7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Dapat pula dikatakan bahwa perilaku sosial adalah hubungan antara manusia lain yang saling membutuhkan. Sejak dilahirkan seorang individu mulai mengadakan kontak dengan orang lain atau sesuatu yang ada diluar dirinya. Dunia luar individu tersebut disebut lingkungan. Lingkungan yang dimasuki individu sangat beraneka ragam. Keragaman lingkungan (sosial) yang dibawa atau dimasuki inividu (anak) akan mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap setiap orang, tergantung pada fundamen yang ada pada orang tersebut, yang sudah dibawanya sejak kecil dari berbagai agen sosial. Hurlock ( dalam Suherman, 2008: 119 ) mengemukakan ada dua perkembangan perilaku anak yaitu pola sosial dan tidak sosial. Pola sosial seperti meniru, persaingan, kerjasama, simpati, dukungan sosial, membagi dan perilaku akrab. Sedangkan pola tidak sosial adalah negativisme, agresif, perilaku berkuasa, memikirkan diri sendiri, merusak, pertentangan dan prasangka. Erick Fromen (dalam Suherman, 2008: 279 ) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki dorongan sosial. Dorongan sosial itu sudah ada pada setiap anak sejak dia dilahirkan. Dorongan tersebut dikatakan sebagai need for reldness. 8 Pernyataan diatas menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan kebutuhan tersebut perlu dikembangkan dan dilatih orang dewasa (lingkungan / pendidikan) yang berfungsi sebagai social arrangement. Interpensi social arrangement itu bertujuan agar anak memiliki sikap social atau perilaku social yang baik. Jika seorang anak sering diperlakukan tidak wajar oleh orang lain ( orang tua, guru, teman), maka pola perlakuan itu lama kelamaan akan membentuk perilaku yang relatif menetap pada orang tersebut. Orang tua yang selalu melarng anaknya untuk melakukan sesuatu, maka anak tersebut akan cenderung apatis, diam, menarik diri, atau tidak kreaif. Selanjutnya Hurlock (dalam Suherman, 2008: 269) mengartikan penerimaan atau perlakuan dari orang lain secara wajar akan menimbulkan perilaku sosial yang wajar-wajar saja. Demikian pula sebaliknya, perlakuan atau penerimaan yang tidak wajar, akan menimbulkan perilaku yang tidak wajar pula, sesorang bisa menjadi tidak produktif, tidak bahagia, frustasi, bila diperlukan tidak wajar. Furqon (2005: 40) menjelaskan perilaku sosial merupakan pola perilaku yang relative menetap, yang diperlihatkan individu dalam interaksinya dengan orang lain. Perilaku sosial individu mungkin merupakan aksi bagi timbulnya perilaku sosial pada orang lain, atau muncul sebagai reaksi terhadap perilaku sosial yang lain. Dengan demikian, perilaku sosial individu pada situasi tertentu memungkinkan berbeda dengan situasi lainnya. 9 Perilaku sosial adalah perilaku yang timbul akibat hubungan antara manusia dengan manusia yang saling membutuhkan. Dan dari hubungan tersebut akan menimbulkan perasaan senang, perasaan yang mengikat antara satu dengan yang lainnya. Anak yang mampu atau yang berhasil mengembangkan perilaku sosialnya akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Belajar perilaku social akan membantu menyesuaikan sosial anak pada lingkungan dimana anak itu tinggal. Disinilah peranan orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama dalam membentuk perilaku social. 2.1.2 Dimensi-Dimensi Perilaku Sosial Perilaku individu khususnya perilaku sosial yang diarahkan kepada orang lain berwujud dalam bentuk reaksi interpersonal. Suherman ( 2008: 291 ) mengemukakan empat dimensi, yaitu: a) kepemimpinan; b) tanggung jawab; c) stabilitas emosi; dan d) sosiabilitas. Selanjutnya Furqon ( 2005: 41 ) menguraikan perilaku sosial dapat dilihat dari banyak dimensi sebagaimana banyaknya indicator sifat-sifat interaksi diantara personal yang terlibat. Perilaku anak tercermin didalam sikap dan perasaan yang dapat membawanya kepada tindakan interpersonal yang lebih lanjut. Karena itu, peristiwa interpersonal dapat dipelajari dari macam-macam tindakan yang dilakukan seseorang, yaitu penerimaan (acceptance), penolakan (reception), agresi, kasih sayang, dan penghindaran (avvidance). Peristiwa interpersonal dapat dipelajari dengan cara melihat proses komunikasi, kerja sama dan persingan ( competition). Suatu perilaku kelompok dapat ditandai dengan 10 empat variable, yaitu: intensitas interaksi, tingkat pershabatan, jumlah kegiatan yang dilakukan, dan jumlah kegiatan yang ditentukssn lingkungan kepada kelompok. Lorre ( dalam Makmun, 2005: 105) menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan ( kelompoknya ), belajar bergaul dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku didalam lingkungan sosio-kulturalnya. (Dalam Click, Smart. 2011. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Http//prince-mienu. Blogspot. Com./ perkembangan-hubungan. Html) diakses 25 November 2012). Hubungan khusus pada suatu kelompok namun telah mengalami perubahan lokasi, seperti masyarakat suku akan tetapi telah mengalami perpindahan ke tempat lain. Dimensi ini Menekankan sesuatu yang abstrak (strangeness) sebagai suatu unsur interaksi sosial, bahwa semua hubungan sosial berpaut beberapa tingkat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dimensi perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:bekerjasama, bergaul, mengemukakan pendapat, ide, dan beradptasi. 