HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA LAKI-LAKI PEMINUM MIRAS M. NOOR FAJRIANSYAH Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara kontrol diri dan perilaku agresif remaja laki-laki peminum miras. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras. Semakin baik kontrol diri pada remaja laki-laki peminum miras, maka semakin rendah perilaku agresif, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 72 orang remaja laki-laki peminum miras dengan karakteristik berusia 12-21 tahun dan mengkonsumsi miras minimal sudah 2 bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras dan Skala Kontrol Diri dalam pengambilan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras dengan kontrol diri dengan nilai rxy = - 0,497 dan (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras siswa, kontrol diri Relationship Between Self-Control with Aggressive Behavior of Young Men Alcohol Drinkers ABSTRACT This study aims to determine empirically the relationship between self-control and aggressive behavior of teenage boys drink alcohol. The hypothesis of investigators was no negative relationship between self-control aggressive behavior in adolescent boys alcohol drinkers. The better self-control in adolescent males drink alcohol, the lower the aggressive behavior, and vice versa. Subjects in this study amounted to 72 teenage boys with alcohol drinkers aged 12-21 years and the characteristics of the alcohol consumed at least 2 months already. The sampling technique was used purposive sampling technique. This study used the Aggressive Behavior Scale Adolescent Male Alcohol Drinkers and Self-Control Scale in data retrieval. Data analysis was performed using Product Moment Correlation technique. The results showed that there was a negative relationship between aggressive behavior in adolescent males drink alcohol with self-control with value rxy = - 0.497 and (p <0.01), so the hypothesis in this study received. Keywords: aggressive behavior in adolescent male students drink alcohol, selfcontrol 29 Minum-minuman PENDAHULUAN Persoalan remaja tersebut telah telah menjadi masalah yang cukup meresahkan. memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan Banyak masalah yang ditimbulkan karena intensitasnya terus perilaku remaja ini saat kenakalan keras meningkat, sudah kenakalan mengarah mipnum-minuman keras, baik pada masalah kesehatan maupun masalah sosial. perbuatan yang melanggar norma, hukum, dan Beberapa alasan yang mendorong remaja agama. Masalah kenakalan remaja tumbuh, mengkonsumsi minuman keras, diantaranya berkembang dan membawa adalah rasa ingin tahu, pengaruh teman, akibat-akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk pelarian dicari ujung pangkalnya. Betapa sering saat ketidakharmonisan terhadap keluarga, kuatnya ini terdengar berita-berita kenakalan remaja jaringan melalui maupun minuman keras (Dariyo, 2003: 25). Kebiasaan elektronik yang sudah kelewat batas. Banyak minum-minuman keras pada remaja juga remaja yang memiliki kebiasaan buruk salah berdampak satunya adalah minum-minuman keras. perilaku agresif. media massa, cetak terhadap pemasaran pada masalah atau atau pendistribusian meningkatnya dorongan Papalia, dkk (2009: 27) menyatakan Perilaku agresif sepertinya telah menjadi bahwa penggunaan alkohol termasuk jenis sesuatu hal yang sangat biasa terjadi pada penyalahgunaan zat (subtance abuse). Ini kehidupan sosial individu saat ini. Perilaku adalah pola perilaku yang kurang adaptif agresif adalah setiap bentuk perilaku yang dengan jangka waktu lebih dari sebulan dan dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan pelakunya terus menggunakan zat tersebut seseorang yang bertentangan dengan kemauan walaupun tahu terancam orang itu (Breakwell, 1998: 17). Perilaku menggunakannya agresif dapat dimunculkan secara fisik maupun berulang kali dalam situasi berbahaya. Goble verbal. Perilaku agresi fisik yaitu perilaku (1987: 242) menyatakan bahwa peminum agresi yang dilakukan dengan cara melakukan alkohol setiap kali minum selalu ingin tambah, kekerasan secara fisik seperti menampar, disertai masalah-masalah kepribadian yang memukul, melempar dengan benda terhadap serius, dilukiskan sebagai kemauan yang salah orang lain di sekitarnya. Perilaku agresi verbal arah dan sikap mementingkan diri yang yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan ekstrem. autoritas cara mengeluarkan kata-kata untuk menyerang merupakan ciri umum peminum yang menjadi orang lain, dapat berupa ejekan, hinaan, caci pecandu alkohol. maki. Banyak kerugian yang ditimbulkan bahaya bahwa karenanya Sikap atau dirinya menentang karena perilaku-perilaku agresif