judul penelitian

advertisement
SKRIPSI
ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL UNTUK
PENGAMBALIAN KEPUTUSAN INVESTASI
MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL
(studi kasus pada saham Jakarta Islamic Index di BEJ)
DYANA BINTARIYAKA
02610028
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2007
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu sarana berinvestasi yang menarik
bagi investor. Hal ini disebabkan pasar modal menjanjikan pengembalian
yang lebih besar kepada investor dibanding perbankan. Pasar modal
memberikan kesempatan kepada investor untuk dapat memilih secara bebas
sekuritas–sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal sesuai dengan
preferensi risiko, ketersediaan dana dan jangka waktu investasi.
Kehadiran pasar modal di Indonesia memberikan peluang investasi
yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar
modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana
yang produktif untuk jangka panjang dan ini diperlihatkan dengan kinerja
perdagangan di Bursa Efek Jakarta yang juga menunjukkan hasil yang
positif, dengan maraknya investasi yang semakin memberikan peluang
tersebut akan menjadikan kebutuhan akan analisis sekuritas juga
meningkat. Satu hal yang menarik untuk dicermati bahwa, pada beberapa
tahun terakhir investasi berbasis syariah sedang berkembang pesat. Industri
Islamic financial services ini merupakan salah satu industri yang tumbuh
2
paling cepat secara global, rata – rata sebesar 10 % sampai 15 % per tahun.
Pasar yang dikelolanya bernilai $100 milyar (Achsien, 2003:2). Nilai
investasi ini masih memungkinkan terus meningkat untuk menyerap dana
dari surplus unit masyarakat muslim yang tersebar di seluruh dunia
termasuk Indonesia.
Berdasarkan keberhasilan dan prospek dari berbagai produk syariah
tersebut, PT Bursa Efek Jakarta mengadakan kesepakatan dengan PT.
Danareksa Investment Management (DIM) pada 5 mei 2000 yang
melahirkan suatu indeks syariah di pasar modal, indeks ini dikenal dengan
Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini telah diumumkan daftar halal dan
langsung dioperasikan tanggal 3 juli 2000. indeks ini akan melengkapi
indeks – indeks yang selama ini ada di Bursa Efek Jakarta. Indeks syariah
ini menjadi acuan berinvestasi oleh para investor yang menerapkan prinsip
syariah dalam investasinya. JII merupakan indeks yang memiliki
kapitalisasi pasar terbesar yang dapat dilihat dari agregat saham – saham JII
yang cukup signifikan dibandingkan kapitalisasi seluruh saham yang aktif
diperdagangkan (JSX Fact book, 2000)
Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat
dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka
3
semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian
dan risiko tidak dapat dipisahkan. Adanya perbedaan dalam memandang
risiko ini maka perlu adanya pengelolaan kesempatan investasi, yaitu
dengan penciptaan berbagai pengelolaan investasi alternatif. Hal ini dapat
dilakukan
dengan
cara
mengkombinasikan
porporsi
modal
yang
diinvestasikan pada masing – masing saham dengan tujuan menurunkan
risiko portofolio.
Dalam membentuk portofolio yang menjadi masalah adalah
terdapat banyak sekali portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi
aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Jika terdapat kemungkinan
portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan
portofolio mana yang akan dipilih oleh investor ?. Jika investor mengambil
keputusan secara rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang
optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model
Markowitz atau dengan model indeks tunggal. Salah satu kegunaan model
indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan perhitungan model
Markowitz (Jogiyanto, 2000:169)
Berdasarkan uaraian latar belakang permasalahan diatas maka
dalam hal ini penulis mengambil judul “ ANALISIS PEMBENTUKAN
4
PORTOFOLIO DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
INVESTASI MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL“ (pada saham
Jakarta Islamic Index yang aktif di BEJ ).
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Saham – saham apa saja yang terbentuk dalam portofolio yang
optimal pada saham yang termasuk Jakarta Islamic index (JII) dan
berapa proporsi dananya?
2. Bagaimana tingkat risiko dan pengembalian portofolio saham JII
yang terbentuk selama periode penelitian?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, agar masalah tidak meluas maka penulis
memberi batasan – batasan sebagai berikut:
1. Saham – saham yang diteliti adalah saham – saham Jakarta Islamic
Index yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta.
2. periode penelitian mulai juli 2000 sampai Desember 2004
3. penelitian menggunakan single benchmark index portofolio, yaitu
JII.
5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui saham – saham yang terbentuk dalam portofolio
yang optimal.
b. Mengetahui
besarnya
tingkat
pengembalian
dan
risiko
portofolio yang optimal.
2.Kegunaan Penelitian.
a. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal.
b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai kajian, pertimbangan dan pengembangan
kearah yang lebih baik bagi penelitian selanju
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Indah Wahyuni pada tahun 2006 dengan
judul “Penerapan Model Indeks Tunggal untuk Membentuk Portofolio
Optimal dalam pengambilan keputusan investasi saham pada indeks LQ 45
di BEJ”. Dengan hasil penelitian yang dilakukannya adalah: jumlah emiten
yang membentuk portofolio optimal sebanyak 11 emiten diantaranya:
Gudang Garam Tbk, Dankos Laboratories Tbk, Timah Tbk, Matahari
Putera Prima Tbk, United Tractors Tbk, Semen Cibinong Tbk, HM
Sampoerna Tbk, Bank Central Asia Tbk, Kawasan Industri Jabeka Tbk,
Limas Stockhomindo Tbk, Bentoel International Investama Tbk, kemudian
7
risiko portofolio sebesar 0,00059% dengan tingkat pengembalian sebesar
0,0103%
Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan
penelitian
sekarang.adapun
perbedaan
dan
persamaannya
yaitu:persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah
sama-sama menggunakan metode indeks tunggal untuk membentuk
portofolio optimal sedangkan perbedaannya adalah:
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekaarang:
1. Obyek yang diteliti sekarang merupakan saham yang termasuk
saham Jakarta Islamic Indexs sedangkan penelitian terdahulu adalah
saham yang termasuk indeks LQ 45.
2. periode penelitian mulai juli 2000 sampai desember 2004.
B. Landasan Teori
1. Investasi.
Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang
akan datang. Ada dua faktor yang dipertimbangkan dalam pangambilan
keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal
8
sangat memerlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri
bisnis untuk menganalisis efek–efek mana saja yang akan dibeli, mana
yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki.
Investasi juga merupakan penggunaan modal untuk menciptakan
uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui
ventura yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk
mendapatkan perolehan modal (Downes dan Goodman dalam warsono,
2001:1)
Pada
dasarnya
investor
sangat
menyukai
investasi
yang
menghasilkan pengembalian tertinggi, tetapi tidak menyukai adanya risiko.
Tingkat pengembalian yang tinggi, akan selalu diikuti risiko yang tinggi.
Jadi, tidaklah tepat bahwa tujuan investasi adalah untuk mendapat tingkat
pengembalian yang setinggi-tingginya, karena hal ini akan diikuti oleh
risiko yang tinggi pula.
Dalam rangka untuk menyeimbangkan antara tingkat pengembalian
dan risiko ini diperlukan pengelolaan investasi, sehingga akan memperoleh
investasi yang rasional, dalam arti dengan risiko yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh tingkat pengembalian tertentu, atau dengan risiko
tertentu akan memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya.
9
Menurut Tandelilin (2000 : 5), beberapa alasan seseorang
melakukan investasi, antara lain:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa
mendatang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu, atau
setidaknya
berusaha
bagaimana
mempertahankan
tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa
yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
c. Dorongan untuk menhemat pajak.
2. Return dan Risiko Investasi.
a. Return Investasi
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return
menurut (Jogiyanto, 2003; 109) dapat dibedakan menjadi:
1) Return Realisasi (realized return)
Merupakan
return
yang
telah
terjadi.
Return
dihitung
berdasarkan data histories, return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
10
Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi (ekspekted return) dan risiko dimasa mendatang.
Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total.
Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu. Adapun rumus return realisasi menurut
(Jogiyanto, 2003; 111) adalah:
Ri 
Pt  Pt 1  Dt
Pt 1
(Jogiyanto, 2003; 111)
Keterangan:
Ri
: return saham
Pt
: harga saham pada saat t
Pt-1
: harga saham pada saat t-1
Dt
: dividen kas pada akhir periode
2) Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor
dimasa mendatang. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan
dengan dua analisis yaitu:
a. Pendekatan Peramalan
11
Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk
masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang
diperkirakan terjadi sebagai berikut (jogiyanto, 2003;126):
n
E ( Ri )   ( Rij .Pj )
j 1
Keterangan:
E (Ri)
: Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i
Rij
: Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i
Pj
: Probabilitas hasil masa depan ke j
b. Pendekatan Historis
Yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang
merupakan rata-rata return yang telah terjadi dengan rumus sebagai
berikut;
E (Ri) =
 (R )
i
n
b. Risiko Investasi
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual
yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar
12
kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
1) Pengelompokan Risiko
a) Risiko tidak Sistematis (  ei )
2
Merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu
yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui
diversifikasi
(diverfiable). Risiko
yang termasuk dalam
kelompok ini adalah risiko kegagalan karena kondisi intern
perusahaan, risiko kredit atau financial, risiko manajemen atau
convertability risk.
b) Risiko sistematik (βi)
Merupakan risiko pasar tang bersifat umum dan berlaku
bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan.
Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui
diversifikasi sekalipun. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor
yang secara serentak mempengaruhi harga saham dipasar
modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim
politik, peraturan perpajakan, inflasi, devaluasi, dan resesi.
2) Pengukuran Risiko
13
a) Pengukuran risiko sistematis/Beta saham
Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (volatility)
return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return
pasar. Volatilitas dapat diartikan fluktuasi dari return suatu
sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu
(Jogiyanto, 2003;193). Adapun rumus beta sekuritas (jogiyanto,
2003;201):
i 
im
m 2
Keterangan:
βi
: Beta sekuritas
σm
: Kovarian return antara sekuritas ke i dengan return
pasar
Σm2
: varian return pasar
Beta juga dapat dihitung dengan menggunakan
teknik
persamaan
regresi.
Teknik
regresi
untuk
mengestimasikan beta suatu sekuritas sebagai variable
dependen dan return pasar sebagai variable independent
(jogiyanto, 2003;233). Persamaan regresi yang dugunakan
14
untuk mengestimasikan beta dapat didasarkan pada model
indeks tunggal:
Ri
: αi + βi.Rm + ei
b) Pengukuran risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis merupakan bagian dari risiko
saham yang tidak dapat dipengaruhi oleh pergerakan pasar.
Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residu atau
abnormal return (ei). Adapun rumus risiko tidak sistematis
(Jogiyanto, 2003;238):
 ei 2 :  i 2   i 2 . m 2
Keterangan:
 ei 2
: Risiko tidak sistematis
i2
: varian residu
i 2
: Beta saham
 m2
: Varian pasar
C . Teori Portofolio.
Arti
portofolio
adalah
sekumpulan
surat-surat
atau
sekumpulan kesempatan investasi. Menurut tandelilin (2001;456)
15
berpendapat bahwa aspek pokok teori portofolio adalah konsep leader
risiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam suatu portofolio akan
berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri.
Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi,
instrument pasar yang uang atau jenis investasi yang dimiliki seseorang
atau badan yang biasanya disusun sedemikian rupa dalam rangka
penyebaran risiko..
Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa
asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan
investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari
risiko (risk adverse). Investor penghindar risiko adalah investor yang
jika dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan diharapkan
yang sam dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi
dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001;63).
Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio
yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan
dipilihnya.
D. Model Indeks Tunggal
16
Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Henry Markowitz,
selanjutnya mengalami banyak perkembangan dan penyederhanan
yang membawa dampak besar pada implementasi teori tersebut.
Model tersebut adalah model indeks tunggal yang dikembangkan
oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini dapat digunakan
untuk menyederhanakan perhitungan model Markowitz (Jogiyanto,
2003;161).
a. Return dan Risiko Saham Model Indeks Tunggal
1) Return suatu saham dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Ri = ai + βt . Rm
(Jogiyanto, 2003;232)
Keterangan:
Ri : return sekuritas ke i
ai : suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari
return
sekuritas ke i yang independent terhadap kinerja pasar
βt : beta yang merupakan koefisisn yang mengukur perubahan
Rt
akibat dari perubahan Rm
17
Rm : tingkat return dari indeks pasar juga merupakan variable
acak
Variable ai merupakan komponen return yang tidak
tergantung dari return pasar. Variable ai dapat dipecah menjadi
nilai yang ekspektasi (expected value) αi dan kesalahan residu
(residual error) ei sebagai berikut:
ai = αi + ei
Persamaan return suatu saham, sekarang bias ditulis menjadi
Ri = αi + βi . Rm + ei
Keterangan:
Αi
: nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independent
terhadap
return pasar
ei
: kesalahan residu yang merupakan variable acak dengan
nilai
ekspektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0:
2) Sedangkan return pasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
18
Rm 
IHSGt  IHSGt 1
IHSG t 1
(Jogiyanto, 2003; 232)
3) Risiko (varian return) sekuritas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
 i 2   i 2 . m 2   ei 2
Keterangan:
i2
: risiko sekuritas
i 2
: beta sekuritas
 m2
: varian dari return pasar
 ei 2
: varian dari kesalahan residu
4) Covarian return antar sekuritas i dan j
 ij :  i . j . m 2
b. Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal
1) Return ekspektasi portofolio
Return ekspektasi dari suatu portofolio merupakan
rata-rata
tertimbang dari
return
sekuritas
ekspektasi
individual sekuritas. Adapun rumusnya sebagai berikut:
19
E(Rp) : E(Rp) = αp + βp.E(Rm)
Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang
dari nilai masing-masing sekuritas
n
 p :  wi  i
i 1
Keterangan:
 p : beta portofolio
wi
: proporsi sekuritas
i
: beta sekuritas
Alpha sekuritas
n
p :  wi i
i 1
Keterangan:
p
: alpha portofolio
wi
: proporsi portofolio
i
: alpha sekuritas
2) Risiko portofolio
n
 p 2   p 2 m 2   ( wi . ei 2 ) 2
i 1
20
(Jogiyanto,2003;248)
c. Penentuan portofolio optimal berdasarkan model indeks
tunggal
Rumus yang digunakan:
ERB 
E ( Ri )  Rf
i
Keterangan:
ERB
: Excess Return to Beta (kelebihan pengembalian)
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return)
atas
saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
Βi
: perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan
dari
saham i
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003;254), Cut-Off Rate (Ci)
adalah merupakan pembatas pada tingkat tertentu, dengan rumus:
21
 E ( Ri )  Rf  i 

