Pendahuluan_x000b_o Jelaskan latarbelakang riset

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan peningkatan pembayaran secara daring dan sistem penyaluran yang semakin
baik, konsumen bergantung pada internet untuk mencari informasi dan transaksi.
Konsumen mengunjungi toko daring untuk meninjau produk yang dicari sebelum
memutuskan untuk datang ke toko luring atau membeli produk yang umumnya toko
fisik di toko daring, sehingga saat ini toko daring telah menjadi bagian utama dalam
keberlangsungan bisnis. Kemudahan dalam menciptakan situs web dimanfaatkan
perusahaan yang hanya bergantung pada toko daring untuk memasarkan produknya
atau dengan menitipkan produk di situs web yang sudah terkenal. Kemunculan situs
web yang meningkat menciptakan kompetisi yang tidak dapat dihindari sehingga
mempertahankan konsumen lama dan mengurangi potensi perilaku beralih konsumen
dapat menjadi keunggulan kompetitif.
Dalam menganalisa perilaku beralih konsumen, perusahaan jasa fokus untuk
mempertahankan konsumen karena kompetisi yang semakin sengit dan mencari
konsumen baru membutuhkan biaya lebih. Beberapa studi menyatakan determinan
dari pembelian ulang dapat dipahami melalui perilaku beralih konsumen (e.g. Bansal
et al., 2005; Keaveney, 1995; Roos, 1999). Bansal menerapkan model migrasi PPM
(push, pulling, moorings) untuk menginvestigasi perilaku beralih provider layanan
1
konsumen dan model PPM diaplikasikan pada beberapa studi perilaku konsumen
daring (e.g. Hou et al., 2009; Zhang et al., 2008). Namun, model PPM tidak dapat
menjelaskan mengapa konsumen kembali ke provider layanan yang sebelumnya telah
mereka alihkan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan SPAT (switching path
analysis technique) yang terdapat tiga determinan beralih, pusher, swayer, dan puller,
untuk menginvestigasi anteseden dari niat pembelian ulang daring (Roos, 1999).
SPAT dapat menjelaskan apa yang tidak dijelaskan oleh model PPM.
i.
Sejarah industri
Pasar agen perjalanan daring di Indonesia tumbuh semakin pesat, seiring dengan
permintaan yang besar dan tujuan pemerintah menempatkan sektor pariwisata sebagai
salah satu sektor yang diharapkan menjadi penghasil devisa terbesar pada tahun 2019
(Kompas, 2015). Agen perjalanan daring di Indonesia terbagi antara murni ciptaan
anak bangsa dan perluasan pasar dari e-dagang luar negeri. Peningkatan terjadi
beberapa tahun belakangan ini terlihat dari jumlah pemain agen perjalanan daring
yang semakin meningkat. Sepuluh tahun lalu belum ada satupun e-dagang agen
perjalanan daring di Indonesia.
Peningkatan infrastruktur internet dan penggunaan telepon pintar menciptakan
peluang besar pertumbuhan e-dagang di Indonesia dengan penetrasi internet 88 juta
pengguna dari 71,9 tahun 2013 (APJII, 2015). Agen perjalanan yang semula
merupakan bisnis luring yang biasa membutuhkan tatap muka untuk bertransaksi,
2
hlima tahun terakhir ini telah berevolusi dari konvensional menjadi daring. Sejak
tahun 2011, setiap tahun muncul situs agen perjalanan daring baru yang menandakan
potensi besar pasar perjalanan di Indonesia.
