11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Landasan Teori
Pengertian perencanaan
Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Oleh karena
itu perencanaan merupakan landasan operasional bagi suatu perusahaan. Perencanaan
adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta
penentuan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut (Supriyono,
2000:5). Perencanaan memerlukan perincian dan tujuan pokok yang akan dicapai
oleh suatu organisasi atau perusahaan, misalnya dalam suatu perusahaan penentuan
apakah barang akan dijual didalam negeri atau diluar negeri merupakan salah satu
contoh dari perencanaan.
Definisi perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode
sistem, anggaran serta standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (T. Hani
Handoko, 2001:23). Perencanaan (planning) adalah penyusunan gambaran finansial
dan operasional secara rinci kegiatan-kegiatan yang direncanakan (Henry Simamora,
2002:5).
Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan agar dapat tercapai dimasa
11
yang akan datang dengan mempertimbangkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan.
2.1.2
Manfaat perencanaan
Manfaat penting adanya perencanaan yang baik didalam suatu perusahaan
adalah sebagai berikut (Supriyono, 2000:9):
1) Karena tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan (dirumuskan), maka
melaksanakan kegiatan dapat diusahakan dengan efektivitas dan efisien
setinggi mungkin.
2) Dapat menghindarkan adanya kegiatan, pertumbuhan dan perkembangan yang
tidak terarah dan terkontrol.
3) Dapat
mengidentifikasikan
hambatan-hambatan
yang
timbul
dengan
mengatasi secara terarah.
4) Dapat untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat
dicapai
dan
dapat
dilakukan
koreksi-koreksi
atas
penyimpangan-
penyimpangan yang timbul seawal mungkin.
Manfaat lain dari perencanaan, yaitu:
1) Membantu
manajemen
untuk
menyesuaikan
diri
lingkungan.
2) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat.
3) Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi.
12
dengan
perubahan
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
5) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama.
6) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
7) Menghemat waktu, usaha dan dana.
8) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
9) Memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian
organisasi.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya
perencanaan yang telah ditetapkan maka kegiatan dapat dilaksanakan dengan efektif
dan efisien serta dapat diketahui gambaran kegiatan yang akan dilakukan sehingga
tidak terjadi hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.3
Pengertian penjualan
Penjualan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penciptaan permintaan
(demand), menemukan si pembeli, negosiasi harga dan syarat-syarat pembayaran
(Sofyan Assauri, 1999:22). Pendapat lain juga dikemukakan oleh para ahli mengenai
pengertian dari penjualan, seperti : “Penjualan adalah ilmu seni mempengaruhi
pribadi, yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia
membeli barang atau jasa yang ditawarkannya” (Basu Swasta, 1999:8).
13
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diartikan, penjualan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik perhatian orang lain agar
bersedia membeli produk yang ditawarkan sesuai dengan permintaan dari pembeli.
2.1.4
Pengertian perencanaan penjualan
Perencanaan penjualan merupakan dasar untuk membuat anggaran dimana
penyusunannya dilakukan paling awal dibandingkan dengan rencana kegiatan
lainnya. Perencanaan penjualan merupakan perkiraan penjualan pada suatu waktu
yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data-data yang
pernah terjadi atau mungkin akan terjadi (M. Nafarin, 2007:27). Perencanaan
penjualan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan
karena akan mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran maupun
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan merupakan tingkat penjualan
yang diharapkan dapat dicapai pada masa yang akan datang dengan mendasarkan
pada data penjualan riil dimasa lampau (Basu Swasta, 1999:159).
Perencanaan penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mulyadi,
2001:240):
Biaya tetap + Laba yang diinginkan
Volume Penjualan =
Contribution margin ratio
Dari uraian tersebut diatas dapat diartikan bahwa keberhasilan perusahaan
menyusun rencana penjualan akan berpengaruh terhadap biaya, volume penjualan dan
laba perusahaan dimasa yang akan datang. Maka dari itu, suatu perencanaan
14
penjualan untuk suatu jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang didasarkan
pada fakta-fakta ekonomi sekarang dan penjualan dimasa lalu.
