telaah atas kondisi keuangan pemerintah

advertisement
ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH
BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Tahun Anggaran 2013
I.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca
Pemerintah Pusat tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), dan Laporan Arus Kas (LAK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pemeriksaan dilakukan atas LKPP Tahun 2013 yang meliputi LKKL, LKBUN,
dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran BUN (LK BABUN). Pemeriksaan dilakukan
atas LKPP Tahun 2013 yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 2013, LRA, LAK, dan
CaLK yang telah direviu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. LKPP
Tahun 2013 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II
(PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual). LKPP Tahun 2013 disusun berdasarkan
konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN).
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN TA 2013
dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan selama periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013.
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah
Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013.
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2013 serta saldo kas
dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2013.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro,
kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam CaLK ini diungkapkan
pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi
tambahan yang diperlukan.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 14
Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam penyajian
Laporan Realisasi APBN, pendapatan, belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan
basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum
Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya
kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan
oleh dan dari KUN. Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal
pelaporan keuangan serta beberapa informasi tambahan yang diperlukan.
II. ANALISIS
Gambaran Umum LKPP 2013
1.
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA
2013 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan selama periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2013 adalah sebesar
Rp1.438,89 triliun atau 95,80 persen dari APBN-P. Sementara itu, realisasi Belanja
Negara pada TA 2013 adalah sebesar Rp1.650,56 triliun atau 95,62 persen dari APBNP. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah
Pusat sebesar Rp1.137,16 triliun atau 95,01 persen dari APBN-P, dan realisasi
Transfer ke Daerah sebesar Rp513,26 triliun atau 96,96 persen dari APBN-P. Selain
itu, pada TA 2013 terdapat Suspen Belanja sebesar minus Rp140,40 miliar.
Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja
Negara, terjadi Defisit Anggaran TA 2013 sebesar Rp211,67 triliun. Realisasi
Pembiayaan Neto TA 2013 adalah sebesar Rp237,39 triliun atau 105,89 persen dari
APBN-P, sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp25,72
triliun.
Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai
berikut (Rp triliun):
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 15
Tabel 1. Laporan Realisasi APBN
TA 2013 (Unaudited)
TA 2012(Audited)
Anggaran
Realisasi
% Realisasi
Realisasi
(UU No 15/2013)
thd Anggaran
Pendapatan Negara dan Hibah
1,502.00 1,438.89
0.96
1,338.11
Belanja Negara
1,726.19 1,650.56
0.96
1,491.41
_ Belanja Pemerintah Pusat
1,196.30 1,137.16
0.95
1,010.56
_ Transfer ke daerah
529.30
513.26
0.97
480.65
_ Suspen Belanja Negara B29
0.14
0.20
Surplus (Defisit) Anggaran
(224.19)
(211.67)
0.94
(153.30)
Pembiayaan Neto
224.19
237.39
1.06
175.16
SiLPA (SiKPA)
25.72
21.86
Sumber : LKPP 2013
Uraian
2.
Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah
Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013.
Jumlah Aset per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp3.567,59triliun yang
terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp252,74 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar
Rp1.183,17 triliun, Aset Tetap sebesar Rp1.709,86 triliun, Piutang Jangka Panjang
sebesar Rp2,90 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp418,92 triliun.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp2.652,10 triliun
yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp368,09 triliun dan Kewajiban
Jangka Panjang sebesar Rp2.284,01 triliun. Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto
per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp915,49 triliun yang terdiri dari Ekuitas Dana
Lancar sebesar minus Rp113,36 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar
Rp1.028,85 triliun.
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat
disajikan sebagai berikut (Rp triliun).
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 16
Tabel 2. Neraca
Uraian
31 Desember 2013 31 Desember 2012
(Unaudited)
(Audited)
Aset
3567.59
3432.98
Aset Lancar
252.74
241.31
Investasi Jangka Panjang
1183.17
932.41
Aset Tetap
1709.86
1895.50
Piutang Jangka Panjang
2.9
4.67
Aset lainnya
418.92
359.09
Kewajiban
2652.1
2156.89
Kewajiban Jangka Pendek
368.09
266.14
Kewajiban Jangka Panjang
2284.01
1890.75
Ekuitas Dana Neto
915.49
1276.10
Ekuitas Dana Lancar
-113.36
-23.58
Ekuitas Dana Investasi
1028.85
1299.68
Sumber : LKPP 2013
3.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2013 serta saldo kas
dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2013.
Saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), dan Kas Badan Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah
Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp71,58 riliun,
sedangkan pada awal tahun 2013 terjadi koreksi kurang sebesar minus
Rp309,30miliar, sehingga saldo awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah
Langsung yang telah disahkan tahun 2013 menjadi Rp71,27 triliun. Selama TA 2013
terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp31,32 triliun, penurunan kas
dari aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp180,36 triliun, kenaikan kas dari
aktivitas pembiayaan sebesar Rp237,39 triliun, kenaikan kas dari aktivitas non
anggaran sebesar Rp0,11 triliun, penurunan karena penggunaan SAL sebesar Rp30
triliun, dan kenaikan karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp0,61 triliun. Dengan
demikian, saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah
disahkan per 31 Desember 2013 menjadi Rp67,70 triliun. Selain kas di atas, terdapat
Rekening Pemerintah Lainnya sebesar Rp9,99 triliun, Kas di Bendahara Pengeluaran
sebesar Rp0,34 triliun, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp0,22 triliun, Kas
Lainnya dan Setara Kas sebesar Rp6,24triliun, dan Kas pada BLU yang Belum
Disahkan sebesar Rp0,70 triliun. Selama tahun 2013 terdapat deposito (Investasi
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 17
Jangka Pendek) yang berasal dari Kas pada BLU yang telah disahkan sebesar Rp1,18
triliun, sehingga saldo akhir Kas dan Bank Pemerintah Pusat sebesar Rp83,40 triliun.
Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2013 dan TA 2012 dapat disajikan sebagai berikut
(Rp triliun):
Tabel 3. Laporan Arus Kas
Uraian
Saldo Awal Kas BUN, KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung
Koreksi Saldo Awal
Saldo Awal Kas BUN, KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung
setelah Koreksi
Kenaikan (penurunan) Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran
Penggunaan SAL
Penyesuaian Pembukuan
Kenaikan (Penurunan) Kas
Saldo Akhir Kas BUN, KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung
Sumber : LKPP 2013
TA 2013
(Unaudited)
71.58
-0.31
71.27
TA 2012
(Audited)
107.84
0.31
108.15
-31.32
-180.36
237.39
-0.11
-30.00
0.61
-3.56
67.70
-8.87
-144.43
175.16
-1.5
-56.17
-0.76
-36.57
71.58
Analisis LKPP 2013
Analisis laporan keuangan suatu entitas diperlukan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang terkandung dalam laporan keuangan. Dengan
melakukan analisis diharapkan dapat diketahuai kontribusi serta komposisi masingmasing account terhadap kualitas laporan keuangan. Adapun teknik yang sering
digunakan yaitu : (1) Comparative Financial Statement Analysis (2) Common Size
Financial Statement Analysis (3) Ratios Analysis (4) Cash Flow Analysis 1.
Comparative Financial Statement Analysis
Teknik analisis ini dilakukan dengan cara mereview neraca, laporan realisasi
anggaran dan laporan arus kas dari periode satu ke periode berikutnya. Dengan
membandingkan antar periode akan diketahui perubahan pada setiap rekening dan
akan diketahui trend/kecendrungan yang terjadi apakah terjadi kecenderungan
menurun atau meningkat. Untuk analisis perbandingan, LKPP tahun 2013 akan
dibandingkan dengan LKPP tahun 2012. Analisis perbandingan secara umum dapat
dijelaskan sbb :
1
Wild Subramanyan dan Halsey (2003)
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 18
Laporan Realisasi Anggaran :
Pendapatan Negara :
Selama tahun 2013, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai
Rp1.438,89 triliun atau 95,80 persen dari pagu anggaran sebesar Rp1.502,01 triliun.
Capaian realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2013 ini didukung oleh realisasi
penerimaan perpajakan sebesar Rp1.077,31 triliun atau 93,81 persen dari pagu
anggaran sebesar Rp1.148,36 triliun, realisasi penerimaan PNBP sebesar Rp354,75
triliun atau 101,60 persen dari pagu anggaran sebesar Rp349,16 triliun, dan realisasi
penerimaan hibah sebesar Rp6,83 triliun atau 152,39 persen dari pagu anggaran
sebesar Rp4,48 triliun.
Rendahnya capaian realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2013 sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian, baik domestik maupun global
yaitu terkontraksinya ekonomi Eropa dan menurunnya kinerja ekonomi negara
berkembang. Ekonomi negara maju khususnya Amerika Serikat dan Jepang
cenderung membaik, sedangkan di sisi lain ekonomi China dan India mengalami
perlambatan. Ekonomi yang belum kuat tersebut berpengaruh terhadap inflasi global
yang cenderung turun, pasar keuangan dengan tingkat ketidakpastian yang masih
tinggi, serta mendorong respon kebijakan moneter bank sentral global masih
bersifat akomodatif. Ekonomi global tahun 2013 tumbuh lebih rendah dibanding
tahun 2012. Hal ini didorong oleh terjadinya penurunan harga komoditas global dan
perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) terkait penghentian stimulus
(tapering off) yang berperan dalam meningkatkan ketidakpastian. Perkembangan
terkini menunjukkan bahwa ekonomi global dalam tren membaik yang dimotori
oleh AS dan Jepang, serta indikasi pemulihan ekonomi Eropa, China dan India.
Selain terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak
pada perekonomian domestik, dalam tahun 2013 juga terjadi perubahan pada
beberapa indikator ekonomi makro dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN.
Perubahan asumsi dasar ekonomi makro tersebut antara lain menyebabkan target
pendapatan negara pada tahun 2013 mengalami deviasi dari target awal yang
ditetapkan dalam APBN 2013.
