MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I DIRI PRIBADI Fakultas Program Studi Fakultas Psikologi Psikologi Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 61016 Setiawati IS, S.P, M.Si Abstract Kompetensi Materi tentang pengertian diri, konsep diri dan harga diri Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian diri, konsep diri dan harga diri Self Concept Taylor (2009) mendefinisikan konsep diri sebagai seperangkat keyakinan tentang diri kita. Konsep diri adalah suatu identitas diri yang merupakan skema yang terdiri dari kumpulan belief dan perasaan yang terorganisasi mengenai diri. Konsep diri sangat penting dipelajari dalam psikologi sosial karena konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang, terutama alam menangani dunia dan pengalaman. Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi social. Hasil penilaian atau evaluasi orang lain serta apa yang dipikirkan orang lain tentang kita menjadi sumber informasi tentang diri kita (analogi cermin). Penilaian atau evaluasi orang lain bukanlah satu-satunya yang membentuk konsep diri. Ketika kita melakukan sesuatu, hasil dari tindakan kita juga akan membentuk konsep diri. Pemahaman diri mulai muncul sejak bayi yakni dengan mengenali individu lain. Anak kecil mempunyai konsep yang cukup jelas tentang kualitas personal mereka dan juga kemampuan mereka. Teori Erik Erickson (1963) berpendapat bahwa ada tahap-tahap perkembangan ego yang berpengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang. Meskipun pembentukan identitas adalah tugas sepanjang hidup, namun tugas ini amat penting dalam masa remaja dan dewasa awal. Hurlock (1974) membagi konsep diri dalm 3 komponen utama yaitu: a. Perseptual Component, yaitu: konsep diri atau citra diri individu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan keadaan fisiknya. Komponen ini sering disebut sebagai physical self concept b. Conceptual Component (Psychological self concept), yaitu: konsep diri mengenai kemampuan, sifat-sifat, latar belakang, dan masa depannya termasuk juga di dalamnya kejujuran, kepercayaan diri dan kemandirian. c. Attitudinal Component, yaitu: perasaan-perasaan individu mengenai dirinya. Sikapnya terhadap status dan masa depannya, rasa malu dan harga diri. Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri 1. Peran orang tua 2. Peranan factor social 2014 2 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Proses belajar Aspek Aspek Pengetahuan Diri Skema Diri Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisir mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk mengintepretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri adalah skema diri (self-schema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Tidak semua skema diri adalah positif. Orang juga punya keyakinan tentang kualitas negative dirinya sendiri. Selain itu orang juga tidak hanya memiliki konsep diri tentang kualitas mereka saat sekarang, namun juga tentang ciri-ciri mereka yang mungkin ada di masa depan, yang kebanyankan bermuatan positif. Ini dinamakan possible self. Self Discrepancies Menurut Higgins (1978), ada 3 jenis skema diri: 1. actual self, yaitu bagaimana diri kita saat ini 2. ideal self, bagaimana diri yang kita inginkan 3. ought self, bagaimaa diri kitas seharusnya Pada diri seseorang, mungkin terjadi kesenjangan atau diskrepansi antara actual self dan ideal self atau ought self. Higgins dalam teori diskrepansi diri (self discrepancy theory) menyatakan bahwa diskrepansi yang terjadi dapat memotivasi seseorang untuk berubah agar mengurangi diskrepansi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam mengatasi diskrepansi maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan dalam mengatasi diskrepansi antara actual self dan ideal self dapat memicu munculnya dejection-related emotions seperti kecewa, tidak puas dan sedih. Sedangkan diskrepansi antara actual self dan ought self dapat memicu munculnya agitation-related emotions seperti cemas, takut dan terancam. Regulasi Diri Regulasi diri mengacu pada cara orang mengontrol dan mengarahkan tindakan mereka sendiri. Orang memiliki banyak informasi tentang dirinya sendiri, termasuk karakteristik personal dan keinginan serta konsep masa depan diri mereka. Mereka merumuskan tujuan 2014 3 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan mengejarnya, menggunakan keahlian social dan regulasi diri. Banyak dari regulasi diri berlangsung secara otomatis tanpa sadar dan pemikiran mendalam. Kita merespon petunjuk-petunjuk yang menonjol di lingkungan dan mengatur perilaku kita. Tetapi kadangkadang kita secara sadar dan aktif mengintervensi pemikiran, reaksi dan perilaku kita. Konsep Diri Sebagai Identitas Personal dan Sosial Pengetahuan kita tentang diri bervariasi pada identitas personal dan sosial. Pada identitas personal, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan atribut atau trait yang membedakan diri dengan orang lain dan hubungan interpersonal yang dimiliki. Sedangkan pada identitas sosial, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaany dala suatu kelompok sosial atau atribut yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok (Vaughan & Hogg, 2002). Menurut Brewer & Gardiner (1996), tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi seseorang dalam mendefinisikan dirinya adalah sebagai berikut : • Individual self, yaitu diri yang didefinisikan berdasarkan trait pribadi yang membedakan dengan orang lain. • Relation self, yaitu diri didefinisikan berdasarkan hubungan interpersonal yang dimiliki dengan orang lain. • Collective self, yaitu diri didefinisikan berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial Dalam mendefinisikan dir,i individu bergantung pada latar belakang budaya, situasi dan konteks sosial . Salah satu situasi dan konteks sosial yang berpengaruh adalah hubungan yang kita miliki dengan orang lain. Sebagai contoh, apabila ada seseorang yang berasal dari kelompok minoritas berada ditengah-tengah kelompok mayoritas, orang itu akan lebih kuat dalam mendefinisikan dirinya berdasarkan karakteristik minoritasnya, seperti “Saya satusatunya perempuan yang menjadi pilot pesawat tempur” atau “Saya satu-satunya perempuan yang di perguruan tinggi yang didominasi mahasiswa asing” atau “ Saya mahasiswa daerah”. Faktor situasi dan konteks sosial yang berpengaruh akan berpengaruh terhadap keyakinan kita tentang bagaimana orang lain akan memperlakukan kita. Sebagai bentuk antisipasi terhadap penerimaan atau penolakan orang lain terhadap kita, sering kali kita akan memilih identitas diri yang kita ungkapkan. Misalnya, jika kita mendatangi suatu kelompok remaja penggemar music alternative untuk mengadakan wawancara maka untuk bisa diterima dan 2014 4 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menghindari penolakan dari mereka, kita mungkin akan mengungkapkan bahwa kita dulu juga menggemari music alternative. Self Esteem Tingkah laku sosial seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan tentang siapa dirinya. Namun tingkah laku sosial seseorang juga dipengaruhi oleh penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, baik secara positif atau negatif. Jika orang menilai secara positif terhadap dirinyanya, maka ia menjadi percaya diri dalam mengerjakan hal-hal yang ia kerjakan dan memperoleh hasil yang positif pula. Sebaliknya, orang yang menilai secara negatif terhadap dirinya, menjadi tidak percaya diri ketika mengerjakan sesuatu atau akhirnya, hasil yang didapat pun tidak menggembirakan Menurt Baron, Byrne, Branscombe (2004) harga diri menunjukkan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif .Dari dua definisi tersebut menunjukkan dua sisi positif dan negative, dimana setiap orang akan menginginkan harga diri yang positif, karena : 1. harga diri yang positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya di tengah kepastian akan kematian yang suatu waktu akan dihadapinya (Greenberg, Pyszczynski,&Solomon, 1986) terror management theory 2. harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan, kesepian, dan penolakan social. harga diri menjadi ‘alat ukur sosial’ (sociometer) untuk melihat sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, semakin positif harga diri yang dimiliki, semakin menunjukkan bahwa ia semakin merasa diterima dan menyatu dengan orang-orang disekitarnya. Perbandingan Sosial (Social Comparison) Untuk mengetahui seberapa baik atau buruk kita, kita akan melakukan sebuah perbandingan social. Menurut Festinger (1954) untuk mengetahui seperti apa dirinya, orang akan melakukan perbandingan dengan orang lain karena tidak adanya patokan yang objektif