ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN MODEL

advertisement
ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN
MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM LQ-45
Septyarini
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok
ABSTRAK
Dalam melaksanakan kegiatan investasi, seorang investor dihadapkan pada dua hal
yaitu tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya
ketidakpastian. Investasi di pasar modal menjadi pilihan di kalangan investor, karena
menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi. Namun kita perlu ingat bahwa semakin besar
return, maka tingkat risikonya akan semakin besar pula. Maka para investor meminimalkan
resiko yang mereka tanggung dengan melakukan diversifikasi, diversifikasi dapat
diwujudkan dengan cara mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi, dengan
kata lain mereka membentuk portofolio. Metode analisis model indeks tunggal dapat
digunakan untuk menentukan saham-saham yang membentuk portofolio optimal serta
proporsinya.
BEJ membuat suatu indeks yang dikenal sebagai indeks liquid 45 (LQ-45). Indeks
ini terdiri dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang
tinggi. Pembentukan portofolio optimal pada bulan Juli 2007 – Juni 2009 dari 23 saham
LQ-45 yang kontinyu masuk dalam indeks LQ-45, terdapat 4 saham yang dapat
membentuk portofolio optimal, yaitu PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam Tbk) sebesar
60,4876%, INKP (Indah Kiat Pulp & Paper Tbk) sebesar 27,1575%, UNTR (United
Tractors Tbk) sebesar 10,7909%, AALI (Astra Agro Lestari Tbk) sebesar 1,5640%.
Portofolio tersebut menjanjikan tingkat pengembalian sebesar 4,8693% per bulan dengan
standar deviasi / risiko sebesar 23,8590%.
Kata kunci: portofolio saham
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan
investasi
pada
hakekatnya memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan tertentu. Motif
mencari keuntungan merupakan hal yang
membedakan kegiatan investasi dengan
kegiatan menabung
adalah untuk
perlindungan serta untuk memperoleh
rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga
dengan mencadangkan sejumlah dana.
Dalam melaksanakan kegiatan investasi,
seorang investor dihadapkan pada dua hal
yaitu tingkat pengembalian dan juga
risiko yang mungkin timbul akibat adanya
ketidakpastian.
Investasi dapat dilakukan dalam
dua bentuk, investasi pada real asset dapat
dilakukan dengan pembelian aset
produktif, pendirian pabrik dan lainnya.
Bentuk lain investasi pada financial asset
dapat dilakukan pada pasar uang (berupa
sertifikat deposito, commercial paper, dan
lainnya) maupun pasar modal (berupa
saham, obligasi, dll). Investor pada
umumnya merupakan pihak yang sangat
tidak
menyukai
risiko
tetapi
menginginkan return yang maksimal,
untuk itulah dewasa ini, investasi di pasar
modal menjadi pilihan di kalangan
investor, karena menjanjikan tingkat
return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan investasi di sektor real asset
maupun di pasar uang. Meskipun
investasi di pasar modal menjanjikan
tingkat return yang lebih tinggi, namun
kita perlu ingat bahwa semakin besar
return, maka tingkat risikonya akan
semakin besar pula. Untuk itulah sebagai
seorang investor hal yang paling penting
untuk diperhatikan adalah bagaimana
investasi dapat menghasilkan return
optimal pada tingkat risiko yang minimal.
Maka para investor meminimalkan risiko
yang mereka tanggung dengan melakukan
diversifikasi,
diversifikasi
dapat
diwujudkan
dengan
cara
mengkombinasikan berbagai sekuritas
dalam investasi, dengan kata lain mereka
membentuk portofolio.
Banyaknya jumlah perusahaan
yang listing di BEJ, membuat para
investor bingung untuk menentukan
pilihan yang tepat, saham mana yang
aman, terbaik dan layak untuk dibeli.
Maka dari itu BEJ berusaha membantu
para
investor
untuk
menentukan
pilihannya dengan membuat suatu indeks
yang dikenal sebagai indeks liquid 45
(LQ-45). Indeks ini terdiri dari sahamsaham yang memiliki kapitalisasi pasar
besar dan likuiditas yang tinggi. Dengan
adanya indeks ini tentu sangat membantu
para investor untuk memilih mana saham
yang tepat, namun bukan berarti tidak
perlu melakukan analisa lagi.
Analisis
portofolio
dapat
digunakan untuk menentukan return
optimal pada risiko yang minimal, salah
satu metode analisis yang digunakan
adalah Model Indeks Tunggal. Sahamsaham yang dimasukkan ke dalam
rangkaian portofolio merupakan sahamsaham yang memiliki kinerja yang baik.