Tabel 4. Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2013
INDIKATOR
Pertumbuhan Ekonomi (%) y-o-y
Tingkat Inflasi (%) y-o-y
Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD)
Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan (%)
APBN 2013
6,8
4,9
9.300
5,0
APBNP
6,3
2013
7,2
9.600
5,0
REALISASI
5,78
8,38
10.451,37
4,5
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 19
Harga Minyak (USD/Barel)
100,0
Lifting Minyak (Ribu Barel/Hari)
900
Lifting Gas (Ribu Barel Setara 1.360
Minyak/Hari)
Sumber
: Kementerian Keuangan
108,0
840,0
1.240,0
105.87
825
1.213
Adapun perbandingan capaian realisasi pendapatan negara 2013 dan 2012
adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Capaian Realisasi Pendapatan Negara
Keterangan
Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Perpajakan
1. Pajak Dalam Negeri
2. Pajak Perdagangan Internasional
II.Penerimaan Negara Bukan Pajak
1. SDA
2. Bagian Pemerintahh Atas Laba BUMN
3. PNBP Lainnya
4. Pendapatan BLU
III. Hibah
Sumber : LKPP 2013 dan 2012 , diolah
LKPP 2013
95.80
93.81
93.63
98.01
101.60
111.13
93.33
81.51
104.89
152.39
LKPP 2012
98.52
96.49
96.13
103.57
103.13
104.00
100.07
100.91
106.35
701.35
Selisih
(2.72)
(2.68)
(2.50)
(5.56)
(1.53)
7.13
(6.74)
(19.40)
(1.46)
(548.96)
Berdasarkan data di atas terdapat beberapa catatan terkait realisasi
pendapatan negara :
-
Realisasi Penerimaan perpajakan yang menjadi sumber utama pendapatan negara
tidak mencapai target yang ditetapkan. Pada tahun 2013 realisasinya hanya
mencapai 93,81%. Selain tidak mencapai target yang ditetapkan, ternyata
reallisasi tahun 2013 ini masih dibawah realisasi tahun 2012 yang mencapai
96,49% yang berrati turun 2,68% dari realisasi tahun sebelumnya. Bahkan
peneliti dari Danny Darussalam Tax Center B. Bawono Kristiaji mengatakan
realisasi penerimaan pajak 2013 merupakan yang terendah dalam 10 tahun
terakhir. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian serius. Untuk itu Pemerintah
perlu melakukan terobosan-terobosan yang meliputi peningkatan kapasitas
kelembagaan Ditjen Pajak, mengkaji ulang insentif pajak yang tidak perlu, kerja
sama informasi perbankan, dan lain-lain.
-
Pendapatan Pajak Dalam Negeri secara nominal memang mengalami kenaikan
dibandingkan dengan TA 2012. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri TA
2013 adalah sebesar Rp1.029.850.063.303.271 atau mencapai 93,63 % dari
target yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar Rp1.099.943.585.138.000.
Hal ini berarti realisasi Pajak Dalam Negeri TA 2013 lebih besar
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 20
Rp98.988.223.793.833 atau naik 10,63 persen dibandingkan dengan realisasi
TA 2012. Namun pada tahun 2012 realisasi Pajak dalam Negeri ini mencapai
96,13% dari target yang ditetapkan.
Tabel 6. Realisasi Pajak Dalam Negeri (dalam Rp):
Uraian
PPh Migas
PPh Nonmigas
PPh Fiskal
PPh Ditanggung Pemerintah
PPN dan PPnBM
PBB
BPHTB
Cukai
Pajak Lainnya
Jumlah
TA 2013 (Audited)
TA 2012 (Audited)
88.747.448.408.293
83.460.868.001.301
413.808.305.275.411
377.942.175.058.445
849.766.010
1.338.076.044
3.886.193.422.937
3.665.260.413.269
384.713.518.912.993
337.584.577.488.285
25.304.582.771.965
28.968.862.702.282
-
-
108.452.081.324.579
95.027.881.221.457
4.937.083.421.083
4.210.876.548.355
1.029.850.063.303.271
930.861.839.509.438
Sumber : Kementerian Keuangan
- Dari rincian Pajak Dalam Negeri di atas dapat dilihat bahwa PBB mengalami
penurunan. Penurunan pendapatan PBB disebabkan karena adanya pengalihan
pengelolaan PBB P2 ke Pemda sejak tahun 2011.
- Disamping itu penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas tidak mencapai target
antara lain karena pokok ketetapan PBB Migas Tahun 2013 dibawah target yang
ditetapkan dalam APBN/APBN-P, terdapat SPPT PBB yang tidak dapat dibayarkan
di tahun 2013 serta pembayaran PBB yang seharusnya dilakukan oleh Wajib
Pajak ke Bank Persepsi masih sangat minim.
- Realisasi pendapatan cukai TA 2013 mengalami kenaikan yang disebabkan oleh
kenaikan rata-rata tarif cukai sebesar 8,5 persen dan kenaikan volume
produksi rokok di TA 2013. Peningkatan penjualan Benda Materai maupun Bea
Materai selama tahun 2013 menjadi faktor yang menopang pertumbuhan
penerimaan pajak lainnya. Cukai termasuk excise tax dimana selalu ada trade off
antara pilihan untuk meningkatkan penerimaan cukai dengan upaya untuk
mengurangi eksternalitas negatif yang ditimbulkan oleh barang-barang kena cukai
seperti rokok dan alkohol.
