Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak TK ABA Pendekan Galur Yayan Mulyana AMIK BSI Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak – Kemandirian merupakan kemampuan anak untuk memperolah kecakapan ataupun kemandirian banyak ditentukan oleh rangsangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya dalam masa perkembangan. Anak-anak yang sering diikut-sertakan dalam kegiatan belajar sejak dini akan nampak lebih ceria dan bersemangat untuk meraih hidup yang lebih maju. Hal ini menunjukan anak yang belajar membaca lebih awal umumnya mempunyai prestasi lebih baik di bangku sekolahnya. Berdasarkan keadaan manusia baik secara psikologi maupun kepribadiannya, maka sebagai seorang pendidik ada baiknya perlu memperhatikan keadaan psikis masing-masing anak didik dan selalu berusaha mengarahkan dan membimbing mereka menuju kepribadian mukmin yang ideal. Berikut beberapa rincian hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam pengajaran dan proses pembentukan kepribadian anak didik. Kata Kunci : kemadirian, kepribadian, pendidikan anak I. PENDAHULUAN Orang tua merupakan kunci utama keberhasilan bagi anak. Orang tualah yang pertama kali dipahami oleh anak sebagai sosok yang memiliki kemampuan luar biasa di luar dirinya (Rahman, HS.,2005:95). Dari situlah orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendampingi perkembangan anak baik secara mental maupun fisiknya untuk menumbuhkan insan yang mandiri. Pada masa-masa pertumbuhan anak sangat membutuhkan sekali perhatian orang tua terutama ibu yang secara psikologis lebih dekat karena yang melahirkannya. Untuk itu biasanya sang ibu lebih mengerti keinginan anak dibanding ayahnya. Anak yang sudah terbiasa dengan orang tua (ibu) yang selalu memberikan perhatian penuh, dapat mendendam pada ibunya yang sangat memperhatikan adiknya yang baru lahir, dan mungkin akan mengungkapkan kemarahan dan kecemburuannya dengan meluapkan emosinya berulang kali dan kuat (Hurlock,1978:213). Dari kedekatan inilah seorang ibu dituntut mengarahkan anak pada lingkungannya dengan harapan agar anak tersebut bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Transfer of knowledge dari orang diharapkan agar anaknya di masa yang akan datang lebih baik dari kedua orang tuanya, untuk itu mendidik anak merupakan tanggung jawab yang berat, karena usia tersebut merupakan masa kritis bagi perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi motorik, kreativitas dan terpenting lagi sikap positif terhadap kehidupan. Sehingga orang tua harus menjadi guru sekaligus pembimbing yang penuh kasih sayang bagi anak-anak (Sylvia Rimm,2003:Pendahuluan). Orang tua harus mampu menciptakan suasana masa kecil yang menyenangkan bagi anak, dan senantiasa mendorong anak untuk menjadi orang yang suka belajar disepanjang hidupnya. Disinilah orang tua dituntut untuk dapat Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-36 melatih kemandirian anak dalam segala hal, khususnya dalam hal belajar, bermain, makan minum merupakan membentuk sikap selalu dapat menjaga kebersihan dirinya dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan dalam sekolahnya. Untuk membantu mewujudkan cita-cita orang tua agar anaknya di masa yang akan datang lebih baik, maka orang tua menyekolahkannya di lembaga pendidikan untuk usia anaknya yaitu PAUD atau biasa disebut TK. Pada hakekatnya pendidikan anak pra sekolah yaitu sebagai pusat pengembangan kepribadian anak, dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal, juga memberikan bimbingan agar anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat (Sylvia Rimm,2003:4). Hal di atas sangat membantu orang tua terutama sang ibu, karena seperti era sekarang ini banyak ibu yang tidak sempat