8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa a. Pengertian Tugas Perkembangan Individu dalam perjalanan hidupnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahapan perkembangan terdapat fase yang harus di lalui dan di tuntaskan. Tahapan perkembangan individu terbagi menjadi empat fase, antara lain dimulai dari masa anak, masa remaja, dan masa dewasa. Masa Remaja dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa depannya (Makmun, 2004: 130). Berdasarkan hal tersebut individu yang memasuki usia remaja akan berusaha memenuhi tugas perkembangan pada saat ini, agar dapat lebih mudah memenuhi tugas – tugas perkembangan selanjutnya. Adapun menurut Havighurst (1953:2) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut: A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficult with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang 9 bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas tugas berikutnya. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pencapaian tugas perkembangan pada siswa sangatlah penting sebagai pondasi dan tolak ukur kesuksesan memenuhi syarat keberhasilan dan kebahagiaanya dalam suatu masa perkembangan, dan juga sebagai pendongkrak keberhasilan dalam menempuh tugas-tugas berikutnya. Namun apabila seorang tidak dapat menempuh tugas perkembangan secara sempurna akan menimbulkan kemunduran berupa munculnya rasa tidak bahagia dalam diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan dalam masyarakatnya, bahkan individu yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyelesaian tugas-tugas berikutnya. Mamat Supriatna (2010:37) mengemukakan perkembangan perilaku yang efektif sebagai tujuan pelaksanaan bimbingan dapat dilihat dari pencapaian tugas-tugas perkembangan. Dari pendapat tersebut dapat dimaknaai bahwa dalam bimbingan perkembangan, perilaku yang efektif dari seorang individu dapat dilihat dari pencapaian tugas perkembangan individu tersebut yaitu sebagai salah satu tujuan dari bimbingan konseling perkembangan. b. Pentingnya Pemahaman akan tugas perkembangan Setiap masa perkembangan seorang individu memiliki tugas perkembangan yang harus di penuhi, penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui pentingnya pemahaman terhadap tugas perkembangan siswa untuk mengawal siswanya memenuhi tugas-tugas perkembangan yang harus di lewatinya. Havighurst (1953:5) mengemukakan alasan pentingnya pemahaman terhadap tugas perkembangan bagi pendidik, yaitu: First, it helps in discovering and starting the purposes of education in school education may be conceived of the society, through the school to help the individual achieve certain of his developmental task. The second use of concept is in the timing of educational efforts. When the 10 body is ripe, and the society requires, and the self is ready to achieve a certain task, the teachable moment has come. Dari kutipan tersebut di ketahui bahwa pemahaman terhadap tugas perkembangan penting karena, pertama, membantu dalam menemukan dan menyatakan tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat dipahami sebagai upaya masyarakat melalui sekolah membantu seorang individu untuk mencapai tugas perkembangannya. Kedua, salah satu upaya membantu individu dalam mencapai tugas perkembangannya di masyarakat. Mamat Supriatna (2010:32) menjelaskan bahwa “Konselor juga bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan fisik. Sehingga guru adalah sebagai pemberi kontrol terhadap aspek penunjang perkembangan”. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing berusaha menjadi fasilitator perkembangan peserta didik dengan cara merancang dan mengembangkan kurikulum. c. Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Menurut Sunaryo Kartadinata,dkk (2003) Ada 10 aspek perkembangan pada siswa SD dan SLTP, serta 11 Aspek pada siswa SLTA dan siswa PT. Aspek aspek yang diungkap berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan siswa yang dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah. Walaupun aspek-aspek itu bersinggungan dengan teori Havighurst, temuan ini sudah lebih banyak muatan empirik sesuai dengan kondisi Indonesia. Sebelas aspek perkembangan siswa sebagai berikut : 1) Landasan Hidup Religius meliputi: a) sholat dan berdoa, b) belajar agama, c) keimanan , d) sabar 2) Landasan perilaku etis meliputi: a) jujur, b) hormat kepada orang tua, c) sikap sopan dan santun, d) ketertiban dan kepatuhan 11 3) Kematangan emosional meliputi: a) kebebasan dalam mengemukakan pendapat, b) tidak cemas, c) pengendalian emosi, d) kemampuan menjaga stabilitas emosi 4) Kematangan intelektual meliputi: a) sikap kritis, b). sikap rasional, c) kemampuan membela hak pribadi, d) kemampuan menilai 5) Kesadaran tanggung jawab meliputi: a) mawas diri, b) tanggung jawab atas tindakan pribadi, c) partisipasi pada lingkungan, d) disiplin 6) Peran sosial sebagai pria atau wanita meliputi: a) perbedaan pokok lakilaki dan perempuan, b) peran sosial sesuai jenis kelamin, c) tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin, d) cita cita sesuai jenis kelamin. 