Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 PENGARUH PROMOSI TERHADAP BRAND AWARENESS PADA POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA” Suci Purwandari Politeknik Indonusa Surakarta Abstraks Usaha untuk memperkenalkan Politeknik Indonusa Surakarta kepada masyarakat umunya dan khususnya siswa SLTA telah dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta melalui media periklanan, promosi atau orientasi kepada sekolah-sekolah SLTA di wilayah Surakarta. Namun, hasil dari usaha tersebut dirasakan masih belum optimal untuk membuat siswa terkesan dengan Politeknik Indonusa Surakarta. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengukur efektifitas kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta, terutama untuk membangun Brand Awareness terhadap Politeknik Indonusa Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Brand awareness Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) berdasarkan top of mind, brand recall, brand recognition dan unaware of brand. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLTA di Kota Surakarta dan Sukoharjo. Sedangkan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 responden siswa kelas 3 SLTA di kota Surakarta dan Sukoharjo, yang terdiri dari 60 responden yang berasal dari SLTA yang mendapatkan promosi langsung dari Politeknik Indonusa Surakarta dan 60 responden yang berasal dari SLTA yang tidak mendapatkan promosi langsung dari Politeknik Indonusa Surakarta. Pengambilan sampel dilapangan menggunakan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan metode analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Universitas Sebelas Maret (UNS) menempati posisi top of mind yaitu sebesar 4,67% pada siswa sekolah yang diberikan promosi dan 50% pada siswa sekolah yang tidak diberikan promosi oleh Politeknik Indonusa Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta menempati posisi brand recall yaitu sebesar 45% pada siswa sekolah yang diberikan promosi dan 41,7% pada siswa sekolah yang tidak diberikan promosi oleh Politeknik Indonusa Surakarta. Pada analisis brand recognition didapatkan bahwa sebanyak 83% responden yang perlu diingatkan akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa sekolah yang mendapatkan promosi dan 53,3% responden yang perlu diingatkan akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa sekolah yang mendapatkan promosi. Pada analisis unaware of brand di sekolah yang mendapatkan promosi terdapat 11,7% siswa yang tidak tahu Politeknik Indonusa Surakarta dan di sekolah yang tidak diberi promosi sebanyak 45% siswa tidak mengetahui Politeknik Indonusa Surakarta. Kata Kunci: Brand Awareness, Promosi keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, salah satu keunggulan kompetitif yang digunakan adalah dapat menempatkan produk atau jasanya di benak konsumen. Oleh karena itu para pelaku bisnis di institusi pendidikan harus dapat mengambil kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan pangsa pasar. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan suatu kekuatan merek (brand equity). Politeknik Indonusa Surakarta yang saat ini semakin berkembang harus mampu mempertahankan dan meningkatkan kekuatan mereknya di benak masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar tingkat I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan bisnis saat ini sangat cepat, hal ini menyebabkan persaingan antar pelaku bisnis semakin ketat. Tidak terkecuali dengan dunia pendidikan. Dukungan pemerintah yang besar pada dunia pendidikan dengan mengalokasikan dana pada APBN menyebabkan setiap lembaga pendidikan berlomba untuk menunjukkan eksistensinya. Keadaan ini memacu institusi pendidikan untuk selalu tanggap dalam menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi. Institusi pendidikan harus mampu mengerahkan upaya untuk menciptakan 57 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 kesadaran masyarakat terhadap Politeknik Indonusa semakin tinggi. Tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek (Brand Awareness) sangatlah penting bagi Politeknik Indonusa Surakarta untuk menyediakan jasa pendidikan yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen atau mahasiswanya. Kota Surakarta yang terkenal dengan kota