Penilaian kinerja saham ditentukan
dengan menggunakan rasio ERB (excess
return to beta). Analisis dilakukan dengan
menghitung
koefisien
beta
yang
mencerminkan tingkat risiko dan tingkat
return masing-masing saham yang
diamati, dengan diketahuinya tingkat
return saham dan koefisien beta, kita
dapat menentukan exess return to beta
(ERB) yang mencerminkan tingkat
keuntungan yang sangat mungkin dapat
dicapai. Untuk mendapatkan ERB yang
dikatakan tinggi, diperlukan sebuah titik
pembatas ( C*). Dengan menentukan titik
pembatas (C*) akan diketahui sahamsaham yang memiliki nilai ERB yang
tinggi, yang juga merupakan sahamsaham yang memiliki tingkat keuntungan
yang optimal dengan tingkat risiko yang
minimal. Dengan Model Indeks Tunggal,
juga dapat ditentukan besarnya proporsi
dana yang akan diinvestasikan.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan saham-saham
yang
membentuk portofolio optimal dari
saham-saham LQ-45 dengan Model
Indeks Tunggal serta proporsinya.
2. Mengetahui return ekspektasi dan
risiko portofolio tersebut.
3. Mengetahui
analisis
portofolio
optimal berdasarkan model indeks
tunggal.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah
saham-saham perusahaan yang kontinyu
masuk dalam indeks LQ-45 pada periode
Agustus 2007 – Januari 2008, Februari
2008 – Juli 2008, Agustus 2008 – Januari
2009, Februari 2009 – Juli 2009.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, dari
bulan Agustus 2007 – Juli 2009 terdapat
23 saham yang tetap.
2.2. Data / Variabel
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa:
1. Harga penutupan setiap bulan 23
saham dari bulan Juni 2007 – Juni
2009.
2. Data IHSG bulanan dari bulan Juni
2007 – Juni 2009.
3. Tingkat suku bunga SBI yang
berjangka waktu 1 bulan. Data yang
digunakan yaitu dari bulan Juli 2007 –
Juni 2009.
1. Menghitung return dan risiko saham
Return saham dapat dihitung dengan
rumus:
Pt – Pt-1
B
2.4. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan yaitu
analisis portofolio menggunakan model
indeks
tunggal.
Analisis
yang
dilaksanakan dengan model indeks
tunggal dapat dijabarkan sebagai berikut:
B
Return =
Pt-1
B
Notasi:
Pt
Pt-1
B
B
= harga saham periode t
= harga saham periode
sebelumnya
B
B
B
Return ekspektasi
dihitung dengan rumus:
saham
dapat
N
∑ Rij
B
j=1
E(Ri) =
B
B
N
Notasi:
Rij
E(Ri)
B
= Return saham i periode j
= tingkat keuntungan yang
diharapkan dari investasi
= jumlah periode
B
B
B
N
2.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari
instansi atau lembaga yang berkaitan, dan
telah dipublikasikan seperti melalui
internet. Selain itu, melakukan studi
pustaka yang bersumber dari berbagai
buku. Metode ini digunakan sebagai
pedoman dalam menjelaskan teori-teori
serta menganalisis data yang berkaitan
dengan pembahasan dalam penelitian ini.