2.1.5
Pengertian laba
Pada umumnya perusahaan ini bertujuan untuk mendapatkan laba yang
maksimal sesuai dengan kemampuan perusahaan. Untuk mendapatkan laba yang
maksimal maka disusun perencanaan laba agar kemampuan yang dimiliki dapat
dikerahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berikut dikemukakan beberapa pengertian tentang laba, yaitu: “Laba
merupakan selisih antara total penghasilan penjualan diatas semua biaya-biaya dalam
periode akuntansi tertentu” (Supriyono, 2000:331). “Laba perusahaan merupakan
atau sama dengan seluruh pendapatan penjualan yang dikurangkan dengan seluruh
biaya-biaya dalam periode tertentu” (Mulyadi, 2001:233). Aktiva perusahaan ditanam
dalam sebuah proyek dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan
dari investasi tersebut disebut target laba.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan yang merupakan selisih antara penjualan diatas
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode akuntansi tertentu.
2.1.6
Pengertian perencanaan laba
Perencanaan laba ditunjukkan untuk sasaran akhir dari organisasi dan berlaku
sebagai pedoman untuk mempertahankan arah dan keinginan yang pasti.
Perencanaan laba yang baik dan cermat tidaklah mudah karena teknologi berkembang
15
dengan cepat serta faktor sosial, ekonomi dan politik berpengaruh kuat dalam dunia
usaha. Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan
yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai dengan yang dikehendaki,
perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga
jual dan volume (penjualan dan produksi). Biaya yang timbul dari perolehan atau
pengolahan suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang
bersangkutan. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume
penjualan produk atau jasa yang bersangkutan, sedangkan besarnya volume penjualan
berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa yang bersangkutan.
Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya
biaya produksi. “Perencanaan laba merupakan proses perencanaan keuangan yang
sangat penting bagi perusahaan. Dengan perencanaan ini manajer keuangan dapat
menentukan aktivitas perusahaan untuk mencapai target laba yang sudah ditentukan”
(Mohammad Muslich, 2000:66).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bila suatu perusahaan menyusun
perencanaan laba yang baik, maka akan dapat memberikan pendekatan yang teratur
dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini berguna
membina suasana kearah pencapaian laba rugi bagi organisasi dan mendorong adanya
suatu perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya
secara maksimum.
16
2.1.7
Pengertian ramalan laba
Ramalan laba adalah proses aktivitas memperkirakan laba yang akan
diperoleh dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasar data yang
pernah terjadi atau mungkin akan terjadi. Ramalan adalah proses aktivitas
meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara
mengkaji data yang ada.
Teknik membuat ramalan laba dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
atau gabungan keduanya. Ramalan laba yang dibuat secara kuantitatif dengan
menggunakan analisis trend. Dimana analisis trend merupakan salah satu metode
statistik yang mudah digunakan dalam meramalkan. Analisis trend merupakan
analisis runtut waktu atas data berkala sebagai variabel bebas (X). Analisis trend
menggunakan asumsi anggapan yang konstan maka ramalannya tidak dapat
digunakan untuk ramalan jangka panjang kecuali anggapan konstan tersebut dalam
jangka panjang tidak berubah. Tren garis lurus (linier) adalah suatu tren yang
diramalkan naik atau turun secara garis lurus. Variabel waktu sebagai variabel bebas
dapat menggunakan waktu tahunan, semesteran, bulanan atau mingguan (M.Nafarin,
2007:93). Trend linear ini merupakan trend pangkat tunggal yang variabel X-nya
(periode waktu) berpangkat paling tinggi satu. Trend linear memiliki bentuk
persamaan berupa persamaan garis lurus.
17
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Variabel yang akan diramalkan
a
= Konstanta
b
= Besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X
X = Unit waktu
Untuk mencari nilai a dan b dapat diperhitungkan dengan rumus berikut ini:
∑Y
a=
N
∑XY
b=
∑X2
Dengan syarat :
∑X = 0
Keterangan:
Y = Nilai data berkala
N = Jumlah periode waktu
X = Tahun kode
2.1.8
Pengertian biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan komponen yang sangat penting
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu
18
dapat dicapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh
perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat.
