Pemodelan Proses Bisnis Melalui Perspektif

advertisement
Pemodelan Proses
Pengetahuan
Bisnis
Melalui
Perspektif
Manajemen
Oleh
Oleh : Eriya
Oleh : Eriya, S.Kom, MT
(Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi)
Abstrak
Abstrak
Dalam pertumbuhan ekonomi ke era informasi dan post-industrial, informasi dan
pengetahuan menjadi sumber daya yang penting dalam organisasi. Paper ini membahas
mengenai bagaimana peran dan kontribusi dari pemodelan proses bisnis dalam
manajemen pengetahuan dan dalam pengetahuan manajemen perusahaan yang spesifik.
Pemodelan Proses bisnis merupakan alat untuk manajemen pengetahuan
mentransformasikan pengetahuan informal ke dalam pengetahuan formal dan
memfasilitasi externalisasi dan berbagi pengetahuan. Paper ini juga membahas proses
pemetaan dari konsep pemodelan proses ke dalam siklus hidup pengetahuan.
Kata kunci : proses bisnis, knowledge management, manajemen pengetahuan
I. Pendahuluan
Knowledge Management (KM) merupakan suatu teknik yang dapat membantu
seseorang untuk mendapatkan dan berbagi pengetahuan, pengalaman dan keahlian.
Beberapa daya penggerak yang menjadikan Knowledge management sesuatu yang
menarik adalah
Sejak ditemukannya KM pada awal tahun 1990 an, KM telah berkembang dari
pengenalan bagaimana sulitnya berhubungan dengan kompleksitas dalam suatu
lingkungan kompetisi yang terus meningkat karena adanya perkembangan teknologi dan
permintaan customer, KM
memberikan penjelasan mengenai kemampuan manajer, komunikasi mereka dan
menciptakan kesadaran bahwa pengetahuan merupakan asset ekonomi yang penting
yang dapat meningkatkan daya saing organisasi.
Beberapa organisasi telah mengadopsi konsep KM dan menjadikannya sabagai
komponen untuk implementasi KM. Hasil dari belajar organisai, proses bisnis reengineering, model proses bisnis, manajemen kualitas dan bisnis inteligen dapat
digunakan sebagai pondasi untuk mengadopsi konsep KM secara menyeluruh dan
membangun perusahaan yang berbasis pengetahuan.
II. Analisis Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah bagaimana hubungan antara
pemodelan proses bisnis dengan manajemen pengetahuan dalam sebuah perusahaan.
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
1
III. Solusi Masalah
3.1 Proses Bisnis dan Pemodelan Proses Bisnis
Defenisi dari proses bisnis dapat dilihat sebagai berikut :
The Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1999) mendefenisikan
proses sebagai rangkaian kegiatan atau operasi yang berguna untuk suatu akhir atau
sebagai kumpulan perubahan-perubahan yang menghasilkan suatu hasil. Proses bisnis
adalah kumpulan kegiatan untuk merubah system input menjadi system output yang
diinginkan dengan aplikasi dari sumber daya system.
Menurut Davenport (1993) dan ISO9000:2000
Proses bisnis adalah sesuatu yang tersusun dan terukur, mengatur dan mengontrol
kumpulan dari kegiatan yang berhubungan dan berinteraksi dengan menggunakan sumber
daya untuk mengubah input menjadi output yang spesifik (barang dan jasa) untuk
customer atau pasar.
3.2 Model Proses Bisnis
Model Adalah kumpulan fakta tentang sebuah entity yang ditangkap dalam
beberapa struktur dan dokumentasi. Kumpulan fakta akan menjadi sebuah model hanya
jika semua fakta yang berhubungan ditangkap. Sebagai contoh model M memodelkan
entity A, jika model M menjawab semua pertanyaan yang berhubungan dengan A.
Pemodelan adalah sebuah abstraksi dan proses pemetaan dunia nyata menjadi
sebuah representasi formal, dimana hubungan antar fakta diekspresikan dalam istilah
formal yang disebut dengan bahasa pemodelan.