Budaya dan Pendidikan, memiliki perguruan tinggi yang cukup banyak dan berkualitas. Untuk dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain, maka Politeknik Indonusa Surakarta harus mampu memberikan yang terbaik bagi penggunanya. Hal ini bertujuan untuk merebut dan menguasai pangsa pasar sehingga konsumen dapat mengingat dan mengenal jasa pendidikan yang ditawarkan oleh Politeknik Indonusa Surakarta tersebut. Agar Politeknik Indonusa Surakarta semakin terkenal di masyarakat, maka harus dilakukan upaya-upaya untuk mengelola kekuatan merek. Merek sangat bernilai karena mampu mempengaruhi pilihan dan persepsi konsumen dalam melakukan pembelian. Merek yang terkenal dapat mendorong masyarakat untuk membeli barang atau menggunakan jasa yang ditawarkan perusahaan. Dengan semakin banyaknya jumlah pemain di pasar terutama jasa pendidikan, maka otomatis timbul persaingan di antara merek- merek yang potensial di pasar dan hanya produk atau jasa yang memiliki Brand Equity yang kuat akan tetap mampu bersaing dan menguasai pasar. Semakin kuat Brand Equity suatu produk semakin kuat pula daya tarik di mata konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Menurut David A. Aaker (Durianto, 2001:4) bahwa Managing Brand Equity dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu Brand Awareness (kesadaran merek), Brand Association (asosiasi merek), Perceived Quality (persepsi kualitas), Brand Loyality (loyalitas merek) dan Other Proprietary Brand Asset (asset merek lain). Empat elemen Brand Equity di luar asset- asset merek lainnya dikenal dengan elemen-eleman utama dari Brand Equity. Kesadaran konsumen terhadap Politeknik Indonusa Surakarta sangatlah penting, karena dengan mengetahui tingkat kesadaran merek tersebut, Politeknik Indonusa Surakarta dapat mengetahui popularitasnya tersebut dikenal oleh masyarakat luas atau hanya sebatas kalangan orang tertentu saja. Agar Politeknik Indonusa Surakarta tersebut dapat melekat di hati masyarakat, maka Politeknik Indonusa Surakarta harus berlomba untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Perbedaan fasilitas, program yang ditawarkan, kualitas dosen, kualitas lulusan mahasiswa, maupun pelayanan yang di berikan para petugas saat berhadapan langsung dengan konsumen menjadi hal yang perlu diperhatikan Politeknik Indonusa Surakarta agar dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya. Hal ini di maksudkan agar konsumen lebih dapat mengingat merek dari Politeknik Indonusa Surakarta tersebut. Selain itu yang terpenting adalah jika konsumen benar- benar menyadari keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta di benak masing- masing. Beberapa usaha untuk memperkenalkan Politeknik Indonusa Surakarta kepada masyarakat umunya dan khususnya siswa SLTA telah dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta melalui media periklanan, promosi atau orientasi kepada sekolahsekolah SLTA di wilayah Surakarta. Namun, hasil dari usaha tersebut dirasakan masih belum optimal untuk membuat siswa terkesan dengan Politeknik Indonusa Surakarta. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengukur efektifitas kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta, terutama untuk membangun Brand Awareness terhadap Politeknik Indonusa Surakarta. Untuk mengetahui kesadaran terhadap Politeknik Indonusa Surakarta, maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kesadaran merek (Brand Awareness) pada lembaga pendidikan tersebut. Brand Awareness menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli dalam hal ini siswa untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk atau jasa tertentu. Untuk mengukur Brand Awareness (kesadaran merek) melalui empat tahap yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek), Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware Brand (tidak menyadari terhadap merek) (Aaker dalam Durianto, 2001:4). 