Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak PENAMBAHAN MIKROORGANISME POTENSIAL DAN PEMBENAH TANAH PADA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING TINGGI Al TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN SERAPAN P DAN N PADA RUMPUT TOLERAN DAN PEKA ALUMINIUM PANCA DEWI MANU HARA KARTI Bagian Agrostologi, Departemen INTP, Fakultas Peternakan IPB, Jln. Rasamala, Dramaga, Bogor Email: pancadewi @ipb.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mendapatkan suatu kombinasi antara jenis tanaman, jenis pembenah tanah dan jenis mikroorganisme yang sesuai untuk tanah podzolik merah kuning tinggi Al, sehingga diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah pada tanah tersebut. Pada rumput toleran Al (Setaria splendida) penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme potensial dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, dan N, tanpa penambahan kapur masih tumbuh dengan baik bila dikombinasikan dengan mikroorganisme tanah potensial yaitu dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA), Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Azospirillum, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat (PSB). Penambahan asam humat dan Azospirillum dengan bakteri pelarut fosfat merupakan kombinasi yang terbaik. Pada rumput peka Al (Chloris gayana) penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme potensial dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, N. Penambahan pembenah tanah atau mikroorganisme tanah potensial secara tunggal tidak dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, N. Penambahan kapur dan Azospirillum merupakan kombinasi yang terbaik dilihat dari produksi bobot kering tajuk dan akar serta serapan P dan N, kemudian kombinasi antara asam humat dengan CMA dan antara asam humat dengan CMA dan PSB. Kata kunci : Cendawan mikoriza arbuskula, azospirillum, Setaria splendida, Chloris gayana, asam humat PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Jumlah populasi ternak sapi perah dan potong terjadi peningkatan dari tahun 2000 ke tahun 2001, yaitu dari 354,3 ribu dan 11,008 juta meningkat menjadi 368,5 ribu dan 11,191 juta (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2001). Peningkatan populasi ternak tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kuantitas maupun kualitas dari pakan hijauan. Pakan hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia. Ternak ruminansia mengkonsumsi pakan hijauan lebih kurang 60 % dari seluruh pakan yang dikonsumsi. Permasalahan yang timbul dalam upaya penyediaan pakan hijauan yang berkualitas baik, maupun kuantitas yang cukup dan tersedia sepanjang tahun yaitu rendahnya produktifitas lahan yang digunakan. Umumnya lahan yang digunakan untuk penanaman hijauan makanan ternak adalah lahan kelas IV keatas. Tanah di Indonesia pada umumnya bereaksi masam dengan pH berkisar 200 4,0 – 5,5 (HARDJOWIGENO, 1992). Jenis tanah masam yang paling luas di Indonesia yaitu jenis tanah podzolik merah kuning yang meliputi hampir 30 % dari luas daratan (DRIESSEN dan SOEPRAPTOHARDJO, 1974). Di Indonesia kira-kira 0,51 juta km2 adalah tanah podzolik merah kuning, jenis ini tersebar di daerah Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya (SOEPRAPTOHARDJO, 1961). Tanah masam menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman pada lahan kering karena: (1) peningkatan konsentrasi H+ sehingga dapat terjadi keracunan H+ (2) peningkatan konsentrasi Al sehingga dapat terjadi keracunan Al, (3) peningkatan konsentrasi mangan sehingga dapat terjadi keracunan Mn, (4) penurunan konsentrasi kation pada unsur makro sehingga menimbulkan defisiensi Mg, Ca, K, (5) penurunan kelarutan P dan Mo, sehingga terjadi defisiensi P dan Mo, (6) penghambatan pertumbuhan akar dan penyerapan air sehingga menyebabkan kekurangan unsur hara, stres kekeringan dan peningkatan pencucian unsur Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak hara (MARSCHNER, 1995). Untuk mengatasi keadaan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penambahan pembenah tanah seperti kapur dan asam humat, 2) penggunaan jenis tanaman yang toleran terhadap aluminium yang merupakan adaptasi tanaman terhadap kendala pada tanah podzolik merah kuning, 3) penggunaan mikroorganisme tanah yang potensial dan ramah lingkungan yang sering disebut sebagai pupuk hayati yang terlebih dahulu diseleksi pada kondisi Al tinggi. Mikroorganisme tanah tersebut antara lain: Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA), mikroorganisme pelarut fosfat (PSB) dan bakteri penambat nitrogen (Azospirillum). Salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengatasi kendala pada tanah masam yaitu dengan pengapuran, dengan tujuan menaikkan pH tanah. Pengapuran dapat menekan aktivitas Al, Fe, dan Mn, serta menjadikan beberapa unsur hara seperti P dan Mo menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Pengapuran berarti menambahkan Ca pada tanah masam, sehingga kandungan ion Ca2+ larutan tanah bertambah. Hidrolisis Al3+ + menghasilkan H yang dapat menyebabkan kemasaman pada tanah sehingga pH menjadi rendah, maka pengapuran daerah tropik didasarkan atas jumlah kapur yang diperlukan untuk meniadakan pengaruh