalah periode tahun 2004-2006
2. Return aktiva bebas risiko (RBR) menggunakan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) bulanan.
3. Data Harga saham dan Indeks JII dari perusahaan yang tercatat dalam
Jakarta Islamic Indeks bulanan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui portofolio yang optimal pada saham-saham Jakarta
Islamic Indeks.
2. Untuk mengetahui seberapa besar proporsi masing-masing saham di dalam
portofolio optimal.
6
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
pembentukan portofolio yang optimal untuk mengambil keputusan
investasi dalam saham-saham JII di pasar modal.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu referensi untuk
penelitian lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan portofolio optimal.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian tentang pembentukan portofolio optimal pernah dilakukan
oleh Ninik Rahayu Puji Astutik pada tahun 2005 dengan judul Penentuan
Portofolio Yang Optimal Dengan menggunakan Metode Indeks Tunggal
(Studi Pada Saham Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta Pada Periode Pebruari
2004-Januari 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
portofolio yang optimal pada saham blue-chip di Bursa Efek Jakarta. Adapun
perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan model indeks Tunggal
menghasilkan komposisi sebagai berikut :
1. Jumlah anggota portofolio yang optimal sebanyak 4 sekuritas. Saham yang
masuk dalam portofolio optimal antara lain : UNVR, TINS, TLKM, dan
ASII dengan ERB masing-masing sebesar 0,015415; 0,010811; 0,010754;
dan 0,003362. proporsi portofolio optimal tertinggi oleh saham ASII
sebesar 0,426354 dan proporsi portofolio optimal terendah oleh saham
UNVR sebesar 0,183480.
2. Besarnya pengembalian (return) saham dari sekuritas yang membentuk
portofolio optimal sebesar 67,231657 atau sebesar 100% dengan risiko
sebesar 51820,57 atau sebesar 98,8%.
Peneliti terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan peneliti
yang sekarang. Adapun persamaannya adalah alat analisis yang digunakan
8
untuk mencari portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal.
Perbedaan peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Obyek penelitian sekarang adalah saham-saham yang tercatat di Jakarta
Islamic Index sedangkan obyek peneliti terdahulu adalah saham-saham
yang listing di Bursa Efek Jakarta.
2. Data harga saham yang digunakan peneliti terdahulu adalah data harga
saham harian, sedangkan peneliti sekarang menggunakan data harga
saham bulanan
3. Return aktiva bebas risiko (RBR) untuk peneliti terdahulu menggunakan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Peneliti saat ini menggunakan Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
4. Periode pengamatan pada peneliti terdahulu menggunakan periode
pengamatan dari Pebruari 2004-Januari 2005, sedangkan peneliti sekarang
menggunakan periode pengamatan dari tahun 2004-2006.
B Tinjauan Teori
1.
Investasi
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik
melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang
lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan
modal (Downes dan Goodman dalam Warsono, 2001;1). Sedangkan menurut
(Halim, 2005:4) investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.
9
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu pertama investasi
pada aset-aset keuangan (financial asset) yang dilakukan di pasar uang,
misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar
uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Kedua investasi pada asetaset riil (real assets) yang berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik,
pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
2. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan
kapan dilakukan. Beberapa tahapannya adalah sebagai berikut:(Halim,
2005:4)
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat
risiko (rate of risk), dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan.
b. Melakukan analisis
Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya
terlalu tinggi ataukah terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu :
10
1)
Pendekatan fundamental. Pendekatan ini berdasarkan pada
informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh
administrator bursa efek.
2)
Pendekatan teknikal. Pendekatan ini didasarkan pada data
(perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga saham di masa mendatang.
c. Membentuk portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana
yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing-masing efek tersebut.
d. Mengevaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang
telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan
maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung.
e. Merevisi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio. Investasi dalam aktiva keuangan dapat dilakukan dengan
investasi langsung ataupun investasi tidak langsung (Jogiyanto, 2000:7).
a. Investasi langsung adalah investasi yang dilakukan dengan pembelian
langsung aktiva keuangan suatu perusahaan yang diperjual belikan.
Aktiva keuangan bisa berupa tabungan dan deposito. Serta investasi
langsung yang dapat diperjual belikan berupa surat berharga
pendapatan tetap dan saham.
11
b. Investasi tidak langsung adalah suatu investasi yang dilakukan melalui
pembelian dari perusahaan investasi dimana perusahaan investasi
merupakan
perusahaan
yang
mengelola
dana
investasi
yang
mempunyai aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan
investasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi Unit Investment Trust,
Closed-end
Investment
companies
dan
Open-end
Investment
Companies Investasi (Jogiyanto, 2000:10)
3. Analisis portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan
aset, baik berupa aset riil maupun aset financial yang dimiliki oleh
investor. Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko
dengan jalan diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada
berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif (Halim,2005:54).
Investor dapat menentukan kombinasi efek-efek untuk membentuk
portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Suatu portofolio
dapat
dikatakan
efisien
apabila
memenuhi
dua
kriteria
yaitu:
(Halim,2005:54)
a. Memberikan ER terbesar dengan risiko yang sama.
b. Memberikan risiko terkecil dengan ER yang sama.
Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan
portofolio yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana
yang optimal. Sedangkan untuk membentuk portofolio yang optimal kita
12
harus menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan
prevensinya (Halim, 2002:59).
4. Risiko investasi pada saham
Pengertian
dasar
risiko
terkait
dengan
keadaan
adanya
ketidakpastian dan tingkat ketidak pastiannya terukur secara kuantitatif.