58 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengukur Brand Awareness Politeknik Indonusa Surakarta didasarkan pada tingkatan Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition, dan Unaware Brand melalui suatu penelitian yang berjudul: ”PENGARUH PROMOSI TERHADAP BRAND AWARENESS PADA POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA” Handayani dkk mendefinisikan Brand Awareness adalah kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merk termasuk ke dalam kategori produk tertentu (Handayani, 2010:64). Kesadaran merk adalah kemampuan untuk mengidentifikasi (mengakui atau mengingat) merk dalam kategori, secara cukup rinci untuk melakukan pembelian (Kotler & Keller, 2007:213). Sedangkan menurut Durianto (2001:54) Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Menurut Ambadar (2007 : 67), Brand Awareness adalah ukuran kekuatan eksistensi suatu merek di benak pelanggan. Kesadaran merek merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap suatu merek dalam benak mereka, dimana hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat dan mengenali ciri khas sebuah merek, dan mengaitkannya kedalam kategori tertentu. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk meningkatkan pangsa merek. Menurut Aaker (1997) : “ kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu”. Ada empat level daya ingat konsumen mengenai merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi (Aaker, 1997) adalah sebagai berikut: 1) unaware brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat terendah dalam piramida merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. 2) Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek dimana pengenalan merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan dengan bantuan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Brand Awareness Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang mendapatkan promosi berdasarkan top of mind, brand recall, Brand Recognition dan Unaware of Brand? 2. Bagaimana Brand Awareness Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang tidak mendapatkan promosi berdasarkan top of mind, brand recall, Brand Recognition dan Unaware of Brand? 3. Apakah promosi berpengaruh terhadap Brand Awareness Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) berdasarkan top of mind, brand recall, Brand Recognition dan Unaware of Brand? II. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian dan Peranan Brand Awareness a. Pengertian Brand Awareness Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merk (Brand Awareness) adalah dimensi dasar dalam ekuitas merk. Berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merk tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan merk tersebut (Shimp, 2003:11). Definisi Brand Awareness menurut David Aaker yang dikutip dalam 59 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 3) 4) brand recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa lewat bantuan. top of mind (puncak pikiran) adalah merek yang pertama kali diingat ketika konsumen ditanya tentang kategori suatu produk yang dapat diingat kembali secara spontan tanpa bantuan. suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merekmerek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau merek yang dibenci. b. Peranan Brand Awareness Peran Brand Awareness terhadap brand equity dapat dipahami bagaimana Brand Awareness menciptakan suatu nilai. Menurut Durianto (2001:56) dapat dicapai melalui beberapa cara: 1) Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut. 2) Familiarity – Liking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi ,tissue, dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. 3) Subtance / Commitment, kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri,dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, Brand Awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. 4) Brand to consider, langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari 2. Mencapai Kesadaran Merek Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Agar Brand Awareness bisa dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut: a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta ada hubungan antara merek dengan kategori produknya. b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya (KFC dengan Kolonel Sander). d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. e. Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek atau keduanya (Nama Martina Hingis, Andre Agassi dapat menjadi isyarat untuk raket tenis). f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan pengenalan. 