 ei 2
j 1 


2
i 
 
2
1 m   i 2 
j 1 
 ei 
i
 m2  
Ci 
Keterangan:
Ci
: Cut-Off Rate (pembatas pada tingkat tertentu)
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return)
atas
saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
 m2
: Varians pasar
 ei 2
: Varian ei (Unsystematic risk)
Ketentuan yang berlaku untuk masuk dalam portofolio optimal
adalah:
E ( Ri )  Rf
i
 Ci
Atau
ERB>Ci
22
Menurut Jogiyanto (2003;258), penentuan besarnya proporsi
tiap-tiap saham dapat dihitung dengan rumus:
Wi :
Zi
n
 ZJ
j 1
Keterangan:
Wi
: proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
Zi
: skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
ZJ
: total skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
Dimana:
Zi :
i
 ei 2
 E ( Ri )  Rf

 C *

i


Keterangan:
Zi
: skala dari timbangan atas tiap-tiap saham
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return)
atas
saham i
i
: perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan
dari
23
nilai saham i
Rf
: tingkat pengembalian bebas risiko
C*
: Cut-off Rate optimal portofolio
 ei 2
: Varian ei (Unsystematic risk)
d. Hasil yang diharapkan untuk saham individual
Menurut Jogiyanto (2003;234), Expected return sekuritas
individual dengan model indeks tunggal dapat menggunakan rumus:
E ( Ri ) :  i   i .E ( Rm )
Keterangan:
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return)
atas
saham i
i
: Expected Return (nilai yang diperkirakan)
i
: perubahan tingkat pengembalian yang diperkirakan
dari
saham i
E (Rm )
: return ekspektasi dari indeks pasar
24
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh saham
perusahaan yang termasuk dalam JII periode juli 2000 sampai
desember 2004.pada periode yang berjangka 6 bulan terdapat 30
saham.
b. Sampel
Kriteria pengambilan sample dalam penelitian ini adalah sahamsaham yang secara berturut-turut selama 9 periode. Sample yang
didapat berjumlah 7 saham yaitu:
a. PT Aneka Tambang, Tbk
b. PT Astra Graphia, Tbk
c. PT Indoofod Sukses Makmur, Tbk
d. PT Indosat, Tbk
e. PT Semen Gresik, Tbk
f. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, dan
25
g. PT United Tractors, Tbk
D. Definisi Operasional Variable Penelitian
Berdasarkan konsep yang ada yaitu analisis portofolio dan investasi
saham, maka variable-veriabel yang perlu diteliti yaitu:
1. pengembalian adalah laba atas suatu sekuritas investasi modal
R
i
P P
P
t 1
t
(Jogiyanto, 2003; 111)
t 1
2. risiko
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual
yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
3. risiko sistematis
Merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi
semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan
26
 R  R R
N
 

im
2
i

t 1
it
 R
N
M
it
t 1
mt
 Rmt
 Rmt
mt


2
4. risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan suatu
saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui
diversifikasi

1 n
 
n t 1
2
ei
R     R 
2
it
i
i
mt
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data untuk membentuk
portofolio optimal dengan menggunakan metode indeks tunggal. Langkah –
langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah:
1. Perhitungan return saham individual.
Untuk menghitung return saham individual dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000; 108)
Ri 
P P
P
t 1
t
t 1
27
Keterangan:
R
it
: Return saham
P
t
: Harga saham pada saat t
P
t 1
: Harga saham pada saat t-1
Dengan tingkat pengembalian pasar sebesar:
R

m.i
JII  JII
JII
t
t 1
t 1
Keterangan:
R
: return pasar saham
m.i
JII
t
JII
t 1
: nilai saham JII pada saat t
: nilai saham JII pada saat t-1
2. Menentukan besarnya return ekspektasi saham individual.
Return ekspektasi setiap saham individual dilakukan dengan
menggunakan rumus:
E Ri  
 R 
i
N
Keterangan:
E Ri 
: Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i
28
 R 
: jumlah total expected return untuk sekuritas i
N
: jumlah periode sekuritas
i
Dan return ekspektasi pasar dengan rumus:
E Rm  
 R 
m
N
Keterangan:
E R m 
: Expected return pasar ke i
 R 
: jumlah total expected return pasar i
N
: jumlah periode nilai pasar
m
3. Menghitung total risiko masing-masing saham
Total risiko masing-masing saham yang terdiri dari risiko

sistematis
2
i
. m2

dan risiko tidak sistematis  ei2  dihitung
dengan menggunakan rumus:
 i  Rit   t .Rmt
 R  R R
N
 

i
M
im
2

t 1
it
 R
N
t 1
it
mt
 Rmt
 Rmt
mt
Dimana:
29

2


2
ei
1 n
 
n t 1
R     R 
2
it
i
i
mt
Keterangan:

: suatu variable acak yang menunjukkan komponen
dari
return sekuritas ke-I yang independent terhadap
kinerja
pasar

i
: Beta yang merupakan koefisien yang mengukur
perubahan Rt atau Rm
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return)
atas
saham i
R
mt
: tingkat keuntungan pasar pada periode tertentu
R
it
: rata-rata Ri
E(Rm)
: rata-rata Rm
P
: harga saham individual periode t
it
30
Pi
: Harga saham pada saat t-1
N
: jumlah periode pengamatan
t 1

2
ei
:Varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang
juga
merupakan resiko unik atau resiko tidak sistematis
4. Merangking sekuritas
Beta pasar dapat diestimasikan dengan mengumpulkan nilainilai historis dari sekuritas dan return dari pasar selama periode
tertentu, misalnya selama 6 bulan atau 200 hari untuk return
harian. Dngan mengasumsikan bahwa hubungan antara return
sekuritas dan return pasar adalah linier, maka Beta dapat
diestimasikan secara manual dengan memplot garis diantara titiktitik return atau dengan teknik regresi (Jogiyanto, 2000; 239)
Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi
dengan return aktiva bebas risiko. Excees return to beta berarti
mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit risiko yang
tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio
31
ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua factor penentu
investasi yaitu return dan risiko. Rasio ini dinotasikan dengan:
ERB

E Ri   RBR

i
Keterangan:
ERB
:Excess return to beta sekuritas ke- i
E Ri 
:Return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal
untuk
sekuritas ke- i
R
BR

i
: Return aktiva bebas risiko (SBI)
:Beta sekuritas ke- i
Berdasarkan
penilaian
ERB
untuk
setiap
sekuritas,
kemudian urutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB
terbesar ke nilai ERB terkecil. Portofolio optimal akan terdiri dari
sekuritas-sekuritas yang memiliki ERB tertinggi.
5. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i
sebagai berikut:
32
Ai 
E R   R 

i
BR
2
i
, dan
ei


B

2
i
2
i
ei
Keterangan:
A
i
: skala dari timbangan ke A atas tiap-tiap saham
B
i
: skala dari timbangan ke B atas tiap-tiap saham
ERB
: Excess Return to Beta sekuritas ke i
E Ri 
: pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
R
BR

i
: tingkat pengembalian bebas risiko (SBI)
: beta sekuritas ke-i
6. Menghitung Cut-Off Rate (Ci) dengan rumus:
Cut-Off Rate merupakan pembatasan pada tingkat tertentu.
Penentuan tingkat pembatas saham (Ci) dan Cut-Off Point (C*)
yang merupakan nilai tertinggi dari Ci
33
i
 A
2
C

i
M
1 M
i
j 1
2
(Jogiyanto 2003:254)
i
B
j 1
i
Keterangan:
Ci
: Cut-Off Rate (pembatasan pada tingkat tertentu)
E(Ri)
: pengembalian yang diperkirakan (expected return) atas
saham i
Rf
B
: tingkat pengembalian bebas risiko
: perubahan tingkat penngembalian yang diperkirakan dari
i
saham i
 ei 2

: Varian ei (Unsystematic risk)
2
M
: Varian dari return indeks pasar
Ci adalah nilai c untuk sekuritas ke-I yang dihitung dari
kumulasi nilai-nilai Ai sampai dengan Ai dan nilai Bi sampai dengan
Bi
7.
Menentukan besarnya Cut-Off Point (C*)
Besarnya Cut-Off Point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai
ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci
34
8. Menentukan porporsi masing-masing sekuritas di dalam
portofolio.
Setelah sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal
telah dapat ditentukan, maka langkah selanjutnya menentukan
berapa besar proporsi untuk sekuritas ke-i adalah sebesar:
W
i

X
X
i
k
j 1
j
Dengan nilai Xi adalah sebesar:
X
t

 ERB  C *

i
2
(Jogiyanto 2003:258)
ej
Keterangan:
W
: Proporsi sekuritas ke- i
i
K
: Jumlah sekuritas di portofolio optimal
C*
: nilai Cut Off Point yang nerupakan nilai Ci terbesar
9. Menentukan expected return portofolio E (Rp) dan variance
portofolio
E
 
2
p
R      R 
p
r
p
M
(Jogiyanto 2003:247)
35

2
p

2
p

2
M
N
2
2
 W i  ei 
 i 1

Dimana:

 W i 
N
p
i 1
i
N
 p  W i i
i 1
36
2
(Jogiyanto 2003:248)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Fluktuasi JII
JII di buka dengan nilai indeks 71,750 pada akhir agustus
2000. pada minggu berikutnya nilai indeks mengalami kenaikan sebesar
443 poin menjadi 72,193. nilai indeks JII ini terus mengalami penurunan
sampai akhir tahun 2000. penurunan nilai indeks ini disebabkan adanya
privatisasi beberapa BUMN. BUMN yang diprivatisasi tersebut beberapa
diantaranya termasuk sebagai anggota JII.
Pada tahun 2001, JII belum menunjukkan perbaikan kinerja yang
cukup signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan politik Indonesia
yang sedang mengalami pergolakan yang mengakibatkan banyak kebijakan
pemerinyah mengalami perubahan. Berbagai perubahan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah memicu reaksi investasi untuk melakukan Wait
and Sea dalam investasinya. Dalam kondisi ini investor lebih memilih
untuk melarikan dana mereka pada perbankan.
Nilai indeks JII pada awal tahun 2001, yaitu antara januari sampai
februari mengalami gejala rebound. Peningkatan yang cukup drastis terjadi
pada minggu terutama februari. Nilai indeksnya mencapai 94,366. indeks
37
ini terus mengalami penurunan sampai akhir bulan mei yang kemudian
kembali menunjukkan gejala rebound sampai bulan juli 2001. JII
mengalami fluktuasi yang beragam sampai dengan awal tahun 2002.
fluktuasi tersebut disebabkan oleh presiden Abdurahman Wahid yang
merubah susunan kabinet.
Pada pertengahan februari 2002, JII mengalami rebound sampai
bulan jili 2002. peningkatan tersebut karena kondisi politik Indonesia telah
membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai indeks yang terus merangkak
naik hingga mencapai titiktertinggi sebesar 87.418 pada mei 2002 di
minggu 2. JII kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai
dengan bulan maret 2003. penurunan ini disebabkan investor kembali
melakukan strategi Wait and Sea. Hal ini dipicu oleh kondisi politik
Indonesia yang kembali memanas dengan terjadinya demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang meminta presiden
Abdurahman Wahid untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
JII kembali menunjukkan gejala rebound pada bulan april 2003
yang terus terjadi sampai tahun 2004. kenaikan ini akibat adanya
pergeseran jabatan presiden dari AbdurahmanWahid kepaga wakil presiden
Megawati Soekarno Putri. Pergantian tersebut menimbulkan sentimen
38
positif pada investor yang kembali berinvestasi di pasar modal. JII
menunjukkan angka tertinggi pada akhir tahun 2003 dengan nilai 114,702.
JII yang terus naik selama tahun 2004 meski mengalami sedikit
fluktuasi menjadi indikator bahwa iklim investasi di Indonesia mengalami
pertumbuhan. Investor semakin banyak yang melakukan investasi pada
pasar modal karena didukung oleh kondisi politik yang stabil dan
perekonomian yang membaik. Kondisi tersebut didukung pula oleh adanya
harapan dan keyakinan dari investor dan pelaku ekonomi lainnya bahwa
pemerintah
yang
baru
terbentuk
mampu
memulihkan
kondisi
perekonomian Indonesia setelah terpilihnya presiden Susilo Bambang
Yudoyono.
B. Analisa Data
1. Menghitung pengembalian saham individual (Ri)
Pengembalian saham individual dihitung dengan mengurangi harga
penutupan dengan harga penutupan sebelumnya dan dibagi dengan
harga penutupan sebelumnya. Secar matematis penentuan besarnya
pengembalian saham individual ditulis dengan persamaan:
R
i
P P
P
t 1
t
(Jogiyanto, 2000; 108)
t 1
39
Tabel 4.2. pengembalian saham individual
Saham
Ri
ANTM
-2,04271331
ASGR
-1,060540461
INDF
-1,524672299
ISAT
7,055249127
SMGR
-1,495273886
TKLM
0,118902392
UNTR
1,409271607
Sumber : data diolah
Hasil perhitungan tingkat pengembalian saham individu (Ri)
dapat dilihat pada table 4.2. dari table tersebut terlihat bahwa
pengembalian terbesar diberikan oleh saham ISAT yaitu sebesar
7,,055249127. sedangkan pengembalian terkecil diberikan oleh
saham ANTM sebesar -2,04271331. nilai tersebut memberikan
pengertian jika investor menanamkan dananya pada saham ISAT
akan mendapatkan pengembalian sebesar 7,,055249127 sedang
apabila menanamkan saham pada ANTM akan mengalami kerugian
sebesar
-2,04271331.
pengembalian
40
yang
bernilai
positif
menunjukkan bahwa saham tersebut memnerikan keuntungan dan
apabila bernilai negative menunjukkan bahwa saham tersebut
memberikan kerugian
2. Menghitung pengembelian saham individual dengan menggunakan
model indeks tunggal (Ri)
Pengembalian saham individual yang dihitung dengan
menggunakan model indeks tunggal sangat dipengaruhi oleh indeks
harga pasar. Besarnya nilai pengembalian dengan menggunakan
model indeks tunggal berdasarkan pada persamaan :
Ri   i   i .Rm  ei
(Suad Husnan:2001;104)
Hubungan antara pengembalian sekuritas dan pengembalian
pasar adalah linier, secara sederhana dapat dituliskan dalam
persamaan.
Y = a + bx + e
Keterangan :
Y = variabel terikat (Ri)
X = Variabel Bebas (Rm)
a = Intercept Coefficient, besarnya nilai Y kalau X = 0 (α)
41
b = Slope Coefficient, besarnya pengaruh X terhadap Y apabila X
naik satu unit (β)
Perhitungan  1 dan  1 mingguan menggunakan persamaan
regresi linier sederhana tersebut. Nilai  1 dalam pengembalian
menunjukan bahwa selain dipengaruhi oleh nilai indeks harga pasar
pengembalian juga dipengaruhi oleh pengembalian yang diharapkan
dari suatu saham berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai  1
merupakan sensitifitas pengembalian suatu saham terhadap
pengembalian indeks pasar.
Hasil dari perhitungan pengembalian saham dengan
menggunakan model indeks tunggal terdapat pada table 4.3. dari
table tersebut dapat dilihat pengembalian terbesar diberikan oleh
saham ISAT sebesar 12,68140943. nilai pengembalian yang besar
dari saham ISAT ini merupakan akibat dari adanya peningkatan
kinerja saham ISAT yang cukup signifikan selama penelitian.
Tabel 4.3 perhitungan pengembalian saham individual
42
Saham
RiMIT
ANTM
1,19818324
ASGR
0,566294265
INDF
- 1,851012237
ISAT
10,54490366
SMGR
1,261603578
TKLM
1,617065788
UNTR
3,775036521
3. Pengembalian pasar (Rm)
Pengembalian pasar dihitung dengan mengurangi harga
penutupan indeks saham JII dengan harga penutupan indeks hari
sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan indeks hari
sebelumnya.
Pengukuran pengembalian pasar dapat ditulis dengan persamaan
Rm 
JII  JII
JII
t
t 1
(Jogiyanto, 2000; 108)
t 1
Pengukuran pengembalian pasar memberikan hasil nilai dari
pengembalian tersebut sebesar 1,2501. hasil dari perhitungan
43
pengembalian pasar yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran
2.
nilai
pengembalian
pasar
yang
cukup
tinggi
tersebut
mengindikasikan bahwa investasi pada saham – saham yang
termasuk dalam JII akan memberikan keuntungan yang cukuo
signifikan dan mempunyai prospek investasi yang menjanjikan
4. pengembalian yang diharapkan dari saham individual [E(Ri)]
table 4.4. pengembalian yang diharapkan
Saham
E (Ri)
keterangan
ANTM
0,005325259
Diterima
ASGR
0,002516863
Diterima
INDF
-0,008226721
Ditolak
ISAT
0,046866237
Diterima
SMGR
0,005607127
Diterima
TKLM
0,007186959
Diterima
UNTR
0,01677794
Diterima
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari
saham individual dapat dilihat pada table 4.4. dari table tersebut
terlihat bahwa saham PT Indosat, Tbk (ISAT) memiliki
44
pengembalian yang diharapkan terbesar yaitu sebesar 4,6866237 %.
Nilai pengembalian yang diharapkan terendah oleh PT Indofood
Sukses Makmur, Tbk sebesar -0,0226721
Pengembalian yang diharapkan yang bernilai negative
tersebut membuat saham INDF harus dieliminasi dari kandidat
portofolio optimal. Seleksi ini perlu dilakukan untuk menghindari
adanya pengembalian yang negative dalam proses investasi sesuai
dengan preferensi rasional investor. Hasil seleksi tersebut dapat di
lihat pada table 4.4
5. Pengembalian pasar yang diharapkan E (Rm)
Kondisis pasar modal Imdonesia selama periode penelitian
mengalami bullish yang ditandai dengan meningkatnya salah satu
indeks di BEJ, yaitu JII. Kenaikan nilai indeks JII selama periode
penelitian yang cukup signifikan juga menunjukkanbahwa sahamsaham yang tergabung dalam JII mampu menarik minat para
investor.
Perhitungan
pengembalian
pasar
yang
diharapkan
menunjukkan bahwa JII memiliki nilai sebesar 0,0056. hasil
perhitungan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat kembali di
45
lampiran 2. nilai pengembalian yang diharapkan memiliki nilai
yang cukup tinggi, nilai tersebut menunjukkan bahwa JII mampu
memberikan keuntungan yang cukup besar kepada investor.
6. Tingkat bunga bebas risiko
Tingkat bungan bebas risiko merupakan alternative investasi
yang mempunyai risiko sama dengan nol. Investasi ini dilakukan
dengan menanamkan dana pada deposito bank-bank milik
pemerintah atau pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemilihan
SBI sebagai tingkat bunga bebas risiko adalah karena SBI dijamin
sepenuhnya oleh pemerintah.
Perhitungan tingkat bunga bebas risiko dilakukan dengan
mencari rata-rata tingkat bunga SBI selama periode juli 2000
sampai desember 2004. hasil perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 5. perhitungan tersebut memberikan hasil nilai tingkat
bunga bebas risiko sebesar 123,062% yang berarti bahwa apabila
investor melakukan investasi pada SBI akan memberikan tingkat
pengembalian sebesar 13,062% dengan tingkat risiko sama dengan
nol.
7. Pengukuran risiko sistematis
46
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan karena disebabkan kejadian diluar kegiatan