Risiko merupakan suatu subyek yang memiliki ukuran kuantitas dan dapat
diketahui tingkat probabilitas kejadiaannya serta memiliki data pendukung
mengenai kemungkinan kejadiaannya. Risiko dalam kontek manajemen
investasi merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian
yang diharapkan dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata.
Prevensi investor terhadap risiko dibagi menjadi tiga (Halim, 2002:38) :
1) Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan investor
yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan
tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka
orang tersebut akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang
lebih besar. Karakteristik investor jenis ini bersikap agresif dan
spekulatif dalam mengambil keputusan investasi
2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)
merupakan
investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama
untuk setiap kenaikan risiko. Investasi jenis ini umumnya cukup
flexible dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan
investasi.
13
3) Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan
investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang
lebih kecil. Karakteristik investor jenis ini cenderung selalu
mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan
investasi.
Dalam kontek portofolio risiko dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Risiko sistematis. Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan atau
dikurangi
dengan
cara
penggabungan
berbagai
risiko
(Djohanputro,2006:18).
2) Risiko tidak sistematis. Merupakan risiko yang dapat dihilangkan
dengan jalan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu
perusahaan atau industri tertentu.
5. Return dalam investasi
Dalam konteks manajemen investasi return merupakan imbalan yang
diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang
telah terjadi (actual return) yang dihitung dengan menggunakan data historis,
dan kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di
masa mendatang (Halim, 2002:30).
Komponen return meliputi (Halim, 2002:30) :
14
1). Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual)
yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
2). Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam
persentase dari modal yang ditanamkan.
Expected return secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari
berbagai return historis, faktor penimbangnya adalah probabilitas masingmasing return. Sedangkan untuk expected return pada portofolio adalah ratarata tertimbang dari expected return saham individual, faktor penimbangnya
adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham (Halim,
2002:31).
6. Investasi syariah
Dalam Islam dikenal syariah, sebagai God’s laws atau Islamic Laws,
yang mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Syariah adalah seperangkat
do’s & don’ts, mengatur yang dibolehkan dan dilarang. Landasan syariah adalah
kebijaksanaan dan kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Kesejahteraan ini
terletak pada keadilan, kasih sayang, kesejahteraan, dan kebijaksanaan. Tujuan
syariah yang paling dasar adalah memajukan kesejahteraan manusia yang
terletak pada jaminan atas keyakinan, intelektual, masa depan, dan harta milik
(Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, A’lam al-Muwaqqi’in, dalam Achsien 2003:1).
Kehidupan
sosial
ekonomi,
termasuk
sistem
keuangan
dan
instrumentasinya, tidak pula luput dalam pengaturan tersebut, dan dalam hal ini
15
jatuh kepada lingkup shariah muamalah. Islamic Finance adalah syariah based
finance, keuangan yang secara logis menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,
sekaligus instrumentasi, dan aplikasi dari nilai epistimologi (sumber
pengetahuan) Islam. Industri Islamic fiinancial services merupakan industri
yang tumbuh paling cepat secara global, rata-rata sebesar 10% sampai 15% per
tahun (Achsien, 2003:2).
Berkembangnya Islamic finance merupakan representasi masuknya
hukum-hukum religius dalam wilayah kehidupan komersial. Islamic finance
menantang hukum komersial sekuler yang diasumsikan lebih efisien dan
superior, menantang hukum komersial yang memisahkan dirinya dari
pertimbangan religius dan kepatuhan ajarannya.
Konsep diskonto sangat penting dalam teori analisis modal dan investasi.
Secara praktis, digunakan dalam evaluasi proyek ataupun keputusan investasi.
Dalam capital and interest dan Positive Theory of Capital memang
menyebutkan bahwa positive time preference merupakan pola ekonomi yang
normal, sistematis, dan rasional. Diskonto dalam posotive time preference ini
didasarkan pada, atau paling tidak berhubungan intim dengan, tingkat bunga
(interest rate).
Perbedaan pendapat terjadi pada saat suatu rate tertentu digunakan
sebagai faktor diskonto. Yang satu menganggap dilarang karena Islam melarang
adanya riba, di pihak lain, ditemukan adanya praktek penjualan dalam bentuk
bay as-salam dan bay mu’ajjal yang ternyata tidak dilarang dalam
Islam.pendapat yang membolehkan penggunaan rate sebagai faktor diskonto
16
didasarkan pada alasan bahwa discount rate dan interest rate merupakan dua hal
yang berbeda. Dan faktor diskonto ini diperlukan secara definitif untuk
kepentingan effisiensi. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS 3:130).
Islamic capital market dalam perkembangannya saat ini telah
mempunyai Dow Jones Islamic Index (DJII) untuk portofolio pasar
internasional, RHB Islamic Index di Malaysia dan Jakarta Islamic Index (JII) di
Indonesia yang dapat dijadikan benchmark untuk market portofolio. Namun, hal
ini memunculkan permasalahan untuk penggunaan risk free rate yang dalam
proxi Barat menggunakan T-Bills rate. Secara teoritis tidak ada yang ekuivalen
dengan Islamic market, karena tidak diizinkan pemerintah meminjam dengan
basis bunga. Dalam melakukan perhitungan portofolio optimal untuk
memperoleh variabel ”i” atau return aktiva bebas risiko (RBR) yang biasa
menggunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk konvensional, sedangkan
untuk portofolio dengan indeks syariah menggunakan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) yang merupakan instrumen moneter berdasarkan prinsip
syariah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu atau badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki. ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerimanya.....”
(an-Nisaa’:58).
