BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Landasan Teori Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu perencanaan merupakan landasan operasional bagi suatu perusahaan. Perencanaan adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut (Supriyono, 2000:5). Perencanaan memerlukan perincian dan tujuan pokok yang akan dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan, misalnya dalam suatu perusahaan penentuan apakah barang akan dijual didalam negeri atau diluar negeri merupakan salah satu contoh dari perencanaan. Definisi perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode sistem, anggaran serta standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (T. Hani Handoko, 2001:23). Perencanaan (planning) adalah penyusunan gambaran finansial dan operasional secara rinci kegiatan-kegiatan yang direncanakan (Henry Simamora, 2002:5). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan agar dapat tercapai dimasa 11 yang akan datang dengan mempertimbangkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. 2.1.2 Manfaat perencanaan Manfaat penting adanya perencanaan yang baik didalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Supriyono, 2000:9): 1) Karena tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan (dirumuskan), maka melaksanakan kegiatan dapat diusahakan dengan efektivitas dan efisien setinggi mungkin. 2) Dapat menghindarkan adanya kegiatan, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terarah dan terkontrol. 3) Dapat mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang timbul dengan mengatasi secara terarah. 4) Dapat untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai dan dapat dilakukan koreksi-koreksi atas penyimpangan- penyimpangan yang timbul seawal mungkin. Manfaat lain dari perencanaan, yaitu: 1) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri lingkungan. 2) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat. 3) Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi. 12 dengan perubahan 4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas. 5) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama. 6) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti. 7) Menghemat waktu, usaha dan dana. 8) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami. 9) Memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya perencanaan yang telah ditetapkan maka kegiatan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta dapat diketahui gambaran kegiatan yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 2.1.3 Pengertian penjualan Penjualan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penciptaan permintaan (demand), menemukan si pembeli, negosiasi harga dan syarat-syarat pembayaran (Sofyan Assauri, 1999:22). Pendapat lain juga dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian dari penjualan, seperti : “Penjualan adalah ilmu seni mempengaruhi pribadi, yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya” (Basu Swasta, 1999:8). 13 Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diartikan, penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik perhatian orang lain agar bersedia membeli produk yang ditawarkan sesuai dengan permintaan dari pembeli. 2.1.4 Pengertian perencanaan penjualan Perencanaan penjualan merupakan dasar untuk membuat anggaran dimana penyusunannya dilakukan paling awal dibandingkan dengan rencana kegiatan lainnya. Perencanaan penjualan merupakan perkiraan penjualan pada suatu waktu yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau mungkin akan terjadi (M. Nafarin, 2007:27). Perencanaan penjualan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan karena akan mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran maupun keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan merupakan tingkat penjualan yang diharapkan dapat dicapai pada masa yang akan datang dengan mendasarkan pada data penjualan riil dimasa lampau (Basu Swasta, 1999:159). Perencanaan penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mulyadi, 2001:240): Biaya tetap + Laba yang diinginkan Volume Penjualan = Contribution margin ratio Dari uraian tersebut diatas dapat diartikan bahwa keberhasilan perusahaan menyusun rencana penjualan akan berpengaruh terhadap biaya, volume penjualan dan laba perusahaan dimasa yang akan datang. Maka dari itu, suatu perencanaan 14 penjualan untuk suatu jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang didasarkan pada fakta-fakta ekonomi sekarang dan penjualan dimasa lalu. 2.1.5 Pengertian laba Pada umumnya perusahaan ini bertujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal sesuai dengan kemampuan perusahaan. Untuk mendapatkan laba yang maksimal maka disusun perencanaan laba agar kemampuan yang dimiliki dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut dikemukakan beberapa pengertian tentang laba, yaitu: “Laba merupakan selisih antara total penghasilan penjualan diatas semua biaya-biaya dalam periode akuntansi tertentu” (Supriyono, 2000:331). “Laba perusahaan merupakan atau sama dengan seluruh pendapatan penjualan yang dikurangkan dengan seluruh biaya-biaya dalam periode tertentu” (Mulyadi, 2001:233). Aktiva perusahaan ditanam dalam sebuah proyek dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan dari investasi tersebut disebut target laba. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang merupakan selisih antara penjualan diatas biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode akuntansi tertentu. 2.1.6 Pengertian perencanaan laba Perencanaan laba ditunjukkan untuk sasaran akhir dari organisasi dan berlaku sebagai pedoman untuk mempertahankan arah dan keinginan yang pasti. Perencanaan laba yang baik dan cermat tidaklah mudah karena teknologi berkembang 15 dengan cepat serta faktor sosial, ekonomi dan politik berpengaruh kuat dalam dunia usaha. Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai dengan yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual dan volume (penjualan dan produksi). Biaya yang timbul dari perolehan atau pengolahan suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan, sedangkan besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa yang bersangkutan. Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. “Perencanaan laba merupakan proses perencanaan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan perencanaan ini manajer keuangan dapat menentukan aktivitas perusahaan untuk mencapai target laba yang sudah ditentukan” (Mohammad Muslich, 2000:66). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bila suatu perusahaan menyusun perencanaan laba yang baik, maka akan dapat memberikan pendekatan yang teratur dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini berguna membina suasana kearah pencapaian laba rugi bagi organisasi dan mendorong adanya suatu perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya secara maksimum. 16 2.1.7 Pengertian ramalan laba Ramalan laba adalah proses aktivitas memperkirakan laba yang akan diperoleh dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasar data yang pernah terjadi atau mungkin akan terjadi. Ramalan adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. Teknik membuat ramalan laba dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduanya. Ramalan laba yang dibuat secara kuantitatif dengan menggunakan analisis trend. Dimana analisis trend merupakan salah satu metode statistik yang mudah digunakan dalam meramalkan. Analisis trend merupakan analisis runtut waktu atas data berkala sebagai variabel bebas (X). Analisis trend menggunakan asumsi anggapan yang konstan maka ramalannya tidak dapat digunakan untuk ramalan jangka panjang kecuali anggapan konstan tersebut dalam jangka panjang tidak berubah. Tren garis lurus (linier) adalah suatu tren yang diramalkan naik atau turun secara garis lurus. Variabel waktu sebagai variabel bebas dapat menggunakan waktu tahunan, semesteran, bulanan atau mingguan (M.Nafarin, 2007:93). Trend linear ini merupakan trend pangkat tunggal yang variabel X-nya (periode waktu) berpangkat paling tinggi satu. Trend linear memiliki bentuk persamaan berupa persamaan garis lurus. 17 Y = a + bX Keterangan : Y = Variabel yang akan diramalkan a = Konstanta b = Besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X X = Unit waktu Untuk mencari nilai a dan b dapat diperhitungkan dengan rumus berikut ini: ∑Y a= N ∑XY b= ∑X2 Dengan syarat : ∑X = 0 Keterangan: Y = Nilai data berkala N = Jumlah periode waktu X = Tahun kode 2.1.8 Pengertian biaya Biaya dalam suatu perusahaan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu 18 dapat dicapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Biaya juga dapat diartikan dalam arti sempit sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba” (Carter dan F. Usry, 2006:29). “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi” (Hansen dan Mowen, 2006:40). Biaya dalam suatu perusahaan merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan, dimana tujuan tersebut dapat dicapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan dengan tepat. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa biaya adalah jumlah yang dinyatakan dengan uang digunakan untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bukan saja pada tahun yang terjadinya pengorbanan, tetapi juga memberikan manfaat pada tahun-tahun mendatang. 2.1.9 Klasifikasi biaya Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompokan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih akurat. Klasifikasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi yang disajikan (Mulyadi, 2005:13). Dalam hal ini 19 penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas yang terdiri dari: 1) Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas, tetapi biaya tetap per unit akan berkurang apabila jumlah unit yang dihasilkan bertambah. 2) Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas, tetapi biaya per unitnya selalu tetap. 3) Biaya campuran adalah biaya yang terdiri dari elemen biaya variabel maupun biaya tetap. Elemen biaya tetap adalah jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa dan elemen biaya variabel merupakan bagian dari biaya campuran yang dipengaruhi oleh volume kegiatan. 