racun Al dan menyediakan unsur Ca SITORUS et al., (1974) menetapkan Aldd sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah mineral masam di Indonesia. Pemberian bahan organik ke tanah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sifat kimia beberapa unsur hara, yang menentukan tingkat ketersediaan unsur-unsur tersebut bagi tanaman (MENGEL dan KIRKBY, 1987). Ada hubungan yang erat antara senyawa humus dengan basa dan Al dalam bentuk basa humat atau senyawa mineral-organik. Menurut SEN (1960) ikatan liat-logam-humus ini dapat bersifat mantap dan kurang mantap. Ikatan yang kurang mantap hanya merupakan ikatan asam humat yang tersusun pada permukaan luar mineral liat, sedangkan ikatan yang mantap terbentuk dari interaksi antara asam humat, liat, dan kation logam seperti Al3+, Fe3+, Ca2+ dan Mg2+ yang terjadi dalam lapisan mineral liat. Grup fungsional dari –OH dan – COOH dari asam humat berperan dalam ikatan ini. Ikatan ini oleh KAWAGUCHI dan KYUMA (1959) dinamakan sebagai ikatan kelat. Pengikatan ion-ion logam oleh senyawa organik ini menurunkan Al 3+ yang bebas (Aldd) dalam larutan tanah (BLOOM et al., 1979). Al dan Fe membentuk kelat yang mantap dengan berbagai senyawa organik sehingga aktivitasnya dalam tanah dapat ditekan (MA, 1997). Untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme tanah tersebut maka perlu ditambahkan bahan organik yang merupakan sumber nutrisi, selain itu bahan organik dapat menghasilkan asam organik yang dapat mendetoksifikasi Al pada tanah masam. Bahan organik yang akan digunakan adalah ekstrak asam humat dari batuan leonardite merupakan bio-organik yang berfungsi sebagai pembenah tanah. Pengaruh menguntungkan dari bio-organik tersebut yaitu dapat melarutkan mineral yang tidak tersedia, meningkatkan penyerapan unsur hara, memperbaiki kesuburan tanah dan aktifitas mikroba, mempercepat proses dekomposisi, mengurangi penggunaan kapur dan pupuk, dan memperbaiki pertumbuhan, kesehatan dan kualitas dari tanaman pertanian. Penggunaan jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi pH masam dan kadar Al yang tinggi pada lahan podzolik merah kuning merupakan salah satu cara menanggulangi permasalah yang ada pada tanah PMK tersebut. Tanaman yang toleran mempunyai mekanisme untuk mendetoksifikasi kadar Al yang tinggi. Mekanisme toleransi tanaman dikenal ada dua cara yaitu: mekanisme toleransi eksternal dan internal. Mekanisme toleransi eksternal merupakan mekanisme tanaman untuk menghindari kontak langsung dengan Al, sedangkan pada mekanisme toleransi internal Al akan masuk sistem simplas yang langsung kontak dengan tanaman. Cendawan mikoriza arbuskula dapat membantu tanaman untuk penyediaan dan penyerapan unsur P yang rendah ketersediaannya pada tanah masam karena kemampuan CMA untuk beradaptasi pada tanah asam (KOSLOWSKY dan BOERNER, 1989). Peningkatan pertumbuhan tanaman pada tanah asam bervariasi dengan isolat dari cendawan mikoriza arbuskula yang digunakan dan pH tanah, dan hal ini menunjukkan adaptasi isolat CMA terhadap kondisi tanah. Terjadi peningkatan penyerapan mineral P dan Zn oleh tanaman yang bermikoriza pada tanah asam dan terjadi peningkatan konsentrasi 201 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak mineral yang umumnya defisien pada tanah masam yaitu Ca, Mg, K dan beberapa isolat CMA efektif dalam mengatasi masalah yang terdapat pada tanah masam, khususnya keracunan Al yang merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada pH rendah (CLARK, 1997). Mikroorganisme pelarut fosfat merupakan mikroorganisme tanah yang dapat memperbaiki penyediaan P pada tanah masam dengan menghasilkan asam organik sehingga kelarutan Al dapat diturunkan karena adanya pengikatan oleh asam organik (ILLMER et al., 1995). Asam malat, sitrat dan oksalat merupakan asam organik yang mempunyai afinitas yang tinggi dengan logam yang mempunyai valensi 3 seperti Al3+ dan Fe3+ (JONES dan BRASSINGTON, 1998). Bakteri penambat nitrogen yaitu Azospirillum merupakan bakteri yang dapat menyebabkan perubahan morfologi akar seperti peningkatan jumlah rambut akar, perpanjangan akar, dan luas permukaan akar. Pengaruh pada morfologi tanaman dapat disebabkan oleh produksi dari senyawa yang mendukung pertumbuhan tanaman yang dihasilkan oleh Azospirillum. Kecepatan penyerapan N, P, K dan akumulasi bobot kering lebih tinggi pada tanaman jagung, sorgum, gandum dan setaria yang dinokulasi oleh Azospirillum (OKON dan KAPULNIK, 1986). MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di rumah kaca, Laboratorium Lapang Agrostologi dan di laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Peubah yang diukur bobot kering tajuk, bobot kering akar, persentase infeksi akar (di Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi, IPB), analisis kadar P, N dan Ca (di laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Proses, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Cimanggu, Bogor). Penelitian ini menggunakan rumput yang toleran (Setaria splendida) dan peka (Chloris gayana) aluminium yang diperoleh dari Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, IPB. Inokulum cendawan mikoriza 202 arbuskula campuran yaitu Mycofer (G margarita, G manihotis, G etinucatum, dan