secara penuh mengasuh anaknya dikarenakan pekerjaan yang menderanya dalam kata lain waktu habis untuk bekerja. Untuk itu dalam kondisi orang tua seperti inilah, maka pengembangan kemandirian anak dilakukan dengan cara mengikutsertakan anak pada lembaga pendidikan anak, agar anak tersebut mampu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Dengan memasukkan anak di TK diharapkan kepribadian dan bakat-bakatnya dapat berkembang secara baik dan optimal, sehingga akan terhindar dari pengaruh negatif lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak pada masa selanjutnya. Maka, peran orang tua sebagai pendidik beralih pada guru yang ada di TK tersebut. Dengan demikian peran guru sebagai pengganti orang tua harus betul-betul menjiwai dan memahami karakter anak yang beragam latar belakang keluarganya. Disamping itu komunikasi antara orang tua dan guru perlu terjalin dengan baik agar Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 sinergisitas pembinaan dapat terjaga dengan baik. Adanya saling kontrol bersama akan perkembangan anak baik dari guru ke orang tua dan juga sebaliknya, progress report ini sangat penting untuk memantau perkembangan anak. Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak, memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan sejarah perkembangan anak selanjutnya. Oleh sebab itu, pendidikan anak merupakan pondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik serta mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktifitas (Sylvia Rimm,2003:5). Sehingga anak akan lebih mampu untuk mandiri dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Guru di TK ABA Pendekan Galur menyadari bahwa kerjasama dengan orang tua merupakan suatu hal yang sangat penting selain untuk memperkuat hubungan dan kepercayaan masyarakat, selain itu juga untuk saling mengetahui akan perkembangan anak yang dititipkan orang tua pada lembaganya. Para guru menyadari bahwa hakekat pendidikan anak juga merupakan pusat kesejahteraan anak (child welfare centre). Maksudnya taman kanak-kanak memberikan pembinaan kesejahteraan yang diperlukan anak dalam masa mudanya untuk mencegah timbulnya akibat yang negatif di kemudian hari (Sylvia Rimm,2003:5). Bentuk kerjasama yang biasa mereka lakukan adalah dengan adanya kartu kontrol anak yang dilakukan tiap hari, adanya pertemuan-pertemuan dengan orang tua anak, melibatkan orang tua dalam memberikan masukan-masukan terhadap kebijakan lembaga pendidikan. Dalam penulisan proposal skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah kerjasamanya antara orang tua dan guru dalam peranannya meningkatkan kemandirian anak di TK ABA Pendekan Galur. Dimana orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan memberikan pola kemandirian terhadap anak-anaknya dengan cara memberikan bimbingan, pengarahan maupun memberikan contoh keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. II. LANDASAN TEORI 2.1 Peranan Orang Tua dalam Kemandirian Anak Pada dasarnya tugas orang tua terhadap anaknya adalah memberikan kebutuhan hidup termasuk pendidikan yang layak bagi anaknya sesuai dengan kemampuan orang tua tersebut. Untuk itu peranan orang tua sangat besar dalam kemandirian anak. Peranan orang tua dalam kemandirian anak meliputi pembinaan jasmani dan rohani. 