6 II. TINJAUAN PUSTAKA i 2.1. Minyak Sawit Merah Proses pengolahan minyak sawit menjadi bahan baku minyak makan memiUki beberapa tahapan pemurnian, yaitu proses degumming, deasidifikasi, pemucatan, deodorisasi, dan fraksinasi. Dalam proses ini komponen berupa senyawa fosfatida (gum), asam-asam lemak bebas, produk-produk oksidasi, logam, komponen-komponen bau, termasuk warna dihilangkan atau dikurangi untuk mendapatkan minyak yang jernih, tidak berbau, berwarna keemasan, serta bersifat stabil. Dalam proses pengolahan selama ini, komponen mikronutrien seperti pigmen karotenoid sengaja dihilangkan sehingga untuk mendapatkan minyak sawit merah dengan kadar karoten yang tinggi diperlukan suatu modifikasi proses pemumian misalnya dengan menghilangkan tahap pemucatan (bleaching). Saat ini Malaysia berhasil memproduksi RPOn (Red Palm Olein, RPOn) kaya karoten dengan merek dagang Carotino yang dikembangkan PORIM (Palm Oil Research Institute of Malaysia) dengan mengadopsi teknologi distilasi molekuler (Ooi et al, 1996; Bonnie dan Choo 2000). Minyak sawit Carotino yang digunakan pada penelitian ini. Mayamol et al, (2007), telah memberikan altematif teknologi untuk memproduksi olein sawit merah kaya mikronutrien {Red Palm Olein, RPOn) pada skala pilot plant dan berhasil mempertahankan lebih dari 80% karoten dalam proses pemumiannya. Proses yang dikembangkan ini telah diadopsi oleh industri untuk menghasilkan RPOn secara komersial di India. Minyak sawit merah adalah minyak sawit yang diperoleh tanpa melalui proses pemucatan {bleaching) dengan tujuan mempertahankan kandungan karotenoidnya. Bahan baku minyak sawit merah adalah minyak sawit mentah yang diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit melalui proses ekstraksi (Widarta, 2007). Minyak sawit merah merupakan hasil olahan bahan nabati dari minyak sawit mentah (CPO) dengan tujuan untuk mempertahankan kandungan karotenoid, terutama beta karoten yang memiliki aktivitas provitamin A yang sangat tinggi. Kandungan beta karoten pada minyak sawit merah adalah 316,94 ^g/g. Minyak sawdt 7 merah juga merupakan sumber vitamin E. Vitamin E mengandung tokotrienal dan alfa tokoferol yang terbukti mampu memperlambat proses penuaan (Song, 2006). Red Palm Oil (RPO) atau bisa disebut juga minyak sawit merah adalah minyak fraksi olein yang merupakan hasil fraksinasi minyak kelapa sawit dan aman untuk dikonsumsi oleh manusia serta tidak menyebabkan hipervitaminosis A (Benade, 2003). RPO berwama kuning sampai jingga. Minyak kelapa sawit yang disimpan di tempat dingin pada suhu 5°-7°C dapat terpisah menjadi dua bagian (fraksi), yaitu fraksi cair yang disebut olein dan fraksi padat yang disebut stearin. Secara keseluruhan, proses pemurnian minyak sawit dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD {Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan (Wulandari, 2006). Minyak sawit merah diperoleh dari buah kelapa sawit. Wama merah pada minyak sawit merah diakibatkan oleh kandungan senyawa yang ada juga pada tomat, yaitu karotenoid. Minyak sawit merah mempunyai beberapa kandungan zat gizi yaitu: beta karoten, alfa karoten, vitamin E (tokotrienol), likopen, dan karotenoid lainnya (Anonymous, 2007). RPO merupakan sumber provitamin A terbesar (karotenoid) dari tanaman dan yang aman untuk dikonsumsi secara langsung. RPO sudah digunakan di berbagai negara untuk mengatasi masalah defisiensi vitamin A terutama golongan wanita dan anak-anak (Zeba et al., 2006). Apabila ditinjau dari segi historik, minyak sawit merah bukanlah hal yang bam. Minyak sawit merah telah menjadi bagian dari masyarakat tradisional setidaknya sejak 5000 tahun silam, dipercaya sebagai makanan bemutrisi tinggi dan obat mujarab. Saat ini manfaat dari minyak sawit merah sudah mulai diakui para ahli kesehatan untuk mencegah malnutrisi dan defisiensi vitamin A (Qureshi 1995 dan Tan 1991 dalam Arghainc, 2008). Beta karoten merupakan senyawa organik yang tidak lamt dalam air dan pelamt organik yang bersifat polar seperti metanol dan etanol. Beta karoten masuk dalam golongan pigmen karotenoid yang mempunyai aktifitas biologis sebagai provitamin A. Beta karoten merupakan provitamin A yang paling potensial, beta karoten ekuivalen dengan 2 buah molekul vitamin A (Andarwulan, 1989 dalam Novianto, 2010). Pemecahan terjadi temtama di dalam usus halus pada saat penyerapannya (Linder, 1999). Sumber-sumber beta karoten umunya terdapat pada 8 produk nabati. Sayuran serta buah-buahan yang berwama hijau, kuning dan merah merupakan syarat adanya kandungan beta karoten. "^^ * ' Beberapa minyak nabati juga mempunyai kandungan beta karoten yang tinggi, temtama minyak kelapa sawit. Beta karoten mempakan senyawa organik yang tidak stabil, tetapi cendemng lebih stabil bila dibandingkan dalam bentuk vitamin A nya. Hal ini dikarenakan kondisi beta karoten di alam yang berikatan dengan senyawa Iain membentuk dispersi koloid dalam lemak atau membentuk kompleks dengan protein sehingga lebih terjaga dari oksigen. Beta karoten mudah msak dalam kondisi terkena cahaya, suhu tinggi, dan akan lebih banyak lagi kemsakannya bila terdapat oksigen (Andarwulan. 1989 dalam Novianto, 2010). Aspek penting kualitas minyak kasar yang harus dipertimbangkan akan mempengamhi proses pemurnian. Sifat kimia dan fisik dari CPO secara menyelumh telah ditentukan dari beberapa survei dan data telah digabungkan dalam standar Tabel 1 (Swoboda, 1985 dalam Novianto, 2010). Beta karoten akan terdenaturasi pada suhu diatas 200°C. Agar tidak terdenaturasi, beta karoten harus disimpan dalam tempat tertutup dan terjaga dari sinar dan disimpan dalam temperatur rendah yaitu -20°C. Beta karoten telah dikembangkan secara komersial sebagai perkusor vitamin A dan pewama kuning dalam makanan. Dalam bidang kesehatan, beta karoten berguna untuk meningkatkan imunitas, dan mengurangi resiko penyakit kanker, penyakit kardiovaskular dan katarak (Astrog, 1997; Bendich, 1994; Burri, 1997; Gaziano dan Hennekens, 1993; Krinsky, 1993; Mayne, 1996; Olson, 1999; Olson dan Krinsky, 1995 dalam Arghainc, 2008). Alfa karoten dan beta karoten mempakan provitamin-A terbanyak yang terkandung dalam karotenoid. Oleh karena itu, minyak sawit merah kaya beta karoten tidak cocok untuk dijadikan minyak goreng melainkan sesuai untuk dijadikan salad oil. Produksi minyak sawit merah secara komersial yang kaya akan karoten, tokols dan sterol telah dikembangkan dalam skala pilot di Malaysia dan India (Arghainc, 2008). 9 Tabel 1. Persyaratan kualitas CPO Parameter Kualitas Lotox Standar SNI*) khusus (SQ grade) Asam Lemak Bebas 2.5 2.5 3.5 0.2 0.2 0.02 0.02 0.5 (sebagai CI6), % maks Kadar air (% maks) Pengotor (%-b), maks Bilangan peroksida (meq 02/kg maks) Bilangan 0.02 „ , 5 - 600 - 700 - - 4 4 5 0.02 0.2 0.2 ., . 