tersebut, baik 30 yang berupa kerugian materi hingga kerugian ketika dorongan untuk mengkonsumsi minum- yang tidak bisa dihitung dengan materi seperti minuman keras muncul, remaja berusaha pemerkosaan dan hilangnya nyawa seseorang. mendapatkan uang untuk membeli minum- Berbagai yang minuman keras. Cara yang dilakukan remaja ditunjukkan remaja menjadi keprihatinan di merupakan bentuk-bentuk perilaku agresif, kalangan masyarakat dan dunia pendidikan. seperti memaksa teman memberikan sejumlah Pada tanggal 13 Juni 2008 sekelompok remaja uang, memukul dan menendang teman yang putri menolak memberikan uang kepadanya. Hal anggota perilaku Geng agresif Nero menampar korbannya berulang-ulang. Beberapa korban tersebut dilakukan semata-mata untuk yang berani mengungkapkan kelakuan Geng mendapatkan uang untuk dapat digunakan Nero adalah WD dan L, keduanya berusia 14 membeli minuman keras. tahun, siswi kelas IX sebuah SMP di Santrock (2003: 234) menyatakan bahwa Kecamatan Juwana. Korban lain adalah LK. dalam suatu kelompok sosial remaja laki-laki Anggota geng yang berhasil ditangkap adalah lebih Rt, Yn, My, dan Tk. Keempatnya tercatat minuman keras. Minum-minuman keras yang duduk di bangku kelas I SMA di Juwana. mengandung Geng itu sering menganiaya remaja putri, meningkatkan kemungkinan respon agresif merekamnya lewat video telepon seluler (Pihl & Ross, dalam Dayakisni dan Hudaniah, (ponsel), dan kemudian 2008: 210). Contoh kasus yang menunjukkan mengedarkannya (Nenyok, 2008). perilaku menunjukkan kebiasaan alkohol negatif pada secara minum- langsung remaja laki-laki Hasil analisis wawancara yang dilakukan dilakukan oleh E (14), Tt (16), dan Yy (15) peneliti pada tanggal 23 September 2012 yang menggelar pesta miras dan seks, di terhadap tujuh orang remaja di Kelurahan sebuah sekolah. Sehabis menikmati miras, Yy Kembangarum Kabupaten Demak, diketahui dan Tt beradegan dewasa bersama Rus bahwa remaja yang terbiasa mengkonsumsi disaksikan oleh E sambil merekam adegan minum-minuman tersebut keras masih saja dengan menggunakan menunjukkan bentuk-bentuk perilaku agresif. handphone. Remaja pada dilakukan di sebuah kelas yang kebetulan tidak dasarnya menyadari bahwa minum-minuman terkunci (Valentino, 2011). Contoh kasus lain keras dapat merugikan kesehatan secara fisik yang menunjukkan perilaku agresif pada maupun psikologis karena efek kecanduan remaja laki-laki peminum miras ditunjukkan yang mengkonsumsi oleh tiga orang remaja laki-laki, yaitu F (18), Z minuman keras. Remaja mengaku bahwa (18), dan Fj (22) yang terlibat pembunuhan di peminum ditimbulkan miras setelah tersebut Perbuatan para remaja video ini, 31 sebuah pesta. Pembunuhan diawali ketika tiga menyatakan orang remaja tersebut berpesta miras di mengendalikan sebuah kafe dan hanya disebabkan karena memberikan peran penting bagi individu. bersenggolan dengan B selaku korban (Ronal, Kontrol diri menjadikan individu mampu 2012). bertindak Perilaku agresif juga dapat diartikan bahwa perilaku, benar. menghentikan dalam kontrol Konrol tindakan usaha diri diri mampu berbahaya dari sebagai keinginan untuk menyakiti orang lain individu. Kontrol diri berhubungan dengan untuk perasaan-perasaan sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Hal negatif atau keinginan mencapai tujuan yang tersebut dikuatkan oleh Synder dan Gangestad diinginkan melalui tindakan agresif (Krahe, (Ghufron 2005: 17). Remaja peminum miras dengan mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol adanya dorongan untuk mendapatkan miras diri secara langsung sangat relevan untuk dapat menunjukkan perilaku agresif yang melihat hubungan antara pribadi dengan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan hanya demi memenuhi keinginan untuk dapat masyarakat mendapatkan miras. situasional dalam bersikap dan berpendirian mengekspresikan Hasil penelitian yang dilakukan Siddiqah (2010: 60-61) tentang pencegahan dan Rini, yang 2010: sesuai yang efektif. Kemampuan 22) dengan yang isyarat mengontrol diri dan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, penanganan perilaku agresif pada remaja membimbing, mengatur dan mengarahkan menunjukkan bahwa pengelolaan amarah bentuk perilaku yang membawa individu ke bermanfaat secara praktis untuk membantu arah individu mengendalikan perilakunya, kemampuan mengontrol diri berkaitan dengan mengingat perilaku merupakan bagaimana seseorang mengendalikan emosi agresif konsekuensi positif. masalah perilaku yang begitu kompleks. serta Penurunan Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi perilaku agresif tersebut dorongan-dorongan Selanjutnya dalam dirinya. merupakan hasil dari pembiasaan, yaitu dengan menggunakan