STRATEGI MENGAKTIFKAN SISWA “BELAJAR AKTIF” (ACTIVE LEARNING) DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh: Suriansyah Salati Abstrak Tujuan pembelajaran itu tercapai secara efisien dan efektif manakala proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Efisiensi proses pembelajaran itu sendiri sangat dipengaruhi oleh adanya strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada waktu proses pembelajaran itu sedang berlangsung. Walaupun ada 101 macam strategi pembelajaran menurut Silberman, namun mana strategi yang dapat mengaktifkan peserta didik secara maksimal, itulah yang dianggap proses pembelajaran yang paling baik, tentunya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Jadi strategi yang paling baik adalah strategi yang dapat membawa peserta didik itu selalu aktif ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Kata Kunci : Strategi, Belajar Aktif, Proses, Pembelajaran. Penulis adalah Dosen Tetap pada Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. 141 142 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 A. Pendahuluan Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, ada dua subyek yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar adalah mengelola pembelajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subyek pengajaran; guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran. Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedang peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya hanya disebut mengajar. Demikian sebaliknya, dimana peserta didik saja yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru, maka ia hanya disebut belajar. Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru (pengajar). Ketentuan ini bukan berarti dalam proses pengajaran hanya guru yang aktif, sedang peserta didik pasif. Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama-sama menjadi subyek pengajaran: Pihak guru: sebagai yang mengendalikan, memimpin dan mengarah events pengajaran. Guru disebut sebagai subyek (pelaku-pemegang peranan pertama) pengajaran. Oleh sebab ia menjadi pihak yang memiliki tugas, tanggung jawab dan inisiatif pembelajaran. Pihak peserta didik: sebagai yang terlibat langsung, sehingga ia dituntut keaktifannya dalam proses pengajaran. Peserta didik disebut subyek pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukan dari subyek pertama (guru) selain kesediaan dan kesiapan peserta didik itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pengajaran.1 1 Ahmad Rohani HM dan H. Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta. 1995, h. 5. Suriansyah Salati, Strategi Mengaktifkan Siswa 143 “Belajar Aktif” (Active Learning) dalam … Dari penjelasan di atas memang keaktifan belajar siswa sangat dituntut sebagai subyek pengajaran, tetapi bagaimana strategi yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, inilah yang dijadikan permasalahan yang akan dibahas pada penulisan selanjutnya. B. Pengertian Strategi Pembelajaran Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani “Strategos”, yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.2 Pengertian strategi dalam proses belajar mengajar jelas mengandung makna yang berbeda dengan pengertiannya dalam kemiliteran. Dalam kontek ini, strategi pembelajaran mengandung makna untuk mengurangi sampai pada titik minimal penggunaan metode ceramah dengan siswa yang pasif, dan mengembangkan pilihan metode dengan siswa yang lebih aktif, seperti seminar kelompok, proyek kerja kelompok, tutorial individu atau paket pengajaran mandiri.3 Strategi bembelajaran adalah suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari sejumlah komponen, yaitu komponen input, komponen proses, dan komponen output. Di dalam komponen meliputi sejumlah variabel yang saling berhubungan, berinteraksi, saling ketergantungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Istilah strategi sering digunakan dalam banyak kontek dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kontek pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam aktivitas pengajaran. Sifat 2 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Maju, 1993, h. 1. 3 Ibid, h. 1. 