Acaulospora sp) diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor dan asam humat Humegatm diperoleh dari PT. Green Planet Indonesia. Kapur (CaCO3), pupuk majemuk NPK (15:15:15), media tumbuh yaitu tanah podzolik merah kuning yang diambil dari bagian topsoil 0 – 20 cm dari permukaan atas tanah di lokasi Cigudeg, Jasinga, Jawa Barat, polybag. Bahan-bahan kimia untuk pewarnaan akar dan pembuatan preparat spora yaitu: asam laktat, gliserol, trypan blue, HCl 2%, KOH 10 %, Glukosa 50%, aquades, melzer’s, dan PVLG (polivinil Glikol), sampel akar dan sampel tanah sebanyak 100 g. Media untuk bakteri pelarut fosfat dan Azospirillum yaitu media Pykosvkaya dan NFB, media untuk penyuburan yaitu kaldu nutrisi. Satu set saringan bertingkat (40, 125, 250 dan 500 µm), sentrifuse, mikroskop, cawan petri, gelas objek dan cover gelas, pinset, pipet, gunting, tabung reaksi, timbangan analitik, oven dan alat-alat untuk penunjang analisis kadar P, N dan Ca, drum, kompor untuk sterilisasi tanah, ember, meteran, timbangan, gunting, dan kain strimin. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap empat ulangan, dengan pola faktorial terdiri dari dua faktor, yaitu : Faktor pertama adalah penggunaan mikroorganisme terdiri dari 8 taraf, yaitu : Mo = tanpa penambahan mikroorganisme M1 = penambahan CMA M2 = penambahan bakteri pelarut fosfat M3 = penambahan Azospirillum sp M4 = penambahan CMA dan bakteri pelarut fosfat M5 = penambahan CMA dan Azospirillum sp M6 = penambahan bakteri pelarut fosfat dan Azospirillum sp M7 = penambahan CMA, bakteri pelarut fosfat dan Azospirillum sp Faktor kedua adalah penambahan pembenah tanah (asam humat dan kapur) K = tanpa penambahan asam humat dan kapur. H = penggunaan asam humat (180 ppm) L = penggunaan kapur ( 1 ton/Aldd) Percobaan ini terdiri atas 8 x 3 x 4 = 96 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak secara terpisah pada rumput toleran dan rumput peka. Data yang diperoleh secara statistik diuji dengan sidik ragam dan jika menunjukkan pengaruh yang nyata selanjutnya akan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan interaksi antara pembenah tanah dan mikroorganisme pada rumput S. splendida berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot kering tajuk (Tabel 1). Hasil uji lanjut pada Tabel 2 menunjukkan perlakuan HM6 (asam humat, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat) memberikan nilai bobot kering tajuk tertinggi, berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan asam humat dan Azospirillum (HM3), kontrol (KMo), tanpa pembenah tanah dan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah, CMA dan PSB (KM4) dan tanpa pembenah tanah, CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Perlakuan KM1, tanpa pembenah tanah dan PSB (KM5), asam humat dan CMA (HM1), asam humat dan Azospirillum (HM5), asam humat, PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kapur tanpa mikroorganisme (LMo), kapur dan CMA (LM1), kapur, CMA dan PSB (LM4), dan kapur, CMA, PSB, dan Azospirillum (LM7) berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan kontrol (KMo), sedangkan perlakuan yang lainnya tidak berbeda nyata. Pada rumput S. splendida penambahan kapur saja (LMo) tanpa penambahan mikroorganisme dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk. Penambahan asam humat dan mikroorganisme dapat meningkatkan produksi bobot kering yaitu pada perlakuan asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), asam humat, PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat dan Azospirillum (HM5), dan asam humat dengan CMA (HM1). Subsitusi pembenah tanah antara kapur dengan asam humat dapat dilakukan pada rumput yang toleran. Selain itu dengan penambahan mikroorganisme dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk yaitu pada perlakuan kapur dan CMA (KM1) dan kapur dengan Azospirillum (KM5). Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam berbagai peubah Peubah Pembenah Mikro Tanah organisme Interaksi S splendida Berat kering tajuk * tn * Berat kering akar * tn tn Serapan P tn ** ** Serapan N tn tn * Infeksi akar tn ** tn ** C gayana Berat kering tajuk ** tn Berat kering akar ** tn ** Serapan P ** tn ** Serapan N ** * ** Serapan Ca * * ** pH tanah ** ** ** Infeksi akar ** ** tn Keterangan : * = berpengaruh nyata (P<0,05 ** = berpengaruh sangat nyata (P<0,01) = tidak nyata Tabel 2. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap bobot kering tajuk (g/pot) Rumput Setaria splendida Kontrol (MO) CMA (M1) PSB (M2) Azospirillum (M3) CMA + PSB (M4) CMA + Azo (M5) Azo + PSB (M6) CMA+Azo+ PSB(M7) Kontrol (K) 10,20 e 13,71 abcd 11,35 bcde 11,40 bcde 11,95 bcde 14,63 ab 13,18 abcde 11,15 de Asam Humat(H) 12,05 bcde 14,03 abcd 13,03 abcde 11,23 cde 13,24 abcde 13,84 abcd 15,48 a 14,53 abcd Kapur (L) 14,68 ab 14,06 abcd 12,51 abcde 12,66 abcde 14,56 abc 12,80 abcde 11,50 bcde 13,55 abcd Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) 203 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Hasil sidik ragam menunjukkan interaksi antara pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial pada rumput C gayana berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot kering tajuk (Tabel 1). Hasil uji lanjut