Pengaruh Brand Equity Perguruan Tinggi terhadap Motivasi Siswa

advertisement
Pengaruh Brand Equity Perguruan Tinggi
terhadap Motivasi Siswa Sekolah
Menengah dalam Menentukan Pilihannya
untuk Melanjutkan Pendidikan yang
Lebih Tinggi
Oleh : Ramdan Budiawan – E50
Latar Belakang

Kesulitan siswa SMU menentukan pilihannya memasuki
perguruan tinggi, terutama menentukan jurusan yang akan
diambil

Kecenderungan memilih perguruan tinggi yang sudah
cukup terkenal

Diperlukan adanya penjelasan dan diskusi interaktif ke
calon mahasiswa/siswa-siswa SMU

Indonesia yang kaya akan sumber daya alam,
membutuhkan SDM yang mampu memanfaatkan dan
mampu menjaganya dari gangguan
Brand Equity

Brand  ide, kata, desain, grafis dan suara/bunyi yang menyimbolkan
produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tsb

Ciri khusus suatu brand untuk membedakan produk yang satu dengan
yang lainnya

Suatu brand akan sulit ditiru karena persepsi yang konsisten dari
konsumen atas nilai suatu brand tidak mudah diciptakan (Shocker,
Sriasta, dan Ruekert 1984)

Brand Equity  brand yang sudah jadi sehingga disebut brand yang
memiliki ekuitas.


Keller 2003, mendefinisikan dalam 4 tingkatan :

Brand salience

Brand performance

Brand imagery (consumer judgement-consumer feelings)

Brand resonance
Ekuitas brand menjadi sumber manfaat bagi perusahaan
Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk (2000)  perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka

Engel, Blacwell, dan Miniard (1993)  tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini

Perilaku konsumen pada hakihatnya untuk memahami
why do consumers do what they do
KOMITMEN

Keinginan yang terus menerus untuk
memelihara hubungan yang bernilai (Moorman
et all, 1992)

Suatu keadaan psikologis yang secara global
mewakili pengalaman ketergantungan pada
suatu hubungan (Barnes, 2003)

Kemampuan perusahaan untuk menciptakan
hubungan yang tahan lama dengan pelanggan
tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan
itu sendiri, melainkan juga oleh aksi para
pesaingnya
2 Tipe Komitmen


Calculative Commitment

Disebabkan adanya manfaat ekonomi dan switching cost

Berhubungan negatif dengan kepercayaan

Tidak kondusif untuk relationship jangka panjang
Affective Commitment

Disebabkan seseorang memiliki ikatan emosional bukan
ekonomi

Didasarkan pada relationship yang berkesinambungan

Secara positif berhubungan dengan kepercayaan

Mendukung benefit relationship dalam waktu yang lebih
lama
Kepuasan Pelanggan

Mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi adalah
tujuan utama pemasaran

Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu ke waktu
akan membina hubungan yang baik dengan pelanggan

Tidak semua pelanggan memiliki nilai yang sama bagi
perusahaan  beberapa pelanggan layak menerima
perhatian dan pelayanan yang lebih dibandingkan
pelanggan lain
Definisi Kepuasan Pelanggan

Spreng et all (1996)  perasaan puas pelanggan timbul
ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai
kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka

Tse dan Wilson (1988)  respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya
dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian

Kotler dan Keller (2006)  perasaan senang atau
kekecewaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya
Fornel et all. (1996) :
1.
2.
3.
Kepuasan konsumen secara menyeluruh adalah hasil evaluasi
dari pengalaman konsumsi sekarang yang berasal dari
keandalan dan standarisasi pelayanan
Kepuasan konsumen secara menyeluruh adalah perbandingan
tingkat kepuasan dari usaha yang sejenis
Kepuasan konsumen secara menyeluruh diukur berdasarkan
pengalaman dengan indikator harapan secara keseluruhan,
harapan yang berhubungan dengan kebiasaan dan harapan
yang berhubungan dengan keterandalan jasa tersebut
Teori Kepuasan Konsumen