7) Penerimaan diri dan pengembangannya meliputi: a) kondisi fisik, b) kondisi mental, c) pengembangan cita-cita, d) pengembangan pribadi 8) Kemandirian perilaku ekonomis meliputi: a) upaya menghasilkan uang, b) sikap hemat dan menabung, c) bekerja keras dan ulet, d) tidak mengharap pemberian orang. 9) Wawasan persiapan karir meliputi: a) pemahaman jenis pekerjaan, b) kesungguhan belajar, c) upaya meningkatkan keahlian, d) perencanaan karir 10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya meliputi: a) pemahaman tingkah laku orang lain, b) kemampuan berempati, c) kerja sama, d) kemampuan hubungan sosial 11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga meliputi: a) pemilihan pasangan/teman hidup, b) kesiapan menikah, c) membangun keluarga, d) reproduksi yang sehat. d. Tingkat pencapaian tugas perkembangan Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa adalah seberapa tinggi tingkat pencapaian suatu tugas perkembangan. 12 Syamsu Yusuf (2011:76) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian tugastugas perkembangan ada tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tinggi. Indikatornya, memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih, sebagai anggota klik dari jenis kelamin yang sama secara mantap, dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu, memiliki penyesuaian sosial yang baik, meluangkan waktu untuk berinteraksi, mau bekerjasama dengan orang lain yang mungkin tidak disenangi untuk mencapai tujuan kelompok, menyenangi lawan jenis, memilihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin, mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat, memiliki pengetahuan tentang reproduksi, memiliki tujuan hidup yang realistik, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga secara mandiri, dan memiliki reputasi sifat moral yang baik. 2) Sedang. Indikatornya, memiliki seorang teman dekat, menjadi anggota klik namun kurang mendapat perhatian, memiliki kemampuan sosial yang sedang, merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam, remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita, menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak peran heteroseksualnya, hanya menyenagi olahraga ringan, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak mampu memelihara program kesehatan dalam jangka waktu lama, ego idealnya dipengaruhi oleh dewasa muda, sikapnya belum ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan, 13 kadang-kadang kurang bersikap jujur, bersikap altruis namun kurang matang, cenderung mementingkan kebutuhan sendiri daripada orang lain, mau bekerjasama apabila ada tekanan dari kelompoknya atau orang dewasa. 3) Rendah. Indikatornya, tidak memiliki teman akrab, tidak pernah diundang oleh teman untuk menghadiri acara kelompok, sering dikambing hitamkan oleh teman sebaya, sering balas dendam dengan sikap bermusuhan, remaja pria tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, remaja wanita penampilannya seperti anak kecil, berpenampilan seperti remaja pria, kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan diri dan cenderung menolak apa yang dinasehati oleh orang tua, menampakkan ketidaksenangan terhadap tubuhnya, merasa cemas tentang kematangan yang lambat, tidak memiliki pengetahuan tentang reproduksi, ego idealnya sangat ditentukan oleh orang tua, menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan orang tua, menerima otoritas orang tua, mengalami kesulitan dalam menempuh hidup berkeluarga, berperilaku tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak konsisten, tidak suka memperhatikan perasaan orang lain, bersikap kasar dan tidak sopan, menolak bekerjasama, dan suka memaksa otoritas. 2. Kemampuan Berfikir Kreatif a. Pengertian Kemampuan Berfikir Kreatif Keterampilan berpikir diperlukan oleh setiap orang untuk berhasil dalam kehidupannya. John Dewey (1916), menyatakan bahwa sekolah semestinya mengajarkan siswa untuk berpikir. Dia juga mendefinisikan berpikir adalah aktivitas mental untuk memformulasikan atau memecahkan masalah, membuat 14 keputusan, usaha untuk mememahami sesuatu, mencari jawaban atas permasalahan, dan mencari arti sesuatu hal (Ida Bagus, 2007:674). Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Momon Sudarma (2013:21) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah. Sehingga pribadi kreatif adalah seorang yang dapat memecahkan masalahnya dengan sesuatu cara baru yang terbentuk dari sikap, kebiasaan, maupun tindakannya yang terus berkembang. Makna kreatif secara sederhana di kemukakan oleh Momon Sudarma (2013: 232) yaitu kemampuan menemukan sesuatu yang berbeda. Orang disebut kreatif, karena dia mampu menemukan cara yang berbeda dari orang lain, sehingga melahirkan produk yang berbeda. Utami Munandar (1999:12) menyatakan bahwa Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungan. Sehingga seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi. Berpikir kreatif pada dasarnya adalah penemuan sesuatu, dan menghasilkan sesuatu baru dari sesuatu yang sebelumnya telah ada maupun belum ada. Anwar (2000) mengemukakan bahwa creative thinking is a way of generating ideas that can in some way be applied to the world (Muhammad Nadeem Anwar, Muhammad Aness, dkk. 2012:44) Dari penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa berpikir kreatif adalah salah satu cara menciptakan suatu ide dan gagasan dengan cara tertentu dapat di aplikasikan di dunia 15 Pengertian lain disampaikan oleh Siswono (2009:6) bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen). Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan. Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tiba-tiba (insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis bersama-sama yang tidak terpisah. Menurut Krulik (1995) dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah (Siswono, 2005: 2). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan yang berkembang dalam individu untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dinilai kelancaran, flaksibilitas, rasionalitas, kerincian, sikap evaluatif, dalam berpikir, dengan memanfaatkan interaksi antara individu dan lingkungan berupa strategi atau metode yang bervariasi guna memecahkan masalah yang ada 16 b. Kriteria Kreativitas Penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses, person dan produk kreatif. Proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses kreatif dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut Rothernberg (1976) proses kreatif identik dengan berpikir Janusian (Dedi Supriadi, 1994), yaitu suatu tipe berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru. Dimensi person sebagai kriteria kreativitas identik dengan kepribadian kreatif. Trefingger dalam Utemi Munandar mengatakan bahwa kepribadian kreatif merupakan individu yang biasanya lebih terorganisirdalam melakukan sebuah tindakan. Rencana inovasi dan produk orisinil telah dipikirkan dengan matanglebih dahulu, dengan memikirkan masalah yang timbul dan impilkasinya (Utami Munandar, 1999:35). Kepribadian kreatif (creative personality) menurut Guilford dalam Dedi Supriadi (1994: 13) meliputi kognitif, dan non kognitif (minat, sikap, kualitas temperamental). Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang tidak kreatif. Karakteristikkarakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orangorang kreatif. Produk kreatif yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini merupakan paling ekplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai kriteria puncak bagi kreativitas. Kriteria kreativitas pendapat lainnya dibedakan atas dua jenis, yaitu concurrent kriteria yang didasarkan kepada produk kreatif yang ditampilkan oleh seseorang selama hidupnya atau ketika ia menyelesaikan suatu karya kreatif; kedua concurent kriteria yang didasarkan pada konsep atau definisi kreativitas yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator perilaku kreatif. 17 c. Aspek dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan- kemungkinan untuk menyelesaikan masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas perlu di pupuk pada diri siswa terutama pada penyelesaian masalah karena kreativitas dapat melatih anak keterampilan berpikir luwes (flexibility) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran, keterampilan berpikir lancar (fluency) yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban., keterampilan berpikir asli (originality) yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsurunsur, keterampilan berpikir memperkaya dan menguraikan (elaboration) yaitu mampu mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci secra detail dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik, dan keterampilan perumuskan kembali (redefinition) yaitu menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melakukan hal tersebut sesuai dengan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 1997:7). 