144 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 umum pola itu berarti bahwa macam-macam dan sekuensi (urutan) tindakan yang dimaksud nampak dilaksanakan gurupeserta didik pada berbagai events pengajaran. Maksudnya konsep strategi dalam kontek ini adalah untuk menunjuk pada karakteristik abstrak serangkaian tindakan guru-peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Secara tersirat dibalik karakteristik abstrak itu terdapat perbedaan rasional antara strategi yang satu dengan yang lainnya secara mendasar. Bagi seorang guru supaya dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, sangat diperlukan wawasan yang luas dan mantap mengenai kemungkinan-kemungkinan strategi pengajaran sesuai tujuan-tujuan pengajaran baik dalam arti efek pengajaran (tujuan-tujuan pengajaran yang secara eksplisit diusahakan dicapai dengan tindakan pembelajaran tertentu), maupun dalam arti efek pengiring (tujuan-tujuan yang menunjukkan hasil ikatan, yaitu tercapai oleh sebab peserta didik “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti kemampuan berpikir kritis, kreaktif, demokrasi dan sebagainya). Harus dimengerti, bahwa dalam satu event pengajaran sering kali harus diperlukan lebih dari satu strategi oleh sebab tujuan-tujuan yang hendak dicapai biasanya juga saling berkaitan satu dengan lainnya dalam rangka usaha mencapai tujuan yang lebih umum. Nana Sudjana (1988) mengatakan bahwa strategi mengajar (pembelajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (TIK) secara lebih efektif dan efisien. Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pembelajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran. Jika dibanding dengan penjelasan sebelumnya, maka terdapat perbedaan pengertian atau persepsi mengenai konsepsi strategi pengajaran. Pendapat pertama, bahwa strategi adalah sebagai penentuan pilihan atau berbagai kemungkinan terhadap apa yang akan direncanakan dan dilaksanakan guru. Yakni Suriansyah Salati, Strategi Mengaktifkan Siswa 145 “Belajar Aktif” (Active Learning) dalam … menunjukkan suatu pemikiran abstrak konsepsional. Sedangkan pendapat kedua, Nana Sudjana memandang strategi sebagai tindakan nyata yang taktis dan spesifik sifatnya, atau menentu. Dengan demikian ada dua pendapat yang berbeda mengenai strategi. Pendapat yang pertama menekankan dari segi yang sifatnya umum dan merupakan sebelum terjadinya proses pengajaran. Sedangkan pandangan kedua lebih menekankan pada segi operasionalitas yang sudah tertentu/spesifik. Sebenarnya titik perbedaannya hanya pada segi waktu saja, yaitu yang satu pada sebelum kegiatan pengajaran dan yang lainnya strategi ada pada ketika pembelajaran itu sedang berlangsung. Penulis dalam hal ini akan mengarah kepada pendapat Nana Sudjana karena bersesuaian dengan pembahasan penulisan ini, tetapi bukan berarti menolak pendapat yang pertama atau tidak sependapat. C. Strategi Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran Belajar bukanlah merupakan konsekuensi yang otomatis dari seorang guru dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Belajar harus membutuhkan keterlibatan mental dan perilaku belajar itu sendiri. Penjelasan dan peragaan yang dilakukan oleh peserta didik, tidak akan menuju kearah belajar yang benar dan tahan lama. Kecuali hanya dengan belajar aktif saja yang akan mengarah kepada pengertian ini. Pada saat belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Seringkali, peserta 146 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah pindah dan berpikir keras.4 Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu untuk mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain. Yang paling penting, peserta didik perlu “melakukan” memecahkan masalah sendiri, menemukan contohcontoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa. Menurut Mel Silberman ada 101 strategi pembelajaran aktif, tetapi untuk lebih memudahkan bagaimana caranya mengaktifkan peserta didik, ada tiga hal yang perlu dijelaskan: 1. Membuat peserta didik aktif sejak dini. 2. Membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara aktif. 3. Membuat belajar agar tidak mudah lupa. 1. Membuat peserta didik aktif sejak dini Ketika guru memulai pelajaran, maka sangat penting membuat peserta didik agar aktif sejak awal. Berbagai kegiatan membuka struktur pembelajaran dibuat agar peserta didik lebih mengenal, menggerak-gerakan, mengajak pikiran mereka dan memancing perhatian mereka dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Meskipun beberapa guru memilih memulai suatu pelajaran hanya dengan pengantar singkat, namun paling tidak dengan menambah sebuah latihan pembuka terhadap perencanaan pengajaran, ini merupakan langkah awal yang mempunyai banyak keuntungannya. Pada saat-saat paling awal pengajaran aktif, ada tiga tujuan penting yang harus dicapai. Arti penting tujuan tersebut janganlah diabaikan, walaupun pelajaran hanya satu sesion. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 4 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yokyakarta, Yappendis, 2001, h. xiii. Suriansyah Salati, Strategi Mengaktifkan Siswa 147 “Belajar Aktif” (Active Learning) dalam … a. Membangun Team (Team Building): Bantulah peserta didik menjadi kenal satu sama lain dan ciptakan semangat kerjasama dan saling bergantung. b. Penegasan: Pelajarilah sikap, pengetahuan, dan pengalaman para peserta didik. c. Keterlibatan belajar seketika: Ciptakan perhatian/minat awal dalam mata pelajaran.5 Semua tujuan tersebut di atas membantu mengembangkan lingkungan belajar yang melibatkan peserta didik, mengembangkan kemauan mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran aktif, dan menciptakan norma-norma ruang kelas yang positif. Memperkenalkan kembali kegiatankegiatan ini dari waktu ke waktu dari keseluruhan materi pelajaran juga membantu memperbaharui bangunan team, memperbaiki pengukuran dan membangun kembali minat dalam mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas adalah merupakan kegiatan pembuka pengajaran, mengenai lama waktunya tergantung atau sesuai dengan keperluan. 2. Membantu Peserta Didik Memperoleh Keterampilan dan Sikap Secara Aktif Pengetahuan, Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah merupakan tahapan dalam rangka memasuki materi pelajaran. Belajar (pengetahuan) kognitif untuk mendapatkan informasi dan konsep. Ia tidak hanya dengan memahami pelajaran namun juga dengan menganalisa dan menerapkannya terhadap berbagai situasi baru. Belajar (sikap) afektif melibatkan pengujian dan klarifikasi perasaan dan pereferensi. Para peserta didik dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan personalnya terhadap pelajaran. Belajar aktif tentang informasi, keterampilan dan sikap terjadi melalui proses pencarian. Para peserta didik lebih berada 5 Ibid, h. 40. 148 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 dalam suatu bentuk pencarian dari pada sebuah bentuk reaktif. Yakni mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan baik yang ditujukan kepada mereka maupun oleh mereka itu sendiri. Mereka mencari solusi terhadap permasalahan yang telah ditantang oleh guru agar dapat mereka selesaikan. Mereka tertarik untuk memperoleh informasi atau keterampilan guna menyempurnakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Dan mereka dihadapkan dengan berbagai masalah yang memaksa mereka menguji dengan apa yang mereka yakni dan nilai. Semua ini terjadi ketika peserta didik diatur dalam berbagi tugas dan kegiatan yang sangat mendorong mereka untuk berpikir, bekerja, dan merasa. Guru dapat menciptakan jenis-jenis kegiatan ini dengan menggunakan berbagai strategi yang akan ditemukan dalam bagian ini. Bagian ini dibagi ke dalam beberapa bagian: a. Pembelajaran Kelas Penuh (Full Class- Learning) Bagian ini berkaitan dengan cara-cara membuat pengajaran yang dibimbing oleh guru lebih interaktif. Anda akan menemukan berbagai strategi dalam menyajikan informasi dan ide yang mendorong peserta didik secara mental. b. Diskusi Menggairahkan (Stimulating Discussion) Bagian ini mengeksplorasi cara mengintensifkan dialog dan debat tentang masalah-masalah pokok dalam pelajaran anda. Anda akan menemukan berbagai strategi yang mendorong partisipasi peserta didik aktif, menyebar. c. Pertanyaan Jitu (Prompting Question) Bagian ini menguji cara membantu peserta didik agar mau menanyakan berbagai pertanyaan. Anda akan menemukam berbagai strategi yang memungkinkan peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan tajam yang menjelaskan apa yang telah anda ajarkan pada mereka. d. Belajar kolaboratif (Collaborative Learning) Bagian ini menyajikan cara merancang tugas-tugas belajar yang dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil peserta didik. Anda akan menemukan berbagai strategi yang membuat peserta didik bekerjasama dan saling ketergantungan. Suriansyah Salati, Strategi Mengaktifkan Siswa 149 “Belajar Aktif” (Active Learning) dalam … e. Pengajaran Teman Sebaya (Peer Teaching) Bagian ini membahas cara-cara untuk memungkinkan para peserta didik saling mengajar. Anda akan menemukan berbagai strategi yang memungkinkan para peserta didik menjadi kolaborator dalam proses belajar-mengajar. f. Belajar Mandiri (Independent Learning) Bagian ini berkaitan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik secara individual dan privat. Anda akan menemukan berbagai strategi untuk mengembangkan tanggung jawab peserta didik untuk mengarahkan belajar mereka sendiri. g. Belajar afektif (Affektive Learning) Bagian ini berkaitan dengan para peserta didik yang menguji perasaan-perasaan, nilai, dan sikap mereka. Anda akan menemukan berbagai strategi untuk mempermudah pemahaman diri dan klarifikasi nilai. h. Pengembangan Keterampilan (Skill Development) Bagian ini berkaitan dengan mempelajari dan mempraktekkan ketrampilan baik yang teknis maupun non-teknis. Anda akan menemukan berbagi strategi untuk mempercepat pengembangan keterampilan awal dan praktek lanjut. 