2.2 Peran Guru dalam Kemandirian Anak Berdasarkan keadaan manusia baik secara psikologi maupun kepribadiannya, maka sebagai seorang pendidik ada baiknya perlu memperhatikan keadaan psikis masing-masing anak didik dan selalu berusaha mengarahkan dan membimbing mereka menuju kepribadian mukmin yang ideal. Berikut beberapa rincian hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam pengajaran dan proses pembentukan kepribadian anak didik. Fungsi guru dalam mendidik adalah: a. Untuk membangkitan dorongan cinta dan memiliki siswa terhadap suatu materi/ pelajaran, ada baiknya diberikan pengantar cerita (appersepsi). b. Sebagai pendidik harus menyadari dan bijak dalam menyikapi kepribadian masing-masing anak yang berbeda. c. Sebagai pendidik diharapkan memiliki perhatian yang baik dan optimal terhadap materi maupun peserta didik. d. Terhadap setiap murid harus bersikap adil dan obyektif. e. Mengubah tingkah laku seseorang diperlukan tahapan-tahapan, tidak langsung sekaligus. f. Memberikan keteladanan yang baik sebagaimana kepribadian seorang mukmin g. Konflik yang terjadi harus diselesaikan dengan mencari latar belakang dan berusaha menyerasikan kedua pihak. h. Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu murid dalam usaha mengendalikan dan menguasai emosi-emosinya. i. Menyampaikan pelajaran dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) j. Harus jeli melihat kelebihan/potensi setiap anak didik dan selalu memberi motivasi. k. Disamping mengembangkan intelektual anak didik, pendidik terutama juga harus mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual mereka, dalam makalah Anis (2008). 2.3 Kerjasama antara Orang Tua dan Guru Kerjasama merupakan sebuah kegiatan yang harus dilakukan oleh lebih dari dua pihak secara bersama-sama (Badudu, 1994:678), dalam hal ini adalah kerjasama antara orang tua dengan guru dalam meningkatkan kemandirian anak di TK ABA Pendekan Galur. Bentuk-bentuk kerjasama antara orang tua dan guru (pihak sekolah) adalah sebagai berikut: a. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan siswa baru. Hal ini digunakan bukan hanya sekedar untuk mengisi formulir pendaftaran akan tetapi diisi juga dengan pembelajaran yang terjadi disekolah dan juga menanyakan tentang kondisi anak sebagai calon anak didik agar ada kesepahaman dalam penanganannya. b. Mengadakan surat menyurat, agar saling mengetahui perkembangan anak. c. Adanya daftar nilai atau raport untuk melihat hasil dari pendidikan itu sendiri, sehingga ada saling koreksi dalam penanganan anak agar saling mendorong untuk meningkatkan prestasinya. d. Kunjungan guru ke rumah orang tua siswa atau sebaliknya kunjungan orang tua ke sekolah. Hal ini untuk membicarakan kesulitan-kesulitan yang Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-37 Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 dialami baik oleh guru maupun sebaliknya dalam menangani anak, baik yang terjadi disekolah oleh guru dan di rumah oleh orang tua. e. mengadakan kumpulan orang tua siswa (komite sekolah) untuk menjebatani hubungan keduanya (Ngalim, 1998: 128-129). Apabila kerjasama ini berjalan dengan baik maka perkembangan kemandirian anak akan berjalan sesuai dengan hal-hal yang telah ditentukan. III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode agar mendapatkan hasil penelitian yang valid. Sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih memudahkan dalam memperoleh data-data seperti yang dikehendaki penulis. Metode-metode tersebut adalah : 1. Metode Penentuan Subyek Subjek penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa yang berjumlah 20 orang beserta 3 orang guru dan kepala TK ABA Pendekan Galur. Menurut Sutrisno Hadi, apabila populasi kurang dari 100, maka lebih baik melakukan penelitian populasi (Sutrisno,1989:75). Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian populasi. 2. Metode Pengumpulan Data Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data, antara lain: a. Metode Interview/Wawancara Metode interview adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara untuk menilai keadaan seseorang” (Suharsimi,2006:55) yaitu informasi yang obyektif, maka penulis menetapkan person yang menjadi sasaran interview yaitu kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa yang menjadi objek penelitian. Untuk mendapatkan data mengenai keadaan TK termasuk sarana dan prasarananya. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal kata “dokumen yang artinya barang-barang tertulis.” (Suharsimi, 2006:158) Di dalam melaksankana metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis sepeti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi, 2006:112). Maka penulis mengumpulkan data dengan jalan mencari dokumen atau catatan mengenai data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian ini. Dokumen yang penulis maksud ialah data perkembangan anak, data kunjungan orang tua dan konsultasi orang tua dalam perkembangan anaknya. c. Metode Angket Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-38 “Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komukasi tersebut dilakukan secara tertulis. Data yang akan dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis, dan responden menjawab secara tertulis pula,” dalam Suharsimi(2006:255). Metode angket ini oleh penulis digunakan untuk memperoleh data tentang peranan orang tua dan pengasuh dalam rangka meningkatkan kemandirian anak. 3. Metode Analisa Data Setelah data dikumpulkan dengan berbagai metode, maka agar data tersebut bisa berarti dalam penulisan ini perlu adanya analisa data. Analisa data adalah usaha yang konkrit untuk membuat data itu berbicara, sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul, apabila tidak disusun dalam satu organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahanbahan yang membisu (Diam Seribu Bahasa)dalam Suharsimi (2006:109). Dalam menganalisa data ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang bersifat kuantitatif yang dianalisa dengan hitungan statistik sederhana dengan cara mendistribusikan angka mutlak kedalam bentuk table-tabel dan angka prosentase, hal ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada orang tua dan pengasuh. Rumus yang digunakan adalah: P= f x100% N Dimana : P : Angka presentasi yang dicari f : Fekuensi dari masing-masing skor N : Jumlah siswa keseluruhan IV. PEMBAHASAN 1. Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam Kemandirian Anak TK Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada peran yang dilakukan orang tua dan guru dalam membangun kemandirian anak (siswa) pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 dengan sistem pengambilan sempel, penulis mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: Apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik jumlah populasi tersebut diambil semuanya sehingga menjadi penelitian populasi, namun apabila jumlah sumbernya besar atau lebih dari seratus orang dapat diambil antara 10 s.d.15 % atau 20 s.d. 25 % atau lebih." (Suharsimi A., 2006:99). Berdasarkan pendapat di atas, maka Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 penulis mengambil seluruh populasi yang ada yaitu 24 orang dengan rincian 20 orang tua siswa, 3 guru dan 1 kepala TK. Untuk itu kerjasama yang dibangun oleh kedua belah pihak yaitu orang tua dan guru adalah: a. Adanya kontrol bersama terhadap perkembangan siswa, sesuai dengan koridor tanggung jawabnya menggunakan kartu perkembangan harian. b. Adanya komunikasi yang intensif, yang dilakukan oleh pihak sekolah diantaranya dengan melakukan: 1) Mengirim ucapan selamat bergabung dengan sekolah dan Komite Sekolah, bagi orang tua siswa baru, setelah perlu dilakukan perkenalan dan orientasi singkat agar orang tua mengetahui sekolah dengan aktivitasnya. 2) Mengirim berita perkembangan sekolah secara periodik, sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan terakhir. 