Format Penulisan Makalah - Seminar

advertisement
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Meningkatkan Kemandirian
Anak TK ABA Pendekan Galur
Yayan Mulyana
AMIK BSI Yogyakarta
e-mail: [email protected]
Abstrak – Kemandirian merupakan kemampuan anak untuk memperolah kecakapan ataupun kemandirian
banyak ditentukan oleh rangsangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya dalam masa
perkembangan. Anak-anak yang sering diikut-sertakan dalam kegiatan belajar sejak dini akan nampak lebih
ceria dan bersemangat untuk meraih hidup yang lebih maju. Hal ini menunjukan anak yang belajar membaca
lebih awal umumnya mempunyai prestasi lebih baik di bangku sekolahnya.
Berdasarkan keadaan manusia baik secara psikologi maupun kepribadiannya, maka sebagai seorang pendidik
ada baiknya perlu memperhatikan keadaan psikis masing-masing anak didik dan selalu berusaha mengarahkan
dan membimbing mereka menuju kepribadian mukmin yang ideal. Berikut beberapa rincian hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh para pendidik dalam pengajaran dan proses pembentukan kepribadian anak didik.
Kata Kunci : kemadirian, kepribadian, pendidikan anak
I. PENDAHULUAN
Orang
tua
merupakan
kunci
utama
keberhasilan bagi anak. Orang tualah yang pertama
kali dipahami oleh anak sebagai sosok yang memiliki
kemampuan luar biasa di luar dirinya (Rahman,
HS.,2005:95). Dari situlah orang tua mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mendampingi
perkembangan anak baik secara mental maupun
fisiknya untuk menumbuhkan insan yang mandiri.
Pada masa-masa pertumbuhan anak sangat
membutuhkan sekali perhatian orang tua terutama ibu
yang secara psikologis lebih dekat karena yang
melahirkannya. Untuk itu biasanya sang ibu lebih
mengerti keinginan anak dibanding ayahnya. Anak
yang sudah terbiasa dengan orang tua (ibu) yang
selalu
memberikan
perhatian
penuh,
dapat
mendendam pada ibunya yang sangat memperhatikan
adiknya yang baru lahir, dan mungkin akan
mengungkapkan kemarahan dan kecemburuannya
dengan meluapkan emosinya berulang kali dan kuat
(Hurlock,1978:213). Dari kedekatan inilah seorang
ibu dituntut mengarahkan anak pada lingkungannya
dengan harapan agar anak tersebut bisa beradaptasi
dengan lingkungannya.
Transfer of knowledge dari orang diharapkan
agar anaknya di masa yang akan datang lebih baik dari
kedua orang tuanya, untuk itu mendidik anak
merupakan tanggung jawab yang berat, karena usia
tersebut merupakan masa kritis bagi perkembangan
kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi
motorik, kreativitas dan terpenting lagi sikap positif
terhadap kehidupan. Sehingga orang tua harus
menjadi guru sekaligus pembimbing yang penuh kasih
sayang
bagi
anak-anak
(Sylvia
Rimm,2003:Pendahuluan). Orang tua harus mampu
menciptakan suasana masa kecil yang menyenangkan
bagi anak, dan senantiasa mendorong anak untuk
menjadi orang yang suka belajar disepanjang
hidupnya. Disinilah orang tua dituntut untuk dapat
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-36
melatih kemandirian anak dalam segala hal,
khususnya dalam hal belajar, bermain, makan minum
merupakan membentuk sikap selalu dapat menjaga
kebersihan dirinya dalam lingkungan keluarga
maupun lingkungan dalam sekolahnya.
Untuk membantu mewujudkan cita-cita orang
tua agar anaknya di masa yang akan datang lebih
baik, maka orang tua menyekolahkannya di lembaga
pendidikan untuk usia anaknya yaitu PAUD atau biasa
disebut TK. Pada hakekatnya pendidikan anak pra
sekolah yaitu sebagai pusat pengembangan
kepribadian anak, dengan memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya
secara optimal, juga memberikan bimbingan agar anak
memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat (Sylvia Rimm,2003:4).