B
Risiko saham dapat dihitung dengan
rumus:
[(Rij – E(Ri)]2
N
B
B
B
B
B
B
P
σi2 = ∑
B
PB
P
j=1
B
Notasi:
σi2
B
PB
P
N
B
= varian
2. Menghitung return dan risiko pasar
Return pasar (IHSG) dapat dihitung
dengan rumus:
IHSGt – IHSGt-1
B
B
B
Rm,t =
B
B
IHSGt-1
B
B
B
Notasi:
Rm,t
IHSGt
IHSGt-1
B
= return pasar periode t
= IHSG periode t
= IHSG periode
sebelumnya
B
B
B
B
B
Return ekspektasi pasar
dihitung dengan rumus:
dapat
N
∑ Rm,t
Alpha sekuritas dapat dihitung dengan
rumus:
E(Ri) = αi + βi . E(RM)
B
B
B
B
B
B
B
B
4. Menghitung kesalahan residu dan
varian dari kesalahan residu
kesalahan residu dapat dihitung
dengan rumus:
B
Ri = αi + βi . RM + ei
t=1
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
E(RM) =
B
B
N
Notasi:
ei
B
Notasi:
E(RM)
B
B
= Return ekspektasi pasar
varian dari kesalahan residu dapat
dihitung dengan rumus:
Risiko pasar dapat dihitung dengan
rumus:
N
B
σM2
B
PB
P
Notasi:
σM2
B
PB
P
B
B
B
B
σi2 = βi2 . σM2 + σei2
B
P
PB
B
Notasi:
σei2
P
=∑
t=1
B
[(Rm,t – E(RM)]2
B
= kesalahan residu
B
B
N
B
= varian pasar
3. Menghitung Beta dan Alpha sekuritas
Beta sekuritas dapat dihitung dengan
rumus:
σiM
P
PB
B
PB
P
B
σ2M
P
PB
[(ei – E(ei)]2
N
B
σei2
B
PB
P
B
B
B
B
P
=∑
t=1
B
N
B
5. Menentukan Portofolio Optimal
(1) Menghitung excess return to beta
B
B
B
atau dapat dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
B
βi =
P
= varian dari kesalahan
residu
P
PB
PB
B
E(Ri) – RBR
B
atau dapat juga diuraikan sebagai
berikut:
n
∑ (R - E(R )) . (R
i
B
B
B
i
B
B
M
B
- E(RM))
B
t=1
βi =
B
B
B
B
∑ (E(R ) - R )
2
M
B
t=1
B
M
B
B
P
B
B
βi
B
B
Notasi:
ERBi = excess return to beta
sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas
risiko
B
B
n
B
ERBi =
B
B
(2) Menentukan
besarnya
titik
pembatas
Besarnya titik pembatas ini dapat
ditentukan
dengan
langkahlangkah sebagai
berikut ini.
1. Urutkan
sekuritas-sekuritas
berdasarkan nilai ERB terbesar
ke
nilai
ERB
terkecil.
Sekuritas-sekuritas
dengan
nilai ERB terbesar merupakan
kandidat untuk dimasukkan ke
portofolio optimal.
2. Hitung nilai Ai dan Bi untuk
masing-masing sekuritas ke-i
sebagai berikut:
besar atau sama dengan nilai
ERB di titik C*. Sekuritassekuritas yang mempunyai
ERB lebih kecil dengan ERB
titik C* tidak diikutsertakan
dalam pembentukan portofolio
optimal.
(3) Menentukan besarnya proporsi
masing-masing sekuritas tersebut
di dalam portofolio optimal.
Besarnya proporsi untuk sekuritas
ke i adalah sebesar:
Xi
B
wi =
B
B
k
∑ Xj
[E(Ri) – RBR] . βi
B
B
B
Ai =
B
B
B
B
j=1
B
σei2
B
PB
P
dengan nilai Xi adalah sebesar:
B
B
dan
βi2
B
PB
βi
B
PB
Xi =
Bi =
B
σei2
B
PB
B
σei2
B
PB
B
P
P
3. Hitung nilai Ci.
Notasi:
wi
= proporsi sekuritas ke-i
k
= jumlah sekuritas di
portofolio optimal
B
i
σM2
B
PB
∑ Aj
P
Ci =
B
i
1 + σM2 ∑ Bj
B
B
B
j=1
B
(ERBi – C*)
B
PB
P
B
j=1
6. Menghitung
return dan risiko
portofolio
(1) Menghitung return ekspektasi
portofolio
1. Beta dari portofolio (βp)
merupakan rata-rata tertimbang
dari
Beta
masing-masing
sekuritas (βp):
B
4. Besarnya cut-off point (C*)
adalah nilai Ci yang terbesar.
5. Sekuritas-sekuritas
yang
membentuk portofolio optimal
adalah sekuritas-sekuritas yang
mempunyai nilai ERB lebih
B
B
B
B
n
βp = ∑ wi . βi
B
B
B
i=1
B
B
B
2. Alpha dari portofolio (αp) juga
merupakan rata-rata tertimbang
dari Alpha tiap-tiap sekuritas
(αp):
B
B
B
B
n
αp = ∑ wi . αi
B
B
B
B
B
i=1
Dengan
mensubstitusikan
karakteristik ini, yaitu βp dan αp,
maka return ekspektasi portofolio
adalah sebagai berikut:
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
3.2. Return dan Risiko Aktiva Tunggal
Perhitungan
return
saham
individual didasarkan pada perubahan
harga penutupan per bulan. Dengan
memasukkan return saham dalam rumus
perhitungan maka akan diperoleh return
ekspektasi dan risiko saham individual.