18 Ambarjaya (2008:58), mengemukakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berfikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir fleksibel (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), kemampuan memperinci (elaboration), dan kemampuan menilai (evaluation). Hal senada juga diungkapkan Utami Munandar (1999:51) bahwa kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, atau perincian merupakan ciriciri kreativitas yang berhubungan kemampuan berfikir seseorang dengan kemampuan berfikir kreatif. Makin kreatif seseorang, ciri tersebut makin di miliki. Seseorang yang memiiki kemampuan berpikir kreatif dapat tercermin dari cara berfikirnya, adapun jabaran diuraikan dalam Tabel 2.1. Tabel.2.1. Ciri Aptitude Kemampuan Berpikir Kreatif No 1 Ciri-ciri aptitude kemampuan berfikir kreatif Kemampuan berpikir lancar 2 Kemampuan berpikir luwes 3 Kemampuan berpikir orisinil 4 Kemampuan memperinci atau mengelaborasi Perilaku siswa (indikator) a. Menjawab sebuah pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban b. Selalu dapat menemukan dan mengemukakan gagasan c. Menanyakan banyak pertanyaan a. Dapat memberikan suatu penafsiran terhadap suatu permasalah ataupun gambaran b. Memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain dalam menyikapi suatu masalah a. Memiliki daya imajinasi tinggi b. Dapat memikirkan penyelesaian masalah yang tidak terfikirkan orang lain a. Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk yang sudah ada b. Memaparkan langkah kerjanya secara nyata dan terperinci 19 5 6 Kemampuan menilai atau mengevaluasi Strategi atau metode yang bervariasi a. Member pandangan atas sudut pandangnya sendiri b. Mampu merancang rancangan rencana kerja dari gagasan yang tercetus a. Menemukan cara mencapai tujuan b. Menciptakan cara yang mudah untuk menyelesaikan tugas 3. Hubungan Antara Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Pencapaian tugas perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor diri (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal meliputi bakat dan kecerdasan, kreativitas, motivasi, minat, dan perhatian. Sedangkan faktor eksternal ialah lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan fasilitas belajar. Faktor yang paling menentukan keberhasilan seseorang adalah faktor diri. Jika faktor diri sudah mendukung, besar kemungkinan yang bersangkutan akan berhasil. Salah satunya yaitu cara berpikir kreatif yang penting bagi remaja untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Gough (1991:3) berpendapat bahwa Perhaps most importantly in today's information age, thinking skills are viewed as crucial for educated persons to cope with a rapidly changing world. Dari pendapat tersebut dapat di maknai bahwa mungkin yang terpenting dalam jaman tekhnologi sekarang, keterampilan berpikir dipandang sangat penting untuk individu yang berpendidikan untuk mengatasi dunia yang cepat berubah. Pendidikan menghasilkan banyak manusia unggulan dengan tingkat pengetahuan yang rata-rata tinggi. Munculnya masalah baru, diantaranya adalah ledakan penduduk yang membuat adanya persaingan dalam bertahan hidup yang juga meningkatkan kualifikasi dari tenaga kerja dan perlombaan meningkatkan mutu pendidikan. Dengan begitu meningkat pula tingkat stress dan masalah baru bagi tiap individu khususnya siswa yang menempuh pendidikan. Disinilah salah satu 20 hambatan tercapainya tugas perkembangan siswa. Karenanya, di perlukan sebuah cara baru yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berpikir kreatif. Menurut Siswono (2005: 4), “meningkatkan kemampuan berpikir kreatif artinya menaikkan skor kemampuan siswa dalam memahami masalah, kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan penyelesaian masalah”. Siswa dikatakan memahami masalah bila menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, siswa memiliki kefasihan dalam menyelesaikan masalah bila dapat menyelesaikan masalah dengan jawaban bermacam-macam yang benar secara logika. Siswa memiliki fleksibilitas dalam meyelesaikan masalah bila dapat menyelesaikan soal dengan dua cara atau lebih yang berbeda dan benar. Siswa memiliki kebaruan dalam menyelesaikan masalah bila dapat membuat jawaban yang berbeda dari jawaban sebelumnya atau yang umum diketahui siswa. Hubungan bermakna tersebut bersifat positif, artinya semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif, maka pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kesenangan, dan kegunaan pribadi semakin terpenuhi. Pemenuhan cara berpikir kreatif adalah penting sebagai salah faktor yang mendorong tugas perkembangan siswa SMA baik secara langsung maupun tidak langsung, dan sebaliknya tidak terpenuhinya faktor ini akan menghambat pencapaian tugas perkembangan siswa. B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada penelitia sebelumnya yang meneliti tentang tugas perkembangan siswa SMA dan kemampuan berpikir kreatif antara lain a. Sri Indah Rini Astuti (2002) dalam penelitiannya dengan judul “Penerapan Pendekatan Problem Solving Melalui Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share (SSCS) Disertai Hands on Activities untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa di SMP Negeri I Bulu Sukoharjo”. 