Hal di atas sangat membantu orang tua
terutama sang ibu, karena seperti era sekarang ini
banyak ibu yang tidak sempat secara penuh mengasuh
anaknya dikarenakan pekerjaan yang menderanya
dalam kata lain waktu habis untuk bekerja. Untuk itu
dalam kondisi orang tua seperti inilah,
maka
pengembangan kemandirian anak dilakukan dengan
cara mengikutsertakan anak pada lembaga pendidikan
anak, agar anak tersebut mampu bersosialisasi dengan
teman-teman sebayanya.
Dengan memasukkan anak di TK diharapkan
kepribadian dan bakat-bakatnya dapat berkembang
secara baik dan optimal, sehingga akan terhindar dari
pengaruh negatif lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak pada
masa selanjutnya. Maka, peran orang tua sebagai
pendidik beralih pada guru yang ada di TK tersebut.
Dengan demikian peran guru sebagai pengganti orang
tua harus betul-betul menjiwai dan memahami
karakter anak yang beragam latar belakang
keluarganya. Disamping itu komunikasi antara orang
tua dan guru perlu terjalin dengan baik agar
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
sinergisitas pembinaan dapat terjaga dengan baik.
Adanya saling kontrol bersama akan perkembangan
anak baik dari guru ke orang tua dan juga sebaliknya,
progress report ini sangat penting untuk memantau
perkembangan anak.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak,
memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan sejarah perkembangan anak selanjutnya.
Oleh sebab itu, pendidikan anak merupakan pondasi
bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan
pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan fisik serta mental yang
akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar,
etos kerja dan produktifitas (Sylvia Rimm,2003:5).
Sehingga anak akan lebih mampu untuk mandiri
dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Guru di TK ABA Pendekan Galur menyadari
bahwa kerjasama dengan orang tua merupakan suatu
hal yang sangat penting selain untuk memperkuat
hubungan dan kepercayaan masyarakat, selain itu juga
untuk saling mengetahui akan perkembangan anak
yang dititipkan orang tua pada lembaganya. Para guru
menyadari bahwa hakekat pendidikan anak juga
merupakan pusat kesejahteraan anak (child welfare
centre). Maksudnya taman kanak-kanak memberikan
pembinaan kesejahteraan yang diperlukan anak dalam
masa mudanya untuk mencegah timbulnya akibat
yang negatif di kemudian hari (Sylvia Rimm,2003:5).
Bentuk kerjasama yang biasa mereka lakukan
adalah dengan adanya kartu kontrol anak yang
dilakukan tiap hari, adanya pertemuan-pertemuan
dengan orang tua anak, melibatkan orang tua dalam
memberikan masukan-masukan terhadap kebijakan
lembaga pendidikan.
Dalam penulisan proposal skripsi ini yang
menjadi obyek penelitian adalah kerjasamanya antara
orang tua dan guru dalam peranannya meningkatkan
kemandirian anak di TK ABA Pendekan Galur.
Dimana orang tua mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan memberikan pola
kemandirian terhadap anak-anaknya dengan cara
memberikan
bimbingan,
pengarahan
maupun
memberikan contoh keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Peranan Orang Tua dalam Kemandirian Anak
Pada dasarnya tugas orang tua terhadap
anaknya adalah memberikan kebutuhan hidup
termasuk pendidikan yang layak bagi anaknya sesuai
dengan kemampuan orang tua tersebut. Untuk itu
peranan orang tua sangat besar dalam kemandirian
anak. Peranan orang tua dalam kemandirian anak
meliputi pembinaan jasmani dan rohani.
2.2 Peran Guru dalam Kemandirian Anak
Berdasarkan keadaan manusia baik secara
psikologi maupun kepribadiannya, maka sebagai
seorang pendidik ada baiknya perlu memperhatikan
keadaan psikis masing-masing anak didik dan selalu
berusaha mengarahkan dan membimbing mereka
menuju kepribadian mukmin yang ideal. Berikut
beberapa rincian hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
para pendidik dalam pengajaran dan proses
pembentukan kepribadian anak didik. Fungsi guru
dalam mendidik adalah:
a. Untuk membangkitan dorongan cinta dan
memiliki siswa terhadap suatu materi/ pelajaran,
ada baiknya diberikan pengantar cerita
(appersepsi).
b. Sebagai pendidik harus menyadari dan bijak
dalam menyikapi kepribadian masing-masing
anak yang berbeda.
c. Sebagai pendidik diharapkan memiliki perhatian
yang baik dan optimal terhadap materi maupun
peserta didik.
d. Terhadap setiap murid harus bersikap adil dan
obyektif.
e. Mengubah tingkah laku seseorang diperlukan
tahapan-tahapan, tidak langsung sekaligus.
f.