Pertumbuhan jumlah pemain agen perjalanan daring ditandai dengan peningkatan
nilai transaksi e-dagang mencapai 13 miliar dollar pada tahun 2015 dan diharapkan
meningkat sebanyak 25 miliar pada 2016 (Kominfo, 2016). Bahkan, Asosiasi
Perjalanan Penerbangan Internasional (IATA) memperkirakan pada tahun 2034, China,
India, dan Indonesia akan menjadi tiga dari lima pasar yang mengalami pertumbuhan
paling cepat dalam hal jumlah penumpang pesawat udara setiap tahunnya dengan
Indonesia sebanyak 183 juta penumpang.
ii. Perusahaan yang aktif
Agen perjalanan daring di Indonesia aktif dalam perbaikan layanan dan peningkatan
nilai yang dirasakan konsumen. Segala upaya dilakukan para agen untuk
meningkatkan lalu lintas situs diakses sebagai awal mula terjadi transaksi. Peringkat
situs web yang paling banyak diakses oleh pasar di Indonesia mengalami fluktuasi.
Pada bulan desember tahun 2015, agen perjalanan daring yang paling diakses di
Indonesia yaitu Traveloka menempati peringkat 63, pada pertengahan maret 2016,
turun menjadi peringkat 95. Namun, pada peringkat dunia Traveloka berada pada
4411, berhasil naik 502 peringkat (Alexa.com).
Tiga agen perjalanan daring yang masuk peringkat 500 situs web paling sering
3
diakses di Indonesia menurut Alexa, ketiganya adalah usaha rintisan ciptaan anak
negeri yaitu Traveloka, Tiket dan Pegipegi. Potensi pertumbuhan agen perjalanan
daring menarik investor luar negeri untuk memberikan bantuan pendanaan pada usaha
rintisan yang prospektif dengan lingkungan kompetisi yang semakin padat pemain,
sehingga diharuskan untuk selalu melakukan inovasi supaya memenangkan pasar.
iii. Perilaku Konsumen
Pengguna internet di Indonesia yang meningkat berbanding lurus dengan sektor
pariwisata, memberi peluang baru pebisnis digital untuk membuat usaha rintisan lokal
di Indonesia. Selain itu di era globalisasi, perilaku masyarakat Indonesia semakin
dinamis untuk berpindah tempat dan fleksibel menuntut kecepatan dalam mengakses
informasi transportasi untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Survey global e-dagang
yang dilakukan oleh Nielsen pada 2014 menempatkan layanan perjalanan menjadi
item yang paling banyak dibeli, lebih dari setengah dari konsumen Indonesia
berencana membeli tiket pesawat secara daring (55%) serta melakukan pemesanan
hotel dan biro perjalanan (46%) dalam enam bulan ke depan. Hal tersebut
menunjukkan kesadaran konsumen Indonesia akan pentingnya agen perjalanan daring
yang semakin tinggi.
Data terbaru Kementerian Pariwisata menunjukkan, pada tahun 2013 perjalanan
wisatawan nusantara mencapai 250 juta perjalanan dengan total pengeluaran hingga
Rp 177,84 triliun. Jumlah perjalanan dan pengeluaran selalu meningkat sejak tahun
4
2009. (Kemenpar, 2013). Potensi wisatawan lokal Indonesia sangat besar. Apalagi
jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia tiap tahun bertambah. Jumlah kelas
menengah di Indonesia hanya 37,7% populasi, namun pada 2010 mencapai 134 juta
jiwa atau 56,5%. Artinya tiap tahun bertambah sekitar 7 juta jiwa (Bank Dunia, 2003
di dalam Widiatmanti, 2015).
Dalam menentukan agen perjalanan daring, konsumen menggunakan beberapa
pertimbangan atas pengalaman yang pernah dialami berdasarkan kepuasan dan
layanan yang diberikan. Selain itu, konsumen juga mempertimbangkan apakah agen
perjalanan daring tersebut memiliki akses dalam satu program untuk sampai ke
tahapan transaksi. Hal ini dikarenakan, terdapat agen perjalanan daring yang hanya
menawarkan layanan pencarian dan perbandingan harga kemudian disalurkan ke
tautan situs web resmi maskapai penerbangan atau hotel.
