259 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir studi ini disajikan simpulan hasil pembahasan serta disampaikan saran / rekomendasi. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif, yaitu menggambarkan secara singkat hasil penelitian serta rekomendasi yang merupakan harapan-harapan dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilaksanakan pada masa yang akan datang dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris untuk pembelajar pemula, khususnya pengajaran bahasa Inggris SD. Adapun simpulan dan rekomendasi tersebut diuraikan seperti berikut ini. 8.1 Simpulan Disdikpora Kota Denpasar belum mengeluarkan petunjuk yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di SD. Hal ini mengakibatkan muncul berbagai persoalan dalam pelaksanaannya di lapangan, seperti kurangnya tenaga pengajar yang berkualifikasi untuk mengajarkan bahasa Inggris di SD sebagai pembelajar pemula. Sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang pembelajaran bahasa Inggris ini masih dirasakan kurang terutama di sekolah negeri. Dalam hal ini tidak semua sekolah dasar, terutama sekolah negeri dilengkapi dengan sarana pendidikan yang menunjang pembelajaran bahasa Inggris, seperti laboratorium bahasa dan perpustakaan yang menyajikan buku-buku atau majalah yang berbahasa Inggris. Alat-alat peraga seperti flash cards, wall chards sangat minim. Pada umumnya fasilitas sekolah swasta sedikit lebih baik dibandingkan dengan 259 260 sekolah negeri. Bahan ajar bahasa Inggris untuk SD cukup banyak di pasaran, tetapi tidak ada buku ajar yang direkomendasikan oleh Disdikpora kota kepada guru, di samping mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan, isi, bahasa, dan tingkat kesulitan untuk siswa. Sebagian besar guru yang mengajarkan bahasa Inggris di SD belum memiliki kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris yang memadai untuk berperan sebagai guru bahasa asing di SD karena ada di antara mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris. Belum tersedia silabus bahasa Inggris untuk SD yang memberikan pelajaran dari kelas satu sampai kelas tiga yang dilengkapi dengan buku ajar, petunjuk guru, dan medianya. Dalam proses belajar mengajar, guru kebanyakan mempergunakan metode yang konvensional. Mereka menggunakan metode yang dianggap bisa mengantarkan materi pelajaran dan dapat dipahami oleh siswa. Mereka menyebut metode guru, metode campuran atau metode gado-gado. Sebenarnya para guru tersebut berharap supaya ada metode tertentu yang direkomendasikan oleh Disdikpora provinsi atau kota dan telah disepakati oleh guru-guru bahasa Inggris yang dibahas dalam suatu forum khusus, seperti: dalam workshop, penataran, pelatihan, atapun seminar. Hal yang mendesak untuk dilaksanakan oleh pemerintah adalah mendorong LPTK yang memang mengasuh program studi bahasa Inggris untuk mencetak guru-guru yang dipersiapkan untuk mengajarkan bahasa Inggris bagi pembelajar muda ( English for young learners). Oleh karena sebelumnya pelajaran terlalu ditekankan pada tata bahasa (dan bukan pada percakapan) 261 sehingga siswa jarang diberikan arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari tersebut. Pelajaran bahasa Inggris akan lebih mudah dan menarik apabila disampaikan oleh guru dalam bentuk gambar, film, dan lewat alat peraga serta permainan. Mereka lebih senang apabila lokasi proses belajar mengajar tidak hanya di kelas, tetapi di alam terbuka, seperti pergi ke tempat wisata atau pantai sehingga mereka bisa bertemu dengan orang asing. Imlementasi kebijakan penyelenggaraan pengajaran bahasa Inggris di SD Kota Denpasar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dipisahkan dengan berbagai perubahan dan kepentingan, antara lain: globalisasi dan kecenderungan ekonomi, citra pariwisata Bali, kepentingan kekuasaan pemerintah, dan prestise sekolah. Makna dari kebijakan pengajaran bahasa Inggris sekolah dasar di Kota Denpasar tentunya berhubungan dengan pariwisata yang membutuhkan tenaga kerja trampil berbahasa Inggris minimal di taraf dasar dan pasif. Di samping itu pula makna dari pembelajaran bahasa Inggris sekolah dasar terkait dengan (1) Peran dan tanggung jawab pemerintah dalam menjawab perkembangan zaman. (2) Sinergi budaya global-lokal melalui pendidikan dasar. (3) Ekologi (fungsi) bahasa asing untuk kebermanfaatan siswa dan (4) Penguatan kinerja dan kepercayaan diri siswa. Era globalisasi dan kemajuan dunia dalam berbagai aspek budaya dan teknologi telah mendorong minat yang terus meningkat dalam belajar bahasa terutama dalam belajar bahasa Inggris. 