mengurangi kecenderungan spontan menjadi untuk merespon situasi tersebut dan mencegah marah reaksi yang berlebihan. Kontrol diri akan dapat dan agresif dan meningkatkan kemampuan mengendalikan diri. sikap yang rasional menjadikan remaja peminum miras mampu Salah satu faktor yang memengaruhi mengendalikan diri untuk melakukan tindakan perilaku agresif menurut Krahe (2005: 90- yang bertentangan dengan ketentuan yang ada. 100) adalah faktor kepribadian, salah satunya Remaja peminum miras dengan kontrol diri adalah kontrol diri. Borba (2008: 96-97) yang baik diharapkan dapat terhindar dari 32 perilaku agresif, namun kenyataannya kontrol orang lain. Baron dan Richardson (dalam diri yang dimiliki remaja laki-laki peminum Krahe, miras tidak dapat menghindarkannya dari sebagai bentuk-bentuk perilaku agresif, seperti halnya dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai masih terdapat remaja laki-laki yang memaksa makhluk hidup lain yang terdorong untuk orang lain untuk memberikan sejumlah uang menghindari perilaku itu. untuk mendapatkan miras, serta adanya 2005: segala Berdasarkan 18) mendefinisikan bentuk uraian agresi perilaku tersebut yang diketahui kekerasan yang dilakukan remaja laki-laki bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku peminum miras kepada orang lain sebagai yang dimaksudkan untuk menyakiti atau usaha untuk mendapatkan miras. merugikan orang lain. Perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras Menurut Berkowitz (2003: 15) menyatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif, antara Breakwell (1998: 17) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang lain: a. Agresi instrumental dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan Perilaku agresif instrumental merupakan seseorang yang bertentangan dengan kemauan perilaku agresif yang mempunyai tujuan orang itu. Berkowitz (2003: 14) sendiri lain di samping kejahatan. Agresi manusia berpendapat bahwa agresivitas mengacu pada merupakan usaha paksaan atau suatu upaya beberapa jenis perilaku, baik secara fisik untuk maupun simbolis yang dilakukan dengan dominasi, atau status sosial seseorang. tujuan menyakiti seseorang. Kartono (2005: mempertahankan kekuasaan, b. Agresi emosional 113) menyatakan bahwa perilaku agresif Agresi emosional memiliki tujuan utama merupakan reaksi primitif dalam bentuk untuk berbuat jahat. Terlihat dari keinginan kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa untuk menyerang seseorang ketika merasa terkendali, serangan, kekerasan, tingkah laku tidak senang, memiliki keinginan untuk kegila-gilaan memukul seseorang dan sadistis. Lebih lanjut Mahmudah (2010: 100) menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain. Myers (dalam Sarwono, 2002: 297) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2008: 214) mengelompokkan agresi menjadi empat bentuk, yaitu: a. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong, perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan 33 meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. b. Menyerang suatu objek, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang. c. Secara verbal yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Berdasarkan simbolis, uraian di atas dapat kontrol diri adalah yang disimpulkan bahwa termasuk didalamnya adalah mengancam kemampuan individu secara verbal, memburuk-burukkan orang membimbing, mengatur dan mengarahkan lain, bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif sikap atau kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengancam dan sikap menuntut. sehingga dapat membuat d. Pelanggaran terhadap hak milik atau dalam menyusun, keputusan yang diinginkan dan diterima oleh masyarakat. menyerang daerah orang lain. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa bentuk-bentuk perilaku agresif adalah menyerang fisik, menyerang suatu objek, agresif secara verbal atau simbolis, serta pelanggaran terhadap hak milik orang lain. Brown, dkk (dalam Smet, 1994: 187-188) menyatakan bahwa jenis-jenis kontrol diri, antara lain: a. Kontrol perilaku (behavioral control), Kontrol perilaku melibatkan kemampuan untuk mengambil tindakan yang konkrit Kontrol diri untuk mengurangi dampak stressor. Calhoun dan Acocella (1990: 131) b. Kontrol informasi (informational control), mengatakan dua alasan yang mengharuskan Kontrol informasi melibatkan kesempatan individu mengontrol diri lebih secara kontinu. untuk memperoleh pengetahuan tentang Pertama, individu hidup bersama kelompok kejadian yang penuh tekanan, apa yang sehingga dalam memuaskan keinginannya akan individu harus mengontrol perilakunya agar konsekuensi yang akan terjadi. tidak mengganggu