3 . , . , Anisidin (maks) 3.5 Karoten (ppm maks) Fe (ppm maks) Cu (ppm maks) - Sumber: Swoboda, 1985fifa/a/wNovianto, 2010. Menurut Song (2006), minyak sawit merah selain mengandung sejumlah besar antioksidan seperti karotenoid dan vitamin E, selain itu juga mengandung bahan kimia seperti fitosterol, coenzym QIO dan lycopene yang meningkatkan daya tahan tubuh dan melindungi tubuh dari perbagai penyakit degenarasi. Minyak sawit merah merupakan salah satu minyak yang mengandung lodium yang berfungsi untuk pertumbuhan fisik dan mental. ^ Anak balita beresiko tinggi mengalami kurang gizi meskipun anak tersebut lahir dengan berat badan yang standar. Seiring dengan bertambahnya umur, sebagian besar anak balita akan mengalami masalah gizi jika kebutuhan zat gizi anak balita tersebut tidak terpenuhi. Masalah gizi pada balita meliputi kurang energi dan protein, kekurangan vitamin A (KVA) dan anemia (Hadi, 2005). Komposisi gizi pada minyak sawit merah berdasarkan produksi CAROTINO SDN BHD, Johor, Malaysia dapat dilihat pada Tabel 2. Rekomendasi untuk vitamin A disediakan dalam Referensi Dietary Intake (DRI) yang dikembangkan oleh 10 Institute of Medicine (lOM). l O M menyatakan bahwa mengkonsumsi 3 mg hingga 6 mg beta karoten setiap hari (setara dengan 833 l U untuk vitamin A 1.667 lU) akan mempertahankan kadar beta karoten dalam kisaran yang terkait dengan rendahnya risiko penyakit kronis (Institute of Medicine, 2001). Kebutixhan tubuh akan vitamin A dinyatakan dalam satuan Intemasional (SI), untuk memudahkan penilaian aktivitas vitamin ini di dalam bahan makanan, agar mencakup performed vitamin A dan provitaminnya. Satu SI vitamin A setara dengan 0,3 fj,g retional atau 0,6 |ig all trans beta karoten atau 1 mg karoten total (campuran) didalam bahan makanan nabati dan 1 RE (Retinol ekuivalen) setara dengan 3,33 SI. Kebutuhan vitamin A menurut daftar RDA {Recommended Dietary Allowances) dapat dilihat pada Tabel 3. Negara-negara yang mengalami masalah gizi, terutama kekurangan vitamin A, penggunaan minyak sawit merah harus lebih diintensifkan. Salah satu tujuannya adalah mencegah kebutaan yang disebabkan kekurangan vitamin A (Hadi, 2005). Tabel 2. Komposisi gizi minyak sawit merah Setiap hidangan Energi 510 kj Per 100 ml 3400 kj Protein Og Og Karbohidrat Og Og 14 g 92 g Mono-takjenuh 8g 53 g Poly-tak jenuh 4g Jenuh 2g 14 g Trans Og Og Kolestrol Og Og Gantian Diet dan Natrium Og Og 1,8 mg ll,7mg Beta Karoten (pro-vitamin A) 0,8 mg 5,3 mg Alpha Karoten (pro-vitamin A) 0,6 mg 4,0 mg Lain-lain karotena 0,4 mg 2,7 mg 8 mg 50,0 mg 0,5 mg 3,3 mg 1 mg 6,7 mg Lemak Karoten Vitamin E semuia jadi (Tocotrienols) Vitamin K Co-enzyme QIO Sumber; CAROTINO SDN BHD. • 25 g Selain dikembangkan sebagai minyak goreng, minyak sawit juga dapat diaplikasikan untuk mensintesis berbagai produk pangan karena kandungan mikronutrien yang tinggi seperti karotenoid (500-700 ppm) dan vitamin E (1000 ppm). Minyak sawit mentah atau CPO dikenal kaya akan mikronutrien, terutama karotenoid (provitamin-A) dan sitosterol. CPO berwama merah-kecoklatan menandakan kandungan karotenoid yang tinggi (Arghainc, 2008). Teknik mikroenkapsulasi minyak sawit merah telah dikembangkan dan digunakan sebagai suplemen provitamin-A yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan (Widarta, 2007). Proses untuk mendapatkan minyak sawit merah dilakukan dengan tiga metode, yaitu: rafmasi konvensional, rafmasi menggunakan kimiawi dipadukan dengan deodorizer destilasi molekuler dan rafmasi kimiawi dipadukan dengan rotary evaporator. Ketiga cara tersebut mampu mempertahankan keberadaan karotenoid dalam minyak (Jatmika dan Guritno, 2007). Tabel 3. RDA vitamin A Kelompok umur Kebutuhan vitamin A Anak: 0-6 bulan 1.333 7-12bulan 1.666 1-3 tahun 1000 4-8 tahun 1.333 9-13 tahun 2.000 Laki-laki: 14-65+ tahun 3.000 Wanita: 14-65 + tahun 2.333 Ibu hamil: Kecil 18 tahun 2.500 19-lebihtua 2.567 Ibu menyusui: 18 tahun atau lebih muda 4.000 19 tahun atau lebih 4.333 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004). 