17
Al-wadi’ah dalam penggunaannya dibedakan menjadi dua, pertama
wadi’ah yad al-amanah (tangan amanah), artinya ia tidak bertanggungjawab
atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal itu
bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan. Kedua wadi’ah yad adh-dhamanah (tangan
penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan
yang terjadi pada barang tersebut (Antonio Syafi’i; 2001:86). Aplikasi
perbankan dalam Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) mengacu pada
wadi’ah yad adh-dhamanah karena dalam hal ini bank memanfaatkan alwadi’ah untuk tujuan current account (giro) dan saving account (tabungan
berjangka). Bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah
memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan
jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau presentase secara advance,
tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.
Gambar 2.1
Skema al-Wadi’ah Yad adh Dhamanah
NASABAH
Muwaddi’
(Penitip)
Bank
Mustawda’
(Penyimpan
)
Users Of Fund
(Dunia usaha)
18
Keterangan :
Dengan konsep al-Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima
titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana.
Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus (Antonio
Syafi’i; 2001:88).
7. Model indeks tunggal
Model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat
pengembalian sutau efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor
atau indeks. Sebagai proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model
indeks berusaha untuk mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara
sistematis dapat menggerakkan harga saham untuk semua efek. Secara implisit,
dalam kontruksi model indeks terdapat asumsi bahwa tingkat pengembalian
antara dua efek atau lebih akan berkorelasi (Halim,2005:82).
Suatu pernyataan formal mengenai hubungan itu adalah model indeks
atau model faktor dari tingkat pengembalian efek. Hasilnya, dapat memberikan
informasi yang diperlukan untuk menghitung ER, varians, dan covarians setiap
efek sehingga dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik sensitivitas
portofolio terhadap perubahan faktor atau indeks (Halim,2005:82).
Model indeks tunggal dapat digunakan sebagai alternatif dari model
Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih
sederhana. Model Indeks Tunggal merupakan penyederhanaan dari model
Markowitz Model Indeks Tunggal dikembangkan oleh William Sharpe (1963)
19
yang disebut dengan single-index model, yang dapat digunakan untuk
menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio.
Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari
suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar, karena return dari
suatu sekuritas dan return dari indeks pasar.
Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek
atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi
yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam
model. Faktor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Halim,2005:82). Tujuan penggunaan model indeks tunggal adalah
untuk menyederhanakan perhitungan portofolio model Markowitz. Pada
portofolio model Markowits dibutuhkan parameter-parameter input berupa:
1). Tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham.
2). Variance masing-masing saham.
3). Covariance antar saham-saham.
Perhitungan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya
didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas
dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah
rasio antara ekses return dengan beta (excess return to beta). Excess return
dapat didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas
risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatip terhadap
satu unit risiko yang tidak dapat dideversifikasikan yang diukur dengan Beta.
20
Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi,
yaitu return dan risiko (Jogiyanto,2000:225).
C Kerangka pikir
Kerangka pikir atau disebut juga kerangka konseptual merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suatu kerangka pikir akan
memberikan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah
penelitian.
Peneliti dalam hal ini mengungkapkan bagaimana proses, logika atau
rasionalitas kemungkinan terjadinya portofolio saham yang optimal pada sahamsaham Jakarta Islamic Index. Seorang investor yang rasional dalam menentukan
keputusan investasi pasti akan memilih berinvestasi pada saham portofolio
optimal karena saham ini mempunyai tingkat risiko rendah dengan tingkat
pengembalian tertentu. Untuk membentuk suatu portofolio saham yang optimal
seorang investor dapat menggunakan model indeks tunggal sebagai alternatif dari
model Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih
sederhana. Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua
efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai
reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan
dalam model. Hasil perhitungan yang didapat dengan menggunakan model indeks
tunggal akan menghasilkan saham portofolio optimal yang nantinya dapat
digunakan investor sebagai bahan pertimbangan apakah nantinya akan melakukan
investasi pada saham tersebut apakah tidak.
21
Gambar 2.2
Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal
Pasar Modal
IHSG, LQ 45
Jakarta Islamic Index
Saham-saham
Jakarta Islamic Index
Investor
Analisis Portofolio
Optimal
Model Indeks Ganda
Model Indeks Tunggal
Portofolio Optimal
Keputusan Investasi
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah studi kasus dalam arti bahwa implikasi dan
hasil penelitian ini hanya dapat diterapkan pada perdagangan Jakarta
Islamic Indeks.
2. Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan adalah dokumenter yang diperoleh dari
data sekunder yang berupa harga saham dan indeks JII bulanan serta data
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia bulanan selama periode 2004-2006.
3. Teknik Pengumpulan data
Menggunakan teknik dokumentasi, dengan mengumpulkan datadata yang diperlukan untuk analisa pada perusahaan yang telah dipilih
sebagai populasi dan telah dipublikasikan dalam Jakarta Islamic Indeks
4. Populasi dan Sampel
Penelitian ini populasinya adalah seluruh saham-saham yang
tercatat di Jakarta Islamic Index yang berjumlah 30 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
terhadap populasi yang memiliki kriteria tertentu yaitu :
a. Saham-saham yang selalu tercatat dalam Jakarta Islamic Index periode
2004 – 2006.
23
b. Saham-saham yang mempunyai rasio keuangan lengkap periode 2004
– 2006.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan terdapat 10 perusahaan
yang dapat dijadikan sampel penelitian diantaranya ANTM (Aneka
Tambang,Tbk), GJTL (Gajah Tunggal, Tbk), INDF (Indofood Sukses
Makmur, Tbk), INTP (Indocement Tunggal Prakasa, Tbk), ISAT (Indosat,
Tbk), MEDC (Medco Energi Internasional, Tbk), TLKM (Telekomunikasi
Indonesia, Tbk), UNTR (United Tractors, Tbk), UNVR (Unilever
Indonesia, Tbk), SMCB (Semen Cibinong, Tbk).