2.1.10 Metode pemisahan biaya campuran Untuk memisahkan biaya campuran kedalam biaya tetap dan biaya variabel, dapat digunakan metode pemisahan yaitu: 1) Metode Titik Tertinggi dan Terendah Metode titik tertinggi dan terendah ( high and low point method ) memisahkan biaya variabel dan biaya tetap dalam periode tertentu dengan mendasarkan kapasitas dan biaya pada titik tertinggi dengan titik terendah, perbedaan biaya antara kedua titik tersebut disebabkan adanya perubahan kapasitas dan besarnya tarif biaya variabel satuan. 20 2) Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method) Metode ini adalah menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andai kata perusahaan ditutup untuk sementara, jadi produksinya sama dengan 0 (nol). Biaya ini disebut biaya berjaga tetap. Perbedaan antara biaya yang dikeluarkan selain produksinya berjaga merupakan biaya variabel. 3) Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method) Metode ini menganggap hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi untuk menentukan total biaya tetap dan biaya variabel per unit. Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut (Budiartha, 2001:125): n. ∑ XY - ∑X.∑Y b= n. ∑X2 – (∑X)2 ∑Y - b.∑X a= n Keterangan: Y = Total biaya a = Biaya tetap b = Biaya variabel perunit X = Volume penjualan n = jumlah bulan 21 Dari ketiga metode diatas, maka yang dipergunakan dalam penelitian ini untuk memisahkan biaya campuran ke dalam biaya tetap dan biaya variabel adalah metode kuadrat terkecil (Budiartha, 2001:125). 2.1.11 Pengertian analisis biaya, volume dan laba (cost, volume, profit analysis) Analisis biaya-volume-laba merupakan analisis yang mengevaluasi hubungan-hubungan antara volume penjualan dan biaya serta pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Tujuan dari analisis biaya-volume-laba adalah untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan sehingga pada saat penyusunan anggaran, manajemen dapat menetapkan target penjualan yang akan dicapai dalam tahun anggaran. “Analisis biaya, volume dan laba juga adalah analisis yang mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai tingkat penjualan dan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan terkait dengan biaya, volume dan laba” (Mulyadi, 2001: 226). Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa analisis biaya, volume dan laba adalah analisis yang mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan, dengan mempelajari keterkaitan antara biaya volume dan laba. Meskipun analisis biaya, volume dan laba bermanfaat sekali, namun penggunaannya harus hati-hati karena adanya beberapa asumsi (anggapan) yang harus diketahui oleh perusahaan. 22 Secara rinci, asumsi yang mendasari analisis biaya, volume dan laba tersebut, yaitu: 1) Seluruh biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 2) Fungsi biaya total berbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini hanya benar apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range). 3) Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus, garis ini menganggap bahwa harga jual perunit dalam konstan untuk seluruh volume penjualan yang mungkin. 4) Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah konstan. 5) Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa seluruh pengeluaran di tahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di laporan rugi laba tahun tersebut (Slamet Sugiri, 1999:98). Dari asumsi-asumsi diatas dapat diketahui bahwa analisis biaya-volume-laba mempunyai keterbatasan. Itulah sebabnya analisis biaya, volume dan laba sering disebut sebagai alat perencanaan laba jangka pendek. 23 2.1.12 Pengertian titik impas (break even point) Break even dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak laba dan tidak mengalami kerugian (S. Munawir, 2007:184). “Break even adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol” (Hansen dan Mowen, 2005:274). “Analisis break even adalah suatu keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita kerugian” (Supriyono, 2000:332). Break Even Point dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (S. Munawir, 2007:186) : FC BEP (Q) (dalam unit) = P-V Keterangan : P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit FC = Biaya tetap Q = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual FC BEP (dalam rupiah) = VC 1S 24 Keterangan : FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel S = Volume penjualan “Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut” (Carter dan F.Usry, 2006:332). Mudah tidaknya hubungan atau penentuan tingkat break even point baik dengan rumus matematika maupun dengan grafik tergantung pada konsep-konsep yang mendasar atau anggapan yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Dengan demikian semakin banyak anggapan yang digunakan akan banyak pula kelemahan yang terdapat dalam analisis tersebut. Lebih lanjut dikemukan konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisis titik impas yaitu sebagai berikut (S. Munawir, 2007:197) : 1) Biaya-biaya di dalam perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap. 2) Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel perunitnya adalah tetap sama. 3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap perunitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4) Harga jual per unit tidak berubah selama periode-periode yang dianalisis. 