Memberikan keteladanan yang baik sebagaimana
kepribadian seorang mukmin
g. Konflik yang terjadi harus diselesaikan dengan
mencari
latar
belakang
dan
berusaha
menyerasikan kedua pihak.
h. Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu
murid dalam usaha mengendalikan dan
menguasai emosi-emosinya.
i.
Menyampaikan pelajaran dengan pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM)
j.
Harus jeli melihat kelebihan/potensi setiap anak
didik dan selalu memberi motivasi.
k. Disamping mengembangkan intelektual anak
didik,
pendidik
terutama
juga
harus
mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual
mereka, dalam makalah Anis (2008).
2.3 Kerjasama antara Orang Tua dan Guru
Kerjasama merupakan sebuah kegiatan
yang harus dilakukan oleh lebih dari dua pihak secara
bersama-sama (Badudu, 1994:678), dalam hal ini
adalah kerjasama antara orang tua dengan guru dalam
meningkatkan kemandirian anak di TK ABA
Pendekan Galur.
Bentuk-bentuk kerjasama antara orang tua
dan guru (pihak sekolah) adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada
hari penerimaan siswa baru. Hal ini digunakan
bukan hanya sekedar untuk mengisi formulir
pendaftaran akan tetapi diisi juga dengan
pembelajaran yang terjadi disekolah dan juga
menanyakan tentang kondisi anak sebagai calon
anak didik agar ada kesepahaman dalam
penanganannya.
b. Mengadakan surat menyurat, agar saling
mengetahui perkembangan anak.
c. Adanya daftar nilai atau raport untuk melihat hasil
dari pendidikan itu sendiri, sehingga ada saling
koreksi dalam penanganan anak agar saling
mendorong untuk meningkatkan prestasinya.
d. Kunjungan guru ke rumah orang tua siswa atau
sebaliknya kunjungan orang tua ke sekolah. Hal ini
untuk membicarakan kesulitan-kesulitan yang
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-37
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
dialami baik oleh guru maupun sebaliknya dalam
menangani anak, baik yang terjadi disekolah oleh
guru dan di rumah oleh orang tua.
e. mengadakan kumpulan orang tua siswa (komite
sekolah) untuk menjebatani hubungan keduanya
(Ngalim, 1998: 128-129).
Apabila kerjasama ini berjalan dengan baik
maka perkembangan kemandirian anak akan berjalan
sesuai dengan hal-hal yang telah ditentukan.
III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa metode agar mendapatkan hasil
penelitian yang valid. Sehingga dalam
pelaksanaannya akan lebih memudahkan dalam
memperoleh data-data seperti yang dikehendaki
penulis. Metode-metode tersebut adalah :
1. Metode Penentuan Subyek
Subjek penelitian ini adalah seluruh
orang tua siswa yang berjumlah 20 orang
beserta 3 orang guru dan kepala TK ABA
Pendekan Galur. Menurut Sutrisno Hadi,
apabila populasi kurang dari 100, maka lebih
baik
melakukan
penelitian
populasi
(Sutrisno,1989:75).
Dengan
demikian
penelitian ini adalah penelitian populasi.
2. Metode Pengumpulan Data
Adapun dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa metode untuk
mengumpulkan data, antara lain:
a. Metode Interview/Wawancara
Metode interview adalah “sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari
terwawancara untuk menilai keadaan
seseorang” (Suharsimi,2006:55) yaitu
informasi yang obyektif, maka penulis
menetapkan person yang menjadi
sasaran interview yaitu kepala sekolah,
guru, orang tua dan siswa yang menjadi
objek penelitian. Untuk mendapatkan
data mengenai keadaan TK termasuk
sarana dan prasarananya.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata
“dokumen yang artinya barang-barang
tertulis.” (Suharsimi, 2006:158) Di
dalam
melaksankana
metode
dokumentasi
peneliti
menyelidiki
benda-benda tertulis sepeti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya (Suharsimi, 2006:112). Maka
penulis mengumpulkan data dengan
jalan mencari dokumen atau catatan
mengenai data yang ada hubungannya
dengan masalah penelitian ini. Dokumen
yang penulis maksud ialah data
perkembangan anak, data kunjungan
orang tua dan konsultasi orang tua dalam
perkembangan anaknya.
c. Metode Angket
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-38
“Jika
wawancara
dilakukan
dengan komunikasi secara lisan, maka
dalam angket komukasi tersebut
dilakukan secara tertulis. Data yang akan
dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan secara tertulis, dan responden
menjawab secara tertulis pula,” dalam
Suharsimi(2006:255).