262 Dalam merancang bahan ajar lokal yang berbasis budaya yang bermakna, bahan ajar yang dirancang haruslah memasukkan unsur-unsur budaya yang dapat mempercepat pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini dilakukan dalam upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal, seperti: nilai religius, nilai moral, dan khususnya nilai kebangsaan pada peserta didik. Guru bahasa Inggris harus mampu mengemas materi pelajaran bahasa Inggris supaya unsurunsur budaya lokal dimasukkan dalam bahan ajar sehingga budaya lokal dan budaya global bersinergi lewat pembelajaran bahasa Inggris sejak SD. Implementasi kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di SD merupakan langkah awal untuk memotivasi siswa supaya senang dengan bahasa Inggris. Pembelajaran bahasa Inggris dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini siswa dan orangtua siswa menyambut positif kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di SD, mengingat Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. 8.2 Saran Berdasarkan hasil temuan penelitian dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki atau dilengkapi dalam melaksanakan kebijakan pembelajaran bahasa Inggris SD. Kebijakan yang tidak dilandasi dengan petunjuk yang jelas dan tidak melihat kondisi yang ada, akan menimbulkan banyak kendala yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu hasil pengajaran bahasa Inggris di sekolah, khususnya di SD Kota Denpasar. Untuk itu, penulis memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan, dalam hal ini 263 Disdikpora Kota Denpasar dan para sesama pengajar bahasa Inggris, khususnya dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris untuk SD di Kota Denpasar. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut. 1. Setiap kebijakan harus ada aturan/petunjuk yang jelas. Dinas Pendidikan tingkat provinsi ataupun kota harus membuat surat keputusan yang memberikan petunjuk yang jelas tentang kebijakan yang dilaksanakan berkenaan dengan pemberian bahasa Inggris di sekolah dasar. Pemerintah Provinsi Bali hendaknya jangan hanya meneruskan kebijakan dari pusat tanpa memberikan pengawalan pelaksanaannya di lapangan. 2. Disdikpora kota semestinya membuat tim pemantauan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris sampai pada tingkat satuan pendidikan SD. Hal ini sangat perlu untuk menghindari adanya sekolah memulai pelajaran bahasa Inggris pada jenjang yang berbeda. Ada sekolah yang memberikan pelajaran sesuai dengan ketentuan dari pusat, yaitu sejak kelas empat sampai kelas enam, di samping banyak pula memberikan pelajaran bahasa Inggris mulai kelas satu. Kurikulum untuk kelas empat sampai kelas enam sudah ada dari pusat, sedangkan sekolah yang memberikan pelajaran bahasa Inggris sejak kelas satu belum ada kurikulumnya. Oleh karena banyaknya sekolah yang memulai pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu, maka pemerintah kota harus membuat kurikulum untuk SD yang memberikan pelajaran dari kelas satu. Dalam membuat kurikulum tersebut, pemerinah kota sebaiknya dapat menggandeng LPTK terdekat yang mempunyai program studi bahasa Inggris. Disdikpora 264 kota perlu segera mengadakan lokakarya nasional untuk merekonstruksi mata pelajaran bahasa Inggris untuk pembelajar pemula atau mata pelajaran EYL (english for young learners) agar dapat dikembangkan bersama standar minimal yang perlu dipenuhi dalam mata pelajaran tersebut (pokok bahasan, referensi, kegiatan, dan sebagainya). 