SKRIPSI ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL UNTUK PENGAMBALIAN KEPUTUSAN INVESTASI MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL (studi kasus pada saham Jakarta Islamic Index di BEJ) DYANA BINTARIYAKA 02610028 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN 2007 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sarana berinvestasi yang menarik bagi investor. Hal ini disebabkan pasar modal menjanjikan pengembalian yang lebih besar kepada investor dibanding perbankan. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk dapat memilih secara bebas sekuritas–sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal sesuai dengan preferensi risiko, ketersediaan dana dan jangka waktu investasi. Kehadiran pasar modal di Indonesia memberikan peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana yang produktif untuk jangka panjang dan ini diperlihatkan dengan kinerja perdagangan di Bursa Efek Jakarta yang juga menunjukkan hasil yang positif, dengan maraknya investasi yang semakin memberikan peluang tersebut akan menjadikan kebutuhan akan analisis sekuritas juga meningkat. Satu hal yang menarik untuk dicermati bahwa, pada beberapa tahun terakhir investasi berbasis syariah sedang berkembang pesat. Industri Islamic financial services ini merupakan salah satu industri yang tumbuh 2 paling cepat secara global, rata – rata sebesar 10 % sampai 15 % per tahun. Pasar yang dikelolanya bernilai $100 milyar (Achsien, 2003:2). Nilai investasi ini masih memungkinkan terus meningkat untuk menyerap dana dari surplus unit masyarakat muslim yang tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan keberhasilan dan prospek dari berbagai produk syariah tersebut, PT Bursa Efek Jakarta mengadakan kesepakatan dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada 5 mei 2000 yang melahirkan suatu indeks syariah di pasar modal, indeks ini dikenal dengan Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini telah diumumkan daftar halal dan langsung dioperasikan tanggal 3 juli 2000. indeks ini akan melengkapi indeks – indeks yang selama ini ada di Bursa Efek Jakarta. Indeks syariah ini menjadi acuan berinvestasi oleh para investor yang menerapkan prinsip syariah dalam investasinya. JII merupakan indeks yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar yang dapat dilihat dari agregat saham – saham JII yang cukup signifikan dibandingkan kapitalisasi seluruh saham yang aktif diperdagangkan (JSX Fact book, 2000) Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka 3 semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian dan risiko tidak dapat dipisahkan. Adanya perbedaan dalam memandang risiko ini maka perlu adanya pengelolaan kesempatan investasi, yaitu dengan penciptaan berbagai pengelolaan investasi alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan porporsi modal yang diinvestasikan pada masing – masing saham dengan tujuan menurunkan risiko portofolio. Dalam membentuk portofolio yang menjadi masalah adalah terdapat banyak sekali portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Jika terdapat kemungkinan portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor ?. Jika investor mengambil keputusan secara rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau dengan model indeks tunggal. Salah satu kegunaan model indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto, 2000:169) Berdasarkan uaraian latar belakang permasalahan diatas maka dalam hal ini penulis mengambil judul “ ANALISIS PEMBENTUKAN 4 PORTOFOLIO DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL“ (pada saham Jakarta Islamic Index yang aktif di BEJ ). B. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Saham – saham apa saja yang terbentuk dalam portofolio yang optimal pada saham yang termasuk Jakarta Islamic index (JII) dan berapa proporsi dananya? 2. Bagaimana tingkat risiko dan pengembalian portofolio saham JII yang terbentuk selama periode penelitian? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, agar masalah tidak meluas maka penulis memberi batasan – batasan sebagai berikut: 1. Saham – saham yang diteliti adalah saham – saham Jakarta Islamic Index yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. 2. periode penelitian mulai juli 2000 sampai Desember 2004 3. penelitian menggunakan single benchmark index portofolio, yaitu JII. 5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui saham – saham yang terbentuk dalam portofolio yang optimal. b. Mengetahui besarnya tingkat pengembalian dan risiko portofolio yang optimal. 2.Kegunaan Penelitian. a. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian, pertimbangan dan pengembangan kearah yang lebih baik bagi penelitian selanju 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Indah Wahyuni pada tahun 2006 dengan judul “Penerapan Model Indeks Tunggal untuk Membentuk Portofolio Optimal dalam pengambilan keputusan investasi saham pada indeks LQ 45 di BEJ”. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya adalah: jumlah emiten yang membentuk portofolio optimal sebanyak 11 emiten diantaranya: Gudang Garam Tbk, Dankos Laboratories Tbk, Timah Tbk, Matahari Putera Prima Tbk, United Tractors Tbk, Semen Cibinong Tbk, HM Sampoerna Tbk, Bank Central Asia Tbk, Kawasan Industri Jabeka Tbk, Limas Stockhomindo Tbk, Bentoel International Investama Tbk, kemudian 7 risiko portofolio sebesar 0,00059% dengan tingkat pengembalian sebesar 0,0103% Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang.adapun perbedaan dan persamaannya yaitu:persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan metode indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal sedangkan perbedaannya adalah: Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekaarang: 1. Obyek yang diteliti sekarang merupakan saham yang termasuk saham Jakarta Islamic Indexs sedangkan penelitian terdahulu adalah saham yang termasuk indeks LQ 45. 