3) Membagikan daftar personal sekolah secara lengkap, termasuk alamat dan tugas-tugas pokok mereka, sehingga orang tua dapat menghubungi. 4) Mengundang orang tua jika anaknya berprestasi dan juga mengundang apabila perkembangan anaknya kurang baik. 5) Melakukan kunjungan rumah bila diperlukan. a) Melibatkan orang tua sebagai sponsor/panitia kegiatan di sekolah. b) Memberi peran orang tua untuk mengambil keputusan, sehingga merasa bertanggungjawab untuk melaksanakannya. c) Mendorong pengasuh untuk melibatkan orang tua dalam menunjang keberhasilan belajar siswa. c. Memberikan dorongan terhadap orang tua untuk terlibat pada kegiatan di sekolah: 1) Melakukan identifikasi kebutuhan sekolah dan bagaimana orang tua dapat membantu pada kegiatan tersebut. Libatkan guru, staf dan komite dalam identifikasi tersebut. Menyusun uraian tugas untuk posisi-posisi yang mungkin dapat dibantu oleh orang tua sebagai relawan. Upayakan tugas tersebut tidak terikat oleh jadwal waktu yang ketat. 2) Bantu pengasuh untuk menyusun program relawan yang terkait dengan tugasnya. 3) Informasikan secara luas program relawan tersebut, lengkap dengan diskripsi tugas untuk setiap tugas/posisi. 4) Undang orang tua yang bersedia menjadi relawan. 5) Berikan penghargaan bagi orang tua yang telah melaksanakan tugas sebagai relawan. d. Disamping itu juga komunikasi insidental baik oleh orang tua terhadap pengasuh ataupun sebaliknya pengasuh terhadap orang tua. Apabila ada perkembangan atau kondisi anak yang harus segera ditangani. 2. Hasil Kerjasama antara Orang Tua dan Guru dalam Kamandirian Anak TK. Hal yang paling utama mewujudkan keberhasilan sebuah pendidikan adalah adanya kerjasama yang selaras dan sejalan diantara kedua belah pihak apalagi kalau kita cermati kedua unsur tadi saling membutuhkan dan saling keterkaitan. Peran orang tua dan TK sebagai lembaga pendidikan, haruslah mengayomi kebutuhan dari harapan orang tua disamping disuaikan dengan standar yang telah diberikan oleh Dinas Pendidikan. Berbicara masalah kemandirian anak, yang terbayang oleh semua kalang adalah anak tersebut biasa mandiri akan tetapi bukan mandiri seperti halnya orang dewasa. Mandiri yang dimaksud adalah mandiri di usianya, yaitu mereka biasa makan sendiri tanpa harus dibantu oleh orang lain dengan disuapi atau sejenisnya. Begitu jugadalam si anak berani mengungkapkan perasaan ingin buang air, hal ini akan membantu mereka bisa lebih memahami akan kebutuhan dirinya untuk buang air. Sepele, orang tua jangan terlalu sering mamakaikan pempers pada anak usia di atas 2 tahun, karena akan mengurangi keberanian dia untuk mengungkapkan keinginan untuk buang air, hal ini terjadi karena si anak merasa nyaman, tidak kerepotan pipis. Untuk mengetahui kondisi kemandirian siswa TK ABA Pendekan penulis memberikan angket yang terdiri dari 20 item pernyataan yang berisikan tentang; kebiasaan siswa, kedisiplinan siswa baik di rumah maupun di sekolah, ketaatan melaksanakan perintah baik dari orang tua atau guru dan kemandirian siswa dalam kegiatan pribadi seperti; makan, minum, buang air berpakaian. Pertanyaan tersebut penulis ajukan terhadap orang tua dan guru. Dengan sistem pertanyaan positif dan menuntut untuk mengisi salah satu jawaban dengan memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban yaitu: ‘ya, kadangkadang dan tidak’ yang masing-masing mempunyai bobot nilai yang sama Dari hasil analisis terhadap angket di atas dapat kita lihat yang dilakukan orang tua dan guru terhadap anak, angket tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua unsur, yaitu; Pertama, unsur anak/ siswa sebagai obyek perkembangan itu sendiri, dan Kedua, unsur pendamping dalam hal ini orang tua dan siswa dua unsur ini yang tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan. 1. Unsur Anak/Siswa