5. Definisi operasional variabel
a. Return aktiva bebas risiko (RBR) menggunakan Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) yang merupakan indikator moneter untuk
mengatasi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah Satuan (%).
b. Expected
return
saham
individual
E(Ri)
merupakan
tingkat
pengembalian yang diharapkan dari masing-masing sekuritas.
c. Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau
portofolio relatif terhadap risiko pasar.
d. Variance adalah suatu pengukur risiko yang merupakan kuadrat dari
deviasi standar.
e. ERB adalah suatu angka yang dapat menentukan apakah suatu
sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal atau tidak.
f. Ci adalah nilai C untuk sekuritas ke i yang dihitung dari kumulasi
nilai-nilai Ai sampai AJ dan nilai Bi sampai dengan BJ.
24
g. Proporsi dana masing-masing portofolio adalah sejumlah angka yang
menunjukkan berapa jumlah dana yang nantinya akan diinvestasikan
dalam portofolio saham.
6. Teknik Analisa Data
Analisis pembentukan portofolio yang optimal dapat dilakukan dengan
langkah sebagai beikut :
a. Menghitung tingkat pengembalian saham individual :
Rit 
Pt  Pt 1
Pt 1
(Jogiyanto; 2003:111)
Keterangan :
Rit
= tingkat pengembalian individual
Pt
= harga investasi sekarang
Pt 1
= harga investasi periode lalu
b. Menghitung tingkat pengembalian pasar
Rm 
IHSGt  IHSGt 1
IHSGt 1
(Jogiyanto; 2003:232)
Keterangan :
Rm
= Return pasar
IHSGt
= Indeks harga saham gabungan periode t
IHSGt 1
= indeks harga saham gabungan sebelum periode t
25
c. Menentukan nilai dari Beta   :

n   XY    X

n X
2
  Y 
 X 2
(Halim, 2005 : 85)
d. Menentukan nilai Alpha   :
Y  a  X
a  Y  X
rata-rata Y atau rata-rata X (Halim, 2005 : 85)
e. Varians residual :
 ei2  Ri  i  i  Rmi 
(Halim, 2005 : 85)
f. Koefisien korelasi :
  A, m  
n   XY   X   Y 
n  X  X  n  Y  Y  
2
2
2
2
(Halim, 2005 : 85)
g. Excess return to beta ratio. Rasio ini adalah :
ERBi 
E  Ri  RBR
i
(Jogiyanto; 2003:254)
Keterangan :
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
E Ri  = return ekspektasi berdasarkan model indeks ganda untuk
sekuritas ke-i
RBR
= return aktiva bebas risiko menggunakan sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI)
i
= Beta sekuritas ke-i
26
h. Kemudian hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i
sebagai berikut:
Ai 
ERi   RBR . i
 ei2
dan Bi 
 i2
 ei2
Notasi :  ei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga
merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematik. (Jogiyanto; 2003:254)
i. Hitung nilai Ci rumusnya sebagai berikut :
n
Ci 
 Ai .R BR
i 1
(Jogiyanto; 2003:254)
n
1  R BR .  Bi
i 1
j. Setelah sekuritas yang membentuk portofolio optimal telah dapat
ditentukan dicari besarnya proporsi untuk sekuritas ke-i adalah sebesar :
Wi 
Xi
dan,
k
X
i
j 1
nilai Xi sebesar : X i 
i
ERBi  C * 
 ei2
(Jogiyanto; 2003:258)
Keterangan :
Wi
= proporsi sekuritas ke-i
Xi
= proporsi sekuritas ke-i
K
= jumlah sekuritas di portofolio optimal
i
= Beta sekuritas ke-i
 ei2
= varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i
ERBi = excess return to Beta sekuritas ke-i
27
C*
= nilai cut off point yang merupakan nilai Ci terbesar.
k. Menentukan return ekspektasi portofolio yang merupakan rata-rata
tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal
di dalam portofolio :
n
E ( R p )   Wi .E Ri 
i 1
(Jogiyanto; 2003:148)
Keterangan :
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio
Wi
= porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio
E(Ri) = return ekspektasi dari sekuritas ke i
n
= jumlah dari sekuritas tunggal.
l. Risiko portofolio :
2
2
 n

 n

p   Wi.i  . m 2   Wi. ei  (Jogiyanto; 2003:248)
 i 1

 i 1

2
Keterangan :
 p2
= risiko portofolio
Wi
= proporsi sekuritas
i
= beta yang mengukur koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat dari perbedaan Rm
 ei 2
= varian residu
 m2
= varian pasar.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran Umum Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Indeks didirikan pada tanggal 3 Juli 2000, yang
merupakan hasil kerja sama dengan PT Danareksa Investment Management.
Indeks ini akan melengkapi indeks-indeks yang selama ini ada di BEJ yaitu
IHSG dan LQ 45. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 perusahaan yang
memenuhi syariat Islam. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan
akad serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang
menerbitkan efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah diantaranya :
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
3. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram
4. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudharat
5. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya.
29
Emiten yang masuk dalam sampel penelitian yang dilakukan terhadap
populasi yang memiliki kriteria tertentu yaitu :
2. Saham-saham yang selalu tercatat dalam Jakarta Islamic Index periode
2004 – 2006.
3. Saham-saham yang mempunyai rasio keuangan lengkap periode 2004 –
2006.