Model proses bisnis merupakan model enterprise yang berfocus pada deskripsi
dari karakteristik dan fitur-fitur dari proses bisnis. Sebagai contoh model proses bisnis
digunakan untuk mendefenisikan fungsional dan struktur dari sebuah proses ( sub proses,
kegiatan dan operasi), urutan kegiatan dan hubungannnya, biaya dan karakteristik
pemakaian sumber daya.
Model proses bisnis digunakan untuk mencapai hal berikut : (Vernadat, 1996)
1. Pemahaman yang lebih baik dari proses yang kompleks.
2. Memperbaiki transparansi dari perlakuan system yang dapat membuat manajemen
proses bisnis lebih baik.
3. Pemahaman yang lebih baik dan representasi yang seragam dari sebuah entity.
4. Modal dari pengetahuan bisnis yang diperoleh dan perbaikan reusabilitynya.
5. Perbaikan proses ( untuk memperbaiki karakteristik dari proses bisnis)
3.3 Kategori Model Proses Bisnis dan Type Proses Bisnis
Tujuan pemodelan adalah untuk menentukan fitur-fitur atau property apa dari
proses bisnis yang perlu untuk direpresentasikan. Ada dua kategori utama dari model
proses bisnis yaitu model aktivitas dan model tingkah laku
1. Model aktivitas konsern pada fungsionalitas dari proses bisnis, seperti kegiatankegiatan dan operasi yang ada dalam proses tersebut. Menjelaskan kegiatankegiatan proses bisnis dan hubungannya dengan produk dan sumber daya.
Model aktitas menentukan sebuah proses dengan menjelaskan:
a. Struktur proses (subproses dan kegiatan)
b. Kebutuhan Input dan output yang dihasilkan untuk setiap sub proses atau
kegiatan
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
2
c. Control/pengendalian
d. Sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan dan objek-objek yang
berperan di dalamya.
2. Model Tingkah laku menangkap aliran control yang ada dalam sebuah proses.
Aturan-aturan dalam setiap kegiatan harus penuhi. Dapat dilakukan secara
eksplisit (menjelaskan sebuah prosedur) atau secara implicit (menjelaskan aturanaturan perubahan). Model tingkah laku tidak menjelaskan objek dan sumber daya
yang digunakan atau yang diproduksi oleh proses. Model tingkah laku cocok
digunakan untuk analisa dan desain proses bisnis yang real time dan event-event
yang kritis seperti pengembangan model simulasi.
Type Proses bisnis terdiri dari
1. Manufaktur
2. Proses bisnis lainnya seperti engineering, desain, produksi, dan lain-lain.
3.4 Pengetahuan
Beberapa defenisi pengetahuan :
The Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1999) Mendefenisikan
pengetahuan sebagai fakta, perasaan atau pengalaman yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang.
Menurut Baker et al. (1997) pengetahuan adalah ide-ide, pendapat, bakat, alasan,
hubungan, perspektif dan konsep. Pengetahuan dapat dihubungkan dengan customer,
produk, kebudayaan, keahlian dan pengalaman dan keterampilan.
Bender and Fish (2000) memikirkan bahwa pengetahuan berasal dari kepala
individu yang mempunyai ide, fakta, konsep, data dan teknik yang terekam dalam
memori berdasarkan informasi yang diubah dan diperkaya oleh pengalaman pribadi,
kepercayaan dan nilai-nilai yang relevan dengan maksud di atas. Pengetahuan yang
dibentuk oleh seseorang bisa berbeda dengan orang lain yang menerima informasi yang
sama.
Baker et al. (1997) mendefenisikan pengetahuan dalam rumus yang sederhana:
Pengetahuan = Informasi + [keahlian + pengalaman + kemampuan personal]
Pengetahuan diciptakan dari data yang telah diolah menjadi informasi yang
diinterpretasikan dan diingat oleh seseorang dengan keterampilan-keterampilan yang
diberikan, pengalaman dan kemampuan personal. Pengetahuan memberikan kemampuan
kepada seseorang dengan menggunakan informasi untuk memandu tindakan seseorang
dengan cara dan situasi yang sesuai.
