29 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU AGRESIF
PADA REMAJA LAKI-LAKI PEMINUM MIRAS
M. NOOR FAJRIANSYAH
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara
kontrol diri dan perilaku agresif remaja laki-laki peminum miras. Hipotesis yang
diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku
agresif pada remaja laki-laki peminum miras. Semakin baik kontrol diri pada
remaja laki-laki peminum miras, maka semakin rendah perilaku agresif, dan
sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 72 orang remaja laki-laki
peminum miras dengan karakteristik berusia 12-21 tahun dan mengkonsumsi
miras minimal sudah 2 bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki
Peminum Miras dan Skala Kontrol Diri dalam pengambilan data. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara perilaku agresif pada
remaja laki-laki peminum miras dengan kontrol diri dengan nilai rxy = - 0,497 dan
(p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci : perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras siswa,
kontrol diri
Relationship Between Self-Control with Aggressive Behavior of Young Men
Alcohol Drinkers
ABSTRACT
This study aims to determine empirically the relationship between self-control
and aggressive behavior of teenage boys drink alcohol. The hypothesis of
investigators was no negative relationship between self-control aggressive
behavior in adolescent boys alcohol drinkers. The better self-control in adolescent
males drink alcohol, the lower the aggressive behavior, and vice versa. Subjects
in this study amounted to 72 teenage boys with alcohol drinkers aged 12-21 years
and the characteristics of the alcohol consumed at least 2 months already. The
sampling technique was used purposive sampling technique.
This study used the Aggressive Behavior Scale Adolescent Male Alcohol
Drinkers and Self-Control Scale in data retrieval. Data analysis was performed
using Product Moment Correlation technique. The results showed that there was
a negative relationship between aggressive behavior in adolescent males drink
alcohol with self-control with value rxy = - 0.497 and (p <0.01), so the hypothesis
in this study received.
Keywords: aggressive behavior in adolescent male students drink alcohol, selfcontrol
29
Minum-minuman
PENDAHULUAN
Persoalan
remaja
tersebut
telah
telah
menjadi masalah yang cukup meresahkan.
memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan
Banyak masalah yang ditimbulkan karena
intensitasnya
terus
perilaku
remaja
ini
saat
kenakalan
keras
meningkat,
sudah
kenakalan
mengarah
mipnum-minuman
keras,
baik
pada
masalah kesehatan maupun masalah sosial.
perbuatan yang melanggar norma, hukum, dan
Beberapa alasan yang mendorong remaja
agama. Masalah kenakalan remaja tumbuh,
mengkonsumsi minuman keras, diantaranya
berkembang dan membawa
adalah rasa ingin tahu, pengaruh teman,
akibat-akibat
tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk
pelarian
dicari ujung pangkalnya. Betapa sering saat
ketidakharmonisan terhadap keluarga, kuatnya
ini terdengar berita-berita kenakalan remaja
jaringan
melalui
maupun
minuman keras (Dariyo, 2003: 25). Kebiasaan
elektronik yang sudah kelewat batas. Banyak
minum-minuman keras pada remaja juga
remaja yang memiliki kebiasaan buruk salah
berdampak
satunya adalah minum-minuman keras.
perilaku agresif.