3. Mengukur Brand Awareness Pengukuran Brand Awareness didasarkan kepada pengertian-pengertian dari Brand Awareness yang mencakup tingkatan Brand Awareness menurut David A. 60 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 Aaker, yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek), Brand Recognition (pengenalan merek), dan Unaware Brand (tidak menyadari merek). Informasi dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang berisi pertanyaan umum atau pertanyaan khusus. a. Top of Mind Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Top of Mind adalah single respons question, artinya, responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Misalnya kategori lembaga pendidikan, dapat dilontarkan permintaan berikut: ”Sebutkan dengan cepat perguruan tinggi di Solo yang PALING Anda kenal! (sebut satu saja)” b. Brand Recall Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek- merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided questions). Masih dalam konteks yang sama, dapat ditanyakan: “Sebutkan dengan cepat perguruan tinggi lainnya yang Anda ketahui selain yang disebutkan di atas!” c. Brand Recognition Brand Recognition atau pengenalan Brand Awareness merupakan pengukuran Brand Awareness responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided questions). Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan Brand Awareness selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan menunjukkan foto yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut. 1) Mengajukan pertanyaan “Apakah Anda mengenal Politeknik Indonusa Surakarta?” a) YA, saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no 1 dan 2 b) YA, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) TIDAK mengenal sama sekali. Dari pertanyaan di atas yang termasuk Brand Recognition adalah yang menjawab alternatif jawaban “b” karena jawaban “a” sudah termasuk dalam kelompok Brand Recall dan Top of Mind. Biasanya pertanyaan diatas dilanjutkan dengan pertanyaan untuk mengetahui bagaimana cara responden mengenal merek tersebut sebagai informasi pendukung dengan pertanyaan: “Dari mana Anda mengenal Politeknik Indonusa Surakarta?” 2) Menunjukkan foto yang menggambarkan atribut / ciri Politeknik Indonusa Surakarta tanpa menujukkan mereknya. Terhadap responden dapat ditanyakan : ”Apakah Anda mengetahui merek/simbol perguruan tinggi ini ?” d. Brand Unaware Untuk pengukuran brand unaware dilakukan observasi terhadap pertanyaan pengenalan Brand Awareness sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab alternatif no.3 jawaban tidak mengenal sama sekali atau yang menjawab tidak tahu ketika ditunjukkan foto produknya. III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka dan berbagai landasan teori, maka dapat dibentuk kerangka pemikiran yang mengukur kesadaran merek (Brand Awareness). Dapat digambarkan sebagai berikut: 61 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 dengan metode purposive sampling dimana cara pengambilannya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai yaitu siswa kelas 3, alasannya adalah bahwa siswa kelas 3 SLTA adalah jenjang terakhir di tingkat sekolah lanjutan atas dan kemungkinan telah memikirkan untuk melanjutkan studinya, selain itu promosi yang dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta ditujukan kepada siswa kelas 3, serta kemampuan responden untuk memberikan keterangan dengan baik. (Istijanto 2009:124) Dalam kerangka pemikiran di atas terlihat jelas bahwa dasar pemikiran penelitian adalah unsur – unsur dari Brand Awareness yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek), Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware Brand (tidak menyadari merek). Tingkat kesadaran merek tersebut akan memberi informasi tentang tingkat kemampuan responden dalam mengenali dan meningat nama merek. Penelitian ini akan mengukur kesadaran merek pada Politeknik Indonusa Surakarta yang berdasar pada tingkatan kesadaran merek itu sendiri. Penelitian ini dilakukan pada siswa SLTA di Surakarta dan Sukoharjo. b. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. yaitu metode pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Metode kuesioner ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus langsung diisi oleh responden. Pada penelitian ini kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu, pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui identitas diri responden. Bagian kedua dari kuesioner ini terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan tingkatan kesadaran merek. Di bagian kedua ini terdiri dari empat pertanyaan, yaitu pertanyaan pertama digunakan untuk mengukur Top of Mind, pertanyaan kedua utuk mengukur Brand Recall, pertanyaan ketiga untuk mengukur Brand Recognition dan Unaware Brand, sedangkan pertanyaan terakhir untuk mengetahui dari mana responden mengenal merek. c. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto, 2005 : 90). Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan interprestasi dari hasil jawaban yang diperoleh responden melalui penyebaran IV. METODE PENELITIAN a. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLTA di Kota Surakarta dan Sukoharjo. Sedangkan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 responden siswa kelas 3 SLTA di kota Surakarta dan Sukoharjo, yang terdiri dari 60 responden yang berasal dari SLTA yang mendapatkan promosi langsung dari Politeknik Indonusa Surakarta dan 60 responden yang berasal dari SLTA yang tidak mendapatkan promosi langsung dari Politeknik Indonusa Surakarta. Pengambilan sampel dilapangan menggunakan desain nonprobability sampling. Dari pengelompokkan non probability sampling, maka sampel yang dipilih 62 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 kuesioner, yang berupa frekuensi, persentase, dan tabel terkait kesadaran merek (Brand Awareness). Analisis Top of Mind Pada Siswa SLTA yang diberikan Promosi Merek/Nama Perguruan Tinggi UNS UMS UNIBA UNISRI USB UNIVET ATMI Mikael STIES STMIK Sinar Nusantara STMIK Duta Bangsa Politeknik Indonusa 28 17 1 1 2 1 4 1 1 1 3 60 Sumber: Data primer yang diolah, 2014 V. Hasil Analisis Pada bagian ini akan dianalisis semua data yang telah diperoleh dalam penelitian. Dengan melakukan analisis deskriptif dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, maka analisis deskriptif kesadaran merek (Brand Awareness) dapat diukur dengan cara menggolongkannya menjadi empat, yaitu top of mind, brand recall, Brand Recognition, Unaware of Brand. Kriteria dari keempat elemen Brand Awareness dapat dilihat sebagai berikut : Kriteria Awareness Top of Mind Merek yang paling diingat responden dan mendapatkan persentase paling tinggi dalam analisis top of mind. Brand Recall Merek- merek yang disebutkan responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut (merek mendapatkan analisis peringkat kedua setelah top of mind) Responden harus diingatkan dalam Recognition pengenalan merek. Misal menyebut merek Merek/Nama Perguruan Tinggi UNS UMS UNIBA UNISRI USB ATMI Mikael STMIK Sinar Nusantara STMIK Duta Bangsa produk atau menunjukkan foto produk. Unaware Responden tidak mengenali sama sekali Brand terhadap merek yang sudah disebutkan. 46,7 28,3 1,7 1,7 3,3 1,7 6,7 1,7 1,7 1,7 5,0 100 Tabel 5 Analisis Top of Mind Pada Siswa SLTA Yang Tidak Diberikan Promosi terbanyak dalam analisis brand recall dan Brand Persentase Pada tabel di atas dapat diketahui dari hasil survey terhadap 60 responden bahwa persentase terbanyak ada pada Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), yaitu sebesar 46,7% responden. Mengacu pada hasil penelitian bahwa merek perguruan tinggi yang paling dikenal dan diingat responden yaitu sebesar 46,7%. Hal ini menunjukkan bahwa UNS mendapat posisi terbaik (top of mind) dalam benak siswa SLTA yang telah mendapatkan promosi dari Politeknik Indonusa Surakarta. Tabel 3 Kriteria Brand Awareness Brand Frekuensi Sumber: Durianto, dkk 2001 a. Top of Mind Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Top of Mind adalah single respons questions, artinya satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Dalam analisis ini responden hanya boleh menyebutkan satu merek jasa pengiriman barang yang paling dikenal dan diingat. Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Frekuensi Persentase 30 16 1 1 2 8 1 1 60 50,0 26,7 1,7 1,7 3,3 13,3 1,7 1,7 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Pada tabel di atas dapat diketahui dari hasil survey terhadap 60 responden bahwa persentase terbanyak ada pada Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), yaitu sebesar 50% responden. Mengacu pada hasil penelitian bahwa merek perguruan tinggi yang paling dikenal dan diingat responden yaitu UNS sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa UNS mendapat posisi terbaik (top of mind) dalam benak siswa SLTA yang tidak 63 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 mendapatkan promosi dari Politeknik Indonusa Surakarta. Berdasarkan analisa Top Mind di atas antara siswa SLTA yang telah mendapatkan promosi memiliki kesadaran merek sebesar 5%, sedangkan siswa SLTA yang tidak mendapatkan promosi tidak memiliki kesadaran merek sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SLTA yang telah diberikan promosi memiliki top mind lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak diberikan promosi, ini berarti promosi mempengaruhi benak siswa SLTA terhadap kesadaran merek Politeknik Indonusa Surakarta. b. Brand Recall Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek- merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi respons question yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question). Responden diminta menyebutkan merek/nama perguruan tinggi selain yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut hasil penelitiannya: 45%. Hal ini terbukti dalam kuesioner pertanyaan nomer 2 (berkaitan dengan brand recall) nama UMS memperoleh persentase tertinggi di banding dengan merek-merek lain. Tabel 7 Analisis Brand Recall Pada Siswa SLTA Yang Tidak Diberikan Promosi Merek/Nama Perguruan Tinggi UNS UMS UNIBA UNISRI USB UNIVET ATMI Mikael STMIK Sinar Nusantara STMIK Duta Bangsa STIES Politeknik Indonusa 11 25 2 2 4 1 10 2 1 1 1 60 Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Frekuensi Persentase 10 27 2 2 4 1 10 1 1 2 16,7 45,0 3,3 3,3 6,7 1,7 16,7 1,7 1,7 3,3 60 100 Persentase 18,3 41,7 3,3 3,3 6,7 1,7 16,7 3,3 1,7 1,7 1,7 100 Dari 100 responden hasil penelitian menunjukkan nama perguruan tinggi yang diteliti yaitu Politeknik Indonusa Surakarta ternyata memperoleh persentase 1,7% responden. Berdasarkan tabel III.3 dapat diketahui bahwa UMS menempati tingkatan brand recall karena mendapat persentase terbanyak dalam analisis brand recall. Hal ini terbukti dalam kuesioner pertanyaan nomer 2 (berkaitan dengan brand recall) nama UMS memperoleh persentase tertinggi di banding dengan merek-merek lain.\ Berdasarkan analisa Brand Recall diatas antara siswa SLTA yang telah mendapatkan promosi memiliki Brand Recall sebesar 3,3%, sedangkan siswa SLTA yang tidak mendapatkan promosi tidak memiliki Brand Recall sebesar 1,7%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SLTA yang telah diberikan promosi memiliki Brand Recall lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak diberikan promosi, ini berarti promosi mempengaruhi benak siswa SLTA terhadap Brand Recall Politeknik Indonusa Surakarta. Tabel 6 Analisis Brand Recall Pada Siswa SLTA Yang Diberikan Promosi Merek/Nama Perguruan Tinggi UNS UMS UNIBA UNISRI USB UNIVET ATMI Mikael STMIK Sinar Nusantara STMIK Duta Bangsa Politeknik Indonusa Frekuensi Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Dari 100 responden hasil penelitian menunjukkan nama perguruan tinggi yang diteliti yaitu Politeknik Indonusa Surakarta ternyata memperoleh persentase 1,7% responden. Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa UMS menempati tingkatan brand recall karena mendapat persentase terbanyak dalam analisis brand recall yaitu c. Brand Recognotion Brand Recognition atau pengenalan Brand Awareness merupakan kesadaran merek pada responden di mana kesadaran diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan dengan menyebutkan ciri64 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 ciri dari produk merek tersebut. (aided question). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. Dalam penelitian ini peneliti membantu mengingatkan responden dengan menyebutkan perguruan tinggi Politeknik Indonusa Surakarta. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Analisis Brand Recognition dan Unaware Brand Pada Siswa SLTA Yang Diberikan Promosi Merek/Nama Perguruan Tinggi a.Ya, saya mengenal dan sudah menuliskannya di pertanyaan sebelumnya b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini c.Tidak mengenal sama sekali Frekuensi Persentase 3 5,0 50 83,0 7 11,7 Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Brand Recognition dilakukan analisis berdasarkan persentase responden yang menjawab dengan pilihan jawaban butir (b). Pada tabel 9 diketahui bahwa responden yang menjawab butir (b) sebanyak 32 orang atau 53,3% responden. Dengan demikian 53,3% dari 60 responden harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran merek Politeknik Indonusa Surakarta. Berdasarkan analisa Brand Recognition diatas antara siswa SLTA yang telah mendapatkan promosi memiliki Brand Recognition sebesar 83,3%, sedangkan siswa SLTA yang tidak mendapatkan promosi tidak memiliki Brand Recognition sebesar 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SLTA yang telah diberikan promosi memiliki Brand Recognition lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak diberikan promosi, ini berarti promosi mempengaruhi benak siswa SLTA terhadap Brand Recognition Politeknik Indonusa Surakarta. d. Unaware of Brand Pada tabel 8 juga dapat diketahui tingkat Unaware of Brand terhadap Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa SLTA yang mendapat promosi. Dari pertanyaan pada tabel 8 dengan melihat responden yang menjawab pertanyaan nomor 3 butir (c), maka didapatkan sebanyak 11,7% responden yang sama sekali tidak mengenal Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa SLTA yang diberikan promosi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta masih kurang baik. Pada tabel 9 juga dapat diketahui tingkat Unaware of Brand terhadap Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa SLTA yang tidak mendapat promosi. Berdasarkan jawaban pertanyaan nomor 3 butir (c), maka didapatkan sebanyak 45% responden yang sama sekali tidak mengenal Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa SLTA yang tidak diberikan promosi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta masih kurang baik. Berdasarkan analisa Unaware of Brand diatas antara siswa SLTA yang telah mendapatkan promosi memiliki Unaware of Brand sebesar 11,7%, sedangkan siswa Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Brand Recognition dilakukan analisis berdasarkan persentase responden yang menjawab dengan pilihan jawaban butir (b). Pada tabel 8 diketahui bahwa responden yang menjawab butir (b) sebanyak 50 orang atau 83% responden. Dengan demikian 83% dari 60 responden harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran merek Politeknik Indonusa Surakarta. Tabel 9 Analisis Brand Recognition dan Unaware Brand Pada Siswa SLTA Yang Tidak Diberikan Promosi Merek/Nama Perguruan Tinggi a.Ya, saya mengenal dan sudah menuliskannya di pertanyaan sebelumnya b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini c.Tidak mengenal sama sekali Frekuensi Persentase 1 1,7 32 53,3 27 45,0 Sumber: Data primer yang diolah, 2014 65 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 SLTA yang tidak mendapatkan promosi tidak memiliki Unaware of Brand sebesar 45%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SLTA yang telah diberikan promosi memiliki Unaware of Brand lebih rendah dibandingkan siswa yang tidak diberikan promosi, ini berarti promosi mempengaruhi benak siswa SLTA terhadap Unaware of Brand Politeknik Indonusa Surakarta. yang tidak mengenal. Pada siswa sekolah yang diberikan promosi ada 11,7% dan pada siswa sekolah yang tidak diberikan ada 45%, berarti ada perbedaan 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya promosi mengurangi jumlah siswa yang tidak mengenal Politeknik Indonusa Surakarta atau dengan kata lain promosi efektif dalam memperkenalkan Politeknik Indonusa Surakarta. VII. SIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya tentang tingkatan brand awareness perguruan tinggi Politeknik Indonusa Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Universitas Sebelas Maret (UNS) menempati posisi top of mind yaitu sebesar 4,67% pada siswa sekolah yang diberikan promosi dan 50% pada siswa sekolah yang tidak diberikan promosi oleh Politeknik Indonusa Surakarta. 2. Universitas Muhammadiyah Surakarta menempati posisi brand recall yaitu sebesar 45% pada siswa sekolah yang diberikan promosi dan 41,7% pada siswa sekolah yang tidak diberikan promosi oleh Politeknik Indonusa Surakarta. 