12 2.2. Tepung Terigu Pada proses pengolahan gandum menjadi tepung terigu yang bermutu tinggi sangat diperlukan penggilingan yang baik. Gandum yang diolah menjadi tepung terigu adalah yang berasal dari jenis Triticum vulgare. Kandungan utama tepung terigu adalah karbohidrat berupa pati dimana kadar amilosanya berkisar 25% (Yusmarini dan Pato, 2004). Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari biji gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, roti, dan pasta. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti gandum. Tepung terigu roti mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Proses pengolahan gandum menjadi tepung terigu yang bermutu tinggi memerlukan penggilingan yang baik. Menurut Sutomo (2006), tepung terigu berdasarkan penggunaan dan kandungan proteinnya dapat dibedakan menjadi 6, yaitu: 1. Hard Wheat (Terigu Protein Tinggi) Di pasaran lebih dikenal dengan terigu Cakra Kembar. Tepung ini diperoleh dari gandum keras {hard wheat). Kandungan proteinnya 11-13%. Tingginya protein terkandung menjadikan sifatnya mudah dicampur, difermentasikan, daya scrap aimya tinggi, elastis dan mudah digiling. Karakteristik ini menjadikan tepung terigu hard wheat sangat cocok untuk bahan baku roti, mi dan pasta karena sifatnya elastis dan mudah difermentasikan. 2. Medium Wheat (Terigu Protein Sedang) Jenis terigu medium wheat mengandimg 10-11%). Sebagian orang mengenalnya dengan sebutan all-purpose flour atau tepung serba guna, di pasaran lebih dikenal dengan sebutan tepung Segitiga Bim. Dibuat dari campuran tepung terigu hard wheat dan soft wheat sehingga karakteristiknya diantara kedua jenis tepung tersebut. Tepung ini cocok untuk membuat adonan fermentasi dengan tingkat pengembangan sedang, seperti donat, bakpau, bapel, panada atau aneka cake dan muffin. 13 3. Soft Wheat (Terigu Protein Rendah) Tepung ini dibuat dari gandum lunak dengan kandungan protein gluten 8-9%. Sifatnya, memiHki daya serap air yang rendah sehingga akan menghasilkan adonan yang sukar diuleni, tidak elastis, lengket dan daya pengembangannya rendah. Cocok untuk membuat kue kering, biscuit, pastel dan kue-kue yang tidak memerlukan proses fermentasi. Di pasaran tepung ini lebih dikenal dengan nama terigu Cap Kunci. .- ~ ^ A. Self Raising Flour , .. ^,u. ; >• ^ Jenis tepung terigu yang sudah ditambahkan bahan pengembang dan garam. Penambahan ini menjadikan sifat tepung lebih stabil dan tidak perlu menambahkan pengembang lagi ke dalam adonan. Jika sukar didapat, tambahkan satu sendok teh baking powder ke dalam 1 kg tepung sebagai gantinya. Self raising flour sangat cocok untuk membuat cake, muffin, dan kue kering. 