media
massa,
cetak
terhadap
pemasaran
pada
masalah
atau
atau
pendistribusian
meningkatnya
dorongan
Papalia, dkk (2009: 27) menyatakan
Perilaku agresif sepertinya telah menjadi
bahwa penggunaan alkohol termasuk jenis
sesuatu hal yang sangat biasa terjadi pada
penyalahgunaan zat (subtance abuse). Ini
kehidupan sosial individu saat ini. Perilaku
adalah pola perilaku yang kurang adaptif
agresif adalah setiap bentuk perilaku yang
dengan jangka waktu lebih dari sebulan dan
dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan
pelakunya terus menggunakan zat tersebut
seseorang yang bertentangan dengan kemauan
walaupun tahu
terancam
orang itu (Breakwell, 1998: 17). Perilaku
menggunakannya
agresif dapat dimunculkan secara fisik maupun
berulang kali dalam situasi berbahaya. Goble
verbal. Perilaku agresi fisik yaitu perilaku
(1987: 242) menyatakan bahwa peminum
agresi yang dilakukan dengan cara melakukan
alkohol setiap kali minum selalu ingin tambah,
kekerasan secara fisik seperti menampar,
disertai masalah-masalah kepribadian yang
memukul, melempar dengan benda terhadap
serius, dilukiskan sebagai kemauan yang salah
orang lain di sekitarnya. Perilaku agresi verbal
arah dan sikap mementingkan diri yang
yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan
ekstrem.
autoritas
cara mengeluarkan kata-kata untuk menyerang
merupakan ciri umum peminum yang menjadi
orang lain, dapat berupa ejekan, hinaan, caci
pecandu alkohol.
maki. Banyak kerugian yang ditimbulkan
bahaya
bahwa
karenanya
Sikap
atau
dirinya
menentang
karena perilaku-perilaku agresif tersebut, baik
30
yang berupa kerugian materi hingga kerugian
ketika dorongan untuk mengkonsumsi minum-
yang tidak bisa dihitung dengan materi seperti
minuman keras muncul, remaja berusaha
pemerkosaan dan hilangnya nyawa seseorang.
mendapatkan uang untuk membeli minum-
Berbagai
yang
minuman keras. Cara yang dilakukan remaja
ditunjukkan remaja menjadi keprihatinan di
merupakan bentuk-bentuk perilaku agresif,
kalangan masyarakat dan dunia pendidikan.
seperti memaksa teman memberikan sejumlah
Pada tanggal 13 Juni 2008 sekelompok remaja
uang, memukul dan menendang teman yang
putri
menolak memberikan uang kepadanya. Hal
anggota
perilaku
Geng
agresif
Nero
menampar
korbannya berulang-ulang. Beberapa korban
tersebut
dilakukan
semata-mata
untuk
yang berani mengungkapkan kelakuan Geng
mendapatkan uang untuk dapat digunakan
Nero adalah WD dan L, keduanya berusia 14
membeli minuman keras.
tahun, siswi kelas IX sebuah SMP di
Santrock (2003: 234) menyatakan bahwa
Kecamatan Juwana. Korban lain adalah LK.
dalam suatu kelompok sosial remaja laki-laki
Anggota geng yang berhasil ditangkap adalah
lebih
Rt, Yn, My, dan Tk. Keempatnya tercatat
minuman keras. Minum-minuman keras yang
duduk di bangku kelas I SMA di Juwana.
mengandung
Geng itu sering menganiaya remaja putri,
meningkatkan kemungkinan respon agresif
merekamnya lewat video telepon seluler
(Pihl & Ross, dalam Dayakisni dan Hudaniah,
(ponsel), dan kemudian
2008: 210). Contoh kasus yang menunjukkan
mengedarkannya
(Nenyok, 2008).
perilaku
menunjukkan
kebiasaan
alkohol
negatif
pada
secara
minum-
langsung
remaja
laki-laki
Hasil analisis wawancara yang dilakukan
dilakukan oleh E (14), Tt (16), dan Yy (15)
peneliti pada tanggal 23 September 2012
yang menggelar pesta miras dan seks, di
terhadap tujuh orang remaja di Kelurahan
sebuah sekolah. Sehabis menikmati miras, Yy
Kembangarum Kabupaten Demak, diketahui
dan Tt beradegan dewasa bersama Rus
bahwa remaja yang terbiasa mengkonsumsi
disaksikan oleh E sambil merekam adegan
minum-minuman
tersebut
keras
masih
saja
dengan
menggunakan
menunjukkan bentuk-bentuk perilaku agresif.
handphone.