2. periode penelitian mulai juli 2000 sampai desember 2004. B. Landasan Teori 1. Investasi. Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang dipertimbangkan dalam pangambilan keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal 8 sangat memerlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek–efek mana saja yang akan dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki. Investasi juga merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal (Downes dan Goodman dalam warsono, 2001:1) Pada dasarnya investor sangat menyukai investasi yang menghasilkan pengembalian tertinggi, tetapi tidak menyukai adanya risiko. Tingkat pengembalian yang tinggi, akan selalu diikuti risiko yang tinggi. Jadi, tidaklah tepat bahwa tujuan investasi adalah untuk mendapat tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya, karena hal ini akan diikuti oleh risiko yang tinggi pula. Dalam rangka untuk menyeimbangkan antara tingkat pengembalian dan risiko ini diperlukan pengelolaan investasi, sehingga akan memperoleh investasi yang rasional, dalam arti dengan risiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh tingkat pengembalian tertentu, atau dengan risiko tertentu akan memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya. 9 Menurut Tandelilin (2000 : 5), beberapa alasan seseorang melakukan investasi, antara lain: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu, atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. c. Dorongan untuk menhemat pajak. 2. Return dan Risiko Investasi. a. Return Investasi Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut (Jogiyanto, 2003; 109) dapat dibedakan menjadi: 1) Return Realisasi (realized return) Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. 10 Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (ekspekted return) dan risiko dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Adapun rumus return realisasi menurut (Jogiyanto, 2003; 111) adalah: Ri Pt Pt 1 Dt Pt 1 (Jogiyanto, 2003; 111) Keterangan: Ri : return saham Pt : harga saham pada saat t Pt-1 : harga saham pada saat t-1 Dt : dividen kas pada akhir periode 2) Return Ekspektasi (Expected Return) Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu: a. Pendekatan Peramalan 11 Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai berikut (jogiyanto, 2003;126): n E ( Ri ) ( Rij .Pj ) j 1 Keterangan: E (Ri) : Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i Rij : Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i Pj : Probabilitas hasil masa depan ke j b. Pendekatan Historis Yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata-rata return yang telah terjadi dengan rumus sebagai berikut; E (Ri) = (R ) i n b. Risiko Investasi Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar 12 kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. 1) Pengelompokan Risiko a) Risiko tidak Sistematis ( ei ) 2 Merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui diversifikasi (diverfiable). Risiko yang termasuk dalam kelompok ini adalah risiko kegagalan karena kondisi intern perusahaan, risiko kredit atau financial, risiko manajemen atau convertability risk. b) Risiko sistematik (βi) Merupakan risiko pasar tang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham dipasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, inflasi, devaluasi, dan resesi. 2) Pengukuran Risiko 13 a) Pengukuran risiko sistematis/Beta saham Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Volatilitas dapat diartikan fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003;193). Adapun rumus beta sekuritas (jogiyanto, 2003;201): i im m 2 Keterangan: βi : Beta sekuritas σm : Kovarian return antara sekuritas ke i dengan return pasar Σm2 : varian return pasar Beta juga dapat dihitung dengan menggunakan teknik persamaan regresi. Teknik regresi untuk mengestimasikan beta suatu sekuritas sebagai variable dependen dan return pasar sebagai variable independent (jogiyanto, 2003;233). Persamaan regresi yang dugunakan 14 untuk mengestimasikan beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal: Ri : αi + βi.Rm + ei b) Pengukuran risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan bagian dari risiko saham yang tidak dapat dipengaruhi oleh pergerakan pasar. Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residu atau abnormal return (ei). Adapun rumus risiko tidak sistematis (Jogiyanto, 2003;238): ei 2 : i 2 i 2 . m 2 Keterangan: ei 2 : Risiko tidak sistematis i2 : varian residu i 2 : Beta saham m2 : Varian pasar C . Teori Portofolio. Arti portofolio adalah sekumpulan surat-surat atau sekumpulan kesempatan investasi. Menurut tandelilin (2001;456) 15 berpendapat bahwa aspek pokok teori portofolio adalah konsep leader risiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam suatu portofolio akan berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri. Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi, instrument pasar yang uang atau jenis investasi yang dimiliki seseorang atau badan yang biasanya disusun sedemikian rupa dalam rangka penyebaran risiko.. Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk adverse). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan diharapkan yang sam dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001;63). Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. D. Model Indeks Tunggal 16 Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz, selanjutnya mengalami banyak perkembangan dan penyederhanan yang membawa dampak besar pada implementasi teori tersebut. Model tersebut adalah model indeks tunggal yang dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto, 2003;161). a. Return dan Risiko Saham Model Indeks Tunggal 1) Return suatu saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Ri = ai + βt . Rm (Jogiyanto, 2003;232) Keterangan: Ri : return sekuritas ke i ai : suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke i yang independent terhadap kinerja pasar βt : beta yang merupakan koefisisn yang mengukur perubahan Rt akibat dari perubahan Rm 17 Rm : tingkat return dari indeks pasar juga merupakan variable acak Variable ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return pasar. Variable ai dapat dipecah menjadi nilai yang ekspektasi (expected value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai berikut: ai = αi + ei Persamaan return suatu saham, sekarang bias ditulis menjadi Ri = αi + βi . Rm + ei Keterangan: Αi : nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independent terhadap return pasar ei : kesalahan residu yang merupakan variable acak dengan nilai ekspektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0: 2) Sedangkan return pasar dapat dirumuskan sebagai berikut: 18 Rm IHSGt IHSGt 1 IHSG t 1 (Jogiyanto, 2003; 232) 3) Risiko (varian return) sekuritas dapat dirumuskan sebagai berikut: i 2 i 2 . m 2 ei 2 Keterangan: i2 : risiko sekuritas i 2 : beta sekuritas m2 : varian dari return pasar ei 2 : varian dari kesalahan residu 4) Covarian return antar sekuritas i dan j ij : i . j . m 2 b. Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal 1) Return ekspektasi portofolio Return ekspektasi dari suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return sekuritas ekspektasi individual sekuritas. Adapun rumusnya sebagai berikut: 19 E(Rp) : E(Rp) = αp + βp.E(Rm) Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai masing-masing sekuritas n p : wi i i 1 Keterangan: p : beta portofolio wi : proporsi sekuritas i : beta sekuritas Alpha sekuritas n p : wi i i 1 Keterangan: p : alpha portofolio wi : proporsi portofolio i : alpha sekuritas 2) Risiko portofolio n p 2 p 2 m 2 ( wi . ei 2 ) 2 i 1 20 (Jogiyanto,2003;248) c. Penentuan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal Rumus yang digunakan: ERB E ( Ri ) Rf i Keterangan: ERB : Excess Return to Beta (kelebihan pengembalian) E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko Βi : perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari saham i Sedangkan menurut Jogiyanto (2003;254), Cut-Off Rate (Ci) adalah merupakan pembatas pada tingkat tertentu, dengan rumus: 21 E ( Ri ) Rf i ei 2 j 1 2 i 2 1 m i 2 j 1 ei i m2 Ci Keterangan: Ci : Cut-Off Rate (pembatas pada tingkat tertentu) E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko m2 : Varians pasar ei 2 : Varian ei (Unsystematic risk) Ketentuan yang berlaku untuk masuk dalam portofolio optimal adalah: E ( Ri ) Rf i Ci Atau ERB>Ci 22 Menurut Jogiyanto (2003;258), penentuan besarnya proporsi tiap-tiap saham dapat dihitung dengan rumus: Wi : Zi n ZJ j 1 Keterangan: Wi : proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i Zi : skala dari timbangan atas tiap-tiap saham ZJ : total skala dari timbangan atas tiap-tiap saham Dimana: Zi : i ei 2 E ( Ri ) Rf C * i Keterangan: Zi : skala dari timbangan atas tiap-tiap saham E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i i : perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari 23 nilai saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko C* : Cut-off Rate optimal portofolio ei 2 : Varian ei (Unsystematic risk) d. Hasil yang diharapkan untuk saham individual Menurut Jogiyanto (2003;234), Expected return sekuritas individual dengan model indeks tunggal dapat menggunakan rumus: E ( Ri ) : i i .E ( Rm ) Keterangan: E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i i : Expected Return (nilai yang diperkirakan) i : perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan dari saham i E (Rm ) : return ekspektasi dari indeks pasar 24 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif B. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh saham perusahaan yang termasuk dalam JII periode juli 2000 sampai desember 2004.pada periode yang berjangka 6 bulan terdapat 30 saham. b. Sampel Kriteria pengambilan sample dalam penelitian ini adalah sahamsaham yang secara berturut-turut selama 9 periode. Sample yang didapat berjumlah 7 saham yaitu: a. PT Aneka Tambang, Tbk b. PT Astra Graphia, Tbk c. PT Indoofod Sukses Makmur, Tbk d. PT Indosat, Tbk e. PT Semen Gresik, Tbk f. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, dan 25 g. PT United Tractors, Tbk D. Definisi Operasional Variable Penelitian Berdasarkan konsep yang ada yaitu analisis portofolio dan investasi saham, maka variable-veriabel yang perlu diteliti yaitu: 1. pengembalian adalah laba atas suatu sekuritas investasi modal R i P P P t 1 t (Jogiyanto, 2003; 111) t 1 2. risiko Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. 3. risiko sistematis Merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan 26 R R R N im 2 i t 1 it R N M it t 1 mt Rmt Rmt mt 2 4. risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui diversifikasi 1 n n t 1 2 ei R R 2 it i i mt E. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data untuk membentuk portofolio optimal dengan menggunakan metode indeks tunggal. Langkah – langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah: 1. Perhitungan return saham individual. Untuk menghitung return saham individual dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000; 108) Ri P P P t 1 t t 1 27 Keterangan: R it : Return saham P t : Harga saham pada saat t P t 1 : Harga saham pada saat t-1 Dengan tingkat pengembalian pasar sebesar: R m.i JII JII JII t t 1 t 1 Keterangan: R : return pasar saham m.i JII t JII t 1 : nilai saham JII pada saat t : nilai saham JII pada saat t-1 2. Menentukan besarnya return ekspektasi saham individual. Return ekspektasi setiap saham individual dilakukan dengan menggunakan rumus: E Ri R i N Keterangan: E Ri : Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i 28 R : jumlah total expected return untuk sekuritas i N : jumlah periode sekuritas i Dan return ekspektasi pasar dengan rumus: E Rm R m N Keterangan: E R m : Expected return pasar ke i R : jumlah total expected return pasar i N : jumlah periode nilai pasar m 3. Menghitung total risiko masing-masing saham Total risiko masing-masing saham yang terdiri dari risiko sistematis 2 i . m2 dan risiko tidak sistematis ei2 dihitung dengan menggunakan rumus: i Rit t .Rmt R R R N i M im 2 t 1 it R N t 1 it mt Rmt Rmt mt Dimana: 29 2 2 ei 1 n n t 1 R R 2 it i i mt Keterangan: : suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke-I yang independent terhadap kinerja pasar i : Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Rt atau Rm E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i R mt : tingkat keuntungan pasar pada periode tertentu R it : rata-rata Ri E(Rm) : rata-rata Rm P : harga saham individual periode t it 30 Pi : Harga saham pada saat t-1 N : jumlah periode pengamatan t 1 2 ei :Varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupakan resiko unik atau resiko tidak sistematis 4. Merangking sekuritas Beta pasar dapat diestimasikan dengan mengumpulkan nilainilai historis dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 6 bulan atau 200 hari untuk return harian. Dngan mengasumsikan bahwa hubungan antara return sekuritas dan return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasikan secara manual dengan memplot garis diantara titiktitik return atau dengan teknik regresi (Jogiyanto, 2000; 239) Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excees return to beta berarti mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio 31 ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua factor penentu investasi yaitu return dan risiko. Rasio ini dinotasikan dengan: ERB E Ri RBR i Keterangan: ERB :Excess return to beta sekuritas ke- i E Ri :Return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke- i R BR i : Return aktiva bebas risiko (SBI) :Beta sekuritas ke- i Berdasarkan penilaian ERB untuk setiap sekuritas, kemudian urutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Portofolio optimal akan terdiri dari sekuritas-sekuritas yang memiliki ERB tertinggi. 5. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut: 32 Ai E R R i BR 2 i , dan ei B 2 i 2 i ei Keterangan: A i : skala dari timbangan ke A atas tiap-tiap saham B i : skala dari timbangan ke B atas tiap-tiap saham ERB : Excess Return to Beta sekuritas ke i E Ri : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i R BR i : tingkat pengembalian bebas risiko (SBI) : beta sekuritas ke-i 6. Menghitung Cut-Off Rate (Ci) dengan rumus: Cut-Off Rate merupakan pembatasan pada tingkat tertentu. Penentuan tingkat pembatas saham (Ci) dan Cut-Off Point (C*) yang merupakan nilai tertinggi dari Ci 33 i A 2 C i M 1 M i j 1 2 (Jogiyanto 2003:254) i B j 1 i Keterangan: Ci : Cut-Off Rate (pembatasan pada tingkat tertentu) E(Ri) : pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas saham i Rf B : tingkat pengembalian bebas risiko : perubahan tingkat penngembalian yang diperkirakan dari i saham i ei 2 : Varian ei (Unsystematic risk) 2 M : Varian dari return indeks pasar Ci adalah nilai c untuk sekuritas ke-I yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai Ai sampai dengan Ai dan nilai Bi sampai dengan Bi 7. Menentukan besarnya Cut-Off Point (C*) Besarnya Cut-Off Point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci 34 8. Menentukan porporsi masing-masing sekuritas di dalam portofolio. Setelah sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal telah dapat ditentukan, maka langkah selanjutnya menentukan berapa besar proporsi untuk sekuritas ke-i adalah sebesar: W i X X i k j 1 j Dengan nilai Xi adalah sebesar: X t ERB C * i 2 (Jogiyanto 2003:258) ej Keterangan: W : Proporsi sekuritas ke- i i K : Jumlah sekuritas di portofolio optimal C* : nilai Cut Off Point yang nerupakan nilai Ci terbesar 9. Menentukan expected return portofolio E (Rp) dan variance portofolio E 2 p R R p r p M (Jogiyanto 2003:247) 35 2 p 2 p 2 M N 2 2 W i ei i 1 Dimana: W i N p i 1 i N p W i i i 1 36 2 (Jogiyanto 2003:248) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Fluktuasi JII JII di buka dengan nilai indeks 71,750 pada akhir agustus 2000. pada minggu berikutnya nilai indeks mengalami kenaikan sebesar 443 poin menjadi 72,193. nilai indeks JII ini terus mengalami penurunan sampai akhir tahun 2000. penurunan nilai indeks ini disebabkan adanya privatisasi beberapa BUMN. BUMN yang diprivatisasi tersebut beberapa diantaranya termasuk sebagai anggota JII. Pada tahun 2001, JII belum menunjukkan perbaikan kinerja yang cukup signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan politik Indonesia yang sedang mengalami pergolakan yang mengakibatkan banyak kebijakan pemerinyah mengalami perubahan. Berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah memicu reaksi investasi untuk melakukan Wait and Sea dalam investasinya. Dalam kondisi ini investor lebih memilih untuk melarikan dana mereka pada perbankan. Nilai indeks JII pada awal tahun 2001, yaitu antara januari sampai februari mengalami gejala rebound. Peningkatan yang cukup drastis terjadi pada minggu terutama februari. Nilai indeksnya mencapai 