Berikut
ini
adalah
tabel
yang
menunjukkan return ekspektasi dan risiko
dari 23 saham LQ-45.
Tabel 3.1
Return Ekspektasi dan Risiko pada 23
Saham LQ-45
E(Rp) = αp + βp . E(RM)
B
perhitungan indeks dan digantikan
dengan saham yang memenuhi kriteria.
B
Kode
(2) Menghitung risiko portofolio
Varian dari portofolio adalah
sebesar:
σp2 = βp2 . σM2 + (∑ wi . σei)2
B
PB
P
B
PB
P
B
PB
P
B
B
B
B
P
P
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah
saham-saham perusahaan yang masuk
dalam indeks LQ-45. Indeks ini terdiri
dari 45 saham yang dipilih setelah
melalui beberapa kriteria sehingga indeks
ini terdiri dari saham-saham yang
mempunyai likuiditas yang tinggi dan
juga mempertimbangkan kapitalisasi
pasar dari saham-saham tersebut.
Pergantian saham akan dilakukan setiap 6
bulan sekali, yaitu pada setiap awal bulan
Februari dan Agustus. Bila terdapat
saham yang tidak memenuhi kriteria,
saham tersebut akan dikeluarkan dari
E(Ri)
B
B
2
σi
B
PB
P
σi
B
B
AALI
0,032269
0,040545
0,201359
ANTM
0,006004
0,037117
0,192657
ASII
0,030586
0,029521
0,171817
BBCA
-0,002471
0,026168
0,161765
BBRI
0,015692
0,023899
0,154594
BDMN
0,001518
0,028804
0,169716
BLTA
-0,014981
0,036952
0,192229
BMRI
0,012553
0,022709
0,150694
BNGA
0,003470
0,032180
0,179387
BNII
0,047726
0,034300
0,185202
CTRA
0,016303
0,051975
0,227981
INCO
-0,015670
0,082040
0,286426
INDF
0,012639
0,029449
0,171608
INKP
0,060325
0,114970
0,339072
ISAT
-0,004861
0,012065
0,109839
MEDC
0,010465
0,030413
0,174393
PGAS
-0,001388
0,049969
0,223537
PTBA
0,046162
0,043024
0,207422
SMCB
0,028146
0,042007
0,204956
TINS
0,010503
0,074382
0,272731
TLKM
-0,006555
0,009334
0,096613
UNSP
0,008287
0,077331
0,278084
UNTR
0,035984
0,040513
0,201277
Dengan melihat tabel di atas maka
dapat diketahui bahwa terdapat 17 saham
yang memiliki tingkat pengembalian yang
positif dan 6 saham dengan tingkat
pengembalian yang negatif. Saham yang
return ekspektasinya positif adalah saham
yang layak untuk dijadikan alternatif
dalam berinvestasi. Dalam tabel tersebut
dapat dilihat bahwa 5 saham yang
memiliki return ekspektasi tertinggi
adalah saham INKP (Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk) dengan rata-rata keuntungan
bulanan sebesar 0,060325 atau 6,0325%,
saham
BNII
(Bank
International
Indonesia
Tbk)
dengan
rata-rata
keuntungan bulanan sebesar 0,047726
atau 4,7726%, saham PTBA (Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk) dengan ratarata
keuntungan
bulanan
sebesar
0,046162 atau 4,6162%, saham UNTR
(United Tractors Tbk) dengan rata-rata
keuntungan bulanan sebesar 0,035984
atau 3,5984%, dan saham AALI (Astra
Agro Lestari Tbk) dengan rata-rata
keuntungan bulanan sebesar 0,032269
atau 3,2269%. Adapun standar deviasi /
risiko dari 5 saham tersebut yaitu INKP
33,9072%, BNII 18,5202%, PTBA
20,7422%, UNTR 20,1277%, dan AALI
20,1359%.
3.3. Return dan varian Pasar
Indeks pasar yang dapat dipilih
untuk pasar BEJ yaitu IHSG (Indeks
Harga Saham Gabungan). Dalam
penelitian ini digunakan data IHSG yang
diambil pada akhir bulan. Dari
perhitungan IHSG tersebut diperoleh
tingkat pengembalian pasar yang positif
yaitu 0,003691 atau 0,3691% per bulan
dan varian pasar sebesar 0,010950 atau
1,0950% per bulan. Jika tingkat
pengembalian pasar dibandingkan dengan
tingkat pengembalian dari 23 saham
tersebut, ada 15 saham yang memiliki
keuntungan di atas keuntungan pasar.
