BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut hasibuan (2014:10)
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
Menurut Flippo dalam buku Hasibuan Manajemen Sumber Daya Manusia
(2014:11)
Personal management is the planning, organizing, directing, and controlling of
the procurement, development, compensation, integrasion, maintance, and
separatin of human resources to the end that individual, organizational and
societal objectives are complished. (Manajemen Perosnalia adalah perencanaan,
pengorganisasiaan,
pengarahan,
dan
pengendalian
dari
pengadaan,
pengembangan, kompetensi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian
karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan,
dan masyarakat.
Menurut Mangkunegara (2004:2)
Manajemen
sumber
daya
manusia
merupakan
suatu
perencanaan,
pengorganisasiaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan,
pengembangan,
pemeberian
balas
jasa,
pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
7
8
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah pengeloaan yang mengatur sumber daya manusia pada
kelompok maupun individu, menunjukan dan mengembangkan apa yang harus
dilakukan oleh sumber daya manusia di dalam organisasi atau perusahaan
sehingga tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya bisa tercapai. Dalam hal ini
manajemen sumber daya manusia memiliki kegiatan sebagai berikut menciptakan
lingkungan yang baik dan hubungan kemanusiaan yang baik, memberikan
imbalan, melakukan pengawasan terhadap jalannya suatu kegiatan tujuan
organisasi atau perusahaan, melakukan rekrutmen dan seleksi untuk mendapatkan
sumber daya yang diinginkan organisasi atau perusahaan.
2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2014:21) fungsi manajemen sumber daya manusia
meliputi perencanaan, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
1. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif serta efisien agara sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan
dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian
meliputi
pengorgansasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan,
dan pemberhentian karyawan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasiaan adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, hubungan kerja,
degelasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi
(organization chart). Organisasi hanya merupakann alat untuk pencapaian
tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan
secara efektif.
9
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan yang mengarahkan semua
kryawan, agar mau bekerja sama secara efektif serta efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menggunakan bawahan agar
mengajarkan semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan
perkerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
5. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
6. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (inderct), uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada
batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi.
10
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian (Itegration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan dapat memenuhi kebutuhan hasil pekerjaannya. Pengintegrasian
merupakan hal
yang penting dan sulit
dalam MSDM, karena
mempersatukan dan kepentingan yang bertolak belakang.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
kegiatan besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
10. Kedisiplinan
Kedisplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya
tujuan yang maksimal. Kedisplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosila.
11. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) Pemberhentian (separation) adalah putusnya
hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini
disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja
berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.
11
2.1.3 Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2014:12) tenaga kerja manusia pada dasarnya
dibedakan atas pengusaha, karyawan, dan pemimpin.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya
untuk memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak
menentu tergantung pada laba yang dicapai persuahaan tersebut.
2. Karyawan
karyawan adalah penual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka
wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan berhak
memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan
dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan
karyawan manajerial (pimpinan).
3. Pemimpin atau manajer
Pemimpin
adalah
seseorang
yang
mempergunakan
wewenang
kepemimpinan untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab
atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi
bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan
perintahnya. Asas-asas kepemimpinan adalah bersikap tegas dan
rasional, bertindak konsisten dn berlaku adil dan jujur.
Setiap pemimpin atau manajer adalah termasuk manaer personalia,
karena tugasnya mengatur personel yang menjadi bawahannya. Berikut
ini dua pendapat yang membedakan manajer lini dan manajer
personalia.
12
2.2
Disiplin Kerja
2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan (2014:193)
“Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya
Manusia. Kedisipilnan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena
semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestais kerja yang dapat
dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan
mencapai hasil yang optimal.”
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,
semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Oleh karena itu setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai
disiplin yang baik. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Jadi, seseorang akan bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan
tugas-tugasnya, baik secara sukarela maupun karena terpaksa. Kedisiplinan
diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya
mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Menurut Siagian (2010:305) :
Displin merupakan tindakan manajemen untuk mendukung para anggota
organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Menurut Davis dalam buku Mangkunegara (2004:129) mengemukakan
bahwa Dicipline is management action to enforce organization standards.
Berdasarkan pendapat keith dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
Menurut Hasibuan (2014:194)
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa
dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan untuk mewujudkan
tujuannya.
13
Jadi
kesimpulannya
berdasarkan
pengertian
diatas,
kedisiplinan
merupakan kunci keberhasilan target-target perusahaan atau organisasi.