Berdasarkan kriteria diatas dapat dilihat pada tabel 4.1, daftar perusahaan yang
menjadi sampel penelitian dalam kurun waktu 2004 – 2006 :
Tabel 4.1. Daftar Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
No
Kode
Nama
1.
ANTM
Aneka Tambang, Tbk.
2.
GJTL
Gajah Tunggal, Tbk.
3.
INDF
Indofood Sukses Makmur, Tbk.
4.
INTP
Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
5.
ISAT
Indosat, Tbk.
6.
MEDC
Medco Energi Internasional, Tbk.
7.
TLKM
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
8.
UNTR
United Tractor, Tbk.
9.
UNVR
Unilever Indonesia, Tbk.
10.
SMCB
Semen Cibinong, Tbk.
Sumber : Pusat Informasi Pasar Modal
30
B Gambaran Umum Sampel Penelitian
1. Aneka Tambang, Tbk.
Didirikan dan memulai aktivitas produksi pada tanggal 5 Juli 1968
serta di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tahun
1974.
2. Gajah Tunggal, Tbk.
Berdiri pada tahun 1961 dengan nama PT Gadjah Tunggal yang
berada pada wilayah Bandengan Jakarta Utara. Aktivitas utamanya adalah
memproduksi ban radial, ban sepeda motor dan pelelehan karet sintetis.
Perusahaan ini juga memproduksi mobil dan sepeda motor, pada tahun
1996 PT Gajah Tunggal memproduksi 13,3 juta mobil dan 9,2 juta motor.
5 pabrik memproduksi ban dan 2 pabrik terkait dengan produksi karet
sintetis. Hasil produksi di Indonesia khususnya ban dijual melalui
sedikitnya 50 penyalur dan juga di 100 negara.
Kelompok Gajah Tunggal bekerjasama dengan perusahaan ban
global seperti Michelin dan kelompok ban Nokian, pada Februari 2005
Gajah Tunggal juga membuat asesoris mobil seperti velk, lingkar kemudi
dan lain-lain.
3. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. didirikan di Replubik Indonesia
pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Inti Kusuma,
berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, SH; No. 228. Akta pendirian
ini disyahkan oleh Mentri Kehakiman Replubik Indonesia dalam surat
31
keputusan No. C 2-2915. HT. 01. 01. Tahun 1991 tanggal 19 Juli 1991
berdasarkan pasal 3 anggaran dasar perusahaan. Ruang lingkup kegiatan
perusahaan terdiri dari produksi mie, penggilingan tepung, jasa
manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, perusahaan
bergerak dibidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu.
Pada tahun 1994, perusahaan melakukan penawaran umum 21,0 juta
saham baru kepada masyarakat dengan harga penawaran sebesar
Rp.6.200,- per saham, kemudian pada tahun 1996 pemegang saham
menyetujui pemecahan nilai nominal saham perusahaan (stock split) dari
Rp. 1000,- per saham menjadi Rp. 500,- per saham. Sehubungan dengan
hal ini jumlah modal dasar perusahaan meningkat dari 1,0 millyar saham
menjadi 2,0 millyar saham. Sedangkan jumlah modal ditempatkan
meningkat dari 763,0 juta saham menjadi 1,526,0 juta saham pada tanggal
31 Desember 1996.
4. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
PT Indocement Tunggal Prakarsa berdiri pada tahun 1973 dengan
nama PT Distinct Indonesia Cement, yang beroperasi di wilayah pulau
jawa dan kalimantan selatan. Memulai produksi dengan kapasitas 500.000
ton per tahun mengikuti kesuksesan komersial pada tahun pertama.
5. Indosat, Tbk.
PT Indosat, Tbk. bergerak di sektor telekomunikasi. Perusahaan ini
berdiri pada tanggal 10 November 1967 dan listing di Bursa Efek Jakarta
32
pada 19 Oktober 1994. Pemegang sahamnya terdiri dari PT KSEI (49%)
dan Temasek Holding Singapura (51%).
6. Medco Energi Internasional, Tbk.
PT Medco Energi Internasional, Tbk. merupakan anak perusahaan
dari PT Meta Epsi Antaredja (MEA). Perusahaan tersebut memproduksi
minyak dan gas alam, pengeboran lepas pantai, memproduksi metanol, dan
generasi tenaga listrik. PT Medco Energi Internasional beroperasi di
Indonesia, Amerika Serikat, Libya, dan Aman.
7. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. bergerak dalam bidang
telekomunikasi. Perusahaan yang berdiri pada tanggal 24 September 1991
listing di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 November 1995. Pemegang
sahamnya adalah Negara Replubik Indonesia seri B (66,19%) dan PT
KSEI (33,60%).
8. United Tractor, Tbk.
PT United Tractor, Tbk. didirikan pada tanggal 13 Oktober 1972
dengan nama PT Inter Astra Motor Works, berdasar akta pendirian No. 69
oleh notaris Djojo Muljadi, SH. Ruang lingkup kegiatan perusahaan dan
anak perusahaan meliputi penjualan dan penyewaan alat-alat berat beserta
pelayanan purna jual dan kontraktor serta penambangan. Perusahaan ini
mulai beroperasi pada tahun 1973. perusahaan ini berkedudukan di Jakarta
dan mempunyai 18 cabang, 11 kantor lokasi dan 11 kantor perwakilan
33
yang terbesar di seluruh Indonesia, kantor pusatnya berlokasi di Jl. Bekasi
km. 22, cakung Jakarta.