Remaja
pada
dilakukan di sebuah kelas yang kebetulan tidak
dasarnya menyadari bahwa minum-minuman
terkunci (Valentino, 2011). Contoh kasus lain
keras dapat merugikan kesehatan secara fisik
yang menunjukkan perilaku agresif pada
maupun psikologis karena efek kecanduan
remaja laki-laki peminum miras ditunjukkan
yang
mengkonsumsi
oleh tiga orang remaja laki-laki, yaitu F (18), Z
minuman keras. Remaja mengaku bahwa
(18), dan Fj (22) yang terlibat pembunuhan di
peminum
ditimbulkan
miras
setelah
tersebut
Perbuatan
para
remaja
video
ini,
31
sebuah pesta. Pembunuhan diawali ketika tiga
menyatakan
orang remaja tersebut berpesta miras di
mengendalikan
sebuah kafe dan hanya disebabkan karena
memberikan peran penting bagi individu.
bersenggolan dengan B selaku korban (Ronal,
Kontrol diri menjadikan individu mampu
2012).
bertindak
Perilaku agresif juga dapat diartikan
bahwa
perilaku,
benar.
menghentikan
dalam
kontrol
Konrol
tindakan
usaha
diri
diri
mampu
berbahaya
dari
sebagai keinginan untuk menyakiti orang lain
individu. Kontrol diri berhubungan dengan
untuk
perasaan-perasaan
sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Hal
negatif atau keinginan mencapai tujuan yang
tersebut dikuatkan oleh Synder dan Gangestad
diinginkan melalui tindakan agresif (Krahe,
(Ghufron
2005: 17). Remaja peminum miras dengan
mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol
adanya dorongan untuk mendapatkan miras
diri secara langsung sangat relevan untuk
dapat menunjukkan perilaku agresif yang
melihat hubungan antara pribadi dengan
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan
hanya demi memenuhi keinginan untuk dapat
masyarakat
mendapatkan miras.
situasional dalam bersikap dan berpendirian
mengekspresikan
Hasil penelitian yang dilakukan Siddiqah
(2010:
60-61)
tentang
pencegahan
dan
Rini,
yang
2010:
sesuai
yang efektif. Kemampuan
22)
dengan
yang
isyarat
mengontrol diri
dan
sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
penanganan perilaku agresif pada remaja
membimbing, mengatur dan mengarahkan
menunjukkan bahwa pengelolaan amarah
bentuk perilaku yang membawa individu ke
bermanfaat secara praktis untuk membantu
arah
individu
mengendalikan
perilakunya,
kemampuan mengontrol diri berkaitan dengan
mengingat
perilaku
merupakan
bagaimana seseorang mengendalikan emosi
agresif
konsekuensi
positif.
masalah perilaku yang begitu kompleks.
serta
Penurunan
Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi
perilaku
agresif
tersebut
dorongan-dorongan
Selanjutnya
dalam
dirinya.
merupakan hasil dari pembiasaan, yaitu
dengan menggunakan
mengurangi kecenderungan spontan menjadi
untuk merespon situasi tersebut dan mencegah
marah
reaksi yang berlebihan. Kontrol diri akan dapat
dan
agresif
dan
meningkatkan
kemampuan mengendalikan diri.
sikap yang rasional
menjadikan remaja peminum miras mampu
Salah satu faktor yang memengaruhi
mengendalikan diri untuk melakukan tindakan
perilaku agresif menurut Krahe (2005: 90-
yang bertentangan dengan ketentuan yang ada.