25 5) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk/sales mixnya adalah tetap konstan. 2.1.13 Break even point untuk multiproduk Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal. Tetapi, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisis break even dapat pula diterapkan untuk seluruh produk yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan dengan menggunakan komposisi penjualan antara produk-produk tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Untuk menentukan besarnya penjualan masing-masing produk agar secara total diperoleh break even maka dapat digunakan dengan mencari komposisinya (S. Munawir, 2007:188). Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut. Persentase komposisi penjualan = Jumlah penjualan tiap produk (Rp) X 100% tiap produk Total penjualan semua produk (Rp) Setelah itu break even secara keseluruhan atau total dikali dengan komposisi penjualan masing-masing produk sehingga didapatkan break even masing-masing barang. Selanjutnya menentukan jumlah satuan produk yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even dapat ditentukan dengan membagi hasil penjualan 26 pada tingkat break even dengan harga jual per satuan produk (S. Munawir, 2007:189). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut. Penjualan pada tingkat break even Unit titik impas = Harga jual per satuan produk 2.1.14 Pengertian batas aman (Margin of Safety) Beberapa pengertian tentang Margin of safety seperti: Margin of Safety (MOS) adalah hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even (S. Munawir, 2007:198). Pendapat lain juga mengatakan bahwa Margin of Safety (MOS) adalah unit yang terjual atau diharapkan untuk terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas (Hansen dan Mowen, 2005:297). Tingkat keamanan atau Margin of Safety juga adalah persentase yang menunjukan batas sampai seberapa jauh penjualan yang dibudgetkan boleh turun tetapi perusahaan tidak menderita rugi, atau penurunan maksimum dari penjualan dianggarkan tetapi perusahaan tidak menderita rugi (break even) (Supriyono, 2000:356). Margin of Safety (MOS) dapat dihitung dengan rumus (S. Munawir, 2007:199): Penjualan yang direncanakan – penjualan pada break even X 100% Batas aman = Penjualan yang direncanakan 27 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Margin of Safety (MOS) adalah menyatakan besarnya penjualan dapat diturunkan dari suatu angka penjualan yang dibudgetkan sebelum perusahaan menderita kerugian. 2.1.15 Pengertian contribution margin Beberapa pengertian tentang contribution margin seperti: ”contribution margin adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel” (Hansen dan Mowen, 2005:276). Pendapat lain mengatakan bahwa contribution margin merupakan penghasilan penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel yang merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap sedangkan rasio margin kontribusi yaitu satu dikurangi dengan total biaya variabel dibandingkan dengan total penjualan (Bambang Riyanto, 2003:260). Contribution margin juga merupakan tingkat kegiatan operasional perusahaan yang ditunjukkan dengan perubahan aktivitas, laba/rugi perusahaan akan berubah naik/turun sebesar contribution margin per unit (Bambang Hariadi, 2002:510). Dan juga merupakan kelebihan pendapatan atas biaya variabel dapat diketahui untuk melakukan analisis lebih lanjut (Henry Simamora, 2002:161). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa contribution margin dapat diartikan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk menutup seluruh biaya tetapnya pada periode tertentu. 28 2.1.16 Pengertian degree of operating leverage ( DOL ) Degree of operating leverage adalah penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah (Hansen dan Mowen, 2005:297). Pendapat lain juga mengatakan Degree of operating leverage merupakan suatu kondisi dimana seorang manajer dapat memperoleh laba setinggi mungkin hanya dengan menaikkan sedikit penjualan dan atau menambah sedikit sumber daya perusahaan (Bambang Hariadi, 2002:535). Degree of operating leverage dapat memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan ukuran ini manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan. Degree of operating leverage dapat dihitung dengan rumus (Hansen dan Mowen, 2005:298): Margin Kontribusi DOL = Laba Bersih Degree of operating leverage menjadi semakin tinggi, jika tingkat perusahaan beroperasi disekitar keadaan titik impas. Pada tingkat penjualan disekitar titik impas tersebut setiap perubahan yang kecil saja pada pendapatan penjualan akan berakibat besar terhadap laba bersih (Mulyadi, 2001:258). 