Biaya juga dapat diartikan dalam arti sempit sebagai aliran keluar terukur dari
barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan
laba” (Carter dan F. Usry, 2006:29). “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
saat ini atau di masa datang bagi organisasi” (Hansen dan Mowen, 2006:40). Biaya
dalam suatu perusahaan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan, dimana tujuan tersebut dapat
dicapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh
perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan dengan tepat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa biaya adalah
jumlah yang dinyatakan dengan uang digunakan untuk mendapatkan sesuatu yang
bermanfaat bukan saja pada tahun yang terjadinya pengorbanan, tetapi juga
memberikan manfaat pada tahun-tahun mendatang.
2.1.9 Klasifikasi biaya
Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompokan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas
untuk memberikan informasi yang lebih akurat. Klasifikasi biaya harus disesuaikan
dengan tujuan dari informasi yang disajikan (Mulyadi, 2005:13). Dalam hal ini
19
penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume aktivitas yang terdiri dari:
1) Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas, tetapi biaya tetap per unit akan berkurang
apabila jumlah unit yang dihasilkan bertambah.
2) Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional
terhadap perubahan tingkat aktivitas, tetapi biaya per unitnya selalu tetap.
3) Biaya campuran adalah biaya yang terdiri dari elemen biaya variabel maupun
biaya tetap. Elemen biaya tetap adalah jumlah biaya minimum untuk
menyediakan jasa dan elemen biaya variabel merupakan bagian dari biaya
campuran yang dipengaruhi oleh volume kegiatan.
2.1.10 Metode pemisahan biaya campuran
Untuk memisahkan biaya campuran kedalam biaya tetap dan biaya variabel,
dapat digunakan metode pemisahan yaitu:
1) Metode Titik Tertinggi dan Terendah
Metode titik tertinggi dan terendah ( high and low point method ) memisahkan
biaya variabel dan biaya tetap dalam periode tertentu dengan mendasarkan
kapasitas dan biaya pada titik tertinggi dengan titik terendah, perbedaan biaya
antara kedua titik tersebut disebabkan adanya perubahan kapasitas dan
besarnya tarif biaya variabel satuan.
20
2) Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini adalah menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan
andai kata perusahaan ditutup untuk sementara, jadi produksinya sama dengan
0 (nol). Biaya ini disebut biaya berjaga tetap. Perbedaan antara biaya yang
dikeluarkan selain produksinya berjaga merupakan biaya variabel.
3) Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method)
Metode ini menganggap hubungan antara biaya dengan volume kegiatan
berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi untuk
menentukan total biaya tetap dan biaya variabel per unit. Rumus yang
digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut (Budiartha, 2001:125):
n. ∑ XY - ∑X.∑Y
b=
n. ∑X2 – (∑X)2
∑Y - b.∑X
a=
n
Keterangan:
Y = Total biaya
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel perunit
X = Volume penjualan
n = jumlah bulan
21
Dari ketiga metode diatas, maka yang dipergunakan dalam penelitian ini
untuk memisahkan biaya campuran ke dalam biaya tetap dan biaya variabel adalah
metode kuadrat terkecil (Budiartha, 2001:125).
2.1.11
Pengertian analisis biaya, volume dan laba (cost, volume, profit analysis)
Analisis
biaya-volume-laba
merupakan
analisis
yang mengevaluasi
hubungan-hubungan antara volume penjualan dan biaya serta pengaruhnya terhadap
laba perusahaan. Tujuan dari analisis biaya-volume-laba adalah untuk menentukan
tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba
yang ditargetkan sehingga pada saat penyusunan anggaran, manajemen dapat
menetapkan target penjualan yang akan dicapai dalam tahun anggaran. “Analisis
biaya, volume dan laba juga adalah analisis yang mampu memberikan informasi
kepada pimpinan perusahaan mengenai tingkat penjualan dan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan terkait dengan biaya, volume dan laba”
(Mulyadi, 2001: 226).
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa analisis biaya, volume
dan laba adalah analisis yang mampu memberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan,
dengan mempelajari keterkaitan antara biaya volume dan laba. Meskipun analisis
biaya, volume dan laba bermanfaat sekali, namun penggunaannya harus hati-hati
karena adanya beberapa asumsi (anggapan) yang harus diketahui oleh perusahaan.
22
Secara rinci, asumsi yang mendasari analisis biaya, volume dan laba
tersebut, yaitu:
1) Seluruh biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi
biaya tetap dan biaya variabel.