100) adalah faktor kepribadian, salah satunya
Remaja peminum miras dengan kontrol diri
adalah kontrol diri. Borba (2008: 96-97)
yang baik diharapkan dapat terhindar dari
32
perilaku agresif, namun kenyataannya kontrol
orang lain. Baron dan Richardson (dalam
diri yang dimiliki remaja laki-laki peminum
Krahe,
miras tidak dapat menghindarkannya dari
sebagai
bentuk-bentuk perilaku agresif, seperti halnya
dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai
masih terdapat remaja laki-laki yang memaksa
makhluk hidup lain yang terdorong untuk
orang lain untuk memberikan sejumlah uang
menghindari perilaku itu.
untuk mendapatkan miras, serta adanya
2005:
segala
Berdasarkan
18)
mendefinisikan
bentuk
uraian
agresi
perilaku
tersebut
yang
diketahui
kekerasan yang dilakukan remaja laki-laki
bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku
peminum miras kepada orang lain sebagai
yang dimaksudkan untuk menyakiti atau
usaha untuk mendapatkan miras.
merugikan orang lain.
Perilaku agresif pada remaja laki-laki
peminum miras
Menurut Berkowitz (2003: 15) menyatakan
bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif, antara
Breakwell (1998: 17) menyatakan bahwa
perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang
lain:
a. Agresi instrumental
dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan
Perilaku agresif instrumental merupakan
seseorang yang bertentangan dengan kemauan
perilaku agresif yang mempunyai tujuan
orang itu. Berkowitz (2003: 14) sendiri
lain di samping kejahatan. Agresi manusia
berpendapat bahwa agresivitas mengacu pada
merupakan usaha paksaan atau suatu upaya
beberapa jenis perilaku, baik secara fisik
untuk
maupun simbolis yang dilakukan dengan
dominasi, atau status sosial seseorang.
tujuan menyakiti seseorang. Kartono (2005:
mempertahankan
kekuasaan,
b. Agresi emosional
113) menyatakan bahwa perilaku agresif
Agresi emosional memiliki tujuan utama
merupakan reaksi primitif dalam bentuk
untuk berbuat jahat. Terlihat dari keinginan
kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa
untuk menyerang seseorang ketika merasa
terkendali, serangan, kekerasan, tingkah laku
tidak senang, memiliki keinginan untuk
kegila-gilaan
memukul seseorang
dan
sadistis.
Lebih
lanjut
Mahmudah (2010: 100) menyatakan bahwa
perilaku agresif merupakan tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain.
Myers (dalam
Sarwono, 2002: 297)
menyatakan bahwa perilaku agresif adalah
Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni
dan Hudaniah, 2008: 214) mengelompokkan
agresi menjadi empat bentuk, yaitu:
a. Menyerang
fisik,
yang
termasuk
di
dalamnya adalah memukul, mendorong,
perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan
maksud untuk menyakiti atau merugikan
33
meludahi,
menendang,
menggigit,
meninju, memarahi dan merampas.
b. Menyerang
suatu
objek,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang
dimaksudkan disini adalah menyerang
benda mati atau binatang.
c. Secara
verbal
yang dapat membawa ke arah konsekuensi
positif.
Berdasarkan
simbolis,
uraian
di
atas
dapat
kontrol
diri
adalah
yang
disimpulkan
bahwa
termasuk didalamnya adalah mengancam
kemampuan
individu
secara verbal, memburuk-burukkan orang
membimbing, mengatur dan mengarahkan
lain,
bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif
sikap
atau
kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengancam
dan
sikap
menuntut.
sehingga dapat membuat
d. Pelanggaran terhadap hak milik atau
dalam
menyusun,
keputusan yang
diinginkan dan diterima oleh masyarakat.
menyerang daerah orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui
bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif adalah
menyerang fisik, menyerang suatu objek,
agresif secara verbal atau simbolis, serta
pelanggaran terhadap hak milik orang lain.
Brown, dkk (dalam Smet, 1994: 187-188)
menyatakan bahwa jenis-jenis kontrol diri,
antara lain:
a. Kontrol perilaku (behavioral control),
Kontrol perilaku melibatkan kemampuan
untuk mengambil tindakan yang konkrit
Kontrol diri
untuk mengurangi dampak stressor.