29 2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widyastuti (2003), dengan judul “Analisis Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Paket Tour pada PT. Agung Wisata Dewata Tours & Travel” dengan pokok permasalahan yang diteliti adalah berapakah besarnya tingkat penjualan paket tour dalam keadaan break even dan berapakah besarnya batas pengaman penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Variabel yang diteliti yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, laba dan penjualan. Obyek penelitiannya yaitu perencanaan laba paket tour pada PT. Agung Wisata Dewata Tours & Travel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis break even atas dasar sales rupiah dan unit dan analisis margin of safety (MOS). Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu: 1) Tingkat break even point yang harus dicapai agar perusahaan dalam kondisi impas yaitu sebesar Rp. 245.696.392 atau sejumlah 1.219 unit. 2) Agar perusahaan tidak mengalami kerugian, PT. Agung Wisata Tours & Travel ditoleransi volume penjualan paket tour menurun yaitu paling banyak 55,84 persen dari budget yang telah ditetapkan. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Wirayanthi (2005), dengan judul “Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba Paket Tour pada PT. Taman Bali Tours & Travel” dengan pokok permasalahan yang diteliti adalah berapakah besarnya tingkat produksi minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian serta tidak pula memperoleh laba (break even) dan 30 berapakah besarnya penurunan penjualan paket tour yang masih bisa ditoleransi agar perusahaan tidak menderita kerugian. Variabel yang diteliti yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, penjualan, laba. Obyek penelitiannya adalah perencanaan laba paket tour pada PT. Taman Bali Tours & Travel. Teknik analisis data yang digunakan adalah break even point dan margin of safety (MOS). Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1) Tingkat produksi minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian serta tidak pula memperoleh laba (BEP) yakni pada penjualan paket tour sebesar Rp. 290.778.292,618 atau sejumlah 1.109 unit. 2) Besarnya penurunan penjualan paket tour yang masih bisa diterima atau ditoleransi perusahaan agar tidak mengalami kerugian adalah sebesar Rp. 538.276.952 atau sebesar 64,93 persen dari penjualan yang telah dianggarkan. Jadi apabila penurunan penjualan paket tour melebihi margin pengaman penjualan tersebut maka perusahaan akan mengalami kerugian. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah pada identifikasi variabel yang digunakan, dan sama-sama memakai analisis break even point dan margin of safety sebagai alat perencanaan laba. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini adalah pada lokasi penelitian, periode obyek penelitian, tujuan penelitian, pokok- pokok permasalahan dimana peneliti sekarang ini selain meneliti penjualan saat break even dan batas pengaman penjualan (MOS) juga meneliti rencana penjualan (sales budget) yang harus dicapai berdasarkan 31 peramalan laba tahun 2009 dengan teknik trend linier agar perusahaan mendapatkan laba yang ditargetkan, mengukur persentase dari perubahan laba bersih akibat terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan sebuah perusahaan serta pada teknik analisis data yang digunakan peneliti sekarang ini selain menggunakan analisis break even point dan margin of safety juga menggunakan teknik analisis sales budget dengan trend linier untuk meramalkan laba dan menggunakan analisis degree of operating leverage (DOL) untuk menentukan persentase dari perubahan laba bersih akibat terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan sebuah perusahaan. Ringkasan dari para peneliti sebelumnya yang tersebut diatas dapat dilihat pula dalam Tabel 2.1. 32 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya No 1 2 Peneliti/Tahun Judul Penelitian Ni Luh Rai Widyastuti (2003), “Analisis Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Paket Tour pada PT. Agung Wisata Dewata Tours & Travel” Luh Putu Wirayanthi (2005),”Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba Paket Tour pada PT. Taman Bali Tours & Travel” Variabel Biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, laba, penjualan Teknik Analisis Teknik Analisis kuantitatif (Break Even Point dan Margin of Safety) & analisis kualitataif Hasil Penelitian - - Biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, penjualan, laba Teknik Analisis kuantitatif (Break Even Point dan Margin of Safety) & analisis kualitataif - - 33 Tingkat BEP yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan (impas) yaitu pada penjualan sebesar Rp. 25.696.392 atau sebesar 1.219 unit. PT. Agung Wisata Dewata Tours & Travel ditoleransi volume penjualan menurun paling banyak 55,84% dari budget yang telah ditetapkan, jika penurunan penjualan melebihi dari itu maka perusahaan akan mengalami kerugian. Tingkat penjualan paket tour yang harus dicapai perusahaan berada dalam kondisi impas(BEP) yakni sebesar Rp. 290.778.292,618 atau sejumlah 1.109 unit paket tour. Agar PT. Taman Bali Tours & Travel tidak mengalami kerugian maka volume penjualan masih dapat ditoleransi menurun paling banyak yaitu sebesar 64,93% dari budget yang telah ditetapkan atau sebesar Rp. 538.276.952. Apabila penurunan penjualan paket tour melebihi angka tersebut maka perusahaan akan mengalami kerugian. 34