3.5 Kategori Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi dua kategori :
1. Explicit knowledge
2. Tacit knowledge
Polanyi (1966) mendefenisikan tacit knowledge sebagai pengetahuan yang
dinyatakan secara tidak langsung dan tidak bisa didokumentasikan secara nyata,
meskipun demikian individu mengetahuinya dari pengalaman, dari orang lain atau dari
kombinasi beberapa sumber. Explicit knowledge merupakan pengetahuan yang dapat
dilihat secara eksternal dan dapat didokumentasikan
Skyrme and Amidon (1997) mendefenisikan explicit knowledge sebagai formal,
objektif dan sistematis dan secara umum dapat disusun dalam kata-kata dan angka-angka.
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
3
Explicit knowledge diperoleh dari beberapa sumber termasuk data internal perusahaan,
proses bisnis, kebijakan dan prosedur juga dari sumber-sumber eksternal.
Polanyi (1958) juga memberikan defenisi yang terinci dan substansial dari
kategori pengetahuan. Dia melihat tacit knowledge sebagai bentuk pengetahuan
seseorang yang diperoleh dari pengalaman langsung. Tacit knowledge
adalah
pengetahuan dibentuk dari sesuatu yang non-verbal, oleh karena itu pemilik tidak dapat
menjelaskannya kepada orang lain. Tacit knowledge menjadi sesuatu yang tersembunyi,
sebagai contoh kebiasaan sehari-hari dan kebudayaan. Explicit knowledge dapat
diekspresikan ke dalam symbol-simbol dan dapat dikomunikasikan dengan orang lain
dengan menggunakan symbol-simbol tersebut.
Beijerese (1999) menetapkan bahwa explicit knowledge adalah ditandai dengan
kemampuannya untuk dinyatakan sebagai kata atau angka dalam bentuk data, rumusrumus, manual, file-file computer, dokumen-dokumen, hak paten dan prosedur standar
atau aturan-aturan pekerjaan umum yang dapat dengan mudah disebarkan. Sebaliknya
implicit (tacit) knowledge sulit untuk disusun sehingga sulit juga untuk disebarkan.
Pengetahuan ini ada dalam hati dan pikiran manusia.
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan eksplisit
(explicit knowledge) adalah pengetahuan yang dapat disusun dengan jelas dan dituliskan
dengan demikian pengetahuan ini dapat dibagi dan disebarkan secara konskuen. Tacit
knowledge adalah pengetahuan yang dikembangkan dan diturunkan dari lingkungan
praktis. Tacit knowledge dapat dipahami dan digunakan tapi tidak dapat diidentifikasi
dengan jelas.
Walaupun tacit knowledge tidak dapat disebarkan secara langsung tapi dapat membantu
orang lain untuk mendapatkan pengalaman yang sama. Tacit knowledge bisa terdiri dari
penilaian, keterampilan, model mental, intuisi dan kepercayaan dan dapat dibagi melalui
percakapan langsung, berbagi cerita dan pengalaman.
Gambar 1. Kategori Pengetahuan
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
4
3.6 Proses Pengetahuan dan Sumber Pengetahuan
Literatur manajemen pengetahuan menunjukkan bermacam-macam kerangka dan
aktivitas manajemen pengetahuan. Beberapa kerangka kerja tersebut disusun dari
kegiatan tingkat rendah sampai ke kegiatan tingkat tinggi.
Nonaka and Takeuchi (1995) mendefenisikan empat proses pengetahuan:
1. Internalisasi, merupakan proses dimana setiap orang menyimpan pengetahuan
eksplisit untuk menciptakan pengetahuan tacit.
2. Externalisasi merpakan proses dimana seseorang mengubah tacit knowledge nya
menjadi Pengetahuan eksplisit melalui dokumentasi dan verbalisasi.
3. Kombinasi adalah proses dimana pengetahuan eksplisit baru diciptakan melalui
kombinasi dari pengetahuan ekspilisit lainnya.
4. Sosialisasi merupakan proses pemindahan pengetahuan tacit antara individuindividu melalui observasi dan dengan seorang mentor atau dengan orang yang
mempunyai keahlian atau pengetahuan yang lebih.