Metode angket ini oleh penulis
digunakan untuk memperoleh data
tentang peranan orang tua dan pengasuh
dalam
rangka
meningkatkan
kemandirian anak.
3. Metode Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dengan
berbagai metode, maka agar data tersebut
bisa berarti dalam penulisan ini perlu adanya
analisa data. Analisa data adalah usaha yang
konkrit untuk membuat data itu berbicara,
sebab betapapun besarnya jumlah dan
tingginya nilai data yang terkumpul, apabila
tidak disusun dalam satu organisasi dan
diolah menurut sistematika yang baik,
niscaya data itu tetap merupakan bahanbahan yang membisu (Diam Seribu
Bahasa)dalam Suharsimi (2006:109).
Dalam menganalisa data ini, penulis
menggunakan metode kuantitatif. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan data yang
bersifat kuantitatif yang dianalisa dengan
hitungan statistik sederhana dengan cara
mendistribusikan angka mutlak kedalam
bentuk table-tabel dan angka prosentase, hal
ini digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari hasil angket yang diberikan
kepada orang tua dan pengasuh. Rumus yang
digunakan adalah:
P=
f
x100%
N
Dimana :
P : Angka presentasi yang dicari
f : Fekuensi dari masing-masing skor
N : Jumlah siswa keseluruhan
IV. PEMBAHASAN
1. Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam
Kemandirian Anak TK
Dalam
penelitian
ini
peneliti
memfokuskan diri pada peran yang dilakukan
orang tua dan guru dalam membangun
kemandirian anak (siswa) pada semester gasal
tahun pelajaran 2013/2014 dengan sistem
pengambilan sempel, penulis mengacu kepada
pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: Apabila
subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik
jumlah populasi tersebut diambil semuanya
sehingga menjadi penelitian populasi, namun
apabila jumlah sumbernya besar atau lebih dari
seratus orang dapat diambil antara 10 s.d.15 %
atau 20 s.d. 25 % atau lebih." (Suharsimi A.,
2006:99). Berdasarkan pendapat di atas, maka
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
penulis mengambil seluruh populasi yang ada
yaitu 24 orang dengan rincian 20 orang tua
siswa, 3 guru dan 1 kepala TK.
Untuk itu kerjasama yang dibangun oleh
kedua belah pihak yaitu orang tua dan guru
adalah:
a. Adanya
kontrol
bersama
terhadap
perkembangan siswa, sesuai dengan koridor
tanggung jawabnya menggunakan kartu
perkembangan harian.
b. Adanya komunikasi yang intensif, yang
dilakukan oleh pihak sekolah diantaranya
dengan melakukan:
1) Mengirim ucapan selamat bergabung
dengan sekolah dan Komite Sekolah, bagi
orang tua siswa baru, setelah perlu
dilakukan perkenalan dan orientasi
singkat agar orang tua mengetahui
sekolah dengan aktivitasnya.
2) Mengirim berita perkembangan sekolah
secara periodik, sehingga orang tua dapat
mengetahui perkembangan terakhir.
3) Membagikan daftar personal sekolah
secara lengkap, termasuk alamat dan
tugas-tugas pokok mereka, sehingga
orang tua dapat menghubungi.
4) Mengundang orang tua jika anaknya
berprestasi dan juga mengundang apabila
perkembangan anaknya kurang baik.
5) Melakukan kunjungan
rumah bila
diperlukan.
a) Melibatkan
orang
tua
sebagai
sponsor/panitia kegiatan di sekolah.
b) Memberi peran orang tua untuk
mengambil
keputusan,
sehingga
merasa
bertanggungjawab
untuk
melaksanakannya.
c) Mendorong
pengasuh
untuk
melibatkan
orang
tua
dalam
menunjang
keberhasilan belajar
siswa.
c. Memberikan dorongan terhadap orang tua
untuk terlibat pada kegiatan di sekolah:
1) Melakukan identifikasi kebutuhan sekolah
dan bagaimana orang tua dapat membantu
pada kegiatan tersebut. Libatkan guru,
staf dan komite dalam identifikasi
tersebut. Menyusun uraian tugas untuk
posisi-posisi yang mungkin dapat dibantu
oleh orang tua sebagai relawan. Upayakan
tugas tersebut tidak terikat oleh jadwal
waktu yang ketat.