9. Unilever Indonesia, Tbk.
PT Unilever Indonesia, Tbk. didirikan pada tanggal 5 Desember
1933. pada tahun 2003 perusahaan ini mampu membukukan laba positif
sebagai dampak dari stabilnya nilai tukar rupiah. Penjualan yang dilakukan
perusahaan ini mengalami penurunan meskipun proporsi hutang dari tahun
ke tahun mengalami penurunan. Kegiatan usaha perseroan meliputi
pembuatan sabun, deterjen, margarin dan makanan berinti susu, es krim,
minuman dengan bahan pokok teh, dan produk-produk kosmetik.
10. Semen Cibinong, Tbk.
PT Semen Cibinong, Tbk. berdiri pada tahun 1971 yang terletak di
Naragong, Cileungsi Bogor. Dengan kapasitas produksi 3 juta ton per
tahun.
C Hasil Penelitian
Model Indeks Tunggal berfluktuasi searah dengan Indeks harga
pasar, dan dapat diartikan jika pasar dalam keadaan baik maka harga saham
juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya jika pasar dalam keadaan lesu
maka harga saham dengan sendirinya akan mengalami penurunan.
Penentuan portofolio yang optimal dengan menggunkan indeks
tunggal dapat dilakukan dengan cara :
1. Menentukan saham individual yang layak masuk kedalam portofolio.
Untuk menentukannya dapat dilakukan dengan cara :
34
a.
Menghitung return saham individual (Ri)
Return
saham
individual
dapat
dihitung
dengan
cara
mengurangi harga penutupan saham bulan ini dengan harga
penutupan bulan sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan
bulan sebelumnya. Hasil perhitungan dari return saham individual
(Ri) dapat dilihat dalam lampiran 1 dan 4. Rata-rata return saham
individual tertinggi dimiliki oleh ANTM dengan nilai sebesar
0,05432, sedangkan return saham individual terendah dimiliki oleh
ISAT dengan nilai sebesar 0,00074. Berdasarkan hasil perhitungan
diatas maka investor dapat memilih perusahaan yang memiliki
tingkat pengembalian yang tinggi karena investor akan mampu
memperoleh keuntungan yang maksimal. Tingkat pengembalian dari
return saham individual dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rata-rata Tingkat Pengembalian Saham
No
Kode
E(Ri)
1
ANTM
0,05432
2
UNTR
0,05342
3
INTP
0,03297
4
SMCB
0,02103
5
INDF
0,01881
6
UNVR
0,01806
7
TLKM
0,0149
8
GJTL
0,00526
9
MEDC
0,031
10
ISAT
0,00074
Sumber : Lampiran 1 dan 4 (data diolah)
35
b.
Menghitung Return Pasar (Rm)
Return pasar dihitung dengan cara mengurangi indeks harga
saham Jakarta Islamic Index bulan ini dengan indeks harga saham
Jakarta IslamicIndex bulan sebelumnya dan dibagi dengan indeks
harga saham bulan sebelumnya. Rata-rata return pasar dari periode
2004 –2006 untuk seluruh perusahaan yang menjadi sampel
penelitian dapat dilihat dalam lampiran 3 dan 4. Hasil perhitungan
dari return pasar (Rm) dalam lampiran 3 dan 4 diperoleh hasil
sebesar 0,02679. Return pasar pada saham-saham Jakarta Islamic
Index bersifat positif yang dapat diartikan bahwa investasi pada
saham-saham Jakarta Islamic Index cukup menjanjikan dalam
memberikan keuntungan.
2. Mengukur Risiko
Risiko portofolio dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Risiko Sistematis
Risiko sistematis atau risiko pasar merupakan bagian dari
sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk
portofolio. Risiko sistematis terjadi karena adanya perubahan tingkat
inflasi, naiknya tingkat suku bunga Bank. Risiko sistematis terdiri
dari beta (  ) dan varian pasar (  M ). Perhitungan dari beta dapat
2
dilihat pada lampiran 4, beta masing-masing sekuritas dapat dilihat
pada tabel 4.3.
36
Tabel 4.3. Beta (  ) Masing-masing Sekuritas
No
Kode
β
1
ANTM
1,341
2
UNTR
1,091
3
INTP
1,9
4
SMCB
1,533
5
INDF
1,087
6
UNVR
0,618
7
TLKM
0,841
8
GJTL
1,355
9
MEDC
0,765
10
ISAT
1,478
Sumber : Lampiran 4 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa dari 10
perusahaan yang menjadi sampel penelitian semuanya menghasilkan
beta (  ) positif. Beta tertinggi dimiliki oleh ISAT dengan nilai
sebesar 1,478, dan beta terendah dimiliki oleh UNVR dengan nilai
sebesar 0,618. Varian pasar (  M ) merupakan risiko pasar. Varian
2
pasar pada saham-saham Jakarta Islamic Index yang menjadi sampel
penelitian sebesar 0,110.
b.
Risiko Non Sistematis.
Risiko non sistematis merupakan risiko
dihilangkan
dengan
jalan
deversifikasi
yaitu
yang dapat
dengan
jalan
membentuk portofolio. Risiko ini bersifat unik bagi perusahaan,
karena apabila terjadi hal buruk pada suatu perusahaan maka akan
diimbangi dengan hal baik yang terjadi di perusahaan lain. Risiko
non sistematis tertinggi dimiliki oleh perusahaan UNVR dengan nilai
37
sebesar 5,55262, sedangkan risiko non sistematis terendah dimiliki
oleh perusahaan ISAT dengan nilai 0,12817376. Hasil perhitungan
dari risiko non sistematis dapat dilihat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4. Perhitungan Risiko Non Sistematis
No
Kode
β
σim
1
ANTM
1,341
0,147
2
UNTR
1,091
0,12
3
INTP
1,9
0,208
4
SMCB
1,533
0,168
5
INDF
1,087
0,119
6
UNVR
0,618
0,068
7
TLKM
0,841
0,092
8
GJTL
1,355
0,148
9
MEDC
0,765
0,084
10
ISAT
1,478
0,162
Sumber : Lampiran 4 (data diolah)
σei2
Total risiko
0,42334
0,46521
0,72565
0,17977
0,40091
0,98691
0,49972
0,51558
0,13866
0,93443
0,00753
5,55262
0,08023
0,96686
1,18583
0,16955
0,14374
0,44581
1,86771
0,12817376
3. Portofolio Optimal
Investor dalam memutuskan untuk berinvestasi mereka selalu
mengharapkan tingkat pengembalian yang maksimal dengan risiko yang
minimal. Pengambilan keputusan seperti itu dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis portofolio, karena dalam analisis tersebut
memberikan tingkat pengembalian terbesar dengan risiko yang sama atau
memberikan risiko yang kecil dengan tingkat pengembalian yang sama.