2.2.2 Indikator-indikator kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2014:194) pada dasanya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi. Diantaranya
sebagai berikut
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengrauhi tingkat kedisplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dua bekerja sungguhsungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Kepemimpinan
Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus member contoh yang baik, berdisiplin baik,
jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan akan baik. Jika teladan pimpinan kurang
baik, para bawahannya pun akan kurang disiplin.
3. Balas Jasa
Balas Jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memperngaruhi kedisplinan
karyawan karena balas jasa akan meberikan keputusan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan/pekerjaan, jika kecintaan karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan
dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan
merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.
14
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap,
gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
6. Sanksi Hukuman berperan penting dalam ememlihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan
semakin takut melangfar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan
perilaku indisipliner karyawan berkurang. Berat atau ringannya sanksi
hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik atau buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan
pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada
semua karyawan. Itu tetap mendidik karyawan untuk menghubah
perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi
untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani tegas, bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menerapkan hukuman yang indisipliner akan disegani dan diakuo
kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian, pimpinan akan
dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila
seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum indisipliner, sulit
baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap
indisipilner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa
pertauran dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
15
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan Kemanusiaan yang harmonis diantara sesame karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan
yang bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single
relationship, direct group relationship, and cross relationship hendaknya
harmonis.
Teladan
Kepemimpinannya
kemampuan dan
tujuan
Kompensasi
Kedisiplinan
Waskat
Ketegasan dan
sanksi hukuman
Hubungan
Kemanusiaan
Gambar 2.1 Konsep Kedisipilinan
Sumber: Hasibuan Manajemen Sumber Daya Manusia (2014:194)
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Wahyudi (2002:201-207): banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin organisasi atau perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.
Para karyawan akan dapat memenuigi segala peraturan yang berlaku
bila ia merasa mendapat jaminan balasan jasa yang setimpal dengan
jerih payahnya yang telah diseumbangkan bagi perusahaan. Akan
tetapi bila ia merasa kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai,
maka ia akan berfikir mendua dan berusaha mencari tambahan dari
luar sehingga menyebabkan ia sering mangkir, serta meminta izin
keluar sebagainya.
16
b. Ada tidaknya keteladanan pemimpin
Keteladanan pemimpin
maksudnya
bahawa
dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperlihatkan bagaimana
pimpinan dapat mencegah disiplin dirinya dari ucapannya, perbuatan
dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah diterapkan,
peranan keteladanan pimpinan amat besar dalam perusahaan, karena
pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan menjadi perebutan
para karyawan. Oleh sebab itu, bila seseorang pimpinan menginginkan
tegaknya disiplin pada perusahaan, maka ia harus lebih dulu
mempratekannya dan mempelopori, agar dapat diikuti oleh karyawan
orang lain.
c. Ada tidaknya aturan pasti untuk dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat dilaksanakan dlaam perusahaan,
bila tidak ada peraturan tertulis yang pasti yang dijadikan pegangan
bersama. Pada karyawan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang
jelas dan dinformasikan kepada mereka. Oleh sebab itu perusahaan
akan dapat ditegakkan dalam perusahaan, bilaada pertauran tertulis
yang telah disepakati.
d. Keberanian pimpinan mengambil tindakan
Suatu disiplin akan dapat diteggakan bila disamping aturan yang
tertulis yang jadi pegangan bersama, juga perlu bila sanksi. Bila ada
seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan yang
sesuai dengan sansksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa
terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal serupa.
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan
yang
mengarahkan
para
karyawan
agar
dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
17
ditetapkan. Adanya pengawasan, maka karyawan akan terbiasa disiplin
kerja. Mungkin untuk sebagian karyawan yang sudah menyadari arti
disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan
lainnya, teganya disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka
tidak berbuat semaunya di perusahaan.
f. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan
Pimpinan yang berhasil mamberi perhatian yang besar kepada
karyawannya akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena
ia bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai
jarak dalam arti jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu dihaormati
dan dihargai oelah para karyawannya. Sehingga akan berpengaruh
besar kepada prestasi, semangat keja dan moral.
2.2.4 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara (2004:129) Ada dua bentuk disiplin kerja,
yaitu disiplin preventif, dan korektif.
a. Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalah upaya untuk menggerakkan pegawai
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif,
pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
Pemimpin
perusahaan
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu pula
pegawai harus dan wajib mengetahui, memahami semua pedoman
kerja serta peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.
Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan
dengan kebetuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada
dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan
akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
18
b. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap
mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada
perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanski sesuai dengan pertaruran yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran
kepada pelanggar.
