Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut

advertisement
16
1
FAKTOR PENDUGA SIMPANAN KARBON PADA
TANAH GAMBUT
Ai Dariah, 3Erni Susanti, 2Anny Mulyani, dan 1Fahmuddin Agus
1
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16114
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumbedaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara
Pelajar No. 12 Bogor 16114
3
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Jl. Tentara Pelajar
No. 1 Bogor 16111
2
Abstrak. Pengukuran simpanan karbon pada lahan gambut penting dilakukan selain untuk
menginventarisasi besarnya simpanan karbon, juga untuk monitoring besarnya perubahan
simpanan karbon sebagai dampak perubahan sistem pengelolaan lahan. Selama ini
simpanan karbon pada lahan gambut ditetapkan berdasarkan data yang didapat dari hasil
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (khususnya untuk parameter
kedalaman atau ketebalan lapisan gambut) dan hasil analisis di laboratoriu m (untuk bulk
density, kadar air, dan kadar karbon). Untuk mendapatkan keseluruhan data tersebut
dibutuhkan waktu dan biaya pengamatan, pengambilan sample dan analisis laboratorium
yang relatif lama dan mahal. Adanya hubungan yang erat antara beberapa variable tertentu
seperti ketebalandan kematangan gambut dengan besarnya simpanan karbon membuka
peluang untuk dapat menduga atau memprediksi besarnya simpanan karbon di lahan
gambut. Penelit ian ini bertujuan untuk menentukan faktor penduga (proxy) simpanan
karbon dalam tanah gambut. Penentuan faktor penduga simpanan karbon dilakukan
dengan menggunakan data hasil pengamatan gambut di Pulau Su matera dan Kalimantan.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan analisis gambut di 248 tit ik pengamatan di Pulau
Sumatera (Aceh, Jamb i, dan Riau) dan Pu lau Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan) menunju kkan hubungan antara kedalaman
gambut dan simpanan gambut dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Y=5,534X,
dimana Y=simpanan C (tha -1 ), X=kedalaman/ketebalan gambut (cm), dengan nilai
R2 =0,68. Selain kedalaman gambut, faktor lainnya yang dominan menentukan besarnya
simpanan C dalam tanah gambut adalah kematangan gambut. Semakin matang gambut,
simpanan C per volume tertentu (C-density) semakin tinggi, rata-rata kandungan karbon
dalam tanah gambut dengan kematangan fibrik, hemik, dan saprik berturut -turut adalah
0,049, 0,061, dan 0,084 t m-3 . Leb ih tingginya kerapatan C pada gambut yang lebih
matang lebih dominan dipengaruhi BD gambut. Selain karena proses pematangan gambut,
perubahan BD gambut juga bisa disebabkan oleh konsolidasi bahan gambut akibat proses
drainase atau adanya perubahan beban/tekanan di permukaan gambut. Oleh karena itu,
dalam monitoring emisi berdasarkan pengurangan ketebalan gambut (subsidance),
perubahan tingkat kematangan dan BD merupakan faktor yang penting untuk diamat i.
Katakunci: Simpanan, karbon, gambut
Abstract. Measurement of carbon stock in peatlands is required in addition to inventory
the amount of carbon stock, as well as for monitoring changes in carbo n stocks as a result
of changes in land management system. Carbon stock in peatlands are usually measured