3.4. Model Indeks Tunggal
Nilai Beta dan Alpha dari masingmasing saham dapat diperoleh dengan
menggunakan SPSS dengan metode
analisis
regresi
linear,
dengan
menggunakan return sekuritas per bulan
sebagai variabel dependen dan return
pasar per bulan sebagai variabel
independen. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan besarnya Beta dan Alpha
dari 23 saham LQ-45.
Tabel 3.2
Beta dan Alpha dari 23 saham LQ-45
Kode
βi
AALI
1,407164
0,027075
ANTM
1,252253
0,001382
ASII
1,414516
0,025366
BBCA
0,763907
-0,005291
B
B
αi
B
B
BBRI
1,210685
0,011224
BDMN
1,141404
-0,002695
BLTA
1,484301
-0,020459
BMRI
1,208019
0,008095
BNGA
1,278007
-0,001247
BNII
-0,313398
0,048883
CTRA
1,242157
0,011718
INCO
1,733776
-0,022069
INDF
1,343070
0,007682
INKP
1,444167
0,054995
ISAT
0,551368
-0,006896
MEDC
1,228471
0,005931
PGAS
1,168216
-0,005700
PTBA
1,431157
0,040880
SMCB
1,621676
0,022161
TINS
1,628607
0,004492
TLKM
0,596797
-0,008758
UNSP
2,209811
0,000131
UNTR
1,539119
0,030304
Saham terhadap kondisi pasar
secara umum ditunjukkan oleh koefisien
Beta (β). Koefisien beta dapat bernilai
positif maupun negatif. Jika beta positif,
maka kenaikan return pasar akan
menyebabkan kenaikan return saham.
Sedangkan jika Beta negatif, maka
kenaikan return pasar akan menyebabkan
penurunan return saham. Berdasarkan
tabel 3.2 dapat diketahui bahwa terdapat 1
saham dengan nilai Beta negatif yaitu
saham
BNII
(Bank
International
Indonesia Tbk).
Besarnya koefisien beta yang
normal adalah β = 1. Bila β < 1 disebut
sebagai saham yang lemah, yang berarti
jika ada kenaikan return pasar sebesar X
%, maka return saham akan naik kurang
dari X % dan begitu pula sebaliknya. β >
1 disebut saham agresif, yang berarti jika
return pasar naik sebesar X % maka
return saham akan mengalami kenaikan
lebih dari X % dan begitu pula
sebaliknya. Dari tabel tersebut dapat
dilihat saham UNSP (Bakrie Sumatra
Plantations Tbk) memiliki nilai Beta
tertinggi yaitu sebesar 2,209811. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa perubahan
return
pasar
sebesar
1%
akan
mengakibatkan perubahan return dari
saham UNSP dengan arah yang sama
sebesar 2,209811%. Bila nilai Beta
semakin besar, semakin besar pengaruh
tingkat keuntungan pasar, sehingga
semakin tinggi risiko yang melekat pada
saham tersebut.
Risiko (varian return) sekuritas
yang dihitung berdasarkan model ini
terdiri dari dua bagian: risiko yang
berhubungan dengan pasar (market
related risk) yaitu βi2 . σM2 dan risiko unik
masing-masing perusahan (unique risk)
yaitu σei2. Varian kesalahan residu dari 23
saham LQ-45 sebagai berikut.
B
B
PB
P
PB
P
B
PB
P
Tabel 4.3
varian kesalahan residu dari 23 saham
LQ-45
Kode
2
σei
B
PB
P
AALI
0,018863
ANTM
0,019946
ASII
0,007612
BBCA
0,019778
BBRI
0,007849
BDMN
0,014538
BLTA
0,012828
BMRI
0,006729
BNGA
0,014295
BNII
0,033224
CTRA
0,035080
INCO
0,049125
INDF
0,009697
INKP
0,092133
ISAT
0,008736
MEDC
0,013888
PGAS
0,035025
PTBA
0,020596
SMCB
0,013210
TINS
0,045339
TLKM
0,005434
UNSP
0,023859
UNTR
0,014573
3.5. Portofolio Optimal Berdasarkan
Model indeks Tunggal
Metode yang digunakan dalam
pembentukan portofolio optimal dari 23
saham ini adalah model indeks tunggal.
Dalam pemilihan saham-saham yang
akan dimasukkan dalam suatu portofolio,
perlu adanya suatu kriteria tertentu. Pada
model indeks tunggal, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menghitung
nilai ERB (excess return to beta) untuk
masing-masing
sekuritas.
