G. CIREMAI, JAWA BARAT G.Ciremai difoto dari Pos PGA (Kushendratno, PVMBG, 2008) KETERANGAN UMUM Nama : G. Ciremai Nama Lain : Careme, Ceremai, Creme Nama Kawah : Kawah Barat, Kawah Timur, Gua Walet Lokasi : Koordinat/ Geografi : 6° 43' LS dan 106° 44' BT. Secara administratif termasuk :Kab. Cirebon, Kab. Kuningan dan Kab. Majalengka. Ketinggian : Puncak 3078 m dml (di atas muka laut) Kota Terdekat : Kuningan Tipe Gunungapi : Gunungapi Kuarter aktif, tipe A, berbentuk strato Pos Pengamatan : Desa Sampora, Kec. Cilimus, Kab. Kuningan Koordinat Geografi: 06°51’19,98“ LS dan 108°29’30,12“ BT. PENDAHULUAN Cara Pencapaian Kawah puncak G. Ciremai biasa di capai dari : 1. Dari Barat, via Apui atau Cipanas (lk.1100m dpl.). 2. Dari Timur, via Kp. Linggajati (lk.580 m dpl. Demografi Pada umumnya Pemukiman penduduk di daerah G. Ciremai terkonsentrasi di sekitar kaki gunung, terutama daerah kaki bagian timur, bagian utara dan bagian barat. Penduduk di daerah kaki gunung ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Jenis bahan galian yang terdapat di daerah G. Ciremai di antaranya adalah Sirtu, cadangan batubelah dan cadangan batu hias. Sirtu (pasir batu); bersumber dari endapan awanpanas dan lahar, terdapat di sekitar daerah Mandirancan dan Linggajati. Di daerah Mandirancan yaitu di desa Cidahu, Ciwiru, Ciguntur dan Singkup. Di daerah Linggajati yaitu di desa Setianegara. Batubelah (Andesit Ouarry); cadangan bahan galian ini bersumber dari tubuh aliran lava dan beberapa tubuh intrusi berkomposisi andesitan yang banyak dijumpai di lereng utara dan baratlaut G. Ciremai, seperti daerah Maja, Talaga, Pamelengan, Palutungan, Kuningan, Lengkong dan G. Deukeut. Cadangan Batu Hias; cadangan batu hias dapat dijumpai di sekitar komplek G. Kromong,kaki utara G. Ciremai, yaitu di Desa Loji. Wisata Wisata gunungapi terdapat di : Daerah Cigugur-Kuningan yaitu berupa kolam renang dan kolam ikan keramat beserta kesejukan alamnya. Daerah Palutungan-Kuningan yaitu pemandangan alamnya, perkemahan dan tempat pendakian awal ke arah puncak. Daerah Linggarjati yaitu berupa vila, kolam renang, tempat perjanjian Linggarjati dan kesejukan alam lainnya. Daerah Sangkanhurip yaitu, berupa vila, hotel dan pemandian air panas. Daerah Apuy atau Cipanas, yaitu berupa pemandangan alamnya dan tempat pendakian awal ke arah puncak. Daerah Waduk Darma, yaitu berupa perkemahan, pemancingan, dayung dan keindahan alam lainya. Telaga Remis, yaitu berupa telaga, perkemahan dan pemandangan alamnya. SEJARAH LETUSAN Erupsi G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga erupsi 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Erupsi uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi erupsi freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Hingga saat ini G. Ciremai telah beristirahat selama 61 tahun dan selang waktu tersebut belum melampaui waktu istirahat terpanjang. Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – baratlaut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga desa Cilimus di timur G. Ciremai. Fenomena yg berlainan terjadi pada November-Desember 2003, peningkatan kegempaan vulkanik dan tektonik diikuti dengan perubahan suhu mata air panas di Sangkan Hurip, suhu rata-rata 47-48°C naik menjadi 49,4°C. Sedangkan mata air panas di Cilengkrang dari 50° C menjadi 55,5°C, serta ada indikasi peningkatan aktivitas di kawah Telaga dengan munculnya lapangan solfatara baru di bibir kawah utama. Karakter Letusan Karakter erupsi G. Ciremai adalah berupa erupsi ekplosif bersekala menengah (dimanifestasikan oleh sejumlah endapan aliran dan jatuhan piroklastik). Secara berangsur kekuatan erupsi melemah dan cenderung menghasilkan erupsi