213
A. Dariah et. al.
based on data obtained from direct observations and measurements in the field (especially
for depth or thickness of peat layer) and the results of laboratory analysis (for bulk
density, moisture and carbon content). To obtain these data takes a relatively long time
and costs (observations, sampling, and laboratory analysis) are relatively expensive. The
relationship between some specific variables such as thickness and maturity of the peat
with the magnitude of carbon stock opportunities in order predict amount of carbon stock
in peatlands. This study aims to determine the factors probe (proxy) of carbon stock in
peatland. Determination of carbon storage estimators performed using the data of
observations of peat in Sumatra and Kalimantan. Based on the observations and analysis
of peat at 248 observation points Sumatra Island (Aceh, Jambi and Riau) and Kalimanta
Island (Central Kalimantan, West Kalimantan and South Kalimantan) shows the
relationship between the depth of peat and peat deposits in the form of the equation as
follows: Y = 5.534 X, where Y = savings C (t ha -1 ), X = depth / thickness of the peat (cm),
with a value of R2 = 0.68. Another factor which determines the C deposit in peat deposits
is the maturity of the peat. The average content carbon content in peat soils with a
maturity fibrik, hemik, and Saprik respectively 0.049, 0.061, and 0.084 t m-3. C density is
higher in more mature peat. C density of peat predominantly influenced by BD. In
addition to itsmaturationprocess ofpeat, change ofBDcan also be causedby
theconsolidation ofthe peatmaterialas aresult ofthedrainage process orchange inthe
load/pressureatthe surface of thepeat. Therefore,themonitoringof emissionsbyreducingthe
thickness of thepeat(subsidance), thenchangethe level of maturityandBDis an important
factortobe observed.
Keywords: stock, carbon, peat, proxy
PENDAHULUAN
Simpanan karbon pada lahan gambut bisa mencapai lebih 3.000t ha-1 . Variasi simpanan
karbon dalam lahan gambut sangat ditentukan oleh faktor kedalaman/ketebalan gambut,
kematangan gambut, bulk density (BD gambut), kadar abu, dan vegetasi yang tumbuh di
atasnya.Proporsi simpanan karbon (stock carbon) dalam tanah gambut (below ground Cstock) jauh lebih dominan dibanding dengan simpanan karbon dalam b io mas tanaman
(above ground C-stock). Hasil penelitian Dariah et al. (2009) di Kalimantan Barat
menunjukkan proporsi simpanan karbon dalam bio mas tanaman hanya berkisar antara 0,53% dari total simpanan karbon.
Dalam kondisi alaminya (vegetasi hutan alami dan tergenang), lahan gambut dapat
berperan sebagai penambat karbon. Proses penambatan berkisar antara 0-3 mm gambut
per tahun atau setara dengan penambatan 0,0- 5,4 ton CO2 /ha/tahun (Agus,
2009).Sehingga dalam kondisi yang dinilai paling ideal, satu meter gambut terbentuk
dalam jangka waktu 1000-2000 tahun.Diperkirakan lahan gambut yang ada sekarang
mempunyai u mur 3.000-28.000 tahun (Rieley et al. 2008).
Simpanan karbon lahan gambut bersifat sangat labil, perubahan kondisi alami
lahan gambut menyebabkan karbon menjadi mudah teremisi dalam bentuk gas rumah
214
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
kaca, menyebabkan simpanan karbon berkurang, sementara konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer semakin bertambah. Dalam keadaan hutan alam, lahan gambut mengeluarkan
emisi antara 20-40 t CO2 ha-1 tahun -1 (Rieley et al. 2008). Sebagai perbandingan hasil
penelitian yang dilakukan di Kalimantan Barat dan Tengah menunjukkan emisi dari lahan
gambut yang telah digunakan untuk lahan pertanian berkisar antara 45-131 t
CO2 /ha/tahun, terdapat indikasi bahwa kedalaman drainase menjad i faktor do minan yang
menentukan besarnya emisi (Agus et al. 2009, 2010). Dalam periode 18 tahun terakhir,
secara global emisi CO2 dari lahan gambut yang didrainase telah meningkat lebih dari
20%, yaitu dari 1.058 Mton pada tahun 1990 men jadi 1.298 Mton pada tahun 2008.
Notohadiprawiro (2006) menyatakan bahwa penggunaan lahan gambut untuk pertanian
dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi gambut dari penambat menjadi pelepas
karbon. Oleh karena itu, pengukuran simpanan karbon di lahan gambut penting untuk
dilakukan selain untuk inventarisasi besarnya simpanan karbon juga untuk monitoring
perubahan simpanan karbon sebagai dampak dari suatu sistem pengelolaan lahan.