- Dari sisi tax ratio, tax ratio Indonesia berangsur-angsur meningkat pada periode
2009-2012 namun di tahun 2013 mengalami penurunan. Tax ratio Indonesia tahun
2013 mencapai 11,86% yang berarti menurun sebesar 5,4% dibandingkan tahun
2012.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 21
Tabel 7. Tax Ratio
Tahun
Tax Ratio
2009
11
2010
11.3
2011
11.8
2012
12.5
2013
11.86
Sumber : Kementerian Keuangan
- Untuk PNBP, secara keseluruhan memang telah mencapai target yang ditetapkan
yang mencapai 101,6% namun masih lebih rendah dibandingkan capaian PNBP
tahun sebelumnya yang sebesar 103,13%. Jika dilihat lebih rinci, komponen PNB
yang melebihi target yang ditetapkan adalah penermaan SDA dan pendapatan BLU
yang masing-masing mencapai 111,13% dan 104,89%.
- Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa realisasi komponen PNBP berupa
bagian pemerintah atas laba BUMN dan PNBP lainnya pada tahun 2013 ini
keduanya tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu masing-masing hanya
93,33% dan 81,51% padahal pada tahun 2012 berhasil mencapai target yang
ditetapkan.
- Realisasi Bagian Pemerintah atas Laba BUMN TA 2013 adalah sebesar
Rp34.025.604.050.274 dimana 81% dari realisasi tersebut berasal dari 10 BUMN
terbesar yaitu :
Tabel 8. 10 BUMN Penyumbang PNBP Terbesar
Nama BUMN
Jumlah (Rp)
1
PT Pertamina
7.795.000.000.000
2
PT Telkom
4.501.665.478.926
3
PT Bank Rakyat Indonesia
3.153.248.000.000
4
PT Perusahaan Gas Negara
2.800.058.788.555
5
PT Bank Mandiri
2.790.731.860.000
6
PT Pupuk Indonesia
1.724.887.180.010
7
PT PLN
1.443.799.800.000
8
PT Bank Negara Indonesia
1.268.306.324.365
9
PT Semen Indonesia
1.112.662.424.301
10
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
1,079,747,468,713
Total 10 BUMN
27.670.107.324.870
Sumber : Kementerian Keuangan
Diketahui bahwa saat ini terdapat 141 BUMN yang beroperasi di Indonesia Ini
berarti bahwa 19% laba BUMN berasal dari 131 BUMN. Ini berarti kinerja BUMNBUMN saat ini masih kurang optimal.
-
Terdapat 5 temuan BPK terkait pendapatan negara dan hibah berupa
ketidakpatuhan terdapat ketentuan perundangang, yaitu :
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 22
1. DJP Belum Menagih Sanksi Bunga atas Keterlambatan Pembayaran Sebesar
Rp482,29 Miliar
2. Penetapan dan Penagihan Pajak Tidak Sesuai Ketentuan yang Mengakibatkan
Piutang Pajak Daluwarsa sebesar Rp800,88 Miliar
3. DJP Kurang Menetapkan Nilai Pajak Terutang kepada WP Sebesar Rp338,02
Miliar
4. PNBP pada 30 KL Sebesar Rp384,98 Miliar dan USD1,000,000.00
Terlambat/Belum Disetor, Kurang/Tidak Dipungut, Berindikasi Setoran Fiktif,
dan Digunakan Langsung di Luar Mekanisme APBN
5. Terdapat Penggunaan Langsung atas Penerimaan Jasinonsi pada LPP RRI
sebesar Rp27,28 Miliar dan LPP TVRI Sebesar Rp162,66 Miliar serta PNBP atas
Penggunaan Prasarana Perkeretaapian/TAC pada PT Kereta Api Indonesia (PT
KAI) Sebesar Rp1,71 Triliun Belum Didukung Peraturan Pemerintah
Belanja Negara :
Tahun 2013 realisasi belanja negara mencapai Rp1.650,56 triliun atau 95,62
persen dari pagu APBNP 2013 sebesar Rp1.726,19 triliun. Secara nominal realisasi
belanja negara tahun 2013 tersebut naik sebesar Rp159,15triliun atau 10,67
persen dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp1.491,41 triliun. Realisasi belanja
negara tahun 2013 terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.137,17
triliun atau 95,02 persen dari pagu APBNP 2013 sebesar Rp1.196,83 triliun dan
belanja transfer ke daerah sebesar Rp513,26 triliun atau 96,96 persen dari pagu
APBNP sebesar Rp529,36 triliun.
