BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya dimana produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). Lebih jauh Sinungan (2009) menjelaskan bahwa produktivitas adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumbersumber daya dalam memproduksi barang-barang” dan produktivitas juga diartikan: a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil. b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu- satuan (unit) umum. Pendapat lain mengenai konsep produktivitas dijelaskan oleh Ravianto (2002): a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya. b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara- 7 Universitas Sumatera Utara cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas. c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh. d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi. e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik. 2.1.2 Mengukur Produktivitas Produktivitas adalah gabungan variabel manusia dan operasi (Robbins, 2006). Untuk meningkatkan produktivitas, manajer harus berfokus pada keduanya. Produktivitas memiliki dua dimensi: dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, dan yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2003). 8 Universitas Sumatera Utara Dalam kaitannya dengan produktivitas kerja karyawan, maka produktivitas dalam penelitian ini tidak hanya sekedar rasio antara output dan input, melainkan merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini dengan karakteristik kunci profil karyawan yang produktif. 2.2 Teori Motivasi Kerja Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang produktif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Sikap mental karyawan haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, karyawan dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi) (Mangkunegara, 2005). Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan yang dijelaskan oleh Mangkunegara (2005): a. Prinsip partisipasi; Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin. 9 Universitas Sumatera Utara b. Prinsip komunikasi; Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. c. Prinsip mengakui andil bawahan; Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. d. Prinsip pendelegasian wewenang; Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. e. Prinsip memberi perhatian; Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin. Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa motivasi kerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja, atau dapat dikatakan pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja adalah atasan, rekan kerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan, dan tantangan. Lebih jauh Widhayanti (2004), menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu: faktor eksternal (karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi). Faktor eksternal yaitu lingkungan kerja 10 Universitas Sumatera Utara yang menyenangkan, tingkat kompetensi, supervisi yang baik adanya penghargaan atas prestasi, status, dan tanggung jawab. Faktor internal yaitu: tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan, dan kebosanan. 2.2.1 Hubungan Produktivitas Karyawan dengan Motivasi Kerja Kekuatan motivasi tenaga kerja untuk bekerja/berkinerja secara langsung tercermin dari upayanya seberapa jauh mau bekerja keras. Upaya ini mungkin menghasilkan kinerja yang baik atau sebaliknya, karena ada 2 faktor yang harus benar jika upaya itu akan diubah menjadi kinerja. Pertama, tenaga kerja harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Tanpa kemampuan dan upaya yang tinggi, tidak mungkin menghasilkan kinerja yang baik. Kedua adalah persepsi tenaga kerja yang bersangkutan tentang bagaimana upayanya dapat diubah sebaik-baiknya menjadi kinerja, diasumsikan bahwa persepsi tersebut dipelajari dari pengalaman sebelumnya pada situasi yang sama (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003). 2.3 Teori Kompetensi Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan mengacu pada persaingan memerlukan tenaga kerja yang kompeten. Dan dalam beberapa dekade terakhir, kompetensi sering digunakan sebagai acuan dalam penilaian produktivitas kerja. Kompetensi bagi organisasi bisnis memiliki kepentingan dalam menghadapi persaingan bisnis yang dikenal dengan sebutan core competence, dengan berbagai kepentingan dengan masalah kompetensi utamanya 11 Universitas Sumatera Utara adalah supaya seseorang dapat bekerja sesuai dengan bidang keahliannya dan dapat memperoleh atau mencapai kinerja yang tinggi. Dengan kinerja yang baik dari pekerjanya, perusahaan akan mampu meningkatkan kinerja yang memiliki daya saing (Cardy dan Selvarajan, 2006). 2.3.1 Hubungan Produktivitas Karyawan dengan Kompetensi Karyawan Perusahaan yang memiliki tenaga kompeten dapat meningkatkan kinerja perusahaan dalam lingkup Yang dimaksud kinerja perusahaan dalam era globalisasi adalah produktivitas dan persaingan. kompetensi kunci pekerja yang diharapkan adalah kemampuan dalam bekerjasama dan 4 kategori kompetensi lainnya: (a) knowledge, (b) skill, (c) attitude dan (d) lainnya (Judisseno, 2008). 