perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu yang kedudukannya sangat pokok.
Sebagai ilmu hitung, matematika digunakan untuk mendasari ilmu-ilmu lainnya
seperti fisika, kimia, teknik,dll. Karena begitu pentingnya peranan matematika
bagi ilmu-ilmu eksak lainnya, maka mempelajari matematika merupakan suatu hal
yang sangat penting. Tanpa mempelajari matematika, seseorang akan kesulitan
untuk mempelajari ilmu eksak lainnya. Hal tersebutlah yang mendasari
matematika menjadi salah satu pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa.
Sesuai kurikulum yang berlaku di Indonesia, matematika wajib diajarkan kepada
siswa dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sebagian besar siswa baik dari
tingkat SD maupun sampai tingkat SMA menilai bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Matematika yang identik dengan rumus ini
menjadi momok tersendiri bagi siswa di Indonesia. Banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika hal tersebut dapat tercermin
dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
matematika. Sebagai contoh adalah perolehan hasil ujian nasional tahun 2015,
matematika menjadi pelajaran dengan nilai terendah dibandingkan pelajaranpelajaran yang lainnya.
Kendala dalam mempelajari matematika juga dialami oleh siswa-siswi
SMP N 3 Kartasura. Rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP N 3
Kartasura tersebut nampak dari perolehan UTS. Presentase siswa yang dinyatakan
tuntas kurang dari 50 % yaitu sebanyak 40%. Hal ini berarti sebanyak 60% siswa
memperoleh nilai di bawah 70. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap
salah satu guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP N 3
Kartasura, diperoleh informasi bahwa secara garis besar kendala dalam proses
belajar matematika di SMP N 3 Kartasura berasal dari guru dan siswa.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Di SMP N 3 Kartasura, kendala pembelajaran matematika yang berasal
dari siswa antara lain adalah motivasi belajar siswa yang rendah, hal tersebut
tercermin dari perilaku siswa yang kurang memperhatikan selama pelajaran
berlangsung, tidak adanya rasa ingin tahu terhadap pelajaran, jarang mengerjakan
tugas, dan tidak adanya usaha untuk memperbaiki diri jika mendapat hasil ulangan
yang jelek. Selain masalah motivasi belajar yang rendah, pemahaman awal siswa
mengenai materi-materi yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya juga
rendah. Misal pada materi lingkaran, materi prasyarat yang harus dikuasai siswa
adalah mengenai operasi hitung dan dalil pythagoras. Namun fakta menunjukkan
bahwa terdapat beberapa siswa yang masih belum paham mengenai operasi hitung
dan dalil pythagoras, hal ini mengakibatkan siswa-siswa tersebut semakin sulit
untuk memahami materi lingkaran. Permasalahan mengenai motivasi siswa dan
keaktifan siswa erat kaitannya dengan gaya kognitif siswa, hal tersebut seperti
yang diungkapkan oleh Hall (Onyekuru, 2015: 79) mengenai karakteristik gaya
kognitif field dependent dan field independent, yaitu:
“field independent learners have been referred to as analytical,
competitive, individualistic,
task-oriented,
internally
referential,
intrinsically motivated, hypothesis testing and detail-oriented. Whereas
field dependent learners have been referred to as group-oriented,
global, sensitive to social interactions and criticisms, extrinsically
motivated, externally referential, non-verbal, and passive learners who
prefer external information structures.”