magmatik. Selang waktu istirahat aktivitas G. Ciremai terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun GEOLOGI Batuan yang mendasari komplek G. Ciremai adalah batuan sedimen Tersier, sebagian dapat dijumpai dalam komplek G. Ciremai di bagian kaki baratlaut. Disamping itu juga dijumpai beberapa intrusi berkomposisi andesit seperti di daerah Maja, Kab.Majalengka,serta di utara komplek G. Ciremai, yaitu pada daerah G. Kromong. Pertumbuhan aktivitas vulkanik di sekitar G. Ciremai diawali oleh kegiatan G. Putri dan disusul oleh kegiatan G. Gegerhalang, kemudian kegiatan G. Ciremai hingga saat ini yang diduga masih aktif dan dikatagorikan sebagai gunungapi tipe A. Pada kegiatan G. Putri menghasilkan aliran lava porfiritik, sedangkan kegiatan vulkanik G. Gegerhalang menghasilkan aliran lava dan awan panas serta jatuhan piroklastik. Setelah kegiatan vulkanik Gegerhalang disusul oleh kegiatan G. Ciremai yang menghasilkan beberapa aliran lava serta endapan awan panas, dan jatuhan piroklastika. Selain itu juga menghasilkan endapan sekunder berupa endapan lahar yang menyebar di kaki sebelah timur G. Ciremai. Disamping itu dijumpai juga beberapa erupsi samping yang menghasilkan aliran lava berkomposisi andesit diantaranya erupsi Sukageri, erupsi buntung, erupsi pucuk dan erupsi Dulang. Peta Geologi G. Ciremai GEOFISIKA Seismik Pengamatan seismik G. Ciremai secara kontinyu dilakukan dengan memasang alat seismograf jenis PS-2 sistem telemetri dengan seismometer L4C satu komponen vertikal di bukit Masigit berjarak 4 km dari puncak di sebelah timurlaut. Aktivitas G. Ciremai selama bulan Desember 2008 secara kegempaan berfluktuatif. Rincian selengkapnya seperti pada tabel dan grafik di bawah ini. JENIS GEMPA Nopember 2008 Desember 2008 Vulkanik Type-B 8 Vulkanik Type-A 15 9 Hembusan Tektonik Lokal 4 4 Tektonik Jauh 52 35 Low Frekuensi 57 29 Terasa Data Kegempaan G. Ciremai Nopember - Desember 2008 8 7 6 5 4 3 2 1 0 TL 01/12/2008 01/11/2008 01/10/2008 01/09/2008 01/08/2008 01/07/2008 01/06/2008 01/05/2008 01/04/2008 01/03/2008 01/02/2008 TJ 01/01/2008 Jumlah Gempa J u m la h G e m p a T e k t o n i k G . C i r e m a i G r a f ik G e m p a V u lk a n ik G . C ir e m a i 20 Jumlah Gempa VA 15 VB 10 5 01/12/2008 01/11/2008 01/10/2008 01/09/2008 01/08/2008 01/07/2008 01/06/2008 01/05/2008 01/04/2008 01/03/2008 01/02/2008 01/01/2008 0 Grafik Kegempaan Tektonik G. Ciremai Januari - Desember 2008 Gaya Berat Penyelidikan gaya berat yang dilakukan di G. Ciremai adalah untuk mengetahui pola penyebaran anomali gaya berat yang ada di daerah tersebut atas dasar kemungkinan memberi petunjuk tentang kondisi struktur geologi di bawah permukaan atau hal lain yang dapat di kaitkan dengan aktivitas gunung itu. Penyelidikan telah dilakukan Januari 1990 dan menyimpulkan pada daerah penyelidikan cendrung adanya anomali positip di sektor utara dan selatan puncak yaitu di daerah Pasir Dokom, Gunung Argapura, Karang Dinding dan Gunung Sunagar, sedang anomalinegatif terdapat di sektor bagian timurlaut dan tenggara yaitu di daerah Cibeureum, Pasir Tamiang dan Tegal Bagawat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang penyebab anomali tersebut diperlkan penelitian lanjutan yang lebih detail. Geomagnet Penyelidikan geomagnet di G. Ciremai dilakukan untuk memperoleh gambaran kemagnetan dasar, guna mengetahui penyebaran anomali yang diakibatkan oleh adanya suatu masa magnetis di bawah permukaan. Analisa kemagnetan untuk G. Ciremai masih merupakan analisa kualitatif, untuk analisa kuantitatif masih dalam proses. Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan : 1. Diperoleh anomali-anomali positip di bagian barat, utara dan tenggara dari G. Ciremai. 