Dalam
menghitung ERB dibutuhkan tingkat
pengembalian bebas risiko (RBR). Tingkat
B
B
pengembalian bebas risiko dihitung
berdasarkan tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Dalam penelitian
ini, karena harga saham yang digunakan
adalah harga saham per bulan, maka
return bebas risiko yang digunakan dalam
satuan bulanan. Untuk menentukan return
bebas risiko per bulan yaitu dengan cara
mencari rata-rata return bebas risiko per
tahun dibagi 12 bulan, dan didapatkan
nilai 0,7210%. Berikut ini adalah tabel
yang menunjukkan nilai ERB dari
masing-masing sekuritas.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Excess Return to Beta
(ERB)
Kode
ERBi
B
B
AALI
0,017808
ANTM
-0,000963
ASII
0,016526
BBCA
-0,012673
BBRI
0,007006
BDMN
-0,004987
BLTA
-0,014950
BMRI
0,004423
BNGA
-0,002926
BNII
-0,129281
CTRA
0,007321
INCO
-0,013197
INDF
0,004042
INKP
0,036779
ISAT
-0,021892
MEDC
0,002650
PGAS
-0,007360
PTBA
0,027217
SMCB
0,012910
TINS
0,002022
TLKM
-0,023065
UNSP
0,000487
UNTR
0,018695
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
diketahui bahwa terdapat 13 saham yang
nilai ERB-nya positif dan 10 saham yang
nilai ERB-nya negatif. Saham dengan
nilai ERB negatif berarti saham tersebut
mempunyai tingkat pengembalian saham
yang
masih
di
bawah
tingkat
pengembalian bebas risiko Saham-saham
yang memiliki ERB negatif tidak
memenuhi syarat untuk membentuk
portofolio yang optimal. Sedangkan 13
saham yang memiliki nilai ERB yang
positif tersebut memiliki peluang untuk
menjadi bagian dari portofolio yang
optimal.
Langkah
selanjutnya
adalah
mengurutkan
sekuritas-sekuritas
berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai
ERB terkecil. Portofolio optimal akan
terdiri
dari
saham-saham
yang
mempunyai nilai ERB yng tinggi. Nilai
Cut of point (C*) akan digunakan sebagai
batasan suatu saham masuk dalam
portofolio. Besarnya nilai Cut off point
adalah nilai Ci terbesar, sedangkan
sekuritas yang membentuk portofolio
optimal adalah sekuritas-sekuritas yang
mempunyai nilai ERB lebih besar atau
sama dengan nilai ERB di titik C*.
B
B
Tabel 4.5
Perbandingan Nilai ERB dengan Ci
masing-masing saham
B
Kode
ERBi
INKP
0,036779
>
0,007306
PTBA
0,027217
>
0,016584
UNTR
0,018695
>
0,017497
AALI
0,017808
>
0,017562
ASII
0,016526
<
0,017193
SMCB
0,012910
<
0,016283
CTRA
0,007321
<
0,015882
BBRI
0,007006
<
0,014462
BMRI
0,004423
<
0,012890
B
Ci
B
B
B
B
B
INDF
0,004042
<
0,011843
MEDC
0,002650
<
0,011248
TINS
0,002022
<
0,010937
UNSP
0,000487
<
0,009836
ANTM
-0,000963
<
0,009393
BNGA
-0,002926
<
0,008735
BDMN
-0,004987
<
0,008184
PGAS
-0,007360
<
0,007917
BBCA
-0,012673
<
0,007652
INCO
-0,013197
<
0,007112
BLTA
-0,014950
<
0,005615
ISAT
-0,021892
<
0,005241
TLKM
-0,023065
<
0,004536
BNII
-0,129281
<
0,004386
Setelah mengetahui 4 saham yang
terpilih untuk masuk ke dalam
pembentukan portofolio yang optimal,
selanjutnya menentukan proporsi (wi)
yang diinvestasikan pada masing-masing
saham di dalam portofolio tersebut.
Besarnya proporsi dana yang diinvestasikan
pada masing-masing saham di dalam
portofolio adalah sebagai berikut:
1. PTBA (Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk) sebesar 60,4876%
2. INKP (Indah Kiat Pulp & Paper Tbk)
sebesar 27,1575%
3. UNTR (United Tractors Tbk) sebesar
10,7909%
4. AALI (Astra Agro Lestari Tbk)
sebesar 1,5640%
*
3.6. Return Ekspektasi dan Risiko
Portofolio
Analisis portofolio menyangkut
perhitungan return ekspektasi portofolio
(E(Rp) dan risiko portofolio (σp).