3. Pada analisis brand recognition didapatkan bahwa sebanyak 83% responden yang perlu diingatkan akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa sekolah yang mendapatkan promosi dan 53,3% responden yang perlu diingatkan akan keberadaan Politeknik Indonusa Surakarta pada siswa sekolah yang mendapatkan promosi. 4. Pada analisis unaware of brand di sekolah yang mendapatkan promosi terdapat 11,7% siswa yang tidak tahu Politeknik Indonusa Surakarta dan di sekolah yang tidak diberi promosi sebanyak 45% siswa tidak mengetahui Politeknik Indonusa Surakarta. VI. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisa bahwa Brand Awareness Politeknik Indonusa Surakarta di atas diperoleh kesimpulan bahwa Politeknik Indonusa Surakarta masih belum banyak dikenal oleh siswa SLTA di wilayah Surakarta dan Sukoharjo, hal ini terlihat dari analisa Top Mind dan Brand Recall yang ditempati oleh UNS dan UMS sebagai peringkat pertama dan kedua perguruan tinggi yang paling dikenal di wilayah tersebut. Pengaruh promosi langsung ke sekolah ada perbedaan sedikit yaitu 3,3% pada analisa top mind. Hal ini menunjukkan bahwa promosi yang telah dilakukan oleh Politeknik Indonusa Surakarta belum mampu untuk meningkatkan kesadaran siswa SLTA pada Politeknik Indonusa. Pada benak para siswa, UNS dan UMS merupakan perguruan tinggi yang paling populer di wilayah Surakarta dan Sukoharjo. Pada analisa Brand Recognition, Politeknik Indonusa Surakarta mendapatkan nilai 83% pada Brand Recognition siswa SLTA yang mendapatkan promosi dan 53,3% pada siswa SLTA yang tidak mendapatkan promosi dari Politeknik Indonusa Surakarta. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang cukup signifikan setelah dilakukan promosi di sekolah-sekolah. Selisih tingkat kesadaran pada Brand Recognition antara siswa SLTA yang mendapat promosi dengan siswa SLTA yang tidak mendapat promosi sebesar 29,7%. Hal ini menunjukkan bahwa promosi cukup efektif mengingatkan siswa SLTA pada merek Politeknik Indonusa Surakarta. Hal ini juga menunjukkan bahwa Politeknik Indonusa Surakarta menempati Brand Recognition pada tingkat kesadaran merek perguruan tinggi di wilayah Surakarta dan Sukoharjo. Pada analisa Unaware of Brand, merek Politeknik Indonusa Surakarta masih ada b. Saran 1. Bagi Politeknik Indonusa Surakarta Politeknik Indonusa Surakarta hendaknya meningkatkan promosi langsung ke SLTA yang ada di wilayah 66 Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor 1 Juni Tahun 2014 Surakarta dan Sukoharjo maupun sekolah lainnya. Berdasarkan hasil analisa di atas promosi dapat meningkatkan brand awareness pada siswa SLTA. Selain itu, harus didukung oleh media iklan lain seperti surat kabar, Billboard dan spanduk untuk memperkenalkan Politeknik Indonusa kepada masyarakat. Durianto, Darmadi, Sugiarto, Lie Joko Budiman. 2004. Brand Equity Ten:Strategi Memimpin Pasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Durianto, Darmadi, Sugiarto, Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. . 2. Bagi Peneliti yang akan datang Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat, sebaiknya penelitian yang akan datang lingkup penelitian dibatasi. Misalnya perguruan tinggi vokasi saja yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Istijanto. 2009 . Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti , Freddy . 2002 . The Power of Brands. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. DAFTAR PUSTAKA Shimp, Terrence A. 2003. Periklanan & Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Erlangga. Ambadar, Jacklie, Miranti Abidin, Yanti Isa. 2007. Mengelola Merek. Jakarta: Yayasan Bina Karsa Mandiri Bornmark , Hanna, Asa Goranson, and Christina Svensson. 2005. A Study To Indicate The Importance Of Brand Awareness In Brand Choice : A Cultural Perspective . Journal of Retail and Distribution Management . 31 : 10 , 498-507 , December Suliyanto. 2006. Metode Yogyakarta: Andi Riset Bisnis. Sumarni, Murti, Salamah Wahyuni. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi. Dewi, Ike Janita. Creating & Sustaining Brand Equity: Aspek Manajerial dan Akademis dari Branding. 2009. Yogyakarta: Amara Books. 67