Davenport and Prusak (1998) mengidentifikasikan 4 (empat) proses pengetahuan:
1. Generasi Pengetahuan /knowledge generation
Proses penciptaan dan akusisi pengetahuan
2. Penyusunan pengetahuan/knowledge codification
Proses penyusunan dan penyimpanan pengetahuan
3. Transfer Pengetahuan /knowledge transfer
Prose perpindahan pengetahuan
4. Aplikasi pengetahuan / knowledge application
Proses ini dapat dinyatakan sebagai perubahan-perubahan diantara kategori
pengetahuan
Alavi and Marwick (1997) mendefenisikan 6 (enam) aktivitas Manajemen pengetahuan:
1. Perolehan (Acquisition).
2. Penyusunan (Indexing).
3. Penyaringan (Filtering).
4. Klasifikasi, pendaftaran dan penggabungan.
5. Distribusi (Distributing).
6. Penggunaan aplikasi atau pengetahuan
Holsapple and Joshi (2002) memberikan 4 (empat) kategori utama dari kegiatan
manipulasi pengetahuan:
1. Kegiatan untuk mendapatkan
Merupakan kegiatan yang mengidentifikasikan pengetahuan dalam lingkungan
eksternal dan merubahnya ke dalam sebuah representasi yang dapat dijadikan
pengetahuan internal dan digunakan.
2. Pemilihan kegiatan
Mengidentifikasikan pengetahuan yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi,
kegiatan ini sama dengan perolehan, kecuali menggunakan sumber-sumber yang
sudah ada dalam organisasi.
3. Internalisasi termasuk menggabungkan atau membuat pengetahuan organisasi.
4. Menggunakan.
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
5
Kegiatan ini menggambarkan terbentuknya pengetahuan baru dengan proses
pengetahuan yang sudah ada, dan mengeksternalisasikan pengetahuan sehingga
pengetahuan tersebut tersedia di luar organisasi.
Dari proses pengetahuan di atas dapat disimpulkan, bahwa aliran proses
pengetahuan yang lengkap terlihat dari aliran antara organisasi dengan dunia luarnya dan
aliran antara individu-individu dengan lingkungan luar organisasi. Hal ini penting karena
individu-individu professional organisasi memiliki komunitas yang berbeda. Dan
hubungan komunitas ini sama pentingnya dengan hubungan individu tersebut dengan
organisasinya.
3.7 Sumber Pengetahuan.
Holsapple and Joshi (2002) membagi sumber pengetahuan ke dalam dua sumber
yaitu:
1. Schematic resources
2. Content resource.
Kedua skema ini merupakan bagian yang penting dari sumber pengetahuan
sebuah organisasi. Content knowledge diwujudkan dalam representasi yang dapat
digunakan . Peserta mempunyai keahlian memanipulasi pengetahuan dan mereka dapat
menyimpan pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan skematik adalah representasi atau
penyampaian kerja sebuah organisasi. Pengetahuan ini menunjukkan tingkah laku
organisasi. Persepsi dari Pengetahuan skematik dapat ditangkap dan disimpan dalam
ingatan peserta. Sumber pengetahuan skematik saling berhubungan satu sama lain.
Ada 4 (empat) sumber pengetahuan skematik :
1. Kebudayaan
sebagai asumsi dasar dan kepercayaan yang bisa dibagi oleh anggota-anggota
organisasi
2. Infrastruktur
Pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan yang telah didefenisikan untuk seluruh
anggota organisasi
3. Tujuan
Mendefenisikan tujuan atau alasan mengapa organisasi itu ada
4. Strategi
Mendefenisikan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif.
Sebagai tambahan sumber pengetahuan sebuah organisasi dapat mengambilnya
dari lingkungan yang merupakan sumber pengetahuan potensial. Melalui kontak dengan
lingkungannya sebuah organisasi dapat melengkapi sumber pengetahuannya. Sumber
pengetahuan yang berasal dari lingkungan tidak diambil secara langsung oleh organisasi,
tetapi dikontrol terlebih dulu.
3.8 Model Proses Pengetahuan
Model ini mendefenisikan dua kategori utama dari proses pengetahuan:
1. Proses pengetahuan eksternal
2. Proses pengetahuan internal
Proses pengetahuan internal, merupakan pengetahuan yang berasal dari
lingkungan dimana pengetahuan itu diturunkan, menggunakan 2 (dua) mekanisme utama
:
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
6
a. Proses pemilihan pengetahuan internal yang berasal dari dalam sumber
pengetahuan.
b. Proses mendapatkan pengetahuan yang berasal dari luar sumber pengetahuan.