5. Enriched Flour Adalah tepung terigu yang disubstitusi dengan beragam vitamin atau mineral dengan tujuan memperbaiki nilai gizi terkandung. Biasanya harganya relatif lebih mahal dan cocok untuk kue kering dan bolu. 6. Whole Meal Flour Tepung ini biasanya dibuat dari biji gandum utuh termasuk dedak dan lembaganya sehingga warna tepung lebih gelap atau cream. Terigu whole meal sangat cocok untuk makanan kesehatan dan menu diet karena kandungan serat (fiber) dan proteinnya sangat tinggi. Kelebihan tepung terigu dibanding tepung lain adalah karena tepung ini mengandung protein yang disebut gliadin dan glutenin yang dapat membentuk gluten bila diadon atau dicampur dengan air. Protein ini bersifat elastis sehingga berperan dalam menahan gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi atau pengembangan roti (Yusmarini dan Pato, 2004). Pati dari tepung terigu juga akan menyerap air dan membentuk adonan bersama gluten. Gluten dan gelatin adalah dua unsur yang sangat penting dalam pembentukan struktur roti. Tepung terigu yang digunakan untuk pembuatan roti sebaiknya yang kandungan proteinnya minimum 11% (basah kering) atau memiliki gluten basah lebih dari 33% (gluten basah = 3 x persentase tepung terigu) (Chan, 2008). Umumnya produk bakery bahan dasamya adalah tepung terigu. Protein terigu glutenin dan gliadin pada kondisi tertentu misalnya dalam pengadonan bila dicampur dengan air akan dapat membentuk massa yang elastis dan ekstensibel. Fungsi glutenin adalah menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, sedangkan gliadin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten (Wah)aidi, 2003). Kandungan rata-rata zat gizi tepung terigu adalah protein 8,9%, lemak 1,3%, karbohidrat 77,3%), abu 0,06%, dan air 13,25% (Menristek, 2004). Susunan tepung terigu dan peranannya sangat beragam, tergantung pada sifat turunan, kondisi tumbuh serta pemanenan. Nilai gizi makanan yang terbuat dari tepung terigu tergantung pada susunan kimia tepung mumi bahan dasamya. Persentase rata-rata susunan kimia tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi kimia tepung terigu Komposisi Pati Kadar ( % bb) ~ 60,00 - 68,00 Protein (N = 5,7) ' 7,00-18,00 Lemak 1,50-2,00 Serat kasar 2,00-2,50 Kadar air 8,00-18,00 Mineral abu 1,50-2,00 Sumber: Anonim (2009). 2.3. Tepung Sukun Suhardi, dkk., (2002) menyatakan bahwa tanaman sukun berasal dari daerah Guinea Pasifik, yang kemudian berkembang ke Malaysia hingga Indonesia. Tanaman sukun memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun (Artocarpus altilis Park) termasuk dalam Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Klas: Magnoliopsida, Ordo: Urticales, Famili: Moraceae, Genus: Artocarpus, Spesies: A. altilis Park. Menumt Hill (1952) dalam Nasution, dkk., (1982) tanaman sukun mempunyai lebih dari 100 varietas. Selain Artocarpus altilis Park, masih ada lebih dari dua puluh nama ilmiah bagi sukun dan yang paling sering digunakan yaitu Artocarpus communis Forst dan Artocarpus Incisa Liim. 15 Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70%, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik dari pada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah Unsur-unsur Sukun muda Sukun masak Air(g) 87,10 Kalori (kal) 46,00 Protein (g) 2,00 1,30 Lemak (g) 0,70 0,30 Karbohidrat (g) 9,20 28,20 Kalsium (mg) 59,00 21,00 Fosfor (mg) 46,00 59,00 69,10 108,00 Besi (mg) 0,00 0,40 Vitamin B l (mg) 0,12 0,12 Vitamin B2 (mg) 0,06 0,06 21,00 17,00 Abu (g) 1,00 0,90 Serat(g) 2,20 Vitami C (mg) 0,00 Sumber: Considine (1982). Tepung sukun merupakan salah satu produk olahan setengah jadi buah. Bentuk tepung akan menjadikan sukun lebih awet, menghemat biaya transportasi dan penyimpanan, nilai ekonominya lebih tinggi, dan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan aneka produk pangan. Sesuai dengan pendapat Winarno (2000) yang menyatakan bahwa tepung merupakan salah satu bentuk altematif produk setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis. Kandungan karbohidrat, mineral, dan vitamin tepung sukun cukup tinggi. Berdasarkan analisis ternyata sukun memiliki nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan beras dan tepung terigu, antara lain dalam hal kandungan fosfor, kalsium. w vitamin C, dan vitamin B l (Suhardi, dkk., 2002). Adapun perbandingan antara nilai gizi beras, tepung terigu dan tepung sukun tua dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan gizi sukun dibandingkan dengan beras dan tepung terigu Beras Tepung Tepung sukun Kandungan gizi giiing terigu Kalori(kal) 360,00 365,00 302,40 Protein(g) 6,80 8,90 3,60 Lemak(g) 0,70 1,30 0,80 78,90 77,30 78,90 6,00 16,00 58,80 140,00 106,00 165,20 Zat Besi (mg) 0,80 1,20 1,10 Vitamin A (SI) 0,00 0,00 0,00 Vaitamin B-1 0,12 0,12 0,34 Vitamin C (mg) 0,00 0,00 47,60 13,00 12,00 15,00 100,00 100,00 100,00 Karbohidrat(g) >r- Kalsium(mg) Fosfor(mg) ' Air (g) Bagian yang dapat dimakan (%) tua Sumber. Direktorat Gizi Depkes Rl (1981) dalam Suhardi dkk (2002). Tepung sukun biasanya dikembangkan menjadi produk untuk campuran pembuatan kerupuk, kue kering dan snack (misalnya cheese stick, kue lidah kucing, catengel sukun, dan sebagainya). Produk olahan makanan ringan yang dapat dibuat dari bahan tepung sukun sebagai subtitusi dengan tepung lainnya seperti tepung terigu, tepung beras dapat dilihat pada Tabel 7. Menurut Widowati (2003), prosedur pembuatan tepung sangat beragam yang dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pertama bahan pangan yang mudah menjadi coklat apabila dikupas dan kedua bahan pangan yang tidak mudah menjadi coklat. Pada umumnya umbi-umbian dan buah-buahan mudah mengalami pencoklatan setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan pangan tersebut {enzymatic browning). If Tabel 7. Jenis produk olahan dari subtitusi tepung campuran tepung sukun Subtitusi tepung Jenis produk olahan Tepung yang disubtitusi sukun(%) Bolu sukun 100 - Bubur sumsum 60 Tepung beras Cake sukun 100 - Cookies sukun 60 Tepung terigu Kue lapis kukus sukun 100 - Pastel basah tepung sukun 60 Terigu dan Tapioka Fresh role cake 80 Maizena Roti tawar tepung sukun 100 - - Sumber : Pitojo (1992) dalam Suyanti (2008). Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen dan suatu senyawa fenol yang dikatalisis oJeh polyphenol oksidase. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat pada bahan pangan yang akan dibuat tepung dapat dilakukan dengan mencegah sesedikit mungkin kontak antara bahan yang telah dikupas dengan udara yaitu dengan cara merendam dalam air (atau larutan garam 1% dan menginaktifkan enzim dalam proses blansir) (Widowati dan Damardjati, 2001). Nilai gizi tepung sukun ditentukan oleh kadar air antara 12-16%, abu 2,03,8%, protein 2-3,6%), lemak 0,7-1,3%, dan karbohidrat 87-91%). Komposisi gizi buah dan tepung sukun menurut FAO (1972) dalam Suyanti dan Suismono (2008) dapat dilihat pada Tabel 8. 18 Tabel 8. Komposisi zat gizi buah sukun dan tepung sukun per 100 g bahan Buah sukun Buah sukun Tepung sukun Komponen muda tua Energi(kalori) 46,00 108,00 302,40 Air (g) 87,10 69,30 15,00 Protein (g) 2,00 1,30 3,60 Lemak (g) 0,70 0,30 0,80 Karbohidrat (g) 9,20 28,20 78,90 Serat(g) 2,20 0,00 0,00 0,90 2,00 Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) 59,00 . ^ 46,00 ^ . - 21,00 tua 58,80 , , j^^. 