2. Diperoleh anomali rendah atau negatif untuk puncak G. Ciremai/kaldera G. Ciremai. 3. Anomali negatif tersebut dikelilingi oleh anomali positif. Secara keseluruhan, dari bentuk kontur anomali diperoleh gambaran penyebaran anomali terlihat tertutup melingkari G. Ciremai. Anomali ke bagian utara terlihat mangkin melandai, sedangkan di bagian timur dan tenggara bentuk anomali agak rapat. Bentuk pola anomali tersebut memberikan gambaran pola anomali magnet untuk Kaldera, sehingga terlihat jelas adanya depresi dibagian kaldera tersebut. DEFORMASI Pengamatan deformasi G. Ciremai menggunakan GPS geodetik dilakukan dengan memasang 1 GPS leica 1200 di Pos sebagai reference dan 10 GPS Leica 1200 di lapangan sebagai rover. Pengukuran benchmark GPS G. Ciremai rata-rata dilakukan selama 6 – 7 jam dan dilakukan di pagi – sore hari kecuali benchmark Bagirang yang diukur pada malam hari sampai subuh. Dari semua benchmark GPS G. Ciremai, dua diantaranya tidak bisa di ukur karena baudnya hilang (lokasi di Vila) dan benchmark satunya lagi hilang karena dibongkar oleh pekerja bangunan SD (lokasi di Sanghiang). Pengolahan data dilakukan menggunakan program Leica Geo Office (LGO) versi 2 dan hasilnya berupa koordinat grid. Selanjutnya koordinat grid hasil pengukuran tahun 2008 di bandingkan dengan hasil pengukuran terakhir yaitu tahun 2006 dan menghasilkan vektor pergeseran baik vertikal maupun horizontal. Tabel Vektor pergeseran jaringan GPS G. Ciremai Lokasi Point ID Delta X (cm) Delta Y (cm) delta D (cm) -3.142 0.2038 3.15 273.67 -0.8453 Vektor Delta Z (cm) Palutungan PLTG G. Putri PTRI 0.88 -0.19 0.90 102.14 -4.77 Payung CRM3 3.96 1.48 4.23 69.54 -0.01 Bagirang CRM1 -2.2 -6.24 6.62 199.43 2.85 Cikaracak CIKA 0.16 -3.73 3.73 177.54 -5.6 Cibunar CBR -0.14 -1.23 1.24 186.50 1.82 Cibuntu CBNT -1.32 3.3 3.55 338.19 8.55 Apuy APUY -0.14 -0.47 0.49 196.60 -6.8 Peta jaringan GPS G. Ciremai dan vektor pergeseran horizontalnya. (Pengukuran bulan Desember 2008 terhadap Desember 2006) GEOKIMIA Kimia Batuan Produk G. Ciremai cenderung dominan bersusun andesit sampai andesitis yang bersifat lebih klasik dari seri alkali kapur. Batuan dimaksud disebut pula kerabat batuan dari seri magma kaya kandungan alumina. Berdasarkan pemeriksaan petrografi terhadap beberapa lava G. Ciremai yang di ambil secara selektif dapat di bedakan atas 4 macam lava andesit yaitu; Andesit hipersten aegirin-augit, andesit hipersten aegirin agit antofilit, andesit antofilit augit dan andesit horblende.Batuan di daerah puncak dan kakinya terdiri dari andesit hipersten augit yang mengandung olivin. (Petrokimia Gunungapi G. Ciremai, Rakimin II dkk. 1984). Kimia Air Pada bulan November 2008 dilakukan pengambilan dan penganalisaan contoh air panas/dingin. Tabel Data Analisis Kimia Air Panas/Dingin G. Ciremai, Nopember 2008. Unsur Satuan pH,Lab Ap. Ciniru Ap. Sangkan Urip Ad. Sangkan Urip Ad. Cilongkrang 7.38 6.91 6.94 6.53 6.63 Ap. Cisabuk Ad. Cisabuk 6.55 µmhos/cm 1300 370 1600 5800 270 220 Na ppm 265.60 46.80 772 1274 21.48 14.60 K ppm 40.58 6.54 90.65 171.20 3.48 2.06 Ca ppm 191.40 30.39 176.75 302.50 21.57 18.46 DHL Mg ppm 38.20 7.81 31.15 83.50 6.08 4.37 HCO3 ppm 218.26 120.22 254.39 195.55 68.86 64.44 Cl ppm 379.92 34.03 1314.04 2378.50 25.13 22.14 SO4 ppm 257.27 29.51 0.58 0.73 2.69 2.78 B ppm 0.56 0.57 9.80 9.38 0.31 0.54 NH3 ppm 0.49 0.50 1.64 1.32 0.34 0.37 H2S ppm 1.28 3.21 0 2.57 1.78 0 SiO2 ppm 147.90 53.49 78.45 102.70 52.39 41.95 Tabel Kandungan Relatif Cl-SO42--HCO3- dan Na/1000-K/100-√Mg, Nopember 2008 Persentase (%) LOKASI Na/1000 K/100 Mg1/2 Cl- HCO3- SO42- Ap. Cisabuk, Ci Lengkrang 4 6 90 44 26 30 Ap. Ciniru 11 12 77 84 16 0 Ap. Sangkan Urip 