pada Tabel 3 menunjukkan perlakuan LM3 (penambahan kapur dan Azospirillum) memberikan nilai bobot kering tajuk tertinggi, berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan lainnya kecuali dengan asam humat (HMo), asam humat dan CMA (HM1), asam humat dan PSB (HM2), asam humat dan Azospirillum (HM3), asam humat, CMA, dan PSB (HM4), asam humat, CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat, PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kapur dan tanpa mikroorganisme (KMo), kapur dan CMA (KM1), kapur dan PSB (KM2), kapur dan Azospirillum (KM3), kapur, CMA, dan PSB (KM4), kapur, CMA dan Azospirillum (KM5), kapur, PSB dan Azospirillum (KM6), dan kapur, CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Bobot kering tajuk perlakuan asam humik dan CMA (HM1), asam humat dan PSB (HM2) dan asam humat, CMA dan PSB (HM4) sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan KMo (kontrol) pada rumput C. gayana. Penambahan kapur saja tanpa penambahan mikroorganisme (LMo) dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk, akan tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang ditambahkan dengan Azospirillum (LM3). Penambahan asam humat dengan penambahan mikroorganisme yaitu perlakuan asam humik dan CMA (HM1), asam humat dam PSB (HM2) dan asam humat, CMA dan PSB (HM4) dapat meningkatkan produksi bobot kering akar, akan tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan kapur dengan penambahan mikroorganisme. Pada rumput peka Al (C gayana) perlu penambahan pembenah tanah baik kapur atau asam humik untuk meningkatkan produksi bobot kering tajuk. Hasil sidik ragam pengaruh tunggal penambahan pembenah tanah menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot kering akar pada rumput S splendida (Tabel 1), sedangkan pengaruh penambahan mikroorganisme tanah potensial dan interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hasil uji lanjut pada Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan kapur meningkatkan (P<0,01) bobot kering akar dibandingkan dengan kontrol, akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan penambahan asam humat. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan interaksi antara pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial sangat nyata (P<0,01) berpengaruh terhadap bobot kering akar pada rumput C gayana (Tabel 5.). Perlakuan dengan penambahan kapur dan CMA (LM1) menunjukkan nilai bobot kering akar tertinggi, tidak berbeda nyata dengan perlakuan kapur dan PSB (LM2), kapur dan Azospirillum (LM3), kapur, CMA dan PSB (LM4), kapur, CMA, PSB dan Azospirillum (LM7), tetapi berbeda nyata (P<0,01) dengan perlakuan kapur tanpa mikroorganisme (LMo), kapur dengan Azospirillum (LM5), kapur dengan PSB dan Azospirillum (LM6), asam humat tanpa mikroorganisme (HMo), asam Tabel 3. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap bobot kering tajuk (g/pot) Rumput Chloris gayana Kontrol (K) Kontrol (Mo) 3,28 g CMA (M1) 8,43 defg PSB (M2) Azospirillum (M3) Asam Humat (H) 7,6 defg Kapur (L) 14,25 bc 10,93 cd 18,23 ab 5,23 efg 9,33 cde 17,23 ab 5,15 efg 7,43 defg 20,65 a 17,43 ab CMA + PSB (M4) 6,40 defg 9,40 cde CMA + Azo (M5) 8,05 defg 9,08 defg 18,28 ab Azo + PSB (M6) 4,48 efg 8,33 defg 17,12 ab CMA+ Azo + PSB(M7) 3,65 efg 7,08 defg 19,28 ab Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) 204 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tabel 4. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap bobot kering Akar (g/pot) Rumput Setaria splendida Kontrol (K) Asam Humat (H) Kapur (L) Kontrol (Mo) 4,90 4,86 7,50 CMA (M1) 6,39 5,91 7,84 PSB (M2) 4,95 5,73 5,64 Azospirillum (M3) 5,60 4,75 6,29 CMA + PSB (M4) 5,65 6,34 6,23 6,29 CMA + Azo (M5) 6,14 6,16 Azo + PSB (M6) 5,36 7,11 5,53 CMA + Azo + PSB (M7) 6,00 6,54 6,28 5,62 b 5,92 ab 6,45 a Keterangan : Huruf berbeda pada baris menunjukkan berbeda sangat (P<0,01) Tabel 5. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap bobot kering akar (g/pot) Rumput Chloris gayana Kontrol (K) Asam Humat (H) 1,38 efg Kapur (L) Kontrol (Mo) 0,43 fg 2,15 cdef CMA (M1) 1,08 efg 0,95 efg 4,40 a PSB (M2) 0,68 fg 0,93 efg 3,08 abcd Azospirillum (M3) 0,40 g 0,98 efg 3,88 ab CMA + PSB (M4) 0,53 fg 1,45 defg 3,20 abc CMA + Azo (M5) 1,10 efg 1,83 defg 1,83 cdefg Azo + PSB (M6) 0,45 fg 1,85 efg 2,48 bcde CMA+Azo + PSB (M7) 0,45 fg 1,08 efg 3,08 abc Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), asam humat dengan CMA dan PSB (HM4), asam humat dengan CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat dengan CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kontrol (KMO), tanpa pembenah tanah dengan CMA (KM1), tanpa pembenah tanah dengan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA dengan PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan CMA dan Azospirillum (KM5), tanpa pembenah tanah dengan PSB dan Azospirillum (KM6), dan tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Penambahan kapur saja tanpa penambahan mikroorganisme tanah (LMo) tidak dapat meningkatkan produksi bobot kering akar, akan tetapi dengan penambahan mikroorganisme tanah yaitu perlakuan kapur dan CMA (LM1), kapur dan Azospirillum (LM3) dapat meningkatkan produksi bobot kering akar. Penambahan asam humat dengan mikroorganisme tanah belum dapat meningkatkan produksi bobot kering akar. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan interaksi antara penambahan pembenah tanah dan mikroorganimse tanah potensial berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap serapan fosfor pada rumput S splendida. Hasil uji lanjut pada Tabel 6 menunjukkan perlakuan asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7) mempunyai nilai 205 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tabel 6. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap serapan fosfor (mg/pot) Rumput Setaria splendida Kontrol (K) Asam Humat (H) Kapur (L) Kontrol (Mo) 2,89 g 3,63 efg 4,73 abcde CMA (M1) 5,35 abc 5,07 abcde 4,50 bcdef PSB (M2) 3,91 defg 4,10 cdefg 4,75 abcde Azospirillum (M3) 3,62 efg 3,33 fg 4,43 bcdef CMA + PSB (M4) 4,41 bcdef 4,72 abcde 5,53 ab CMA + Azo (M5) 5,87 a 4,86 abcde 4,34 bcdef Azo + PSB (M6) 4,45 bcdef 5,63 ab 3,88 defg CMA+ Azo + PSB (M7) 4,46 bcdef 5,91 a 4,46 bcdef Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)bbb serapan fosfor yang tertinggi, berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan kontrol (KMo), tanpa pembenah dan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan PSB dan Azospirillum (KM6), tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7), asam humat tanpa mikroorganisme (HMo), asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), kapur dengan CMA (LM1), kapur dengan Azospirillum (LM3), kapur, CMA dan Azospirillum (LM5), kapur, PSB dan Azospirillum (LM6) dan kapur, CMA, PSB dan Azospirillum (LM7). Penambahan kapur dengan mikroorganisme dapat meningkatkan serapan P yaitu perlakuan kapur, CMA dan PSB (LM4) dan kapur dengan PSB (LM2). Perlakuan tanpa penambahan kapur akan tetapi dengan penambahan asam humat dan mikroorganisme tanah juga dapat meningkatkan serapan P yaitu perlakuan asam humat dan CMA (HM1), asam humat, CMA, dan PSB (HM4), asam humat, CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat, PSB dan Azospirillum (HM6), dan asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7). Perlakuan tanpa penambahan pembenah tanah baik kapur maupun asam humat, akan tetapi dengan penambahan mikroorganisme tanah saja masih dapat meningkatkan serapan P yaitu perlakuan tanpa pembenah tanah dengan CMA (KM1) dan tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM5). Hasil sidik ragam menunjukkan interaksi antara penambahan pembenah tanah dengan 206 mikroorganisme tanah potensial berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap serapan fosfor pada rumput C gayana (Tabel 1). Hasil uji lanjut pada Tabel 7 menunjukkan perlakuan kapur dengan CMA (LM1) mempunyai nilai serapan fosfor yang tertinggi, berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan asam humat tanpa penambahan mikroorganisme (HMo), asam humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), asam humat dengan CMA, dan PSB (HM4), asam humat dengan CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat, CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kontrol (KMo), tanpa pembenah tanah dengan CMA (KM1), tanpa pembenah tanah dengan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA, dan PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan CMA, dan Azospirillum (KM5), tanpa pembenah tanah dengan, PSB dan Azospirillum (KM6) dan tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Perlakuan asam humat dengan CMA (HM1) dan asam humat dengan PSB (HM2) berbeda sangat nyata (P<0,01) serapan fosfornya dengan perlakuan kontrol (KMo). Pada rumput C gayana penambahan kapur dan mikroorganisme tanah dapat meningkatkan serapan P. Penambahan asam humat dengan mikroorganisme tanah yaitu perlakuan asam humat dengan CMA (HM1) dan asam humat dengan PSB (HM2) masih dapat meningkatkan Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak serapan P akan tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan penambahan kapur. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap serapan nitrogen pada rumput S splendida. Hasil uji lanjut pada Tabel 8 menunjukkan perlakuan asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6) mempunyai nilai serapan nitrogen yang tertinggi, berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan asam humat tanpa mikroorganisme (HMo), asam humat dengan Azospirillum (HM5), kapur dengan Azospirillum (LM5), kapur dengan PSB dan Azospirillum (LM6), kapur, CMA, PSB dan Azospirillum (LM7), kontrol (KMo), tanpa pembenah tanah dengan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA dan PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Pada rumput S splendida penambahan asam humat dengan mikroorganisme yaitu perlakuan asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6) dapat meningkatkan serapan nitrogen, dapat mensubsitusi kapur, apabila tanpa penambahan pembenah tanah perlakuan dengan penambahan mikroorganisme CMA dan Azospirillum (KM5). Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan interaksi antara penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap serapan nitrogen pada rumput C gayana. Hasil uji lanjut pada Tabel 9 menunjukkan nilai serapan nitrogen yang tertinggi pada perlakuan kapur dengan Azospirillum (LM3), berbeda nyata (P<0,01) dengan perlakuan kapur tanpa mikroorganisme (LMo), asam humat tanpa mikroorganisme (HMo), asam humat dengan CMA (HM1), Tabel 7. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap serapan fosfor (mg/pot) Rumput Chloris gayana Kontrol (K) Kontrol (Mo) CMA (M1) PSB (M2) Azospirillum (M3) CMA + PSB (M4) CMA + Azo (M5) Azo + PSB (M6) CMA+Azo + PSB(M7) Asam Humat (H) Kapur (L) 1,09 g 2,28 efg 1,89 fg 1,59 fg 2,28 efg 2,73 cdefg 1,18 fg 2,37 efg 3,33 bcdefg 3,35 bcdef 2,53 efg 2,48 efg 2,69 defg 2,54 defg 3,96 abcde 5,21 a 4,99 ab 4,93 ab 4,59 ab 4,49 abc 4,36 ascd 1,13 fg 1,99 fg 4,05 abcde Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) Tabel 8. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap serapan nitrogen (mg/pot) Rumput Setaria Splendida Kontrol (Mo) CMA (M1) PSB (M2) Azospirillum (M3) CMA + PSB (M4) CMA + Azo (M5) Azo + PSB (M6) CMA + Azo + PSB(M7) Kontrol (K) Asam Humat (H) Kapur (L) 180,82 c 268,61 abc 199,53 bc 230,60 bc 210,48 bc 273,14 ab 241,08 abc 232,72 bc 213,00 bc 241,71 abc 247,43 abc 240,07 abc 271,25 abc 216,03 bc 310,95 a 253,43 abc 270,68 abc 257,49 abc 252,12 abc 242,33 abc 241,90 abc 224,51 bc 234,85 bc 223,00 bc Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) 207 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), asam humat dengan CMA dan PSB (HM4), asam humat dengan CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat dengan CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kontrol (KMo), tanpa pembenah tanah dengan CMA (KM1), tanpa pembenah tanah dengan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan CMA dan Azospirillum (KM5), tanpa pembenah tanah dengan PSB dan Azospirillum (KM6), dan tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Perlakuan kapur tanpa mikroorganisme (LMo), asam humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), asam humat dengan CMA dan PSB (HM4), asam humat dengan CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6) serapan fosfornya lebih tinggi (P<0,01) bila dibandingkan dengan kontrol. Pada rumput C gayana perlakuan dengan penambahan kapur dan mikroorganisme yaitu perlakuan kapur dengan Azospirillum (LM3), kapur dengan CMA dan Azospirillum (LM5), kapur dengan PSB dan Azospirillum (LM6) dan kapur dengan CMA, PSB dan Azospirillum (LM7) dapat meningkatkan serapan nitrogen. Perlakuan dengan penambahan asam humat dan mikroorganisme tanah yaitu perlakuan asam humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan PSB (HM2), dan asam humat dengan CMA dan PSB (HM4) dapat mensubsitusi perlakuan dengan penambahan kapur. Perlakuan tanpa pembenah tanah baik kapur atau asam humat dengan penambahan mikroorganisme CMA dan Azospirillum yaitu perlakuan KM5, dapat meningkatkan penyerapan nitrogen. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme potensial tanah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) serapan kalsium pada rumput C gayana. Hasil uji lanjut pada Tabel 10 menunjukkan nilai serapan kalsium yang tertinggi adalah perlakuan kapur dengan Azospirillum (LM3), berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan asam humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan PSB (HM2), asam humat dengan Azospirillum (HM3), asam humat dengan CMA dan PSB (HM4), asam humat dengan CMA dan Azospirillum (HM5), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat dengan CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), tanpa pembenah tanah dengan CMA (KM1), tanpa pembenah tanah dengan PSB (KM2), tanpa pembenah tanah dengan Azospirillum (KM3), tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB (KM4), tanpa pembenah tanah dengan CMA dan Azospirillum (KM5), tanpa pembenah tanah dengan PSB dan Azospirillum (KM6), dan tanpa pembenah tanah dengan CMA, PSB dan Azospirillum (KM7). Perlakuan asam humat tanpa mikroorganisme (HMo), asam humat dengan CMA (HM1), asam humat dengan Azospirillum Tabel 9. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humik terhadap serapan nitrogen (mg/pot) Rumput Chloris gayana Kontrol (K) Asam Humik (H) Kapur (L) Kontrol (Mo) 33,9 g 95,3 defg 127,3 bcd CMA (M1) 87,7 efg 127,4 bcd 172,6 abc PSB (M2) 56,4 efg 123,4 bcd 183,0 ab Azospirillum (M3) 46,6 fg 99,9 def 228,6 a CMA + PSB (M4) 71,6 efg 125,2 bcd 179,5 ab CMA + Azo (M5) 111,2 de 118,6 cde 202,5 a Azo + PSB (M6) 43,9 fg 109,8 de 194,4 a CMA + Azo + PSB(M7) 47,3 fg 93,8 defg 212,6 a Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) 208 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Tabel 10. Pengaruh penambahan CMA, Azospirillum, PSB, kapur dan asam humat terhadap serapan kalsium (mg/pot) Rumput Chloris gayana Kontrol (K) Asam Humat (H) Kapur (L) Kontrol (Mo) 65,8 c 152,9 b 663,3 a CMA (M1) 144,8 c 166,1 b 681,9 a PSB (M2) 121,9 c 145,1 c 472,3 ab Azospirillum (M3) 143,5 c 187,4 b 770,3 a CMA + PSB (M4) 202,4 b 204,6 b 610,1 a CMA + Azo (M5) 143,3 c 147,6 c 569,2 a Azo + PSB (M6) 72,5 c 214,3 b 570,4 a CMA+ Azo + PSB(M7) 85,4 c 185,8 b 631,3 a Keterangan : Huruf berbeda pada baris dan kolom menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) (HM3), asam humat dengan CMA dan PSB (HM4), asam humat dengan PSB dan Azospirillum (HM6), asam humat dengan