165,20 Besi (mg) 0,00 0,40 1,10 Vitamin B (mg) 0,12 0,12 0,34 Viatamin B2 (mg) 0,06 0,01 0,17 Viatamin C (mg) 21,00 17,00 47,60 Sumber : FAO (1972) dalam Suyanti (2008). 2.4. Pembuatan Roti Manis Roti adalah produk makanan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan dengan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), air dan atau tanpa penambahan makanan lain dan dipanggang. Ke dalam adonan dapat ditambahkan gula, garam, susu atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan bahan-bahan pelezat seperti cokelat, keju, kismis dan lain-lain. Adonan roti manis adalah adonan yang dibuat dari formulasi yang banyak menggunakan gula, lemak dan telur (Wahyudi 2003). Roti merupakan salah satu produk pangan fermentasi tertua di dunia. Proses pembuatan roti dibagi menjadi dua bagian utama yaitu pembuatan adonan dan pembakaran (Yusmarini dan Pato, 2004). Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung terigu, air, ragi roti dan garam. Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang menyertai bagian utama dalam pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa dan tekstur yang diinginkan. Bahan pembantu ini terdiri dari shortening, bread improver, susu skim, telur, gula, bahan pengisi dan flavoring. Pemberian antioksidan {asam askorbat, 19 bromat), dan anti kapang seperti kalium propionat dan kalsium pospat ditambahkan untuk memperpanjang keawetan roti (Wahyudi, 2003). Untuk lebih mengenal bahan-bahan tersebut serta mengetahui sifaf-sifat dan fungsinya dalam pembuatan roti dapat dilihat dalam uraian berikut, yaitu: 1. Tepung Terigu Sulitnya mencari substitusi tepung terigu tidak lepas dari kandungan yang dimilikinya. Terigu memiliki protein khusus yaitu gluten sebanyak 80% dari total protein (Utami, 1998 dalam Fatmah, 2005). Sifat-sifat fisik gluten yang ekstensibel dan elastis memungkinkan dapat menahan gas pengembang dan adonan dapat menggelembung seperti balon. Hal itulah yang memungkinkan produk roti mengembang dengan struktur berongga-rongga yang halus dan seragam serta tekstur yang lembut serta elastis. Oleh karena itu sifat tersebut sangat penting dalam pembuatan roti (Wahyudi, 2003). 2. Air Wahyudi (2003) menyatakan fungsi air dalam pembuatan roti antara lain adalah diperlukan dalam pembentukan gluten, menentukan konsistensi dan karakteristik adonan, menentukan kemudahan penanganan adonan selama proses, menentukan mutu produk yang dihasilkan, pelarut bahan-bahan seperti garam, gula, susu dan mineral sehingga bahan tersebut menyebar merata dalam tepung, mempertahankan rasa lezat roti lebih lama bila dalam roti terkandung cukup air, bertindak sebagai bahan pengikat yang memungkinkan terjadinya fermentasi adonan dan merupakan salah satu bahan yang dapat menentukan suhu adonan. Air yang baik untuk membuat roti adalah semua jenis air yang bisa dijadikan air minum. Air yang dipakai harus terbebas dari hama penyakit serta bahan yang bisa mengotori bahan tersebut (Chan, 2008). =' 3. Ragi Roti Ragi roti atau yeast adalah mikroorganisme hidup jenis khamir yang sering disebut Saccharomyces cerevisiae, berkembang biak melalui cara membelah diri atau budding. Selama proses fermentasi akan terbentuk CO2 dan ethyl alkohol. Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan sebagai substrat penghasil CO2. Gas CO2 yang terbentuk menyebabkan adonan roti mengembang dan alkohol berkontribusi sebagai penghasil aroma roti (Wahyudi, 2003). 