untuk menilai. Kita dapat melakukan perbandingan dengan : 2014 5 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Upward social comparison (melakukan perbandingan dengan orang lain yang lebih baik) 2. Downward social comparison (melakukan perbandingan dengan orang lain yang lebih tidak baik) Self Evaluation Maintenance Model Untuk memperoleh gambaran yang positif, kita dapat memilih unutk melalukan perbandingan dengan orang lain yang kategori sosialnya sama dengan kita (misalnya: lakilaki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, miskin dengan miskin, kaya dengan kaya, dan sebagainya) karena beda kategori sosial beda pula tindakan dan performa yang diharapkan. Kita akan menghindari melakukan perbandingan sosial dengan anggota kelompok sosial yang lebih tinggi atau lebih baik dalam rangka mempertahankan harga diri kita. Menurut self-evaluation maintenance model dari Tesser (1988), untuk mendapatkan pandangan positif tentang diri kita, kita cenderung menjaga jarak dari orang lain yang melakukan sesuatu yang lebh baik daripada kita dan lebh membandingkan diri dengan orang lain yang tidak lebih baik dari kita. Sebagai contoh, mahasiswa di sebuah universitas swasta akan membandingkan dirinya dengan mahasiswa dari universitas swasta lainnya daripada membandingkan dengan mahasiswa universitas negeri yang sudah teruji untuk menilai sudah seberapa sukses dirinya. Presentasi Diri Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali kita tertuju pada bagaimana orang akan menilai kita. Kita berusaha mengontrol bagaimana orang lain berpikir mengenai kita, sehingga kita perlu melakukan impression management, yaitu usaha untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap mengenai kita baik secara disadari maupun tidak (Schlenker, 1980). Sebagai bagian dari impression management kita melakukan presentasi diri (self presentation) seperti yang kita inginkan dengan berbagai macam tujuan. Menurut Jones & Pittman (1982), lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah sebagai berikut : 1. Ingratiation menjilat Tujuannya agar disukai, kita menampilkan diri sebagai orang yang ingin membuat orang lain senang. 2. Self promotion menampilkan kelebihan/ kekuatan 2014 6 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tujuan agar dianggap kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang yang memiliki kelebihan baik dalam hal kemampuan atau trait pribadi 3. Intimidation berbahaya/ menakutkan Tujuannya agar ditakuti, kita manampilkan diri sebagai orang yang berbahaya dan menakutkan 4. Supplication lemah dan tergantung Tujuannya untuk dikasihani, kita manampilkan diri sebagai orang yang lemah dan tergantung Exemplification rela berkorban dianggap berintergritas tinggi 5. Tujuannya agar dianggap memiliki integritas moral tinggi, kita menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain. Self Handicapping Merujuk kepada segala tindakan yang diakukan agar dapat mengeksternalisasi apabila mendapat hasil negatif dan mneginternalisasi apabila mendapat hasil yang positif melindungi harga diri. Tujuan dari strategi ini adalah melindungi harga diri sebagai antisipasi terhadap hasil yang tidak sesuai harahap (misalnya, menjelang ujian seorang mahasiswa mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir, ia mengalami kesulitan tidur dan buku yang ia miliki terpaksa dipinjam kepada teman-teman yang mau memfotokopi karena baru saja kehilangan bukunya). Bask in reflected glory Individu mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan orang lain, bukan keberhasilan dirinya sendiri meningkatkan harga diri. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan harga diri. Contohnya, di hari senin seseorang memakai kaos tim sepakbola kasayangannya, setelah pada hari Minggu tim tersebut memastikan menjuarai kompetisi. Dengan memakai kaos itu, ia ikut merasa senang dan bangga 2014 7 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Baron, R.A., & Byrne, D. (2004). Social Psychology . Alih bahasa Ratna Djuwita. Jakarta. Erlangga Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears D, (2009). Social Psychology, 12th Edition, New Jersey : Pearson Education . 2014 8 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2014 9 Psikologi Sosial I Setiawati IS S.P, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id