2.2.5 Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara (2004:130) Ada tiga pendekatan disiplin, yaitu
pendekatan modern, disiplin denga tradisi, dan disiplin bertujuan.
a. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan
atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
1. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk
hukuman secara fisik.
2. Melindungin tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum
yang berlaku
3. Keputusan-keputusan yang
semuanya terhadap kesalahan atau
prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan
dengan mendapatkan fakta-faktanya.
4. Melakukan proses terhadap keputusan yang berat sebelah pihak
terhadap kasus disiplin.
b. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
19
1. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali telah diputuskan.
2. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
3. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar
maupun kepada pegawai lainnya.
4. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih
keras.
5. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya
harus diberi hukuman yang lebih berat.
c. Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasusmsi bahwa:
1. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.
2. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan
perilaku.
3. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.
4. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.
2.3 Kinerja
2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2004:67) isitilah kinerja bersal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja atau prestasi kinerja (prestasi
kinerja) adalah hasil kerja secara kualiatas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
diberikan kepadanya.
Menurut Moeheriono (2014:95) pengertian kinerja atau performance
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan startegis suatu organisasi.
20
Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh
organisasi . oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam
pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin
dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.
Berdasarkan definisi diatas kesimpulannya adalah kinerja merupakan
pencapaian target organiasai atau perusahan yang telah ditetapkan. Kinerja dalam
setiap bulan, tahun, dan mingguan pasti mengalami peningkatan maupun
pernurunan.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja seorang karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor
eksternal
maupun
internal
dari
karyawan
tersebut.
Simamora
dalam
Mangkunegara (2012:14) mengatakan bahwa kinerja pada umumnya di pengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu:
a. Faktor individual yang terdiri dari:
1) Kemampuan dan Keahlian
2) Latar Belakang
3) Demografi
b. Faktor Psikologis yang terdiri dari:
1) Persepsi
2) Attitude
3) Personality
4) Pembelajaran
5) Motivasi
c. Faktor organisasi yang terdiri dari:
1) Sumber daya
2) Kepemimpinan
3) Penghargaan
4) Struktur
5) Job Design
21
2.3.3 Persyaratan Penilaian Kinerja
Menurut Moeheriono (2014:106) dalam syarat-syarat penilaian kinerja ada
seberapa aspek yang harus diperhatikan oleh penilai karena persyaratan tersebut
sangat menentukan hasil penialaian kinerja. Adapun persyaratan yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Input (Potensi)
Agar penialaian kinerja tidak membias dan tercapai sasaran sesuai dengan
yang dikehendaki oleh organisasi, maka perlunya ditetapkan, disepakati,
dan diketahui aspek-aspek yang akan dinilai dievaluasi sebelumya,
sehingga setiap karyawan sudah mengatahui dengan pasti aspek-aspek apa
saja yang akan dinilai. Dengan demikian, akan tercipta ketenangan kerja
selama penilaian pada karyawan. Tetapi perlu adanya kejelasan ruang
lingkup pengukuran, seperti berikut:
a. Menetapkan ukuran-ukuran keberhasilan pekerjaan terlebih dahulu
dengan tepat dan lengkap, serta menguraikan dalam bentuk
perilaku yang dapat diamati dan diukur secara cermat dan tepat.
Ukuran
keberhasilan
tersebut
sering
menggunakan
cirri
kepribadian dalam bentuk sifat, prakarsa, kemampuan dalam
bekerja sama, dan prestasi kerja.
b. Menetapkan standar kerja yang dapat diterima karyawan, sebagai
standar pekerjaan yang masuk akal, rasional dapat dicapai dengan
upaya tertentu. Standar kerja tersebut ditetapkan bersama-sama
antar karyawan dan atasan dan karyawan yang akan dinilai dan
dilakukan secara berkala pada setiap periode.
2. Proses (Pelaksanaan)
Dalam fase pelaksanaan ini, proses komunikasi dan konsultasi antara
individu dan kelompok harus dilakukan sesering mungkin, supaya dapat
menjamin seluruh aspek dari sistem penilaian kinerja secara menyeluruh
dari pokok-pokok yang berhubung dengan praktik.
22
3. Output (Hasil)
Perlunya ada kejelasan hasil penialaian dari atasan, seperti manfaat,
dampak, dan risiko, serta tindak lanjut dari rekomendasi penialian. Selain
itu, perlu diketahui pula apakah hasil penilaian tersebut, berhasil
meningkatkan kualitas kerja, etos kerja dan kepuasan kerja karywan, yang
akhirnya nanti akan direfleksikan pada peningkatan kinerja perusahaan.