2) Bantu pengasuh untuk menyusun program
relawan yang terkait dengan tugasnya.
3) Informasikan secara luas program relawan
tersebut, lengkap dengan diskripsi tugas
untuk setiap tugas/posisi.
4) Undang orang tua yang bersedia menjadi
relawan.
5) Berikan penghargaan bagi orang tua yang
telah melaksanakan tugas sebagai
relawan.
d. Disamping itu juga komunikasi insidental
baik oleh orang tua terhadap pengasuh
ataupun sebaliknya pengasuh terhadap orang
tua. Apabila ada perkembangan atau kondisi
anak yang harus segera ditangani.
2. Hasil Kerjasama antara Orang Tua dan
Guru dalam Kamandirian Anak TK.
Hal yang paling utama mewujudkan
keberhasilan sebuah pendidikan adalah adanya
kerjasama yang selaras dan sejalan diantara
kedua belah pihak apalagi kalau kita cermati
kedua unsur tadi saling membutuhkan dan saling
keterkaitan. Peran orang tua dan TK sebagai
lembaga pendidikan, haruslah mengayomi
kebutuhan dari harapan orang tua disamping
disuaikan dengan standar yang telah diberikan
oleh Dinas Pendidikan.
Berbicara masalah kemandirian anak,
yang terbayang oleh semua kalang adalah anak
tersebut biasa mandiri akan tetapi bukan mandiri
seperti halnya orang dewasa. Mandiri yang
dimaksud adalah mandiri di usianya, yaitu
mereka biasa makan sendiri tanpa harus dibantu
oleh orang lain dengan disuapi atau sejenisnya.
Begitu jugadalam si anak berani mengungkapkan
perasaan ingin buang air, hal ini akan membantu
mereka bisa lebih memahami akan kebutuhan
dirinya untuk buang air. Sepele, orang tua jangan
terlalu sering mamakaikan pempers pada anak
usia di atas 2 tahun, karena akan mengurangi
keberanian dia untuk mengungkapkan keinginan
untuk buang air, hal ini terjadi karena si anak
merasa nyaman, tidak kerepotan pipis.
Untuk mengetahui kondisi kemandirian
siswa TK ABA Pendekan penulis memberikan
angket yang terdiri dari 20 item pernyataan yang
berisikan tentang; kebiasaan siswa, kedisiplinan
siswa baik di rumah maupun di sekolah, ketaatan
melaksanakan perintah baik dari orang tua atau
guru dan kemandirian siswa dalam kegiatan
pribadi seperti; makan, minum, buang air
berpakaian. Pertanyaan tersebut penulis ajukan
terhadap orang tua dan guru. Dengan sistem
pertanyaan positif dan menuntut untuk mengisi
salah satu jawaban dengan memilih salah satu
dari tiga alternatif jawaban yaitu: ‘ya, kadangkadang dan tidak’ yang masing-masing
mempunyai bobot nilai yang sama
Dari hasil analisis terhadap angket di
atas dapat kita lihat yang dilakukan orang tua dan
guru terhadap anak, angket tersebut dapat
dikategorikan ke dalam dua unsur, yaitu;
Pertama, unsur anak/ siswa sebagai obyek
perkembangan itu sendiri, dan Kedua, unsur
pendamping dalam hal ini orang tua dan siswa
dua unsur ini yang tidak bisa dipisahkan karena
saling berkaitan.
1. Unsur Anak/Siswa
Anak/siswa merupakan unsur yang utama
dalam penelitian, anak/siswa
menjadi fokus
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-39
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
pembahasan akan tetapi orang tua dan guru menjadi
sumber dalam penggalian informasi dalam penelitian
ini. Untuk itu angket sepenuhnya ditujukan kepada
orang tua dan guru yang mempunyai peran dalam
pendampingan dan sekaligus yang memantau
perkembangan
anak/siswa.