2.1.3 Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial Ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang ( dalam http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial , diakses 30 september 2012 ), yaitu: 11 a) Perilaku dan karakteristik orang lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan. b) Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar. 12 c) Faktor lingkungan Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata. d) Tata Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak. 2.1.4 Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh caracara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek social. Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, 13 kecenderungan perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya. Perilaku social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu: 1. Kecenderungan Perilaku Peran a) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya. b) Sifat berkuasa dan sifat patuh Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan. c) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi 14 masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan. d) Sifat mandiri dan tergantung Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil. 2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain. 15 b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan yang social baik, senang bersama dengan yang lain dan senang berpergian, sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukan sifat dan perilaku sebaliknya. c. Sifat ramah dan tidak ramah Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. d. Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya. 3. Kecenderungan perilaku ekspresif a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama) Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya. b. Sifat agresif dan tidak agresif Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh 16 pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya. c. Sifat kalem atau tenang secara sosial Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang. d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain. 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya. a) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang akan memberikan peran sangat penting dalam mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Dalam keluarga akan muncul suatu perilaku sosial yang berkembang dengan nilai-nilai, norma-norma dan perilaku kerjasama antara yang satu dengan anak lainnya, yaitu kemampuan mengadakan toleransi, menghargai orang lain. Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus. Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi 17 kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian anak. Baradja (2005: 68) mengemukakn keluarga sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pemberian kasih sayang dan pola asuh yang baik dan sesuai dengan perkembangan anak merupakan faktor yang kondusif dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi sehat. Bentuk sosialisasi anak dalam keluarga akan menciptakan anak-anak yang mampu bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatannya, matang dalam menghadapi kehidupan yang heterogen-etnis, ras, budaya, dan agama. Penanaman kehidupan social sejak bayi hingga anak telah berada bersama dengan yang lain. b) Lingkungan Sekolah Salah satu proses perkembangan yang mempunyai peranan penting adalah sekolah, karena sekolah merupakan suatu proses pendidikan formal yang akan dijalani anak dalam rentang kehidupannya. Di sekolah anak akan mendapatkan bimbingan, pengajaran dan latihan yang membantu dalam mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya. Havighurst ( dalam Baradja, 2005: 75) menjelaskan bahwa sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab dalam membentuk anak mencapai kematangan tugas perkembangn. Oleh karena itu sekolah seharusnya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, kondisi yang dapat memfasilitasi anak untuk mencapai kematangan tugas perkembangannya. 18 Djamarah (2004: 4) menyatakan kegiatan pembelajaran tidak lain menanamkan sejumlah norma kedalam jiwa anak didik. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pembelajaran. c) Lingkungan Teman Sebaya Teman sebaya yaitu teman yang akan menjadi tempat untuk menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain yang seusianya. Memungkinkan akan terjalin hubungan sosial, sehingga antara satu dengan yang lainnya akan terjadi saling mempengaruhi. dorongan untuk menjadikan satu atau sama, sesuai dan seragam akan tercipta dengan komunikasi, yaitu memberikan saling timbal balik. Anak akan memberikan sesuatu kepada teman sebayanya, jika pada teman sebyanya itu ada sesuatu yang akan didapati. Atau jika anak akan masuk dalam suatu kelompok agar diterima pada kelompok tersebut maka ia akan dapat mengadakan kompromi. Baradja ( 2005: 77) mengemukakan bahwa terjalinnya hubungan sosial yang lebih baik pada teman sebaya, maka anak yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi hingga pada tahapan tertentu anak akan mengadakan imitasi pada teman sebayanya, seperti perbuatan, tingkah laku, dan sebagainya.