2.3.4
Faktor-faktor penilaian kinerja
Menurut Moeheriono (2014:138) faktor penialian adalah aspek-aspek
yang diukur dalam proses penilaian kerja individu. Faktor penilaian
tersebut terdiri dari empat aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan kerja
(output) biasanya terukur, seberapa besar yang telah dihasilkan, berapa
jumlahnya dan berapa kenaikkannya, misalkan omset pemasaran,
jumlah keuntungan dan total perputaran asset dan lain-lain.
2. Perilaku, yaitu aspek tindak tanduk dalam melaksanakan pekerjaan,
pelayanannya bagaimana, kesopanan, sikapnya, dan perilakunya baik
terhadap sesame karyawan, maupun kepada pelanggan.
3. Atribut dan kompetensi, yaitu kemahiran dan penguasaan karyawan
sesuai tuntutan jabatan, pengetahuan, keterampilan, dan keahliannya,
seperti kepemimpinan, inisiatif, komitmen.
4. Komparatatif, yaitu membandingkan hasil kerja karyawan dengan
karyawan lainnya yang selevel dengan bersangkutan, misalnya sesama
sales berapa besar omset penjualan selama satu bulan.
Aspek terpeting dalam penialian kinerja ini adalah faktor-faktor penialian itu
sendiri adapun beberapa prinsip yang menjadi penilaian yaitu sebagai berikut:
1. Relevance, yaitu harus ada kesesuaian faktor penilaian dengan tujuan sistem
penilaian.
2. Acceptability, yaitu dapat diterima atau disepakati karyawan.
23
3. Realibility, yaitu faktor penilaian harus dapat dipercaya dan diukur karyawan
secara nyata.
4. Sensitivity, yaitu dapat membedakan kinerja yang baik atau yang buruk.
5. Practicality, yaitu mudah dipahami dan dapat diterapkan secara praktis.
Contoh beberapa faktor yang sering digunakan perusahaan dalam penialaian
kinerja sebagai berikut
1. Mutu hasil kerja
2. Volume hasil kerja
3. Pengetahuan dan keterampilan hasil teknis
4. Kemampuan mengorganisasi pekerjaan
5. Kehadiran tepat waktu
6. Kepemimpinan
7. Kerja sama
8. Kemampuan mengungkapkan pendapat
9. Kemampuan mencari
10. Kemampuan menjalin network
2.3.5 Indikator-Indikator Kinerja
Menurut Bernardin dan Russel (2006:78) menyatakan bahwa:
1. Kualiats Kerja
Yaitu yang meliputi kesempatan produksi kegiatan dengan acuan
ketentuan yang berlaku sebagai sumber proses pelaksanaan kegiatan
maupun rencana organisasi.
2. Kuantitas Kerja
Yaitu meliputi jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan.
3. Ketetapan Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Yaitu pemenuhan kesesuaian waktu yang dibutuhkan atau diharapkan
dalam pelaksanaan kegiatan.
24
4. Efektifitas
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan
dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari
unit dalam penggunanan sumber daya.
5. Kemandirian
Tingkat dimana seoarang karyawan dapat melakakukan fungsi kerjanya
tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut
campurnya pengawas untuk menghindari hasil merugikan.
2.4 Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Disiplin kerja merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap karyawan,
dengan memiliki disiplin kerja yang tinggi maka target-target yang di tentukan
oleh perusahaan bisa tercapai dengan waktu yang telah dintentukan.
Displin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah
kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Sikap karyawan yang secara sukarela menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau
mengerjakan semua tugasnya demham baik bukan paksaan.
Kesimpulannya disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
kinerja karyawan karena dengan memiliki disiplin kerja yang tinggi maka seorang
karyawan akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan tertib dan lancar
sehingga hasil kerja (kinerja) akan meningkat serta akan berdampak pula pada
tujuan perusahaan yang dapat dicapai secara optimal.
2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber daya manusia memiliki peran yang penting dalam perusahaan,
karena SDM mengelola kegiatan, mewujudkan keinginan kegiatan, dan
mengawasi kegiatan perusahaan maka dari itu SDM perlu memiliki tingkat
disiplin kerja yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan karayawan,
karyawan yang memenuhi kualifikasi, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan
25
atasan terhadap bawahan dan berpotensi untuk kenaikan jabatan menjadi posisi
manajer untuk masa yang akan datang.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu perusahaan. Tanpa dukungan
disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
Karena kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Menurut Hasibuan (2014:193)
Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya
Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena
semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
mencapai hasil yang optimal.