Pemantauan
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
perkembanganperkembangan pribadi anak/siswa melalui aktivitas
sehari-harinya, yaitu:
a. Aktivitas Pribadi
Yang dimaksud dengan aktivitas pribadi
adalah perkembangan anak/siswa yang berkaitan
dengan kegiatan pokok seperti; makan, minum,
kencing, buang air besar, berpakaian dan
sejenisnya yang berkaitan dengan aktivitas dan
kebutuhan seorang anak (wawancara dengan
kepala TK, 2013).
1) Yang sudah mampu melayani dirinya
adalah
25+12,5+62,5+25
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 31,25 % x jumlah siswa (20),
31,25
maka hasilnya
x 20 = 6,25 dibulatkan
100
6 anak/ siswa.
2) Anak yang kadang-kadang melakukan
adalah
45,8+29,2+20,8+33,3
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 32,275 % x jumlah siswa (20),
32,275
maka hasilnya
x 20 = 6,5 dibulatkan 7
100
anak/ siswa.
3) Anak yang katagori belum mandiri
melakukan aktivitas pribadi adalah
29,2+58,3+16,7+41,7
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 36,475 % x jumlah siswa (20),
36,475
maka hasilnya
x 20 = 7,29 dibulatkan
100
7 anak/ siswa.
Dilihat dari aktivitas pribadi anak/siswa
masih harus ditingkatkan dikarenakan masih
kurang dari 40%. Pendekatan orang tua dan guru
harus lebih memahami karakter dari masingmasing anak agar dapat menemukan metode yang
tepat untuk mengarahkan dan memberikan
pendidikan terhadap anak/ siswa tersebut.
b. Pergaulan (Bermain)
Pergaulan yang dimaksud adalah interaksi
anak/siswa terhadap teman-teman seusianya
terutama dengan teman satu sekolahan. Hal ini
dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan
sesama teman sudah bejalan dengan baik dan
bagaimana dia memposisikan dirinya di hadapan
teman-temannya dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kemandirian dia (anak/siswa) hasil
wawancara dengan kepala TK (2013).
1) Anak/siswa sudah mampu besosialisasi dengan
lingkungan sendiri adalah:
25+83,3+50+41,7+87,5
R(p)=
x 100%
5
Rata-rata = 57,5 % x jumlah siswa (20),
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-40
57,5
maka hasilnya
x 20 = 11,5 dibulatkan 12
100
anak/ siswa.
2) Anak/siswa yang kadang-kadang melakukan
besosialisasi dengan lingkungan sendiri adalah:
33,3+16,7+29,2+37,5+12,5
R(p)=
x 100%
5
Rata-rata = 25,84% x jumlah siswa (20),
25,84
maka hasilnya
x 20 = 5,2 dibulatkan 5
100
anak/ siswa.
3) Anak/siswa yang kategori belum mandiri
melakukan besosialisasi dengan lingkungan
sendiri adalah:
41,7+0+20,8+20,8+0
R(p)=
x 100%
5
Rata-rata = 16,66% x jumlah siswa (20),
16,66
maka hasilnya
x 20 = 3,3 dibulatkan 3
100
anak/ siswa.
c. Pembangkangan (tidak menurut)
Pembangkangan merupakan yang lazim
dilakukan anak/siswa jika disuruh melakukan
suatu perbuatan, mereka merasa malu, bahkan
menagis dan selalu ingin didampingi kemanamana. Kejelian guru dan orang tua untuk bisa
membujuk anak/siswa tersebut agar mau untuk
melakukan tugas atau kegiatan. Hail ini juga
menjadikan patokan untuk melihat kemandirian
anak (wawancara dengan kepala TK, 2013).
Hasil yang didapat adalah 29,2%
anak/siswa masih suka menolak kalau disuruh
melakukan sesuatu, akan tetapi mayoritas kadangkadang sesuai dengan keinginannya dengan kata
lain dia bisa disuruh atau diarahkan sebanyak
54,4% dan sisanya 16,6% sudah bisa diarahkan
sehingga kalau diperintahkan sudah menuruti dan
bisa melaksanakan. Adapun jumlahnya adalah:
1) Yang suka menolak 29,2% x 20 adalah 5,8
dibulatkan menjadi 6 siswa.
2) Kadang-kadang 54,2% x 20 adalah 10,8
dibulatkan menjadi 11 siswa.
Sudah bisa mandiri 16,6% x 20 adalah 3,3
dibulatkan menjadi 3 siswa.