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hall di atas mengenai
perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh gaya kognitif field dependent dan field
independent, maka dapat dimungkinkan bahwa kendala yang dialami oleh siswasiswa SMP N 3 Kartasura dalam pembelajaran matematika terkait dengan
perbedaan gaya kognitif yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Kendala pembelajaran matematika yang dialami oleh siswa-siswi SMP N
3 Kartasura tersebut juga erat kaitannya dengan ketidakmampuan guru untuk
mengembangkan pembelajaran yang bermakna pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama PPL dan wawancara yang dilakukan
peneliti kepada guru pengampu mata
pelajaran
commit
to usermatematika di SMP N 3 Kartasura
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
diperoleh informasi bahwa selama ini, proses belajar mengajar yang terjadi
bersifat konvensional, yang mana guru menggunakan metode ceramah dalam
menyampaikan materi pelajaran. Pada dasarnya tidak semua pembelajaran yang
menggunakan cara konvensional menjadi pembelajaran yang tidak bermakna,
namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari siswa, diketahui bahwa siswa
merasa pembelajaran yang disampaikan oleh guru kurang menarik, hal ini
mengindikasikan bahwa pembelajaan yang dilakukan oleh guru kurang bermakna
bagi siswa. Pembelajaran konvensional tersebut berlaku untuk semua materi pada
mata pelajaran matematika. Pembelajaran yang bersifat konvensional dengan cara
ceramah kurang tepat jika diterapkan pada siswa-siswi SMP N 3 Kartasura
mengingat bahwa kemampuan setiap siswa dalam memahami materi pelajaran
berbeda-beda. Terdapat siswa yang dapat memahami pelajaran secara mandiri
namun juga terdapat siswa yang memerlukan bantuan guru dalam memahami
pelajaran. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Kogan, hal tersebut dapat
dimungkinkan karena siswa-siswi SMP N 3 Kartasura memiliki gaya kognitif
yang berbeda-beda. Kogan (Nugroho, 2015: 4) mengemukakan teorinya mengenai
gaya kognitif, yaitu:
salah satu perbedaan individu dalam gaya kognitif adalah field dependent
dan field independent. Siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent umumnya cenderung dapat memproses informasi yang
diterimanya dengan lebih mudah karena siswa yang memiliki karakter ini
lebih bisa mandiri dalam belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang besar
tentang suatu bidang dan permasalahan yang disukainya. Sedangkan siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent umumnya cenderung
menerima informasi yang ada. Mereka umumnya memerlukan bantuan
orang lain dalam memahami suatu informasi pelajaran. Mereka lebih
menyukai balajar sesuatu yang telah pasti, kurang menyukai tugas-tugas
mandiri.
Selain masalah pembelajaran yang bersifat konvensional, guru juga kurang
variatif dalam memberikan soal kepada siswa, baik soal latihan maupun soal
ulangan. Sebagian besar soal yang diberikan oleh guru kurang mampu membuat
siswa untuk befikir lebih keras dan hanya sekadar menguji ingatan siswa
mengenai rumus-rumus yang ada, sedangkan pemberian soal-soal yang menuntut
commit to user
siswa untuk berfikir sangat terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Siswa-siswi pada jenjang SMP perlu untuk dikenalkan pada soal-soal yang
mampu mengasah kemampuan berfikir mereka, dikarenakan soal-soal seperti ini
sebagai bahan latihan bagi mereka agar mereka mampu menuju ke tahap proses
berfikir selanjutnya setelah mereka lulus SMP, yaitu taraf berfikir analisis. Salah
satu bentuk soal yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa SMP adalah soal-soal yang bersifat kontekstual. “Soal matematika
kontekstual merupakan soal-soal matematika yang menggunakan berbagai
konteks sehingga menghadirkan situasi yang pernah dialami secara nyata oleh
siswa, dan konteks yang digunakan harus sesuai dengan konsep matematika yang
dipelajari” (Zulkardi & Ratu, 2006). Soal-soal yang bertipe kontekstual sering
disajikan dalam bentuk soal cerita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran
matematika, siswa akan cenderung mengalami kesulitan ketika menghadapi soal
kontekstual dibandingkan dengan tipe soal yang lainnya. Namun, kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika kontekstual kurang
dapat teridentifikasi dengan baik oleh guru, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: (1) terbatasnya soal kontekstual yang diberikan oleh guru, dan (2)
sebagian soal berbentuk multiple choice dan isian singkat sehingga tidak dapat
mendeskripsikan proses siswa dalam menyelesaikan masalah serta kesulitan yang
dialaminya.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual
perlu untuk dianalisis karena hasil analisis kesulitan siswa dalam mengerjakan
soal yang bertipe kontekstual akan membantu guru dalam mengembangkan
pembelajaran yang tepat guna meminimalisir kesulitan-kesulitan yang mungkin
akan dihadapi siswa pada pembelajaran berikutnya. Pengembangan pembelajaran
akan menjadi lebih optimal lagi apabila pembelajaran juga memperhatikan aspek
perbedaan gaya kognitif yang dimiliki siswa, karena gaya kognitif siswa
menentukan perilaku siswa dalam memahami pelajaran. Pengembangan
pembelajaran yang memperhatikan aspek gaya kognitif siswa serta kesulitankesulitan siswa dalam pembelajaran akan menjadikan pembelajaran menjadi lebih
commit
to user
bermakna bagi siswa. Pembelajaran
yang
bermakna tersebut akan menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
siswa lebih antusias terhadap pembelajaran yang berlangsung sehingga
diharapkan siswa menjadi lebih aktif selama pembelajaran serta meningkatnya
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Lingkaran merupakan salah satu materi pada matematika yang erat
kaitannya dengan kehidupan nyata, sehingga sangat memungkinkan soal-soal
pada materi lingkaran disajikan dalam bentuk soal kontekstual. Subbab keliling
lingkaran dan luas lingkaran merupakan subbab yang memiliki banyak kegunaan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seperti yang dijelaskan diatas, pemberian
soal kontekstual oleh guru sangatlah terbatas, hal ini memungkinkan bahwa
siswa-siswi SMP N 3 Kartasura akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah matematika kontekstual pada materi lingkaran.