Indikator-indikator yang ada pada kedisiplinan menurut Hasibuan
(2014:194) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengrauhi tingkat kedisplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
cukup menantang bagi kemampuan karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dua bekerja sungguhsungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Kepemimpinan
Teladan Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus member contoh yang baik, berdisiplin baik,
jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan akan baik. Jika teladan pimpinan kurang
baik, para bawahannya pun akan kurang disiplin.
3. Balas Jasa
Balas Jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memperngaruhi kedisplinan
karyawan karena balas jasa akan meberikan keputusan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan/pekerjaan, jika kecintaan karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan akan semakin baik pula.
26
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan
dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan
merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap,
gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi Hukuman berperan penting dalam ememlihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan
semakin takut melangfar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan
perilaku indisipliner karyawan berkurang. Berat atau ringannya sanksi
hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik atau buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan
pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada
semua karyawan. Itu tetap mendidik karyawan untuk menghubah
perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi
untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani tegas, bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
27
menerapkan hukuman yang indisipliner akan disegani dan diakuo
kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian, pimpinan akan
dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila
seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum indisipliner, sulit
baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap
indisipilner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa
pertauran dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan Kemanusiaan yang harmonis diantara sesame karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan
yang bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single
relationship, direct group relationship, and cross relationship hendaknya
harmonis.
Dengan demikian karyawan akan merasakan senang dalam pekerjaannya
sehingga mereka akan bekerja menurut aturan yang telah ditetepkan, saling
menghargai dan kewajibannya masing-masing terhadap demikian maka kerja
akan ditegakkan.
Selanjutnya penulis akan mengemukakan indikator-indikator dalam kinerja
dari pendapat Benardin dan Russel (2006:78) yaitu sebagau berikut:
1. Kualitas kerja
Yaitu yang meliputi kesesuian produksi kegiatan dengan acuan ketentuan
yang berlaku sebagai standar proses pelaksanaan kegiatan maupun rencana
organisasi.
2. Kuantitas kerja
Yaitu meliputi jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan.
3. Ketetapan Waktu dan Penyelesaian Pekerjaan
Yaitu pemenuhan kesesuaian waktu yang dibutuhkan atau diharapkan
dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Efektifitas
28
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan
dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari
setiap unti dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa
minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya
pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.
Pada umumnya kinerja yang tinggi dihubungkan terhadap disiplin kerja
yang tinggi. Sebaliknya, disiplin kerja yang rendah dihubungkan terhadap
kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang
mempengaruhi kinerja. Kinerja yang tinggi adalah fungsi dan interaksi antara
disiplin kerja, kompetensi dan peluang sumber daya pendukung dapat
memberikan kebutuhan karyawan seperti tingkat kesejahteraan yang cukup,
promosi, memberikan pendidikan dan latihan, dan lainnya sebagainya. Terhadap
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan yang ditimbulkan
oleh terpenuhinya kebutuhan mereka, selain dari karyawan itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti menggambarkan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Tabel 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Disiplin Kerja
Kinerja
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Indikator – Indikator:
Indikator – Indikator:
1. Tujuan dan Kemampuan
1. Kualitas Kerja
2. Terhadap Pimpinan
2. Kuantitas Kerja
3. Balas Jasa
3. Ketepatan Waktu
4. Keadilan
5. Pengawasan
4. Efektifitas
5. Kemandirian
29
6. Sanksi Hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan
(Sumber Drs. Malayu, S.P Hasibuan (2012:194) dan Benardin dan Russel
(2006:78)
2.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2004:51) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pernyataan.
Dikatakan, sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Berdasarkan kerangka pemikiran penulis menarik
dugaan sementara sebagai berikut:
Ho: Jika disiplin kerja tinggi maka kinerja karyawan akan tinggi
Ha: Jika disiplin kerja rendah maka kinerja karyawan akan rendah
2.7 Penelitian Sebelumnya
Terdapat beberapa penelitian mengenai disiplin kerja. Analisis penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan penelitian tersebut dipaparkan pada tabel
sebagai beriku :
Tabel 2.2 Contoh Penelitian Sebelumnya
No
1
Peneliti
Aditnya
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Sumber
Pengaruh Disiplin Dari hasil penelitian, hasil pengamatan http://repository.