21 Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan problem solving melalui model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) disertai hands on activities untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri I Bulu Sukoharjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase dari kuesioner dan observasi dalam setiap aspek yang meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinality, dan elaborasi. Rata persentase ini hasil pertanyaan di urutan I adalah 73,39 persen meningkat 6,88 persen secara berurutan II, setelah pengobatan yang diberikan dalam urutan I. Ada peningkatan dalam setiap aspek keterampilan berpikir kreatif dan peningkatan paling signifikan adalah dalam aspek kelancaran. Refleksi dari urutan pertama menunjukkan bahwa siswa memiliki rendah penjelasan argumen dalam tujuan pembelajaran, sehingga peneliti memberi perawatan lebih lanjut di urutan II. Di urutan kedua rata-rata persentase ini hasil kuesioner adalah 80,27 persen, pada siklus ini setiap aspek peserta meningkat sejalan dengan target. Hal ini dapat disimpulkan dari penelitian yang memecahkan aplikasi pendekatan dengan menggunakan penerapan Pendekatan Problem Solving Melalui Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share (SSCS) Disertai Hands on Activities dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kelas VII G siswa SMP Negeri I Bulu Sukoharjo. 22 b. Roihanah Hardiyani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Science Activities Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh science activities terhadap kemampuan berpikir kreatif anak. Hasil penelitian setelah perlakuan menunjukan ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hal ini terlihat dari rerata post-test kelas eksperimen sebesar 11,3810 yang mengalami peningkatan dari nilai rerata tes awal (pretest) sebesar 9,4762 sedangkan nilai rerata post test kelas kontrol sebesar 9,8571 yang mengalami sedikit peningkatan dari nilai rerata tes awal (pretest) sebesar 9,3333. Kesimpulan dari penelitian ini adalah science activities berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif anak. Berdasarkan penelitian – penelitian tersebut diperoleh hasil mengenai hubungan kemampuan berpikir kreatif yang memberikan peranan bagi perkembangan pribadi sosial serta bagi pemenuhan tugas perkembangan. C. Kerangka Pemikiran Salah satu keteramplan yang dibutuhkan dalam jaman persaingan yang semakin ketat sekarang adalah keterampilan dalam berpikir. Pemikiran yang terlatih bukan hanya penting untuk dunia kerja, pendidikan, pelatihan, maupun riset. Kemampuan ini penting dimiliki setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan keterampilan berfikir yang baik, setiap orang memiliki modal untuk secara mandiri memecahkan masalah dalam kehidupannya. 23 Tuntas atau tidaknya tugas tugas perkembangan siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah melalui cara berpikir. Cara berpikir yang sangat penting adalah Berpikir kreatif karena cara berpikir tersebut dapat mengaktualisasikan diri yang merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi manusia. Berpikir kreatif juga sebagai kemampuan untuk melihat bermacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, namun masih kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidikan. Adapun lagi keunggullannya adalah bahwa cara berpikir kreatif memungkinkan manusia meningktkan kualitas hidup dan memberikan kepuasan pada individu. Dalam memenuhi tugas perkembangan individu haruslah mampu mengatasi hambatan dalam setiap aspeknya, karena itu individu harus mampu membuat sebuah pemecahan yang orisinil dengan suatu metode dan stretegi yang bervariasi dengan cara berpikir luwes, berpikir lancar, dan orisinil dengan kemampuan menilai dan merinci keadaan sekitarnya, seperti yang tercantum pada aspek kemampuan berpikir kreatif. Karena itulah semakin tinggi kemampuan berpikir yang dimiliki siswa maka makin tinggi pula pencapaian tugas perkembanganya. Apabila kerangka pemikiran di ilustrasikan kedalam skema seperti berikut: Tidak Kreatif Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Rendah Kreatif Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Tinggi Kemampuan Berfikir Siswa Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 24 D. Hipotesis Menurut Dantes (2012:28) hipotesis merupakan pernyataan sederhana mengenai suatu harapan peneliti tentang hubungan antar variabel dalam masalah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban yag bersifat sementara tentang harapan hasil penelitian peneliti sesuai dengan teori dan gagasan tentang hubungan antar variabel dalam penelitian sampai teruji melalui data yang terkumpul. Berdasarkan analisis teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis alternatif (Ha). 1. Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 adalah tinggi. 2. Tingkat kemampuan berpikir kreatif tergolong tinggi 3. Terdapat kontribusi dari kemampuan berpikir kreatif terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa tersebut.