Perhitungan portofolio menggunakan
rumus indeks tunggal di dalamnya
terdapat unsur Beta portofolio (βp) dan
Alpha portofolio (αp). Beta dan Alpha
portofolio merupakan rata-rata tertimbang
(berdasarkan proporsi) dari Beta dan
Alpha masing-masing sekuritas yang
membentuk portofolio. Beta portofolio
sebesar 1,445965 dan Alpha portofolio
sebesar 0,043356.
Portofolio yang dibentuk dari 4
saham tersebut dengan proporsi yang
telah ditentukan untuk masing-masing
saham,
memberikan
tingkat
pengembalian
portofolio
sebesar
0,048693 atau 4,8693% per bulan dengan
standar deviasi / risiko sebesar 23,8590%.
B
B
B
B
B
Cut-off
point
(C*)
yang
merupakan nilai Ci tertinggi berada pada
angka 0,017562 atau pada saham AALI
(Astra Agro Lestari Tbk). Dari tabel di
atas dapat diketahui bahwa ada 4 saham
yang memenuhi kriteria untuk masuk ke
dalam pembentukan portofolio yang
optimal. Saham-saham tersebut adalah
INKP (Indah Kiat Pulp & Paper Tbk),
PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam
Tbk), UNTR (United Tractors Tbk),
AALI (Astra Agro Lestari Tbk).
B
B
B
B
3.7. Analisis Portofolio Optimal
Menggunakan Model Indeks Tunggal
Dasar keputusan investasi terdiri
dari tingkat return yang diharapkan dan
tingkat risikonya. Suatu hal yang sangat
wajar jika investor menuntut tingkat
return tertentu atas dana yang telah
diinvestasikannya. Namun perlu diingat
bahwa semakin besar return, maka tingkat
risikonya akan semakin besar pula. Maka
para investor meminimalkan risiko yang
mereka tanggung dengan melakukan
diversifikasi,
diversifikasi
dapat
diwujudkan
dengan
cara
mengkombinasikan
berbagai
saham
dalam investasi, dengan kata lain mereka
membentuk portofolio. Pepatah yang
dikenal di dunia investasi: ”Don’t put all
eggs in one basket”. Maksudnya adalah
untuk mengurangi risiko, kita perlu
menyebar penempatan investasi, sehingga
kita terhindar dari risiko kerugian secara
total.
Dalam pembentukan portofolio,
investor selalu ingin memaksimalkan
return yang diharapkan dengan tingkat
risiko
tertentu
yang
bersedia
ditanggungnya, atau mencari portofolio
yang menawarkan risiko terendah dengan
tingkat return tertentu. Maka para
investor harus mampu untuk menentukan
pilihan yang tepat saham-saham mana
saja yang harus dibeli sehingga terbentuk
portofolio optimal. Untuk itu dilakukan
penilaian
saham.
Penilaian
yang
dilakukan di sini yaitu dengan analisis
teknikal. Analisis teknikal mendasarkan
pada pergerakan harga saham dari waktu
ke waktu. Jadi, untuk mengetahui pola
pergerakan harga saham di masa datang
dengan berdasarkan pada observasi
pergerakan harga saham di masa lalu.
Data-data yang dipakai oleh para analis
adalah data-data pasar (market data) yang
bersifat historis, seperti harga saham dan
IHSG. Bagi para analis teknikal, data-data
pasar itu sudah mencukupi sebagai dasar
pembuatan keputusan investasi, sehingga
tidak perlu lagi tergantung pada data
laporan keuangan. Penggunaan laporan
keuangan sebagai dasar pembuatan
keputusan dan waktu analisis yang lebih
lama dibanding penggunaan data-data
pasar. Namun asumsi dari analis teknikal
yang menyatakan bahwa harga saham di
masa yang akan datang akan dipengaruhi
oleh pergerakan harga saham masa lalu
mendapat tentangan dari para penganut
anlisis fundamental yang menyatakan
ketidakpercayaannya terhadap asumsi
tersebut.