Calhoun
dan
Acocella
(1990:
131)
b. Kontrol informasi (informational control),
mengatakan dua alasan yang mengharuskan
Kontrol informasi melibatkan kesempatan
individu mengontrol diri lebih secara kontinu.
untuk memperoleh pengetahuan tentang
Pertama, individu hidup bersama kelompok
kejadian yang penuh tekanan, apa yang
sehingga dalam memuaskan keinginannya
akan
individu harus mengontrol perilakunya agar
konsekuensi yang akan terjadi.
tidak mengganggu kenyamanan orang lain.
c. Kontrol kognitif (cognitif control),
Kedua,
masyarakat
mendorong
terjadi,
mengapa,
dan
apa
individu
Kontrol kognitif adalah kemampuan untuk
secara konstan menyusun standar yang lebih
menggunakan proses dan strategi yang
baik dari dirinya. Ketika berusaha menyetujui
sudah
dipikirkan
untuk
mengubah
tuntutan dibuatkan pengontrolan diri agar
pengaruh stressor. Hal ini merupakan
dalam proses pencapaian standar tersebut
pemikiran tentang apa yang pada akhirnya
individu
dilakukan.
tidak
melakukan
hal-hal
yang
menyimpang. Gufron dan Rini (2010: 21)
menyatakan bahwa kontrol diri merupakan
34
d. Kontrol keputusan (decision control),
pada diri individu untuk memilih berbagai
Kontrol keputusan adalah kontrol yang
kemungkinan tindakan.
digunakan
Dalam penelitian ini jenis-jenis kontrol diri
untuk
memilih
diantara
prosedur alternatif.
adalah kontrol perilaku (behavior control),
Menurut Averill (dalam Gufron dan Rini,
kontrol kognitif (cognitive control), kontrol
2010: 29-31) kontrol diri dibagi menjadi tiga
dalam
jenis kualitas kontrol diri yaitu:
control), dan kontrol informasi (informational
a. Kontrol perilaku (behavior control)
control).
Kontrol perilaku merupakan kesiapan
tersedianya suatu respon yang dapat secara
mengambil
Adapun
karakteristik
penelitian ini adalah:
suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
a. Remaja
dua
komponen,
yaitu
mengatur
(decision
Metode Penelitian
langsung memengaruhi atau memodifikasi
Kemampuan kontrol ini diperinci menjadi
keputusan
di
populasi
Kelurahan
dalam
Kembangarum
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
b. Berjenis kelamin laki-laki.
pelaksanaan (regulated administration)
c. Berusia 12-21 tahun.
dan kemampuan memodifikasi stimulus
d. Mengkonsumsi miras minimal sudah 2
(stimulus modifiability).
bulan.
b. Kontrol kognitif
Teknik
pengambilan
sampel
yang
Kontrol kognitif merupakan kemampuan
digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive
individu dalam mengolah informasi yang
sampling. Adapun skala yang digunakan dalam
tidak
diinginkan
dengan
cara
penelitian ini yakni Skala Perilaku Agresif
menginterpretasikan,
menilai
atau
pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras dan
menghubungkan suatu kejadian dalam
Skala Kontrol Diri. Teknik analisis data yang
suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi
digunakan untuk menguji hubungan kontrol
psikologis atau mengurangi tekanan.
diri sebagai variabel bebas dengan perilaku
c. Kontrol keputusan (decesional control)
Mengontrol
keputusan
merupakan
kemampuan individu untuk memilih hasil
atau suatu tindakan berdasarkan pada
agresif
sebagai
remaja
laki-laki
variabel
peminum
tergantung,
miras
dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment
dari Pearson.
sesuatu yang diyakini dan disetujuinya.