kenyamanan orang lain. c. Kontrol kognitif (cognitif control), Kedua, masyarakat mendorong terjadi, mengapa, dan apa individu Kontrol kognitif adalah kemampuan untuk secara konstan menyusun standar yang lebih menggunakan proses dan strategi yang baik dari dirinya. Ketika berusaha menyetujui sudah dipikirkan untuk mengubah tuntutan dibuatkan pengontrolan diri agar pengaruh stressor. Hal ini merupakan dalam proses pencapaian standar tersebut pemikiran tentang apa yang pada akhirnya individu dilakukan. tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Gufron dan Rini (2010: 21) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan 34 d. Kontrol keputusan (decision control), pada diri individu untuk memilih berbagai Kontrol keputusan adalah kontrol yang kemungkinan tindakan. digunakan Dalam penelitian ini jenis-jenis kontrol diri untuk memilih diantara prosedur alternatif. adalah kontrol perilaku (behavior control), Menurut Averill (dalam Gufron dan Rini, kontrol kognitif (cognitive control), kontrol 2010: 29-31) kontrol diri dibagi menjadi tiga dalam jenis kualitas kontrol diri yaitu: control), dan kontrol informasi (informational a. Kontrol perilaku (behavior control) control). Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara mengambil Adapun karakteristik penelitian ini adalah: suatu keadaan yang tidak menyenangkan. a. Remaja dua komponen, yaitu mengatur (decision Metode Penelitian langsung memengaruhi atau memodifikasi Kemampuan kontrol ini diperinci menjadi keputusan di populasi Kelurahan dalam Kembangarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. b. Berjenis kelamin laki-laki. pelaksanaan (regulated administration) c. Berusia 12-21 tahun. dan kemampuan memodifikasi stimulus d. Mengkonsumsi miras minimal sudah 2 (stimulus modifiability). bulan. b. Kontrol kognitif Teknik pengambilan sampel yang Kontrol kognitif merupakan kemampuan digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive individu dalam mengolah informasi yang sampling. Adapun skala yang digunakan dalam tidak diinginkan dengan cara penelitian ini yakni Skala Perilaku Agresif menginterpretasikan, menilai atau pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras dan menghubungkan suatu kejadian dalam Skala Kontrol Diri. Teknik analisis data yang suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi digunakan untuk menguji hubungan kontrol psikologis atau mengurangi tekanan. diri sebagai variabel bebas dengan perilaku c. Kontrol keputusan (decesional control) Mengontrol keputusan merupakan kemampuan individu untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada agresif sebagai remaja laki-laki variabel peminum tergantung, miras dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. sesuatu yang diyakini dan disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan Hasil dan Pembahasan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu Hipotesis yang diajukan peneliti bahwa ada kesempatan, kebebasan atau kemungkinan hubungan negatif antara perilaku agresif pada 35 remaja laki-laki peminum miras dengan Brown, dkk.(dalam Smet, 1994: 187) kontrol diri terbukti dengan nilai rxy = - 0,497 menyatakan bahwa salah satu jenis dari kontrol (p < 0,01). diri adalah kontrol kognitif (cognitive control) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang merupakan kemampuan individu dalam ada hubungan negatif antara kontrol diri mengolah informasi yang tidak menginginkan dengan perilaku agresif pada remaja laki-laki dengan cara menginterpretasi, menilai, atau peminum miras. Semakin baik kontrol diri menghubungkan suatu kejadian dalam suatu pada remaja laki-laki peminum miras, maka kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis semakin dan atau mengurangi tekanan. Kemampuan dalam sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung mengontrol aspek kognitif dari individu akan pendapat yang diutarakan oleh Krahe (2005: dapat 90-100) bahwa perilaku agresif dipengaruhi respon yang akan dimunculkan terhadap oleh faktor kepribadian, salah satunya adalah sesuatu. Individu dengan kontrol diri yang baik rendah perilaku agresif, menjadikannya akan dapat kontrol diri. mampu terhindar dari mengelola bentuk-bentuk perilaku agresif yang bertentangan dengan Konrol diri mampu menghentikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. tindakan berbahaya dari individu. Kontrol diri berhubungan dengan sukses dalam berbagai Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil bidang kehidupan. Hal tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Siddiqah (2010: 60- Synder dan Gangestad (Ghufron dan Rini, 61) tentang pencegahan dan penanganan 2010: 22) yang mengatakan bahwa konsep