Selama in i simpanan karbon pada lahan gambut ditetapkan berdasarkan data yang
didapat dari hasil pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (khususnya untuk
parameter kedalaman atau ketebalan lapisan gambut) dan hasil analisis di laboratoriu m
(untuk bulk density/BD, kadar air, dan kadar karbon) (Agus, 2009). Untuk mendapatkan
keseluruhan data tersebut dibutuhkan waktu dan biaya pengamatan, pengambilan samp le,
dan analisis laboratoriu m yang relatif lama dan mahal. Adanya hubungan yang erat antara
beberapa variable tertentu seperti ketebalan dan kematangan gambut dengan besarnya
simpanan karbon membu ka peluang untuk dapat menduga atau memprediksi besarnya
simpanan karbon di lahan gambut. Penelit ian ini bertujuan untuk menentukan faktor
penduga (proxy) simpanan karbon dalam tanah gambut.
BAHAN DAN METODE
Data yang digunakan bersumber dari berbagai hasil penelitian khususnya yang
berhubungan dengan pengukuran stock atau simpanan karbon pada lahan gambut, yaitu:
a.
Assessment o f Carbon Stock and Emission from peatland di Krueng Tripa, Pesisir
Selatan, Su matera Barat dan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timu r.
b.
Penggunaan lahan gambut: Trade off antara Emisi CO2 dan Keuntungan Ekonomi di
Provinsi Kalteng (Agus et al. 2010)
c.
Pemanfaatan Lahan Gambut di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya, Kalimantan
Barat.
d.
Simpanan karbon di di empat lokasi keg iatan ICCTF.
e.
Stok karbon pada demplot penelitian kelapa sawit di Siak Kecil, Kabupaten
Bengkalis (Dariah et al. 2010)
215
A. Dariah et. al.
f.
Hasil penelitian ReGrIn di Aceh (Maswar et al. 2011)
g.
Hasil penelitian REDD A LERT d i Riau (Agus et al. 2010)
Kegiatan ini dilaksanakan melalu i beberapa tahapan yaitu (a) kompilasi data dan
studi literatur, (b) pengolahan dan analisis data, dan (c) validasi model. Data stock karbon
lahan gambut dikomp ilasi dari data karateristik lahan gambut yang saat ini tersebar di
berbagai sumber data. Data yang terku mpul dalam dua format yaitu data spasial dan
tabular. Data tabular dari berbagai sumber d isusun dalam format excel sesuai dengan
format, atribut dan struktur data yang telah ditetapkan. Data/informasi yang dihimpun
men jadi basisdata di antaranya adalah koordinat, lokasi, ketebalan gambut, jenis/tingkat
kematangan, sifat fisik-kimia, penggunaan lahan, stock karbon dan emisi CO2 .
Berdasarkan data yang tersedia dilaku kan analisis hubungan kematangan dan ketebalan
gambut dengan stock karbon, sehingga didapat faktor penduga atau proxi simpanan
karbon dalam tanah gambut, selanjutnya didapat model atau persamaan yang dapat
digunakan untuk menduga simpanan karbon dalam tanah gambut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedal aman sebag ai faktor penentu simpanan C dalam tanah gambut
Berdasarkan hasil pengamatan di 281 titik pengamatan, variasi simpanan karbon
dalam tanah gambut berkisar antara 162 t ha-1 (di Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan
Selatan) sampai dengan 6.390 t ha-1 (di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah).
Simpanan karbon tertinggi yaitu 6.390 t ha-1 didapat dari gambut dengan kedalaman
tertinggi yaitu >10 m, sedangkan simpanan C terendah, yaitu 162 t ha-1 didapat dari tanah
gambut paling dangkal atau ketebalan <1m (62 cm). Hal ini mengindikasikan bahwa
simpanan karbon dalam tanah gambut sangat ditentukan oleh kedalaman/ketebalan
gambut. Keeratan hubungan antara kedalaman gambut dan besarnya simpanan karbo n
dalam tanah gambut ditujukan Gambar 1.