iv. Situasi persaingan
Model bisnis yang serupa menciptakan arena persaingan yang kompetitif menuntut
para agen untuk menciptakan inovasi yang dapat meningkatkan penjualan. Salah satu
inovasi dengan memberi penawaran penghargaan terhadap konsumen yang telah
membeli di suatu agen perjalanan daring seperti diskon di pembelian tiket selanjutnya
ataupun tampilan situs web yang mudah dipahami. Penawaran potongan ini dapat
dilakukan dengan kerjasama maskapai penerbangan atau hotel. Namun, hal ini
dilakukan hampir mayoritas agen perjalanan daring sehingga perbedaannya tidak
5
signifikan apabila hanya dilihat dari konteks promosi. Oleh karena itu, inovasi yang
perlu dilakukan para agen tidak hanya yang dapat terlihat oleh kasat mata tetapi juga
meliputi aspek tak terlihat yang dapat dirasakan konsumen sehingga dapat
memberikan pengalaman yang terbaik.
Di lingkungan persaingan yang kompetitif, mempertahankan niat konsumen untuk
melakukan pembelian ulang dan mencegah terjadinya perilaku konsumen berpindah
ke agen lain, penting untuk diperhatikan oleh sebuah agen perjalanan daring.
Reichheld dan Sasser (1990) mengungkapkan peningkatan lima persen pada retensi
konsumen dapat meningkatkan keuntungan sebanyak 25-85 persen, dan biaya untuk
mendapatkan konsumen baru sebesar lima kali dari mempertahankan konsumen lama.
Pentingnya usaha untuk mempertahankan konsumen akan berdampak pada
pengeluaran yang dapat dipangkas untuk digunakan pada kebutuhan yang lebih
penting tanpa mengurangi esensi dari sebuah perusahaan, mencari keuntungan.
Konsumen yang memiliki inersia tinggi akan enggan untuk berubah penyedia layanan
lain meskipun alternatifnya lebih menarik (Liu et al., 2007 dalam Kuo et al., 2013).
Menurut Liu et al., 2007 dalam Kuo et al., 2013, inersia dapat mendorong konsumen
melakukan pembelian ulang. Beberapa studi mengindikasikan kepuasan adalah satu
dari penentu yang paling utama dari niat pembelian ulang pada belanja daring
(Keiningham et al., 2007; Shim et al., 2002; Tsai dan Huang, 2007).
6
Untuk mengetahui persaingan industri lebih lanjut, peneliti telah melakukan
wawancara kepada enam informan. Wawancara dilakukan kepada enam konsumen
agen perjalanan daring di Indonesia yaitu tiga mahasiswa FEB UGM, satu karyawan
perusahaan swasta dan satu pengembang usaha rintisan. Wawancara meliputi dua
pertanyaan untuk melihat pola jawaban responden. Pertanyaan pertama yang
ditanyakan mengenai agen perjalanan daring yang dipilih responden beserta
alasannya, kemudian mengenai situasi agen perjalanan daring di Indonesia.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa mayoritas alasan mereka memilih suatu agen
perjalanan daring diantaranya karena layanan perbandingan harga antar maskapai
lebih murah, tampilan situs web yang mudah dipahami dengan tampilan situs web
menarik, tidak perlu pergi ke agen luring, rekomendasi positif dari kerabat yang
pernah membeli di agen perjalanan daring, tawaran promo diskon berkaitan dengan
hari perayaan tertentu dan puas dengan satu agen perjalanan daring kemudian malas
untuk mencari alternatif agen lain. Berikut adalah potongan percakapan dengan salah
satu informan, seorang karyawan swasta berusia 24 tahun.