Proses Pengetahuan eksternal termasuk artikulasi dan penyusunan pengetahuan
ke dalam bentuk formal atau nonformal. Pengetahuan formal dapat dieksternalisasi
dengan model dan penjelasan formal, sedangkan pengetahuan informal dapat
diekternalisasi dengan menggunakan penjelasan informal atau model yang tidak lengkap.
Gambar 2. Model Proses Pengetahuan
3.9 Pemodelan Proses Bisnis dan Manajemen Pengetahuan
Sistem Manajemen Pengetahuan berfocus pada solusi untuk pengaturan dan
distribusi pengetahuan .
Rouggles (1998) menemukan empat projek manajemen pengetahuan secara umum yang
dilakukan oleh organisasi yaitu :
a. Menggunakan internet
b. Gudang pengetahuan (knowledge repositories)
c. Tool pendukung keputusan (decisionsupport tools)
d. Groupware untuk mendukung kolaborasi.
Spender (2002) menetapkan bahwa yang menjadi penting dalam manajemen pengetahuan
adalah system computer dan aplikasi pengumpulan data enterprise dan manajemen
kolaborasi yang meningkatkan volume komunikasi, ketepatan waktu dan ketelitian.
Pendekatan manajemen pengetahuan berfocus pada teknik dan tool yang
digunakan untuk menangkap informasi yang tersedia, dan teknik dan tool ini dapat
menjamin bahwa informasi yang ditangkap berkualitas tinggi dan dapat diinterpretasikan
dengan cara yang diinginkan.
Berdasarkan fitur-fitur dari pemodelan proses bisnis dan persoalan-persoalan
dalam penangkapan dan berbagi pengetahuan, pemodelan proses bisnis tidak hanya
penting untuk process engineering tetapi juga merupakan pendekatan yang mengubah
pengetahuan informal menjadi pengetahuan formal. Dan dapat memfasilitasi
eksternalisasi, sharing dan internalisasi pengetahuan. Pemodelan proses bisnis
mempunyai kekuatan untuk meperbaiki ketersediaan dan kualitas pengetahuan yang
ditangkap, meningkatkan reusability, dan secara konsekuen mengurangi biaya transfer
pengetahuan.
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
7
3.10 Hubungan Pemodelan Proses Bisnis dan Manajemen Pengetahuan
Pada awalnya pengembangan metode pemodelan proses bisnis hanya untuk
analisa dan desain proses bisnis, berkonsentrasi pada bagaimana model ini dapat
mendukung tim analisa dan desain dalam melakukan analisa dan desain proses,
sedangkan bagaimana model ini dapat digunakan untuk efektifitas dan efisien dalam
pembagian informasi antara stakeholder perusahaan tidak banyak mendapat perhatian.
Jika model-model enterprise seperti model proses bisnis,
memasukkan
pengetahuan proses maka model akan menjadi lebih baik untuk dipahami pada tingkat
apa dan bagaimana pengetahuan proses yang telah ada dapat dieksternalisasi sebagai
model formal, dan dibawah kondisi apa model ini bisa dikomunikasikan secara efektif
diantara stakeholder.
3.11 Model Siklus Hidup Pengetahuan
Gambar 3. Siklus Hidup Pengetahuan
Model perusahaan merupakan objek yang diinterpretasikan secara semantic oleh
peserta-peserta dalam sebuah percakapan dan menetapkan criteria untuk pemahaman
umum. Pemahaman merupakan bagian yang sangat penting dalam berbagi pengetahuan.
Model pengetahuan perusahaan hanya dapat diterjemahkan dengan benar oleh orang
yang menghasilkan pengetahuan tersebut.