Berdasarkan sistem klasifikasi tanah (Soil Survey Staff, 2010) tanah dapat
dikategorikan sebagai tanah gambut (Histosol) jika mempunyai ketebalan gambut >60 cm.
Berdasarkan persamaan pada Gambar 1, gambut dengan kete balan 60 cm memiliki
simpanan karbon sekitar332 t.ha -1 . Namun demikian, meskipun tanah dengan kedalaman
gambut <60 cm belu m dapat digolongkan sebagai Histosol, namun dari segi simpanan
karbon masih jauh lebih tinggi dibanding simpanan karbon dalam tanah mineral di daerah
tropika, yang berkisar antara 20-80 t.ha-1 . Proporsi simpanan C tanah gambut dengan
kedalaman sekitar 60 cm juga masih leb ih tinggi dibanding yang mampu d itambat
biomassa tanaman yang dapat menambat C dalam ju mlah t inggi, sebagai perbanding an
216
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
ju mlah karbon yang tersimpan dalam hutan primer rata-rata <300 t ha-1 atau berkisar
antara 233,7-299,0 t ha-1 (Lasco, 2002; Hairiah et al. 2001; Mackinnon et al., 1996).
Selain faktor kedalaman gambut terdapat faktor lainnya yang dapat dipertimbangkan
dalam menduga simpanan karbon dalam tanah gambut diantaranya kematangan.
Simpanan Karbon (ton/ha)
8000
7000
y = 5,534x
R² = 0,681
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Ketebalan Gambut (cm)
Gambar 1. Hubungan antara simpanan karbon dan kedalaman tanah gambut
Pengaruh kematangan terhadap simpanan karbon dalam tanah gambut
Tingkat kematangan gambut dapat ditetapkan langs ung di lapangan dengan relatif
mudah, sehingga jika ada keeratan hubungan antara tingkat kematangan dan simpanan
karbon dalam tanah gambut, maka variable ini bisa digunakan sebagai salah satu faktor
penduga simpanan karbon dalam tanah gambut.
Setelah mengalami proses pematangan, umu mnya gambut mengalami pemadatan
(terjad i peningkatan BD), salah satunya disebabkan oleh ukuran partikel bahan organik
yang menjadi leb ih halus. Gambar 2 menunjukkan rata-rata BD gambut pada tingkat
kematangan saprik, hemik dan fib rik berturut-turut adalah 0,178; 0,123; 0,097 t m-3 .
Perubahan BD gambut berdampak terhadap perbedaan kerapatan karbon/C-density
(kandungan karbon per volume tertentu). Gambar 3 menunjukkan rata -rata kerapatan
karbon atau karbon density pada tingkat kematangan fibrik, hemik, dan saprik berturutturut adalah 0,049; 0,061;dan 0,084 t m-3 . Page et al. (2002) menyatakan rata-rata
besarnya simpanan karbon sebesar 600 t C ha-1 atau setara dengan 0,06 t m-3 . Berdasarkan
hasil penelitian ini, nilai tersebut berlaku jika tingkat kematangan gambut didominasi
hemik.
217
A. Dariah et. al.
0.300
Bulk Density (t/m3)
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
Fibrik
Hemik
(n=1019)
Saprik
(n=404)
Gambar 2. Rata-rata BD (bulk density) gambut pada tiga tingkat kematangan
Selain karena pengaruh peningkatan BD, kemungkinan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan C-density adalah peningkatan kadar C-organik.
Namun berdasarkan hasil tabulasi leb ih dari 1.400 data pengamatan, rata -rata kandungan
karbon justru mengalami penurunan dengan bertambahnya tingkat kematangan gambut,
artinya proporsi bahan organik berkurang akibat terjad inya proses dekomposisi, sementara
proporsi bahan non organik (ditunjukkan kadar abu) bertambah (Tabel 1). Pengurangan
kadar C selama proses dekomposisi terjadi karena sebagian C teremisi baik dalam bentuk
CO2 maupun CH4 , dan pengurangan kadar C sebanyak 1% merupakan ju mlah yang
signifikan.