“Aku pernah beli tiket pesawat sama pesen kamar di Traveloka, Tiket.com, sama
Booking. Aku paling suka Traveloka sih harga udah fix dan lebih murah, jadi
harga yang tertera ya harga yang dibayar itu sama tampilannya mudah
digunain. Aksesnya juga mudah karena semua bisa dalam satu pintu, sehingga
memudahkan orang buat travelling. Sekarang banyak banget pemain baru lokal
karena demand juga masih banyak, ada terakhir Mister Aladdin.com. Pada
intinya, feedback nya bagus untuk konsumen karena semakin dimanjakan oleh
berbagai promo dan layanan yang semakin baik. Kasihan mungkin akan
mematikan agen travel biasa, Nad. Walaupun banyak pemain baru, aku nggak
tertarik ganti OTA (online travel agent) kecuali mereka menawarkan sesuatu
7
yang berbeda, seperti experience pemesanan yang berbeda.” (Fikri Rahman, 24
tahun, karyawan swasta dan UX Designer)
Informan mengungkapkan saat ini e-dagang khususnya agen perjalanan daring
memang tumbuh secara masif, bahkan menurut mereka sampai tidak ada perbedaan
signifikan antar agen perjalanan daring tersebut. Namun, dengan kompetisi ini
mereka mengaku diuntungkan karena para agen perjalanan tersebut saling berlomba
untuk memenangkan konsumen dengan memberi tawaran menarik.
Penelitian ini menginvestigasi dan membandingkan pengaruh dari inersia konsumen
dan kepuasan pada niat pembelian ulang pada konsumen agen perjalanan daring di
Indonesia. Selain itu, penelitian menguji pengaruh moderasi dari word of mouth
positif dan daya tarik alternatif pada kedua hubungan tersebut. Dari penemuan hasil
riset ini, diharapkan dapat berkontribusi sebagai masukan untuk para pemangku
kepentingan dalam perusahaan untuk menciptakan manajemen strategi yang tepat
dalam upaya untuk mempertahankan konsumen sampai ke tahap pembelian ulang.
1.2. Perumusan masalah
Agen perjalanan daring mengalami persaingan yang kompetitif karena jumlah pemain
yang meningkat beberapa tahun ini seiring peningkatan jaringan internet yang
semakin baik. Antar agen perjalanan daring yang satu dengan yang lain memberikan
nilai yang hampir sama, mengedepankan penawaran harga termurah dan kerjasama
dengan ribuan hotel. Perbedaan yang tidak signifikan antar agen perjalanan daring
8
dapat memudahkan konsumen untuk beralih ke agen yang lain karena dipersepsikan
menawarkan nilai yang sama.
Dalam mempertahankan niat konsumen, penting untuk mengetahui proses konsumen
dalam melakukan keputusan pembelian ulang. Proses keputusan pembelian ulang
tidak hanya diputuskan berdasarkan pengalaman pribadi. Konsumen dapat
menjumpai tawaran alternatif dari agen lain serta pertimbangan word of mouth dari
kerabat atau oranglain yang secara sukarela membagikan pengalaman menggunakan
suatu produk atau jasa. Word of mouth positif dianggap lebih dipercaya dibanding
promosi dari pemasar atau tawaran yang menarik dari kompetitor dapat berpotensi
mempengaruhi niat pembelian ulang pada agen perjalanan daring favorit konsumen.
Peneliti meneliti peran moderasi word of mouth positif dan daya tarik alternatif
terhadap hubungan inersia konsumen dan kepuasan konsumen terhadap niat
pembelian ulang di masa datang.
1.3. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka rumusan masalah yang
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1) Apakah inersia konsumen mempengaruhi secara positif niat pembelian ulang
pada agen perjalanan daring?
9
2) Apakah kepuasan konsumen mempengaruhi secara positif niat pembelian
ulang pada agen perjalanan daring?
3) Apakah word of mouth positif memoderasi hubungan antara inersia konsumen
dan niat pembelian ulang pada agen perjalanan daring?
4) Apakah word of mouth positif memoderasi hubungan antara kepuasan
konsumen dan niat pembelian ulang pada agen perjalanan daring?
5) Apakah daya tarik alternatif memoderasi hubungan antara inersia konsumen
dan niat pembelian ulang pada agen perjalanan daring?
6) Apakah daya tarik alternatif memoderasi hubungan antara kepuasan konsumen
dan niat pembelian ulang pada agen perjalanan daring?