94,366. indeks 37 ini terus mengalami penurunan sampai akhir bulan mei yang kemudian kembali menunjukkan gejala rebound sampai bulan juli 2001. JII mengalami fluktuasi yang beragam sampai dengan awal tahun 2002. fluktuasi tersebut disebabkan oleh presiden Abdurahman Wahid yang merubah susunan kabinet. Pada pertengahan februari 2002, JII mengalami rebound sampai bulan jili 2002. peningkatan tersebut karena kondisi politik Indonesia telah membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai indeks yang terus merangkak naik hingga mencapai titiktertinggi sebesar 87.418 pada mei 2002 di minggu 2. JII kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai dengan bulan maret 2003. penurunan ini disebabkan investor kembali melakukan strategi Wait and Sea. Hal ini dipicu oleh kondisi politik Indonesia yang kembali memanas dengan terjadinya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang meminta presiden Abdurahman Wahid untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. JII kembali menunjukkan gejala rebound pada bulan april 2003 yang terus terjadi sampai tahun 2004. kenaikan ini akibat adanya pergeseran jabatan presiden dari AbdurahmanWahid kepaga wakil presiden Megawati Soekarno Putri. Pergantian tersebut menimbulkan sentimen 38 positif pada investor yang kembali berinvestasi di pasar modal. JII menunjukkan angka tertinggi pada akhir tahun 2003 dengan nilai 114,702. JII yang terus naik selama tahun 2004 meski mengalami sedikit fluktuasi menjadi indikator bahwa iklim investasi di Indonesia mengalami pertumbuhan. Investor semakin banyak yang melakukan investasi pada pasar modal karena didukung oleh kondisi politik yang stabil dan perekonomian yang membaik. Kondisi tersebut didukung pula oleh adanya harapan dan keyakinan dari investor dan pelaku ekonomi lainnya bahwa pemerintah yang baru terbentuk mampu memulihkan kondisi perekonomian Indonesia setelah terpilihnya presiden Susilo Bambang Yudoyono. B. Analisa Data 1. Menghitung pengembalian saham individual (Ri) Pengembalian saham individual dihitung dengan mengurangi harga penutupan dengan harga penutupan sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan sebelumnya. Secar matematis penentuan besarnya pengembalian saham individual ditulis dengan persamaan: R i P P P t 1 t (Jogiyanto, 2000; 108) t 1 39 Tabel 4.2. pengembalian saham individual Saham Ri ANTM -2,04271331 ASGR -1,060540461 INDF -1,524672299 ISAT 7,055249127 SMGR -1,495273886 TKLM 0,118902392 UNTR 1,409271607 Sumber : data diolah Hasil perhitungan tingkat pengembalian saham individu (Ri) dapat dilihat pada table 4.2. dari table tersebut terlihat bahwa pengembalian terbesar diberikan oleh saham ISAT yaitu sebesar 7,,055249127. sedangkan pengembalian terkecil diberikan oleh saham ANTM sebesar -2,04271331. nilai tersebut memberikan pengertian jika investor menanamkan dananya pada saham ISAT akan mendapatkan pengembalian sebesar 7,,055249127 sedang apabila menanamkan saham pada ANTM akan mengalami kerugian sebesar -2,04271331. pengembalian 40 yang bernilai positif menunjukkan bahwa saham tersebut memnerikan keuntungan dan apabila bernilai negative menunjukkan bahwa saham tersebut memberikan kerugian 2. Menghitung pengembelian saham individual dengan menggunakan model indeks tunggal (Ri) Pengembalian saham individual yang dihitung dengan menggunakan model indeks tunggal sangat dipengaruhi oleh indeks harga pasar. Besarnya nilai pengembalian dengan menggunakan model indeks tunggal berdasarkan pada persamaan : Ri i i .Rm ei (Suad Husnan:2001;104) Hubungan antara pengembalian sekuritas dan pengembalian pasar adalah linier, secara sederhana dapat dituliskan dalam persamaan. Y = a + bx + e Keterangan : Y = variabel terikat (Ri) X = Variabel Bebas (Rm) a = Intercept Coefficient, besarnya nilai Y kalau X = 0 (α) 41 b = Slope Coefficient, besarnya pengaruh X terhadap Y apabila X naik satu unit (β) Perhitungan 1 dan 1 mingguan menggunakan persamaan regresi linier sederhana tersebut. Nilai 1 dalam pengembalian menunjukan bahwa selain dipengaruhi oleh nilai indeks harga pasar pengembalian juga dipengaruhi oleh pengembalian yang diharapkan dari suatu saham berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai 1 merupakan sensitifitas pengembalian suatu saham terhadap pengembalian indeks pasar. Hasil dari perhitungan pengembalian saham dengan menggunakan model indeks tunggal terdapat pada table 4.3. dari table tersebut dapat dilihat pengembalian terbesar diberikan oleh saham ISAT sebesar 12,68140943. nilai pengembalian yang besar dari saham ISAT ini merupakan akibat dari adanya peningkatan kinerja saham ISAT yang cukup signifikan selama penelitian. Tabel 4.3 perhitungan pengembalian saham individual 42 Saham RiMIT ANTM 1,19818324 ASGR 0,566294265 INDF - 1,851012237 ISAT 10,54490366 SMGR 1,261603578 TKLM 1,617065788 UNTR 3,775036521 3. Pengembalian pasar (Rm) Pengembalian pasar dihitung dengan mengurangi harga penutupan indeks saham JII dengan harga penutupan indeks hari sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan indeks hari sebelumnya. Pengukuran pengembalian pasar dapat ditulis dengan persamaan Rm JII JII JII t t 1 (Jogiyanto, 2000; 108) t 1 Pengukuran pengembalian pasar memberikan hasil nilai dari pengembalian tersebut sebesar 1,2501. hasil dari perhitungan 43 pengembalian pasar yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. nilai pengembalian pasar yang cukup tinggi tersebut mengindikasikan bahwa investasi pada saham – saham yang termasuk dalam JII akan memberikan keuntungan yang cukuo signifikan dan mempunyai prospek investasi yang menjanjikan 4. pengembalian yang diharapkan dari saham individual [E(Ri)] table 4.4. pengembalian yang diharapkan