2) Fungsi biaya total berbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini hanya benar
apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range).
3) Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus, garis ini menganggap
bahwa harga jual perunit dalam konstan untuk seluruh volume penjualan
yang mungkin.
4) Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih
dari satu jenis produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah
konstan.
5) Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa
seluruh pengeluaran di tahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi
barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di
laporan rugi laba tahun tersebut (Slamet Sugiri, 1999:98).
Dari
asumsi-asumsi
diatas
dapat
diketahui
bahwa
analisis
biaya-volume-laba mempunyai keterbatasan. Itulah sebabnya analisis biaya, volume
dan laba sering disebut sebagai alat perencanaan laba jangka pendek.
23
2.1.12 Pengertian titik impas (break even point)
Break even dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya
perusahaan tidak laba dan tidak mengalami kerugian (S. Munawir, 2007:184). “Break
even adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana
laba sama dengan nol” (Hansen dan Mowen, 2005:274). “Analisis break even adalah
suatu keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total
biaya atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi labanya sebesar nol, perusahaan
tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita kerugian” (Supriyono, 2000:332).
Break Even Point dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (S. Munawir,
2007:186) :
FC
BEP (Q)
(dalam unit)
=
P-V
Keterangan :
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
FC = Biaya tetap
Q = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
FC
BEP
(dalam rupiah)
=
VC
1S
24
Keterangan :
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
S = Volume penjualan
“Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan
bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi
selama periode tersebut” (Carter dan F.Usry, 2006:332). Mudah tidaknya hubungan
atau penentuan tingkat break even point baik dengan rumus matematika maupun
dengan grafik tergantung pada konsep-konsep yang mendasar atau anggapan yang
digunakan dalam perhitungan tersebut. Dengan demikian semakin banyak anggapan
yang digunakan akan banyak pula kelemahan yang terdapat dalam analisis tersebut.
Lebih lanjut dikemukan konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam
analisis titik impas yaitu sebagai berikut (S. Munawir, 2007:197) :
1) Biaya-biaya di dalam perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya
variabel dan biaya tetap.
2) Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
perunitnya adalah tetap sama.
3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap perunitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4) Harga jual per unit tidak berubah selama periode-periode yang dianalisis.
25
5) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi
satu
macam
produk,
perimbangan
penghasilan
penjualan
antara
masing-masing produk/sales mixnya adalah tetap konstan.
2.1.13
Break even point untuk multiproduk
Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan
produk tunggal. Tetapi, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah
produk atau jasa. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu
macam barang, maka analisis break even dapat pula diterapkan untuk seluruh produk
yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan dengan menggunakan komposisi
penjualan antara produk-produk tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi
produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Untuk menentukan
besarnya penjualan masing-masing produk agar secara total diperoleh break even
maka dapat digunakan dengan mencari komposisinya (S. Munawir, 2007:188).
Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut.
Persentase komposisi penjualan = Jumlah penjualan tiap produk (Rp) X 100%
tiap produk
Total penjualan semua produk (Rp)
Setelah itu break even secara keseluruhan atau total dikali dengan komposisi
penjualan masing-masing produk sehingga didapatkan break even masing-masing
barang. Selanjutnya menentukan jumlah satuan produk yang harus dijual agar
perusahaan mencapai break even dapat ditentukan dengan membagi hasil penjualan
26
pada tingkat break even dengan harga jual per satuan produk (S. Munawir, 2007:189).
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
Penjualan pada tingkat break even
Unit titik impas =
Harga jual per satuan produk
2.1.14 Pengertian batas aman (Margin of Safety)
Beberapa pengertian tentang Margin of safety seperti: Margin of Safety
(MOS) adalah hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat
penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even (S. Munawir, 2007:198).
Pendapat lain juga mengatakan bahwa Margin of Safety (MOS) adalah unit yang
terjual atau diharapkan untuk terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan
untuk dihasilkan yang melebihi volume impas (Hansen dan Mowen, 2005:297).
Tingkat keamanan atau Margin of Safety juga adalah persentase yang
menunjukan batas sampai seberapa jauh penjualan yang dibudgetkan boleh turun
tetapi perusahaan tidak menderita rugi, atau penurunan maksimum dari penjualan
dianggarkan tetapi perusahaan tidak menderita rugi (break even) (Supriyono,
2000:356).