20 4. Garam Garam berfungsi untuk memberikan rasa gurih, membangkitkan cita rasa dan aroma bahan-bahan Iain, meningkatkan ekstensibilitas, adonan, mengontrol aktivitas ragi pada proses fermentasi, serta meningkatkan daya simpan roti pada kadar tertentu. Garam juga memiliki efek astringen, yakni daya memperkecil pori-pori (Chan, 2008). 5. Telur Telur merupakan bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap hasil akhir adonan roti. Selain itu telur juga berfungsi unuk menambahakan nilai gizi, menguatkan rasa, membantu proses, pengembangan produk, memperlunak dan memperbaiki tekstur remah dalam adonan, serta memperbaiki kulit adonan (Chan, 2008). 6. Gula ' Penggunaan gula pada produk bakery ditujukan untuk memberi rasa manis, menyediakan makananan bagi ragi dalam fermentasi, membantu dalam pembentukan krim dari campuran, memperbaiki tekstur produk, membantu mempertahankan air sehingga memperpanjang kesegaran, menghasilkan kulit (crust) yang baik dan menambah nilai nutrisi pada produk roti (Wahyudi, 2003). 7. Susu Susu berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi karena susu mengandung protein (kasein), gula laktosa dan kalsium, memberikan pengaruh terhadap wama kulit (terjadi pencoklatan protein dan gula), untuk mengoles permukaan roti, memperkuat gluten karena kandungan kalsiunmya, dan juga menghasilkan kulit yang enak dan crispy serta bau aromatik (aromatic smell) (Wahyudi, 2003). 8. Shortening Shortening berfungsi sebagai pelumas adonan pada saat pengadukan. Shortening juga berfungsi untuk pengembangan sel-sel roti ketika final proof (pengembangan akhir) yang akan memperbaiki tekstur roti. Juga berfungsi sebagai bahan pengempuk, terbentuk, membuat membangkitkan rasa lezat, membantu menahan gas yang volume roti pemotongan (slicing) (Chan, 2008). menjadi lebih baik, serta mempermudah 21 9. Bahan Pelengkap ' . Bahan pelengkap ini terdiri atas bahan pewama, bahan pemberi aroma, bahan pengawet, serta bahan untuk filling dan topping. Tujuan penggunaan bahan-bahan ini adalah agar penampilan roti lebih menarik melalui wama, aroma, dan bisa bertahan lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung sukun pada pembuatan roti tawar hanya berkisar antara 10-20% karena memerlukan daya mengembang yang tinggi (Widowati, 2003). Tiadanya gluten pada tepung sukun menyebabkan tidak tergantikannya peran seluruh komponen terigu. Oleh karena itu dalam pembuatan roti sebaiknya digunakan terigu gluten tinggi, yang termasuk jenis strong flour. Resep dasar pembuatan roti manis dapat dilihat pada Tabel 9 dan komposisi kimia roti manis dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Resep pembuatan roti manis Bahan Jumlah ( % ) Tepung terigu 100 Air ±50 Ragi instant , = Garam 2 , 1.2 Gula 20 Susu bubuk 20 Margarine 10 Kuning telur 2 butir Pengembang adonan 0,5 Sumber: Anonim (2003) dalam Fatmah (2005). Tabel 10. Komposisi kimia roti manis Senyawa Komposisi Air 40% Energi 249 Protein ' 7,9 Lemak 1,5 Karbohidrat 49,7 Abu 0,9 Sukrosa 10%) minimal Fosfor 140 Besi 2,5 Sumber: Mahmud, K, dkk., 2009. Menurut U . S. Wheat Assosiation (1981) dalam Fatmah (2005) untuk mengetahui roti-roti yang mempunyai sifat yang baik, harus memiliki standar di antaranya dapat dilihat pada Tabel 11. Syarat mutu roti manis menurut Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional BPOM Pekanbaru sesuai SNI 01-3840-1995 dapat dilihat pada Tabel 12.