11 14 75 92 8 0 Ad. Cisabuk 2 2 96 19 65 16 Ad. Sangkan Urip 1 1 98 26 71 3 Ad. Cilengkrang 1 1 98 25 72 3 Kimia Gas Analisa gas yang pernah dilakukan di G. Ciremai adalah pengukuran COSPEC Yang dilakukan di Pos Pengamatan G. Ciremai dengan hasil menunjukan kecepatan emisi gas SO2 di G. Ciremai rata-rata 15 ton/hari, dengan angka emisi minimum 13,55 ton/hari dan maksimum 17,25 ton/hari SO2. Pengukuran dilakukan pada saat gunung dalam keadaan tenang. Angka yang demikian mungkin merupakan batas-batas normalnya bagi G. Ciremai. MITIGASI BENCANA GEOLOGI Dalam usaha Mitigasi Bencana Gunungapi dilakukan pemantauan visual dan kegempaan secara menerus yang berhubungan dengan gejala vulkanik G. Salak. Peralatan pemantauan kegempaan G. Salak menggunakan Seismograf PS-2 kinemetrics yang dioperasikan secara telemetri. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya. Pada saat terjadi erupsi kawasan ini sering terlanda awan panas, lontaran batu (pijar), dan gas racun. Kawasan Rawan Bencana III tidak diperkenankan untuk hunian tetap ataupun dibudidayakan untuk tujuan komersial secara permanen. Pernyataan daerah tidak layak huni diputuskan oleh pimpinan Pemerintah Daerah atas saran dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Penarikan batas kawasan rawan bencana terhadap aliran massa dilakukan dengan memperhatikan sifat gunungapi yang bersangkutan, pelamparan lateral, serta pola bentangalamnya. Penarikan batas kawasan rawan bencana terhadap hujan abu lebat dan material lontaran dilakukan dengan memperhatikan sifat gunungapi yang bersangkutan tanpa memperhitungkan arah/kecepatan angin, sehingga batas kawasannya berbentuk lingkaran yang berpusat pada titik erupsinya. Dalam peta kawasan rawan bencana G. Ciremai meliputi daerah puncak dan kawah G. Ciremai. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat dan lahar. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), dan aliran lahar, b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Pada Kawasan Rawan Bencana II masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan gunungapi sesuai dengan saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sampai daerah ini dinyatakan aman kembali. Pernyataan bahwa harus mengungsi, tetap tinggal di tempat, dan keadaan sudah aman kembali diputuskan oleh pimpinan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama erupsi membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar). Dalam Kawasan Rawan Bencana I masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan lebat, dengan memperhatikan perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ciremai DAFTAR PUSTAKA Badrudin, M., 1989, Penyelidikan Geokimia/Pengukuran COSPEC di G. Galunggung, G. Tangkubanparahu, G. Tampomas Dan G. Ciremai, Jawa Barat, Dit. Vulkanologi, Bandung. Ervan R.D. dan D. Mulyadi, 1999, Laporan Potensi Bahan Galian Gunungapi Ciremai, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Harun Said dkk. , 1984, Laporan pendahuluan Penyelidikan kemagnetan G. Ciremai dan sekitarnya, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Husen, S.H., dkk. 1990, Penyelidikan Gaya Berat G. Ciremai, Dit. Vulkanologi, Bandung. Kushendratno, dkk., 2008, Pengamatan Terpadu G.Ciremai, Jawa Barat, PVMBG, Bandung. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vukanologi, Bandung. Mawardi dkk. 1999, Laporan Pengumpulan data bahan Imformasi G. Ciremai, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Situmorang, T., dkk., 1995, Peta Geologi G. Cereme, Jawa Barat, Dit. Vulkanologi, Bandung. Wisnu S.K. dan Somad, A., 1983, Laporan Penelitian kimia Panasbumi sekitar G. Tampomas dan G. Cireme, Kab. Sumedang dan Kab. Cirebon, Jawa Barat, Bandung.