Adapun perbandingan persentase realisasi belanja negara 2013 dan 2012
adalah sebagai berikut
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 23
Tabel 9. Capaian Realisasi Belanja Negara 2013 dan 2012
Keterangan
Belanja Negara
I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembayaran Bunga Utang
5. Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja bansos
8. Belanja lain-lain
II. Transfer ke Daerah
1. Dana Perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Sumber : LKPP 2013 dan 2012 , diolah
LKPP 2013
95.62
95.01
94.89
88.71
92.96
100.46
101.99
55.53
96.93
17.47
96.96
96.59
98.9
LKPP 2012
96.33
94.49
92.91
88.04
79.48
85.34
141.35
4.19
93.69
5.94
100.39
100.72
98.48
Selisih
-0.71
0.52
1.98
0.67
13.48
15.12
-39.36
51.34
3.24
11.53
-3.43
-4.13
0.42
Realisasi belanja pemerintah pusat tahun 2013 apabila dilihat dari klasifikasi
ekonomi meliputi belanja pegawai yang terealisasi sebesar Rp221,69 triliun (94,89
persen dari pagu), belanja barang yang terealisasi sebesar Rp169,72 triliun (88,71
persen dari pagu), belanja modal yang terrealisasi sebesar Rp180,87 triliun (92,96
persen dari pagu), belanja pembayaran bunga utang yang terrealisasi sebesar
Rp113,04 triliun (100,46 persen dari pagu), belanja subsidi yang terrealisasi sebesar
Rp355,05 triliun (101,99 persen dari pagu), belanja hibah yang terealisasi sebesar
Rp1,30 triliun (55,53 persen dari pagu), belanja bantuan sosial yang terrealisasi
sebesar Rp92,14 triliun (96,93 persen dari pagu), dan belanja lainnya yang
terrealisasi sebesar Rp3,37 triliun (17,47 persen dari pagu)
Catatan :
-
Secara keseluruhan persentase penyerapan belanja negara tahun 2013 yaitu
95,62% sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 96,33%.
-
Realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat didominasi oleh belanja
operasional, yakni belanja pegawai, belanja barang, subsidi, dan pembayaran
bunga. Selama periode tahun 2009 - 2013, belanja operasional ini rata-rata
mencapai 75,37 persen dari total belanja pemerintah pusat.Belanja pemerintah
pusat dalam periode 2009 - 2013 secara nominal menunjukkan peningkatan
rata-rata 16,13 persen per tahun, yaitu dari Rp628,81 triliun dalam tahun 2009
menjadi Rp1.137,17 triliun dalam tahun 2013.. Hampir seluruh komponen
belanja pemerintah pusat
penyerapannya di tahun 2013 lebih tinggi
dibandingkan penyerapan tahun 2012 kecuali untuk belanja subsidi.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 24
-
Realisasi Belanja Modal TA 2013 adalah sebesar Rp180.864.203.133.334 berarti
92,96 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN-P sebesar
Rp194.562.826.310.065. Hal ini berarti realisasi Belanja Modal TA 2013 lebih
besar Rp35.760.054.640.481 atau naik 24,64 persen dari Realisasi TA 2012.
Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut (dalam Rp):
Tabel 10. Rincian belanja Modal
Uraian
TA 2013 (Audited)
TA 2012 (Audited)
Belanja Modal Tanah
4.634.554.545.099
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
68.330.717.773.271
43.489.836.812.569
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
23.143.230.323.439
19.549.767.573.166
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
78.790.109.327.027
72.322.551.241.233
Belanja Modal Lainnya
3.820.637.997.486
4.011.444.117.446
Belanja Modal BLU
2.144.953.167.012
2.103.005.518.752
0
6.201.902.176
Belanja Dana Bergulir
Jumlah
Sumber : Kementerian Keuangan
3.621.341.327.511
180.864.203.133.3 145.104.148.492.8
34
53
-
Realisasi Subsidi TA 2013 adalah sebesar Rp355.045.179.958.292 yang berarti
101,99 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN-P sebesar
Rp348.119.042.741.000. Hal ini berarti realisasi Belanja Subsidi TA 2013 ini
lebih besar Rp8.624.775.775.960 atau naik 2,49 persen dari Realisasi TA 2012
sebesar Rp346.420.404.182.332. Realisasi belanja subsidi yang melampaui
APBN-P adalah belanja subsidi energi yaitu subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak
Tertentu (JBT), LPG Tabung 3 kg. Terlampauinya realisasi Subsidi energi dalam
APBN-P dapat terjadi sesuai dengan Pasal 8 ayat 10 UU Nomor 15 Tahun 2013
tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013, yang
menyatakan bahwa Belanja Subsidi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
realisasi pada tahun anggaran belanja untuk mengantisipasi deviasi realisasi
asumsi ekonomi makro dan perubahan parameter subsidi, berdasarkan
kemampuan keuangan negara.