Metode yang digunakan dalam
pembentukan portofolio optimal ini
adalah model indeks tunggal. Model
indeks
tunggal
didasarkan
pada
pengamatan bahwa harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan
indeks harga pasar. Secara khusus dapat
diamati bahwa kebanyakan saham
cenderung mengalami kenaikan harga jika
indeks harga saham naik. Demikian
sebaliknya, yaitu jika indeks harga saham
turun, kebanyakan saham mengalami
penurunan harga. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan suatu saham
nampaknya berkorelasi dengan perubahan
pasar. Koefisien Beta (β) menunjukkan
kepekaan tingkat keuntungan suatu saham
terhadap tingkat keuntungan indeks pasar.
Dalam metode ini juga dibutuhkan tingkat
pengembalian bebas risiko. Saham-saham
yang dimasukkan ke dalam rangkaian
portofolio merupakan saham-saham yang
memiliki kinerja yang baik. Penilaian
kinerja saham ditentukan dengan
menggunakan rasio ERB (excess return to
beta). Excess return didefinisikan sebagai
selisih return diekspektasi dengan return
aktiva bebas risiko. Excess return to beta
berarti mengukur kelebihan return relatif
terhadap Beta.
Dari penelitian ini dapat diketahui
bahwa ada 4 saham yang memenuhi
kriteria untuk masuk ke dalam
pembentukan portofolio yang optimal.
Saham-saham tersebut adalah INKP
(Indah Kiat Pulp & Paper Tbk), PTBA
(Tambang Batubara Bukit Asam Tbk),
UNTR (United Tractors Tbk), AALI
(Astra Agro Lestari Tbk). Dengan
besarnya proporsi dana pada masingmasing saham yaitu PTBA (Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk) sebesar
60,4876%, INKP (Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk) sebesar 27,1575%, UNTR
(United Tractors Tbk) sebesar 10,7909%,
AALI (Astra Agro Lestari Tbk) sebesar
1,5640%. Portofolio yang dibentuk dari 4
saham tersebut dengan proporsi yang
telah ditentukan untuk masing-masing
saham,
memberikan
tingkat
pengembalian
portofolio
sebesar
0,048693 atau 4,8693% per bulan dengan
standar deviasi / risiko sebesar 23,8590%.
Return tersebut merupakan return yang
cukup menjanjikan, karena return
portofolio tersebut di atas tingkat
pengembalian pasar yang besarnya adalah
0,3691%, dan masih berada di atas
tingkat pengembalian bebas risiko yang
besarnya adalah 0,7210 % per bulan.
4. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diambil
disimpulkan
Pembentukan
portofolio optimal pada bulan Juli 2007 –
Juni 2009 dari 23 saham LQ-45 yang
kontinyu masuk dalam indeks LQ-45,
terdapat 4 saham yang dapat membentuk
portofolio
optimal,
yaitu
PTBA
(Tambang Batubara Bukit Asam Tbk)
sebesar 60,4876%, INKP (Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk) sebesar 27,1575%,
UNTR (United Tractors Tbk) sebesar
10,7909%, AALI (Astra Agro Lestari
Tbk) sebesar 1,5640%. Portofolio
tersebut
menjanjikan
tingkat
pengembalian sebesar 4,8693% per bulan
dengan standar deviasi / risiko sebesar
23,8590%.
4.2. Implikasi
▪ Berdasar penelitian, model indeks
tunggal dapat digunakan untuk
menentukan
saham-saham
yang
membentuk portofolio optimal serta
proporsinya.
▪ Berdasar penelitian, untuk kurun
waktu yang akan datang, dalam
memilih keputusan untuk investasi
dapat membentuk portofolio dari
saham PTBA (Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk), INKP (Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk), UNTR (United
Tractors Tbk), dan AALI (Astra Agro
Lestari Tbk).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2005, Analisis Investasi,
Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Bodie,
Kane dan Marcus, 2006,
Investments (Investasi) , Buku 1
Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.
Eduardus Tandelilin, 2001, Analisis
Investasi
dan
Manajemen
Portofolio, Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Frank J. Fabozzi, 1999, Manajemen
Investasi, Buku 1, Salemba Empat,
Jakara.
Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan
Analisis
Investasi,
BPFE,
Yogyakarta.
Kammaruddin Ahmad, 1996, Dasardasar
Manajemen
Investasi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Sentanoe Kertonegoro, 1995, Analisis
dan Manajemen Investasi, Widya
Press Jakarta, Jakarta.
Suad Husnan, 1994, Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas,
Edisi Kedua, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2004,
Dasar-dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas, Seri Penuntun
Belajar, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
William F. Sharpe, Gordon J. Alexander,
dan Jeffery V. Bailey, 1997,
Investasi, Jilid 1, PT Prenhalindo,
Jakarta.
Download