Kontrol diri dalam menentukan pilihan
Hasil dan Pembahasan
akan berfungsi, baik dengan adanya suatu
Hipotesis yang diajukan peneliti bahwa ada
kesempatan, kebebasan atau kemungkinan
hubungan negatif antara perilaku agresif pada
35
remaja laki-laki peminum miras dengan
Brown, dkk.(dalam Smet, 1994: 187)
kontrol diri terbukti dengan nilai rxy = - 0,497
menyatakan bahwa salah satu jenis dari kontrol
(p < 0,01).
diri adalah kontrol kognitif (cognitive control)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang merupakan kemampuan individu dalam
ada hubungan negatif antara kontrol diri
mengolah informasi yang tidak menginginkan
dengan perilaku agresif pada remaja laki-laki
dengan cara menginterpretasi, menilai, atau
peminum miras. Semakin baik kontrol diri
menghubungkan suatu kejadian dalam suatu
pada remaja laki-laki peminum miras, maka
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis
semakin
dan
atau mengurangi tekanan. Kemampuan dalam
sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung
mengontrol aspek kognitif dari individu akan
pendapat yang diutarakan oleh Krahe (2005:
dapat
90-100) bahwa perilaku agresif dipengaruhi
respon yang akan dimunculkan terhadap
oleh faktor kepribadian, salah satunya adalah
sesuatu. Individu dengan kontrol diri yang baik
rendah
perilaku
agresif,
menjadikannya
akan dapat
kontrol diri.
mampu
terhindar dari
mengelola
bentuk-bentuk
perilaku agresif yang bertentangan dengan
Konrol
diri
mampu
menghentikan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
tindakan berbahaya dari individu. Kontrol diri
berhubungan dengan sukses dalam berbagai
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
bidang kehidupan. Hal tersebut dikuatkan oleh
penelitian yang dilakukan Siddiqah (2010: 60-
Synder dan Gangestad (Ghufron dan Rini,
61) tentang pencegahan dan penanganan
2010: 22) yang mengatakan bahwa konsep
perilaku agresif pada remaja menunjukkan
mengenai kontrol diri secara langsung sangat
bahwa pengelolaan amarah bermanfaat secara
relevan untuk melihat hubungan antara pribadi
praktis
dengan
mengendalikan
lingkungan
masyarakat
dalam
untuk
membantu
perilakunya,
individu
mengingat
mengatur kesan masyarakat yang sesuai
perilaku agresif merupakan masalah perilaku
dengan isyarat situasional dalam bersikap dan
yang begitu kompleks. Penurunan perilaku
berpendirian yang efektif. Kontrol diri akan
agresif
dapat menjadikan remaja peminum miras
pembiasaan, yaitu mengurangi kecenderungan
mampu mengendalikan diri untuk melakukan
tersebut
meningkatkan
yang ada. Remaja peminum miras dengan
diri.
perilaku agresif.
hasil
dari
spontan menjadi marah dan agresif dan
tindakan yang bertentangan dengan ketentuan
kontrol diri yang baik dapat terhindar dari
merupakan
kemampuan
mengendalikan
Berdasarkan hasil data penelitian yang
diperoleh, variabel perilaku agresif pada
remaja laki-laki peminum miras diperoleh
36
Mean
Empirik
sebesar
61,46,
Mean
Hipotetiknya sebesar 45 dan Standar Deviasi
Penutup
Simpulan
Hipotetiknya sebesar 15. Mean Empirik
variabel perilaku agresif pada remaja laki-laki
peminum miras pada area (+) 2SD. Hal ini
mengindikasikan bahwa perilaku agresif pada
remaja laki-laki peminum miras pada kategori
tinggi, bahwa remaja laki-laki peminum miras
di Kelurahana Kembangarum menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
simpulan ada hubungan negatif antara kontrol
diri dengan perilaku agresif pada remaja lakilaki peminum miras. Semakin baik kontrol diri
pada remaja laki-laki peminum miras, maka
semakin
sebaliknya,
adanya bentuk-bentuk perilaku agresif.