-
Sama halnya dengan tahun 2012, komponen belanja barang terbesar pada tahun
2013 adalah belanja barang non operasional yaitu sebesar Rp50,45 Triliun . Hal
ini perlu menjadi perhatian pemerintah mengingat semangat yang ada sekarang
ini adalah efisiensi belanja barang guna peningkatan belanja modal yang lebih
memberikan dampak langsung pada masyarakat. Selain itu, belanja pemeliharaan
perlu ditingkatkan mengingat belanja tersebut berdampak pada peningkatan
nilai/kapitalisasi asset misalnya memperpanjang masa manfaat asset.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 25
-
Pada TA 2013, terdapat belanja barang yang dianggarkan dalam belanja modal
dan sebaliknya, Belanja modal yang dianggarkan dalam belanja barang. Kondisi
ini dikarenakan K/L tidak cermat dalam penyusunan RKA K/L dan dokumen
pelaksanaan anggaran. Dalam hal belanja barang menghasilkan aset tetap, aset
tetap tersebut dilaporkan pada Neraca dan Laporan BMN.
-
Pada tahun 2013 terdapat beberapa temuan BPK terkait dengan belanja negara
baik menyangkut ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan maupun
kelemahan sistem pengendalian intern. Diantara temuan -temuan tersebut
diantaranya adalah :
a.
Pengelolaan Belanja Pensiun Belum Didukung Mekanisme Pengawasan dan
Rekonsiliasi Belanja/Pengembalian Belanja dan Utang/Piutang Pemerintah
dengan PT Taspen dan PT Asabri
b. Belanja Bantuan Sosial Sebesar Rp3,35 Miliar Seharusnya Dianggarkan dalam
Belanja Barang Satker Pemerintah Pusat/Daerah dan Realisasi Belanja Bantuan
Sosial Masih Mengendap di Rekening Penampungan KL dan Rekening Pihak
Ketiga Sebesar Rp682,89 Miliar, Tidak Sesuai Sasaran Sebesar Rp1,79 Miliar dan
Sebesar Rp2,19 Triliun Tidak Didukung dengan Sistem Pengendalian yang
Memadai
c.
Pengendalian atas Pengelolaan Belanja Subsidi Jenis Bahan Bakar Tertentu dan
LPG Tabung 3 Kilogram Kurang Memadai Sehingga Ketepatan Waktu, Jumlah dan
Sasaran Pembayaran Subsidi Tersebut Diragukan .
-
Pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki trend pencairan dana melalui
pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) serta
penerbitan Perpres 35 tahun 2011 yang merupakan langkah untuk memperbaiki
dan mempercepat proses pengadaan barang dan jasa oleh instansi-instansi
pemerintah. Namun upaya tersebut belum menuai hasil yang optimal mengingat
trend penyerapan belanja pemerintah pusat 2013 cenderung sama dengan tahun
sebelumnya sebagaimana terlihat pada grafik 1 dibawah ini .
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 26
Grafik 1. Trend Penyerapan Belanja Pemerintah Pusat
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kementarian Keuangan
Grafik tersebut memperlihatkan pergerakan belanja pemerintah pusat secara
perlahan pada awal tahun dan mencapai puncaknya pada bulan Juli, selanjutnya
mengalami penurunan tajam di bulan Agustus dan kecenderungan meningkat
kembali dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember dengan nilai realisasi
tertinggi pada bulan Desember.
Pembiayaan
Realisasi pembiayaan tahun anggaran 2013 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2011 dari Rp237,39Triliun menjadi Rp175,16Triliun. Sebagian
besar peningkatan bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara dari Rp159,70
Triliun tahun 2012 menjadi Rp224,67Triliun tahun 2013.
Catatan :
-
Perlu dicermati komposisi dari kepemilikan Surat Berharga Negara tersebut
serta profil nya.
-
Pembiayaan dari Penggunaan SAL adalah penerimaan pembiayaan yang berasal
dari penggunaan rekening SAL. Realisasi Penggunaan SAL TA 2013 adalah
sebesar Rp30.000.000.000.000, yang berarti 100 persen dari jumlah yang
dianggarkan dalam APBN-P sebesar Rp30.000.000.000.000.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 27
Masih Terdapat temuan BPK dalam LKPP 2013 terkait pembiayaan yaitu :
Terdapat Selisih Catatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dengan Fisiknya dan
Perbedaan Saldo Fisik SAL yang Dikelola KL antara Catatan BUN dan Catatan KL.
-
Neraca
Untuk neraca, dapat dibandingkan sebagai berikut :
Jumlah aset tahun 2013 adalah sebesar Rp3.567,58 Triliun mengalami peningkatan
sebesar Rp134.60 Triliun dari jumlah aset tahun 2012. Perubahan jumlah aset
tersebut bersumber dari :
-
Aset lancar meningkat Rp11,43 Triliun
-
Investasi Jangka Panjang meningkat Rp250.77 Triliun
-
Aset Tetap menurun Rp185.65Triliun
-
Aset lainnya meningkat Rp59,83Triliun
Berdasarkan analisis jumlah aset, peningkatan terbesar disebabkan oleh
peningkatan investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi
non permanen (dana bergulir) dan investasi permanen (investasi permanen PMN,
BLU, lainnya).
Catatan :
-
Jumlah Dana Bergulir per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 sebesar
Rp17.872.890.837.875 dan Rp11.453.274.948.550 merupakan dana yang
dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat, pengusaha kecil,
anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat, dan lain-lain yang
dikelola oleh KL maupun BLU KL diantaranya adalah Kementerian Kehutanan,
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian
PU serta Kementerian Perumahan Rakyat. Namun yang perlu diperhatikan
adalah terdapat dan abergulir diragukan tak tertagih sebesar Rp39,9 Miliar.