3. Belajar AgarTidak Lupa Tindakan-tindakan positif yang dapat diambil untuk menjadikan pembelajaran berarti, dan mungkin, bahkan penutupan yang tidak dilupakan. a. Peninjauan Ulang Salah satu cara yang paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari materi yang tidak ditinjau. Hal itu karena peninjauan memudahkan peserta-didik untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan cara untuk menyimpannya dalam 150 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 otaknya. Disamping menjadi aktif, mereka semua membuat tinjauan yang menyenangkan. b. Penilaian Diri Bagian ini berkaitan dengan cara-cara membantu peserta didik menilai apa yang sekarang mereka ketahui, apa yang mereka dapat lakukan sekarang, dan sikap apa yang seharusnya mereka pegangi. Memberikan waktu kepada peserta didik untuk penilaian diri sendiri, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguji mata pelajaran yang telah diberikan pengertiannya oleh kelas kepada peserta. Strategistrategi ini merupakan cara yang terstruktur untuk memajukan macam penilaian. Mereka juga memberi penutup yang berarti bagi pengalaman kelas. c. Perencanaan Masa Depan Bagian ini berkaitan dengan cara membantu peserta didik untuk mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Strategi perencanaan masa depan yang mengkonfrontasikan peserta didik dengan fakta bahwa belajar tidak berhenti di ruangan kelas saja, tetapi terus-menerus. d. Sentimen Akhir Bagian ini berkaitan dengan cara membantu peserta didik mengenang tentang pengalamannya bersama dan mengucapkan penghargaan (apresiasi). Strategi ini membantu menutup pelajaran dan memudahkan peserta didik mengatakan goodbye. Peserta didik mengembangkan perasaan akrabnya terhadap teman sekelasnya, jika peserta didik telah mengambil bagian dalam aktivitas belajar aktif. Strategi yang dikemukakan penulis pada penulisan ini disampaikan secara garis besar saja atau pada tingkat pemahaman umum, artinya tidak menggambarkan contoh konkrit, mengingat banyaknya strategi (101 strategi) disamping terbatasnya ruang penulisan makalah yang disajikan.6 6 Untuk lebih jelasnya dipersilahkan melihat strategi-strategi yang dikemukakan oleh Mel Silberman dalam bukunya Active Learning Suriansyah Salati, Strategi Mengaktifkan Siswa 151 “Belajar Aktif” (Active Learning) dalam … D. Penutup Pembelajaran itu berjalan dengan lancar, tertib dan harmonis bilamana guru dan peserta didik sama-sama berperan aktif dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar. Kondisi pembelajaran seperti ini tentu menjadi sebuah jaminan tercapainya tujuan yang diinginkan. Untuk menjadikan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran bukanlah suatu hal yang mudah, melainkan harus melalui upaya-upaya tertentu berupa strategi-strategi yang dapat membawa peserta didik aktif dalam pembelajaran. Pada awal/pembukaan pelajaran, guru melakukan strategi supaya membuat peserta didik aktif sejak dini, pada inti pelajaran atau penyampaian materi, membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif. Kemudian ketika mengakhiri pelajaran/penutup, melakukan strategi supaya membuat peserta didik belajar agar tidak lupa. (101 strategi Pembelajaran), YokyakartaYappendis, 2001, dari halaman 42 sampai dengan 281. 152 Ta’lim Muta’allim, Vol. I Nomor 2 Tahun 2011 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV. Rajawali, 1986. Hamalik Oemar, Strategi belajar Mengajar, Bandung: Mandar Maju, 1993. Rohani HM Ahmad dan Ahmadi H. Abu, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Silberman Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta, Yappendis, 2001. Suryosubroto B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Soekartawi, dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional (Instructional Design), Untuk memperbaiki Kualitas belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.