Gambar 3 merepresentasikan hubungan antara tipe-tipe pengetahuan yang
berbeda yang dapat digunakan sebagai kerangka kerja teoritis. Agar karyawan mampu
melaksanakan produksi, layanan atau proses-proses pengambilan keputusan, mereka
harus menguasai pengetahuan bekerja (working knowledge) seperti proses-proses
fungsional, kebutuhan input dan output yang dihasilkan, organisasi, manajemen dan
sebagainya. Pengetahuan bekerja terus menerus dikembangkan dan diperbaharui melalui
penerimaan informasi yang berasal dari lingkungan internal dan dari lingkungan eksternal
melalui proses perolehan pengetahuan.
Pengetahuan bekerja dari perspektif pemilik pengetahuan biasanya tersembunyi.
Pemilik pengetahuan tidak perlu menggunakan pengetahuan yang dikuasainya secara
eksplisit yang disusun untuk mendukung tindakan-tindakan mereka. Mereka memahami
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
8
dan mengetahui apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mereka harus menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Menggunakan pengetahuan eksplisit formal biasanya akan
melambatkan tindakan.
Pengetahuan bekerja dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu : pengetahuan
formal dan pengetahuan non formal. Formalitas dan deskripsi structural dari prosesproses inovatif dan kreatif seperti manajemen, proses desain dan engineering merupakan
tugas yang sulit untuk dilakukan, karena fakta-fakta dari proses tersebut tidak dikenal
ataupun dipahami dengan baik oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan tersebut.
Secara konsekuen pengetahuan proses jenis ini dimasukkan ke dalam tipe tacit
knowledge
karena tidak bisa diformalisasikan. Pengetahuan formal merupakan
pengetahuan tentang struktur proses. Pengetahuan ini sangat penting dan berharga untuk
manajemen pangetahuan karena memungkinkan untuk didistribusikan dan dibagi dengan
relatif mudah. Proses perubahan bentuk pengetahuan non formal ke dalam pengetahuan
formal menggambarkan suatu proses yang penting dalam manajemen pengetahuan. Biaya
dari manajemen pengetahuan yang diukur dari tingkat penggunaan kembali dan
pengembalian investasi perusahaan untuk pengetahuan eksplisit formal menjadi lebih
rendah dari pada pengetahuan tacit.
Agar mampu melakukan proses formalitas di atas kita membutuhkan kemampuan
tambahan yang dikenal sebagai berbagi bersama secara kultural atau pengetahuan situasi
seperti pengetahuan yang dibagi bersama oleh masyarakat yang mengharapkan
keseragaman dalam menginterpretasikan model formal dari tujuan proses. Pembagian
pengetahuan secara kultural memainkan peran yang penting dalam pemahaman proses
atau entitas yang dimasalahkan dan dalam struktur formalisasinya, seperti proses
akuntansi hanya bisa dikerjakan oleh orang yang memahami akuntansi itu sendiri. Tapi
dalam bentuk formal bisa diinterpretasikan oleh individu lain yang mempunyai asumsi
yang telah mendapat pengetahuan secara kultural.
Tipe pengetahuan (eksplisit dan tacit) menggunakan tool dan pendekatan yang
berbeda dalam menangkap pengetahuan :
1. Tacit knowledge , baik formal maupun non formal dipindahkan melalui
demontrasi langsung, cerita dari orang ke orang, atau dalam bentuk persentasi
informal, pengetahuan tacit formal juga dapat ditemukan melalui proses penelitian
dan dapat dibuat menjadi eksplisit.
2. Explicit knowledge dapat ditangkap dan dipersentasikan dalam persentasi
eksternal melalui proses penangkapan pengetahuan atau dikenal sebagai
penyusunan pengetahuan. Sebuah persentasi eksternal dapat menjadi formal atau
informal.
Sebuah persentasi pengetahuan eksternal yang informal disertai dengan
interpretasi yang dapat secara langsung membangun working (tacit) knowledge meskipun
penggunaan persentasi ini hanya dalam situasi yang terbatas dan sulit untuk
memverifikasi kebenaran interpretasi dan kelengkapan perpindahan pengetahuan
tersebut, akan tetapi verifikasi dari kebenaran interpretasi dan kelengkapan dapat melalui
pemeriksaan langsung pemahaman dari individu internal pada tipe pengetahuan ini.