Untuk itu dalam penyaluran dana bergulir perlu diperhatikan kemampuan
kolektibiltas sehingga tidak merugikan keuangan negara.
Untuk kelompok kewajiban dan ekuitas perubahannya dapat diuraikan
sebagai berikut :
Jumlah kewajiban (jangka pendek dan jangka panjang) mengalami peningkatan
sebesar Rp215,42 Triliun dari menjadi Rp2.156,88 Trilin tahun 2012 menjadi
Rp2.652,09 Triliun. Jumlah ekuitas dana neto mengalami peniurunan sebesar
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 28
Rp360,61Triliun. Terjadi penurunan ekuitas dana lancar sebesar Rp(89,77)Triliun
dan penurunan ekuitas dana investasi sebesar Rp270.83Triliun. 2
Common Size Financial Statement Analysis
Melalui analisis ini akan diketahui kontribusi setiap rekening terhadap laporan
secara menyeluruh. Seperti contohnya dalam melakukan analisis atas neraca, maka
total asset adalah 100% atau total utang dan modal adalah 100%. Selanjutnya
rekening-rekening yang satu kelompok dicari prosentase kontribusinya terhadap total
aset atau pasiva. Berdasarkan analisis tersebut akan diketahui rekening mana yang
memberikan kontribusi maksimum dan rekening mana yang memberikan kontribusi
minimum. Dengan komposisi seperti ini diperlukan perencanaan dan pengendalian
yang berbeda sesuai dengan kontribusinya terhadap total aset atau pasiva.
Pajak merupakan kontributor utama pendapatan negara. Pada tahun 2013,
proporsi penerimaan perpajakan terhadap total pendapatan negara dan hibah
mencapai 74,8%. Sayangnya, masih terdapat temuan BPK berupa belum memadainya
Sistem Pengendalian Penerimaan dan Pengeluaran Negara
yang diantaranya
berdampak pada validitas penerimaan perpajakan, dan juga PNBP dan belanja bagi
hasilnya, Kas di bendahara pengeluaran, serta masih terdapat suspen belanja negara.
Selain itu, terdapat juga beberapa temuan BPK terkait penerimaan pajak
khusunya PPh migas yaitu penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PPh Migas dan
perhitungan bagi hasil Migas tidak konsisten sehingga Pemerintah kehilangan
penerimaan negara minimal sebesar USD145,713,443.44 ekuivalen Rp1,78 triliun
Ratios Analysis
Analisis rasio merupakan teknik dan cara yang paling populer dan paling
banyak digunakan dalam melakukan analisis atas laporan keuangan. Analisis rasio ini
lebih banyak mengungkapan hasil berupa matematika, sedangkan interpretasinya
lebih kompleks dan mempunyai banyak makna. Agar lebih bermakna maka rasio-rasio
tersebut harus mengacu kepada pentingnya hubungan secara ekonomi.
Dalam analisis rasio atas LKPP tidak menggunakan seluruh rasio, karena rasiorasio yang dikemukakan sebelumnya lebih tepat jika digunakan untuk sektor swasta
yang berorientasi laba. Tidak digunakannya beberapa rasio untuk pemerintah, karena
2
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana
lancar antara lain sisa lebih pembiayaanv anggaran, cadangan piutang, cadangan persediaan, dan
dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi
mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan
aset lainnya, dikurangidengan kewajiban jangka panjang.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 29
sifatnya yang melayani publik dan tidak berorientasi laba. Adapun rasio-rasio yang
akan digunakan adalah current ratio dan total debt to equity.
Tabel 11. Analisis Rasio
Ket
2012
Current Ratio
110%
Total Debt to Equity
169%
ratio
Sumber : Neraca LKPP 2012, diolah
2013
68%
289%
Berdasarkan tabel tersebut besarnya current ratio Pemerintah tahun 2013
sebesar 68% artinya setiap Rp 1 utang lancar pemerintah ditanggung oleh Rp0.68
aktiva lancar pemerintah, rasio ini mengalami penurunan 42% dibandingkan tahun
2012.
Total utang terhadap total ekuitas pemerintah pada tahun 2013 menunjukkan
hasil 289% artinya setiap Rp1 ekuitas dana pemerintah menanggung utang sebesar
Rp289. Terjadi peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2012.
Cash Flow Analysis
Analisis aliran kas terutama digunakan untuk menilai sumber dan penggunaan
dana yang terjadi pada institusi selama periode tertentu. Analisis aliran kas
memberikan suatu pandangan tentang bagaimana institusi memperoleh pendanaannya
dan cara menggunakannya dalam bentuk sumber daya. Dengan analisis aliran kas
dapat diketahui seberapa besar sumber kas yang berasal dari kegiatan operasi,
seberapa besar yang berasal dari kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan.