emiten. Risiko sistematis atau risiko pasar  i . m
2
2
 terdiri dari
beta dan varian pasar. Beta dihitung dengan menggunakan program
SPSS. Hasil perhitungan beta dapat dilihat pada lampiran 6. varian
pasar
merupakan
risiko
dari
pasar
dalam
perhitungannya
menggunakan persamaan:
n

 M 2   Rmt  Rmt

2
t 1
Hasil perhitungan dari varian pasar dapat dilihat pada table
.5, yaitu sebesar 1,589712311 atau sebesar 15,89712311 %.
Perhitungan risiko sistematis dapat dilihat pada table 4.5
Table 4.5. Risiko Sistematis
Risiko sistematis
Saham
i
 m2
i 2
(%)
( i . m )
2
ANTM 0,1723
0,029929
1,548971311
4,635162
ASGR
0,0723984
1,548971311
11,4599093
0,272
47
2
ISAT
0,02705
0,00072317023
1,548971311
0,1133386
SMGR 0,222
0,0492884
1,548971311
7,6339502
TKLM 0,301
0,090601
1,548971311
14,033835
UNTR
0,120409
1,548971311
18,6510087
0,347
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan risiko sistematis tersebut menunjukkan
bahwa risiko ristematis setiap saham cukup besar, yang berarti
kondisi eksternal perusahaan dalam kondisi yang kurang stabil
sehingga kurang mendukung iklim investasi. Saham yang memiliki
risiko sistematis terbesar adalah PT United Tractors, Tbk yaitu
sebesar 18,6510087%. Risok0o sistematis terkecil dimiliki oleh PT
ISAT, Tbk yaitu sebesar 0,1123232386%
8. Risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat
dihilangkan dengan melakukan didiversifikasi. Risiko ini bersifat
unik, yaitu apabila terjadi kerugian di satu saham akan dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan oleh saham-saham yang lain.
Risiko inilah yang berusaha untuk diatur sedemikian rupa agar
48
dapat memperoleh risiko yang minimal. Risiko tidak sistematis ini
  dihitung dengan menggunakan persaman:
2
ei
2
 ei 2 
1 n
 Rit   i   t .Rmt 
n t 1
Table 4.6 Risiko tidak sistematis
Saham
 ei 2
ISAT
0,491232091
UNTR
0,049390862
ASGR
0,000231503
TKLM
0,017713399
ANTM
0,004250489
SMGR
0,00426
Sumber data diolah
Hasil dari perhitungan risiko tidak sistematis dapat dilihat
pada table 4.6 . hasil perhitungan risiko tidak sistematis tersebut
menunjukkan bahwa saham yang memiliki risiko tidak sistematis
terbesar adalah PT Indosat, Tbk yaitu sebesar 49,12232091%.
49
Risikotidak sistematis terkecil dimiliki oleh PT Astra Graphia, Tbk
sebesar 0,0022315023%.
Didiversifikasi dapat dilakukan dengan menggabungkan
antara saham-saham yang memiliki risiko tidak sistematis besar
dengan saham yang memiliki risiko tidak sistematis kecil. Nilainilai tersebut menunjukkan bahwa risiko tidak sistematis setiap
saham tidak terlalu besar, yang berarti kondisi internal perusahaan
dalam keadaan yang baik sehingga menarik minat investor untuk
berinvestasi pada saham tersebut.
Total risiko dari masing-masing sekuritas dapat dilihat pada
table 4.7. table 4.7 dibawah inin menunjukkan bahwa risiko terbesar
dimiliki oleh ISAT sebesar 5,2359923234% risiko total terkecil
dimiliki oleh ANTM sebesar 23,236450523%
Table 4.7. Total risiko
Risiko tidak
Risiko sistematis
saham
sistematis
(%) (  i .  m )
2
ANTM
Total risiko
2
(%)  ei
4,635162
2
0,42850489
50
5,0609651
ASGR
11,4599093
0,0231503
11,4830596
ISAT
0,1133386
49,1232091
49,8705908
SMGR
7,6339502
0,426
7,6343762
TKLM
14,033835
1,7713399
15,8051749
UNTR
18,6510087
4,9390862
23,5900949
Sumber: data diolah
Pengembalian dan risiko yang mempunyai hubungan searah
dengan risiko yang tinggi maka pengembalian yang diharapkan juga
tinggi. Saham ISAT yang memiliki tingkat risiko tertinggi juga
mempunyai tingkat pengembalian yang diharapkan tertinggi
dibandingkan dengan saham yang lain.
9. Portofolio Optimal
Pembentukan portofolio optimal dengan model indeks
tunggal sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah
angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat
dimasukkan kedalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah
yang diperoleh melalui persamaan:
51
ERB