3. Kenyataannya pemberian bahasa Inggris di SD dipertimbangkan dengan matang. Disdikpora kota semestinya membantu sekolah untuk menyiapkan guru bahasa Inggris yang mempunyai kualifikasi sebagai guru untuk pembelajar pemula atau untuk siswa SD. Hal ini bisa dilakukan bekerja sama dengan LPTK terdekat untuk mengadakan pelatihan, penataran, atau lokakarya dalam rangka meningkatkan kemampuan guru bahasa Inggris jenjang SD karena sebagian besar dari mereka bukan tamatan S1 LPTK. Dalam hal ini kalaupun ada mereka tidak dirancang untuk menjadi guru bahasa Inggris untuk pembelajar pemula atau siswa SD. Kerja sama dengan jurusan pendidikan bahasa Inggris PT LPTK dan lembaga lain yang terkait harus diadakan. Hal ini sangat penting dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan para guru bahasa Inggris SD, terutama yang tidak mempunyai latar belakang kependidikan. Sampai saat ini, pemerintah kota tidak bisa atau belum memberikan bantuan guru bahasa Inggris yang berstatus PNS, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Untuk pengadaan bantuan guru bisa dilakukan dengan berupaya menembus DPRD agar kebijakan diikuti dengan DIPA setiap tahun. Selanjutnya, realisasi/ pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan PT LPTK untuk mengawal 265 kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di satuan pendidikan SD. Hendaknya suatu kebijakan publik harus dipantau sampai pada tataran operasional sehingga hasilnya bisa maksimal. 4. Pemerintah kota semestinya memberikan bantuan sarana dan prasarana pendidikan yang ada kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris, seperti: laboratorium bahasa, buku-buku, dan alat peraga (visual aids). Oleh karena sarana pendidikan yang memadai akan sangat membantu proses belajar mengajar. Siswa akan lebih tertarik atau termotivasi untuk mengikuti pelajaran apabila disampaikan oleh guru dalam bentuk gambar, film, dan lewat alat peraga serta permainan. Rasa senang atau melibatkan siswa secara aktif belajar bahasa Inggris perlu dipertahankan dengan menciptakan situasi belajar yang menarik, menggunakan teknik praktis yang bervariasi, seperti: nyanyian, dongeng, dan permainan dengan menggunakan alat peraga/media yang sesuai dengan materi pelajaran (flash cards, puppets, dan kaset). Pemerintah kota supaya mengawal kebijakan pembelajaran bahasa Inggris sampai pada pelaksanaan di lapangan. Seharusnya suatu kebijakan jangan dilepas begitu saja tanpa ada pemantauan dalam implementasinya pada satuan pendidikan SD. Akibatnya, hasil pembelajaran bahasa Inggris antara satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat beragam. 5. Disdikpora kota semestinya menetapkan metode tertentu untuk diterapkan pada pembelajar pemula. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan guruguru bahasa Inggris dalam forum khusus untuk membahas metode pengajaran yang bisa diterapkan sesuai dengan kondisi di lapangan. Sebagian besar dari 266 mereka saat ini memilih metode yang dianggap bisa mengantarkan materi pelajaran dan dapat dipahami oleh siswa. Mereka menyebutnya metode guru, metode campuran, atau metode gado-gado. Hal ini adalah konsekuensi karena tidak adanya dasar kebijakan/ landasan hukum yang digunakan. Disdikpora semestinya berinisiatif untuk membentuk forum guru bahasa Inggris di tingkat kota ataupun kecamatan sehingga mereka dapat mencari solusi terhadap kendala yang mereka hadapi dalam memberikan pelajaran bahasa Inggris. 6. Disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris yang mengajarkan bahasa Inggris di SD, supaya lebih banyak memberikan aktivitas praktis dan melibatkan mereka secara langsung dalam pemakaian bahasa asing itu untuk berinteraksi sosial. Dalam hal ini belajar bahasa secara komunikatif berarti belajar menggunakan bahasa tersebut untuk berinteraksi dalam situasi yang nyata. Pengajaran bahasa asing yang memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya untuk dilatih dalam interaksi sosial pada pengajaran bahasa akan lebih mencapai tujuan sesuai dengan hakikat bahasa itu sendiri, yakni sebagai alat komunikasi. Pengajaran bahasa harus lebih menekankan pada keterampilan menggunakan bahasa (language use), bukan pada aturan pemakainnya (language usage). Hal ini terlihat dari pengalaman sederhana dalam kehidupan sehari-hari, misalnya betapa bangganya seorang siswa yang baru memperoleh bahasa asing di sekolahnya apabila bisa menyapa seorang turis asing serta berdialog singkat dengannya. Dari pengalaman itu terbukti 267 betapa pentingnya kegiatan interaksi sosial dalam memotivasi seorang yang sedang belajar bahasa asing.