Pembentukan portofolio yang optimal dengan menggunakan indeks
tunggal didasarkan pada sebuah angka yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah saham tersebut dapat dimasukkan dalam portofolio
optimal. Angka yang dimaksud dalam hal ini adalah ekses return dengan
38
beta (ERB). ERB menunjukkan dua faktor yang menentukan investasi,
yaitu return dan risiko.
Portofolio optimal dengan indeks tunggal dapat ditentukan dengan
beberapa cara. Pertama, mengurutkan sekuritas berdasarkan nilai ERB
terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas yang memiliki nilai ERB terbesar
adalah sekuritas yang menjadi kandidat portofolio optimal. Pada tabel 5.5
dibawah ini dapat dilihat sekuritas yang memiliki nilai ERB terbesar
sampai nilai ERB terkecil. ERB terbesar dimiliki oleh perusahaan UNTR
dengan nilai ERB 0,0093 dan nilai ERB terkecil dimiliki oleh perusahaan
INTP dengan nilai ERB –0,0054.
Tabel 4.5. Nilai ERB dari Masing-masing Sekuritas
No
Kode
ERB
1
UNTR
0,0093
2
ANTM
0,0082
3
UNVR
-0,0408
4
TLKM
-0,0338
5
ISAT
-0,0288
6
GJTL
-0,0281
7
INDF
-0,0225
8
MEDC
-0,0161
9
SMCB
-0,0145
10
INTP
-0,0054
Sumber : Lampiran 2 dan 5 (data diolah)
Kedua, menentukan nilai Ai, Bi, Aj, Bj dari masing-masing
sekuritas. Ketiga, menentukan nilai Ci. Keempat, menentukan nilai dari
Cut Off Point (C*). Besarnya nilai C* adalah nilai Ci dimana nilai ERB
terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. Pada tabel 6.6 dibawah ini
dapat dilihat perhitungan dari langkah kedua sampai langkah keempat.
39
Tabel 4.6. Perhitungan Nilai Ai, Bi, Aj, Bj, dan Ci
No
Kode
Ai
Bi
1
UNTR
0,0152
1,6403
2
ANTM
0,0349 4,2478
3
UNVR -2,0715 50,72032
4
TLKM -0,2977 8,815667
5
ISAT
-0,0337 1,169605
6
GJTL
-0,0435 1,548304
7
INDF
-0,192 8,52134
8
MEDC -0,0655 4,071414
9
SMCB -0,0683 4,702812
10
INTP
-0,049 9,004515
Sumber : Lampiran 4 dan 5 (data diolah)
Aj
Bj
Ci
-0,6311
39,0190
0,0006
0,0349
4,2478
0,0013
-2,70262
89,7393 -0,0280633
-0,64634 37,37869 -0,0093292
-0,28318
24,4916
-0,001388
-0,00856 5,796145 -0,0017639
-0,20054 14,31748 -0,0060724
-0,34864 28,56302 -0,0024097
-2,77093 94,44211 -0,0024577
-0,2495
23,322 -0,0015252
Kelima, membentuk portofolio optimal. Sekuritas yang mempunyai
nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci dimasukkan
kedalam kandidat portofolio optimal, sedangkan nilai ERB terkecil dari
nilai ERB di titik Ci tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio
optimal. Pada tabel 7.7 dibawah ini dapat dilihat sekuritas-sekuritas yang
menjadi kandidat portofolio optimal.
Tabel 4.7. Kandidat Portofolio Optimal
No
Kode
ERB
Ci
Keterangan
1
UNTR
0,0093 0,0006 Optimal
2
ANTM
0,0082 0,0013 Optimal
3
UNVR -0,0408 -0,02806 Tidak optimal
4
TLKM -0,0338 -0,00933 Tidak optimal
5
ISAT
-0,0288 -0,00139 Tidak optimal
6
GJTL
-0,0281 -0,00176 Tidak optimal
7
INDF
-0,0225 -0,00607 Tidak optimal
8
MEDC -0,0161 -0,00241 Tidak optimal
9
SMCB -0,0145 -0,00246 Tidak optimal
10
INTP
-0,0054 -0,00153 Tidak optimal
Sumber : Lampiran 5 (data diolah)
40
4. Menentukan Proporsi Sekuritass
Setelah sekuritas yang membentuk portofolio optimal ditentukan,
maka dihitung juga berapa besar proporsi masing-masing sekuritas
didalam portofolio optimal. Besarnya proporsi masing-masing sekuritas
dapat dilihat dalam tabel 8.8.