Dapat disimpulkan bahwa anak/siswa yang
suka membangkang/menolak malakukan sesuatu
adalah 6 orang, kadang-kadang 11 orang dan
sisanya sudah mandiri 3 orang
2. Unsur Pendamping (orang tua dan guru)
Sedangkan unsur pendamping (orang tua dan
guru) yang di uraikan dalam pertanyaan dalam angket
yang terbagi ke dalam 3 (tiga) katagori:
a. Pembelajaran
Pembelajaran di TK ABA Pendekan
diarahkan untuk terus mengembangkan potensi
intelektual dan spiritual anak didiknya. Metode
pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan
kondisi anak/siswa agar tidak terasa membosankan
yang dibantu dengan media pembelajaran untuk
menambah semangat dan motivasi anak dalam
belajar. Selainitu juga dibutuhkan kerja sama yang
efektif antara guru dan orang tua agar proses
pendidikan dapat berjalan maksimal.
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Berhasil atau gagalnya pembelajaran sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin S.,
2005:63).
1) Orang tua dan pengasuh selalu memberikan
yang terbaik dan terus mendampingi
anak/siswanya sesuai dengan karakter yang
dimiliki seorang anak, hasilnya adalah:
75+70,8+33,3+29,2
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 51,925 x jumlah orang tua dan guru
51,925
(24), maka hasilnya
x 24 = 12,46
100
dibulatkan 12 orang.
2) Orang tua dan guru yang kadang-kadang
melakuan pendampingan terhadap anaknya
lewat proses pembelajaran yang sesuai dengan
karakter yang dimiliki seorang anak, hasil yang
diperoleh:
25+29,2+41,7+45,8
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 35,425% x jumlah orang tua dan
35,425
guru (24), maka hasilnya
x 24 = 8,5
100
dibulatkan menjadi 9 orang.
3) Orang tua dan guru tidak melakukan
pendampingan terhadap anak/gurunya sesuai
dengan karakter yang dimiliki seorang anak,
dapat dilihat di bawah ini:
0+0+25+25
R(p)=
x 100%
4
Rata-rata = 12,5% x jumlah orang tua dan guru
12,5
(24),maka hasilnya
x 24 = 3 orang
100
b. Motivasi
Agar anak/siswa mempunyai kemandirian yang
kuat maka, peran orang tua dan guru sangatlah
penting. Kemandirian akan cepat muncul apabila ada
dorongan dari pihak luar. Dorongan berupa bimbingan
inilah yang diharapkan agar anak mampu melayani
kebutuhan hidupnya secara mandiri sesuai dengan
usianya.
1) Motivasi selalu dilakukan agar anak/siswa
dapat mandiri sesuai dengan harapannya.
41,7+20,8+50
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 37,5% x jumlah orang tua dan
37,5
siswa (24), maka hasilnya
x 24 = 9 orang
100
2) Kadang-kadang dilakukan motivasi terhadap
anak/siswa. Hal ini dilakukan pada saat-saat
tertentu saja apabila anak sudah tidak bisa
diarahkan.
33,3+54,2+41,7
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 43,07% x jumlah orang tua dan
43,07
guru (24), maka hasilnya
x 24 = 10,33
100
dibulatkan 10 orang
3) Tidak pernah melakukan motivasi, mereka
beranggapan anak/siswa akan berkembang
sendirinya. Mereka hanya mengikuti keinginan
anak/siswa tersebut.
25+25+8,3
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 19,43% x jumlah orang tua dan
19,43
guru (24), maka hasilnya
x 24 = 4,6
100
dibulatkan 5 orang
c. Hukuman
Hukuman pada dasarnya boleh-boleh saja,
asalkan sifatnya mendidik. Sehingga anak dapat
mengetahui kesalahannya dan tidak mau mengulangi
lagi perbuatan tersebut. Dengan demikian sebaiknya
hukuman tidak berbentuk fisik akan tetapi
pembelajaran. Banyak oknum orang tua bahkan guru
yang mengambil jalan pintas, karena saking
jengkelnya akhirnya menggunakan hukuman fisik.
Sehingga \gangguan dari mulai rasa minder, penakut
sampai pada trauma. Hal ini yang tidak diharapkan
terjadi dalam dunia pendidikan kita.