2.4 Teori Pelatihan Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan untuk mencapai tujuan (Heidjarachman dan Husnan, 1997). Latihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan praktis dan penerapannya guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh organisasi . Lebih jauh Flippo (1976) menunjukkan bahwa “education is concerned with increasing general knowledge and understanding of our total environment” (pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kerja secara menyeluruh). Serta “Training is the act 12 Universitas Sumatera Utara of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job” (latihan merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki definisi yang berbeda tetapi keduanya saling berhubungan. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas untuk meningkatkan pengetahuan umum karyawan. Latihan berorientasi pada praktik, bersifat penerapan langsung untuk meningkatkan kecakapan, keterampilan, keahlian, dan sikap karyawan untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang merupakan suatu proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya pendidikan dan latihan dapat dirinci antara lain (Handoko, 2002): 1. Pengikut pelatihan dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih efisien. 2. Pengawasan yang dilakukan lebih sedikit karena karyawan mendapatkan pelatihan khusus dalam melaksanakan tugasnya, maka lebih sedikit kesalahan yang dilakukannya. 3. Peserta pelatihan dapat lebih berkembang karena sulit bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya tanpa ada suatu pelatihan yang khusus. Dengan pelatihan membuktikan bahwa pengembangan diri seseorang akan lebih cepat. 4. Menstabilisasi karyawan atau untuk mengurangi labour turn over karena para karyawan yang mendapatkan pelatihan yang umumnya cenderung lebih lama bekerja dalam perusahaan yang memberikan kesempatan pelatihan. 13 Universitas Sumatera Utara 5. Pelatihan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya serta mengurangi tingkat kecelakaan karyawan sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang. Terdapat dua tujuan utama program pelatihan. Pertama, pelatihan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, programprogram tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan. Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan perusahaan atau organisasi sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Beberapa indikator yang dapat dipakai dalam mengukur efektivitas pelatihan yaitu: “Kurikulum dan relevansi yang digunakan, mutu, pandangan karyawan atau peserta tentang pelaksanaan pelatihan, kemampuan instruktur dalam memberikan pelatihan dan bagaimana cara penerapan prinsip belajar dalam pelaksanaan pelatihan, waktu dan skill” (Heidjarachman dan Husnan, 2002). 2.4.1 Hubungan Produktivitas Karyawan dengan Pelatihan Pelatihan sumber daya manusia merupakan salah satu topik yang sangat penting dalam rangka manajemen sumber daya manusia. Pelatihan adalah salah satu aspek penting dalam usaha meningkatkan keunggulan bersaing organisasi 14 Universitas Sumatera Utara perusahaan. Adanya perubahan-perubahan lingkungan bisnis, lingkungan kerja, menghendaki perusahaan harus melakukan pelatihan sumber daya manusianya secara proaktif, demi mencapai produktivitas kerja yang lebih baik. Upaya peningkatan daya saing dan produktivitas perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki karena modal tidak dianggap sebagai kekuatan daya saing yang langgeng, sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting untuk meningkatkan daya saing karena sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng. (Hariandja, 2002). 2.5 Teori Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting. Karena semakin baik kedisiplinan karyawan maka semakin tinggi produktivitas kerja. Tanpa kedisiplinan karyawan yang baik maka sulit bagi perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan adalah sikap mental yang dicerminkan melalui perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kekuatan terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etika norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat untuk tujuan tertentu (Sinungan, 2009). Kedisiplinan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan (Siagian, 2001). Kedisiplinan kerja adalah sikap kejiwaan dari seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan atau keputusan yang telah ditetapkan (Sinungan, 2009). 