CMA, PSB dan Azospirillum (HM7), kapur dengan CMA dan PSB (LM4), berbeda sangat nyata (P<0,01) serapan fosfornya dibandingkan dengan perlakuan kontrol (KMo). Pada rumput C gayana penambahan kapur dan mikroorganisme dapat meningkatkan serapan Ca dan lebih tinggi serapan Ca dibandingkan dengan penambahan asam humat. Perlakuan dengan penambahan asam humat dan mikroorganisme dapat meningkatan serapan Ca dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pembenah tanah. Perlakuan tanpa pembenah tanah tetapi dengan penambahan mikroorganisme CMA dan Azospirillum yaitu perlakuan tanpa pembenah tanah dengan CMA dan PSB (KM4) dapat meningkatkan serapan Ca dan dapat mensubsitusi perlakuan dengan penambahan asam humat. PEMBAHASAN Pada rumput toleran Al (S splendida) interaksi antara pembenah tanah dan mikroorganime tanah potensial meningkatkan produksi bobot kering tajuk. Perlakuan dengan penambahan asam humik dan mikroorganisme Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat (HM6) memberikan produksi bobot kering tajuk tertinggi. Pada rumput yang toleran mampu mendetosifikasi Al3+ yang tinggi dengan mengeluarkan asam organik, sehingga Al3+ yang bebas menjadi berkurang dan tidak meracuni tanaman, sehingga tanaman tetap tumbuh dengan baik. Asam humat yang ditambahkan juga membantu untuk mendetoksifikasi Al3+ sehingga kelarutannya berkurang dan P dapat terlarut. Selain itu karena adanya Azospirillum ketersediaan nitrogen terpenuhi dan menghasilkan hormon yaitu IAA, yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Bakteri pelarut fosfat menyediakan fosfat melalui pelarutannya dengan menghasilkan asam oksalat dan asetat, sehingga ketersediaan unsur P terjamin. Penambahan kapur dan asam humat pada rumput yang toleran meningkatkan produksi bobot kering tajuk. Penambahan mikroorganisme potensial tanah juga meningkatkan produksi bobot kering tajuk. Walaupun rumput yang toleran mempunyai mekanisme untuk mendetoksifikasi Al3+, karena kejenuhan Al yang tinggi pada penelitian ini yaitu mencapai 81%, masih memerlukan penambahan pembenah tanah untuk membantu mendetoksifikasi Al3+. Penambahan mikroorganime tanah potensial yaitu CMA berperan dalam peningkatan penyerapan unsur hara seperti P dan N. Bakteri pelarut fosfat untuk penyediaan P terlarut dan Azospirillum untuk penyedian N. Pada rumput S splendida tanpa penambahan kapur masih tumbuh dengan baik bila dikombinasikan dengan mikroorganisme tanah potensial yaitu dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula (KM1), kombinasi CMA dan Azospirillum (KM5), kombinasi Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat (KM6). Pada rumput S splendida penambahan pembenah tanah meningkatkan produksi bobot 209 Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak kering akar. Penambahan kapur memberikan peningkatan produksi bobot kering akar yang terbaik. Penambahan mikroorganisme potensial tanah tidak memberikan peningkatan produksi bobot kering akar. Penambahan pembenah tanah masih diperlukan pada rumput yang toleran untuk mendetoksifikasi Al3+, sehingga kelarutan Al3+ menurun, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Kelarutan Al3+ menurun karena Al terikat dan mengalami tidak pengendapan sehingga Al3+ 2+ menggantikan Ca pada membran plasma, atau tidak mengikat fosfat pada membran lipid bilayer, DNA dan RNA, akibatnya penghambatan pertumbuhan akar tidak terjadi. Pada rumput S splendida serapan P, serapan N dapat ditingkatkan dengan penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial. Penambahan kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara makro seperti: N, P, K, Ca, Mg. Hal ini terjadi karena penambahan kapur dapat meningkatkan pH sehingga kelarutan unsur hara meningkat. Penambahan kapur juga dapat mendetoksifikasi Al3+ sehingga kelarutannya menurun dan tidak meracuni tanaman. Penambahan asam humat juga membantu untuk mendetoksifikasi Al3+ dan melarutkan P yang terjerap oleh Al. Penambahan CMA membantu peningkatan penyerapan unsur hara dan melarutkan P organik melalui peningkatan asam fosfatase pada tanaman. Penambahan bakteri pelarut fosfat membantu melarutkan P yang terikat oleh Al dengan cara mengeluarkan asam organik yaitu asam oksalat dan asam asetat. Penambahan Azospirillum membantu peningkatan ketersedian unsur N dan hormon IAA untuk pertumbuhan akar. Pada rumput C gayana penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme tanah potensial dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan dengan penambahan kapur dan Azospirillum (LM3) memberikan nilai bobot kering tajuk yang tertinggi. Pada rumput yang peka mutlak diperlukan penambahan pembenah tanah, karena tidak mempunyai kemampuan untuk mendetoksifikasi Al3+ yang bebas. Penambahan kapur pada rumput yang peka dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk dan bahan kering akar. 210 Penambahan kapur dapat mendetoksifikasi Al3+, sehingga kelarutannya menurun dan mengalami pengendapan. Kelarutan Al3+ yang menurun dapat mengurangi keracunan Al pada tanaman sehingga penghambatan pertumbuhan tanaman dapat dicegah. Penambahan asam humat tanpa dikombinasikan dengan mikroorganisme tanah potensial belum dapat mengatasi kelarutan Al3+ yang tinggi. Penambahan asam