Teori expectacy disconfirmation model
Teori equity  seseorang akan merasa puas bila rasio hasil
(outcome) yang diperolehnya dibandingkan input yang
digunakan, dirasakan fair atau adil
Teori atribution  berasal dari teori Weiner (1971) yang
dikembangkan oleh Oliver dan De Sarbo (1988) dan Engel
et al. (1990) menyatakan bahwa ada 3 dimensi yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan outcome :

Stabilitas/variabilitas

Locus f causality

Controllability
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kepuasan Pelanggan

Fitur produk dan jasa

Emosi Pelanggan

Atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan jasa

Persepsi terhadap kewajaran dan keadilan

Pelanggan lain, keluarga dan rekan kerja
Menurut Zheithaml dan Bitner (2003)
Menurut Garvin (dalam Kadir 2001) :
Kinerja (performance)
 Ciri-ciri atau keistimewan tambahan (features)
 Kehandalan (reliability)
 Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to
spesifications)
 Daya tahan (durability)




Serviceability (kecepatan, kompetensi, kenyamanan dan
kemudahan penggunaan serta penanganan keluhan yang
memuaskan
Estetika
Kualitas yang dipersepsikan
Untuk jasa yang tidak berwujud
(intangible)

Pasuraman et al. Dalam Zeithaml dan Bitner (2003)

Reliability

Responsiveness

Assurance

Emphaty

Tangibles
Relationship Marketing

Relationship marketing adalah filosofi atau budaya yang harus
menembus seluruh organisasi

Hennig-Thurau dan Hansen (2000), konsep pemasaran dibangun
berdasarkan 3 hal :

pendekatan teoritikal (theoritical approach)-behavioral
perspective  kontruksi kepercayaan, komitmen, kepuasan, dan
customer retention

pendekatan jaringan kerja (network approach)

pendekatan institusi ekonomi baru (new institutional economics
approach)
Definisi Pemasaran Relasional Menurut
Beberapa Pakar

Peterson (1995) : suatu upaya untuk mengidentifikasi,
mempertahankan, dan membangun jaringan kerja (network) dengan
konsumen individu. Variabel yang menandainya adalah network
relationship yang meliputi kepercayaan (trust), komitmen, dan
norma sosial.

Berry (1983) : merupakan tahap lebih lanjut untuk meraih pelanggan
baru, yaitu dengan membina hubungan dengan pelanggan agar tetap
loyal pada perusahaan

Parvatiyar dan Sheth (1994) : suatu orientasi yang mengembangkan
interaksi yang erat dengan pelanggan terpilih, pemasok, dan pesaing
untuk penciptaan nilai melalui usaha kerjasama
Kesimpulan Mengenai Pemasaran Relasional





Mencari nilai-nilai baru untuk pelanggan kemudian produsen dan
konsumen berbagi nilai yang diciptakan itu
Nilai diciptakan bersama dengan pelanggan
Perusahaan perlu mendesain dan memperbaiki proses bisnis,
komunikasi, teknologi, dan sumber daya manusia dalam
mendukung nilai yang diinginkan pelanggan individual sebagai
konsekuensi dari strategi bisnis dan berfokus pada pelanggan
Usaha kerjasama yang terus menerus antara pembeli dengan
penjual
Membangun chain of relationship dalam organisasi untuk
menciptakan nilai pelanggan yang diinginkan dan antara
organisasi dengan para stakeholder utamanya
Tujuan Pemasaran Relasional


Chan (2003) :
1.
Untuk menemukan lifetime value (LTV) dari pelanggan
2.
Bagaimana LTV masing-masing kelompok pelanggan dapat
diperbesar dari tahun ke tahun
3.
Bagaimana menggunakan profit yang didapat dari kedua tujuan
pertama untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya relatif
murah
Zeithaml dan Bitner (2003) : untuk membangun dan
mempertahankan pelanggan yang komit yang menguntungkan
bagi perusahaan dan pada waktu yang sama meminimumkan
waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk pelanggan yang kurang
menguntungkan
Download