15 Universitas Sumatera Utara Kedisiplinan kerja adalah sikap dan prilaku seorang karyawan yang diwujudkan dalam bentuk kesediaan seorang karyawan dengan penuh kesadaran dan ketulusikhlasan atau dengan paksaan untuk mematuhi dan melaksanakan seluruh kebijaksanaan perusahaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai upaya memberi sumbangan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan perusahaan (Gorda, 2004). Maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Keberhasilan pegawai dalam menjalankan kewajiban sangat tergantung pada kesediaan untuk berkorban dan bekerja keras dengan menjauhkan diri dari kepentingan pribadi atau golongan. Karena perlu sekali dimiliki kedisiplinanan oleh setiap pegawai dalam melakukan tugasnya agar efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Tipe kedisiplinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu (Gorda, 2004) : 1. Kedisiplinan preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti standar dan aturan sehingga penyelewengan penyelewengan dapat dicegah. Kedisiplinan preventif ini sasaran pokoknya adalah mendorong kedisiplinan diri diantara para karyawan. 2. Kedisiplinan korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran tcrhadap aturan -aturan dan mencoba untuk menghindarkan pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kedisiplinan korektif sering berupa hukuman yang sering disebut tindakan pendisiplinan (Disciplinary Action). Tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing. 16 Universitas Sumatera Utara Untuk mengukur scberapa jauh kedisiplinan kerja karyawan dapat dilihat dari ketidak hadiran atau absensi dan tingkah laku karyawan atau moral karyawan. 2.5.1 Hubungan Produktivitas Karyawan dengan Kedisiplinan Kerja Usaha untuk mengembangkan etos kerja produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas individu juga produktivitas karyawan secara keseluruhan. Tinggi rendahnya produktivitas kerja manusia sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja, orang yang termotivasi untuk berhasil akan mempunyai prestasi yang terbaik pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan sedang, ini berarti orang tersebut menyenangi tujuan yang sebatas kemampuannya. Orang yang mempunyai need for achievement tidak akan menunda pelaksanaan pekerjaannya akan membagi pemecahan persoalan yang akan timbul atau dihadapi dalam pelaksanaan tugas. Produktivitasjuga diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi atau objek. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan didukung dengan adanya kedisiplinan kerja (Kusumawarni, 2007). 2.6 Teori Kepemimpinan Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen. Oleh karena itu kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya keterbatasan keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri individual, 17 Universitas Sumatera Utara kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam administrasi, dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Para ahli dalam bidang organisasi mengajukan pendapat tersendiri mengenai kepemimpinan. beberapa pendapat tersebut antara lain : 1. Kepemimpinan (Leadership) adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Veithzal, 2004). 2. Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbedabeda menuju pencapaian tertentu (Arep dan Tanjung, 2003). Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri, seorang pemimpin yang berhasil di lingkungan kerja, dengan adanya kepemimpinan belum tentu cocok bila diaplikasikan pada perusahaan lain karena keberhasilan gaya kepemimpinan sangat tergantung pada situasi perusahaan yang dipimpinnya itu. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang berhasil mengusahakan karyawannya untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, akan bergantung dengan kemampuannya dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang dihadapinya. 2.6.1 Hubungan Produktivitas Karyawan dengan Kepemimpinan Seperti kita ketahui bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada 18 Universitas Sumatera Utara kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang dihadapinya. Beberapa pendapat mengenai kepemimpinan yang baik antara lain: 1. “ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling cocok bagi waktu tertentu dan benar benar mampu bertindak demikian “. Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinannya kepemimpinan itu dapat yang efektif, mempengaruhi dimana bawahannya dengan untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan bersama (Tannenbaum dan Schmidt,1973). 2. “ Pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, kedisiplinan, dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan “. Dengan mengerti dan mengetahui hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain. Tugas pemimpin adalah mengidentifikasikan dan memotivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan (Timpe, 1999). Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap produktivitas kerja karyawan. Peranan faktor manusia senantiasa memeperhatikan keinginan dan kemampuan setiap karyawan. Setiap karyawan didalam perusahaan harus senantiasa dipelihara dan dikembangkan kemampuannya untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan kerja karyawan adalah tugas pemimpin dalam 19 Universitas Sumatera Utara mengidentifikasikan dan mengaktifkan motivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan. 20 Universitas Sumatera Utara