Margin of Safety (MOS) dapat dihitung dengan rumus (S. Munawir, 2007:199):
Penjualan yang direncanakan – penjualan pada break even
X 100%
Batas aman =
Penjualan yang direncanakan
27
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Margin of Safety (MOS) adalah menyatakan besarnya penjualan dapat diturunkan
dari suatu angka penjualan yang dibudgetkan sebelum perusahaan menderita
kerugian.
2.1.15
Pengertian contribution margin
Beberapa pengertian tentang contribution margin seperti: ”contribution
margin adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel” (Hansen dan
Mowen, 2005:276). Pendapat lain mengatakan bahwa contribution margin
merupakan penghasilan penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel yang
merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap sedangkan rasio margin kontribusi yaitu satu dikurangi dengan total biaya
variabel dibandingkan dengan total penjualan (Bambang Riyanto, 2003:260).
Contribution margin juga merupakan tingkat kegiatan operasional perusahaan yang
ditunjukkan dengan perubahan aktivitas, laba/rugi perusahaan akan berubah
naik/turun sebesar contribution margin per unit (Bambang Hariadi, 2002:510). Dan
juga merupakan kelebihan pendapatan atas biaya variabel dapat diketahui untuk
melakukan analisis lebih lanjut (Henry Simamora, 2002:161).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa contribution
margin dapat diartikan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk menutup seluruh
biaya tetapnya pada periode tertentu.
28
2.1.16
Pengertian degree of operating leverage ( DOL )
Degree of operating leverage adalah penggunaan biaya tetap untuk
menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan
berubah (Hansen dan Mowen, 2005:297). Pendapat lain juga mengatakan Degree of
operating leverage merupakan suatu kondisi dimana seorang manajer dapat
memperoleh laba setinggi mungkin hanya dengan menaikkan sedikit penjualan dan
atau menambah sedikit sumber daya
perusahaan (Bambang Hariadi, 2002:535).
Degree of operating leverage dapat memberikan ukuran dampak perubahan
pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan
ukuran ini manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan
yang menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating leverage dapat dihitung dengan rumus (Hansen dan Mowen,
2005:298):
Margin Kontribusi
DOL =
Laba Bersih
Degree of operating leverage menjadi semakin tinggi, jika tingkat
perusahaan beroperasi disekitar keadaan titik impas. Pada tingkat penjualan disekitar
titik impas tersebut setiap perubahan yang kecil saja pada pendapatan penjualan akan
berakibat besar terhadap laba bersih (Mulyadi, 2001:258).
29
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widyastuti (2003), dengan judul
“Analisis Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Paket Tour pada PT. Agung
Wisata Dewata Tours & Travel” dengan pokok permasalahan yang diteliti adalah
berapakah besarnya tingkat penjualan paket tour dalam keadaan break even dan
berapakah besarnya batas pengaman penjualan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Variabel yang diteliti yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel,
laba dan penjualan. Obyek penelitiannya yaitu perencanaan laba paket tour pada PT.
Agung Wisata Dewata Tours & Travel. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis break even atas dasar sales rupiah dan unit dan analisis margin of safety
(MOS). Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu:
1) Tingkat break even point yang harus dicapai agar perusahaan dalam kondisi
impas yaitu sebesar Rp. 245.696.392 atau sejumlah 1.219 unit.
2) Agar perusahaan tidak mengalami kerugian, PT. Agung Wisata Tours &
Travel ditoleransi volume penjualan paket tour menurun yaitu paling banyak
55,84 persen dari budget yang telah ditetapkan.
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Wirayanthi (2005), dengan
judul “Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba Paket Tour pada
PT. Taman Bali Tours & Travel” dengan pokok permasalahan yang diteliti adalah
berapakah besarnya tingkat produksi minimal yang harus dicapai agar perusahaan
tidak menderita kerugian serta tidak pula memperoleh laba (break even) dan
30
berapakah besarnya penurunan penjualan paket tour yang masih bisa ditoleransi agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Variabel yang diteliti yaitu biaya tetap, biaya
variabel, biaya semi variabel, penjualan, laba. Obyek penelitiannya adalah
perencanaan laba paket tour pada PT. Taman Bali Tours & Travel. Teknik analisis
data yang digunakan adalah break even point dan margin of safety (MOS). Hasil dari
penelitian yang dilakukan yaitu :
1) Tingkat produksi minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak
menderita kerugian serta tidak pula memperoleh laba (BEP) yakni pada
penjualan paket tour sebesar Rp. 290.778.292,618 atau sejumlah 1.109
unit.