0.140
0.120
C-Density (t/m3)
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
Fibrik (n=789)
Hemik (n=1019)
Saprik (n=404)
Gambar 3. Karbon density pada berbagai tingkat kematangan gambut
218
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
Tabel 2. Rata-rata dan standard deviasi sifat gambut di Su matera dan Kalimantan
Saprik
Sifat Gambut
C Organik (%)
Kandungan
Abu (%)
Hemik
Fibrik
Rata2
StDev
n
Rata2
StDev
n
Rata2
StDev
n
50
8
404
52
8
1019
53
7
789
11
14
385
9
13
995
7
11
757
Jika mempertimbangkan perbedaan C-density pada berbagai tingkat kematangan
gambut, maka model penduga simpanan karbon dalam tanah gambut seperti yang
ditunjukan Gambar 4. Namun demikian jika model ini yang digunakan maka diperlukan
pemisahan lapisan gambut berdasar kematangan saat dilakukan pengamatan lapangan.
Sedangkan jika menggunakan model seperti yang ditunjukkan Gambar 1, parameter yang
diperlukan hanyalah kedalaman gambut.
Karbon Tersimpan (ton/ha)
Kelemahan dari pendugaan simpanan karbon dalam tanah gambut berdasarkan
tingkat kematangan gambut adalah dalam beberapa kasus perubahan BD bukan hanya
disebabkan oleh proses pematangan gambut namun juga bisa disebabkan oleh konsolidasi
bahan gambut akibat proses drainase atau karena adanya gangguan fisik seperti tekanan
atau beban di permukaan gambut.
2000
y = 7,893x
R² = 0,549
y = 5,909x
R² = 0,489
1500
1000
y = 4.548x
R² = 0.133
500
0
0
50
100
150
200
Ketebalan gambut (cm)
Fibrik
Hemik
Saprik
Linear (Fibrik)
Linear (Hemik)
Linear (Saprik)
Gambar 4. Model penduga simpanan karbon dalam tanah gambut
219
A. Dariah et. al.
KESIMPULAN
1.
Simpanan karbon dalam tanah gambut sangat ditentukan oleh kedalaman/ketebalan
gambut,oleh karena itu ketebalan gambut dapat dijadikan sebagai faktor penduga atau
proxy simpanan karbon dalam tanah gambut.
2.
Variable lainnya yang dapat dijadikan faktor penduga simpanan C dalam tanah
gambut adalah tingkat kematangan gambut. Semakin matang gambut, simpanan C per
volume tertentu (C-density) semakin tinggi, rata-rata kandungan karbon dalam tanah
gambut dengan kematangan saprik, hemik, dan fibrik berturut -turut adalah 0,049,
0,061, dan 0,084 t m-3 .Tingginya kerapatan C pada gambut yang lebih matang lebih
banyak dipengaruhi oleh perubahan BD gambut.
3.
Kelemahan dari penggunaan variable kematangan sebagai proxy (faktor penduga)
simpanan karbon dalam tanah gambut adalah: belu m diperh itungkannya perubahan
BD akibat proses konsolidasi gambut sebagai pengaruh proses drainase atau
gangguan fisik lainnya misalnyaakibat perubahan beban/tekanan di permu kaan
gambut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., Wahyunto, Herman, Susanti E, Wahyu W, Runtunuwu, E. 2009. Neraca Karbon
pada Lahan Perkebunan. Laporan akhir. Penelitian. Balai Besar Penelit ian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan pertanian. Bogor.
Agus, F. 2009. Metode Pengukuran Karbon Tersimpan di Lahan Gambut. Bahan pelatihan
penaksiran karbon cepat sebagai bagian dari akt ivitas Proyek Accountability and
Local Level In itiativebto Reduce Emission fro m Deforestation and Degradation in
Indonesia (AllREDDI). World Agroforestry Centre. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Agus, F., Setyanto, P., Wahyunto, Herman.,A. Dariah, E. Susanti, E., Surmaini. 2009.