Saham E (Ri) keterangan ANTM 0,005325259 Diterima ASGR 0,002516863 Diterima INDF -0,008226721 Ditolak ISAT 0,046866237 Diterima SMGR 0,005607127 Diterima TKLM 0,007186959 Diterima UNTR 0,01677794 Diterima Sumber: data diolah Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari saham individual dapat dilihat pada table 4.4. dari table tersebut terlihat bahwa saham PT Indosat, Tbk (ISAT) memiliki 44 pengembalian yang diharapkan terbesar yaitu sebesar 4,6866237 %. Nilai pengembalian yang diharapkan terendah oleh PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar -0,0226721 Pengembalian yang diharapkan yang bernilai negative tersebut membuat saham INDF harus dieliminasi dari kandidat portofolio optimal. Seleksi ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya pengembalian yang negative dalam proses investasi sesuai dengan preferensi rasional investor. Hasil seleksi tersebut dapat di lihat pada table 4.4 5. Pengembalian pasar yang diharapkan E (Rm) Kondisis pasar modal Imdonesia selama periode penelitian mengalami bullish yang ditandai dengan meningkatnya salah satu indeks di BEJ, yaitu JII. Kenaikan nilai indeks JII selama periode penelitian yang cukup signifikan juga menunjukkanbahwa sahamsaham yang tergabung dalam JII mampu menarik minat para investor. Perhitungan pengembalian pasar yang diharapkan menunjukkan bahwa JII memiliki nilai sebesar 0,0056. hasil perhitungan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat kembali di 45 lampiran 2. nilai pengembalian yang diharapkan memiliki nilai yang cukup tinggi, nilai tersebut menunjukkan bahwa JII mampu memberikan keuntungan yang cukup besar kepada investor. 6. Tingkat bunga bebas risiko Tingkat bungan bebas risiko merupakan alternative investasi yang mempunyai risiko sama dengan nol. Investasi ini dilakukan dengan menanamkan dana pada deposito bank-bank milik pemerintah atau pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemilihan SBI sebagai tingkat bunga bebas risiko adalah karena SBI dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. Perhitungan tingkat bunga bebas risiko dilakukan dengan mencari rata-rata tingkat bunga SBI selama periode juli 2000 sampai desember 2004. hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5. perhitungan tersebut memberikan hasil nilai tingkat bunga bebas risiko sebesar 123,062% yang berarti bahwa apabila investor melakukan investasi pada SBI akan memberikan tingkat pengembalian sebesar 13,062% dengan tingkat risiko sama dengan nol. 7. Pengukuran risiko sistematis 46 Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan karena disebabkan kejadian diluar kegiatan emiten. Risiko sistematis atau risiko pasar i . m 2 2 terdiri dari beta dan varian pasar. Beta dihitung dengan menggunakan program SPSS. Hasil perhitungan beta dapat dilihat pada lampiran 6. varian pasar merupakan risiko dari pasar dalam perhitungannya menggunakan persamaan: n M 2 Rmt Rmt 2 t 1 Hasil perhitungan dari varian pasar dapat dilihat pada table .5, yaitu sebesar 1,589712311 atau sebesar 15,89712311 %. Perhitungan risiko sistematis dapat dilihat pada table 4.5 Table 4.5. Risiko Sistematis Risiko sistematis Saham i m2 i 2 (%) ( i . m ) 2 ANTM 0,1723 0,029929 1,548971311 4,635162 ASGR 0,0723984 1,548971311 11,4599093 0,272 47 2 ISAT 0,02705 0,00072317023 1,548971311 0,1133386 SMGR 0,222 0,0492884 1,548971311 7,6339502 TKLM 0,301 0,090601 1,548971311 14,033835 UNTR 0,120409 1,548971311 18,6510087 0,347 Sumber: data diolah Hasil perhitungan risiko sistematis tersebut menunjukkan bahwa risiko ristematis setiap saham cukup besar, yang berarti kondisi eksternal perusahaan dalam kondisi yang kurang stabil sehingga kurang mendukung iklim investasi. Saham yang memiliki risiko sistematis terbesar adalah PT United Tractors, Tbk yaitu sebesar 18,6510087%. Risok0o sistematis terkecil dimiliki oleh PT ISAT, Tbk yaitu sebesar 0,1123232386% 8. Risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan didiversifikasi. Risiko ini bersifat unik, yaitu apabila terjadi kerugian di satu saham akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan oleh saham-saham yang lain. Risiko inilah yang berusaha untuk diatur sedemikian rupa agar 48 dapat memperoleh risiko yang minimal. Risiko tidak sistematis ini dihitung dengan menggunakan persaman: 2 ei 2 ei 2 1 n Rit i t .Rmt n t 1 Table 4.6 Risiko tidak sistematis Saham ei 2 ISAT 0,491232091 UNTR 0,049390862 ASGR 0,000231503 TKLM 0,017713399 ANTM 0,004250489 SMGR 0,00426 Sumber data diolah Hasil dari perhitungan risiko tidak sistematis dapat dilihat pada table 4.6 . hasil perhitungan risiko tidak sistematis tersebut menunjukkan bahwa saham yang memiliki risiko tidak sistematis terbesar adalah PT Indosat, Tbk yaitu sebesar 49,12232091%. 49 Risikotidak sistematis terkecil dimiliki oleh PT Astra Graphia, Tbk sebesar 0,0022315023%. Didiversifikasi dapat dilakukan dengan menggabungkan antara saham-saham yang memiliki risiko tidak sistematis besar dengan saham yang memiliki risiko tidak sistematis kecil. Nilainilai tersebut menunjukkan bahwa risiko tidak sistematis setiap saham tidak terlalu besar, yang berarti kondisi internal perusahaan dalam keadaan yang baik sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Total risiko dari masing-masing sekuritas dapat dilihat pada table 4.7. table 4.7 dibawah inin menunjukkan bahwa risiko terbesar dimiliki oleh ISAT sebesar 5,2359923234% risiko total terkecil dimiliki oleh ANTM sebesar 23,236450523% Table 4.7. Total risiko Risiko tidak Risiko sistematis saham sistematis (%) ( i . m ) 2 ANTM Total risiko 2 (%) ei 4,635162 2 0,42850489 50 5,0609651 ASGR 11,4599093 0,0231503 11,4830596 ISAT 0,1133386 49,1232091 49,8705908 SMGR 7,6339502 0,426 