1) Orang tua dan guru hanya pernah memarahi
saja dan menjewer kuping itupun kalau
terpaksa karena kesal
12,5+8,3+0
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 6,93% x jumlah orang tua dan guru
6,93
(24), maka hasilnya
x 24 = 1,67 dibulatkan
100
2 orang
2) Kadang-kadang melakukan marah dan
menjewer anak/siswa.
33,3+16,7+0
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 16,67% x jumlah orang tua dan
16,67
guru (24), maka hasilnya
x 24 = 4 orang
100
3) Tidak pernah melakukan tindakan kekerasan
terhadap anak/siswa.
54,2+75+100
R(p)=
x 100%
3
Rata-rata = 76,4% x jumlah orang tua dan guru
76,4
(24), maka hasilnya
x 24 = 18,3 dibulatkan
100
18 orang
V. KESIMPULAN
Untuk itu kerjasama yang dibangun oleh kedua
belah pihak yaitu orang tua dan guru adalah:
1. Kerjasama antara orang tua dan guru dalam
melaksanakan pembinaan kemandirian terhadap
anak melalui kartu pemantauan yang dibuat oleh
pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan
anak, baik di sekolah maupun di rumah.
2. Hasil kerjasama antara orang tua dan guru dalam
menumbuhkan mandiri terhadap anak tersebut
adalah:
a. Dilihat dari aspek aktivitas pribadi, mayoritas
anak belum bisa mandiri.
b. Dilihat dari sisi pergaulan, mayoritas anak
sudah mampu bergaul dengan baik.
c. Diluhat dari sisi pembengkangan apabila
disuruh, mayoritas anak dapat disuruh (tidak
membangkang).
d. Dilihat dari sisi pendampingan yang dilakukan
orang tua dan pengasuh, mayoritas mereka
sudah mengasuh.
e. Dilihat dari sisi memotivasi anak, mayoritas
orang tua dan pengasuh suka memberikan
motivasi kepada anaknya.
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-41
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
f. Dilihat dari sisi hukuman apabila anak
membandel, mayoritas orang tua dan pengasuh
tidak pernah memberikan hukuman fisik pada
anaknya.
Agar dalam kerjasama antara orang tua dan guru
dapat memberikan motivasi agar anak dapat mandiri,
maka diharapkan agar:
1. Dari hasil penelitian yang didapatkan kerjasama
orang tua dan guru sudah menujukan adanya
lembaran pemantauan untuk anak dan melibatakan
orang tua dalam kegiatan di sekolah. Lembaran
pemantauan tersebut harus menjadikan acauan
bagi pertumbuhan dasar intelektual anak, tidak
hanya sekedar bentuk laporan bagi orang tua
ataupun sebaliknya.
2. Kerjasama orang tua dan guru harus terjalin
dengan baik agar anak betul-betul menjadi anak
yang mandiri sehingga dalam memberikan
bimbingan
tersebut
jangan
sekali-kali
menggunakan hukuman kekerasan terhadap anak
apabila
anak tersebut melakukan kesalahan.
Karena kekerasan akan menghambat pertumbuhan
psikis anak.
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi, (2002), Prosedur penelitian
Suatu pendekatan praktek, edisi revisi V, Jakarta,
Rineka Cipta
Aswar, Syaifuddin, (1999), Metode
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999.
Penelitian,
Fuad Nashori dan Rahmi Diana Mucharam, (2002),
Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif
Psikologi Islam, Yogyakarta, Menara Kudus.
Hadi, Sutrisno, (1989), Metodologi Reseach II,
Yogyakarta, Andi Offset.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:
Raja Grafindo, 2006.
Prasetyono, (2008), Metode Membuat Anak Cerdas
Sejak Dini, Yogyakarta, Garailmu.
Purwanto, Ngalim, (1988), Psikologi Pendidikan,
Bandung, Ramaja Rosdakarya.
Rimm, Sylvia, (2003), Mendidik dan Menerapkan
Disiplin pada Anak Pra Sekolah, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Salam, Suroso Adb., (2006), Membina Keluarga dan
Pendidikan Anak, Jakarta, Darul Haq.
Sofyan Sori N, (2006), Kesalehan Anak Terdidik,
Menurut al-Qur’an dan Hadist Yogyakarta,
Fajar Pustaka.
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-42
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013
ISBN: 978-602-61268-3-2
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. 43
Download