Anak/siswa merupakan unsur yang utama dalam penelitian, anak/siswa menjadi fokus Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-39 Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 pembahasan akan tetapi orang tua dan guru menjadi sumber dalam penggalian informasi dalam penelitian ini. Untuk itu angket sepenuhnya ditujukan kepada orang tua dan guru yang mempunyai peran dalam pendampingan dan sekaligus yang memantau perkembangan anak/siswa. Pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui perkembanganperkembangan pribadi anak/siswa melalui aktivitas sehari-harinya, yaitu: a. Aktivitas Pribadi Yang dimaksud dengan aktivitas pribadi adalah perkembangan anak/siswa yang berkaitan dengan kegiatan pokok seperti; makan, minum, kencing, buang air besar, berpakaian dan sejenisnya yang berkaitan dengan aktivitas dan kebutuhan seorang anak (wawancara dengan kepala TK, 2013). 1) Yang sudah mampu melayani dirinya adalah 25+12,5+62,5+25 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 31,25 % x jumlah siswa (20), 31,25 maka hasilnya x 20 = 6,25 dibulatkan 100 6 anak/ siswa. 2) Anak yang kadang-kadang melakukan adalah 45,8+29,2+20,8+33,3 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 32,275 % x jumlah siswa (20), 32,275 maka hasilnya x 20 = 6,5 dibulatkan 7 100 anak/ siswa. 3) Anak yang katagori belum mandiri melakukan aktivitas pribadi adalah 29,2+58,3+16,7+41,7 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 36,475 % x jumlah siswa (20), 36,475 maka hasilnya x 20 = 7,29 dibulatkan 100 7 anak/ siswa. Dilihat dari aktivitas pribadi anak/siswa masih harus ditingkatkan dikarenakan masih kurang dari 40%. Pendekatan orang tua dan guru harus lebih memahami karakter dari masingmasing anak agar dapat menemukan metode yang tepat untuk mengarahkan dan memberikan pendidikan terhadap anak/ siswa tersebut. b. Pergaulan (Bermain) Pergaulan yang dimaksud adalah interaksi anak/siswa terhadap teman-teman seusianya terutama dengan teman satu sekolahan. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan sesama teman sudah bejalan dengan baik dan bagaimana dia memposisikan dirinya di hadapan teman-temannya dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemandirian dia (anak/siswa) hasil wawancara dengan kepala TK (2013). 1) Anak/siswa sudah mampu besosialisasi dengan lingkungan sendiri adalah: 25+83,3+50+41,7+87,5 R(p)= x 100% 5 Rata-rata = 57,5 % x jumlah siswa (20), Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-40 57,5 maka hasilnya x 20 = 11,5 dibulatkan 12 100 anak/ siswa. 2) Anak/siswa yang kadang-kadang melakukan besosialisasi dengan lingkungan sendiri adalah: 33,3+16,7+29,2+37,5+12,5 R(p)= x 100% 5 Rata-rata = 25,84% x jumlah siswa (20), 25,84 maka hasilnya x 20 = 5,2 dibulatkan 5 100 anak/ siswa. 3) Anak/siswa yang kategori belum mandiri melakukan besosialisasi dengan lingkungan sendiri adalah: 41,7+0+20,8+20,8+0 R(p)= x 100% 5 Rata-rata = 16,66% x jumlah siswa (20), 16,66 maka hasilnya x 20 = 3,3 dibulatkan 3 100 anak/ siswa. c. Pembangkangan (tidak menurut) Pembangkangan merupakan yang lazim dilakukan anak/siswa jika disuruh melakukan suatu perbuatan, mereka merasa malu, bahkan menagis dan selalu ingin didampingi kemanamana. Kejelian guru dan orang tua untuk bisa membujuk anak/siswa tersebut agar mau untuk melakukan tugas atau kegiatan. Hail ini juga menjadikan patokan untuk melihat kemandirian anak (wawancara dengan kepala TK, 2013). Hasil yang didapat adalah 29,2% anak/siswa masih suka menolak kalau disuruh melakukan sesuatu, akan tetapi mayoritas kadangkadang sesuai dengan keinginannya dengan kata lain dia bisa disuruh atau diarahkan sebanyak 54,4% dan sisanya 16,6% sudah bisa diarahkan sehingga kalau diperintahkan sudah menuruti dan bisa melaksanakan. Adapun jumlahnya adalah: 1) Yang suka menolak 29,2% x 20 adalah 5,8 dibulatkan menjadi 6 siswa. 