7,6343762 TKLM 14,033835 1,7713399 15,8051749 UNTR 18,6510087 4,9390862 23,5900949 Sumber: data diolah Pengembalian dan risiko yang mempunyai hubungan searah dengan risiko yang tinggi maka pengembalian yang diharapkan juga tinggi. Saham ISAT yang memiliki tingkat risiko tertinggi juga mempunyai tingkat pengembalian yang diharapkan tertinggi dibandingkan dengan saham yang lain. 9. Portofolio Optimal Pembentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan kedalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah yang diperoleh melalui persamaan: 51 ERB E Ri RBR (Jogiyanto 2000:239) i Excess Return to Beta Ratio (ERBi) adalah selisih pengembalian yang diharapkan E(Ri) dengan aktifa bebas risiko (RBR). Rasio ini mengukur kelebihan relative terhadap 1 unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang di ukur dengan beta. Portofolio optimal hanya akan terdiri dari saham-saham yang mempunyai nilai ERBi yang tinggi. Saham-saham yang rendah tidak akan dimasukkan kedalam portofolio optimal, dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (Cut Off Point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan inggi. Besarnya titik pembatas ini ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. mengurutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada table 4.8 2. 52 Table 4.8 nilai ERB Saham i E(Ri) ERB RBR ISAT 0,046866237 -0,02705 0,0013062 3,09247464 ANTM 0,01677794 0,173 0,0013062 -0,724247058 UNTR 0,015806127 0,347 0,0013062 -0,328075101 TKLM 0,007186959 0,301 0,0013062 -0,410076548 ASGR 0,002516863 0,272 0,0013062 -0,470967415 SMGR 0,005607127 0,222 0,0013062 -0,56312105 Sumber: data diolah 3. Menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke i. hasil perhitungan Ai dan Bi dapat dilihat pada table 4.9 Table 4.9 nilai Ai dan Bi saham ISAT E(Ri) i RBR 0,0468662 -0,02705 0,0013062 ERB ei 2 3,09247464 0,4285049 0,0 ANTM 0,0167778 0,173 0,0013062 -0,724247058 0,023150 -5,0 UNTR 0,0158061 0,347 0,0013062 -0,328075101 49,123209 -0,7 TKLM 0,0071869 0,301 0,0013062 -0,410076548 0,426 -2,0 ASGR 0,0025168 0,272 0,0013062 -0,470967415 1,771339 -15 53 SMGR 0,0056071 0,222 0,0013062 -0,56312105 4,939086 -65 Sumber: data diolah 4. Menghitung nilai Ci. Hasil perhitungan Ci dapat dilihat pada table 4.10 Table 4.10 nilai Ci Saham Ai i ΣAj ΣBj E(Ri) ERB ISAT 0,0468662 3,09247464 0,0046063 -0,02705 0,0082912 0,0070267 ANTM 0,0167778 -0,724247058 -5,0996462 0,173 -5,0913550 7,0483342 UNTR 0,0158061 -0,328075101 -0,7978077 0,347 -5,9811628 9,4862143 TKLM 0,0071869 -0,410076548 -2,0974713 0,301 -7,9886341 14,601043 ASGR 0,0025168 -0,470967415 -150,51232 0,272 -158,50095 334,18221 SMGR 0,0056071 -0,56312105 -6514,7554 0,222 -6673,2563 11903,196 Sumber: data diolah 5. Menentukan besarnya Cut Off Point (C*) Cut Off Point adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. Saham yang terakhir kali memiliki nilai ERBi lebih besar daripada nilai Ci dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada table 4.10 adalah saham SMGR sebesar -0,5605968 54 6. Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERBi dititik C*. sekuritas-sekuritas yang mempunyai nilai lebih kecil dengan ERBi di titik C* tidak diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal. Nilai C* sebesar -0,5605968 yaitu untuk saham SMGR yang memeliki nilai ERB sebesar -0,56312105 terakhir kali lebih besar dari nilai Ci. Nilai ERBi yang masih optimal dapat diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal, sedangkan untuk saham ANTM tidak dapat diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal. 7. Menentukan proporsi masing-masing sekuritas yang telah terbentuk dalam portofolio optimal. Besarnya proporsi untuk sekuritas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11. proporsi dana portofolio Saham i σei^2 ERB Ci Xi ISAT -0,02705 0,4912320 3,09247464 0,0127045 -0,201158 0,00 ANTM 0,173 0,0042504 -0,724247058 -0,6617371 -6,660759 0,23 55 UNTR 0,347 0,043908 -0,328075101 -0,58145 1,6376027 -0,0 TKLM 0,301 0,017713 -0,410076548 -0,5239605 2,5577593 -0,0 ASGR 0,272 2,32E-04 -0,470967415 -0,4733805 105,30838 -3,0 SMGR 0,222 4,26E-06 -0,56312105 -0,5605968 -131,5426 4,55 C* = -0,5690509 Σ = -28,90479 Σ= Sumber data diolah Tabel 4.11 diatas memperlihatkan terdapat 6 saham yang membentuk portofolio optimal dengan proporsi dana untuk saham ISAT yaitu sebesar 0,0069594, ANTM sebesar 0,2304379, saham UNTR sebesar -0,056517, saham TKLM sebesar -0,088489, saham ASGR sebesar -3,643285 dan sahamSMGR sebesar 4,5108937 Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan suatu portofolio yang terdiri dari 6 saham dengan karakter: a. ISAT dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,046866237 dan total risiko sebesar 0,498705908, masuk kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,0669594 56 b. ANTM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,005325259 dan total risiko sebesar 0,050609651, masuk kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,2304379 c. UNTR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,0167794 dan total risiko sebesar 0,235900949, masuk kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,056517 d. TKLM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,007186959 dan total risiko sebesar 0,158051749, masuk kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,008489 e. ASGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,002516863 dan total risiko sebesar 0,114830596, masuk kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 3,643285 f. SMGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,00560712 dan total risiko sebesar 7,6343762, masuk 57 kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 4,5508937 