Pada variabel kontrol diri diperoleh Mean
rendah
perilaku
sehingga
agresif,
hipotesis
dan
dalam
penelitian ini diterima.
Empirik sebesar 69,57, Mean Hipotetiknya
Daftar Pustaka
sebesar 60 dan Standar Deviasi Hipotetiknya
Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior:
Mengenali
Perilaku dan
Tindakan
Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan
Cara Penanggulangannya. Buku Kesatu.
Alih Bahasa: Hartatni Woro Susiatni.
Jakarta: PPM.
sebesar 12. Mean Empirik variabel kontrol diri
pada area (+) 1SD dari Mean Hipotetiknya.
Hal ini mengindikasikan bahwa kontrol diri
tergolong pada kategori sedang. Hal ini berarti
remaja laki-laki di Kelurahan Kembangarum,
Kecamatan Mranggen cukup dapat mengatur
dan mengarahkan perilakunya.
Sumbangan efektif variabel kontrol diri
terhadap perilaku agresif pada remaja laki-laki
peminum miras 24,7%. Sisanya sebesar 75,3%
dari variabel lain seperti faktor karakteristik
individu
deindividuasi,
kekuasaan
dan
kepatuhan, provokasi, pengaruh obat-obatan
terlarang (drug effect), personalitas, situasi,
kondisi aversif, media massa, isyarat agresif,
kehadiran orang lain, faktor keluarga, serta
faktor lingkungan.
Borba, M. 2008. Membangun Kecerdasan
Moral. Jakarta: PT. Gramedia.
Breakwell, G. M. 1998. Coping With
Aggressive Behaviour. Alih Bahasa:
Bernadus H. Yogyakarta: Kanisius.
Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. 1990.
Psikology of Adjusment and Human
Relationship. New York: Mc. Graw. Hill
inc.
Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan
Dewasa Muda. Jakarta: PT Grasindo
Anggota Ikapi.
Dayakisni, T dan Hudainiah. 2008. Psikologi
Sosial. Malang: UMM Press.
Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi
Humanistik Abraham Maslow. Alih
Bahasa: A. Supratiknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Ghufron dan Rini, R. 2010. Teori-Teori
Psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Group.
37
Kartono, K. 2005. Kenakalan Remaja: Jilid 2.
Jakarta: Rajawali Press.
miras-dari-warung-oknum-polisi/.
(Minggu, 14 Oktober 2012).
Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mahmudah, S. 2010. Psikologi Sosial Sebuah
Pengantar. Malang: UIN-Maliki Press.
Nenyok. 2008. Geng NERO: Premanisme
Pelajar.
http://localhost/E:/Geng%20Nero%20%2
0%20Premanisme%20Pelajar%20«%20S
ENYAWA.htm. (Jum’at, 29 Juni 2012).
Papalia, D. E., Old, S. W., dan Feldman, R. D.
2009. Perkembangan Manusia. Alih
Bahasa: Brian Marwensdy. Jakarta:
Salemba Humanika.
Ronal. 2012. 3 Tersangka Pembunuh di Pesta
THM
Ditangkap.
http://www.beritakotamakassar.com/index.
php?option=com_content&view=article&
id=606:3-tersangka-pembunuh-di-pestathmditangkap&catid=1:headline&Itemid=35.
(Minggu, 14 Oktober 2012).
Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi
Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B.
Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta:
Erlangga.
Sarwono, W. S. 2002. Psikologi Sosial:
Individu dan Teori- Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Siddiqah, L. 2010. Pencegahan dan
Penanganan Perilaku Agresif Melalui
Pengelolaan
Amarah
(Anger
Management). Jurnal Psikologi. Vol. 37.
No. 1. Hal. 50-64. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Valentino. 2011. 4 Remaja Pesta Seks di
Kelas, Lantaran Miras di Warung Oknum
Polisi.
http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/07
/4-remaja-pesta-seks-di-kelas-lantaran-
38
Download