Tabel 4.8. Proporsi Sekuritas Yang Terpilih
No
Kode
Xi
1
ANTM
0,0219
2
UNTR
0,0131
Sumber : Lampiran 5 (data diolah)
Wi
1,0
1,0
Berdasarkan tabel diatas ternyata proporsi portofolio optimal
tertinggi dimiliki oleh saham ANTM dengan proporsi sekuritas sebesar
0,0219 atau 2,19 % dan untuk proporsi portofolio terendah dimiliki oleh
saham UNTR dengan proporsi sekuritas sebesar 0,0131 atau 1,31 %.
5. Menentukan Risiko Portofolio
Risiko dari portofolio adalah seberapa besar risiko yang akan
dialami oleh investor setiap kenaikan tingkat pengembalian. Semakin
tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat pengembalian. Perhitungan
dari risiko portofolio dapat dilihat dalam tabel 9.9. Risiko portofolio
tertinggi dimiliki oleh UNTR dengan nilai risiko sebesar 682,594 dan nilai
risiko terendah dimiliki oleh ANTM dengan nilai 232,455.
Tabel 4.9. Perhitungan Risiko Portofolio
No Kode
1
2
ANTM
UNTR
β
1,3410
1,0910
σei
σM2
15,240
0,11
26,124
Sumber : Lampiran 5 (data diolah)
0,11
σp2
Wi
1
1
232,455
682,594
41
6. Pembahasan Hasil Analisa Data
Sekuritas masuk dalam portofolio optimal apabila nilai ERB lebih
besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci, sedangkan sekuritas yang
tidak termasuk portofolio optimal jika nilai ERB lebih kecil dari ERB di
titik Ci. Metode indeks tunggal yang digunakan untuk menganalisa data
menghasilkan 2 sekuritas yang optimal yaitu pertama, ANTM dengan nilai
ERBi sebesar 0,0082 dan nilai Ci sebesar 0,0013, kedua, UNTR dengan
nilai ERBi sebesar 0,0093 dan nilai Ci sebesar 0,0006. Kedua sekuritas
tersebut mempunyai nilai ERBi lebih besar dengan nilai ERB di titik Ci
sehingga layak masuk dalam kategori portofolio optimal. Sedangkan 8
sekuritas yang lainnya yaitu UNVR, TLKM, ISAT, GJTL, INDF, MEDC,
SMCB, INTP menghasilkan portofolio tidak optimal, karena nilai ERBi
lebih kecil dengan nilai ERB di titik Ci. Saham yang masuk dalam
portofolio optimal kemudian dihitung proporsi dan besarnya risiko saham.
Perhitungan dari proporsi dan risiko saham dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Proporsi Dan Risiko
No Kode
β
σei
σei2 ERBi
Ci
1 ANTM 1,341 15,240 0,423 0,0082 0,0013
2 UNTR 1,091 26,124 0,726 0,0093 0,0006
Sumber : Lampiran 5 (data diolah)
σM2
0,110
0,110
Xi Wi
σp2
0,022 1,0 232,455
0,013 1,0 682,594
Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.10 menghasilkan besarnya
proporsi untuk ANTM sebesar 0,022 dengan risiko sebesar 232,455 dan
untuk UNTR menghasilkan proporsi sebesar 0,013 dengan risiko sebesar
42
682,594. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari kedua sekuritas
tersebut untuk ANTM sebesar 0,0543 dan untuk UNTR sebesar 0,0534.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah dan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan :
1. Sekuritas yang masuk dalam portofolio optimal sebanyak 2 sekuritas.
Saham yang masuk dalam portofolio optimal antara lain : ANTM dan
UNTR dengan ERB masing-masing sebesar 0,0082 dan 0,0093. Proporsi
portofolio optimal tertinggi oleh saham ANTM sebesar 0,022 dan proporsi
portofolio optimal terendah oleh saham UNTR sebesar 0,013.
2. Besar tingkat pengembalian yang diharapkan E(Ri) dan risiko saham dari
sekuritas yang masuk dalam portofolio optimal untuk ANTM sebesar
0,0543 dengan risiko sebesar 232,455 dan untuk UNTR sebesar 0,0534
dengan risiko sebesar 682,594.
B Implikasi
1. Bagi investor
Investor disarankan memilih saham-saham ANTM dan UNTR untuk
pilihan berinvestasi pada sekuritas-sekuritas yang ada dalam Jakarta
Islamic Index karena saham-saham tersebut merupakan saham unggulan
yang memiliki tingkat pengembalian besar dengan risiko yang sama.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan apabila melakukan penelitian yang
serupa agar memperhatikan variabel-variabel yang berhubungan dengan
44
tingkat bunga karena hal tersebut akan bertentangan dengan konsep dalam
investasi syariah yang menganggap tingkat bunga adalah riba.
45
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurannu’l – Karim.
Achsien, H. Iggi. 2003. Investasi Syariah di Pasar Modal. Cetakan kedua.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. PT RINEKA CIPTA. Jakarta
Fatwa Dewan Syariah Nasional. 2003. Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan
Prinsip
Syariah
di
Bidang
Pasar
Modal.
Artikel.
www.google.com. Diakses pada tanggal 17 Maret 2007 pukul 14.30
BBWI.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi ke-2. Salemba Empat. Jakarta
Husnan, Suad.2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas. Edisi
ketiga. YKPN. Yogyakarta.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi; Edisi kedua. BPFE.
Yogyakarta.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi; Edisi ketiga. BPFE.
Yogyakarta.
Syauqi Beik, Irfan. 2003. Prinsip-prinsip Pasar Modal Syariah. Artikel.
www.google.com. . Diakses pada tanggal 17 Maret 2007 pukul 14.36
BBWI.
46
Warsono. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan; Jilid 1. UMM Press. AMP.
YKPN.
Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis. Edisi 1. Malang: CV. Cahaya Press.
Download