30
Willy
Kerja
Terhadap responden maka disiplin kerja dapat widyatama.ac.id/
Prestasi
Kerja dikatakan cukup baik yang ditunjukan
Karyawan
Pada dari nilai rata-rata secara keseluruhan
Cabang Pelayanan atas
pernyataan
Dinas Pendapatan disiplin
Provinsi
kerja
Wilayah Sedangkan
responden
adalah
terhadap
sebesar
pernyataan
3,26.
responden
Kabuoaten
terhadap prestasi kerja karyawan dapat
Bandung Barat
dikatakan cukup tinggi, yang ditunjukan
dari nilai rata-rata keseluruhan atas
pernyataan responden terhadap prestasi
kerja adalah sebesar 3,33
2
Rosita
Hubungan Disiplin Teknik
Kerja
pengumpulan
data
yang http://repository.
Dengan digunakan dalam penelitian ini berupa widyatama.ac.id/
Kinerja Karyawan penelitian kepustakaan dan penelitian
Pada Restoran Ichi lapangan yang mencakup penyebaran
Bento
Jalan
Cabang kuesioner
dan
wawancara.
Analisis
Dr koefisien determinasi (kd) menunjukkan
Setiabudhi
bahwa
Bandung
terhadap
disiplin
kerja
kinerja
berpengaruh
karyawan
sebesar
50,00%, dan sisanya sebesar 50,00%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Pengujian hipotesis menyatakan bahwa
nilai thitung (5,30) lebih besar dari ttabel
(1,701), artinya Ho ditolak dan Ha
diterima,
sehingga
hipotesis
yang
diajukan penulis yaitu â Semakin baik
disiplin kerja karyawan maka akan
semakin meningkatkan pula kinerjanyaâ ,
dapat diterima.
3.
Hafiz,
Pengaruh Disiplin Metode yang digunakan dalam penelitian http://repository.
31
Moch.
Kerja
Terhadap ini yaitu deskriptif dengan pengumpulan widyatama.ac.id/
Rahadian
Kinerja Karyawan data melalui wawancara, observasi, dan
Pada Coffe Progo kuisioner. Besarnya pengaruh disiplin
Pusat Bandung
kerja terhadap kinerja karyawan adalah
sebesar 34,57% dan sisahnya 65, 43% di
pengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak
di teliti oleh penulis.
4.
Fitriatin
Pengaruh Disiplin Metode
Kerja
pengolahan
Terhadap dilakukan
dengan
probability sampling.
Kerja
disimpulkan
Pada
PT.
sampling www.googlschola
pendekatan
Produktivitas
Karyawan
data
variabel
disiplin
non r.com
kerja
Food mempunyai pengaruh yang signifikan
Station Tjipinang terhadap produktivitas kerja karyawan
Jaya
PT. Food Station Tjipinang Jaya dengan
melihat
hasil
penelitian
yaitu
nilai
signifikan sebesar 0,00 sedangkan nilai
alpha yang digunakan adalah 0,05 atau 5
% berarti 0,000 < 0,05 maka Ho Ditolak
dan Ha diterima
dan diperoleh persamaan regresi adalah
Y = 10,159 + 0,738 X. Hal ini berarti
apabila penambahan rata-rata terhadap
produktivitas (Y) sebesar 10,159 untuk
setiap perubahan satu satuan dalam
variabel disiplin kerja (X) dan konstanta
dianggap tetap.
5.
Siti
Pengaruh Disiplin Hasil
Madina
Kerja
Motivasi
penelitian
Hasil
regresi
dari www.googlschola
Dan penelitian ini menyatakan bahwa dari
Kerja hasil uji-t didapat nilai t-hitung dari
Terhadap Kinerja masing-masing variabel lebih besar dari
r.com
32
Pegawai
Kantor nilai ttabel
Perpustakaan Dan dan angka signifikannya lebih kecil dari
Arsip Daerah Kota 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa
Banjarbaru
persamaan tersebut mempunyai pengaruh
positif, dan hasil dari uji-F didapat nilai
F hitung lebih besar dari nilai F-tabel
Dari beberapa penelitian menengenai topik yang berkaitan dengandisiplin
kerja, maka membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain
sebelumnnya adalah dari objek penelitian serta variable-variable yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan Aditnya Willy menggunakan persamaan disiplin kerja
dengan prestasi kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosita menggunakan hubungan disiplin kerja
dengan kinerja.
Penelitian yang dilakukan Hafiz, Moch. Rahadian menggunakan persamaan
disiplin kerja dengan kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan Fitriatin menggunakan hubunga disiplin kerja dengan
produktivitas kerja.
Penelitian yang dilakukan Siti Madina meggunakan pengaruh disiplin kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada karyawan.
Download