2) Besarnya penurunan penjualan paket tour yang masih bisa diterima atau
ditoleransi perusahaan agar tidak mengalami kerugian adalah sebesar
Rp. 538.276.952 atau sebesar 64,93 persen dari penjualan yang telah
dianggarkan. Jadi apabila penurunan penjualan paket tour melebihi margin
pengaman penjualan tersebut maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah pada
identifikasi variabel yang digunakan, dan sama-sama memakai analisis break even
point dan margin of safety sebagai alat perencanaan laba. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan sekarang ini adalah pada lokasi penelitian, periode obyek
penelitian, tujuan penelitian, pokok- pokok permasalahan dimana peneliti sekarang
ini selain meneliti penjualan saat break even dan batas pengaman penjualan (MOS)
juga meneliti rencana penjualan (sales budget) yang harus dicapai berdasarkan
31
peramalan laba tahun 2009 dengan teknik trend linier agar perusahaan mendapatkan
laba yang ditargetkan, mengukur persentase dari perubahan laba bersih akibat
terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan sebuah perusahaan serta
pada teknik analisis data yang digunakan peneliti sekarang ini selain menggunakan
analisis break even point dan margin of safety juga menggunakan teknik analisis sales
budget dengan trend linier untuk meramalkan laba dan menggunakan analisis degree
of operating leverage (DOL) untuk menentukan persentase dari perubahan laba
bersih akibat terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan sebuah
perusahaan.
Ringkasan dari para peneliti sebelumnya yang tersebut diatas dapat dilihat pula dalam
Tabel 2.1.
32
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No
1
2
Peneliti/Tahun
Judul
Penelitian
Ni Luh Rai
Widyastuti
(2003),
“Analisis Break
Even Sebagai
Alat
Perencanaan
Laba Paket
Tour pada PT.
Agung Wisata
Dewata Tours
& Travel”
Luh Putu
Wirayanthi
(2005),”Analisis
Break Even
Point Sebagai
Dasar
Perencanaan
Laba Paket
Tour pada PT.
Taman Bali
Tours &
Travel”
Variabel
Biaya tetap,
biaya
variabel,
biaya semi
variabel, laba,
penjualan
Teknik
Analisis
Teknik
Analisis
kuantitatif
(Break Even
Point dan
Margin of
Safety) &
analisis
kualitataif
Hasil Penelitian
-
-
Biaya tetap,
biaya
variabel,
biaya semi
variabel,
penjualan,
laba
Teknik
Analisis
kuantitatif
(Break Even
Point dan
Margin of
Safety) &
analisis
kualitataif
-
-
33
Tingkat BEP yang
harus dicapai agar
perusahaan tidak
mengalami kerugian
maupun keuntungan
(impas) yaitu pada
penjualan sebesar Rp.
25.696.392 atau sebesar
1.219 unit.
PT. Agung Wisata
Dewata Tours & Travel
ditoleransi volume
penjualan menurun
paling banyak 55,84%
dari budget yang telah
ditetapkan, jika
penurunan penjualan
melebihi dari itu maka
perusahaan akan
mengalami kerugian.
Tingkat penjualan paket
tour yang harus dicapai
perusahaan berada
dalam kondisi
impas(BEP) yakni
sebesar Rp.
290.778.292,618 atau
sejumlah 1.109 unit
paket tour.
Agar PT. Taman Bali
Tours & Travel tidak
mengalami kerugian
maka volume penjualan
masih dapat ditoleransi
menurun paling banyak
yaitu sebesar 64,93%
dari budget yang telah
ditetapkan atau sebesar
Rp. 538.276.952.
Apabila penurunan
penjualan paket tour
melebihi angka tersebut
maka perusahaan akan
mengalami kerugian.
34
Download