Sebuah persentasi eksternal yang formal seperti model proses bisnis
dikembangkan dalam bahasa pemodelan menjadi interpretasi utama untuk digunakan.
Untuk menafsirkan isi seperti penangkapan informasi dalam model ini memerlukan
keahlian pengetahuan proses . Keahlian interpretasi model formal adalah umum dan
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
9
tidak tergantung pada situasi oleh karena itu sekelompok orang yang berjauhan dapat
membaginya. Representasi formal harus diinterpretasikan dengan acuan untuk berbagi
pengetahuan bersama secara cultural, pengetahuan yang diasumsikan sehingga isi dari
pengetahuan formal (informasi yang ditangkap dalam model proses bisnis) dapat
dipahami dan diinterpretasikan dalam cara yang diinginkan.
Penggunaan ulang dari pengetahuan eksternal yang formal mempunyai dampak
efsiensi dalam pelaksanaan proses. Belajar proses secara formal mengalami suatu proses
internalisasi, oleh karena itu perpindahan pengetahuan formal yang diperoleh ke dalam
tacit knowledge adalah proses pelajaran yang alami dan penting untuk efisiensi.
Di samping pentingnya proses formalisasi/struktur dari pengetahuan, kemudahan
akses dan penyaluran dari model proses bisnis adalah kunci utama yang menentukan agar
berhasilnya Manajemen Pengetahuan dalam organisasi. Organisasi dapat menggunakan
infrastruktur informasi dan bermacam-macam teknologi seperti internet, web tool, dan
sebagainya untuk mendukung penyimpanan, penyusunan, klasifikasi kegiatan transfer
dan sharing. Menggunakan model proses distribusi seperti itu dapat menyediakan
informasi untuk semua stakeholder dan akses mereka dapat dilakukan dengan platform
hardware dan software yang independent.
IV. Kesimpulan
Pemodelan proses bisnis merupakan salah satu komponen yang bermanfaat untuk
mengimplementasi manajemen pengetahuan dan sebuah komponen kunci dari
manajemen pengetahuan. Pemodelan proses bisnis merupakan alat yang penting untuk
manajemen pengetahuan yang dapat merubah pengetahuan informal menjadi
pengetahuan formal dan memudahkan dalam eksternalisasi dan sharing pengetahuan.
Disamping itu pemodelan proses bisnis mempunyai potensi untuk menetapkan criteriakriteria untuk pemahaman yang seragam dan memperbaiki ketersediaan dan kualitas
pengetahuan yang ditangkap, meningkatkan reusability, dan secara konsekuen
mengurangi biaya-biaya perpindahan pengetahuan.
Karena model proses bisnis harus mewujudkan pengetahuan proses, pemahaman
yang lebih baik dan tingkat komunikasi yang efektif dari proses bisnis, maka
diperkenalkan bagaimana model atau kerangka kerja perusahaan menangkap dan
membagi pengetahuan yang terbungkus di dalam proses bisnis tersebut. Kerangka kerja
ini juga dapat :
1. Membantu menghindari harapan-harapan yang tidak realistis dari usaha
pemodelan bisnis.
2. Menyajikan kategori-kategori pengetahuan utama, langkah-langkah dalam
perubahan bentuk pengetahuan dan aktivitas dalam proses ini.
3. Menggambarkan hubungan antara pengetahuan formal dan nonformal dan tipetipe proses.
4. Menekankan pentingnya proses perubahan bentuk pada bagian formal dari
pengetahuan ke dalam persentasi formalnya sebagai suatu proses penting dalam
manajemen pengetahuan.
Daftar pustaka
K. Brane, B,Peter (2006), ‘‘Business Modelling Through The Knowledge Management
Perspective’’, Journal of Knowledge Management, Vol. 10 No. 3, pp.40-54
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
10
P.Giorgos, M.Gregoris (2003), “ Knowledge Modelling in Weakly- Structured Business
Process”, Journal of Knowledge Management, Vol. 7 No. 2, pp.18-33
C .Heinrich, K.Christian, E. Daniela (2007), “Business Process Modeling and
Requirements
Modeling”, Proceedings of the First International Conference on the Digital Society
(ICDS'07)
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.2, Nopember 2010 – STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi
11
Download