perilaku agresif pada remaja menunjukkan mengenai kontrol diri secara langsung sangat bahwa pengelolaan amarah bermanfaat secara relevan untuk melihat hubungan antara pribadi praktis dengan mengendalikan lingkungan masyarakat dalam untuk membantu perilakunya, individu mengingat mengatur kesan masyarakat yang sesuai perilaku agresif merupakan masalah perilaku dengan isyarat situasional dalam bersikap dan yang begitu kompleks. Penurunan perilaku berpendirian yang efektif. Kontrol diri akan agresif dapat menjadikan remaja peminum miras pembiasaan, yaitu mengurangi kecenderungan mampu mengendalikan diri untuk melakukan tersebut meningkatkan yang ada. Remaja peminum miras dengan diri. perilaku agresif. hasil dari spontan menjadi marah dan agresif dan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan kontrol diri yang baik dapat terhindar dari merupakan kemampuan mengendalikan Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras diperoleh 36 Mean Empirik sebesar 61,46, Mean Hipotetiknya sebesar 45 dan Standar Deviasi Penutup Simpulan Hipotetiknya sebesar 15. Mean Empirik variabel perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras pada area (+) 2SD. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras pada kategori tinggi, bahwa remaja laki-laki peminum miras di Kelurahana Kembangarum menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku agresif pada remaja lakilaki peminum miras. Semakin baik kontrol diri pada remaja laki-laki peminum miras, maka semakin sebaliknya, adanya bentuk-bentuk perilaku agresif. Pada variabel kontrol diri diperoleh Mean rendah perilaku sehingga agresif, hipotesis dan dalam penelitian ini diterima. Empirik sebesar 69,57, Mean Hipotetiknya Daftar Pustaka sebesar 60 dan Standar Deviasi Hipotetiknya Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior: Mengenali Perilaku dan Tindakan Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan Cara Penanggulangannya. Buku Kesatu. Alih Bahasa: Hartatni Woro Susiatni. Jakarta: PPM. sebesar 12. Mean Empirik variabel kontrol diri pada area (+) 1SD dari Mean Hipotetiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa kontrol diri tergolong pada kategori sedang. Hal ini berarti remaja laki-laki di Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Mranggen cukup dapat mengatur dan mengarahkan perilakunya. Sumbangan efektif variabel kontrol diri terhadap perilaku agresif pada remaja laki-laki peminum miras 24,7%. Sisanya sebesar 75,3% dari variabel lain seperti faktor karakteristik individu deindividuasi, kekuasaan dan kepatuhan, provokasi, pengaruh obat-obatan terlarang (drug effect), personalitas, situasi, kondisi aversif, media massa, isyarat agresif, kehadiran orang lain, faktor keluarga, serta faktor lingkungan. Borba, M. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta: PT. Gramedia. Breakwell, G. M. 1998. Coping With Aggressive Behaviour. Alih Bahasa: Bernadus H. Yogyakarta: Kanisius. Calhoun, J. F dan Acocella, J. R. 1990. Psikology of Adjusment and Human Relationship. New York: Mc. Graw. Hill inc. Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Dayakisni, T dan Hudainiah. 2008. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Alih Bahasa: A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. Ghufron dan Rini, R. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ Media Group. 37 Kartono, K. 2005. Kenakalan Remaja: Jilid 2. Jakarta: Rajawali Press. miras-dari-warung-oknum-polisi/. (Minggu, 14 Oktober 2012). Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahmudah, S. 2010. Psikologi Sosial Sebuah Pengantar. Malang: UIN-Maliki Press. Nenyok. 2008. Geng NERO: Premanisme Pelajar. http://localhost/E:/Geng%20Nero%20%2 0%20Premanisme%20Pelajar%20«%20S ENYAWA.htm. (Jum’at, 29 Juni 2012). Papalia, D. E., Old, S. W., dan Feldman, R. D. 2009. Perkembangan Manusia. Alih Bahasa: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. Ronal. 2012. 3 Tersangka Pembunuh di Pesta THM Ditangkap. http://www.beritakotamakassar.com/index. php?option=com_content&view=article& id=606:3-tersangka-pembunuh-di-pestathmditangkap&catid=1:headline&Itemid=35. (Minggu, 14 Oktober 2012). Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwono, W. S. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Siddiqah, L. 2010. Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Melalui Pengelolaan Amarah (Anger Management). Jurnal Psikologi. Vol. 37. No. 1. Hal. 50-64. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Valentino. 2011. 4 Remaja Pesta Seks di Kelas, Lantaran Miras di Warung Oknum Polisi. http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/07 /4-remaja-pesta-seks-di-kelas-lantaran- 38