humat yang dikombinasikan dengan CMA (HM1), dengan PSB (HM2) dan CMA dengan PSB (HM4) mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan kontrol, akan tetapi pertumbuhan tanaman masih lebih rendah bila dibandingkan dengan penambahan kapur. Pada rumput C gayana penambahan mikroorganisme tanah potensial dapat meningkatkan produksi bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Bila dikombinasikan dengan pembenah tanah; penambahan mikroorganisme tanah potensial saja tanpa penambahan pembenah tanah tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, karena tidak ada mekanisme untuk mendetoksifikasi Al3+ yang tinggi. Begitupula sebaliknya penambahan pembenah tanah tanpa dikombinasikan dengan mikroorganisme tanah potensial tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pada rumput C gayana penambahan pembenah tanah dan mikrorganisme tanah potensial dapat meningkatkan serapan P, serapan N dan serapan Ca. Penambahan asam humat dapat membantu untuk mendetoksifikasi Al3+ sehingga menurun kelarutannya dan tidak meracuni tanaman, selain itu dapat meningkatkan kelarutan unsur P yang dijerap oleh Al. Penambahan CMA mampu meningkatkan penyerapan unsur hara yang terlarut dan melarutkan P organik dengan membantu peningkatkan sekresi asam fosfatase pada tanaman. Penambahan bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan ketersediaan unsur P dengan mekanisme pelarutan mensekresikan asam organik yaitu asam asetat dan asam oksalat, sehingga serapan P dapat ditingkatkan. Penambahan Azospirillum mampu meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen dan IAA sehingga serapan N dapat ditingkatkan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak KESIMPULAN Pada rumput toleran Al penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme potensial dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, dan N rumput. Penambahan asam humat dan Azospirillum dengan bakteri pelarut fosfat (HM6) merupakan kombinasi yang terbaik dilihat dari produksi bobot kering tajuk dan akar serta serapan P dan N rumput S splendida. Pada rumput S splendida tanpa penambahan kapur masih tumbuh dengan baik bila dikombinasikan dengan mikroorganisme tanah potensial yaitu dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula, Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Azospirillum, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat. Pada rumput peka penambahan pembenah tanah dan mikroorganisme potensial dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, N rumput. Penambahan pembenah tanah atau mikroorganisme tanah potensial secara tunggal tidak dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan P, N rumput C gayana. Penambahan kapur dan Azospirillum merupakan kombinasi yang terbaik dilihat dari produksi bobot kering tajuk dan akar serta serapan P dan N pada rumput C gayana, kemudian kombinasi antara asam humat dengan CMA dan antara asam humat dengan CMA dan PSB. DAFTAR PUSTAKA BLOOM, P. R., M. B. MCBRIDE, and R. M. WEAVER. 1979. Aluminium organic matter in acid soil . Buffering and solution aluminium activity. Soil Sci. Soc. Amer. J. 43 : 488-493. CLARK. 1997. Arbuscular mycorrhizal adaptation, spore germination, root colonitation and host plant growth and mineral acquisition at low pH. Plant and Soil.192 : 15-22. DRIESSEN, P.M. and SOEPRAPTOHARDJO. 1974. Soil for agriculture expansion in Indonesia. Bulletin I. Soil Research Institute. Bogor. HARDJOWIGENO, S. 1992. Keragaman sifat tanah podsolik merah kuning di Indonesia. Il. Pert. Ind.. 2(1) : 16-23. ILLMER P. A., BARBATO and F. SCHINNER. 1995. Solubilization of hardly-soluble AlPO4 with P-solubilizing microorganisms. Soil. Biol. Biochem. 27 (3) : 265-270. JONES, I. D., and D. S. BRASSINGTON. 1998. Sorption of organic acids in acid soils and its implications in the rhizosphere. Eur. J. Soil Sci 49 : 447-455. KAWAGUCHI, K., and K. KYUMA. 1959. On the complex formation between soil humus and polyvallent cations. Soil and Plant Food, Tokyo 5 : 54. KOSLOWSKY R. H and R. E. JR. BOERNER. 1989. Interactive effects of aluminium, phosphorus and mycorrhizae on growth and nutrient up take of Panicum virgatum L. (Poaceae) Environ. Pollut. 61 : 107-125. MA, J. F., S. HIRADATE, K. NOMOTO, T. IWASHITA,and H. MATSUMOTO. 1997. Internal detoxification mechanism of Al in Hydrangea macrophylla. Identification of Al form in the leaves. Plant Physiol. 113 : 1033-1039. MARSCHNER H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd Edition. Academic Press Limited. London. MENGEL, K., and E. A. KIRKBY. 1987. Principles of Plant Nutrition. International Potash Inst., Bern, Switzerland. OKON, Y. and KAPULNIK. 1986. Development an function of Azospirillum inoculated roots. Plant and Soil 90 : 3-16. SEN, B. C. 1960. Adsorption of humic acids on Hclays and the role of metal cation in humus adsorption. J. Indian Chem. Soc. 37 : 793. SITORUS, S. R. P., F. M. LEIWAKABESSY, and SOEPARDI G. 1974. Aluminium yang dapat dipersatukan sebagai dasar pengapuran. II. Tanah mineral masam. Newsletter Soil Sci. Soc., Indonesia. SUPRAPTOHARDJO. 1961. National soil clasification system. Defination of great soil group condensed. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. 211