2) Kadang-kadang 54,2% x 20 adalah 10,8 dibulatkan menjadi 11 siswa. Sudah bisa mandiri 16,6% x 20 adalah 3,3 dibulatkan menjadi 3 siswa. Dapat disimpulkan bahwa anak/siswa yang suka membangkang/menolak malakukan sesuatu adalah 6 orang, kadang-kadang 11 orang dan sisanya sudah mandiri 3 orang 2. Unsur Pendamping (orang tua dan guru) Sedangkan unsur pendamping (orang tua dan guru) yang di uraikan dalam pertanyaan dalam angket yang terbagi ke dalam 3 (tiga) katagori: a. Pembelajaran Pembelajaran di TK ABA Pendekan diarahkan untuk terus mengembangkan potensi intelektual dan spiritual anak didiknya. Metode pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi anak/siswa agar tidak terasa membosankan yang dibantu dengan media pembelajaran untuk menambah semangat dan motivasi anak dalam belajar. Selainitu juga dibutuhkan kerja sama yang efektif antara guru dan orang tua agar proses pendidikan dapat berjalan maksimal. Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Berhasil atau gagalnya pembelajaran sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin S., 2005:63). 1) Orang tua dan pengasuh selalu memberikan yang terbaik dan terus mendampingi anak/siswanya sesuai dengan karakter yang dimiliki seorang anak, hasilnya adalah: 75+70,8+33,3+29,2 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 51,925 x jumlah orang tua dan guru 51,925 (24), maka hasilnya x 24 = 12,46 100 dibulatkan 12 orang. 2) Orang tua dan guru yang kadang-kadang melakuan pendampingan terhadap anaknya lewat proses pembelajaran yang sesuai dengan karakter yang dimiliki seorang anak, hasil yang diperoleh: 25+29,2+41,7+45,8 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 35,425% x jumlah orang tua dan 35,425 guru (24), maka hasilnya x 24 = 8,5 100 dibulatkan menjadi 9 orang. 3) Orang tua dan guru tidak melakukan pendampingan terhadap anak/gurunya sesuai dengan karakter yang dimiliki seorang anak, dapat dilihat di bawah ini: 0+0+25+25 R(p)= x 100% 4 Rata-rata = 12,5% x jumlah orang tua dan guru 12,5 (24),maka hasilnya x 24 = 3 orang 100 b. Motivasi Agar anak/siswa mempunyai kemandirian yang kuat maka, peran orang tua dan guru sangatlah penting. Kemandirian akan cepat muncul apabila ada dorongan dari pihak luar. Dorongan berupa bimbingan inilah yang diharapkan agar anak mampu melayani kebutuhan hidupnya secara mandiri sesuai dengan usianya. 1) Motivasi selalu dilakukan agar anak/siswa dapat mandiri sesuai dengan harapannya. 41,7+20,8+50 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 37,5% x jumlah orang tua dan 37,5 siswa (24), maka hasilnya x 24 = 9 orang 100 2) Kadang-kadang dilakukan motivasi terhadap anak/siswa. Hal ini dilakukan pada saat-saat tertentu saja apabila anak sudah tidak bisa diarahkan. 33,3+54,2+41,7 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 43,07% x jumlah orang tua dan 43,07 guru (24), maka hasilnya x 24 = 10,33 100 dibulatkan 10 orang 3) Tidak pernah melakukan motivasi, mereka beranggapan anak/siswa akan berkembang sendirinya. Mereka hanya mengikuti keinginan anak/siswa tersebut. 25+25+8,3 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 19,43% x jumlah orang tua dan 19,43 guru (24), maka hasilnya x 24 = 4,6 100 dibulatkan 5 orang c. Hukuman Hukuman pada dasarnya boleh-boleh saja, asalkan sifatnya mendidik. Sehingga anak dapat mengetahui kesalahannya dan tidak mau mengulangi lagi perbuatan tersebut. Dengan demikian sebaiknya hukuman tidak berbentuk fisik akan tetapi pembelajaran. Banyak oknum orang tua bahkan guru yang mengambil jalan pintas, karena saking jengkelnya akhirnya menggunakan hukuman fisik. Sehingga \gangguan dari mulai rasa minder, penakut sampai pada trauma. Hal ini yang tidak diharapkan terjadi dalam dunia pendidikan kita. 1) Orang tua dan guru hanya pernah memarahi saja dan menjewer kuping itupun kalau terpaksa karena kesal 12,5+8,3+0 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 6,93% x jumlah orang tua dan guru 6,93 (24), maka hasilnya x 24 = 1,67 dibulatkan 100 2 orang 2) Kadang-kadang melakukan marah dan menjewer anak/siswa. 