1.4. Tujuan penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan, penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1) Menguji pengaruh inersia konsumen pada niat pembelian ulang
2) Menguji pengaruh kepuasan konsumen pada niat pembelian ulang
3) Menguji peran moderasi word of mouth positif pada inersia konsumen dan niat
pembelian ulang
4) Menguji peran moderasi word of mouth positif pada kepuasan konsumen dan
niat pembelian ulang
10
5) Menguji peran moderasi daya tarik alternatif pada inersia konsumen dan niat
pembelian ulang
6) Menguji peran moderasi daya tarik alternatif pada kepuasan konsumen dan
niat pembelian ulang
1.5. Lingkup penelitian
Model pada penelitian ini merupakan replikasi model penelitian utuh dari penelitian
sebelumnya yaitu mengenai Effects of inertia and satisfaction in female online
shoppers on repeat-purchase intention: The moderating roles of word-of-mouth and
alternative attraction oleh Kuo et al. (2013). Perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penelitian ini melibatkan responden seluruh jenis
kelamin, baik wanita maupun pria dan menggunakan objek penelitian e-dagang
belanja daring. Hal ini dikarenakan baik pria maupun wanita memiliki peluang yang
sama untuk melakukan transaksi di agen perjalanan daring di Indonesia dan peneliti
belum menemukan penelitian terdahulu di Indonesia yang menyatakan transaksi
cenderung dilakukan oleh gender tertentu. Selain itu, objek penelitian ini adalah
beberapa agen perjalanan daring untuk menginvestigasi pengaruh inersia konsumen
dan kepuasan konsumen dalam niat untuk melakukan pembelian ulang di agen
perjalanan daring yang sama. Penelitian dilakukan dengan rentang waktu bersifat
cross-sectional yaitu pada tanggal 28 April-10 Mei 2016. Data diambil hanya sekali
dalam rentang beberapa hari, minggu, atau bulan pada periode tersebut untuk
11
menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran dan Bougie, 2010). Variabel yang
digunakan adalah inersia konsumen, kepuasan konsumen, word of mouth positif, daya
tarik alternatif, dan niat pembelian ulang.
1.6. Kontribusi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai referensi kepada
pihak-pihak berikut ini berkaitan dengan pengembangan suatu situs web agen
perjalanan dalam mempertahankan konsumen untuk tetap memiliki niat melakukan
pembelian ulang. Kontribusi-kontribusi tersebut sebagai berikut.
1) Bagi pemasar, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menciptakan
kebijakan stratejik yang tepat dan diterapkan untuk mempertahankan konsumen pada
agen perjalanan daring di Indonesia.
2) Bagi publik atau pembaca, penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai
pandangan baru dalam mengidentifikasi penyebab proses perilaku niat pembelian
ulang.
1.7. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini diuraikan dalam lima bab yang disusun secara sistematis.
Penjelasan mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:
1) Bab I: PENDAHULUAN
12
Bab ini menggambarkan secara umum maksud penelitian yang akan dilakukan dan
menjelaskan mengenai latarbelakang penelitian, tujuan penelitian, pertanyaan
penelitian, lingkup penelitian serta kontribusi penelitian.
2) Bab II: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini membahas tentang landasan teori yang akan digunakan, tinjauan penelitian
sebelumnya, pengembangan hipotesis dengan menunjukkan hubungan antar variabel,
dan model penelitian.
3) Bab III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, uji validitas, uji reliabilitas, metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian dan bagaimana informasi dan data yang
mendukung penelitian dikumpulkan.
4) Bab IV: ANALISIS DATA
Bab ini berisi data yang telah dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai
hasil dari penelitian serta korelasi antar variabel penelitian, pengujian persamaan
regresi dan pengujian hipotesis penelitian.
5) Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hipotesis penelitian, keterbatasan
penelitian dan implikasi bagi pemasaran. Bab ini juga mencakup rangkuman dari
semua informasi yang diperoleh dari hasil penelitian.
13
Download