Adapun kondisi arus kas pemerintah pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Arus Kas dari Aktivitas Operasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas untuk kegiatan operasional Pemerintah selama satu periode yang
berakhir 31 Desember2013. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator
yang menunjukkan kemampuan operasi. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
adalah sebesar minus Rp31.315.578.643.473, dengan rincian sebagai berikut (dalam
Rp):
Tabel 12. Arus Kas Aktivitas Operasi
Uraian
TA 2013 (Audited)
TA 2012 (Audited)
Arus Kas Masuk
1.436.403.062.653.687
1.336.338.396.928.787
Dikurangi Arus Kas Keluar
1.467.718.641.297.160
1.345.212.463.916.358
Arus Kas Bersih
(31.315.578.643.473)
(8.874.066.987.571)
Sumber : Kementerian Keuangan
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 30
Dari arus kas bersih aktivitas operasi TA 2013 sebesar minus
Rp31.315.578.643.473 menunjukkan bahwa pendapatan operasional Pemerintah
tidak mencukupi untuk membiayai seluruh kegiatan operasional Pemerintah. Lebih
rendahnya Arus Kas Masuk selama TA 2013 dibandingkan Arus Kas Keluar
mengindikasikan rendahnya capaian realisasi penerimaan negara yang dipengaruhi
oleh perkembangan kondisi perekonomian domestik maupun global serta tingginya
belanja pemerintah seperti belanja subsidi.
Jika dibandingkan dengan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi TA 2012,
terdapat penurunan arus kas bersih sebesar Rp22.441.511.655.902.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan menjelaskan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan
sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. Aktivitas
Investasi Aset Non Keuangan pada TA 2013 menunjukkan arus kas keluar bersih
sebesar Rp180.357.079.211.868, dengan rincian sebagai berikut (dalam Rp):
Tabel 13. Arus Kas Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Uraian
TA 2013 (Audited)
Arus Masuk
TA 2012 (Audited)
189.384.228.119
Dikurangi Arus Keluar
Arus Kas Bersih
126.184.876.373
180.546.463.439.987
144.552.713.306.838
(180.357.079.211.868)
(144.426.528.430.465)
Sumber : Kementerian Keuangan
Dengan demikian, Arus Kas Keluar Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan pada TA 2013 lebih besar Rp35.930.550.781.403 atau 24,88 persen dari
TA 2012.
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan menjelaskan aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus
anggaran yang bertujuan untuk memprediksi klaim (tuntutan) pihak lain terhadap
arus kas Pemerintah dan klaim Pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan
datang. Jumlah Pembiayaan Neto dalam TA 2013 adalah sebesar
Rp237.394.577.321.194, yang berasal dari (dalam Rp):
Tabel 14. Arus Kas Aktivitas Pembiayaan
Uraian
TA 2013 (Audited)
TA 2012 (Audited)
Arus Masuk
419.317.447.459.941
Dikurangi Arus Keluar
181.922.870.138.747
204.036.785.971.319
237.394.577.321.194
175.158.168.320.375
Arus Kas Bersih
379.194.954.291.694
Sumber : Kementerian Keuangan
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 31
Dengan demikian, Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan TA
2013 lebih besar Rp62.236.409.000.820 atau 35,53 persen dari TA 2012.
Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran merupakan aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran dan tidak disajikan dalam
Laporan Realisasi APBN. Dalam TA 2013, Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non
Anggaran adalah sebesar Rp105.939.109.946 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 15. Arus Kas Aktivitas Non Anggaran
Uraian
Perhitungan Fihak Ketiga (Neto)
TA 2013 (Audited)
TA 2012 (Audited)
(104.009.136.761)
(1.303.714.095.928)
Kiriman Uang (Neto)
304.283.894.052
(279.648.621.588)
Transito (Neto)
(93.019.790.696)
99.792.905.182
(1.315.856.649)
(17.893.087.832)
105.939.109.946
(1.501.462.900.166)
Penerimaan/Pengeluaran Non Anggaran
Pihak Ketiga Karena Kesalahan Rekening
(Neto)
Arus Kas Bersih
Sumber : Kementerian Keuangan
Dengan demikian, Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran TA 2013
lebih besar Rp1.607.402.010.112 dari TA 2012.
Dengan Arus Kas Keluar Bersih dari Aktivitas Operasi sebesar
Rp31.315.578.643.473 dan Arus Kas Keluar Bersih dari Aktivitas Investasi
Aset Non Keuangan sebesar Rp180.357.079.211.868 mengakibatkan defisit
anggaran sebesar Rp211.672.657.855.341. Defisit anggaran tersebut ditutup dari
sumber-sumber pembiayaan.
Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan menunjukkan nilai yang positif,
dimana penerimaan pembiayaan lebih besar dari pengeluaran pembiayaan. Arus kas
bersih aktivitas pembiayaan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp175,15 Triliun
sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp131,39 Triliun. Dengan Arus Kas Masuk
Bersih dari Aktivitas Pembiayaan sebesar Rp175,15 dan defisit anggaran sebesar
Rp153,30 triliun terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) TA 2012 sebesar
Rp21,8 Triliun.
(MNS)
*****
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 32
Download