33,3+16,7+0 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 16,67% x jumlah orang tua dan 16,67 guru (24), maka hasilnya x 24 = 4 orang 100 3) Tidak pernah melakukan tindakan kekerasan terhadap anak/siswa. 54,2+75+100 R(p)= x 100% 3 Rata-rata = 76,4% x jumlah orang tua dan guru 76,4 (24), maka hasilnya x 24 = 18,3 dibulatkan 100 18 orang V. KESIMPULAN Untuk itu kerjasama yang dibangun oleh kedua belah pihak yaitu orang tua dan guru adalah: 1. Kerjasama antara orang tua dan guru dalam melaksanakan pembinaan kemandirian terhadap anak melalui kartu pemantauan yang dibuat oleh pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan anak, baik di sekolah maupun di rumah. 2. Hasil kerjasama antara orang tua dan guru dalam menumbuhkan mandiri terhadap anak tersebut adalah: a. Dilihat dari aspek aktivitas pribadi, mayoritas anak belum bisa mandiri. b. Dilihat dari sisi pergaulan, mayoritas anak sudah mampu bergaul dengan baik. c. Diluhat dari sisi pembengkangan apabila disuruh, mayoritas anak dapat disuruh (tidak membangkang). d. Dilihat dari sisi pendampingan yang dilakukan orang tua dan pengasuh, mayoritas mereka sudah mengasuh. e. Dilihat dari sisi memotivasi anak, mayoritas orang tua dan pengasuh suka memberikan motivasi kepada anaknya. Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-41 Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 f. Dilihat dari sisi hukuman apabila anak membandel, mayoritas orang tua dan pengasuh tidak pernah memberikan hukuman fisik pada anaknya. Agar dalam kerjasama antara orang tua dan guru dapat memberikan motivasi agar anak dapat mandiri, maka diharapkan agar: 1. Dari hasil penelitian yang didapatkan kerjasama orang tua dan guru sudah menujukan adanya lembaran pemantauan untuk anak dan melibatakan orang tua dalam kegiatan di sekolah. Lembaran pemantauan tersebut harus menjadikan acauan bagi pertumbuhan dasar intelektual anak, tidak hanya sekedar bentuk laporan bagi orang tua ataupun sebaliknya. 2. Kerjasama orang tua dan guru harus terjalin dengan baik agar anak betul-betul menjadi anak yang mandiri sehingga dalam memberikan bimbingan tersebut jangan sekali-kali menggunakan hukuman kekerasan terhadap anak apabila anak tersebut melakukan kesalahan. Karena kekerasan akan menghambat pertumbuhan psikis anak. REFERENSI Arikunto, Suharsimi, (2002), Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktek, edisi revisi V, Jakarta, Rineka Cipta Aswar, Syaifuddin, (1999), Metode Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999. Penelitian, Fuad Nashori dan Rahmi Diana Mucharam, (2002), Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta, Menara Kudus. Hadi, Sutrisno, (1989), Metodologi Reseach II, Yogyakarta, Andi Offset. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2006. Prasetyono, (2008), Metode Membuat Anak Cerdas Sejak Dini, Yogyakarta, Garailmu. Purwanto, Ngalim, (1988), Psikologi Pendidikan, Bandung, Ramaja Rosdakarya. Rimm, Sylvia, (2003), Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Salam, Suroso Adb., (2006), Membina Keluarga dan Pendidikan Anak, Jakarta, Darul Haq. Sofyan Sori N, (2006), Kesalehan Anak Terdidik, Menurut al-Qur’an dan Hadist Yogyakarta, Fajar Pustaka. Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-42 Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. 43