10. Pengembalian yang diharapkan dan varian portofolio Saham pembentuk portofolio dan proporsi dananya telah ditentukan . langkah selanjutnya yang perlu diperhitungkan adalah pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko portofolio. Pengembalian yang diharapkan dari suatu portofolio selalu merupakan rata-rata tertimbang yang membentuk portofolio. Pengembalian portofolio yang diharapkan ini dihitung dengan rumus: E R R p r p M (Jogiyanto 2003:247) Tabel .12. pengembalian yang diharapkan Saham Wi i αi βp αp ISAT 0,0069594 -0,02705 0,0209183 -0,00018825 0,00014558 ANTM 0,2304379 0,173 0,0039794 0,03986576 0,000917 UNTR -0,056517 0,347 0,0076436 -0,0196129 -0,00043199 TKLM -0,088489 0,301 0,0030295 -0,02663522 -0,00026808 ASGR -3,043285 0,272 -0,001961 -0,99097356 -0,00714529 SMGR 4,5508937 0,222 0,0051206 1,01029839 0,00750780 58 E(R 0,0131 Σ 1 0,01275583 0,0150 Sumber data diolah Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari portofolio dapat dilihat pada tabel 4.12 pada tabel tersebut terlihat nilai portofolio sebesar 0,01275583, βp αp portofolio sebesar 0,01501560 dan pengembalian portofolio yang diharapkan sebesar 0,01316547 Nilai αp memp[unyai arti bahwa portofolio tersebut mempunyai nilai pengembalian yang diharapkan dari portoifolio yang independen terhadap pengembalian pasar sebesar 0,01501560, artinya pada keadaan pasar bullish maupun bearish. Investor akan memperoleh pengembalian sebesar 0,01501560 atau 1,501560%. Nilai sensitifitas portofolio terhadap pasar (βp) sebesar 0,01275583. nilai tersebut mempunyai arti apabila terjadi pengembalian pasar sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan pengembalian dari portofolio optimal tersebut dengan arah yang sama sebesar 0,01275583 atau 1,275583%. 59 Pengembalian yang diharapkan dari portofolio bernilai sebesar 0,01316547. nilai tersebut berarti pengembalian yang diharapkan dari portofolio sebesar 0,01316547atau 1,316547%, akan tetapi nilai tersebut masih mengandung ketidakpastian sehingga hasil dapat menyimpang dari nilai realisasi yang akan terjadi. Varian portofolio yang merupakan risiko portofolio tersebut dari 2 risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis ini akan semakin kecil nilainya dengan semakin banyaknya jumlah sekuritas yang ada dalam portofolio. Penjumlahan dari 2 risiko tersebut sebagai risiko total dari portofolio. Risiko ini dinyatakan dalam persamaan: 2 p 2 p 2 M N 2 2 W i ei i 1 2 (Jogiyanto 2003:248) Table 4.13 Saham ei 2 Wi Wi. ei 2 ISAT 0,006959354 0,49123091 0,003418658 TKLM 0,231437931 0,004250489 0,000979474 UNTR -0,056516683 0,049390862 -0,002791408 60 ASGR -0,088489123 0,017713399 -0,000567443 SMGR -03,643285146 2,32E-04 -0,000843431 ANTM 4,5508936s67 4,26E-06 1,93868E-05 Σ Wi. ei 2 -0,000784764 Sumber data diolah p p p p p 2 2 p 2 M N 2 2 W i ei i 1 2 2 (( 0,01275583 x 1,548971311) + -0,000784764) 2 (0,000162711 x 1,546971311) + -0,000784764 2 0,000252034 + -0,000784764 2 -0,000532729 atau -0,0532729% C. Pembahasan Hasil Analisa Data Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan sebuah portofolio optimal yang berisikan saham-saham anggota JII yang terdiri atas 6 saham yaitu ISAT, ANTM, UNTR, TKLM, ASGR dan SMGR. Berdasarkan atas hasil penelitian portofolio optimal tersebut memberikan pengembalian ekspektasi 61 (yang diharapkan) sebesar 1,316547% yang lebih besar daripada pengembalian ekspektasi yang diberikan oleh pasar yaitu sebesar 0,56%. Risiko dari portofolio optimal yang terbentuk sebesar -0,0523729%, yang jauh lebih kecil daripada risiko yang diberikan oleh pasar yaitu sebesar 154,8971311%. 62 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini didasarkan pada perumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu: 1. saham yang dijadikan obyek penelitian antara juli 2000 sampai dengan 2004 sebanyak 7 saham dan dari seleksi dalam pembentukan portofolio optimal sendiri didapatkan 6 saham yang pantas atau layak untuk dimasukkan sebagai anggota oprtofolio optimal. Saham-saham tersebut adalah ISAT, ANTM, UNTR, TKLM, ASGR dan SMGR. B. Implikasi 1. Bagi Investor. Hasil penelitian pertimbangan ini untuk dapat digunakan pengambilan sebagai keputusan bahan berinvestasi khususnya pada saham-saham yang termasuk dalam JII di BEJ. Investor juga disarankan untuk menginvestasikan dananya pada saham-saham yang terbentuk dalam portofolio 63 2. Bagi Peneliti Selanjutnya. Hasil peneliianini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan bidang permasalahan yang akan dikaji. 64 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. JSX Fact book 2005, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta . 2006. JSX Fact book 2006, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta . 2005. JSX Value line 2005, PT 2Bursa Efek Jakarta, Jakarta . 2006. JSX Value Line 2006, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2002, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Rineka Cipta, Jakarta Fabozzi,Frank j. 1999, “Manajemen Investasi”, buku I, Salemba Empat, Jakarta H.M Jogiyanto, 1998, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta H.M Jogiyanto, 2000, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta Husnan, Suad, 2001, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta Indah Wahyuni, 2006, “Penerapan Model Indeks Tunggal untuk Membentuk Portofolio Optimal dalam pengambilan keputusan investasi saham pada indeks LQ 45 di BEJ” 65 Warsono,2001, “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, UMM Press, Malang Warsono, 1999, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, UMM Press, Malang Yuliati Sri Handaru, dkk, 1996, “Manajemen Portofolio dan Investasi”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta 66