Analisis terhadap kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika
kontekstual yang ditinjau dari gaya kognitif pada siswa SMP N 3 Kartasura perlu
untuk dilakukan, karena hasil analisis tersebut berguna untuk guru dalam
mengembangkan pembelajaran yang tepat. Kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan masalah kontekstual cukup untuk mendeskripsikan kesulitan yang
dialami siswa pada pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa terbiasa mengerjakan
soal yang telah dinyatakan dalam model matematika secara langsung, dan soal
kontekstual dalam tahap pengerjaannya mengharuskan untuk mengubah soal
kedalam model matematika, hal tersebut berarti soal kontekstual telah meliputi
soal yang selama ini diberikan kepada siswa. Salah satu materi yang dapat
digunakan untuk menganalisis kesulitan siswa adalah materi lingkaran ditambah
lagi materi lingkaran merupakan salah satu materi yang memiliki hubungan
dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya oleh siswa yaitu seperti materi
tabung dan kerucut, sehingga soal-soal kontekstual lingkaran perlu untuk
dianalisis kesulitannya demi pengembangan pembelajaran yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, peneliti ingin
melakukan analisis terhadap kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
matematika kontekstual pada materi lingkaran ditinjau dari gaya kognitif siswa
pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana kesulitan memecahkan masalah kontekstual materi lingkaran
pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura dengan gaya kognitif field
dependent?
2.
Bagaimana kesulitan memecahkan masalah kontekstual materi lingkaran
pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura dengan gaya kognitif field
independent?
3.
Bagaimana
alternatif
cara
mengatasi
permasalahan
pembelajaran
matematika yang terjadi pada siswa dengan gaya kognitif field dependent
dan field independent?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian
yaitu:
1.
Mengetahui kesulitan memecahkan masalah kontekstual pada materi
lingkaran pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura dengan gaya kognitif
field dependent.
2.
Mengetahui kesulitan memecahkan masalah kontekstual pada materi
lingkaran pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura dengan gaya kognitif
field independent.
3.
Memberikan alternatif cara mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa
dengan gaya kognitif
field dependent dan field independent pada
pembelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
D. Manfaat Penelitian
`
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini nantinya diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi kepada guru pengampu mata pelajaran matematika
kelas VIII SMP N 3 Kartasura mengenai kesulitan-kesuliatan siswa dalam
memecahkan masalah kontekstual pada materi lingkaran sehingga guru
tersebut mampu untuk mengembangkan pembelajaran pada materi-materi
selanjutnya dengan metode lain yang lebih baik.
2.
Memberikan informasi kepada peneliti dan peneliti lain mengenai kesulitankesulitan
siswa
dalam
menyelesaikan
permasalahan
matematika
kontekstual, sehingga mampu untuk membuat rencana pembelajaran serta
memilih metode pembelajaran yang lebih baik dikemudian hari guna
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah
matematika kontekstual.
3.
Memberikan saran kepada guru pengampu mata pelajaran matematika
mengenai alternatif metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa dengan
gaya kognitif field dependent dan field independent.
4.
Memberikan informasi kepada siswa mengenai kesulitan yang dialaminya
dalam menyelesaikan soal-soal kontekstual, sehingga diharapkan siswa
lebih giat dalam berlatih soal-soal matematika kontekstual serta diharapkan
siswa mampu menentukan cara belajar yang tepat guna mengatasi kesulitan
yang dihadapinya.
commit to user
Download