E Ri   RBR

(Jogiyanto 2000:239)
i
Excess Return to Beta
Ratio (ERBi) adalah selisih
pengembalian yang diharapkan E(Ri) dengan aktifa bebas risiko
(RBR). Rasio ini mengukur kelebihan relative terhadap 1 unit risiko
yang tidak dapat didiversifikasikan yang di ukur dengan beta.
Portofolio optimal hanya akan terdiri dari saham-saham
yang mempunyai nilai ERBi yang tinggi. Saham-saham yang
rendah tidak akan dimasukkan kedalam portofolio optimal, dengan
demikian diperlukan sebuah titik pembatas (Cut Off Point) yang
menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan inggi. Besarnya
titik pembatas ini ditentukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. mengurutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB
terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan
nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan
ke portofolio optimal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada
table 4.8
2.
52
Table 4.8 nilai ERB
Saham
i
E(Ri)
ERB
RBR
ISAT
0,046866237
-0,02705
0,0013062
3,09247464
ANTM
0,01677794
0,173
0,0013062
-0,724247058
UNTR
0,015806127
0,347
0,0013062
-0,328075101
TKLM
0,007186959
0,301
0,0013062
-0,410076548
ASGR
0,002516863
0,272
0,0013062
-0,470967415
SMGR
0,005607127
0,222
0,0013062
-0,56312105
Sumber: data diolah
3. Menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas
ke i. hasil perhitungan Ai dan Bi dapat dilihat pada table 4.9
Table 4.9 nilai Ai dan Bi
saham
ISAT
E(Ri)
i
RBR
0,0468662 -0,02705 0,0013062
ERB
 ei 2
3,09247464
0,4285049
0,0
ANTM 0,0167778 0,173
0,0013062
-0,724247058
0,023150
-5,0
UNTR
0,0158061 0,347
0,0013062
-0,328075101
49,123209
-0,7
TKLM
0,0071869 0,301
0,0013062
-0,410076548
0,426
-2,0
ASGR
0,0025168 0,272
0,0013062
-0,470967415
1,771339
-15
53
SMGR
0,0056071 0,222
0,0013062
-0,56312105
4,939086
-65
Sumber: data diolah
4. Menghitung nilai Ci. Hasil perhitungan Ci dapat dilihat pada
table 4.10
Table 4.10 nilai Ci
Saham
Ai
i
ΣAj
ΣBj
E(Ri)
ERB
ISAT
0,0468662
3,09247464
0,0046063
-0,02705
0,0082912
0,0070267
ANTM
0,0167778
-0,724247058
-5,0996462
0,173
-5,0913550
7,0483342
UNTR
0,0158061
-0,328075101
-0,7978077
0,347
-5,9811628
9,4862143
TKLM
0,0071869
-0,410076548
-2,0974713
0,301
-7,9886341
14,601043
ASGR
0,0025168
-0,470967415
-150,51232
0,272
-158,50095
334,18221
SMGR
0,0056071
-0,56312105
-6514,7554
0,222
-6673,2563
11903,196
Sumber: data diolah
5. Menentukan besarnya Cut Off Point (C*) Cut Off Point
adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih
besar dari nilai Ci. Saham yang terakhir kali memiliki nilai
ERBi lebih besar daripada nilai Ci dari hasil perhitungan
yang dapat dilihat pada table 4.10 adalah saham SMGR
sebesar -0,5605968
54
6. Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal
adalah sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau
sama dengan nilai ERBi dititik C*. sekuritas-sekuritas yang
mempunyai nilai lebih kecil dengan ERBi di titik C* tidak
diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal.
Nilai C* sebesar -0,5605968 yaitu untuk saham
SMGR yang memeliki nilai ERB sebesar -0,56312105
terakhir kali lebih besar dari nilai Ci. Nilai ERBi yang masih
optimal dapat diikutsertakan dalam pembentukan portofolio
optimal, sedangkan untuk saham ANTM tidak dapat
diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal.
7. Menentukan proporsi masing-masing sekuritas yang telah
terbentuk dalam portofolio optimal. Besarnya proporsi untuk
sekuritas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11. proporsi dana portofolio
Saham
i
σei^2
ERB
Ci
Xi
ISAT
-0,02705
0,4912320
3,09247464
0,0127045
-0,201158
0,00
ANTM
0,173
0,0042504
-0,724247058
-0,6617371
-6,660759
0,23
55
UNTR
0,347
0,043908
-0,328075101
-0,58145
1,6376027
-0,0
TKLM
0,301
0,017713
-0,410076548
-0,5239605
2,5577593
-0,0
ASGR
0,272
2,32E-04
-0,470967415
-0,4733805
105,30838
-3,0
SMGR
0,222
4,26E-06
-0,56312105
-0,5605968
-131,5426
4,55
C* = -0,5690509
Σ = -28,90479
Σ=
Sumber data diolah
Tabel 4.11 diatas memperlihatkan terdapat 6 saham
yang membentuk portofolio optimal dengan proporsi dana
untuk saham ISAT yaitu sebesar 0,0069594, ANTM sebesar
0,2304379, saham UNTR sebesar -0,056517, saham TKLM
sebesar -0,088489, saham ASGR sebesar -3,643285 dan
sahamSMGR sebesar 4,5108937
Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan
suatu portofolio yang terdiri dari 6 saham dengan karakter:
a. ISAT dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,046866237 dan total risiko sebesar 0,498705908, masuk
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar
0,0669594
56
b. ANTM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,005325259 dan total risiko sebesar 0,050609651, masuk
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar
0,2304379
c. UNTR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,0167794 dan total risiko sebesar 0,235900949, masuk
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,056517
d. TKLM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,007186959 dan total risiko sebesar 0,158051749, masuk
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,008489
e. ASGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,002516863 dan total risiko sebesar 0,114830596, masuk
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 3,643285
f. SMGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,00560712 dan total risiko sebesar 7,6343762, masuk
57
kedalam portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar
4,5508937
10. Pengembalian yang diharapkan dan varian portofolio
Saham
pembentuk
portofolio
dan
proporsi
dananya
telah
ditentukan . langkah selanjutnya yang perlu diperhitungkan adalah
pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko
portofolio. Pengembalian yang diharapkan dari suatu portofolio selalu
merupakan
rata-rata
tertimbang
yang
membentuk
portofolio.
Pengembalian portofolio yang diharapkan ini dihitung dengan rumus:
E
R      R 
p
r
p
M
(Jogiyanto 2003:247)
Tabel .12. pengembalian yang diharapkan
Saham
Wi
i
αi
βp
αp
ISAT
0,0069594
-0,02705 0,0209183
-0,00018825
0,00014558
ANTM
0,2304379
0,173
0,0039794
0,03986576
0,000917
UNTR
-0,056517
0,347
0,0076436
-0,0196129
-0,00043199
TKLM
-0,088489
0,301
0,0030295
-0,02663522
-0,00026808
ASGR
-3,043285
0,272
-0,001961
-0,99097356
-0,00714529
SMGR
4,5508937
0,222
0,0051206
1,01029839
0,00750780
58
E(R
0,0131
Σ
1
0,01275583
0,0150
Sumber data diolah
Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari portofolio
dapat dilihat pada tabel 4.12 pada tabel tersebut terlihat nilai
portofolio sebesar 0,01275583,
βp
αp portofolio sebesar 0,01501560 dan
pengembalian portofolio yang diharapkan sebesar 0,01316547
Nilai
αp
memp[unyai arti bahwa portofolio tersebut mempunyai
nilai pengembalian yang diharapkan dari portoifolio yang independen
terhadap pengembalian pasar sebesar 0,01501560, artinya pada keadaan
pasar bullish maupun bearish. Investor akan memperoleh pengembalian
sebesar 0,01501560 atau 1,501560%.
Nilai
sensitifitas
portofolio
terhadap
pasar
(βp)
sebesar
0,01275583. nilai tersebut mempunyai arti apabila terjadi pengembalian
pasar sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan pengembalian dari
portofolio optimal tersebut dengan arah yang sama sebesar 0,01275583
atau 1,275583%.
59
Pengembalian yang diharapkan dari portofolio bernilai sebesar
0,01316547. nilai tersebut berarti pengembalian yang diharapkan dari
portofolio sebesar 0,01316547atau 1,316547%, akan tetapi nilai
tersebut masih mengandung ketidakpastian sehingga hasil dapat
menyimpang dari nilai realisasi yang akan terjadi.
Varian portofolio yang merupakan risiko portofolio tersebut dari 2
risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak
sistematis ini akan semakin kecil nilainya dengan semakin banyaknya
jumlah sekuritas yang ada dalam portofolio. Penjumlahan dari 2 risiko
tersebut sebagai risiko total dari portofolio. Risiko ini dinyatakan dalam
persamaan:

2
p

2
p

2
M
N
2
2
 W i  ei 
 i 1

2
(Jogiyanto 2003:248)
Table 4.13
Saham
 ei 2
Wi
Wi.  ei
2
ISAT
0,006959354
0,49123091
0,003418658
TKLM
0,231437931
0,004250489
0,000979474
UNTR
-0,056516683
0,049390862
-0,002791408
60
ASGR
-0,088489123
0,017713399
-0,000567443
SMGR
-03,643285146
2,32E-04
-0,000843431
ANTM
4,5508936s67
4,26E-06
1,93868E-05
Σ Wi.  ei
2
-0,000784764
Sumber data diolah

p

p

p

p

p
2

2
p

2
M
N
2
2
 W i  ei 
 i 1

2
2
 (( 0,01275583 x 1,548971311) + -0,000784764)
2
 (0,000162711 x 1,546971311) + -0,000784764
2
 0,000252034 + -0,000784764
2
 -0,000532729 atau -0,0532729%
C. Pembahasan Hasil Analisa Data
Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan
sebuah portofolio optimal yang berisikan saham-saham anggota JII yang
terdiri atas 6 saham yaitu ISAT, ANTM, UNTR, TKLM, ASGR dan
SMGR. Berdasarkan atas hasil penelitian portofolio optimal tersebut
memberikan
pengembalian
ekspektasi
61
(yang
diharapkan)
sebesar
1,316547% yang lebih besar daripada pengembalian ekspektasi yang
diberikan oleh pasar yaitu sebesar 0,56%. Risiko dari portofolio optimal
yang terbentuk sebesar -0,0523729%, yang jauh lebih kecil daripada risiko
yang diberikan oleh pasar yaitu sebesar 154,8971311%.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
didasarkan pada perumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu:
1. saham yang dijadikan obyek penelitian antara juli 2000
sampai dengan 2004 sebanyak 7 saham dan dari seleksi
dalam pembentukan portofolio optimal sendiri didapatkan 6
saham yang pantas atau layak untuk dimasukkan sebagai
anggota oprtofolio optimal. Saham-saham tersebut adalah
ISAT, ANTM, UNTR, TKLM, ASGR dan SMGR.
B. Implikasi
1. Bagi Investor.
Hasil
penelitian
pertimbangan
ini
untuk
dapat
digunakan
pengambilan
sebagai
keputusan
bahan
berinvestasi
khususnya pada saham-saham yang termasuk dalam JII di BEJ.
Investor juga disarankan untuk menginvestasikan dananya pada
saham-saham yang terbentuk dalam portofolio
63
2. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil peneliianini dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan bidang
permasalahan yang akan dikaji.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. JSX Fact book 2005, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta
. 2006. JSX Fact book 2006, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta
. 2005. JSX Value line 2005, PT 2Bursa Efek Jakarta, Jakarta
. 2006. JSX Value Line 2006, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2002, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek”, Rineka Cipta, Jakarta
Fabozzi,Frank j. 1999, “Manajemen Investasi”, buku I, Salemba Empat,
Jakarta
H.M Jogiyanto, 1998, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi
Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta
H.M Jogiyanto, 2000, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi
kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Husnan, Suad, 2001, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis
Sekuritas”, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta
Indah Wahyuni, 2006, “Penerapan Model Indeks Tunggal untuk
Membentuk Portofolio Optimal dalam pengambilan keputusan
investasi saham pada indeks LQ 45 di BEJ”
65
Warsono,2001, “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, UMM
Press, Malang
Warsono, 1999, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, UMM Press,
Malang
Yuliati Sri Handaru, dkk, 1996, “Manajemen Portofolio dan Investasi”,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
66
Download