Mitigasi perubahan iklim pada berbagai sistem pertanian di lahan gambut. Potens i
penurunan gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan gambut. Laporan
Akhir. Kerjasama antara Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek. Deputi
Penggunaan dan Pemasyarakatan Iptek. Kementrian Ristek dan Teknologi dengan
Balai Besar Linbang Sumberdaya Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian.
Agus, F., Wahyunto, A. Mulyani, A. Dariah, Maswar, E. Susanti, N.L. Nurida, P. W igena.
2010. Penggunaan Lahan Gambut: Tradeoffs antara Emis i CO2 dan Keuntungan
Ekonomi. Program Keg iatan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. Kerjasama
antara : Kementerian Riset dan Teknologi dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dariah, A., E. Susanti, E. Surmain i, dan F. Agus. 2009. Variabilitas Simpanan Karbon
Pada Berbagai Penggunaan Lahan Gambut Di Kabupaten Kuburaya Dan
220
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
Pontianak, Kalimantan Barat. Prosiding Semnas Su mberdaya Lahan. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dariah, A., Wahyunto, J. Pitono. 2010. Stock Karbon Pada Demplot Sawit Rakyat di
Kabupaten Bengkalis, Riau. Laporan Konsorsium Sawit. Pusat Penelit ian
Perkebunan. Bogor.
Hairiah, K., Sito mpul, S. M., van Noordwijk, M. and Palm, C. 2001. Carbon stocks of
Tropical landuse systems as part of the global C balance. Effects of Forest
conversion and options for ‘clean develop ment’ activit ies.Alternative to Slash and
Burn (ASB) Lecture Note 4A. ICRAF, SEA Regional Research Program, Bogor
Indonesia.
Lasco, R. D. 2002. Forests carbon budgets in Southeast Asia follo wing harvesting and
land cover change. Science in Ch ina (series C), Vo l. 45 : 55-64.
Mackinnon, K., Hatta, G., Halim, H., danMangalik, A. 1996. The Eco logy of Indonesia
series Volu me III: The Ecology of Kalimantan. Dalhousie University, Peri plus
Ed itions Ltd. Singapore.
Maswar. 2011. Kajian cadangan karbon pada lahan gambut tropika yang didrainase untuk
tanaman tahunan. Disertasi. Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Maswar, Etik Handayani dan Meine van Noordwijk. 2011. REPEAT: Reducing emission
fro m peatlands. Effectivenes of Agroforestry Transition. Trees in Multi-Use
Landscape in Southeast Asia (TUL-SEA) A negotiation support toolbox for
Integrated Natural Resource Management. WORLD A GROFORESTRY
CENTRE ICRAF Southeast Asia Regional Office Jl CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang, Bogor 16115, PO Bo x 161 Bogor 16001, Indonesia.
Notohadiprawiro, T. 2006. Etika Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian Tanaman
Pangan. Lokakarya Pengelo laan Lingkungan dan Pengembangan Lahan Gambut.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDA L). Palangkaraya, 18
Februari 1997. Repro: Ilmu Tanah Un iversitas Gajah Mada.
Page, S.E., S. Siegert, J.O. Rieley, H-D.V. Boeh m, A. Jaya, S.H. Limin. 2002. The
amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997,
Nature, 420, 61-65.
Rieley, J.O., R.A.J. Wüst, J. Jauhiainen, S.E. Page, H. Wösten, A. Hooijer, F. Siegert,
S.H. Limin, H. Vasander and M. Stahlhut. 2008. Tropical peat lands: carbon stores,
carbon gas Emissions and contribution to climate change Processes. pp. 148-182 In
M. Strack (Ed .) Peat lands and Climate Change. International Peat Society,
Vapaudenkatu 12, 40100 Jyväskylä, Fin land.
221
A. Dariah et. al.
222
Download