BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Sebelum membicarakan hasil belajar matematika ada baiknya terlebih dulu membicarakan matematika da bgiamana belajar dan membelajarkannya di satuan pendidikan khususnya di sekolah menegah atas SMA. Apakah matematika itu? Pertanyaan ini jawabannya dapat brbeda-beda bergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab,dimana dijawab, siapa yang menjawabnyadan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika (abraham S Luunchins dan Edith N Luchins ,dalam Suherman 1999: 119). Dengan demikian untuk menjawab peranyaan :Apakah matematika itu ? Untuk menjawabnya kita harus hati-hati. Karena itu berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing individu yang berbeda. Ada yang berpedapat bahwa matematika itu bahasa simbol,matematika itu adalah bahasa numrik, matematika itu adalah bahasa yang menghilangkan sifat kabur,majemuk, dan emosional, matematika adalah metode berpikir logis , matematika adalah saran berpikir, matematika adalah logika pada masa dewasa , matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya, matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah sains yang bekerja menarik mkesimpulan-kesimpulan yang perlu, matematika adalah sains formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulsi simbol, matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur , matematika adalah imu yang abstrak dan deduktif (Suherman, 1999. 119). 1 Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Prancis), matematico (Italy), matematiceski (Rusia) atau mathematick/wiskunde (Belanda) semuanya itu berasaldari perkataan latin mathemaca, yang mulanya diambil dari darpi perkataan Yunani , mathematike , yang berarti “ relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan pula dengan dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar atau berpikir. Secara etimologis perkataan matematika berarti ”ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. (Elea Tinggih, dalam Suherman, 1999: 119). Hal ini berarti bahwa matematika lebih menekankan pada aktivitas dalam dunia penalaran . Menurut Ruseffendi ET , dalam Suherman, 1999: 120) bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia secara empiris, kemudian pengalaman itu di proses dalam dunia penalaran (rasio), diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat dipelajari dan dipahami dengan mudah dimanipulasi secara tepat, digunakan notasi dan istilah yang cermat dan disepakati bersama secara global (unversal) yang dikenal dengan bahasa matematika. Pada bagian lain Suherman menulis kutipan beberapa pendapat para ahli tentang matematika yang telah menyinggung muatan materi yang terdapat dalam ruang lingkup matematika dan karakteristik matematika itu sendiri, yakni : 2 James dan James (1976), yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk,susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Jhonson dan Rising (1972) bahwa matematika adalah pola berpikir,pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Reys (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan , suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Kemudian Kline (1973) mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial , ekonomi dan alam. Jadi dari seluruh pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa adanya matematika itu karena kemampuan proses berpikir manusia tentang pengalaman permasalahan yang ditemui dan dipecahkan, yang kemudian pengalaman pemecahan masalah tersebut menjadi suatu yang terkonstruksi sebagai suatu konsep matematika yang kemudian dapat digunakan sebagai alat pemecahan masalah yang sama atau yang baru. Dengan demikian belajar matematika dapat melatih cara berpikir yang matematis dalam seluruh segi kebutuhan hidup manusia, dari yang paling sederhana hingga ke yang paling kiompleks. Memahami tentang pengertian matematika tidaklah cukup dengan penggambaran atas definisi para ahli diatas, tanpa mencoba mempelajari, mengkaji, mengerjakan matematika itu. (Courant dan Robin, dalam Suherman,1999: 121). 3 Peran matematika sekolah dan mempelajarinya, Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah, matematika berperan : 1) untuk mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan didalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis ,cermat, obyektif,efektif dan kreatif dan dapat diperhitungkan secara anlisis dan sintesis, 2) untuk mempersiapkan peserta didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. (Suherman:1999: 134). peserta didik mempelajari matematika yang bersifat mendasar (elementer) tetapi merupakan konsep esensial sebagai prasyarat konsep yang lebih rumit, banyak aplikasi matematika dalam kehidupan nyata peserta didik atau masyarakat sehingga pembelajaran matematika sekalipaun di atas di katakan bersifat deduktif tetapi dapat diphami melalui pendekatan induktif . hal ini tentu disesuaikan dengan kemampuan kognitif yang telah dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian matematika dalam mempelajarinya dapat melalui pendekatan pengalaman peserta didik atau benda-benda konkrit yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian untuk melatihnya dan mengembangkannya dengan menggunakan penalaran, yang dikembangkan (advanced) dari konsep-konsep sederhana ke kompleks. Sehingga matematika harus dipelajari dengan pembelajaran yang bermakna, dalam arti peserta didik memahami setiap kegiatan yang dilaksanakan seperti: tentang apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa melakukan sesuatu didalam kegiatan belajar-mengajar. Mengenai hasil belajar matematika, hasil belajar matematika sangat ditentukan oleh kebermaknan pembelajaran dan penguasaan konsep-konsep matematika beserta 4 manipulasinya dalam aplikasi. Dalam belajar matematika menghindarkan peserta didik akan bertindak seperti mesin ,berbuat sesuatu tanpa mengerti mengapa ia melakukannya. Kurikulum Matematika sekolah dewasa ini telah banyak berubah dan banyak menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan peserta didik guna megiringi cepatnya perkembangan dunia teknologi dewasa ini. Sekarang Bagaimana Hasil Belajar Matematika sekolah 2. Faktor Yang berkaitan Dengan Hasil Belajar Matematika 3. 5